You are on page 1of 28

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSIAS UDAYANA

RAMBU DAN MARKA LALU LINTAS


Sebagai alat untuk mengendalikan lalu lintas, khususnya untuk meningkatkan
keamanan dan kelancaran pada sistem jalan maka marka dan rambu lalu lintas merupakan
obyek fisik yang dapat menyampaikan informasi (perintah, peringatan dan petunjuk) kepada
pemakai jalan serta dapat mempengaruhi penggunaan jalan.
JENIS INFORMASI YANG DISAMPAIKAN KEPADA PEMAKAI JALAN
Tiga jenis informasi yang dapat digunakan yaitu:

• Yang bersifat perintah dan larangan tang harus dipatuhi

• Peringatan terhadap suatu bahaya

• Petunjuk berupa arah, identifikasi tempat, fasilitas-fasilitas


ALAT PENGENDALI LALU LINTAS YANG EFEKTIF
Jika para pengemudi tadak dapat melihat informasi yang diberikan, atau tidak
memberikan perhatian yang cukup terhadap sarana yang diberikan, maka alat tersebut
tidaklah efektif. Agar supaya alat tersebut menjadi efektif, maka alat-alat pengendali lalu
lintas tersebut harus:

• Memenuhi suatu kebutuhan tertentu

• Dapat terliaht dengan jelas

• Memaksakan perhatian

• Menyampaikan suatu maksud yang jelas dan sederhana

• Perintahnya dihormati dan dipatuhi secara penuh oleh para pemakai jalan
• Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya
Untuk menjamin keefektifannya, maka ada 4 pertimbangan yang harus dilakukan:
Desain: termasuk ukuran, bentuk, warna, dan kemudahan membaca rambu tersebut,
ditambah penerangan dan pemantulannya.

Lokasi: alat-alat tersebut harus terletak di dalam kerucut sudut penglihatan dari pemakai
jalan, dan ditempatkan sedemikian rupa agar para pengemudi mempunyai waktu yang cukup
untuk memberikan reaksi terhadap pesan-pesan tersebut.
Faktor-faktor yang utama adalah: arah muka, tinggi, kebebasan samping peringatan
pandahuluan.

Keseragaman: para pemakai jalan mendasarkan reaksinya terhadap rambu atas pengalaman
sebelumnya terhadap rambu tersebut. Rambu-rambu standard harus digunakan, demikian
pula untuk situasi-situasi lalu lintas yang sama harus diberikan rambu-rambu yang sama pula
setiap saat. Rambu hanya digunakan apabila benar-benar diperlukan. Rambu-rambu yang
tidak dibutuhkan lagi harus dihapuskan.
1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Yang dimaksudkan dari keseragaman adalah:

• Bentuk, misalnya segiempat(pemberitahuan), segiempat pada sumbu


diagonal(peringatan), bulat(wajib), sei delapan(stop)

• Warna, yang biasa digunakan adalah merah, hitam, putih, biru, dan kuning

• Dimensi (ukuran)

• Pesan yang disampaikan, baik melalui penulisan kata-kata maupun dengan


simbol(lambang)

• Jenis huruf

• Metode penerangan dan pemantulannya

• Lokasi

• Tiang dan pemasangannya


Perawatan: rambu-rambu harus bersih, terpasang dengan baik, dan kebebasan pandangannya
dapat dijaga. Rambu-rambu dan lampu elektris harus dipasang secara tepat dan secara rutin
dirawat.
ASPEK DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM
Alat-alat pengendali lalu lintas, khususnya perangkat-perangkat pengatur harus
ditetapkan oleh hukum diumukan dalam berita negara dan berita daerah. Jika tidak maka
rambu-rambu tersebut tidak dapat ditegakkan.
Setelah perangkat tersebut telah ditetepkan maka ‘Pengelola lalu lintas dan angkutan
jalan’ untuk ruas-ruas jalan tertentu kemudian harus bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa rambu-rambu lalu lintas dan marka-marka jalan tersebut tetap dapat memenuhi
standard yang tepat.
Tanggung jawab untuk penegakkan hukum di jalan raya berada pada polisi lalu lintas
setempat.
RAMBU LALU LINTAS
Fungsi dan bentuk serta warna rambu
1. Rambu peringatan, digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya
atau tempat berbahaya bagian jalan di depannya. Rambu peringatan ditempatkan
sekurang-kurangnya pada 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya
dengan memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan
olek faktor geografis, geometris, permukaan jalan, dan kecepatan rencana jalan,
rambu peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Warna dasar rambu
peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam. Bentuk
rambu peringatan adalah bujur sangkar dan empat persegi panjang.
2. Rambu larangan, digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan
oleh pemakai jalan yang ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai.
Rambu larangan dapat juga dilengkapi dengan papan tambahan, warna dasar rambu
larangan mempunyai warna putih bertuliskan hitam atau merah. Bentuk rambu

2
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
larangan terdiri dari segi delapan sama sisi, segi tiga sama sisi larangan
silang dengan ujung-ujung yang runcing dan lingkaran.
3. Rambu perintah, digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh
pemakai jalan yang ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai.
Rambu ini dapat dilengkapi dengan papan tambahan dan dilengkapi dengan rambu
petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban dimulai. Warna dasar rambu
perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan berwarna putih serta merah
untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
4. Rambu petunjuk, digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan,
situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain. Sedangkan untuk
menyatakan jarak dapat digunakan atau dicantumkan pada rambu itu sendiri. Rambu
petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi
jalan, dan rambu berupa kata-kata serta temapt khusus dinyatakan dengan warna
dasar biru dan yang menyatakan petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan yang
menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan seperti kota, daerah atau wilayah
serta nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambangatau tulisan
warna putih, khusus rambu petunjuk jurusan objek wisata dinyatakan dengan warna
dasar coklat dengan lambang atau tulisan warna putih.
Persyaratan bentuk dan warna
Bentuk dan warna digunakan untuk membedakan antara katagori-katagori rambu
yang berbeda, dimana dapat:

• meningkatkan kemudahan pengenalan bagi pengemudi

• membuat pengemudi dapat lebih cepat untuk bereaksi

• menciptakan reaksi-reaksi standard terhadap situasi-situasi yang standard


Secara khususbentuk dan warna yang dugunakan pada perambuan lalu lintas:
1. warna:

• merah menunjukkan bahaya

• kuning menunjukkan peringatan

• biru menunjukkan perintah

• hijau menunjukkan informasi umum


2. bentuk:

• bulat menunjukkan larangan

• segimpat pada sumbu diagonal menunjukkan peringatan bahaya dan petunjuk


Secara umum rambu-rambu menggunakan 2 warna untuk menyampaikan pesan, satu
warna terang dan yang lain warna gelap; kadang-kadang warna yang ketiga digunakan
sebagai suatu lingkaran di sekeliling rambu.

3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Tiang penyangga rambu biasanya berwarna abu-abu. Tiang-tiang untuk
lampu pengatur lalu lintas, penyebrangan zebra dan tanda-tanda bahaya lainnya adalah hitam
dan putih.
Ukuran huruf
Kemudahan membaca ditentukan oleh ukuran huruf, dan lebar dari ketebalan huruf.
Ratio tinggi : lebar biasanya antara 1 : 1 dan 2 : 1. Ratio tinggi : lebar ketebalan huruf antara
9 : 1 dan 5 : 1.

Ukuran huruf dapat dihutung dari rumus:

Dimana:
H = tinggi huruf kecil yang diperlukan (tinggi huruf besar = 1,33H )
L = jarak dari titik rambu mulai dibaca sampai ke rambu tersebut
I = kemudahan membaca
V1 = kecepatan awal
S = tinggi rambu
A = sudut ketinggian rambu dari titik pembacaan rambu yang paling dekat
Lokasi dan penempatan
1. Daerah: Daerah tempat dipasangnya rambu dihitung dengan cara mengkaitkan jarak
kebebasan pandangan terhadap waktu alih gerak kendaraan yang diperlukan.
Kecepatan yang digunakan dapat berupa kecepatan rencana, batas kecepatan. Secara
praktis hal ini berarti bahwa jarak penempatan rambu merupakan fungsi kecepatan
rencana pada jalan tersebut.
2. Penempatan: Rambu harus ditempatkan sesuai standard kebebasan samping,
sekurang-kurangnya 0,60 m dari tepi badan jalan kota yang normal, dan meningkat
hingga 1,2 m pada jalan ganda kecepatan tinggi serta 0,30 m untuk rambu yang
dipasang pada pemisah jalan. Rambu ditempatkan disebelah kiri menurut arah lalu
lintas. Dalam keadaan tertentu, rambu dapat ditempatkan disebelah kanan degan
memperhatikan faktor geografis, kecepatan rencana, jarak pandang dan lain-lain.
3. Tinggi: Bagian sisi rambu yang paling rendah harus minimal 1,75 m dan tinggi
maksimum 2,65 m di atas titik pada sisi jalan yang tinggi yang diukur dari permukaan
jalan sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah. Apabila rambu dilengkapi dengan
papan tambahan sedangkan rambu yang dipasang pada fasilitas pejalan kaki tinggi
minimum 2 m dan maksimum 2,65 m dari sisi daun rambu yang paling bawah.
Khusus untuk rambu peringatan, ditempatkan dengan ketinggian 1,20 m dan rambu
yang ditempatkan di atas daerah manfaat jalan minimum 5 m.
4. Orientasi: Rambu-rambu pada umumnya mengarah tegak lurus terhadap arah
perjalanan untuk jalan melengkung/belok ke kanan. Akan tetapi untuk jalan yang

4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
lurus atau melengkung /belok ke kiri pemasangan posisi rambu harus digeser
minimal 30 searah j sumbu jarum jam dari posisi tegak lurus sumbu jalan. Rambu
petunjuk dipasang sejajar dengan batu jalan dan arah dari rambu-rambu harus
mengarah kepada arah yang tepat.

Material ( pemantulan & penerangan )

Rambu-rambu dapat dibuat dari logam, plastik atau kayu; rambu-rambu yang
melampaui suatu ukuran-ukuran tertentu akan memerlukan suatu perkuatan konstruksi. Tiang
rambu harus berupa: lapisan bahan reflektip yang tahan cuaca ditempelkan di atas plat
aluminium, cat email kering udara, cat selulosa, material plastik yang memantulkan cahaya.
Rambu-rambu harus mudah terlihat baik siang maupun malam hari. Untuk melihatnya pada
malam hari akan membutuhkan sistem pemantulan atau lampu penerangan pada rambu
tersebut.

Kontruksi dan pemasangan rambu

Jika memungkinkan, maka rambu harus dipasang pada tiang-tiang yang telah ada di
jalan, dengan maksud untuk alasan-alasan estetika dan keselamatan. Jika tidak
memungkinkan, maka harus digunakan tiang bulay dari logam.

PENYELENGGAR RAMBU

Perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan rambu dilakukan oleh Direktur Jendral


Perhubungan Darat atau pejabat yang ditunjuk untuk jalan nasional dan jalan tol kecuali jalan
nasional yang berada dalam ibu kota kabupaten daerah tingkat II atau yang berada dalam kota
madya daerah tingkat II untuk jalan pripinsi kecuali jalan propinsi yang berada dalam ibu
kota kabupaten daerah tingkat II dan kotamadya daerah tingkat II oleh pemerintah daerah
tingkat I, sedang untuk jalan kabupaten oleh pemerintah daerah tingkat II kabupaten dan jalan
propinsi yang berada dalam ibukota kabupaten daerah tingkat II oleh Pemda tingkat II
kabupaten dengan persetujuan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I serta jalan nasional yang
berada dalam ibukota kabupaten daerah tingkat II oleh pemda tingkat II kabupaten dengan
persetujuan Direktur Jendral, demikian halnya untuk Pemerintah Daerah Tingkat II
Kotamadya.

KEKUATAN HUKUM RAMBU

5
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA

Pengaturan lalu lintas yang bersipat perintah dan atau larangan yang berupa rambu
lalu listas sebagai hasil manajemen lalu lintas, ditetapkan dengan;
1. keputusan dirjen atau pejabat yang ditunjuk untuk pengaturan lalu lintas pada
jalan nasional dan jalan tol,kecuali jalan nasional yang terletak di ibukota
kabupaten daerah tingkat II, serta diumumkan dalam berita negara.
2. Peraturan daerah tingkat I, untuk pengaturan pada jalan propinsi kecuali jalan
propinsi yang berada dalam ibukota kabupaten daerah tingkat II, serta diumumkan
dalam berita daerah.
3. Peraturan Daerah Tingkat II, untuk pengaturan lalu lintas pada jalan
Kabupaten/Kotamadya, jalan nasional dan jalan propinsi serta diumumkan dalam
Berita Daerah.

PERAWATAN

Rambu yang rusak karena tertabrak atau karena pengrusakan, hilangnya warna, kotor
harus segera diperbaiki dan dibersihkan. Rambu dalam kondisi yang jelek akan mengurangi
rasa hormat para pengemudi terhadap ranbu tersebut.

MARKA DAN TANDA JALAN

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada dipermukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas, marka ini terdiri dari:

• Marka garis membujur

• Marka garis melintang

• Marka garis serong

• Marka lambang

• Marka lainnya
Marka jalan di atas permukaan perkerasan jalan terutama marka garis mempunyai
pesan perintah, peringatan, larangan. Marka garis-garis pada permukaan jalan tersebut di atas
dapat digantikan dengan paku jalan atau kerucut lalu lintas. Marka ini harus digunakan
bersama-sama dengan rambu jalan. Masalah yang utama pada marka jalan adalah bahwa
marka tersebut mudah hilang dengan cepat.
UKURAN MARKA JALAN
Ukuran marka jalan untuk garis melintang, membujur dan serong dengan
menggunakan garis utuh, putus-putus maupun ganda serta lambang dan marka lainnya dapat
6
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
digunakan standard yang telah ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan KM 60 tahun 1993 tentang Marka Jalan.
FUNGSI UTAMA MARKA
1. Marka membujur garis utuh, garis putus-putus dan garis ganda
Marka membujur garis utuh berfungsi sebagai larangan bagi kendaraan yang
melintasi garis tersebut, untuk menandakan tepi jalur lalu lintas, untuk pengaturan lalu
lintas dalam keadaan darurat, dan pemisah lajur yang berfungsi sebagai marka.
Marka membujur garis putus-putus berfungsi mengarahkan lalu lintas dan
memperingatkan pengendara akan ada marka membujur berupa garis utuh di depan
serta sebagai pembatas jalur pada dua arah.
Marka membujur garis ganda terdiri dari utuh dan putus-putus maka fungsinya
adalah lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat melintasi garis ganda
tersebutdan lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang melintasi garis ganda
tersebut.
2. Marka melintang garis utuh dan garis ganda putus-putus
Marka melintang berupa garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang
diwajibkan oleh alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan.
Marka melintang berupa garis ganda putus-putus menyatakan batas henti
kendaraan sewaktu mendahului kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu larangan
apabila tidak dilengkapi dengan rambu larangan maka harus didahului dengan marka
lambang.
3. Marka serong
Marka serong berupa garis utuh dilarang dilintasi kendaraan dan untuk menyatakan
pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, sedang marka serong yang dibatasi
dengan rangka garis utuh digunakan untuk menyatakan daerah yang tidak boleh
dimasuki oleh kendaraan. Tetapi marka serong yang dibatasi dengan garis putus-putus
digunakan untuk menyatakan kendaraan tidak boleh memasuki daerah tersebut
sampai mendapatkan kepastian selamat.
4. Marka lambang
Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan digunakan untuk mengulangi
maksud dari rambu-rambu lalu lintas atau untuk memberi tahu pemakai jalan yang
tidak dinyatakan dengan rambu lalu lintas.
5. Marka lainnya
Marka lainnya diantaranya adalah marka untuk penyebrangan pejalan kaki yang
dinyatakan dengan zebra cross.

MATERIAL DAN WARNA MARKA


Semua marka dan tanda-tanda jalan harus menggunakan warna yang memantul seperti
warna putih, kuning, merah yang kontras dengan warna permukaan aspal yang hitam.

7
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Material-material marka jalan yang utama adalah:

• Cat: banyak digunakan untuk marka-marka memanjang pada daerah yang lalu
lintasnya tidak padat.

• Material termoplastik: digunakan pada lokasi-lokasi yang tingkat


penggunaannya tinggi, misalnya pada persimpangan.

• Material lembaran: material ini khususnya berguna untuk situasi yang sifatnya
sementara.

• Material kontruksi perkerasan yang mempunyai bergam warna seperti balok


beton dll.

FASILITAS PENDUKUNG MARKA JALAN

1. Paku jalan dapat dari logam, plastik, keramik. Paku jalan terutama digunakan
sebagai tanda garis tengah jalan diatas permukaan jalan, alat pemantulan agar
terlihat pada malam hari. Paku jalan ini biasanya digunakan pada marka garis
membujur sebagai batas pemisah lajur.
2. Delineator dibuat dari plastik digunakan sebagai tanda pembatas tepi jalan
biasanya berbentuk lempengan tiang-tiang dan mempergunakan cat berwarna
merah atau putih yang memantulkan cahaya di malam hari.
3. Traffic cones merupakan alat pengendali lalu lintas yang bersifat sementara yang
berbentuk kerucut berwarna merah dan dilengkapi dengan alat pemantulan
cahaya.
4.
PENYELENGGARA MARKA DAN TANDA JALAN

Perencanaan, pengadaan, pemasangan dan pemeliharaan marka jalan dilakukan oleh:


1. Direktur Jendral yang ditunjuk untuk jalan nasional dan jalan tol kecuali jaln nasional
yang berada dalam ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II atau Kotamadya Daerah
Tingkat II.
2. Pemerintah Daerah Tingkat I untuk jalan propinsi kecuali jalan propinsi yang berada
dalam ibukota Kabupaten Daerah Tingakt II atau jalan propinsi yang berada dalam
Kotamadya Daerah Tiangakt II.
3. Pemerimtah Kabupaten Daerah Tingkat II untuk jalan kabupaten, jalan propinsi yang
berada dalam ibukota kabupaten daerah tingkat II dengan persetujuan Gubernur
kepala daerah tingkat I dan jalan nasional yang berada dalam ibukota kabupaten
daerah tingkat II dengan persetujuan Direktur Jendral.
4. Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya untuk jalan Kotamadya, jalan propinsi yang
berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II dengan persetujuan Gubernur Kepala

8
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Daerah Tingkat I dan jalan nasional yang berada dalam Kotamadya Daerah
Tingkat II dengan persetujuan Direktur Jendral.
5. Penyelenggara jalan tol dapat melakukan perencanaan, pengadaan, pemasangan dan
pemeliharaan marka jalan di jalan tol setelah mendengar pendapat Direktur Jendral.
6. Instansi badan usaha/warga negara dapat melakukan pengadaan, pemasangan,
pemeliharaan marka jalan dengan memenuhi standard teknis dan mendapat
persetujuan sesuai dengan poin 1s/d 5.

KEKUATAN HUKUM MARKA JALAN

Marka jalan yang bersifat pengaturan lalu lintas yang bersifat perintah/larangan sebagai hasil
dari managemen lalu lintas ditetapkan dengan:
1. Keputusan Direktur Jendral ditunjuk untuk pengaturan lalu lintas pada jalan nasional
dan jalan tol kecuali jalan nasional yang terletak di ibukota Kabupaten Daerah
Tingkat II dan Kotamadya Daerah Tingkat II.
2. Peraturan Daerah Tingkat I, untuk pengaturan pada jalan propinsi, kecuali jalan
propinsi yang berada dalam ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II dan jalan propinsi
yang berada dalam Kotamadya Daerah Tingkat II.
3. Peraturan Daerah Tingkat II untuk pengaturan lalu lintas pada jalan
kabupaten/kotamadya, jalan nasional dan jalan propinsi.
4. Marka yang bersifat perintah/larangan mempunyai kekuatan hukum setelah 30 hari
sejak tanggal pemasangan dan diumumkan kepada pemakai jalan oleh instansi yang
berwenang menyelenggarakan marka jalan.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS

Direktur Jendral Perhubungan Darat melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis atas
penyelenggaraan marka jalan yang meliputi:

• Penentuan persyaratn teknis marka jalan

• Penentuan petunjuk teknis yang mencakup penetapan pedoman, prosedur dan tatacara
penyelenggaraan marka jalan

• Pemberian bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan dan keterampilan


teknis para penyelenggara marka jalan.

• Pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan marka jalan

• Pemberian saran teknis dalam penyelenggaraan marka jalan

9
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA

KESELAMATAN LALU LINTAS JALAN

Latar belakang lahirnya undang-undang nomor 14 tahun 1992 antara lain disebabkan
tingginya jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan. Berkaitan dengan hal tersebut, berbagai
program penanganan kecelakaan lalu lintas di jalan telah dilaksanakan oleh berbagai instansi
baik pemerintah maupun swasta. Upaya-upaya yang berkaitan dalam rangka penanganan
kecelakaan lalu lintas jalan pada berikutnya dapat dikelompokkan dalam 3 tahapan yaitu
sebelum kejadian, pada waktu kejadian dan sesudah kejadian.

Tahapan sebelum kejadian:


10
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Pada umumnya kejadian kecelakaan lalu lintas tidak dapat diprediksi sejak
dini, namun perlu kiranya semua pihak baik instansi pemerintah maupun swasta serta
pengguna jalan itu sendiri perlu mengantisipasi guna mencegah terjadinya kecelakaan yang
tidak diinginkan. Maka untuk mengatasinya ditempuh upaya berupa penggalakan kegiatan
penyuluhan serta pendidikan pada pengguna jalan.
Tahapan pada waktu kejadian:
Penanganan pada waktu kejadian kecelakaan merupakan bagian yang penting yang
perlu mendapat perhatian. Disini dituntut kesigapan aparat baik dari kepolisian maupun dari
kesehatan untuk mencapai lokasi kejadian tepat pada waktunya guna menangani dampak
yang terjadi dari kejadian kecelakaan lalu lintas.
Tahapan sesudah kejadian:
Dalam penanganan kejadian kecelakaan, diperlukan kejelian aparat/instansi yang
berwenang untuk meneliti sebab-sebab kejadian agar dapat disusun suatu rencana perbaikan
guna mencegah terulangnya kejadian-kejadian berikutnya. Untuk ini perlu didukung dengan
data dan informasi yang lengkap perihal kejadian kecelakaan.
Hasil yang konkrit dan maksimal terhadap beberapa hal pokok pembahasan yang berkaitan
dengan keselamatan lalu lintas adalah:
1. Sistem informasi kecelakaan
Di dalam pengelolaan sistem informasi kecelakaan lalu lintas jalan, agar dapat
dirumuskan secara jelas, baik yang menyangkut tentang sistem pendataan, pelaporan,
maupun kejelasan wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing instansi yang
terlibat didalam pengelolaan sistem informasi, sehingga dapat mempermudah dan
memperlacar didalam penanganan penanggulangan keselamatan.
2. Pendidikan
Untuk hal yang berkaitan dengan aspek pendidikan, kiranya dapat dirumuskan suatu
metoda yang tepat sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna di dalam
menumbuh kembangkan kesadarn masyarakat pemakai jalan, agar mampu menyentuh
segala lapisan masyarakat yang dimulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tingkat
pendidikan lanjutan dan seterusnya.
3. Perekayasaan
Perlunya dirumuskan pola pengembangan rekayasa sarana dan prasarana yang tepat
namun tetap memperhatikan kondisi kemampuan pendanaan serta tanpa
meninggalkan berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Penanganan korban
Dalam rangka peningkatan pelayanan korban kecelakaan, hal yang perlu mendapatkan
perhatian kita semua adalah bagaimana sistem penanganan yang memadai dapat
diberikan, sehingga si korban mandapatkan pertolongan cepat, sedangkan terhadap
korban yang meninggal dunia mendapatkan pelayanan asuransi yang sesuai
sebagaimana yang diharapkan sehingga dapat meringankan beban bagi yang
mendapatkan musibah.
5. Kegiatan pendukung

11
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Untuk bidang yang berkaitan dengan kegiatan penunjang, salah satu sarana
pendukung yang memiliki peran yang tidak kalah pentingnya adalah peranan mass
media baik cetak maupun elektronik. Diharapkan peranan mass media dalam masa-
masa mendatang dapat ikut andil sepenuhnya dalam mendukung program
penanggulangan keselamatan, dengan tetap berpegang kepada etika jurnalistik.

PENEGAKAN HUKUM SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PENANGGULANGAN


KECELAKAAN LALU LINTAS

1. Metode penanggulangan kecelakaan lalu lintas


Mengingat kompleksnya permasalahan sebagaimana telah diuraikan di muka, maka
apabila kita ingin melakukan penanggulangan kecelakaan lalu lintas secara
komprehensif sehingga dapat mengantisipasi faktor-faktor kontributif terhadap
masalah kecelakaan lalu lintas secara tuntas, diperlukan suatu metode
penanggulangan yang mencakup bidang seperti perekayasaan prasarana dan sarana
lalu lintas, pembinaan unsur manusia pemakai jalan, serta rekayasa dalam bidang
hukum/pengaturan termasuk penegakan hukumnya.
Metode penanggulangan kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada dasarnya merupakan
bagian dari subsistem Departement perhubungan. Oleh karenanya, upaya yang
ditempuh juga didasarkan kepada pokok-pokok kebijaksaan perhubungan. Metode
penanggulangan keselamatan tersebut secara garis besar meliputi:

• Metode pre-emptif (penangkalan)

• Metode preventif (pencegahan)

• Metode represif (penanagulangan)


Pengelompokan tiga jenis metode tersebut merupakan kerangka pola penanggulangan
keselamatan yang didasarkan kepada pokok pemikiran bahwa setiap kecelakaan yang
terjadi, pada hakekatnya merupakan resultante dari adanya korelasi antara berbagai
faktor-faktor penyebabnya, secara eskalasi mulai dari tingkatan yang paling dini
sampai dengan faktor penyebab terjadinya peristiwa kecelakaan.
Pada tingkatan yang paling dini, faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dikelompokkan sebagi faktor-faktor korelatif kriminogen (FKK). Faktor-
faktor penyebab gangguan pada eskalasi yang lebih tinggi dari pada FKK disebut
Police Hazard (PH) yaitu suatu kondisi yang rawan dan sangat potensial untuk
menimbulkan gangguan, sehingga memerlukan kehadiran aparat pengaman. Dalam
konteks dengan bidang lalu lintas sebagaimana yang telah didiskripsikan pada bab
akar permasalahan di atas.
Adapun eskalasi yang paling puncak, dalam konsep penanggulangan keselamtan
disebut sebagai Ancaman Faktual (AF), yaitu setiap bentuk gangguan yang terjadi,
berupa: kejahatan, pelanggaran ataupun bencana alam. Yang termasuk AF dalam
bidang lalu lintas ataupun setiap bentuk pelanggaran lalu lintas.
Terhadap ketiga faktor penyebab kecelakaan tersebut, maka penanggu-langannya
secara singkat adalah sebagai berikut:

12
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
a. Metode pre-emptif, diarahkan untuk mengeliminir FKK agar tidak
berkembang manjadi PH atau bahkan AF
b. metode preventif, diarahkan untuk mengamankan kondisi PH (yang sudah sangat
rawan /potensial tehadap terjadinya gangguan).
c. Metode represif, berupa penindakan terhadap setiap bentuk yang terjadi.

2. Metode pre-emptif
Metode pre-emptif sebagai upaya penangkal di dalam menanggulangi kecelakaan lalu
lintas, pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang berkaitan dengan
masalah transportasi, yang dilaksanakan melalui koordinasi yang baik antar instansi
terkait, maka kita akan lebih mampu mengantisipasi dan mengliminir secara dini
dampak-dampak negatif yang mungkin akan timbul.
Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakaan lalu lintas secara arbitrasi dapat
diimplementasikan melalui tindakan terpadu dalam:
1. Perencanaan pengembangan kota
2. Perencanaan tata guna tanah
3. Perencanaan pengenbangan transportasi
4. Perencanaan pengembangan angkutan umum. Yang meliputi:

• Perencanaan jenis, ukuran, kapasitas kendaraan-kendaraan bermotor yang


sesuai dan serasi dengan tingkat kebutuhan masyarakat, kondisi daerah-
daerah yang akan dilayani, jaringan jalan, serta perencanaan proyeksi
kebutuhan transportasi di masa mendatang
• Perencanaan pengembangan angkutan umum yang berorientasi kepada
pemakaian ruas jalan dengan mempertimbangkan dampak sosial, dampak
lingkungan dan tingkat keselamatannya.

• Perencanan pengembangan industri kendaraan bermotor yang baik untuk menunjang


perencanaan angkutan umum secara labih efisien dan efektif.
5. Perncanaan yang menyangkut komponen-komponen sistem lalu lintas lainnya.

3. Metode preventif

Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah terjadinya


kecelakaan lalu lintas, yang dalam bentuk konkretnya berupa kegiatan-kegiatan
pengaturan lalu lintas, penjagaan tempat-tempat rawan, patroli, pengawalan dan lain
sebagainya.

13
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor jalan,
faktor manusia dan faktor lingkungan secara simultan (dalam satu sistem, yaitu sistem
lalu lintas) maka upya-upaya pencegahannyapun dapat ditujukan kepada pengaturan
komponen-komponen lalu lintas tersebut serta sistem lalu lintasnya sendiri.
Secara garis besar, upaya-upaya tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Upaya pengaturan faktor jalan

• Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intesitas dan kualitas


kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan
harus disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai
jalannya. Dalam pengertian, jalan harus dirancang, dilengkapi, dipelihara
serta dioparasionalkan secara terencana dan mengutamakan pemenuhan
kebutuhan informasi pemakian jalan dalam rangka mengantisipasi dan
pengambilan kepu-tusan. Dengan demikian jalan harus dibangun sesuai
dengan standar desain dan geometriknya.
• Lebar jalan yang cukup,permukaan yang nyaman dan aman, rancangan
yang tepat untuk persimpangan dengan jarak pandang yang cukup aman,
dilengkapi dengan rambu-rambu, marka jalan dan tanda jalan yang cukup
banyak dan cukup jelas dapat dilihat (informatif), lampu penerangan jalan
yang baik, serta koefisien gesekan permukaan jalan yang sesuai dengan
standar geometrik.
b. Upaya pengaturan faktor dendaraan

• Faktor karaktetristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya


intensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas. Untuk menanggulangi
kecelakaan lalu lintas, kendaraan harus dirancang, dilengkapi dan dirawat
sebaik-baiknya. Kecelakaan lalu lintas dapat terhindar apabila kondisi
kendaraan prima, stabil, berfungsi baik sistem stir dan remnya, semua
lampu dan refloktor berfungsi dengan baik, bodi tidak keropos dan cukup
kuat melindungi penumpangnya.

• Tipisnya tapak ban yang dipakai, kepakeman rem dan berfungsinya lampu-
lampu adalah sangat erat kaitannya dengan perawatan. Oleh karena itu
pemeriksaan rutin melalui pengujian berkala garus dilaksanakan sebaik-
baiknya tanpa adanya toleransi. Tidak saja kepada angkutan umum namun
juga harus untuk seluruh kendaraan yang berjalan di jalan umum.
c. Upaya pengaturan faktor manusia

• Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling kritis dalam sistem
lalu lintas, karena keterampilan mereka sulit ditingkatkan dalam waktu
yang singkat. Karakteristik dasar mereka yang sulit untuk dirubah,
keterampilan mereka dalam mengantisipasi jarak, dalam mengambil
keputusan untuk menyalip, mengerem, serta kebiasaan-kebiasaan lainnya.
• Metoda yang harus diterapakan dalam meningkatkan unjuk kerja
pengemudi adalah dengan test kesehatan fisik dan psikis, dengan
pendidikan dan latihan serta ujian yang ketat, kampanye umum dan
pengawasan terhadap setiap pelanggaran melalui hukum yang ketat pula.

14
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
• Pendidikan dan latihan harus mencakup pula pelajaran tentang sopan
santun berlalu lintas. Pendidikan dan latihan perlu dilaksanakan sedini.

• Informasi tentang situasi lalu lintas serta kampanye keselamatan lalu lintas
melalui bentuk-bentuk kegiatan.

• Pengawasan, penegakan hukum dan pemberian sangsi hukuman harus


terus diterapkan seefektif mungkin agar para pemakai jalan selalu mentaati
peraturan.
d. Upaya pengaturan lingkungan
• Komunikasi, peningkatan sarana komunikasi, misalnya telepon, faksimail
mungkin akan dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan dan
transportasi secara umum, karena orang dapat mengirimkan data atau
informasi melalui alat fasilitas komunikasi tersebut sehingga dalam
pembahasan suatu masalah tidak perlu harus bertatap muka langsung.
Peningkatan pajak kendaraan, restribusi parkir mungkin akan dapat
mengurangi beroperasinya kendaraan pribadi dan akan menggiring ke
budaya memakai sarana transportasi umum.

• Pengembangan kota, rancangan pengembangan daerah kota akan


memuntut kebutuhan trnsportasi. Kecelakaan lalu lintas dapat ditekan
apabila tata guna tanah dikontrol dan dikedalikan dengan memperpendek
jarak perjalanan serta mempromosikan sarana transportasi umum yang
aman dan dengan meminimizekan titik konflik potensial pada
persimpangan-persimpangan sebidang.
• Pembangunan daerah pemukiman, pembangunan daerah pemukiman
secara kota mandiri, sehingga juga pada giliran juga berarti akan dapat
mengurangi kecelakaan lalu lintas.
e. Upaya pengaturan sistem lalu lintas
Sistem lalu lintas yang diatur didalam peraturan perundang-undangan lalu lintas
yang disertai dengan penegakan hukum, jelas dapat menekan intensitas dan
kualitas kecelakaan lalu lintas. Tujuan dibuatnya peraturan lalu lintas adalah untuk
kepentingan pengendalian umum kepada pemakai jalan, kendaraan dan prasarana
jalan serta interaksinya di dalam sistem lalu lintas.
f. Upaya pengaturan pertolongan pertama pada gawat darurat
Masalah pelayan gawat darurat, misalnya keterlambatan datang ke tempat
kejadian kecelakaan lalu lintas. Peningkatan pelayanan hawat darurat melalui
penataan organisasi, penyediaan fasilitas, kemudahan kontak serta tersedianya
tenaga para medis sebagai awak ambulan, akan sangat berperan dalam upaya
penanggulangan kecelakaan lalu lintas.

4. Metode represif
Metode represif dalam rangka menanggulangi kecelakaan lalu lintas pada hakekatnya
merupakan upaya terakhir yang biasanya disertai dengan penerapan upaya paksa.

15
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Tindakan represif dilakukan terhadap setiap jenis pelanggaran lalu lintas atau
bentuk penanganan kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi.
Sehubungan dengan metode represif ini, perlu disadari bersama bahwa keberhasilan
upaya penanggulangan keselamatan lalu lintas melalui penindakan hukum tidak dapat
bertumpu hanya kepada keaktifan aparat penegak hukum saja. Melainkan harus
diperhatikan pula faktor-faktor lainnya yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan penegak hukum. Karana disamping faktor kualitas para aparatnya,
penegak hukum hanya akan efektif apabila didukung faktor-faktor lainnya, seperti
kelengkapan sarana untuk menegakkan hukum, efektifitas hukumnya sendiri serta
tingkat kesadaran masyarakat.

16
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA

SURVEI LALU LINTAS


1. Pendahuluan
a. Tujuan survei
Untuk mendapatkan data yang berupa data primer maupun data sekunder. Data primer
adalah data yang didapatkan oleh pencari data secara langsung dari sumber penelitian.
Data sekunder didapatkan oleh pencari data dari sumber lain.
b. Kegunaan survei
Survei dilakukan bila benar-benar perlu,dan data tersebut tidak dapat diperoleh secara
sekunder. Lingkup dan sifat keteknikan lalu lintas telah berubah pada tahun-tahun
terakhir ini. Informasi dibutuhkan bukan hanya untuk perencanaan sistem jalan, tetapi
juga untuk mengestimasi konsekuensi social dan lingkungan dari pelaksanaan rencana
semacam itu. Pemantauan yang memadai terhadap perubahan-perubahan ini penting
jika fleksibilitas yang lebih besar ingin dipertahankan dalam perencanaan dan bila
tren baru ingin dimaksukkan dalam ramalan jangka panjang yang sudah dibuat
sebelumnya, yang menjadi dasar bagi rencana tersebut.
Survei-survei diperlukan untuk banyak tujuan dan agar dapat dilakukan dengan
efisien, maka tujuan survei harus didefinisikan dengan jelas. Jenis-jenis survei
berkisar dari penentuan dan perumusan karakteristik pola gerakan berskala besar,
untuk dipakai dalam rencana struktur, sampai survei kecil untuk memastikan
kebutuhan rencana lokal, atau untuk mengumpulkan tanggapan dari sekelompok
penduduk.

2. Survei – Survei Transportasi


Interaksi mendasar antara perencanaan guna lahan dan sifat pola perjalanan telah
membawa keduanya ke dalam proses terpadu dan mencakup keputusan kebijaksanaan dan
evaluasi alternatif srategi. Akan tetapi, sifat comprehensive dari bentuk studi transportasi
yang sudah ada sebelumnya tetap dipertahankan dalam bentuk-bentuk perencanaan yang
lebih baru, meskipun penekanan pokoknya berkaitan dengan tujuan objektivitas yang lebih
sederhana, tapi masih dipertimbangkan dalam hubungan konteks perencanaan secara
keseluruhan sebagai suatu proses fisik dan sosial.
Tahap pertama dari suatu studi adalah perumusan tujuan untuk area yang sudah
didefinisikan dan penetapan sasaran-sasaran atas dasar sumber daya yang ada, jangkauan
waktu, perencanaan anggarandan keinginan masyarakat. Tahap selanjutnya adalah
perencanaan survey-survei yang berkaitan, penentuan tindak keputusan secara rinci untuk
memperoleh ketelitian yang dipersyaratkan, berdasarkan informasi yang ada saat ini, dan
penyelesaian survei, analisis, dan pembuatan model. Tahap terakhir, ramalan-ramalan dibuat
untuk periode yang sudah ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen Survei
a. Merencanakan Survei

17
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Jenis Survei dipilih dengan 3 kriteria yaitu secara teknis data yang diperoleh
harus tepat (dapat mengukur variable yang diinginkan) dan dengan validitas yang
tinggi.
Dalam merencanakan survei ada 2 hal pokok hal pokok yang harus dilakukan,yaitu :
1) Perencanaan Teknis
Dalam perencanaan teknis ditetapkan hal-hal berikut :
a) Tujuan Survei dan Data yang Sudah Ada
Tujuan survey harus diberikan dengan jelas :

 Mengapa survei dilakukan


 Parameter yang diukur
 Hasil yang ditetapkan
Setelah tujuan tersebut jelas, kemudian dapat ditentukan data yang harus
dikumpulkan beserta tingkat akurasinya.
b) Ruang Lingkup Survei
Populasi obyek survei harus ditentukan dan dijelaskan untuk memudahkan
pemilihan sampel.
Berdasarkan populasi dan tujuan survey akan ditentukan sample.Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah :

 Tipe/jenis sampel, misalnya lalu lintas di jalan Malang, penduduk Surabaya


 Satuan sampel, misalnya orang, KK, smp/jam
 Kerangka sampel : daftar pertanyaan yang harus di jawab oleh sampel
 Jumlah sampel dan tingkat akurasinya
c) Metode Pengumpulan Data
Pemilihan model didasarkan pada jenis data yang dikumpulkan, obyek
survey dan skala survei.
d) Waktu dan Biaya Survei
Faktor waktu yang meliputi kapan dan berapa lama survei dilakukan.Lama
survei dipertimbangkan berkaitan dengan jumlah sampel dan tingkat
akurasiny. Setelah waktu survei ditentukan, maka dapat disusun rancangan
anggaran biaya survei.
2) Perencanaan Organisasi
Organisasi survey terdiri dari koordinator survei dan pelaksana survei
(enumerator). Untuk pekerjaan survei yang besar kadang-kadang dibutuhkan sub
koordinator yang akan membawahi pelaksana survey untuk bidang-bidang tertentu.
Selain kuantitas, kualitas pelaksana survei juga harus dipersiapkan secara matang
dengan cara memberi pengarahan dan latihan survei.
b. Survei Pendahuluan
Agar survei yang sesungguhnya dapat berjalan dengan efisien dan efektif, maka perlu
dilakukan survey pendahuluan yang akan memberikan banyak petunjuk awal yang
mengenai :

 Cukup atau tidaknya kerangka sampel


 Tingkat keanekaragaman populasi
 Tepat atau tidaknya metode survei
18
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
 Prosentase responden yang tidak menjawab
 Cukup atau tidaknya daftar pertanyaan
 Efisien dan efektifitas petunjuk survey bagi enumerator
 Tepat atau tidaknya pemberian kode arau pembagian zona
 Perkiraan waktu dan biaya survey utama
 Efisiensi dan efektifitas organisasi survei
Survei pendahuluan merupakan survei yang berskala kecil dan sangat penting untuk
dilakukan terutama apabila kurang dipunyai pengalaman survei yang sejenis.

4. Survei Kecepatan
a. Umum
Petunjuk kecepatan (speedometer) pada kendaraan, kecepatan gerak kendaraan hanya
pada saat tertentu, dan kecepatan akan beubah-ubah dari waktu ke waktu sepanjang
jalan itulah kecepatan yang diukur ole polisi dan kita sebut kecepatan sesaat (spot
speed)
b. Kegunaanya
Data-data dari survei kecepatan dan dapat digunakan hal-hal sebagai berikut ;

 Analisa kecelakaan
 Untuk perencanaan geometrik
 Untuk pembuatan trend kecepatan
 Untuk traddic control dan regulation

c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kecepatan


1) Pengemudi, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :
 Jarak perjalanan
 Jumlah penumpang
 Umur dan jenis kelamin
 Tempat tinggal (luar atau dalam kota)
2) Kendaraan, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :
 Tipe kendaraan
 Umur dan berat
 Horse power dan pabrik tempat diproduksi
3) Jalan Raya, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :
 Letak geografis
 Tipe, grade, kelengkungan
 Jarak pandangan
 Jarak antara persimpangan
4) Traffic, yang menyangkut hal-hal sebagai berikut :
 Volume lalu lintas
 Kecepatan
 Tipe kendaraan
 Traffic yang berlawanan

d. Waktu dan Lamanya Survei


Direkomendasi bahwa waktu survei hendaknya pada jam sibuk (peak hour) sedang
lamanya survey satu jam atau tidak boleh kurang dari 50 kendaraan.
e. Metode – Metode yang Digunakan
19
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
1. Spot Speed (survei kecepatan setempat)
Kegunaan dari survei kecepatan setempat adalah sebagai berikut :

 Untuk menentukan kecepatan rata – rata pada suatu lokasi


 Untuk menentukan rentang nilai kecepatan pada suatu lokasi
 Untuk menentukan kecepatan maksimum dan minimum pada suatu lokasi
 Untuk mengkaitkan kecepatan – kecepatan dengan tingkat keseriusan
kecelakaan – kecelakaan pada suatu lokasi
 Untuk menentukan efektifitas (keberhasilan) dari rencana – rencana
manajemen lalu lintas dalam mengendalikan arus lalu lintas.
Survei – survei kecepatan setempat merupakan survei yang sangat sederhana dan
praktis. Pengalaman sebelumnya telah menunjukkan bahwa 5 metode seperti
sebagai berikut merupakan metode – metode yang paling praktis.
a) Metode 2 orang Pengamat
Suatu jarak antara 20 hingga 100 meter diukur secara akurat, 1 orang
pengamat berdiri pada setiap ujungnya. Pengamat pertama menurunkan
tangannya begitu kendaraan pertama melewatinya dan pengamat ke 2
memulai (menekan) stop watchnya melewatinya, dan kemudian dia
mencatat waktunya.
Keuntungan dari metode ini adalah bahwa survai ini hanya membutuhkan
suatu organisasi, latihan dan bahan – bahan peralatan yang minimal
(sederhana).Sedangkan kerugian – kerugian sebagai berikut :
keakuratanya terbatas, dimana disebabkan karena adanya reaksi manusia
dalam mengukur waktu, dan kesalahan (tipuan) penglihatan.
Pengumpulan datanya adalah lambat dan contohnya (sampel) kecil.
b) Metode Enoscope
Enoscope adalah alat yang berbentuk kotak dengan 2 buah lubang yang
saling tegak lurus dan didalamnya terdapat kaca cermin yang dapat
mementulkan cahaya (bayangan benda)yang melintas pada suatu lubang
yang lain.
Metode ini sama seperti pada metode 2 orang pengamat, kecuali
digunakan alat enoscope sebagai pengganti para pengamat.
Keuntungan – keuntungannya adalah :

 Alat enoscope akan mengurangi kesalahan – kesalahan


penglihatan.
 Mudah dan murah biaya untuk pengorganisasian, latihan dan
peralatannya
Kerugian – kerugiannya adalah :

 Kesalahan manusia dalam masalah waktu bereaksi, makin pendek


jarak yang ditetapkan, maka relatif makin besar pula kesalahan
manusia tersebut.
 Tidak dapat digunakan untuk lalu lintas yang padat dan untuk
jalan – jalan yang berlajur banyak.
 Pengumpulan data pada survei ini sangat lambat, dan hanya dapat
mengumpulkan sampel yang sedikit.

20
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
 Kecepatan rata- rata sebenarnya diukur dalam suatu jarak yang
pendek. Meskipun demikian hal ini merupakan suatu perkiraan
yang masih dapat diterima sebagai kecepatan setempat.
 Peralatan yang tampak di tepi jalan dapat mengakibatkan para
pengemudi memperlambat laju kendaraannya karena tertarik
untuk melihat alat tersebut atau karena merasa berjalan melebihi
batas kecepatan. Oleh sebab itu survai tidak dapat mencatat
kecepatan kendaraan normal.

c) Metode Speed Meter ( dengan alat pengukur kecepatan)


Sebagai pengganti penggunaan tenaga manusia, maka telah dikembangkan
suatu peralatan mesin untuk melakukan tugas yang sama.Alat venner
meter yang menggunakan 2 pipa karet (rubber road tube), dimana secara
elektronik akan mengukur waktu antara 2 pulsa udara begitu sebuah as
roda kendaraan melintasi pipa karet yang pertama kemudian pipa karet
yang satunya.
Keuntungannya adalah alat pengukur waktu mekanis ini akan
menghilangkan kesalahan – kesalahan manusia.
Kerugiannya yaitu :

 Peralatannya mahal
 Para pelaksana survei (surveyor) memerlukan latihan untuk
menggunakan peralatan tersebut.
 Pemasangan peralatan akan memakan waktu dan memerlukan
suatu pengorganisasian yang baik.

d) Radar Meter
Radar meter menggunakan prinsip bahwa suatu gelombang radio yang
dipancarkan dari alat tersebut akan dipantulkan kembali oleh kendaraan,
dan hasil perubahan frekuensinya adalah dikaitkan terhadap kecepatan
kendaraan serta dapat diukur oleh peralatan tersebut.
Keuntungan dari pemakaian alat ini adalah peralatan ini tidak menarik
perhatian dan tidak dapat terlihat oleh pengemudi, sehingga tidak
menyebabkan mereka mengurangi kecepatannya.
Kerugian – kerugiannya adalah :

 Mahal
 Memerlukan petugas – petugas yang terlatih
 Pengoperasiannya harus dilakukan secara berhati – hati agar dapat
membedakan masing – masing kendaraan.

e) Time Lapse Photography


Time lapse photography dapat menggunakan metode film biasa atau
dengan menggunakan rekaman video.
Keuntungan dari alat ini yaitu :

21
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
 Merupakan sistem yang terbaik untuk merekam secara permanen
beragam karakteristik - karakteristik arus lalu lintas, seperti
misalnya : kecepatan, volume, headway , dan alih gerak
kendaraan.
 Dapat digunakan untuk volume yang tinggi dan jalan – jalan
berlajur banyak.
Kerugian – kerugiannya yaitu :

 Diperlukan lokasi yang tinggi


 Bergantung pada peralayan yang rumit dan operator – operator
yang terlatih
 Film harus diproses (memakan waktu yang lama dan mahal)
 Penganalisaan memakan waktu ynag lama untuk menggabungkan
photo – photo, serta menghitung jarak yang ditempuh oleh masing
- masing kendaraan.
2. Moving Car Observer Method
Survai ini dapat dilakukan di ruas jalan pad daerah perkotaan yang mempunyai
volume lalu lintas cukup padat dan kecepatan lalu lintas yang bervariasi, dengan
syarat :
a. Kebanyakan kendaraan yang lewat merupakan kendaraan menerus, tidak
berhenti di tengah ruas jalan yang disurvai.
b. Sedikit akses masuk/ keluar pada ruas jalan tersebut
c. Hambatan samping berupa parkir, pasar, pertokoan relatif rendah
d. Tidak terlalu banyak tempat penyeberangan.
Dengan survai ini akan didapatkan data volume, kecepatan, dan waktu perjalanan
lalu lintas. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan counter, sedangkan
waktu diukur dengan stop watch dan jam.
Pengukuran biasanya dilakukan di suatu bagian jaringan jalan yang mencakup
beberapa pertemuan jalan utama. Kelemahan di pertemuan jalan tersebut dicatat
pada saat kendaraan peneliti melewati pertemuan jalan tersebut.
Hal Survai yang Didapatkan adalah :
x = banyaknya kendaraan rata - rata berpapasan dengan kendaraan peneliti
pada saat kendaraan peneliti berjalan dengan arah B (kendaraan/jam)
y = banyaknya kendaraan yang menyiap di kurangi kendaraan yang disiap
oleh peneliti pada saat kendaraan peneliti berjalan dengan arah A
(kendaraan. jam)
tw = waktu perjalanan kendaraan peneliti untuk menempuh bagian jaringan
jalan dengan arah A (jam)
ta = waktu perjalanan kendaraan peneliti untuk menempuh bagian jaringan
jalan dengan arah berlawanan arah B (jam)
I = panjang bagian jaringan jalan (km)
Q = panjang antrian (km)
D = kelambatan (jam)
Dari data diatas dapat dihitung :
22
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA

1. q = volume lalu lintas rata – rata per arah =


2. t = waktu perjalanan rata – rata (arah A) = tw – y/q (jam)
3. t = kecepatan perjalanan rata – rata (arah A) = 1/t (km/jam)
4. vr = kecepatan antrian rata – rata (running speed,arah A) =
5. va = kecepatan antrian rata – rata (arah A) = Q / D (km/jam)

3. Floating Vehicle (Metode Kendaraan Mengambang)


Sebuah kendaraan dikemudikan disepanjang rute dan si pengemudi di instruksikan
untuk menyiap kendaraan lain sejumlah kendaraan lain menyiap dia.Seorang
pengamat mencatat waktu perjalanannya termasuk kelambatan yang terjadi.
4. Video Recording Dari Tempat yang Tinggi
Sebuah pengamat ditempatkan pada suatu tempat yang tinggi, misalnya pada
bangunan yang tinggi atau diatas bukit, sehingga pengamat tersebut dapat melihat
pergerakan – pergerakan dari masing – masing kendaraan pada jarak yang telah
ditentukan (diperlukan). Kemudian dicatat waktu dari masing – masing
kendaraan yang menempuh jarak tersebut.
5. Regristration Number Matching (Pencocokan Nomer Kendaraan)
Survai ini digunakan untuk mengetahui asal tujuan kendaraan, yang lebih banyak
digunakan dibidang perancangan transportasi.

5.Survei Volume Lalu Lintas


Studi volume lalu lintas dibuat untuk memperoleh data yang akurat menngenai jumlah
pergerakan kendaraan dan atau pejalan kaki di dalam atau melalui suatu daerah atau pada
titik-titik yang terpilih pada daerah tersebut melalui sistem jalan raya.
a. Definisi
Volume jumlah kendaraan melalui titik yang ditentukan selama periode waktu
tertentu atau jumlah kendaraan yang melewati bagian/potongan jalur atau jalan
selama periode waktu tertentu.
b. Kebutuhan akan Data Volume Lalu Lintas
Informasi mengenai volume lalu lintas adalah sangat penting sekali untuk
perencanaan lalu lintas, perancangan, operasional dan riset. Type informasi volume
berbeda-beda tergantung pada data.
. Annual Total Traffic; yang dipakai untuk:

• Mengukur dan menetapkan arah kenaikan volume lalu lintas

• Menetukan perjalanan tahunan untuk pembiayaan

• Menghitung nilai kecelakaan

• Menafsir pendapatan dari pemakai jalan

23
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
2. AADT / ADT Volumes; yang dipakai untuk:

• Aktifitas perencanaan jalan raya, seperti : mengembangkan sistem


freeway, major atau arterial penentuan jalan menerus, route jalan
terbaik dan lain-lain.
3. Peak Hour Volume’ yang dipakai untuk :

• Perancangan geometrik dengan memperhatikan jumlah lebar jalur,


perancangan persimpangan, perancangan ramp, dan bentuk geometrik
lainnya.

• Menentukan ketidak efisienan kapasitas

• Pertimbangan, perencanaan dan penempatan alat pengatur lalu lintas,


rambu, marka, lampu dan lain-lain

• Klasifikasi jalan raya


4. Classified Volumes (tipe, berat, dimensi dan jumlah as
kendaraan); yang dipakai untuk :

• Perancangan geometrik dengan perhatian pada jejak berputar


minimum, kebebasan, kelandaian dan sebagainya

• Perancangan struktur perkerasan jalan, jembatan dan lain-lain

• Analisa kapasitas dalam menetukan efek kendaraan komersial

• Penaksiran pendapatan dari pemakai jalan


5. Intersectional Volume Counters, yang dibuat untuk
menentukan:

• Jumlah lalu lintas memasuki persimpangan untuk semua kaki


persimpangan

• Jumlah lalu lintas yang melakukan setiap kemungkinan gerakan


berbelok

• Jumlah lalu lintas pada periode waktu tertentu

• Klasifikasi tipe kendaraan


c. Metode Untuk Mengatur Perhitungan Kendaraan
1. Mechanial Counters/Machine Counts
a. Fixed/permanent counters : dipergunakan untuk perhitungan
manerus, mencatat distribusi lalu lintas tiap jam per hari, per minggu, per
bulan, per tahun dan dari tahun ke tahun.
Untuk mendeteksi kendaraan, dipakai penghitung permanen yaitu:
• Electric Contact Device: berupa detektor dibawah permukaan jalan
pada tiap jalur, dengan sistem kontak listrik tiap sumbu roda

24
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
• Photoelectric Device: deteksi didapat dari kendaraan yang melewati
sumber cahaya dan photocell dipasang diatas muka jalan
• Radar Device: deteksi didapat dari perbandingan frekensi menerus
rasio sinyal yang dipancarkan dan diterima kembali. Unit ini
dipasang pada pertengahan atas jalur lalu lintas.

• Magnetik device : deteksi didapat dari impuls karena kendataan


melewati medan magnit. Unitini dipasang dibawa permukaan jalan.
• Ultrasonic device: sejenis dengan radar unit hanya berbeda pada
sumber sinyal.

• Infra red device: unit ini memakai pick up cell sejenis dengan
photosell tetapi sensitif erhadap inpra merah (panas). Biasanya
dipasang diatas jalan (jembatan, tiang rambu, dan lain-lain).
• Lokasi detektor adalah penting yang biasanya ditemukan
berdasarkan kegunaanya, type detektor,type kendaraan dan pejalan
kaki serta cara pemasangannya.
2. Portable counters: dipergunakan untuk penghitungan lalu lintas jangka
pendek, periodik. Dijalankan dengan battery dan mempergunakan pneumatic
detector yang dipasang melintang di jalan. Sistem pemompaan udara di dalam
selang karet oleh roda mobil yang menggilas akan mejalankan unit
penghitung.
Terdapatdua macam unit penghitung :

• recording counter (dicetak pada tape)

• non recording counter (tidak dicetak )


b. Manual Counter
a. Umum
Banyaknya petugas survai yang dibutuhkan tergantung pada volume lalu lintas
dan jenis kendaraan yang akan di cacah. Secara kasar, seorang petugas survai
dapat mancegah 500-600 kendaraan /jam dengan baik . Periode waktu pncacahan
disesuaikan dengan tujuan survai. Untuk mendapatkan volume lalu lintas tiap
pergerakan pada pertemuan jalan dengan lampu lalu lintas , periode tersebut
dalam detik . sedangkan untuk mengetahui pola arus lalu lintas , periode tersebut
antara 15 menitan sampai jam-jaman.
Pencacahan tanpa alat dilakukan dengan mencoretkan garis pada formulir survei.
Pencacahan dengan alat (counter) dilakukan secara kumulatif dan angka
kumulatif tersebut dituliskan di formulir survei pada setiap akhir periode.
Kedalam formulir survei juga perlu dicatat berbagai kondisi di lapangan yang
mempengaruhi volume lalu lintasnya, misalnya:
1. Cuaca: cerah, mendung, hujan

2. Pekerjaan fisik di jalan: pelapisan jalan, penggalian lalu lintas untuk


kabel, pembuatan marka
25
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
3. Pengaturan lalu lintas sementara: pengalihan lalu lintas, iring-iringan
mobil pejabat
4. Kecelakaan lalu lintas

b. Pencacahan Kendaraan Berdasarkan Jenisnya


Pembagian jenis kendaraan dalam lalu lintas disesuaikan dengan tujuan survei ,
misalnya: dibedakan antara yang bermotor dan tidak bermotor, dibedakan antara
yang bermesin diesel dengan yang bukan diesel, dibedakan antara tiap jenis
kendaraan yang ada, dibedakan atas satuan mobil penumpang tiap kendaraan.
Berikut ini diberikan contoh pembagian kendaraan bermotor:

• Kendaraan bermotor beroda dua

• Mobil penumpang: sedan, taxi, minicab, vans, jeep

• Bis

• Kendaraan angkutan barang sampai dengan 2 ton

• Kendaraan angkutan barang sampai dengan 2-8 ton

• Kendaraan angkutan barang sampai dengan 8 ton

c. Pencacahan Kendaraan Dalam Waktu yang Pendek


Pencacahan ini bertujuan untuk memperkirakan volume lalu lintas secara kasar.
Misalnya pencacahan volume lalu lintas selama 4 jam untuk memperkirakan LHR
secara kasar.

d. Jadwal Periode penghitungan


Periode penghitungan pada lokasi tertentu tergantung pada metode yang digunakan
untuk mendapatkan data dan kegunaannya.
Metode penghitungan harus menghindari:
1. Kondisi waktu khusus: liburan, pertandingan olah raga, pekan raya, pemogokan
karyawan angkutan umum dll.
2. Cuaca tidak normal
3. Halangan/perbaikan di jalan didekat daerah tersebut
Penghitungan secara manual disesuaikan dengan kondisi negara/tempat dimana
jadwal berangkat dan pulang kerja dan sekolah, belanja, maupun rekreasi.
Data-data jadwal yang dapat dipakai sebagai pedoman adalah:

 Periode 12 jam : 06.00 – 18.00


26
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
 Periode 8 jam : 06.00 – 10.30 dan 14.00 – 17.30

 Periode 4 jam : 06.00 – 08.00 dan 14.00 - 16.00

e. Program Penghitungan Volume Secara Acak


Untuk mendapatkan data volume yang selalu up – to – date maka diperlukan
penghitungan secara periodik yang harus diprogram: cara, tempat dan jadwal
penghitungan yang paling efisien suatu daerah. Sistem penghitungan volume
secara periodik adalah sebagai berikut:
A.Rural Counting Program
- Permanent station
- Control count station
1. Major control counts
2. Minor control counts
- coverage count station
- classication count
B.Urban Counting Program
a.Street Classification
1. Major street : expressway, major arterial, collector
2. Minor street: residential, commercial, industrial streets
b. Selecting Control Station
1. Major control stations
2. Minor control stations
3. Key counts
c. Coverege counts on major streets systems
d. Coverege counts on minor streets systems
e. Central traffic distric cordon count
f. Screen line study
f. Karakteristik Volume Lalu Lintas
Volume lalu lintas tidak akan pernah bersifat statis, sehingga harus akurat pada
waktu penghitungannya, meskipun demikian secara garis besar volume berulang
secara berirama, dikenal sebagai karakteristik volume. Hal ini penting untuk
penjadwalan penghitungan.
1. Pola lalu lintas (traffic pattern)

Pola lalu lintas adalah presentasi fluktuasi lalu lintas berupa tabel atau grafik,
pada periode waktu tertentu. Volume dapat dinyatakan dalam jumlah.
Pengertian yang paling harus dimengerti untuk operasional dan perencanaan
adalah : volume dalam : waktu puncak (peak hours), jam dalam hari, hari
dalam minggu, minggu dalam bulan, bulan dalam tahun, distribusi arah
(directional distribution), dan distribusi jalur (lane distribution)
2. Pola lalu lintas jam-an (hourly traffic pattern)

27
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIAS UDAYANA
Volume lalu lintas untuk kenaikan waktu teratur kurang dari satu jam
ditunjukkan untuk seluruh jam, biasanya waktu puncak (peak hour)
3. Pola lalu lintas mingguan (waeekly traffic pattern)

Volume lalu lintas harian ditunjukkan untuk tiap hari berurutan dalam
seminggu. Apalagi ditunjukkan dalam 365 mingguan, maka disebut: pola lalu
lintas mingguan dalam setahun (weekly traffic pattern for one year)
4. Pola lalu lintas bulanan (montly traffic pattern)

Volume lalu lintas tiap bulan dalam satu tahun


5. Distribusi arah (directional distribution)

Distribusi pergerakan menunjukkan variasi dalam arus selama waktu puncak


(peak hours), kondisi distribusi bervariasi diantara fasilitas dan lokasi.
6. Distribusi jalur (lane distribution)

Distribusi volume lalu lintas diantara bermacam jalur dan jalur banyak (multi
lane) bervariasi dengan adanya lokasi dan perubahan jalur dan jumlah lalu
lintasnya.

6.Tundaan
Tundaan merupakan variabel yang sangat penting untuk menentukan kualitas daripada
lalu lintas. Variabel tundaan dipergunakan sebagai kriteria untuk menentukan lalu lintas
tingkat kemacetan suatu jaln, makin besar nilai tundaan makin macet jalan tersebut. Tundaan
adalah perbedaan waktu perjalanan dari suatu perjalanan dari satu titik ke titik tujuan antara
kondisi arus bebas dengan arus terhambat. Disuatu persimpangan diukur dengan
membandingkan rata-rata waktu perjalanan apabila arus lancar dengan arus yang melewati
lampu lalu lintas.
Pengukuran tundaan seperti yang diusulkan oleh (Mc Shane dan Roses, 1990) secara
ringkar seperti berikut:

 Lokasi pengamat harus dapat malihat seluruh antrian

 Periode pengamatan 10, 15, 20 detik

 Catat jumlah kendaraan yang berhenti selama periode pengamatan

 Catat volume lalu lintas keberangkatan


Analisa dan Reduksi data

• Jumlahkan kendaraan yang berhenti untuk periode yang sejenis

• Kalikan dengan waktu pengamatan = total tundaan

• Rata-rata tundaan = total tundaan/rata-rata volume

• Lakukan total rata-rata tundaan untuk masing-masing dari semua kaki simpang
dan keseluruhan kaki simpang

28

You might also like