You are on page 1of 14

REFERAT

ASYMMETRIC PERIFLEXURAL EXANTHEM


of CHILDHOOD
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Mengikuti Ujian
Selama di Stase Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSU TIDAR MAGELANG

Diajukan Kepada:

dr. Endang Tri S.,Sp.KK

Disusun oleh:

Dika Ajun Haryadi

20050310044

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSU TIDAR
MAGELANG
2010
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

ASYMMETRIC PERIFLEXURAL EXANTHEM


of CHILDHOOD

Disusun Oleh :

Dika Ajun Haryadi

20050310044

Telah dipresentasikan pada tanggal 11 Mei 2010

Dan telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

(dr. Endang Tri S.,Sp.KK)


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..........................................................................4
B. TUJUAN PENULISAN........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI..............................................................................................5
B. EPIDEMIOLOGI..................................................................................8
C. PATOFISIOLOGI.................................................................................8
D. GEJALA KLINIK.................................................................................8
E. DIAGNOSIS BANDING......................................................................9
F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS.............................................................10
G. PENGOBATAN...................................................................................11
H. PROGNOSIS........................................................................................11
BAB III KESIMPULAN......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada tahun 1962, Brunner menemukan “A new papular erythema of
childhood”, yaitu erupsi eritematous, unilateral, dan biasanya pada anak yang
berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Kemudian pada tahun 1992, Bodemer dan de
Prost memperkenalkan dengan nama baru yaitu Unilateral laterothoric exanthem
(ULE). Dan pada tahun 1993, Taieb mengganti nama ULE dengan Asymmetric
periflexural exanthem of childhood (APEC). APEC adalah penyakit yang dapat
sembuh sendiri, terjadinya spontan dan belum diketahui penyebabnya. Secara
umum biasanya terjadi dalam beberapa minggu dengan makula eritem dan papul
yang berawal pada daerah aksila dan menyebar secara sentrifugal. Banyak terjadi
pada anak-anak dan jarang pada orang dewasa.1,6,7

B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang
Asymmetric periflexural exanthema of childhood yang mencakup definisi,
etiologi, patofisiologi, diagnosis, serta penanganannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Secara umum exanthema pada anak terbagi menjadi enam berdasarkan
riwayat yang dulu, yaitu terdiri dari:
• Measles (Rubeola/first disease)
Measles disebabkan oleh measles virus yang termasuk dalam
Paramyxoviridae family. Gejala awalnya yaitu demam (40oC-40,5oC), kelemahan,
konjungtivitis, batuk. Gejala khas berupa koplik spot, yaitu makula 1-2mm
berwarna putih kebiruan dengan dasar eritem. Biasanya pada mukosa bukal dekat
mlar kedua. Lesi pada kulit ditandai dengan makula dan papul eritem dimulai dari
dahi dan belakang telinga, dan tidak gatal. 4,10,12
Pengobatannya secara umum yaitu secara simtomatik atau sesuai
gejalanya. Pada demam menggunakan antipiretik. Untuk infeksi sekunder, seperti
pneumonia dan otitis media, sebaiknya menggunakan antibiotik. Infeksi measles
virus menyebabkan penurunan level serum vitamin A dan dapat meningkatkan
resiko kematian pada measles, sehingga perlu diberikan suplemen vitamin A
kepada anak yang mengalami defisiensi vitamin A dengan measles. Pemberian
vitamin A (aquasol A) pada anak 6 bulan-1 tahun: 100.000 IU PO, dosis tunggal
selama 4 minggu. Pada anak lebih dari 1 tahun: 200.000 IU PO, dosis tunggal
selama 4 minggu. 4,10,12
• Scarlet Fever (second disease)
Scarlet fever adalah infeksi yang disebabkan streptoccocus beta hemolicus
group A, biasanya ditemukan sekret dan discharge pada hidung, telinga,
tenggorokan dan kulit. Pada hari pertama, lidah diselimuti oleh membran
berwarna putih (white strawbery tongue). Setelah 4-5 hari, membran putih
menghilang dan lidah menjadi merah (red strawbery tongue). Biasanya disertai
edema, kemerahan, eksudat pada tonsil. Lesi pada kulit ditandai dengan punctate
erupsi eritem, berawal pada batang tubuh bagian bwah dan aksila, kemudian
menyebar ke seluruh tubuh walaupun biasanya pada daerah fleksural, fosa
poplitea, dan lipat inguinal. Dapat juga mengenai pada daerah pantat. Dalam
proses penyembuhan infeksi juga terjadi deskuamasi. .4,10,12
Pengobatan pada scarlet fever bertujuan untuk mencegah rheumatik fever
akut, mengurangi penyebaran infeksi, mensegah komplikasi yag supuratif, dan
mengurangi rasa sakit. Pengobatran dengan memberikan antibiotik
antistreptococcal yang adekuat selama sekurang-kurangnya 10 hari. Obat yang
termasuk yaitu penicillin dan erytromicin.
Pemberian obat penicillin: penicillin VK (Veetids, Beepen-VK)
menghambat biosintesis dinding sel peptidoglikan dan efektif selama multifikasi
aktif. Konsetrasi inadekuat hanya berefek bakteriositik. Dosisnya: dewasa 250mg
Po selama 10 hari; anak: <12 tahun: 25-50mg.kg/hari PO, maksilam 3gram/hari, .
12 tahun: sama pada dewasa.
Penicillin G benzathine (Bicillin L-A), bergabung dengan sintesis dinding
sel peptidoglikan selama multifikasi aktif, sehingga dapat melawan aktifitas
bakteri. Dosisnya: dewasa 1,2 juta unit i.m; anak: >27kg: sama seperti pada
dewasa, <27kg: 600.000 unit i.m. 4,10,12
Pemberian obat erythromycin (EES,E-Mycin,Ery-Tab), mengobati infeksi
yang disebabkan keterntanan terhadap streptococci. Dosisnya: dewasa 250mg
( atau 400mg ethylsuccinate)/6jam Po/hari atau 500mg/12jam PO/hari. Alternatif:
333mg/8jam Po, meningkat 4gram/hari, selama infeksi.Dosis yang digunakan:
500mg/12 jam PO (dosis rekomendasi), tidak direkomendasikan dosis
>1gram/hari. Anak: 30-50mg/kg/hari (15-25mg/lb/hari) PO selama 10 hari (umur,
berat badan, dan keparahan infeksi berhubungan dengan dosis). Dosis yang
digunakan untuk sehari-hari setiap 12 jam dan tidak lebih dari 1gram/hari.
• Rubella (third disease)
Rubella disebabkan oleh virus yang termasuk dalam togaviridae family.
Gejala awal biasanya demam ringan (38oC). Gejala khasnya yaitu ada Forsch-
heimer spots, yaitu makula berwarna kemerahan pada palatum mole dan uvula.
Setelah terjadi paparan selama 14-17 hari, akan menimbulkan kelainan kulit yaitu
makula dan papul eritem 1-4 mm yang berawal dari wajah, dan berkembang cepat
ke leher, batang tubuh dan ekstremitas. Penderita dewasa akan merasakan gatal
dengan cepat .4,10,12
Pengobatan pada rubella bertujuan untuk mengurangi kesakitan dan
mencegah komplikasi. Pengobatan juga secara simtomatik. Untuk mengatasi
demam dengan menggunakan antipiretik, dan untuk mengatasi gatal dengan
antihistamin.
Pemberian antipiretik (Acetaminophen/Tylenol) dengan dosis 1000 mg
PO, tidak lebih dari 4g/hari. Anak <12 tahun: 10-15 mg/kg/dose PO, tidak lebih
dari 2.6 g/hari > 12 tahun: 325-650 mg PO 5 doses/hari.
Pemberian Ibuprofen (Motrin,Advil), NSAID yang menghambat
cyclooxygenase, menghambat pembentukan prostlagandin. Dosisnya dewasa 200-
400mg PO /4-6jam selama berlangsungnya gejala, dan tidak lebih dar
3,2gram/hari. Pada anak:6 bulan-12 tahun:5mg/kg/hari selama 6-8jam dengan
suhu <102,5oF, 10mg/kg/hari selama 6-8jam dengan suhu >102,5oF.
Dipenhidramine (Benadryl), antagonis yang kompetitit untuk histamin
pada H1 mensegah rspon histamin pada akhir syaraf sensorik dan pembuluh
darah. Lebih efektif, mencegah respon histamin dan membalikannya. Dosisnya
pada dewasa: 25-50mg PO atau 10-50mg iv/im, tidak lebih dari 400mg/hari.
Anak: 5 mg/kg/hari PO atau 150 mg/m2/hari PO; 5 mg/kg/hari iv/im atau 150
mg/m2/hari im/iv; tidak lebih dari 300 mg/hari. 4,10,12
• Duke’s Disease (Fourth disease)
Istilah duke’s disease sekarang jarang digunakan, karena tidak
berhubungan dengan pathogen yang spesifik. Gejala awalnya seperti pada infeksi
virus, yaitu demam tinggi (39,5-40oC). Lesi pada kulit berupa makula dan papul
eritem, mungkin juga berupa urtikaria, vesikel atau petekie. Biasanya pada telapak
tangan dan kaki. Lebih banyak pada anak-anak. Tidak menimbulkan skuama dan
pigmentasi. Pengobatan pada duke’s disease bersifat simtomatik. Seperti
penggunaan antipiretik untuk mengontrol demam. 4,10,12
• Erythema Infectiosum (Fifth desease)
Erythema Infectiosum disebabkan oleh Parpovirus B19 yang termasuk
dalam Pavoviridae family. Gejala awalnya yaitu sakit kepala, demam ringan.
Karakteristik lesi berupa “slapped cheecks” pada wajah, yaitu plak eritem seperti
terbakar sinar matahari, dan biasanya edema. Setelah 4 hari, timbul makula dan
papul eritem pada batang tubuh, leher dan permukaan extensor pada ektremitas.
Jarang mengalami gatal.4,10,12
Pengobatan diberikan secara simtomatik. Pada anemia kronik yang
persisten infeksi B19, maka diberikan imunoglobulin intravena yang berisi
neutralizing anti-B19 antibodi. Pada transient aplastic crisis, kita dapat
4,10,12
memberikan terapi oksigen and blood tranfusi darah. Pencegahan dengan
menggunakan vaksin Measles,mumps,rubellam (MMR).
• Roseola Infantum/ Exanthem Subitum (Six disease)
Roseola infantum disebabkan oleh virus Human Herpes Virus (HHV) 6
dan 7. Biasanya pada anak yang berumur 4 bulan sampai 6 tahun. Diawali dengan
demam tinggi (40oC). Gejalanya berupa edema palpebral, makula dan papul
eritem dengan diameter 2-5 mm dikelilingi halo putih. Distribusinya pada leher,
batang tubuh, ektremitas atas. Dan tidak terlihat deskuamasi. .4,10,12
Karena merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri, sehingga tidak
ada pengobatan khusus untuk roseola infantum. Tidak ada antiviral agen yang
dianjurkan untuk infeksi ini. Pengobatannya hanya bersifat simtomatik, untuk
mengontrol demamnya. 4,10,12

Scarlet fever merupakan satu-satunya penyakit yang disebabkan oleh


bakteri. Asymmetric periflexural exanthem of childhood (APEC) bukan dari ke
enam exanthema karena merupakan penyakit yang baru. APEC adalah sindrom
klinis yang ditandai dengan onset akut dari makulopapular eritem unilateral yang
pada awalnya pada daerah aksila dan atau lipat paha kemudian berkembang
sampai ke tubuh dan ekstremitas. Ruam mungkin gatal dan sering menyebar
secara sentrifugal (menyebar secara melingkar dari medial ke lateral). Dengan
gejala prodromal melibatkan saluran pencernaan dan pernapasan, biasanya
disertai demam ringan.1,2,6,7

B. EPIDEMIOLOGI
APEC biasanya terjadi pada anak-anak dari kelompok usia antara 4 bulan
sampai 10 tahun, dengan kejadian puncak pada usia 2 tahun dan jarang terjadi
pada usia dewasa.1,3,6 APEC biasanya lebih sering pada anak yang berkulit terang.
Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 1 : 2.2,6 Pada banyak
kasus (90%) terjadi antara bulan Februari sampai September, dan puncaknya
(19,6% dari kasus) terjadi pada bulan September.2
Berdasarkan penelitian Didier et al, dari 31 anak yang paling banyak
mengalami APEC adalah anak yang tinggal di daerah perkotaan 46,3%, pedesaan
34,3%, setengah kota 19,4%. 2

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab APEC belum diketahui secara pasti. Berdasarkan riwayat pada
pasien, pengobatan menggunakan antibiotik spektrum luas yang kurang berhasil,
penemuan serologis, dan kecenderungan timbul pada musim semi dan musim
dingin maka meningkatkan kemungkinan penyebabnya adalah virus. Dilihat dari
gejala prodromalnya, seperti menunjukkan sebagai infeksi virus. Namun dokter
belum mampu menunjukan spesifik virus tertentu, sehingga hipotesis di atas
belum bisa diketahui kebenarannya.1,3,6

D. GEJALA KLINIK
Gejala prodromal tercatat dalam 61% kasus paling sering,
hidung, dan tenggorokan (66%), pencernaan (41%) (gastroenteritis, diare),
pernafasan (17%) (batuk, bronchitis). Demam ringan dengan suhu sekitar 38o.
ditemukan dalam 40% kasus. Konjungtivitis dan kelemahan mungkin juga
dialami. 2,3,6
Sebagian besar tidak menunjukan gejala, meskipun beberapa mengeluh
gatal. Gejala klinis awal berupa makula eritem dan papul, yang biasanya pada
daerah aksila. Bisa muncul pada tempat lain seperti bibir atas dan bibir bawah.
Setelah 1-3 minggu, menyebar secara sentrifugal pada ekstremitas atas dan
bawah. Sekitar 70% pada bagian kontralateral. Jarang mengenai pada bagian
muka. 2,3,6
E. DIAGNOSIS BANDING
• Pityriasis Rosea
Pityriasis rosea ialah penyakit kulit yang belum diketahui
penyebabnya, dimulai dengan lesi inisial berbentuk patch eritema dan skuama
halus. Kemudian disusul olah lesi-lesi yang lebih kecil pada badan, lengan
dan paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasanya
menyembuh dalam waktu 3-8 minggu. Epidemiologinya didapati pada semua
umur, terutama antara 10-35 tahun. Pada wanita dan pria sama banyaknya.
Sehingga berbeda dengan APEC.1,3,5,6,8

• Dermatitis Kontak Alergi


Dematitis Kontak Alergi (DKA) adalah peradangan pada kulit
yang disebabkan kontak dengan alergen. Gejala klinisnya yaitu penderita
umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung keparahan dermatitis
dan lokasinya. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang
berbatas tegas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi atau eksudasi (basah). Pada
yang kronik terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi, dan batasnya
tidak tegas. Cara membedakan dengan APEC, dengan melakukan patch test.
1,3,5,6,9

• Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal yang umumnya sering terjadi pada masa bayi atau anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan IgE dalam serum dan riwayat atopi pada
keluarga atau penderita (rhinitis alegi, asma brokial, konjungtivitis alergi).
Gejalanya gatal yang hilang timbul, umumnya lebih hebat pada malam hari
sehingga digaruk-garuk dan timbul bermacam-macam kelainan berupa papul,
likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi, dan krusta. Pada bayi dan
anak biasanya distribusinya di muka atau ekstensor, dan secara simetrik.
Berbeda dengan APEC yang jarang mengenai muka, dan distribusinya secara
sentrifugal dan asimetrik. 1,3,5,6,1
F. PENEGAKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Sebagian besar anak-anak dalam keadaan sehat dan tanpa gejala, dengan
riwayat medis tidak ada kelainan. Kadang-kadang, pasien dapat melaporkan
infeksi saluran pernafasan atas, limfadenopati, demam ringan, otitis media, atau
diare. Pruritus dilaporkan dalam sekitar 50% dari pasien.3

2. Pemeriksaan Fisik
• Tanda khas (patognomonik) lesi adalah makula eritem dan papul dengan
halo pucat disekitarnya. Pada umumnya dari lesi termasuk eczematous,
dan kadang-kadang terlihat kelompok makula, papula, atau plak.
• Pada awal awal, lesi yang unilateral dan biasanya mulai dekat aksila, dada
bagian lateral dan lipat paha, kemudian lesi sering berkembang sampai ke
tubuh dan ekstremitas secara sentrifugal.
4 tahap berurutan dari lesi adalah sebagai berikut:
˗ Eczematous, ketika lesi awal terjadi pada aksila dan dada pada
bagian lateral
˗ Coalescence, ketika lesi berkembang ke tubuh dan ekstremitas
proksimal dan dipisahkan oleh bidang-bidang kulit normal.
˗ Regresi, ketika lesi yang lama dapat berkembang menjadi
berwarna hitam dengan pusat yang keabu-abuan.
˗ Deskuamasi, ketika hanya tertinggal sisa-sisa.3

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan darah yang khusus untuk menunjukan APEC.
Pada pemeriksaan serologis kadang bisa menunjukan hasil positif pada
adenovirus dan parainfluensa virus. APEC mungkin menunjukan
meningkatan angka sedimen eritrosit. Parvovirus B19 mungkin juga
berhubungan dengan APEC pada beberapa anak dan dewasa.3

b. Pemeriksaan Histologik
Biopsi jarang dilakukan pada APEC. Pada pemeriksaan
histopatologis didapatkan: pemeriksaan: infiltrat lymphohistiocytic
perivascular dangkal dan dalam, interstisial, dan periadnexal pada dermis.
Temuan ini juga bisa disertai oleh spongiosis epidermal dan infiltrasi
limfositik dari bagian epidermis saluran Eccrine. 3,4

G. PENGOBATAN
APEC adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limited). Tidak ada
pengobatan khusus untuk APEC selain mengobati gejalanya. Antihistamin
ditujukan untuk mengurangi gejala pruritus. Antihistamin oral dapat digunakan
seperti hidroxyzine, yang bekerja sebagai antagonis H1 di perifer, dan menekan
aktivitas histamin di daerah subkortikal dari SSP.
Pengobatan kortikosteroid anak-anak harus dilakukan dengan lebih hati-
hati. Penggunaan pada anak-anak memiliki efektifitas yang tinggi dan sedikit efek
samping terhadap pemberian kortikosteroid topikal dengan potensi lemah dan
dalam jangka waktu yang singkat. Kortikosteroid atopikal potensi lemah
mempunyai efek antiinflamasi dengan menekan migrasi leukosit
polimorfonuklear dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Obat yang digunakan
seperti hidrokortison krim 0,5-1%, dapat digunakan untuk mengendalikan
peradangan.
Langkah-langkah lain, seperti menggunakan pelembab untuk mengelola
pruritus.3,5,7

H. PROGNOSIS
Secara umum prognosis APEC baik, karena dapat sembuh sendiri (self-
limited). Lesi biasanya hilang antara 2-6 minggu, tapi mungkin dapat sampai 2
bulan. Tidak menimbulkan bekas seperti hipopigmentasi atau hiperpigmentasi.3,4

BAB III
KESIMPULAN
Asymmetric periflexural exanthem of childhood (APEC) adalah sindrom
klinis yang ditandai dengan onset akut dari makulopapular unilateral yang pada
awalnya pada daerah aksila dan atau lipat paha kemudian berkembang sampai ke
tubuh dan ekstremitas. Ruam mungkin gatal dan sering menyebar secara
sentrifugal. Tanda khas (patognomonik) lesi adalah makula eritem dan papul
dengan halo pucat sekitarnya. Pada umumnya dari lesi termasuk, eczematous, dan
kadang-kadang terlihat kelompok makula, papula, atau plak.
Tidak ada pengobatan khusus karena APEC dapat sembuh sendiri (self-
limited). Steroid topikal potensi rendah digunakan untuk mengatasi peradangan.
Dan antihistamin (hidroxyzine) digunakan untuk mengatasi gatal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Zawar, P. 2003. Asymmetric Periflexural Exanthem: A Report in an adult


patient. Diakses tanggal 3 Mei 2010 dari www.pubmed.com
2. Coustou, D. 1999. Asymetric Periflexural Exanthem of Childhood: A
Clinical, Patologic, and Epidemiologic Prospective Study. Diakses tanggal
3 Mei dari www.pubmed.com
3. Stewart, P. 2009. Asymmetric Periflexural Exanthem of Childhood.
Diakses tanggal 4 mei 2010 dari www.emedicine.com
4. Freedberg, E.M; Eissen, A.Z; Wolff, K.; Austen, K.F; Goldsmith, L.A.;
Katz, S.I; Fitzpatrick, T.B. 2008. Dermatology in General Medicine 7th
Edition. Mc Grow Hill
5. Amor, A. 2005. Unilateral Rash on a Baby Girl: A Pruritic Rash on Just
the Right Leg, Arm, and Flank.
6. Warner, G. 2005. Unilateral Laterotoracic Exanthem-A Case Report
7. Linchon, V. 2007. Left-Sided Eruption on Child: Case Study.
8. Allen, A. 2009. Pityriasis Rosea. Diakses tanggal 9 Mei 2010 dari
www.emedicine.com
9. Hogan, J. 2009. Contact Dermatitis, Allergic. Diakses tanggal 9 Mei 2010
dari www.emedicine.com
10. Exanthem. www,wikipedia.com
11. Chachad, S. 2006. Photoclinic: Asymmetric Periflexural Exanthem
12. www.emedicine.com

You might also like