Professional Documents
Culture Documents
http://www.esnips.com/web/MQFiles
Definisi Ghibah
Definisi ghibah dapat kita lihat dalam hadits Rasulullah e berikut ini:
"Ghibah ialah engkau menceritakan saudaramu tentang sesuatu yang
ia benci." Si penanya kembali bertanya, "Wahai Rasulullah,
bagaimanakah pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar ada
padanya ?" Rasulullah e menjawab, "kalau memang benar ada
padanya, itu ghibah namanya. Jika tidak benar, berarti engkau telah
berbuat buhtan (mengada-ada)." (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud,
dan Ahmad).
1
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan
janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang." (QS. Al-Hujurat: 12)
Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan Riyadhu As-
Shalihin, menyatakan bahwa ghibah hanya diperbolehkan untuk
tujuan syara' yaitu yang disebabkan oleh enam hal, yaitu:
2
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa." (QS. An-Nisa: 149)
a. Apabila ada perawi, saksi, atau pengarang yang cacat sifat atau
kelakuannya, menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib
memberitahukannya kepada kaum muslimin. Hal ini dilakukan untuk
memelihara kebersihan syariat. Ghibah dengan tujuan seperti ini jelas
diperbolehkan, bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadits.
Apalagi hadits merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin
setelah Al-Qur'an.
3
untuk kebaikan semata.
4
Pengajian : Jauhilah Ghibah
Apalagi jika teman yang kita ajak ngobrol, tidak ada kerjaan, rasanya
waktu seharian
5
Dalam hadist riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda: 'Maukah kamu
saya tunjukkan dosa yang paling besar? Para Sahabat menjawab:
"Tentu wahai Rasulullah, beliau mwengulang sampai tiga kali, yang
pertama menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua."
Posisi Nabi ketika itu dalam leeadaan bersandar kemudian duduk, dan
beliau melanjutkan lagi, "Ucapan dusta dan saksi palsu, ucapan dusta
dan saksi palsu." Beliau mengulang-ulang sampai saya berkata dalam
hati semoga berhenti.
6
5. Boleh melakukan ghibah terhadap orang fasiq, ahli bid'ah dan
penguasa yang zalim demi tujuan untuk memberikan peringatan
kepada orang, agar tidak melakukan perbuatan serupa; dan
7
Melihat dampak buruk yang disebabkan oleh ghibah, alangkah
baiknya ketika kita sedang berkumpul, kalau belum bisa
mengucapkan suatu ucapan yang baik dan bermanfaat, maka lebih
baik diam. Diam bisa menjadikan seorang selamat dari kebencian.
Semakin banyak orang barbicara semakin banyak pula kesalahan
yang diucapkan.
8
keduanya, maka dia harus membubarkan perkumpulan tersebut agar
tidak berlanjut.
9
10
Bersikap Wara
Fadhilah:
3. tidak akan merasa kecewa: Rosul mengajarkan 4 hal yg membuat kita tidak akan
merasa kecewa: Menjaga amanah, bicara jujur, baik dlam akhlaq, memelihara diri.
11
Contoh wara:
Kisah umar dan ibnu umar ttg pembagian santuan, 3500 dirham abdullah bin umar krn
Umar bin abdul azziz, mematikan lilin utk berbicara dgn anaknya.
12
Makanan
Kita tahu bahwa Islam adalah agama yang mudah, ringan dan tidak merupakan beban buat
umatnya. Termasuk dalam masalah makanan. Dalam syariah Islam, kita diperintahkan untuk
melakukan segala sesuatu berdasarkan dalil yang kuat, bukan dengan asumsi dan
perasaaan.
Ketika kita shalat dan yang kita lihat secara pisik bahwa pakaian kita bersih, tempat
shalatnya juga bersih, maka kita harus meyakini bahwa keduanya suci dan bersih. Kita
diharamkan bersikap was-was yang berlebihan, seperti was-was kalau-kalau ada setitik najis
pada pakaian kita atau tempat shalat yang tidak kita sadari. Sehingga kemudian malah
Sikap berlebihan seperti ini justru dilarang dalam Islam. Sikap wara' (berhati-hati) tidak bisa
disamakan dengan sikap was-was dan ragu-ragu 。 Nahnu nahkumu biz-zhowahir, wallahu
Keterkaitannya dengan hukum makanan di negeri minorita muslim, maka kita patut berhati-
hati, tetapi juga tidak boleh was-was berlebihan. Sehingga malah menyusahkan diri sendiri.
Kalau kita selalu curiga kepada orang lain, maka hidup ini akan semakin sempit, dan agama
Adalah hak setiap muslim untuk menjaga diri dari hal-hal yang meragukan hatinya. Apabila
seseorang kurang yakin atas kehalalan suatu makanan, meski tidak ada fatwa yang
mengharamkannya, tidak mengapa bila dia tidak menyantap makanan itu, sebagai sebuah
sikap wara' (hati-hati) dari terkena kemungkinan jatuh kepada yang haram.
Pakaian.
Adapun bila seseorang merasa harus mengenakan sarung di atas celana panjangnya dalam
shalat, dengan semua alasan di atas, dan dia menerapkannya hanya untuk dirinya sendiri,
tidak mengapa hukumnya. Mungkin malah lebih afdhal, karena dia telah bersikap hati-hati
(wara').
Namun kewaraannya itu tidak boleh menjadi hukum halal dan haram. Dia tidak boleh
memaksakan pendapatnya itu kepada orang lain, apalagi sampai harus memvonis orang lain
dengan hujatan kesalahan. Sikap wara' yang baik adalah terbatas hanya untuk dirinya
13
sendiri, bukan dengan jalan menghina atau menyalahkan orang lain yang tidak seperti
dirinya.
14
Musik .
Demikianlah pendapat ulama tentang mendengarkan alat musik. Dan jika diteliti dengan
cermat, maka ulama muta`akhirin yang mengharamkan alat musik karena mereka
mengambil sikap wara` (hati-hati). Mereka melihat kerusakan yang timbul di masanya.
Sedangkan ulama salaf dari kalangan sahabat dan tabi`in menghalalkan alat musik karena
mereka melihat memang tidak ada dalil baik dari Al-Qur`an maupun hadits yang jelas
15