You are on page 1of 17

1

A. JUDUL
Mengubah Kulit Lidah Buaya (Aloe Vera) Yang Terbuang Menjadi Teh
Tubruk Berkualitas dan bernilai Ekonomi

B. LATAR BELAKANG MASALAH


Lidah buaya (Aloe Vera) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang
termasuk ke dalam suku Liliceae, sering ditanam dalam pot atau halaman rumah
hanya saja khasiatnya belum digunakan secara optimal, padahal lidah buaya ini
memiliki kandungan berbagai macam zat aktif yang dapat menyembuhkan penyakit.
Khasiatnya sebenarnya sangat beragam mulai dari menyehatkan rambut, mengobati
luka bakar, hingga aneka minuman sari lidah buaya (Fumawanthi, 2003).

Gambar : Lidah Buaya (Aloe Vera)

Lidah buaya merupakan tanaman sukulen tahunan, daunnya berdaging tebal


dan banyak mengandung lendir atau gel. Batang tananan lidah buaya berserat atau
berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutup oleh
daun yang rapat dan sebagian terbenam di dalam tanah. Daun lidah buaya berbentuk
tombak dengan helaian memanjang, berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau
keabu-abuan, dan memiliki lapisan lilin dipermukaan. Berdasarkan catatan sejarah,
tanaman lidah buaya berasal dari Afrika yaitu Mediterania, masuk ke Indonesia oleh
para pedagang China. Tanaman ini dapat tumbuh di daerah panas maupun dingin, dan
di dataran tinggi maupun rendah. Daerah pembudidayaan tanaman lidah buaya
umumnya ada di berbagai tempat di Indonesia, namun yang terbesar adalah di
Pontianak, Kalimantan Barat. Di daerah tersebut lidah buaya menjadi komoditas
agribisnis unggulan karena diolah secara beragam dan memiliki banyak penggemar.
2

Hampir sebanyak 80% hasil panen dipasok untuk memenuhi kebutuhan industri lokal,
sedangkan selebihnya diekspor. Wong Coco, salah satu produsen aneka olahan
minuman juga memperoleh bahan baku dari daerah tersebut.
Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gel-nya yang dapat membuat kulit
tidak cepat kering dan selalu kelihatan lembab, hal ini dikarenakan adanya senyawa
lignin dan polisakarida yang memberi kemampuan untuk menembus kulit secara baik
sekaligus sebagai media pembawa zat nutrisi kulit, tingkat kadar keasaman (PH) yang
sama dengan kulit manusia membuat lidah buaya aman digunakan sebagai kosmetik
kulit. Kandungan senyawa kimia pelepah lidah buaya lebih dari 200 jenis. Bagian
terbesar kandungan gel lidah buaya adalah air (98,5%), karbohidrat (0,3%), asam
amino, lipid, sterol, tanin, dan beberapa enzim. Asam amino yang terkandung
didalamnya dapat membantu perkembangan sel-sel baru, sekaligus menghilangkan
sel-sel yang telah mati. Selain itu, gel yang terkandung dalam lidah buaya
mengandung Aloectin B yang berguna sebagai pelindung luka dan mempercepat
tingkat penyembuhan sehingga banyak digunakan untuk mengobati luka bakar.
Menurut seorang pengamat makanan kesehatan (suplemen), Dr. Freddy Wilmana,
MFPM, Sp.FK, Aloe vera mengandung 72 jenis zat yang diperlukan oleh tubuh dan
18 diantaranya adalah asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim,
hormon, dan zat golongan obat lain seperti antibiotik, antiseptik, antibakteri,
antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan,
antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik.
Keunggulan lain lidah buaya ini dibanding tanaman lain yaitu pemeliharaan mudah,
produksi lebih tahan lama daripada tanaman lainnya dan terhadap hama tanaman.
Prospek tanaman lidah buaya sangat luas di antaranya sebagai tanaman obat( missal
laksatif, penghilang sakit karena gigitan serangga, obat asma dan batuk, penyembuh
luka, obat rematik, dan immunodulator), bahan baku kosmetika alami, tabir surya
alami, anti aging, anti inflamasi, shampoo, makanan dan minuman.
Manfaat produk yang dihasilkan dari lidah buaya dapat berupa shampo, pasta
gigi, makanan, dan aneka macam kosmetik lainnya bahkan ada yang dijual dalam
bentuk minuman sari lidah buaya dan koktail. Kegunaannya bagi kesehatan manusia
antara lain untuk mengobati sakit kepala/pusing, sembelit, luka bakar/infeksi, kejang
pada anak, kurang gizi, batuk rejan, muntah darah, kencing manis, wasir, peluruh haid
dan penyubur rambut.
3

Melihat manfaat yang begitu besar tersebut tidak salah jika lidah buaya
mampu menjadi tanaman unggulan di Kalimantan Barat khususnya Pontianak.
Namun, pemanfaatannya kebanyakan hanya berfokus pada penggunaan daging buah,
dan untuk kulit masih menjadi limbah. Tetapi sebenarnya untuk kulit lidah buaya juga
bisa di manfaatkan sebagai bahan pangan berupa teh lidah buaya, sehingga dalam hal
ini dapat memanfaatkan limbah yang tidak digunakan menjadi alternative pangan
yang bernilai ekonomis. Teh lidah buaya merupakan bentuk olahan dari kulit lidah
buaya yang dapat di sedu seperti meminum teh dari daun teh. Teh lidah buaya
memiliki khasiat untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap beberapa jenis
penyakit, menghilangkan stres, menyembuhkan sakit pencernaan dan mengeluarkan
sisa zat kimia dari tubuh. Antioksidan yang terkandung dalam teh lidah buaya pun
tinggi sehingga produk teh lidah buaya akan sangat bermanfaat untuk menjaga
kesehatan dan mengobati penyakit. Pengembangan agribisnis lidah buaya di Indonesia
terpusat di Pontianak Propinsi Kalimantan Barat. Lidah buaya juga banyak
diusahakan di Pulau Jawa, tetapi skala usahanya relatif sempit dan lokasinya
terpencar.
Di Jawa, pembudidayaan lidah buaya bisa dikatakan tidak sebesar seperti di
Pontianak sehingga peluang usaha teh lidah buaya sangat besar. Pengembangan lidah
buaya berada di Jawa Barat tepatnya di daerah Bogor dan Parung. Lidah buaya di
daerah tersebut dibudidayakan secara organik. Hasil produksinya digunakan sebagai
bahan baku pembuatan minuman kesehatan lidah buaya. Sedangkan di Jawa Timur
sendiri Lidah Buaya tidak memiliki daerah pembudidayaan yang khusus karena hanya
dijadikan sebagai tanaman obat dan hias, selain itu juga masih dalam skala kecil. Dari
uraian tersebutlah penulis tertarik untuk mencoba memanfaatkan kulit daun lidah
buaya sebagai minuman teh berkhasiat tinggi, karena selain masih minimnya pesaing
terutama di Jawa Timur, pola konsumsi masyarakat saat ini juga cenderung menyukai
produk terobosan baru yang jarang atau belum ada sebelumnya, sehingga produk teh
lidah buaya ini berpeluang untuk semakin memperkenalkan lidah buaya sebagai
tanaman obat bernilai tinggi dan bernilai ekonomis.

C. PERUMUSAN MASALAH
Program ini akan difokuskan pada pemecahan masalah-masalah yang
dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pembuatan teh berbahan dasar kulit lidah buaya (Aloe Vera)?
4

2. Bagaimana strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan teh berbahan dasar
kulit lidah buaya (Aloe Vera)?
3. Bagaimana analisa ekonomi tentang usaha teh berbahan dasar kulit lidah buaya
(Aloe Vera)?

D. TUJUAN
Tujuan dari Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan proses pembuatan teh berbahan dasar kulit lidah buaya (Aloe
Vera).
2. Mengembangkan strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan teh berbahan
dasar kulit lidah buaya (Aloe Vera).
3. Mendeskripsikan analisa ekonomi tentang usaha teh berbahan dasar kulit lidah
buaya (Aloe Vera).

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN


Adapun luaran yang diharapkan dari Program Kreativitas Mahasiswa di
bidang kewirausahaan ini adalah produk teh berbahan dasar kulit lidah buaya (Aloe
Vera) yang memiliki khasiat tinggi dan bernilai ekonomis.

F. KEGUNAAN
Adapun kegunaan dari Program Kreativitas Mahasiswa ini sebagai berikut.
1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan adanya peluang usaha baru,
yaitu pembuatan teh dari kulit lidah buaya.
b. Menambah nilai ekonomi lidah buaya di Indonesia.
c. Memperkenalkan khasiat lidah buaya kepada masyarakat bukan hanya sebagai
shampoo atau tanaman hias.
d. Mengurangi pengangguran di Indonesia
2. Bagi Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan mahasiswa.
b. Sebagai upaya pengaplikasian pengetahuan yang telah dimiliki sehingga
mampu menciptakan produk yang berguna bagi masyarakat dan bernilai
ekonomis.
5

c. Mengembangkan usaha teh lidah buaya dengan memanfaatkan kulit lidah


buaya yang berkhasiat tinggi dan bernilai ekonomis.

G. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA


Usaha teh dari kulit lidah buaya merupakan salah satu jenis usaha baru yang
sangat berpotensi di Indonesia khususnya di Jawa. Dengan produk baru yang belum
mendapatkan pesaing dan bahan baku yang cukup mudah didapat, akan sangat besar
potensi perkembangan usaha teh jika dikelola dengan baik khususnya di Jawa. Kulit
lidah buaya didapatkan dari sisa pengolahan daun lidah buaya yang telah diambil
daging buahnya yaitu di industri pengolahan lidah buaya, dan apabila memungkinkan
bisa juga dari daerah Pontianak yang merupakan daerah budidaya lidah buaya terbesar
di Indonesia, tanaman lidah buaya yang berasal dari Pontianak (Aloe Vera Chinensis)
merupakan tanaman lidah buaya terunggul di Indonesia dan bahkan telah mendapat
pengakuan dari dunia internasional. Tanaman jenis ini setiap pelepahnya memiliki
berat sekitar 0.8 – 1.2 kg dan dapat dipanen setiap bulan sejak bulan ke 10 -12 setelah
penanaman hingga tahun ke 5. Mutu panen setiap pelepah sebagian besar tergolong
mutu A yaitu tanpa cacat atau serangan hama penyakit daun. Berbeda dengan tanaman
lidah buaya yang dibudidayakan di luar Pontianak, seperti di Amerika dan Cina, setiap
pelepahnya memiliki berat hanya berkisar 0.5 - 0.6 kg dan dipanen hanya 1 kali
setahun karena kendala musim dingin. Selain dari Pontanak, di Jawa juga terdapat
daerah budidaya yaitu di Kabupaten Bogor. Pembudidayaan di Kabupaten Bogor ini
sudah berlangsung sejak lama, tetapi baru di kembangkan sejak tahun 2005.
Perkembangan lidah buaya ini didorong dengan adanya dorongan dari Pemerintah
Daerah Tingkat II. Terdapat setidaknya 13 desa yang menjadi daerah budidaya
tanaman lidah buaya yaitu Semplak Barat, Pasir Gaok, Mekarsari, Rancang Bungur,
Tajur Halang, Cibening, Tonjong, Gunung Menyan, Cijujung, Binong, Cikarawang,
Warung Menteng, Tanjung Bangil. Selain itu, di Jawa Tengah terdapat pula daerah
budidaya lidah buaya tepatnya di Kabupaten Purworejo. Kabupaten Purworejo
merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah yang berpotensi dalam pengembangan
usaha tani lidah buaya. Pengembangan lidah buaya di Kabupaten Purworejo tepatnya
di Desa Winong, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo. Produksi dan luas lahan
lidah buaya di Kecamatan Winong Kabupaten Purworejo menempati urutan pertama
di Propinsi Jawa Tengah. Hal ini merupakan kenyataan yang menunjukkan betapa
pentingnya peranan lidah buaya bagi ekonomi petani, kelangsungan produksi
6

agroindustri berbasis lidah buaya. Kebanyakan pengolahan lidah buaya menjadi


minuman lidah buaya di Kabupaten Purworejo dilakukan oleh industri skala kecil
yang masih menggunakan teknologi pengolahan yang cukup sederhana. Hasil akhir
yang nantinya akan dijual dalam bentuk minuman kesehatan, minuman lidah buaya
(nata de aloe).
Produsen dalam skala industri yang telah mengolah pelepah daun lidah buaya
menjadi makanan siap santap (dalam bentuk coktail) adalah PT. Niramas dengan
merek dagang Inaco dan PT. Keong Nusantara Abadi yang menggunakan merek
Wong Coco sedangkan eksportir pelepah segar yang tercatat diantaranya adalah PT.
Sumber Aloe Vera. Namun demikian tidak semua daerah budidaya di Indonesia
khusunya Jawa yang menjual kulit lidah buaya, cara yang paling lazim adalah dengan
membeli daun lidah buaya yang masih terdapat daging buahnya.
Jika memilih alternatif membeli daun lidah buaya yang masih terdapat daging
buahnya, maka kita bisa mengolah daging lidah buaya tersebut ataupun kita jual
kembali ke pasar yang membutuhkan. Namun harga daun lidah buaya yang masih
berisi daging buah terbilang cukup mahal, oleh karena itu dalam hal ini kita hanya
akan mengambil kulit daunnya saja yang nantinya akan digunakan sebagai teh. Di
daerah Purworejo sendiri sebenarnya kulit lidah buaya sudah diketahui kandungan
gizinya akan tetapi pemanfaatannya masih terbilang rendah, bahkan kebanyakan tidak
dimanfaatkan atau dibuang sebagai limbah. Dengan adanya situasi demikian kita
dapat memanfaatkan kulit daunnya untuk dibeli dengan harga yang lebih murah
dengan jumlah yang besar pula.
Proses pembuatan teh dari kulit lidah buaya sendiri terbilang mudah karena
tidak memerlukan waktu yang lama dan hasil produk pun tahan lama seperti layaknya
teh tubruk lain. Adapun langkah-langkah pembuatan teh berbahan kulit lidah buaya
sebagai berikut.
1. Kulit daun lidah buaya dicuci hingga bersih untuk kemudian ditiriskan.
2. Kulit daun yang sudah dicuci tersebut dipotong kecil-kecil dan dirajang seperti
daun teh atau bisa digunakan mesin perajang.
3. Jemur atau panaskan dibawah terik sinar matahari selama kurang lebih 4 hari atau
lebih sampai mengering.
4. Setelah kering, teh lidah buaya siap untuk di pack ke dalam wadah.
5. Beri label pada gelas kemasan.
6. Teh lidah buaya siap untuk dipasarkan.
7

Dapat pula di pasarkan dengan membuat teh racik yaitu dengan membuka
stand yang khusus melayani racikan teh tubruk sehingga dapat diminum langsung
di tempat dalam keadaan masih hangat. Sementara teh tubruk kemasan tetap
dipasarkan dengan cara dititipkan pada toko.

Adapun pemasaran teh dari kulit lidah buaya adalah sebagai berikut.
1. Perencanaan pemasaran dilakukan dengan memilih pasar sasaran yang dituju,
strategi yang digunakan, dan kemudian menganalisis peluang pasar.
2. Menentukan harga teh lidah buaya.
3. Mendistribusikan teh dari kulit lidah buaya melalui pedagang besar, agen, dan
pengecer.
4. Mempromosikan produk melalui promosi pribadi dan periklanan, seperti
penyebaran pamflet dan memperkenalkan teh dari kulit lidah buaya ke toko-toko
di Indonesia.
5. Evaluasi dan pengawasan pemasaran teh dari kulit lidah buaya.

Analisis Ekonomi

1. Perkiraan biaya produksi teh dari kulit lidah buaya.

Biaya tetap (Fixed Cost) untuk pack teh kulit lidah buaya.
Biaya bahan baku Rp 3.930.000
Biaya perlengkapan Rp 216.000
Biaya transportasi Rp 200.000
Biaya pemasaran Rp 206.500
Biaya konsumsi Rp 750.000
Jumlah biaya tetap Rp 5.302.500
Biaya Variabel (Variabel Cost) untuk pack teh kulit lidah buaya
Biaya penyusutan peralatan Rp 122.083
Biaya listrik dan telepon Rp 450.000
Jumlah Biaya variabel Rp 572.083+
Biaya total (Total Cost) Rp 5.874.583

2. Biaya Rata-Rata Per Unit (Average Cost)


8

Biaya rata-rata per unit (AC) = Biaya variabel + Biaya Tetap


Unit
= Biaya Total (Total Cost)
Unit
= Rp5.874.583
3.280
= Rp,1.791,03 (dibulatkan menjadi Rp 1.791)
Keterangan:
Diasumsikan peralatan pendukung memiliki umur ekonomis selama satu tahun,
dengan menggunakan metode garis lurus dan diperkirakan nilai residu peralatan
atau nilai sisanya adalah Rp 0,00
Maka penyusutan peralatan tiap bulan = Peralatan-Nilai Residu
Umur Ekonomis
= Rp1.465.000 – Rp 0,00
12
= Rp 122.083,33 = Rp 122.083

3. Perkiraan Penjualan Tabel 1


Bulan ke I II III IV
Produksi (unit) 700 770 850 960
Modal kerja untuk 4 bulan pertama Rp 10.000.000

Penjualan (unit) 684 750 823 930


Penjualan selama 4 bulan pertama 3.187 x @Rp3.500 = Rp11.154.500

Laba usaha selama 4 bulan pertama Rp 1.154.500


Keterangan :
1. Harga teh lidah buaya tiap kemasan adalah Rp 3.500
2. Perkiraan penjualan pada bulan pertama 65% dan selanjutnya meningkat
5% tiap bulannya.
3. Diperkirakan pada produksi bulan berikutnya akan memperoleh keuntungan
yang lebih karena sudah memiliki langganan (konsumen tetap) dan tidak
membutuhkan biaya pembelian peralatan sampai 7 bulan berikutnya.
4. Proyeksi Cash Flow Tabel 2
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4
Kas Awal 10.000.000 9.321.917 9.874.834 11.183.251
9

Pendapatan Penjualan 2.394.000 2.625.000 2.880.500 3.255.000


pengeluaran Investasi 2.500.000 1.500.000 1.000.000 500.000
HPP 9.894.000 10.446.917 11.755.334 13.938.251
Biaya 572.083 572.083 572.083 572.083
Saldo 9.321.917 9.874.834 11.183.251 13.366.168

Tingkat Pengembalian (BEP)


 Total Modal awal : Rp 10.000.000
 Modal Lancar : Rp 572.083
 Modal Tetap : Rp 5.302.500
 Harga per kemasan : Rp 3.500
 Pendapatan Per 3 bulan : 850 x Rp 3.500 = : Rp 2.880.500
 Keuntungan Per 3 bulan Rp 2.880.500-Rp 572.083 : Rp 2.308.417
 Keuntungan Per Bulan : Rp 2.308.417 / 3 bulan : Rp 769.472
 Diasumsikan 50% keuntungan diinvestasikan ke modal = 50% x
769.472 = Rp 384.736
Modal T � 屻tap
 BEP = x 1 bulan
50 % Keuntungan
5.302.500
 BEP = x 1 bulan = 13,7 bulan
384.736
Jadi modal awal sebesar Rp 10.000.000 dapat kembali selama 13,7
bulan dengan keuntungan sebesar Rp769.472

H. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan program kreatifitas mahasiswa ini melalui beberapa
prosedur yang dijabarkan sebagai berikut.

Konsultasi dengan pembimbing mengenai proposal PKMK

Riset pemasaran

Membuat rancangan desain produk


10

Melakukan kegiatan produksi

Evaluasi program membuat dan menyusun rencana tindak


lanjut

Merintis jaringan pemasaran

Membuat laporan dan menyusun rencana ke depan

Evaluasi Program

Membuat Laporan

I. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu 4 bulan dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel. Rincian kegiatan program yang akan dilaksanakan
Tabel 2
N Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
Kegiatan
o
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Konsultasi
Pembimbing
2. Riset Market
3. Membuat
Rancangan
Desain
4. Penyiapan
Tempat
5. Melakukan
Kegiatan
6. Merintis
Jaringan
11

Pemasaran
7. Evaluasi
Program
8. Membuat
Laporan dan
Rencana ke
depan

J. RANCANGAN BIAYA
1. Biaya Peralatan dan Perlengkapan
Timbangan 1 buah @ 100.000 =Rp 100.000
Bak ukuran besar 2 buah @ 30.000 =Rp 60.000
Pisau 3 x @ 5.000 =Rp 15.000
Panci 4 x @25.000 =Rp 100.000
Karung Jemur 5 buah x @ 5.000 =Rp 25.000
Baskom 10 buah x @ 10.500 =Rp 105.000
Sendok pengaduk 5 buah @ 3.000 =Rp 15.000
Termos Es 1 buah @ 100.000 =Rp 100.000
Kompor Gas 2 buah @ 275.000 =Rp 550.000
Tabung Gas 3 buah @125.000 =Rp 375.000
Gas LPG 16 tabung ukuran 3 kg @ 13.500 =Rp 216.000
Telenan 4 buah @ 5.000 =Rp 20.000+
Total Biaya Peralatan dan Perlengkapan 1.681.000

2. Biaya Bahan
Kulit lidah buaya 20 karung @ 100.000 =Rp 2.000.000
Gula Putih 50 kg @ 13.000 =Rp 650.000
Air mineral 80 galon @ 10.000 =Rp 800.000
Essen melati 48 botol @ 5.000 =Rp 240.000
Es Batu 120 balok @ 2.000 =Rp 240.000+
Total Biaya Bahan 3.930.000

3. Biaya Pengemasan
Botol kemasan isi 100 gram 200 botol @ 2500 =Rp 500.000
Kertas label 400 buah @ 1.200 =Rp 480.000
12

Lem 50 buah @ 4.000 =Rp 400.000


Gelas Plastik 250 cup @ 750 =Rp 187.500
Sedotan 300 buah @ 50 =Rp 15.000+
Total Biaya Pengemasan 1.582.500
4. Biaya Penunjang
Sewa tempat + meja kursi 4 bulan =Rp 1.200.000
Listrik dan telepon selama 4 bulan =Rp 450.000
Transportasi =Rp 200.000
Konsumsi =Rp 750.000
Biaya Pemasaran =Rp 206.500+
Total Biaya Penunjang 2.806.500+
Total Biaya Pengeluaran Rp 10.000.000

K. LAMPIRAN
1. BIODATA KETUA SERTA ANGGOTA KELOMPOK
A. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Identitas Diri
Nama : Rochman Hadi Mustofa
NIM : 108431417966
Fakultas/Jurusan/Prodi : Ekonomi/EKP/S1 Pendidikan Ekonomi
13

Tempat, tanggal lahir : Malang, 21 Februari 1990


Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat rumah : Jl. Kauman 112, Gondanglegi Kulon,
Gondanglegi, Malang
No telp/HP : 085755718545
Email : r0cj5t3r@yahoo.com

b. Riwayat Pendidikan
1. TK Al-Hidayah (1994-1996)
2. SDN Bacem V (1996-2002)
3. SLTPN I Ponggok (2002-2005)
4. SMAN I Srengat (2005-2008)
5. Universitas Negeri Malang
Jurusan Ekonomi Pembangunan (2008-sekarang)

Dengan ini saya menyatakan bahwa biodata ini ditulis dengan sebenarnya.

Malang, 30 Agustus 2010


Ketua Pelaksana

Rochman hadi Mustofa


108431417966

B. Anggota Kelompok 1
a. Identitas Diri
Nama : Achmad Ashrori Nahrun
NIM : 906322403622
Fakultas/Jurusan/Prodi : MIPA/Fisika/S1 Fisika
Tempat, tanggal lahir : Tulungagung, 05 Agustus 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat rumah : Ds. Tanen RT 02/03 Rejotangan, Tulungagung
14

Alamat di Malang : Jl. Sumber Sari Gg 5c No. 433D, Malang


No telp/HP : 085649208203

b. Riwayat Pendidikan
1. TK RA PSM Tanen (1992-1994)
2. SD Islam PSM Tanen (1994-2000)
3. SMP Islam PSM Tanen (2000-2003)
4. MAN Rejotangan (2003-2006)

Dengan ini saya menyatakan bahwa biodata ini ditulis dengan sebenarnya.

Malang, 30 Agustus 2010


Anggota Pelaksana

Achmad Ashrori Nahrun


906322403622

C. Anggota Kelompok 2
a. Identitas Diri
Nama : Fuad Noor Heza
NIM : 109711423843
Fakultas/Jurusan/Prodi : FIK/PJKR/S1 PJKR
Tempat, tanggal lahir : Ponorogo, 28 Februari 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat rumah : Jl. Lawu 06, Ponorogo
15

Alamat di Malang : Jl. Mayjend Panjaitan XIII No. 17, Malang


No telp/HP : 085335091915

b. Riwayat Pendidikan
1. TK Aisyah (1995-1997)
2. SD Ma’arif Ponorogo (1997-2003)
3. SMPN 3 Ponorogo (2003-2006)
4. SMAN 3 Ponorogo (2006-2009)
5. Universitas Negeri Malang
Jurusan PJKR (2009-sekarang)

Dengan ini saya menyatakan bahwa biodata ini ditulis dengan sebenarnya.

Malang, 30 Agustus 2010


Anggota Pelaksana

Fuad Noor Heza


109711423843

D. Anggota Kelompok 2
a. Identitas Diri
Nama : Rizal Dwi Putra
NIM : 209711429549
Fakultas/Jurusan/Prodi : FIK/PJKR/S1 PJKR
Tempat, tanggal lahir : Ponorogo, 06 Januari 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat rumah : Jl.Urip Sumoharjo 62, Ponorogo
16

Alamat di Malang : Jl. Mayjend Panjaitan XIII No. 17, Malang


No telp/HP : 085735310916

b. Riwayat Pendidikan
1. TK Bhayangkari (1995-1997)
2. SD Muhammadiyah (1997-2003)
3. SMPN 6 Ponorogo (2003-2006)
4. SMAN 3 Ponorogo (2006-2009)
5. Universitas Negeri Malang
Jurusan PJKR (2009-sekarang)

Dengan ini saya menyatakan bahwa biodata ini ditulis dengan sebenarnya.

Malang, 30 Agustus 2010


Anggota Pelaksana

Rizal Dwi Putra


209711429549

L. NAMA DAN BIODATA DOSEN PENDAMPING


1. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Imam Mukhlis, SE., M.Si (L)
2. NIP : 197203092003121001
3. Golongan Pangkat : Penata Muda Tk.I, III/b
4. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
5. Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Ekonomi Pembangunan
17

6. Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Malang


7. Riwayat Pendidikan :
Magister Ekonomi Pembangunan, UGM
Yogyakarta (2001); Doktor Ilmu
Ekonomi, Unibraw Malang (2008)

Dosen Pembimbing,

Dr. Imam MUkhlis, S.E., M.Si.

NIP. 197203092003121001

You might also like