Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSIAS UDAYANA
• Memaksakan perhatian
• Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh para pemakai jalan
• Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya
Untuk menjamin keefektifannya, maka ada 4 pertimbangan yang harus dilakukan:
Desain: termasuk ukuran, bentuk, warna, dan kemudahan membaca rambu tersebut,
ditambah penerangan dan pemantulannya.
Lokasi: alat-alat tersebut harus terletak di dalam kerucut sudut penglihatan dari pemakai
jalan, dan ditempatkan sedemikian rupa agar para pengemudi mempunyai waktu yang cukup
untuk memberikan reaksi terhadap pesan-pesan tersebut.
Faktor-faktor yang utama adalah: arah muka, tinggi, kebebasan samping peringatan
pandahuluan.
Keseragaman: para pemakai jalan mendasarkan reaksinya terhadap rambu atas pengalaman
sebelumnya terhadap rambu tersebut. Rambu-rambu standard harus digunakan, demikian
pula untuk situasi-situasi lalu lintas yang sama harus diberikan rambu-rambu yang sama pula
setiap saat. Rambu hanya digunakan apabila benar-benar diperlukan. Rambu-rambu yang
tidak dibutuhkan lagi harus dihapuskan.
1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Yang dimaksudkan dari keseragaman adalah:
• Warna, yang biasa digunakan adalah merah, hitam, putih, biru, dan kuning
• Dimensi (ukuran)
• Jenis huruf
• Lokasi
2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
larangan terdiri dari segi delapan sama sisi, segi tiga sama sisi larangan
silang dengan ujung-ujung yang runcing dan lingkaran.
3. Rambu perintah, digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh
pemakai jalan yang ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai.
Rambu ini dapat dilengkapi dengan papan tambahan dan dilengkapi dengan rambu
petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban dimulai. Warna dasar rambu
perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan berwarna putih serta merah
untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
4. Rambu petunjuk, digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan,
situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain. Sedangkan untuk
menyatakan jarak dapat digunakan atau dicantumkan pada rambu itu sendiri. Rambu
petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi
jalan, dan rambu berupa kata-kata serta temapt khusus dinyatakan dengan warna
dasar biru dan yang menyatakan petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan yang
menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan seperti kota, daerah atau wilayah
serta nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambangatau tulisan
warna putih, khusus rambu petunjuk jurusan objek wisata dinyatakan dengan warna
dasar coklat dengan lambang atau tulisan warna putih.
Persyaratan bentuk dan warna
Bentuk dan warna digunakan untuk membedakan antara katagori-katagori rambu
yang berbeda, dimana dapat:
3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Tiang penyangga rambu biasanya berwarna abu-abu. Tiang-tiang untuk
lampu pengatur lalu lintas, penyebrangan zebra dan tanda-tanda bahaya lainnya adalah hitam
dan putih.
Ukuran huruf
Kemudahan membaca ditentukan oleh ukuran huruf, dan lebar dari ketebalan huruf.
Ratio tinggi : lebar biasanya antara 1 : 1 dan 2 : 1. Ratio tinggi : lebar ketebalan huruf antara
9 : 1 dan 5 : 1.
Dimana:
H = tinggi huruf kecil yang diperlukan (tinggi huruf besar = 1,33H )
L = jarak dari titik rambu mulai dibaca sampai ke rambu tersebut
I = kemudahan membaca
V1 = kecepatan awal
S = tinggi rambu
A = sudut ketinggian rambu dari titik pembacaan rambu yang paling dekat
Lokasi dan penempatan
1. Daerah: Daerah tempat dipasangnya rambu dihitung dengan cara mengkaitkan jarak
kebebasan pandangan terhadap waktu alih gerak kendaraan yang diperlukan.
Kecepatan yang digunakan dapat berupa kecepatan rencana, batas kecepatan. Secara
praktis hal ini berarti bahwa jarak penempatan rambu merupakan fungsi kecepatan
rencana pada jalan tersebut.
2. Penempatan: Rambu harus ditempatkan sesuai standard kebebasan samping,
sekurang-kurangnya 0,60 m dari tepi badan jalan kota yang normal, dan meningkat
hingga 1,2 m pada jalan ganda kecepatan tinggi serta 0,30 m untuk rambu yang
dipasang pada pemisah jalan. Rambu ditempatkan disebelah kiri menurut arah lalu
lintas. Dalam keadaan tertentu, rambu dapat ditempatkan disebelah kanan degan
memperhatikan faktor geografis, kecepatan rencana, jarak pandang dan lain-lain.
3. Tinggi: Bagian sisi rambu yang paling rendah harus minimal 1,75 m dan tinggi
maksimum 2,65 m di atas titik pada sisi jalan yang tinggi yang diukur dari permukaan
jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah. Apabila rambu dilengkapi dengan
papan tambahan sedangkan rambu yang dipasang pada fasilitas pejalan kaki tinggi
minimum 2 m dan maksimum 2,65 m dari sisi daun rambu yang paling bawah.
Khusus untuk rambu peringatan, ditempatkan dengan ketinggian 1,20 m dan rambu
yang ditempatkan di atas daerah manfaat jalan minimum 5 m.
4. Orientasi: Rambu-rambu pada umumnya mengarah tegak lurus terhadap arah
perjalanan untuk jalan melengkung/belok ke kanan. Akan tetapi untuk jalan yang
4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
lurus atau melengkung /belok ke kiri pemasangan posisi rambu harus digeser
minimal 30 searah j sumbu jarum jam dari posisi tegak lurus sumbu jalan. Rambu
petunjuk dipasang sejajar dengan batu jalan dan arah dari rambu-rambu harus
mengarah kepada arah yang tepat.
Rambu-rambu dapat dibuat dari logam, plastik atau kayu; rambu-rambu yang
melampaui suatu ukuran-ukuran tertentu akan memerlukan suatu perkuatan konstruksi. Tiang
rambu harus berupa: lapisan bahan reflektip yang tahan cuaca ditempelkan di atas plat
aluminium, cat email kering udara, cat selulosa, material plastik yang memantulkan cahaya.
Rambu-rambu harus mudah terlihat baik siang maupun malam hari. Untuk melihatnya pada
malam hari akan membutuhkan sistem pemantulan atau lampu penerangan pada rambu
tersebut.
Jika memungkinkan, maka rambu harus dipasang pada tiang-tiang yang telah ada di
jalan, dengan maksud untuk alasan-alasan estetika dan keselamatan. Jika tidak
memungkinkan, maka harus digunakan tiang bulay dari logam.
PENYELENGGAR RAMBU
5
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Pengaturan lalu lintas yang bersipat perintah dan atau larangan yang berupa rambu
lalu listas sebagai hasil manajemen lalu lintas, ditetapkan dengan;
1. keputusan dirjen atau pejabat yang ditunjuk untuk pengaturan lalu lintas pada
jalan nasional dan jalan tol,kecuali jalan nasional yang terletak di ibukota
kabupaten daerah tingkat II, serta diumumkan dalam berita negara.
2. Peraturan daerah tingkat I, untuk pengaturan pada jalan propinsi kecuali jalan
propinsi yang berada dalam ibukota kabupaten daerah tingkat II, serta diumumkan
dalam berita daerah.
3. Peraturan Daerah Tingkat II, untuk pengaturan lalu lintas pada jalan
Kabupaten/Kotamadya, jalan nasional dan jalan propinsi serta diumumkan dalam
Berita Daerah.
PERAWATAN
Rambu yang rusak karena tertabrak atau karena pengrusakan, hilangnya warna, kotor
harus segera diperbaiki dan dibersihkan. Rambu dalam kondisi yang jelek akan mengurangi
rasa hormat para pengemudi terhadap ranbu tersebut.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas, marka ini terdiri dari:
• Marka lambang
• Marka lainnya
Marka jalan di atas permukaan perkerasan jalan terutama marka garis mempunyai
pesan perintah, peringatan, larangan. Marka garis-garis pada permukaan jalan tersebut di atas
dapat digantikan dengan paku jalan atau kerucut lalu lintas. Marka ini harus digunakan
bersama-sama dengan rambu jalan. Masalah yang utama pada marka jalan adalah bahwa
marka tersebut mudah hilang dengan cepat.
UKURAN MARKA JALAN
Ukuran marka jalan untuk garis melintang, membujur dan serong dengan
menggunakan garis utuh, putus-putus maupun ganda serta lambang dan marka lainnya dapat
6
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
digunakan standard yang telah ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan.
FUNGSI UTAMA MARKA
1. Marka membujur garis utuh, garis putus-putus dan garis ganda
Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan yang
melintasi garis tersebut, untuk menandakan tepi jalur lalu lintas, untuk pengaturan lalu
lintas dalam keadaan darurat, dan pemisah lajur yang berfungsi sebagai marka.
Marka membujur garis putus-putus berfungsi mengarahkan lalu lintas dan
memperingatkan pengendara akan ada marka membujur berupa garis utuh di depan
serta sebagai pembatas jalur pada dua arah.
Marka membujur garis ganda terdiri dari utuh dan putus-putus maka fungsinya
adalah lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda
tersebutdan lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda
tersebut.
2. Marka melintang garis utuh dan garis ganda putus-putus
Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang
diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan.
Marka melintang berupa garis ganda putus-putus menyatakan batas henti
kendaraan sewaktu mendahului kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan
apabila tidak dilengkapi dengan rambu larangan maka harus didahului dengan marka
lambang.
3. Marka serong
Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan dan untuk menyatakan
pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, sedang marka serong yang dibatasi
dengan rangka garis utuh digunakan untuk menyatakan daerah yang tidak boleh
dimasuki oleh kendaraan. Tetapi marka serong yang dibatasi dengan garis putus-putus
digunakan untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut
sampai mendapatkan kepastian selamat.
4. Marka lambang
Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan digunakan untuk mengulangi
maksud dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberi tahu pemakai jalan yang
tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas.
5. Marka lainnya
Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk penyebrangan pejalan kaki yang
dinyatakan dengan zebra cross.
7
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Material-material marka jalan yang utama adalah:
• Cat: banyak digunakan untuk marka-marka memanjang pada daerah yang lalu
lintasnya tidak padat.
• Material lembaran: material ini khususnya berguna untuk situasi yang sifatnya
sementara.
1. Paku jalan dapat dari logam, plastik, keramik. Paku jalan terutama digunakan
sebagai tanda garis tengah jalan diatas permukaan jalan, alat pemantulan agar
terlihat pada malam hari. Paku jalan ini biasanya digunakan pada marka garis
membujur sebagai batas pemisah lajur.
2. Delineator dibuat dari plastik digunakan sebagai tanda pembatas tepi jalan
biasanya berbentuk lempengan tiang-tiang dan mempergunakan cat berwarna
merah atau putih yang memantulkan cahaya di malam hari.
3. Traffic cones merupakan alat pengendali lalu lintas yang bersifat sementara yang
berbentuk kerucut berwarna merah dan dilengkapi dengan alat pemantulan
cahaya.
4.
PENYELENGGARA MARKA DAN TANDA JALAN
8
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Daerah Tingkat I dan jalan nasional yang berada dalam Kotamadya Daerah
Tingkat II dengan persetujuan Direktur Jendral.
5. Penyelenggara jalan tol dapat melakukan perencanaan, pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan marka jalan di jalan tol setelah mendengar pendapat Direktur Jendral.
6. Instansi badan usaha/warga negara dapat melakukan pengadaan, pemasangan,
pemeliharaan marka jalan dengan memenuhi standard teknis dan mendapat
persetujuan sesuai dengan poin 1s/d 5.
Marka jalan yang bersifat pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah/larangan sebagai hasil
dari managemen lalu lintas ditetapkan dengan:
1. Keputusan Direktur Jendral ditunjuk untuk pengaturan lalu lintas pada jalan nasional
dan jalan tol kecuali jalan nasional yang terletak di ibukota Kabupaten Daerah
Tingkat II dan Kotamadya Daerah Tingkat II.
2. Peraturan Daerah Tingkat I, untuk pengaturan pada jalan propinsi, kecuali jalan
propinsi yang berada dalam ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II dan jalan propinsi
yang berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II.
3. Peraturan Daerah Tingkat II untuk pengaturan lalu lintas pada jalan
kabupaten/kotamadya, jalan nasional dan jalan propinsi.
4. Marka yang bersifat perintah/larangan mempunyai kekuatan hukum setelah 30 hari
sejak tanggal pemasangan dan diumumkan kepada pemakai jalan oleh instansi yang
berwenang menyelenggarakan marka jalan.
Direktur Jendral Perhubungan Darat melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas
penyelenggaraan marka jalan yang meliputi:
• Penentuan petunjuk teknis yang mencakup penetapan pedoman, prosedur dan tatacara
penyelenggaraan marka jalan
9
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Latar belakang lahirnya undang-undang nomor 14 tahun 1992 antara lain disebabkan
tingginya jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan. Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai
program penanganan kecelakaan lalu lintas di jalan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi
baik pemerintah maupun swasta. Upaya-upaya yang berkaitan dalam rangka penanganan
kecelakaan lalu lintas jalan pada berikutnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahapan yaitu
sebelum kejadian, pada waktu kejadian dan sesudah kejadian.
11
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Untuk bidang yang berkaitan dengan kegiatan penunjang, salah satu sarana
pendukung yang memiliki peran yang tidak kalah pentingnya adalah peranan mass
media baik cetak maupun elektronik. Diharapkan peranan mass media dalam masa-
masa mendatang dapat ikut andil sepenuhnya dalam mendukung program
penanggulangan keselamatan, dengan tetap berpegang kepada etika jurnalistik.
12
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
a. Metode pre-emptif, diarahkan untuk mengeliminir FKK agar tidak
berkembang manjadi PH atau bahkan AF
b. metode preventif, diarahkan untuk mengamankan kondisi PH (yang sudah sangat
rawan /potensial tehadap terjadinya gangguan).
c. Metode represif, berupa penindakan terhadap setiap bentuk yang terjadi.
2. Metode pre-emptif
Metode pre-emptif sebagai upaya penangkal di dalam menanggulangi kecelakaan lalu
lintas, pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang berkaitan dengan
masalah transportasi, yang dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antar instansi
terkait, maka kita akan lebih mampu mengantisipasi dan mengliminir secara dini
dampak-dampak negatif yang mungkin akan timbul.
Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas secara arbitrasi dapat
diimplementasikan melalui tindakan terpadu dalam:
1. Perencanaan pengembangan kota
2. Perencanaan tata guna tanah
3. Perencanaan pengenbangan transportasi
4. Perencanaan pengembangan angkutan umum. Yang meliputi:
3. Metode preventif
13
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor jalan,
faktor manusia dan faktor lingkungan secara simultan (dalam satu sistem, yaitu sistem
lalu lintas) maka upya-upaya pencegahannyapun dapat ditujukan kepada pengaturan
komponen-komponen lalu lintas tersebut serta sistem lalu lintasnya sendiri.
Secara garis besar, upaya-upaya tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Upaya pengaturan faktor jalan
• Tipisnya tapak ban yang dipakai, kepakeman rem dan berfungsinya lampu-
lampu adalah sangat erat kaitannya dengan perawatan. Oleh karena itu
pemeriksaan rutin melalui pengujian berkala garus dilaksanakan sebaik-
baiknya tanpa adanya toleransi. Tidak saja kepada angkutan umum namun
juga harus untuk seluruh kendaraan yang berjalan di jalan umum.
c. Upaya pengaturan faktor manusia
• Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling kritis dalam sistem
lalu lintas, karena keterampilan mereka sulit ditingkatkan dalam waktu
yang singkat. Karakteristik dasar mereka yang sulit untuk dirubah,
keterampilan mereka dalam mengantisipasi jarak, dalam mengambil
keputusan untuk menyalip, mengerem, serta kebiasaan-kebiasaan lainnya.
• Metoda yang harus diterapakan dalam meningkatkan unjuk kerja
pengemudi adalah dengan test kesehatan fisik dan psikis, dengan
pendidikan dan latihan serta ujian yang ketat, kampanye umum dan
pengawasan terhadap setiap pelanggaran melalui hukum yang ketat pula.
14
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
• Pendidikan dan latihan harus mencakup pula pelajaran tentang sopan
santun berlalu lintas. Pendidikan dan latihan perlu dilaksanakan sedini.
• Informasi tentang situasi lalu lintas serta kampanye keselamatan lalu lintas
melalui bentuk-bentuk kegiatan.
4. Metode represif
Metode represif dalam rangka menanggulangi kecelakaan lalu lintas pada hakekatnya
merupakan upaya terakhir yang biasanya disertai dengan penerapan upaya paksa.
15
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Tindakan represif dilakukan terhadap setiap jenis pelanggaran lalu lintas atau
bentuk penanganan kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
Sehubungan dengan metode represif ini, perlu disadari bersama bahwa keberhasilan
upaya penanggulangan keselamatan lalu lintas melalui penindakan hukum tidak dapat
bertumpu hanya kepada keaktifan aparat penegak hukum saja. Melainkan harus
diperhatikan pula faktor-faktor lainnya yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penegak hukum. Karana disamping faktor kualitas para aparatnya,
penegak hukum hanya akan efektif apabila didukung faktor-faktor lainnya, seperti
kelengkapan sarana untuk menegakkan hukum, efektifitas hukumnya sendiri serta
tingkat kesadaran masyarakat.
16
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
3. Manajemen Survei
a. Merencanakan Survei
17
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Jenis Survei dipilih dengan 3 kriteria yaitu secara teknis data yang diperoleh
harus tepat (dapat mengukur variable yang diinginkan) dan dengan validitas yang
tinggi.
Dalam merencanakan survei ada 2 hal pokok hal pokok yang harus dilakukan,yaitu :
1) Perencanaan Teknis
Dalam perencanaan teknis ditetapkan hal-hal berikut :
a) Tujuan Survei dan Data yang Sudah Ada
Tujuan survey harus diberikan dengan jelas :
4. Survei Kecepatan
a. Umum
Petunjuk kecepatan (speedometer) pada kendaraan, kecepatan gerak kendaraan hanya
pada saat tertentu, dan kecepatan akan beubah-ubah dari waktu ke waktu sepanjang
jalan itulah kecepatan yang diukur ole polisi dan kita sebut kecepatan sesaat (spot
speed)
b. Kegunaanya
Data-data dari survei kecepatan dan dapat digunakan hal-hal sebagai berikut ;
Analisa kecelakaan
Untuk perencanaan geometrik
Untuk pembuatan trend kecepatan
Untuk traddic control dan regulation
20
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Kecepatan rata- rata sebenarnya diukur dalam suatu jarak yang
pendek. Meskipun demikian hal ini merupakan suatu perkiraan
yang masih dapat diterima sebagai kecepatan setempat.
Peralatan yang tampak di tepi jalan dapat mengakibatkan para
pengemudi memperlambat laju kendaraannya karena tertarik
untuk melihat alat tersebut atau karena merasa berjalan melebihi
batas kecepatan. Oleh sebab itu survai tidak dapat mencatat
kecepatan kendaraan normal.
Peralatannya mahal
Para pelaksana survei (surveyor) memerlukan latihan untuk
menggunakan peralatan tersebut.
Pemasangan peralatan akan memakan waktu dan memerlukan
suatu pengorganisasian yang baik.
d) Radar Meter
Radar meter menggunakan prinsip bahwa suatu gelombang radio yang
dipancarkan dari alat tersebut akan dipantulkan kembali oleh kendaraan,
dan hasil perubahan frekuensinya adalah dikaitkan terhadap kecepatan
kendaraan serta dapat diukur oleh peralatan tersebut.
Keuntungan dari pemakaian alat ini adalah peralatan ini tidak menarik
perhatian dan tidak dapat terlihat oleh pengemudi, sehingga tidak
menyebabkan mereka mengurangi kecepatannya.
Kerugian – kerugiannya adalah :
Mahal
Memerlukan petugas – petugas yang terlatih
Pengoperasiannya harus dilakukan secara berhati – hati agar dapat
membedakan masing – masing kendaraan.
21
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Merupakan sistem yang terbaik untuk merekam secara permanen
beragam karakteristik - karakteristik arus lalu lintas, seperti
misalnya : kecepatan, volume, headway , dan alih gerak
kendaraan.
Dapat digunakan untuk volume yang tinggi dan jalan – jalan
berlajur banyak.
Kerugian – kerugiannya yaitu :
23
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
2. AADT / ADT Volumes; yang dipakai untuk:
24
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
• Photoelectric Device: deteksi didapat dari kendaraan yang melewati
sumber cahaya dan photocell dipasang diatas muka jalan
• Radar Device: deteksi didapat dari perbandingan frekensi menerus
rasio sinyal yang dipancarkan dan diterima kembali. Unit ini
dipasang pada pertengahan atas jalur lalu lintas.
• Infra red device: unit ini memakai pick up cell sejenis dengan
photosell tetapi sensitif erhadap inpra merah (panas). Biasanya
dipasang diatas jalan (jembatan, tiang rambu, dan lain-lain).
• Lokasi detektor adalah penting yang biasanya ditemukan
berdasarkan kegunaanya, type detektor,type kendaraan dan pejalan
kaki serta cara pemasangannya.
2. Portable counters: dipergunakan untuk penghitungan lalu lintas jangka
pendek, periodik. Dijalankan dengan battery dan mempergunakan pneumatic
detector yang dipasang melintang di jalan. Sistem pemompaan udara di dalam
selang karet oleh roda mobil yang menggilas akan mejalankan unit
penghitung.
Terdapatdua macam unit penghitung :
• Bis
Pola lalu lintas adalah presentasi fluktuasi lalu lintas berupa tabel atau grafik,
pada periode waktu tertentu. Volume dapat dinyatakan dalam jumlah.
Pengertian yang paling harus dimengerti untuk operasional dan perencanaan
adalah : volume dalam : waktu puncak (peak hours), jam dalam hari, hari
dalam minggu, minggu dalam bulan, bulan dalam tahun, distribusi arah
(directional distribution), dan distribusi jalur (lane distribution)
2. Pola lalu lintas jam-an (hourly traffic pattern)
27
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Volume lalu lintas untuk kenaikan waktu teratur kurang dari satu jam
ditunjukkan untuk seluruh jam, biasanya waktu puncak (peak hour)
3. Pola lalu lintas mingguan (waeekly traffic pattern)
Volume lalu lintas harian ditunjukkan untuk tiap hari berurutan dalam
seminggu. Apalagi ditunjukkan dalam 365 mingguan, maka disebut: pola lalu
lintas mingguan dalam setahun (weekly traffic pattern for one year)
4. Pola lalu lintas bulanan (montly traffic pattern)
Distribusi volume lalu lintas diantara bermacam jalur dan jalur banyak (multi
lane) bervariasi dengan adanya lokasi dan perubahan jalur dan jumlah lalu
lintasnya.
6.Tundaan
Tundaan merupakan variabel yang sangat penting untuk menentukan kualitas daripada
lalu lintas. Variabel tundaan dipergunakan sebagai kriteria untuk menentukan lalu lintas
tingkat kemacetan suatu jaln, makin besar nilai tundaan makin macet jalan tersebut. Tundaan
adalah perbedaan waktu perjalanan dari suatu perjalanan dari satu titik ke titik tujuan antara
kondisi arus bebas dengan arus terhambat. Disuatu persimpangan diukur dengan
membandingkan rata-rata waktu perjalanan apabila arus lancar dengan arus yang melewati
lampu lalu lintas.
Pengukuran tundaan seperti yang diusulkan oleh (Mc Shane dan Roses, 1990) secara
ringkar seperti berikut:
• Lakukan total rata-rata tundaan untuk masing-masing dari semua kaki simpang
dan keseluruhan kaki simpang
28