Professional Documents
Culture Documents
apakah syarat-syarat pemekeran desa dan bagaimana untuk menyusun struktural perangkat
dalam persiapan pemerkaran desa dan bagaimana cara pemanfaatan aset atau pendapatan
desa
• 6 bulan lalu
Tatacara Pembentukan Desa ....>> diatur dalam Permendagri No.28 tahun 2008
tentang PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN
PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
Selanjutnya Pasal 4 dijelaskan bahwa Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat
dengan memperhatikan asal usul desa, adat istiadat dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat. Pembentukan desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan setelah mencapai usia penyelenggaraan pemerintahan desa
paling sedikit 5 (lima) tahun.
Pasal 5
Tatacara Pembentukan Desa adalah sebagai berikut:
a.Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat antuk membentuk desa;
b.Masyarakat mengajukan usul pembentukan desa kepada BPD dan Kepala
Desa;
c.BPD mengadakan rapat bersama Kepala Desa untuk membahas usul
masyarakat tentang pembentukan desa, dan kesepakatan rapat dituangkan
dalam Berita Acara Hasil Rapat BPD tentang Pembentukan Desa;
d.Kepala Desa mengajukan usul pembentukan Desa kepada Bupati/Walikota
melalui Camat, disertai Berita Acara Hasil Rapat BPD dan rencana wilayah
administrasi desa yang akan dibentuk;
e.Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Desa, Bupati/Walikota
menugaskan Tim Kabupaten/Kota bersama Tim Kecamatan untuk melakukan
observasi ke Desa yang akan dibentuk, yang hasilnya menjadi bahan
rekomendasi kepada Bupati/Walikota;
f.Bila rekomendasi Tim Observasi menyatakan layak dibentuk desa baru, Bupati/
Walikota menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa;
g.Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan desa
sebagaimana dimaksud pada huruf f, harus melibatkan pemerintah desa, BPD,
dan unsur masyarakat desa, agar dapat ditetapkan secara tepat batas-batas
wilayah desa yang akan dibentuk;
h.Bupati/Walikota mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Desa hasil pembahasan pemerintah desa, BPD, dan unsur
masyarakat desa kepada DPRD dalam forum rapat Paripurna DPRD;
i.DPRD bersama Bupati/Walikota melakukan pembahasan atas Rancangan
Peraturan Daerah tentang pembentukan desa, dan bila diperlukan dapat
mengikutsertakan Pemerintah Desa, BPD, dan unsur masyarakat desa;
j.Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa yang telah disetujui
bersama oleh DPRD dan Bupati/Walikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD
kepada Bupati/Walikota untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah;
k.Peryampaian Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa
sebagaimana dimaksud pada huruf j, disampaikan oleh Pimpinan DPRD paling
lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama;
1.Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa sebagai:ana
dimaksud pada huruf k, ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama; dan
m.Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Desa
yang telah ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud pada huruf
1, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut di dalam
Lembaran Daerah.
materi referensi:
PERMENDAGRI NO. 28 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN,
PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN
• 6 bulan lalu
Pendaftaran Penduduk WNI Tinggal
Sementara
Written by admin
Monday, 02 August 2010 23:57
A. Ketentuan Umum :
1. Penduduk Pendatang WNI Tinggal Sementara adalah setiap Warga Negara Republik
Indonesia yang berasal dari luar wilayah Kabupaten Klungkung dan bermaksud
bertempat tinggal sementara di Kabupaten Klungkung
2. Penjamin adalah penduduk/badan hukum/lembaga yang berkedudukan di wilayah
Kabupaten Klungkung yang bersedia menjamin keberadaan penduduk pendatang
3. Kartu Identitas Penduduk Sementara ( KIPS ) adalah dokumen kependudukan sebagai
bukti diri yang sah diberikan kepada penduduk pendatang tinggal sementara yang
beridentitas penduduk luar Propinsi Bali
4. KIPS berlaku selama 3 ( tiga ) bulan dan dapat diperpanjang satu kali
5. Surat Tanda Pendaftaran Penduduk Tinggal Sementara ( STPPTS ) adalah dokumen
kependudukan sebagai bukti diri yang sah diberikan kepada penduduk tinggal
sementara yang beridentitas penduduk Propinsi Bali
6. STPPTS berlaku selama 6 ( enam ) bulan dan dapat diperpanjang satu kali
7. Tamu adalah setiap orang baik WNI maupun WNA yang melakukan perjalanan
singkat ke daerah, bukan untuk bertempat tinggal tetap yang lamanya tidak lebih dari
30 ( tiga puluh ) hari
8. Penduduk Sirkuler adalah penduduk yang melakukan perjalanan pulang pergi dari
tempat tinggalnya tidak lebih dari 24 ( dua puluh empat ) jam
9. Tamu dan Penduduk Sirkuler tidak termasuk kategori penduduk pendatang
B. Persyaratan Pendaftaran Penduduk Pendatang Tinggal Sementara :
1. KTP asli dari daerah asal
2. Surat Keterangan Bepergian dari Kepala Desa/Kelurahan daerah asal
3. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari POLRI daerah asal
4. Memiliki Penjamin yang dinyatakan dengan Surat Pernyataan Sebagai Penjamin
5. Surat Rekomendasi dari Klian Banjar/Bendesa Adat/Pakraman di daerah tujuan
6. Surat Pengantar dari Kepala DusunLingkungan di daerah tujuan
7. Foto copy Akta Kelahiran
8. Membayar biaya administrasi dalam rangka penerbitan KIPS/STPPTS sesuai dengan
Kesepakatan Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota se Bali Nomor 153 Tahun 2003
tentang Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di Provinsi Bali.
C. Persyaratan Penjamin :
1. Penduduk tetap desa/kelurahan dimana penduduk pendatang yang bersangkutan
didaftarkan dengan bukti KTP yang masih berlaku
2. Memahami dan mematuhi ketentuan administrasi kependudukan
D. Kewajiban Penduduk Pendatang Tinggal Sementara :
1. Memenuhi segala ketentuan dan persyaratan pendaftaran penduduk pendatang yang
telah ditetapkan
2. Mentaati segala ketentuan sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku
3. Menghormati aturan yang menyangkut sukerta tata parhyangan, pawongan dan
palemahan yang berlaku di Banjar/Desa Adat/Pakraman setempat
4. Melaksanakan swadharmaning tamiu yang diatur dalam Awig – awig atau Pararem
Banjar/Desa Adat/Pakraman setempat.
E. Kewajiban Penjamin :
1. Melaporkan kedatangan penduduk pendatang yang dijamin selambat – lambatnya 2 x
24 jam kepada Kepala Desa/Kelurahan melalui Kepala Dusun/Lingkungan setempat
2. Bertanggung jawab atas segala perbuatan penduduk pendatang yang dijamin kepada
yang berwajib, apabila penduduk pendatang tersebut melanggar ketentuan yang
berlaku
3. Bertanggung jawab atas kelengkapan administrasi penduduk pendatang yang dijamin
dan mengembalikan ke daerah asal apabila masa berlaku KIPS atau STPPTS nya
sudah habis
4. Melaporkan kepada Kepala Desa/Kelurahan melalui Kepala Dusun/Lingkungan
setempat tentang mutasi atau perpindahan penduduk pendatang yang dijaminnya ke
daerah lain, selambat – lambatnya 2 hari kerja sebelum mutasi atau perpindahan
penduduk pendatang yang bersangkutan.
F. Biaya Administrasi Pendaftaran Penduduk Pendatang Tinggal Sementara :
1. Biaya Administrasi penerbitan KIPS/STPPTS sesuai dengan Kesepakatan Bersama
Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota se Bali Nomor 153 Tahun 2003 tentang
Pelaksanaan Tertib Administrasi Kependudukan di Provinsi Bali
2. Biaya selaku Krama Tamiu di Banjar/Desa Adat/Pakraman sesuai dengan Awig –
awig/Pararem Banjar/Desa Adat/Pakraman setempat
G. Prosedur Pendaftaran Penduduk Pendatang Tinggal Sementara :
1. Penduduk pendatang dan penjamin memenuhi kelengkapan administrasi yang telah
ditetapkan
2. Penduduk pendatang bersama penjamin melapor kedatangannya secara langsung
kepada Klian Banjar/Bendesa Adat/Pakraman setempat dengan menyerahkan
kelengkapan persyaratan administrasi yang telah ditetapkan untuk mohon rekomendasi
3. Penduduk pendatang bersama penjamin melapor kedatangannya secara langsung
kepada Kepala Dusun/Lingkungan setempat dengan menyerahkan kelengkapan
persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dengan dilampiri rekomendasi dari
Klian Banjar/Bendesa Adat/Pakraman untuk memohon surat pengantar
4. Penduduk pendatang bersama penjamin melapor kedatangannya secara langsung
kepada Kepala Desa/Kelurahan dengan menyerahkan kelengkapan persyaratan
administrasi yang telah ditetapkan dengan dilampiri rekomendasi dari Klian
Banjar/Bendesa Adat/Pakraman dan surat pengantar dari Kepala Dusun/Lingkungan
untuk memohon penerbitan Kartu Identitas Penduduk Sementara ( KIPS ) atau Surat
Tanda Pendaftaran Penduduk Tinggal Sementara ( STPPTS )
H. Tugas dan Kewajiban Aparat Lembaga Adat dan Dinas dalam Pendaftaran
Penduduk Pendatang Tinggal Sementara :
1. Klian Banjar/Bendesa Adat/Pakraman
• Memeriksa kelengkapan dan keabsahan persyaratan administrasi pendaftaran
penduduk pendatang dan penjamin yang diserahkan secara langsung oleh penduduk
pendatang dan penjamin yang bersangkutan
• Menyerahkan formulir surat pernyataan sebagai penjamin kepada penjamin untuk di
tandatangani
• Memberikan penjelasan seperlunya mengenai swadharmaning krama tamiu di
Banjar/Desa Adat/Pakraman setempat
• Mencatat identitas penduduk pendatang ke dalam buku registrasi pendaftaran
penduduk pendatang
• Memungut biaya krama tamiu sesuai dengan Awig – awig/Pararem Banjar/Desa
Adat/Pakraman setempat
• Menerbitkan Surat Rekomendasi
2. Kepala Dusun/Lingkungan
• Memeriksa kelengkapan dan keabsahan persyaratan administrasi pendaftaran
penduduk pendatang dan penjamin serta rekomendasi dari Klian Banjar/Bendesa
Adat/Pakraman yang diserahkan secara langsung oleh penduduk pendatang dan
penjamin
• Memberikan penjelasan seperlunya mengenai hak dan tanggung jawab penduduk
pendatang dan penjamin dalam konteks kedinasan
• Mencatat identitas penduduk pendatang dan penjamin ke dalam buku registrasi
pendaftaran penduduk pendatang
• Menerbitkan Surat Pengantar permohonan KIPS/STPPTS
3. Kepala Desa/Kelurahan
• Menerima dan memeriksa kelengkapan dan keabsahan persyaratan administrasi
penduduk pendatang dengan dilampiri surat rekomendasi dari Klian Banjar/Bendesa
Adat/Pakraman dan Surat Pengantar dari Kepala Dusun/Lingkungan
• Mencatat identitas dan keberadaan penduduk pendatang dalam buku register penduduk
pendatang
• Memungut biaya administrasi penerbitan KIPS/STPPTS sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
• Menerbitkan KIPS/STPPTS
• Mengarsipkan berkas – berkas pendaftaran penduduk pendatang
• Melaporkan identitas dan keberadaan penduduk pendatang kepada kecamatan
4. Kecamatan
• Menerima dan meneliti berkas pelaporan dari Desa/Kelurahan
• Melakukan perekaman data
• Mengarsipkan berkas pelaporan
• Mengirim file perekaman data kepada Pmerintah Kabupaten
5. Pemerintah Kabupaten
• Menerima pengiriman data dari Kecamatan
• Memverifikasi dan memutahirkan data ke bank data.
TEMPO Interaktif, Jakarta -Komitmen untuk menjaga adat dan budaya Bali diwujudkan
Pemerintah Provinsi Bali dengan memberikan bantuan dana hingga Rp 8,9 milyar. Bantuan
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) itu tertuju pada
1.471 Desa dan masing-masing memperoleh Rp 55 juta.
Bantuan itu naik dari tahun lalu yang masing-masing hanya menerima Rp 50 juta. “Kita
harapkan benar-benar dapat membantu kegiatan adat istiadat masyarakat,” ujar Wakil
Gubernur Bali AA Ngurah Puspayoga, Senin (12/4). Misalnya untuk pemeliharaan pura,
upacara keagamaan serta perbaikan fasilitas desa.
Dia menyebut, desa adat adalah wadah berkumpul warga untuk mewujudkan nilai
kebersamaan ajaran “Salungkung Sebayang Taka “ atau kebersamaan di atas segala-galanya.
Tanpa adat, pembangunan Bali yang berdasarkan nilai-nilai budaya tidak aka nada artinya.
Kepala Dinas Kebudayaan Bali Ida Bagus Sedawa mengungkapkan, proses pencairan dana
untuk tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebab, pihak Desa Adat harus
mengajukan proposal kegiatan sebelum dapat mencairkan dananya. Hal itu terkait dengan
model pertanggungjawaban keuangan negara yang ditetapkan Menteri Keuangan.
Tahun lalu, ungkap Sedawa, bantuan Desa Adat itu sempat menjadi catatan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) karena diberikan tanpa prosedur pertanggungjawaban yang jelas.
Akibatnya, sejumlah Desa Adat kesulitan untuk memenuhi persyaratan administrasi setelah
dana dialokasikan. “Yang belum selesia urusan itu kita tunda dulu bantuan untuk tahun ini,”
ujarnya.
Salah-satu Bendesa atau pengurus Desa Adat Pekraman dari kabupaten Buleleng
menyebutkan, saat ini model pertanggungjawaban memang lebih rumit. “Tapi kita merasa
lebih nyaman karena petunjuknya jauh lebih jelas,” kata Made Rimbawa. Bantuan itu sendiri
sangat bermanfaat karena mengurangi beban desa adat khususnya dengan berbagai upacara
adat.
Media ini dibuat untuk menampung segala saran dan kritik Anda, manfaatkan kesempatan ini
untuk kemajuan kota Denpasar.
PENGIRIM : diyael
TANGGAL : 3 Februari 2010
SARAN : Mohon info syarat nikah di Kantor Capil Bali
Dengan Hormat,
Bersama ini kami mohon informasinya bagaimana caranya bagi kami warga negara
indonesia yang tinggal di Luar negri untuk dapat menikah di Bali ? Krn kami sudah tidak
ada KTP asal, hanya ada KK, paspor & surat keterangan dari consulat RI di negara kami
tinggal, surat menikah dari gereja di Indonesia. Dan sekiranya Bp/ Ibu dapat memberitahu
kepada kami dimana kami dapat menghubungi kantor Capil di Kota Denpasar.
Demikian pertanyaan ini kami sampaikan, besar harapan kami Bp/ Ibu dapat membantu
kami & Kami ucapkan terima kasih atas segala bantuan & informasinya.
Hormat kami,
Diyael.
TANGGAPAN DARI :
Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Denpasar
http://kependudukan.denpasarkota.go.id
Saudara Diyael,
jika saudara sudah memiliki surat menikah dari gereja di Indonesia, maka saudara cukup
mencatatkan pernikahan saudara di Catatan Sipil setempat. jika saudara belum memiliki
surat menikah dari gereja di Indonesia, maka saudara silahkan menikah dahulu di Gereja,
dengan identitas paspor & surat keterangan dari consulat RI di negara saudara tinggal.
saudara bisa menghubungi Dinas Kependudukan & Catatan Sipil Kota Denpasar, Jl.
Surapati no. 4 - Denpasar, Telp (0361) 237501.
terima kasih.
5 Okt 2003
Bulan yll. saya sudah pernah membahas mengenai cuntaka, dan sudah
dimuat di Raditya No. 74 September 2003 halaman 87-88, harap dibuka-
buka lagi. Untuk orang yang meninggal dunia penjelasannya lebih
lengkap, mengacu pada Lontar Catur Cuntaka, dan Kesatuan Tafsir
Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu sebagai berikut:
1. Bila sudah lama meninggal (lebih dari 42 hari sejak dikubur), lalu akan dibuatkan
upacara Pitra Yadnya, maka cuntaka mulai sejak upacara Mejauman, sampai
Ngaben. Setelah Ngaben, cuntaka segera berakhir jika sudah ada upacara mecaru di
rumah, mabeyakala dan maprayascita bagi seluruh keluarga yang ngaben, sehingga
ketika melanjutkan pada upacara Nyekah, Mepaingkup dan Meajar-ajar, sudah
tidak cuntaka lagi.
2. Untuk jenazah baru yang di kuburkan, cuntaka dimulai sejak wafatnya keluarga itu
(paling jauh sampai mindon) sampai tiga hari setelah dikuburkan. Namun ada juga
yang memakai "tradisi" gugon tuwon membebaskan cuntaka lebih dari tiga hari
setelah di kubur, misalnya 7 hari, 42 hari dst.
3. Untuk jenazah baru yang dibuatkan upacara "Makingsan ring Gni" cuntaka dimulai
sejak wafatnya keluarga itu (paling jauh sampai mindon) sampai selesai
pembakaran di setra dan nganyut ke segara, dengan syarat di rumah duka mecaru
dan semua keluarga mabeakala dan maprayascita.
4. Untuk jenazah baru yang dibuatkan upacara "Pitra Yadnya", cuntaka
dimulai sejak wafatnya keluarga itu (paling jauh sampai mindon) sampai
selesai upacara Ngaben, dengan syarat di rumah duka ada upacara
mecaru dan semua keluarga mabeakala dan maprayascita.
Jero Mangku dan semua orang yang sudah Mawinten jika memegang jenazah, nyumbah
jenazah, atau "kaungkulin" Tirta Pengentas, maka Pawintenannya harus diulang kembali,
dengan istilah di Bali disebut "Masepuh" tidak cukup dengan mabeakala, maprayascita,
apalagi hanya me-banyuawangan saja.
Sekarang bagaimana halnya kalau yang meninggal itu kakak/ ayah/ ibu/ kakek/ nenek dari
mereka yang mawinten, apakah juga yang mawinten tidak boleh nyumbah atau memegang
(apalagi memandikan) jenazahnya? Jawabannya tegas: TIDAK BOLEH. Karena Jero
Mangku sudah menjadi TAPAKAN WIDHI.
Apakah ia tidak berdosa atau kurang bhakti kepada yang lebih tua? Jawabannya: TIDAK,
karena:
1. Sebelum dia mawinten dia harus "Nyumbah" dahulu semua kakak/ ayah/ ibu/
kakek/ nenek/ dll. Jadi ketika mereka meninggal dunia, Jero Mangku sudah tidak
berhutang sumbah.
2. Ada jalan lain jika yang nomor 1 belum dilaksanakan, yaitu "mesatia rambut" di
mana Jero Mangku menggunduli seluruh rambut kepalanya jadi plontos
("amundi"). Rambut itu di bungkus dengan kain putih, diberikan "kwangen"
dengan uang 11 kepeng, lalu di letakkan di dada jenazah, ketika selesai "nyiramang
layon" (memandikan jenazah). Rambut itu terus di"lelet" (bungkus) bersama
jenazah, menyatu.
Upacara pensucian keluarga untuk kasus jenazah yang ditanam di kuburan seperti yang
dikemukakan di atas, dengan mecaru, mabeakala, maprayascita adalah tiga hari setelah di
kubur. Sekali lagi tidak cukup hanya dengan ma-banyuawangan saja.
Mebanyuawangan itu hanya bagi orang lain (pelayat) yang bukan keluarga (sampai
mindon) dilakukan segera setelah pulang melayat. Jika jenazahnya bermalam tujuh hari
(misalnya) dan setiap hari anda (bukan keluarga) ngeleyat maka setiap hari pulang dari
ngelayat anda harus mebanyuawangan. "Banyu" artinya air, dan "awang" artinya
pengentas kesucian. Jadi Banyuawang adalah tirta yang diperoleh dari air kelapa gading
muda (klungah) diisi dengan tepung tawar: semacam banten kecil terdiri dari unsur-unsur:
arang jaja uli, beras putih, beras merah, daun dapdap diiris-iris, kemudian ada "lis" dari
"jejahitan" daun kelapa muda.
"Mindon" artinya anak-anak dari Bapak/ Ibu yang "memisan" (bersepupu). Jadi kalau
Bapak/ Ibunya bersepupu dengan Bapak/ Ibu lain, maka anak-anaknya ini namanya
"mindon". Itulah batasan cuntaka dalam lingkup keluarga. Namun walaupun ia sudah lebih
dari memindon jika ia turut aktif dalam upacara kematian maka dia terkena cuntaka.
Sebaliknya jika ia lebih dari hubungan mindon dengan "sang lina" (almarhum), karena
tempatnya jauh, tidak sempat pulang/ ketemu, walaupun "tunggal dadia" (ada dalam satu
kekerabatan Sanggah Pamerajan), maka dia TIDAK terkena cuntaka.
Apa sudah jelas? Atau malah makin bingung? Nah jika makin bingung tanya lagi, atau
baca lagi berkali-kali. Jangan putus asa atau mundur. Makin banyak kita belajar rasanya
makin bodoh. Logikanya makin banyak kita belajar, baru kita tahu bahwa Ilmu itu begitu
luasnya, sedangkan yang kita kuasai ibarat sebutir pasir dari samudra. Itulah Weda.
Wejangan Nabe saya, andaikan anda reinkarnasi ke dunia sampai 20 kali, dan setiap kali
reinkarnasi anda belajar Weda dengan tekun, belum tentu anda bisa menguasai Weda
seluruhnya dengan sempurna, karena Weda itu ibarat mutiara yang terlepas dari
untaiannya, kita harus mencari, mencari, mencari, mencari terus, jangan berhenti belajar
selama hayat dikandung badan.
Om Santi, Santi, Santi, Om....
Top of Form
Cari ibd
Mencari Kata
Bottom of Form
16
Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa
Nawa Sandhi