You are on page 1of 72

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana lingkungan permukiman pasca bencana
di wilayah kelurahan/desa sasaran Rekompak JRF diharapkan memberikan dampak
langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi warga desa secara berkesinambungan.
Prasarana dan sarana yang telah dibangun atau diperbaiki diharapkan tidak hanya
memberikan manfaat jangka panjang bagi warga tetapi juga dapat lestari dan terus tumbuh
dan berkembang.

Selain faktor kualitas konstruksi yang dihasilkan, faktor-faktor penting yang


mempengaruhi berfungsinya suatu prasarana dan sarana adalah pengelolaannya, yang
mencakup organisasi pengelola, operasi dan pemeliharaan, serta pembiayaan yang sesuai
dengan kebutuhan. Bila salah satu hal tersebut tidak dipenuhi maka akan berpengaruh
kepada kualitas pelayanan dan umur pengoperasian yang akhirnya akan mengakibatkan
tidak tercapainya harapan dan tujuan dibangunnya prasarana dan sarana tersebut.

Keberlanjutan suatu kegiatan pengelolaan prasarana dan sarana sangat tergantung pada
efisiensi dan efektifitas dari operasi dan pemeliharaannya. Sementara itu efisiensi dan
efektifitas pengoperasian dan pemeliharaan (O&P) sebagai sistem sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor dan proses yang muncul dan berlangsung dari tahapan ide atau
program sampai sistem tersebut terbangun dan beroperasi.

Ciri ciri suatu sistem dikatakan berkelanjutan jika:

1. Berfungsi dengan baik dan menghasilkan manfaat dalam tingkat yang memadai dari
sisi (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, kenyamanan, terjangkau, efisiensi, kehandalan,
kesehatan dan keamanan)
2. Beroperasi dalam jangka waktu yang lama (minimal sesuai dengan usia pakai)
3. Manajemennya dilembagakan (manajemen berbasiskan masyarakat, perspektif
gender, kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah, keterlibatan sektor formal
dan informal)
4. Biaya operasi dan pemeliharaan, dan administrasi bisa dipenuhi masyarakat pengguna
sendiri (minimal cost recovery terhadap biaya O&P)
5. Perbaikan kerusakan dan penggantian suku cadang bisa dipenuhi di tingkat lokal.
6. Bisa dioperasikan dan dipelihara di tingkat lokal dengan hanya dukungan terbatas dari
pihak luar ( bantuan teknis, pelatihan, pemantauan)
7. Tidak mempengaruhi lingkungan secara negatif.

Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan


sarana lingkungan permukiman desa melalui proyek Rekompak JRF yang mengedepankan
aspek pemberdayaan masyarakat dan berorientasi pengurangan resiko bencana
mengupayakan langkah pengembangan dan penguatan peran serta masyarakat mulai dari

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 1


tahap perencanaan, penyusunan rencana teknis, tahap pelaksanaan, dan akhirnya pada
tahap pemanfaatan prasarana dan sarana yang harus dioperasikan dan dipelihara dengan
baik secara mandiri agar selalu siap digunakan.

Dari mekanisme peran serta tersebut, maka “rasa membutuhkan prasarana dan sarana
(tahap perencanaan)” dan “rasa memiliki prasarana dan sarana (tahap pelaksanaan)“
diharapkan memunculkan “kesadaran dan rasa tanggungjawab” untuk memelihara
prasarana dan sarana yang telah dibangun sehingga dapat memberikan manfaat yang
berkesinambungan dan lestari.

Melaksanakan operasi dan pemeliharaan secara benar akan mendukung


keberlanjutan dari sistem pada masa pasca konstruksi, yang juga tergantung dari
rangkaian faktor dan proses yang dikembangkan dalam tahap perencanaan dan
konstruksi. Bisa dikatakan bahwa sustainabilitas operasi dan pemeliharaan suatu
sistem dimulai dari tahap perencanaan dan bahkan yang lebih dini yaitu ditahap
pengembangan gagasan atau penyusunan usulan.

I.2. Landasan Hukum

Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan


prasarana desa adalah :
(1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
(2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
(3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
(4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN).
(5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
(6) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
(7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
(8) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(9) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
(10) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan
Pengelolaan Bantuan Bencana.
(11) Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan
Bencana.
(12) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
(13) Peraturan Pemerintah Nomor 36 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
(14) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 2


(15) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun
2010 tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS-PB)
Tahun 2010-2014.
(16) Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 5 Tahun
2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN-
PRB) Tahun 2010-1012.

I.3. Acuan Implementasi

(1) Grant Agreement Nr. TF 090014–IND Java Reconstruction Fund (JRF) For
Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for
Central and West Java and Yogyakarta Special Region, beserta perubahannya.
(2) Pedoman Operasional Umum (POU) Untuk Kelurahan/Desa Dalam
Rekompak JRF, 2007.
(3) Pedoman Operasional Teknis (POT) Untuk Kelurahan/Desa Dalam Rekompak
JRF, 2007.

I.4. Ruang Lingkup

Buku ini disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan pengoperasian dan


pemeliharaan prasarana desa, khususnya prasarana dan sarana pengurangan resiko
bencana yang telah dibangun selama program Rekompak JRF, tetapi tidak
termasuk prasarana-sarana bangunan pusaka. Untuk bangunan pusaka sudah
disusun pedoman pelestarian pusaka dalam buku terpisah.

Muatan dari pedoman ini adalah khusus memberikan arahan teknis,


pengorganisasian dan pembiayaan bagi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
(O&P). Hal-hal yang tidak diatur dalam pedoman ini, harus tetap merujuk
pedoman standard yang bersifat umum dan baku. Selain itu, untuk hal-hal yang
bersifat operasional dalam pelaksanaan lapangan tetap harus merujuk pedoman
operasional umum dan teknis, serta SOP Rekompak-JRF yang berlaku.

I.5. Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya pedoman O&P ini adalah :

(1) Memberikan panduan kepada masyarakat warga dalam mengorganisasikan


dan melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana desa,
(2) Memberikan panduan kepada konsultan pendamping Rekompak JRF dalam
memfasilitasi pengorganisasian dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
prasarana desa,
(3) Memberikan arahan kepada pemerintahan desa, pemerintahan
kabupaten/kota dan pihak-pihak terkait dalam mendukung pengorganisasian
dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana desa,
(4) Mendorong terwujudnya fasilitas prasarana dan sarana pengurangan resiko
bencana yang handal dan siaga,

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 3


(5) Mendorong terwujudnya kemandirian dalam pengelolaan (teknis,
organisasi, pembiayaan) prasarana desa yang berkelanjutan.

Tujuan dari pedoman O&P ini adalah:

(1) Terwujudnya suatu sistem operasi dan pemeliharaan prasarana desa


berbasis komunitas yang berorientasi pada pengurangan resiko bencana,
(2) Terwujudnya kemandirian dan keberlanjutan pengelolaan (teknis,
organisasi, pembiayaan) prasarana desa,
(3) Terwujudnya fasilitas prasarana desa yang handal dan siaga untuk mendukung
kesiap-siagaan menghadapi resiko bencana di wilayah desa dan sekitarnya.

I.6. Sasaran

Sasaran operasional pedoman operasi dan pemeliharaan ini adalah:

(1) Terlaksananya langkah-langkah pengorganisasian warga desa dalam


pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana desa yang handal, siaga dan
mandiri,
(2) Terlaksananya kegiatan fasilitasi pengorganisasian dan penyiapan
pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana desa oleh konsultan
pendamping Rekompak JRF,
(3) Meningkatnya peran aktif pemerintah kabupaten/kota dalam memfasilitasi
proses pengorganisasian warga dalam pengembangan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan prasarana desa.

Kelompok sasaran utama tata-cara operasi dan pemeliharaan ini, adalah:


(1) Tingkat komunitas desa, yaitu Para calon pengelola operasi dan
pemeliharaan prasarana desa,
(2) Kosultan Pendamping tingkat desa, yaitu Para fasilitator pendamping
masyarakat desa (faskel),
Sasaran selanjutnya adalah:
(3) Komunitas, yaitu BKM/TPK, Tim Inti Perencana (TIP) dan Panitia
Pelaksana (PP),
(4) Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Desa/Kelurahan (LPMD/K), dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
(5) Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK),
(6) Walikota/Bupati, Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Kabupaten/Kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota,
(7) Gubernur, Dinas/Instansi Terkait, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Provinsi, Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penataan Bangunan
dan Lingkungan (PBL) Provinsi, DPRD Provinsi,
(8) Konsultan Rekompak-JRF; National Management Consultant (NMC),
District Management Consultant (DMC),
(9) Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan pedoman operasi dan
pemeliharaan ini.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 4


I.7. Batasan dan Pengertian

Pengertian dan pemahaman yang dipakai dalam pedoman ini merujuk pada
sejumlah sumber adalah sebagai berikut:

(1) Pengoperasian dan pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan


sistematis, yang dilakukan secara rutin, berkala maupun perbaikan sewaktu-
waktu (insidentil) untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap
dapat berfungsi dan bermanfaat sesuai rencana.

(2) Pemeliharaan secara umum dapat dikategorikan dalam tiga jenis, sebagai
berikut :
a. Pemeliharaan Rutin (preventive maintenance).
Pemeliharaan rutin ini dilakukan dengan mengontrol dan merawat
prasarana-sarana secara rutin periodik sehingga tidak terjadi kerusakan
atau berubah fungsinya. Pemelihraa rutin sifatnya preventif, ringan dan
dijadwalkan teratur dalam satu tahun. Bagian penting dari pemeliharaan
rutin antara lain adalah pencegahan atau menjaga penggunaan prasarana
yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya agar prasarana
tidak cepat rusak.
b. Pemeliharaan Sesudah Rusak (breakdown maintenance)
Pemeliharaan Sesudah Rusak meliputi perbaikan atau modifikasi dari
prasarana/sarana yang dilakukan setelah terjadi kerusakan saat digunakan.
c. Pemeliharaan Ulang (corrective maintenance).
Pemeliharaan ulang meliputi perbaikan rehabilitasi dari prasarana-sarana
yang dilakukan untuk mengembalikan seperti fungsinya semula sesuai
desain atau standar awal. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan selang
waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari satu tahun. Pemeliharaan
ulang kadang disebut juga perbaikan besar.

(3) Tim Pengelola Operasi dan Pemeliharaan (O&P) prasarana-sarana desa


adalah sekelompok orang yang dipilih dan disepakati secara bersama-sama
oleh masyarakat/komunitas desa, yang telah diberi wewenang dan tanggung
jawab mengelola prasarana-sarana yang ditetapkan.

(4) Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana-sarana desa ditujukan untuk


mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan operasi dan
pemeliharaan prasarana oleh tim pengelola prasarana desa, sehingga tidak
muncul hambatan dan kendala dari ketersediaan dana.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 5


BAB II
TEKNIS PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA DAN SARANA

2.1. Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana -Sarana Desa

A. Jenis Prasarana Desa

Jenis-jenis prasarana-sarana desa yang telah dibangun melalui program Rekompak-JRF


antara lain adalah :
1. Jenis prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi adalah :

a. Jalan
• Jalan aspal
• Jalan makadam
• Jalan beton
• Jalan paving
• Jalan telasah
• Jalan sirtu
• Jalan tanah
b. Jembatan
• Jembatan beton
• Jembatan komposit
• Jembatan gantung
• Jembatan kayu
• Plat decker
c. Saluran Drainase / Saluran air hujan (SAH)
• Saluran dengan pasangan
• Saluran dengan buis beton
• Saluran tanah
• Gorong-gorong
• Syphon
d. Sumur Resapan untuk Drainase/SAH
• Sumur resapan buis beton
• Sumur resapan pasangan batu bata
e. Bangunan penahan tanah
• Talud pasangan batu kali
• Bronjong
• Beton bertulang
• Revetment

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 6


f. Bendung
• Bendung pasangan batu

g. Embung/ Waduk
• Tembok/talud pasangan batu kali
• Tanggul tanah

h. Lapangan Evakuasi

i. Hidran Pemadam Kebakaran (Fire Hidrant)

j. Peralatan Pendukung Peringatan Dini (EWS/ Early Warning System)

2. Jenis prasarana Air Bersih dan Sanitasi adalah :

a. Air Bersih
• Bangunan Penangkap Mata Air/BPMA
• Sumur bor dalam
• Bak Penampung Air Bersih (Reservoir)
• Pipa Transmisi & Distribusi, dan Katup (valve)
• Mesin Diesel Pembangkit Listrik (Genset)

b. Sanitasi/MCK (Mandi Cuci Kakus)


• Bilik MCK
• Tangki Septik
• Resapan

c. Persampahan
• Pengumpulan & pemilahan sampah
• Komposting

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 7


B. Tahap-Tahap Pemeliharaan

Tahap-tahap proses pemeliharaan prasarana dan sarana desa yang dilaksanakan oleh
Tim Pengelola O&P prasarana desa secara umum melalui proses yang dapat
digambarkan sebagai berikut :

Bagan – 1
Tahapan Pemeliharaan

Prioritisasi
Inventari &
Evaluasi &
sasi, Penjadwal Pembiayaa
Perhitunga
Identifika an n
n
si

Pelaksana
an
Pemelihar
aan &
Pelaporan

a. Inventarisasi dan Identifikasi

Tahap ini adalah menginventarisasi prasarana-sarana yang akan dipelihara serta


mengidentifikasi masing-masing kondisi prasarana-sarana, dilakukan melalui survey
menggunakan formulir kondisi prasarana sebagai terlampir. Sebaiknya dalam
pendataan ini meminta juga informasi dari komunitas warga disekitar lokasi atau
pengguna prasarana, karena mereka cukup tahu kondisi prasarana tersebut. Dalam
pendataan tersebut harus dicatat dengan lengkap kondisi bagian/komponen prasarana-
sarana yang akan dipelihara atau yang mengalami kerusakan. Sebagai acuan
pencatatan dapat dilihat Tabel–1,2,3 Tanda-tanda kerusakan konstruksi prasarana-
sarana dan uraian prasarana dalam pedoman ini.
Pada tahap ini masalah kepemilikan/kewenangan atas prasarana desa harus sudah
jelas, jika belum jelas perlu dicari informasi dan dikonfirmasi sesuai data pada saat
awal pembangunan prasarana. Prasarana yang bukan milik desa/lingkungan atau
diluar kewenangan desa maka operasi & pemeliharaannya, termasuk pembiayaannya
harus dikordinasikan dengan dinas/instansi terkait.

b. Evaluasi dan Perhitungan

Pada tahap ini hasil invetarisasi dan identifikasi yang sudah disusun akan dievaluasi
untuk penentuan metoda dan cara pemeliharan, perhitungan bahan, peralatan, tenaga
kerja/tenaga trampil dan biaya yang dibutuhkan. Sebagai acuan evaluasi dan
perhitungan dapat dilihat Tabel-4,5,6 (Prosedur) Perbaikan Pekerjaan. Disini
dievaluasi dan ditambahkan juga catatan jumlah yang memanfaatkan prasarana
tersebut serta kondisi sosial pemakai serta cakupan pelayanan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 8


Pada tahap ini juga perlu diseleksi prasarana mana yang akan dilakukan pemeliharaan
rutin, pemeliharaan perbaikan karena rusak, atau masuk kategori rehabilitasi jika
kondisinya sudah sangat rusak. Untuk kategori rehabilitasi proses dilakukan terpisah
seperti membangun prasarana baru.

c. Prioritisasi dan Penjadwalan

Prioritisasi dan penjadwalan secara keseluruhan dari semua prasarana dan komponen
yang sudah diinventarisasi, dapat dilakukan dengan melihat aspek-aspek seperti :
(a) kemendesakan. yaitu: kondisi kerusakan prasarana dan kemendesakan karena
merupakan prasarana mitigasi bencana yang harus segera dipelihara,
(b) manfaat : semakin banyak jumlah orang yang menggunakan, semakin prioritas;
(c) kapasitas desa, yaitu: kemampuan desa untuk melaksanaka pemeliharaan
sendiri, karena jika tidak mampu ditangani oleh tingkat desa maka
perbaikannya perlu diusulkan ke pemerintah kab/kota dan dinas/instansi
lainnya, sehingga prosesnya perlu waktu lebih lama,
(d) urutan logis, yaitu: urutan logis secara teknis tahap-tahap pemeliharaan atau
perbaikan,
(e) sosial, yaitu : pertimbangan kondisi sosial warga pengguna prasarana (misal
kaum jompo, difabel, kelompok perempuan)

d. Pembiayaan

Setelah tahap perencanaan diatas diselesaikan oleh petugas teknis maka hasil
perencanaan O&P tersebut harus dirembug bersama oleh seluruh pengurus untuk
diputuskan besaran biaya yang disediakan dan akan digunakan untuk pemeliharan.
Pada kondisi karena dana terbatas, dapat dilakukan evaluasi dan perhitungan ulang
metoda pemeliharaan yang dipilih.

Untuk kondisi keputusan-keputusan tertentu (misal: honor/tunjangan/upah petugas


pemeliharaan), maka keputusan perlu diambil melalui rembug warga dan/atau
persetujuan pemerintah desa sesuai peraturan yang dibuat sebelumnya dalam
AD/ART Tim Pengelola atau aturan pemerintahan yang berlaku.

e. Pelaksanaan Pemeliharaan dan Pelaporan

Pelaksanaa pemeliharaan dapat dilaksanakan sendiri oleh tim pengelola O&P, secara
kerja bakti-gorong royong atau menyewa tenaga dari luar. Sebelum pemeliharaan
dilaksanakan, rencana pemeliharaan perlu ditempel di papan pengumuman untuk
dapat diketahui warga. Selama dan sesudah pemeliharaan tim pengelola/petugas
harus membuat laporan pelaksanaan pemeliharaan (pelaksanaan kegiatan dan
keuangan) untuk disampaikan kepada masyarakat dan ditempel pada papan
pengumuman.

f. Pengawasan dan Evaluasi

Pengawasan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana dilakukan oleh


BKM/TPK melalui UPL (unit pengelola lingkungan) dan oleh masyarakat komunitas
warga. Evaluasi atas hasil pelaksanaan operasi & pemeliharaan dilakukan setelah
prasarana digunakan kembali atau sedikitnya dalam satu tahun sekali. Evaluasi

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 9


dilakukan oleh Tim Pengelola bersama komunitas warga dan perlu mengundang
pihak luar untuk memberi masukan ahli.
C. Prasarana-Sarana Non Air Bersih dan Sanitasi

1. Pemeliharaan Rutin Prasarana dan Sarana

Pemeliharaan rutin bertujuan mengontrol dan merawat prasarana/sarana serta


menjaga fasilitas tetap dalam kondisi baik untuk mencegah kegagalan (prasarana
tidak berfungsi secara tiba-tiba). Selain hal itu dengan pemeliharaan rutin
kerusakan kecil cepat diketahui, dapat segera diperbaiki dan tidak menjadi
kerusakan besar atau kegagalan fungsi. Pemeliharaan Rutin pada dasarnya
menjaga prasarana dalam keadaan seperti semula dan mencakup beberapa
pekerjaan yang berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin
harus dimulai pada waktu prasarana-sarana selesai dibangun (masih dalam
keadaan baru) dan dilanjutkan seumur prasarana tersebut.

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin/berkala prasarana adalah sebagai berikut:


1. Pembersihan secara umum
2. Membuang tumbuhan liar dan sampah
3. Pembersihan dan melancarkan fungsi prasarana.
4. Penanganan kerusakan-kerusakan ringan
5. Pengecatan sederhana
6. Pemeliharaan permukaan konstruksi bangunan dan lantai kendaraan
7. Penggantian spare-part/suku cadang
8. Pemberian pelumas/oli

Dalam pemeliharaan rutin, ada hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga
agar prasarana desa tidak cepat rusak yaitu melaksanakan pencegahan
penggunaan prasarana yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya.

Pencegahan penggunaan prasarana diluar fungsi, antara lain:

a. Jalan

1. Mencegah dan melarang penggunaan jalan, untuk dilewati oleh


kendaraan dengan total berat melebihi klas jalan (jalan desa: Klas
III beban < 8 ton, jalan cor-beton swadaya beban maksimal sampai
dengan 3 ton).
2. Tidak boleh membuat talud yang lebih tinggi dari berm/bahu jalan
tanpa dilengkapi saluran drainase sehingga terjadi genangan di
jalan.
3. Tidak boleh memanfaatkan jalan menjadi tempat mencuci
kendaraan atau barang-barang.
4. Tidak boleh menanam pohon di berm/bahu jalan, selain rumput
pelindung bahu jalan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 10


b. Jembatan

1. Mencegah dan melarang dilewati kendaraan dengan total


berat melebihi klas jembatan yang direncanakan (lihat catatan
no:1a)
2. Tidak boleh menambang material batu dan/atau pasir (galian
C) pada 500 M dari hulu dan hilir jembatan.
3. Tidak boleh memanfaatkan jembatan menjadi tempat
mencuci kendaraan/barang.
4. Tidak boleh memanfaatkan ruang bawah jembatan, diluar
tujuan untuk perlindungan jembatan tersebut.

c. Talud

1. Mencegah dan melarang penanaman tanaman keras dan/atau


tanaman semusim sepanjang talud yang akarnya dapat mendorong
ketidakstabilan talud dan/atau merusak talud.
2. Tidak boleh memanfaatkan tanah yang ditalud sebagai
pondasi dari bangunan rumah atau bangunan lainnya
3. Dilarang mendirikan bangunan diatas atau dibawah talud
sejauh 1,5 kali tinggi talud dari talud.
4. Dilarang menggali tanah disekitar pondasi talud yang dapat
melemahkan konstruksi talud.

d. Tanggul Tanah

1. Mencegah dan melarang penanaman tanaman keras dan/atau


tanaman semusim sepanjang puncak tanggul sehingga mengurangi
kepadatan, porositas dan kestabilan tanggul.
2. Tidak boleh memanfaatkan tanggul sebagai pondasi dari
bangunan rumah atau bangunan lainnya
3. Tidak boleh mengambil material badan tanggul dan kaki
tanggul.
4. Tidak boleh menghilangkan rumput tanggul sebagai
penahan longsor.
5. Tidak boleh mengambil material batuan, pasir atau sedimen
di sekitar tanggul (akan mengurangi kestabilan konstruksi tanggul
dan menyebabkan longsor).

e. Saluran drainase

1. Mencegah dan melarang saluran drainase sebagai tempat


memandikan dan minum ternak yang bukan/tidak ditempat-tempat
yang sudah disediakan.
2. Tidak boleh memanfaatkan dinding saluran sebagai tempat
mendirikan bangunan.
3. Tidak boleh membendung aliran air serta membongkar
dinding talud saluran drainase untuk pengambilan air.
4. Tidak boleh membuang sampah di saluran drainase.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 11


f. Bendung

1. Mencegah dan melarang pengambilan/penambangan


material batuan, pasir atau sedimen (galian C) di sekitar bendung.
2. Tidak boleh mendirikan bangunan disekitar bendung.
3. Pada bangunan rumah atau pelindung pintu air tidak boleh
untuk tempat pemeliharaan ternak, warung, tempat tinggal
sementara/bedeng.
4. Melarang penggunaan dari bagian-bagian bangunan
bendung, seperti: talud, saluran drainase/irigasi, tanggul, jembatan,
jalan, dll. diluar fungsinya, lihat panduan nomor sebelumnya.

g. Waduk/embung :

1. Mencegah dan melarang waduk/embung sebagai tempat


memandikan dan minum ternak yang bukan/tidak ditempat-tempat
yang sudah disediakan.
2. Tidak boleh memanfaatkan waduk/embung sebagai tempat
pemeliharaan ternak.
3. Melarang penggunaan dari bagian-bagian bangunan
waduk/embung, seperti: talud, saluran drainase/irigasi, tanggul,
jembatan, jalan, pintu air, dll. diluar fungsinya, lihat panduan nomor
sebelumnya.

h. Lapangan Evakuasi :

1. Mencegah dan melarang pemanfaatan lapangan evakuasi


untuk lahan pertanian.
2. Tidak boleh mendirikan bangunan warung/toko di lapangan
evakuasi.

i. Hidran Pemadam Kebakaran (Fire Hidrant) :

1. Mencegah dan melarang penggunaan hidran untuk mencuci


kendaraan atau barang-barang.
2. Mencegah dan melarang penggunaan hidran untuk
menyiram tanaman.
3. Tidak boleh mendirikan bangunan atau meletakan barang-
barang disekitar hidran, ini dapat menghambat akses petugas
pemadam dalam memanfaat- kan hidran.

2. Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Sesudah Rusak

Pemeliharaan Sesudah Rusak adalah pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan


karena prasarana mengalami kerusakan. Pemeliharaan perbaikan pada prinsipnya
harus segera dilakukan jika prasarana mengalami kerusakan, karena kerusakan
yang tidak segera diperbaiki akan semakin bertambah kerusakannya dan pada
akhirnya prasarana rusak tidak bisa digunakan (gagal berfungsi). Namun dalam

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 12


beberapa situasi sering perbaikan tidak dapat segera dilakukan (misal:anggaran
yang belum siap), untuk kondisi ini diharapkan desa bersama warga bisa
mengadakan kerja-bakti untuk melakukan pemeliharaan melindungi dan
perbaikan ringan atas bagian yang rusak agar tidak semakin rusak.

Pada bagian berikut ditabelkan berberapa prosedur prosedur perbaikan jika suatu
konstruksi prasarana mengalami kerusakan (lihat tabel 4; 5 dan 6), antara lain
pekerjaan-pekerjaan perbaikan untuk:
1. Konstruksi beton
2. Konstruksi pasangan batu kali
3. Konstruksi pasangan bata
4. Konstruksi aspal
5. Konstruksi paving
6. Konstruksi kayu

3. Pemeliharaan Ulang dan Rehabilitasi

Pemeliharaan Ulang dan Rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan prasarana


seperti fungsinya semula (sesuai desain standar awal), ini termasuk pekerjaan
perbaikan besar tidak akan dibahas dalam pedoman ini. Rehabilitasi atau
pekerjaan perbaikan besar prosesnya hampir sama dengan prosedur tata laksana
untuk pembangunan infrastruktur baru.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 13


Tabel – 1
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jalan

JENIS PENAMPAKAN PENCEGAHAN


INFRASTRUK PENYEBAB UTAMA
NO KONSTRU VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KERUSAKAN
KSI KERUSAKAN) PERAWATAN
Jalan Aspal Retak garis Stabilitas lapisan permukaan Umur Konstruksi jalan
dipermukaan mulai melemah Traffic (over load) harus dilakukan :

Terkelupas Stabilitas lapisan permukaan Umur Traffic - Pembersihan


mulai melemah Traffic (over load) management vegetasi yang
(load) tidak perlu dan
Retak sarang laba- Stabilitas lapisan permukaan Umur sampah-
laba dan base course melemah Traffic (over load) Drainase sampah.
Sistem drainase tidak samping
baik - Perawatan
Beton Terbongkar Stabilitas lapisan permukaan Umur Berm/bahu sistem
dan base course melemah Traffic (over load) jalan drainase/petur
Sistem drainase tidak asan samping
baik dan permukaan
Melendut (banyak) Stabilitas tanah dasar (sub Umur jalan
grade melemah Traffic (over load)
Sistem drainase tidak - Secara
baik berkala
Permukaan Peturasan tidak baik Umur konstruksi jalan
Berlumut Traffic (over load) harus dirawat.
Sistem drainase tidak
baik
Paving Terbongkar Stabilitas lapisan permukaan Umur
Block dan base course melemah Traffic (over load)
Sistem drainase tidak Traffic
baik management
Melendut (banyak) Stabilitas lapisan permukaan Umur (load)
dan sub grade melemah Traffic (over load) Drainase
Sistem drainase tidak samping
baik
Pecah Lapisan permukaan Umur Batu pengunci/
Traffic (over load) batu kancing
Berlumut Peturasan tidak baik ( kanstin)
Tumbuh rumput Filler Sistem drainase tidak
baik Berm/bahu
jalan

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 14


JENIS PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK PENYEBAB UTAMA
NO KONSTRU VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KERUSAKAN
KSI KERUSAKAN) PERAWATAN

Makadam Melendut melintang Stabilitas lapisan permukaan Umur


ataupun memanjang dan sub grade melemah Traffic (over load) Traffic
Sistem drainase tidak management
baik (load)
Tidak dirawat (tumbuh
rumput) Drainase
Batuannya terlepas Stabilitas lapisan permukaan Umur samping
dan sub grade melemah Traffic (over load)
Sistem drainase tidak Berm/bahu
baik jalan
Tidak dirawat (tumbuh
rumput) Vegetasi
(rumput dll)

Jalan Telasah Melendut melintang Stabilitas lapisan permukaan Umur


ataupun memanjang dan sub grade melemah Traffic (over load) Drainase
Sistem drainase tidak samping
baik
Tidak dirawat (tumbuh Batu pengunci/
rumput) batu kancing
Batuannya terlepas Stabilitas lapisan permukaan Umur ( kanstin)
dan sub grade melemah Traffic (over load)
Batu pengunci (kanstin) rusak Sistem drainase tidak Berm/bahu
atau lepas baik jalan
Tidak dirawat (tumbuh
rumput)
Sirtu Melendut melintang Stabilitas lapisan permukaan Umur
ataupun memanjang dan sub grade melemah Traffic (over load) Traffic
Rumput tumbuh Peturasan tidak baik Sistem drainase tidak management
ditengah badan baik (load)
jalan. Tidak dirawat (tumbuh Drainase
rumput) samping
Vegetasi
(rumput dll)

Perkerasan Melendut melintang Stabilitas lapisan permukaan Umur


tanah ataupun memanjang dan sub grade melemah Traffic (over load) Traffic
Rumput tumbuh Peturasan tidak baik Sistem drainase tidak management

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 15


JENIS PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK PENYEBAB UTAMA
NO KONSTRU VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KERUSAKAN
KSI KERUSAKAN) PERAWATAN
ditengah badan baik (load)
jalan. Tidak dirawat (tumbuh Drainase
rumput) samping
Vegetasi
(rumput dll)

Tabel – 2
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jembatan

PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK KOMPONEN PENYEBAB UTAMA
NO VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KONSTRUKSI KERUSAKAN
KERUSAKAN) PERAWATAN
Jembatan Tiang/patok/buuk – Stabilitas Umur
Beton Guard rail, retak atau hancur konstruksi Berubah fungsi atau load atau Mempertahankan Konstruksi
Guard melemah benturan (beban berlebihan) fungsi sesuai jembatan harus
dengan post/safety post Daya rekat plesteran desain. dilakukan :
(patok berkurang (plesteran lapuk)
Pondasi pengarah), Tiang/patok/buuk - Stabilitas pondasi Umur Mengatur / - Pembersihan
Pasangan tembok sedada Collaps, condong, melemah Berubah fungsi atau load pengendalian vegetasi yang
Batu (buuk) miring Atau Stabilitas (beban berlebihan) lalu-lintas lewat tidak perlu dan
Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 16
PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK KOMPONEN PENYEBAB UTAMA
NO VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KONSTRUKSI KERUSAKAN
KERUSAKAN) PERAWATAN
tanah dasar jembatan sampah-
melemah sampah.
Pipa atau besi rail Pasangan Umur Pengaturan
melendut atau konstruksi Berubah fungsi atau load atau drainase dan - Perawatan
lepas. melemah benturan (beban berlebihan) pembersihan sistem
lumut dan drainase/petura
tumbuhan. san sekitar
Hand Rail Tiang/patok - Stabilitas Umur konstruksi.
pecah, retak, konstruksi Berubah fungsi atau load Mempertahankan
patah. melemah (beban berlebihan) fungsi sesuai - Pengecatan
desain. baja & besi (rail)
Pipa atau besi rail Pasangan Umur berkala
melendut konstruksi Berubah fungsi atau load atau Mengatur /
melemah benturan (beban berlebihan). pengendalian - Secara berkala
lalu-lintas lewat konstruksi baja
jembatan. harus dirawat
Gelagar beton Retak Stabilitas Umur dari gangguan-
konstruksi Berubah fungsi atau load Mempertahankan gangguan
melemah (beban berlebihan) fungsi sesuai kemis (air laut,
Melendut (banyak) Stabilitas Umur desain. limbah, air
konstruksi Berubah fungsi atau load hujan, kencing
melemah (beban berlebihan) Pengaturan binatang), dan
Pecah, hancur Stabilitas Umur drainase dan dari gangguan
Terlihat besi konstruksi Berubah fungsi atau load pembersihan biologis (jamur,
tulangan melemah (beban berlebihan) lumut dan lumut, semak,
tumbuhan. perdu).

Gelagar beton Baja berkarat Baja berubah, Umur Mempertahankan


komposit (baja– lapisan Terkena gangguan fungsi sesuai
beton); mengelupas kemis/kimia desain.
gelagar baja I Stabilitas Umur
dan lantai Melendut (banyak) konstruksi Berubah fungsi atau beban Perawatan
beton bertulang melemah berlebih sistem petu-
Baja berkarat banyak rasan sekitar
Beton retak di Konstruksi beton Umur konstruksi
bagian komposit melemah Berubah fungsi atau beban
berlebih Secara berkala
konstruksi baja
harus dirawat.
Lantai beton Retak Stabilitas Umur
Jembatan konstruksi Berubah fungsi atau load Mempertahankan

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 17


PENAMPAKAN PENCEGAHAN
INFRASTRUK KOMPONEN PENYEBAB UTAMA
NO VISUAL (INDIKASI KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
TUR KONSTRUKSI KERUSAKAN
KERUSAKAN) PERAWATAN
melemah (beban berlebihan) fungsi sesuai
Melendut (banyak) Stabilitas Umur desain.
konstruksi Berubah fungsi atau load
melemah (beban berlebihan) Pengaturan
Pecah, hancur Stabilitas Umur drainase dan
Terlihat besi konstruksi Berubah fungsi atau load pembersihan
tulangan melemah (beban berlebihan) lumut dan
tumbuhan.

Pas batu kali: Retak Umur


Stabilitas Berubah fungsi atau load Mempertahankan
- Kepala konstruksi (beban berlebihan) fungsi sesuai
jembatan melemah desain.
(abutment) dan Collaps, condong, Umur
pilar (pier). miring Stabilitas pondasi Berubah fungsi atau load Menjaga
melemah (beban berlebihan) sekeliling
- Pondasi untuk Atau Stabilitas pondasi tidak
kepala tanah dasar terjadi gerusan
jembatan dan melemah dasar sungai (a.l.
pilar Pecah, hancur, Umur : tidak ada
batu-batu lepas Pasangan Berubah fungsi atau load penggalian
- Perkuatan konstruksi (beban berlebihan) material sungai
lereng dan melemah Daya rekat plesteran di sekitar
apron pada berkurang (plesteran lapuk) jembatan)
dasar sungai.
Berlumut, ada Peturasan tidak Sistem drainase tidak baik, Membersihkan
tumbuhan baik dan Daya rekat plesteran / siaran vegetasi yang
plesteran/ siaran melemah. tidak perlu dan
lepas membersihan
sampah di bawah
jembatan.

Pengaturan
drainase dan
pembersihan
lumut dan
tumbuhan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 18


Tabel – 3
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Talud Tembok Penahan Tanah

PENAMPAKAN
PENCEGAHAN
N INFRASTRUKT JENIS VISUAL PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
O UR KONSTRUKSI (INDIKASI KERUSAKAN
PERAWATAN
KERUSAKAN)
Talud, Timbunan Melendut Stabilitas Umur Mempertahankan Konstruksi talud
Tembok Tanah berkurang Berubah fungsi atau load Fungsi sesuai harus dilakukan :
Penahan Tanah (Tanggul) (beban berlebihan) Design
Bekas tergerus Kepadatan tanah Sistem drainase tidak baik, - Pembersihan
berkurang Aliran air deras, Membersihkan vegetasi yang
Rumput pelindung Vegetasi yang tidak perlu dan
hilang/mati. tidak perlu sampah-
Retak memanjang Kepadatan tanah Pemadatan tidak sempurna sampah.
berkurang Rembesan air Pengaturan
Terjadi sliding Drainase - Perawatan
sistem
Pohon, tiang pada Longsor (Stabilitas Sistem drainase tidak baik, drainase/petura
tebing condong berkurang) Aliran air rembesan dibawah/ san sekitar dan
di dalam timbunan, samping
Rumput pelindung konstruksi
hilang/mati. talud.
Beton Retak Stabilitas Umur Mempertahankan
konstruksi Berubah fungsi atau load Fungsi sesuai - Secara berkala
melemah (beban berlebihan) Design konstruksi talud
Melendut (banyak) Stabilitas Sistem drainase tidak baik harus dirawat.
konstruksi Membersihkan
melemah Vegetasi yang
Pecah, hancur Stabilitas Berubah fungsi atau load tidak perlu
konstruksi (beban berlebihan)
melemah Pengaturan
Drainase
Pasangan Retak Stabilitas Umur Mempertahankan
Batu Kali konstruksi Berubah fungsi atau load Fungsi sesuai
melemah (beban berlebihan) Design
Melendut (banyak) Stabilitas Sistem drainase tidak baik
konstruksi Membersihkan
melemah Vegetasi yang
Atau Stabilitas tidak perlu
tanah dasar
melemah Pengaturan

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 19


PENAMPAKAN
PENCEGAHAN
N INFRASTRUKT JENIS VISUAL PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN KERUSAKAN & PERHATIAN
O UR KONSTRUKSI (INDIKASI KERUSAKAN
PERAWATAN
KERUSAKAN)
Pecah, hancur Stabilitas Berubah fungsi atau load Drainase
konstruksi (beban berlebihan)
melemah
Atau Stabilitas
tanah dsar
melemah
Berlumut Peturasan tidak Sistem drainase tidak baik
baik

Bronjong Melendut/melengkun Stabilitas Sistem drainase tidak baik, Mempertahankan


kawat g konstruksi aliran air rembesan dibawah Fungsi sesuai
melemah bronjong menggerus pondasi Design
tanah
Kawat putus / rusak Kawat berkarat Umur Membersihkan
atau ikatan lepas Berubah fungsi atau load atau vegetasi yang
benturan/timbunan sampah. tidak perlu dan
Hancur, batu lepas Kawat putus, batu Umur sampah-sampah.
longsor (stabilitas Berubah fungsi atau load atau
berkurang) benturan/timbunan sampah. Penguatan ikatan
Pondasi tanah tergerus. kawat
Pengaturan
Drainase

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 20


Tabel – 4
Perbaikan Pekerjaan Beton

KOMPONEN PENCEGAHAN AGAR INDIKASI


NO PENGGUNAAN PROSEDUR PERBAIKAN PERHATIAN
KONSTRUKSI TIDAK TERJADI RUSAK KERUSAKAN

1 Beton Rabat Perkerasaan - Pengaturan batasan Retak - Jika kategori retak rambut - Teknik pencampuran
(Blind jalan, car port. pembebanan. tidak perlu diperbaiki material beton
Concrete) - Jika digunakan untuk - Jika retak konstruksi harus - Kebersihan beton yang
jalan harus ada diperbaiki dengan diperbaiki
Perkerasan pengaturan lalu lintas memperbesar retak hingga - Beton lama disiram air
landasan untuk membatasi ukuran lebih besar kerikil bersih dulu sebelum
pembebanan. beton perbaikkan sedalam dilakukan pembetonan
- Perawatan sistem retaknya >setengah tebal baru.
Perkerasan drainase sekitar beton.
lantai konstruksi. - Jika retak tidak dalam <
- Perawatan dari setegah tebal isi dengan
gangguan kemis dan mortar (campuran cemen pasir
biologis. komposisi setara betonnya)
Permukaan aus - Beton di kupas sampai lapisan
( kerikil lepas ) tanah
- Hancur - Tanah dipadatkan kembali dan
dibersihkan
- Patah/penurun - Siram tanah dengan air
an
- Isi lubang tersebut dengan
beton dengan campuran

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 21


KOMPONEN PENCEGAHAN AGAR INDIKASI
NO PENGGUNAAN PROSEDUR PERBAIKAN PERHATIAN
KONSTRUKSI TIDAK TERJADI RUSAK KERUSAKAN

setara beton lama.


2 Beton Beton struktur: - Pengaturan batasan - Retak Idem di atas.
Bertulang - Balok pembebanan. - Permukaan aus Jika terjadi rusak tulangan tidak
(Reinforced Jembatan - Jika digunakan untuk kerikil lepas banyak, bengkok atau putus
Concrete) - Lantai jalan harus ada Hancur Patah satu dua buah cukup dilakukan
jembatan pengaturan lalu lintas - Sehingga penyambungan dengan cara
- Rangka untuk membatasi terlihat overlap. Kemudian ditutup
rumah pembebanan. tulangannya dengan beton berkomposisi
- Lantai - Perawatan sistem setara beton aslinya.
landasan drainase sekitar
berat konstruksi
- Pondasi berat - Perawatan dari
- Dinding gangguan kemis dan
penahan biologis.
tanah, dll.
3 Beton Gelagar - Pengaturan batasan Baja berkarat Pembersihan bagian-bagian Karena konstruksi beton
Komposit jembatan pembebanan. yang berkarat dan baja dicat komposit memerlukan
(baja – beton) (gelagar baja I - Pembersihan vegetasi yg ulang. keahlian khusus, sebaiknya
dan lantai beton tidak perlu dan sampah. perbaikan diserahkan
bertulang) - Perawatan sistem Melendut Jika melendut banyak atau kepada tenaga trampil dan
drainse peturasan (banyak) lendutan bertambah dari periode tukang ahli di bidangnya.
sekitar konstruksi sebelumnya. Konstruksi
- Pengecatan baja berkala jembatan harus di periksa oleh Jika jembatan kondisi rusak
- Secara berkala ahli dan jembatan tidak boleh menunggu perbaikan
konstruksi baja harus digunakan. terpaksa tetap digunakan
dirawat dari gangguan Beton retak maka harus diberi pilar-pilar
kemis/kimia (air laut, Jika bagian beton komposit retak penopang pada bagian
limbah, air hujan, banyak atau ada yang pecah gelagarnya.
kencing) dan dari lepas. Konstruksi jembatan
gangguan biologis harus di periksa oleh ahli dan
(jamur, lumut). jembatan tidak boleh digunakan.

Tabel – 5
Perbaikan Pekerjaan Pasangan Batu Kali

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 22


KOMPONEN PENCEGAHAN
INDIKASI
NO KONSTRUK PENGGUNAAN AGAR TIDAK PROSEDUR PERBAIKAN PERHATIAN
KERUSAKAN
SI TERJADI RUSAK

1 Pasangan batu Pondasi struktur Mempertahankan fungsi - Retak - Retak diperbesar sampai kedalaman - Teknik pencampuran
kali sesuai desain retak. material adukan/spesi
Tembok Penahan - Kemudian lubang diisi dengan - Kebersihan pasangan yang
Tanah Membersihkan adukan/spesi baru sepenuhnya. diperbaiki (termasuk dari
vegetasi/tumbuhan yang - Dilakukan finishing sebagaimana adukan/spesi lama)
Dinding drainase tidak perlu bagian lainnya - Pasangan lama disiram air
. bersih dulu sebelum
Dinding Bendung Pengaturan aliran dilakukan pemasangan
drainase baru.
Pondasi Jembatan - Keselamatan kerja.
- Patah Jika terjadi penurunan disisi lain maka
Dll. konstruksi pasangan dibagian turun
dibongkar untuk diganti dengan yang
baru (berlaku untuk tembok pelindung
bahaya).

- Collaps, Condong Konstruksi dibongkar dan diganti dengan


yang baru. Perlu dilakukan redesign.

- Pondasi tergerus - Jika tanah dasar adalah tanah keras


air maka dilakukan suntikan beton pada
bagian yang tergerus.
- Jika tanah dasar adalah tanah lunak
(bukan keras) maka dilakukan
penggalian tanah dibagian bawah
yang aman kemudian disuntik dengan
beton atau pasangan batu baru.
- Jika kondisi tidak aman maka lebih
baik dibuat pasangan baru dengan
kedalaman pondasi yang
memperhitungkan adanya gerusan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 23


Tabel – 6
Perbaikan Pekerjaan Kayu

PENCEGAHAN AGAR
KOMPONEN PENGGUNA INDIKASI
NO TIDAK PROSEDUR PERBAIKAN PERHATIAN
KONSTRUKSI AN KERUSAKAN
TERJADI RUSAK
1 Konstruksi Kuda-kuda - Pembatasan pembebanan Retak/Pecah Sambung atau tembel kayu Secara umum dikenal dua macam
Kayu sesuai dengan beban dengan lem kayu mutu kayu dalam konstruksi,
menahan Kolom rencana atau gangguan yaitu :
beban mekanis.
Balok - Perawatan terhadap Lapuk Kayu bermutu A, kayu yang
perubahan kekencangan mempunyai syarat :
Kusen baut yang dapat terjadi - Kayu harus kering udara
karena gaya mekanis. - Besar mata kayu tidak
- Secara berkala konstruksi Melengkung melebihi 1/6 lebar balok atau
(berubah bentuk) - Bagian kayu yang rusak
bangunan kayu harus < 3,5 cm.
harus diganti kayu dengan
dirawat dari gangguan- - Balok tidak mengandung
mutu yang sama (kualitas
gangguan kemis (air laut, wanvlak > 1/10 tinggi balok.
dan jenis kayu)
limbah, air hujan, kencing - Miring arah serat kayu
binatang) , dan dari Tgn ß < 1/10
- Sebelum penggantian kayu,
gangguan biologis (jamur, - Reta dalam arah radial
harus dipersiapkan
lumut, semak, perdu) <1/4 tebal kayu
penyangga atau kontruksi
- Retak menurut lingkaran
sementara untuk penahan
- Pada titik titik yang tumbuh (kayu tahun) < 1/5
beban terhadap bangunan.
sirkulasi udaranya tidak tebal kayu.
bagus (sudut sudut
Patah - Pada saat perbaikan
bangunan) secara berkala Kayu bermutu B, ialah kayu yang
berlangsung, prasarana
diberikan sirkulasi agar tidak termasuk dalam mutu di
tidak boleh digunakan.
material kayu terhindar atas tetapi memenuhi syarat :
dari pengaruh - Kadar lengas kayu < 30
kelembaban. Kelembaban %.
akan menaikkan kadar air - Besar mata kayu tidak
dalam kayu yang dapat melebihi 1/4 lebar balok atau
menurunkan kekuatan < 5 cm.
kayu. - Balok tidak mengandung
wanvlak > 1/10 tinggi balok.
2 Kayu untuk Daun pintu Idem - Retak/Pecah - Kayu retak/pecah : - Miring arah serat kayu
Bangunan - Lapuk Sambung atau tembel kayu Tgn ß < 1/7
Daun jendela - Melengkung(be dengan lem kayu - Retak dalam arah radial
rubah bentuk) - Kayu lapuk, melengkung, <1/3 tebal kayu
- Patah patah: Bagian kayu yang - Retak menurut lingkaran
rusak harus diganti kayu

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 24


dengan mutu yang sama tumbuh (kayu tahun) < 1/4
(kualitas dan jenis kayu) tebal kayu.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar - 25


D. Prasarana-Sarana Air Bersih dan Sanitasi

a. Bangunan Penangkap Mata Air (BPMA)


1. Gambaran Singkat

BPMA (broncaptering) berfungsi untuk mengumpulkan dan melindungi air tanah


yang keluar dipermukaan (mata air) untuk kemudahan pemanfaatannya.

Bangunan tersebut terdiri dari bagian bagian utama sebagai berikut:


• Pipa berlobang (porus) yang berfungsi untuk pengambilan air yang dipasang
dibawah muka air terendah mata air. Pipa tersebut ditempatkan dalam lapisan
kerikil yang diatas lapisan kerikil diberi lapisan pasir. Pipa tersebut mengalirkan
air ke reservoir/penampungan.
• Bangunan pelindung, yang bisa terbuat dari beton, pasangan batu kali atau batu
bata serta lapisan kedap air yang biasanya terbuat dari lempung atau plastik atau
geo-membran. Bangunan pelindung berfungsi untuk memberikan perlindungan
dari sisi stabilitas struktur dan kekedapan yang diperlukan agar bebas dari
kontaminasi air permukaan.
• Pipa pelimpah yang berfungsi untuk menjaga agar air mata air mengalir bebas
setiap saat.
• Saluran drainase interseptor, yang berfungsi mencegah pencemaran oleh air
limpasan permukaan dengan cara mencegat dan membelokkan agar tidak
melimpas ke bangunan penangkap mata air.
• Pagar keliling untuk mencegah hewan berkeliaran disekeliling lokasi mata air.

Terdapat banyak jenis bangunan penangkap mata air dari yang paling sederhana
berupa dinding keliling disertai dengan timbunan sampai dengan struktur yang lebih
rumit menggunakan jaringan perpipaan untuk mengumpulkan air dari areal yang
lebih luas. Contoh dan gambar berbagai jenis BPMA bisa dilihat pada Pedoman
Perencanaan Pengadaan Air Bersih untuk Proyek Rekompak-JRF.

2. Pengoperasian dan Pemeliharaan

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 26


• Pengoperasian

Air harus dijaga mengalir bebas setiap saat sehingga air tidak mencari jalan lain
yang berakibat mata air menghilang dan muncul ditempat lain. Pengoperasian
BPMA meliputi kegiatan seperti buka tutup katup yang digunakan untuk
mengalirkan air ke reservoir, lokasi sekitar BPMA harus dijaga tetap bersih.

• Pemeliharaan

Meliputi kegiatan sebagai berikut:

- Pencegahan pencemaran dari kegiatan buang air besar maupun kecil,


kotoran ternak, perstisida, serta bahan bahan kimia berbahaya lainnya di
daerah tangkapan mata air (jika mungkin) atau setidaknya daerah dalam
radius 300 m dari mata air.
- Memeriksa drainase interseptor/pencegat, pagar keliling dan
memperbaikinya jika terdapat kerusakan.
- Membersihkan sekeliling mata air dari tanaman yang akarnya mungkin
merusak struktur bangunan BPMA atau mengakibatkan penyumbatan mata
air.
- Memeriksa kekeruhan air yang keluar dari mata air setelah hujan. Jika
terjadi kenaikan kekeruhan air setelah terjadi hujan maka perlindungan
mata air harus diperbaiki.
- Memeriksa debit/kuantitas air baku. Jika terjadi penurunan yang tidak
biasanya maka perlu diperiksa kemungkinan adanya penyumbatan di sistim
pengumpulannya. Jika perlu bongkar lapisan kerikil dan ganti dengan yang
baru atau jika pipa pengumpul yang tersumbat maka bersihkan dengan cara
menyemprot air balik.
- Pengambilan sampel/ contoh air berkala (sebulan sekali) untuk dianalisa
kandungan e.coli untuk pemeriksaan ada tidaknya pencemaran kotoran
manusia atau hewan. Apabila ditemukan kandungan e.coli maka diperlukan
penambahan chlor (kaporit) secukupnya sesuai dengan dosis rata-rata 1
mg/l.
- Lakukan penggelontoran setahun sekali untuk membuang lumpur. Setelah
selesai melakukan penggelontoran tutup kembali katup penggelontor.
- Periksa semua saringan, bersihkan dari kotoran yang menyumbat, jika rusak
atau berkarat ganti dengan material baru yang tidak berkarat.
- Setelah melakukan penggelontoran, pembersihan ataupun penggantian
saringan, pastikan untuk menutup kembali lubang pemeriksaan (manhole).
- Periksa adanya erosi terhadap tanah disekitar BPMA, jika terjadi erosi
ataupun penurunan tanah lakukan perbaikan dengan menimbun untuk
mengganti tanah yang hilang atau turun.

• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 7 dan Tabel – 8.

Tabel – 7
Rincian Kebutuhan O&P BPMA

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 27


Sumber Bahan dan Alat dan
Kegiatan Frekuensi Daya Suku Perlengkapa
Manusia Cadang n
Membersihkan Mingguan Lokal/desa - Sapu lidi,
sekitar BPMA keranjang,
cangkul, sabit
Pemeriksaan Setelah terjadi Lokal/desa - -
kekeruhan hujan lebat
Pemeriksaan debit Jika terjadi Lokal/desa - Bak air, jam
air penurunan yg tangan/stop
tidak biasa watch
Perbaikan pagar Saat terjadi Lokal/desa Kayu, sabit,kapak,
dan pembersihan kerusakan tambang, pisau,
saluran drainase. kabel cangkul,
cetok, sapu
lidi
Pemeriksaan Teratur Dinas Bahan kimia Peralatan
kualitas air Kesehatan untuk laboratorium
analisa
laboratorium
Perbaikan Saat terjadi Lokal/desa Pipa, katup, keranjang,
perpipaan dan kerusakan atau semen, kunci pipa,
katup kecamatan pasir, kerikil cetok, timba
atau plastik
kabupaten
Perbaikan retak Tahunan Lokal/desa Semen, keranjang,
retak pasir, kerikil cangkul,
dan lempung cetok, timba
plastik

Tabel – 8
Pelaku dan Ketrampilan O&P BPMA

Pelaku Peranan Ketrampilan


Pengguna / Memanfaatkan air, Melapor jika terjadi Tidak memerlukan
Konsumen kerusakan, menjaga kebersihan lokasi, ketrampilan khusus
membantu saat terjadi perbaikan besar
Pelaksana harian Menjaga kebersihan, memeriksa adanya Ketrampilan dasar/
kerusakan, melaksanakan perbaikan kecil rendah
Pengelola Air Mengorganisir perbaikan yg lebih besar. Kemampuan
mengorganisir
Tukang Batu Perbaikan pasangan batu kali atau bata atau Pertukangan
beton
Pendukung dari Memeriksa kualitas air bersih, membimbing Analisa
pihak luar dan menstimulasi organisasi pedesaan. mikrobiologis,
Pekerjaan
perluasan

3. Permasalahan, Keterbatasan dan Catatan Penting


• Permasalahan yang Sering Terjadi.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 28


Erosi, runtuhnya BPMA, akibat desain maupun pelaksanaan yang kurang baik,
banjir dan kerusakan yang disebabkan oleh manusia atau hewan Pencemaran
mata air akibat bocor dan karena kesalahan pemasangan, atau perilaku manusia.
Kerusakan pipa akibat korosi (untuk pipa baja), kesalahan pemasangan atau
dirusak atau penyumbatan pipa akibat lumpur atau akar tanaman. Akses air yang
kurang baik bagi pengguna/pemanfaat air.

• Keterbatasan.

Kuantitas dan kualitas air berfluktuasi dengan berubahnya musim. Tidak semua
mata air menghasilkan air yang mempunyai rasa yang bisa diterima masyarakat.
Mata air biasanya berlokasi jauh dari pemukiman. Atau berada dalam tanah
milik pribadi.

• Catatan Penting.

o Biasanya air mata air memiliki kualitas yang baik, namun perlu
dilakukan pemeriksaan kualitas karena tidak tertutup kemungkinan jika air
mata air berasal dari daerah tangkapan yang tercemar atau dari sungai
yang tercemar berat dan meresap kedalam tanah lalu muncul kembali
kepermukaan tanah sebagai mata air.

o Pada umumnya mata air bukan milik pribadi. Pengelolaan yang


baik akan bisa mencegah konflik atas satu atau lain hal yang mungkin
terjadi. Untuk pelaksanaan tugas O&P dilokasi BPMA, bisa ditunjuk orang
yang tinggal atau sering beraktifitas didekat lokasi BPMA. Orang tersebut
juga bisa diberi tugas tanggung jawab untuk pembagian air ke pengguna
yang tinggal didekat lokasi BPMA serta tanggung jawab pelaksanaan
kegiatan monitoring. Tugas dan tanggung jawab dari orang tersebut harus
jelas dan bisa diterima oleh kelompok pengguna prasarana.

b. Sumur Bor Dalam


1. Gambaran Singkat

Sumur bor merupakan prasarana pengambilan air tanah yang berada dalam akuifer.
Pembuatan sumur ini bisa dilakukan dengan mesin atau peralatan yang dioperasikan
dengan tangan. Sumur bor dilengkapi dengan selubung yang berdiameter antara 10
cm s/d 25 cm dan biasanya terdiri dari 3 bagian utama:

• Di permukaan tanah, pelat beton sekeliling lubang bor yang melindungi air
limpasan permukaan tanah meresap kedalam lubang bor.
• Dibawah permukaan tanah namun tidak sampai ke lapisan akuifer yang dituju,
bagian ini biasanya diberi selubung (casing) yang terbuat dari PVC atau pipa
GIP atau baja, untuk menjaga agar tanah tidak runtuh.
• Dibawah permukaan air, didalam akuifer, terdapat bagian pipa yang bercelah
(screen) untuk masuknya air tanah ke dalam sumur. Disekeliling screen

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 29


ditempatkan material kerikil yang berfungsi sebagai filter untuk mencegah
material tanah memasuki sumur.

Perpaduan yang baik antara ukuran celah pipa saringan (screen), kerikil filter dan
material pembentuk akuifer serta pemompaan yang intensif untuk membersihkan
pompa sebelum pompa berproduksi, akan menjamin kelangsungan operasinya dalam
jangka panjang.

2. Pengoperasian dan Pemeliharaan

• Pengoperasian

Pengoperasian sumur itu sendiri biasanya tidak diperlukan. Jika kapasitas


produksi menurun sampai dibawah kebutuhan, maka petugas perlu memantau
tinggi permukaan air sumur. Pengambilan (ekstraksi) air dilakukan dengan
menggunakan pompa sumur dalam yang dioperasikan oleh petugas dari
organisasi pengelola.

• Pemeliharaan

Aktifitas pemeliharaan yang diperlukan hanyalah, pembersihan lantai sekeliling


sumur dan drainase serta perbaikan pagar jika terjadi kerusakan. Kegiatan
pemeliharaan besar yang mungkin terjadi walau sangat langka adalah
pengurasan lumpur atau rehabilitasi sumur dan perbaikan pompa, dimana semua
perlengkapan sumur harus dibongkar dan pekerjaan ini harus dilakukan oleh
pihak yang memang mempunyai spesialisasi dan kompetensi tinggi dibidang
pekerjaan ini. Banyak jenis dan cara rehabilitasi salah satunya adalah
penyemprotan air dan udara. Hal yang sangat sulit dilakukan adalah
memperdalam sumur yang telah ada.

• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 9 dan Tabel – 10.

Tabel – 9
Rincian Kebutuhan O&P Sumur Bor Dalam

Sumber
Bahan dan Alat dan
Kegiatan Frekuensi Daya
Suku Cadang Perlengkapan
Manusia
Pembersiha Harian Lokal Sapu lidi, cangkul, sabit
n lokasi dll
sumur
Pembersiha Saat kotor Lokal Sekop, cetok, sapu lidi,
n Drainase gerobak dorong
Perbaikan Saat terjadi Lokal Kayu , paku, Gergaji, cangkul, palu,
pagar kerusakan kawat, dll catut. dll.
Perbaikan tahunan Local Semen, pasir, Timba plastik, cetok,
lantai sumur kerikil cangkul,dll

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 30


Rehabilitasi Sangat Regional Kerikil, pipa, Peralatan lengkap
sumur jarang dll rehabilitasi sumur dalam
dalam

Tabel – 10
Pelaku dan Kertampilan O&P

Pelaku Peranan Ketrampilan


Pengguna Air Memakai air, menjaga lokasi tetap Tidak perlu
bersih, bergotong royong saat ketrampilan khusus
terjadi pekerjaan perbaikan besar.
Pelaksana Harian Mencatat penggunaan air, Ketrampilan dasar
melaksanakan pekerjaan
pembersihan
Organisasi Pengelola Mengawasi pelaksana harian, Ketrampilan
mengorganisir pekerjaan perbaikan Berorganisasi
besar, mengumpulkan retribusi
Perusahaan Pembor Rehabilitasi sumur Ketrampilan khusus
Sumur Dalam (spesialis)
Dukungan pihak luar Pemeriksaan kualitas air, membina Analisa mikrobiologis,
(puskesmas, himpunan dan menstimulasi organisasi pekerjaan perluasan
pengelola air pedesaan, pengelola
PDAM dll)

3. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting

• Permasalahan yang Sering Terjadi.

- Kualitas air menurun atau dinding runtuh akibat selubung pipa baja terkorosi.
- Debit air menurun karena pembersihan sumur yang kurang baik, partikel tanah
masuk kedalam sumur karena screen yang kurang baik demikian juga
pembersihan sumur.
- Air sumur tercemar karena kurang baiknya lantai pelindung atau kurangnya
pemeliharaan.
- Dinding sumur runtuh karena tidak diberi selubung atau selubung kurang kuat.
- Kerusakan pompa yang diakibatkan tegangan listriknya tidak stabil.
• Keterbatasan.
Pembuatan sumur tergantung pada kondisi geohidrologi, seperti besarnya aliran
didalam akuifer dan adanya batuan kedap air diatasnya. Sumur yang dibangun
dilokasi yang jauh dari pemukiman pengguna air, atau terlalu sulit dijangkau,
akan sulit dipelihara dan dimanfaatkan. Lokasi sumur tidak boleh berdekatan
dengan cubluk dan atau kandang ternak dan sebaliknya.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 31


• Catatan Penting.
 Ada kemungkinan bahwa penggunaan sumur bor tidak hanya untuk
keperluan air bersih namun juga untuk irigasi. Mengingat hal tersebut
maka saat melaksanakan kajian potensi sumur bor bersama dengan
masyarakat maka perlu memikirkannya dalam konteks yang lebih luas,
termasuk semua kebutuhan air dan tentunya pengaruh terhadap
ketersediaan air baku.

 Seandainya titik sumur bor yang harus dibangun berdekatan dengan


kandang ternak (sesuai rekomendasi geo-hidrologis) maka kandang
tersebut harus dipindahkan.

 Tim pengelola perlu selalu memantau pencatatan penggunaan air,


pencegahan pencemaran air, pemantauan kualitas air.

 Berdasarkan pengalaman, meskipun kegiatan O&P udah dilakukan


optimal, tidak tertutup kemungkinan ada sumur yang rusak disebabkan
oleh kejadian gempa atau akibat lain. Oleh sebab itu dalam pembiayaan
O&P perlu dicadangkan dana yag cukup untuk mengantisipasi hal tsb.

c. Mesin Diesel (Genset)


1. Gambaran Singkat
Mesin diesel adalah mesin yang biasa digunakan sebagai mesin penggerak
pembangkit listrik sumberdaya cadangan atau tunggal, jika dilokasi tidak tersedia
sumber listrik dari PLN. Bagian utama mesin ini adalah silinder, piston, katup dan
sumbu putaran piston (crankshaft). Jumlah silinder bisa bermacam-macam mulai
dari satu (1) sampai dengan 6 (enam).
Piston bergerak akibat kompresi ruang silinder dan injeksi bahan bakar keruang
tersebut menimbulkan ledakan yang terkendali, yang menggerakkan piston.
Selanjutnya gerakan piston disalurkan ke sumbunya (crankshaft). Sumbu yang
berputar tersebut digunakan antara lain untuk menggerakkan generator listrik, atau
pompa. Katup dalam silinder mengatur aliran masuknya udara dan bahan bakar serta
keluarnya gas buang. Bahan bakar dimasukkan ke ruang silinder oleh pompa yang
bertekanan tinggi dengan pengaturan waktu yang tepat.
Mesin diesel berbeda dengan mesin bensin dalam hal bahan bakarnya , mesin diesel
tidak menggunakan busi dan bekerja dengan tekanan ruang silinder yang jauh lebih
tinggi. Efisiensi mesin diesel lebih tinggi daripada mesin bensin dan membutuhkan
perawatan lebih rendah daripada mesin bensin. Mesin berbeda beda dalam ukuran,
kecepatan putaran, dalam hal jenis putaran (dua tak atau empat tak), sistem
pendinginan (udara atau air), dan lain lain.
Secara umum mesin dengan kecepatan putaran rendah dan jenis putaran 4 tak lebih
awet, sementara mesin putaran tinggi 2 tak menghasilkan tenaga yang lebih per kg
berat mesin. Mesin dengan bahan pendingin air membutuhkan pemeliharaan yang
lebih rendah dari pada mesin dengan pendingin udara.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 32


2. Pengoperasian dan Pemeliharaan

Uraian kegiatan O&P dibawah ini bersifat umum sedangkan detil yang lebih baik
bisa didapatkan dari petunjuk (manual) dari fabrikan yang diberikan saat membeli
mesin.

• Pengoperasian

Mesin harus dioperasikan oleh pelaksana yang telah dilatih. Setiap mesin
memiliki petunjuk pengoperasian yang tipikal mesin tersebut yang berasal dari
pabrik pembuatnya. Sebelum dihidupkan, periksa bahan bakar dan level oli
mesin serta air pendingin. Jika terlalu rendah maka tambahkan bahan bakar, oli
atau air.

Saat dioperasikan perhatikan indikator bahan bakar, tekanan oli mesin, juga
fungsi pompa, atau generator. Beberapa bagian mesin yang bergerak atau
berputar, perlu diberi pelumasan sesuai petunjuk yang ada dalam manual yang
diberikan fabrikan pembuat mesin. Jika mesin bekerja pada putaran mesin yang
terlalu rendah maka efisiensinya akan rendah dan terjadi pembentukan karbon
lebih cepat dari pada biasanya, yang memperpendek periode servis mesin.

Semua data mengenai level oli, bahan bakar dan air pendingin serta jam operasi
mesin harus dicatat dalam buku catatan pengoperasian mesin.

• Pemeliharaan

Bagian luar mesin harus dibersihkan setiap hari (dengan cara mengelap), dan
pada lingkungan yang berdebu, filter udara harus diperiksa dan dibersihkan
setiap hari. Di lingkungan yang berdebu dengan tingkatan sedang, filter udara
jenis oil bath filter dibersihkan sekali seminggu sekali sementara filter udara
yang menggunakan kertas kering (dry paper filter) dibersihkan 2 minggu sekali.

Beberapa bagian mesin yang bergerak atau berputar perlu pelumasan manual.
Mesin perlu pemeliharaan rutin menurut jumlah jam kerja mesin. Setiap 250
jam bersihkan atau ganti jka perlu semua filter, ganti oli, periksa mur, baut dan
pipa pembuangan gas buang.

Setiap 1500 jam lakukan servis berkala, dengan melaksanakan pembersihan


silinder, mengatur bukaan katup, dll. Jika mesin dihubungkan dengan pompa
atau generator melalui V Belt, lakukan penggantian V Belt. Setiap tahun sekali
rumah mesin harus dicat dan lakukan perbaikan jika terjadi kerusakan.

Untuk generator pembangkit, operasi dan pemeliharaan disesuaikan dengan


manual yang diberikan oleh fabrikan pembuatnya.

• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 11 dan Tabel – 12.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 33


Tabel – 11
Rincian Kebutuhan O&P Mesin Diesel

Sumber Bahan dan


Alat dan
Kegiatan Frekuensi Daya Suku
Perlengkapan
Manusia Cadang
Periksa level Harian Lokal Bahan bakar, corong, wadah
bahn bakar, oli, oli mesin, dan untuk bahan
air radiator & cairan bakar, oli atau
tambah- kan jika pendingin cairan pendingin
kurang
Hidup dan Harian Lokal
matikan mesin
Mengisi buku Harian Lokal Kertas ,
catatan ballpoin
pengoperasian
Periksa filter Harian atau Lokal Filter baru, Kunci pemutar
udara, bersihkan Mingguan atau minyak mur baut
& ganti jika tanah dan oli
perlu mesin
Periksa Mingguan Lokal
kebocoran oli
Kencangkan mur Mingguan Lokal Kunci inggris
dan baut
Ganti oli mesin Tiap 250 jam Lokal Oli mesin Kunci inggris
Bersihkan atau mingguan Lokal Filter oli, filter Kunci inggris, alat
ganti mesin bahan bakar khusus
Bersihkan Tiap 500 s/d Spesialis Kunci inggris, sikat
silinder, nozzles, 2000 jam baja, alat khusus
atur katup, dll.
Ganti “belt” Periodik sesuai Lokal Belt mesin Kunci inggris
petujuk fabrikan
Ganti suku Jika terjadi Spesialis Nozzle, Tergantung bagian
cadang mesin kerusakan injector, yang diganti
gasket,
bearings,
pompa
b.bakar,
Ganti dudukan Jika getaran & Lokal atau Semen,pasir, cetok, keranjang,
mesin dan bu -nyi mesin Regional kerikil, mur, paku, tatah,
perbaiki rumah sudah terasa baut, paku, gergaji, Kunci
mesin kasar. Jika atap, kayu dll inggris, dll.
terdpt
kerusakan pd
rumah mesin

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 34


Tabel – 12
Pelaku dan Ketrampilan O&P

Pelaku Peranan Ketrampilan


Pelaksana Mengoperasikan mesin, Melakukan pecatatan O&P mesin diesel
harian pengoperasian, melaksanakan servis ringan, dasar dari
melaporkan jika terjadi kejanggalan pelatihan
Pengelola Mensupervisi pengelola harian, mengumpulkan Kemampuan
air retribusi, mengorganisir perbaikan besar mengorganisir
Bengkel Melaksanakan sevis & perbaikan besar Ketrampilan
Mesin khusus
Dukungan Melatih pelaksana harian Pelatihan dan
pihak luar pengetahuan
teknis

3. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


• Permasalahan yang Sering Terjadi.

Rusak parah akibat salah O&P, pengabaian, atau ketidak pahaman. Pembentukan
carbon dalam silinder berlangsung cepat dan efisiensi rendah akibat menjalankan
mesin jauh dibawah kapasitasnya. “belt” penggerak putus. Pada umumnya sering
terjadi pada alat pemanas bahan bakar dan nozle bahan bakar sering rusak.

• Keterbatasan.

Kebutuhan mekanik mesin diesel yang harus tersedia setiap saat terjadi perbaikan.
Tingginya biaya untuk bahan bakar. Memerlukan pemeliharaan yang cukup
sering.

• Catatan Penting.
o Mesin diesel paling sesuai sebagai mesin penggerak pembangkit listrik
(genset). Jika dipelihara dengan baik maka mesin tersebut bisa menjadi
sumber listrik yang bisa diandalkan. Penting untuk memilih mesin diesel
dari merek yang terkenal baik dengan suku cadang yang mudah didapat.
o Mesin diesel butuh banyak pemeliharaan sederhana dan, jika hal tersebut
dilakukan secara benar maka bisa dijamin mesin akan berusia panjang.
Untuk tugas pemeliharaan yang lebih rumit harus dilaksanakan oleh
mekanik yang lebih berpengalaman yang mengetahui sumber suku cadang
yang diperlukan.
o Pemelihara harus bisa menjamin bahwa jadwal pemeliharaan dilaksanakan
dengan semestinya dan ada tindak perbaikan yang cepat jika terjadi
kerusakan.

d. Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU)


1. Gambaran Singkat

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 35


Melalui KU/HU pengguna air bisa mendapatkan air dari satu atau lebih keran air.
Karena digunakan oleh banyak orang maka KU/HU ini biasanya kurang terurus.

• Desain konstruksi KU

Desainnya harus lebih kokoh dibanding sambungan rumah. KU terdiri dari


dinding atau kolom yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran ½ inchi
yang menjulur cukup jauh dari dinding atau kolom untuk memudahkan pengisian
timba atau jerigen air. Jenis keran bisa dari jenis globe/ball valve atau stop kran.
Kolom atau dinding bisa dari material pasangan batu bata, pasangan batu kali
atau beton.

Di bawah dinding atau kolom diberi lantai dari pasangan batu bata yang diberi
plaster beserta saluran drainase untuk menampung tumpahan air dan
mengalirkannya kesaluran drainase terdekat. Tekanan di KU adalah 7 m dan
maksimum 20 m.

• Desain konstruksi HU

HU terdiri dari Tangki Fiber atau plastik atau beton atau pasangan dengan
kapasitas 2 m3 – 5m3 didudukkan diatas pondasi dengan ketinggian sekitar 1 m
yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran ½ inchi yang menjulur cukup
jauh dari tangki untuk memudahkan pengisian timba atau jerigen air. Kapasitas
tangki tersebut tergantung jumlah pengguna yang dilayani. Keran bisa dari jenis
globe/ball valve atau stop kran. Disekeliling bagian bawah pondasi diberi lantai
dari pasangan batu bata yang diberi plaster beserta saluran drainase untuk
menampung tumpahan air dan mengalirkannya kesaluran drainase terdekat.

KU/HU harus diberi meter air untuk mengukur pemakaian air melalui KU/HU
tersebut. Jika perlu diberi pagar untuk mencegah ternak mendekati KU/HU.
Minimum lokasi dan desain KU/HU harus dimusyawarahkan dengan calon
pengguna.

2. Pengoperasian dan Pemeliharaan

• Pengoperasian

Petugas harian harus memastikan bahwa tangki HU telah penuh atau sekurang-
kurangnya lebih dari ¾ bagian telah terisi namun jangan sampai airnya melimpah
(hanya untuk pengoperasian HU). Pengguna/pemakai membersihkan dan mengisi
wadah air mereka melalui keran. Mandi dan cuci tidak diperkenankan di KU/HU.
Petugas harian harus mencatat penggunaan air yang terukur pada meter air
KU/ HU.

• Pemeliharaan

Lokasi sekitar keran termasuk drainasenya harus dibersihkan setiap hari. Perlu
dicegah terjadinya genangan. Jika terjadi kerusakan pagar perlu segera diganti.
Bangunan yang retak harus segera diperbaiki dan jika ada bagian bangunan dari

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 36


kayu yang telah lapuk harus segera diganti. Jika terdapat perpipaan atau keran
yang bocor harus segera diperbaiki.

• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 13 dan Tabel – 14.

Tabel – 13
Rincian Kebutuhan O&P KU/HU

Sumber
Bahan dan Alat dan
Kegiatan Frekuensi Daya
Suku Cadang Perlengkapan
Manusia
Menguras dan 3 bulanan Lokal Air, kaporit Selang, sikat,
member sihkan sapu lidi, timba
Tangki HU air
Keran air harian Lokal Jerigen, timba dll.
Membersihkan harian Lokal Sapu lidi, sikat
lokasi
Membersihkan harian Lokal Sekop, cetok
drainase
Memperbaiki Jika terjadi Lokal Seal/washer Kunci inggris,
atau mengganti kerusakan karet, Teflon, obeng, kunci
keran keran cadangan pipa
Memperbaiki Jika terjadi Lokal kayu, golok,tang, palu
pagar kerusakan kawat,paku
Memperbaiki Jika terjadi Lokal kayu, paku, palu, gergaji,
dinding atau kerusakan semen, pasir, cetok, keranjang,
kolom atau air dll. dll.
lantai
Memperbaiki Jika terjadi Lokal nipple, Kunci pipa,
pipa kerusakan connector, gergaji, mesin
elbow dll., pembuat ulir
Teflon, lem pipa galvanis
pipa, cat anti
karat
Tabel – 14
Pelaku dan Ketrampilan O&P

Pelaku Peranan Ketrampilan


Pengguna/pemanf Keran air, menjaga kebersihan Tidak perlu ketrampilan
aat
Pelaksana harian Mebersihkan lokasi, memperbaiki Ketrampilan dasar
kerusakan kecil, mengumpulkan retribusi
Organisasi Mengorganisir kerusakan Mengorganisir dan
Pengelola besar,mengumpulkan retribusi pembukuan
Tukang batu Memperbaiki dindin atau kolom dan Memasang pasangan
lantai KU batu bata atau batu kali
Tukang pipa Memperbaiki pipa atau keran Perpipaan sederhana
Dukungan Pihak Memantau kesehatan, melatih anggaota Pelatihan dan uji
Luar pengelola mikrobiologis

3. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


• Permasalahan yang Sering Terjadi.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 37


Kesalahan dalam pengoperasian, kurangnya pemeliharaan, dan konflik karena
penempatan KU tanpa melalui proses musyarah terlebih dahulu diantara calon
pengguna. Drainase yang kurang baik. Keran dibiarkan terbuka setelah dipakai
atau bahkan secara sengaja dibuka untuk mengairi ladang atau kolam ikan. KU
di lokasi terujung dari sistem sering bertekanan sangat rendah.

• Keterbatasan/Hambatan.
Jika masyarakat mau membentuk organisai pengelola dan melaksanakan
pemeliharaan sistem maka satu satunya hambatan hanyalah biaya.

• Catatan Penting.
o Perhatian khusus perlu diberikan pada cara penanganan air setelah keluar
dari KU/HU agar tidak terjadi kontaminasi sampai air tersebut dikonsumsi.
o Harus ada penanggung jawab harian, yang menjalankan tugas kebersihan
KU/HU dan sekelilingnya, menjaga KU tetap berfungsi dan mencatat
penggunaan air untuk penarikan retribusi air. Retribusi ditarik berdasarkan
pencatatan air KU/HU.

e. Katup (valve)
1. Gambaran Singkat

Katup digunakan untuk melakukan penutupan pipa, mengendalikan/ mengarahkan


aliran dan tekanan atau untuk mencegah aliran balik. Fungsi katup yang paling
umum dalam sistem distribusi adalah untuk menutup pipa. Mengingat pentingnya
fungsi katup, maka penandaan posisi katup sangat diperlukan agar mudah
ditemukan. Katup harus diperiksa dan dipelihara secara berkala dengan cara sebagai
berikut:

1. Jenis dan lokasi semua katup tercatat.


2. Semua katup bisa diakses dan bak katup tidak dalam keadaan tertimbun
3. Bak katup bersih, kering dan tidak ada kebocoran.
4. Katup bisa dioperasikan dengan baik.
5. Katup dalam keadaan sebagaimana yang diinginkan. (tertutup atau terbuka)
6. Arah putaran dan jumlah putaran katup diketahui petugas.
7. Membuka dan menutup katup dilakukan untuk mengikis sedimen atau karat
yang ada dibagian dalam katup yang bisa mempengaruhi kualitas air bersih,
serta pasir yang mungkin biasa mengganjal katup sehingga katup tidak bisa
menutup dengan sempurna
8. Pemeliharaan katup dilakukan secara berkala setiap 2 minggu untuk
memastikan bahwa katup masih beroperasi dengan baik

f. Perpipaan Transmisi dan Distribusi

1. Pengoperasian dan Pemeliharaan


Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan perpipaan transmisi dan distribusi meliputi:

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 38


1. Pemeriksaan pipa inlet dan alat ukur debit secara berkala, satu bulan
sekali
2. Pemeriksaan katup, pipa penguras secara berkala 3 bulan –4 bulan
sekali
3. Penggantian komponen Jaringan Distribusi yang rusak sesegera
mungkin, agar tidak mengganggu operasi dan pasokan air ke pengguna air.
4. Pembuatan laporan berkala operasi dan pemeliharaan, harian,
mingguan dan bulanan.

g. Bak Penampung Air Bersih (Reservoir)

1. Pengoperasian dan Pemeliharaan


Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan reservoar meliputi:

1. Pengoperasian alat ukur debit


2. Pemeriksaan dan pembersihan lingkungan bak penampung air bersih dari
rumput dan kotoran periode harian
3. Pembersihan kelengkapan sarana dan melakukan perbaikan jika ada kebocoran
katup dan pipa
4. Pembersihan endapan pasir/lumpur jika ada, bila perlu melakukan pengurasan
5. Pembersihan karat dan pengecetan

h. MCK (Mandi Cuci Kakus) Komunal


1. Gambaran Singkat

MCK ini berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi
bencana, lokasinya tidak jauh dari lokasi pengungsian (+/- 50 m dari lapangan
evakuasi). MCK juga berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang
tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan
yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang
airnya.

Komponen MCK terdiri dari :


• Bangunan bilik MCK meliputi bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang
air besar atau kakus, kadang dilengkapi tempat untuk wudlu.
• Pengolahan limbah yang terdiri dari:
o Tangki Septik
o Resapan dan Lahan Basah Buatan
• Sumber air bersih (termasuk water toren). Sumber air bisa berasal dari
jaringan distribusi air bersih atau dari sumur dangkal setempat.
• Utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa
listrik dan drainase air bekas mandi dan cuci.

Pemeliharaan bangunan bilik dan sarana MCK harus dilaksanakan dengan baik agar
selalu digunakan dengan rutin. MCK yang tidak terpelihara, kotor dan tidak ada air
maka akan ditinggalkan pengguna dan akhirnya rusak tidak terpakai. Selain

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 39


pemeliharaan bilik, pemeliharaan sarana pengolahan limbah (tangki septik, bidang
resapan/lahan basah buatan) harus dilakukan secara periodik agar tidak macet dan
mencemari lingkungan.

2. Pengoperasian dan Pemeliharaan


• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 15 dan Tabel – 16.

Tabel – 15
Rincian Kebutuhan O&P MCK

Sumber Alat dan


Bahan dan
Kegiatan Frekuensi Daya Perlengkapa
Suku Cadang
Manusia n
Bersihkan lantai, Harian Petugas air Sikat, timba,
jamban kebersihan gayung, sapu
MCK lidi
Kuras bak air dan Mingguan Petugas air Sikat, timba,
bersihkan kebersihan gayung, sapu
MCK lidi
Bongkar Saat terjadi Petugas air Sikat dengan
sumbatan U-trap penyumbatan kebersihan pegangan
jika tersumbat MCK kawat
Pemeriksaan atas Bulanan Petugas Pengamatan
kerusakan kebersihan
bangunan MCK
Pebaiki kerusakan Saat terjadi Tukang lokal Semen, pasir, Timba, cetok,
bangunan kerusakan air, paku, cangkul,sekop,
material gergaji, palu.
bangunan lain.
Menguras tangki Setiap 2–3 Petugas Bahan bakar Truk tangki
septic tahun atau jika penyedot tinja dan suku penyedot tinja
tinggi lumpur cadang truk
mencapai 2/3 tinja
kedalaman
cairan tangki
septik

Tablel – 16
Pelaku dan Ketrampilan O&P

Pelaku Peranan Ketrampilan


Pengguna Menggelontor dan menjaga Memahami prinsip kebersihan
kebersihan, dan kesehatan
Pelaksana harian Memeriksa ventilasi, Tahu bagaimana mengukur
memeriksa kandungan kedalaman lumpur, ketrampilan
lumpur tangki septik, dasar kebersihan
melaksanakan pembersihan
disekitar lokasi MCK umum,

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 40


mengumpulkan retribusi,
membersihkan lantai dan
jamban serta bak air
Organisasi Menghubungi kantor Pembukuan dasar,
pengelola penyedia jasa pelayanan truk perngorganisasian
tinja, membukukan retribusi
yang terkumpul,
mengorganisir perbaikan
Jasa Layanan Truk Mengoperasikan truk Mengelola, mengoperasikan,
Tinja penyedot tinja memelihara truk tinja

3. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


• Permasalahan yang Sering Terjadi.
Kerusakan yang sering terjadi pada bilik MCK a.l. adalah : daun pintu &
gerendel, bak air, keran air, penerangan listrik, pompa air. Selain memilih
peralatan yang berkualitas dan kuat maka pemasangan pengaman-pengaman
dapat menghindari kerusakan/kehilangan peralatan tersebut.
Masalah lain yang sering muncul adalah mampet/macetnya lubang kakus,
faktor ketersediaan air dan perilaku pengguna sering menyebabkan hal ini.
Pemasangan tulisan peringatan dapat sedikit membantu hal tersebut.
• Keterbatasan/Hambatan.
MCK yang digunakan untuk melayani pengungsi pada kondisi bencana sering
kapasitasnya tidak memcukupi, untuk keperuan tersebut perlu segera
ditambahkan MCK darurat atau MCK portable/mobile.

• Catatan Penting.
• Harus ada petugas harian yang menjalankan tugas kebersihan MCK secara
bergilir. Petugas tersebut dapat juga melaksanakan pengumpulan retribusi
penggunaan MCK umum.

i. Tangki Septik (untuk MCK)


1. Gambaran Singkat

Tangki septik adalah tangki pengendapan kedap air yang memiliki satu atau dua
ruang. Di dalam ruang tersebut tinja terkumpul setelah digelontor dari jamban
melalui pipa masuk ke tangki septik.

Jamban biasanya dilengkapi perangkap bau yang berbentuk leher angsa. Tangki
septik merupakan sistem pemisahan buangan yang berupa padatan dan cairan.
Sebagian padatan mengapung dipermukaan cairan dan sebagian lainnya tenggelam
didasar dimana selanjutnya diurai bakteri dan membentuk tumpukan lumpur didasar
tangki. Cairan mengalir keluar dari tangki. Cairan tersebut masih berbahaya
sebagaimana limbah yang belum terolah dan harus melalui pengolahan lanjutan atau
melalui sistem pembuangan yang aman bagi kesehatan manusia, yang biasanya
diresapkan kedalam tanah atau ke saluran air limbah kota yang selanjutnya dibawa
ke IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja) terpusat tingkat kabupaten/kota.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 41


Lumpur yang terkumpul didasar tangki harus dikuras 2 – 3 tahun sekali tergantung
desain kapasitasnya dan cara perlakuannya. Setiap tangki septik harus dilengkapi
ventilasi untuk melepas gas-gas yang terbentuk selama proses penguraian tinja oleh
bakteri.

2. Pengoperasian dan Pemeliharaan


• Pengoperasian
Tambahkan lumpur dari tangki septik lain kedalam tangki septik baru sebagai
“starter’ untuk memasukkan mikroorganime dengan demikian proses
penguraian tinja secara anaerobik bisa segera dimulai. Bahan pembersih
lantai/keramik, bahan pembunuh bakteri/antiseptik dan bahan bahan yang bisa
menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri sebisa mungkin dihindarkan
masuk ke tangki septik.
Masuknya bahan bahan tersebut membahayakan proses yang terjadi dalam
tangki septik yang menyebabkan tangki septik tidak bekerja baik dan cepat
penuh. Dilarang membuang pembalut wanita, filter rokok, barang barang plastik
dan barang lain yang tidak bisa membusuk secara alami dalam tangki septik.
Buangan yang berasal dari cucian sebaiknya dibuang ke peresapan yang terpisah
untuk meringankan beban septik tank atau peresapan, sedangkan air hujan yang
berasal dari saluran drainase, talang atap bisa langsung dibuang kesaluran
drainase.

• Pemeliharaan

Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan untuk memeriksa apakah sudah


saatnya dilakukan pengurasan atau belum demikian juga pemeriksaan adanya
penyumbatan di outlet dan inlet. Tangki septik harus dikuras pada saat volume
lumpur sudah mencapai 2/3 kedalaman total antara muka air dan dasar tangki
septik. Jika septik tank tidak dikuras maka lumpur akan terbawa ke peresapan
yang bisa menyebabkan penyumbatan dan selanjutnya peresapan harus
dibongkar untuk memperbaikinya.

3. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


• Permasalahan yang Sering Terjadi.
Banyak masalah timbul karena kurangnya perhatian terhadap desain aliran masuk
ke tangki. Aliran kejutan/berfluktuasi tinggi yang mengalir ke tangki dapat
menyebabkan konsentrasi lumpur/padatan meningkat sementara/sebentar pada
efluen tangki dan menyebahkan gangguan pada lumpur yang sudah mengendap.
• Keterbatasan.
Tangki septik tidak sesuai untuk daerah yang langka air dan daerah padat. Daerah
dimana ketersediaan lahan sangat terbatas sehingga tidak tersedia tempat untuk
membangun sumur peresapan atau bidang peresapan.
• Catatan Penting.
o Aditif tangki septik yang banyak dijual untuk membantu proses penguraian
oleh bakteri belum terbukti efektif sedangkan harganya relatif mahal.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 42


j. Bidang Resapan
1. Gambaran Singkat

Bidang resapan terdiri dari parit resapan, sumur resapan dan lahan basah buatan
(tergantung dari lahan yang tersedia, jenis tanah dan kondisi muka air tanah) yang
diisi dengan lapisan kerikil di bawah dan lapisan pasir diatasnya sedangkan di dalam
lapisan kerikil dipasang pipa PVC yang ber lobang lobang, dimana cairan dari tangki
septik mengalir keluar melalui pipa PVC tersebut untuk diresapkan kedalam tanah.

Pada awalnya peresapan akan berlangsung cepat namun sejalan dengan waktu pori
tanah akan tersumbat sampai pada titik yang disebut keseimbangan peresapan
tercapai. Jika aliran yang keluar dari tangki septik melebihi laju kesetimbangan
peresapan tanah maka cairan akan melimpah keluar dari bidang peresapan. Untuk itu
maka perlu dilakukan perencanaan yang memperhatikan keseimbangan antara air
yang meresap dengan luasan bidang resapan, dan disesuaikan dengan jenis tanahnya.

Dibanding sumur peresapan, bidang resapan lebih banyak dipakai terutama untuk
MCK umum yang memerlukan air dalam jumlah relatif besar dan muka air tanah
lebih tinggi.

2. Pengoperasian dan Pemeliharaan


• Pengoperasian
Hampir tidak ada aktifitas pengoperasian yang diperlukan, kecuali memantau
apakah ada cairan yang melimpah keluar dipermukaan bidang peresapan.
• Pemeliharaan
Bersihkan sekitar bidang resapan dari tanaman yang mungkin akarnya masuk
kedalam bidang resapan dan pipa peresapan. Jika terdapat tanda bidang resapan
atau pipa resapan tersumbat, segera dibongkar dan diperbaiki.
• Rincian kebutuhan O&P serta pelaku dan ketrampilan yang dibutuhkan dalam
O&P dapat dilihat pada Tabel – 17 dan Tabel – 18.

Tabel – 17
Rincian Kebutuhan O&P Bidang Resapan

Frekuen Sumber Daya Bahan dan Alat dan


Kegiatan
si Manusia Suku Cadang Perlengkapan
Pembersihan minggua Pelaksana Sekop, keranjang,
tanaman n harian sabit, cangkul
Membersihkan 6 bulan Pelaksana Batu bata atau Linggis untuk
bak control sekali harian material membuka bak
penyumbat
lainnya

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 43


Tabel – 18
Pelaku dan Ketrampilan O&P

Pelaku Peranan Ketrampilan


Pelaksana Memeriksa adanya kegagalan Memahami fungsi dan cara kerja
harian bidang resapan dan bidang resapan
membersihkan tanaman
Tukang Memperbaiki bagian bagian yang Pertukangan, perpipaan dan
rusak pengetahuan fungsi sitem

3. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


• Permasalahan yang Sering Terjadi.
Melimpahnya air limbah, bau tidak sedap, pencemaran air tanah, protes warga
terdekat karena bau yang tidak sedap.
• Keterbatasan.
Tidak sesuai untuk daerah padat, kumuh dan kering (kesulitan air), serta daerah
dengan permeabilitas rendah.
• Catatan Penting.
Beban resapan bisa dikurangi dengan memisahkan air bekas dengan air
toilet/jamban (hanya air limbah jamban yang masuk ke tangki septik dan
berakhir dibidang resapan).

k. Pengelolaan Persampahan
1. Gambaran Singkat

Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah berbasis


masyarakat di tingkat desa adalah penerapan prinsip Reduce, Reuse dan Recycle.
• Reduce - Mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah
pemakaian barang.
• Reuse - Pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan
langsung dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-
ulang.
• Recycle - Daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat bahan kardus, dll.
Sampah organik dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman.

2. Pengoperasian atau Pengelolaan Sampah

• Pemilahan/pemisahan sampah

Faktor keberhasilan pengelolaan sampah dengan prinsip diatas terletak pada


pemilahan sampah. Tanpa pemilahan atau pemisahan jenis-jenis sampah,
pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari
lingkungan dan membahayakan kesehatan. Minimal pemilahan menjadi dua jenis:
sampah organik dan non-organik. Sebab sampah organik yang menginap satu hari

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 44


saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya dengan sampah
non organik.

Pemilahan paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Setiap
anggota keluarga baik ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya memiliki
tanggung jawab yang sama dalam pemilahan sampah dan di rumah tangga.

Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya pemilahan
adalah sebagai berikut:

Bagan – 2
Pewadahan Sampah

Jenis-jenis sampah yang ada di rumah tangga pada umumnya dapat diidentifikasi
sebagai tabel dibawah.

Tabel – 19
Identifikasi Jenis Sampah
(contoh prosentase sampah dalam berat di perdesaan)

N Persentase % (dlm
Jenis Sampah
o berat) *)
1. Sampah Organik Sekitar 79%
Sisa sayur, daging, ikan, nasi, daun, ranting,
potongan rumput, kotoran ternak
2. Sampah Non-organik Sekitar 20%
Plastik, kertas, karton, kardus, kaleng, logam, (plastik =7%,

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 45


gelas, kaca kertas/koran=7%
kain=4%, kaleng=1%,
aqua=1%)
3. Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Sekitar 1-2 %
Baterai, cairan kimia pembersih, pestisida,
racun serangga /tikus, botol aerosol, obat-
obatan
4. Sampah Lainnya Sekitar 1-2 %
Duplex, Styrofoam, kain, karet, popok,
pembalut, kabel, dll.
Total
*) Penelitian ITS Th 2009 di Kecamatan Kedungkandang, Malang

Gambar: Pemilahan dengan tong logam terpisah yang dihiasi


dengan gambar menarik (lokasi: Sukunan, Sleman, Yogyakarta)

• Komposting

Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis


sampah yang berasal dari jasad hidup, dapat dibuat kompos dan
digunakan sebagai penyubur tanaman. Mengingat di daerah perdesaan prosentase
jumlah sampah organik dan kotoran ternak cukup tinggi maka pengelolaan sampah
melalui komposting sangat tepat. Sistem komposting bermacam-macam begitu pula
pengelolaan dapat dilakukan di tingkat rumah tangga atau komunal (RT, RW,
dusun, atau desa).

Cara membuat kompos dapat mengacu pada panduan-panduan yang ada, a.l.:
Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, ESP-USAID.

2.2. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pengoperasian

Pada tahap sebelum suatu prasarana dioperasikan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan
menjadi pertimbangan sehingga prasarana yang dibangun hasilnya baik dan optimal,
sehingga lebih mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 46


a. Tahap Perencanaan

1. Pemilihan opsi teknologi dan komponen sistem yang tepat, efisien dan
efektif serta tanggap bencana.
• Opsi teknologi yang dipakai harus berorientasi teknologi tepat guna
• Desain dan opsi teknologi yang dipilih harus berorientasi terhadap tanggap
bencana dan dapat berfungsi sebagai prasarana mitigasi bencana.
• Mampu dioperasikan oleh masyarakat sendiri dengan tingkat ketrampilan dan
pengetahuan masyarakat setempat setelah melalui pelatihan.
• Dipilih dari opsi dengan kebutuhan energi yang rendah untuk menekan biaya
operasi.
• Lebih dipilih opsi dengan biaya investasi tinggi namun biaya operasi dan
pemeliharaan rendah, dibanding biaya investasi rendah tapi biaya operasi dan
pemeliharaan yang tinggi.
• Perlu dikaji adanya konflik kepentingan atas penggunaan suatu prasarana.

2. Perencanaan dimensi dan kapasitas


Dimensi dan kapasitas dihitung untuk keperluan/kebutuhan minimal 10 tahun
kedepan agar masyarakat yang masih dalam tahap pembelajaran dan penghimpunan
dana tidak dibebani dengan biaya perluasan dan penambahan kapasitas sistem dalam
memenuhi kebutuhan yang berkembang.

3. Aksesibilitas prasarana dan sarana


Semua prasarana dan sarana beserta seluruh komponennya harus bisa diakses baik
untuk tujuan O & P maupun pemanfaatannya.

4. Pemilihan material dan peralatan


• Dipilih material bahan baku dan peralatan serta yang mudah didapat dipasaran
lokal demikian juga pertimbangan layanan purna jualnya.
• Kualitas yang baik agar tahan lama sehingga masyarakat tidak direpotkan
dengan perbaikan atas kerusakan yang terjadi selama masyarakat masih dalam
tahap pembelajaran mengelola sistem.
• Kebutuhan energi peralatan yang minimal untuk menekan biaya operasi
serendah rendahnya.
• Pemilihan material/bahan diprioritaskan dipilih dari jenis yang jika terjadi
kerusakan, maka perbaikan yang diperlukan bisa dilaksanakan oleh masyarakat
sendiri.

b. Tahap Konstruksi

Diperlukan pengawasan yang baik agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah
direncanakan dengan tetap melibatkan masyarakat untuk memberikan pemahaman pada
masyarakat mengenai bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-
kaidah teknis yang baik (good practices) dan yang terpenting adalah masyarakat bisa
memahami secara lebih baik sistem yang akan dikelolanya.

c. Tahap Pasca Konstruksi

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 47


Hal hal penting yang harus dilaksanakan dengan adanya suatu pembangunan prasarana-
sarana adalah membentuk dan mempersiapkan Tim Pengelola serta pelatihan-
pelatihannya, hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

Selain hal itu dengan beroperasinya suatu prasarana perlu diperhatikan dan dipantau
masalah konservasi sumber alam serta dampak lingkungan, antara lain :
1. Perlindungan daerah sekitar terhadap polusi,
2. Perlidungan daerah sekitar terhadap kerusakan sumber alam saat masa konstruksi
maupun pengoperasian,
3. Menjaga kelestarian vegetasi daerah tangkapan air,
4. Mencegah pemborosan energi, sumber air, kayu, pohon, dan material lainnya.

2.3. Ukuran Keberhasilan


Untuk melihat keberhasilan O&P pada aspek teknis dapat dilihat dari:

a. Jumlah prasarana dan sarana yang ada (misal : jalan/saluran/pipa dalam meter,
jembatan/keran umum/gorong-gorong/MCK dalam unit)
b. Jumlah prasarana dan sarana yang berfungsi baik.
c. Jumlah prasarana dan sarana yang rusak/tidak berfungsi, dibandingkan total jumlah
prasarana dan sarana yang ada.
d. Jumlah warga yang terlayani (pengguna/pemanfaat prasarana), dibandingkan total
jumlah penduduk desa.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 48


BAB III
ORGANISASI PENGELOLAAN

3.1. Organisasi Pengelolaan O&P Prasarana Desa

Di desa/kelurahan yang telah mendapatkan program Rekompak-JRF dan melaksanakan


pembangunan prasarana BDL disyaratkan harus memiliki kelompok/tim pengelola operasi &
pemeliharaan parasarana desa. Kelompok/tim pengelola O&P terorganisasi ini diperlukan
untuk memberikan jaminan sustainability/keberlanjutan fungsi dan manfaat prasarana yang
telah dibangun, dalam arti akan terjadi estafet pengelolaan dari PP saat perencanaan dan
pelaksanaan fisik ke kelompok ini saat pasca-pembangunan.

Pada prinsipnya organisasi pengelola prasarana dan sarana desa adalah kelompok swadaya
masyarakat yang merencanakan, melaksanakan pembangunan dan mengelola sarana dan
prasarana itu sendiri. Secara sederhana adalah masyarakat atau suatu komunitas masyarakat
yang mtelah erencanakan kegiatan infrastruktur, adalah juga yang melaksanakan
pembangunan fisiknya, maka juga harus betanggung-jawab melaksanakan pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah dibangunnya tersebut.

Pendekatan tersebut adalah untuk meletakkan dasar komitmen bagi sebanyak-banyaknya


warga masyarakat untuk terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan pemeliharaan
atas bangunan yang merupakan prioritas kebutuhannya, yang telah disepakati bersama dan
dibangun sendiri oleh masyarakat. Dalam pendekatan ini maka akan sangat efektif bilamana
setiap kelompok pengelola O&P prasarana yang sudah dibangun dapat berjalan dengan baik.

BKM/TPK dan Panitia Pembangunan (PP) wajib memfasilitasi warga masyarakat untuk
membentuk kelompok atau tim pengelola pemeliharaan dan pengoperasian prasarana.
Kelompok/tim pengelola O&P dapat menggunakan organisasi pengelola yang sudah ada dan
sudah berjalan atau membentuk tim pengelola yang baru.

Pada tahap perencanaan pembangunan prasarana atau penyusunan DTPL yang lalu, pada
umumnya telah dibentuk dan dipilih calon kelompok pengelola prasarana. Kelompok tersebut
jika telah berjalan baik dan lancar sebaiknya terus berfungsi sebagai tim pengelola O&P
dengan penyempurnaan mengacu pada pedoman ini, dan jika belum berjalan baik perlu di
revitalisasi atau jika diperlukan dapat membentuk yang baru.

Lembaga pengelola O&P prasarana yang terbentuk meskipun merupakan kelompok swadaya
masyarakat yang mandiri namun tetap dibawah koordinasi, pembinaan dan pengawasan
BKM/TPK dan Pemerintahan Desa/Kelurahan serta masayarakat yang dapat diwakili oleh
perwakilan pemakai prasarana. Adapun koordinasi dan pelaporan manajemen rutin
pelaksanaan kegiatan O&P dilakukan Tim Pengelola kepada Unit Pengelola Lingkungan
(UPL) dari BKP/TPK.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 49


Hubungan organisasi pengelola O&P di tingkat desa adalah sebagaiman digambarkan dalam
bagan dibawah ini:

Bagan – 3
Bagan Organisasi Pengelolaan O&P Prasarana dibawah BKM/TPK

PEMBINAAN / PENGAWASANKEPALA
MASYARAK BKM / TPK
AT DESA
(wakil (KaDusun/

SEKRETA

UPL UPS UPK

TIM TIM TIM TIM


PENGELO PENGELO PENGELO PENGELO
LA LA LA LA
AIR BERSIH JALAN & DRAINASE MCK &
JEMBATAN & TALUD SAMPAH

3.2. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Pengelola O&P Prasarana

Beberapa peraturan yang diperlukan untuk berjalannya suatu organisasi tim pengelola O&P,
anatar lain adalah:
• Visi, Misi, Asas, Tujuan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 50


• Anggaran Dasar/AD
• Anggaran Rumah Tangga/ART
• Keputusan dan pengesahan susunan Tim pengelola O&P
• Keputusan tarif retribusi/iuran dan sumbangan

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan program kerja tahunan maupun
kebijakan-kebijakan penting terkait lainnya seperti adanya tarif iuran/retribusi, harus dibuat
oleh pengelola O&P dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat pemanfaat melalui
forum musyawarah warga pemanfaat atau rembug warga (bukan ditentukan sendiri oleh tim
pengelola). Dalam penyusunan ketentuan organisasi ini dipengaruhi juga oleh kelompok
masyarakat pemanfaat prasarana itu sendiri. Setiap desa/kelurahan dapat mengembangkan
peraturan sesuai dengan kondisi sosial-budaya, adat-istiadat pada daerah tersebut.

Anggaran Dasar organisasi pengelola O&P setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1) Nama Organisasi Pengelola dan Daerah Kerja


• Lokasi organisasi
• Lingkup pelayanan prasarana
2) Asas, Tujuan dan Tugas Organisasi
• Asas dan Prinsip organisasi
• Tujuan organisasi
• Tugas organisasi
3) Ruang Lingkup
• Cakupan penanganan kegiatan
4) Keanggotaan/Pengguna Prasarana
• Persyaratan Keanggotaan
• Kewajiban dan Tanggung Jawab Anggota/Pengguna Prasarana
• Hak Anggota/Pengguna Prasarana
5) Rapat Anggota atau Rembug Masyarakat/Warga Pengguna Prasarana
6) Kepengurusan :
• Syarat-syarat kepengurusan
• Susunan anggota pengurus
• Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
• Hak pengurus
7) Pembina & Pengawas
8) Pengelolaan Usaha Operasi & Pemeliharaan
9) Pembiayaan O&P
10) Pelaporan dan Evaluasi
11) Pembubaran
12) Sanksi
13) Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus O&P
14) Penutup

Hal-hal penting yang harus diperhatikan :


1. Dalam pembentukan tim pengelola O&P, pemilihan pengurus dan operasional organisasi
harus menerapkan prinsip yang demokratis, partisipatif, transparan dan akuntabel.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 51


2. Prasarana yang dibangun melalui pendanaan program Rekompak JRF terutama
ditujukan sebagai prasarana mitigasi bencana sehingga organisasi pengelola harus tahu
persis panduan tata-cara (standar operating procedure) dalam memanfaatkan prasarana
mitigasi bencana.
3. Bilamana pengelola telah memiliki aturan dasar organisasi pengelola sebelumnya,
seperti AD/ART, yang belum mengakomodir/mencakup kegiatan O&P maka untuk
pengaturan terkait O&P dapat dilakukan dengan menyempurnakan aturan yang sudah
ada atau membuat peraturan tambahan khusus untuk O&P.
4. Peraturan-peraturan yang bersifat operasional untuk menjalankan pengelolaan O&P
dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga/ART atau Peraturan Khusus, misal: tata cara
pengaduan, tata cara pendaftaran dan pembayaran, dll.

3.3. Pembentukan Tim Pengelola O&P Prasarana

Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana dan sarana yang berkelanjutan, pengelolaan
sebaiknya dilakukan oleh masyarakat pengguna itu sendiri. Untuk dapat menciptakan
mekanisme pengelolaan O&P yang bertumpu pada masyarakat dan berkelanjutan,
pengelolaan prasarana terbangun seyogyanya dilaksanakan oleh sebuah kelompok/tim
pengelola yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Dilakukan melalui forum musyawarah
warga pemanfaat dan difasilitasi oleh pihak BKM/TPK, PP, konsultan pendamping dan
kepala desa/lurah. Waktu pelaksanaan pembentukan kelompok/tim pengelola ini sebaiknya
dilakukan sejak awal pelaksanaan pembangunan prasarana.

Adapun langkah-langkah mekanisme pembentukan kelompok/tim pengelola O&P adalah


sebagai berikut:

1. Persiapan

Dengan difasilitasi oleh BKM/TPK, PP dan fasilitator pendamping, sebagai inisiator


pembentukan perlu menyusun rancangan pembentukan kelompok/tim pengelola sebagai
kerangka acuan di dalam rembug warga, yang antara lain mencakup :

a. Cakupan kegiatan (prasarana dan sarana) yang akan dikelola


b. Opsi bentuk struktur organisasi (susunan kepengurusan)
c. Tujuan pembentukan organisasi pengelola
d. Tugas dan wewenang organisasi pengelola
e. Syarat-syarat kepengurusan
f. Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
g. Hak pengurus
h. Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat
i. Hak anggota pemanfaat

2. Pelaksanaan Rembug Warga

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 52


BKM/TPK dan PP sebagai inisiator mengundang seluruh warga masyarakat terutama
pemanfaat prasarana dan sarana terkait untuk mengadakan rembug warga dalam rangka
pembentukan kelompok/tim pengelola, dimana dalam rembug tersebut diundang pula
aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan bila perlu mengundang dari dinas terkait
seperti PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan lain-lain. Beberapa hal
yang disampaikan dalam rembug warga:

a. Rembug warga diawali dengan penjelasan umum oleh BKM/TPK dan PP kepada
masyarakat pengguna prasarana dan sarana perihal pentingnya pembentukan
organisasi untuk mengelola prasarana dan sarana yang dimiliki oleh desa. Dalam
hal ini perlu disampaikan untung ruginya bila pengoperasian prasarana dan sarana
dilaksanakan oleh suatu tim pengelola dan sebaliknya bila tidak ada tim pengelola.

b. Setelah penjelasan umum, maka dilanjutkan dengan penjelasan terkait dengan


rancangan organisasi pengelola yang telah dibuat, antara lain mencakup :

• Cakupan kegiatan (prasarana dan sarana) yang akan dikelola


• Opsi bentuk struktui organisasi (susunan kepengurusan)
• Tujuan pembentukan organisasi pengelola
• Tugas dan wewenang organisasi pengelola
• Syarat-syarat kepengurusan
• Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
• Hak pengurus
• Masa jabatan pengurus
• Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat
• Hak anggota pemanfaat

c. Tahapan selanjutnya adalah mengajak seluruh anggota pemanfaat yang hadir


dalam pertemuan tersebut untuk mengambil keputusan secara musyawarah dan
mufakat. Apabila secara musyawarah tidak dapat diambil mufakat maka
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak
melalui vooting, dimana setiap anggota masyarakat pemanfaat berhak
memberikan satu suara dalam setiap keputusan yang diambil. Adapun pokok-
pokok yang perlu diambil keputusan dalam rembug warga adalah:

• Bentuk struktur organisasi


• Tugas dan wewenang kelompok/tim pengelola O&P
• Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
• Hak pengurus
• Masa jabatan pengurus
• Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat
• Hak anggota pemanfaat
• Pemilihan pengurus yang akan duduk dalam kelompok/tim pengelola

d. Setelah ada kesepakatan terkait dengan hal-hal tersebut, maka tahap berikutnya
adalah penyusunan “Berita Acara Pembentukan Kelompok/Tim Pengelola Operasi
& Pemeliharaan prasarana” yang ditandatangani oleh ketua BKM/TPK,
perwakilan dari masyarakat pengguna dan disaksikan oleh aparat pemerintah desa,
tokoh-tokoh masyarakat dan fasilitator pendamping. Sebagai bentuk dukungan

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 53


dari seluruh peserta rembug warga dalam keputusan tersebut, daftar hadir
dilampirkan dalam berita acara.

3. Pengesahan dan Peresmian

Untuk mendukung keabsahan kelompok/tim pengelola O&P prasarana tersebut harus


segera menyusun AD/ART Tim Pengelola O&P Prasarana, selanjutnya AD/ART tersebut
dapat disahkan melalui beberapa macam cara, yaitu :

1. Ditetapkan melalui keputusan BKM/TPK (kolektif-kolegial) – organisasi tim


pengelola O&P langsung berada dibawah payung BKM/TPK.
2. Untuk tujuan tertentu sering juga ditetapkan melalui Akte Notaris – jika
organisasi pengelola bersifat usaha mandiri atau dipersyaratkan oleh pihak donor.
Disini unsur BKM/TPK dan Pemerintah Desa/Kelurahan bertindak sebagai Badan
Pembina & Pengawas.
3. Untuk tujuan tertentu kadang juga ditetapkan dalam sebuah Peraturan Desa
(Perdes) atau Keputusan Kepala Desa/Lurah – dengan pertimbagan prasarana
dibangun sebagaian menggunakan dana anggaran pemerintah desa atau biaya
O&P berasal dari anggaran pemerintah desa atau dibangun pada lahan milik desa.

Untuk mendorong pengakuan secara luas, kelompok/tim pengelola O&P perlu diresmikan
dengan mengundang camat, tim konsultan, fasilitator pendamping, kepala desa/lurah,
tokoh masyarakat, dinas/lembaga terkait (seperti PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kesehatan dan lain-lain) agar keberadaannya dapat lebih diakui dan diperhatikan.

3.4. Struktur Pengelola O&P dan Tata Peran

A. Struktur Pengelola O&P

Untuk melaksanakan tugas, maka Pengelola O&P memerlukan suatu tim/kelompok atau
satuan kerja, yaitu orang-orang yang dipilih dan bertanggungjawab atas O&P prasarana.
Bentuk struktur pengelola O&P dapat disusun sesuai dengan kebutuhan prasarana,
kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender).

Dari beberapa bentuk yang sudah diterapkan, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk
setiap struktur pengelola O&P, yaitu :
• Satu tim pengelola untuk beberapa jenis prasarana, atau
• Satu tim pengelola untuk setiap jenis prasarana.

Pertimbangan untuk menetapkan struktur tim pengelola O&P adalah:


• Jenis prasarana, jumlah prasarana dan lokasi-lokasi prasarana berada,
• Komunitas masyarakat pengguna prasarana,
• Kemampuan dan jumlah SDM calon pengelola O&P prasarana,
• Sumber pembiayaan/pendanaan utama untuk O&P,

• Kemungkinan subsidi silang

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 54


o Catatan: prasarana air bersih dan MCK, bila pengelolaannya dilakukan
sendiri-sendiri maka potensi memperoleh pembiayaan untuk air bersih
cukup tinggi dibandingkan dengan MCK, tetapi bila pengelolaannya satu
maka dapat dilakukan subsidi silang, yaitu dana yang diperoleh dari air
bersih dapat disisihkan sebagian untuk pemeliharaan MCK.
• Struktur tim pengelola O&P hendaknya dibuat sederhana, terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, petugas teknis/ lapangan.

Berikut ini adalah alternatif struktur tim pengelola O&P :

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 55


Bagan – 4
Struktur Tim Pengelola O&P Dengan Beberapa Prasarana
(contoh : Drainase, Jalan & Jembatan)

PEMBINA / PENGAWAS
(unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur
Masy.)

KETUA
TIM

SEKRETA BENDAHA

PETUGAS PETUGAS PETUGAS


LAPANGAN–1 LAPANGAN–2 LAPANGAN–3
PRAS. DRAINASE PRASARANA JALAN PRAS.JEMBATAN

Bagan – 5
Struktur Tim Pengelola O&P Dengan Satu Prasarana
(contoh : Air Bersih)

PEMBINA / PENGAWAS
(unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur
Masy.)

KETUA
TIM

SEKRETA BENDAHA

PETUGAS PETUGAS
LAPANGAN–1 LAPANGAN–2
A.BERSIH DUSUN 1 A.BERSIH DUSUN 2

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 56


B. Tugas dan Fungsi

Sejalan dengan tujuan O&P, maka tugas pokok pengelola selaku penggerak utama kegiatan
O&P, adalah :

a. Menyusun Rancangan AD/ART,


b. Menyusun program kerja,
c. Menghitung dan memfasilitasi penetapan tarif retribusi/iuran,
d. Mencari dan mengupayakan sumber-sumber pembiayaan untuk O&P,
e. Menyusun rencana penerimaan dan belanja pengelola O&P
f. Menyusun rencana tahap-tahap kegiatan operasi dan pemeliharaan,
g. Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan,
h. Membuat laporan pertanggungjawaban kerja pengelolaan O&P,
i. Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan, pengumuman terkait kegiatan O&P,
j. Menyelengarakan pertemuan evaluasi secara periodik,

Sejalan dengan tugas pokok tersebut, maka tugas-tugas dari setiap unit kerja organisasi
pengelola O&P (tim pengelola), adalah :

a. Ketua

Memimpin tim pengelola O&P dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan O&P sesuai
peraturan organisasi serta program kerja yang telah diputuskan bersama, yang antara lain
mencakup tugas :

1. Mengkoordinir tim pengelola O&P


2. Mengundang dan menyelenggarakan rapat-rapat rutin atau musyawarah
3. Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi
terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan perolehan pembiayaan
pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana.
4. Mendorong peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan
pemeliharaan prasarana.
5. Bersama seluruh tim pengelola membuat laporan baik secara berkala maupun
pertanggungjawaban kegiatan pengelola;
6. Bersama seluruh tim pengelola, mensosialisasikan kegiatan-kegiatan pengoperasian &
pemeliharaan, khususnya kepada warga pemanfaat;
7. Bersama seluruh tim pengelola menyusun draft peraturan dasar, program kerja O&P
dan rencana pendanaan O&P untuk ditetapkan dalam musyawarah warga (bila belum
ditetapkan sebelumnya).

b. Sekretaris atau bagian administrasi

Melaksanakan kegiatan administrasi/ketatausahaan O&P, antara lain mencakup :

1. Menyiapkan surat menyurat


2. Mengarsip surat masuk dan surat keluar
3. Menyimpan dan memelihara dokumen/dokumentasi kegiatan
4. Membuat notulen rapat/ musyawarah warga pemanfaat
5. Menginventarisasi anggota atau warga pengguna/pemanfaat

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 57


c. Bendahara atau bagian keuangan

1. Menerima dan menyimpan uang/dana O&P;


2. Mengeluaran uang dengan persetujuan ketua
3. Membuat dan menyimpan bukti penerimaan dan bukti pengeluaran
4. Mencatat pembukuan keuangan O&P
5. Membuat laporan keuangan secara periodik dan pertanggungan jawab keuangan;

d. Petugas Lapangan atau bagian teknik

1. Inventarisasi, identifikasi dan survey kondisi prasarana,


2. Menyusun rencana kebutuhan, biaya dan jadwal pemeliharaan & perbaikan prasarana,
3. Membimbing, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan yang
dilakukan oleh warga atau tenaga kerja;
4. Mengoperasikan dan memantau/monitor operasi dan pemeliharaan prasarana
5. Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan.

C. Kegiatan Rapat

Rapat atau pertemuan dapat dilakukan tiap bulan atau periode waktu tertentu yang disepakati,
dilakukan untuk melihat atau mengevaluasi hasil-hasil kegiatan pemeliharaan yang telah
dilakukan dan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan
(memutuskan rencana penyelesaian masalah), atau agenda lain yang dianggap penting untuk
dibahas. Pertemuan ini dipimpin oleh ketua, jika memang diperlukan peserta rapat rutin tidak
hanya pengurus namun juga dapat mengundang wakil masyarakat, UPL, Aparat Desa atau
instnasi terkait yang dapat membei masukan bagi rkepentingan kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana. Pada setiap rapat harus selalu dibuat daftar hadir peserta dan catatan
notulen hasil rapat, disiapkan dan diarsipkan oleh sekretaris.

D. Pelaporan

Pelaporan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan merupakan tanggungjawab ketua


kelompok dibantu tim pengelola. Dalam laporan tersebut terkandung unsur-unsur sebagai
berikut:

a. Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan dilakukan oleh bendahara. Dalam kaitan dengan kegiatan tersebut
bendahara melaporkan penerimaan dan pengeluaran baik berkaitan dengan administrasi
pengelola maupun yang terkait dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan.
Laporan ini minimal mencakup : keadaan kas, laporan penerimaan yang diperoleh dari
smber-sumber pendanaan (seperti iuran, retribusi, donatur, dll), laporan pengeluaran baik
itu kegiatan administasi maupun kegiatan pemeliharan/perbaikan, dll.

b. Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 58


Laporan kegiatan, mencakup laporan hasil pelaksanaan pemeliharaan rutin, berkala dan
insidentil, termasuk hasil inventarisasi kondisi prasarana maupun hasil-hasil pertemuan
yang dilaksanakan.

c. Data Mengenai Barang Inventaris dan Prasarana-Sarana

Data dan penggunaan prasarana-sarana dan barang inventaris kelompok perlu dilaporkan
untuk mengetahui jumlah, jenis dan kondisi prasarana & barang yang ada. Hal ini
dilakukan untuk memperkiraan kebutuhan penambahan ataupun perbaikan prasarana-
sarana dan barang untuk masa yang akan datang.

E. Pelatihan

Pelatihan merupakan faktor penting dalam keberhasilan pengoperasian dan


pemeliharaan sarana-prasarana desa, sehingga harus dilakukan pada awal masa
penugasan tim pengelola O&P dan dilkukan juga secara periodik untuk refresh dan jika
ada perkembangan.

Pelatihan untuk tim pengelola O & P meliputi, pelatihan :

1. Aspek kelembagaan/organisasi
2. Aspek manajemen O&P
3. Teknis pengoperasian & pemeliharaan prasarana dan sarana
4. Penentuan tarif atau iuran/andilan/sumbangan sukarela.
5. Pengelolaan keuangan
6. Pelaporan keuangan
7. Administrasi dan pelaporan
8. Perencanaan pengembangan sistem dan pendanaan.

3.5. Ukuran Keberhasilan

Dari aspek kelembagaan, beberapa tolok ukur untuk melihat keberhasilan O&P, antara lain :

a. Kegiatan bersama, mampu menumbuhkan kesetiakawanan dalam operasi dan


pemeliharaan prasarana agar prasarana tersebut dapat berkesinambungan.
b. Ketentuan kelompok/tim pengelola, tertulis dan menjadi aturan kerja kelompok yang
saling ditaati.
c. Kepengurusan mantap, semua pengurus tahu akan hak dan kewajibannya.
d. Rapat dan pertemuan, berjalan rutin dan dihadiri pengurus serta masyarakat.
e. Administrasi dan pelaporan, dikerjakan dengan tertib, tahu manfaatnya.
f. Ada usaha/upaya peningkatan O&P, yang berorientasi kepada pasar, keuntungan,
efisiensi, dan kebersamaan, yang ditujukan untuk pemeliharaan prasarana dan
sarana.
g. Interaksi antar pengurus dan dengan masyarakat hidup, terarah, saling menunjang,
dan saling memperkembangkan satu sama lain.
h. Pengurus aktif menggerakkan dan memotivasi masyarakat agar kegiatan dapat
berjalan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 59


BAB IV
PEMBIAYAAN

4.1. Klasifikasi Prasarana dan Pembiayaan untuk Operasi & Pemeliharaan

Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana lingkungan perdesaan ditujukan
untuk mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan operasi dan
pemeliharaan prasarana oleh kelompok/tim pengelola prasarana desa sehingga tidak muncul
hambatan dan kendala dari ketersediaan dana. Mudah tidaknya menarik retribusi atau iuran
untuk pemeliharaan prasarana sering sangat berkaitan dengan klasifikasi prasarana.

Klasifikasi prasarana
Berdasarkan pada cakupan layanan, secara umum prasarana desa yang dibangun melalui
Rekompak JRF dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Prasarana Umum - Publik


Prasarana yang dapat dipergunakan oleh setiap orang tanpa perlu mendaftar terlebih
dahulu. Dalam arti bahwa tidak ada orang yang dapat dikecualikan dalam
penggunaannya, misalnya jalan dan jembatan, drainase, lapangan evakuasi, bangunan
gedung publik (heritage), dll.

b. Prasarana Umum - Kelompok


Prasarana yang dapat dipergunakan warga dengan mendaftar terlebih dahulu dan
memenuhi persyaratan tertentu. Prasarana ini hanya dapat manfaatkan oleh
sekelompok orang/komunitas yang sudah terdaftar, misalnya MCK, penyediaan air
bersih, embung penampung air, dan kandang komunal. Biaya O&P prasarana ini
umumnya dapat dipenuhi dari tarif retribusi/iuran para pemakainya atau disebut “cost
recovery”.

Klasifikasi prasarana dan sarana berdasarkan jenisnya ini akan menentukan mudah tidaknya
pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan prasarana, sebagaimana contoh lihat tabel
berikut.
Tabel – 20
Kemungkinan Kemudahan Penarikan Restribusi Berdasarkan Jenis Prasarana
Uraian Prasarana - Publik Prasarana - Kelompok
Kemungkinan - Jalan ber-retribusi - Air Bersih
Mudah Menarik - Waduk yg airnya dijual - MCK
Retribusi umum - Pelayanan
- KU/ air bersih yg dijual Sampah
umum - Kandang komunal
- Embung komunal
Kemungkinan Sulit - Jalan
Menarik Retribusi - Jembatan
- Bangunan gedung
publik (heritage)
- Lapangan evakuasi

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 60


- Drainase

4.2. Penganggaran Operasi & Pemeliharaan

A. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan

a. Identifikasi Sumber-Sumber Pendapatan

Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk
menggali sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat
pengguna dan sumber lainnya yang sah misal bantuan dari kantor/instansi pemerintah,
pihak swasta yang juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut,
serta pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi terkait setempat.

Untuk penyusunan rencana anggaran O&P, kelompok/tim pengelola perlu


mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang mempunyai potensi untuk turut
membiayai anggaran O&P prasarana.

b. Kontribusi Warga Penerima Manfaat

Sebagai wujud kemandirian dan keberlanjutan, sumber pembiayaan O&P yang potensial
untuk digali adalah kontribusi warga sesuai dengan budaya setempat dan kesepakatan
yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi komunitas pemanfaat
terhadap penggunaan prasarana tersebut.

Adapun jenis kontribusi atau sumbangan warga pemanfaat adalah :


• Sumbangan berupa uang, yang didapatkan dari iuran anggota kelompok operasi
dan pemeliharaan, ataupun retribusi dari penggunaan prasarana secara langsung.
• Sumbangan berupa material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga kerja,
peralatan dalam rangka kegiatan pemeliharaan.

Sedangkan cara pengumpulan dana yang berupa uang adalah bergantung pada kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas tiga golongan sebagai
berikut :

1. Retribusi/Iuran

Retribusi/iuran yang besarnya sudah ditetapkan lebih dulu, ditarik secara langsung
pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan maupun tidak langsung
(retribusi/iuran bulanan). Retribusi/iuran dapat diberlakukan untuk para pengguna
yang secara rutin atau tidak secara rutin menggunakan prasarana. Retribusi/iuran bisa
diterapkan untuk individu perseorangan, kelompok, KK atau
perusahaan/instansi/badan usaha yang menjadi pengguna prasarana. Sebagai contoh
adalah pelayanan air bersih, retribusi jalan, MCK, dan kandang komunal.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 61


Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per
keluarga/kelompok, baik rutin atau setiap kali penggunaan, kepada warga pemanfaat
tetap atau dari luar, bagi warga kurang mampu atau mampu, hendaknya
dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh anggota warga
pemanfaat yang ada sehingga tidak terlalu membebani dan semua warga pemanfaat
tetap dapat memperoleh hak-hak yang sama dalam pengoperasian prasarana (adil).

2. Sumbangan/Donasi

Sumbangan/donasi yang sifatnya sukarela, dapat diberlakukan atau diminta dari


warga masyarakat yang menggunakan prasarana yang bersangkutan atau warga
masyarakat yang tidak langsung menerima manfaat atau masyarakat/instansi secara
umum. Hal yang penting diperhatikan berkaitan dengan penerapan sumbangan yang
akan diberlakukan oleh tim pengelola O&P adalah bahwa hendaknya disesuaikan
dengan situasi budaya dan kemampuan ekonomi warga pemanfaat dan kebutuhan
akan biaya pemeliharaan atau perbaikan.

3. Sumber Pendapatan Lain Yang Sah

a) Bantuan Pemerintah

Sumber pendapatan ini dapat berasal dari anggaran pemerintah desa, anggaran
pemerintah kecamatan, anggaran pemerinah daerah (APBD) dan atau anggaran
pemerintah pusat (APBN) atau dari pihak lain yang sah. Bantuan dari pemerintah
umumnya dapat digali jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan
besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti jalan, jembatan, dan saluran
dainase, ataupun prasarana lainnya. Terdapat satu sumber dana yang belum
digunakan secara optimal untuk O&P prasarana desa yaitu dana yang berasal dari
ADD (Alokasi Dana Desa) atau DAD (Dana Alokasi Desa).

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya memperoleh dukungan


pemerintah, khususnya dinas-dinas di kabupaten/kota adalah harus memahami
instansi mana yang dapat dituju oleh masyarakat, sebab setiap instansi telah
mempunyai wewenang tertentu, misalnya Dinas Pekerjaan Umum untuk prasarana
umum, Dinas Pendidikan untuk prasarana pendidikan, Dinas Kesehatan untuk
prasarana kesehatan, Dinas Kebersihan untuk prasarana persampahan.

b) Bantuan Pihak Lain Yang Tidak Mengikat

Bantuan yang dimaksudkan disini, seperti dari organisasi lain atau perusahaan
swasta. Umumnya potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi pengoperasian
bersama suatu prasarana. Misalnya jalan yang dibangun masyarakat juga
dipergunakan oleh pihak lain tersebut. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan, bahwa perusahaan tertentu yang berada disekitar wilayah tersebut
dapat saja memberikan bantuan sumbangan.

c) Usaha Lain Yang Sah

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 62


Potensi sumber pembiayaan disini dapat berasal dari upaya pengembangan
prasarana misalnya dari biaya pemasangan baru air bersih, penjualan air bersih,
atau adanya keuntungan dari hasil usaha bersama kelompok.

c. Pendataan Anggota Penerima Manfaat

Pendataan anggota ini sangat penting, selain untuk mengetahui jumlah dan siapa saja
warga pemanfaat juga akan berkaitan dengan potensi kontribusi dalam pemeliharaan
prasarana yang dikelola.

Hal-hal yang perlu dicatat:


- Nama
- Jenis Kelamin
- Alamat
- Pekerjaan
- Jumlah anggota keluarga

d. Penetapan Tarif Retribusi

Tarif pelayanan dikenakan bagi pemakai prasarana yang bersifat cost recovery, seperti
air bersih, persampahan, MCK, kandang komunal dan jalan beretribusi. Penerimaan dari
tarif ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan prasarana
bersangkutan termasuk untuk biaya operasi dan pemeliharaan.

Penentuan tarif harus dilakukan dengan dan oleh masyarakat, karena akan membuat
masyarakat bertanggung jawab penuh atas keputusan yang telah dibuat dan bisa diterima
lebih baik karena masyarakat tahu mengapa tarif ditetapkan sebesar itu. Sejalan dengan
waktu tidak bisa dihindarkan adanya penyesuaian tarif akibat inflasi, perubahan biaya
dan harga barang, kebutuhan dana untuk perluasan sistem dan lain lain. Keterlambatan
penyesuaian tarif akan berakibat serius pada jaminan sustainabilitas keuangan. Karena
itu peninjauan ulang tarif yang layak perlu dilakukan paling tidak 2 tahun sekali.

1. Prinsip-Prinsip Penetapan Tarif

Terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang dalam penetapan tarif, antara lain:

1) Kecukupan dana (cost recovery), dengan prinsip ini maka tarif yang akan
ditetapkan harus mencerminkan tingkat kecukupan dana yang diperlukan untuk
pengelolaan prasarana san sarana perdesaan secara memadai.
2) Satu obyek pungut – satu jenis pungutan, untuk menghindari terjadinya
pungutan ganda yang membingungkan para penerima manfaat, maka satu obyek
pelayanan dikenakan satu pungutan tarif.
3) Transparan dan mudah dipahami, dalam penetapan besarnya tarif, maka
pembebanan biaya yang diperhitungkan harus dilakukan secara transparan dan
mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
4) Sederhana dan Jelas, artinya bahwa penetapan tarif harus menggunakan
rumusan yang tidak rumit, dan mudah diperoleh, serta hitungan mudah dilakukan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 63


5) Partisipatif, artinya bahwa dalam penentuan tarif harus melibatkan semua pihak
yang berkepentingan, termasuk semua calon penerima manfaat, sehingga tarif
yang ditetapkan merupakan keputusan bersama.
6) Adil, artinya bahwa orang yang menerima manfaat lebih banyak harus dikenakan
tarif yang lebih tinggi dibandingkan orang yang menerima manfaat lebih sedikit.
Dalam hal ini dapat ditetapkan dengan tarif progresif.

2. Jenis-Jenis Tarif

Secara garis besar terdapat dua jenis tarif bila dilihat dari cara penentuannya, yaitu:

1) Tarif Tidak Berdasarkan Volume

Tarif ini tidak melihat berapa jumlah manfaat yang diterima oleh setiap rumah
tangga atas penggunaan prasarana tertentu. Struktur tarif yang seperti ini tidak
membutuhkan adanya perhitungan berapa manfaat yang telah diterima oleh
masing-masing penerima manfaat, tetapi dikenakan sama rata untuk setiap rumah
tangga/penerima manfaat. Tarif yang demikian memiliki keuntungan bahwa
dalam perhitungan penerimaan tarif lebih mudah dilakukan, karena hanya
mengalikan besarnya tarif dengan jumlah penerima manfaat, tanpa harus
menghitung berapa banyak manfaat yang diterima oleh setiap pemakai jasa
layanan.

Di sisi lain memiliki kelemahan, bahwa tarif tersebut tidak mencerminkan


keadilan, karena pihak yang menerima manfaat kecil dibebani tarif yang sama
dengan pihak yang menerima manfaat lebih banyak. Tarif ini lebih cocok
digunakan untuk pelayanan yang sulit untuk di kuantifikasi, misalnya pelayanan
pembuangan sampah, MCK, pembuangan air limbah.

Dalam kasus pelayanan pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, maka
pengelola akan sulit menentukan berapa banyak sampah yang telah dibuang oleh
setiap rumah tangga, sehingga kasus ini lebih tepat jika tarif ditetapkan sebesar
rupiah tertentu pada setiap rumah tangga. Kalaupun akan diterapkan prinsip
subsidi silang, maka perlu dipertimbangkan aspek pendapatan rumah tangga.
Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka dapat dikenakan tarif yang lebih
besar dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih rendah.

Dalam kasus pelayanan MCK juga memiliki kriteria yang sama, dimana akan
sulit dilakukan pengukuran besarnya manfaat yang diterima secara kuantitatif.
Sehingga tarif pelayanan MCK lebih tepat dikenakan dalam rupiah per sekali
pakai atau dalam rupiah per bulan per rumah tangga pemakai.

2) Tarif Berdasarkan Volume (Volumetrics Tarif)

Dalam metode ini, alokasi biaya yang akan dibebankan sebagai tarif
diperhitungkan secara proporsional berdasarkan kriteria fisik penggunaan jasa
layanan, antara lain dalam volume. Dengan demikian tarif ditentukan
berdasarkan volume pelayanan yang benar-benar digunakan secara individual
atau rumah tangga. Tarif ini lebih sesuai digunakan untuk penetapan tarif

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 64


pelayanan penyediaan air bersih, sehingga setiap sambungan rumah tangga harus
dilengkapi dengan meter air.

3) Formula Perhitungan Tarif

a) Tarif Pelayanan Air Bersih

Secara umum Perhitungan Tarif / Harga Pokok Pelayanan air bersih dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Seluruh Biaya O&P Dalam 1 Bulan (Rp)


Tarif Air Bersih = --------------------------------------------------------------
Jumlah Air Yang Terjual Dalam 1 Bulan (M3)

Biaya O&P yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada
operasi dan pemeliharaan:

 Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)


 Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)
 Honor pengelola (bila disepakati warga)
 Biaya pengoperasian prasarana dan sarana yang dikelola (misalnya
BBM, listrik, dll)
 Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana dan sarana yang
dikelola
 Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
 Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tsb akan dapat diperoleh tarif dasar dalam satuan Rp per M3.

b) Tarif Pelayanan Persampahan

Untuk mencapai pemulihan biaya pada tingkat operasi dan pemeliharaan,


maka tarif pelayanan persampahan dapat ditetapkan dengan formula sebagai
berikut:

Seluruh Biaya O&P Dalam 1 Bulan


Tarif Persampahan = --------------------------------------------------
Jumlah Pelanggan (Rumah Tangga)

Biaya yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada


operasi dan pemeliharaan:

 Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)


 Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)
 Honor pengelola (bila disepakati warga)

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 65


 Biaya pengoperasian prasarana dan sarana yang dikelola (misalnya
BBM, listrik, dll)
 Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana dan sarana yang
dikelola
 Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
 Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah
Per Rumah Tangga Per Bulan.

c) Tarif Pelayanan MCK

Seluruh Biaya O&P Dalam 1 Bulan


Tarif Pelayanan MCK = -------------------------------------------------------
Jumlah Rumah Tangga Yang Dilayani

Biaya yang perlu diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada
operasi dan pemeliharaan:

 Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)


 Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke
pemerintah desa)
 Honor pengelola (bila disepakati warga)
 Biaya pengoperasian prasarana dan sarana yang dikelola
(misalnya BBM, listrik, dll)
 Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana dan sarana
yang dikelola
 Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
 Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah
Per Rumah Tangga Per Bulan.

d) Tarif Pungutan Jalan Ber-retribusi

Sebenarnya komponen jalan bukanlah prasarana yang bersifat cost recovery,


karena jalan merupakan prasarana publik yang siapa saja bisa menikmatinya.
Akan tetapi dalam pembangunan jalan yang difasilitasi melalui Rekompak-
JRF, ada yang pemanfaatannya melebihi dari kapasitas desain, yaitu dilewati
truk-truk bermuatan tinggi (truk pasir), sehingga mengakibatkan kerusakan
jalan menjadi lebih cepat dari yang semestinya.

Dalam kasus ini pengguna jalan, khususnya truk-truk yang bermuatan tinggi
wajib dikenakan iuran guna perawatan jalan, sehingga ada jaminan bahwa
unur teknis pemanfaatan jalan dapat dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 66


Dalam menentukan tarif iuran/retribusi jalan ini dapat digunakan rumus
sebagai berikut:

Seluruh Biaya O&P 1 Bulan


Tarif Pungutan Jalan = ---------------------------------------------------------------------
Jml Truk Bermuatan Berat Yang Lewat Dalam 1 Bulan

Biaya O&P yang perlu diperhitungkan:


- Biaya honor pengelola (bila disepakati warga)
- Biaya pemeliharaan (perawatan kerusakan)
- Biaya perawatan rutin (upah pembersihan jalan, saluran disekitar jalan)
- Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
- Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Apabila tarif pelayanan dirancang untuk memulihkan biaya O&P dan biaya
pengembalian investasi, maka dari biaya-biaya tersebut ditambahkan beban
biaya depresiasi (biaya penyusutan alat dan bangunan). Biaya depresiasi
adalah alokasi sejumlah dana yang dicadangkan untuk penggantian prasarana
dan sarana yang dikelola pada saat umur ekonomisnya habis karena
pengoperasian. Biaya depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus, yaitu dengan cara membagi nilai perolehan asset (prasarana dan
sarana) dengan perkiraan umur teknis.

Apabila tarif pelayanan dirancang untuk menggalang dana yang akan


digunakan untuk pengembangan pelayanan, maka beban biaya yang
diperhitungkan selain biaya O&P dan depresiasi, juga harus dialokasikan
beban biaya cadangan pengembangan, yang besarnya dapat disepakati
melalui rembug warga. Biasanya biaya cadangan pengembangan ditentukan
sebesar persentase tetentu dari keuntungan.

4) Mekanisme Penetapan Tarif

Penetapan tarif dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

• Tim pengelola yang tellah dibentuk menyusun draft penetapan tarif


yang dhitung berdasarkan perkiraan biaya yang akan dibebankan, yaitu biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya penggantian investasi
(depresiasi/penyusutan) dan lain-lain.
• Tim pengelola yang diprakarsai ketua tim mengumpulkan semua
anggota tim pengelola dan semua warga pemanfaat.
• Lalu dijelaskan perlunya pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan
prasarana dan sarana yang dikelola, dijelaskan untung ruginya bila kelola
dengan biaya yang memadai dan bila dikelola dengan biaya yang tidak
memadai.
• Anggota pemanfaat/warga pemanfaat diminta pendapatnya dan
masukannya terkait dengan perhitungan perkitraan biaya (dan perkiraan
penggunaan air oleh pemanfat dalam satu bulan, untuk komponen air bersih)
yang telah disusun oleh pengurus.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 67


• Kemudian semua peserta yang hadir diajak menghitung bersama
besaran tarif berdasarkan rumusan yang digunakan dan diminta
kesepakatannya. Kesepakatan penetuan tarif ini harus dituangkan dalam
berita acara.

Mekanisme penetapan tarif secara lebih jelas dapat dilihat dalam “Tata Cara
Penetapan Tarif Retribusi” pada lampiran–18.

5) Struktur Tarif Progresif

Penerapan struktur tarif yang bersifat progresif bertujuan untuk menghindari


terjadinya pengoperasian sumber daya yang berlebihan. Dengan menerapkan
struktur tarif progresif maka konsumen cenderung akan mempertimbangkan
penggunaan sumber daya yang berlebihan, karena konsumen akan berfikir apabila
tidak mengendalikan pemakaian sumber daya berarti akan membayar pada
tingkat tarif yang lebih tinggi.

Penerapan struktur tarif progresif cocok diterapkan untuk komponen pelayanan


prasarana yang tarifnya ditetapkan dalam rupiah per volume yang dikonsumsi,
misalnya komponen air bersih. Dengan tarif progresif akan diperoleh keuntungan
sebagai berikut:

• Akan menjadi alat kendali bagi konsumen agar tidak terjadi pengoperasian
sumberdaya yang berlebihan.
• Akan terjadi pemupukan keuntungan pengelola, karena akan diperoleh
penerimaan tarif yang melebihi kebutuhan biaya pengelolaan terutama
berasal dari konsumen yang mengkonsumsi melebihi batas jumlah tertentu.
• Akan terwujud prinsip keadilan, dimana yang banyak menggunakan
pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih tinggi dan sebaliknya yang
sedikit menggunakan jasa pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih
rendah.

Contoh Struktur Tarif Progresif untuk Air Bersih:

No Pemakaian Air Per Bulan Satuan Besarnya


(M3) Tarif

1 0 – 10 Rp./M3 A
2 11 – 20 Rp./M3 1,5 A
3 21 – 30 Rp./M3 2A
4 30 – 40 Rp./M3 2,5 A
5 41 ke atas Rp./M3 3A

6) Peninjauan Tarif Secara Berkala

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 68


Minimal setiap 2 (dua) tahun sekali perlu dilakukan peninjauan kembali tingkat
tarif yang berlaku, yaitu bertujuan untuk mengakomodir adanya kenaikan biaya-
biaya pengelolaan sebagai akibat dari adanya kenaikan inflasi. Peninjauan
kembali terhadap tarif ini harus dilakukan melalui rembug warga (anggota
penerima manfaat) dengan mekanisme yang sama seperti ketika penentuan tarif
awal, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
• Menghitung kembali kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan sesuai
dengan harga-harga yang paling terakhir, termasuk penyesuaian upah (gaji)
pengelola maupun tenaga kerja lainnya.
• Untuk komponen air bersih, perlu pemutahiran volume air terjual rata-rata
bulanan berdasarkan data realisasi beberapa bulan sebelumnya.
• Untuk komponen persampahan dan MCK, perlu pemutahiran jumlah
pelanggan sesuai dengan data terakhir.
• Menghitung tarif dasar berdasarkan data pengeluaran (biaya) yang ”up to
date”, dan menyusun struktur tarif sesuai dengan yang ditetapkan bersama
dalam rembug warga.
• Menetapkan pemberlakuan tarif.

B. Perhitungan Anggaran Pendapatan

Berdasarkan tarif yang disepakati serta kemungkinan-kemungkinan adanya sumber


pendapatan yang lain, maka tim pengelola bersama dengan warga pemanfaat menyusun
rencana anggaran pendapatan, baik pendapatan usaha maupun di luar usaha. Untuk
mempermudah dalam menyusun rencana anggaran pendapatan, apabila beberapa prasarana
cost recovery dikelola oleh satu lembaga pengelola, maka perlu dikelompokkan kedalam
beberapa sumber pendapatan sebagai berikut:

a. Pendapatan Usaha
• Pendapatan Pelayanan Air Bersih:
- Pendapatan Penjualan Air
- Pendapatan dari biaya penyambungan baru
• Pendapatan Pelayanan Persampahan
• Pendapatan Pelayanan MCK

b. Pendapatan diluar usaha


• Pendapatan bunga
• Pendapatan hasil penjualan asset
• Pendapatan lain-lain yang sah

Untuk menjamin transparansi dalam mengelola pendapatan, maka :


• Penerimaan pendapatan tersebut harus dicatat dan dibukukan secara tertib sesuai dengan
tanggal terjadinya transaksi.
• Setiap transaksi harus dibuat bukti penerimaan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 69


• Setiap akhir bulan harus direkap dan dilaporkan kepada anggota penerima manfaat, baik
itu melalui media papan informasi maupun melalui forum pertemuan anggota penerima
manfaat.

C. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya

Dalam menyusun rencana anggaran biaya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Dana yang berhasil dihimpun melalui pungutan tarif pelayanan, maka harus digunakan
sesuai dengan tujuan pengenaan tarif, yaitu :
- Prioritas pertama adalah untuk membiayai operasi dan pemeliharaan prasarana yang
mendatangkan pendapatan (cost recovery),
- Prioritas kedua adalah untuk membiayai penggantian investasi,
- Prioritas ketiga adalah untuk membiayai investasi pengembangan (bila diperlukan)
atau untuk membiayai kebutuhan operasi dan pemeliharaan komponen lain yang
menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, misalnya pemeliharaan jalan dan
jembatan, saluran drainase dan lain-lain.

b. Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh pengelola harus dicatat dan dibukukan pada saat
terjadinya transaksi.
c. Untuk memudahkan dalam mengendalikan biaya, maka dalam pencatatan pengeluaran
secara sederhana perlu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

• Biaya operasi dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban
organisasi pengelola dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi. Biaya operasi dan
pemeliharaan ini dikelompokkan menjadi :

1. Biaya administrasi dan umum


2. Biaya gaji pegawai dan upah tenaga kerja
3. Biaya bahan (misal: bahan kimia untuk pengolahan air)
4. Biaya listrik (diesel)
5. Biaya pemeliharaan
6. Dan lain-lain

• Biaya non operasional dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi
beban organisasi pengelola dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi,
misal: biaya asuransi.

D. Pencatatan Transaksi dan Pertanggungjawaban Keuangan

a. Prinsip Pencatatan/Pembukuan

Secara sederhana pembukuan dapat diartikan sebagai pencatatan transaksi keuangan


secara kronologis dan sistematis. Tujuan pencatatan adalah agar tersedia informasi
pemasukan dan pengeluaran dana oleh pengelola yang transparan dan akuntabel (dapat
dipertanggung-jawabkan).

Pencatatan dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut:

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 70


1. Kronologis (menurut urutan waktu)
2. Sistematis (menurut cara-cara tertentu)
3. Informatif (dapat dimengerti / difahami/logis)
4. Auditable (dapat diperiksa atau di audit)

b. Pelaporan

Beberapa laporan terkait dengan pengelolaan keuangan yang harus disediakan oleh tim
pengelola adalah sebagai berikut:

1. Laporan Pendapatan, merupakan buku bantu yang digunakan untuk mencatat


pemasukan dana dari pelanggan (penerima manfaat) sebagai penerimaan atas tarif
yang dikenakan bagi pengguna jasa pelayanan. Apabila pengelola sekaligus
menangani beberapa sumber pendapatan (prasarana cost recovery), maka perlu
dipisah-pisahkan antara pendapatan dari pelayanan prasarana yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini akan membantu dalam melakukan control / pengendalian dan
menyusun rekapitulasi bulanan, yang pada gilirannya akan dimasukkan dalam laporan
keuangan bulanan.

2. Buku Bank, Apabila pengelolaan prasarana telah berkembang, maka diwajibkan


membuka rekening bank, terkait dengan penyimpanan dana yang lebih aman
dibanding dengan penyimpanan secara tunai dalam jumlah yang besar. Dengan
demikian diperlukan buku bank yang digunakan untuk mencatat transaksi penyetoran
dana ke rekening bank, penarikan dana tunai dari rekening bank dan saldo di bank.

3. Buku Kas, Digunakan untuk mencatat penerimaan uang di Kas (dapat berasal dari
penarikan uang tunai dari bank atau sumbangan tunai lain) serta pengeluaran untuk
biaya operasional, belanja material dan upah tenaga kerja dan saldo kas. Setiap
pemasukan dan pengeluaran uang kas harus ada bukti penerimaan atau pengeluaran
kas dan diberi penomoran. Dalam untuk kelompok ini secara bulanan.

4. Buku Biaya Administrasi dan Umum, merupakan buku bantu untuk mencatat segala
transaksi yang terkait dengan pengeluaran dana untuk keperluan administrasi dan
umum, diantaranya pengeluaran biaya pegawai (gaji pengelola), biaya kantor (ATK),
biaya hubungan pelanggan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya keuangan
(bunga), biaya pemeliharaan prasarana dan sarana kantor, biaya penyusutan prasarana
dan sarana kantor dan rupa-rupa biaya umum lainnya. Dalam pencatatan belanja ini
setiap akhir bulan harus dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa
besar pengeluaran untuk kelompok ini secara bulanan.

5. Buku Biaya Operasi dan Pemeliharaan Prasarana, merupakan buku bantu yang
digunakan untuk mencatat segala transaksi yang terkait degan pengeluaran biaya
operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana utama yang dikelola (air bersih,
persampahan, MCK, dll). Dalam pencatatan belanja ini setiap akhir bulan harus
dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran
untuk kelompok ini secara bulanan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 71


6. Laporan Keuangan, merupakan laporan rekapitulasi kegiatan keuangan bulanan,
yang mencatat saldo awal kas dan di bank, mencatat pemasukan dana, pengeluaran-
pengeluaran dana dan mencatat saldo akhir kas dan di bank. Laporan keuangan ini
harus dibuat setiap akhir bulan dan dimumumkan kepada penerima manfaat, baik itu
melalui media papan informasi maupun melalui forum-forum pertemuan warga.

7. Laporan Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi asset yang


dikelola, baik itu yang berupa aktiva lancar, aktiva tetap, hutang dan modal.
Laporan neraca dibuat secara periodic bulanan dan disampaikan kepada para
pemanfaat (pelanggan pengguna pelayanan) baik melalui media papan informasi
maupun melalui forum-forum pertemuan warga, sehingga tetap terjadi
transparansi dalam pengelolaan asset.

8. Laporan penunjang lainnya yang diperlukan, misalnya laporan rencana dan


realisasi pendapatan, laporan rencana dan realisasi pengeluaran.

c. Pertanggungjawaban

Untuk menjamin transparansi atas pengelolaan dana (penerimaan dan pengeluaran),


maka setiap bulan harus dilaporkan kepada para pemanfaat (konsumen) dan masyarakat
sekitar melalui media papan informasi maupun forum-forum pertemuan warga, sebagai
bentuk pertanggungjawaban.

4.3. Ukuran Keberhasilan Pengelolaan O&P

Prestasi kegiatan operasi dan pemeliharaan dari aspek keuangan dapat dilihat dari :

1. Jumlah pendapatan yang dihasilkan (retribusi atau sumbangan/iuran),


dibandingkan total jumlah pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan,

2. Jumlah pendapatan yang dihasilkan, dibandingkan total jumlah pengeuaran untuk


operasi dan pemeliharaan ditambah dana cadangan untuk penyusutan prasarana
dan sarana,

3. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut


dibandingkan total jumlah pendapatan yang dihasilkan.

Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana Dan Sarana Dasar - 72

You might also like