You are on page 1of 138

‫نبذة عن نظـريـة العـقـد فى الفقـه اإلسالمي‬

‫‪Falsafah Akad‬‬
‫‪Dalam Fiqih Islam‬‬
DIENUL ISLAM ‫ا لدينا إلسالمي‬

QUR’AN & SUNNAH

Syariah

Aqidah Amaliyah Akhlaq


Tauhid : Risalah : •Hablumminallah
•Rububiyah •Ahkam
•Hablumminannas
•Uluhiyah •Qudwah
•Asma’ wa Sifat
Fiqh •Hablumminal’alam

Ibadah Muamalah Munakahah Jinayah

Transaksi

AQAD
ISLAMIC LEGAL FRAMEWORK
Science of Qur’an THE QUR’AN & SUNNAH Source of Believe,
Law & Values
Science of Sunnah
Twin Sources (Aqidah, Syariah, Akhlaq)

USUL FIQIH Arabic Grammar


History of Islamic
Legal Development
Methodology And Lexicon

Understanding and Reasoning


Exercise of Esteemed Jurists
Comparative Study
Of Fiqh Schools
FIQIH Towards the Twin Sources
Al-Quran and As-Sunnah
Classic & Contemporary Out Put

Innovation of Products to
QAWAID FIQHIYAH Suit Modern Demand.
Basic Principle: Contracts
Guidelines & Milestones & Condition are Permissible
PEMENUHAN HUMAN NEEDS YANG ALAMIAH

Disajikan alam jagat raya Diberikan waktu


yang “tidak terbatas” WAHYU yang sangat terbatas
(Space Conscious) (Time Conscious)
‫القران والسنة‬

IQRA
Science & Technology

Proses Ekonomi

Proses Produksi Proses Konsumsi


Strive & Dynamic Moderate
Energetic, Innovative Self Restrains
Hard Worker ______________________________________
ARB/ANA/ANU/MUAMALAT INSTITUTE/0901
PRINSIP MUAMALAH MALIYAH
‫مبادئ المعاملة المالية‬

ALLAH TA’ALA
PEMILIK MUTLAK SEMUA HARTA
1 4
AL-MASALIH DAN AL-MAFASID
(‫ ال ض رر وال ض رار‬: ‫)ق ا لا لرسول‬

HALAL-HARAM DALAM MUTUAL FREE CONSENT


KEPEMILIKAN (OWNERSHIP)
2 5 )4/4 ‫عن تراض منكم (النساء‬

AL-INFAQ (SPENDING) MABRUR TRANSACTION


DAN AL-KASB (EARNING)
3 6 (BAI’ MABRUR)
‫األصـل فى األشـيآء اإلبـاحــة حتى يــدل‬
)1/33 ‫الـدلـيل على التحريم (األشباه‬

Artinya: “Menurut ketentuan asal bahwa segala


sesuatu itu dibolehkan selagi belum ada dalil
yang mengharamkannya.”
(Imam Suyuthi, Al Asybah Wa an Nazair, 1/33)
، ‫ الجواز والصــحة‬: ‫األصــل فـى العــقود والشروط‬
‫الشــــــ‬
‫رع‬ ‫دل‬
‫مـــــ‬
‫ا‬ ‫بطـل إال‬
‫منهـــــ ويــــــ‬
‫ا‬ ‫وال يحرم‬
‫القواعـدـ‬، ‫علــى تحريـــمه وإبـــطاله ( ابــن التيميــة‬
)131‫ ص‬، ‫النورانية الفقهية‬
Artinya: Menurut ketentuan asal bahwa akad-
akad dan syarat-syarat adalah dibolehkan
dan sahih; tidak ada yang diharamkan atau
dianggap batal kecuali apa-apa yang
dinyatakan haram dan batal oleh Syariah.”
(Ibnu Taymiyah, Qaidah Nuranniyah, 131)
DIVISION OF MASLAHAH

Protection of Basic Five Principles


‫الضـروريات الخـمـس‬

Faith Life Intellect Lineage Property

PERSPECTIVE
1 PERSPECTIVE OF SYARIAH
CONSTANT & VARIABLE 4

2 PERSPECTIVE LEGAL FORCE FUNCTION OF MASLAHAH 5

FOUR BASIC PRINCIPLES


3 PERSPECTIVE ITS SCOPE
(APPLICATION) 6
AKAD AKAD
menurut TUJUAN menurut KEABSAHANNYA

Tijari ‫ت ـجـاري‬ Fasid ‫ف اسـد‬


Sahih ‫ص حيح‬ (Voidable)
Dimasudkan untuk (Valid)
Mencari dan Mendapatkan Semua RUKUN
Keuntungan dimana Memenuhi semua terpenuhi, namun
RUKUN & SYARAT ada SYARAT yang
Rukun dan Syarat
telah terpenuhi Tidak dipenuhi

Tabarru’ ‫ت ـبـرع‬ Bathal


Bathal‫اطل‬
‫ب باطل‬
Dimasudkan untuk (Void)
(Void)
menolong dan murni Salah satu RUKUN tidak
Salah satu RUKUN tidak
semata-mata mengharap Terpenuhi, otomatis
Terpenuhi, otomatis
Ridha dan Pahala SYARAT-nya juga
SYARAT-nya juga
dari Allah Ta’ala Tidak terpenuhi
Tidak terpenuhi
AKAD AKAD
Dari sisi: PELAKSANAANYA Dari sisi: KEKUATANNYA

AKAD LAZIM
AKAD NAFIZ ‫عـقـد الزم‬
‫عـقـد نـافـذ‬ Salah seorang dari kedua pihak
Lengkap Rukun & Syarat dapat Tidak Memiliki hak fasakh tanpa
Langsung dieksekusi Persetujuan pihak lain
Con: Jual-beli, Ijarah, Muzaraah dst

AKAD MAUWQUF
‫عـقـد موقـوف‬ AKAD GHAYR LAZIM
Lengkap Rukunnya, namun ‫عـقـد غيـر الزم‬
Ada Syaraat yang terganggu Salah seorang dari kedua
,Seperti: tdk memenuhi legal capacity Belah pihak boleh memfasakh
,Tdk memiki otoritas Akad tanpa persetujuan
Ada hak orang lain pada objek .Pihak lainnya
Con: Wakalah, Wadiah, Ariyah dll
RUKUN AKAD ‫أركـانا لعـقـد‬

‘Aqidan Ma’qud ‘Alayh Sighat (Ijab & Qabul)


(Two Contracting Parties) (Subject Matters) (Offer and Acceptance)
Barang (Goods)
•Aqil (Sound Mind) dan Harga (Price)
•Baligh (Mature) •Jelas (Clarity)
•Mengerti konsekuensi •Halal (Lawful) •Ijab & Qabul bersesuaian
akad yang sedang •Jelas Jenisnya (Quality) (Corresponding)
dilaksanakannya •Jumlah (Quantity) •Ijab & Qabul bersambung
•Niat (Intention)menurut •Waktu Penyerahannya (Connection)/Ittihad al-Majlis
sebagian Ulama (Time of Delivery)
•Berharga (Valuable)
•Dapat diserahterimakan

SYARAT RUKUN ‫ش ـروط ا ألركـان‬


Terpenuhi Isi Kontrak
(Tahqiq al-Gharadh)
Hak Memilih (Khiyar)

Akad Fasad (Sifat rusak)


Pemutusan Kontrak
Kesepakatan pembatalan
(Faskh)
BERAKHIRN karena penyesalan (Iqalah)
YA
KONTRAK Tidak Terpenuhinya Kontrak
Kematian (al-Maut)
(Adam al-Tanfidh)

Kesepakatan kedua belah


Tidak Adanya Izin dari
pihak (Ittifaqy)
Yang berwenang (adam
al-Ijazah liman lahu al- Keputusan Pengadilan
wilayah) (Qadhai)

Pustus dg sendirinya Isi Kontrak Mustahil Terlaksana


(Infisakh) (Istihalah al-tanfidh)
MAJELIS (Hak Pilih Ketika Masih
Dalam Satu Majkis)

TA’YIN (hak menentukan barang


yang menjadi obyek jual-beli )

SYARTH (hak pilih yang


KHIYA digantungkan pada syarat)
R
‘AIB (hak pilih ketika ditemukan
adanya cacat)

RU’YAH (hak pilih untuk melihat


obyek yang ketika terjadinya kontrak
pembeli belum bisa melihat )
JENIS-JENIS AKAD
MEMBERI MEMBERI
PERTUKARAN TITIPAN PERCAMPURAN
KEPERCAYAAN IZIN

JUAL BELI
WADIAH MUSYARAKAH KAFALAH WAKALAH
Perbandingan Harga (GUARANTEE)
Jual & Harga Beli
Musawamah Syarikah Amlak HIWALAH Mutlaqah
Tauliyah YAD AMANAH Amlak Jabr (Anjak Piutang)
Murabahah Amlak Ikhtiar
Muwadhaah Muqayyadah
YAD DHAMANAH Syarikah Uqud JU’ALAH
Berdasarkan Barang
(Imbalan)
Pengganti Inan
Muqayadhah Mufawadah
Mutlaq Wujuh
Sharf Abdan
Ijarah (Usufruct)

Waktu Penyerahan MUDHARABAH


Barang/Dana
Bai’ Bi Thaman Ajil MUZARA’AH
Bai’ Salam (Hasil Panen)
Bai’ Isthisna
Bai’ Istijrar
MUSAQAAT
(Hasil Panen)
AQAD-AQAD MUAMALAH MALIYAH
‫عـقـود المعاملة المالية‬

TIJARI TABARRU’
(Komersil) (Tolong menolong)

Amanah
Bai’ Syirkah Ijarah Ju’alah Wadiah
(Jual Beli) (Bagi Hasil) (Sewa) (Imbalan)
Dhamanah
Mutlaqah Benda
Bai’ Mutlaq Wakalah
Murabahah/BBA Mudharabah Ijarah
Kafalah
Salam Muqayyadah Jasa Hawalah
Isthisna Ijarah wa Iqtina Rahn
Musyarakah
Sharf Muzara’ah Qard

Musaqot
Wahyu Allah SWT :
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu” ( QS. Ar Rahmaan : 09)

Falsafah : Imam Ghazali dalam Al Arba’in fi Ushuluddin menegaskan wajibnya mengikuti Sunnah Nabi
secara menyeluruh demi merealisasikan Law of Balance (At-Tawaazun)

Maysir Tanpa akad/melalui permainan


Gharar Memakai akad namun tidak jelas
Riba Tambahan yang men-zhalim-i
Bathil Usaha-usaha maksiat

Bai’ al Mudhthar Harga dimainkan akibat emergency (eksploitasi)


Ikrah Harga dimainkan dg tekanan/paksaan
Ghabn Over Pricing

Najash Permainan harga melalui berpura-pura menawar


Ihtikar Permainan harga dengan cara menimbun
Ghish Menyembunyikan informasi tentang barang/jasa
Tadlis Mengambil keuntungan dg cara mencampur aduk
MAYSIR ‫اــلميسر‬
Semua bentuk perpidahan harta ataupun barang
dari satu pihak kepada pihak lain tanpa melalui
jalur akad yang telah digariskan Syariah, namun
perpindahan itu terjadi melalui permainan, seperti
taruhan uang pada permainan kartu, pertandingan
sepak bola, pacuan kuda, pacuan greyhound dan
seumpamanya.
Mengapa dilarang? Karena (1) permainan bukan cara
untuk mendapatkan harta/keuntungan (2)
menghilangkan keredhaan dan menimbulkan
kebencian/dendam (3) tidak sesuai dengan fitrah
insani yang berakal dan disuruh bekerja untuk
dunia dan akhirat.
GHARAR ‫اــلغــررـ‬
Sesuatu yang tidak jelas dan tidak dapat dijamin atau
dipastikan kewujudannya secara matematis dan rasional
baik itu menyangkut barang (goods), harga (price) ataupun
waktu pembayaran uang/penyerahan barang (time of
delivery).
Contohnya: jual beli mangga yang masih pentil dan berada di
pohonnya, karena pihak pembeli tidak dapat memastikan
berapa banyak buah mangga masak yang nanti berhasil di
panennya dan kapan buah-buah tersebut dapat di panen.
Juga: masuk ke kolam pancing dengan membayar sejumlah
uang tertentu yang tidak jelas peruntukannya, apakah
bayaran atas servis tempat atau juga untuk ikan yang
berhasil ditangkap si pemancing.
Kecuali bila hal itu semua dijelaskan secara rinci di muka.
RIBA ‫اــلربــا‬
Riba: Pertukaran sesama barang ribawi dengan kadar
yang berbeda. Perbedaan itulah yang disebut riba.

Akad pinjam meminjam dimana si pemilik dana


memberi syarat kepada si peminjam untuk
membayar lebih dari jumlah uang yang dipinjamkan,
sehingga dengan cara ini si pemilik dana dapat
menangguk tambahan uang atas dana yang
dipinjamkan tanpa harus bersusah payah berniaga
untuk mendapat keuntungan atau bekerja untuk
mendapatkan upah.

Unsur pemerasan dan ketidak adilan sangat jelas


dapat dilihat dan dirasakan dalam akad pinjam
meminjam ribawi ini.
BATHIL ‫اــلباطـل‬
Akad jual beli ataupun kemitraan untuk mendapatkan
keuntungan ataupun penghasilan, namun barang
yang diperdagangkan ataupun projek yang
dikerjakan adalah jenis barang atau kegiatan yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah seperti
kemitraan untuk memproduksi narkotika yang
dipasarkan untuk umum ataupun mendirikan usaha
casino atau cabaret tempat dansa-dansi.

Meski transaksinya melengkapi semua rukun dan


syarat, namun tetap dinyatakan tidak sah secara
hukum dan agama (diyanatan wa Qadaan).
‫ديـانـة وقـضـاء‬
GHABN ‫اــلغـبن‬
Ghabn: adalah dimana si penjual memberikan tawaran
harga diatas rata-rata harga pasar (market price)
tanpa disadari olehpihak pembeli. Ghabn ada dua
jenis yakni: Ghabn Qalil (Negligible) dan Ghabn Fahish
(Excessive). Ghabn Qalil: adalah jenis perbedaan
harga barang yang tidak terlalu jauh antara harga
pasar dan harga penawaran dan masih dalam
kategori yang dapat dimaklumi oleh pihak pembeli.
Ghabn Fahish adalah perbedaan harga penawaran
dan harga pasar yang cukup jauh bedanya.

Dr. Anas az Zarqa mengatakan: 5% untuk barang


keperluan harian, 10% untuk harga hewan ternak dan
20% untuk harga property (rumah dan bangunan).
NAJASH ‫اــلنـجـش‬
Dimana sekelompok orang bersepakat dan bertindak
secara berpura-pura menawar barang dipasar
dengan tujuan untuk menjebak orang lain agar ikut
dalam proses tawar menawar tersebut sehingga
orang ketiga ini akhirnya membeli barang dengan
harga yang jauh lebih mahal dari harga
sebenarnya.
Larangan Rasul saw: “..Janganlah kamu meminang
seorang gadis yang telah dipinang saudaramu, dan
jangan menawar barang yang sedang dalam
penawaran saudaramu; dan janganlah kamu
bertindak berpura-pura menawar untuk menaikkan
harga..”
IKRAH ‫اــإلكـراـهـ‬
Segala bentuk tekanan dan pemaksaan dari salah satu pihak
untuk melakukan suatu akad tertentu sehingga menghapus
komponen mutual free consent. Jenis pemaksaan dapat
berupa acaman fisik atau memanfaatkan keadaan
seseorang yang sedang butuh atau the state of emergency.

Imam Ibnu Taimiyah ra mengatakan bahwa dalam keadaan


darurat (state of emergency) seseorang yang memilik stock
barang yang dibutuhkan orang banyak harus diperintahkan
untuk menjualnya dengan harga pasar, jika dia enggan
melakukannya pihak berkuasa dapat memaksanya untuk
melakukan hal tersebut demi menyelamatkan nyawa orang
banyak. (Majmu al Fatawa, vol. 29 hal.300).
IHTIKAR ‫اــإلحـتـكـار‬
Adalah menumpuk-numpuk barang ataupun jasa
yang diperlukan masyarakat dan kemudian si
pelaku mengeluarkannya sedikit-sedikit dengan
harga jual yang lebih mahal dari harga biasanya
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
lebih cepat dan banyak. Para ulama tidak
membatasi jenis barang dan jasa yang ditumpuk
tersebut asalkan itu termasuk dalam kebutuhan
essential, maka Ihtikar adalah dilarang.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang
menimbun (barang & jasa kebutuhan pokok)
maka telah melakukan suatu kesalahan.”
GHISH ‫اــلغـش‬
Withholding Relevant Information. Menyembunyikan fakta-
fakta yang seharusnya diketahui oleh pihak yang terkait
dalam akad sehingga mereka dapat melakukan kehati-
hatian (prudent) dalam melindungi kepentingannya
sebelum terjadi transaksi yang mengikat.
Dalam Common Law akad seperti ini dikenal dengan
sebutan Akad Uberrime Fidae Contract dimana semua
jenis informasi yang seharusnya diketahui oleh pelanggan
sama sekali tidak boleh disembunyikan. Jika ada salah
satu informasi berkenaan dengan subject matter akad
tidak disampaikan, maka pihak pembeli dapat memilih
opsi membatalkan transaksi tersebut.
BAY’ AL MUDTARR ‫بـــيـعـ اــلمـضـطـر‬
Adalah jual beli dan pertukaran dimana salah satu pihak dalam
keadaan sangat memerlukan (in the state of emergency)
sehingga sangat mungkin terjadi eksploitasi oleh pihak yang
kuat sehingga terjadi transaksi yang hanya menguntungkan
sebelah pihak dan merugikan pihak lainnya.

Jual butuh: adalah merupakan contoh klasik yang sering terjadi


di tengah-tengah masyarakat sehingga pihak penjual – karena
sangat memerlukan uang cash – terpaksa harus menjual
asetnya dengan harga yang jauh dari harga pasar. Sangat
dikuatirkan bahwa unsur kerelaan dalam transaksi seperti ini
tidak wujud pada pihak penjual sehingga tidak mencerminkan
transaksi ‘An Taradin Minkum’ ‫ عنتــراـضمنكمـ‬yang sesuai
dengan prinsip Syariah.
TADLIS‫تدليس‬
‫لاــ‬
Tadlis: adalah tindakan seorang peniaga yang sengaja
mencampur barang yang berkualitas baik dengan
barang yang sama berkualitas buruk demi untuk
memberatkan timbangan dan mendapat keuntungan
lebih banyak

Tindakan “oplos” yang hari ini banyak dilakukan


termasuk kedalam kategori tindakan tadlis ini.

Rasullah saw sering melakukan ‘inspeksi mendadak’ ke


pasar-pasar untuk memastikan kejujuran para pelaku
pasar dan menghindari konsumen dari kerugian.
JUAL BELI YANG DILARANG DALAM ISLAM
(Fiqh Islami Wa Adillatuh, vol.4, p.500)

1. Sebab Legal Capacity: (Baligh, Aqil, Free Consent, Legally Permitted)


(a). Bay’ al Majnun (Jual Beli Orang Gila, Pingsan, Mabuk dan Sedang Fly
karena obat narkotika)
(b). Bay’ al Shabiy (Jual Beli Anak Kecil yang belum Mumayyiz/Minor. Tidak
Sah menurut Syafii dan Maliki dan Mauquf menurut Hanafi. Sesuai keterangan
Surah an-Nisa 4:6)
(c). Bay’ al A’ma (Jual Beli Orang Buta. Hukumnya Sah menurut Jumhur jika
objek disebut dengan sempurna karena dianggap dinaggap sudah ada ridho;
tidak Sah menurut Syafii karena tidak dapat membedakan antara yang baik
dengan yang buruk, maka seolah objek transaksi majhul).
(d). Bay’ al Mukrah (Jual Beli Orang Terpaksa atau dipaksa. Menurut Hanafi
Mauquf; dan tidak mengikat menurut Maliki sehingga dia (penjual/pembeli)
memiliki hak Khiyar untuk membatalkan ataupun meneruskan transaksi).
(e). Bay’ al Fuduli (Jual Beli Wakil Secara Lebih; Hukumnya Sahih Mauquf
atas izin pemilik sebenarnya menurut pendapat Maliki dan Hanafi; Sayafii dan
Hanbali mengatakan tidak sah, karena dia bukan sebagai pemilik sebenarnya
dan tidak sah seseorang menjual sesuatu yang bukan miliknya).
(f). Bay’ al Mahjur ‘Alayh (Jual Beli Orang Sakit, Muflis, Safih)
(g). Bay’ al Mulja (Jual Beli Orang yang takut hartanya dirampas orang).
Macam-Macam Bay’ al Gharar al Fahish
1. Sukar diserahterimakan. Onta yang melarikan diri; jual janin tanpa menjual
induknya; jual beli habl al hablah janin yang belum dilahirkan dan madhamin
yaitu jual beli anak yang masih dalam benih induk pejantannya.
2. Tidak diketahui harga atau barangnya. Saya jual kepada anda barang
yang ada dalam karung ini.
3. Tidak diketahui sifat barangnya. Saya jual salah satu baju yang ada di
rumah saya.
4. Kualitas barang dan kuantitas harga tidak jelas. Saya membeli barang ini
dengan harga sekarang.
5. Tidak diketahui tempo pelaksanaannya. Saya jual kepada anda barang ini
jika Zayid telah datang.
6. Dua penjualan dalam satu penjualan. Menjual satu barang dengan salah
satu dari dua harga. Saya jual baju ini Rp100,- kontan atau Rp200,-
tangguh, kemudian serta merta transaksi itu mengikat tanpa pilihan salah
satu dari keduanya.
7. Jual beli dari seseorang yang tidak dapat dijamin keselamatannya,
seperti dari orang sakit yang dalam pertandingan.
8. Bay’ al Hasha’ yakni jual beli tongkat yang ditangan, jika jatuh maka jual
beli mengikat.
9. Bay’ al Munabazah. Saling melempar pakaian antara A dan B, ketika
barang dilempar maka jual beli mengikat.
10. Bay al Mulamasah. Mana barang yang disentuh, maka terjadi jual beli
2. Sebab “SHIGHAT”
a. Bay’ al Mu’athot=Ambil Bayar (Cash and Carry)
b. Bay’ Bil Murasalah atau Rasul=Melalui Surat atau Agent
c. Jual Beli Orang Bisu melalui isyarat yang dimengerti
d. Jual Beli dengan orang yang absen dari majlis aqad
e. Jual Beli yang tidak sesuai dengan ijab-qabul

3. Sebab “MA’QUD ‘ALAYH”


a. Bay’ al Ma’dum: Madhamin, Malaqih, Habl Hablah
b. Bay’ Ma’juz al Taslim (Sukar diserah terimakan): burung di udara; ikan dlm air
c. Bay’ al Kali bil Kali (Bay’ al Dayn Nasiatan)
d. Bay’ al Gharar Ghayr al Yasir (al Fahish)
e. Jual beli Najis atau Mutanajjis
f. Jual beli air. Sah yang dimiliki dan berada dalam tempat terpelihara. Zahiriah:
jual beli air sama sekali tidak dibolehkan
g. Bay’ al Majhul. Jahalah Fahishah dalam objek, harta waktu penyerahan
h. Jual beli objek yang tidak ada di majlis akad atau tidak dapat dilihat.
Pembeli memiliki hak khiyar al ru’yah. Jual beli dengan menyebut sifat
ada lima syarat:
(1). Objek berada terlalu jauh seperti Andalusia atau Afrika
(2). Objek berada terlalu dekat dengan pihak bertransaksi
(3). Penyebut sifat barang harus orang lain bukan penjual
(4). Semua sifat yang berhubungan dengan barang harus disebut
(5). Penjual tidak boleh meminta pembayaran kontan kecuali jika objeknya pasti
tidak ada berubah seperti tanah dan bangunan. Jika sifat-sifat ternyata
sesuai dengan objeknya, maka transaksi mengikat dan jika tidak pembeli
memiliki hak khiyar.
i. Jual sesuatu yang belum diterima (di pegang tangan). Sesuatu yang
dapat dipindahkan tidak sah dijual sebelum diterima tangan.
j. Jual Buah atau Tanaman yang belum tampak atau tumbuh karena
masuk dalam kategori ma’dum. Apabila sudah tampak atau tumbuh
namun dengan syarat dibiarkan sampai masak atau besar, maka tidak sah
dan fasid menurut Hanafi, batil menurut jumhur. Apabila langsung dipetik
atau dituai, maka sah menurut ijma ulama.
Bila buah sudah masak, maka boleh jual belinya meski tidak langsung dipetik.
4. Jual Beli Dilarang: Karena Sifat, Syarat atau Larangan Syariat.
(1). Jual Beli ‘Urbun (Dengan Uang Muka). Jika tidak terjadi transaksi, maka
uang muka tidak akan dikembalikan kepada calon pembeli. Fasid menurut
Hanafi; Batil menurut Syafii dan Maliki. Jika uang muka dikembalikan, maka
boleh menurut jumhur.
(2). Jual Beli ‘Aynah. Yaitu dua pihak yang seolah melakukan jual beli, namun
sebenarnya hanya untuk mendapatkan “uang cash” bagi pihak pertama,
dan “tambahan pengembalian” bagi pihak kedua, bukan tujuan untuk
mendapatkan barang (objek transaksi).
(3). Jual Beli Ribawi, Baik Riba Nasiah ataupun Riba Fadl
(4). Jual Beli Barnag Haram seperti Khamar, Khinzir, Bangkai, Patung dan
seumpamanya karena larangan Rasulullah saw dalam hadis riwayat Imam
Bukhari.
(5) Jual Beli Orang Kota dengan Orang Pedalaman yang belum mengetahui
keadaan harga barang di kota. Larangan Nabi saw: “Biarkanlah orang
melakukan transaksi jual beli dengan bebas, sehingga memberikan rizki
kepada sebagian mereka melalui sebagian yang lain.” (Naylul Awtar,
5/164).
(6). Talaqqi al-Rukban.
Menjumpai rombongan atau kafilah pembawa barang perniagaan dan membelinya di tengah jalan
sebelum sampai di pasar. Hak ini dilarang Rasulullah saw, sesuai sabdanya: “Janganlah kalian
menjumpai rombongan di tengah jalan dan membeli barang mereka, dan janganlah pula orang kota
memborong barang dari orang pedalaman (sebelum sampai di pasar).” (Naylul Awtar, 5/164).
Larangan ini tidaklah menjadikan transaksi yang terjadi hukumnya fasad, karena bisa menjadi sah jika sudah
dilakukan khiyar al-ghabn, seperti dilanjutkan Rasul saw dalam hadisnya: “..Maka pemilik barang dalam
transaksi tersebut berhak mendapatkan khiyar (opsi) jika mereka telah sampai di pasar.”

(7). Jual beli Haadirun Libadin : Jual beli dimana datang membawa barang yang ingin dijual dengan harga
cash, kemudian datang orang untuk membeli dengan harga yang lebih tinggi tetapi dengan harga kredit.
(8) Jual beli Muzabanah : Jual beli barang yang masih basah ditukar dengan yang kering dengan
timbangan dan takaran yang sama. Contoh : jual kurma basah dengan kurma kering dengan timbangan
yang sama.
(9) Jual Beli An-Najash.
Dengan kesepakan penjual, seseorang menawar harga barang yang didisplay dengan harga lebih tinggi
untuk menjebak pihak ketiga yang berada di sekitar tempat tersebut sehingga penjual akan mendapat
margin yang lebih tinggi. Hukumnya, menurut jumhur ulama, adalah sah namun penjualnya berdosa dan
pihak pembeli berhak mendapatkan hak khiyar al-ghabn.
Adapun jual beli MUzayadah (Lelang) secara terus terang adalah dibolehkan, karena tidak ada pihak
yang dijebak dan dirugikan.

(10). Jual Beli Waktu Azan Jumat Dikumandangkan.


Hukumnya Makruh Tahrim menurut Hanafi dan Sahih namun Haram menurut Syafii. Batal (Fasakh)
menurut Maliki; Tidak Sah menurut Hanbali.

(11). Jual Anggur Untuk Diproduksi Jadi Minuman Keras.


Hukumnya sahih makruh sepanjang memenuhi rukun dan syaratnya, namun pelakunya berdosa karena
nawaitu yang salah. Contoh lain: menjual senjata yang akan digunakan untuk mencelakakan orang lain;
menjual jaring untuk menangkap hewan di tanah haram waktu haji; menjual kayu untuk dijadikan
sebagai patung atau benda permainan lainnya yang tidak bermanfaat.
(12). Jual Beli Ibu (Induk) dipisahkan dari anaknya yang masih kecil.
Larangan Rasulullah saw untuk menjual ibu (hamba sahaya) secara dipisahkan dari
putra atau putrinya yang masih kecil. Rasul saw bersabda: “Barangsiapa yang
memisahkan antara ibu dengan anaknya, maka Allah akan pisahkan dia dari
kekasihnya pada hari kiamat.” (HR Ahmad dan Tirmizi dari Abu Ayyub ra/Naylul
Awtar, 5/161).

(13). Jual Beli atas belian orang lain.


Misalnya sudah terjadi transaksi jual beli yang mengandung hak khiyar untuk pembeli,
kemudian dalam masa khiyar tersebut datang orang ketiga dan berkata kepada
pembeli: “batalkan transaksi anda, dan saya akan menjual barang serupa dengan
harga yang lebih murah; atau dengan barang yang lebih baik” Atau Pembelian atas
Pembelian. Orang ketiga datang kepada penjual dan berkata: “Batalkan transaksi
anda dengan orang kedua, dan saya akan membeli dengan harga yang lebih tinggi.
Atau Penawaran atas Penawaran, meskipun kedua belah pihak belum melakukan
akan.
Hukumnya adalah haram dan yang melakukannya menanggung dosa karena larangan
Nabi saw: “Janganlah kamu membeli atas belian saudaramu.” (HR Ahmad dari Ibnu
Umar ra/Naylul Awtar, 5/167).
(14). Jual Beli Bersyarat.
Jual beli fasid hukumnya jika disertai dengan syarat fasid pula dan syarat tersebut tidak
sejalan dengan tuntutan akad dan tidak dianjurkan syariat, juga tidak biasa dilakukan
orang, namun syarat tersebut hanya memberi manfaat untuk salah satu pihak saja.
Contoh seseorang membeli bahan kain dengan syarat dijahitkan oleh penjual
menjadi baju.
(15). Mengumpulkan Akad Jual Beli dengan salah satu dari enam akad berikut: Ju’alah,
Sharf, Musaqat, Syarikat, Nikah dan Qiradh (Mudharabah).
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

‫ض َما ِن‬
َّ ‫اج بِال‬ َ : ‫قال الرسول‬
ُ ‫الخ َر‬
)3/753 ،‫(صحيح ابن ماجه‬

Sabda Rasulullah saw: “Pendapatan


sesuai dengan tanggungan resiko”.
(Imam Ibnu Majah, 3/753)
‫وســـــ‬
‫لم‬ ‫عليـــــ‬
‫ه‬ ‫صـــــ هللاـــــ‬
‫لى‬ ‫الرســـــ‬
‫ول‬ ‫قال‬
‫‪ (:‬الذهـب بالذهـب والفضـة بالفضـة والـبر بـالـبر‬
‫بالتمــــ والملــحـ‬
‫ر‬ ‫والتمـــ‬
‫ر‬ ‫بالشعيـــ‬
‫ر‬ ‫والشعيـــ‬
‫ر‬
‫بالملـح مثال بمثـل سـواء بسـواء يدا بيدـ فإذا‬
‫اـختلفـت هذه األصـناف فـبيعوا كيـف شئتمـ إذا‬
‫كان يدا بيـد) رواه البخاري واللفـظ لمسـلم عـن‬
‫‪.‬عبادة ابن الصامت رضي هللا تعالى عنه‬
Definisi
Definisi
Riba
Riba
“Riba” dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan.
Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari
harta pokok (modal) secara bathil.

Pertukaran sesama barang ribawi dengan kadar yang berbeda melahirkan riba.

Terdapat perbedaan pendapat dalam menjelaskan riba. Secara umum Riba adalah
penambahan terhadap hutang. Maknanya: Setiap penambahan pada hutang
baik kwalitas ataupun kwantitas, baik banyak ataupun sedikit, adalah riba
yang diharamkan.

Landasannya Al Quran Surat An-Nisa ( 4 ) ayat 29 yang berarti :


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu
dengan jalan yang bathil”.

Adapun yang dimaksud dengan jalan yang bathil dalam hal ini yaitu pengambilan
tambahan dari modal pokok tanpa ada imbalan pengganti (kompensasi) yang
dapat dibenarkan oleh Syar’ie.
Gambaran Terjadinya Riba
Jenis Transaksi

Jual Beli Pinjaman

Beli Jual Kelebiha Ket. Pinjam Kembali Kelebiha Ket.


n n

100.000 120.00 20.000 Laba 100.00 120.00 20.000 Riba


0 0 0
Jenis-jenis
Riba
Riba
1. Secara garis besar Riba terbagi kepada dua
bagian, yaitu: Riba Hutang Piutang dan Riba
Jual Beli.

1. Riba Hutang Piutang

1. Riba Qord ‫لاــقرض ربا‬


2. Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
disyaratkan terhadap yang berhutang (Muqtaridh)

3. Riba Jahiliyyah ‫لاــجاهلية ربا‬


4. Hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam
tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang
ditetapkan
Jenis-jenis
Riba
Riba
• Riba Jual Beli

• Riba Fadhl ‫لاــفضل ربا‬


• Pertukaran antar barang-barang sejenis dengan
kadar/takaran yang berbeda dan barang yang
dipertukarkan termsuk dalam jenis “barang ribawi”.

• Riba Nasi’ah ‫لاــنسيئة ربا‬


• Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis
barang ribawi dengan jenis barang ribawi lainnya.
ILLAT(‫( )عـلة‬Alasan) Pelarangan Riba
Menurut Berbagai Madzhab
Para Fuqoha sepakat bahwa riba diharamkan pada 7 barang yaitu emas, perak, burr, sya’ir, korma,
anggur kering, dan garam. Namun mereka berselisih di luar dari tujuh barang tersebut.
Persoala Hanafi Maliki Syafi’i Hambali
n
Riba Kadar (ditimbang Sebagai bahan Untuk emas dan Sebagian
Fadhl atau ditakar) dan makanan. Untuk perak karena pengikutnya
kesatuan jenis emas dan perak tsumuniyyah. Untuk berpendapat
karena lainnya karena seperti Hanafi.
tsumuniyyah berfungsi sebagai sebagian lagi
sebagai pematok bahan makanan, seperti pendapat
harga barang- buah-buahan dan Syafi’iyah. dan
barang. untuk obat-obatan. sebagian lagi
berkata selain dari
emas dan perak,
illatnya karena
dapat dimakan.
Riba Salah satu dari Dapat dimakan Tsumuniyah Sama
Nasi’ah dua illat riba fadhl
Barang Lebih dari tujuh, Lebih dari tujuh Lebih dari tujuh Lebih dari tujuh
Ribawi asal dapat asal dapat asal sebagai
ditimbang, ditakar disimpan dan makanan dan
atau kesatuan dimakan. berfungsi sebagai
Perbedaan
Bunga
Antara

dan Bagi Hasil

 Penentuan tingkat suku bunga dibuat  Penentuan besarnya rasio bagi hasil
pada waktu akad dengan pedoman dibuat pada waktu akad dengan
harus selalu untung berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
 Besarnya prosentase berdasarkan pada

Bunga
Bunga
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

 Pembayaran bunga tetap seperti yang


 Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh

dijanjikan tanpa pertimbangan apakah  Bagi hasil tergantung pada keuntungan


proyek yang dijalankan oleh pihak proyek yang dijalankan sekiranya itu
nasabah untung atau rugi. tidak mendapatkan keuntungan maka
kerugian akan ditanggung bersama oleh
 Jumlah pembayaran bunga tidak kedua belah pihak.
meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang Bagi
Bagi Hasil
Hasil
 Jumlah pembagian laba meningkat
“booming”. sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
 Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak
dikecam) oleh semua agama termasuk  Tidak ada yang meragukan keuntungan
Islam. bagi hasil.
9 Alasan

Yang Mengatakan Interest


Bukan Riba
 Dalam keadaan-keadaan darurat sesuatu yang dilarang dibolehkan guna
menyelamatkan nyawa

 Hanya bunga yang berlipatganda saja yang dilarang, adapun suku bunga
yang wajar dan tidak menzalimi diperkenankan

 Bunga diberikan sebagai ganti rugi (opportunity cost) atas hilangnya


kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari pengolahan dana
tersebut

 Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan bunganya


dilarang adapun yang produktif tidak demikian

 Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-barang


lainnya oleh karena itu dapat disewakan dan diambil upah atasnya
9
Alasan
Yang Mengatakan Interest
Bukan Riba
 Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang
mengakibatkan menyusutnya nilai uang
 Bunga diberikan atas dasar abstinence

 Sejumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih


tinggi dari jumlah yang sama pada suatu masa nanti. Oleh
karena itu bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan
nilai ini

 Bank, demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank


(LKBB) sebagai lembaga hukum tidak termasuk teritorial
hukum taklif
Diskusi
Diskusi

( 1 ) Darurat
99
Alasan
Alasan
 Pembahasan yang jelas akan pengertian darurat yang
dinyatakan oleh syara dan bukan pengertian sehari-hari akan
istilah ini

 Pembatasan yang pasti akan pengambilan dispensasi darurat


ini, sesuai dengan metodologi usul fiqh. Terutama penerapan
Al Qawaid Al Fiqhiah seputar kadar darurat.
Diskusi
Diskusi 99 Alasan
Alasan
( 2 ) Berlipat Ganda
Pemahaman kembali surat Ali Imran 130
secara cermat, mengkaitkannya dengan spirit
ayat-ayat riba lainnya secara komprehensif,
demikian juga fase-fase pelarangan riba
secara menyeluruh

Memahami secara mendalam makna mafhum


mukhalafah dalam pemahaman teks-teks
Qur’an & Sunnah, jenis-jenisnya, serta syarat-
syarat pengambilan hukum daripadanya.
Diskusi
Diskusi
( 3 ) Opportunity Cost
99
Alasan
Alasan
Menghilangkan asumsi sepihak dalam urusan Ganti
Rugi dimana deposan secara dimuka mengharuskan
keuntungan minimal dalam proyek debitur (paling
minimal sama dengan suku bunga) Dimana hal ini
tidak demikian manakala si deposan yaitu menangani
sendiri proyeknya yaitu kemungkinan untung rugi
dalam usaha

Tidak menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan


keuntungan dari proyek dengan prinsip bagi hasil
Diskusi
Diskusi

( 4 ) Konsumtif - Produktif
99
Alasan
Alasan
Dapat dipastikan bahwa imbalan produksi marginal
dari dana senantiasa lebih besar dari suku bunga

Dapatkah dipertahankan bahwa bentuk-bentuk


kredit di jaman pra Islam adalah seluruhnya
konsumtif mengingat luasnya jaringan
perdagangan Arab dengan India dan Cina, yang
memerlukan suplai produksi yang memadai dimana
kredit untuk tujuan tersebut adalah suatu
persyaratan utama
Diskusi
Diskusi
99 Alasan
Alasan
( 5 ) Uang sebagai komoditi
 Memahami sifat-sifat khusus yang dimiliki uang dan
kemungkinan penyamaannya dengan komoditi lain terutama
kepercayaan masyarakat kepadanya dan daya tukar yang
dimilikinya serta sanksi hukum atas penolakannya
 Mendefinisikan kembali pengertian sewa terutama
perbedaannya dari pinjam-meminjam
 Kalau dalam keadaan normal (tidak ada inflasi), apakah uang
seperti komoditi lainnya katakanlah rumah mengalami
penyusutan nilai karena dipergunakan sehingga berhak atas
sewa untuk mengimbangi penyusutan nilai tersebut
 Sejauh mana bisa keluar dari Riba Al Fadl
Diskusi
Diskusi
( 6 ) Inflasi
99 Alasan
Alasan
 Memantau roda ekonomi dari atas dan bawah, dalam artian
tidak hanya inflasi tetapi juga deflasi dimana perekonomian
mengalami masa lesu yang memaksa produsen untuk
menjual produksinya mendekati biaya produksi yang pada
gilirannya akan menurunkan daya beli uang
 Tidak menghilangkan kemungkinan-kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari prinsip bagi hasil, yang
tidak jarang melebihi tingkat inflasi
 Mengukur sejauh mana sifat-sifat yang dimiliki inflasi dapat
dijadikan sebagai illah dalam Hukum dengan menggunakan
standar syarar-syarat Illah yang telah menjadi konsesus
dalam methodologi Ushul Fiqh
Diskusi
Diskusi
( 7 ) Abstinence
99 Alasan
Alasan
Standar apa yang digunakan untuk mengukur unsur
“Pengobatan” (dengan penundaan konsumsi) dari teori
bunga Abstinence

Seandainya standar telah didapatkan bagaimana


menentukan suku yang “adil” bagi kedua belah pihak

Dapatkah hal ini menjadi illah dalam Hukum sesuai


dengan Rules of Games Ushul Fiqh ?

Tidak menghilangkan kemungkinan laba dari investasi


bagi hasil selama masih “penundaan”.
Diskusi
Diskusi 99 Alasan
Alasan
( 8 ) Time Preference Theory
Menganalisa Filsafat Time Preference Theory yang
menyatakan bahwa “saat ini lebih berharga dari masa
yang akan datang”, bukankah setiap orang
menabung dan belajar beranggapan bahwa hari
depan harus lebih baik dari hari ini?

Menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari


misalnya praktek asuransi dimana pemegang polis
mengorbankan masa kini untuk kenyamanan masa
depan.
Diskusi
Diskusi
99 Alasan
Alasan
( 9 ) Badan Hukum dan Hukum Taklif
 Apakah yang dimaksud dengan “Dela Personnalite
Juridique ?

 Dari catatan sejarah apakah tidak pernah terjadi adanya suatu


perkumpulan individu yang mendapatkan perizinan dari pihak
yang berwenang untuk memberikan jasa-jasa tertentu,
sebelum masa Rasulullah. Sehingga ketika ayat-ayat Riba
turun ia berada di luar jangkauannya ?

 Apakah konsekuensi dari tidak termasuknya Badan Hukum


dalam khitab Taklif berarti bebas dari segala tuntutan hukum ?
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al
Dalam Al Quran
Quran
Larangan yang terdapat dalam Al Qur’an
tidak diturunkan sekaligus melainkan secara
bertahap
4
Pelarangan
Pelarangan Riba
Riba
Tahapan
Tahapan

Dalam Al Quran
Dalam

– Tahap Pertama, menolak anggapan bahwa pinjaman riba pada


zahirnya menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu
perbuatan mendekati atau taqarrub kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT:


“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)” (QS. Ar Rum:39).
4
Pelarangan
Pelarangan Riba
Riba
Tahapan
Tahapan

Dalam Al Quran
Dalam
– Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan
balasan yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba.

Firman Allah SWT:


“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas
mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan
bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan
Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang
dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir diantara mereka itu siksa yang pedih” (QS. An-Nisa: 160-161).
Pelarangan
4
Pelarangan Riba
Riba
Tahapan
Tahapan

Dalam Al Quran
Dalam

– Tahap ketiga, riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu


tambahan yang berlipat ganda.

Allah SWT. Berfirman:


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan” (QS. Ali Imran:130).

Ahli-ahli tafsir Islam berpendapat bahwa berkaitan demikian


disebabkan riba jenis tersebut adalah suatu yang banyak berlaku
pada masa itu.
4
Pelarangan
Tahapan
Tahapan
Pelarangan Riba
Riba
Dalam Al Quran
Dalam Quran
– Tahap akhir sekali, ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang
dengan jelas sekali mengharamkan sebarang jenis tambahan
yang diambil daripada pinjaman.

Firman Allah SWT:


“Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka
ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu;
kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya”
(QS. Al Baqarah: 278-279)
Larangan Riba
Dalam Hadits

• Hadits juga merupakan sumber rujukan, selain Al


Qur’an, bagi umat Islam untuk mengesahkan atau
mendapatkan keterangan lebih lanjut dari nash /
teks peraturan yang telah digariskan Al Qur’an
Larangan Riba
Dalam Hadits

 Sekiranya mereka menerima, hal itu baik dan bagus. Penolakan berarti
(tantangan untuk) perang.
Hadits ini merupakan isi dari surat Rasulullah SAW kepada Itab bin
Usaid, gubernur Mekkah, agar kaum Thaif tidak menuntut hutangnya
(riba yang telah terjadi sebelum kedatangan Islam) dari Bani Mughirah.

 Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan Dia pasti akan
menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba, oleh karena
itu, hutang akibat riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak
kamu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.
Hadits ini merupakan amanat terakhir Rasulullah SAW pada 9
Dzulhijjah tahun 10 Hijriah.
Larangan Riba
Dalam Hadits

 Diriwayatkan oleh Samura bin Jundab bahwa Rasulullah SAW


bersabda, “Malam tadi aku bermimpi, telah datang dua orang dan
membawaku ke tanah suci. Dalam perjalanan, sampailah kami ke suatu
sungai darah, di mana di dalamnya berdiri seorang laki-laki. Di pinggir
sungai tersebut berdiri seorang laki-laki lain dengan batu di tangannya.
Laki-laki yang di tengah sungai itu berusaha untuk keluar, tetapi laki-
laki yang di pinggir sungai tadi melempari mulutnya dengan batu dan
memaksanya kembali ke tempat asal. Aku bertanya, “Siapakah itu ?”,
Aku diberitahu, bahwa laki-laki yang ditengah sungai itu ialah orang
yang memakan riba”. (HR.Bukhari)

 Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima


riba, orang yang membayarnya dan orang yang mencatatnya, dan dua
orang saksinya, kemudian Beliau bersabda, “Mereka itu semuanya
sama”. (HR.Muslim).
FATWA ULAMA KONTEMPORER
TENTANG RIBA

 Muktamar II Lembaga Riset Islam Al-Azhar Kairo, bulan Mei 1965 yg


dihadiri oleh 35 negara Islam menyepakati beberapa hal diantaranya
“Bunga dari semua jenis pinjaman hukumnya riba dan diharamkan

 Rabithah Al-alam Al-islami: Bunga bank yang berlaku dalam perbankan


konvensional adalah riba yang diharamkan (Keputusan No.6 Sidang ke-9,
Mekkah 12 – 19 Rajab 1406 H)

 Majma’ Fiqh Islamy, OKI: Setiap tambahan (bunga) atas hutang yang
telah jatuh tempo dan orang yang berutang tidak mampu membayarnya,
dan sebagai imbalan atas penundaan itu, demikian pula bunga (interest)
atas pinjaman yang ditetapkan diawal perjanjian, maka kedua bentuk ini
adalah Riba yang diharamkan dalam syari’at. (Keputusan No. 10 Majlis
Majma’ Fiqh Islamy, Konferensi OKI II, 22-28 Desember 1985)
PENDAPAT CENDIKIAWAN
(FAILASUF) TENTANG RIBA
 Plato (427-347 SM): Bunga merupakan alat
eksploitasi kaum kaya terhadap kaum miskin,
bahkan sistem bunga menyebabkan sistem
perpecahan dalam masyarakat

 Aristoteles (384 – 322 SM): Fungsi uang


adalah sebagai alat tukar menukar dan bukan
alat menghasilkan tambahan melalui bunga

 Cicerco (234-149 SM) meminta anaknya


untuk menjauhi dua jenis pekerjaan yaitu
memungut cukai (pajak) dan memberi
pinjaman dengan bunga

 Cato (106-43 SM) memberikan ilustrasi


tentang yang terjadi dalam tradisinya, yaitu:
pencuri didenda dua kali lipat sedangkan
pemakan bunga dari hasil transaksi didenda
empat kali lipat
ECONOMISTS POINT OF VIEWS
 Lord Kent (ahli sosial ekonomi dari Inggris):
“Sistem tata sosial kemasyarakatan akan berjalan
pada porosnya (harmonis) kalau praktek sistem
bunga (praktek riba) dapat diturunkan sampai
ke derajat nol”

 Minsky (1985), Bernante and Gertler (1989),


Greenwald and Stiglizt (1990) argue that interest
rate system is a major part in the explanation of
cyclical fluctuation. Therefore in Western
economics literature there is almost a “tradition”
even though not mainstream which indicate that
economic evils of our time is as a result of
interest rate and associated with bank credit
expansion and contractions

 Maurice Allaice (1993) the main objective of fiscal


and monetary policy in modern (conventional)
economic are fail to be achieved due to cyclical
fluctuation as a result of interest rate system.
PRINSIP-PRINSIP AKAD PADA
PRODUK PERBANKAN
SYARI’AH
JUAL BELI :

* Pengertian
* Dasar Hukum
* Rukun dan Syarat
* Unsur Kelalaian
* Bentuk-bentuk Jual Beli
Pengertian & Dasar Hukum
Pengertian:
Saling menukar harta dengan harta/yang
sepadan melalui cara tertentu yang
bermanfaat

Dasar Hukum : QS. Al-Baqarah/2: 275.


QS. An-Nisa’/4: 29.
* Rukun dan Syarat
• - Pihak yang berakad (penjual dan pembeli)
- Ijab Qabul (pernyataan kesepakatan)
- Barang/Objek
- Nilai Tukar/Pengganti barang
Syarat Sah Jual Beli:
1. Objek terhindar dari cacat
2. Kriteria objek jelas ( jenis, kualitas, kuantitas
nilai./harga)
3. Tidak mengandung unsur paksaan, tipuan
mudharat.
* Unsur Kelalaian
1. Objek jual beli bukan milik penjual
2. Objek hasil curian
3. Menyalahi kesepakatan
4. Objek rusak dalam perjalanan
5. Objek berbeda dari contoh yg disepakati.
Resiko: Ganti rugi/adh-Dhaman dari pihak yg
lalai.
* Bentuk-bentuk Jual Beli

1. Jual beli yang sahih : memenuhi syaratdan


rukun yang ditentukan
2. Jual beli yang batal
3. Jual beli Fasid
MURABAHAH
Pengertian:
Jual Beli barang pada harga pokok dengan tambahan
keuntungan yang disepakati.
Ketentuan:
- Barang telah dimiliki oleh penjual
- Keuntungan dan resiko di tangan penjual
- Harus ada informasi harga dan biaya yang wajar
- Informasi keuntungan yang jelas.
Mekanisme Murabahah

•Berlaku wa’ad atau janji


•Wa’ad atau janji dari pembeli kepada penjual akan
membeli barang yang dipesan/bukti pemesanan. Setelah
pihak penjual memiliki barang, baru akad berlangsung.
•Pembayaran dapat dilakukan secara tangguh (Mu’ajjal)
atau angsuran (Taqsith), penjual dapat meminta tambahan
harga.
ASPEK PENENTUAN HARGA
MURABAHAH
•Berdasarkan kebiasaan bisnis yang berlaku
(‘Urf/konvensi/peraturan dagang internasional)
“Kaidah” : almuslimuna ‘ala syurutihim
•Tambahan harga ditetapkan saat akad.
•Komponen biaya harus jelas.
•Keuntungan penjual tidak atas dasar bunga cicilan, tetapi
selisih harga pokok dan harga jual yang ditentukan saat
akad.
•Uang muka (‘Urbun) boleh untuk melindungi hak bagi
para pihak jika terjadi penarikan diri dari transaksi
(fasakh).
Bai’ salam

* Salam adalah Jual Beli barang tertentu yang


pembayarannya dilakukan di muka dan
pengirimannya menyusul kemudian (tangguh)
*Salam dapat pula dilakukan bertingkat ( Salam al
Muwazi)
Nasabah melakukan salam kepada Bank, dan Bank
melakukan salam kepada pihak lain dalam rangka
memenuhi kewajibannya.
ISTISHNA’
• Istishna’ ialah kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang (shani’), shani’ menerima
pesanan dari pembeli (mustashni’) untuk membuat
barang dengan spesifikasi yang telah disepakati.
• Kedua belah pihak bersepakat atas harga serat
sistem pembayaran (di muka, cicilan, tangguh
dengan waktu ditentukan
Istishna’ al Muwazi (Paralel)
Pembuat barang (shani’) menggunakan subkontraktor untuk
melaksanakan kontrak tersebut, pembuat barang (shani’)
membuat kontrak Istishna’ kedua untuk memenuhi kewajibannya
pada kontrak pertama
Akibat Hukum :
 Bank sebagai pembuat kontrak pertama adalah pihak yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kewajiban, kesalahan,
kelalaian, pelanggaran (resiko). Tanggung jawab atas resiko ini
membuat bank berhak atas keuntungan.
Penerima subkontrak pembuatan Istishna’ bertingkat
bertanggung jawab terhadp bank sebagai pemesan. Ia tidak
mempunyai hubungan hukum secara langsung dengan nasabah
pada kontrak pertama
IJARAH
• Transaksi terhadap suatu manfa’at
tertentu, bersifat mubah dan dapat
dimanfa’atkan dengan imbalan tertentu
• Ijarah ditunjukkan untuk manfa’at atau
jasa bukan materi/benda
• Ijarah dapat berupa manfaat/nilai
Ketentuan Ijarah
1. Kedua belah pihak memenuhi syarat hukum
2. Kedua belah pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan
ijarah dan tidak terpaksa
3. Manfaat objek diketahui secara jelas
4. Penyewa berhak atas manfat baik untuk dirinya sendiri atau untuk
orang lain baik dengan cara menyewakannya atau meminjamkan
5. Objek Ijarah dapat diserahkan dan dipergunakan secara langsung
6. Objek Ijarah adalah halal
•Ijarah “Jasa” (Ijarah ‘ala al ‘amal) bukan merupakan
kewajiban (fardhu ‘ain) seperti shalat, puasa. Tetapi
bersifat fardu kifayah
•Objek Ijarah merupakan sesuatu yang biasa
disewakan (‘urf)
•Upah/sewa tidak sejenis dengan manfa’at yang
disewakan
Ijarah Muntahiyah bi alTamlik
Kontrak atas manfaat suatu barang dengan nilai
tukar tententu. Penyewa diberikan pilihan (options)
untuk memiliki barang yang disewakan. Pemberi
sewa (bank) berjanji (wa’ad) kepada penyewa untuk
memindahkan kepemilikan objek setelah masa sewa
berakhir
Akad Ijarah Berakhir
• Objek hilang/lenyap : terbakar, faktor alam
• Habis masa waktunya
• Salah satu pihak yang wafat dapat
dialihkan pada ahli warisnya
• Objek disita, pailit
SYIRKAH
• Pengertian:
Kerjasama antara dua pihak atau lebih
dalam hal modal dan keuntungan
• Dasar Hukum :
Q.S an Nisa/4 : 12 ; Q.S Shad/38 : 24
Bentuk-bentuk Syirkah
• Syirkah al Amlak
• Syirkah ‘Uqud. Syirkah ini terdiri dari:
• 1. Syirkah’Inan
• 2.Syirkah ‘Abdan
• 3.Syirkah Wujuh
Syirkah ‘Inan
• Perserikatan dalam modal pada suatu
kontrak bisnis yang dilakukan dua orang
atau lebih dan keuntungan dibagi bersama
• Modal, kerja dan tanggung jawab yang
digabungkan tidak harus sama
kuantitasnya
• Keuntungan dibagi sesuai porsi yang
ditentukan atas kesepakatan bersama
Syirkah Mufawadhah
• Kontrak kerjasama antara dua orang atau
lebih. Setiap pihak memberikan suatu
porsi dari keseluruhan dana dan
partisipasi kerja.
• Setiap pihak membagi keuntungan dan
kerugian secara bersama.
• Para pihak dapat bertindak sebagai wakil
dan penjamin/kafil atas kemitraan tersebut
Syirkah al Wujuh
• Kerjasama antara dua orang atau lebih
tanpa modal tetapi atas dasar
kepercayaan.
• Dalam syirkah ini biasanya para pihak
membeli barang dengan cara tangguh
atas dasr kepercayaan dan menjualnya
dengan cara tunai
Syirkah ‘Abdan/A’mal
• Kerjasama dua orang atau lebih untuk
menerima suatu pekerjaan/order kerja.
• Hasil/keuntungan dibagi bersama sesuai
kesepakatan
Mudharabah
• Pengertian: Kerjasama antara pemilik
modal dengan seorang pekerja/pebisnis
dan keuntungan dibagi sesuai dengan
kesepakatan
• Dasar Hukum: Q.S al Muzammil/73:20;
Q.S al Baqarah/2: 198. ; Hadist
• Bentuk : Muqayyadah dan Muthlaqah
Wadi’ah
• Pengertian : Melibatkan pihak lain dalam memelihara
harta/aset tertentu dengan cara tertentu (titipan)
• Dasar Hukum : Q.S an Nisa/4:58; Q.S Al Baqarah/2:
283; Hadist
• Status Wadi’ah adalah amanah
• Dapat dibebankan ganti rugi (dhaman) jika:
1. Tidak dipelihara sebagaimana mestinya
2. Objek dititipkan kepada pihak ketiga
3. Objek dimanfa’atkan oleh pihak kedua
3. Pihak kedua mengingkari wadi’ah
4. Pihak kedua mencampurkan objek titipan dengan
barang miliknya dan sulit dipisahkan
5. Pihak kedua melanggar syarat yang ditentukan
6 Objek wadi’ah dibawa pergi/hilang di tangan pihak
kedua
* Di Perbankan Syari’ah : aplikasi wadi’ah yad adh dhamah
kurang tepat, secara substansi adalah akad qardh.
Ketentuan-ketentuan
Mudharabah
• Modal di tangan pengusaha berstatus
amanah seperti wakil dalam jual beli
• Pengusaha berhak atas keuntungan
sesuai kesepakatan
• Komponen biaya/cost disepakati sejak
awal akad
• Pemilik modal (shahibul mal) berhak atas
keuntungan dan menanggung resiko
Rahn
• Pengertian: Menjadikan barang yang mempunyai nilai harta sebagai
jaminan hutang sehingga penerima dapat emngambil kembali
hutangnya semua atau sebagian.
• Dalam Perbankan akad ini dapat digunakan sebagai tambahan
pembiayaan yeng beresiko dan memerlukan jaminan (accessoir)
• Akad ini dapat juga menjadi produk tersendiri untuk melayani
kebutuhan nasabah yang bersifat jasa maupun konsumtif.
• Bank tidak dapat meminta biaya kecuali biaya pemeliharaan dan
keamanan atas barang yang digadaikan tersebut.
wakalah
• Pemberian kewenangan/kuasa kepada pihak lain
tentang hal yang harus dilakukannya dan penerima
kuasa menjadi pengganti pemberi kuasa selama batas
waktu yang ditentukan
• Wakalah dapat dilakukan dengan menerima bayaran/
fee/’umalah atau tanpa bayaran
• Bentuk Wakalah : Muqayyadah dan Muthlaqah
Kafalah
• Pengertian: Kafalah berarti juga al dhaman,
• Kafalah berarti pula: Menggabungkan satu tanggung jawab kepada
tanggung jawab yang lain dalam penagihan hutang baik jiwa
maupun harta.
• Dasar Hukum: Q.S Yusuf :66; Yusuf: 72; Hadist
• Kafalah terdiri dari : kafalah bi al Mal (harta) dan kafalah bi al Wajhi
(jiwa).
• Kafalah Harta (kafalah bi al Mal) teridri dari: a) kafalah bi al Dayn
(kewajiban hutang); b) kafalah bi at Taslim (penyerahan benda); c)
kafalah bi al ‘Aibi (jika barang yang dijual mengandung cacat)
• Pada Perbankan Syari’ah kafalah seprti halnya : penerbitan garansi
bank/bank (guarantee). Kafalah adalah warkat yang diterbitkan oleh
bank yang berakibat kewajiban membayar terhadap pihak yang
menerima garansi jika pihak yang dijamin cedera janji (wanprestasi)
HAWALAH
• Hawalah adalah akad pemindahan utang piutang satu
pihak kepada pihak lain. Adapun akad hawalah yang
dipraktekkan umumnya berbentuk subrogasi.
• Di pasar konvensional praktek hawalah dapat dilihat
pada transaksi anjak piutang (factoring).
• Hawalah juga dapat dilihat dalam bentuk transaksi
pembiayaan dan jual beli surat-surat berharga.
Konsep Kepemilikan
dalam Islam
Konsep Kepemilikan dalam
Islam
Pengertian
Hubungan antara manusia dengan harta yang
ditentukan oleh syara dalam bentuk perlakuan
secara khusus thdp. harta tersebut yang
memungkinkan untuk mempergunakannya secara
umum sampai ada larangan untuk
menggunakannya.

• Bahasa: Penguasaan manusia atas harta dan


penggunaannya secara pribadi
• Definisi Istilah: Pengkhususan hak atas sesuatu
tanpa orang lain, dan dia berhak untuk
menggunakannya sejak awal kecuali ada
larangan syariy.
– Larangan syariy seperti: Keadaan gila,
keterbelakangan akal (idiot), belum cukup umur
ataupun cacat mental, dll.
Keadaan/Pembagian Harta,
dapat dimiliki ataupun tidaknya:
Harta yang tidak dapat dimiliki
dan dihakmilikkan orang lain
• Setiap harta milik umum seperti
jalanan, jembatan, sungai dll. dimana
harta/barang tersebut untuk keperluan
umum.
Harta yang tidak bisa dimiliki
kecuali dengan ketentuan
syariah
• Seperti harta wakaf, harta baitul mal
dll. Maka harta wakaf tidak bisa dijual
atau dihibahkan kecuali dalam kondisi
tertentu seperti mudah rusak ataupun
biaya pengurusannya lebih besar nilai
hartanya.
Harta yang bisa dimiliki dan
dihakmilikkan kpd. lainnya
• Selain dari dua jenis harta dalam
kategori tsb. diatas.
Karakteristik Hak manfaat atau
pemanfaatan atas sesuatu harta
Habisnya Hak Manfaat
Macam-macam Pemilikan
yang tidak sempurna
Pemilikan atas barang saja

• Hak kepemilikan milik sendiri, namun hak


pakai milik yang lain
– Hak Pakai tidak bisa diwariskan menurut
Hanafiyah
Pemilikan manfaat perorangan
atau hak pakai saja
• Lima hal yang menyebabkan hak pakai/pemilikan manfaat:
– 1. Peminjaman, menurut jumhur hanafiyah dan malikiyah,barang
yang dipinjam dapat dipinjamkan kepada yang lainnya. Adapun
menurut syafiiyah dan Hanbali, barang tersebut tidak dapat di
pinjamkan kepada orang lain (selain peminjam)
• Pemindahan hak pakai tanpa membayar ganti
– 2. Sewa (Ijarah), yaitu pemindahan hak pakai dengan membayar
ganti
– 3. Wakaf, yaitu penahanan kepemilikan atas barang pada seseorang
dan memindahkan hak manfaatnya kepada yang diberikan wakaf
– 4. Wasiyat
– 5. Ibahah, izin untuk menggunakan sesuatu atau memakainya
• Perbedaan antara ibahah dan pemilikan
Jenis-jenis pemilikan
Taam: Sempurna
• Jenis Kepemilikian atas sesuatu yang
sekaligus dapat memanfaatkannya, atau
si pemilik berhak atas seluruh hak-hak
syariy
– Tidak terbatas pada waktu
– Tidak dapat di batalkan pemilikannya
Naqis: Tidak Sempurna
• Bisa hanya memiliki ataupun punya hak
pakai
– Hak Pakai pada barang tidak bergerak seperti
rumah atau tanah
Harta Dalam Islam
Harta dalam Islam
Difinisi
Menurut Bahasa
• Dalam Quran/Sunnah
– " Dan, kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang
berlebihan. " (Al-Fajr 20)
– Al Kahfi: 34
– Al baqarah 177
– ali Imran ayat 14
– Hadits:" Sebaik-baik maal ialah yang berada pada orang
yang saleh." (Bukhari dan Muslim)
– Hadits:" Celakalah budak-budak dinar, dirham, dan
kemewahan, yaitu jika diberi, mereka segan, dan jika
tidak diberi, mereka benci." (Muslim)
• Dalam Kamus: Segala sesuatu yang dimiliki (Lisanul Arab)
Menurut Istilah
• Madzhab Hanafiyah: Semua yang mungkin dimiliki, disimpan dan
dimanfaatkan
– Dua unsur menurut madzhab: 1. Dimiliki dan disimpan 2. Biasa
dimanfaatkan
• Jumhur Fuqaha; Setiap yang berharga yang harus diganti apabila
rusak
– Hambali: apa-apa yang memiliki manfaat yang mubah untuk suatu
keperluan dan atau untuk kondisi darurat.
– Imam Syafii: barang-barang yang mempunyai nilai untuk dijual dan
nilai harta itu akan terus ada kecuali kalau semua orang telah
meninggalkannya (tidak berguna lagi bagi manusia).
– Ibnu Abidin: segala yang disukai nafsu atau jiwa dan bisa disimpan
sampai waktu ia dibutuhkan.
– As Suyuti dinukil dari Imam Syafii: tidak ada yang bisa disebut mal
(harta) kecuali apa-apa yang memiliki nilai penjualan dan diberi sanksi
bagi orang yang merusaknya. Harta(nilai harta).
Pembagian
Dari segi tujuannya
• Untuk muamalah: Uang berfungsi sebagai harga
dan nilai; yang digunakan untuk pertukaran
antara barang dan jasa pelayanan,
– mata uang murni (emas dan Perak)
– Mata uang muqayyad (uang fiat, kertas, kartal,
logam dan sejenisnya)
• Untuk diambil Manfaatnya: barang-barang
– Barang-barang milik: diambil manfaatnya, untuk
tujuan konsumsi: hewan (hasil susu - kembang biak),
bangunan - (disewakan)
– barang-barang dagangan: untuk jual beli, tukar
menukar, dibeli atau diproduksi untuk perdagangan
Dari aspek halal dan haram
• Bernilai (mutaqawwim): uang, barang
dagangan, tanah, binatang ternak, makan dll. -
dan orang yang merusakknya harus memberikan
jaminan (pengganti)
– Syarat-syaratnya: 1. boleh dimanfaatkan secara
syari'y, 2. boleh dimiliki dengan jelas.
• Tidak Bernilai (Ghoir Mutaqawwim): Harta yang
tidak dikhususkan dan tidak boleh dimanfaatkan
kecuali dalam keadaan darurat.
• Pembahasan fikih/manfaat pembagian ini:
– Status transaksinya
– hak ganti/jaminan apabila rusak
Dari aspek dapat pindah atau
tidak
• Dapat dipindahkan (Manqul)
• Tidak dapat dipindahkan (Aqqar)
• Pembahasan fikih/manfaat pembagian ini:
– SYuf'ah
– Waqf
– Ba'i al Washiy ala al qashir
– Jual beli piutang
– Jual beli properti sebelum pindak kepemilikannya
– Hak-hak sesama tetangga dan hubungannya dengan
harta
Aspek penilaian unit satuan
atau bagian-bagiannya
• Dihitung sesuai nilai kesamaan (Mithliy)
• Dihitung sesuai dengan nilai satuannya
(Qiyamiy)
• Pembahasan fikih/manfaat pembagian
ini:
– Penetapan dalam tanggungan
– hak ganti/jaminan apabila rusak
– Pembagian barang pengganti dan caranya
– masalah Riba
Dari aspek dapat berubah atau
tidak
• Dapat habis (istihlakiy)
• Dapat digunakan (Isti'maliy)
Hal-hal lain yang berhubungan
dengan harta
Tentang hak dan Manfaat
• Menurut hanafiyah: Hak dan manfaat tidak
termasuk harta, akan tetapi kepemilikan.
• Menurut Jumhur ulama : masuk dalam kategori
harta karena aspek kemanfaatannya dan bukan
dzatnya.
• Hak
• Manfaat
– yang dimaksud dengan manfaat ialah; faedah yang
dihasilkan dari sesuatu seperti rumah ditempati,
mobil dikendarai dll.
harta-harta yang bernilai
Mata uang
• mata uang murni spt: emas, perak
• mata uang muqayyad, spt: uang kertas,
logam, cek, deposti di bank dll.
barang
• Barang milik, spt: bangunan, perangkat
rumah, mobil kendaraan, binatang
ternak. harta maknawi seperti hak paten
dll.
• Barang dagang seperti komoditi, piutang,
surat-surat tanda terima, titipan/pesanan
pada orang lain, surat-surat obligasi,
pendapatan-pendapatan yang masih
berada pada orang lain. dll.
Pengertian Modal pokok dalam
Islam
Pengertian
• Bagian dari maal yang mempunyai nilai,
terakumulasi, dan dapat berkembang selama
mengoperasikannya di bdg-bdg. yang
bermanfaat
• Semua harta yang bernilai dalam pandangan
syar'i, yang aktivitas manusia ikut berperan
serta dalam usaha produksinya dengan tujuan
pengembangan (lihat Sya'ban Fahmi Abdul Aziz,
Dauru Rasil maal fi al-Fikr al-Islami, tesis
master tahun 1979.
• Dalam Al-Quran: Al Baqarah: 274
Terdiri atas:
• uang
• seluruh kekayaan yang digunakan untuk
memproduksi kekayaaan yang baru
• barang dagangan, dgn syarat: dimiliki secara
penuh dan diniatkan untuk diperdagangkan.
• Semua harta yang bernilai dalam pandangan
syar'i, yang aktivitas manusia ikut berperan
serta dalam usaha produksinya dengan tujuan
pengembangan (lihat Sya'ban Fahmi Abdul Aziz,
Dauru Rasil maal fi al-Fikr al-Islami, tesis
master tahun 1979.
Syarat-syarat
• Harta dimiliki scr. penuh
• mempunyai nilai tukar
• dapat dimanfaatkan secara syari
• ada niat yang dpt. membedakan jenis
aktivitas, spt: perdagangan, industri dan
pertanian
Landasan dasar dalam
pengertian mal
Harta dalam Islam
Definisi Uang
Secara Bahasa

• Nuqud; ada beberapa pendapat tentang defenisi nuqud, diantaranya:


– Semua hal yang digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi, baik dari
emas (emas), perak (dirham), maupun tembaga (fulus).
– Segala sesuatu yang diterima secara umum sebagai media pertukaran dan
pengukurnilai.
• Atsman; dari sudut bahasa memiliki pengertian antara lain; qimah yakni nilai sesuatu,
dan harga pembayaran barang yang dijual, yakni sesuatu dalambentuk apapun yang
diterima oleh pihak penjual sebagai imbalan dari barang yang dijualnya. Dalam tataran
fiqh istilah itu digunakan untuk menunjukkan uang emas dan perak.
• Fulus; digunakan untuk pengertian logam bukan emas dan perak yang dibuat dan
berlaku ditengah-tengah masyarakat sebagai uang dan pembayaran.
• Sikkah; (jamak; sukak) dipakai untuk dua pengertian, yakni pertma, istilah untuk
stempel besi yang dipakai untuk mencap (mentera) mata uang, dan kedua, mata uang
dinar dan dirham yang telah dicetak dan distempel. (uang logam)
• Umlah; memiliki dua pengertian, yakni, pertama, satuan mata uang yang berlaku di
negara atau wilayah tertentu, misalnya 'umlah yang berlaku di Yordania adalah Dinar
dan di Indonesia adalah Rupiah; kedua, mata uang dalam arti umum sama dengan
nuqud.
• Tamyiz untuk membedakan antara dinar yang kualitas bagus dan yang jelek dan
membedakan dinar dan dirham.
Definisi Uang
Secara Istilah
• Menurut Imam Al-Gazali : "Uang (dinar dan dirham)
adalah khadimani wa laa khadimun lahuma wa muradani
wa laa yuraadhani, uang adalah alat-alat yang dipakai
untuk mencapi sesuatu maksud, sebagai alat perantara
saja dan tidak untuk yang lain.
• Menurut Adnan Khaliq At-Thur, uang adalah tidak
berkaitan dengan logam mulia tetapi berstandar pada
logam mulia.
• Menurut Dr. Rif’at As-Sayyid al-Audhy uang adalah
sesuatu yang diakui dan diterima secara umum sebagai
alat penukar (medium of exchange), alat pengukur nilai
dalam bentuk dan keadaan apapun.
Fungsi Uang
• Alat Transaksi (alat tukar) - Transaction
– Menghilangkan kesamaan keinginan antara pembeli dan penjual
sebelum terjadinya pertukaran, yaitu tukar menukar barang
dengan barang (barter). Dengan adanya uang maka berubah
dari barang ditukar dengan uang atau uang dapat membeli
barang

• Pengukur Satuan Nilai – Unit Cost


– Satuan uang nilai barang dapat dinilai. Dengan adanya yang
nilai suatu barang dapat diukur dan diperbandingkan. Uang
dapat mengukur nilai mobil atau rumah.

• Penyimpan Kekayaan – Hoarding Money


– Sebagai simpanan sementara (berjaga-jaga), dalam bentuk
uang atau surat-surat berharga
Sifat Uang
• Flow Concept
– Uang harus berputar yang menghasilkan sesuatu
bersifat produksi. Jika uang berputar dapat
menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi
masyarakat.

• Public Goods
– Uang bukan barang monopoli seseorang melainkan
milik masyarakat luas. Jadi, uang bukanlah modal,
karena modal adalah barang pribadi atau orang per
orang. Sifat dari modal adalah stock concept.
– Dilarang menumpukkan uang, karena uang
diibaratkan darah yang mengalir.
Terima Kasih
Thank You
Syukria
‫شـكـرا جـزيـال‬

You might also like