You are on page 1of 11

CITRA KAWASAN ALUN-ALUN KOTA TUBAN

Arifin, Surjono, Fadly Usman


Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl Mayjend Haryono No, 167 Malang 65145 - Telp. (0341) 567886
arifin_simo@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah (1) Mengidentifikasi citra kawasan Alun-alun Kota Tuban, (2) Mengevaluasi kualitas
dan kepentingan kawasan Alun-alun Kota Tuban, (3) Menentukan upaya-upaya yang dapat diterapkan untuk
meningkatkan citra positif kawasan Alun-alun Kota Tuban berdasarkan persepsi masyarakat sebagai pembangun
citra. Penelitian dilakukan melalui pendekatan fenomenologis, yaitu mengadakan telaah deskriptif dari
pengalaman pengamat dalam menghayati suatu kawasan. Proses analisis menggunakan metode deskriptif,
evaluatif, dan development. Hasil penelitian adalah: (1) Citra kawasan Alun-alun Kota Tuban, berdasarkan (a)
Pemetaan kognitif, masyarakat mengidentifikasi sembilan elemen bangunan dan lingkungan yang memberikan
citra sejarah di kawasan Alun-alun Kota Tuban, (b) Pola hubungan spasial, konfigurasi ruang dibentuk oleh
visual ruang terbuka (open space) yaitu alun-alun sebagai ruang luar yang menjadi focal point bagi area di
sekitarnya, (c) Berdasarkan place attachment, masyarakat merasakan keterikatan yang tinggi dan positif terhadap
kawasan Alun-alun Kota Tuban baik secara emosional maupun fungsional. (2) Kawasan Alun-alun Kota Tuban
memiliki kualitas dan kepentingan kawasan yang baik bagi masyarakat. Tingkat kesesuaian dari 16 atribut yang
dinilai yaitu sebesar 87,71% bagi pengguna tetap dan 85,81% bagi pengguna tidak tetap, namun pada beberapa
atribut penilaian masih perlu peningkatan melalui perbaikan dan pemeliharaan yang berkesinambungan. (3)
Upaya meningkatkan citra kawasan Alun-alun Kota Tuban sebagai kawasan bersejarah adalah dengan
revitalisasi untuk meningkatkan citra kawasan.
Kata kunci : citra kawasan, alun-alun kota tuban, kawasan bersejarah

ABSTRACT
The objective of research seems about (1) the identification of the image of Alun-alun (town square)
Tuban area, (2) the evaluation of quality and interest of Tuban town square area, and (3) the
determination of any efforts taken to improve the positive image of Tuban town square area based
on public perception as image builder. Research employs phenomenological approach, by using
descriptive review from observer’s experience in understanding an area. The analysis considers
descriptive, evaluative and development methods. Results of research indicate that: (1) the image of
Tuban town square area relates to (a) cognitive mapping, in which people identifies nine elements
of building and environment providing the historical image in the Tuban town square, (b) spatial
relationship pattern, in which spatial configuration has been made through open space visual,
respectively public square as external space becoming focal point for the immediate area, and (c)
taking account the place attachment, people experiences highly positive attachment against Tuban
town square area emotionally and functionally; (2) the area of Tuban town square has favorable
quality and interest to the public. Adjustment rate of sixteen attributes counts to 87.71 % to the
regular user and 85.81 % for irregular user, but some attributes of assessment still need
improvement through sustainable maintenance; (3) the effort of improving the image of Tuban town
square area as historical area refers to area revitalization.
Keywords: area image, Alun-alun (town square) Tuban, historical area

PENDAHULUAN yang berperan sebagai elemen pembentuk


Pusat Kota Tuban yang diwakili ruang kota, bisa menggambarkan sejarah
keberadaan kawasan alun-alun mempunyai kotanya di masa lampau. Pengaruh kerajaan
nilai historis dan kultural sebagai kuno Hindu Jawa bisa dilihat dari kehadiran
pembentuk identitas Kota Tuban. Peran alun-alun serta kantor kabupatennya.
kawasan ini sebagai identitas Kota Tuban Pengaruh jaringan perdagangan Asia bisa
sangat penting, selain berperan sebagai dilihat dari bangunan kelenteng, pasar dan
landmark, bangunan-bangunan dan pecinan yang terletak di utara alun-alun.
lingkungan yang terdapat di sekitarnya Pengaruh masuknya agama Islam bisa

1
dilihat dari adanya Masjid Agung Tuban METODE PENELITIAN
serta Komplek Makam Sunan Bonang. Wilayah Studi
Sedangkan pengaruh warisan birokrasi Area penelitian ditentukan dengan
Kolonial bisa dilihat pada gedung mempertimbangkan sejarah terbentuknya
pengadilan, kantor pos dan penjara kawasan Alun-alun Kota Tuban, yaitu
(Hartono et al., 2005). bahwa kawasan alun-alun terdapat pada
Daya tarik berupa bangunan dan pusat Kota Tuban yang merupakan struktur
lingkungan yang bernilai kultural inilah Kota Indis (Kota Kolonial di Jawa yang
yang berpotensi untuk dikembangkan berkembang pada abad ke-19), masih
sebagai upaya peningkatan identitas dan merupakan inti dari Kota Tuban sampai
citra kota. Dengan keberadaan bangunan sekarang yaitu terdapat di Kelurahan
dan lingkungan kawasan bersejarah tersebut Kutorejo dan Sendangharjo. Struktur inti
seharusnya mampu membentuk kualitas Kota Tuban terdiri atas (Hartono et al.,
visual kota yang positif. Di sisi lain, 2005):
identitas citra kawasan lun-alun Kota 1. Alun-alun sebagai ruang luar utama
Tuban sebagai kawasan bersejarah pada kota.
kawasan ini justru mengalami penurunan, 2. Kantor Kabupaten sebagai tempat kerja
penurunan identitas dan citra kawasan ini Bupati dan Kantor Asisten Residen.
sebagai kawasan bersejarah karena elemen- 3. Masjid yang terletak disebelah Barat
elemen bangunan dan lingkungan tersebut alun-alun. Juga terdapat Komplek
belum dapat dihadirkan secara optimal yang Makam Sunan Bonang dan Kampung
diindikasikan dengan semakin Arab (Kauman) di dekatnya.
ditinggalkannya beberapa elemen 4. Bangunan Pemerintahan lainnya seperti
pembentuk citra di kawasan alun-alun penjara, pendopo dan kantor pengadilan
tersebut oleh masyarakat, tidak terawatnya serta kantor pos dan museum.
elemen tersebut serta semakin menjamur 5. Bekas perumahan para pejabat kolonial
dan tidak teraturnya keberadaan beserta bangunan ibadah dari agama lain
perdagangan informal (PKL) dan adanya seperti gereja.
parkir on street di sekitar alun-alun. 6. Daerah Pecinan yang terletak sebelah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Utara Alun-alun yang ditandai dengan
maka dibutuhkan suatu kajian mengenai sebuah kelenteng dan pasar.
persepsi masyarakat tehadap wilayah studi Area penelitian kawasan Alun-alun Kota
terhadap citranya sebagai kawasan Tuban dibatasi sebagai berikut (Gambar 1.):
bersejarah. Atas dasar tersebut, maka Sebelah Utara : Laut Jawa;
penelitian mencakup aspek sejarah Sebelah Timur : Jalan Sendangharjo
kawasan, citra kawasan, dan penilaian II;
kualitas dan kepentingan kawasan serta Sebelah Selatan : Jalan Basuki Rahmat,
kemudian menentukan strategi-strategi Jalan Kutorejo I; dan
untuk memperkuat citra positif kawasan. Sebelah Barat : Jalan Pemuda.
Adapun tujuan penelitian adalah
mengidentifikasi citra kawasan Alun-alun
Kota Tuban sebagai kawasan bersejarah,
mengevaluasi kualitas dan kepentingan
kawasan Alun-alun Kota Tuban dan
menentukan upaya-upaya yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan citra positif
kawasan berdasarkan persepsi masyarakat
sebagai pembangun citra.

2
HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra Kawasan Alun-alun Kota Tuban
1. Analisis citra kawasan berdasarkan
pemetaan kognitif
Analisis citra kawasan berdasarkan peta
mental atau pemetaan kognitif dilakukan
untuk menggambarkan elemen-elemen
yang menjadi identitas kawasan bagi
masyarakat. Hasil analisis ditunjukkan pada
Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1. Pemetaan Kognitif Kawasan Alun-
alun Kota Tuban
Persepsi
Persepsi
masyarakat
masyarakat
pengguna tidak
pengguna tetap
tetap
Representas 1. Masjid Agung 1. Masjid Agung
i objek 2. Komplek 2. Komplek
Pendopo Kridho Makam Sunan
Manunggal Bonang
3. Kawasan Boom 3. Patung Kuda
Gambar 1. Area Penelitian kawasan Alun-alun 4. Komplek Ronggolawe
Kota Tuban Makam Sunan Alun-alun
Bonang 4. Komplek
5. Alun-alun Pendopo Kridho
Metode Analisis 6. Komplek Manunggal
Penelitian dilakukan dengan Kantor Bupati 5. Komplek Kantor
menggunakan pendekatan fenomenologis, 7. Museum Bupati
Kambang Putih
yaitu mengadakan telaah deskriptif dari 8. Kelenteng Tjoe
pengalaman pengamat (responden) dalam Ling Kiong
menghayati suatu lingkungan (kawasan).
Adapun penulisan penelitian ini
menggunakan metode:
 Penelitian deskriptif, untuk
identifikasi karakteristik dan citra
bangunan dan lingkungan bersejarah
di kawasan Alun-alun Kota Tuban.
 Penelitian evaluatif, untuk menilai
persepsi masyarakat terhadap citra
kawasan Alun-alun Kota Tuban
menggunakan metode IPA
(Importance Performance Analysis).
 Penelitian development, untuk
menentukan upaya peningkatan citra Gambar 2. Pemetaan kognitif kawasan
kawasan bersejarah di kawasan Alun- Alun-alun Kota Tuban
alun Kota Tuban.
2. Analisis citra kawasan berdasarkan pola
hubungan spasial
Hubungan antara objek/ elemen yang
terdapat di kawasan alun-alun terkait
dengan fungsi ruang elemen-elemen
tersebut. Konfigurasi ruang dibentuk oleh

3
visual ruang terbuka (open space) yaitu • Pengguna tetap: merasa
alun-alun sebagai ruang luar yang ditunjang tergantung secara fungsional dengan
oleh struktur jaringan jalan dan pedestrian keberadaan kawasan alun-alun dalam
yang memperkuat orientasi kawasan. memenuhi kebutuhan dan melakukan
Ruang alun-alun yang dibentuk oleh taman aktifitasnya.
dan lapangan terbuka dengan elemen- • Pengguna tidak tetap: tidak
elemen fisik yang terdapat disekelilingnya terlalu bergantung secara fungsional.
menjadikan alun-alun sebagai focal point Ketergantungan secara fungsional karena
bagi area disekitarnya. tidak ada tempat lain yang dapat
Hubungan antar elemen berturut-turut menyamai kawasan alun-alun dalam
dari yang paling dominan yaitu hubungan mengisi waktu senggang, misalnya untuk
antara Alun-alun – Masjid Agung, Alun- rekreasi dan berwisata.
alun – Pasar Atom, Masjid Agung – • Elemen yang paling
Komplek Makam Sunan Bonang, dan Alun- mendukung pemenuhan kebutuhan yaitu
alun – Masjid Agung – Komplek Makam keberadaan Pasar Atom untuk memenuhi
Sunan Bonang (Gambar 3.). kebutuhan ekonomi dan Masjid Agung
untuk memenuhi kebutuhan religi.
Elemen yang mendukung untuk kegiatan
rekreasi adalah alun-alun.
b. Place Identity (keterikatan emosional)
Place Identity (keterikatan emosional)
didefinisikan sebagai suatu
interpretasi/penafsiran diri oleh masyarakat
yang menggunakan pemaknaan lingkungan
dalam hal ini kawasan meletakkan suatu
identitas pribadi.
• Pengguna tetap:
ketergantungan emosional masyarakat
sangat tinggi terhadap kawasan Alun-
alun Kota Tuban sebagai identitas Kota
Tuban.
• Pengguna tidak tetap:
Apresiasi masyarakat cukup tinggi
dengan keberadaan kawasan Alun-alun
Gambar 3. Pola hubungan spasial yang terbentuk
Kota Tuban dalam menggambarkan Kota
paling tinggi pada kawasan Alun-alun Kota Tuban serta adanya keinginan kawasan
Tuban ini untuk tetap dilestarikan keberadaanya.
• Elemen yang paling
3. Analisis citra kawasan berdasarkan menggambarkan identitas Kota Tuban
place attachment masyarakat yaitu keberadaan Komplek Makam
a. Place Dependence (keterikatan Sunan Bonang.
fungsional)
Analisis citra kawasan berdasarkan Kualitas dan Kepentingan Kawasan
place dependence digunakan untuk Alun-alun Kota Tuban
mengetahui nilai kawasan Alun-alun Kota Kawasan Alun-alun Kota Tuban
Tuban bagi masyarakat terkait dengan memiliki citra dan kualitas yang baik.
aktivitas yang ada di dalamnya. Namun beberapa hal masih dianggap
kurang berjalan dengan baik oleh

4
masyarakat yang ada karena terdapat  Atribut 15 : Kemudahan dan
beberapa atribut yang dirasa kurang kedekatan mencapai
memuaskan. Prioritas utama perbaikan tempat; dan
kualitas untuk meningkatkan citra kawasan  Atribut 16 : Kesadaran masyarakat
Alun-alun Kota Tuban yaitu yang terdapat untuk memelihara
pada kuadran A meliputi: kawasan.
 Atribut 1 : Kegiatan perayaan dan Upaya Peningkatan Citra Kawasan
keramaian di kawasan; Alun-alun Kota Tuban
 Atribut 3 : Manajemen pengelolaan 1. Konsep meningkatkan citra kawasan
kawasan; Konsep untuk meningkatkan citra
 Atribut 4 : Keberadaan pohon / kawasan Alun-alun Kota Tuban adalah
tanaman / RTH; dengan revitalisasi kawasan.
 Atribut 6 : Pencahayaan malam 2. Strategi revitalisasi peningkatan citra
sebagai fungsi estetika; kawasan
 Atribut 7 : Ruang memberikan kesan Strategi revitalisasi untuk meningkatkan
pertama yang baik; citra Kawasan Alun-alun Kota Tuban
 Atribut 8 : Arsitektur bangunan; berdasarkan prioritas utama dalam atribut
 Atribut 9 : Ketersediaan peluang place yang terpilih. Strategi untuk
mengambil foto; meningkatkan citra kawasan Alun-alun
 Atribut 14 : Terdapat lahan parkir Kota Tuban disajikan pada Tabel 3.
yang aman dan memadai;

Tabel 3. Strategi Revitalisasi Peningkatan Citra Kawasan


Citra Kawasan
No. Alun-alun Strategi Revitalisasi
Kota Tuban
1. Kegiatan  Memanfatkan keterkaitan ruang terbuka yaitu alun-alun dengan elemen yang mempunyai kegiatan
perayaan dan tertinggi sebagai satu kesatuan kawasan wisata Alun-alun Kota Tuban
keramaian di  Penataan kegiatan perdagangan informal (pedagang kaki lima)
kawasan  Peningkatan fungsi Pasar Atom
 Mempertahankan kegiatan tahunan Haul Sunan Bonang
 Keempat strategi sebagai dasar arahan aktifitas dan manajemen pengelolaan
2. Manajemen  Upaya melestarikan dan meningkatkan pemeliharaan terhadap kesembilan elemen pembentuk identitas
pengelolaan  Dasar arahan pelestarian fisik
kawasan  Penyediaan sarana informasi untuk penyampaian informasi sejarah terhadap obyek dan daya tarik wisata
(kesembilan elemen pembentuk identitas) kepada wisatawan.
 Dasar arahan peningkatan identitas
 Upaya menata dan mengembangkan potensi rekreatif pada Pantai Boom setelah kepemilikannya diambil
alih Pemerintah Tuban.
 Dasar arahan aktifitas dan manajemen pengelolaan
3. Keberadaan  Menampilkan/ mengembalikan arsitektur lansekap budaya jawa yaitu dengan pohon/ tanaman tradisional
pohon/ tata hijau/  Upaya menciptakan dan mempertahankan keberadaan ruang terbuka hijau dengan pengaturan lansekap
RTH yang tepat sehingga keberadaanya dapat meningkatkan identitas kawasan
 Kedua strategi sebagai dasar arahan tata hijau
4. Pencahayaan  Penataan lampu disesuaikan dengan bangunan untuk fungsi pencahayaan dan menampilkan detil
malam sebagai bangunan di sekitarnya
fungsi estetika  Meningkatkan pencahayaan orientasi kawasan seperti focal point yaitu patung kuda Ronggolawe dan air
mancur
 Meningkatkan pencahayaan pada Pantai Eks Dermaga Boom dan Komplek Makam Sunan Bonang
 Ketiga strategi sebagai dasar arahan pencahayaan malam
5. Ruang  Mengembalikan filosofi alun-alun sebagai ruang publik (public space)
memberikan  Pemeliharaan dan menampilkan elemen legabilitas agar tetap terjaga sebagai identitas kawasan
kesan pertama  Kedua strategi sebagai dasar arahan peningkatan identitas
yang baik  Perlu adanya penertiban bagi parkir on street dan PKL
 Menjadikan Pasar Atom sebagai pasar wisata

5
Lanjutan Tabel
Citra 3. Strategi Revitalisasi Peningkatan Citra Kawasan
Kawasan
No. Alun-alun Strategi Revitalisasi
Kota Tuban
 Kedua strategi sebagai dasar arahan aktifitas dan manajemen pengelolaan
6. Arsitektur  Menjaga kelestarian arsitektur bangunan (terutama bagi bangunan Pendopo, bangunan-bangunan di
bangunan Komplek Makam Sunan Bonang, Kelenteng Tjoe Ling Kiong, dan Museum Kambang Putih)
 Dasar arahan pelestarian fisik
 Menciptakan wisata budaya pada bangunan-bangunan bersarsitektur kahas yang terdapat pada Komplek
Makam Sunan Bonang, Masjid Agung, Kelenteng Tjoe Ling Kiong, dan Museum Kambang Putih
 Dasar arahan aktifitas dan manajemen pengelolaan
7. Ketersediaan  Menata ataupun merelokasi PKL yang menutupi keberadaan bangunan maupun lingkungan, sehingga
peluang visual bangunan dan lingkungan menjadi maksimal
mengambil foto  Dasar arahan aktifitas dan manajemen pengelolaan
8. Keberadaan dan  Penyediaan tempat parkir untuk Alun-alun, Masjid Agung Tuban, dan Pasar Atom karena mempunyai
kemudahan aktifitas terbesar
tempat parkir  Perlunya pengaturan kembali parkir on street (pada Jalan Sunan Bonang, Jalan Panglima Sudirman, dan
Jalan Yos Sudarso)
 Kedua strategi sebagai dasar arahan sirkulasi dan parkir
9. Kesadaran orang  Masyarakat di sekitar kawasan diikutsertakan dalam proses pengembangan kawasan
untuk ikut  Menumbuhkan kesadaran masyarakat sebagai interfensi publik dalam aktivitas pelestarian kawasan
memelihara  Kedua strategi sebagai dasar arahan aktifitas dan manajemen pengelolaan
kawasan

3. Arahan peningkatan citra kawasan


a. Arahan pelestarian fisik
Arahan pelestarian untuk masing-masing
bangunan dan lingkungan menunjukkan
tingkat prioritas dan bentuk intervensi fisik
yang akan dilakukan. (Tabel 4. dan Gambar
4).
Tabel 4. Arahan Pelestarian Fisik Bangunan/
Lingkungan Kawasan Alun-alun Kota Tuban
Teknik
No. Bangunan/ Lingkungan
Pelestarian
1. Komplek Makam Sunan Preservasi
Bonang Gambar 4. Arahan pelestarian fisik Kawasan
2. Kelenteng Tjoe Ling Preservasi Alun-alun Kota Tuban
Kiong b. Arahan aktifitas dan manajemen
3. Alun-alun Revitalisasi pengelolaan kawasan
4. Komplek Pendopo Kridho Rekonstruksi
Manunggal Upaya peningkatan kegiatan di Kawasan
5. Komplek Kantor Bupati Konservasi Alun-alun Kota Tuban dirumuskan sebagai
6. Masjid Agung Tuban Adaptasi arahan aktifitas dan manajemen
7. Museum Kambang Putih Preservasi pengelolaan kawasan dilakukan dengan
8. Pantai Eks Dermaga Boom Revitalisasi (Gambar 5.):
9. Patung Kuda Ranggalawe Preservasi
 Memprioritaskan elemen-
elemen yang yang paling banyak
dikunjungi yaitu Masjid Agung,
Komplek Makam Sunan Bonang, dan
Pasar Atom yang ditunjang oleh
keberadaan ruang luar alun-alun sebagai
focal point sebagai kesatuan obyek
wisata di kawasan Alun-alun Kota
Tuban. Selain elemen-elemen tersebut,
terdapat Kelenteng Tjoe Ling Kiong dan

6
Museum Kambang Putih yang juga  Merelokasi PKL yang terdapat pada
berpotensi sebagai obyek wisata budaya Jalan Yos Sudarso untuk menempati
yang terdapat di kawasan. Upaya yang kawasan Pantai Boom setelah
dapat dilakukan untuk mendukung hal dilakukan revitalisasi pada kawasan
ini yaitu dengan peningkatan fasilitas ini menjadi taman dan objek wisata
penunjang wisata setiap elemen tersebut alam dan wisata atraksi (sesuai
yang kemudian disosialisasikan kepada kebijakan perencanaan Kota Tuban
masyarakat mengenai keberadaan pada Review RUTRK Tuban 2006-
kesatuan obyek wisata yang terdapat di 2016); dan
Kawasan Alun-alun Kota Tuban.  Penggunaan sarana yang seragam
Manajemen pengelolaan untuk dan menarik sehingga keberadaan
meningkatkan wisata budaya ini PKL dapat menghadirkan sense of
dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Seni place.
dan Budaya Kabupaten Tuban bekerja  Meningkatkan fungsi pasar
sama dengan Balai Pelestarian atom sebagai pasar wisata yang menjadi
Peninggalan Purbakala Mojokerto pusat kegiatan belanja wisatawan
wilayah kerja Jawa Timur dan Yayasan dengan menjaga kebersihan dan
Mubarot Sunan Bonang untuk meningkatkan kualitas barang-barang
pengelolaan Komplek makam Sunan yang dijual dan menyajikan barang-
Bonang, serta bekerja sama dengan barang suvenir khas Kota Tuban.
TITD (Tempat Ibadat Tri Dharma) Manajemen pengelolaan dan
sebagai pengelola Kelenteng Tjoe Ling pengawasan PKL dan Pasar Atom di
Kiong. Sedangkan untuk pengelolaan Kawasan Alun-alun Kota Tuban adalah
Museum Kambang Putih dikelola oleh Sub Dinas Sarana Prasarana Kota Tuban
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum di bawah koordinasi Dinas Permukiman
Kambang Putih di bawah koordinasi dan Prasarana Wilayah Kabupaten
langsung Dinas Pariwisata, Seni, dan Tuban.
Budaya Kabupaten Tuban.  Mempertahankan kegiatan
 Penjualan souvenir, makanan tahunan Haul Sunan Bonang sebagai
dan minuman. Pada kondisi eksisting elemen legabilitas yang terdapat di
terdapat kios penjualan souvenir, kawasan Alun-alun Kota Tuban
makanan, dan minuman oleh PKL. sehingga dengan tetap adanya kegiatan
Namun yang menjadi masalah pada ini dapat meningkatkan citra positf dan
kondisi eksisting yaitu keberadaan PKL identitas bagi Kota Tuban. Kegiatan
yang menempat tempat yang kurang mempertahankan kegiatan ini juga
tepat. Arahan PKL yang dapat disertai dengan sosialisasi kepada
dilaksanakan pada Kawasan Alun-alun masyarakat luar Kota Tuban.
Kota Tuban meliputi: Manajemen pengelolaan untuk kegiatan
 Merelokasi PKL yang terdapat di Haul Sunan Bonang dilakukan oleh
depan Masjid Agung dan Museum Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya
Kambang Putih ke Jalan KH. Kabupaten Tuban bekerja sama dengan
Mustain (sesuai Review RUTRK Yayasan Mubarot Sunan Bonang dan
Tuban 2006-2016). Kondisi sirkulasi Takmir Masjid Agung Tuban.
dan lebar pada jalan ini
memungkinkan untuk aktifitas PKL,
dan kendaraan roda empat keatas
dialihkan ke Jalan Veteran;

7
Agung Tuban yang merupakan elemen
legabilitas di kawasan Alun-alun Kota
Tuban.
 Desain alun-alun
dikembalikan ke filosofi semula sebagai
tempat terbuka publik (public space):
Desain Alun-alun Kota Tuban saat ini
sebenarnya sudah menunjukkan
fungsinya sebagai ruang publik yaitu
berupa lapangan yang dapat digunakan
masyarakat umum untuk berkumpul
ataupun digunakan untuk kegiatan
tertentu seperti upacara dan luapan
jamaah dari Masjid Agung, namun
keberadaan pagar keliling justru
mengurangi fungsi tersebut sehingga
memberi kesan alun-alun sebagai ruang
tertutup (closed space). Arahan yang
Gambar 5. Arahan aktifitas kawasan Alun-alun dilakukan terkait hal ini adalah dengan
Kota Tuban menghilangkan pagar keliling tersebut
sehingga dapat dilalui pejalan kaki
c. Arahan memperkuat identitas kawasan dengan bebas dari segala arah. Sebagai
Upaya peningkatan citra kawasan dapat gantinya untuk membatasi pergerakan
dilakukan dengan upaya memperkuat kendaraan supaya tidak masuk ke dalam
identitas kawasan Alun-alun Kota Tuban alun-alun dibuat tanaman pembatas
yaitu sebagai berikut (Gambar 6.): yang ditanam di dalam pot-pot besar di
 Menampilkan elemen-elemen sekeliling alun-alun. Pot-pot besar
pendukung identitas yang dapat secara tersebut didesain agar juga dapat
bertahap memandu pengunjung untuk digunakan pengunjung untuk duduk.
mencapai kawasan alun-alun, misalnya  Menambah keterangan
papan nama jalan dan penunjuk arah sejarah setiap objek:
menuju kawasan alun-alun serta Informasi tentang objek bersejarah yang
mempertahankan dan memelihara ada di dalam kawasan dapat menjadi
gapura-gapura masuk yang terdapat daya tarik bagi wisatawan yang ingin
pada pintu masuk objek-objek mempelajari sejarah tentang Kota
bersejarah yang terdapat di Kawasan Tuban, selain itu informasi ini dapat
Alun-alun Kota Tuban, selain itu pada dijadikan suatu media edukasi.
Jalan menuju kawasan yaitu pada Penempatan informasi tiap-tiap objek
pertigaan Jalan Basuki Rahmat – Jalan harus menari dan ditempatkan pada
Veteran dibangun sebuah gerbang tempat strategis yang dapat dengan
masuk khas Kota Tuban sehingga mudah diakses pengunjung.
masyarakat akan lebih mudah mengenali
kawasan Alun-alun Kota Tuban dan
menunjukkan suasana kontras ketika
berada di dalam kawasan. Sedangkan
untuk identitas bangunan di dalam
kawasan sendiri yaitu dengan
mempertahankan fisik bangunan Masjid

8
 Pengaturan kembali parkir on
street melalui penegasan garis batas
parkir di badan jalan Panglima
Sudirman dengan sudut 0 bagi
kendaraan roda empat dan sudut 45-90
bagi kendaraan roda dua.
 Mempertahankan parkir
untuk kendaraan roda dua pengunjung
Masjid Agung pada jalan Sunan Bonang
dengan alasan kedekatan dan
kenyamanan. Pengaturan parkir ini
melalui penegasan garis batas parkir
Gambar 6. Arahan memperkuat identitas dengan sudut 45-90.
kawasan Alun-alun Kota Tuban
 Mempertahankan Parkir
d. Arahan sirkulasi dan parkir Wisata Sunan Bonang yang terdapat di
Untuk menunjang konsep revitalisasi Jalan AKBP. Suroko walaupun tempat
kawasan untuk meningkatkan citra kawasan parkir ini cukup jauh (sekitar 1 Km).
Alun-alun Kota Tuban, maka arahan yang Hal ini karena kebutuhan parkir untuk
ditentukan untuk meningkatkan kinerja wisata Sunan Bonang yang sangat besar
sirkulasi dan parkir antara lain (Gambar 7.): dan tidak mungkin pemenuhannya
 Pembatasan jenis kendaraan berada di kawasan Alun-alun Kota
bermotor yang melewati beberapa ruas Tuban.
jalan di kawasan Alun-alun Kota Tuban.
Ruas jalan yang perlu dibatasi yaitu ruas
Jalan KH. Mustain dan Jalan Yos
Sudarso:
 Pembatasan jenis kendaraan pada
Jalan KH. Mustain, sirkulasi
kendaraan roda empat/ lebih
dialihkan ke Jalan Veteran,
sedangkan kendaraan yang boleh
melewati jalan ini nantinya hanya
kendaraan roda dua dan becak;
 Mengalihkan rute angkutan umum
untuk tidak masuk pada jalan Yos
Sudarso namun langsung menuju
Jalan Panglima Sudirman bagian
timur. Untuk PKL sendiri selain
direlokasi ke Pantai Eks Dermaga
Boom. Dengan pengalihan rute
angkutan umum dan PKL ini Gambar 7. Arahan sirkulasi dan parkir di
nantinya jalan ini akan cukup selain kawasan Alun-alun Kota Tuban
untuk parkir Pasar Atom juga akan
e. Arahan tata hijau
menampung pula parkir untuk mobil
Arahan tata hijau terkait revitalisasi
yang sebelumnya parkir di depan
untuk meningkatkan citra kawasan Alun-
Masjid Agung Tuban.
alun Kota Tuban perlu memperhatikan
kriteria berikut ini (Gambar 8.):

9
 Taman di alun-alun tidak Lighting pada bangunan di kawasan
hanya bersifat fisik saja melainkan lebih alun-alun, selain menambah keindahan
bersifat simbolik dengan mengkaitkan kawasan dengan memperlihatkan detil
dengan kehidupan manusia (budaya bangunanya juga dapat meningkatkan
setempat), yaitu dengan pemilihan dan keamanan dari tindak kriminalitas.
penataan tanamannya terutama yang  Lighting pada taman dapat
berbentuk pohon besar sehingga meningkatkan keindahan landscape
nantinya dapat menunjukkan arti suati taman di malam hari. Komplek Makam
tempat (a sense of place). Sunan Bonang dan Pantai Eks Dermaga
 Tata hijau harus mampu Boom merupakan dua lingkungan di
mendukung setiap fungsi kegiatan kawasan Alun-alun Kota Tuban yang
dengan tanaman yang lebih bervariasi sangat kurang pencahayaanya sehingga
agar lebih dapat memberikan nilai penambahan lampu penerangan sangat
estetika dan pembentuk karakter diperlukan di dua tempat tersebut.
lingkungan bagi Kota Tuban.. Untuk bangunan/ lingkungan lainnya
 Pemilihan tanaman jenis sudah cukup memenuhi, namun yang
tanaman adalah pohon/ tanaman asli masih harus dilakukan adalah
Jawa atau yang memiliki filosofi penyesuaian penempatan dan sudut
tertentu yang disesuaikan dengan pencahayaan agar lebih optimal dalam
kondisi iklim setempat. menampilkan detil bangunannya.
 Pemberian lighting dengan
jenis lampu dan sudut pencahayaan
yang tepat pada elemen penting seperti
focal point yaitu pada air mancur dan
monumen/patung Kuda Ronggolawe
yang merupakan titik tangkap perhatian
pada kawasan di malam hari. Jika di
siang hari citra kawasan diidentifikasi
dengan focal points tersebut, dengan
pemberian lighting maka pada malam
hari focal points tersebut juga menjadi
identitas kawasan.
Gambar 8. Arahan tata hijau kawasan
Alun-alun Kota Tuban KESIMPULAN
Kesimpulan sebagai hasil akhir dari
f. Arahan pencahayaan malam penelitian ini antara lain:
Arahan pencahayaan malam sebagai 1. Kawasan Alun-alun Kota Tuban
fungsi estetika sangat penting untuk memiliki citra positif sebagai kawasan
dilakukan sehingga pencahayaan dapat yang mempunyai nilai sejarah.
menunjang kegiatan revitalisasi yang ada di 2. Kawasan Alun-alun Kota Tuban
dalamnya sehingga nantinya akan memiliki kualitas dan kepentingan
meningkatkan citra kawasan, arahan yang kawasan yang baik. Namun beberapa
dilakukan antara lain: hal masih dianggap kurang berjalan
 Pemberian lampu-lampu dengan baik oleh masyarakat yang ada
penerangan untuk fungsi estetika di karena terdapat beberapa atribut place
kawasan alun-alun dengan tujuan untuk yang dirasa kurang memuaskan meliputi
meningkatkan detil bangunan maupun atribut:
lingkungan yang ada disekitarnya.

10
a. Kegiatan perayaan dan keramaian di 3. Pemerintah Kabupaten Tuban
kawasan; melakukan sosialisasi tentang
b. Manajemen pengelolaan kawasan; pentingnya pemeliharaan kawasan Alun-
c. Kondisi pohon/ tanaman peneduh/ alun Kota Tuban untuk menumbuhkan
RTH; kesadaran masyarakat sebagai interfensi
d. Pencahayaan malam sebagai fungsi publik dalam aktivitas pelestarian
estetika; kawasan.
e. Ruang memberikan kesan pertama 4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai
yang baik; referensi dan pertimbangan
f. Arsitektur bangunan; Pemerintahan Kabupaten Tuban dalam
g. Ketersediaan peluang mengambil menyusun kebijakan khususnya untuk
foto; merevitalisasi kawasan berdasarkan
h. Keberadaan dan kedekatan tempat temuan evaluasi persepsi masyarakat
parkir; dan yang mempengaruhi citra kawasan.
i. Kesadaran masyarakat untuk ikut 5. Arahan diharapkan mampu dikelola
memelihara kawasan. dengan baik sehingga dapat
3. Upaya meningkatkan citra kawasan mendukung program Pemerintah
Alun-alun Kota Tuban: Kabupaten Tuban dalam
Konsep dalam meningkatkan citra mengembangkan potensi budaya
kawasan Alun-alun Tuban adalah (cultural heritage) dan pariwisata Kota
dengan revitalisasi kawasan. Arahan Tuban.
merupakan penjabaran dan pendetilan
strategi revitalisasi untuk meningkatkan
citra kawasan Alun-alun Kota Tuban, DAFTAR PUSTAKA
yang meliputi: Badan Perencanaan Pembangunan
a. Arahan pelestarian fisik; Kabupaten Tuban. 2006. Review
b. Arahan aktifitas dan manajemen Rencana Umum Tata Ruang Kota
pengelolaan kawasan; Tuban 2006-2016. Tuban: Bappeda
c. Arahan memperkuat identitas Kabupaten Tuban.
kawasan; Hartono, Samuel, & Handinoto. 2005.
d. Arahan sirkulasi dan parkir; Alun-alun dan Revitalisasi Identitas
e. Arahan tata hijau; dan Kota Tuban. Majalah Dimensi Teknik
f. Arahan pencahayaan malam. Arsitektur Vol. 33/ Desember, 2005:
131- 142.
SARAN
Beberapa saran yang dapat diberikan
pada pihak pemerintah, pengembang,
masyarakat, dan para akademisi terkait
dengan hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian sejenis disarankan
menggunakan narasumber ahli yang
mempunyai latar belakang sesuai
dengan bidang penelitian.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai pelestarian di kawasan Alun-
alun Kota Tuban.

11

You might also like