You are on page 1of 18

Tujuh Golongan yang Akan Dinaungi Allah

pada Hari Kiamat

4Share

Tujuh Golongan yang Akan Dinaungi Allah pada Hari Kiamat

Penyusun : DR. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

Terjemah : Mudzafar Sahidu

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah saw, dan aku bersaksi bahwa tiada
Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada
sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

Wa Ba’du:

‫َاب نَشَأ َ بِ ِعبَا َد ِة‬


ٌّ ‫س ْب َعةٌ يُ ِظلُّ ُه ْم هَّللا ُ فِي ِظلِّ ِه يَ ْو َم اَل ِظ َّل إِاَّل ِظلُّهُ اإْل ِ َما ُم ا ْل َعا ِد ُل َوش‬
َ ‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ عَنْ النَّبِ ِّي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ال فَقَا َل‬ ٍ ‫ب َو َج َم‬ ٍ ‫ص‬ ِ ‫اجتَ َم َعا َعلَ ْي ِه َوتَفَ َّرقَا َعلَ ْي ِه َو َر ُج ٌل َد َع ْتهُ ا ْم َرأَةٌ َذاتُ َم ْن‬ ْ ِ ‫سا ِج ِد َو َر ُجاَل ِن ت ََحابَّا فِي هَّللا‬ َ ‫ق فِي ا ْل َم‬ ٌ َّ‫هَّللا ِ َو َر ُج ٌل قَ ْلبُهُ ُم َعل‬
َ
ُ‫ضتْ َع ْيناه‬ َ َ َ ‫هَّللا‬ َ
َ ‫ش َمالهُ َو َر ُج ٌل ذ َك َر َ خالِيًا ففا‬ ُ ِ ‫ق‬ ْ ُ َ ‫اَل‬
ُ ِ‫ص َدق ٍة فأخفاهَا َحتَّى تَ ْعل َم يَ ِمينهُ َما تُنف‬َ ْ َ َ َ َ ِ‫ق ب‬ َ َ‫إِنِّي أَ َخافُ هَّللا َ َو َر ُج ٌل ت‬
َ ‫ص َّد‬

Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Tujuh golongan yang akan mendapat
naungan Allah Ta’ala pada hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya:

1. Imam yang adil,


2. pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah,
3. seorang lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan mesjid,
4. dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah,
5. seorang lelaki yang dipanggil untuk berbuat mesum oleh seorang wanita yang memiliki
kekuasaan dan kecantikan dan dia berkata saya takut kepada Allah,
6. dan seorang lelaki yang bersedekah dengan sebuah sedekah kemudian dia
merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang telah
dishedekahkan oleh tangan kanannya”.
7. Seorang laki-laki yang menyendiri dalam zikir kepada Allah, lalu air matanya berlinang.
[1]

HR. Bukhari: no: 1432 dan Muslim no: 1031

Tahqiq: Shahih Sunan Nasa’i, no. 5395. Shahih: At-Tirmidzi (2513) serta Muttafaq alaih; Irwa’
Al Ghalil (887).

Allah mengumpulkan seluruh makhluk pada hari kiamat dari makhluk yang pertama sehingga
makhluk yang terakhir:

31.  “..Supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang
Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan
pahala yang lebih baik (syurga)”.[2]

Pada hari yang sangat panjang, dahsyat dan genting. Allah Ta’ala memperingatkan para
hambaNya terhadap hari tersebut dan Dia memerintahkan agar mereka bersiap-siap
menghadapinya. Firman Allah Ta’ala:

1.  Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).

2.  (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang
hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal Sebenarnya mereka tidak
mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya”.[3]

Pada hari yang agung tersebut matahari didekatkan dengan mahkluk sehingga jaraknya menjadi
satu mil, maka setiap manusia akan  tenggelam dalam keringat mereka sesuai dengan tingkat
amal mereka masing-masing; di antara mereka ada yang peluhnya  sampai kedua mata kaki
mereka, dan di antara mereka ada yang peluhnya sampai kepada kedua lutut mereka, diantara
mereka ada yang peluhnya meliputi kedua pinggang mereka bahkan ada orang yang tengelam
dalam peluh mereka sendiri.[4]

Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Manusia akan berkeringat pada hari kiamat
sehingga kedalaman keringat mereka pada bumi mencapai tujuhpuluh hasta dan
menenggelamkan mereka sehingga sampai pada telinga mereka”.[5]

Dalam keadaan yang genting tersebut Allah menaungi tujuh golongan ini, dan marilah kita
renungkan apakah perbuatan mereka sehingga menyebabkan mereka bisa mendapatkan balasan
seperti ini:

Pertama: Pemimpin yang adil yang menghakimi manusia secara adil dan tidak  mengikuti hawa
nafsu. Sebagaimana firman Allah ta’ala:

26.  Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah Keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, Karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, Karena mereka melupakan hari
perhitungan”.[6]

Dia menjalankan perintah Tuhannya yang memerintahkan kepadanya:

58.  Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.[7]
Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil di
sisi Allah (balasan) adalah mereka berada di atas mimbar dari cahaya di sisi kanan Allah yang
Maha Al-Rahman dan kedua tanganNya adalah kanan, yaitu orang-orang yang berlaku adil di
dalam menghukumi dan adil terhadap keluarga mereka serta adil terhadap apa yang menjadi
tanggung jawab mereka”.[8]

Inilah balasan yang diberikan terhadap orang yang berlaku adil  di dalam berhukum dan
memberikan hak terhadap orang yang berhak menerimanya, lalu perhatikanlah bagaimanakah
balasan orang yang berlaku zalim dan tidak berlaku adil. Firman Allah Ta’ala:

42.  Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka
sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,[9]

Dari Abi Umamah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang lelaki yang
menanggung perkara sepuluh orang atau lebih kecuali dia akan menghadap Allah Azza Wajalla
pada hari kiamat dalam keadaan terbelenggu di mana tangannya terbelenggu pada leher mereka
dia akan terlepas karena tindakannya yang baik atau akan dibinasakan oleh dosanya , permulaan 
(jabatan itu) adalah cercaan orang lain, pertengahannya adalah penyesalan dan akhirnya adalah
kehinaan pada hari kiamat”.[10]

Dari Ma’qil bin Yasar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang
hamba diberikan oleh Allah untuk mengurusi perkara rakyat kemudian dia mati dalam keadaan
menipu rakyatnya  kecuali Allah akan mengharamkan surga atas dirinya”.[11]

Yang kedua: Pemuda yang hidup dalam beribadah kepada Allah. Allah telah memberikan taufiq
kepadanya sejak kecil untuk selalu beramal shaleh dan Dia menjadikannya cinta terhadap amal
shaleh tersebut, dan Dia menghunjamkan rasa benci terhadap amal buruk dan memberikan
kemudahan baginya untuk meninggalkannya, hal ini terbentuk baik dengan tarbiyah yang baik,
taman yang shaleh atau yang lainnya. Allah telah menjaganya dari apa yang mempengaruhi
sebagian besar pemuda seperti perbuatan yang sia-sia, bermain-main, menyia-nyiakan shalat
tenggelam dalam nafsu dan kesanangan belaka. Allah memuji generasi yang berkah ini dengan
firmanNya:

13.  Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan
kami tambah pula untuk mereka petunjuk.[12]

Melihat bahwa  bahwa masa muda adalah masa bergejolaknya syahwat maka sungguh sebuah
perkara yang menakjubkan jika kita mendapatkan ada sekelompok pemuda yang menghibahkan
dirinya dalam ketaatan kepada Allah dan bersungguh-sungguh padanya maka dengannya dia
berhak mendapat naungan Allah.

Dia menyadari bahwa dirinya akan bertanggung jawab di hadapan Allah tentang masa mudanya 
pada apakah dia habiskan, lalu dia bergegas mengamalkan wasiat nabinya yang mengatakan:
Manfaatkan lima perkara sebelum datangnya lima perkara yang lain: manfaatkan masa mudamu
sebelum datang masa tuamu, manfaatkan masa kosongmu sebelum datang masa sibukmu,
manfaatkan hidupmu sebelum kematianmu, manfaatkan sehatmu sebelum datang sakitmu dan
manfaatkan masa kayamu sebelum datang masa kemiskinanmu”.[13]

Ketiga: Seorang lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan mesjid. Maka dia tidak merasa
tentram  jika keluar dari mesjid sehingga dirinya kembali masuk ke mesjid. Sebab mesjid adalah
rumah Allah maka barang siapa yang memasukinya berarti dia telah bertamu kepada Allah.
Maka tidak ada hati yang lebih baik dan tidak ada jiwa yang lebih senang dari seorang lelaki
yang bertamu terhadap Tuhannya di rumahNya dan di bawah pengawasanNya. Mereka inilah
yang sebenarnya layak disebut sebagai orang yang memakmurkan mesjid, di mana Allah berkata
tentang mereka:
18.  Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut
(kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.[14]

Dari Abi Darda’ ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Mesjid adalah rumah untuk setiap
orang yang bertaqwa. Allah akan memberikan jaminan bagi orang yang menjadikan mesjid
sebagai rumahnya  dengan ruh, rahmat dan bisa melewati sirath dengan selamat menuju ridha
Allah yang menyampaikannya ke dalam surga”.[15]

Jamuan ini terjadi di dunia, di mana orang yang memasuki mesjid merasakan adanya
kertenangan, kebahagiaan dan ketentraman jiwa sementara di akherat mereka akan mendapatkan
kemuliaan di dalam surga.

Dari Abi Hurairah ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang pergi ke mesjid
atau kembali darinya maka Allah menyiapkan bagi dirinya sebuah tempat setiap kali dia pergi
atau kembali”.[16]

Keempat: Dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah di mana dia berkumpul dan
berpisah kerena Allah. Sebab ikatan keimanan yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan
benci karena Allah. Firman Allah Ta’ala:

54.  Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.[17]

Di dalam sebuah hadits disebutkan dari Abi Umamah ra berkata: Rasullah saw bersabda:
Barangsiapa  yang saling mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena
Allah dan menahan karena Allah maka iman telah sempurna pada dirinya”.[18]

Dari Abi Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda: Demi jiwaku yang berada di tanganNya kalian
tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga saling
mencintai tidakkah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu amalan yang apabila kalian
kerjakan niscaya kalian saling mencintai?, sebarkanlah salam di antara kalian”.[19]

Ini adalah salah satu perkara yang apabila terdapat di dalam pribadi seseorang maka dia akan
merasakan kenikmatan dan kelezatan keimanan. Dua orang lelaki ini tidak dipertemukan oleh
hubungan kekerabatan, kekeluargaan dan kepentingan duniawi, mereka hanya dipertemukan
oleh rasa saling mencintai karena Allah Ta’ala dan mereka tetap dalam kondisi yang demikian
itu sehingga kematian menjemput mereka.

Dari Abi Malik Al-Asy’ari ra bahwa Nabi saw bersbda: Sesungguhnya Allah memiliki
sekelompok hamba di mana mereka bukanlah para Nabi dan bukan pula para syuhada,
kedudukan mereka diharapkan oleh para Nabi dan para syuhada sebab posisi mereka yang dekat
dengan Allah”. Lalu  seorang lelaki badui berdiri secara berlutut pada tempat yang jauh dan
mengacungkan tangannya kepada Nabi saw dan berkata: Wahai Nabi utusan Allah!, mereka
bukan golongan para nabi dan bukan pula para syuhada dan posisi mereka diharapkan oleh para
Nabi dan syuhada karena kedekatan mereka dengan Allah. Beritahukan kepada kami
bagimanakah sifat mereka?. Maka muka Rasulullah saw berseri-seri  dengan pertanyaan orang
badui tadi. Maka Rasullah menjawab: Mereka adalah  golongan orang yang tidak dikenal oleh
manusia, dan dari kabilah yang berbeda-beda tidak ada hubungan kekeluargaan antara mereka,
di mana mereka saling mencintai karena Allah dan bersatu, Allah akan mempersiapkan bagi
mereka mimbar dari cahaya, mereka duduk padanya, wajah mereka  cahaya, pakaian mereka 
cahaya. Manusia merasa ketakutan pada hari kiamat namun mereka tidak ketakutan, mereka
itulah kekasih Allah yang tidak ada ketakutan pada diri mereka dan tidak pula bersedih”.[20]

Kelima: Seorang lelaki yang diajak oleh seorang wanita untuk berbuat mesum dengan dirinya,
dia bukanlah wanita biasa, namun dia adalah wanita yang memiliki kedudukan dan jabatan yang
tinggi, dan Allah memberinya kecantikan yang membuat dorongan fitnah semakin besar, dan
ketertarikan hati semakin kuat. Ya Allah!, bagiamana bisa selamat orang menghadapi fitnah
yang begitu besar kecuali dengan iman yang dalam dan mata hati yang tajam.

Qadhi Iyadh berkata: Dikhususkan penyebutan wanita yang memiliki kekuasaan dan kecantikan
karena faktor kecenderungan yang lebih dahsyat terhadap mereka, sulit mendapatkan orang yang
sepertinya, sementara dia mengumpulkan dua kekuatan fitnah yaitu kekuasaan dan kekuatan
kecantikan, terlebih kenyataannya adalah bahwa wanita itulah yang meminta dan menggoda
secara langsung, tidak ada halangan apapun untuk menggoda seseorang atau yang lainnya, maka
bersabar dalam menghadapinya karena takut Allah Ta’ala, pada saat yang menggoda adalah
wanita terpandang dan cantik  adalah termasuk sabar yang  sempurna dan ketaatan yang paling
agung, maka Allah menjanjikannya untk dinaungi pada naungan yang tidak ada naungan kecuali
naungan Allah. Maksud: “dzatul manshib” sebagaimana disebutkan di dalam hadits di atas
adalah wanita yang terpandang dan berdarah biru atau bangsawan”.[21]

Firman Allah Ta’ala:

40.  Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, 41.  Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).[22]

Dari bnu Umar ra dia berkata: Rasulullah saw bersabda: Pada saat tiga orang sedang berjalan
dan mereka kehujanan, maka merekapun segera berteduh pada sebuah gua lalu mulut gua itu
dijatuhi sebuah batu besar dan menutupinya. Sebagian mereka mengusulkan kepada sebagian
yang lain:  Ingatlah amal shaleh yang pernah kalian amalkan karena Allah lalu berdo’alah
dengan bertawassul dengan amal shaleh tersebut semoga Allah membukakan kesulitan kalian.
Maka salah seorang dari mereka berkata: Ya Allah, sesungguhnya saya memiliki seorang anak
paman yang sangat saya cintai sama seperti seorang lelaki mencintai seorang wanita, maka
akupun menggodanya agar dia menyerahkan dirinya kepadaku namun dia enggan sehigga aku
bisa memberikannnya seratus dinar. Akhirnya, akupun pergi menghilang beberpa sehingga dapat
mengumpulkan seratus dinar lalu aku segera meneminya, lalu pada saat aku sudah siap
menerjang dirinya di antara kedua kakinya dia berkata: Wahai hamba Allah takutlah kepada
Allah dan janganlah engkau membuka cincin kecuali dengan cara yang hak, maka akupun
bangkit meninggalkannya. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa  apa yang aku lakukan
tersebut semata-mata untuk mendapatkan kerelaanMu maka bebaskan kami dari kesulitan ini
maka batu itupun sedikit bergeser….”[23]

Keenam: Seorang lelaki yang bershedekah dengan suatu shedekah. Banyak orang bershedakah
dan sungguh besar pahala  yang mereka dapatakan di sisi Allah, namun hal istimewa yang
membedakan orang ini sehigga mendapatkan naungan Allah adalah keikhlasan dirinya dalam
bershedekah tersebut, karena ikhlasnya yang begitu tinggi sehingga hampir saja dia
menyembunyikannya dari pribadinya. Allah telah memuji orang-orang yang selalu bershedekah
dengan firmanNya:

271.  Jika kamu menampakkan sedekah(mu) Maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu
menyembunyikannya[173] dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, Maka menyembunyikan
itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-
kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.[24]

Dari Abdllah bin Ja’far ra berkata: Rasullah saw bersabda: Shadaqah yang rahasia akan
memadamkan kemurkaan Rabb Azza Wa Jalla”.
Ketujuh: Lelaki yang hatinya penuh dengan takut dan mengagungkan Allah, dia menyendiri
dalam zikir kepada Allah tanpa diketahui  oleh seorangpun, dia merenungkan kebesaran Allah,
karunia dan rahmatNya sehingga air matanya berlinang karena rindu kepada Allah. Allah
memberikan penghargaanNya kepada orang seperti ini:

2.  Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.[25]

83.  Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad),
kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang Telah
mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: “Ya Tuhan kami, kami Telah
beriman, Maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al
Quran dan kenabian Muhammad s.a.w.).[26]

Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw bersabda: Dua mata yang tidak akan pernah disentuh
oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga-
jaga di jalan Allah”.[27]

Rasulullah saw adalah orang yang sering menangis karena takut kepada Allah, begitu juga
dengan orang-orang yang shaleh pada masa silam dan masa-masa setelahnya, bahkan Allah telah
mengancam orang yang memiliki hati yang keras dengan ancaman yang keras di dalam
firmanNya:

22.  Maka Kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang Telah membatu hatinya untuk
mengingat Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata.[28]

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam kepada Nabi kita
Muhammad saw, kepada keluarga dan seluruh para shahabatnya

sumber: ‫السبعة الذين يظلهم هللا في ظله‬

[1] HR. Bukhari: no: 1432 dan Muslim no: 1031

[2] QS. Al-Najm: 31

[3] QS. Al-Hajj: 1-2

[4] Makna dari sebuah hadits riwayat Muslim no: 2864

[5] HR. Bukhari: 6532 dan Muslim: 2863

[6] QS.Shaad: 26

[7] QS.Al-Nisa’: 58

[8] HR. Muslim: 1827

[9] QS. Ibrahim: 42

[10] HR. Ahmad: 5/267 dishahihkan oleh Albaani di dalam Jami’us shagir: 5718

[11] HR. Bukhari: 715 dan Muslim: 142

[12] QS. Al-Khafi: 13


[13] HR. Al-Hakim dalam kitab: Almustadrok no: 7844, dia berkata bahwa hadits ini shahih
dengan syarat Ashahihaini dan dishaihkan oleh Albani dalam kitab Al-ajmi’us shagir: 1077

[14] QS. Al-Taubah: 18

[15] Hulyatul Auliya, Abi Na’im 6/176. Dishahihkan oleh Albani dalam silsilah ashahihah: 716.

[16] HR. Bukhari: 662 dan Mslim: 669

[17] QS. Al-Ma’idah: 54

[18] Sunah Abu Dawud: 4681 dan dihshahihkan oleh AlBani: 5965

[19] HR. Muslim no: 54

[20] HR. Ahmad: 5/343, Syarhussunnah no: 3464 dan dishahihkan oleh Al-hakim dan
dishahihkannya dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban: 2508

[21] Shaihih Muslim, syarah An-Nawawi: 3/122

[22] QS. Al-Nazi’at: 40-41

[23] Bagian hadits yang panjang dari riwayat Al-Bukhari: 2215 dan Muslim: 2743

[24] QS. Al-Baqoroh: 271

[25] QS. Al-Anfal: 2

[26] QS. Al-Maidah: 83

[27] HR. Turmudzi: 1639 dishahihkan oleh Albani di dalam Al jami’s shagir : 4113

[28] QS. Al-Zumar: 22

Tekanan Jiwa (stres) dan Terapi Islami

 Share
Tekanan Jiwa (stres) dan Terapi Islami

Prof. Dr.Falih bin Muhammad As-Shaghir

Pendahuluan:

Kehidupan Manusia di masa lalu relatif stabil. Ketenangan adalah keseharian dalam mayoritas
kehidupan mereka karena minimnya faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan ketika itu.

- Tanggung jawab yang ditanggung ketika itu belum mengacaukan pikiran atau mempengaruhi
aktivitasnya yang sederhana di perkebunan, rumah produksi atau di tempat perniagaan.

- Krisis kependudukan dan kemanusiaan ketika itu belum seperti keadaannya yang sekarang, di
mana realita memaksa manusia menggunakan pola baru dalam berinteraksi dan memikul
tanggung jawab.

- Rumah hunian dan perabotannya tidaklah seperti sekarang yang menghimpit, di mana
sebagiannya bertumpuk dengan sebagian yang lain. Sebagaimana kondisi yang ada dibanyak
negara di dunia.

- Bahkan musibah yang menimpa manusia  belumlah sehebat dan sedahsyat sekarang ini.
Penyakit ketika itu belum lagi sekomplek dan dengan nama yang beraneka macam, yang
menghantui manusia dan mengganggu kehidupannya, yang menjadikannya dibayang-bayangi
ketakutan dan kecemasan, seiring lambatnya ditemukan obat penawarnya.

- Ketika itu peperangan tidak dapat membunuh ribuan manusia dalam waktu sekejap,
sebagaimana teknologi dan instrumen perang yang ada seperti sekarang ini.

- Belum ada kejadian yang menelan korban mengerikan akibat kecelakaan lalu lintas baik darat,
udara, air atau alat transportasi lain ketika itu.

- Dan di atas semua itu, krisis keuangan dan ekonomi membatasi manusia dan membalikkan
keadaan berbagai umat dan bangsa dari kenikmatan dan kemewahan menjadi terpuruk dalam
kefakiran dan kekurangan.

Serta perkara-perkara lain dari perubahan-perubahan, halangan-halangan dan problem yang


berdampak negatif pada kehidupan manusia, yang selanjutnya mempengaruhi kemampuan dan
kekuatan potensialnya.

Itu artinya bahwa kemajuan teknologi yang disaksikan oleh dunia dan banyak berperan dalam
memfasilitasi manusia, pada waktu yang sama justru memberatkan manusia itu sendiri dengan
lebih banyak tanggung jawab dan kewajiban yang menyedot umur dan waktu mereka. Bahkan
tak jarang datang bertubi-tubi sehingga tidak sanggup menghadapinya atau menyerah karena
kontinuitasnya.

Dari sinilah mulai muncul tekanan kejiwaan (stres): yang berwujud pada ketidakmampuan
dalam menghadapi tantangan atau memikul tanggung jawab yang sebenarnya terfasilitasi dan
memiliki kemungkinan yang terbuka.

Dampak Stress (Tekanan Jiwa)


Sesungguhnya stres pada banyak keadaan menyebabkan penderitanya tidak stabil, yang pada
akhirnya memunculkan dampak dan efek negatif dalam kehidupan dan pergaulannya. Di antara
dampak yang terpenting adalah:

1.  Ada kalanya stres pada penderitanya melahirkan semacam prilaku kasar, keradikalan,
kemarahan akan realita dan melihatnya dengan gelap mata. Ia berharap dapat keluar dari
permasalahannya dan terkurangi tanggung jawabnya. Akan lebih parah jika tidak ada
pendampingan yang dapat mengurangi sebagian beban dan kepedihannya.

2. Stres menyebabkan menarik diri dan menjauh dari kehidupan, menjauh dari kenyataan,
bahkan menjadikan penderitanya tenggelam dalam dunia khayal, terkendala dalam metode
berpikir dan mencari solusi. Engkau dapati ia mendebat perkara dengan solusi filosofis yang
rumit atau penafsiran yang ganjil yang tidak diterima oleh para pemikir dan orang kebanyakan.

3. Tekanan jiwa mempengaruhi dalam bergaul dengan orang lain atau menjalin hubungan
dengan mereka. Dimana penderita tekanan jiwa akan sulit membangun hubungan dalam
bertetangga, persahabatan dengan teman kerjanya, atau dengan siswa lain jika itu di sekolah,
dengan orang banyak jika dia seorang pegawai, dengan para pegawai jika dia seorang kepala
bagian atau direktur, juga dengan seluruh strata masyarakat di lingkungannya. Ia merupakan
ancaman dalam membangun masyarakat, kepribadian dan lembaga sosial yang lebih maju,
meningkat dan mumpuni.

4. Stres (tekanan jiwa) memiliki pengaruh yang besar pada anggota tubuh penderita. Penyakit
yang di derita kebanyakannya adalah cerminan dari hakikat kondisi kejiwaan yang tengah
dialami penderita. Karenanya para dokter menyarankan pasiennya untuk menjauhi hal-hal yang
menimbulkan gejolak kejiwaan. Terutama mereka yang terkena liver, gangguan jiwa, kolesterol,
gangguan lambung, usus dan lain sebagainya. Karena kejiwaan memiliki peran yang penting
dalam mengontrol penyakit-penyakit tersebut, baik dalam penyembuhan atau dalam
memperburuk dan membuatnya semakin parah.

5. Stres (tekanan jiwa) berpengaruh negatif dalam produktivitas kerja dan kreasi. Karena
penderitanya kehilangan penyelaras dalam berinteraksi dengan berbagai hal. Buyar kekuatan dan
kemampuan. Terlebih lagi tidak dapat konsekuen dalam mencapai tujuan dan mencapai target.

Obat Stres (Tekanan Jiwa)

Dikarenakan siapa pun dapat terkena tekanan jiwa, yang berdampak pada timbulnya masalah
atau penyakit, sudah seharusnya diberikan terapi penyembuhan dan pengobatan yang dapat
mencegah atau membatasi agar tidak menjangkit pada diri. Di antara penyembuhan dan
terapinya:

1- Bertakwa kepada Allah I dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan amal saleh.
Firman-Nya I:

“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.”
(QS. At-Thalaq: 2 )

Dan firman-Nya :

“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya.” (QS. At-Thalaq: 4)

Kisah tiga orang yang terjebak di dalam goa tidak asing bagi kita. Allah I telah mengeluarkan
mereka dari keterjebakan ketika setiap mereka menyebutkan amalan saleh yang dikerjakan
ikhlas karena Allah I. Dengan amal mereka itulah mereka bertawasul kepada Allah I.
2. Menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Karena dua hal ini dapat menguatkan
dalam menghadapi berbagai problema dan tanggung jawab sehingga dapat tegar dan sukses
menghadapinya. Hal ini sebagaimana firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153 )

Seorang sahabat Nabi, Hudzaifah t berkata, “Jika Nabi r menghadapi perkara pelik, beliau
melaksanakan shalat.” [HR.Ahmad]

3. Husnuzon (berbaik sangka) kepada Allah I. Sadarilah bahwa Allah sematalah yang
mengangkat kesulitan manusia. Sesungguhnya kesulitan meskipun berlangsung berlarut-larut
senantiasa Allah iringkan dengan solusi dan kemudahan. Allah I berfirman melalui lisan Nabi
Ya’kub u:

“…Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf: 87 )

Nabi r bersabda dalam hadits Qudsi:

‫أَنَا ِع ْن َد ظَ َّن َع ْب ِديْ بِي َوأَنَا َم َعهُ إِ َذا َدعَانِي‬

“Sesungguhnya Allah r berfirman: “Aku sebagaimana prasangka hambaku kepada-Ku. Aku


bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.”

[HR.Turmudzi]

Benarlah perkataan seorang penyair:

Begitu pelik, tapi ketika aku kembalikan kepada Penciptaannya

Ia teratasi, padahal aku sangka tidak akan teratasi

4. Berzikir kepada Allah (mengingat Allah) dengan keyakinan, ucapan dan amal
merupakan sebab untuk dapat keluar dari kemelut, memberi ketegaran jiwa dan ketenangan.
Sebagaimana firman Allah :

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS.Ar-Ro’d:28)

5. Kontinu senantiasa beristigfar (meminta ampun kepada Allah). Sesungguhnya hal ini
adalah salah satu dari sebab kebahagiaan dan ketenangan; sebagaimana ia dapat pula
mengeluarkan dari bencana, menghilangkan kegalauan dan kegelisahan. Sebagaimana sabda
Rasulullah r,

ُ ‫ق َم ْخ َرجًا َو ِم ْن ُك ِّل هَ ٍّم فَ َرجًا َو َرزَ قَهُ ِم ْن َحي‬


ُ‫ْث الَ يَحْ تَ ِسب‬ ِ ِّ‫ار َج َع َل هَّللا ُ لَهُ ِم ْن ُكل‬
ٍ ‫ضي‬ َ َ‫َم ْن لَ ِز َم ا ِال ْستِ ْغف‬

“Siapa yang kontinu beristigfar, Allah akan jadikan pada setiap kegalauannya solusi dan dari
setiap kesulitan jalan keluar serta akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkan.”

[HR.Abu Dawud, Ahmad dan Hakim]

6. Kembali kepada Allah dengan berdoa, karena doa dapat menghilangkan kegelisahan
dan mengeluarkan dari kesusahan. Hal ini sebagaimana hadits Abu Sa’id al-Khudri t:

“Pada suatu hari Rasulullah r masuk masjid. Beliau mendapati seorang lelaki Anshar, yang
dipanggil Abu Umamah. Beliau berkata,
“Wahai Abu Umamah, aku tidak melihatmu duduk di masjid melainkan sedang shalat.”

“Kegelisahan dan hutang melilitku, wahai Rasulullah.” Jawabnya.

“Maukah aku ajarkan suatu kalimat, jika engkau katakan Allah akan menghilangkan
kegelisahanmu dan melunaskan hutangmu?!” Tawar Rasulullah.

“Tentu wahai Rasulullah!” Jawab lelaki itu.

“Bacalah ketika pagi dan petang:

‫ك ِمنَ ْال ُج ْب ِن َو ْالب ُْخ ِل َوأَعُو ُذ بِكَ ِم ْن َغلَبَ ِة ال َّدي ِْن َوقَه ِْر‬
َ ِ‫ك ِمنَ ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل َوأَعُو ُذ ب‬
َ ِ‫ك ِمنَ ْالهَ ِّم َو ْال َحزَ ِن َوأَعُو ُذ ب‬
َ ِ‫اللَّهُ َّم إِنِّى أَعُو ُذ ب‬
‫ال ِّر َجا ِل‬

[ Allahumma Inni A'ûdzubika minalhammi walhazan wa a'ûdzubika minal'ajzi walkasal, wa


a'ûdzubika minaljubni walbukhl, wa a'ûdzubika min ghalabatiddaini wa qohril rijal ]

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kegelisahan dan kesedihan. Aku
berlindung kepadamu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepadamu dari
kepengecutan dan kebakhilan. Aku berlindung kepadamu dari dari lilitan hutang dan penindasan
orang.”

[HR.Abu Dawud]

Di antara doa Nabi Musa u kepada Allah agar dilapangkan dadanya, dimudahkan urusannya,
dihilangkan kegelisahan dan kesedihannya, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah I
melalui lisan Nabinya:

“Musa berkata: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku
urusanku.”

(QS.Thâhâ:25-26)

7. Mengerjakan sebab-sebab yang dapat membantunya sukses dalam kehidupan lalu


bertawakal kepada Allah I. Meminta kepada-Nya agar dapat mencapai  dan memperoleh hasil
yang terbaik. Amal dan tawakal adalah dua hal yang saling berkaitan untuk menangkal tekanan
jiwa dan efek negatif yang ditimbulkannya. Allah I berfirman,

“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3 )

Siapa yang mencukupkan diri dengan Allah, tidak akan tersesat dan tidak akan celaka
selamanya.

8. Tidak mengapa meminta bantuan para ahli dari dokter ahli jiwa atau selain mereka.
Terkadang keadaan seseorang terasa begitu menghimpit, ia dikuasai rasa gundah, gelisah, sedih
dan merana yang mengakibatkan tekanan pada dirinya. Jika berkonsultasi kepada yang lain, itu
akan membantunya membuka pintu penting yang membuka cercahan cahaya dengan izin Allah.

Ringkas pembicaraan:

Bahwa tekanan jiwa pada akhirnya adalah buatan dan buah amal tangannya sendiri.

“(Azab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya
Allah sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS. Ali Imrah: 182 )
Karena timbulnya tekanan jiwa ini merupakan akibat dari kesalahan masa lalu yang bertumpuk
dan membesar pada penderitanya. Dia tidak dapat mengolahnya dengan jalan yang benar hingga
sampai pada puncaknya. Terasa begitu hebat di dalam diri dan memorak-porandakan harapan
serta angan-angannya.

Setiap orang dapat mengalahkan tekanan ini dan menghindari pengaruh negatif yang timbul
karenanya ketika sejak semula ia telah siap menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya.
Hal itu diperoleh dari pendidikan imaniah (pendidikan keimanan) yang benar bagi generasi putra
dan putri di rumah, masjid, sekolah, lembaga-lembaga bimbingan dan pusat-pusat pendidikan.

Karena seorang hamba ketika bergantung kepada Allah I dan dapat merasakan keagungan serta
penguasaan-Nya atas sesuatu pada satu sisi, juga merasakan akan kelembutan dan rahmat-Nya
terhadap hamba-Nya dari sisi yang lain, dia tidak akan merasa khawatir akan kesulitan dan
tantangan, bahkan menjalani dan menghadapinya dengan ketegaran dan kesuksesan.

Sumber asli:  ‫الضغوط النفسية‬

Sedekah Keutamaan dan macam-macamnya


(1)

 Share

SEDEKA H, KEUTAMAAN DAN MACAM-MACAMNYA (1)

oleh : Ali Bin Muhammad ad-Dihami

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas
utusan yang paling mulia, nabi kita Muhammad, dan atas keluarga serta segenap sahabatnya.
Amma ba’du:

Allah Ta’ala berfirman memerintahkan nabi-Nya  :

‫س——ورة‬  ﴾3١﴿ ‫وا ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم ِس ّراً َوعَالنِيَةً ِّمن قَب ِْل أَن يَأْتِ َي يَوْ ٌم الَّ بَ ْي— ٌع فِي— ِه َوالَ ِخالَ ٌل‬
ْ ُ‫صالَةَ َويُنفِق‬ ْ ‫وا يُقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬ ْ ُ‫ي الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ ‫قُل لِّ ِعبَا ِد‬
.‫إبراهيم‬

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman: “Hendaklah mereka mendirikan


shalat, menafkahkan sebahagian rezki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi
ataupun terang-terangan sebelum datang hari (kiamat) yang pada hari itu tidak ada jual beli
dan persahabatan.” (QS.14:31)

Allah Jalla wa ‘Ala berfirman:

‫سورة البقرة‬  ﴾195﴿ …ِ ‫وا فِي َسبِي ِل هّللا‬


ْ ُ‫َوأَنفِق‬

Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah …… (QS.2:195)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ ُ‫وا أَنفِق‬
‫سورة البقرة‬  ﴾254﴿ ‫وا ِم َّما َر َز ْقنَا ُكم‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah
Kami berikan kepadamu. (QS.2:254)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫سورة البقرة‬  ﴾267﴿ ‫ت َما َك َس ْبتُ ْم‬ ْ ُ‫وا أَنفِق‬


َ ‫وا ِمن‬
ِ ‫طيِّبَا‬ ْ ُ‫أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik. (QS.2:267)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫سورة التغابن‬  ﴾ 16﴿ َ‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ِه فَأُوْ لَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬


َ ‫فَاتَّقُوا هَّللا َ َما ا ْستَطَ ْعتُ ْم َوا ْس َمعُوا َوأَ ِطيعُوا َوأَنفِقُوا خَ يْراً ألَنفُ ِس ُك ْم َو َمن يُو‬

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta ta`atlah;
dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS.64:16)

Diantara hadits yang menunjukkan mengenai keutamaan bersedekah, sabda Nabi  :

‫ان فَيَ ْنظُ ُر أَ ْي َمنَ ِم ْنهُ فَالَ يَ َرى إِالَّ َما قَ َّد َم ِم ْن َع َملِ ِه َويَ ْنظُ— ُر أَ ْش—أ َ َم ِم ْن—هُ فَالَ يَ— َرى‬ َ ‫« َما ِم ْن ُك ْم أَ َح ٌد إِالَّ َسيُ َكلِّ ُمهُ َربُّهُ لَي‬
ٌ ‫ْس بَ ْينَهُ َوبَ ْينَهُ تُرْ ُج َم‬
ِّ ‫ار تِ ْلقَا َء َوجْ ِه ِه فَاتَّقُوا النَّا َر َولَوْ بِ ِش‬
» ‫ق تَ ْم َر ٍة‬ َ َّ‫إِالَّ َما قَ َّد َم َويَ ْنظُ ُر بَ ْينَ يَ َد ْي ِ—ه فَالَ يَ َرى إِالَّ الن‬

“Tiada seorang (pun) dari kalian, melainkan (kelak) Allah akan berbicara kepadanya tanpa
seorang penerjemah. Maka ia melihat ke kanan, tidaklah dilihatnya melainkan amal
perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke kiri, tidaklah dilihatnya
melainkan amal perbuatannya yang pernah dilakukan. Dan ia (pun) melihat ke depan, tidaklah
dilihatnya melainkan neraka di hadapan wajahnya. Maka peliharalah (diri) kalian dari api
neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang disedekahkan).” (Terdapat dalam ash-
Shahihain).

Seorang yang memperhatikan nash-nash yang menyuruh dan mendorong untuk bersedekah akan
mendapatkan bahwa amalan sedekah memiliki keutamaan yang tidak dimiliki oleh amalan
selainnya. Sampai-sampai Umar Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Diriwayatkan kepadaku
bahwa berbagai amal saling berbangga-bangga, maka amalan sedekah berkata, ‘Aku yang paling
utama diantara kalian’.”

KEUTAMAAN & MANFAAT SEDEKAH

Pertama, sedekah dapat meredakan murka Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda
Nabi  :

» ِّ‫ب الرَّب‬ ْ ُ‫ص َدقَةَ ال ِّس ِّر ت‬


َ ‫طفِي ُء َغ‬
َ ‫ض‬ َ ‫« إِ َّن‬
“Sesungguhnya sedekah yang tersembunyi, (dapat) meredam murka Allah Ta’ala” (Shahih at-
Targhib).

Kedua, sedekah menghapuskan kesalahan dan memadamkan percikan apinya,


sebagaimana sabda Nabi  :

ْ ‫طفِ ُئ ْال َخ ِطيئَةَ َك َما ي‬


» ‫ُطفِ ُئ ْال َما ُء النَّا َر‬ ْ ُ‫ص َدقَةُ ت‬
َّ ‫« َوال‬

“Sedekah menghapuskan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api” (Shahih at-Targhib


karya Asy-Syaikh Al-Albani).

Ketiga, sedekah menjaga pelakunya terhindari dari api neraka, sebagaimana sabda Nabi  :

َ َّ‫« فَاتَّقُوا الن‬


ِّ ‫ار َولَوْ بِ ِش‬
» ‫ق تَ ْم َر ٍة‬

“Maka peliharalah (diri) kalian dari api neraka, sekalipun dengan sebiji buah kurma (yang
disedekahkan).”

Keempat, pelaku sedekah berada dalam naungan sedekahnya pada hari kiamat nanti,
sebagaimana hadits ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallahu ‘Anhu menuturkan, “Aku mendengar
Rasulullah  bersabda:

» ‫اس‬ َ ‫ص َدقَتِ ِه َحتَّى يُ ْق‬


ِ َّ‫ضى بَ ْينَ الن‬ ٍ ‫« ُكلُّ ا ْم ِر‬
َ ‫ئ فِي ِظ ِّل‬

“Setiap orang berada di bawah naungan amalan sedekahnya, hingga digelar pengadilan di
antara manusia”

Yazid berkata :

‫صلَةً أَوْ َك َذا‬


َ َ‫ق فِي ِه بِ َش ْي ٍء َولَوْ َك ْع َكةً أَوْ ب‬ َ َ‫َو َكانَ أَبُو َمرْ ثَد الَ ي ُْخ ِطئُهُ يَوْ ٌم إِالَّ ت‬
َ ‫ص َّد‬

“Tidaklah satu hari Abu Martsad berbuat suatu kekeliruan, melainkan ia (segera) bersedekah
dengan sesuatu apa saja di hari itu (juga). Meskipun hanya dengan sepotong kue (ka’kah) atau
bawang putih atau semacamnya.” (Terdapat dalam ash-Shahihain).

Kelima, pada amalan sedekah terkandung penawar untuk berbagai jenis penyakit
jasmani, sebagaimana sabda Nabi  :

“Obatilah penyakit-penyakit kalian melalui sedekah.”

Ibnu Syaqiq menuturkan, “Aku mendengar Ibnul Mubarak ditanya oleh seorang pria mengenai
nanah yang terus keluar dari lututnya sejak tujuh tahun lalu. Sebenarnya ia telah berobat dengan
bermacam-macam pengobatan, dan ia pun telah berkonsultasi dengan banyak dokter, namun
belum membuahkan hasil. Maka beliau menjawab, “Pergilah dan galilah sumur di daerah yang
membutuhkan air. Maka sungguh aku berharap di sana akan muncul mata air dan (dengan usaha
itu dapat) menghentikan darah yang keluar dari lututmu. Maka pria itu melakukannya, lalu
sembuh.” (Shahih at-Targhib).

Keenam, penawar berbagai jenis penyakit hati, sebagaimana sabda Nabi  kepada orang yang
mengeluhkan kekerasaan hatinya kepada beliau  :

َ ‫ط ِع ْم ْال ِم ْس ِكينَ َوا ْم َسحْ َر ْأ‬


» ‫س ْاليَتِ ِيم‬ ْ َ ‫ك فَأ‬
َ ِ‫« إِ ْن أَ َردْتَ ت َْليِينَ قَ ْلب‬

“Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala
anak yatim.” (HR. Ahmad)
Ketujuh, bahwa Allah menolak berbagai macam musibah dengan sedekah, sebagaimana
dalam wasiat Yahya kepada Bani Israil :

ِ —‫ك َك َمثَ ِل َر ُج ٍل أَ َس َرهُ ْال َعد ُُّو فَأَوْ ثَقُوا يَ َدهُ إِلَى ُعنُقِ ِه َوقَ َّد ُموهُ لِيَضْ ِربُوا ُعنُقَهُ فَقَا َل أَنَ——ا أَ ْف ِدي— ِه ِم ْن ُك ْم بِ ْالقَلِي‬
‫—ل‬ َّ ‫« َوآ ُم ُر ُك ْم بِال‬
َ ِ‫ص َدقَ ِة فَإ ِ َّن َمثَ َل َذل‬
» ‫ير فَفَدَى نَ ْف َسهُ ِم ْنهُ ْم‬ ِ ِ‫َو ْال َكث‬

“Allah memerintahkan kepada kalian bersedekah, maka perumpamaan hal itu seperti ibarat
seorang laki-laki yang ditawan oleh musuh, kedua tangannya diikat ke lehernya, lalu mereka
membawa pria tersebut untuk mereka penggal lehernya. Lalu tawanan ini berkata: ‘Saya tebus
(diriku) dari kalian dengan (tuntutan tebusan) sedikit dan banyak’. Lalu ia pun menebus dirinya
dari mereka.” (Shahihul Jami’ ).

Maka sedekah memiliki pengaruh yang mengagumkan dalam menolak berbagai bentuk
musibah, sekalipun mereka dari golongan orang fajir, zhalim, bahkan kafir sekalipun. Maka
sesungguhnya Allah Ta’ala menolak berbagai jenis musibah melalui amalan sedekah ini. Ini
merupakan perkara yang telah diketahui oleh banyak orang, baik dari kalangan khusus mereka
(para ulama) dan orang umum (awam) sekalipun, bahkan penduduk bumi lainnya karena mereka
telah mencobanya.

Kedelapan, bahwa seorang hamba baru bisa sampai pada hakikat kebajikan sejati melalui
amalan sedekah, sebagainya dalam firman-Nya Ta’ala:

‫سورة آل عمران‬  ﴾٩٢﴿ ‫وا ِمن َش ْي ٍء فَإ ِ َّن هّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬
ْ ُ‫وا ِم َّما تُ ِحبُّونَ َو َما تُنفِق‬
ْ ُ‫وا ْالبِ َّر َحتَّى تُنفِق‬
ْ ُ‫لَن تَنَال‬

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya. (QS.3:92)

Kesembilan, bahwa seorang yang bersedekah di doakan oleh seorang malaikat di setiap
harinya, berbeda terbalik dengan orang yang menahan hartanya. Mengenai hal tersebut
Rasulullah  bersabda :

» ‫ اللَّهُ َّم أَ ْع ِط ُم ْم ِس ًكا تَلَفًا‬: ‫ َويَقُو ُل اآلخَ ُر‬، ‫ اللَّهُ َّم أَ ْع ِط ُم ْنفِقًا خَ لَفًا‬: ‫« َما ِم ْن يَوْ ٍم يُصْ بِ ُح ْال ِعبَا ُد فِي ِه ِإالَّ َملَ َكا ِن يَ ْن ِزاَل ِن فَيَقُو ُل أَ َح ُدهُ َما‬

“Tiada sehari pun yang dilewati oleh para hamba-Nya melainkan turun dua orang malaikat,
maka satu di antara mereka berkata :

‘Ya Allah berikanlah pengganti bagi orang yang berinfaq’, dan malaikat lainnya berkata, ‘Ya
Allah berikanlah kebinasaan bagi orang yang menahannya’.” (Terdapat dalam ash-Shahihain).

Kesepuluh, bahwa pelaku sedekah dikaruniakan keberkahan baginya pada hartanya,


sebagaimn yang telah dikabarkan oleh Nabi  mengenai hal tersebut dengan sabdanya :

» ‫ص َدقَةٌ ِم ْن َما ٍل‬ ْ ‫ص‬


َ ‫ت‬ َ َ‫« َما نَق‬

“Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan.” (Terdapat dalam Shahih Muslim).

Kesebelas, bahwa tidak ada harta yang tersisa bagi pemilik harta melainkan apa yang
telah disedekahkannya. Sebagaimana dalam firman-Nya Ta’ala :

‫سورة آل عمران‬  ﴾٩٢﴿ ‫وا ِمن َش ْي ٍء فَإ ِ َّن هّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬
ْ ُ‫وا ِم َّما تُ ِحبُّونَ َو َما تُنفِق‬
ْ ُ‫وا ْالبِ َّر َحتَّى تُنفِق‬
ْ ُ‫لَن تَنَال‬

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya. (QS.3:92)
Ketika Nabi  bertanya kepada ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha mengenai kambing yang
dikurbankannya, “Apakah masih ada yang tersisa?”. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha menjawab :

» ‫« َما بَقِ َي ِم ْنهَا إِالَّ َكتِفُهَا‬

“Tidak ada yang tersisa (karena telah disedekahkan) melainkan bagian pundaknya (saja).”

Rasulullah  bersabda :

» ‫« بَقِ َي ُكلُّهَا َغ ْي َر َكتِفِهَا‬

“Tersisa semuanya melainkan bagian pundaknya (saja).” (Terdapat dalam Shahih Muslim).

Kedua belas, bahwa Allah melipatgandakan ganjaran bagi orang yang bersedekah,
sebgaimana firman-Nya ‘Azza wa Jalla :

‫سورة الحديد‬  ﴾١٨﴿ ‫ضا َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬
َ ُ‫ت َوأَ ْق َرضُوا هَّللا َ قَرْ ضا ً َح َسنا ً ي‬ َّ ‫ص ِّدقِينَ َو ْال ُم‬
ِ ‫ص ِّدقَا‬ َّ ‫إِ َّن ْال ُم‬

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan


meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan
(pembayarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS.57:18)

Dan firman-Nya Ta’ala :

‫سورة البقرة‬  ﴾٢٤٥﴿ َ‫يرةً َوهّللا ُ يَ ْقبِضُ َويَ ْب ُسطُ َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون‬
َ ِ‫ضا ِعفَهُ لَهُ أَضْ َعافا ً َكث‬
َ ُ‫َّمن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هّللا َ قَرْ ضا ً َح َسنا ً فَي‬

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-
lah kamu dikembalikan. (QS.2:245)

Ketiga belas, bahwa pengamal sedekah akan dipanggil dari arah pintu khusus dari pintu-
pintu surga, pintu yang disebut (dengan) pintu sedekah. Sebagaimana dalam hadits Abu
Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda :

َ‫الص—اَل ِة َو َم ْن َك—ان‬َّ ‫ب‬ َّ ‫ي فِي ْال َجنَّ ِة يَا َع ْب َد هَّللا ِ هَ َذا خَ ْي ٌر فَ َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه— ِل‬
ِ ‫الص—الَ ِة ُد ِع َي ِم ْن بَ—ا‬ َ ‫يل هَّللا ِ نُو ِد‬
ِ ِ‫ق زَ وْ َجي ِْن فِي َسب‬ َ َ‫« َم ْن أَ ْنف‬
ِ ‫الص—يَ ِام ُد ِع َي ِم ْن بَ—ا‬
‫ب‬ ِّ ‫ص َدقَ ِة َو َم ْن َك—انَ ِم ْن أَ ْه— ِل‬
َّ ‫ب ال‬ ِ ‫ص َدقَ ِة ُد ِع َي ِم ْن بَا‬َّ ‫ب ْال ِجهَا ِد َو َم ْن َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل ال‬ ِ ‫ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِجهَا ِد ُد ِع َي ِم ْن بَا‬
ِّ ُ
‫ب كلهَ—ا‬ ِ ‫—وا‬ َ ‫أْل‬ ْ ٌ َ ْ َ
َ —‫ضرُو َر ٍة فهَلْ يُدعَى أ َحد ِمن هَ ِذ ِه ا ْب‬ َ ‫ب ِمن‬ْ َ ْ ْ ْ َ
ِ ‫ق يَا َرسُو َل ِ َما َعلى َمن يُدعَى ِمن هَ ِذ ِه األ ْب َوا‬ ‫هَّللا‬ ُ ‫َّان فَقَا َل أَبُو بَ ْك ٍر الصِّ دِّي‬
ِ ‫ال َّري‬
» ‫قَا َل نَ َع ْم َوأَرْ جُو أَ ْن تَ ُكونَ ِم ْنهُ ْم‬

“Barangsiapa yang menginfakkan sepasang barang di jalan Allah, di surga dia akan dipanggil,
‘Wahai hamba Allah, (pintu) ini adalah lebih baik.’ Maka barangsiapa dari kalangan pengamal
shalat, akan dipanggil dari pintu shalat. Dan siapa dari kalangan praktisi jihad, akan dipanggil
dari pintu jihad. Barangsiapa dari ahli sedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah.
Barangsiapa dari kalangan pengamal puasa, akan dipanggil dari pintu ar-Raiyan.” Lalu Abu
Bakar ash-Shiddiq bertanya, ‘Wahai Rasulullah, Tidak adakah orang yang dipanggil dari
banyak pintu-pintu penting (tersebut). Maka apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua
pintu-pintu ini?’ Beliau menjawab, “Ya ada, dan aku harap engkau termasuk dari mereka’.”
(Terdapat dalam Shahih Muslim).

Keempat belas, bahwa tiadalah amalan sedekah ini ketika berkumpul dengan amalan
puasa dan mengantarkan jenazah serta menjenguk orang sakit pada satu hari yang
bersamaan, melainkan demikian itu menjadikan pelakunya masuk surga. Sebagaimana
dalam hadits Abu Hurairah  bahwa Rasulullah  bersabda :
ُ ‫ض— َي هَّللا‬ ٍ —‫ فَ َم ْن تَبِ َع ِم ْن ُك ْم ْاليَ——وْ َم َجنَ——ا َزةً ؟ قَ——ا َل أَبُ——و بَ ْك‬: ‫ قَا َل‬. ‫ أَنَا‬: ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫—ر َر‬ ِ ‫صائِ ًما ؟ قَا َل أَبُو بَ ْك ٍر َر‬َ ‫« َم ْن أَصْ بَ َح ِم ْن ُك ْم ْاليَوْ َم‬
َ
‫يض—ا ؟ قَ——ا َل أبُ——و‬ ْ ُ ْ
ً ‫ فَ َم ْن عَا َد ِمنك ْم اليَ——وْ َم َم ِر‬: ‫ال‬ َ ْ
َ َ‫ ق‬. ‫ أنَا‬: ُ‫ض َي ُ َعنه‬ ‫هَّللا‬ ْ َ ً ْ ُ ْ
ِ ‫ط َع َم ِمنك ْم اليَوْ َم ِم ْس ِكينا ؟ قَا َل أبُو بَك ٍر َر‬ ْ َ‫ فَ َم ْن أ‬: ‫ قَا َل‬. ‫ أَنَا‬: ُ‫َع ْنه‬
» َ‫ئ إِالَّ َد َخ َل ْال َجنَّة‬ َ ِ ‫ فَقَا َل َرسُو ُل هَّللا‬. ‫ أَنَا‬: ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ٍ ‫ َما اجْ تَ َم ْعنَ فِي ا ْم ِر‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫بَ ْك ٍر َر‬

“Siapa di antara kalian yang pagi ini sedang berpuasa ?” Abu Bakar menjawab, “Aku.” Beliau
bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah mengantar jenazah?” Abu Bakar
kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya (lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah
memberi makan orang miskin hari ini?” Abu Bakar kembali menjawab, “Aku.” Beliau bertanya
(lagi), “Lalu siapa diantara kalian yang telah menjengut orang sakit hari ini?” Abu Bakar
kembali menjawab, “Aku”. Maka Rasulullah bersabda, “Tidaklah semua ini berkumpul pada
diri seseorang melainkan ia masuk surga.” (HR. Muslim).

Kelima belas, bahwa pada amalan sedekah terdapat di dalamnya kelapangan dada,
kenyamanan dan ketenangan hati. Maka sesungguhnya Nabi  menberikan tamtsil :

َ —َ‫َت أَوْ َوف‬


ْ ‫—ر‬
‫ت‬ ْ ‫ق إِالَّ َس—بَغ‬ ُ —ِ‫ق َك َمثَ ِل َر ُجلَ ْي ِن َعلَ ْي ِه َما ُجبَّتَا ِن ِم ْن َح ِدي ٍ—د ِم ْن ثُ— ِديِّ ِه َما ِإلَى ت ََراقِي ِه َم——ا فَأ َ َّما ْال ُم ْنف‬
ُ —ِ‫ق فَالَ يُ ْنف‬ ِ ِ‫« َمثَ ُل ْالبَ ِخي ِل َو ْال ُم ْنف‬
َّ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ
» ‫ق َش ْيئا إِال ل ِزقت كلُّ َحلق ٍة َم َكانَهَا فهُ َو ي َُو ِّس ُعهَا َوال تَت ِس ُع‬ َّ ً َ ِ‫َعلَى ِج ْل ِد ِه َحتَّى تُ ْخفِ َي بَنَانَهُ َوتَ ْعف َو أث َرهُ َوأ َّما البَ ِخي ُل فال ي ُِري ُد أن يُنف‬
ْ ْ َ َ َ ْ َ َ َ ُ

“Perumpamaan orang bakhil dan orang yang bersedekah seperti ibarat dua orang yang
mengenakan dua baju (jubatan) yang terbuat dari besi, melekat dari kedua buah dadanya
hingga tulang selangka·. Adapun orang yang bersedekah, tidaklah ia bersedekah melainkan
semakin lapang (bajunya) atau memenuhi bagian-bagian kulitnya, hingga menutupi jari-jarinya
dan menghilangkan bekas-bekas. Sedangkan orang bakhil, maka tidaklah ia enggan
menginfakkan sedikitpun (dari hartanya) melainkan setiap lingkaran semakin mengeret pada
tempatnya, orang itu berusaha merenggangkannya, tetapi tidak merenggang-renggang (juga).”
(Terdapat dalam Ash-Shahihain)

Pengamal sedekah setiap kali ia bersedekah maka baginya ketenangan hati dan kelapangan dada.
Setiap kali ia bersedekah, makin luas dan tenang serta lapang. Makin menguat kebahagiaannya
dan makin besar kesenangannya. Kalaulah pada amalan sedekah tidak ada yang diharapkan
selain keuntungan ini saja, niscaya seorang hamba secara hakiki akan tetap terus memperbanyak
dan menyegerakan sedekahnya. Allah Ta’ala berfirman :

َ ِ‫ق ُش َّح نَ ْف ِس ِه فَأُوْ لَئ‬


‫سورة الحشر‬  ﴾٩﴿ َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ‫َو َمن يُو‬

Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung..
(QS.59:9)

Keenam belas, bahwa orang yang bersedekah sekiranya dari kalangan ulama, maka dia
berada di seutama-utamanya kedudukan di sisi Allah. Sebagaimana dalam sabda beliau  :

» ‫َاز ِل‬ َ ‫ص ُل فِي ِه َر ِح َمهُ َويَ ْعلَ ُم هَّلِل ِ فِي ِه َحقًّا فَهَ َذا بِأ َ ْف‬
ِ ‫ض ِل ْال َمن‬ ِ َ‫ نَفَ ٍر َع ْب ٍد َر َزقَهُ هَّللا ُ َماالً َو ِع ْل ًما فَهُ َو يَتَّقِي فِي ِه َربَّهُ َوي‬: ‫« إِنَّ َما ال ُّد ْنيَا ألَرْ بَ َع ِة‬

“Sesungguhnya (keadaan penduduk) dunia terbagi menjadi empat (keadaan), (yaitu) seorang
hamba yang Allah karuniakan harta dan ilmu, maka dengannya ia bertakwa kepada Rabbnya,
menyambung tali silaturahmi dan ia mengetahui bahwa di dalamnya terdapat hak Allah, maka
orang ini berada pada kedudukan yang paling utama ..” (Al-Hadits).

Ketujuh belas, bahwa Nabi  menempatkan kaya yang disertai sedekah berada di tingkatan
yang sama dengan al-Qur`an yang disertai pengamalannya. Demikian itu dalam sabda
beliau  :

ِّ —‫ َو َر ُج ٌل آتَاهُ هَّللا ُ َماالً فَهُ َو يُ ْنفِقُهُ فِي ْال َح‬. ‫ار‬


ِ —‫ق آنَ——ا َء اللَّ ْي‬
‫—ل‬ ِ َ‫ َر ُج ٌل آتَاهُ هَّللا ُ ْالقُرْ آنَ فَه َُو يَقُو ُم بِ ِه آنَا َء اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬: ‫« الَ َح َس َد إِالَّ فِي ْاثنَتَ ْي ِن‬
» ‫ار‬ ِ َ‫َوالنَّه‬
“Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali (kepada) dua orang. (Yaitu) seorang yang diberikan al-
Qur`an oleh Allah, lalu ia mengamalkannya siang dan malam. Dan seorang yang dikaruniakan
(kekayaan) harta oleh Allah, lalu ia menginfakkannya di (jalan) kebenaran siang dan malam.”

Maka bagaimana sekiranya Allah mengaruniakan taufik-Nya kepada seorang hamba-Nya


dengan menghimpun demikain itu semuanya? Kita bermohon kepada Allah yang Maha
Dermawan akan karunia-Nya.

Kedelapan belas, bahwa seorang hamba dianggap telah menepati perjanjian antara
dirinya dengan Allah Ta’ala dan menyempurnakan akad transaksi jual beli yang terikat
dengan-Nya, pada saat ia mengorbankan jiwa dan hartanya di jalan Allah. Sebagaimana
yang disinyalir dalam firman-Nya ‘Azza wa Jalla :

‫—والَهُم بِ——أ َ َّن لَهُ ُم ال َجنَّةَ يُقَ——اتِلُونَ فِي َس—بِي ِل هّللا ِ فَيَ ْقتُلُ——ونَ َويُ ْقتَلُ——ونَ َو ْع——داً َعلَ ْي— ِه َحقّ—ا ً فِي التَّوْ َرا ِة‬
َ —‫إِ َّن هّللا َ ا ْشتَ َرى ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ أَنفُ َسهُ ْم َوأَ ْم‬
‫سورة التوبة‬  ﴾١١١﴿ ‫ك هُ َو الفَوْ ز ال َع ِظي ُم‬ ْ ُ ْ َ ِ‫اإلن ِجي ِل َو ْالقُرْ آ ِن َو َم ْن أَوْ فَى بِ َع ْه ِد ِه ِمنَ ِ فَا ْستَ ْب ِشرُوا بِبَ ْي ِعك ُم ال ِذي بَايَ ْعتم بِ ِه َوذل‬
َ ُ َّ ُ ْ ‫هّللا‬ ِ ‫َو‬

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan
memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh
atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al
Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. (QS.9:111)

Kesembilan belas, bahwa sedekah merupakan bukti atas kesungguhan dan keimanan
seorang hamba, sebagaimana dalam sabda beliau :

ٌ ‫ص َدقَةُ بُرْ ه‬
» ‫َان‬ َّ ‫« َوال‬

“Sedekah itu adalah bukti.” HR. Muslim

Kedua puluh, bahwa sedekah pensuci bagi harta, melepaskannya dari sikap-sikap buruk
(ad-dakhan) yang menerpanya, seperti kelalaian, sumpah dan dusta serta kealpaan.
Sungguh Nabi  mewasiatkan kepada para pedagang dengan sabda :

َّ ‫ض ُرهُ اللَّ ْغ ُو َو ْال َح ْلفُ فَ ُشوبُوهُ بِال‬


» ‫ص َدقَ ِة‬ ُ ْ‫َّار إِ َّن ْالبَ ْي َع يَح‬
ِ ‫« يَا َم ْع َش َر التُّج‬

“Wahai para pedagang, sesungguhnya (pada) perdagangan ini terjadi kealphaan dan sumpah,
maka campurilah dengan sedekah.” HR. Ahmad, an-Nasa`i, dan Ibnu Majah. Juga terdapat
dalam Shahih al-Jami’.

bersambung kebagian dua

sumber: ‫الصدقة فضائلها وأنواعها‬

Salurkan Infaq anda untuk Proyek Sosial Terjemahan Buku Islam

 · Yaitu tulang yang menghubungkan tulang dada dengan belikat, pent..

You might also like