Professional Documents
Culture Documents
real properti merujuk pada kumpulan hak (bundle of rights) untuk menggunakan, menyewa, memindahkan
dan sebagainya dari tanah beserta pengolahan dan pembangunannya (Hidayati Harjanto, 2001).
Jadi dapat dikatakan bahwa properti merupakan bentuk fisik dari tanah dan pembangunannya
serta kumpulan hak yang melekat pada tanah dan bangunan tersebut.
a. Residensial
Real estat residensial biasa disebut sebagai perumahan. Pada saat ini residensial tidak hanya
berupa perumahan (single residensial/landed house). Saat ini di kota-kota besar telah banyak dibangun
apartemen dan kondominium (multi residensial). Pembangunan multi residensial dilatarbelakangi oleh
mulai sedikitnya lahan kosong di perkotaan yang menyebabkan tingginya harga lahan (Kyle dan Baird,
1995).
b. Industrial
Jenis real estat ini meliputi lahan dan fasilitas penyimpanan dan pendistribusian industri
manufaktur baik berat maupun ringan. Macam-macam industrial properti antara lain heavy
manufacturing, ligth manufacturing assembly/warehousing, dan industrial park.
c. Special-Purpose/Penggunaan Khusus
Pelabuhan, teater, sekolah, akademi dan tempat ibadah merupakan jenis special-purpose property
(properti penggunaan khusus)
d. Komersial
Menurut Kyle dan Baird (1995 : 5-7) yang termasuk real estat komersial merupakan berbagai
macam properti yang dapat menghasilkan income/pendapatan seperti gedung perkantoran, pusat
perbelanjaan (shopping centres), pertokoan, pompa bensin, dan tempat parkir. Selain itu properti
komersial berfungsi sebagai public accomodation atau properti yang berfungsi untuk memberikan
akomodasi kepada masyarakat. Dengan kata lain properti komersial merupakan kesatuan yang
menyediakan berbagai macam barang, pelayanan, fasilitas dan akomodasi bagi masyarakat. Real estat
komersial dibagi menjadi dua macam (Kyle dan Baird, 1995) berdasarkan kegiatan yang berlangsung di
dalamnya yaitu office properti (perkantoran) dan properti ritel.
18
1. Office Properti
Sebagaimana multi residensial, office properti atau bangunan perkantoran dapat berupa gedung
bertingkat, garden developments, kompleks perkantoran, atau office parks atau sering disebut dengan
business parks. Meskipun gedung perkantoran berlokasi di tengah kota/komersial distrik atau di daerah
suburban, kemajuan sebuah gedung perkantoran disebabkan oleh beberapa faktor antara lain lokasi yang
memiliki prosepek sebagai tempat kerja, adanya fasilitas transport, dan adanya pelayanan bisnis atau
usaha lainnya. Gedung perkantoran memiliki beberapa tenants/penyewa atau pemilik tunggal.
a. Freestanding building
Merupakan toko ritel/pengecer yang tidak menjadi satu atau tidak berkumpul dalam satu
lokasi/kompleks yang sama dengan toko ritel lainnya tetapi berdiri sendiri di suatu lokasi.
b. Traditional shopping centre
Traditional shopping centre dibedakan berdasarkan ukuran tempatnya. Berikut ini merupakan
jenis-jenis traditional shopping centre :
2.1.4 Mal
Terdapat beberapa pengertian yang menyankut mal seperti pengertian, elemen dan jenis serta
bentuk mal.
20
b Magnet Sekunder
Toko merupakan salah satu bagian terpenting dari Mal yang dapat dianggap sebagai ’distrik’ pada
pusat perbelanjaan. Penempatan toko erat kaitannya dengan magnet primer (court atau plaza) sebagai daya
tarik utama dalam pusat perbelanjaan tersebut, di mana sebelum pengunjung mencapai magnet primer,
arus pengunjung diarahkan sedemikian rupa sehingga dengan sendirinya melewati toko-toko kecil.
c Magnet primer
Magnet merupakan transformasi dari ’node’ kota, yang berfungsi sebagai titik konsentrasi, dapat
juga sebagai landmark. Perwujudannya dapat berupa court atau plaza. Penempatan magnet primer atau
anchor mal terletak pada setiap pengakhiran koridor sedangkan pada plaza ditekankan di lantai atas dan
basement dalam hubungan vertikal (Rubenstein dalam Bangun, 1994).
21
d Koridor
Merupakan ruang yang digunakan untuk berjalan kaki, sering pula disebut sebagai padestrian.
Koridor terbagi menjadi dua macam, antara lain :
1. Koridor Utama
Merupakan orientasi dari toko-toko yang ada di sepanjang toko-toko tersebut dengan lebar sekitar 15
meter.
2. Koridor Tambahan (Sekunder)
Merupakan koridor yang terletak pada sepanjang koridor utama, yang memudahakan pencapaian dari
area parkir dan mempersingkatjarak entrance bila terjadi keadaan darurat. Koridor sekunder ini
berhubungan dengan magnet primer tapi bisa juga tidak berhubungan. Lebar minimal untuk koridor
sekunder adalah 6 meter.
e Street Furniture
Merupakan elemen desain yang melengkapi keberadaan suatu jalan, yang berintegrasi dengan
pohon, antara lain berupa lampu jalan, scalpture, desain grafik, kolam, sitting group, pot taman, tempat
sampah dan lain-lain
c. Semi Mal
Merupakan jenis mal yang memperbolehkan semua kendaraan untuk masuk dan parkir, tetapi
masih berorientasi pada padestrian yang diperluas dengan mengurangi dimensi dalan dan areal parkir.
Untuk Mal ciputra sendiri termasuk dalam kategori full mal karena area mal diperuntukkan bagi
pejalan kaki dan kendaraan tidak diizinkan masuk.
22
Berdasarkan bentuknya, Mal dapat dibedakan menjadi lima macam, di antaranya adalah bentuk
linier, ”T”, ”L”, setengah lingkaran, dan gabungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2,
gambar 2.3, gambar 2.4, gambar 2.5, dan gambar 2.6 di bawah ini :
Anchor
Gambar 2.3
Bentuk “T”
Retail Tenant
Gambar 2.4
Bentuk Setengah Gambar 2.5
Lingakaran Bentuk Gabungan
2.2.1 Developer
Menurut Lee (1984) dan Ma’aruf (2005), pusat perbelanjaan yang terintegrasi dikembangkan guna
menyediakan aglomerasi berbagai macam barang dalam satu gedung. Hal ini dimaksudkan untuk
menyediakan one stop shopping, yang memungkinkan konsumen untuk membeli barang dan jasa tanpa
23
harus ke pusat perbelanjaan yang lain. Hal ini sangat ekonomis dari segi waktu dan uang. Berdasarakan
penelitian yang dilakukan oleh Lee, terdapat beberapa faktor yang selalu dipertimbangkan dalam
pemilihan lokasi pusat perbelanjaan di pusat kota, di antaranya adalah :
1. Aksesibilitas/pencapaian ke pusat perbelanjaan
Masyarakat akan mengunjungi pusat perbelanjaan yang mudah dicapai karena dilalui berbagai macam
moda dan infrastruktur yang menunjang.
2. Citra/reputasi kawasan sebagai pusat perbelajaan
Citra yang melekat pada suatu kawasan pusat perbelanjaan dapat memberikan gambaran tentang
kondisi kawasan. Kelengkapan fasilitas, kelengkapan barang jasa, harga kompetitif, keamanan, dan
kawasan yang sedang berkembang akan memberikan kemudahan pada semua orang yang beraktivitas
di dalamnya.
3. Daya beli masyarakat yang tinggi
Daya beli masyarakat yang tinggi akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap barang/properti.
4. Populasi kawasan
Semakin besar populasi di sekitar pusat perbelanjaan maka kemungkinan jumlah konsumen pun
semakin besar.
Location, location, location adalah slogan yang selalu didengungkan oleh seorang investor dalan
melakukan investasi di bidang real estat. Dalam memilih sebuah lokasi, diperlukan adanya analisis tapak,
yaitu semacam riset kecil untuk menentukan apakah sebuah lokasi layak untuk dijadikan sebagai aset
investasi atau tidak. Analisis tapak ini berfungsi untuk menentukan nilai lokasi yang diamati sehingga
dapat diketahui perbandingan nilai dari beberapa lokasi yang ada untuk kemudian dipilih yang terbaik.
Penilaian ini kurang lebih sama dengan penilaian terhadap sebuah hotel yang menggunakan tanda bintang.
Bintang satu untuk lokasi yang biasa, dan bintang lima untuk lokasi yang luar biasa. Faktor yang
mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai sebuah lokasi antara lain Wicaksono (2005) :
Senada dengan kedua pendapat di atas, AIREA (1987 : 176) dan Hidayati Harjanto (2001)
menyoroti kepada konsumen, kompetisi, dan keadaan properti dalam menilai suatu properti. Berikut ini
merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan nilai sebuah pusat perbelanjaan di
kawasan komersial dan untuk mengetahui untuk prospeknya.
a. Kependudukan
Bertambahnya jumlah penduduk merupakan faktor utama yang menyebabkan bertambahnya
permintaan properti. Dengan bertambahnya jumlah penduduk suatu kota/wilayah secara otomatis akan
menyebabkan lebih banyak rumah, ruang kantor, industri dan sarana lainnya yang dibutuhkan. Oleh
karena itu jika penawaran properti dipasaran tidak bertambah seiring dengan pertambahan jumlah
penduduk maka akan menyebabkan kenaikan nilai properti di berbagai sektor (Hidayati Harjanto, 2001).
mengalami perubahan dalam nilai sekiranya tidak disesuaikan dengan sewajarnya. Demikian juga dengan
citarasa investor-investor yang dapat berubah misalnya dari sektor pertanian ke sektor industri atau dari
suatu kawasan lain yang lebih menarik dan menguntungkan dari aspek investasi.
kegunaan bangunan dan selera dari masyarakat yang menggunakan. Ketidaksesuaian dengan kegunaan
dan selera ini akan menyebabkan nilai sebuah bangunan akan menjadi turun, demikian pula sebaliknya
apabila sebuah bangunan mempunyai desain yang baik sesuai dengan kegunaan dan mengikuti “trend”
pada masa itu nilainya akan naik (AIREA 1987 :243).
a. Perletakan
Perletakan di sini meliputi apakah properti tersebut terletak di tempat yang tinggi atau rendah, di
lereng bukit atau ditepi sungai, di tengah, atau di pojok perumahan dan sebagainya. Properti yang terletak
di tempat yang rendah misalnya rawan terhadap banjir dan bila akan dibangun diperlukan pengurugan
tanah. Hal ini tentu memerlukan biaya yang tinggi. Kedudukan properti di lereng-lereng bukit atau tepi
sungai menyebabkan sebuah properti mempunyai pemandangan yang lebih menarik, oleh karena itu
nilainya mungkin akan lebih tinggi daripada properti di sekitarnya.
b. Lokasi
Faktor lokasi menentukan apakah sebuah properti tersebut mudah atau sulit dicapai. Properti yang
mempunyai lokasi di kawasan kota dapat dicapai dengan mudah karena terdapat sistem pengangkutan dan
perhubungan yang baik dibanding dengan kawasan luar kota. Selain itu, properti yang mempunyai lokasi
dikawasan kota mempunyai infrastruktur dan sarana yang lebih baik dan lengkap dibanding dengan
kawasan luar kota. Berikut ini merupakan komponen/elemen dalam faktor lokasi dan perletakan.
Topografi
Penelitian topografi ini dilakukan untuk menyediakan informasi berkaitan dengan kontur tanah,
penjenjangan lahan (grades), drainase alam, keadaan lahan, pemandangan (view) dan keadaan fisik umum
lainnya. Dalam pendeskripsian topografi ini penilai harus menjelaskan termimologi yang dipakai,
menganalisis keuntungan/kerugian akibat terdapatnya lapisan drainase alam, dan menganalisis kondisi
permukaan lahan dan lapisan lahan dan ketahanan lahan (untuk pertimbangan jenis bangunan dan jenis
fondasi).
Lokasi Strategis
Analisis lokasi tapak berfokus pada jarak tempuh dari properti terhadap landmark atau tempat
tujuan tertentu (pusat kota). Penilai perlu mendeskripsikan dan menganalisis semua bentuk akses dari dan
ke properti dan persekitaran selain itu terkait dengan lokasi, penilai juga perlu mendeskripkan fasilitas dan
kondisi jalan, fasilitas angkutan yang tersedia, volume lalulintas, tingkat kebisingan, debu, dan polusi serta
jalur lalulintas satu arah atau dua arah.
Lingkungan
Penilai perlu menganalisis kondisi iklim dalam hal penggunaan lahan. Analisis lingkungan
tapak ini berfokus pada keterkaitan antara tapak yang dinilai dengan properti yang ada di sekitarnya. Nilai
dari suatu tapak juga dipengaruhi oleh amenities/fasilitas-fasilitas penting yang dibangun berdekatan
dengan tapak seperti kawasan parkir, taman kota, klinik dan sebagainya
1982:30). Harga barang yang naik juga cenderung akan mempengaruhi konsumsi atau permintaan
konsumen.
Beberapa faktor penilaian properti menurut Lee (1984), AIREA (1987), Beaton (1982), dan
Wicaksono (2005) dapat dikelompokkan menjadi elemen di dalam faktor yang dijabarkan oleh Hidayati
Harjanto (2001) berdasarkan kesamaan elemen yang terdapat di masing-masing faktor dan selanjutnya
disesuaikan dengan kondisi Mal Ciputra. Berikut ini merupakan faktor yang digunakan di dalam
penelitian ini :
Selain itu, berdasarkan wawancara dengan konsumen properti (end users dan tenants) menurut
Transaksi Properti (Oktober, 2005) mereka menambahkan bahwa suatu pusat perbelanjaan yang baik
harus memiliki kriteria antara lain :
a. Letak strategis
Letak yang dimaksud bukan hanya tentang jarak dan kemudahan dicapai dari berbagai arah tetapi juga
letak yang sesuai dengan masyarakat yang dituju.
b. Mudah dijangkau/kemudahan akses
Kelengkapan moda dan infrastruktur akan membuat masyarakat mudah mencapai kawasan
c. Fasilitas lengkap
Kelengkapan fasilitas akan memudahakan aktivitas masyarakat di dalamnya
d. Lingkungan terjaga
Kondisi fisik bangunan yang terawat, kebersihan dan keamanan yang selalu terjaga setiap hari akan
memberikan rasa aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas.
e. Variasi barang dagangan bermacam-macam
Adanya variasi barang memudahkan pembeli untuk memilih sesuai dengan keinginan mereka
33
f. Koridor luas
Koridor yang luas tidak akan menimbulkan gangguan saat orang yang berada di dalam pusat
perbelanjaan berlalu lalang dan melakukan aktivitas window shopping.
g. Tempat parkir luasFasilitas parkir yang memadai terutama di kota besar akan berpengaruh terhadap
kemudahan dan kenyamanan masyarakat yang akan beraktivitas di pusat perbelanjaan.
Kyle dan Baird (1995) menambahkan bahwa komposisi jenis penyewa (tenant mix) juga harus
diperhatikan untuk memperkecil persaingan dan menjaga pendapatan. Sedangkan keputusan tentang
lokasi toko di dalam pusat perbelanjaan dipengaruhi beberapa faktor tertentu yang spesifik (Rukayah,
1999). Hal ini dikarenakan pemilihan lokasi di dalam toko yang tepat akan mempengaruhi banyak
sedikitnya konsumen yang datang ke toko tersebut.
a. Biaya dan lama sewa pelayanan yang diberikan pengusaha pusat perbelanjaan
Hal ini perlu dipertimbangkan karena menyangkut kemampuan dan kelangsungan usaha
b. Luas ruang usaha beserta layout
Luas ruang usaha akan berdampak terhadap kenyamanan pembeli untuk memilih barang dan penjual
untuk mempromosikan barangnya.
c. Arus pengunjung
Arus pengunjung di dalam pusat perbelanjaan akan berpengaruh terhadap jumlah pengunjung yang
akan datang berkunjung
d. Jarak dari tempat parkir
Toko yang dekat dengan tempat parkir memiliki akan memiliki kemungkinan sering dikunjungi
karena mudah dicapai pengunjung.
Berdasarkan kesamaan faktor yang digunakan oleh Ginting, Properti, Kyle dan Baird serta
disesuaikan dengan kondisi Mal Ciputra maka faktor user yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
a. Pemilihan lokasi pusat perbelanjaan
1. Letak pusat perbelanjaan
2. Aksesibilitas ke kawasan
3. Manajemen estat mencakup strategi tenant mix dan reputasi pengembang serta pengelolaan
fasilitas
4. Fasilitas dan utilitas mencakup tempat parkir, toilet, mushola, keamanan, dan bagian informasi
5. Konsep/target mal untuk barang dan jasa yang akan dijual
2.2.3 Pengunjung
Menurut Santoso (Transaksi Properti, 2005), banyak sedikitnya konsumen yang datang
disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah jenis barang yang disediakan di pusat perdagangan
tersebut. Sedangkan dalam mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan, dari hasil penelitian Lee (1984)
konsumen memiliki alasan-alasan dalam memutuskan untuk mengunjungi pusat perbelanjaan. Berikut ini
merupakan beberapa faktor yang biasanya dipertimbangkan oleh konsumen dalam memutuskan
mengunjungi pusat perbelanjaan :
a. Cakupan Harga
Harga yang bervariasi akan menyebakan konsumen memilih sesuai dengan kemampuan mereka.
b. Pilihan barang yang bermacam-macam
Adanya pilihan barang yang bermacam-macam memungkinkan konsumen untuk melengkapi
kebutuhannya atau melakukan one stop shopping di tempat tersebut sehingga mereka tidak perlu
menghabiskan waktu dan biaya ke tempat lain.
c. Variasi bentuk dan gaya
Adanya variasi barang memudahkan pembeli untuk memilih sesuai dengan keinginan mereka
d. Dekat dengan hotel (untuk wisatawan)/dekat kantor, dari segi waktu mudah dijangkau, jalan kaki
tidak jauh.
Pusat perbelanjaan yang dekat dengan berbagai tempat dengan aktivitas beragam akan
menyebabkan pusat perbelanjaan lebih ramai dikunjungi.
e. Transportasi yang nyaman
Pilihan moda dan kondisi infrastruktur yang memadai memudahkan perjalanan para konsumen.
f. Kualitas
Kualitas barang yang sesuai harga membuat para konsumen merasa bahwa uang yang mereka
keluarkan sebanding dengan barang yang mereka beli.
g. Menarik
Penataan barang yang unik, kebersihan ruang dan kondisi fisk bangunan yang terawat akan
membuat konsumen tertarik datang ke pusat perbelanjaan.
35
Berdasarkan faktor yang digunakan oleh Santosa dan Lee serta disesuaikan dengan kondisi Mal
Ciputra maka faktor pengunjung yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
1. Barang dan jasa mencakup harga, variasi, kualitas dan pelayanan
2. Lokasi dan akses pusat perbelanjaan mencakup kedekatan dengan asal pengunjung, moda, dan jalur
transportasi
3. Desain/arsitektur mencakup efektivitas penggunaan ruang, orientasi, pencapaian ke dalam mal dan
suasana di dalam mal
4. Fasilitas yang diberikan mal mencakup fungsi, kondisi dan pelayanan
tersendiri, mengapa para pengembang berlomba-lomba membangun pusat perbelanjaan seperti mal dan
trade centre. Lima tahun terakhir sejak krisis, sektor konsumsi tetap menjadi penggerak utama
pertumbuhan ekonomi, keyakinan inilah yang membuat para pengembang untuk terus berkeskpansi ke
properti ritel. Dengan analisis sederhana ini, para pengembang dan investor mulai terjun ke bisnis properti
lewat proyek-proyek pusat perbelanjaan ketika melihat peluang investasi di sektor properti ini. Jadi
keyakinan para investor dan pengembang untuk masuk ke bisnis pusat perbelanjaan bukan didasarkan
pada analisis yang rumit dan memakan waktu, melainkan hanya didasarkan pada firasat bisnis dan
pemikiran sederhana yang pragmatis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya bangunan properti diakibatkan oleh kebutuhan
masyarakat/calon pembeli untuk memenuhi kebutuhan mereka yang disambut baik oleh para pengembang
sebagai produsen properti. Sedangkan menurut Simanugkalit (2004), minat para konsumen properti dapat
berbentuk membeli, menyewa dan gaya hidup. Minat konsumen properti dalam membeli dapat digunakan
untuk tempat tinggal, berdagang dan investasi. Jenis bangunan atau unit properti yang dibeli biasanya
rumah, apartemen, rukan, ruko, toko trade centre. Untuk minat menyewa properti biasanya dapat
ditemukan pada bangunan mal, gedung perkantoran, dan apartemen bagi ekspatriat, ruko, rukan dam toko
di trade centre. Sedangkan minat properti untuk gaya hidup biasanya ditemukan pada pengunjung pusat
perbelanjaan yang memanfaatkan pusat perbelanjaan untuk kegiatan berbelanja/shopping, kuliner melalui
food court, ataupun hiburan dengan adanya teater/bioskop seperti yang terjadi di Plaza EX Jakarta (Estat,
2005).
Masyarakat yang memiliki minat terhadap properti dibedakan berdasarkan peran dan kebutuhan
mereka akan properti. Masyarakat yang memiliki minat terhadap properti, khususnya pusat perbelanjaan
terbagi atas beberapa kelompok sebagai berikut (Simanungkalit, 2004: 130) :
Developer
Developer merupakan individu atau pengusaha atau badan hukum seperti firma atau perseroan
terbatas yang bergerak di bidang usaha yang sangat speskualtif dalam hal pembangunan gedung untuk
tujuan investasi. Para developer dapat bergerak di bidang renovasi rumah munggil pendinptaan komunitas
baru, ataupun pembangunan kompleks industri atau klub tenis. Konteks pekerjaan developer sangat
dipengaruhi oleh segi ekonimis dari suatu proyek. Developer memberikan kepada perencana untuk
membuat dan mengevaluasi penyelesaian masalah perencanaan berkenaan dengan batas waktu, yang
berarti bahwa perencanan harus cepat menyelerasaskan program yang tidak sesuai dengan praktik
perencanaan. Merupakan pihak yang merencanakan, membangun, dan menjual properti kepada
masyarakat. Dalam kegiatannya, pihak developer dibantu oleh kontraktor yang menjadi pelaksanan
pembangunan. Dalam kegiatan memproduksi properti seorang investor juga dilibatkan untuk menanam
37
modal dalam pembangunan suatu properti. Developer merupakan pihak yang ingin mendapatkan
keuntungan dari produk properti yang mereka bangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.developer
juga berperan sebagai penyedia dana pembangunan. Mereka juga berperan dalam meningkatkan kualitas
lingkungan terbangun sehingga tapak tersebut memiliki peningkatan nilai yang akhirnya layaj untuk
dijual/disewakan dan dikembangkan lebih lanjut. Dalam hal ini developer juga berperan sebagai pemilik
sehingga mereka berhak membuat keputusan dasar mengenai bagaimana seharusnya propertinya
digunakan dan bagaimana nantinya akan dijual/disewakan (Trihapsari, 1998).
Konsumen properti
Konsumen properti merupakan masyarakat yang memakai produk dan memiliki properti tersebut
dengan berbagai hak kepemilikan yang diizinkan. Misalnya hak milik/strata title, hak sewa, dan hak
guna bangunan. Untuk saat ini, kepemilikan properti lebih banyak berstatus strata title untuk unit-unit
properti yang dibangun pengembang baik itu apartemen maupun trade centre. Dari kepemilikan properti,
konsumen properti dapat dibedakan lagi menjadi end users, investor dan penyewa (tenants). Investor
merupakan pemilik tetapi tidak menempati properti tersebut. Mereka membeli unit properti kemudian
menyewakannya kembali atau membeli dan memperbaiki kemudian menjualnya untuk mendapatkan
keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual. End users merupakan pengguna akhir properti, misalnya
penghuni rumah, apartemen, dan pedagang di trade centre. Sedangkan tenants atau penyewa properti
merupakan pemilik properti yang jangka waktu kepemilikannya berakhir jika waktu sewanya usai atau
tidak mampu lagi membayar uang sewa. Biasanya terdapat pada shopping mall dan gedung perkantoran.
mencari barang yang dibutuhkan atau diinginkan sehingga aspek fungsional seperti pusat perbelanjaan
lebih diutamakan daripada suasana yang memikat hati.
Sebaliknya konsumen yang berorientasi “rekreasi” akan mencari pusat perbelanjaan yang
menyenangkan. Mereka beranggapan bahwa “belanja ya belanja tapi akan lebih baik jika dalam suasana
yang menyenangkan”. Sebagian konsumen di Indonesia yang belanja di gerai-gerai modern cenderung
lebih ke orientasi “rekreasi”. Minimarket yang merupakan contoh gerai modern mengalami pertumbuhan
pesat sebagai pertanda bahwa faktor “rekreasi” cukup kuat. Kelebihan minimarket dari pada toko dan
warung adalah dalam hal penataan, kebersihan, dan ruangan ber-AC. Tiga hal tersebut memberi rasa yang
berbeda antara minimarket dan toko biasa (Ma’aruf, 2005).
Persepsi masyarakat yang akan membentuk/mempengaruhi nilai, pada penelitian ini akan dibatasi
sesuai dengan faktor-faktor yang digunakan dalam penilaian properti secara finansial (property
appraissal) yang menentukan nilai pasar suatu properti.
disampaikan Laurens bahwa kesan personal terhadap setting, dalam penelitian ini properti, tentunya akan
mempengaruhi nilai properti tersebut.
Persepsi merupakan olahan semua informasi yang diterima oleh indera-indera yang dipengaruhi
oleh kondisi psikologis dan pengalaman kita. Persepsi merupakan pengertian kita tentang situasi sekarang
dalam artian pengalaman-pengalaman kita yang terdahulu. Persepsi pada suatu waktu akan bergantung
pada pengalaman kita terdahulu, perasaaan kita pada waktu itu, prasangka-prasangka, keinginan-
keinginan, sikap dan tujuan kita (Mahmud, 1990). Persepsi mempunyai ciri-ciri umum. Saat
mempersepsikan properti ciri-ciri tersebut juga dapat dipakau. Cicir-ciri persepsi antara lain (Irwanto,
1994) :
Modalitas, yaitu indera yang dimiliki untuk menerima rangsang seperti kebisingan/keramaian di dalam
mal
Dimensi ruang sehingga seseorang dapat mengatakan luas sempitnya koridor mal
Dimensi waktu seperti cepat lambat, tua muda sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah mal
sudah/belum melampaui batas umur ekonomis
Berstruktur, konteks, keseluruhan yang menyatu, misalnya melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi
dalam ruang tertentu, di saat tertentu pada posisi tertentu atau sebuah pusat perbelanjaan berada di
kawasan pusat perdagangan dengan warna dan bentuk tertentu.
Dunia penuh arti karena mempersepsikan gejala-gejala yang bermakna bagi kita, yang ada
hubungannya dengan tujuan dalam diri kita sehingga persepsi seseoarang terhadap suatu objek
tergantung psikologis dan pengalaman tiap individu.
Karena persepsi lebih bersifat psikologis daripada proses penginderaan saja, maka beberapa
faktor yang mempengaruhi adalah (Irwanto, 1994) :
Nilai-Nilai Dan Kebutuhan Individu
Seorang seniman tentu punya pola dan citarasa yang berbeda dalam pengamatannya tentang seni
dibanding seorang bukan seniman. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dari golongan ekonomi
rendah melihat koin (mata uang logam) lebih besar dibandingkan anak-anak orang kaya.
Pengalaman Terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi
dunianya. Jika seseorang mengalami kejadian yang buruk di suatu kota atau tempat maka persepsi
orang tersebut tentang kota tersebut tidak akan sebagus pendapat seseorang yang mengalami kejadian
menyenangkan di kota yang sama.
Perhatian Yang Selektif
40
Dalam kehidupan manusia, setiap saat akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya.
Meskipun demikian, ia tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu,
individunya memusatkan perhatiannya pada rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek
atau gejala-gejala lain tidak akan tampil ke muka sebagai objek pengamat.
Ciri-Ciri Rangsang
Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga
rangsang yang paling besar di antara yang kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan yang
intensitas rangsangnya paling kuat.
mewah harus mencerminkan semua rehabilitasi yang diperlukan untuk memperoleh kenikmatan
maksimum dari properti tersebut (Hidayati Harjanto, 2001).
2.6 Glossary
Berikut ini merupakan istilah-istilah yang sering digunakan di dalam penelitian ini :
Anchor tenants : Penyewa ruang ritel dengan ukuran luas area minimum 9000 m2.
Anchor Tenants biasanya berada di ujung koridor pusat perbelanjaan
dan berfungsi sebagai penarik pengunjung pusat perbelanjaan.
Appraisal : Kegiatan menaksir nilai properti untuk berbagai tujuan seperti
penjualan dan pajak
End users : Orang/pihak yang membeli, menggunakan dan menempati properti
Firmilitas : Struktur dan konstruksi bangunan
Food court : Tempat yang menyediakan berbagai macam makanan yang terdiri atas
kumpulan restoran/kafe
42
GLA : Gross Leasable Area merupakan jumlah luas area yang disewakan
pusat perbelanjaan. Tiap pusat perbelanjaan memiliki luas area sesuai
dengan jenis dan cakupan pelayanan pusat perbelanjaan tersebut.
Investor : Orang/pihak yang menginvestasikan modalnya untuk mendapatkan
keuntungan lebih banyak. Untuk konsumen properti, investor
biasanya ditujukan pada orang atau pihak yang membeli properti
kemudian menyewakannya atau menjualnya kembali setelah direnovasi
kepada orang/pihak lain
One stop shopping : Kegiatan berbelanja dalam satu atap. Pembeli dapat membeli semua
kebutuhan mereka dari pakaian, barang elektronik hingga makanan di
satu tempat dengan berbagai macam variasi barang. Pembeli
diharapkan tidak akan mengalami kesusahan dalam mencari barang ke
pusat perbelanjaan lain.
Strata title : Status kepemilikan tiap unit properti yang biasanya terdapat pada
bangunan berlantai banyak seperti apartemen, trade centre, dan
perkantoran
Tenant : Sebutan bagi orang atau pihak yang menyewa ruang ritel di dalam
mal/pusat perbelanjaan
Tenant mix : Komposisi penyewa di dalam mal. Tujuan tenants mix ini untuk
memberikan suasana yang saling menduk ung dan melengkapi
kebutuhan pembeli sehingga tercipta suasana one stop shopping
Trade centre : Pusat perbelanjaan dengan sifat kepemilikan strata title (kepemilikan
tiap unit properti). Biasanya menyediakan barang dengan harga grosir
dan ditempati oleh UKM
Venusitas : Estetika keindahan terutama berkaitan dengan kondisi dan usia
bangunan.
Window shopping : Kegiatan melihat suasana dan trend barang jasa di dalam mal