You are on page 1of 12

1

MODEL PEMBERDAYAAN PONDOK PESANTREN


SEBAGAI
PUSAT PENGEMBANGAN SAPI POTONG

Oleh :
Prof Dr Ir Soemarno MS, dkk.

RINGKASAN

Program ini dirancang dalam rangka ikut mendukung gerakan nasional


pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan melalui upaya
pemberdayaan dan penguatan kelembagaan PONPES sebagai pusat
pengembangan sapi potong, serta menerapkan teknologi inovatif dalam sistem
produksi sapi potong.
Program Payung Pemberdayaan PONPES ini ini terdiri atas lima
kegiatan yang saling berkaitan, yaitu:
1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-
potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-
kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong
berpendampingan (Kegiatan B)
3. Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar
dan para pendamping (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai
Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)
5. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan
Pendampingan (Kegiatan E)

Lokasi kegiatan adalah sbb:

No Wilayah PONPES RTP Pendamping


1 Tuban 1 unit 10 2
2 Magetan 1 unit 10 2
3 Blitar 1 unit 10 2
4 Lumajang 1 unit 10 2
5 Kediri 1 unit 10 2
2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gerakan terpadu revitalisasi pertanian, penanggulangan kemiskinan,


pemberdayaan masyarakat dan penguatan usaha ekonomi rakyat di seluruh
tanah air masih menghadapi tantangan dan kendala serius. Oleh karena itu
diperlukan berbagai terobosan kegiatan dan/atau program khusus untuk
mempercepat keberhasilan gerakan nasional tersebut.

Salah satu program khusus untuk mensukseskan gerakan nasional


dalam lingkup revitalisasi pertanian dapat dituangkan dalam Konsep
Pemberdayaan PONPES sebagai pusat pengembangan sapi potong melalui
Pendampingan. Program ini dikonsepkan bukan merupakan program yang
berdiri sendiri tanpa memerlukan dukungan program lain, namun justru melalui
program inilah diharapkan dapat dipadukan berbagai program sektoral maupun
regional yang diarahkan untuk pengembangan ekonomi wilayah dan masyarakat
pedesaan. Dengan demikian dampak positif daripada program ini akan semakin
besar dan pada akhirnya kemiskinan dan keterbelakangan secara berangsur-
angsur dan pasti dapat ditanggulangi. Sebagai suatu program yang strategis
dan koordinatif, dalam pelaksanaan program ini harus dipupuk dan dibina
semangat kebersamaan yang tinggi di antara berbagai pihak yang terkait baik
yang berkedudukan "membantu" maupun yang "dibantu", termasuk PONPES
dan masyarakat di sekitarnya.

Salah satu bentuk kegiatan penunjang dalam kerangka implementasi


program ini ialah Penyiapan PONPES dan masyarakat sekitarnya (Majelis ta’lim)
untuk mampu menjadi "pengusaha" Agribisnis Sapi Potong. Dengan dukungan
bentuk-bentuk program khusus dapat dilakukan DIKLAT dan Program Aksi
pendampingan dengan tujuan meningkatkan akses dan kualitas sumberdaya
PONPES dan masyarakat sekitarnya sebagai kader pembangunan bangsa dan
pada gilirannya mampu bersama-sama dengan masyarakat luas
mengembangkan usaha agribisnisnya (dengan basis Produk Unggulan Sapi
Potong).

Dengan memperhatikan kenyataan bahwa kelembagaan sosial di


pedesaan dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada belum memadai untuk
mengembangkan usaha ekonomi desa, serta keterbatasan akses masyarakat
terhadap berbagai fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang disediakan
pemerintah, maka diperlukan upaya khusus untuk menyiapkan tenaga
pendamping dan para santri PONPES sebagai kader pembangunan mandiri
yang berwawasan wirausahawan.

1.2. Analisis Situasi


3

Memberdayakan PONPES sebagai pusat pengembangan Agribisnis Sapi


Potong berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang diharapkan dapat
diterima dan diterapkan oleh masyarakat PONPES. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kecepatan proses penerimaan innovasi adalah : (1) sifat
innovasi, (2) saluran komunikasi yang digunakan, (3) keadaan masyarakat
PONPES yang akan menerima innovasi, (4) peran pendampingan, (5) jenis
pengambilan keputusan. Teknologi innovasi yang akan di innovasikan
hendaklah mempertimbangkan persyaratan yaitu dari segi teknis, sosial dan
ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah dilaksanakan oleh penerima; segi
sosial, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah atau norma masyarakat yang
ada dan segi ekonomi, memberi keuntungan.
Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai
pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan
mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala face -
to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di
lingkungan PONPES mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan
metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima. Dalam pada itu
peranan pendamping sangat mutlak. Dengan pendampingan purna waktu yang
berkualitas maka akan lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada
obyeknya.
Pendamping sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : (1)
menguasai ilmu pengetahuan (IPTEK), (2) pandai bergaul menghormati norma-
norma yang ada, (3) mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk men-
sukseskan programnya. Pendamping hendaknya dapat dengan cepat mampu
menganalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek
dan segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh
klien (masyarakat) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan
instruksi dari pendamping yang berkompeten; bahkan oleh pemimpin non
formal. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan saluran pendampingan yang
efektif agar teknologi itu dapat segera diterima oleh klien (petani).

1.3. Perumusan Masalah

Permasalahan Petani-Pekebun Kopi Rakyat


Beberapa hal yang diperkirakan menjadi permasalahan yang dihadapi
adalah:
(1). Permasalahan Kapabilitas dan Ketersediaan Sumberdaya bagi proses
agribisnis sapi potong. Kendala sumberdaya megakibatkan tingginya biaya
produksi yang harus dikeluarkan oleh produsen, akibat selanjutnya ialah
proses produksi kurang efisien dan harga jual produk yang relatif tinggi. Hal
ini diperburuk oleh semakin mahalnya harga-harga sarana produksi pada
tingkat masyarakat.
4

(2). Keterbatasan penguasaan faktor produksi, khususnya sarana produksi.


Sejumlah besar rumah tangga hanya menguasai lahan yang relatif sempit.
Hal ini diperkirakan juga berpengaruh terhadap minat petani untuk berwira-
usaha.
(3). Surplus tenagakerja pedesaan dengan ketrampilan teknis dan manajemen
yang terbatas, karena terbatasnya kesempatan untuk berlatih secara
efektif.. Sebagai dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, sebagian
besar tenagakerja (penduduk usia produktif) sedang menganggur musiman.
(4). Keterbatasan alternatif pilihan teknologi produksi, teknologi pasca panen
dan pengolahan hasil, serta teknologi non pertanian. Kelompok petani kecil
di desa tidak mempunyai akses yang memadai untuk menentukan
alternatif usaha tanaman dan agro-teknologinya, sehingga produktivitas
marginalnya sangat rendah. Perkembangan lapangan kerja off-farm juga
belum didukung oleh teknologi tepat guna yang memadai, atau masih
bersifat kecil-kecilan dan sederhana sekali.
(5). Keterbatasan informasi teknologi inovatif, pembinaan, fasilitas permodalan,
proteksi usaha dan kesempatan (opportunity), suatu lingkaran yang lazim
dalam bisnis modern. Hampir dalam setiap kegiatannya mereka harus
melakukan secara swakarsa dan bersedia untuk harus puas dengan apa
yang menjadi miliknya saja, tanpa keinginan untuk lebih dari apa yang
mungkin. Sementara itu faktor produksi unggulan tersebut dikuasai oleh
sektor perkotaan industrial, terutama dalam wujud informasi, teknologi dan
fasilitas permodalan.
(6). Nilai tukar perdagangan (term of trade) barang produk pedesaan lebih
rendah terhadap barang produk perkotaan atau sektor modern. Hal ini
mengakibatkan warga desa kurang memperoleh surplus yang berarti,
hampir dalam semua lapangan pekerjaan yang dilakukan, sehingga tidak
memungkinkan melakukan akumulasi kapital. Hal ini dapat dilihat dari
rendahnya nilai tukar petani.
(7). Terbatasnya volume uang yang beredar di pedesaan, hal ini merupakan
dampak dari produktivitas marjinal yang sangat rendah atau nol dan
keterbatasan fasilitas kredit resmi yang masuk ke desa. Sebagian besar
penduduk di pedesaan jika memerlukan kredit untuk tambahan modal akan
mencari pada saluran kredit atau lembaga keuangan non- formal.
(8). Rendahnya tingkat kesejahteraan rumah tangga petani yang pada
kenyataannya sangat berhubungan erat dengan (a). Masalah pendapatan
yang diperoleh, (b). Masalah Gizi dan pangan, (c). Masalah kesehatan, (d).
Masalah aksesibilitas bisnis, (e). Masalah lingkungan pemukiman, (f).
Masalah Pendidikan, (g). Masalah penguasaan IPTEK/Ketrampilan, (h).
Masalah pemilikan lahan, (i). Masalah Kesempatan kerja, dan (j). Masalah
prasarana/sarana kebutuhan dasar.

1.4. Hasil Yang Diharapkan


5

1. Rancangan model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat Pengembangan


Agribisnis Sapi Potong melalui kegiatan pendampingan purna waktu. Model
ini diharapkan dilengkapi dengan:
a. Rancangan Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha di kalangan
PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-kendala yang
dihadapi dalam mengembangkan usaha sapi potong.
b. Paket Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Sekolah Lapangan
Agribisnis Sapi Potong
c. Pandunan DIKLAT Singkat Profesional Pendampingan untuk usaha
agribisnis sapi potong.
d. Panduan Pendampingan untuk usaha agribisnis Sapi potong.
e. Panduan Uji Petik Model pemberdayaan PONPES sebagai Pusat
Pengembangan Agribisnis Sapi Potong dengan Pendampingan.

2. Model Pemberdayaan PONPES ini dimaksudkan mempersiapkan PONPES


dan masyarakat semitarnya sebagai Kader Pembangunan yang mandiri dan
pelaku agribisnis sapi portong yang tangguh dan mempunyai kualifikasi khusus,
yaitu:
a. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk
mendukung kiprahnya dalam kegiatan sosial-ekonomi di pedesaan, serta
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan
lingkungan masyarakat sekitarnya .
b. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
b.1. Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan koperasi agribisnis di
pedesaan dan usaha ekonomi rakyat
b.2. Wawasan dan ketrampilan pragmatis kewira-usahaan dan kepeloporan,
khususnya dalam lingkup agribisnis Sapi potong
b.3. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha Bisnis di Pedesaan:
Agribisnis, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan manajemen
kelembagaan keuangan,

II. TUJUAN DAN MANFAAT

Merancang dan menguji-coba Model pemberdayaan PONPES sebagai


Pusat Pengembangan Agribisnis Sapi Potong melalui kegiatan pendampingan
agribisnis. Penerapan model ini diharapkan akan dapat bermanfaat dalam:
1. Ikut mendukung program revitalisasi pertanian, pemberdayaan dan
penguatan ekonomi rakyat, melalui penyiapan PONPES dan
masyarakat sekitarnya sebagai kader wirausahawan yang handal.
2. Memantapkan wawasan serta pemantapan sikap-mental wira-usaha
stakeholder sebagai kader pembangunan yang mandiri dan berjiwa
wirausahawan.
6

3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi stakeholder sebagai


pengelola usaha produktif dalam wadah lembaga ekonomi rakyat yang
mandiri dan mengakar di masyarakat.

Tujuan Khusus

1. Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-


potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-
kendala yang dihadapi (Kegiatan A).
2. Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong
berpendampingan (Kegiatan B)
3. Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar
dan para pendamping (Kegiatan C).
4. Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai
Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)
5. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan
Pendampingan (Kegiatan E)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran adalah PONPES dan masyarakat sekitarnya , serta
para calon pendamping.

3.3. Metode yang digunakan

3.3.1. Jenis-jenis kegiatan

A. KEGIATAN A:

Menyusun Sistem Informasi tentang Minat berwira-usaha agribisnis sapi-


potong di kalangan PONPES dan masyarakat sekitarnya, serta kendala-
kendala yang dihadapi (Kegiatan A).

1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui persepsi, minat dan tanggapan/respon masyarakat PONPES dan
sekitarnya terhadap pengembangan program pembelajaran kewira-usahaan
2. Mengetahui kendala-kendala yang dirasakan oleh PONPES dan masyarakat
sekitarnya dalam mengaktualisasikan minat wira-usahanya
3. Mengetahui opini, saran/pendapat dari kalangan PONPES dan masyarakat
sekitarnya , serta suasta masyarakat terhadap upaya pemberdayaan wira-
usaha agribisnis sapi potong
7

4. Mengetahui minat dan kendala yang dihadapi oleh PONPES dan masyarakat
sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis sapi potong
5. Menganalisis sejauh mana kendala teknologi inovatif dan permodalan
membatasi usaha agribisnis Sapi potong.

3. Metode Pengumpulan Data / Informasi

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode survei yang


melibatkan sejumlah sampel calon pendamping, PONPES dan masyarakat
sekitarnya.
Wawancara langsung dilakukan oleh enumerator yang terlatih dan
menggunakan daftar isian terstruktur yang disusun berdasarkan konsep yang
diuraikan di atas.

B. KEGIATAN B

1. Judul Kegiatan:

Merancang Panduan Paket Sistem Sekolah Lapang Agribisnis Sapi-potong


berpendampingan (Kegiatan B)

2. Tujuan Khusus

1. Merancang dan Menyiapkan Sistem pembelajaran dan bahan ajar bagi


sekolah lapangan agribisnis sapi potong dalam bentuk:
a. Kurikulum
b. Silabus
c. GBPP
d. SAP
e. Hand-Out ( Diktat, Buku )

2. Sistematik modul-modul :
a. Pokok bahasan
b. Sub pokok bahasan
c. Tujuan intruksional
d. Petunjuk cara mempelajari pokok bahasan dan sub pokok bahasan
e. Buku acuan yang disarankan
f. Uraian dan contoh
g. Teori /konsep
h. Contoh/aplikasi
i. Ringkasan
j. Tugas dan latihan
k. Daftar istilah
l. Soal-soal latihan
8

m. Kunci jawaban soal-soal latihan

3. Metode dan Pendekatan

a. Rangkaian kegiatan
1. Diskusi antar anggota Tim penanggung-jawab dan tim penyusun modul
bahan ajar dengan tujuan untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah
dalam melaksanakan pekerjaan/tugas masing-masing
2. Pembuatan Draft Modul Bahan Ajar denan mengunakan refernsi yang relevan
serta sistematika modul yang cocok untuk pendidikan profesional kewira-
usahaan sapi potong
3. Pembahasan Draft Modul bahan ajar, melalui kegiatan semi-loka yang
melibatkan Tim penyusun, instruktur kewira-usahaan, pendamping, instansi
teknis terkait, dan Masyarakat PONPES
4. Penyusunan Buku pedoman: Modul-modul Kewira-usahaan, dengan
mengakomodasikan hasil-hasil pembahasan dalam semi-loka

C. KEGIATAN C

1. Judul Kegiatan:

Melaksanakan Rekruitment dan SLASP bagi PONPES, masyarakat sekitar


dan para pendamping (Kegiatan C).

2. Tujuan Khusus

Program pendidikan dan pelatihan ini pada hakekatnya tujuannya secara


keseluruhan adalah:
1. Mendukung program revitalisasi pertanian, dan penguatan usaha ekonomi
rakyat, melalui penyiapan pendamping dan kelompok masyarakat di
pedesaan sebagai kader wirausahawan yang handal, khususnya komoditi
sapi potong.
2. Memantapkan wawasan kebangsaan /Ketahanan Nasional serta pemantapan
sikap-mental para peserta sebagai kader pembangunan yang mandiri dan
berjiwa wirausahawan.
3. Menumbuhkan dan meningkatkan kualifikasi calon pendamping usaha
agribisnis sapi potong.
4. Memberikan bekal tambahan mengenai pengetahuan umum tentang
pembangunan koperasi pedesaan, permasalahan kemiskinan , teknologi
tepatguna agroteknologi, dan pengetahuan lain yang terkait dengan kewira-
usahaan dan manajemen agribisnis komoditi sapi potong.

Setelah DIKLAT selesai diharapkan peserta sebagai Kader Pembangunan yang


mandiri dan Wirausahawan Muda Pedesaan menguasai dan mempunyai
kualifikasi khusus, yaitu:
9

1. Sikap mental dan wawasan wira-usaha yang dapat diandalkan untuk


mendukung kiprahnya dalam kegiatan agribisnis di pedesaan, serta
mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dan berintegrasi dengan
lingkungan masyarakat desa sekitarnya .
2. Menguasai dasar-dasar pengetahuan dan ketrampilan teknis tentang:
2.1. Kewira-usahaan: Agribisnis komoditas unggulan sapi potong
2.2. Pengalaman dalam aplikasi Manajemen usaha agri-bisnis di Pedesaan:
Agribisnis sapi potong, Koperasi, Kemitraan dalam usaha, dan
kelembagaan keuangan,
2.3. Operasionalisasi sistem agribisnis sapi potong: perencanaan,
pelaksanaan dan tindak lanjut pengendalian usaha bisnis di pedesaan .
2.4. Kemampuan sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi
kelompok masyarakat pedesaan di sekitarnya .

3. MATERI DAN PROSES DIKLAT

A. Materi
Materi pelatihan dikelompokkan menjadi empat program (rinciannya
terlampir), yaitu
(1). Program 1. Program Pembekalan dan Pemantapan sikap mental, wawasan
dan pengetahuan praktis Kewira-usahaan
1. Pengantar Kewira-usahaan
- Orientasi umum organisasi dan kewirausahaan
- Rambu-rambu Kewira-usahaan
- Membangun cooperate culture
- Teknik Bisnis Plan
2. Perilaku Wirausaha dan Sikap-mental wirausaha
3. Achievement motivation ; Organisasi dan manajemen

(2). Program 2. Program Pembekalan Pengetahuan dan Ketrampilan


Teknis dalam lingkup Manajemen Agribisnis Sapi potong:
1. Manajemen Agribisnis
2. Usaha produksi (Pembesaran dan Penggemukan) Sapi potong
3. Pembentukan dan pembinaan kelembagaan
4. Agroteknologi Sapi potong
5. Manajemen Pemasaran Hasil

(3). Program 3. Program Pembekalan Dasar Ketrampilan Wirausaha , mulai dari


tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian/pemantauan, serta
evaluasi usaha agribisnis Sapi potong.
1. Administrasi praktis dan pembukuan ; Wawasan perdagangan antar
pulau dan export/import
2. Teknik manajemen kelayakan/ Penyusunan Studi Kelayakan ;
Operasi bisnis: Agribisnis Sapi potong
3. Teknik membuat kontrak kerja bisnis
10

(4). Program 4. Program simulasi dan kunjungan lapangan dalam usaha-usaha


agribisnis sapi potong.

D. KEGIATAN D

1. Judul Kegiatan:

Melaksanakan Ujicoba Pendampingan Pemberdayaan PONPES senagai


Pusat Pengembangan Sapi Potong (Kegiatan D)

2. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan keberdayaan pendamping bersama dengan masyarakat


pedesaan dalam wira-usaha agribisnis komoditas sapi potong
2. Meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap upaya
pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui penerapan teknologi
inovatif dalam agribisnis sapi potong
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat
diakses oleh angkatan kerja di pedesaan yang kehilangan pekerjaan
akibat dampak krisis ekonomi.
4. Meningkatkan citra komoditas sapi potong rakyat sebagai salah satu
komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan

(1). Memberikan wawasan kepada para pstakeholder agar siap dan mampu
berwira-usaha dengan berbekal pengalaman bermitra mengembangkan
usaha agribisnis sapi potong.
(2). Membantu berkembangnya petani kecil mandiri di pedesaan berbasis pada
tersedianya sumberdaya alam dan ketrampilan yang telah dimiliki khalayak
sasaran.
(3). Membantu mewujudkan kemitraan antara PONPES dan masyarakat
sekitarnya dalam mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara
melembaga.

3. Tahapan Pelaksanaan

(1). Tahap Persiapan

Persiapan dari segi kelembagaan


(1). Menetapkan rencana lokasi penerjunan sesuai dengan pertimbangan segi
keterjangkauan dan keringanan biaya (lokasi di wilayah PONPES dan
sekitarnya).
11

(2). Melakukan peninjauan dan pengkajian lokasi yang direncanakan untuk


memudahkan penyelenggaraan kegiatan lapangan.
(3). Mengurus perijinan pada Pemerintah Daerah Tingkat II, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan, berkaitan dengan pemilihan lokasi dan rencana
penerjunan.
(4). Menjalin kerja sama dengan berbagai instansi terkait, berkaitan dengan
penyelenggaraan kegiatan pembekalan maupun penyelenggaraan kegiatan
lapangan.
(5). Berdasarkan hasil peninjauan dan pengkajian, maka disusunlah
perencanaan kegiatan pembekalan dan penyelenggaraan kegiatan
lapangan.

(2). Latihan Pembekalan: Tujuan Khusus Pembekalan

Setelah selesai mengikuti Latihan Pembekalan pendamping diharapkan


dapat:
(1). Mempersiapkan diri baik secara fisik rnaupun mental untuk mengabdi
kepada kelompok sasaran.
(2). Mengidentifikasi berbagai permasalahan riil yang dihadapi oleh kelompok
sasaran dan berusaha untuk mencarikan solusinya.
(3). Menyusun, mengaktualisasikan dan menilai tingkat keberhasilan program
kerja yang telah disusun di masing-masing lokasi.

Materi Pembekalan

Secara garis besar materi pembekalan program pendampingan terdiri atas


4 bagian yaitu:
(1). Materi tentang misi, visi, tujuan dan latar belakang perlunva kegiatan
pendampingan.
(2). Materi tentang pendekatan sosial dan teknik penyusunan laporan.
(3). Materi tentang bagaimana mengevaluasi kegiatan pendampingan.
(4). Ruang lingkup kegiatan pendampingan.

(3). Metode dan Pendekatan: Sekolah Lapangan


Ujicoba model Usaha Agribisnis Sapi potong dilakukan di lingkungan
PONPES dan sekitarnya, dimana petani pemilik bertindak sebagai “manajer
usaha” dan didampingi oleh tim pendamping profesional purna waktu. Kegiatan
ujicoba ini meliputi :
1. Persiapan kelompok : lahan dan kepemilikannya; orientasi kelompok
2. Perencanaan usaha agribisnis komoditas Agribisnis Sapi potong
3. Penyiapan lahan dan pengadaan sarana produksi
4. Pelaksanaan budidaya tanaman hingga panen
5. Penanganan pasca panen dan Pemasaran/penjualan hasil
12

E. KEGIATAN E

1. Judul Kegiatan:

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Sapi Potong dengan


Pendampingan (Kegiatan E)

2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis kegiatan pendampingan dalam wira-usaha agribisnis


komoditas sapi potong
2. Mengevaluasi kepedulian terhadap upaya pemberdayaan masyarakat
pedesaan melalui penerapan teknologi inovatif dalam agribisnis sapi
potong
3. Menganalisis penciptaan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang
dapat diakses oleh masyarakat pedesaan.
4. Menganalisis citra komoditas sapi potong rakyat sebagai salah satu
komoditas unggulan wilayah.

b. Sasaran Kegiatan

(1). Para stakeholder agar siap dan mampu berwira-usaha dengan berbekal
pengalaman bermitra mengembangkan usaha agribisnis sapi potong.
(2). Petani kecil di pedesaan berbasis pada tersedianya sumberdaya alam dan
ketrampilan yang telah dimiliki khalayak sasaran.
(3). Kemitraan antara PONPES dan masyarakat sekitarnya dalam
mengembangkan usaha agribisnis rakyat secara melembaga.

3. Tahapan Pelaksanaan
........

You might also like