You are on page 1of 7

SIFAT DASAR AKUNTANSI: BERBAGAI PANDANGAN

Akuntansi sebagai seni maupun sebagai aktivitas jasa dan secara tidak langsung

menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfat untuk

suatu bidang tertentu. The Handbook of Accounting mengidentifikasi berbagai bidang yang

memanfaatkan akuntansi yaitu: laporan keuangan, penentuan dan perencanaan pajak, audit

independent, system-sistem pemrosesan data dan informasi, akuntansi biaya dan manajemen,

akuntansi pendapatan nasional, dan konsultasi manajemen.

Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam

menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Beberapa pandangan tersebut antara lain:

1. Akuntansi Sebagai Sebuah Ideologi

Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologis-sebagai sarana untuk mendukung

dan melegitimasi tatanan social, ekonomi, dan politik saat ini. Akuntansi juga dipandang

sebagai mitos, symbol, dan kegiatan ritual yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan

simbolis yang di dalamnya agen-agen social dapat saling berinteraksi. Kedua pandangan

ini mewujud dalam pandangan umum bahwa akuntansi juga instrumen rasionalisasi

ekonomi dan alat system kapitalisme (Weber).

2. Akuntansi Sebagai Sebuah Bahasa

Pengakuan akuntansi sebagai bahasa yang didasarkan pada identifikasi adanya dua

komponen:

(a) Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang

mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa dan
(b) Tata Bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap

bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang

digunakan dan diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis.

3. Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa Yang Lalu

Akuntansi dipandang sebagai sebuah cara penyajian sejarah perusahaan data transaksi

yang dilakukannya dengan pihak lain. Catatan akuntansi menyediakan

pertanggungjawaban manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan pemilik.

Pengukuran konsep tanggungjawab telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Periode

pure custodial dan traditional custodial mengacu pada kepentingan agen mengembalikan

sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal yang menetapkan tugas-tugas

minimal dalam melaksanakan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi

pemeliharaan. Periode asset-utilization mengacu pada kepentingan agen untuk

menetapkan inisiatif pemakaian asset secara mendalam agar sesuai dengan rencana yang

telah disepakati. Periode open-ended mengacu pada kemungkinan agen merencanakan

aliran pemanfaatan asset.

4. Akuntansi Sebagai Realita Ekonomi Saat Ini

Argumen yang mendasarinya adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba-rugi

seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi daripada kos

histories.

5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Akuntansi sebagai proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter

(biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal).

Pandangan ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara
empiris,

(1) pandangan ini mengasumsikan bahwa system akuntansi merupakan satu-satunya

system pengukuran formal dalam organisasi,

(2) pandangan ini memunculkan kemungkinan desain system akuntansi yang optimal

yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.

6. Akuntansi Sebagai Sebagai Komoditas

Sebagai sebuah komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal untuk pengaturan yang

berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh bentuk perjanjian

antarorganisasi dengan lingkungannya.

PENYUSUNAN DAN PEMBUKUAN TEORI

Walaupun akuntansi merupakan sekumpulan teknik yang dapat digunakan dalam bidang

spesifik, namun praktiknya dilakukan dalam kerangka konseptual implicit yang terdiri dari

prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang telah diterima oleh profesi, dikarenakan oleh kegunaan

dan logika yang dikandungnya. Petunjuk yang disebut sebagai ‘prinsip-prinsio akuntansi

berterima umum/PABU’ (Generally Accepted Accounting Principles/GAAP) ini mengarahkan

profesi akuntansi dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi dan dalam penyiapan laporan

keuangan dengan suatu cara yang dianggap sebagai praktek terbaik. Teori seharusnya tunduk

terhadap pengujian yang bersifat logis dan empiris untuk membuktikan keakuratannya. Jika

suatu teori bersifat matematis, pembuktian sebaiknya diprediksi melalui konsistensi logis.

Apabila teori didasarkan pada fenomena fisik atau social, pembuktiannya sebaiknya diprediksi
melalui hubungan antara kejadian-kejadian dan observasi-observasi sesungguhnya yang

digunakan untuk membuat kesimpulan. Suatu teori akuntansi seharusnya dapat menjelaskan dan

memprediksi fenomena akuntansi yang ada: saat sejumlah fenomena muncul, fenomena-

fenomena tersebut diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori tersebut.

SIFAT DASAR TEORI AKUNTANSI

Pada awalnya tidak ada teori akuntansi yang komprehensif. Banyak teori muncul karena

dipakainya pendekatan-pendekatan yang berbeda dalam penyusunan teori akuntansi atau dari

upaya pengembangan teori yang sudah ada sebelumnya dan bersifat setengah jadi (middle

range), daripada melalui pengembangan suatu teori yang komprehensif.

Namun ada beberapa pencetus teori yang berpendapat sebaliknya. E.S Hendrikson

mendefinisikan teori akuntansi sebagai sekumpulan prinsip-prinsip luas yang (1) menyajikan

suatu kerangka acuan umum di mana praktek akuntansi dapat dinilai, dan (2) mengarahkan

pengembangan praktek dan prosedur baru. McDonald berargumen bahwa akuntansi

menggunakan penyajian secara simbolis atau symbol ‘debit’, ‘kredit’, dan semua terminology

yang digunakan merupakan symbol yang pantas dan unik untuk bidang akuntansi; akuntansi

menggunakan aturan penerjemahan, penyandian (penyajian kejadian dan transaksi ekonomi

secara simbolis) merupakan suatu proses pengubahan ke dan dari symbol-simbol; dan akuntansi

menggunakan aturan manipulasi, teknik-teknik untuk menetapkan profit sebaiknya didasarkan

pada aturan untuk memanipulasi simbol-simbol akuntansi.


METODOLOGI-METODOLOGI FORMULASI TEORI AKUNTANSI

Suatu metodologi juga diperlukan dalam penyusunan teori akuntansi. Perbedaan opini,

pendekatan, dan penilaian di antara praktik dan penelitian akuntansi menyebabkan munculnya

dua metodologi: deskriptif, dan normative. Teori akuntansi deskriptif menggunakan metodologi

secara tradisional dalam penyusunan teori akuntansi dan merupakan sebuah upaya untuk menilai

apa yang terjadi melalui penyusunan praktek-praktek akuntansi sedangkan teori akunatansi

normative merupakan sebuah upaya untuk menilai sejumlah praktek yang seharusnya dapat

digunakan. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Bussiness Enterprise

(Paul Grady), Accounting Priciples Board (APB) Statement No 4 merupakan bentuk pendekatan

deskriptif dalam akuntansi. A Statement of Basic Accounting Theory (American Accounting

Association) merupakan bentuk pendekatan normative dari akuntansi.

PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK FORMULASI SEBUAH TEORI AKUNTANSI

Pendekatan tradisional untuk menyusun teori akuntansi antara lain:

1. Pendekatan Non-teoritis, berupa pendekatan pragmatis dan pendekatan otoriter.

Pendekatan pragmatis terdiri dari penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian

terhadap praktik sesungguhnya, yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis.

Pendekatan otoriter dalam penyusunan teori akuntansi yang umumnya digunakan oleh

organisasi profesi terdiri dari penyajian sejumlah peraturan praktik-praktik akuntansi.

2. Pendekatan Teoritis

a. Deduktif
Pendekatan ini dimulai dengan asumsi atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang

diperoleh dari sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi

pengembangan teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Pendekatan ini bergerak dari kondisi

yang bersifat umum (asumsi dasar tentang lingkungan akuntansi) ke kondisi spesifik

(pertama, prinsip-prinsip akuntansi dan kedua teknik-teknik akuntansi).

b. Induktif

Pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi keuangan

dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan, gagasan, serta prinsip-

prinsip akuntansi dan pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar hubungan yang

terjadi secara berulang. Argumentansi induktif dikatakan membawa keterangan-

keterangan yang bersifat khusus (informasi yang menggambarkan hubungan berulang-

ulang) ke suatu bentuk yang bersifat umum (dalil-dalil dan prinsip-prinsip akuntansi).

c. Etis

Bagian utama pendekatan etis terdiri dari konsep kewajaran (fairness), keadilan (justice),

keseimbangan (equity), dan kebenaran (truth). Justice sebagai perlakuan yang seimbang

terhadap seluruh pihak yang berkepentingan, truth sebagai pelaporan keuangan yang

akurat dan benar tanpa adanya kesalahan interpretasi, dan fairness sebagai penyajian yang

wajar, tidak bias, dan tidak memihak.

d. Sosiologis

Pendekatan ini menekankan pada akibat-akibat social yang ditimbulkan teknik-teknik

akuntansi yang merupakan perluasan konsep kewajaran yang dinamakan social welfare

(kesejahteraan social). Pendekatan ini mengasumsikan adanya nilai-nilai social yang

mapan yang dapat digunakan sebagai criteria dalam penyusunan teori akuntansi.
e. Ekonomis

Pendekatan ini menekankan pada pengendalian perilaku indicator-indikator ekonomi

makro, yang diakibatkan oleh berbagai praktek akuntansi. Criteria umum yang digunakan

dalam pendekatan ekonomi makro adalah (1) kebijakan dan teknik akuntansi yang

digunakan harus menyajikan realitas ekonomi dan (2) pemilihan teknik-teknik akuntansi

harus bergantung pada konsekuensi ekonomik.

f. Ekletik

Pendekatan ini merupakan suatu hasil utama berbagai upaya individu dan profesi maupun

organisasi pemerintahan dalam partisipasinya untuk menetapkan konsep-konsep dan

prinsip-prinsip dalam akuntansi.

You might also like