You are on page 1of 21

Pemeriksaan Air

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup
memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air
dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan
suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler (Campbell dkk., 2002).
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan
substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi
pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona dkk., 2007).
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan
kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona dkk., 2007). Ciri-ciri
coliform yaitu bentuk batang, merupakan bakteri gram negatif, tidak membentuk spora,
aerobik atau anaerobik fakultatif yang memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam
dan gas dalam waktu 48 jam dan suhu 350 C (Pelczar dan Chan., 2006). Adanya bakteri
coliform didalam makanan atau minuman menunjukkan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik yang berbahaya bagi kesehatan (Dwijoseputro., 2005).
Bakteri coliform dapat dibedakan atas dua kelompok yaitu coliform fecal misalnya
Escherichia coli dan coliform nonfecal misalnya Enterobacter aerogenes. E. Coli merupakan
bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia, sedangkan E. aerogenes ditemukan
pada hewan atau tumbuhan yang telah mati. Adanya E.coli pada air minum menandakan air
tersebut telah terkontaminasi feses manusia dan mungkin juga mengandung patogen usus
(Dwijoseputro., 2005). Uji kualitatif coliform secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji
dugaan (Presumtive test), uji penetapan (confirmed test), dan uji pelengkap (completed test)
(Ramona dkk., 2007).

1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air.
2.Untuk mengetahui jenis bakteri yang mencemari sampel.
3.Untuk mengetahui kualitas dari sampel air yang diujikan.
II. MATERI DAN METODE

Sampel yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah air PDAM, air isi ulang, air sumur,
air sungai, sumber mata air, dan air tangki. Dalam uji dugaan, dipipet masing-masing 10 ml
air sampel dan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang telah berisi medium kaldu lactose
konsentrasi ganda dan tabung durham. Sampel air dipipet kembali sebanyak 1 ml ke dalam 3
tabung reaksi yang berisi kaldu lactose konsentrasi normal dan tabung durham. Selanjutnya
dipipet kembali sebanyak 0,1 ml air sampel ke dalam 3 tabung reaksi yang telah berisi kaldu
lactose konsentrasi normal dan tabung durham. Seluruh tabung tadi diinkubasi pada suhu 370
C selama 24 jam. Hasil positif ditunjukkan oleh adanya gas dalam tabung durham.
Uji penetapan dilakukan dengan menginokulasikan tabung yang menunjukkan hasil positif ke
dalam medium BGBB (Brliliant Green Bile 2% Broth) dengan cara mengambil 1 tetes
menggunakan jarum ose. Medium BGBB yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri
yang tumbuh pada medium kaldu lactose selanjutnya diinkubasikan. Hasil positif ditunjukkan
oleh adanya gas dalam tabung durham. Tabung yang telah menunjukkan hasil positif ini
selanjutnya di gesekkan pada permukaan medium Endo Agar atau EMBA. Selanjutnya
diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam. Adanya bakteri golongan coli ditunjukkan
dengan adanya koloni yang berwarna merah kehijauan mengkilat (hijau metalik).
Uji pelengkap dilakukan dengan menanam koloni golongan coli yang diisolasi dari medium
Endo Agar atau EMBA pada uji penetapan dalam medium kaldu laktosa dan medium NA
miring. Setelah itu diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan
pewarnaan gram dari bakteri yang tumbuh pada media miring. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya gas dalam medium kaldu laktosa dan dinding sel bersifat gram negatif serta sel
berbentuk batang.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

No
Sampel
Coliform
MPN/100gr
E.coli
MPN/100gr

10
1
0,1

10
1
0,1
1
Air PDAM
3
2
3
210
0
0
0
0
2
Air Isi Ulang
3
2
0
93
0
0
0
0
3
Air Sumur
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
4
Air Sungai
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
5
Sumber Mata Air
3
3
3
>1.100
0
0
0
0
6
Air Tangki
3
3
3
>1.100
0
0
0
0

3.2 Pembahasan
Pemeriksaan kualitas air minum dilakukan untuk mengetahui apakah air tersebut layak
digunakan sebagai air minum atau digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menguji enam sampel air yang berasal dari air PDAM, air isi ulang, air
sumur, air sungai, sumber mata air, dan air tangki. Pengujian derajat pencemaran air secara
mikrobiologi ditunjukkan dengan adanya bakeri indikator (coliform dan fecal coliform)
dengan menggunakan tiga tahapan pengujian yaitu uji dugaan, uji penetapan, dan uji
pelengkap. Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan
kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml
digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah
coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi.
Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh
dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Pengamatan terhadap air PDAM menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gas dalam tabung durham oleh karena di dalam
medium tersebut terdapat mikroba pembentuk gas (Fardiaz S., 1992). Pada tabung dengan
volume 10 ml sebanyak 3 tabung menunjukkan hasil positif, pada tabung dengan volume 1
ml sebanyak 2 tabung, dan pada tabung dengan volume 0,1 ml sebanyak 3 tabung.
Berdasarkan pencocokan seri tabung yang positif mengandung coliform dengan tabel MPN
seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform pada air PDAM per 100 ml
adalah sebanyak 210 (210 MPN/100ml). Dari hasil ini dan dibandingkan dengan pustaka,
maka air PDAM ini sudah tidak layak dikonsumsi lagi sebab mengandung coliform lebih dari
10 per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Banyaknya coliform dalam air PDAM dapat
disebabkan adanya bakteri yang dapat memfermentasi laktosa dengan membentuk gas,
seperti bakteri asam laktat dan beberapa khamir tertentu (Fardiaz S., 1992). Proses
pengolahan air yang kurang sempurna menyebabkan air PDAM ini terkontaminasi dengan
bakteri. Setelah dilakukan uji dugaan, maka dilanjutkan dengan uji penetapan untuk melihat
adanya bakteri E. coli dalam sampel. Dari hasil uji ini tidak ada yang menunjukkan hasil
positif dalam medium EMBA yang ditandai dengan tidak adanya koloni yang berwarna hijau
metalik. Penggunaan medium EMBA sebagai medium pertumbuhan adalah karena Etilen
Metilen Blue Agar mencegah pertumbuhan bakteri gram positif sedangkan E.coli sendiri
merupakan bakteri gram negatif sehingga hanya E. coli yang akan tumbuh dalam medium.
Dalam kondisi asam, EMBA ini akan diabsorpsi oleh koloni gram negatif seperti E. coli.
Pengamatan terhadap air isi ulang memberikan hasil positif pada uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas pada 3 tabung volume 10 ml dan 2
tabung volume 1 ml. terbentuknya gelembung gas dalam tabung durham disebabkan karena
adanya mikroba pembentuk gas (Fardiaz S., 1992). Berdasarkan pencocokan seri tabung yang
positif mengandung coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa
jumlah bakteri coliform pada air isi ulang per 100 ml adalah sebanyak 93 (93 MPN/100ml).
Hasil ini jika dibandingkan dengan pustaka maka bisa dikatakan bahwa air isi ulang ini sudah
tidak layak dikonsumsi karena mengandung coliform lebih dari 10 per 100 ml (Suriaman dan
Juwita., 2008). Masih tingginya angka organisme indikator dalam air menunjukkan bahwa air
tersebut telah terkontaminasi secara fecal. Proses pemurnian air yang meliputi sedimentasi,
filtrasi, dan klorinasi kurang sempurna menyebabkan air terkontaminasi dengan bakteri
(Lim., 1998). Tingginya angka bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan selain karena
sejak awal air tersebut telah mengandung bakteri coliform, adalah karena botol yang
digunakan untuk menampung air ini kurang steril sehingga air menjadi terkontaminasi.
Dalam uji penetapan, sampel air isi ulang ini menunjukkan hasil negatif terhadap adanya E.
coli yang dapat diliat dengan tidak adanya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik.
Dengan hasil ini maka air isi ulang ini seharusnya dilakukan uji kelayakan terlebih dahulu
agar tidak membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
Pengamatan terhadap air sumur menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform. Hal ini
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas dalam tabung durham pada seluruh
tabung dari semua seri pengenceran. Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan
bakteri coliform yang terdapat pada sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan.,
2006). Air sumur termasuk air dibawah permukaan tanah dimana terdapat pori-pori tanah dan
batuan yang jenuh air pada daerah ini karena dipengaruhi oleh proses penyaringan.
Mikroorganisme tertahan oleh bahan partikulat dalam tanah yang berfungsi sebagai
penyaring (filter). Dengan demikian besar kemungkinan perairan yang berada jauh di bawah
tanah bebas dari mikroorganisme (Pelczar dan Chan., 2006). Akan tetapi, hasil dari
pengamatan dalam praktikum ternyata memberikan hasil yang berbeda dimana setelah
dicocokkan dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform
pada air sumur per 100 ml adalah lebih dari 1.100 (> 1.100 MPN/100ml). Adanya bakteri
coliform sebanyak lebih dari 1.100 MPN per 100 ml ini merupakan jumlah yang sangat
banyak dan bila dikaitkan dengan pustakan adalah tidak bagus untuk dikonsumsi. Banyaknya
jumlah bakteri coliform kemungkinan disebabkan karena air tanah mengandung zat-zat
organik yang merupakan tempat baik bagi kehidupan organisme (Dwidjoseputro., 2005).
Dalam uji penetapan didapatkan hasil negatif terhadap adanya bakteri golongan coli. Tidak
terdapatnya E. coli pada air sumur disebabkan karena jumlah mikroba dalam air tanah lebih
sedikit jika dibandingkan dengan air yang berada pada permukaan tanah (Black., 1999).
Letak sumur yang tidak dekat dengan septic tank, kakus umum, perigi jamban, dan kandang
ternak juga mempengaruhi tidak adanya bakteri E.coli
Pengamatan terhadap air sungai menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan adanya kekeruhan dan gelembung gas dalam semua tabung seri pengenceran.
Timbulnya gas ini disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada
sampel air dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam
waktu 48 jam dan pada suhu 350 C (Pelczar dan Chan., 2006). Setelah dilakukan pencocokan
tabung yang mengandung coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa
jumlah bakteri coliform pada air sungai per 100 ml adalah lebih dari 1.100 (> 1.100
MPN/100ml). Apabila hasil ini dikaitkan dengan pustaka maka air sungai ini berbahaya
pabila dikonsumsi sebab mengandung coliform lebih dari 10 per 100 ml (Suriaman dan
Juwita., 2008). Dari hasil uji penetapan, tidak ditemukan adanya bakteri E. coli yang dilihat
dari tidak adanya koloni bakteri yang berwarna hijau metalik. Pada sampel air sungai
seharusnya bakteri kontaminan relatif sedikit sebab air mengalir deras dan bergolak karena
menerjang batu-batuan sehingga kurang baik bagi kehidupan bakteri (Dwidjoseputro., 2005).
Banyaknya bakteri coliform ini kemungkinan disebabkan karena adanya pencemaran akibat
pembuangan limbah ke sungai. Akan tetapi dalam sungai ini tidak terdapat E. coli yang
berarti tidak tercemar oleh tinja baik itu dari manusia atau hewan. Air sungai merupakan air
yang permukaan yang paling rentan terhadap pencemaran berkala oleh mikroorganisme dari
atmosfer maupun limbah domestik (Pelczar dan Chan., 2006). Sehingga jumlah mikroba air
permukaan lebih banyak jika dibandingkan dengan air tanah (Black., 1999).
Pengamatan terhadap air yang berasal dari sumber mata air menunjukkan hasil positif dalam
uji dugaan coliform yang ditandai dengan terbentuknya gelembung gas dan kekeruhan yang
disebabkan oleh adanya mikroba pembentuk gas dalam seluruh tabung semua seri
pengenceran (Fardiaz S., 1992). Setelah dilakukan pencocokan tabung yang mengandung
coliform dengan tabel MPN seri 9 tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform
pada sumber mata air per 100 ml adalah lebih dari 1.100 (> 1.100 MPN/100ml). Apabila
hasil ini dikaitkan dengan pustaka maka sumber mata air ini berbahaya apabila dikonsumsi
sebab mengandung coliform lebih dari 10 per 100 ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Dalam
uji penetapan didapatkan hasil negatif terhadap adanya bakteri golongan coli. Air dari sumber
mata air semestinya tidak mengandung bakteri apapun karena belum terkontaminasi. Hal ini
berarti sumber mata air ini telah terkontaminasi bakteri atau karena terjadi kontaminasi dalam
pengambilan air dari sumber mata air ini. Akan tetapi, dalam uji penetapan mendapatkan
hasil negatif terhadap adanya bakteri golongan coli. Hal ini terjadi karena sumber air ini
letaknya jauh dari daerah septic tank sehingga tidak tercemar dari tinja.
Pengamatan terhadap air tangki menunjukkan hasil positif dalam uji dugaan coliform yang
ditandai dengan terbentuknya gelembung gas dan kekeruhan yang disebabkan oleh adanya
mikroba pembentuk gas dalam seluruh tabung semua seri pengenceran (Fardiaz S., 1992).
Setelah dilakukan pencocokan tabung yang mengandung coliform dengan tabel MPN seri 9
tabung, didapatkan hasil bahwa jumlah bakteri coliform pada air tangki per 100 ml adalah
lebih dari 1.100 (> 1.100 MPN/100ml). Apabila hasil ini dikaitkan dengan pustaka maka air
tangki ini berbahaya apabila dikonsumsi sebab mengandung coliform lebih dari 10 per 100
ml (Suriaman dan Juwita., 2008). Sedangkan berdasarkan hasil uji penetapan didapatkan hasil
negatif terhadap adanya bakteri E. coli. Banyaknya bakteri coliform kemungkinan disebabkan
oleh terkontaminasinya air tangki karena penyimpanan yang lama. Selain itu juga bisa
disebabkan tangki tersebut dibiarkan terbuka sehingga rentan terhadap pencemaran berkala
oleh mikroorganisme dari atmosfir (Pelczar dan Chan., 2006). Tidak adanya E. coli
disebabkan karena letak tangki yang umumnya tinggi dan tertutup sehingga tidak mungkin
terkontaminasi oleh tinja manusia.

IV. KESIMPULAN

1.Metode yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air adalah metode MPN (Most
Probable Number) sebab metode ini dapat mendeteksi koliform dalam jumlah yang sangat
rendah.
2.Jenis bakteri yang mencemari semua sampel adalah berasal dari bakteri coliform, tidak
terdapat pencemaran akibat adanya bakteri Escherichia coli.
3.Kualitas air pada sampel yang diuji adalah tidak layak digunakan sebagai air minum sebab
jumlah coliformnya sangat banyak pada seua jenis air sampel sehingga akan berbahaya bila
diminum.

Pemeriksaan angka kuman pada makanan/minuman

Kebersihan peralatan makanan yang kurang baik akan mempunyai peranan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangbiakan kuman, penyebaran penyakit dan
keracunan, untuk itu peralatan makanan haruslah dijaga terus tingkat kebersihannya
supaya terhindar dari kontaminasi kuman patogen serta cemaran zat lainnya. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas makanan jadi yaitu terjadinya
kontaminasi makanan oleh bakteri melalui kontaminasi peralatan yang tidak bersih.
Kebersihan peralatan makan merupakan salah satu faktor penting dalam higiene dan
sanitasi makanan. Peralatan makan perlu dijaga kebersihannya setiap akan digunakan
karena peralatan makan yang bersih dapat membantu mencegah terjadinya kontaminasi
makanan oleh bakteri melalui peralatan makanan yang digunakan. Penelitian ini bersifat
Deskriftif kualitatif dimana sampel yang diteliti adalah peralatan makanan yang tediri
dari piring, sendok dan gelas. Penelitian ini dilakukan terhadap 10 restoran, 15 rumah
makan dan 12 lokalisasi makanan jajanan. Pengambilan sampel yaitu purposive
sampling. Penelitian ini bersifat Deskriftif kualitatif dimana sampel yang diteliti adalah
peralatan makanan yang tediri dari piring, sendok dan gelas. Penelitian ini dilakukan
terhadap 10 restoran, 15 rumah makan dan 12 lokalisasi makanan jajanan. Pengambila
sampel yaitu purposive sampling. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa peralatan
makanan yang digunakan dibeberapa tempat penjualan makanan dan minuman di Kota
Jambi mengandung bakteri Ecoit yaitu pada 2 rumah makan dan 4 lokalisasi makanan
jajanan. Sedangkan untuk restoran tidak terdapat bakteri E. Coli pada peralatan
makanan yang dipergunakan. Adanya bakteri E. coli ini disebabkan karena bigiene dan
sanitasi pera1atan makanan yang kurang baik yaitu sarana pencucian, teknik pencucian,
kondisi tempat penyimpanan peralatan makan yang tidak benar, serta pengetahuan
penjamah makanan tentang higiene dan sanitasi makanan, khususnya higiene dan
sanitasi peralatan makan yang rendah. Penerapan Higiene dan sanitasi makanan,
khususnya higiene dan sanitasi peralatan makan dapat ditingkatkan dengan memberikan
penyuluhan,pemeriksaan secara kontinue, pelatihan jika perlu berikan sanksi bagi
penjamah pelanggar ketentuan yang ditetapkan tentang higiene dan sanitasi peralatan
makanan.
Masalah Resistensi Antibiotik
By  Admin2  on January 30, 2007

Apakah yang disebut sebagai resistensi antibiotika?


Resistensi antibiotika timbul bila suatu antibiotika kehilangan kemampuannya untuk
secara efektif mengendalikan atau membasmi pertumbuhan bakter; dengan kata lain
bakteri mengalami “resistensi” dan terus berkembangbiak meskipun telah diberikan
antibiotika dalam jumlah yang cukup untuk pengobatan.

Mengapa bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika?


Resistensi terhadap antibiotika adalah fenomena yang alami. Bila suatu antibiotika
digunakan, bakteri yang mengalami resistensi terhadap antibiotika tersbut memiliki
kesempatan yang lebih besar untuk dapat terus hidup daripada bakteri lain yang lebih
“rentan.” Bakteri yang rentan akan dapat dibasmi atau dihambat pertumbuhannya oleh
suatu antibiotika, menghasilkan suatu a tekanan selektif terhadap bakteri lain yang
masih bertahan hidup untuk menciptakan turunan yang resisten terhadap antibiotika.
Beberapa resistensi timbul tanpa adanya campur tangan manusia, bila suatu bakteri
dapat memroduksi dan menggunakan antibiotika untuk melawan bakteri yang lain,
sehingga menyebabkan timbulnya seleksi alam dalam tingkat yang lebih rendah untuk
menimbulkan resistensi terhadap antibiotika. Namun demikian, bakteri yang mengalami
resistensi terhadap antibiotika dalam jumlah yang sangat tinggi sekarang ini disebabkan
karena adanya penyalahgunaan dan penggunaan antibiotika secara berlebihan. Di
beberapa negara dan melalui internet, antibiotik dapat dibeli tanpa adanya resep dokter.
Pasien kadang-kadang minum antibiotik meskipun ia tidak membutuhkannya, untuk
mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus seperti selesma.

Bagaimana bakteri bisa menjadi resisten?


Beberapa bakteri secara alami memang resisten terhadap antibiotike tipe tertentu.
Namun, bakteri juga dapat menjadi resisten melalui dua cara: 1) dengan mutasi
genetika atau 2) dengan mendapatkan resistensi dari bakteri lainnya.
Mutasi, perubahan spontan yang jarang terjadi pada materi genetis bakteri, diperkirakan
terjadi pada satu dari satu juta hingga satu dari sepuluh juta sel. Mutasi genetis yang
berbeda akan menghasilkan tipe resistensi yang berbeda juga. Beberapa mutasi
mengakibatkan bakteri dapat menghasilkan zat kimia (enzim) yang cukup untuk
menonaktifkan antibiotika, sementara mutasi yang lain dapat menghilangkan sel yang
menjadi target serangan antibiotika. Mutasi jenis lain menutup gerbang tempat
masuknya antibiotika ke dalam sel, dan mutasi yang lain lagi menghasilkan mekanisme
pemompa yang dapat mengirim antibiotika keluar sel sehingga antibiotika tersebut tidak
akan pernah dapat mencapai sasarannya.
Bakteri bisa mendapatkan gen-gen resisten terhadap antibiotika dari bakteri lain dengan
beberapa cara. Dengan melakukan proses perkawinan sederhana yang disebut
“konjugasi,” bakteri dapat mentransfer materi genetik, termasuk kode-kode genetik
yang resisten terhadap antibiotika (ditemukan dalam plasmids  and transposons ) dari
satu bakteri ke bakteri yang lainnya. Virus juga merupakan mekanisme lain untuk
menularkan sifat resistensi diantara beberapa bakteri. Sifat resistensi turunan dari satu
bakteri dikemas ke dalam bagian kepala virus.  Kemudian virus tersebut menyuntikkan
sifat resisten ke dalam bakteri baru yang diserangnya. Bakteri juga memiliki
kemampuan untuk mendapatkan DNA, “gratis” yang masih polos dari lingkungan
mereka.
Bakteri yang mendapatkan gen-gen resisten, baik melalui mutasi spontasn atau melalui
pertukaran genetis dengan bakteri lainnya, memiliki kemampuan untuk melawan satu
atau lebih jenis antibiotika. Karena bakteri dapat mengumpulkan beberapa sifat
resistensi seiring dengan berjalannya waktu, mereka dapat menjadi resisten terhadap
beberapa jenis antibiotika yang berbeda.

Bagaimana resistensi antibiotika dapat menyebar?


Secara genetis, resistensi antibiotika menyebar melalui populasi bakteri baik secara
“vertikal,” saat generasi baru mewarisi gen-gen yang resisten terhadap antibiotika, dan
secara “horisontal,” saat bakteri berbagi atau saling menukar materi genetis dengan
bakteri yang lain. Transfer gen secara horisontal dapat terjadi diantara spesies bakteri
yang berbeda. Secara lingkungan, resistensi antibiotika menyebar saat bakteri tersebut
bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain; bakteri dapat menyebar melalui pesawat
udara, air dan angin. Orang dapat menyebarkan bakteri resisten pada orang lain;
misalnya, melalui batuk atau kontak langsung dengan tangan-tangan yang tidak dicuci
sebelumnya.

Dapatkah bakteri kehilangan resistensi mereka terhadap


antibiotika?
Ya, sifat resistensi terhadap antibiotika dapat hilang, namun proses pembalikan seperti
ini terjadi dalam waktu yang lebih lambat. Bila tekanan selektif yang terjadi karena
adanya antibiotika dihilangkan, populasi bakteri dapat berpotensi berubah menjadi suatu
populasi yang dapat merespons pemberian antibiotika.

KLORAMFENIKOL
Posted: January 15, 2010 by filzahazny in farmakologi
Tags: efek, farmakologis, kloramfenikol, toksik

2
2.1 Asal dan Kimia
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya sangat
pahit. Rumus molekul kloramfenikol ialah

Kloramfenikol R= -NO2

Tiamfenikol R=-CH3SO2

2.2 Farmakodinamik
Efek anti mikroba

Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada
ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida
tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.

Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang


bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum anti bakteri
meliputi D.pneumoniae, S. Pyogenes, S.viridans, Neisseria, Haemophillus, Bacillus spp,
Listeria, Bartonella, Brucella, P. Multocida, C.diphteria, Chlamidya, Mycoplasma,
Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.
Resisitensi

Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil
transferase yang diperantarai oleh faktor-R. Resistensi terhadap P.aeruginosa. Proteus dan
Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat
ke dalam sel bakteri.

Beberapa strain D. Pneumoniae, H. Influenzae, dan N. Meningitidis bersifat resisten; S.


Aureus umumnya sensitif, sedang enterobactericeae banyak yang telah resisten.
Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.Coli, K. Pneumoniae, dan P.
Mirabilis, kebanyakan Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, juga kebanyakan
strain P. Aeruginosa dan S. Typhi

IMIPENEM

Deskripsi:

Imipenem adalah antibiotik yang melawan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri. Dalam penggunaannya,

biasanya disertai dengan Cilastatin. Cilastatin membantu Imipenem bekerja secaralebih efektif dengan

mencegah penguraian antibiotik dalam ginjal.

Indikasi:

Untuk mengubati infeksi serius pada sistem pernapasan bawah, kulit, perut, organ reproduksi wanita, dan sistim

tubuh lainnya.

Deskripsi:

Gentamicin adalah jenis obat yang termasuk kelompok aminoglycosides. Gentamicin ini merupakan antibiotik,

yang bekerja dengan cara memperlambat pertumbuhan atau membunuh bakteria sensitif dalam tubuh.

CIP

Indikasi: 

Untuk mengobati infeksi bakteria yang serius dan parah.

Deskripsi:

Ciprofloxacin adalah antibiotik dalam kelompok obat yang disebutfluoroquinolones. Ciprofloxacin bekerja

melawan bakteri dalam tubuh.

Indikasi:

Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, juga digunakan untuk mencegah atau memperlambat anthrax

setelah kemunculannya.

1. APLIKASI

Metode ini berlaku untuk mendeteksi Salmonella layak dalam makanan dan sampel
lingkungan untuk menentukan sesuai dengan persyaratan Bagian 4 dan 7 dari UU Obat
dan Makanan dan Peraturan spesifik (seperti diringkas dalam Ringkasan Interpretasi
(7.15)).Metode revisi menggantikan MFHPB-20, tanggal April 1998. Karena kesehatan
dan masalah keamanan seputar penggunaan cystine selenite, metode ini direvisi juga
harus digunakan di tempat Metode resmi (Volume 1 dari Kompendium ini) seperti MFO-
6, MFO-10, MFO-11 dan MFO-12 . 

Metode revisi termasuk perubahan utama berikut dalam pendekatan analitis untuk
mendeteksi Salmonella spp bawaan makanan.:

1) Penggabungan Lampiran J (November 2003) yang memungkinkan substitusi kaldu


pengayaan RVS untuk kaldu pengayaan SC untuk komoditas makanan yang paling.

2) Penggabungan MFHPB-20A (April 2002), untuk analisis yang digunakan untuk


memproduksi benih kecambah.

3) Dimasukkannya media selektif lain, termasuk media chromogenic.

2. PRINSIP

Prosedur ini terdiri dari enam tahap yang berbeda.

2,1 Non-Selektif Pengayaan (Pra-pengayaan)

Penanganan awal makanan dan tahap pengayaan non-selektif (pra-pengkayaan)


bervariasi sesuai dengan jenis makanan diperiksa (7.6). Sampel uji diinokulasi ke dalam
medium-hambat cairan non mendukung perbaikan dan pertumbuhan stres atau luka-
Salmonella sublethally timbul dari paparan panas, pembekuan, pengeringan, pengawet,
tekanan osmotik tinggi atau suhu fluktuasi lebar (7.1, 7.6).

2,2 Selektif Pengayaan

meniru dari masing-masing bagian-pengayaan budaya pra diinokulasi ke dalam dua


media pengayaan untuk mendukung proliferasi Salmonella melalui penghambatan
selektif pertumbuhan mikroorganisme bersaing (7,4). The RVS kaldu pengayaan (7,25-
7,29) bisa diganti untuk kaldu SC untuk komoditas pangan sebagian besar (lihat
"Catatan" pada Bab 5, poin 8 untuk pengecualian).

2,3 Plating Selektif

Memperkaya kebudayaan yang melesat ke agars selektif dan diferensial untuk


isolasiSalmonella (7,5, 7,30).

2,4 Pemurnian

Isolat Salmonella dugaan dimurnikan di piring agar MacConkey. Ini menghilangkan


kemungkinan organisme yang layak, tetapi menghambat dari agars selektif
mengkontaminasi budaya dalam tes lebih lanjut.

2,5 Biokimia Skrining

Isolat disaring menggunakan reaksi biokimia determinan.


2,6 Serologis Identifikasi

Polyvalent dan / atau pengelompokan antiserum somatik digunakan untuk mendukung


identifikasi isolat sebagai Salmonella. Budaya harus dikirim ke pusat untuk referensi
mengetik serotipe lengkap.

Top of Page

3. DEFINISI ISTILAH

Lihat Lampiran A Volume 2.

4. COLLECTION OF SAMPEL

4,1 Sampling

Lihat Lampiran B Volume 2.

Untuk sampling rutin dan analisis, unit 5 sampel minimal 100 g masing-masing harus
dikumpulkan dari setiap banyak kecuali ditentukan dalam Tabel I. Lihat Ringkasan
Interpretasi (7.15) untuk Pedoman dan Peraturan khusus untuk makanan yang dianalisis
untuk Salmonella.

Untuk informasi tambahan mengenai rencana sampling dalam kaitannya dengan derajat
risiko dan persyaratan penggunaan lihat ICSMF (7,16).

5. BAHAN DAN PERALATAN KHUSUS 

Catatan: Supervisor Laboratorium harus memastikan bahwa analisis yang dijelaskan


dalam metode ini dilakukan sesuai dengan Standar Internasional disebut sebagai "ISO /
IEC 17025:2005 (atau versi terbaru): Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium
Pengujian dan Kalibrasi" .

Media dan reagen tercantum di bawah ini secara komersial tersedia dan harus
digunakan, disusun dan / atau disterilkan sesuai dengan instruksi dari pabriknya. Lihat
Lampiran G Volume 2 untuk formula media.

Catatan: Jika analis menggunakan setiap variasi media yang terdaftar di sini (baik
produk yang tersedia secara komersial atau dibuat dari nol), itu adalah tanggung jawab
analis atau Laboratorium Supervisor untuk memastikan persamaan.

1) Gizi broth (NB)

2) Trypticase (Tryptic, Trypton) Soy Broth

3) Air Brilliant Green

4) Air Buffered Peptone (Informasi anda)

5) Susu Skim Menengah


6) broth Tetrathionate Brilliant Green (TBG)

7) Selenite Cystine Broth (SC) (opsional) 

8) Rappaport-Vassiliadis Soya Broth Peptone (RVS)

CATATAN:

A. USE OF SELENITE CYSTINE kaldu: Karena keamanan dan isu-isu lingkungan, SC


kaldu harus diganti dengan kaldu RVS dalam semua metode yang digunakan untuk
mendeteksi Salmonella dalam makanan bahan makanan, dan sampel lingkungan,
sebagian besar keadaan. SC kaldu harus digunakan (menggunakan kondisi yang
dijelaskan di bawah) ketika menganalisis guar gusi dan ketika kehadiran Salmonella
Typhi diduga, seperti dalam wabah atau untuk impor dari negara-negara tropis di mana
S. Typhi adalah lazim. Secara umum, direkomendasikan bahwa SC digunakan dalam
investigasi wabah makanan ditanggung.

b. PENANGANAN SELENITE CYSTINE kaldu DAN PRODUK MENGANDUNG


SC:garam Selenium dapat teratogenik dan harus ditimbang dalam kabinet
keamanan.Semua transfer dan melesat dari produk yang mengandung SC HARUS
dilakukan dengan menggunakan bahan steril sekali pakai dan dalam asap kerudung atau
tudung biohazard dengan ventilasi yang sesuai.

c. PELEPASAN SELENITE CYSTINE (SC) kaldu DAN PRODUK MENGANDUNG


SC:Semua produk yang mengandung SC HARUS dibuang melalui fasilitas pengelolaan
limbah. Ini termasuk produk kering dan dilarutkan SEMUA produk. Setiap produk yang
telah terkontaminasi harus diautoklaf untuk sterilisasi (menggunakan sistem ventilasi
yang baik) sebelum pembuangan.

DALAM KONDISI APAPUN ADALAH PRODUK SC akan dibuang MELALUI ATAU


SISTEM DRAINASE selokan.

9) Selektif dan Agars Diferensial:

a. Kelompok 1 Agars (agars kelompok ini telah dipelajari secara ekstensif) Harus


menggunakan setidaknya dua dari agars:

Bismuth sulfite (BS) Agar (BD) 


Sulfa Brilliant Green (BGS) Agar (BD) 
Brilliance ™ Salmonella Agar (sebelumnya dikenal sebagai OSCM2 - Oxoid)

b. Kelompok 2 Agars (harus digunakan bersama dengan Kelompok 1 Agars)

Agar enterik Hektoen 


Agar xilosa Lysine Deoxycholate 
Agar Rambach 
CHROMagar (BD) 
Agar RapidSalmonella (Bio-Rad) 
Setiap orang lain tidak tercantum di atas.

10) Agar MacConkey

11) agar nutrisi

12) Triple Sugar Iron Agar (TSI)


13) Lysine Iron Agar (LIA)

14) Urea Agar (Christensen)

15) alat tes Komersial kit biokimia dan identifikasi cepat (seperti Vitek, API, atau setara)

16) antiserum somatik Polyvalent atau aglutinasi lateks kit

17) somatik monovalen (O) dan flagellar (H) antiserum (opsional)

18) garam fisiologis

19) Blender, stomacher atau perangkat homogenisasi

20) mampu mempertahankan 35 ° C dan 42,5 ° C. Inkubator Apabila diperlukan,


waterbaths bisa diganti untuk inkubator.

Catatan: Ini adalah tanggung jawab masing-masing laboratorium untuk memastikan


bahwa inkubator dan waterbaths diselenggarakan pada suhu yang
direkomendasikan.Dimana 35 ° C dianjurkan dalam teks metode, inkubator dan mungkin
waterbaths 35 + / - 1,0 ° C. Demikian pula, temperatur yang lebih rendah dari 30 atau
25 mungkin + / - 1,0 ° C. Namun, di mana suhu yang lebih tinggi direkomendasikan,
seperti 43 atau 45,5 ° C, sangat penting bahwa inkubator dan waterbaths dipertahankan
dalam waktu 0,5 ° C karena potensi lethality suhu yang lebih tinggi pada
mikroorganisme yang sedang terisolasi.

21) Kontrol. Jika tersedia, gunakan mikroorganisme dari sumber yang dapat dipercaya
seperti ATCC.

1. Positif kontrol:

a) Salmonella khas 
b) Salmonella atipikal (opsional): Lactose-dan / atau fermentasi sukrosa-strain
Salmonella dll 

2. kontrol negatif: gunakan budaya non-Salmonella seperti Pseudomonas atau coli

22) OBIS (Oxoid; opsional)

Top of Page

6. PROSEDUR

Setiap unit sampel dapat dianalisis secara individual atau unit analisis yang diambil dari
sampel masing-masing unit dapat digabungkan sesuai. 

Kedua jenis kontrol (positif dan negatif) harus dilakukan melalui setiap langkah analisis.

6,1 Unit Penanganan Sampel

6.1.1 Sebelum analisis, kecuali untuk makanan rak-stabil, terus unit sampel didinginkan
(2-8 ° C) atau beku, tergantung pada bagaimana produk itu diterima. Beku mencair
sampel di lemari es, atau di bawah waktu dan kondisi suhu yang mencegah
pertumbuhan mikroba atau kematian.

6.1.2 unit sampel sesegera mungkin setelah penerimaan mereka Analisis di


laboratorium.

Catatan: sampel besar (misalnya, seluruh kalkun) mungkin tidak mudah mencair pada
suhu lemari es. Untuk kebijaksanaan yang lebih besar, melampirkan sampel, beku
dikemas dalam kantong kertas tebal berdinding dan semalam mencair pada suhu
kamar. Teknik ini memelihara permukaan produk dingin selama proses pencairan.

6.1.3 Selama pengaduan konsumen dan investigasi lainnya, ukuran sampel yang
dibutuhkan mungkin tidak tersedia. Jika unit sampel individu yang diterima untuk
analisis adalah kurang dari unit berat yang direkomendasikan analitis, menganalisa dan
mencatat seluruh jumlah berat yang digunakan.

6,2 non-selektif Pengayaan (Pra-pengayaan)

6.2.1 Komposisi Unit Analitis

Dari setiap unit sampel, unit analisis (biasanya 25 g atau mL) diambil. Untuk
mengurangi beban kerja, hingga 15 unit analitis dapat composited menjadi sampel
pengujian tunggal (misalnya 375 g atau mL).

Jika unit sampel individu terdiri dari lebih dari satu kontainer, aseptik menggabungkan
dan campuran isi kontainer sebelum penarikan unit analitis. Jika ini tidak mungkin atau
praktis, unit analisis kemudian harus terdiri dari bagian yang sama dari masing-masing
kontainer.

Catatan: Untuk analisis kecambah, ikuti petunjuk yang diberikan dalam Lampiran A dari
metode ini sebelum melanjutkan dengan analisis sampel.

6.2.2 Analisis Sampel

6.2.2.1 Unit analisis yang diperlukan (diuji secara individu atau composited yang sesuai)
yang tersebar ke dalam kaldu pengayaan sesuai non-selektif (Tabel I). kaldu nutrisi (NB)
dan air buffer pepton (Informasi anda) sama-sama handal dan untuk komoditas tersebut
tidak menetapkan kaldu lain, dapat digunakan bergantian sebagai tujuan umum media
pra-pengayaan (7.9). Perut, atau campuran jika berlaku (lihat Tabel I).

Catatan: Bila komposit menganalisis, pra-hangat kaldu pengayaan sekitar 35 ° C.

6.2.2.2 Jika pH campuran pra-pengayaan terletak di luar kisaran 6,0-7,0, menyesuaikan


dengan 1N NaOH atau HCl 1N.

Catatan: Jika unit sampel terdiri dari wadah dengan bahan makanan kecil, bilas secara
menyeluruh bagian dalam wadah dengan jumlah yang sesuai kaldu pengayaan pra
menengah. Menetaskan membilas dalam wadah steril yang cocok, seperti termos atau
tas stomacher.

6.2.2.3 menetaskan campuran pra-pengayaan dan kontrol pada suhu 35oC selama 18
hingga 24 jam

6.2.3 Pendinginan dari kaldu pra-pengayaan diinkubasi (makanan kering) - OPTIONAL


Catatan: pendingin dari pengayaan sebelum dan kaldu pengayaan telah divalidasi untuk
kelembaban rendah makanan kering (misalnya, bubuk butir telur, coklat susu, pakan
ternak dan susu bubuk skim instan) saja. Langkah ini harus divalidasi untuk makanan
lainnya. Setelah validasi selesai, silakan maju data untuk Ketua, Komite Metode
mikrobiologi sehingga langkah ini dapat diperluas ke makanan lain.

6.2.3.1 Pendekatan ini memungkinkan untuk pendinginan kaldu pra-pengayaan


diinkubasi kelembaban rendah makanan kering (misalnya, bubuk butir telur, coklat susu,
pakan ternak dan susu bubuk skim instan) selama 72 jam, sehingga memberikan
fleksibilitas meningkat (7,7, 7,8 , 7,10, 7,11).

6.2.3.2 diinkubasi pra-pengayaan kaldu dari analisis sampel dimulai hari sebelumnya
mungkin didinginkan (2 sampai 8 °) hingga 72 jam sampai analisis dapat melanjutkan
(misalnya, setelah akhir pekan).

Top of Page

6,3 Selektif Pengayaan

6.3.1 Vortex atau resuspend yang kaldu pra-pengayaan. 1,0 mL kaldu pengayaan pra-
Transfer diinkubasi ke dalam 9 mL Tetrathionate Brilliant Green (TBG) kaldu dan 0,1 mL
menjadi 9 mL Rappaport-Vassiliadis Peptone Soya (RVS) kaldu. Jika menggantikan SC
untuk kaldu RVS, transfer 1,0 mL kaldu pra-pengkayaan ke dalam 9 mL kaldu SC.

Catatan: Jika menggunakan kaldu SC, melihat diperlukan tindakan pencegahan dalam


Bagian 5.

6.3.2 menetaskan RVS dan kaldu TBG mencapai 42,5 ° C selama 24 ± 2 jam Jika
menggunakan kaldu SC, menetaskan kaldu ini selama 24 ± 2 jam pada 35 ° C.

6.3.3 Pendinginan kaldu pengayaan ditetaskan (makanan kering) - OPTIONAL

6.3.3.1 Pendekatan ini merupakan pelengkap yang diuraikan dalam Bagian 6.2.3, dan
menyediakan fleksibilitas yang lebih besar.

6.3.3.2 kaldu pengayaan Selektif dapat didinginkan (2 sampai 8 ° C) sampai 72 jam


(misalnya, selama akhir pekan).

Plating 6,4 Selektif

6.4.1 Vortex atau resuspend yang kaldu. Streak setiap kaldu pengayaan selektif ke
agars selektif untuk mendapatkan koloni yang terisolasi dengan baik. Pilih setidaknya
dua media dari 1 Agars Grup (Bagian 5). Media lain dari Grup 2 Agars dapat digunakan
tetapi hanya dalam hubungannya dengan kelompok 1 Agars.

Catatan: Jika menggunakan kaldu SC, melihat diperlukan tindakan pencegahan dalam


Bagian 5. Transfer harus dilakukan di kabinet keamanan yang sesuai.

6.4.2 menetaskan piring pada 35 ° C selama 24 ± 2 jam Jika koloni Salmonella sugestif


belum dikembangkan pada pelat BS, menetaskan untuk tambahan 24 ± 2 jam 

6.4.3 Periksa diinkubasi piring untuk koloni Salmonella sugestif. Salmonella yang khas
biasanya terjadi sebagai pink untuk koloni fuchsia dikelilingi oleh media merah pada agar
BGS, dan sebagai koloni hitam pada agar BS dengan atau tanpa kilau metalik, dan
menunjukkan sebuah menghitamkan H2S-tergantung bertahap medium sekitarnya
dengan meningkatnya waktu inkubasi. Salmonella atipikal mungkin menunjukkan
pertumbuhan yang buruk pada satu atau kedua media yang digunakan, dan dapat
muncul berbeda daripada dijelaskan. Pada Brilliance Salmonella Salmonella Agar khas
adalah terang ungu sementara enterics lain yang paling mungkin biru atau
berwarna. produsen Ikuti instruksi pada penggunaan Kelompok 2 agars serta
mengidentifikasi dugaan Salmonella.

Catatan:

a. Lactose-and/or fermentasi sukrosa-strain Salmonella mengembangkan seperti


coliform-(kehijauan) penampilan agar BGS. Strain Salmonella lain atipikal mungkin
tampak hijau atau cokelat agar BS (misalnya, S. enteritidis), sementara yang lainnya
tidak biasanya ditemukan dalam makanan dapat tumbuh buruk atau tidak sama sekali
pada salah satu atau kedua media yang digunakan. Semua strain Salmonella, termasuk
laktosa-dan / atau fermentasi sukrosa-strain, adalah terang ungu di Brilliance Agar
Salmonella.

b. Pertumbuhan yang berat non-Salmonella mungkin topeng adanya Salmonella.

c. agar BS dapat menghambat pertumbuhan Salmonella selain serovars S. Typhi kecuali


menuangkan pelat didinginkan (2 sampai 8 ° C) selama 24 jam sebelum melesat
(7.3). Piring yang baru dituangkan dapat digunakan jika mereka diinkubasi selama
setidaknya 48 jam

6.4.4 Apabila koloni tersangka dengan baik dan terisolasi cukup besar, 1-3 koloni
per jenis agar-agar (atau lebih jika diperlukan untuk mengidentifikasi berbagai serotipe
Salmonella dll) harus dilakukan ke depan melalui pengujian biokimia. Bersamaan,
memurnikan isolat seperti dalam Bagian 6.5.

Di mana koloni tidak terisolasi dengan baik atau sangat kecil (mungkin sebuah
serotipe tumbuh lambat), tersangka koloni gores ke agar-agar MacConkey untuk
kemurnian seperti dalam Bagian 6.5, dan kemudian melanjutkan.

6.4.5 Tidak adanya koloni tersangka (baik yang khas atau atipikal dalam penampilan) di
piring menunjukkan bahwa unit analisis atau contoh uji komposit tidak mengandung
Salmonella spp. mampu tumbuh pada media yang digunakan.

Top of Page

6,5 Pemurnian

6.5.1 Streak mencurigai koloni ke agar-agar MacConkey untuk pemurnian.

6.5.2 menetaskan piring di 35oC selama 24 ± 2 jam

6.5.3 koloni Salmonella yang khas adalah laktosa-negatif dan akan muncul sebagai
koloni berwarna pada media ini. Namun, laktosa biotipe-positif akan terjadi sebagai
koloni merah muda.
Biokimia 6,6 Skrining

6.6.1 Dengan jarum steril, menyuntik koloni tersangka ke dalam media biokimia
tercantum dalam Tabel II. Menetaskan media biokimia selama 18 hingga 24 jam pada
suhu 35oC. Cap tabung longgar.

Catatan: hasil biokimia Keliru dapat menyebabkan jika tabung tidak longgar capped
selama inkubasi.

6.6.2 Atau, komersial tersedia kit diagnostik dapat digunakan untuk mendapatkan profil
yang lebih rinci biokimia isolat bakteri.

6.6.3 Jika tidak ada sugestif isolat Salmonella, unit analisis atau contoh (jika composite)
dianggap bebas Salmonella. Jika keberadaan Salmonella diduga, lanjutkan dengan
pengujian serologis.

6.6.4 pengujian serologi Jika tidak akan dilakukan dalam waktu 72 jam, tersangka
menyuntik ke slants isolat nutrien dan mengeram di 35oC selama 24 ± 2 jam

6.6.5 Tes Biokimia Lain (Opsional)

Tes biokimia lainnya dan peralatan (misalnya, OBIS). Dapat digunakan dalam


hubungannya dengan yang tercantum di atas.

6,7 Serologis Identifikasi

6.7.1 Pengujian dengan somatik (O) antiserum Polyvalent atau Aglutinasi


Lateks Kit

Ikuti instruksi produsen menggunakan inokulum yang kurang dari 72 jam tua.

Catatan:-agglutinating budaya rokok memiliki reaksi biokimia yang sugestif


Salmonella harus dikirim ke pusat referensi mengetik untuk identifikasi.

6.7.2 Pengujian dengan somatik (O) Pengelompokan Antiserum (Opsional)

Kadang-kadang menguntungkan untuk menguji dugaan budaya Salmonella dengan


antiserum pengelompokan somatik. Salmonella Banyak bawaan makanan milik
kelompok somatik B, C, D, atau E. Namun demikian, adalah penting untuk menyadari
bahwa kecuali satu set lengkap pengelompokan antiserum tersedia, Salmonella milik
serogrup biasa mungkin akan terjawab.

Ikuti instruksi produsen. 

6.7.3 Pengujian dengan Flagellar (H) Antiserum (Opsional)

Dalam kasus di mana layanan dari referensi mengetik pusat tidak tersedia, isolat
Salmonella harus diidentifikasi lebih lanjut oleh pengujian dengan antiserum H
polyvalent menurut metode yang dijelaskan dalam "Mikroorganisme dalam Makanan"
(7.12).

You might also like