You are on page 1of 12

Lucky Kristi

K2E009061
Persamaan Keadaan

A. Persamaan Keadaan

Persamaan keadaan adalah persamaan termodinamika yang menggambarkan


keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan keadaan banyak
berhubungan dengan materi seperti temperatur, tekanan, dan volume.

Apabila volume (V), suhu (T) dan massa (m) diatur dengan nilai tertentu, maka nilai
tekanan (p) tidak bisa sebarang. Ada pun hubungan antara besaran-besaran ini adalah:

f(p, V, T, m) = 0

Hubungan ini disebut persamaan keadaan.

Biasanya persamaan keadaan dituliskan berdasarkan sifat-sifat alam bukan berapa


banyak material berada, sehingga besaran ekstensif diganti dengan nilai spesifiknya.
Seperti V menjadi v=V /m sehingga persamaan keadaan menjadi:

f(p, v, T) = 0

Persamaan ini bervariasi dari satu zat ke zat yang lain. Hubungan antar satu sama
lain biasanya tidak sederhana.

B. Persamaan Gas Ideal

Hukum Boyle

Robert Boyle, melakukan serangkaian percobaan menggunakan tabung gelas


bentuk-J yang ujung bagian pendeknya tertutup. Air raksa ditambahkan ke dalam
tabung, memerangkap sejumlah tetap gas di ujung tabung yang pendek dan tertutup.
Kemudian perubahan volume gas diukur dengan teliti seiring ditambahkannya air
raksa sedikit demi sedikit ke dalam tabung. Tekanan gas kemudian dapat ditentukan
dengan menghitung perbedaan ketinggian air raksa di bagian pendek tabung yang
Lucky Kristi
K2E009061
tertutup dan bagian panjang tabung yang terbuka. Melalui percobaan ini, Boyle
mencatat bahwa perubahan volume gas berbanding terbalik dengan tekanan. Bentuk
matematikanya dapat dituliskan sebagai berikut:

Hukum Charles

Jacques Charles menyelidiki hubungan antara suhu dan volume gas. Berdasarkan
hasil percobaannya,Charles menemukan bahwa apabila tekanan gas dijaga agar selalu
konstan, maka ketika suhu mutlak gas bertambah, volume gas pun bertambah,
sebaliknya ketika suhu mutlak gas berkurang, volume gas juga berkurang. Secara
matematis ditulis sebagai berikut :

V/T = Konstan

Hukum Gay-Lussac

Joseph Gay-Lussac melakukan percobaan dengan menjaga volume gas agar selalu
konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, suhu mutlak gas pun bertambah.
Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, suhu mutlak gas pun
berkurang. Secara matematis ditulis sebagai berikut :

p/T = Konstan

Menurut tiga hukum ini, hubungan antara temperatur (T), tekanan (p) dan volume
(V) sejumlah n mol gas dengan terlihat.

Tiga hukum Gas

Hukum Boyle  V = a/p (pada T, n tetap) 


Hukum Charles  V = b.T (pada p, n tetap) 
Hukum Gay-Lussac  V = c.n (pada T, P tetap)
Lucky Kristi
K2E009061
Jadi, V sebanding dengan T dan n, dan berbanding terbalik pada p. Hubungan ini
dapat digabungkan menjadi satu persamaan:

V = RTn/p

atau

pV = nRT

R adalah tetapan baru. Persamaan di atas disebut dengan persamaan gas ideal.
Nilai R bila n = 1 disebut dengan konstanta gas, yang merupakan satu dari konstanta
fundamental fisika. Nilai R beragam bergantung pada satuan yang digunakan. Dalam
sistem metrik, R = 8,2056 x10–2 dm3 atm mol-1 K-1.

Kini, nilai R = 8,3145 J mol-1 K-1 lebih sering digunakan.

C. Permukaan p-V-T Dari Gas Ideal

Apabila peubah p, V, T digambarkan pada tiga buah sumbu yang saling tegak lurus,
akan menggambarkan suatu permukaan yang di sebut permukaan gas ideal. Seperti
gambar di bawah ini :
Lucky Kristi
K2E009061
 Pada proses isotermal:
p
1
p1 pv = RT = konstan.
11
Sering disebut sebagai “Hukum Boyle”.

p2
2

V1 V2
11 1

 Pada proses isovolume:


p

p2
11
p= ( nRV ) T =konstan x T
Sering disebut sebagai “Hukum Gay-Lussac”.

p1
11
V

 Pada proses isobaris:

p
V= ( nRP ) T =konstan x T
Sering disebut sebagai “Hukum Charles”.

V
V1 V2
Lucky Kristi
K2E009061
ISOTERMIS, ISOVOLUMIS, DAN ISOBARIS

Perubahan keadaan dalam suatu sistem dapat terjadi dalam berbagai proses yaitu
isotermis, isovolumis dan isobaris.

Proses isotermis adalah proses suatu sistem gas dimana temperatur (T) tersebut
konstan. Pada proses isotermis berlaku hukum Boyle yang dapat dituliskan:

pV = konstan

Atau

p1 V 1= p2 V 2 = konstan

Proses isobaris adalah proses suatu sistem gas dimana tekanan (p) tersebut konstan.
Pada proses ini berlaku hukum Charles yang dituliskan:

V/T = konstan

Atau

V1 V2
= = konstan
T1 T2

Proses isovolumis adalah proses suatu sistem gas dimana volume (V) tersebut
konstan. Pada proses ini berlaku hukum Gay-Lussac yang dituliskan:

p/T = konstan

Atau

p1 p 2
= = konstan
T1 T2
Lucky Kristi
K2E009061

D. Persamaan Keadaan Gas Van Der Walls

Gas yang mengikuti hukum Boyle dan hukum Charles, disebut gas ideal. Namun,
didapatkan, bahwa gas yang kita jumpai, yakni gas nyata, tidak secara ketat mengikuti
hukum gas ideal. Semakin rendah tekanan gas pada temperatur tetap, semakin kecil
deviasinya dari perilaku ideal. Semakin tinggi tekanan gas, atau dengan dengan kata
lain, semakin kecil jarak intermolekulnya, semakin besar deviasinya. Paling tidak, ada
dua alasan yang menjelaskan hal ini. Pertama, definisi temperatur absolut didasarkan
asumsi bahwa volume gas real sangat kecil sehingga bisa diabaikan. Molekul gas
pasti memiliki volume nyata walaupun mungkin sangat kecil. Selain itu, ketika jarak
antarmolekul semakin kecil, beberapa jenis interaksi antarmolekul akan muncul.

Fisikawan Belanda Johannes Diderik van der Waals (1837-1923) mengusulkan


persamaan keadaan gas nyata, yang dinyatakan sebagai persamaan keadaan van der
Waals atau persamaan van der Waals. Ia memodifikasi persamaan gas ideal dengan
cara sebagai berikut: dengan menambahkan koreksi pada p untuk mengkompensasi
interaksi antarmolekul; mengurango dari suku V yang menjelaskan volume real
molekul gas.

Cukup banyak usulan tentang hubungan p-V-T pada gas real yang lebih akurat
daripada gas ideal. Beberapa didapatkan dari fakta empiris murni, lainnya berasal
dari asumsi-asumsi mengenai sifat-sifat molekul.

Van der Waals mengusulkan persamaan:

Besaran a dan b adalah konstanta-konstanta yang tergantung pada macam gas.


Sedangkan T adalah suhu yang timbul karena adanya gaya interaksi antara molekul-
molekul.
Lucky Kristi
K2E009061
a
Apabila harga v* sangat besar, dapat diabaikan terhadap p dan b diabaikan
v∗¿2 ¿
terhadap v maka diperoleh persamaan gas ideal.

Bentuk persamaan keadaan gas riil lain yang bermanfaat adalah:

B2
pv∗¿ A+
C2
v∗¿+ ¿
v∗¿2 +… ¿

Dengan A, B2 , C2,... adalah konstanta-konstanta yang tergantung pada temperatur


yang disebut koefisien virial sedang persamaan keadaan diatas disebut persamaan
keadaan dalam virial.

Untuk gas ideal jelas bahwa A=RT dan koefisien virial lainnya sama dengan nol
B,C,..=0. Persamaan keadaan gas Van der Walls dalam bentuk virial adalah:

pv∗¿ R T ¿ ¿

Dari teorema binomial:

¿¿¿

Maka persamaan virial keadaan gas Van der Walls menjadi:

( R Tb−a)
pv∗¿ R T +
R Tb2
v∗¿+ ¿
v∗¿2 +… ¿

Selain persamaan tersebut diatas terdapat persamaan keadaan virial gas dari
persamaan Beattle Bridgeman

R T ( 1−E )
pv∗¿
A
v∗¿2 ( v∗+ B ) + ¿
v∗¿2 ¿
Lucky Kristi
K2E009061

Dengan:

A=A 0 ¿

B=B0 ¿

C
E=
v∗¿ T 3 ¿

E. Permukaan p-V-T dari Zat Riil

Untuk zat riil, fase gas hanya ada pada temperatur yang cukup tinggi dan
tekanan rendah.

Cair

Gas

Padat
Titik Triple

Titik tripel adalah harga temperatur pada saat bentuk padat, cair dan gas dari
zat dalam keseimbangan fase. Titik tersebut menggambarkan perpotongan antara titik
peleburan, penguapan, pengembunan. Kurva tersebut menyatakan kesetimbangan dari
ketiga zat.
Lucky Kristi
K2E009061
Pada permukaan p-V-T, titik tripel tampak sebagai garis tripel, (ditunjukan
pada gambar) disebabkan karena tekanan dan temperatur dari titik tripel ditetapkan
tetapi volume jenisnya berubah bergantung pada proposi dari setiap fase.

Permukaan p-V-T zat murni Permukaan p-VT zat murni


mengerut pada waktu membeku memuai pada waktu membeku

F. Koefesien Ekspansi dan Koefesien Krompresibilitas

Koefesien Ekspansi (β ¿

Perubahan volume terhadap kenaikan temperatur persatuan volume pada tekanan


tetap. Koefisien ekspansi volume menunjukkan seberapa jauh material berkembang
terhadap agitasi termal.

Secara umum dapat didefinisikan koefisien ekspansi volume:

1 ∂V
β= ( ) Satuan (K )
V ∂p p
-1

Jika suatu sistem diganggu dengan menaikan temperatur dari T1 ke T2. Maka akan
terdapat perubahan volume untuk setiap perubahan temperatur. Didefinisikan
koefesien ekspansi kubik rata-rata ( β́) sama dengan fraksi perubahan volume
perderajad kenaikan temperatur. Jika pada temperatur mula-mula T 1volumenya
sebesar V 1 dan pada temperatur T 2 volumenya V 2maka β́ dapat ditulis juga sebagai
berikut :
Lucky Kristi
K2E009061

1 V 2−V 1 ∆V
β́= ( = )
V 1 T 2−T 1 V 1 ∆ T

Jika tekanan dijaga konstan, maka nilai koefesiensi (β ¿ pada temperatur T adalah :

 Dalam volume spesifik :

β= ( VΔVΔT )
1 P

 Untuk gas ideal :


1 nR 1
β= =  (khusus gas ideal, tidak berlaku umum)
p V T

Koefesien Krompresibilitas (κ ¿

Jika suatu sistem mendapat tekanan, maka sistem akan mengalami perubahan volume.
Misal tekanan dan volume mula-mula adalah p1 dan V 1. Kemudian tekanan diubah
menjadi p2. Karena adanya tekanan sebesar ∆p = p2− p1, volume bahan mengecil
menjadi V 2. Didefinisikan kompresibilitas rata-rata (κ ¿

Kompresibilitas isotermal suatu material:


p2

1 ∂V
κ=−
V ∂p ( ) T

Tanda negatif disebabkan karena volume selalu menyusut bila tekanan naik, jadi
(∂V/∂p)T bernilai negatif. Sehingga kompresibilitas merupakan besaran bernilai
positif.
Lucky Kristi
K2E009061

Nilai Koefesien Krompresibilitas (κ ¿ untuk gas ideal

1 ∂V 1 −nRT 1
κ=− ( )
V ∂p T
=−
V P (
2
T
=
p )
G. Persamaan Keadaan dari Sistem Selain Sistem p-V-T

1. Sistem kawat teregang

Suatu kawat logam ditempatkan dalam teganganτ dan temperatur T. Jika


panjang mula-mula dari kawat logam adalah L0 dan temperatur mula-mula T 0,
maka persamaan keadaan dari kawat adalah

τ
[
L=L0 1+
γA
+ α (T −T 0 ) ]
Dengan γ adalah modulus young isotermal, α adalah koefisien ekspansi linier
dan A adalah luas penampang kawat. Tegangan τ merupakan peubah intensive
dan L merupakan peubah ekstensive.

2. Sistem magnetik material

Jika suatu bahan paramagnetik ditempatkan pada medan magnet luar,


magnetisasi M bergantung pada intensitas magnet H dan temperaturnya T ,
jika temperaturnya tidak terlalu rendah dan medan magnetnya tidak terlalu
besar, maka besar magnetisasi adalah

CH
M=
T
Lucky Kristi
K2E009061
Dengan C adalah konstanta karakteristik dari bahan. Persamaan ini disebut
hukum Curie. Jika m adalah momen magnetik, maka:

CVH
m=
T
3. Sistem dielektrikum

Polarisasi listik P dari suatu medan listrik luar E diberikan oleh persamaan
serupa:
b
( )
P= a+
T
E

Dimana a dan b merupakan karakteristik konstanta dari suatu dielektrik.


Polarisasi P adalah momen dipol persatuan volume dan momen dipol total
p=PV , maka:

( Tb )VE
P= a+

You might also like