You are on page 1of 14

1

A. Judul
“Pemanfaatan Amorphophallus campanulatus dalam Bentuk Bakpia Basah
Rendah Glisemik Khas Kota Blitar Sebagai Peluang Usaha Kuliner”

B. Latar Belakang Masalah


Suweg dengan nama latin (Amorphophallus campanulatus) merupakan
salah satu jenis umbi-umbian yang biasanya tumbuh secara liar dan belum
dimanfaatkan oleh masyarakat secara potensial. Padahal suweg mempunyai
kandungan gizi yang tinggi. Suweg juga memiliki banyak kelebihan, hasil
penelitian menunjukkan bahwa umbi suweg berpotensi sebagai pangan alternatif
diet bagi penderita diabetes mellitus karena nilai IG-nya cukup rendah yaitu
sebesar 42. Berdasarkan kajian inilah umbi suweg termasuk dalam bahan pangan
yang memiliki nilai IG rendah (< 55). Cara mengetahui nilai IG yakni dengan
mengukur peningkatan kadar glukosa dalam darah 2 jam setelah makan dengan
interval 30 menit. Bahan pangan yang memiliki IG rendah dapat dijadikan sebagai
pangan alternatif pencegahan yang murah untuk terapi diet penderita diabetes
melitus. Sebab, pangan dengan IG rendah bisa menekan peningkatan kadar gula
darah penderita. Kelebihan lain umbi suweg, kandungan serat pangan, protein dan
karbohidratnya cukup tinggi yaitu berturut-turut 13,71 persen, 7,20 persen dan 80
persen dengan kadar lemak yang rendah sebesar 0,28 persen. Konsumsi serat
pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap
timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular,
kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah dan kencing manis.
Adapun kandungan gizi dari 100 gram suweg adalah :
• 69 Kalori
• Protein 1,0 gr
• Lemak 0,1 gr
• Karbohidrat 15,7 gr
• Kalsium 62 mg
• Fosfor 41 mg
• Besi 4,2 mg
• Vitamin B1 0,07 mg
• Air 82 gr
2

• Bagian yang dapat dimakan 86 %


Suweg merupakan tumbuhan herba dan menahun, batangnya berbentuk
tegak, lunak, halus berwarna hijau atau hitam belang-belang putih. Batang tunggal
memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi
tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil berwarna cokelat
kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan suweg. Tinggi tanaman dapat
mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah.
3

Cara pembudidayaan tanaman suweg sangat mudah. Suweg dapat tumbuh


subur di dataran rendah hingga ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Tunas
yang terdapat di sekeliling umbi suweg harus dipilih untuk ditanam. Setelah tunas
terpilih, tanam tunas tersebut dalam lubang ± 15 cm. Suweg bisa tumbuh baik di
tempat tempat yang lembab dan terlindung dari sinar matahari. Tanah yang cocok
untuk ditanami suweg adalah campuran antara tanah humus, lempung , dan pasir
Tanaman ini membutuhkan suhu rata-rata harian 25 - 35 ° C. Curah hujan rata-
rata tahunan yang dibutuhkan antara 100 mm-1500 mm. Untuk hasil yang baik,
tanaman suweg menghendaki tanah yang subur serta tidak becek , selain itu
derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis
tanah apa saja. Naungan yang ideal untuk tanaman suweg adalah jenis Jati,
Mahoni Sono, dan lain-lain yang dapat menaungi serta terhindar dari kebakaran.
Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik,
sedangkan suweg dapat dipanen ketika memasuki usia 18 bulan dan sebaiknya
panen dilakukan pada saat batang suweg sudah membusuk karena pada saat ini
kandungan pati suweg maksimal dan beratnya dapat mencapai 5 kg. Sehingga di
daerah Blitar cocok dijadikan sebagai tempat pembudidayaan suweg.
Manfaat suweg sangat banyak sekali terutama untuk industri dan
kesehatan, karena kandungan zat glucomanan yang ada di dalamnya. Suweg
merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan prospek untuk
dikembangkan di Indonesia. Selain mudah didapatkan, tanaman ini juga mampu
menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen tinggi. Umbinya besar mencapai 5
kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan dengan beragam bahan
makanan. Sayangnya umbi ini semakin tidak diminati dan bahkan mulai langka.
Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Salah
satunya dapat dijadikan sebagai bahan dasar bakpia basah karena banyak
mengandung gizi dan akan banyak diminati oleh seluruh masyarakat dari berbagai
kalangan serta aman dikonsumsi oleh penderita diabetes karena mengandung
indeks glisemik yang rendah yang dapat menekan jumlah gula dalam darah.
Bakpia basah yang berbahan dasar suweg mempunyai nilai jual yang
tinggi dapat meningkatkan nilai jual suweg yang sebelumnya bernilai jual sangat
rendah dan tidak dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Blitar. Dengan
4

demikian, dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan menambah


nilai guna suweg. Di samping itu dapat mencipatakan peluang usaha baru bagi
masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat Blitar. Dengan adanya
pemanfaatan suweg sebagai bakpia basah yang menghasilkan produk lokal yang
berkualitas akan banyak diminati oleh masyarakat lokal atau wisatawan dan
mempunyai nilai jual yang tinggi.

C. Perumusan Masalah
Banyaknya tanaman suweg yang tumbuh liar di daerah Blitar dan belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Maka diperlukan pengolahan
suweg menjadi makanan olahan yang menyehatkan untuk dikonsumsi yaitu
bakpia basah yang rendah akan kandungan glisemik, sehingga dapat menciptakan
peluang usaha baru yang memberikan nilai tambah pendapatan bagi masyarakat
Blitar.

D. Tujuan
Umbi suweg yang banyak terdapat di kota Blitar pada khususnya dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi bakpia basah, sehingga memberikan nilai
tambah pada suweg itu sendiri yang pada akhirnya bisa menciptakan lapangan
kerja baru bagi masyarakat. Selain itu bakpia berbahan dasar suweg merupakan
makanan yang menyehatkan karena mengandung indeks glisemik yang rendah
sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes. Pemanfaatan umbi suweg
menjadi bakpia sekaligus menjadi strategi pengenalan makanan lokal khas kota
Blitar kepada masyarakat pada umumnya.

E. Luaran yang Diharapkan


Luaran program ini berupa praktek produksi bakpia basah dari suweg
dalam skala rumah tangga sehingga dapat memberikan nilai tambah pada suweg
itu sendiri, yang pada akhirnya dapat memberikan tambahan penghasilan pada
masyarakat. Selain itu kegiatan ini diharapkan mampu menciptakan home industri
bakpia khas kota Blitar yang mampu bersaing di pasaran.
5

F. Kegunaan
a) Dari segi sekonomis
1. Bagi masyarakat
Masyarakat kota Blitar dapat mengolah suweg menjadi bakpia
basah sehingga suweg yang semula dianggap sebagai tanaman liar
dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan tambahan
pendapatan bagi masyarakat.
2. Bagi pemerintah daerah
Pemanfaatan suweg menjadi bakpia basah merupakan satu strategi
penciptaan lapangan kerja baru di masyarakat, sehingga hal
tersebut dapat menjadi satu cara untuk mengurangi pengangguran
di kota Blitar dan berpeluang untuk menambah pendapatan daerah
b) Dari segi ilmu pengetahuan dan Teknologi
1) Bagi Mahasiswa
Pengenalan cara pengolahan suweg menjadi bakpia basah dapat
menambah pengetahuan mahasiswa dalam pengembangan ide-ide
kreatif sehingga dapat menunbuhkan jiwa kewirausahaan
mahasiswa. Selain itu sebagai media pengaplikasian ilmu yang
telah diperoleh di bangku perkuliahan secara nyata di lapangan.
2) Bagi masyarakat
Kegiatan ini dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai
kandungan-kandungan gizi serta manfaat suweg bagi kesehatan
sekaligus tentang bagaimana cara memanfaatkan tanaman liar
seperti suweg menjadi mkanan olahan menyehatkan dan memiliki
nilai tambah ekonomis.
c) Dari segi sosial budaya
Bakpia berbahan dasar suweg dapat menjadi satu strategi untuk lebih
mengenalkan potensi kuliner yang dimiliki kota Blitar kepada masyarakat
pada umumnya.
6

G. Gambaran Umum Rencana Usaha


Kota Blitar terkenal dengan daerah pariwisata dan tempat yang
bersejarah. Blitar mempunyai wilayah yang subur untuk pertanian dan sebagian
besar penduduknya tinggal di daerah pedesaan dan bermata pencaharian sebagai
petani. Dengan melihat keadaan kota Blitar tersebut, maka daerah ini potensial
untuk dijadikan tempat pembudidayaan suweg dan pemasaran berbagai jenis
makanan olahan dari suweg.
Di daerah Blitar, tanaman suweg banyak tumbuh secara liar dan belum
dimanfaatkan secara potensial. Tanaman suweg banyak dijumpai di pekarangan
rumah, tepi sungai, hutan, atau lahan yang tidak dirawat. Suweg oleh masyarakat
Blitar belum dimanfaatkan secara optimal karena masyarakat belum mengetahui
cara mengolahnya dan informasi yang lengkap tentang suweg. Suweg biasanya
oleh masyarakat hanya diolah menjadi ubi rebus dan langsung dimakan tanpa
diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan salah satunya yaitu bakpia basah
dari suweg. Sehingga suweg tidak mempunyai nilai jual dan masih dianggap
sebagai bahan makanan tradisional yang tidak memiliki daya tarik dan gizi yang
tinggi.
Di daerah Blitar potensial untuk dijadikan tempat pengolahan makanan
berbahan dasar suweg karena di daerah ini suweg mudah didapat dan
dibudidayakan serta memanfaatkannya sebagai bahan makanan yang tidak
memiliki nilai jual menjadi makanan olahan bakpia basah dari suweg yang
bernilai jual tinggi. Dengan demikian, dapat menciptakan lapangan kerja atau
wirausaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Suweg sendiri
juga mempunyai kandungan gizi yang tinggi serta mempunyai indeks glisemik
yang rendah sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Usaha pengolahan suweg menjadi bakpia basah dan dijadikan sebagai
makanan khas kota Blitar akan melestariakan bahan makanan lokal dan menarik
minat konsumen untuk membelinya. Blitar merupakan salah satu peluang untuk
memasarkannya karena merupakan salah satu kota wisata yang potensial. Selain
itu, derah sekitar Blitar seperti Malang dan Kediri juga merupakan tempat yang
potensial utuk dijadikan tempat pemasaran.
7

Cara pembuatan bakpia basah berbahan dasar suweg sangat sederhana dan
peralatan dan cara pengolahannya pun tidak rumit. Cara membuat bakpia basah
berbahan dasar suweg adalah sebagai berikut:
Bahan Isi:
• 1 kg Suweg
• 375 ml Minyak kelapa/goreng
• 600 gram Gula
• 2 gram Garam
• 1 gram Vanili
Cara Membuat:
1. Rebus air hingga mendidih dan masukkan suweg hingga matang
2. Suweg rebus digiling hingga halus.
3. Siapkan baskom. Masukkan suweg yang sudah halus, tuangkan minyak kelapa
dan vanili, lalu aduk rata.
4. Masukkan gula, aduk rata.
5. Bagi adonan isi masing-masing 40 gram.
Bahan Kulit:
• 1 kg tepung suweg
• 5 gram Garam
• 500 ml Air panas
• 280 gram Gula
• 2 butir Telur
• 100 gram Margarin
• 11 gram Ragi instan
Cara Membuat:
1. Campur air panas, gula, garam, dan minyak jadi satu. Biarkan
agak dingin.
2. Panaskan margarine hingga mencair, sisihkan.
3. Campur tepung suweg dan ragi instan. Aduk rata.
4. Campur tepung tadi dengan campuran air, margarin cair, dan telur yang
sudah dikocok. Aduk hingga kalis.
5. Istirahatkan kurang lebih 15 menit.
8

6. Buat bulatan panjang. Potong-potong @ 30 gram.


7. Pipihkan. Isi dengan bahan isi. Bulatkan lalu pipihkan.
8. Taruh di loyang. Istirahatkan 30-45 menit.
9. Bakar di oven dengan api bawah saja kurang lebih 210 derajat
Celcius hingga matang. Cara membakarnya dengan dibolak-balik (cukup
sekali untuk mencoklatkan lapisan kulit).
Untuk membuat tepung suweg, langkah-langkahnya sebagai berikut,
• Suweg dikupas kulitnya, hindari sentuhan langsung antara kulit dengan
suweg karena dapat menyebabkan gatal atau iritasi. Untuk itu gunakan
sarung tangan.
• Suweg yang sudah dikupas, selanjutnya dicuci bersih menggunakan air
garam, kemudian dibilas dengan air bersih,
• Setelah proses pencucian, suweg diiris tipis-tipis. Kemudian dijemur
sampai semua irisan suweg mengering.
• Irisan suweg yang sudah kering, dihaluskan dengan cara digiling.
• Selanjutnya diayak untuk menghasilkan tepung yang halus.
Pengolahan suweg menjadi makanan olahan bakpia basah, dapat
mendorong masyarakat untuk aktif berwirausaha. Sehingga kegiatan produksi
suweg ini dapat berlanjut dengan membuka industri-industri rumah tangga
pembuatan bakpia basah berbahan dasar suweg di daerah Blitar. Pada akhirnya
kegiatan tersebut sebagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

H. Metode Pelaksanaan
1. Pemetaan daerah penghasil suweg.
Daerah Blitar merupakan daerah yang relatif luas dan memiliki berbagai
karakter kondisi tanah, lahan, ketinggian, dan kelembaban. Maka di awal
pelaksanaan dilakukan pemetaan wilayah penghasil suweg di daerah-
daerah kota Blitar. Sehingga dapat diketahui dengan jelas daerah pasokan
suweg yang akan diolah yang sekaligus dapat dijadikan sebagai sentra
produksi pengolahan.
2. Sosialisasi kandungan gizi dan manfaat tanaman suweg.
9

Dalam hal ini sosialisasi difokuskan untuk membuka cakrawala pandang


masyarakat mengenai bahan pangan lokal yang sering dianggap sebagai
tanaman liar seperti suweg menjadi kue kering kaya gizi. Meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai kandungan gizi di dalam suweg,
khasiat suweg, dan lain sebagainya.
3. Sosialisasi penciptaan wirausaha bagi masyarakat.
Kegiatan di atas ditindaklanjuti dengan sosialisasi pengembangan
kreativitas masyarakat dengan mendayagunakan atau mengolah suweg
menjadi bakpia basah. Sehingga suweg yang semula dianggap kurang
bermanfaat dapat menjadi makanan yang bernilai jual tinggi dan digemari
oleh masyarakat. Kegiatan pengenalan di atas dilanjutkan dengan
sosialisasi keuntungan, yaitu memberi penjelasan kepada masyarakat
tentang keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan menjadi
produsen bakpia basah berbahan dasar suweg. Dalam hal ini,
disosialisasikan juga manfaat-manfaat yang dapat diperoleh menjadi
produsen bakpia suweg. Dengan membidik peluang-peluang usaha yang
ada di pasar, serta analisis keuntungan dan selera masyarakat, maka dapat
menarik masyarakat untuk mengembangkan jiwa kewirausahaannya dan
mengaplikasikannya menjadi lapangan kerja di masyarakat.
4. Sosialisasi kebutuhan alat
Peralatan sangat menunjang dalam berwirausaha, maka dari itu
masyarakat perlu diperkenalkan tentang alat-alat yang dibutuhkan dalam
membuat bakpia basah.
5. Demo pembuatan bakpia berbahan dasar suweg.
Agar masyarakat benar-benar paham tentang pembuatan bakpia suweg,
harus diadakan praktik pembuatan bakpia berbahan dasar suweg. Dengan
harapan akan memperoleh produk yang berkualitas. Cara membuatnnya
adalah sebagai berikut:
10

Suweg
diparut/dipasrah

Parutan suweg kemudian


dijemur sampai kering

Suweg kering digiling


agar menjadi tepung

Membuat adonan
bakpia berbahan
dasar tepung suweg

Membuat isi bakpia


dengan
mengahaluskan
suweg yang sudah
direbus dengan gula

Mencetak dan
memanggang
bakpia

Bakpia yang sudah


jadi kemudian
dikemas

BAKPIA BASAH
BERBAHAN
DASAR SUWEG
KHAS KOTA
BLITAR
11

6. Produksi pembuatan bakpia basah berbahan dasar suweg.


Dalam tahap ini sudah diterapkan praktik-praktik pembuatan bakpia basah
berbahan dasar suweg. Produksi dimulai dari persiapan alat dan bahan,
mengolah suweg menjadi bakpia, pengemasan, sampai pemasaran.
7. Laporan akhir
Sistem pelaporan hasil produksi dilaporkan setiap akhir bulan untuk
mengetahui keuntungan yang diperoleh. Namun hasil akhirnya dilaporkan
pada bulan terakhir.

I. Jadwal Kegiatan
BULAN DAN MINGGU KE :
N PROSES
I II III IV
O KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pemetaan wilayah
2 Sosialisasi manfaat
tanaman suweg
3 Sosialisasi penciptaan
wirausaha dan profit
4 Sosialisasi kebutuhan
alat
5 Demo pembuatan
bakpia suweg
6 Produksi bakpia suweg
skala rumah tangga
7 Laporan Akhir

J. Rancangan Biaya
1. Biaya Peralatan dan perlengkapan
Timbangan 1 buah X @ 60.000 = Rp 60.000
Kompor gas 1 buah X @275.000 = Rp 275.000
12

Tabung gas 1buah X @ 125.000 = Rp 125.000


Gas LPG 25 tabung ukuran 3 kg X @ 13.500=Rp 337.500
Oven/pemanggang 1 buah X @100.000 = Rp 100.000
Baskom 3 buah X @ 5.000 = Rp 15.000
Loyang 12 buah X @ 2.500 = Rp 30.000
Alat penghalus 1 buah X @ 2.000 = Rp 2.000
Panci 1 buah X @ 25.000 = Rp 25.000
Parutan besar/pasah 2 buah X @ 25.000 = Rp 50.000
Sendok besar 3 buah X @3.750 = Rp 11.250
Pisau 3 buah X @ 5.000 = Rp 15.000
Karung jemur 5 buah X @ 2.000 = Rp 10.000
Total Biaya peralatan Rp 1.055.750

2. Biaya Bahan
Umbi suweg 500 kg X @ 1.250 = Rp 625.000
Garam halus 1,2 kg X @ 3.000 = Rp 3.600
Gula putih 30 kg X @ 9.000 = Rp 270.000
Telur 16 kg X @ 12.000 = Rp 192.000
Margarin 15 kg X @ 10.000 = Rp 150.000
Ragi instan 38 bungkus X @ 2500 = Rp 95.000
Gula merah 15 kg X @ 6.000 = Rp 90.000
Minyak kelapa 1 kg X @ 10.000 = Rp 10.000
Vanili 4 pack X @ 5.000 = Rp 20.000
Total Biaya Bahan Rp 1.455.600

3. Biaya Pengemasan
Plastik 11 pack ukuran 0,5 kg X @ 4000 = Rp 44.000
Kotak pembungkus 1100 buah X @ 500 = Rp 550.000
Alat staples I buah X @ 4500 = Rp 4.500
Isi Staples I kotak X @ 12.000 = Rp 12.000
Total Biaya Pengemasan Rp 610.500
13

4. Biaya Penunjang
Sewa tempat + meja kursi 4 bulan = Rp1.200.000
Listrik + air selama 4 bulan = Rp 750.000
Transportasi = Rp 350.000
Konsumsi = Rp 800.000
Biaya lain-lain = Rp 778.150
Total Biaya penunjang Rp 3.878.150
Total Pengeluaran Rp 7.000.000

K. Proyeksi Arus Kas


Keterangan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV
Kas awal 7.000.000 6.279.000 7. 053.450 8.212.250
Pendapatan Penjualan 1.250.000 2.350.000 2.825.000 3.230.000
Pengeluaran Investasi 746.750 92.000 53.500 53.500
HPP
Biaya Peralatan 27.500 27.500 27.500 27.500
Biaya Bahan 150.950 343.900 434.900 525.850
Biaya Pengemasan 76.300 142.600 180.750 210.850
Biaya Penunjang 969.500 969.550 969.550 969.550

Saldo akhir 6.279.000 7.053.450 8.212.250 9.655.000

L. Tingkat Pengembalian (BEP)


Total Modal = Rp 7.000.000
Harga per unit = Rp 7.500
Pendapatan per bulan
Rp 7.500 X 15 kotak X 30 hari = Rp 3.375.000
Rata-Rata per bulan
14

Rp 9.655.000 : 4 = Rp 2.413.750
Keuntungan per bulan
Rp 3.375.000 – Rp 2.413.750 = Rp 961.250
BEP
Rp 7.000.000 : Rp 961.250 = 7,3 bulan

You might also like