Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana lingkungan permukiman pasca bencana
di wilayah kelurahan/desa sasaran Rekompak JRF diharapkan memberikan dampak
langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi warga desa secara berkesinambungan.
Prasarana dan sarana yang telah dibangun atau diperbaiki diharapkan tidak hanya
memberikan manfaat jangka panjang bagi warga tetapi juga dapat lestari dan terus tumbuh
dan berkembang.
Keberlanjutan suatu kegiatan pengelolaan prasarana dan sarana sangat tergantung pada
efisiensi dan efektifitas dari operasi dan pemeliharaannya. Sementara itu efisiensi dan
efektifitas pengoperasian dan pemeliharaan (O&P) sebagai sistem sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor dan proses yang muncul dan berlangsung dari tahapan ide atau
program sampai sistem tersebut terbangun dan beroperasi.
1. Berfungsi dengan baik dan menghasilkan manfaat dalam tingkat yang memadai dari
sisi (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, kenyamanan, terjangkau, efisiensi, kehandalan,
kesehatan dan keamanan)
2. Beroperasi dalam jangka waktu yang lama (minimal sesuai dengan usia pakai)
3. Manajemennya dilembagakan (manajemen berbasiskan masyarakat, perspektif
gender, kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah, keterlibatan sektor formal
dan informal)
4. Biaya operasi dan pemeliharaan, dan administrasi bisa dipenuhi masyarakat pengguna
sendiri (minimal cost recovery terhadap biaya O&P)
5. Perbaikan kerusakan dan penggantian suku cadang bisa dipenuhi di tingkat lokal.
6. Bisa dioperasikan dan dipelihara di tingkat lokal dengan hanya dukungan terbatas dari
pihak luar ( bantuan teknis, pelatihan, pemantauan)
7. Tidak mempengaruhi lingkungan secara negatif.
Dari mekanisme peran serta tersebut, maka “rasa membutuhkan prasarana dan sarana
(tahap perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana dan sarana (tahap pelaksanaan)“
diharapkan memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara
prasarana dan sarana yang telah dibangun sehingga dapat memberikan manfaat yang
berkesinambungan dan lestari.
(1) Grant Agreement Nr. TF 090014–IND Java Reconstruction Fund (JRF) For
Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for
Central and West Java and Yogyakarta Special Region, beserta perubahannya.
(2) Pedoman Operasional Umum (POU) Untuk Kelurahan/Desa Dalam
Rekompak JRF, 2007.
(3) Pedoman Operasional Teknis (POT) Untuk Kelurahan/Desa Dalam Rekompak
JRF, 2007.
I.6. Sasaran
Pengertian dan pemahaman yang dipakai dalam pedoman ini merujuk pada
sejumlah sumber adalah sebagai berikut:
(2) Pemeliharaan secara umum dapat dikategorikan dalam tiga jenis, sebagai
berikut :
a. Pemeliharaan Rutin (preventive maintenance).
Pemeliharaan rutin ini dilakukan dengan mengontrol dan merawat
prasarana-sarana secara rutin periodik sehingga tidak terjadi kerusakan
atau berubah fungsinya. Pemelihraa rutin sifatnya preventif, ringan dan
dijadwalkan teratur dalam satu tahun. Bagian penting dari pemeliharaan
rutin antara lain adalah pencegahan atau menjaga penggunaan prasarana
yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya agar prasarana
tidak cepat rusak.
b. Pemeliharaan Sesudah Rusak (breakdown maintenance)
Pemeliharaan Sesudah Rusak meliputi perbaikan atau modifikasi dari
prasarana/sarana yang dilakukan setelah terjadi kerusakan saat digunakan.
c. Pemeliharaan Ulang (corrective maintenance).
Pemeliharaan ulang meliputi perbaikan rehabilitasi dari prasarana-sarana
yang dilakukan untuk mengembalikan seperti fungsinya semula sesuai
desain atau standar awal. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan selang
waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari satu tahun. Pemeliharaan
ulang kadang disebut juga perbaikan besar.
a. Jalan
• Jalan aspal
• Jalan makadam
• Jalan beton
• Jalan paving
• Jalan telasah
• Jalan sirtu
• Jalan tanah
b. Jembatan
• Jembatan beton
• Jembatan komposit
• Jembatan gantung
• Jembatan kayu
• Plat decker
c. Saluran Drainase / Saluran air hujan (SAH)
• Saluran dengan pasangan
• Saluran dengan buis beton
• Saluran tanah
• Gorong-gorong
• Syphon
d. Sumur Resapan untuk Drainase/SAH
• Sumur resapan buis beton
• Sumur resapan pasangan batu bata
e. Bangunan penahan tanah
• Talud pasangan batu kali
• Bronjong
• Beton bertulang
• Revetment
g. Embung/ Waduk
• Tembok/talud pasangan batu kali
• Tanggul tanah
h. Lapangan Evakuasi
a. Air Bersih
• Bangunan Penangkap Mata Air/BPMA
• Sumur bor dalam
• Bak Penampung Air Bersih (Reservoir)
• Pipa Transmisi & Distribusi, dan Katup (valve)
• Mesin Diesel Pembangkit Listrik (Genset)
c. Persampahan
• Pengumpulan & pemilahan sampah
• Komposting
Tahap-tahap proses pemeliharaan prasarana dan sarana desa yang dilaksanakan oleh
Tim Pengelola O&P prasarana desa secara umum melalui proses yang dapat
digambarkan sebagai berikut :
Bagan – 1
Tahapan Pemeliharaan
Prioritisasi
Inventari &
Evaluasi &
sasi, Penjadwal Pembiayaa
Perhitunga
Identifika an n
n
si
Pelaksana
an
Pemelihar
aan &
Pelaporan
Pada tahap ini hasil invetarisasi dan identifikasi yang sudah disusun akan dievaluasi
untuk penentuan metoda dan cara pemeliharan, perhitungan bahan, peralatan, tenaga
kerja/tenaga trampil dan biaya yang dibutuhkan. Sebagai acuan evaluasi dan
perhitungan dapat dilihat Tabel-4,5,6 (Prosedur) Perbaikan Pekerjaan. Disini
dievaluasi dan ditambahkan juga catatan jumlah yang memanfaatkan prasarana
tersebut serta kondisi sosial pemakai serta cakupan pelayanan.
Prioritisasi dan penjadwalan secara keseluruhan dari semua prasarana dan komponen
yang sudah diinventarisasi, dapat dilakukan dengan melihat aspek-aspek seperti :
(a) kemendesakan. yaitu: kondisi kerusakan prasarana dan kemendesakan karena
merupakan prasarana mitigasi bencana yang harus segera dipelihara,
(b) manfaat : semakin banyak jumlah orang yang menggunakan, semakin prioritas;
(c) kapasitas desa, yaitu: kemampuan desa untuk melaksanaka pemeliharaan
sendiri, karena jika tidak mampu ditangani oleh tingkat desa maka
perbaikannya perlu diusulkan ke pemerintah kab/kota dan dinas/instansi
lainnya, sehingga prosesnya perlu waktu lebih lama,
(d) urutan logis, yaitu: urutan logis secara teknis tahap-tahap pemeliharaan atau
perbaikan,
(e) sosial, yaitu : pertimbangan kondisi sosial warga pengguna prasarana (misal
kaum jompo, difabel, kelompok perempuan)
d. Pembiayaan
Setelah tahap perencanaan diatas diselesaikan oleh petugas teknis maka hasil
perencanaan O&P tersebut harus dirembug bersama oleh seluruh pengurus untuk
diputuskan besaran biaya yang disediakan dan akan digunakan untuk pemeliharan.
Pada kondisi karena dana terbatas, dapat dilakukan evaluasi dan perhitungan ulang
metoda pemeliharaan yang dipilih.
Pelaksanaa pemeliharaan dapat dilaksanakan sendiri oleh tim pengelola O&P, secara
kerja bakti-gorong royong atau menyewa tenaga dari luar. Sebelum pemeliharaan
dilaksanakan, rencana pemeliharaan perlu ditempel di papan pengumuman untuk
dapat diketahui warga. Selama dan sesudah pemeliharaan tim pengelola/petugas
harus membuat laporan pelaksanaan pemeliharaan (pelaksanaan kegiatan dan
keuangan) untuk disampaikan kepada masyarakat dan ditempel pada papan
pengumuman.
Dalam pemeliharaan rutin, ada hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga
agar prasarana desa tidak cepat rusak yaitu melaksanakan pencegahan
penggunaan prasarana yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya.
a. Jalan
c. Talud
d. Tanggul Tanah
e. Saluran drainase
g. Waduk/embung :
h. Lapangan Evakuasi :
Pada bagian berikut ditabelkan berberapa prosedur prosedur perbaikan jika suatu
konstruksi prasarana mengalami kerusakan (lihat tabel 4; 5 dan 6), antara lain
pekerjaan-pekerjaan perbaikan untuk:
1. Konstruksi beton
2. Konstruksi pasangan batu kali
3. Konstruksi pasangan bata
4. Konstruksi aspal
5. Konstruksi paving
6. Konstruksi kayu
Tabel – 2
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jembatan
PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK KOMPONEN PENYEBAB UTAMA
NO VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KONSTRUKSI KERUSAKAN
KERUSAKAN) PERAWATAN
Jembatan Tiang/patok/buuk – Stabilitas Umur
Beton Guard rail, retak atau hancur konstruksi Berubah fungsi atau load atau Mempertahankan Konstruksi
Guard melemah benturan (beban berlebihan) fungsi sesuai jembatan harus
dengan post/safety post Daya rekat plesteran desain. dilakukan :
(patok berkurang (plesteran lapuk)
Pondasi pengarah), Tiang/patok/buuk - Stabilitas pondasi Umur Mengatur / - Pembersihan
Pasangan tembok sedada Collaps, condong, melemah Berubah fungsi atau load pengendalian vegetasi yang
Batu (buuk) miring Atau Stabilitas (beban berlebihan) lalu-lintas lewat tidak perlu dan
Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 16
PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK KOMPONEN PENYEBAB UTAMA
NO VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KONSTRUKSI KERUSAKAN
KERUSAKAN) PERAWATAN
tanah dasar jembatan sampah-
melemah sampah.
Pipa atau besi rail Pasangan Umur Pengaturan
melendut atau konstruksi Berubah fungsi atau load atau drainase dan - Perawatan
lepas. melemah benturan (beban berlebihan) pembersihan sistem
lumut dan drainase/petura
tumbuhan. san sekitar
Hand Rail Tiang/patok - Stabilitas Umur konstruksi.
pecah, retak, konstruksi Berubah fungsi atau load Mempertahankan
patah. melemah (beban berlebihan) fungsi sesuai - Pengecatan
desain. baja & besi (rail)
Pipa atau besi rail Pasangan Umur berkala
melendut konstruksi Berubah fungsi atau load atau Mengatur /
melemah benturan (beban berlebihan). pengendalian - Secara berkala
lalu-lintas lewat konstruksi baja
jembatan. harus dirawat
Gelagar beton Retak Stabilitas Umur dari gangguan-
konstruksi Berubah fungsi atau load Mempertahankan gangguan
melemah (beban berlebihan) fungsi sesuai kemis (air laut,
Melendut (banyak) Stabilitas Umur desain. limbah, air
konstruksi Berubah fungsi atau load hujan, kencing
melemah (beban berlebihan) Pengaturan binatang), dan
Pecah, hancur Stabilitas Umur drainase dan dari gangguan
Terlihat besi konstruksi Berubah fungsi atau load pembersihan biologis (jamur,
tulangan melemah (beban berlebihan) lumut dan lumut, semak,
tumbuhan. perdu).
Pengaturan
drainase dan
pembersihan
lumut dan
tumbuhan.
PENAMPAKAN
PENCEGAHAN
N INFRASTRUKT JENIS VISUAL PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
O UR KONSTRUKSI (INDIKASI KERUSAKAN
PERAWATAN
KERUSAKAN)
Talud, Timbunan Melendut Stabilitas Umur Mempertahankan Konstruksi talud
Tembok Tanah berkurang Berubah fungsi atau load Fungsi sesuai harus dilakukan :
Penahan Tanah (Tanggul) (beban berlebihan) Design
Bekas tergerus Kepadatan tanah Sistem drainase tidak baik, - Pembersihan
berkurang Aliran air deras, Membersihkan vegetasi yang
Rumput pelindung Vegetasi yang tidak perlu dan
hilang/mati. tidak perlu sampah-
Retak memanjang Kepadatan tanah Pemadatan tidak sempurna sampah.
berkurang Rembesan air Pengaturan
Terjadi sliding Drainase - Perawatan
sistem
Pohon, tiang pada Longsor (Stabilitas Sistem drainase tidak baik, drainase/petura
tebing condong berkurang) Aliran air rembesan dibawah/ san sekitar dan
di dalam timbunan, samping
Rumput pelindung konstruksi
hilang/mati. talud.
Beton Retak Stabilitas Umur Mempertahankan
konstruksi Berubah fungsi atau load Fungsi sesuai - Secara berkala
melemah (beban berlebihan) Design konstruksi talud
Melendut (banyak) Stabilitas Sistem drainase tidak baik harus dirawat.
konstruksi Membersihkan
melemah Vegetasi yang
Pecah, hancur Stabilitas Berubah fungsi atau load tidak perlu
konstruksi (beban berlebihan)
melemah Pengaturan
Drainase
Pasangan Retak Stabilitas Umur Mempertahankan
Batu Kali konstruksi Berubah fungsi atau load Fungsi sesuai
melemah (beban berlebihan) Design
Melendut (banyak) Stabilitas Sistem drainase tidak baik
konstruksi Membersihkan
melemah Vegetasi yang
Atau Stabilitas tidak perlu
tanah dasar
melemah Pengaturan
1 Beton Rabat Perkerasaan - Pengaturan batasan Retak - Jika kategori retak rambut - Teknik pencampuran
(Blind jalan, car port. pembebanan. tidak perlu diperbaiki material beton
Concrete) - Jika digunakan untuk - Jika retak konstruksi harus - Kebersihan beton yang
jalan harus ada diperbaiki dengan diperbaiki
Perkerasan pengaturan lalu lintas memperbesar retak hingga - Beton lama disiram air
landasan untuk membatasi ukuran lebih besar kerikil bersih dulu sebelum
pembebanan. beton perbaikkan sedalam dilakukan pembetonan
- Perawatan sistem retaknya >setengah tebal baru.
Perkerasan drainase sekitar beton.
lantai konstruksi. - Jika retak tidak dalam <
- Perawatan dari setegah tebal isi dengan
gangguan kemis dan mortar (campuran cemen pasir
biologis. komposisi setara betonnya)
Permukaan aus - Beton di kupas sampai lapisan
( kerikil lepas ) tanah
- Hancur - Tanah dipadatkan kembali dan
dibersihkan
- Patah/penurun - Siram tanah dengan air
an
- Isi lubang tersebut dengan
beton dengan campuran
Tabel – 5
Perbaikan Pekerjaan Pasangan Batu Kali
1 Pasangan batu Pondasi struktur Mempertahankan fungsi - Retak - Retak diperbesar sampai kedalaman - Teknik pencampuran
kali sesuai desain retak. material adukan/spesi
Tembok Penahan - Kemudian lubang diisi dengan - Kebersihan pasangan yang
Tanah Membersihkan adukan/spesi baru sepenuhnya. diperbaiki (termasuk dari
vegetasi/tumbuhan yang - Dilakukan finishing sebagaimana adukan/spesi lama)
Dinding drainase tidak perlu bagian lainnya - Pasangan lama disiram air
. bersih dulu sebelum
Dinding Bendung Pengaturan aliran dilakukan pemasangan
drainase baru.
Pondasi Jembatan - Keselamatan kerja.
- Patah Jika terjadi penurunan disisi lain maka
Dll. konstruksi pasangan dibagian turun
dibongkar untuk diganti dengan yang
baru (berlaku untuk tembok pelindung
bahaya).
PENCEGAHAN AGAR
KOMPONEN PENGGUNA INDIKASI
NO TIDAK PROSEDUR PERBAIKAN PERHATIAN
KONSTRUKSI AN KERUSAKAN
TERJADI RUSAK
1 Konstruksi Kuda-kuda - Pembatasan pembebanan Retak/Pecah Sambung atau tembel kayu Secara umum dikenal dua macam
Kayu sesuai dengan beban dengan lem kayu mutu kayu dalam konstruksi,
menahan Kolom rencana atau gangguan yaitu :
beban mekanis.
Balok - Perawatan terhadap Lapuk Kayu bermutu A, kayu yang
perubahan kekencangan mempunyai syarat :
Kusen baut yang dapat terjadi - Kayu harus kering udara
karena gaya mekanis. - Besar mata kayu tidak
- Secara berkala konstruksi Melengkung melebihi 1/6 lebar balok atau
(berubah bentuk) - Bagian kayu yang rusak
bangunan kayu harus < 3,5 cm.
harus diganti kayu dengan
dirawat dari gangguan- - Balok tidak mengandung
mutu yang sama (kualitas
gangguan kemis (air laut, wanvlak > 1/10 tinggi balok.
dan jenis kayu)
limbah, air hujan, kencing - Miring arah serat kayu
binatang) , dan dari Tgn ß < 1/10
- Sebelum penggantian kayu,
gangguan biologis (jamur, - Reta dalam arah radial
harus dipersiapkan
lumut, semak, perdu) <1/4 tebal kayu
penyangga atau kontruksi
- Retak menurut lingkaran
sementara untuk penahan
- Pada titik titik yang tumbuh (kayu tahun) < 1/5
beban terhadap bangunan.
sirkulasi udaranya tidak tebal kayu.
bagus (sudut sudut
Patah - Pada saat perbaikan
bangunan) secara berkala Kayu bermutu B, ialah kayu yang
berlangsung, prasarana
diberikan sirkulasi agar tidak termasuk dalam mutu di
tidak boleh digunakan.
material kayu terhindar atas tetapi memenuhi syarat :
dari pengaruh - Kadar lengas kayu < 30
kelembaban. Kelembaban %.
akan menaikkan kadar air - Besar mata kayu tidak
dalam kayu yang dapat melebihi 1/4 lebar balok atau
menurunkan kekuatan < 5 cm.
kayu. - Balok tidak mengandung
wanvlak > 1/10 tinggi balok.
2 Kayu untuk Daun pintu Idem - Retak/Pecah - Kayu retak/pecah : - Miring arah serat kayu
Bangunan - Lapuk Sambung atau tembel kayu Tgn ß < 1/7
Daun jendela - Melengkung(be dengan lem kayu - Retak dalam arah radial
rubah bentuk) - Kayu lapuk, melengkung, <1/3 tebal kayu
- Patah patah: Bagian kayu yang - Retak menurut lingkaran
rusak harus diganti kayu
Terdapat banyak jenis bangunan penangkap mata air dari yang paling sederhana
berupa dinding keliling disertai dengan timbunan sampai dengan struktur yang lebih
rumit menggunakan jaringan perpipaan untuk mengumpulkan air dari areal yang
lebih luas. Contoh dan gambar berbagai jenis BPMA bisa dilihat pada Pedoman
Perencanaan Pengadaan Air Bersih untuk Proyek Rekompak-JRF.
Air harus dijaga mengalir bebas setiap saat sehingga air tidak mencari jalan lain
yang berakibat mata air menghilang dan muncul ditempat lain. Pengoperasian
BPMA meliputi kegiatan seperti buka tutup katup yang digunakan untuk
mengalirkan air ke reservoir, lokasi sekitar BPMA harus dijaga tetap bersih.
• Pemeliharaan
• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 7 dan Tabel – 8.
Tabel – 7
Rincian Kebutuhan O&P BPMA
Tabel – 8
Pelaku dan Ketrampilan O&P BPMA
• Keterbatasan.
Kuantitas dan kualitas air berfluktuasi dengan berubahnya musim. Tidak semua
mata air menghasilkan air yang mempunyai rasa yang bisa diterima masyarakat.
Mata air biasanya berlokasi jauh dari pemukiman. Atau berada dalam tanah
milik pribadi.
• Catatan Penting.
o Biasanya air mata air memiliki kualitas yang baik, namun perlu
dilakukan pemeriksaan kualitas karena tidak tertutup kemungkinan jika air
mata air berasal dari daerah tangkapan yang tercemar atau dari sungai
yang tercemar berat dan meresap kedalam tanah lalu muncul kembali
kepermukaan tanah sebagai mata air.
Sumur bor merupakan prasarana pengambilan air tanah yang berada dalam akuifer.
Pembuatan sumur ini bisa dilakukan dengan mesin atau peralatan yang dioperasikan
dengan tangan. Sumur bor dilengkapi dengan selubung yang berdiameter antara 10
cm s/d 25 cm dan biasanya terdiri dari 3 bagian utama:
• Di permukaan tanah, pelat beton sekeliling lubang bor yang melindungi air
limpasan permukaan tanah meresap kedalam lubang bor.
• Dibawah permukaan tanah namun tidak sampai ke lapisan akuifer yang dituju,
bagian ini biasanya diberi selubung (casing) yang terbuat dari PVC atau pipa
GIP atau baja, untuk menjaga agar tanah tidak runtuh.
• Dibawah permukaan air, didalam akuifer, terdapat bagian pipa yang bercelah
(screen) untuk masuknya air tanah ke dalam sumur. Disekeliling screen
Perpaduan yang baik antara ukuran celah pipa saringan (screen), kerikil filter dan
material pembentuk akuifer serta pemompaan yang intensif untuk membersihkan
pompa sebelum pompa berproduksi, akan menjamin kelangsungan operasinya dalam
jangka panjang.
• Pengoperasian
• Pemeliharaan
• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 9 dan Tabel – 10.
Tabel – 9
Rincian Kebutuhan O&P Sumur Bor Dalam
Sumber
Bahan dan Alat dan
Kegiatan Frekuensi Daya
Suku Cadang Perlengkapan
Manusia
Pembersiha Harian Lokal Sapu lidi, cangkul, sabit
n lokasi dll
sumur
Pembersiha Saat kotor Lokal Sekop, cetok, sapu lidi,
n Drainase gerobak dorong
Perbaikan Saat terjadi Lokal Kayu , paku, Gergaji, cangkul, palu,
pagar kerusakan kawat, dll catut. dll.
Perbaikan tahunan Local Semen, pasir, Timba plastik, cetok,
lantai sumur kerikil cangkul,dll
Tabel – 10
Pelaku dan Kertampilan O&P
- Kualitas air menurun atau dinding runtuh akibat selubung pipa baja terkorosi.
- Debit air menurun karena pembersihan sumur yang kurang baik, partikel tanah
masuk kedalam sumur karena screen yang kurang baik demikian juga
pembersihan sumur.
- Air sumur tercemar karena kurang baiknya lantai pelindung atau kurangnya
pemeliharaan.
- Dinding sumur runtuh karena tidak diberi selubung atau selubung kurang kuat.
- Kerusakan pompa yang diakibatkan tegangan listriknya tidak stabil.
• Keterbatasan.
Pembuatan sumur tergantung pada kondisi geohidrologi, seperti besarnya aliran
didalam akuifer dan adanya batuan kedap air diatasnya. Sumur yang dibangun
dilokasi yang jauh dari pemukiman pengguna air, atau terlalu sulit dijangkau,
akan sulit dipelihara dan dimanfaatkan. Lokasi sumur tidak boleh berdekatan
dengan cubluk dan atau kandang ternak dan sebaliknya.
Uraian kegiatan O&P dibawah ini bersifat umum sedangkan detil yang lebih baik
bisa didapatkan dari petunjuk (manual) dari fabrikan yang diberikan saat membeli
mesin.
• Pengoperasian
Mesin harus dioperasikan oleh pelaksana yang telah dilatih. Setiap mesin
memiliki petunjuk pengoperasian yang tipikal mesin tersebut yang berasal dari
pabrik pembuatnya. Sebelum dihidupkan, periksa bahan bakar dan level oli
mesin serta air pendingin. Jika terlalu rendah maka tambahkan bahan bakar, oli
atau air.
Saat dioperasikan perhatikan indikator bahan bakar, tekanan oli mesin, juga
fungsi pompa, atau generator. Beberapa bagian mesin yang bergerak atau
berputar, perlu diberi pelumasan sesuai petunjuk yang ada dalam manual yang
diberikan fabrikan pembuat mesin. Jika mesin bekerja pada putaran mesin yang
terlalu rendah maka efisiensinya akan rendah dan terjadi pembentukan karbon
lebih cepat dari pada biasanya, yang memperpendek periode servis mesin.
Semua data mengenai level oli, bahan bakar dan air pendingin serta jam operasi
mesin harus dicatat dalam buku catatan pengoperasian mesin.
• Pemeliharaan
Bagian luar mesin harus dibersihkan setiap hari (dengan cara mengelap), dan
pada lingkungan yang berdebu, filter udara harus diperiksa dan dibersihkan
setiap hari. Di lingkungan yang berdebu dengan tingkatan sedang, filter udara
jenis oil bath filter dibersihkan sekali seminggu sekali sementara filter udara
yang menggunakan kertas kering (dry paper filter) dibersihkan 2 minggu sekali.
Beberapa bagian mesin yang bergerak atau berputar perlu pelumasan manual.
Mesin perlu pemeliharaan rutin menurut jumlah jam kerja mesin. Setiap 250
jam bersihkan atau ganti jka perlu semua filter, ganti oli, periksa mur, baut dan
pipa pembuangan gas buang.
• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 11 dan Tabel – 12.
Rusak parah akibat salah O&P, pengabaian, atau ketidak pahaman. Pembentukan
carbon dalam silinder berlangsung cepat dan efisiensi rendah akibat menjalankan
mesin jauh dibawah kapasitasnya. “belt” penggerak putus. Pada umumnya sering
terjadi pada alat pemanas bahan bakar dan nozle bahan bakar sering rusak.
• Keterbatasan.
Kebutuhan mekanik mesin diesel yang harus tersedia setiap saat terjadi perbaikan.
Tingginya biaya untuk bahan bakar. Memerlukan pemeliharaan yang cukup
sering.
• Catatan Penting.
o Mesin diesel paling sesuai sebagai mesin penggerak pembangkit listrik
(genset). Jika dipelihara dengan baik maka mesin tersebut bisa menjadi
sumber listrik yang bisa diandalkan. Penting untuk memilih mesin diesel
dari merek yang terkenal baik dengan suku cadang yang mudah didapat.
o Mesin diesel butuh banyak pemeliharaan sederhana dan, jika hal tersebut
dilakukan secara benar maka bisa dijamin mesin akan berusia panjang.
Untuk tugas pemeliharaan yang lebih rumit harus dilaksanakan oleh
mekanik yang lebih berpengalaman yang mengetahui sumber suku cadang
yang diperlukan.
o Pemelihara harus bisa menjamin bahwa jadwal pemeliharaan dilaksanakan
dengan semestinya dan ada tindak perbaikan yang cepat jika terjadi
kerusakan.
• Desain konstruksi KU
Di bawah dinding atau kolom diberi lantai dari pasangan batu bata yang diberi
plaster beserta saluran drainase untuk menampung tumpahan air dan
mengalirkannya kesaluran drainase terdekat. Tekanan di KU adalah 7 m dan
maksimum 20 m.
• Desain konstruksi HU
HU terdiri dari Tangki Fiber atau plastik atau beton atau pasangan dengan
kapasitas 2 m3 – 5m3 didudukkan diatas pondasi dengan ketinggian sekitar 1 m
yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran ½ inchi yang menjulur cukup
jauh dari tangki untuk memudahkan pengisian timba atau jerigen air. Kapasitas
tangki tersebut tergantung jumlah pengguna yang dilayani. Keran bisa dari jenis
globe/ball valve atau stop kran. Disekeliling bagian bawah pondasi diberi lantai
dari pasangan batu bata yang diberi plaster beserta saluran drainase untuk
menampung tumpahan air dan mengalirkannya kesaluran drainase terdekat.
KU/HU harus diberi meter air untuk mengukur pemakaian air melalui KU/HU
tersebut. Jika perlu diberi pagar untuk mencegah ternak mendekati KU/HU.
Minimum lokasi dan desain KU/HU harus dimusyawarahkan dengan calon
pengguna.
• Pengoperasian
Petugas harian harus memastikan bahwa tangki HU telah penuh atau sekurang-
kurangnya lebih dari ¾ bagian telah terisi namun jangan sampai airnya melimpah
(hanya untuk pengoperasian HU). Pengguna/pemakai membersihkan dan mengisi
wadah air mereka melalui keran. Mandi dan cuci tidak diperkenankan di KU/HU.
Petugas harian harus mencatat penggunaan air yang terukur pada meter air
KU/ HU.
• Pemeliharaan
Lokasi sekitar keran termasuk drainasenya harus dibersihkan setiap hari. Perlu
dicegah terjadinya genangan. Jika terjadi kerusakan pagar perlu segera diganti.
Bangunan yang retak harus segera diperbaiki dan jika ada bagian bangunan dari
• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 13 dan Tabel – 14.
Tabel – 13
Rincian Kebutuhan O&P KU/HU
Sumber
Bahan dan Alat dan
Kegiatan Frekuensi Daya
Suku Cadang Perlengkapan
Manusia
Menguras dan 3 bulanan Lokal Air, kaporit Selang, sikat,
member sihkan sapu lidi, timba
Tangki HU air
Keran air harian Lokal Jerigen, timba dll.
Membersihkan harian Lokal Sapu lidi, sikat
lokasi
Membersihkan harian Lokal Sekop, cetok
drainase
Memperbaiki Jika terjadi Lokal Seal/washer Kunci inggris,
atau mengganti kerusakan karet, Teflon, obeng, kunci
keran keran cadangan pipa
Memperbaiki Jika terjadi Lokal kayu, golok,tang, palu
pagar kerusakan kawat,paku
Memperbaiki Jika terjadi Lokal kayu, paku, palu, gergaji,
dinding atau kerusakan semen, pasir, cetok, keranjang,
kolom atau air dll. dll.
lantai
Memperbaiki Jika terjadi Lokal nipple, Kunci pipa,
pipa kerusakan connector, gergaji, mesin
elbow dll., pembuat ulir
Teflon, lem pipa galvanis
pipa, cat anti
karat
Tabel – 14
Pelaku dan Ketrampilan O&P
• Keterbatasan/Hambatan.
Jika masyarakat mau membentuk organisai pengelola dan melaksanakan
pemeliharaan sistem maka satu satunya hambatan hanyalah biaya.
• Catatan Penting.
o Perhatian khusus perlu diberikan pada cara penanganan air setelah keluar
dari KU/HU agar tidak terjadi kontaminasi sampai air tersebut dikonsumsi.
o Harus ada penanggung jawab harian, yang menjalankan tugas kebersihan
KU/HU dan sekelilingnya, menjaga KU tetap berfungsi dan mencatat
penggunaan air untuk penarikan retribusi air. Retribusi ditarik berdasarkan
pencatatan air KU/HU.
e. Katup (valve)
1. Gambaran Singkat
MCK ini berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi
bencana, lokasinya tidak jauh dari lokasi pengungsian (+/- 50 m dari lapangan
evakuasi). MCK juga berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang
tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan
yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang
airnya.
Pemeliharaan bangunan bilik dan sarana MCK harus dilaksanakan dengan baik agar
selalu digunakan dengan rutin. MCK yang tidak terpelihara, kotor dan tidak ada air
maka akan ditinggalkan pengguna dan akhirnya rusak tidak terpakai. Selain
Tabel – 15
Rincian Kebutuhan O&P MCK
Tablel – 16
Pelaku dan Ketrampilan O&P
• Catatan Penting.
• Harus ada petugas harian yang menjalankan tugas kebersihan MCK secara
bergilir. Petugas tersebut dapat juga melaksanakan pengumpulan retribusi
penggunaan MCK umum.
Tangki septik adalah tangki pengendapan kedap air yang memiliki satu atau dua
ruang. Di dalam ruang tersebut tinja terkumpul setelah digelontor dari jamban
melalui pipa masuk ke tangki septik.
Jamban biasanya dilengkapi perangkap bau yang berbentuk leher angsa. Tangki
septik merupakan sistem pemisahan buangan yang berupa padatan dan cairan.
Sebagian padatan mengapung dipermukaan cairan dan sebagian lainnya tenggelam
didasar dimana selanjutnya diurai bakteri dan membentuk tumpukan lumpur didasar
tangki. Cairan mengalir keluar dari tangki. Cairan tersebut masih berbahaya
sebagaimana limbah yang belum terolah dan harus melalui pengolahan lanjutan atau
melalui sistem pembuangan yang aman bagi kesehatan manusia, yang biasanya
diresapkan kedalam tanah atau ke saluran air limbah kota yang selanjutnya dibawa
ke IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja) terpusat tingkat kabupaten/kota.
• Pemeliharaan
Bidang resapan terdiri dari parit resapan, sumur resapan dan lahan basah buatan
(tergantung dari lahan yang tersedia, jenis tanah dan kondisi muka air tanah) yang
diisi dengan lapisan kerikil di bawah dan lapisan pasir diatasnya sedangkan di dalam
lapisan kerikil dipasang pipa PVC yang ber lobang lobang, dimana cairan dari tangki
septik mengalir keluar melalui pipa PVC tersebut untuk diresapkan kedalam tanah.
Pada awalnya peresapan akan berlangsung cepat namun sejalan dengan waktu pori
tanah akan tersumbat sampai pada titik yang disebut keseimbangan peresapan
tercapai. Jika aliran yang keluar dari tangki septik melebihi laju kesetimbangan
peresapan tanah maka cairan akan melimpah keluar dari bidang peresapan. Untuk itu
maka perlu dilakukan perencanaan yang memperhatikan keseimbangan antara air
yang meresap dengan luasan bidang resapan, dan disesuaikan dengan jenis tanahnya.
Dibanding sumur peresapan, bidang resapan lebih banyak dipakai terutama untuk
MCK umum yang memerlukan air dalam jumlah relatif besar dan muka air tanah
lebih tinggi.
Tabel – 17
Rincian Kebutuhan O&P Bidang Resapan
k. Pengelolaan Persampahan
1. Gambaran Singkat
• Pemilahan/pemisahan sampah
Pemilahan paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Setiap
anggota keluarga baik ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya memiliki
tanggung jawab yang sama dalam pemilahan sampah dan di rumah tangga.
Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan
adalah sebagai berikut:
Bagan – 2
Pewadahan Sampah
Jenis-jenis sampah yang ada di rumah tangga pada umumnya dapat diidentifikasi
sebagai tabel dibawah.
Tabel – 19
Identifikasi Jenis Sampah
(contoh prosentase sampah dalam berat di perdesaan)
N Persentase % (dlm
Jenis Sampah
o berat) *)
1. Sampah Organik Sekitar 79%
Sisa sayur, daging, ikan, nasi, daun, ranting,
potongan rumput, kotoran ternak
2. Sampah Non-organik Sekitar 20%
Plastik, kertas, karton, kardus, kaleng, logam, (plastik =7%,
• Komposting
Cara membuat kompos dapat mengacu pada panduan-panduan yang ada, a.l.:
Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, ESP-USAID.
Pada tahap sebelum suatu prasarana dioperasikan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan
menjadi pertimbangan sehingga prasarana yang dibangun hasilnya baik dan optimal,
sehingga lebih mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
1. Pemilihan opsi teknologi dan komponen sistem yang tepat, efisien dan
efektif serta tanggap bencana.
• Opsi teknologi yang dipakai harus berorientasi teknologi tepat guna
• Desain dan opsi teknologi yang dipilih harus berorientasi terhadap tanggap
bencana dan dapat berfungsi sebagai prasarana mitigasi bencana.
• Mampu dioperasikan oleh masyarakat sendiri dengan tingkat ketrampilan dan
pengetahuan masyarakat setempat setelah melalui pelatihan.
• Dipilih dari opsi dengan kebutuhan energi yang rendah untuk menekan biaya
operasi.
• Lebih dipilih opsi dengan biaya investasi tinggi namun biaya operasi dan
pemeliharaan rendah, dibanding biaya investasi rendah tapi biaya operasi dan
pemeliharaan yang tinggi.
• Perlu dikaji adanya konflik kepentingan atas penggunaan suatu prasarana.
b. Tahap Konstruksi
Diperlukan pengawasan yang baik agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah
direncanakan dengan tetap melibatkan masyarakat untuk memberikan pemahaman pada
masyarakat mengenai bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-
kaidah teknis yang baik (good practices) dan yang terpenting adalah masyarakat bisa
memahami secara lebih baik sistem yang akan dikelolanya.
Selain hal itu dengan beroperasinya suatu prasarana perlu diperhatikan dan dipantau
masalah konservasi sumber alam serta dampak lingkungan, antara lain :
1. Perlindungan daerah sekitar terhadap polusi,
2. Perlidungan daerah sekitar terhadap kerusakan sumber alam saat masa konstruksi
maupun pengoperasian,
3. Menjaga kelestarian vegetasi daerah tangkapan air,
4. Mencegah pemborosan energi, sumber air, kayu, pohon, dan material lainnya.
a. Jumlah prasarana dan sarana yang ada (misal : jalan/saluran/pipa dalam meter,
jembatan/keran umum/gorong-gorong/MCK dalam unit)
b. Jumlah prasarana dan sarana yang berfungsi baik.
c. Jumlah prasarana dan sarana yang rusak/tidak berfungsi, dibandingkan total jumlah
prasarana dan sarana yang ada.
d. Jumlah warga yang terlayani (pengguna/pemanfaat prasarana), dibandingkan total
jumlah penduduk desa.
Pada prinsipnya organisasi pengelola prasarana dan sarana desa adalah kelompok swadaya
masyarakat yang merencanakan, melaksanakan pembangunan dan mengelola sarana dan
prasarana itu sendiri. Secara sederhana adalah masyarakat atau suatu komunitas masyarakat
yang mtelah erencanakan kegiatan infrastruktur, adalah juga yang melaksanakan
pembangunan fisiknya, maka juga harus betanggung-jawab melaksanakan pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah dibangunnya tersebut.
BKM/TPK dan Panitia Pembangunan (PP) wajib memfasilitasi warga masyarakat untuk
membentuk kelompok atau tim pengelola pemeliharaan dan pengoperasian prasarana.
Kelompok/tim pengelola O&P dapat menggunakan organisasi pengelola yang sudah ada dan
sudah berjalan atau membentuk tim pengelola yang baru.
Pada tahap perencanaan pembangunan prasarana atau penyusunan DTPL yang lalu, pada
umumnya telah dibentuk dan dipilih calon kelompok pengelola prasarana. Kelompok tersebut
jika telah berjalan baik dan lancar sebaiknya terus berfungsi sebagai tim pengelola O&P
dengan penyempurnaan mengacu pada pedoman ini, dan jika belum berjalan baik perlu di
revitalisasi atau jika diperlukan dapat membentuk yang baru.
Lembaga pengelola O&P prasarana yang terbentuk meskipun merupakan kelompok swadaya
masyarakat yang mandiri namun tetap dibawah koordinasi, pembinaan dan pengawasan
BKM/TPK dan Pemerintahan Desa/Kelurahan serta masayarakat yang dapat diwakili oleh
perwakilan pemakai prasarana. Adapun koordinasi dan pelaporan manajemen rutin
pelaksanaan kegiatan O&P dilakukan Tim Pengelola kepada Unit Pengelola Lingkungan
(UPL) dari BKP/TPK.
Bagan – 3
Bagan Organisasi Pengelolaan O&P Prasarana dibawah BKM/TPK
PEMBINAAN / PENGAWASANKEPALA
MASYARAK BKM / TPK
AT DESA
(wakil (KaDusun/
SEKRETA
Beberapa peraturan yang diperlukan untuk berjalannya suatu organisasi tim pengelola O&P,
anatar lain adalah:
• Visi, Misi, Asas, Tujuan.
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan program kerja tahunan maupun
kebijakan-kebijakan penting terkait lainnya seperti adanya tarif iuran/retribusi, harus dibuat
oleh pengelola O&P dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat pemanfaat melalui
forum musyawarah warga pemanfaat atau rembug warga (bukan ditentukan sendiri oleh tim
pengelola). Dalam penyusunan ketentuan organisasi ini dipengaruhi juga oleh kelompok
masyarakat pemanfaat prasarana itu sendiri. Setiap desa/kelurahan dapat mengembangkan
peraturan sesuai dengan kondisi sosial-budaya, adat-istiadat pada daerah tersebut.
Anggaran Dasar organisasi pengelola O&P setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:
Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana dan sarana yang berkelanjutan, pengelolaan
sebaiknya dilakukan oleh masyarakat pengguna itu sendiri. Untuk dapat menciptakan
mekanisme pengelolaan O&P yang bertumpu pada masyarakat dan berkelanjutan,
pengelolaan prasarana terbangun seyogyanya dilaksanakan oleh sebuah kelompok/tim
pengelola yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Dilakukan melalui forum musyawarah
warga pemanfaat dan difasilitasi oleh pihak BKM/TPK, PP, konsultan pendamping dan
kepala desa/lurah. Waktu pelaksanaan pembentukan kelompok/tim pengelola ini sebaiknya
dilakukan sejak awal pelaksanaan pembangunan prasarana.
1. Persiapan
a. Rembug warga diawali dengan penjelasan umum oleh BKM/TPK dan PP kepada
masyarakat pengguna prasarana dan sarana perihal pentingnya pembentukan
organisasi untuk mengelola prasarana dan sarana yang dimiliki oleh desa. Dalam
hal ini perlu disampaikan untung ruginya bila pengoperasian prasarana dan sarana
dilaksanakan oleh suatu tim pengelola dan sebaliknya bila tidak ada tim pengelola.
d. Setelah ada kesepakatan terkait dengan hal-hal tersebut, maka tahap berikutnya
adalah penyusunan “Berita Acara Pembentukan Kelompok/Tim Pengelola Operasi
& Pemeliharaan prasarana” yang ditandatangani oleh ketua BKM/TPK,
perwakilan dari masyarakat pengguna dan disaksikan oleh aparat pemerintah desa,
tokoh-tokoh masyarakat dan fasilitator pendamping. Sebagai bentuk dukungan
Untuk mendorong pengakuan secara luas, kelompok/tim pengelola O&P perlu diresmikan
dengan mengundang camat, tim konsultan, fasilitator pendamping, kepala desa/lurah,
tokoh masyarakat, dinas/lembaga terkait (seperti PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kesehatan dan lain-lain) agar keberadaannya dapat lebih diakui dan diperhatikan.
Untuk melaksanakan tugas, maka Pengelola O&P memerlukan suatu tim/kelompok atau
satuan kerja, yaitu orang-orang yang dipilih dan bertanggungjawab atas O&P prasarana.
Bentuk struktur pengelola O&P dapat disusun sesuai dengan kebutuhan prasarana,
kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender).
Dari beberapa bentuk yang sudah diterapkan, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk
setiap struktur pengelola O&P, yaitu :
• Satu tim pengelola untuk beberapa jenis prasarana, atau
• Satu tim pengelola untuk setiap jenis prasarana.
PEMBINA / PENGAWAS
(unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur
Masy.)
KETUA
TIM
SEKRETA BENDAHA
Bagan – 5
Struktur Tim Pengelola O&P Dengan Satu Prasarana
(contoh : Air Bersih)
PEMBINA / PENGAWAS
(unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur
Masy.)
KETUA
TIM
SEKRETA BENDAHA
PETUGAS PETUGAS
LAPANGAN–1 LAPANGAN–2
A.BERSIH DUSUN 1 A.BERSIH DUSUN 2
Sejalan dengan tujuan O&P, maka tugas pokok pengelola selaku penggerak utama kegiatan
O&P, adalah :
Sejalan dengan tugas pokok tersebut, maka tugas-tugas dari setiap unit kerja organisasi
pengelola O&P (tim pengelola), adalah :
a. Ketua
Memimpin tim pengelola O&P dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan O&P sesuai
peraturan organisasi serta program kerja yang telah diputuskan bersama, yang antara lain
mencakup tugas :
C. Kegiatan Rapat
Rapat atau pertemuan dapat dilakukan tiap bulan atau periode waktu tertentu yang disepakati,
dilakukan untuk melihat atau mengevaluasi hasil-hasil kegiatan pemeliharaan yang telah
dilakukan dan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan
(memutuskan rencana penyelesaian masalah), atau agenda lain yang dianggap penting untuk
dibahas. Pertemuan ini dipimpin oleh ketua, jika memang diperlukan peserta rapat rutin tidak
hanya pengurus namun juga dapat mengundang wakil masyarakat, UPL, Aparat Desa atau
instnasi terkait yang dapat membei masukan bagi rkepentingan kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana. Pada setiap rapat harus selalu dibuat daftar hadir peserta dan catatan
notulen hasil rapat, disiapkan dan diarsipkan oleh sekretaris.
D. Pelaporan
a. Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan dilakukan oleh bendahara. Dalam kaitan dengan kegiatan tersebut
bendahara melaporkan penerimaan dan pengeluaran baik berkaitan dengan administrasi
pengelola maupun yang terkait dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan.
Laporan ini minimal mencakup : keadaan kas, laporan penerimaan yang diperoleh dari
smber-sumber pendanaan (seperti iuran, retribusi, donatur, dll), laporan pengeluaran baik
itu kegiatan administasi maupun kegiatan pemeliharan/perbaikan, dll.
Data dan penggunaan prasarana-sarana dan barang inventaris kelompok perlu dilaporkan
untuk mengetahui jumlah, jenis dan kondisi prasarana & barang yang ada. Hal ini
dilakukan untuk memperkiraan kebutuhan penambahan ataupun perbaikan prasarana-
sarana dan barang untuk masa yang akan datang.
E. Pelatihan
1. Aspek kelembagaan/organisasi
2. Aspek manajemen O&P
3. Teknis pengoperasian & pemeliharaan prasarana dan sarana
4. Penentuan tarif atau iuran/andilan/sumbangan sukarela.
5. Pengelolaan keuangan
6. Pelaporan keuangan
7. Administrasi dan pelaporan
8. Perencanaan pengembangan sistem dan pendanaan.
Dari aspek kelembagaan, beberapa tolok ukur untuk melihat keberhasilan O&P, antara lain :
Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana lingkungan perdesaan ditujukan
untuk mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan operasi dan
pemeliharaan prasarana oleh kelompok/tim pengelola prasarana desa sehingga tidak muncul
hambatan dan kendala dari ketersediaan dana. Mudah tidaknya menarik retribusi atau iuran
untuk pemeliharaan prasarana sering sangat berkaitan dengan klasifikasi prasarana.
Klasifikasi prasarana
Berdasarkan pada cakupan layanan, secara umum prasarana desa yang dibangun melalui
Rekompak JRF dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
Klasifikasi prasarana dan sarana berdasarkan jenisnya ini akan menentukan mudah tidaknya
pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan prasarana, sebagaimana contoh lihat tabel
berikut.
Tabel – 20
Kemungkinan Kemudahan Penarikan Restribusi Berdasarkan Jenis Prasarana
Uraian Prasarana - Publik Prasarana - Kelompok
Kemungkinan - Jalan ber-retribusi - Air Bersih
Mudah Menarik - Waduk yg airnya dijual - MCK
Retribusi umum - Pelayanan
- KU/ air bersih yg dijual Sampah
umum - Kandang komunal
- Embung komunal
Kemungkinan Sulit - Jalan
Menarik Retribusi - Jembatan
- Bangunan gedung
publik (heritage)
- Lapangan evakuasi
Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk
menggali sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat
pengguna dan sumber lainnya yang sah misal bantuan dari kantor/instansi pemerintah,
pihak swasta yang juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut,
serta pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi terkait setempat.
Sebagai wujud kemandirian dan keberlanjutan, sumber pembiayaan O&P yang potensial
untuk digali adalah kontribusi warga sesuai dengan budaya setempat dan kesepakatan
yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi komunitas pemanfaat
terhadap penggunaan prasarana tersebut.
Sedangkan cara pengumpulan dana yang berupa uang adalah bergantung pada kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas tiga golongan sebagai
berikut :
1. Retribusi/Iuran
Retribusi/iuran yang besarnya sudah ditetapkan lebih dulu, ditarik secara langsung
pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan maupun tidak langsung
(retribusi/iuran bulanan). Retribusi/iuran dapat diberlakukan untuk para pengguna
yang secara rutin atau tidak secara rutin menggunakan prasarana. Retribusi/iuran bisa
diterapkan untuk individu perseorangan, kelompok, KK atau
perusahaan/instansi/badan usaha yang menjadi pengguna prasarana. Sebagai contoh
adalah pelayanan air bersih, retribusi jalan, MCK, dan kandang komunal.
2. Sumbangan/Donasi
a) Bantuan Pemerintah
Sumber pendapatan ini dapat berasal dari anggaran pemerintah desa, anggaran
pemerintah kecamatan, anggaran pemerinah daerah (APBD) dan atau anggaran
pemerintah pusat (APBN) atau dari pihak lain yang sah. Bantuan dari pemerintah
umumnya dapat digali jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan
besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti jalan, jembatan, dan saluran
dainase, ataupun prasarana lainnya. Terdapat satu sumber dana yang belum
digunakan secara optimal untuk O&P prasarana desa yaitu dana yang berasal dari
ADD (Alokasi Dana Desa) atau DAD (Dana Alokasi Desa).
Bantuan yang dimaksudkan disini, seperti dari organisasi lain atau perusahaan
swasta. Umumnya potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi pengoperasian
bersama suatu prasarana. Misalnya jalan yang dibangun masyarakat juga
dipergunakan oleh pihak lain tersebut. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan, bahwa perusahaan tertentu yang berada disekitar wilayah tersebut
dapat saja memberikan bantuan sumbangan.
Pendataan anggota ini sangat penting, selain untuk mengetahui jumlah dan siapa saja
warga pemanfaat juga akan berkaitan dengan potensi kontribusi dalam pemeliharaan
prasarana yang dikelola.
Tarif pelayanan dikenakan bagi pemakai prasarana yang bersifat cost recovery, seperti
air bersih, persampahan, MCK, kandang komunal dan jalan beretribusi. Penerimaan dari
tarif ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan prasarana
bersangkutan termasuk untuk biaya operasi dan pemeliharaan.
Penentuan tarif harus dilakukan dengan dan oleh masyarakat, karena akan membuat
masyarakat bertanggung jawab penuh atas keputusan yang telah dibuat dan bisa diterima
lebih baik karena masyarakat tahu mengapa tarif ditetapkan sebesar itu. Sejalan dengan
waktu tidak bisa dihindarkan adanya penyesuaian tarif akibat inflasi, perubahan biaya
dan harga barang, kebutuhan dana untuk perluasan sistem dan lain lain. Keterlambatan
penyesuaian tarif akan berakibat serius pada jaminan sustainabilitas keuangan. Karena
itu peninjauan ulang tarif yang layak perlu dilakukan paling tidak 2 tahun sekali.
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang dalam penetapan tarif, antara lain:
1) Kecukupan dana (cost recovery), dengan prinsip ini maka tarif yang akan
ditetapkan harus mencerminkan tingkat kecukupan dana yang diperlukan untuk
pengelolaan prasarana san sarana perdesaan secara memadai.
2) Satu obyek pungut – satu jenis pungutan, untuk menghindari terjadinya
pungutan ganda yang membingungkan para penerima manfaat, maka satu obyek
pelayanan dikenakan satu pungutan tarif.
3) Transparan dan mudah dipahami, dalam penetapan besarnya tarif, maka
pembebanan biaya yang diperhitungkan harus dilakukan secara transparan dan
mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
4) Sederhana dan Jelas, artinya bahwa penetapan tarif harus menggunakan
rumusan yang tidak rumit, dan mudah diperoleh, serta hitungan mudah dilakukan.
2. Jenis-Jenis Tarif
Secara garis besar terdapat dua jenis tarif bila dilihat dari cara penentuannya, yaitu:
Tarif ini tidak melihat berapa jumlah manfaat yang diterima oleh setiap rumah
tangga atas penggunaan prasarana tertentu. Struktur tarif yang seperti ini tidak
membutuhkan adanya perhitungan berapa manfaat yang telah diterima oleh
masing-masing penerima manfaat, tetapi dikenakan sama rata untuk setiap rumah
tangga/penerima manfaat. Tarif yang demikian memiliki keuntungan bahwa
dalam perhitungan penerimaan tarif lebih mudah dilakukan, karena hanya
mengalikan besarnya tarif dengan jumlah penerima manfaat, tanpa harus
menghitung berapa banyak manfaat yang diterima oleh setiap pemakai jasa
layanan.
Dalam kasus pelayanan pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, maka
pengelola akan sulit menentukan berapa banyak sampah yang telah dibuang oleh
setiap rumah tangga, sehingga kasus ini lebih tepat jika tarif ditetapkan sebesar
rupiah tertentu pada setiap rumah tangga. Kalaupun akan diterapkan prinsip
subsidi silang, maka perlu dipertimbangkan aspek pendapatan rumah tangga.
Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka dapat dikenakan tarif yang lebih
besar dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih rendah.
Dalam kasus pelayanan MCK juga memiliki kriteria yang sama, dimana akan
sulit dilakukan pengukuran besarnya manfaat yang diterima secara kuantitatif.
Sehingga tarif pelayanan MCK lebih tepat dikenakan dalam rupiah per sekali
pakai atau dalam rupiah per bulan per rumah tangga pemakai.
Dalam metode ini, alokasi biaya yang akan dibebankan sebagai tarif
diperhitungkan secara proporsional berdasarkan kriteria fisik penggunaan jasa
layanan, antara lain dalam volume. Dengan demikian tarif ditentukan
berdasarkan volume pelayanan yang benar-benar digunakan secara individual
atau rumah tangga. Tarif ini lebih sesuai digunakan untuk penetapan tarif
Secara umum Perhitungan Tarif / Harga Pokok Pelayanan air bersih dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Biaya O&P yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada
operasi dan pemeliharaan:
Dari formula tsb akan dapat diperoleh tarif dasar dalam satuan Rp per M3.
Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah
Per Rumah Tangga Per Bulan.
Biaya yang perlu diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada
operasi dan pemeliharaan:
Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah
Per Rumah Tangga Per Bulan.
Dalam kasus ini pengguna jalan, khususnya truk-truk yang bermuatan tinggi
wajib dikenakan iuran guna perawatan jalan, sehingga ada jaminan bahwa
unur teknis pemanfaatan jalan dapat dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.
Apabila tarif pelayanan dirancang untuk memulihkan biaya O&P dan biaya
pengembalian investasi, maka dari biaya-biaya tersebut ditambahkan beban
biaya depresiasi (biaya penyusutan alat dan bangunan). Biaya depresiasi
adalah alokasi sejumlah dana yang dicadangkan untuk penggantian prasarana
dan sarana yang dikelola pada saat umur ekonomisnya habis karena
pengoperasian. Biaya depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus, yaitu dengan cara membagi nilai perolehan asset (prasarana dan
sarana) dengan perkiraan umur teknis.
Mekanisme penetapan tarif secara lebih jelas dapat dilihat dalam “Tata Cara
Penetapan Tarif Retribusi” pada lampiran–18.
• Akan menjadi alat kendali bagi konsumen agar tidak terjadi pengoperasian
sumberdaya yang berlebihan.
• Akan terjadi pemupukan keuntungan pengelola, karena akan diperoleh
penerimaan tarif yang melebihi kebutuhan biaya pengelolaan terutama
berasal dari konsumen yang mengkonsumsi melebihi batas jumlah tertentu.
• Akan terwujud prinsip keadilan, dimana yang banyak menggunakan
pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih tinggi dan sebaliknya yang
sedikit menggunakan jasa pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih
rendah.
1 0 – 10 Rp./M3 A
2 11 – 20 Rp./M3 1,5 A
3 21 – 30 Rp./M3 2A
4 30 – 40 Rp./M3 2,5 A
5 41 ke atas Rp./M3 3A
a. Pendapatan Usaha
• Pendapatan Pelayanan Air Bersih:
- Pendapatan Penjualan Air
- Pendapatan dari biaya penyambungan baru
• Pendapatan Pelayanan Persampahan
• Pendapatan Pelayanan MCK
Dalam menyusun rencana anggaran biaya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Dana yang berhasil dihimpun melalui pungutan tarif pelayanan, maka harus digunakan
sesuai dengan tujuan pengenaan tarif, yaitu :
- Prioritas pertama adalah untuk membiayai operasi dan pemeliharaan prasarana yang
mendatangkan pendapatan (cost recovery),
- Prioritas kedua adalah untuk membiayai penggantian investasi,
- Prioritas ketiga adalah untuk membiayai investasi pengembangan (bila diperlukan)
atau untuk membiayai kebutuhan operasi dan pemeliharaan komponen lain yang
menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, misalnya pemeliharaan jalan dan
jembatan, saluran drainase dan lain-lain.
b. Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh pengelola harus dicatat dan dibukukan pada saat
terjadinya transaksi.
c. Untuk memudahkan dalam mengendalikan biaya, maka dalam pencatatan pengeluaran
secara sederhana perlu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
• Biaya operasi dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban
organisasi pengelola dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi. Biaya operasi dan
pemeliharaan ini dikelompokkan menjadi :
• Biaya non operasional dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi
beban organisasi pengelola dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi,
misal: biaya asuransi.
a. Prinsip Pencatatan/Pembukuan
b. Pelaporan
Beberapa laporan terkait dengan pengelolaan keuangan yang harus disediakan oleh tim
pengelola adalah sebagai berikut:
3. Buku Kas, Digunakan untuk mencatat penerimaan uang di Kas (dapat berasal dari
penarikan uang tunai dari bank atau sumbangan tunai lain) serta pengeluaran untuk
biaya operasional, belanja material dan upah tenaga kerja dan saldo kas. Setiap
pemasukan dan pengeluaran uang kas harus ada bukti penerimaan atau pengeluaran
kas dan diberi penomoran. Dalam untuk kelompok ini secara bulanan.
4. Buku Biaya Administrasi dan Umum, merupakan buku bantu untuk mencatat segala
transaksi yang terkait dengan pengeluaran dana untuk keperluan administrasi dan
umum, diantaranya pengeluaran biaya pegawai (gaji pengelola), biaya kantor (ATK),
biaya hubungan pelanggan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya keuangan
(bunga), biaya pemeliharaan prasarana dan sarana kantor, biaya penyusutan prasarana
dan sarana kantor dan rupa-rupa biaya umum lainnya. Dalam pencatatan belanja ini
setiap akhir bulan harus dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa
besar pengeluaran untuk kelompok ini secara bulanan.
5. Buku Biaya Operasi dan Pemeliharaan Prasarana, merupakan buku bantu yang
digunakan untuk mencatat segala transaksi yang terkait degan pengeluaran biaya
operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana utama yang dikelola (air bersih,
persampahan, MCK, dll). Dalam pencatatan belanja ini setiap akhir bulan harus
dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran
untuk kelompok ini secara bulanan.
c. Pertanggungjawaban
Prestasi kegiatan operasi dan pemeliharaan dari aspek keuangan dapat dilihat dari :