Professional Documents
Culture Documents
Kalau ditinjau secara umum ada 4 (empat) permasalahan yang menjadi latar
belakang sejarah berdirinya HMI.
Situasi Dunia Internasional.
Situasi NKRI
Tahun 1596 Cornrlis de Houtman mendarat di Banten. Maka sejak itu pulalah Indonesia
dijajah Belanda. Imprealisme Barat selama ± 350 tahun membawa paling tidak 3 (tiga)
hal :
• Penjajahan itu sendiri dengan segala bentuk implikasinya.
• Missi dan Zending agama Kristiani.
• Peradaban Barat dengan ciri sekulerisme dan liberalisme.
Setelah melalui perjuangan secara terus menerus dan atas rahmat Allah SWT
maka pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta Sang Dwi Tunggal Proklamasi atas
nama bangsa Indonesia mengumandangkan kemerdekaannya.
Kondisi Mikrobiologis Ummat Islam di Indonesia
Kondisi ummat Islam sebelum berdirinya HMI dapat dikategorikan menjadi 4 (empat)
golongan, yaitu : Pertama : Sebagian besar yang melakukan ajaran Islam itu hanya
sebagai kewajiban yang diadatkan seperti dalam upacara perkawinan, kematian serta
kelahiran. Kedua : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang mengenal dan
mempraktekkan ajaran Islam sesuai yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ketiga : Golongan alim ulama dan pengikut-pengikutnya yang terpengaruh oleh
mistikisme yang menyebabkan mereka berpendirian bahwa hidup ini adalah untuk
kepentingan akhirat saja. Keempat : Golongan kecil yang mencoba menyesuaikan diri
dengan kemajuan jaman, selaras dengan wujud dan hakekat agama Islam. Mereka
berusaha supaya agama Islam itu benar-benar dapat dipraktekkan dalam masyarakat
Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Dunia Kemahasiswaan
Ada dua faktor yang sangat dominan yang mewarnai Perguruan Tinggi (PT) dan
dunia kemahasiswaan sebelum HMI berdiri. Pertama: sisitem yang diterapkan dalam
dunia pendidikan umumnya dan PT khususnya adalah sistem pendidikan barat, yang
mengarah kepada sekulerisme yang “mendangkalkan agama disetiap aspek kehidupan
manusia”. Kedua : adanya Perserikatan MAHASISWA Yogyakarta (PMY) dan Serikat
Mahasiswa Indonesia (SMI) di Surakarta dimana kedua organisasi ini dibawah pengaruh
Komunis. Bergabungnya dua faham ini (Sekuler dan Komunis), melanda dunia PT dan
Kemahsiswaan, menyebabkan timbulnya “Krisis Keseimbangan” yang sangat tajam,
yakni tidak adanya keselarasan antara akal dan kalbu, jasmani dan rohani, serta
pemenuhan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Usaha-usaha yang gigih dari kaum komunis dalam membubarkan HMI ternyata tidak
menjadi kenyataan, dan sejarahpun telah membeberkan dengan jelas siapa yang kontra
revolusi, PKI dengan puncak aksi pada tanggal 30 September 1965 telah membuatnya
sebagai salah satu organisasi terlarang.
6. Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966 – 1968)
HMI sebagai sumber insani bangsa turut mempelopori tegaknya Orde Baru untuk
menghapuskan orde lama yang sarat dengan ketotaliterannya. Usaha-usaha itu tampak
antara lain HMI melalui Wakil Ketua PB Mari\’ie Muhammad memprakasai Kesatuan
Aksi Mahasiswa (KAMI) 25 Oktober 1965 yang bertugas antara lain : 1) Mengamankan
Pancasila. 2) Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam penumpasan Gestapu/ PKI
sampai ke akar-akarnya. Masa aksi KAMI yang pertama berupa Rapat Umum
dilaksanakan tanggal 3 Nopember 1965 di halaman Fakultas Kedokteran UI Salemba
Jakarta, dimana barisan HMI menunjukan superioitasnya dengan massanya yang terbesar.
Puncak aksi KAMI terjadi pada tanggal 10 Januari 1966 yang mengumandangkan
tuntutan rakyat dalam bentuk Tritura yang terkenal itu. Tuntutan tersebut ternyata
mendapat perlakuan yang represif dari aparat keamanan sehingga tidak sedikit dari pihak
mahasiswa menjadi korban. Diantaranya antara lain : Arif rahman Hakim, Zubaidah di
Jakarta, Aris Munandar, Margono yang gugur di Yogyakarta, Hasannudin di
Banjarmasin, Muhammad Syarif al-Kadri di Makasar, kesemuanya merupakan pahlawan-
pahlawan ampera yang berjuang tanpa pamrih dan semata-mata demi kemaslahatan
ummat serta keselamatan bangsa serta negara. Akhirnya puncak tututan tersebut berbuah
hasil yang diharap-harapkan dengan keluarnya Supersemar sebagai tonggak sejarah
berdirinya Orde Baru.
9. Fase Reformasi
Secara histories sejak tahun 1995 HMI mulai melaksanakan gerakan reformasi dengan
menyampaikan pandangan, gagasan dan kritik terhadap pemerintahan. Sesuai dengan
kebijakan PB HMI bahwa HMI tidak akan melakukan tindakan-tindakan inkonstitusional
dan konfrontatif. Gerakan koreksi pemerintahanpertama disampaikan pada jaman
konggres XX HMI di Istana Negara tanggal 21 Januari 1995. kemudian peringatan
MILAD HMI Ke 50 Saudara Ketua Umum Taufiq Hidayat menegaskan dan menjawab
kritik-kritik yang menyebutkan bahwa HMI terlalu dekat dengan kekuasaan. Bagi HMI
kekuasaan bukanlah wilayah yang haram. Tetapi adalah wilayah pencermatan dan
kekritisan terhadap pemerintahan. Kemudian dalam penyampaian Anas Urbaningrun
pada MILAD HMI ke 51 di Graha Insan Cita Depok tanggal 22 Pebruari 1998 dengan
judul “Urgensi Reformasi bagi Pembangunan Bangsa Yang Bermartabat”.
Kritik terhadap HMI datang dari dalam dan dari luar HMI. Kritik ini sangat positif
karena dengan demikian HMI akam mengetahui kekurangan dan kelebihan organisasi.
Sehingga kedepan kita mampu memperbaiki dan menentukan sikap dan kebijakan yang
sesuai dengan keadaan jaman.
Dari masa kemasa, beberapa persoalan yang dihadapkan pada HMI tentang kritik
independensi HMI, kedekatan dengan militer, sikap HMI terhadap komunisme, tuntutan
Negara Islam, dukungan terhadap rehabilitasi masyumi, penerimaan azas tunggal
Pancasila, adaptasi rasionalitas pemikiran, dan lain-lain yang memberikan penilaian
kemunduran terhadap HMI, Yahya Muhaimin dalam konggres HMI ke XX
mengemukakan konsep tentang revitalisasi, reaktualisasi, refungsionalisasi, dan
restrukturisasi organisasi. Anas Urbaningrum menjawabnya dengan pemberian wacana
politik etis HMI. Yakni dengan langkah : Peningkatan visi HMI, intelektualisasi,
penguasaan basis dan modernisasi organisasi.
Untuk pencapaian tujuan HMI perlu dipersiapkan kondisi yang tepat sebagai modal untuk
merekayasa masa depan sesuai dengan 5 kualitas insan cita HMI. Tantangan yang
dihadapi HMI dan masa depan bangsa Indonesia sangat komplek. Tetapi justeru akan
menjadi peluang yang sangat baik untuk memperjuangkan cita-cita HMI sampai
mencapai tujuan.
PENUTUP
Dengan mengetahui sejarah masa lampau dapat diketahui kebesaran dan semangat
juang HMI. Hal tersebut merupakan tonggak bagi HMI untuk meneruskan perjuangan
para pendahulunya pada masa kini dan menuju hari esok yang lebih baik. Mempelajari
HMI tidak hanya cukup dengan mengikuti training formal. Mempelajari dan menghayati
HMI harus dilakukan secara terus menerus tanpa batas kapan dan dimanapun. Dengan
cara seperti itulah pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai HMI dapat dilakukan
secata utuh dan benar.
Yakin usaha sampai bahagia hmi.