You are on page 1of 9

DASAR-DASAR QUR’ANI, SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TASAWUF

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Ilmu Tasawuf

Disusun Oleh :
Agus Alliyyin dan Dadang
Program/ Fakultas : Strata 1/ Syariah
Semester : III

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


BHAKTI PERSADA MAJALAYA BANDUNG
2009
BAB I

PENDAHULUAN

Tasawuf adalah kehidupan rohani dan lebih tegas lagi bahwa bertasawuf itu adalah fitar

manusia. Melihat pengertian tasawuf dimulai dari pembersihan diri yang bertujuan untuk

mencapai hakikat yang tingggi oleh karena Allah SWT itu adalah Nur dan Maha Suci,

maka hamba yang ingin berhubungan dengan Allah harus berusaha melepaskan rohnya

dari kungkungan jasadnya. Untuk dapat melepaskan roh itu ditempuh jalan riadlah

(latihan) yang memakan waktu cukup lama. Riadlah ini juga bertujuan untuk mengasah

roh itu supaya tetap suci. Naluri manusia tetap ingin mencapai yang baik dan sempurna

dalam mengarungi kehidupannya. Untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan itu tidak

dilalui dengan mempergunakan ilmu pengetahuan saja. Karena ilmu adalah produk

manusia dan hanya merupakan alat yang pendek. Manusia akan merasa kehilangan dan

kekosongan kalau hanya mengandalkan ilmu materi saja. Jalan menuju hidayah dan

kebahagiaan itu tidak lain hanya dengan iman yang kokoh, perasaan hidup yang aman

tenteram yang berdiri di atas rasa cinta (Thaha Abdul Baki, dalam Pengantar Ilmu

Tasawuf, Drs. Usman Said dkk).

Sesungguhnya tujuan akhir manusia adalah mengikat lingkaran rohaninya dengan

Allah SWT sebagai hubungan yang selamanya benar. Apabila orang hanya merasa bahwa

akalnyalah satu-satunya yang menjadi imam dan pemberi petunjuk, dia jauh dari

pembicaraan kegiatan kehidupan rohani, merasa bangga karena sudah merasa memiliki

kemewahan dunia, maka orang tersebut kata Huxley setingkat dengan binatang. Justru

karena itu dibutuhkan suatu kehidupan rohani yang mendekatkan seseorang kepada Allah

dan ini hanya bias diatur dalam kehidupan tasawuf.


Kehidupan yang bersandar kepada kebendaan adalah kehidupan yang semu,

sedangkan kehidupan yang berlandaskan rohani dan fitrah yang telah diciptakan Allah

SWT pada diri manusia adalah kehidupan yang hakiki.

Untuk membuktikan bahwa Allah menciptakan kehidupan yang fitrah dan alami,

Allah telah mengirimkan tanda-tndaNya yang dibawa oleh para Rasul, Nabi dan para

Rohaniwan. Para rohaniwan ini selalu berusaha mensucikan dirinya dari kotoran-kotoran

kejiwaan dan menghiasi dirinya dengan perangai yang mulia. Oleh karena asal manusia

adalah bersih tidak mempunyai noda dan dosa, maka kegiatan sebagian manusia untuk

melakukan usaha pensucian diri adalah juga merupakan naluri manusia. Usaha pensucian

diri ini banyak digambarkan dalam kehidupan bertasawuf.

Untuk lebih mengatahui tentang bagaimana orang bertasawuf dalam

kehidupannya, maka perlu penguraian dasar-dasar dan sejarah perkembangan tasawuf itu

sendiri.

Sebenarnya pembicaraan tentang manakah asal tasawuf ini sudah berlangsung

sejak lama. Sebagian mengatakan bahwa tasawuf itu berasal dari Persia, India atau

Masehi. Sebagian lain menhatakan bahwa tasawuf semata-mata bersumber dari Islam.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Dasar-dasar Qur’ani

Apabila diperhatikan dari segi sejarah perkembangannya bahwa gerakan tasawuf

adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan segala perkembangan umat Islam.

Faktor-faktor yang mendorong lahirnya tasawuf ini adalah bersumber dari Islam itu

sendiri, walaupun terdapat pengaruh dari unsure-unsur luar Islam.

Menurut Dr. Ahmad Fuad al Ahwani pada mulanya antara filsafat, ilmu kalam dan

tasawuf adalah satu bukan berdiri sendiri seperti sekarang. Pada abad ke VI Hijriyah

filsafat mula-mula berpisah dengan ilmu kalam, disusul kemudian dengan berpisahnya

filsafat dengan tasawuf. Pemisahan ini sangat mendasar karena antara filsafat dan tasawuf

terdapat perbedaan methode dan objek. Apabila filsafat melihat dengan mata rasio dan

bejalan di atas jalur argumentasi dan logika, maka tasawuf berjalan di atas jalur

mujahadah, musyahadah dan berbicara dengan lidah perasaan dan pengalaman.

Obyek filsafat adalah mengetahui tentang hakikat sesuatu dari segala macam baik

fisika, matematika atau metafisika dan termasuk Allah SWT. Objek ini lebih diarahkan

kepada penelitian terhadap alam semata sedangkan masalah manusia dibahas dari segi

akhlak dan politik.

Objek tasawuf adalah mengenal Allah baik dengan ibadah syari’ah atau lewat ilham

dan perasaan. Oleh karena itu para sufi pada permulaannya yaitu sejak akhir abad ke II

dan selama abad ke III disebut Ubbad, Zuhhad dan Fuqara karena mereka lebih

memperbanyak ibadah, zuhud dan wara’ dari batas yang diperintahkan syara’.
Sebelum datangnya Muhammad SAW membawa Risalah, masyarakat Arab telah

terlebih dahulu memiliki rasa kerohanian yang dalam. Mereka mempercayai adanya

Tuhan-Tuhan yang tidak bias memberi keuntungan atau mendatangkan kerugian tetapi

mereka merasa adanya perasaan tarikan keagamaan yang mendalam. Mereka melayani

hidup dengan memperturutkan syahwat dengan meminumkhamar. Akhirnya bagi mereka

yang tidak senang atas kelakukan ini pergi menjauhi hidup keduniaan dan menjauhi

pergaulan dengan manusia.

Muhammad SAW telah melakukan tindakan mengasingkan diri di Gua Hira’ sebelum

beliau diangkat menjadi Rasul Karen ingin membersihkan diri dari praktek masyarakat

yang telah melanggar kaidah kemanusiaan. Sebelum menerima wahyu dia telah

mengasingkan diri dari keluarganya mengosongkan hati dan jiwanya, mengangan-

angankan tentang tulisan wujud, merenung-renungkan maknanya,memutlakkan

pandangannya. Dia membulatkan pengamatannya bahwa di belakang ala mini ada

penciptanya yaitu hakikat yang tetap abadi yang menegakkan kehidupan ini,

sesungguhnya Muhammad SAW telah asyik dengan Tuhannya. Hingga menjelang turun

wahyu pertama Ruh Muhammad SAW telah betul-betul kosong kemudian baru mantap

datangnya wahyu mengisinya.

Jadi kalau Muhammad beserta sahabat-sahabatnya telah melaksanakan praktek zuhud

bukan berarti para sufi yang mengada-ada tetapi sumbernya dari praktek Rasul dan

Sahabat. Sebagaimana digambarkan oleh Qamar Kailani bahwa : Tasawuf bukanlah

bid’ah tetapi adalah sunnah yang berjalan mulai dari zaman sebelum Islam hingga zaman

Islam (Qamar Kailani : 16)


Sumber pokok ajaran Islam adalah dengan jelas telah memuat alndasan dari praktek

tasawuf, yaitu :

a. Al Qur’an al Karim

Agama Islam sebagaimana agama-agama langit lainnya, memuat ayat-ayat yang

menganjurkan manusia untuk menjauhi dunia dan beramal untuk akhirat. Ini bertujuan

untuk membersihkan diri agar jauh dari dosa dan kesalahan sebagai persiapan untuk

menerima balasan surga dari Allah SWT. Orang-orang sufi selalu mengatakan, bahwa

mereka itulah yang dimaksud firman Allah :






  

  

   
   
 
  
     
 
 
  
   
     
    
     
   
     
  
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad
dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha
luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

Dan firman Allah SWT :


    

..…  

 

 

Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan …..

Demikianlah para sufi menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an menurut faham mereka

maisalnya dalam hal zuhud, tawakal, taubat dan zhabar.


 
    
    
“kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah”


 
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. “

Dan masih banyak lagi yang lain, yang mendukung pemikiran ini

b. Hadits

Hadist juga merupakan simber pancaran dari amalan tasawuf umpamanya pandangan

ahli tasawuf mengenai cinta kepada Tuhan didasarkan ucapan Rasul yang menyampikan

perkataan Tuhannya :

‘aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi maka aku menjadikan makhluk agar
mereka mengenalk’
Berdasarkan hal tersebut para ahli tasawuf berpendapat bahwa alam ini

sebenarnya adalah cermin ’Pencipta’ jadi setiap apa yang ada akan kembali kepada

sesuatu yang azali (yaitu Allah).

Hadits Qudsyi yang lain :

”Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepada Ku dengan amalan-amalan


Sunat sehingga Aku mencintainya maka apabila mencintainya maka jadilah Aku
pendengarannya yang dia pakai untuk mendengar dan lidahnya yang dia pakai untuk
berbicara dan tangannya yang dia pakai untuk memegang dan kakinya yang dia
pakai untuk berusaha, maka dengan Ku lah dia mendengar, melihat, berbicara,
berfikir dan berjalan.’
Hadist ini telah memberikan dasar bagi konsepsi tasawuf yang disebut Al-Fana,

sebagai suatu keadaan yang dialami oleh seorang sufi dalam mendekatkan diri kepada

Allah SWT.

2. Sejarah dan Perkembangan Tasawuf

a. Landasan dan Motivasi lahirnya Tasawuf.

Timbulnya tasawuf dalam Islam bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri,

yaitu semenjak Muhammada SAW diutus menjadi Rasul untruk segenap ummat manusia

dan seluruh alam semesta. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad SAW

sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannuts dan khalwat di

Gua Hiro disamping untuk mengasingkan diri adri masyarakat kota Mekkah yang sedang

mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniaan. Juga Muhammad SAW berusha mencari

jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa dari noda-noda yang menghinggapi

masyarakat pada waktu itu.

Tahannuts dan khalwat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari

ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku-liku problem hidup yang

beraneka ragam ini, berusha untuk memperoleh pertunjuk dan hidayah dari Pencipta alam

semesta ini,mencari hakikat kebenaran yang dapat mengatur segala-galanya dengan baik.

Dalam situasi yang demikianlah Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT

yang penuh berisi ajaran-ajaran dan peraturan-peraturan sebagai pedoman untuk ummat

manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.

Muhammad Husein Haikal menceritakan tentang keadaan Nabi mengasingkan diri ke

Gua Hira ini sebagai berikut : ‘Tahun bergantu tahun dan kini telah tiba pada bulan
Ramadhan. Ia pergi ke Hira, ia kembali bermenung, sedikit demi sedikit iabretambah

matang, jiwanya pun semakin penuh

b.

You might also like