Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH
Oleh :
1. Pengertian andragogi
Andragogi adalah proses melibatkan peserta didik yang dewasa kedalam suatu struktur
pengalaman belajar dan merupakan seni dan ilmu pengetahuan yang membantu orang dewasa
dalam belajar. Maka kalau dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa andragogi secara harfiah
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Dan dalam andragogi, yang terpenting
dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga
belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner
Centered Training/Teaching).
5. PSIKOLOGI ANDRAGOGI
- Ilmu Kejiwaan - Ilmu pendidikan
- Semua umur - Orang dewasa ( ±22 )
- Disiplin ilmu - Metode terapan
Pada dasarnya Istilah Seminar, Workshop, Pelatihan, Training, dan Diklat ialah sama. Yaitu
penyampaian materi yang khusus kepada peserta didik dalam konsep pertemuan dalam skala
besar maupun kecil, dalam waktu yang lama atau singkat, yang bertujuan agar peserta
mempunyai keterampilan setelah acara tersebut selesai. Dalam diklat itu sendiri sebenarnya lebih
menekankan pada praktek mandiri yang ada dilapangan sebagai hasil terapan dan penilaian
sejauh mana tingkat keberhasilan dari diklat tersebut.
Pada umumnya, diklat diadakan dalam waktu 5 sampai 7 hari. Bahkan ada yang sebulan atau
setahun. Semua itu tergantung pada tingkat kesulitan dan daya tarik dari apa yang akan
disampaikan didalam diklat tersebut. Sementara itu diklat terbagi menjadi dua bagian yang harus
seimbang. Yaitu : (1) Teori dan (2) Praktek. Dan tentunya mengacu pada standar yang telah
ditentukan sebelumnya. Sebagai penilaian maupun evaluasi.
Di dalam pelaksanaanya, peserta lebih banyak bertanya saat dia kurang paham tentang materi
daripada menunggu waktu dipersilahkan untuk bertanya. Hal itu dikarenakan daya ingat mereka
yang cenderung mudah paham dan mudah lupa. Semangat belajarnyapun tidak bisa dimengerti.
Karena terkadang terlalu bersemangat atau malah sebaliknya. Maka disini fasilitator sangat
mempunyai peran penting dalam segala hal. Kendala yang sering terjadi yaitu pada tingkat
kemampuan atau sejauh mana peserta mengenal internet.
Disini peserta terbagi menjadi beberapa bagian:
A. Begginer
B. Intermediet
C. Expert
Dan tentunya cara menangani mereka dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan sabar dan
penuh perhatian. Hal ini juga disebabkan karena pada umumnya mereka belum mengenal
internet pada zaman mereka ada. Mungkin teknologi juga belum secanggih sekarang. Dan ini
merupakan hal yang dimaklumi oleh kita semua.
Evaluasi
Dalam Internet Marketing ada beberapa bentuk penilaian. Yaitu :
1. Basic Knowledge
2. Trobble Shooting
3. Application
4. Academic Point
Pada dasarnya, semua yang tersebut diatas memiliki acuan dasar dan tujuan sebagai tolak ukur
keberhasilan. Tingginya prosentase kehadiran merupakan bukti adanya antusias dari peserta.
Begitu juga dalam hal standarisasi penilaian. Serta bimbingan yang merupakan kelanjutan dari
rangkaian evaluasi. Tetapi pada pendidikan orang dewasa biasanya bimbingan dilalukan secara
tidak langsung. Dalam artian mereka menggunakannya dalam hal pantauan, konsultasi, maupun
melihat keberhasilan pesertanya.
Bab III. PEMBAHASAN
Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri,
mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan
mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk individu dan sosial. Kegiatan
pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah dan kegiatan yang
beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat non formal
sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa.
Pendidikan dalam konsep Diklat mempunyai banyak pengertian, tetapi secara umum diterima
sebagai suatu perubahan perilaku yang cenderung kearah yang lebih baik. Adapun prinsip-
prinsip pendidikan yang digunakan pada dasarnya sama dengan apa yang dikembangkan pada
beberapa pendidikan dan pelatihan yang menggunakan metode instruksional, tetapi satu hal yang
membedakan adalah prinsip-prinsip POD lebih dikenal secara luas.
Prinsip-prinsip dari belajar berkaitan dengan pelatihan dan pendidikan. Prinsip-prinsip tersebut
digunakan di seluruh sektor/area, baik dalam ruang kelas atau sistem magang. Instruksi yang
efektif harus menggunakan sebanyak mungkin prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa yang
tepat. Prinsip-prinsip ini berkaitan dengan training (pelatihan) dan pendidikan, dan biasanya
diterapkan pada situasi kelas formal atau untuk sistem on the job training (magang). Tiap bentuk
pelatihan sebaiknya memuat sebanyak mungkin 9 prinsip yang tersebut di bawah ini. Yaitu :
Recency
Appropriateness (Kesesuaian)
Motivation (motivasi)
Primacy (Menarik Perhatian di awal sessi)
2 – Way Communication (Komunikasi 2 arah)
Feedback (Umpan Balik)
Active Learning (Belajar Aktif)
Multi – Sense Learning
Exercise (Latihan)
Standar POD atau andragogi di tiap negarapun berbeda. Berikut ini merupakan tabel
Perbandingan Tujuan Pendidikan Orang Dewasa di Beberapa Negara :
No Negara Tujuan
1 Australia Menekankan tujuan pendidikan orang dewasa pada usaha-usaha
pengasimilasian para pendatang dengan para penduduk yang telah
lama tinggal di Australia.
2 Swedia Ditujukan kepada pendemokratisan dan menciptakan norma-norma
kehidupan masyarakt yang lebih baik.
3 Swiss Ditujukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat lebih berbahagia dan
penuh aktivitas.
4 Perancis Menekankan kepada pendidikan populer bagi masyarakat yang dijalankan
secara luas.
5 Israel Ditujukan untuk mengurangi tantangan antar bangsa-bangsa dan ras dan
memerangi atominisasi serta memberikan kehidupan baru kepada
masyarakat.
6 Kanada Meningkatkan kebanggaan dan mengembangkan pengetahuan yang
diciptakan oleh bangsa Kanada.
7 Amerika Bersemboyankan kepada pendidikan itu dari, oleh dan untuk masyarakat.
Serikat
8 India Perbaikan moral, penambahan pengetahuan, meningkatkan efisiensi dalam
bekerja, dan meningkatkan tingkat hidup masyarakat.
9 Thailand Ketahuhurufan, pemeliharaan hidup sehat, kontak sosial dan kebudayaan.
Sumber: Ahmuddipura (1986: hal. 1.16)
Prinsip pendidikan juga sebagai wahana pengkajian fakta-fakta, mencari ‘yang obyektif’, melalui
pengamatan atas kenyataan. Dan pada umumnya prinsip tersebut menerima sistem penyelidikan
eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah). Inilah yang
merupakan inti dari Andragogi. Karenanya hal ini menjadi menarik dan patut untuk dikaji.
Ada beberapa kesenjangan atau hal berselisih yang kami temui antara diklat dilapangan dengan
teori andragogi yang telah dikaji sebelumnya, antara lain :
1. Didalam andragogi peran fasilitator tidak terlalu penting. Dalam hal lain peserta didiklah yang
banyak membantu untuk menyempurnakan proses belajar mereka. Tetapi dalam proses diklat hal
itu belum sepenuhnya terjadi. Melihat banyaknya presentasi keterlibatan pemateri dan fasilitator
dalam proses diklat
2. Dalam diklat itu sendiri hal yang paling utama ialah menekankan keterampilan terpimpin dari
proses, hal ini sangat menyimpang dari konsep andragogi yang terkesan memberi keluasan
berfikir untuk membentuk suatu konsep dari proses.
3. Dalam andragogi sikap dan perilaku merupakan tolak ukur kedewasaan, akan tetapi hal ini
jarang terjadi pada waktu diklat. Kebanyakan dari peserta lebih senang untuk berbicara sendiri
atau dalam hal ini fokus mereka dalam memperhatikan materi sangat minim.
4. Diklat itu sendiri merupakan pembelajaran yang berakhir pada suatu titik evaluasi yang
cenderung masih memakai nilai rata-rata. Apapun bentuk pembelajaran maka dalam diklat
terkesan memaksa peserta dalam menerapkan suatu paradigma yang tersaji. Dengan alasan salah
jika mereka tidak sesuai dengan apa yang disampaikan.
5. Didalam diklat, kita akan menemukan suatu konsep ataupun model dari proses diklat itu
sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan pola andragogi yang terkesan menjadikan peserta
menemukan konsep dengan sendirinya dari sumber manapun dan dimanapun.
6. Diklat yang tujuannya orang dewasapun masih terlihat seperti belajar anak-anak. Ribut, pasif,
dan kurang bertanya tentang materi yang belum dipahaminya.
7. Diklat belum berhasil secara utuh. Karena banyak yang mengikuti suatu program hanya untuk
mendapat sebuah pengakuan atau sertifikat. Menjadikan nilai suatu diklat itu kurang maksimal.
8. Semangat belajar orang dewasa cenderung tidak menentu.
Dan oleh karena itu maka kami menyimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. Semua teori hanyalah merupakan konsep. Pada pelaksanaan dilapangan seperti diklat,
seminar, dsb membutuhkan hal lain untuk membantu memaksimalkan tercapainya tujuan
pembelajaran.
2. Andragogi tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karenanya andragogi harus berkolaborasi dengan
disiplin ilmu yang lain. Seperti pelajaran Sosiologi untuk lebih memahami kultur dan budaya
setempat atau pelajaran Psikologi untuk lebih memahami sifat dan karakter manusia sebelum
menerapkan konsep andragogi dilapangan.
3. Tidak semua orang dewasa mampu menjalankan konsep dari teori andragogi ini dengan
maksimal. Mereka selalu mempunyai pertimbangan dan alasan berbeda untuk menerima ataupun
menolak sesuatu.
4. Pada pelaksanaan andragogi, masih sering dijumpai penyalahgunaan konsep teoritik. Oleh
karena itu perlu adanya pengawasan dan pemberian tanggung jawab.
5. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dengan seiringnya zaman. Metode andragogi bisa jadi
akan lebih terinci atau bahkan memunculkan teori terapan lainnya.
6. Menurut kami, yang terpenting dalam suatu pelaksanaan ilmu terapan bukanlah pada
ketepatan metode itu ditujukan, akan tetapi pada kesesuaian metode tersebut ditujukan.
Dan pada akhirnya, semua yang ada pada andragogi adalah benar adanya dan sangat menarik
bagi perkembangan ilmu pendidikan. Teori Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini
bahwa peserta adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri,
mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya.
Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa
sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan
bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun
belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah
pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya. Dan bagi
pengambil kebijakan dalam hal pembelajaran orang dewasa diharapkan mampu memberikan
pertimbangan holistik ke arah pengembangan keterampilan dan peningkatan sumber daya orang
dewasa yang berkualitas.