Professional Documents
Culture Documents
Berdasarkan suatu asumsi bahwa hubungan antara ilmu dan filsafat adalah
sama-sama kegiatan manusia. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil
daripada berpikir manusia secara sadar. Sedangkan dilihat dari prosesnya ilmu dan
filsafat menunjukan suatu kegiatan yang berusaha untuk memecahkan masalah-
masalah dalam kehidupan manusia (memperoleh suatu kebenaran dan pengetahuan),
dengan menggunakan suatu metode-metode siestematis dan kritis.
1
Jadi ilmu berhubungan dengan sesuatu yang mempersoalkan fakta-fakta yang
faktual yang diperoleh melalui eksperimen, observasi, dan verifikasi. Secara
keseluruhan perbedaan antara filsafat dengan ilmu adalah sebagai berikut:
Ilmu Filsafat
Berhubungan dengan lapangan yang Berhubungan dengan keseluruhan
terbatas di dalam memperoleh suatu pengalaman untuk memperoleh suatu
pandangan yang kompeherensif tentang
pandangan yang kompeherensif tentang
sesuatu
sesuatu
Menggunakan pendekatan analitis dan Menggunakan pendekatan sintesis atau
deskriptif. sinoptis, berhubungan dengan sifat dan
kualitas alam dan hidup secara
keseluruhan.
Menganalisis keseluruhan manjadi Membedakan sesuatu dalam bentuk
bagian-bagian sintesis yang menjelaskan dan mencari
makna sesuatu secara keseluruhan
Menghilangkan factor-faktor pribadi Tertarik pada personalitas, nilai-nilai dan
yang subjektif semua pengalaman
Ilmu tertarik pada hakikat sesuatu Tidak hanya tertarik pada bagian-bagian
sebagaimana mestinya yang nyata, melainkan pada
kemungkinan-kemungkinan yang ideal
dari suatu benda, nilai dan maknanya
Meneliti alam, mengontrol proses alam Mengadakan kritk, menilai dan
mengkoordinasikan tujuan
Menekankan pada deskripsi hukum- Tertarik dengan hal-hal yang
hukum fenomenal dan berhubungan berhubungan dengan pertanyaan “why”
dan “how”
kausal
o Ilmu dan filsafat menunjukan sikap kritis dan terbuka, dan memberikan
perhatian yang tidak berat sebelah pada suatu kebenaran.
o Ilmu dan filsafat tertarik pada pengetahuan yang terorganisir dan tersusun
secara sistematis.
Persoalan Filsafat
3
hujan. Mereka dapat memikirkan sebab-sebab terjadinya hujan dan
memberikan deskripsi tentang peristiwa hujan tersebut, sehingga semua yang
dipikirkan oleh ilmuwan tersebut ada dalam dunia empiris atau dapat dialami.
Namun ilmuwan tidak mempersoalkan maksud dan tujuan hujan, yang
dikarenakan di luar batas kewenangan ilmiah. Sedangkan filsafat menanyakan
apakah ada kekuatan atau tenaga yang mampu menimbulkan hujan? Ilmuwan
tidak memikirkan apakah tenaga itu berwujud materi atau bukan. Pemikiran
tentang maksud dan tujuan, serta kekuatan itulah yang bersifat spekulasi.
4. Bersifat kritis
6. Bersifat implikatif
Jika suatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, dari jawaban itu akan
memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang
dikemukakan mendukung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh
kepentingan-kepentingan manusia.
1. Radikal
Radikal berasal dari bahasa Yunani radix yang artinya akar. Berpikir secara
radikal artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, sampai ke hakekat, esensi,
atau sampai substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat tidak akan
puas hanya memperoleh pengetahuan lewat indra yang selalu berubah,
melainkan dengan akalnya akan berusaha untuk mendapatkan pengetahuan
hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi.
2. Universal
5
kenyataan.
3. Konseptual
5. Sistematik
Sistematik berasal dari kata sistem, yang artinya kebulatan dari sejumlah unsur
yang saling berhubungan menurut pengaturan untuk mencapai suatu maksud.
Dalam mengemukakan jawaban atas masalah, para filsuf memakai pendapat-
pendapat sebagai wujud dari proses berpikir yang disebut berfilsafat.
Pendapat-pendapat yang merupakan uraian-uraian kefiilsafatan harus saling
berhubungan secara teratur dan mengandung adanya maksud atau tujuan
tertentu.
6. Kompeherensip
7. Bebas
Sampai batas-batas yang luas, setiap filsafat boleh dikatakan merupakan hasil
dari pemikiran yang bebas. Bebas dari prasngka-prasangka social, historis,
cultural, atau religius. Socrates memilih minum racun dan menatap maut
daripada harus mengorbankan kebebasannya untuk berpikir menurut
keyakinannya. Kebebasan berpikir iru adalah kebebasan yang berdisplin (tidak
berarti sesuka hati, sembarangan), namun ikatan itu berasal dari dalam, dari
kaidah, dan dari disiplin pikiran itu sendiri.
8. Bertanggung jawab
3. Persoalan nilai-nilai (values) (nilai kebaikan tingkah laku dan nilai keindahan).
Nilai kebaikan tingkah laku bersangkutan dengan cabang filsafat Etika,
sedangkan nilai keindahan bersangkutan dengan cabang filsafat Estetika.
a. Metafisika
Istilah metafisika berasal dari bahasa yunani, meta ta phisika yang dapat diartikan
sebagai sesuatu yang ada di bailik atau belakang benda-benda fisik. Aristoteles
7
tidak menggunakan menngunakan istilah Metafisika, tetapi proto philosopia
(filsafat pertama), yang memuat uraian tentang sesuatu yang ada di belakang
gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup, mati. Metafisika dapat
didefinisakan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam (ultimate
nature) dari kenyataan atau kebenaran. Persoalan-persoalannya meliputi:
1. Persoalan-persoalan ontologis
b. Epistemologi
c. Logika
d. Etika
Etika sebagai cabang ilmu filsafat disebt filsafat moral (moral philosophy). Secara
etimologi, etika berasal dari bahasa yunani ethos artinya watak. Sedangkan kata
moral dari bahasa latin mos (bentuk tunggal) atau mores (bentuk jamak) yang
artinya kebiasaan. Istilah etika atau moral dapat diartikan kesusilaan. Objek
material etika adalah tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan bebas,
9
sedangkan objek formalnya adalah kebaikan dan keburukan dari tingkah laku
tersebut. Dengan demikian perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan secara
tidak sadar dan tidak bebas akan dikenai penilaian bermoral dan tidak bermoral.
Persoalan-persoalan dalam etika:
e. Estetika
Artinya ada berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu. Segi masalah
kuantitas akan melahirkan beberapa aliran filsafat sebagai jawaban atas
permasalahan tersebut, antara lain;
• Monisme
11
dua, yaitu dunia indra (dunia baying-bayang) dan dunia
intelek (dunia ide)
Aliran yang tidak mengakui adanya satu substansi atau dua substansi,
tetapi banyak substansi. Tokoh-tokohnya:
13
kesadaran hanyalah penjelmaan dari materi dan dapat
dikendalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu
yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk, dan menempati ruang.
Hal-hal yang besrifat kerohanian, pikiram, jiwa, keyakinan
tidak lain hanyalah ungkapan proses kebendaan. Tokoh-tokoh
aliran materialism:
17
diperhatikan, manusia harus perhatian dengan dunia ini. Sikap
negative positivisme terhadap kenyataan yang ada di luar
pengalaman telah berpengaruh terhadap bentuk pemikiran modern,
yaitu pragmatisme, instrumentalisme, naturalism ilmiah, dan
behaviorsme. Pernyataan yang tidak berdasar pengalaman atau
tidak dapat diverifikasi tiddak bermakna atau buka pengetahuan.
19