You are on page 1of 17

Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

BAB I
PASAR MODAL DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Tujuan Intruksional:
1. Umum : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat memahami tentang
pasar modal dan pembangunan ekonomi
2. Khusus : Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa dapat:
1. Mengerti tentang peranan pasar modal bagi pembangunan
2. Mengerti tentang kebutuhan dana
3. Menganalisis manfaat pasar modal
4. Menjelaskan sejarah pasar modal Indonesia
5. Mengerti perkembangan pasar modal Indonesia

1. Peranan Pasar Modal Bagi Pembagunan


Pembangunan nasional memerlukan dana investasi dalam jumlah yang tidak sedikit.
Dalam pelaksanaannya diarahkan untuk berlandaskan pada kemampuan diri sendiri,
disamping memanfaatkan sumber lainnya sebagai pendukung. Sumber luar negeri tidak
mungkin selamanya diandalkan untuk pembangunan. Oleh karena itu diperlukan usaha yang
sungguh-sungguh untuk mengarahkan dana investasi yang bersumber dari dalam negeri, yaitu
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, dan penerimaan devisa.
Salah satu ciri negara sedang berkembang adalah tingkat tabungan masyarakat yang
masih rendah, sehingga dana untuk investasi menjadi tidak mencukupi (Bruce Lyoid,
1976,p.46). (Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, 1995: 1) Untuk mengatasi kelangkaan dana
itu banyak negara berkembang yang terlibat dengan pinjaman luar negeri. Meskipun pada
kenyataannya tabungan di negara sedang berkembang masih rendah dibandingkan dengan
negara-negara maju, tetapi yang lebih penting dalam era pembangunan sekarang ini adalah
mengupayakan efektivitas meningkatkan pengarahan dana tabungan itu, lembaga-lembaga

1
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

keuangan perbangkan maupun non-perbankan dituntut bekerja lebih keras lagi untuk
meningkatkan pemupukan dana masyarakat.
Pasar modal dipandang sebagai salah sarana yang efektif untuk mempercepat
pembangunan suatu negara. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal merupakan wahana
yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke
sektor-sektor produktif. (Panji Anoraga dan Ninik Widiyanti, 1995: 2)
Apabila pengerahan dana masyarakat melalui lembaga-lembaga keuangan maupun
pasar modal sudah dapat berjalan dengan baik maka dana pembangunan yang bersumber dari
luar negeri makin lama makin dikurangi. Pada tahap awal perkembangannya, kegiatan
ekonomi hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Bila pemenuhan tersebut masih
menyisakan dana, maka orang akan cenderung berupaya menyimpannya di tempat mereka
anggap paling aman dan menguntungkan. Tempat tersebut adalah bank, yaitu berupa tabungan
atau deposito.
Bila tabungan sudah cukup banyak, masyarakat akan mencari alternatif lain dalam
uapaya memaksimalkan return yang dapat diterimanya. Alternatif lain adalah investasi. (T.
Umar Laksmana, 1996: 12). Penyaluran sumber investasi dapat ditempuh dengan berbagai
cara. Ada berinvesatasi yang wujud yaitu dalam bentuk tanah, rumah atau emas. Ada pula
berinvestasi yang tidak berwujud yaitu dengan turut menanamkan modal pada suatu
perusahaan (direct placement), atau membeli surat-surat berharga dipasar uang. (SBI, SBPU)
atau membeli saham dan obligasi di pasar modal.
Di pasar modal, pemilik modal tidak turut campur dalam kegiatan sehari-hari. Tetapi,
mereka lebih berkepentingan terhadap deviden dan keuntungan modal (capital gain) dari
saham perusahaan tersebut. Pemodal sewaktu-waktu dapat beralih dari suatu perusahaan ke
perusahaan lain sesuai dengan keinginannya.
Dengan berkembangnya pasar modal, dimana perusahaan-perusahaan dapat menjual
saham dan obligasinya di bursa efek, maka hal ini sejalan dengan tujuan pemerataan hasil
pembangunan, membuat kesempatan kerja sehingga pengangguran dapat dikurangi, yang pada
akhirnya akan mengurangi ketegangan sosial di kalangan masyarakat.

2
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Dana yang diperoleh perusahaan yang go-public dapat dipergunakan untuk


memperluas jaringan usaha, baik yang telah ada, maupun usaha yang baru. Kondisi yang
demikian ini akan memperluas kesempatan kerja. Di pihak lain dengan dimilikinya saham-
saham oleh pemodal perorangan, memberikan kesempatan kepada masyarakat luas memiliki
saham yang selama ini dimiliki oleh keluarga tertentu maupun pengusaha-pengusaha kaya saja.
Keadaan demikian ini secara politis akan dapat mengurangi ketegangan sosial dalam
masyarakat.
Manfaat lain dari berkembangannya pasar modal adalah pendayagunaan secara
optimal dana yang dimiliki oleh masyarakat untuk dimanfaatkan dalam mendorong
pembangunan. Keterbatasan pembiayaan pembangunan dari sektor pemerintah diharapkan
dapat dipenuhi dari masyarakat atau swasta sendiri.
Sebagai kesimpulan, peranan pasar modal bagi pembangunan adalah dapat mendorong
laju pertumbuhan ekonomi, mendorong investasi, penciptaan lapangan kerja, mengurangi
pengangguran di masyarakat, dan dapat membantu mengurangi beban anggaran pembiayaan
pembangunan pemerintah.
Dengan demikian, perkembangan perekonomian lebih jauh dapat mendorong pula
tumbuhnya spesialisasi bidang keuangan yang pada gilirannya mendukung kemajuan bidang-
bidang lainnya seperti, perdagangan, dan pertanian. Oleh karena itu, kamajuan sektor
keuangan pada umumnya dan di pasar modal khususnya telah menjadi salah satu indikator
dalam mengukur perkembangan ekonomi suatu negara.

2. Kebutuhan Dana
Sebagaimana diketahui bahwa perekonomian Indonesia adalah berlandaskan Azas
kekeluargaan seperti dituangkan dalam pasal 33 UUD 1945. Azas ini mengandung makna
bahwa perekonomian nasional harus diarahkan untuk mencapai kemakmuran masyarakat yang
berkeadilan sosial. Hal ini berarti para pelaku ekonomi dituntut untuk selalu bekerjasama guna
mencapai tujuan tersebut. Untuk itu pemerintah telah menyusun program pembangunn
nasional secara bertahap dalam bentuk Program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) yang
dimulai sejak tahun 1969. Pelita demi Pelita yang dilaksanakan selama ini menunjukkan hasil

3
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

yang nyata dengan keberhasilan Indonesia untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional yang cukup tinggi.
Disamping itu, keberhasilan ini juga ditunjukkan melalui penurunan jumlah penduduk
Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam PELITA VI yang lalu, jumlah dana
yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 7,1% adalah sebesar Rp 815
trilyun. (Marzuki Usman, 1997: 3). Jumlah ini relatif besar apabila hanya menjadi beban
pemerintah sendiri. Dalam hal ini pemerintah hanya menyediakan 23% dari jumlah dana
tersebut dan sisanya diharapkan disediakan oleh sektor swasta 77%.
Kebutuhan dana hanya mungkin direalisir apabila ditunjang oleh peningkatan
peranan sektor keuangan yang antara lain meliputi perbankan, lembaga keuangan bukan bank,
leasing, asuransi, dana pensiun, modal ventura dan pasar modal. Sejak diaktifkan kembali
pada tanggal 10 Agustus 1977, dibandingkan dengan sektor perbankan, pasar modal
merupakan lembaga yang baru memperkenalkan diri untuk dimanfaatkan oleh pencari dana
dan penyedia dana. Baik perbankan maupun pasar modal, keduanya adalah lembaga yang
bahu-membahu. Hal ini sesuai dengan makna yang terkandung didalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, bahwa pasar modal saat ini merupakan pelengkap
dan bukan pesaing perbankan. (T. Umar Laksmana, 1996 : 13).
Di pasar modal, para pengusaha yang ingin mendapatkan dana segar dari pihak luar
bisa mendapatkannya, baik melalui bukti penyertaan (saham) maupun bukti hutang (obligasi)
yang ditawarkan kepada masyarakat yang memiliki sisa dana dan ingin melakukan investasi.
Banyaknya perusahaan yang menawarkan efek di pasar modal membuat masyarakat memiliki
banyak pilihan untuk berinvestasi.
Dengan demikian, pada dasarnya pengaktifan kembali pasar modal dilandasi oleh
adanya kebutuhan dana pembangunan yang semakin meningkat. Melalui pasar modal, dunia
usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang
diperlukan. Selain itu pengaktifan ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil
pembangunan melalui pemilikan saham-saham perusahaan serta penyedian lapangan kerja
dan pemerataan kesempatan berusaha.

4
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Dalam hubungannya dengan pemilikan saham melalui pasar modal, masyarakat dapat
ikut menikmati keberhasilan perusahaan melalui pembagian deviden dan peningkatan harga
saham yang diharapkan (capital gain). Keikutsertaan masyarakat ini juga berdampak positif
terhadap pengelolaan perusahaan melalui pengawasan langsung oleh masyarakat. Hal ini akan
mendorong pimpinan perusahaan untuk menerapkan manajemen secara lebih profesional
sehingga tercipta aktivitas usaha yang efisien.
Disisi lain, pasar modal juga merupakan salah satu indikator ekonomi yang utama
yang dapat digunakan oleh lembaga baik nasional maupun internasional. Lebih lanjut,
keberadaan pasar modal dapat membuka kesempatan berusaha baik bagi emiten maupun
lembaga penunjang pasar modal. Dengan diberikannya kesempatan bagi pihak swasta untuk
mendirikan bursa efek di daerah-daerah dan bursa paralel, maka unsur pemerataan akan
semakin tampak terutama bagi tumbuhnya sentra ekonomi baru di luar Jakarta.

3. Manfaat Pasar Modal


Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu:
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.
3. Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana
/perusahaan.
4. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra peusahaan
5. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil
6. CashFlow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal perusahaan
7. Emisi saham cocok untuk mebiayai perusahaan yang berisiko tinggi.
8. Tidak ada beban finansial yang tetap.
9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas,
10. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

Manfaat pasar modal bagi investor adalah:


1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut
tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

5
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

2. Memperoleh deviden bagi mereka yag memiliki/memegang saham dan bunga tetap
atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara
dalam RUPO bila diadakan bagi pemegang obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke saham B
sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi resiko.
5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi
resiko.

Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang:


1. Menuju ke arah profesional dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.
3. Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang.
4. Likuiditas efek semakin tinggi

Manfaat pasar modal bagi pemerintah:


1. Mendorong laju pembangunan.
2. Mendorong investasi
3. Penciptaan lapangan kerja
4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR)
5. Bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) mengurangi beban anggaran.

Manfaat Pasar Modal Bagi Perbankan dan LKBB


Dengan adanya pasar modal kegiatan bisnis lembaga perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank bertambah apabila mereka mengambil posisi di pasar modal, seperti
menjadi underwriter, quarantor, trustee, perantara perdagangan efek dan lain-lain sesuai
dengan aturan main masing-masing. Arti positif dari itu semua adalah mewujudkan sasaran
pembangunan nasional, yakni menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan per
kapita. Dengan adanya pasar modal, hubungan komplementer antara bank dan pasar modal,
semakin meningkat. Bank-bank yang memperluas modal dapat memanfaatkan pasar modal.

6
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Disamping itu, pasar modal dapat membantu nasabah bank untuk mangadakan restrukturisasi
modalnya. Dengan adanya pasar modal kekhawatiran akan salah arah tertuju pada kekuatan-
kekuatan yang bersifat monopoli akan menjadi terhindari. Pasar modal memperkuat sasaran
legal lending limit (Batas Maksimum Pemberian Kredit – BMPK) bank-bank.
Pasar modal juga dapat merupakan sasaran untuk berinvestasi bagi dana pensiun dan
perusahaan asuransi dengan jalan sebagian dana yang mereka himpun dibelikan kepada surat-
surat berharga yang dijual di pasar modal. Begitu pula halnya dengan Reksadana, juga dapat
menginvestasikan dananya di pasar modal.
Guna mengetahui manfaat pasar modal bagi lembaga-lembaga yang bergerak di
sektor keuangan (misalnya bank, dana pensiun, asuransi, reksadana) dapat dilihat pada skema
tentang penggunaan dana masyarakat, berikut ini:

7
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Gambar. 1
Skema Tentang Pemanfaatan Dana Masyarakat

Di Sektor
UU. Keuangan
No.7/1992 & UU No.13/1968
PP, KMK, dan SE-BI
DANA
MASYARAKAT
(PENGHASILAN) PERBANKAN
UU. No 11/1992 PENEMPATAN
Konsumsi PP dan MK PADA DUNIA
Konsumsi USAHA, BAIK
Pajak DANA PENSIUN DALAM
(UU. No.7/1983 BENTUK
DEBT
INSTRUMENT.
PASAR MODAL
EQUITY
UU. No.2/1992
PP dan MK UU No. 15/1952 PADA
Keppres 53/1990
KMK 1548/1990 SWASTA
ASURANSI PMA
UU. No. 8/1995
PMDN
UU No.7/1991 KOPERASI
REKSA DANA Keppres 53/1990 BUMN
SK.1548/1990

UU. No.7; Kep.MK No.1251

MODAL VENTURA
PERBANKAN
LAINNYA

8
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

4. Sejarah Pasar Modal Indonesia


Secara historis, Bursa Efek di Indonesia telah berdiri sejak tahun 1912. Efek-efek yang
diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (Batavia) terdiri dari saham dan obligasi yang diterbitkan
oleh perusahaan milik Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi pemerintah Hindia
Belanda dan lain-lain. Pada tahun 1925 didirikan pula Bursa Efek Semarang dan Surabaya.
Bursa efek tersebut terpaksa ditutup karena Perang Dunia meletus dan Belanda diduduki
Jerman pada tahun 1942. pada awal tahun 1950-an Bursa Efek kembali dibuka. Tetapi karena
kondisi politik dan ekonomi tidak mendukung, pada tahun 1958 pasar modal di Indonesia mati
dengan sendirinya. Jadi sejak awal abad 20 sampai sekarang, di Indonesia telah hidup tiga
periode pasar modal.
Indonesia baru memulai kembali kegiatan pasar modal sejak 10 Agustus 1977 dengan
dibentuknya Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Dalam sepuluh tahun pertama
pertumbuhan pasar modal di Indonesia masih lambat hanya 23 perusahaan yang melakukan
emisi saham dan 1 perusahaan menjual obligasi, baru pada dekade kedua telah terjadi
pertumbuhan yang cepat.
Bursa memang sangat marak sejak 1989, setelah pemerintah mengeluarkan berbagai
deregulasi, baik deregulasi di bidang ekonomi maupun di pasar modal. Perkembangan yang
sangat pesat terlihat dari meningkatnya jumlah emiten yang terdaftar dan kapitalisasi pasar di
Bursa Efek Jarkarta. Sampai pertengahan Juni 1997 jumlah emiten mencapai 282 perusahaan
dengan kapitalisasi pasar Rp 233,3 triliun.
Sejak dibuka kembali dalam tahun 1977 bursa diawasi dan dilaksanakan oleh
pemerintah, dalam hal ini BAPEPAM. Tahun 1992 pengelolaanya diserahkan kepada pihak
swasta dengan dibentuknya Bursa Efek Jakarta (BEJ). Kemudian Badan Penyelenggara Pasar
Modal (BAPEPAM) diubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
Kecepatan perkembangan pasar menghendaki efisiensi dan bursa harus diotomatisasi.
Inilah yang pada tahun 1995 melahirkan JATS (Jakarta Automated Trading System).
Kemudian kerangka hukum pasar modal Indonesia disempurnakan dengan dikeluarkannya
UU No.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Sejak itu kondisi pasar modal nasional semakin
bertambah mantap seiring dengan faktor fundamental makro ekonomi yang lebih tangguh.

9
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

5. Perkembangan Pasar Modal Indonesia


Dalam bagian ini akan disajikan dua hal. Pertama, perkembangan pasar modal di
Indonesia selama periode 1977 sampai dengan 1987 atau dalam era sebelum keluarnya
Kebijaksanaan Deregulasi di bidang pasar modal, yaitu Paket Desember 1987 (PAKDES
1987). Kedua, mengambarkan perkembangan pasar modal setelah tahun 1987 atau dalam era
deregulasi pasar modal (Paket Desember 1987).

Perkembangan Sebelum Deregulasi


Awal sejarah perkembangan pasar modal Indonesia dimulai dari ide untuk
mendapatkan dana dalam rangka membiayai pembangunan perekonomian khususnya yang
berkaitan dengan pembangunan secara besar-besaran di Indonesia. Berkiblat pengalaman di
pasar modal di negeri Belanda, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bursa efek di Batavia
yang sekarang bernama Jakarta. Bursa efek itu lebih dikenal dengan nama vereniging Voor de
Effecten Handel yang didirikan pada tanggal 14 Desember 1912. (Marzuki Usman dkk, 1990:
185-186).
Dengan berkembangannya bursa efek di Batavia, pada tanggal 11 Januari 1925 dibuka
Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Namun, perkembangan pasar modal di Indonesia tersebut terpaksa seluruhnya terhenti karena
terjadi Perang Dunia II.
Pada zaman pemerintahan Republik Indonesia Serikat, bursa efek Indonesia diaktifkan
kembali. Pada awal pengaktifan kembali Bursa Efek Indonesia tersebut banyak mengalami
kemajuan. Tetapi memasuki tahun 1958 keadaan perdagangan semakin lesu karena beberapa
hal seperti; (Marzuki Usman dkk, 1990: 187). Banyak warga Belanda yang meninggalkan
Indonesia, adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh pemerintah RI sesuai
dengan UU Nasionalisasi No.86 tahun 1958.
Pada tahun 1960 Badan Nasionaliasasi Perusahaan Belanda (BANAS), melakukan
larangan memperdagangkan efek-efek dengan mata uang Belanda. Kondisi terkahir ini sangat
mengurangi volume perdagangan efek di pasar modal Indonesia pada waktu itu. Keadaan
menjadi lebih parah lagi dengan berkembangannya tingkat inflasi yang tinggi sehingga sangat
merusak sendi-sendi kehidupan ekonomi. Bahkan menjelang akhir pemerintahan Orde Lama

10
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

tahun 1966, inflasi pernah mencapai 650%. Akhirnya bursa efek di Indonesia mati dengan
sendirinya.
Pemerintah mengaktifkan kembali pasar modal di Indonesia tahun 1977. Dimulai
dengan diterbitkan Keppres No.52 tahun 1976 yang mendasari didirikannya Badan Pembina
Pasar Modal atau BAPEPAM, sebagai lembaga yang membina dan mengatur pelaksanaan
teknik penyelenggaraan pasar modal di Indonesia.
Pada tanggal 10 Agustus 1977 Presiden Soeharto meresmikan pasar modal di zaman
Orde Baru. Pada awal pengaktifannya kembali, pasar modal Indonesia menawarkan beberapa
macam fasilitas perpajakan untuk merangsang masyarakat baik pengusaha, pemodal, maupun
lembaga-lembanga perantara agar mau terjun aktif di pasar modal.
Pada awal pengaktifannya kembali, perkembangan pasar modal Indonesia masih
lambat. Salah satu indikator yang valid untuk menilai kemajuan pasar modal di Indonesia
adalah mencermati perkembangan IHSG di BEJ. IHSG selama 5 tahun pertama sejak
diaktifkannya bursa pada tahun 1977 telah mengalami kenaikan dari titik 98,00 (1977)
menjadi 100,26 (1981). Jumlah emiten saham meningkat pesat dari 1 mencapai 24 perusahaan
(1987).
Disamping itu, dalam tahun 1983 untuk pertama kali diperkenalkan kepada
masyarakat, emisi obligasi badan usaha. Sampai dengan akhir tahun 1987 ada 3 perusahaan
yang menerbitkan emisi obligasi dengan nilai perdana Rp 114,2 miliar, yaitu Bapindo, PT.
Jasa Marga dan PT. Papan Sejahtera.
Demikian pula dengan aktivitas perdagangan saham di bursa juga megalami
kemajuan yang pesat selama 1981, 1982, dan 1983. Nilai kapitalisasi pasar saham sebelumnya
Rp 2,73 miliar (1977) meningkat menjadi 102,66 miliar (1983). Pekembangan ini mengalami
kemunduran setelah tahun 1983. Kemunduran ini selain akibat resesi dunia, juga karena
diberlakukannya Paket Deregulasi Perbankan 1 Juni 1983 dan kebijaksanaan di bidang
perpajakan yang mau tidak mau berdampak negatif terhadap perkembangan bursa efek di
Indonesia. Kelesuan pasar modal terlihat dengan merosotnya aktivitas di bursa yang ditandai
oleh menurunnya IHSG, volume, dan nilai perdagangan saham yang tercatat. Untuk lebih
jelasnya lihat tabel.1

11
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Tabel .1
Perekembangan Beberapa Indikator Bursa di BEJ
Tahun 1977 – 1987
Indikator
Perdagangan Saham Perdagangan Obligasi
Tahun
Volume NKPS Jumlah IHSG Volume NKPS Jumlah
(Juta lbr) (Rp M) Emiten (Juta lbr) (Rp M) Emiten
1977 0,014 2,73 1 98,0 - - -
1978 0,019 4,05 1 114,99 - - -
1979 0,019 23,93 4 110,03 - - -
1980 1,656 41,04 6 103,54 - - -
1981 2,889 48,60 8 100,26 - - -
1982 5,014 99,26 13 95,00 - - -
1983 3,507 102,66 23 85,62 0,25 0,11 3
1984 1,218 91,06 24 67,68 0,26 0,22 3
1985 1,886 89,33 24 66,53 0,27 0,25 3
1986 1,431 94,23 24 69,69 0,28 0,40 3
1987 2,523 100,09 24 92,58 0,29 0,53 3
Sumber : Statistik Pasar Modal Indonesia, PT. BEJ, 1997
Keterangan : NKPS (Nilai Kapitalisasi Pasar Saham)
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

Sebagaimana terlihat pada tabel 1, IHSG menunjukkan trend yang menurun masih
berada di atas 100 selama tahun 1978-1981. Setelah itu IHSG tetap mengalami penurunan dan
mencapai titik terendah pada angka 66,53 pada akhir tahun 1985. Kemudian IHSG berangsur-
angsur meningkat kembali dan mencapai angka 82,43 pad akhir 1987.
Jumlah perusahaan yang memasarkan saham dan obligasi melalui pasar modal tahun
1984 bertambah dari 1 menjadi 27 perusahaan. Disamping itu dengan diberikannya peluang
kepada lembaga keuangan untuk menjadi pedagang efek, pada akhir tahun 1984 telah
mencatat 15 pedagang efek yang terdiri dari 6 bank, 5 LKBB, dan 4 badan usaha lainnya.
Sejak digiatkannya kembali pasar modal sebagai wadah pengerahan dana jangka
panjang pada bulan Agustus 1977 sampai dengan akhir tahun 1987 telah tercatat 24 perusahaan
yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat dan 3 perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Walaupun dalam tahun 1987 tidak terdapat tambahan perusahaan baru yang menawarkan
saham dan obligasi, saham dan obligasi yang tercatat dibursa menunjukkan pertambahan.
Dengan demikian sampai akhir tahun 1987 saham dan obligasi yang diterbitkan masing-
masing senilai Rp 100,09 miliar dan Rp 0,53 miliar.

12
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Perkembangan Setelah Deregulasi


Selama kurun waktu 5 tahun setelah diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia
menunjukkan perkembangan yang cukup mengembirakan sampai tahun 1983. Hal ini sejalan
upaya pemerintah untuk mendorong pertumbuhan pasar modal yang dilakukan melalui
pemberian berbagai fasilitas perpajakan kepada emiten, investor, dan lembaga penunjang pasar
modal.
Setelah berjalan lima tahun, fasilitas tersebut dihapuskan dengan diberlakukannya
Undang-Undang Pajak yang baru pada tanggal 31 Desember 1983. Dengan demikian maka
para investor, emiten, dan lembaga penunjang pasar modal mendapat perlakuan pajak menurut
penggolongan tarif pajak tersebut. Namun di sektor perbankan para deposan memperoleh
fasilitas perpajakan berupa penundaan pemungutan pajak penghasilan atas bunga deposito.
Ini berarti perlakuan pajak ini lebih memberatkan ke sektor pasar modal dan memberikan angin
pada sektor perbankan.
Disamping itu, diluncurkannya Paket Deregulasi 1 Juni 1983 yang mendorong
perkembangan sektor perbankan berdampak pada tingginya tingkat suku bunga deposito,
sehingga membuat para investor pasar modal banyak mengalihkan uangnya ke deposito
berjangka.
Dikeluarkannya kebijaksanaan dan fasilitas yang ditujukan untuk perkembangan
sektor perbankan di atas membawa pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan pasar
modal. Dengan adanya iklim pasar modal yang kurang menguntungkan ini maka aktivitas
pasar modal menjadi lesu. Selama kurun waktu 1983 sampai dengan pertengahan tahun 1988
pasar modal mengalami kemandegan, dalam arti tidak ada tambahan perusahaan yang go
public.
Berdasarkan pengamatan terhadap faktor-faktor tersebut yang dipandang oleh
pemerintah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pasar modal, maka pemerintah
meluncurkan 3 perangkat penting kebijaksanaan di bidang pasar modal berupa
penyederhanaan-penyederhanaan. Adapun perangkat kemudahan-kemudahan yang dimaksud
dalam paket-paket deregulasi, yaitu Paket Kebijaksaan 23 Desember 1987 (PAKDES 1987),

13
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Paket kebijaksanaan 28 Oktober 1988 (PAKTO 1988), dan Paket Kebijaksanaan 20 Desember
1988 (PAKDES 1988). (BEJ, 1993).
Tabel .2
Perkembangan Beberapa Indikator Bursa Saham Di BEJ
Tahun 1987 – 1997
Indikator
Perdagangan Saham Jumla
Tahu Saham
Volume NKPS Jml Hari h NKPS
n IHSG Tercatat
(Juta lbr) (Rp M) Perdg Emite (Rp M)
(Rp Juta)
n
1977 2,52 5,18 246 82,58 58,57 24 100,10
1978 6,94 30,59 251 305,1 72,84 24 449,24
2
1979 95,79 964,27 247 399,6 432,84 56 4.303,44
9
1980 702,591 7.311,29 243 417,7 1.779,94 122 14.186,63
9
1981 1.007,92 5.778,25 245 247,3 3.729,94 139 16.435,89
9
1982 1.706,27 7.953,30 247 274,3 6.253,92 153 24.839,45
3
1983 3.844,03 19.086,24 246 588,7 9.787,39 172 69.299,60
6
1984 5.292,58 25.482,80 245 469,6 23.854,34 217 103.835,24
4
1985 10.646,4 32.357,50 246 513,8 45.794,66 138 152.246,46
4 4
1986 29.527,7 75.729,89 249 637,4 77.240,93 253 215.026,10
3 3
1987 76.599,1 120.335,1 246 401,7 135.668,8 282 159.929,86
7 7 1 8
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, Tahun 1990 - 1997
Keterangan : - Bagian Riset Bapepam, Jakarta Stock Exchange, PT.BEJ, 1997

Paket deregulasi yang dikeluarkan pemerintah tersebut hanya mampu mendorong


pertumbuhan pasar modal Indonesia. Hal ini tercermin pada pesatnya jumlah emiten yang
terlibat di pasar modal, jumlah dana yang dihimpun melalui pasar modal, dan perkembangan
IHSG yang melonjak tinggi jauh di atas angka 100 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Sampai tahun 1996, ternyata bursa efek Indonesia merupakan salah satu bursa efek
terbaik Asia Tenggara. Selama satu tahun IHSG tumbuh 24,01% atau naik 123,582 poin
menjadi 637,43. Secara umum kinerja Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada tabel I.2.

14
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Dari tabel.2 dapat dilihat ternyata secara umum kinerja Bursa Efek Jakarta mengalami
peningkatan yang sangat fantastis dari tahun 1991- Juli 1997. Dilihat dari volume transaksi
sahamnya, selama tiga tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat drastis.
Demikian juga untuk nilai transaksinya juga mengalami peningkatan. IHSG, nilai
kapitalisasi pasar, dan jumlah perusahaan yang listing, ternyata juga mengalami pertumbuhan
yang sangat fantastis.
Pada 10 Agustus 1997 lalu pasar modal Indonesia memasuki usia ke-20, suatu rentang
waktu yang tergolong pendek dalam lintasan sejarah bursa dunia. Meski masih muda,
kemajuan bursa di Indonesia cukup membanggakan. Salah satu indikator yang valid untuk
menilai kemajuan bursa Indonesia adalah perkembangan IHSG di BEJ. Selama 20 tahun sejak
diaktifkannya bursa pada 1977, IHSG telah mengalami kenaikan dari titik 98,00 (1977)
menjadi 637,43 (1996).
Prestasi ini tidak terlepas dari kondisi makroekonomi Indonesia yang dianggap
dikelola secara solid. Apalagi fundamental ekonomi Indonesia yang bagus ini juga
“diramaikan” oleh lembaga-lembaga asing yang mempunyai reputasi tinggi, seperti Bank
Dunia, World Economic Forum, atau majalah terkemuka The Economist. Berkat pendapat
positif lembaga-lembaga tersebut, investor merasa aman menanamkan uang di pasar modal
Indonesia. Dengan demikian pasar modal Indonesia tumbuh lebih pesat sejak diberlakukannya
berbagai deregulasi dan peraturan di bidang pasar modal.
Bergairahnya situasi pasar modal selama tahun 1996, terutama pada bulan Desember
1996 tampaknya terus berlangsung pada awal tahun 1997 sampai satu semester tahun 1997
dimana IHSG selalu bergerak ke atas posisi 600 point. Malahan mencapai puncaknya pada
tanggal 8 Juli 1997 yaitu pada posisi 740,83 point yang merupakan titik tertinggi sejak
diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia di tahun 1977.
Setelah mengalami masa kejayaannya di pertengahan tahun 1997, namun akibat
gejolak pasar uang, terutama depresiasi nilai rupiah terhadap Dollar sangat besar (± 400%)
pada awal tahun 1998 dan kenaikan tingkat suku bunga SBI yang berdampak kepada tingginya
suku bunga deposito berjangka (65%) menyebabkan IHSG merosot tajam hingga dibawah 300
point pada bulan September 1998 dan sepinya transaksi perdagangan di lantai bursa.

15
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Suramnya pasar modal pada tahun 1998 yang lalu juga disebabkan oleh tingkat inflasi
yang meningkat sangat tajam yaitu hampir mencapai 80% akibat dari nilai tukar Rupiah yang
merosot terus-menerus, meyebabkan harga-harga melonjak tajam, terutama barang-barang
yang dalam proses produksinya banyak mengunakan bahan baku import (imported inflativa).
Inflasi yang tinggi cenderung mengerek tingkat suku bunga ke atas. Dengan kondisi seperti ini
pemilik dana cenderung memindahkannya ke dalam deposito karena bunganya sangat tinggi,
sehingga dapat memberi hasil yang lebih besar.
Tingkat inflasi dan suku bunga yang tinggi, ditambah lagi dengan terjadi kerusuhan
13-15 mei 1998 dan situasi politik yang belum stabil merupakan siksaan bagi pasar modal dan
pelaku-pelakunya.

6. Pertanyaan
1. Jelaskan mengapa pasar modal sangat memegang perananan dalam pembangunan
suatu negara.
2. Bagaimana hubungannya pasar modal dengan kebutuhan dana untuk
pembangunan.
3. Analisislah manfaat pasar modal bagi emiten, investor dan lembaga penunjang.
4. Ceritakan secara singkat tentang sejarah pasar modal Indonesia dari Zaman
Belanda sampai sekarang.
5. Jelaskan perkembangan pasar modal sebelum dan sesudah deregulasi dan setelah
krisis tahun 1997.

7. Sumber Rujukan
Anoraga, Panji, Drs. dan Widiyanti Nunik, Dra., Pasar Modal: Keberadaan dan Manfaatnya
Bagi Pembangunan, Penerbit Renika Cipta Cetakan Kedua, Jakarta, 1995

Bank Indonesia., “Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia”, Laporan Tahunan Bank
Indonesia, Penerbit BI, Jakarta, berbagai edisi.

Bapepam., Sejarah dan Kebijakasanaa Pemerintah di Bidang Pasar Modal, dalam buletin
Bapepam, Bapepam, Jakarta, 1994.

______, Perkembangan Pasar Modal Indonesia., bagian Riset Pengelolaan Investasi dan
Riset Bapepam, PT. BEJ, 1997.

16
Pasar Modal dan Pembangunan Ekonomi

Roswita AB, SE. dan Nurkardina Novalia., SE. Seluk Beluk Pasar Modal Indonesia. Penerbit
UNSRI, Palembang 1999.

Usman, Marzuki, Riphat dan Syarir Ika., Pengetahuan Dasar Pasar Modal. Kerjasama Jurnal
Keuangan dan Moneter dengan Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1997.

______, ABC dan Pasar Modal Indonesia., Penerbit LIPPI dan ISEI Cabang Jakarta, Jakarta
1990.

17

You might also like