Professional Documents
Culture Documents
Umum
Bumi kita dipenuhi dengan ribuan jenis senyawa anorganik padat dan homogen yang
terbentuk secara alamiah, mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tertentu, dapat berunsur
tunggal seperti emas, perak dan tembaga atau merupakan persenyawaan seperti garam
dan gamping. Dalam ilmu geologi dan dalam dunia pertambangan, senyawa tersebut
disebut mineral. Pada bagian-bagian bumi tertentu, karena proses alam, konsentrasi
beberapa jenis mineral meninggi sehingga membentuk cadangan mineral tertentu dengan
kadar yang ekonomis untuk dapat dimanfaatkan oleh manusia. Cadangan seperti ini disebut
cadangan bijih yang dimanfaatkan dengan cara menambangnya dengan menggunakan
peralatan mekanis ataupun non-mekanis bergantung dari besarnya skala kegiatannya.
Pada bijih yang mengandung tembaga dan emas terdapat juga butiran-butiran
mineral lainnya yang tidak mempunyai nilai ekonomis untuk dimanfaatkan misalnya Pyrite
(FeS2) dan silika. Secara teknis mineral tembaga, emas dan mineral-mineral pengikutnya
disebut bijih tembaga, jika kadar dan jumlah kandungan tembaganya lebih besar dari kadar
dan jumlah kandungan emasnya. Sebaliknya, mineral tersebut disebut bijih emas jika kadar
dan kandungan emasnya lebih besar dari kadar dan jumlah kandungan tembaganya.
Untuk memisahkan bijih tersebut dari alam diperlukan proses penambangan yang
terdiri dari pelepasan bijih dari batuan induknya (country rock) melalui pekerjaan peledakan
dan pengangkutan ke crusher. Disini bijih tersebut diremukkan sehingga ukurannya menjadi
lebih kecil. Bijih hasil proses peremukan tersebut diangkut ke grinder atau mill dimana bijih
tersebut digiling untuk mendapatkan ukuran yang lebih halus lagi. Proses pengecilan ukuran
bijih ini dilakukan dalam beberapa tingkat sehingga bijih menjadi berukuran sangat halus
seperti bubuk dengan maksud agar mineral-mineral berharga terlepas ikatannya secara fisik
dan/atau kimia dari mineral-mineral pengikutnya. Untuk memisahkan di dalam bijih
mineral-mineral berharga seperti tembaga dan emas dari mineral-mineral pengikutnya,
diperlukan beberapa perlakuan fisik dan kimia bergantung dari sifat senyawa mineral itu
sendiri. Mineral yang tidak berharga, yang tersisa dari proses pengolahan mineral disebut
tailing. Sebagai contoh, PT Newmont Nusa Tenggara mengolah bijih tembaga dan emas
secara fisik dengan memisahkan mineral berharganya melalui perbedaan berat jenis yang
disebut proses flotasi. Pada proses ini tailing tidak mengandung bahan kimia yang
berpotensi racun. Pada PT Newmont Minahasa Raya bijih emas diolah dengan menggunakan
gabungan proses fisik dan kimia melalui proses penggerusan dan sianidasi. Pada proses
kimia, mineral ampas atau biasa disebut tailing, perlu di tawarkan kadar racunnya sesuai
dengan baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui
proses detoksifikasi. Mineral berharga yang telah diekstraksi dalam proses pengolahan siap
dikapalkan dan/atau diproses lebih lanjut. Pada kegiatan pengolahan PT Newmont Nusa
Tenggara, mineral berharga yang dihasilkan adalah konsentrat tembaga dan emas,
sedangkan pada kegiatan pengolahan PT Newmont Minahasa Raya di Sulawesi Utara
mineral berharga yang dihasilkan adalah emas. Tailing yang dihasilkan dari proses
pengolahan bijih tersebut diatas perlu dikelola dengan menempatkannya pada suatu lokasi
yang aman sehingga dampaknya terhadap lingkungan dapat ditekan sekecil mungkin.
Namun untuk memahami bagaimana tailing ditempatkan pada suatu lokasi dan bagaimana
tatacara pengelolaan dan pemantauan dampak yang ditimbulkannya, perlu dimengerti sifat-
sifat fisik dan kimia tailing dan karakter lokasi penempatan tailing tersebut.
Kesimpulan
Tailing adalah mineral ampas yang berukuran sangat halus sebagai sisa suatu proses
pengolahan bijih. Tailing tidak lain adalah bagian dari bijih yang sebenarnya merupakan
batuan yang mengandung mineral. Dengan demikian karakteristik tailing tidak berbeda
dengan batuan asalnya. Perlu dicatat bahwa proses pengolahan mineral yang berbeda
menyebabkan tailing di satu tambang dengan tambang yang lain berbeda pula
pengelolaannya, terutama sebelum ditempatkan kedalam suatu sistem lingkungan. Aspek
teknis dan lingkungan merupakan hal utama yang dipertimbangkan dalam penempatan
tailing. Kedua aspek tersebut terkait erat dengan keamanan penempatan tailing baik yang
mempengaruhi keselamatan wilayah di sekitarnya maupun lingkungan hidup.
Penempatan tailing tidak boleh dilakukan di sembarang tempat. Kalaupun tailing
akan ditempatkan di suatu lokasi, maka wilayah tersebut haruslah diteliti dulu
kesesuaiannya dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut di atas. Pada dasarnya
ada dua cara penempatan tailing yaitu penempatan tailing di darat dan penempatan tailing
di laut.
Referensi
Kamus Istilah Teknik Pertambangan Umum (Edisi IV), Direktorat Jenderal
Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung,
Indonesia, 1996/1997;
Marcus, J. Jerrold (Ed), Mining Environmental Handbook, Effects of Mining on the
Environment and American Environmental Controls on Mining, Imperial College Press,
London, 1997;
Wills,B.A., Mineral Processing Technology 3rd edition, An Introduction to the Practical
Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery, Pergamon Press, 198
Design Tambang
Design Tambang (Mine Design) merupakan kegiatan untuk merencanakan
dan merancang suatu tambang berdasarkan study kelayakan dan hasil akhir
eksplorasi endapan bahan galian. Menurut HL. Hartman dalam Introductory Mining
Engineering 1987, ada tiga faktor merancang tambang pada perencanaan open pit
yaitu :
1. Faktor alam dan geologi : kondisi hidrologi, tipe endapan biji, topografi dan
karakter metalurgi dari bijih maupun batuan
2. Faktor ekonomi : kadar endapan bijih, jumlah endapan bijih, SR, COG, biaya
operasi, biaya investasi, keuntungan yang dikehendaki, produksi rata-rata dan
kondisi pasar
3. Faktor teknik : peralatan, lereng, pit, tinggi jenjang, tanjakan jalan, batas KP dan
batas pit
1. Iklim Mekanis
a. Pelengkungan bekuan
b. Pembongkaran
c. Aktifitas Biologis
2. Iklim Kimiawi
Batuan Sedimen
1. Terbentuk dari Sedimen (produk iklim)
2. Sekitar 75% dari batuan terdapat dipermukaan benua
3. Digunakan untuk merekonstruksi banyak sejarah bumi
a. Petunjuk lingkungan lampau
b. Menyediakan informasi mengenai perpindahan sedimen
c. Batuan seringkali berisi fosil
d. Kepentingan Ekonomis
2. Batupasir
a. Keduanya terdiri atas partikel-partikel lebih besar dari 2 mm dari garis tengah
b. Konglomerat: sedimen asli =kerikil-kerikil yang dibulatkan
c. Breksia :sedimen asli =kerikil-kerikil bersudut
A. SAMPLING PLAN
1. Infill core sampling
a. Perencanaan pengambilan core sample di daerah prioritas tambang dengan acuan infill drilling plan.
b. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan strategi dan support studi kualitas.
c. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan kondisi batubara yaitu :
c.1. Batubara segar
c.2. Batubara lapuk karena pengaruh oksidasi
c.3. Batubara terbakar
c.4. Batubara diwashout
c.5. Batubara dengan perbedaan kualitas yang tinggi
c.6. Keseragaman kualitas batubara
c.7. Split
c.8. Unsplit
c.9. Perlapisan selang-seling
c.10. dll.
d. Perencanaan pengambambilan sampling dengan mempertimbangkan tingkat keberhasilan
penyamplingan. Seperti pada daerah washout dan outcrop, atau daerah batu bara teroksidasi
dimana tingkat penyamplingan dengan metoda core sampling sering mengalami kegagalan. Hal ini
bisa diganti dengan metode test pit, chips sample, channel sampling, dll.
e. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan faktor biaya berlebihan. Dengan metode
yang benar jumlah titik penyamplingan dan faktor kegagalan penyamplingan dapat dikurangi.
f. Daerah yang terwakili (dengan mempertimbangkan faktor daerah pengaruh maka metode sampling
bisa diterapkan sesedikit mungkin penyamplingan dengan daerah pengaruh yang maksimal).
g. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan data yang dibutuhkan (variasi data yang
dibutuhkan meliputi data ketebalan, data kualitas, data struktur, dll).
h. Perencanaan penyamplingan dengan mempertimbangkan detail kualitas (untuk perencanaan
kualitas komposit).
2. Pit Sampling
Sampling Pit dilakukan untuk studi kualitas secara khusus di daerah tambang yaitu :
a. Untuk mengetahui kualitas dari batubara kotor atau batubara oksidasi tinggi, yang pada saat
penambangan ditinggalkan karena kualitasnya tidak memenuhi standard atau tidak diketahui.
Hasil analisa sampling akan merekomendasi apakah layak dipakai untuk permintaan produksi
kualitas rendah, untuk blending, perencanaan pencucian atau tidak akan diproduksi karena
kualitasnya sangat rendah.
b. Untuk mempelajari delution source (sumber delusi yang mengakibatkan penurunan kualitas dan
kenaikan ash).
c. Untuk mengetahui keadaan seam-seam minor yang berada dilokasi penambangan seam-seam
utama, yang karena faktor ketebalan dan harga kualitasnya dapat diproduksi secara
menguntungkan.
Prosedur Kerja :
1. Diskripsi urutan litologi dan kondisi batubara yang meliputi top batubara, bottom batubara, jenis
batubara, tebal perlapisannya, material kandungannya, litologi ikutan dan strukturnya.
2. Lakukan penyamplingan didaerah target dengan ukuran 10 cm x 10 cm x ketebalan.
3. Pengambilan sample dikerjakan dari top sampai bottom lapisan batubara.
4. Jika pada seam batubara yang disampling terdapat banyak ply, maka setiap ply harus
ditempatkan terpisah.
5. Sample dijaga jangan sampai berkurang dan harus mewakili keseluruhan dimensi yang
diambil.
6. Siapkan tempat penampungan batubara, dan masukan sample dalam plastik sample yang
baik.
7. Peralatan untuk mengambil sample tergantung kondisi perlapisan batubara, jika batubara
lapuk dengan linggis pipih, tetapi jika batubara keras diperlukan cut quick dan alat bantu lainnya.
8. Setelah selesai penyamplingan, bereskan perlengkapan dan pastikan lingkungan
penyamplingan tetap aman dan bersih.
B. CORE SAMPLING
a. Siapkan lembar unreconciled log, tiket sample, meteran, gunting, palu, plastik sample, list of
core sample, lembar diskripsi dan kamera.
b. Periksa nama lubang bor dari core box yang akan disampling, jika sudah benar periksa urutan susunan
core per meter didalam core box.
c. Buka tutup core dengan hati-hati supaya core tidak rusak.
d. Tentukan dan tandai batas top dan bottom batubara.
e. Lakukan pengukuran ketebalan batubara dan bandingkan dengan ketebalan dari unreconciled data.
f. Setelah sesuai, tandai top dan bottom batubara, serta tandai nomor bore hole dan kedalaman batubara
kemudian lakukan pemotretan.
g. Lakukan diskripsi core batubara secara detail, mulai dari top sampai bottom dilanjutkan diskripsi litologi
diatas dan dibawah lapisan batubara.
h. Parting/split dalam lapisan batubara diperlakukan sbb :
h.1. Parting/split dengan tebal kurang atau sama dengan 5 cm, tidak dipisahkan dan disatukan dengan
penyamplingan batubara.
h.2. Parting/split dengan tebal lebih 5 cm, dipisahkan dan lapisan batubara dibawah dan diatas parting
disampling secara terpisah.
i. Masukkan sample batubara, sample roof dan sample floor ditempat/kantung plastik yang berbeda.
j. Berikan sample code untuk coal sample, roof sample, parting sample (jika ada) dan floor sample.
k. Berikan tiket sample untuk coal sample, roof sample dan floor sample.
l. Input sample data dalam list of sampling dan input data diskripsi core dalam ample description
worksheet.
m. Persiapkan sample yang akan dianalisa.
n. Bereskan segala peralatan dan bersihkan kembali tempat penyamplingan.
a. Prosedur penyamplingan development core secara umum sama dengan prosedur penyamplingan infill
core.
b. Perbedaannya, core development disampling lebih detail sehingga memungkinkan untuk dilakukan
pemisahan berdasarkan kenampakan fisik batubara atau setiap 1 meter tebal batubara (setiap ply)
disampling terpisah.
c. Parting > 5 cm dan < 10 cm dipisahkan sebagai ply tersendiri.
d. Penomoran dilakukan berurutan dari bagian atas ke bagian bawah dengan melanjutkan penomoran
sebelumnya. Contoh nomor sample core C0001054.
Pekerjaan yang dilakukan adalah pemberian sample code dan persiapan untuk pengiriman.
C. PENGIRIMAN SAMPLE
1. Pastikan/check sample yang akan dikirim dan tulis dalam order sample (rangkap 3).
2. Tentukan jenis analisa yang diinginkan.
3. Lakukan pengecekan apakah order sample benar dan jelas.
4. Mintakan persetujuan kepada yang bertanggungjawab.
5. Serahkan sample dan dokumen sample ke bagian Laboratorium PTIM.
6. Input data pengiriman untuk laporan.
D. KUALITAS PIT
Kualitas pit adalah kualitas rata-rata dari keseluruhan data kualitas lubang bor yang ada di pit.
Perhitungan kualitas pit dilakukan dengan metode perhitungan komposit dari semua kualitas titik bor yang
ada.
gp = quality of pit
th = thickness
rd = densitas
Hasil perhitungan kualitas pit sangat tergantung dari kebenaran data kualitas bor. Sehingga perlu
dilakukan pengecekan terhadap data kualitas setiap lubang yaitu dengan jalan :
1. Check hasil analisa laboratorium dan cocokkan dengan data sampling berkenaan dengan : nomor bor,
thickness dan seam target.
2. Lakukan perhitungan komposit tiap lubang bor, jika ada dua atau lebih seam atau ply batubara.
3. Check data posisi setiap sample
4. Check input data ke quality work-sheet.
5. Tentukan untuk perhitungan komposit dan pastikan kebenaran rumus untuk perhitungan komposit (di
komputer).
6. Check kembali data composit of pit.
Kualitas pit dianalisa dan dihitung kembali setelah dilakukan proses penambangan (dilakukan setiap
bulan sebelum cutting plan yang baru di buat).
2. Kemilau
a. Muncul dari mineral yang memantulkan cahaya.
b. Dua kategori dasar
* Mengandung logam
* Tidak mengandung logam
* Seperti kaca, halus, tidak mengkilap, atau berbau tanah.
3. Warna
a. Dapat dilihat
b. Variabel yang tinggi dalam mineral disebabkan oleh sedikit perubahan kimia.
4. Lapisan
a. Warna mineral dalam bentuk bubuknya.
b. Berguna dalam membedakan bentuk yang berbeda dari mineral yang sama
5. Kekerasan
6. Pecahan
a. Kecenderungan untuk pecah sepanjang bidang yang ikatannya lemah.
b. Menghasilkan permukaan yang rata dan berkilau.
c. Diuraikan sebagai hasil dari:
* Jumlah bidang
* Sudut antara
* Angles between bidang yang berdekatan
Bidang pecahan diulangi, seperti rangkaian langkah-langkah.
Agen Metamorphosis
1. Panas
a. Agen yang paling penting
b. Hasil rekristalisasi baru, mineral stabil
c. Dua sumber panas
* Hubungan metamorphosis – panas dari magma
* Peningkatan dalam temperatur dengan kedalaman sebenarnya pada lereng geotermal
2. Tekanan
a. Peningkatan kedalaman
b. Membatasi tekanan – menerapkan kekuatan yang sama pada semua arah
c. Tekanan yang berbeda - tekanan yang berbeda dalam arah yang berbeda
4. Induk batuan
a. Komposisi dari metamorphosis batuan yang terbentuk tergantung pada induk batuan
b. Mineralogi induk batuan juga menentukan kadar pada masing-masing agen metamorphosis akan
menyebabkan perubahan
Tekstur Metamorphosis
1. Tekstur Foliated
a. Mineral berada parallel sejajar
b. Mineral tegak lurus dengan kekuatan kompresional
Contoh
a. Pensejajaran paralel dari platy dan/atau mineral-mineral yang diperpanjang
b. Pensejajaran paralel bulir-bulir dan kerikil-kerikil mineral yang diratakan
c. Compositional banding
d. Belahan slaty di mana batuan dapat dengan mudah dipecah jadi helai-helai tipis, bentuk tabel
Formasi
a. Rotasi platy dan/atau mineral-mineral yang diperpanjang
b. Penghabluran kembali mineral-mineral di dalam arah kiblat tersuka
c. Mengubah biji-biji equidimensional ke dalam bentuk-bentuk yang diperpanjang yang dibariskan
Tekstur Foliated
Contoh
a. Slatey – permukaan-permukaan planar spaced lekat sepanjang batuan yang dipisah
b. Schistosic –mineral-mineral platy yang dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan dan memperlihatkan
suatu planar atau struktur
c. Gneissic – segragasi cahaya dan mineral-mineral gelap ke dalam pita-pita
2. Tekstur Nonfoliated
a. Berisi kristal berdimensi sama
b. Menyerupai suatu batuan beku gunung berapi yang berbutir kasar
c. Kelainan bentuk minimal
b. Phyllite
* Mineral-mineral platy tidak cukup besar untuk diidentifikasi dengan mata telanjang
* Mengkilap dan permukaan-permukaan berombak/keriting
* Tekstur: Foliated / slatey
* Kadar metamorphosis: rendah, antara slate dan schist
* Batuan induk: slate
c. Schist
d. Gneiss
* Alat perantara kepada yang berbutir kasar
* Tampilan berlapis
* Tekstur: Foliated / gneissic
* Kadar metamorphosis: tinggi
* Batuan Induk : Batuan granitic, namun juga schists dan batuan vulkano
Siklus Batuan
Batuan Gunung Berapi
Siklus penuh tidak selalu terjadi sehubungan dengan “jalan pintas” atau interupsi.
misalnya, peleburan batuan sedimen.
a. Batuan gunung berapi adalah metamorfosis.
b. Batuan sedimen dapat rusak.
c. Batuan metamorfisis dapat rusak.
Magma
Ciri-ciri magma
Mengandung tiga komponen:
1. Bagian cairan, disebut lelehan, yang disusun dari ion-ion aktif.
2. Padatan, jika ada, adalah mineral silikat yang telah dikristalisasi dari lelehan.
3. Uap, yang merupakan gas yang dihasilkan oleh lelehan, termasuk uap air, (H2O),
Karbon dioksida (CO2), and Sulfur dioksida (SO2)
Kristalisasi magma
1. Ion-ion disusun dalam pola yang teratur.
a. Ukuran kristal ditentukan oleh kecepatan pendingingan.
* Pendinginan lambat = kristal besar
* Pendinginan cepat = kristal mikroskopik
* Pendinginan sangat cepat = kaca
b. Mineral silikat dihasilkan dari bentuk kristalisasi dalam keteraturan yang dapat
diperkirakan.
a. Pendinginan lambat
b. Kristal dapat dikenali tanpa mikroskop.
c. Secara khusus terjadi pada intrusif / batuan plutonic
3. Tekstur Porphyritic
a. Mineral terbentuk pada suhu yang berbeda sesuai dengan perbedaan kecepatan.
b. Kristal besar, disebut phenocrysts, ditempelkan pada matriks atau kristal yang lebih
kecil disebut groundmass
4. Tekstur mengkilap
a. Pembekuan yang sangat cepat dari peleburan batu.
b. Menghasilkan batuan yang disebut obsidian
Indonesia mempunyai cadangan bijih tembaga (Cu) yang sangat besar, sebagian
besar dalam cadangan porphyry dengan kadar Cu dalam bijih beragam antara 0,1-
2%. Di samping Cu, biasanya bijih berasosisasi dengan logam lain seperti emas
(Au), Perak (Ag) dan logam jarang seperti Palladium (Pd), Selenium (Se) dan lain-
lain. Beberapa jenis bijih Cu yang ada adalah Bornite (Cu5FeS4), Calcopyrite
(CuFeS2), Covellite (CuS) dengan beberapa pengotor seperti Pyrite (FeS2), Magnetite
(Fe3O4), Hematite (Fe2O3), ataupun Quartz (SiO2). Disebabkan kebanyakan mineral
sulfida maka akan lebih efektif jika proses awal yang dilakukan adalah
“Pengkonsentrasian” dengan menggunakan proses flotasi serta Gravity jika
memang dalam bijih banyak emas (Au) dalam bentuk Native.
Process flotasi secara umum tidak begitu sulit, seperti pada tulisan sebelumnya
flotasi CuS tidak jauh berbeda dengan PbS dan ZnS. Intinya adalah sama-sama
mineral sulfide, yang bisa diambil dengan reagent Xanthate. Reagent lain bisa
digunakan untuk mengambil bijih tembaga secara khusus, sebagai contoh Merkapto
Benzo Tyazone (MBT) yang efektif untuk mengambil Bornite dan Calcopyrite. Secara
umum proses flotasi untuk bijih tembaga adalah sebagai berikut:
Konsentrat yang dihasilkan biasanya berkadar Cu 20-30% tergantung dari bijih dan
proses flotasinya sedangkan ikutannya untuk Emas sekitar 10-30 gpt dan Perak
sekitar 30-70 gpt tergantung kadar logam tersebut dalam bijih. Namun yang bisa
dipastikan untuk bijih dengan kadar bijih >0,5 % maka recovery Cu bisa 85-90%
sedangkan Emas dan Perak hanya mengikuti saja sekitar 75% dan 65%, semakin
tinggi recovery Cu maka semakin tinggi juga recovery Au dan Ag.
Tentu saja bukan hanya itu reaksi yang terjadi, banyak mineral lain yang bereaksi
namun intinya tetap sama. Jika dilihat dari reaksi yang kemungkinan tejadi, maka
sesungguhnya tidak ada yang terbuang dari proses peleburan konsentrat tembaga
ini. Gas yang dihasilkan bisa ditangkap untuk dijadikan asam sulfat (H 2SO4) untuk
dijual ke Pabrik Pupuk, Slag yang dihasilkan bisa dijadikan campuran semen dan
dijual ke Pabrik Semen, Energi yang dihasilkan dari reaksi exotherm ini digunakan
untuk PLTU guna memenuhi kebutuhan proses lebih lanjut. Sungguh tepat PT.
Smelting didirikan di Gresik, dekat dengan PT. Petrokimia dan PT. Semen Gresik.
Selain semua itu, masih juga dihasilkan Anode Slime yang mempunyai kandungan
Au, Ag dan logam jarang dengan kadar yang cukup tinggi. Jadi perbedaan teknologi
yang ada adalah mengenai efisiensi yang dihasilkan saja.
Copper Anode yang dihasilkan masih harus dilakukan electrorefining agar Tembaga
yang dihasilkan menjadi murni. Proses electrorefining mirip dengan electrolisa
hanya saja menjadikan logam campuran sebagai Anoda dan didapatkan logam
murni di Katoda, sehingga setelah dilakukan electrorefining dan peleburan lanjut
didapatkan Copper Cathode. Sedangkan sisa yang ada di anoda disebut dengan
“Anode Slime”.
Sampai saat ini belum ada pengolahan Anode Slime di Indonesia dengan Recovery
>99,2% sehingga anode slime yang dihasilkan oleh PT. Smelting pun saat ini masih
dimurnikan (dijual) ke luar negeri. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk
mengambil Au, Ag dan logam jarang yaitu jalur hidrometalurgi dan jalur paduan
piro-hidrometalurgi. Mudah-mudahan ke depan Indonesia mempunyai dan bisa
mengolah dari bijih hingga dihasilkan logam murni baik Cu, Au, Ag, Pd, Se dll.
Masalah yang ada bukanlah masalah teknologi karena banyak orang Indonesia yang
pandai dan sudah berpengalaman. Masalah terbesar adalah kekuatan pendanaan
serta kekuatan kemauan dan politik.
Extraction Process For Pb and Zn from Galena (PbS) and Sphalerite (ZnS) Ores
Froth Flotation is Physical Chemistry methode to separate achieve mineral and impurities by use
the mineral interface difference. The mineral that is very easy to absord the water is called by
Hydrofillic, and the other is Hydrofobic. The Hydrofillic particles will be in the pulp, and the
others will be at the air bulb and flow to the atmospheric surface. Usually, we use the reagents to
make the interface particles become hydrofillic or hydrofobic. The reagents that we use in
flotation are: collector, frother and modifier such as activator, pH regulator, depresant dan
dispersant.
Figure 1. Scheme of froth flotation in Denver Flotation Cell
2. Frother
When the surface of the specific solid particle become hydrophobic, that particle must converge
with the air bulb from aeration. But the problem is the air bulb will be broke by hit with solid
particle, cell, and the other air bulb. So, to make the air bulb become the stable bulb, we must
add frother to the pulp. Frother is the reagent that can decrease the surface tension of the bulb
hence the bulb is stable. The Effective Frother usually content minimum 5 atoms of carbon in the
main molecule.
In Froth flotation for galena and spalerite, the reagents that be used :
1. Xanthate as collector
2. Pine Oil as frother
3. CaO as pH Modifier
4. CuSO4 as Activator for Pb
5. ZnSO4 as Activator for Zn
Generally, Flotation process for PbS and ZnS on industry scale is done continuously. Flowsheet
of the process can be seen in figure 2.
S + O2 = SO2
SO2 + 1/2 O2 + H2O = H2SO4
Sulfur can be processed to the other product too, for example: fertilize, soap, medicine etc.
After concentration be done, then extraction process for Pb and Zn from the concentrates. We
can used pyro ore hydro route, but we will discuss about pyrometallurgy route. Generally, in
pyrometallurgy route, the concentrate converted to pellet. The aim of this process is avoid many
dust in roasting and smelting process.
Figure 3. Extraction process flowsheet of Zn and Pb from consentrate ZnS
The same process is also done for concentrate PbS and mix PbS-ZnS. The dominant reactions of
roasting and smelting process are :
Actually the metals that more achieve such as Cadmium (Cd), Antimony, Bismut etc that we say
as impurities can be extract in this process with a little additional treatment.
Extraction process of Pb and Zn from their ore is not availabe yet in Indonesia. But may be in the
next year will be build by PT. Dairy Prima Mineral (One of Antam’s subsidiary at North
Sumatra). One of the established process in China is Zhongjin Lingnan Nonfemet Co. Ltd
Faktor/Variabel yg dimaksud :
- Cadangan Endapan Bahan Galian (ore reserves)
- Tingkat Produksi (Mining rates)
- Pendapatan (Revenues)
- Biaya-biaya (Cost)
- Keuntungan (Expected returns)
- Resiko terkait (Associated risks)
Study kelayakan :
Proses pemeriksaan utk menilai kelayakan teknik dan ekonomi suatu proyek Tambang.
Berdasarkan kuantitas dan kualitas data yg digunakan study kelayakan dikelompokan
sbg:
A. Study Kelayakan Awal
1. Diskripsi proyek : letak geografi, jalan msk, iklim, sejarah proyek, bentuk kontrak,
jadwal pengembangan tambang dan fasilitas pengolahan.
2. Geologi : Geo Regional, Diskripsi rinci wilayah proyek, perhitungan awal cadangan,
rencana utk melakukan evaluasi rinci.
3. Tambang : geometri endapan bahan galian, usulan rencana penambangan
4. Pengolahan : Diskripsi secara teknik utk fasilitas penambangan.
5. Kebutuhan Operasi lainnya : energi yg tersedia, air, suku cadang dll.
6.Transportasi : diskripsi fasilitas pengangkutan tambahan yg diperlukan. (jalan,
lapangan terbang, jembatan, rel)
7. Kota dan Fasilitas terkait : perumahan, sekolah, rumah sakit, kantor.
8. Kebutuhan Tenaga Kerja : perkiraan jumlah tenaga kerja yg diperlukan berdsrkan
kualifikasinya (skill) dan kemungkinan tersedianya pekerja setempat.
9. Perlindungan Ling : rencana untuk mengurangi/ meminimalkan kerusakan
lingkungan, deskripsi mengenai peraturan ttg lingkungan yg terkait.
10. Aspek Hukum : Undang-undang pertambangan, perpajakan, peraturan penanaman
modal, resiko polotik.
11. Analisis Ekonomi : estimasi utk peralatan dan pabrik, tenaga kerja, infrastruktur, bhn
baku, analisis psr termsk produksi, konsumsi dan formasi harga utk min terkait,
perkiraanpendapatan berdasar produksi yg diharapkan dan harga minimal, analisis arus
uang tunai ( cash flow) dan nilai sekarang, analisis kepekaan.
Pelaku : studi kelayakan awal dpt dibuat oleh seorang ahli teknik (economic geologist /
mining engineer).
Kualifikasi Pelaku :
- Rasional, yakni mampu menimbang scr cermat semua komponen dan menarik
kesimpulan logis dgn tetap menunjukan akurasi dr fakta yg ditangani.
- Jujur, memiliki integritas dan terus terang.
- Memahami prinsip-prinsip geologi dan mampu menerapkan pd kondisi local.
- Menguasai teori dan praktek sampling
- Memiliki pengetahuan ttg metoda pertambangan dan biaya yg ditimbulkannya.
- Memahami proses pengolahan
- Mampu utk menghitung biaya produksi dan memperkirakan keuntungan yg
diharapkan.
- Memahami prinsip-prinsip ekonomi dan kondisi perdagangan berikut dampaknya dlm
industri pertambangan
- Memahami prinsip nilai uang berdasarkan waktu.
Engineering Economy