You are on page 1of 16

Teori bumi itu bulat

Bumi yang bulat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Gambaran artis mengenai bumi bulat pada abad pertengahan.

Kosep Bumi yang bulat kembali ke abad ke-6 SM pada filsafat Yunani kuna dan
filsafat India. Di Yunani, konsep ini dikemukakan oleh Pythagoras.[1] Di India, konsep
Bumi bulat diakui dalam Shatapatha Brahmana dan Aitareya Brahmana.

Konsep ini menggantikan konsep awal mengenai Bumi yang rata.

[sunting] Pranala luar

 You say the earth is round? Prove it (dari The Straight Dope)
 Oblate Spheroid
 NASA-Most Changes in Earth's Shape Are Due to Changes in Climate

[sunting] Referensi

1. ^ Dicks, D.R. (1 Mei 1970). Early Greek Astronomy to Aristotle. hal. 72-198.


ISBN 9780801405617.

Artikel bertopik astronomi dan luar angkasa ini adalah sebuah rintisan. Anda
dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
 
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|
id&u=http://www.newton.dep.anl.gov/askasci/gen99/gen99251.htm
Untuk pendekatan pertama orde Bumi itu bulat. This Ini
is due to gravity. adalah gravitasi. Gravity pulls with equal strength in all Gravitasi
menarik dengan kekuatan yang sama di semua
directions; therefore any variations from a spherical arah, sehingga setiap variasi
dari bola
shape will lead to gravitational forces that bentuk akan mengarah pada gaya
gravitasi yang
bring the shape back into that of a sphere. membawa bentuk kembali ke dalam
sebuah bola.

This is without considering the rotation of the earth, Ini adalah tanpa
mempertimbangkan rotasi bumi,
however. Namun. The rotation of the earth adds centrifugal Rotasi bumi menambah
sentrifugal
effects, which cause the earth to bulge slightly at efek, yang menyebabkan bumi
untuk tonjolan sedikit di
its equator and flatten slightly at its poles. yang ekuator dan merata di kutub yang
sedikit.
(This is like twirling a rock on the end of a string (Ini seperti memutar-mutar batu di
ujung string
and then letting go--the rock flies away from the dan kemudian melepaskan - batu
lalat jauh dari
twirler.) Because of these centrifugal effects, the twirler) Karena. dari efek
sentrifugal, yang
distance from the center of the earth to the surface jarak dari pusat bumi ke
permukaan
of the earth is about 0.33% shorter at the poles bumi adalah sekitar 0,33% lebih
pendek di kutub
compared to the equator. dibandingkan dengan khatulistiwa.

Peyakin bumi tidak bulat


 
Brendan O'Neill
 

 
Pada abad ke 21, istilam "flat-earther" digunakan
untuk menggambarkan seseorang yang secara
spektakuler - dan nekad - acuh tak acuh. Namun
ada sekelompok orang yang menyatakan yakin
planet ini rata. Apakah kelompok ini benar ada
atau hanya lelucon belaka?
Foto Earthrise Nasa dianggap
palsu oleh flat-earthers
Nasa merayakan hari jadinya yang ke lima puluh
dengan keramaian dan gambar-gambar mengenai kejayaannya di masa lalu.

Namun, diantara gambar selama setengah abad itu, hanya satu yang mencolok.
Pandangan dunia
330 Sebelum Masehi
Aristoteles mengungkap
bukti bumi bulat
240 Sebelum Masehi
Tanggal 24 Desember 1968, awak misi Apollo 8
Eratosthenes dari Cyrene
mengambil foto yang sekarang dikenal dengan nama
dengan tepat menghitung
Earthrise, bumi muncul.
lingkar bumi
Abad 8 penelitian Bede
Bagi banyak orang, gambar bumi bulat berwarna
memperlihatkan fakta bumi
biru yang indah yang diambil dari sisi orbit bulan
bulat diterima
merupakan gambaran sempurna pentingnya misi ke
ruang angkasa.

Namun, itu tidak dipercaya oleh semua orang.

Ada sekelompok orang yang mengatakan gambar itu palsu - bagian dari konspirasi
dunia oleh badan ruang angkasa, pemerintah dan ilmuwan.

Selamat datang ke dunia flat-earther, mereka yang percaya bumi rata.

Pandangan kita terhadap mereka yang dulu pernah percaya pada pandangan bahwa
bumi ini rata, tergambar dalam iklan Microsoft yang baru.

Mengambarkan kapal jaman dulu yang berlayar di lautan ganas, dengan tujuan
"ujung dunia", iklan berharga 300 juta dolar ini merupakan kampanye
menyelamatkan Window Vista, dengan membandingkan pengkritiknya dengan
kaum flat-earther.

Era Satelit

Tetapi apakah memang masih ada orang yang


percaya dunia ini rata sekarang?

Tentunya di era eksplorasi ruang angkasa - saat


satelit mengambil foto planet kita yang biru dan
bulat dari ruang angkasa, dan robot mengirim info
soal tanah dan air di Mars - tidak mungkin masih ada
orang yang secara serius percaya bumi ini rata.

Salah. Teori bumi rata masih beredar dan dipercaya.

Di internet dan tempat pertemuan kecil di Inggris dan Amerika, kelompok peyakin
bumi rata bertemu untuk menantang "konspirasi" bahwa bumi bulat.

"Orang sudah jelas berprasangka buruk terhadap kaum flat-earther," ujar John
Davis, yang percaya pada teori bumi rata yang berbasis di Tennessee, merujuk pada
iklan Microsoft yang baru itu.
"Banyak orang mempergunakan istilah 'flat-earther' untuk melecehkan, dan
dihubungkan dengan kepercayaan membabi buta, sikap tak acuh dan bahkan anti
intelektualisme."

John Davis adalah seorang pakar komputer yang berasal dari Kanada, dia pertama
tertarik dengan teori bumi rata setelah "membaca sejumlah buku dari Masyarakat
Bumi Rata beberapa tahun lalu".

"Saya kemudian sadar betapa kita gampang menerima," ujarnya. "Kita manusia
tampaknya cukup puas dengan menerima apa yang diberitahu, tidak perduli
informasi itu bertentangan dengan perasaan kita."

Davis sekarang yakin "bumi rata dan horisontal - bumi akan terus horisontal
selamanya".

"Dan dengan kedalaman setidaknya 9.000 kilometer", tambahnya.

James McIntyre, moderator situs diskusi Mayarakat Bumi Rata di Inggris, memiliki
pandangan sedikit berbeda. " Bumi sedikit banyak seperti piring," ujarnya. "Bumi
tidak benar-benar rata karena fenomena geologi seperti bukit dan lembah.
diameternya sekitar 24.900 mil."

McIntyre, yang mengaku "dibuat menjadi penganut bumi bulat dalam sistem
pendidikan sekolah negeri Inggris" mengatakan reaksi teman dan keluarga
terahadap kepercayaan barunya itu bervariasi, mulai dari "rasa tidak percaya
sampai yakin ini hanya lelucon".

Jadi berapa banyak flat-earthers saat ini? Baik Davis maupuan McIntyre tidak yakin
benar.

Kapal hilang

McIntyre memperkirakan "ribuan", tetapi "tanpa ada tempat untuk berkomunikasi,


penghitungan secara pasti hampir tidak mungkin", ujarnya.

Davis mengatakan sedang membuat "gudang informasi online" untuk membantu


komunitas Flat Earth setempat menjadi "komunitas global".

"Maafkan penggunaan istilah 'global' ini", ujarnya.

Dan bagi pengamat paruh waktu, sulit menerima bahwa semua ini bukan keanehan
di abad ke 21. Bukankah semua anak sekolah tahu bahwa kapal bisa menghilang di
horison dan bahwa satelit mengorbit bumi.

Bagaimana dengan foto-foto dari ruang angkasa yang memperlihatkan, tanpa


diragukan lagi, bahwa Bumi itu bulat?
"Badan ruang angkasa berkonspirasi secara internasional untuk menipu publik
guna mendapat keuntungan besar,"ujar McIntyre.

John Davis juga mengatakan "foto-foto itu palsu".

Dan bagaimana dengan fakta bahwa tidak ada orang yang pernah jatuh di dunia
yang dinyatakan berbentuk piringan ini?

McIntyre tertawa. "Ini mungkin pertanyaan yang paling sering ditanyakan," ujarnya.
"Dengan melihat peta bumi yang rata pertanyaan itu bisa dijelaskan dengan mudah -
Kutub utara di tengah dan antartika terdiri dari seluruh keliling Bumi. Navigasi
keliling dunia adalah perjalanan panjang memutar di atas permukaan bumi."

Konspirasi sebenarnya

Davis mengatakan menjadi flat-earther tidak berdampak pada kehidupannya. "Kami


tidak takut sama sekali dengan pesawat atau moda transportasi lain," ujarnya.

Christine Garwood, pengarang buku Flat Earth: The History of an Infamous Idea,
tidak terkejut dengan fakta bahwa kelompok flat-earthers menolak bukti-bukti
bahwa planet kita ini bulat.

"Inti teori bumi rata sebenarnya adalah teori konspirasi," ujarnya.

"Wajarlah, kelompok yang percaya bumi rata memandang pendaratan di bulan


palsu, demikian juga foto-foto dari ruang angkasa."

Mungkin salah satu yang paling mengejutkan dalam buku Garwood adalah dia
mengungkapkan bahwa teori bumi rata secara relatif merupakan fenomena modern.

Garwoon mengatakan semua orang hingga jaman kegelapan percaya bumi rata
merupakan kesalahan bersejarah, dan kemudian "ide gila" ini pupus setelah
Christopher Columbus berhasil berlayar ke Amerika tanpa "jatuh di ujung dunia".

Padahal, sejak abad ke 4 sebelum Masehi orang sudah tahu bahwa bumi itu bundar,
dan keyakinan ilmiah bahwa kita sebenarnya hidup di atas pringan tidak muncul
hingga jaman ratu Victoria.

Teori bumi rata menjadi primadona di abad ke 19 di Inggris, dengan kebangkitan


rasionalisme ilmiah yang tampaknya mengancam otoritas Injil, sejumlah pemikir
Kristen melancarkan serangan terhadap dunia ilmiah.

Samuel Birley Rowbotham (1816-1884) menggunakan nama alias "Parallax" dan


mendirikan sekolah baru "astronomi Zetetic", dia berkeliling Inggris untuk
menyebarkan teori bahwa Bumi adalah piringan yang statis dan Matahari hanya
400 mil jauhnya.
Di tahun 1870 an, penulis Kristen John Hampden menerbitkan sejumlah karya
mengenai Bumi yang rata dan menggambarkan Isaac Newon sebagai "pemabuk atau
gila".

Dan semangat serangan ini pun terus hidup hingga sekarang.

Mitos bumi rata masih menjadi puncak dalam kehidupan penganut teori konspirasi.

Dan menurut Garwood disaat kita memiliki rasa antipati terhadap otoritas
kelompok flat-earthers memperlihatkan situasi bisa menjadi lebih buruk

"Untuk mempertanyakan "bagaimana kita tahu yang kita ketahui" adalah bagus,
tetapi bagus juga jika kita memiliki kemampuan menerima bukti kuat - seperti foto
bumi dari ruang angkasa.

http://4f121z4l.multiply.com/journal/item/37/Islam_dan_Teori_Bumi_Bundar

Apr 29, '09 10:29 AM


Islam dan Teori Bumi Bundar
for everyone
Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer
(pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi
Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisiilmuwan dari Cordobasecara gemilang
sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang
diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian bagi
para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal
menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung
dalam ‘kegelapan’ dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim
pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah
Ni coulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang
dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawanarus dengan menyatakan
bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim
bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan teori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian
mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu.
Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh
hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan sains sejak tahun 1950-an mengkaji
hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 M hingga
15 M. Hasil penelitian yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University
of Beirut menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan
Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan
para astronom Islam dua atau tiga abad sebelumnya.

Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim, seperti Ibn Al


Shatir (wafat 1375 M), Mu’ayyad Al Din Al ‘Urdi (wafat 1266 M), dan Nasir Al Din Al
Tusi (wafat 1274 M). Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih
dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa
bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk
bumi pada abad ke-17 M setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming. Sejak
abad itulah, melalui risalah yang ditulis Xiong Ming-yu dengan judul Ge Chi Cao,
wacana bentuk bumi bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu
itu.

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk
bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah
Al Ma’mun, pada tahun 830 M, Muhammad bin Musa Al Khawarizmi beserta para
astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana
Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai 24 ribu
mil atau 38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 M itu
hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para
ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin
belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu. Atas permintaan Khalifah
Abbasiyah ketujuh, para astronom Muslim sukses meng - ukur jarak antara Tadmur
(Palmyra) hingga Al Raqqah di Suriah. Para sarjana Muslim menemukan fakta
bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan
jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.
Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al Biruni (973 M-1048
M) juga mengukur jari-jari bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6
kilometer. Pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan
ilmuwan modern. Saat itu, Al Biruni mengembangkan metode baru dengan
menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah
daratan dengan puncak gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer
(pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi
Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisi ilmuwan dari Cordobasecara gemilang
sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang
diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Pada globe itu, Al Idrisi menggambarkan enam benua yang dilengkapi jalur
perdagang an, danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta gunung-gunung. Tak
cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak,
panjang, dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al
Idrisi pun menulis buku berjudul Al Kitab Al Rujari atau Buku Roger yang
didedikasikan untuk sang raja.

Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus, kemudian membuktikan kebenaran


teori yang diungkapkan Al Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al Idrisi, Columbus
mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya sebagai ‘dunia
baru’. Pa da hal, bagi para penjelajah Muslim, benua itu bukanlah dunia baru karena
telah disingga hinya beberapa abad sebelum Columbus. Da lam ekspedisi yang
dilakukannya itu, Co lumbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengeluarkan kesepakatan bersama dalam
bentuk ijmak tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh
Ibnu Hazm (wafat 1069 M), Ibnu Al Jawi (wafat 1200 M), dan Ibnu Taimiyah (wafat
1328 M). Penegasan ketiga tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan
penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat, Abul Hasan ibnu Al Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, dan Abul
Faraj Ibnu Al Jawzi telah menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bundar
(istidaaratul aflaak). Ibnu Taimiyah melandas kannya pada Alquran surat Azzumar
ayat 5. Allah SWT berfirman, ‘’... Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan
siang atas malam ....’‘ Selain itu, para ulama juga berpegang pada surat Al Anbiyaa
ayat 33. Allah SWT berfirman, ‘’Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di
dalam garis edarnya.’‘ Kata ‘falak’ dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti
bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi
bulat seperti bola.

Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan Abu Ya’la dalam karyanya berjudul
Tabaqatal-Hanabilah. Dalam kitab itu, Abu Ya’la mengutip sebuah ijmak para ulama
Muslim yang bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijmak itu diungkapkan oleh
generasi keduamurid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW. Ilmuwan
terkemuka Ibnu Khaldun (wafat 1406 M), dalam kitabnya yang fenomenal berjudul
Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola. Pendapat itu diperkuat
oleh Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam Al Fishol fil Milal wan Nihal.
Menurutnya, tak ada satu pun dari ulama kaum Musliminsemoga Allah SWT
meridhoi merekayang mengingkari bahwa bumi itu bundar dan tidak dijumpai
bantahan atau satu kalimat pun dari merek

bumi bulat

kenapa bumi terasa datar padahal aslinya bulat ?

Kategori : Biologi - 250 hari yang lalu


8 Jawaban
Rating : 0.0 dari 5 Bintang (0 kali vote)
 Rating : 0.0 dari 5 Bintang.
 1
 2
 3
 4
 5

Pertanyaan favorit Previous  Next 


Share to :  

Jawaban Terbaik Pilihan Penanya

TS Active
maliivers
2 0  

Karena perbandingan ukuran kita dengan bumi jauh berbeda. Bumi begitu besar
sedangkan kita kecil. Jadi kita hanya merasakan daerah yg terjangkau oleh kita
sehingga terasa datar bahkan terasa kalau dunia ini kecil ketika kita berada pada
ruangan yg sempit. coba bayangkan kalau kita menjadi raksasa yg tingginya
berpuluh2 km, kita pasti akan melihat kalau bumi itu melengkung atau bulat.
Diketahui bahwa bumi bulatkan setelah dilakukan pelayaran dengan mengeli2ngi
bumi dan oleh satelit yg tampak dari ruang angkasa bahwa bumi memang bulat
namun agak pepat di kedua kutubnya.

soal bumi itu bulat itu dijelaskan oleh ilmuwan muslim merujuk dari al-quran...
diluar itu galileo menyebut kan bumi itu bulat dia di penggal sama golongan gereja
sebelum lahir Copernicus menyatakannya
kembali...http://www.republika.co.id/berita/38...ri_Bumi_Bundar Teori bentuk
bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer (pembuat peta)
Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi Ashsharif. Pada
tahun 1154 M, Al Idrisiilmuwan dari Cordobasecara gemilang sukses membuat peta
bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat
sekitar 400 kilogram.

Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian bagi
para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal
menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung
dalam ‘kegelapan’ dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim
pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah
Ni coulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang
dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawanarus dengan menyatakan
bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim
bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan teori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian
mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu.
Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh
hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan sains sejak tahun 1950-an mengkaji
hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 M hingga
15 M. Hasil penelitian yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University
of Beirut menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan
Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan
para astronom Islam dua atau tiga abad sebelumnya.

Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim, seperti Ibn Al


Shatir (wafat 1375 M), Mu’ayyad Al Din Al ‘Urdi (wafat 1266 M), dan Nasir Al Din Al
Tusi (wafat 1274 M). Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih
dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa
bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk
bumi pada abad ke-17 M setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming. Sejak
abad itulah, melalui risalah yang ditulis Xiong Ming-yu dengan judul Ge Chi Cao,
wacana bentuk bumi bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu
itu.

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk
bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah
Al Ma’mun, pada tahun 830 M, Muhammad bin Musa Al Khawarizmi beserta para
astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana
Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai 24 ribu
mil atau 38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 M itu
hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para
ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin
belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu. Atas permintaan Khalifah
Abbasiyah ketujuh, para astronom Muslim sukses meng - ukur jarak antara Tadmur
(Palmyra) hingga Al Raqqah di Suriah. Para sarjana Muslim menemukan fakta
bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan
jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.

Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al Biruni (973 M-1048
M) juga mengukur jari-jari bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6
kilometer. Pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan
ilmuwan modern. Saat itu, Al Biruni mengembangkan metode baru dengan
menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah
daratan dengan puncak gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer
(pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi
Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisi ilmuwan dari Cordobasecara gemilang
sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang
diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Pada globe itu, Al Idrisi menggambarkan enam benua yang dilengkapi jalur
perdagang an, danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta gunung-gunung. Tak
cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak,
panjang, dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al
Idrisi pun menulis buku berjudul Al Kitab Al Rujari atau Buku Roger yang
didedikasikan untuk sang raja.

Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus, kemudian membuktikan kebenaran


teori yang diungkapkan Al Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al Idrisi, Columbus
mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya sebagai ‘dunia
baru’. Pa da hal, bagi para penjelajah Muslim, benua itu bukanlah dunia baru karena
telah disingga hinya beberapa abad sebelum Columbus. Da lam ekspedisi yang
dilakukannya itu, Co lumbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengeluarkan kesepakatan bersama dalam
bentuk ijmak tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh
Ibnu Hazm (wafat 1069 M), Ibnu Al Jawi (wafat 1200 M), dan Ibnu Taimiyah (wafat
1328 M). Penegasan ketiga tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan
penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat, Abul Hasan ibnu Al Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, dan Abul
Faraj Ibnu Al Jawzi telah menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bundar
(istidaaratul aflaak). Ibnu Taimiyah melandas kannya pada Alquran surat Azzumar
ayat 5. Allah SWT berfirman, ‘’... Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan
siang atas malam ....’‘ Selain itu, para ulama juga berpegang pada surat Al Anbiyaa
ayat 33. Allah SWT berfirman, ‘’Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di
dalam garis edarnya.’‘ Kata ‘falak’ dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti
bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi
bulat seperti bola.
.... dst
Republika OnLine » Ensiklopedia Islam » Khazanah

Islam dan Teori Bumi Bundar

Kamis, 19 Maret 2009, 09:05 WIB


   
Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer
(pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi
Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisiilmuwan dari Cordobasecara gemilang
sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang
diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian bagi
para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal
menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung
dalam ‘kegelapan’ dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim
pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah
Ni coulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang
dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawanarus dengan menyatakan
bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim
bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan teori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian
mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu.
Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh
hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan sains sejak tahun 1950-an mengkaji
hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 M hingga
15 M. Hasil penelitian yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University
of Beirut menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan
Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan
para astronom Islam dua atau tiga abad sebelumnya.
Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim, seperti Ibn Al
Shatir (wafat 1375 M), Mu’ayyad Al Din Al ‘Urdi (wafat 1266 M), dan Nasir Al Din Al
Tusi (wafat 1274 M). Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih
dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa
bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk
bumi pada abad ke-17 M setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming. Sejak
abad itulah, melalui risalah yang ditulis Xiong Ming-yu dengan judul Ge Chi Cao,
wacana bentuk bumi bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu
itu.

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk
bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah
Al Ma’mun, pada tahun 830 M, Muhammad bin Musa Al Khawarizmi beserta para
astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana
Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai 24 ribu
mil atau 38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 M itu
hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para
ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin
belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu. Atas permintaan Khalifah
Abbasiyah ketujuh, para astronom Muslim sukses meng - ukur jarak antara Tadmur
(Palmyra) hingga Al Raqqah di Suriah. Para sarjana Muslim menemukan fakta
bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan
jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.

Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al Biruni (973 M-1048
M) juga mengukur jari-jari bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6
kilometer. Pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan
ilmuwan modern. Saat itu, Al Biruni mengembangkan metode baru dengan
menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah
daratan dengan puncak gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer
(pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi
Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisi ilmuwan dari Cordobasecara gemilang
sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang
diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Pada globe itu, Al Idrisi menggambarkan enam benua yang dilengkapi jalur
perdagang an, danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta gunung-gunung. Tak
cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak,
panjang, dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al
Idrisi pun menulis buku berjudul Al Kitab Al Rujari atau Buku Roger yang
didedikasikan untuk sang raja.
Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus, kemudian membuktikan kebenaran
teori yang diungkapkan Al Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al Idrisi, Columbus
mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya sebagai ‘dunia
baru’. Pa da hal, bagi para penjelajah Muslim, benua itu bukanlah dunia baru karena
telah disingga hinya beberapa abad sebelum Columbus. Da lam ekspedisi yang
dilakukannya itu, Co lumbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengeluarkan kesepakatan bersama dalam
bentuk ijmak tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh
Ibnu Hazm (wafat 1069 M), Ibnu Al Jawi (wafat 1200 M), dan Ibnu Taimiyah (wafat
1328 M). Penegasan ketiga tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan
penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat, Abul Hasan ibnu Al Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, dan Abul
Faraj Ibnu Al Jawzi telah menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bundar
(istidaaratul aflaak). Ibnu Taimiyah melandas kannya pada Alquran surat Azzumar
ayat 5. Allah SWT berfirman, ‘’... Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan
siang atas malam ....’‘ Selain itu, para ulama juga berpegang pada surat Al Anbiyaa
ayat 33. Allah SWT berfirman, ‘’Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan
siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di
dalam garis edarnya.’‘ Kata ‘falak’ dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti
bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi
bulat seperti bola.

Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan Abu Ya’la dalam karyanya berjudul
Tabaqatal-Hanabilah. Dalam kitab itu, Abu Ya’la mengutip sebuah ijmak para ulama
Muslim yang bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijmak itu diungkapkan oleh
generasi keduamurid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW. Ilmuwan
terkemuka Ibnu Khaldun (wafat 1406 M), dalam kitabnya yang fenomenal berjudul
Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola. Pendapat itu diperkuat
oleh Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam Al Fishol fil Milal wan Nihal.
Menurutnya, tak ada satu pun dari ulama kaum Musliminsemoga Allah SWT
meridhoi merekayang mengingkari bahwa bumi itu bundar dan tidak dijumpai
bantahan atau satu kalimat pun dari mereka.

Dengan meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar, para sarjana Muslim kemudian
menetapkan sebuah cara untuk menghitung jarak dan arah dari satu titik di bumi ke
Makkah. Melalui cara itu, arah kiblat ditentukan. Kontroversi bumi bundar Pendapat
bahwa bumi itu bundar di kalang an Islam ternyata tak bisa dikatakan bulat. Meski
sebagian besar ilmuwan dan ulama Muslim meyakini teori bentuk bumi bulat, ada
pula ulama yang tak sepakat. Kontroversi mengenai bentuk bumi juga berlaku
dalam agama Nasrani. Ada yang menyatakan bumi itu datar seperti tercantum
dalam Bibel dan ada pula yang sepakat bumi itu bundar.

Kontroversi itu sudah menjadi semacam sunnatullah. Ulama Muslim yang


menyatakan bahwa bumi datar adalah Syuti (wafat 1505 M). Selain itu, pada tahun
1993 hingga 1995 beragam surat kabar dan majalah sempat ramai memuat
pernyataan mantan grand mufti Arab Saudi, Ibnu Baz, yang menyatakan bahwa
bumi itu datar. ‘’Bumi itu datar dan siapa saja yang menolak keyakinan itu adalah
seorang di luar Islam,’‘ cetus Ibnu Baz seperti yang dikutip sejumlah surat kabar dan
majalah kala itu. Pernyataan itu kontan membuat geger dunia Islam yang secara
mayoritas meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar. Namun, Ibnu Baz kemudian
meluruskan penyataannya dan menyatakan pernyataannya telah dipersepsi secara
salah. 
http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-
islam/khazanah/09/03/19/38820-islam-dan-teori-bumi-bundar

You might also like