You are on page 1of 7

TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

ARTIKEL TENTANG SDM

DISUSUN OLEH :

WIGUNA BAYU AJI 09.30.0083

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2009

Kualitas Sumber Daya Manusia Masih Lemah


Sumber : www.kompas.com

Senin, 8 Maret 2010 | 17:24 WIB

Bandung, Kompas - Sumber daya manusia pariwisata Indonesia masih lemah. Hal itu
diyakini bisa menghambat perkembangan dan daya saing pariwisata Indonesia.

"Peningkatan kualitas wajib dilakukan bila mau bersaing dengan negara lain. Indonesia
sudah punya modal keindahan alam dan keramahan masyarakat. Tinggal bagaimana
pelaku wisata memanfaatkannya," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik
dalam pencanangan Gerakan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul
Berbasis Kompetensi di Sektor Pariwisata, Jumat (5/3) di Bandung.

Menbudpar menjelaskan, kualitas tenaga kerja sektor pariwisata memegang peranan


penting menghadapi persaingan bebas, khususnya di ASEAN. Saat ini telah dibentuk
mutual recognition arrangement yang bertujuan memudahkan mobilitas tenaga kerja
pariwisata ASEAN. Artinya, semua SDM pariwisata yang berasal dari berbagai negara
di Asia Tenggara bisa mencari nafkah di Indonesia.

Munculnya kesepakatan ini menimbulkan konsekuensi perbaikan SDM pariwisata


Indonesia. Bila tidak diperbaiki, tenaga kerja Indonesia bisa tersisih. Berdasarkan survei
Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahun 2009, SDM Indonesia berada pada peringkat ke-40
dari 133 negara.

Sertifikasi

Dalam program pengembangan itu akan dilakukan sertifikasi kompetensi bagi hotel,
restoran, dan spa di 10 tempat tujuan wisata unggulan di bawah koordinasi Badan
Nasional Sertifikasi Profesi. Daerah itu, antara lain, Jawa Barat, Bali, Sumatera Selatan,
Riau, dan Papua Barat.

"Target tahun ini adalah pemberian 4.000 sertifikat kompetensi bagi tenaga kerja
pariwisata. Sebanyak 3.240 orang di hotel dan restoran serta 580 orang di bidang spa.
Tahun depan akan ditingkatkan menjadi 5.000 sertifikat untuk mempercepat perbaikan
kualitas pariwisata Indonesia," ujar Menbudpar. (CHE)
Kualitas SDM Harus Ditingkatkan
Sumber : www.kompas.com

Selasa, 15 Desember 2009 | 09:36 WIB

Batam, Kompas - Hasil dari kekayaan sumber daya alam perlu dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terbarukan. Kualitas sumber daya
manusia sangat penting dalam membangun Indonesia yang berdaya saing.

Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) BJ Habibie dalam acara Silaturahmi Kerja Nasional ICMI di Batam, Kepulauan
Riau, pekan lalu. ”Kita harus pandai-pandai memanfaatkan hasil kekayaan sumber
daya alam untuk peningkatan sumber daya manusia,” kata Habibie.

Menurut Habibie, pembangunan tidak dapat hanya mengandalkan kekayaan sumber


daya alam. ”Kita harus mengubah dari mengandalkan sumber daya alam menjadi
sumber daya manusia,” katanya. Bangsa Indonesia perlu melahirkan orang-orang yang
terampil dari berbagai bidang.

Habibie menambahkan, peningkatan kualitas sumber daya manusia penting, mengingat


pertumbuhan penduduk Indonesia semakin pesat. Dari asumsi pertumbuhan penduduk
selama ini, jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diproyeksikan mencapai 273 juta
orang dan tahun 2045 sebanyak 364 orang.

”Dengan jumlah penduduk sebesar itu, bagaimana pendidikan mereka? Bagaimana


lapangan kerja mereka? Bagaimana keadilan dan ketenteraman? Dan, di mana mereka
berada?” tanya Habibie. Hal itu tentu harus diantisipasi.

Habibie menambahkan, berdasarkan statistik terlihat bahwa jumlah penduduk yang


tinggal di kota semakin besar. Sebagai gambaran, tahun 1970, jumlah penduduk yang
tinggal di kota baru 17,2 persen.
Dalam perkembangannya, jumlah penduduk yang tinggal di kota terus meningkat. Pada
tahun 2000, jumlah penduduk yang tinggal di kota sebesar 42,2 persen dan saat ini
jumlah penduduk yang tinggal di kota mencapai 57,4 persen.

”Hal itu terjadi karena desa belum mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat,” kata Habibie. (FER)

Kunci Memenangkan Era Global Tergantung SDM

Sumber : www.kompas.com

Selasa, 6 Oktober 2009 | 19:29 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kunci kemenangan suatu negara dalam kompetisi era


global adalah kemampuannya mengelola dan memberdayakan SDM dalam menguasai
sains dan teknologi. Hal itu diungkap Prof. Muhammad Ali dalam bukunya Pendidikan
untuk Pembangunan Nasional, Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berbudaya
Sains Tinggi yang dibahas di Jakarta, Selasa (6/10).

Dalam bedah buku tersebut disampaikan, Indonesia dapat mencontoh China, Jepang,
Norwergia dan Finlandia. China sukses mengurangi angka kemiskinan negaranya
dalam kurun 20 pada tahun terakhir dari 65 persen (1981) menjadi 17 persen (2001).
Sedangkan Jepang, Norwegia dan Finlandia dapat dicontoh sebagai negara yang
mampu mengelola SDM dalam mengembangkan ekonomi berbasis pengetahuan.

Sedangkan Indonesia pada tahun 2007 menempati urutan ke 107 dari 117 negara
berdasarkan Human Development Index, UNDP. Dan menempati urutan ke 60 dari 72
negara dalam pencapaian teknologi. Ada apa dengan Indonesia? Mohammad Ali
menjawab melalui karyanya, beberapa masalah yang perlu dicermati bahwa UU
Sisdiknas secara normatif sudah ideal namun kerangka ideologis UUD 45 sering
diabaikan.
Lulusan pendidikan saat ini memiliki kecerdasan namun kurang terbina mental,
kecerdasan emosi dan spiritual. Selain itu, pendidikan berkualitas cenderung hanya
dimiliki orang mampu. Dalam masalah kurikulum pun, kurang memperhatikan
perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan. Pengetahuan
yang diberikan di madrasah dan perguruan tinggi kurang relevan dengan kebutuhan
masnyarakat. Untuk itu, diperlukan memaknai hakikat pembangunan berkelanjutan,
pengembangan universitas berbasis riset dengan reorientasi pendidikan nasional dalam
meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.

SDM Berkualitas demi Persaingan Global


Sumber : www.kompas.com

Selasa, 23 Juni 2009 | 17:37 WIB

shutterstock

Jadikan diri lebih diterima di antara rekan-rekan kerja baru.

JAKARTA, KOMPAS.com — Menghadapi masa di mana angka ketergantungan


berada pada titik terendah (window of opportunity) tahun 2020-2030, maka sumber
daya manusia/SDM Indonesia harus dipersiapkan. SDM berkualitas diperlukan agar
bisa bersaing dengan bangsa lain.
"Jika SDM kita tidak siap dan kualitasnya tetap seperti ini maka bangsa lain yang
datang ke Indonesia akan selalu lebih unggul," kata Sugiri Syarief, Kepala Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di Jakarta, Selasa (23/6).

Pada Seminar Uji Publik Draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan
Rencana Strategi Nasional Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
2010-2014, Sugiri Syarief mengharapkan seminar tersebut menjadi media advokasi
bagi calon presiden mendatang bahwa persoalan kependudukan dan KB perlu
mendapat perhatian.

Di samping itu sesuai dengan UU Nomor 39 Tahun 2008 bahwa harus ada lembaga
yang menangani masalah kependudukan dalam arti luas dan komprehensif.
Ketidakserasian kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan di semua sektor
dengan pembangunan kependudukan menunjukkan ketidakkonsistenan dalam
implementasinya di lapangan, kata Sugiri Syarief.

Fenomena besarnya jumlah penduduk dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang
cepat akan menjadi ancaman bagi keberhasilan pembangunan lainnya.

"Berbagai bukti empiris menunjukkan bahwa kemampuan bangsa ditentukan oleh


kualitas SDM, bukan melimpahnya sumber daya alam," kata Sugiri Syarief.

Saat ini penduduk Indonesia berjumlah sekitar 220 juta jiwa, terbesar ke empat di dunia
jumlahnya. Sementara itu, kualitas penduduk Indonesia yang diukur dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) masih berada pada urutan ke 107 dari 177 negara pada
tahun 2005 (HDI Report 2006).

Nina Sardjunani, Deputi Menteri Negara Perencana Pembangunan


Nasional/PPN/Kepala Bappenas Bidang SDM dan Kebudayaan, menggarisbawahi
bahwa upaya mewujudkan bangsa yang berdaya saing adalah dengan mengendalikan
jumlah dan laju pertumbuhan penduduk serta lebih memperhatikan pendidikan.

Tiga komponen penting pada HDI yakni kesehatan, pendidikan, dan ekonomi keluarga
harus dikedepankan. "Visi saya, ke depan Indonesia memiliki penduduk yang tidak
kalah bersaing dengan bangsa lain dari segala aspek. Misalnya soal produktivitas.
Janganlah kita hanya menjadi TKI dan bermental kuli, ke depan harus lebih baik," ucap
Sugiri Syarief.

You might also like