Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air.
2.Untuk mengetahui jenis bakteri yang mencemari sampel.
3.Untuk mengetahui kualitas dari sampel air yang diujikan.
II. MATERI DAN METODE
Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air PDAM, air isi ulang, air sumur,
air sungai, sumber mata air, dan air tangki. Dalam uji dugaan, dipipet masing-masing 10 ml
air sampel dan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang telah berisi medium kaldu lactose
konsentrasi ganda dan tabung durham. Sampel air dipipet kembali sebanyak 1 ml ke dalam 3
tabung reaksi yang berisi kaldu lactose konsentrasi normal dan tabung durham. Selanjutnya
dipipet kembali sebanyak 0,1 ml air sampel ke dalam 3 tabung reaksi yang telah berisi kaldu
lactose konsentrasi normal dan tabung durham. Seluruh tabung tadi diinkubasi pada suhu 370
C selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya gas dalam tabung durham.
Uji penetapan dilakukan dengan menginokulasikan tabung yang menunjukkan hasil positif ke
dalam medium BGBB (Brliliant Green Bile 2% Broth) dengan cara mengambil 1 tetes
menggunakan jarum ose. Medium BGBB yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri
yang tumbuh pada medium kaldu lactose selanjutnya diinkubasikan. Hasil positif ditunjukkan
oleh adanya gas dalam tabung durham. Tabung yang telah menunjukkan hasil positif ini
selanjutnya di gesekkan pada permukaan medium Endo Agar atau EMBA. Selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam. Adanya bakteri golongan coli ditunjukkan
dengan adanya koloni yang berwarna merah kehijauan mengkilat (hijau metalik).
Uji pelengkap dilakukan dengan menanam koloni golongan coli yang diisolasi dari medium
Endo Agar atau EMBA pada uji penetapan dalam medium kaldu laktosa dan medium NA
miring. Setelah itu diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
pewarnaan gram dari bakteri yang tumbuh pada media miring. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya gas dalam medium kaldu laktosa dan dinding sel bersifat gram negatif serta sel
berbentuk batang.
3.1 Hasil
No
Sampel
Coliform
MPN/100gr
E.coli
MPN/100gr
10
1
0,1
10
1
0,1
1
Air PDAM
3
2
3
210
0
0
0
0
2
Air Isi Ulang
3
2
0
93
0
0
0
0
3
Air Sumur
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
4
Air Sungai
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
5
Sumber Mata Air
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
6
Air Tangki
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
3.2 Pembahasan
Pemeriksaan kualitas air minum dilakukan untuk mengetahui apakah air tersebut layak
digunakan sebagai air minum atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menguji enam sampel air yang berasal dari air PDAM, air isi ulang, air
sumur, air sungai, sumber mata air, dan air tangki. Pengujian derajat pencemaran air secara
mikrobiologi ditunjukkan dengan adanya bakeri indikator (coliform dan fecal coliform)
dengan menggunakan tiga tahapan pengujian yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji
pelengkap. Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan
kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml
digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah
coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi.
Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh
dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Pengamatan terhadap air PDAM menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gas dalam tabung durham oleh karena di dalam
medium tersebut terdapat mikroba pembentuk gas (Fardiaz S., 1992). Pada tabung dengan
volume 10 ml sebanyak 3 tabung menunjukkan hasil positif, pada tabung dengan volume 1
ml sebanyak 2 tabung, dan pada tabung dengan volume 0,1 ml sebanyak 3 tabung.
Berdasarkan pencocokan seri tabung yang positif mengandung coliform dengan tabel MPN
seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform pada air PDAM per 100 ml
adalah sebanyak 210 (210 MPN/100ml). Dari hasil ini dan dibandingkan dengan pustaka,
maka air PDAM ini sudah tidak layak dikonsumsi lagi sebab mengandung coliform lebih dari
10 per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Banyaknya coliform dalam air PDAM dapat
disebabkan adanya bakteri yang dapat memfermentasi laktosa dengan membentuk gas,
seperti bakteri asam laktat dan beberapa khamir tertentu (Fardiaz S., 1992). Proses
pengolahan air yang kurang sempurna menyebabkan air PDAM ini terkontaminasi dengan
bakteri. Setelah dilakukan uji dugaan, maka dilanjutkan dengan uji penetapan untuk melihat
adanya bakteri E. coli dalam sampel. Dari hasil uji ini tidak ada yang menunjukkan hasil
positif dalam medium EMBA yang ditandai dengan tidak adanya koloni yang berwarna hijau
metalik. Penggunaan medium EMBA sebagai medium pertumbuhan adalah karena Etilen
Metilen Blue Agar mencegah pertumbuhan bakteri gram positif sedangkan E.coli sendiri
merupakan bakteri gram negatif sehingga hanya E. coli yang akan tumbuh dalam medium.
Dalam kondisi asam, EMBA ini akan diabsorpsi oleh koloni gram negatif seperti E. coli.
Pengamatan terhadap air isi ulang memberikan hasil positif pada uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas pada 3 tabung volume 10 ml dan 2
tabung volume 1 ml. terbentuknya gelembung gas dalam tabung durham disebabkan karena
adanya mikroba pembentuk gas (Fardiaz S., 1992). Berdasarkan pencocokan seri tabung yang
positif mengandung coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa
jumlah bakteri coliform pada air isi ulang per 100 ml adalah sebanyak 93 (93 MPN/100ml).
Hasil ini jika dibandingkan dengan pustaka maka bisa dikatakan bahwa air isi ulang ini sudah
tidak layak dikonsumsi karena mengandung coliform lebih dari 10 per 100 ml (Suriaman dan
Juwita., 2008). Masih tingginya angka organisme indikator dalam air menunjukkan bahwa air
tersebut telah terkontaminasi secara fecal. Proses pemurnian air yang meliputi sedimentasi,
filtrasi, dan klorinasi kurang sempurna menyebabkan air terkontaminasi dengan bakteri
(Lim., 1998). Tingginya angka bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan selain karena
sejak awal air tersebut telah mengandung bakteri coliform, adalah karena botol yang
digunakan untuk menampung air ini kurang steril sehingga air menjadi terkontaminasi.
Dalam uji penetapan, sampel air isi ulang ini menunjukkan hasil negatif terhadap adanya E.
coli yang dapat diliat dengan tidak adanya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik.
Dengan hasil ini maka air isi ulang ini seharusnya dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu
agar tidak membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Pengamatan terhadap air sumur menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform. Hal ini
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas dalam tabung durham pada seluruh
tabung dari semua seri pengenceran. Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan
bakteri coliform yang terdapat pada sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan.,
2006). Air sumur termasuk air dibawah permukaan tanah dimana terdapat pori-pori tanah dan
batuan yang jenuh air pada daerah ini karena dipengaruhi oleh proses penyaringan.
Mikroorganisme tertahan oleh bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai
penyaring (filter). Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang berada jauh di bawah
tanah bebas dari mikroorganisme (Pelczar dan Chan., 2006). Akan tetapi, hasil dari
pengamatan dalam praktikum ternyata memberikan hasil yang berbeda dimana setelah
dicocokkan dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform
pada air sumur per 100 ml adalah lebih dari 1.100 (> 1.100 MPN/100ml). Adanya bakteri
coliform sebanyak lebih dari 1.100 MPN per 100 ml ini merupakan jumlah yang sangat
banyak dan bila dikaitkan dengan pustakan adalah tidak bagus untuk dikonsumsi. Banyaknya
jumlah bakteri coliform kemungkinan disebabkan karena air tanah mengandung zat-zat
organik yang merupakan tempat baik bagi kehidupan organisme (Dwidjoseputro., 2005).
Dalam uji penetapan didapatkan hasil negatif terhadap adanya bakteri golongan coli. Tidak
terdapatnya E. coli pada air sumur disebabkan karena jumlah mikroba dalam air tanah lebih
sedikit jika dibandingkan dengan air yang berada pada permukaan tanah (Black., 1999).
Letak sumur yang tidak dekat dengan septic tank, kakus umum, perigi jamban, dan kandang
ternak juga mempengaruhi tidak adanya bakteri E.coli
Pengamatan terhadap air sungai menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas dalam semua tabung seri pengenceran.
Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada
sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan., 2006). Setelah dilakukan pencocokan
tabung yang mengandung coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa
jumlah bakteri coliform pada air sungai per 100 ml adalah lebih dari 1.100 (> 1.100
MPN/100ml). Apabila hasil ini dikaitkan dengan pustaka maka air sungai ini berbahaya
pabila dikonsumsi sebab mengandung coliform lebih dari 10 per 100 ml (Suriaman dan
Juwita., 2008). Dari hasil uji penetapan, tidak ditemukan adanya bakteri E. coli yang dilihat
dari tidak adanya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik. Pada sampel air sungai
seharusnya bakteri kontaminan relatif sedikit sebab air mengalir deras dan bergolak karena
menerjang batu-batuan sehingga kurang baik bagi kehidupan bakteri (Dwidjoseputro., 2005).
Banyaknya bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan karena adanya pencemaran akibat
pembuangan limbah ke sungai. Akan tetapi dalam sungai ini tidak terdapat E. coli yang
berarti tidak tercemar oleh tinja baik itu dari manusia atau hewan. Air sungai merupakan air
yang permukaan yang paling rentan terhadap pencemaran berkala oleh mikroorganisme dari
atmosfer maupun limbah domestik (Pelczar dan Chan., 2006). Sehingga jumlah mikroba air
permukaan lebih banyak jika dibandingkan dengan air tanah (Black., 1999).
Pengamatan terhadap air yang berasal dari sumber mata air menunjukkan hasil positif dalam
uji dugaan coliform yang ditandai dengan terbentuknya gelembung gas dan kekeruhan yang
disebabkan oleh adanya mikroba pembentuk gas dalam seluruh tabung semua seri
pengenceran (Fardiaz S., 1992). Setelah dilakukan pencocokan tabung yang mengandung
coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform
pada sumber mata air per 100 ml adalah lebih dari 1.100 (> 1.100 MPN/100ml). Apabila
hasil ini dikaitkan dengan pustaka maka sumber mata air ini berbahaya apabila dikonsumsi
sebab mengandung coliform lebih dari 10 per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Dalam
uji penetapan didapatkan hasil negatif terhadap adanya bakteri golongan coli. Air dari sumber
mata air semestinya tidak mengandung bakteri apapun karena belum terkontaminasi. Hal ini
berarti sumber mata air ini telah terkontaminasi bakteri atau karena terjadi kontaminasi dalam
pengambilan air dari sumber mata air ini. Akan tetapi, dalam uji penetapan mendapatkan
hasil negatif terhadap adanya bakteri golongan coli. Hal ini terjadi karena sumber air ini
letaknya jauh dari daerah septic tank sehingga tidak tercemar dari tinja.
Pengamatan terhadap air tangki menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan terbentuknya gelembung gas dan kekeruhan yang disebabkan oleh adanya
mikroba pembentuk gas dalam seluruh tabung semua seri pengenceran (Fardiaz S., 1992).
Setelah dilakukan pencocokan tabung yang mengandung coliform dengan tabel MPN seri 9
tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform pada air tangki per 100 ml adalah
lebih dari 1.100 (> 1.100 MPN/100ml). Apabila hasil ini dikaitkan dengan pustaka maka air
tangki ini berbahaya apabila dikonsumsi sebab mengandung coliform lebih dari 10 per 100
ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Sedangkan berdasarkan hasil uji penetapan didapatkan hasil
negatif terhadap adanya bakteri E. coli. Banyaknya bakteri coliform kemungkinan disebabkan
oleh terkontaminasinya air tangki karena penyimpanan yang lama. Selain itu juga bisa
disebabkan tangki tersebut dibiarkan terbuka sehingga rentan terhadap pencemaran berkala
oleh mikroorganisme dari atmosfir (Pelczar dan Chan., 2006). Tidak adanya E. coli
disebabkan karena letak tangki yang umumnya tinggi dan tertutup sehingga tidak mungkin
terkontaminasi oleh tinja manusia.
IV. KESIMPULAN
1.Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air adalah metode MPN (Most
Probable Number) sebab metode ini dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat
rendah.
2.Jenis bakteri yang mencemari semua sampel adalah berasal dari bakteri coliform, tidak
terdapat pencemaran akibat adanya bakteri Escherichia coli.
3.Kualitas air pada sampel yang diuji adalah tidak layak digunakan sebagai air minum sebab
jumlah coliformnya sangat banyak pada seua jenis air sampel sehingga akan berbahaya bila
diminum.
Kebersihan peralatan makanan yang kurang baik akan mempunyai peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman, penyebaran penyakit dan
keracunan, untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga terus tingkat kebersihannya
supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen serta cemaran zat lainnya. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas makanan jadi yaitu terjadinya
kontaminasi makanan oleh bakteri melalui kontaminasi peralatan yang tidak bersih.
Kebersihan peralatan makan merupakan salah satu faktor penting dalam higiene dan
sanitasi makanan. Peralatan makan perlu dijaga kebersihannya setiap akan digunakan
karena peralatan makan yang bersih dapat membantu mencegah terjadinya kontaminasi
makanan oleh bakteri melalui peralatan makanan yang digunakan. Penelitian ini bersifat
Deskriftif kualitatif dimana sampel yang diteliti adalah peralatan makanan yang tediri
dari piring, sendok dan gelas. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 restoran, 15 rumah
makan dan 12 lokalisasi makanan jajanan. Pengambilan sampel yaitu purposive
sampling. Penelitian ini bersifat Deskriftif kualitatif dimana sampel yang diteliti adalah
peralatan makanan yang tediri dari piring, sendok dan gelas. Penelitian ini dilakukan
terhadap 10 restoran, 15 rumah makan dan 12 lokalisasi makanan jajanan. Pengambila
sampel yaitu purposive sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan
makanan yang digunakan dibeberapa tempat penjualan makanan dan minuman di Kota
Jambi mengandung bakteri Ecoit yaitu pada 2 rumah makan dan 4 lokalisasi makanan
jajanan. Sedangkan untuk restoran tidak terdapat bakteri E. Coli pada peralatan
makanan yang dipergunakan. Adanya bakteri E. coli ini disebabkan karena bigiene dan
sanitasi pera1atan makanan yang kurang baik yaitu sarana pencucian, teknik pencucian,
kondisi tempat penyimpanan peralatan makan yang tidak benar, serta pengetahuan
penjamah makanan tentang higiene dan sanitasi makanan, khususnya higiene dan
sanitasi peralatan makan yang rendah. Penerapan Higiene dan sanitasi makanan,
khususnya higiene dan sanitasi peralatan makan dapat ditingkatkan dengan memberikan
penyuluhan,pemeriksaan secara kontinue, pelatihan jika perlu berikan sanksi bagi
penjamah pelanggar ketentuan yang ditetapkan tentang higiene dan sanitasi peralatan
makanan.
Masalah Resistensi Antibiotik
By Admin2 on January 30, 2007
KLORAMFENIKOL
Posted: January 15, 2010 by filzahazny in farmakologi
Tags: efek, farmakologis, kloramfenikol, toksik
2
2.1 Asal dan Kimia
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya sangat
pahit. Rumus molekul kloramfenikol ialah
Kloramfenikol R= -NO2
Tiamfenikol R=-CH3SO2
2.2 Farmakodinamik
Efek anti mikroba
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada
ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida
tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil
transferase yang diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap P.aeruginosa. Proteus dan
Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat
ke dalam sel bakteri.
IMIPENEM
Deskripsi:
Imipenem adalah antibiotik yang melawan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri. Dalam penggunaannya,
biasanya disertai dengan Cilastatin. Cilastatin membantu Imipenem bekerja secaralebih efektif dengan
Indikasi:
Untuk mengubati infeksi serius pada sistem pernapasan bawah, kulit, perut, organ reproduksi wanita, dan sistim
tubuh lainnya.
Deskripsi:
Gentamicin adalah jenis obat yang termasuk kelompok aminoglycosides. Gentamicin ini merupakan antibiotik,
yang bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan atau membunuh bakteria sensitif dalam tubuh.
CIP
Indikasi:
Deskripsi:
Ciprofloxacin adalah antibiotik dalam kelompok obat yang disebutfluoroquinolones. Ciprofloxacin bekerja
Indikasi:
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, juga digunakan untuk mencegah atau memperlambat anthrax
setelah kemunculannya.
1. APLIKASI
Metode ini berlaku untuk mendeteksi Salmonella layak dalam makanan dan sampel
lingkungan untuk menentukan sesuai dengan persyaratan Bagian 4 dan 7 dari UU Obat
dan Makanan dan Peraturan spesifik (seperti diringkas dalam Ringkasan Interpretasi
(7.15)).Metode revisi menggantikan MFHPB-20, tanggal April 1998. Karena kesehatan
dan masalah keamanan seputar penggunaan cystine selenite, metode ini direvisi juga
harus digunakan di tempat Metode resmi (Volume 1 dari Kompendium ini) seperti MFO-
6, MFO-10, MFO-11 dan MFO-12 .
Metode revisi termasuk perubahan utama berikut dalam pendekatan analitis untuk
mendeteksi Salmonella spp bawaan makanan.:
2. PRINSIP
2,4 Pemurnian
Top of Page
3. DEFINISI ISTILAH
4. COLLECTION OF SAMPEL
4,1 Sampling
Untuk sampling rutin dan analisis, unit 5 sampel minimal 100 g masing-masing harus
dikumpulkan dari setiap banyak kecuali ditentukan dalam Tabel I. Lihat Ringkasan
Interpretasi (7.15) untuk Pedoman dan Peraturan khusus untuk makanan yang dianalisis
untuk Salmonella.
Untuk informasi tambahan mengenai rencana sampling dalam kaitannya dengan derajat
risiko dan persyaratan penggunaan lihat ICSMF (7,16).
Media dan reagen tercantum di bawah ini secara komersial tersedia dan harus
digunakan, disusun dan / atau disterilkan sesuai dengan instruksi dari pabriknya. Lihat
Lampiran G Volume 2 untuk formula media.
Catatan: Jika analis menggunakan setiap variasi media yang terdaftar di sini (baik
produk yang tersedia secara komersial atau dibuat dari nol), itu adalah tanggung jawab
analis atau Laboratorium Supervisor untuk memastikan persamaan.
CATATAN:
15) alat tes Komersial kit biokimia dan identifikasi cepat (seperti Vitek, API, atau setara)
21) Kontrol. Jika tersedia, gunakan mikroorganisme dari sumber yang dapat dipercaya
seperti ATCC.
1. Positif kontrol:
a) Salmonella khas
b) Salmonella atipikal (opsional): Lactose-dan / atau fermentasi sukrosa-strain
Salmonella dll
Top of Page
6. PROSEDUR
Setiap unit sampel dapat dianalisis secara individual atau unit analisis yang diambil dari
sampel masing-masing unit dapat digabungkan sesuai.
Kedua jenis kontrol (positif dan negatif) harus dilakukan melalui setiap langkah analisis.
6.1.1 Sebelum analisis, kecuali untuk makanan rak-stabil, terus unit sampel didinginkan
(2-8 ° C) atau beku, tergantung pada bagaimana produk itu diterima. Beku mencair
sampel di lemari es, atau di bawah waktu dan kondisi suhu yang mencegah
pertumbuhan mikroba atau kematian.
Catatan: sampel besar (misalnya, seluruh kalkun) mungkin tidak mudah mencair pada
suhu lemari es. Untuk kebijaksanaan yang lebih besar, melampirkan sampel, beku
dikemas dalam kantong kertas tebal berdinding dan semalam mencair pada suhu
kamar. Teknik ini memelihara permukaan produk dingin selama proses pencairan.
6.1.3 Selama pengaduan konsumen dan investigasi lainnya, ukuran sampel yang
dibutuhkan mungkin tidak tersedia. Jika unit sampel individu yang diterima untuk
analisis adalah kurang dari unit berat yang direkomendasikan analitis, menganalisa dan
mencatat seluruh jumlah berat yang digunakan.
Dari setiap unit sampel, unit analisis (biasanya 25 g atau mL) diambil. Untuk
mengurangi beban kerja, hingga 15 unit analitis dapat composited menjadi sampel
pengujian tunggal (misalnya 375 g atau mL).
Jika unit sampel individu terdiri dari lebih dari satu kontainer, aseptik menggabungkan
dan campuran isi kontainer sebelum penarikan unit analitis. Jika ini tidak mungkin atau
praktis, unit analisis kemudian harus terdiri dari bagian yang sama dari masing-masing
kontainer.
Catatan: Untuk analisis kecambah, ikuti petunjuk yang diberikan dalam Lampiran A dari
metode ini sebelum melanjutkan dengan analisis sampel.
6.2.2.1 Unit analisis yang diperlukan (diuji secara individu atau composited yang sesuai)
yang tersebar ke dalam kaldu pengayaan sesuai non-selektif (Tabel I). kaldu nutrisi (NB)
dan air buffer pepton (Informasi anda) sama-sama handal dan untuk komoditas tersebut
tidak menetapkan kaldu lain, dapat digunakan bergantian sebagai tujuan umum media
pra-pengayaan (7.9). Perut, atau campuran jika berlaku (lihat Tabel I).
Catatan: Jika unit sampel terdiri dari wadah dengan bahan makanan kecil, bilas secara
menyeluruh bagian dalam wadah dengan jumlah yang sesuai kaldu pengayaan pra
menengah. Menetaskan membilas dalam wadah steril yang cocok, seperti termos atau
tas stomacher.
6.2.2.3 menetaskan campuran pra-pengayaan dan kontrol pada suhu 35oC selama 18
hingga 24 jam
6.2.3.2 diinkubasi pra-pengayaan kaldu dari analisis sampel dimulai hari sebelumnya
mungkin didinginkan (2 sampai 8 °) hingga 72 jam sampai analisis dapat melanjutkan
(misalnya, setelah akhir pekan).
Top of Page
6,3 Selektif Pengayaan
6.3.1 Vortex atau resuspend yang kaldu pra-pengayaan. 1,0 mL kaldu pengayaan pra-
Transfer diinkubasi ke dalam 9 mL Tetrathionate Brilliant Green (TBG) kaldu dan 0,1 mL
menjadi 9 mL Rappaport-Vassiliadis Peptone Soya (RVS) kaldu. Jika menggantikan SC
untuk kaldu RVS, transfer 1,0 mL kaldu pra-pengkayaan ke dalam 9 mL kaldu SC.
6.3.2 menetaskan RVS dan kaldu TBG mencapai 42,5 ° C selama 24 ± 2 jam Jika
menggunakan kaldu SC, menetaskan kaldu ini selama 24 ± 2 jam pada 35 ° C.
6.3.3.1 Pendekatan ini merupakan pelengkap yang diuraikan dalam Bagian 6.2.3, dan
menyediakan fleksibilitas yang lebih besar.
Plating 6,4 Selektif
6.4.1 Vortex atau resuspend yang kaldu. Streak setiap kaldu pengayaan selektif ke
agars selektif untuk mendapatkan koloni yang terisolasi dengan baik. Pilih setidaknya
dua media dari 1 Agars Grup (Bagian 5). Media lain dari Grup 2 Agars dapat digunakan
tetapi hanya dalam hubungannya dengan kelompok 1 Agars.
6.4.3 Periksa diinkubasi piring untuk koloni Salmonella sugestif. Salmonella yang khas
biasanya terjadi sebagai pink untuk koloni fuchsia dikelilingi oleh media merah pada agar
BGS, dan sebagai koloni hitam pada agar BS dengan atau tanpa kilau metalik, dan
menunjukkan sebuah menghitamkan H2S-tergantung bertahap medium sekitarnya
dengan meningkatnya waktu inkubasi. Salmonella atipikal mungkin menunjukkan
pertumbuhan yang buruk pada satu atau kedua media yang digunakan, dan dapat
muncul berbeda daripada dijelaskan. Pada Brilliance Salmonella Salmonella Agar khas
adalah terang ungu sementara enterics lain yang paling mungkin biru atau
berwarna. produsen Ikuti instruksi pada penggunaan Kelompok 2 agars serta
mengidentifikasi dugaan Salmonella.
Catatan:
6.4.4 Apabila koloni tersangka dengan baik dan terisolasi cukup besar, 1-3 koloni
per jenis agar-agar (atau lebih jika diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai serotipe
Salmonella dll) harus dilakukan ke depan melalui pengujian biokimia. Bersamaan,
memurnikan isolat seperti dalam Bagian 6.5.
Di mana koloni tidak terisolasi dengan baik atau sangat kecil (mungkin sebuah
serotipe tumbuh lambat), tersangka koloni gores ke agar-agar MacConkey untuk
kemurnian seperti dalam Bagian 6.5, dan kemudian melanjutkan.
6.4.5 Tidak adanya koloni tersangka (baik yang khas atau atipikal dalam penampilan) di
piring menunjukkan bahwa unit analisis atau contoh uji komposit tidak mengandung
Salmonella spp. mampu tumbuh pada media yang digunakan.
Top of Page
6,5 Pemurnian
6.5.3 koloni Salmonella yang khas adalah laktosa-negatif dan akan muncul sebagai
koloni berwarna pada media ini. Namun, laktosa biotipe-positif akan terjadi sebagai
koloni merah muda.
Biokimia 6,6 Skrining
6.6.1 Dengan jarum steril, menyuntik koloni tersangka ke dalam media biokimia
tercantum dalam Tabel II. Menetaskan media biokimia selama 18 hingga 24 jam pada
suhu 35oC. Cap tabung longgar.
Catatan: hasil biokimia Keliru dapat menyebabkan jika tabung tidak longgar capped
selama inkubasi.
6.6.2 Atau, komersial tersedia kit diagnostik dapat digunakan untuk mendapatkan profil
yang lebih rinci biokimia isolat bakteri.
6.6.3 Jika tidak ada sugestif isolat Salmonella, unit analisis atau contoh (jika composite)
dianggap bebas Salmonella. Jika keberadaan Salmonella diduga, lanjutkan dengan
pengujian serologis.
6.6.4 pengujian serologi Jika tidak akan dilakukan dalam waktu 72 jam, tersangka
menyuntik ke slants isolat nutrien dan mengeram di 35oC selama 24 ± 2 jam
6,7 Serologis Identifikasi
Ikuti instruksi produsen menggunakan inokulum yang kurang dari 72 jam tua.
Dalam kasus di mana layanan dari referensi mengetik pusat tidak tersedia, isolat
Salmonella harus diidentifikasi lebih lanjut oleh pengujian dengan antiserum H
polyvalent menurut metode yang dijelaskan dalam "Mikroorganisme dalam Makanan"
(7.12).