You are on page 1of 115

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2005
PADA
KABUPATEN BANYUMAS
DI
BANYUMAS

Nomor : 212/R/XIV.4/12/2005
Tanggal : 27 Desember 2005
DAFTAR ISI

RESUME HASIL PEMERIKSAAN............................................................ 1

BAB I. GAMBARAN UMUM


1. Tujuan Pemeriksaan.............................................................................................. 4
2. Sasaran Pemeriksaan............................................................................................ 4
3. Metode Pemeriksaan.............................................................................................. 4
4. Jangka Waktu Pemeriksaan................................................................................... 4
5. Obyek Pemeriksaan............................................................................................... 4
a. Dasar Hukum Pendirian, Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah, Bidang
Usaha.............................................................................................................. 5
1) Dasar Hukum Pendirian........................................................................... 5
2) Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah........................................................ 5
3) Bidang Usaha........................................................................................... 5
b. Organisasi........................................................................................................ 7
c. Personalia........................................................................................................ 8
d. Data Keuangan dan Kinerja RSUD.............................................................. 9
1) Anggaran dan 9
Realisasi........................................................................ 9
a) Anggaran dan Realisasi Pendapatan................................................... 10
b) Anggaran dan Realisasi Belanja........................................................ 11
2) Ratio Kinerja 12
RSUD.............................................................................. 13
a) Indikator Pelayanan Rawat Inap RSUD.............................................
b) Daftar 10 besar penyakit berdasarkan data kegiatan RSUD ............
6. Cakupan Pemeriksaan....................................................................................... 14
BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN................. 16
1. Lingkungan Pengendalian..................................................................................... 16
a. Integritas dan Nilai Etika................................................................................ 16
b. Komitmen pada kompetensi........................................................................... 17
c. Partisipasi Dewan Penyantun......................................................................... 17
d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen........................................................... 17
e. Struktur Organisasi......................................................................................... 18
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab.................................................... 19
g. Kebijakan dan praktik sumber daya............................................................... 19
2. Penaksiran Resiko.................................................................................................. 19
3. Aktivitas Pengendalian........................................................................................... 20
a. Kebijakan........................................................................................................ 20
b. Prosedur.......................................................................................................... 21
4. Informasi dan Komunikasi.................................................................................... 21
5. Pemantauan............................................................................................................ 22
BAB III. HASIL PEMERIKSAAN............................................................................. 23
1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum
diterima dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke
kas daerah ………………………………………………………………………. 23

2
2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan
secara bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD........... 27

3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan


kontribusi yang memadai bagi daerah ………………………………………….. 38

4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah ……


41
5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai
peruntukannya…………………………………………………………………… 46

6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak


akurat dan pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar film
senilai Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai ………….. 52

7. Pemberian extra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar


Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur ………………………………... 58

8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen


B belum memiliki landasan peraturan …………………………………………... 61

9. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi


Rehabilitasi Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar
Rp59.387.579,20 dan penambahan pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum
dapat diyakini kebenarannya ……………………………………………………. 66

10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar


Rp1.159.310.875,00 secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai
sehingga tidak dapat diyakini kewajarannya …………………………………… 73

11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam
laporan Keuangan ……………………………………………………………….. 79

12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga perolehan
sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan ........................................................ 84

13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang
dipersyaratkan ....................................................................................................... 87

14. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00


menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah ................................. 90

15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi 99
lain ……………………………………………………………………………….

LAMPIRAN

3
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BANYUMAS

DI
BANYUMAS

Semester II Tahun Anggaran 2005

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Banyumas diatur


berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 Tahun
1996 tentang Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
menjadi Unit Swadana Daerah yang memiliki tujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan pendidikan kesehatan, meningkatkan sumber daya manusia dan
meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Pada
Tahun 2001 RSUD Kabupaten Banyumas ditetapkan menjadi RS kelas B Pendidikan
oleh Menteri Kesehatan dengan Surat Keputusan Nomor 850/Menkes/SK/VIII/2001
tanggal 5 Oktober 2001.
Hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Internal atas pengelolaan Keuangan
pada RSUD Kabupaten Banyumas dapat disimpulkan bahwa secara umum pengendalian
administrasi dan pengelolaan keuangan masih cukup lemah, yang ditunjukkan dengan
lemahnya beberapa komponen pengendalian terutama pada kebijakan manajemen yang
berhubungan dengan pihak eksternal Rumah Sakit, kompetensi sumber daya yang

4
menangani administrasi keuangan, dan pemantauan oleh Satuan Pengawas Internal
Rumah Sakit. Adanya beberapa kelemahan dalam pengendalian internal ini
mengakibatkan pengelolaan atas asset asset Rumah Sakit seperti kas, piutang, persediaan,
aktiva, hutang dan kerja sama dengan pihak ketiga belum dilaksanakan secara optimal,
sebagaimana diuraikan dalam temuan pemeriksaan.
Dengan tidak mengurangi keberhasilan yang telah dicapai oleh RSUD Kabupaten
Banyumas, hasil pemeriksaan terinci atas pengelolaan asset-asset RSUD masih
menunjukkan beberapa kelemahan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum diterima
dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke kas daerah;
2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan secara
bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD;
3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan
kontribusi yang memadai bagi daerah;
4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah
5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai
peruntukannya;
6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat dan
pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar film senilai
Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai;
7. Pemberian ekstra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar
Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur;
8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B
belum memiliki landasan peraturan;
9. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi
Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan penambahan
pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini kebenarannya;
10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00
secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat
diyakini kewajarannya;

5
11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam laporan
Keuangan;
12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga perolehan
sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan;
13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan;
14. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00
menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah;
15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi lain.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN


PERWAKILAN IV DI YOGYAKARTA
KEPALA,

Dra. Evita Eriati, MM


NIP. 240001905

6
BAB I. GAMBARAN UMUM

1. Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan apakah :
a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
b. Entitas yang diperiksa telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan
keuangan tertentu;
c. Sistem pengendalian intern entitas tersebut, baik terhadap laporan keuangan
maupun terhadap pengamanan atas kekayaan, telah dirancang dan dilaksanakan
secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.
2. Sasaran Pemeriksaan
Guna mencapai tujuan pemeriksaan tersebut di atas, pemeriksaan diarahkan pada
sasaran sebagai berikut :
a. Pendapatan dan pengeluaran/biaya pelayanan kesehatan pada RSUD;
b. Pengelolaan kas, piutang dan persediaan pada RSUD;
c. Pengelolaan aktiva pada RSUD, termasuk di dalamnya pengadaan barang dan
jasa di lingkungan RSUD serta efektivitas pemanfaatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan;
d. Pengelolaan hutang pada RSUD;
e. Kerjasama dengan pihak ketiga dan aktivitas investasi pada RSUD.
3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghimpun, menganalisis, dan mengevaluasi
data secara uji petik atas pengelolaan pendapatan, belanja rutin, belanja modal, kas,
piutang, persediaan, aktiva, hutang, kerjasama pihak ketiga dan investasi serta
konfirmasi dan pengujian di lapangan.
4. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Juli sampai dengan 23 Agustus 2005.
5. Obyek Pemeriksaan
a. Dasar Hukum Pendirian, Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah, Bidang Usaha.
1) Dasar Hukum Pendirian

7
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas didirikan pada tanggal 1
Januari 1924 oleh Pemerintahan Belanda dan Tahun 1953 pengelolaannya
diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Tahun
1993 RSUD Banyumas ditetapkan dari Rumah Sakit kelas D menjadi kelas C
pada tanggal 19 Januari 1993 melalui SK Menkes RI Nomor (tanpa
nomor)/Menkes/SK/I/1993 dan menjadi Rumah Sakit Kelas B Non
Pendidikan pada tanggal 28 Juli 2000 dengan SK Menkes RI Nomor
115/Menkes/SK/VII/2000 dan Tahun 2001 ditetapkan menjadi RS kelas B
Pendidikan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Nomor
850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001. Sesuai dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 Tahun 1996 tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
menjadi Unit Swadana Daerah dan diundangkan dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor : 13 Tanggal 17 Nopember
1997.
2) Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah
Tujuan RSUD adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
pendidikan kesehatan, meningkatkan sumber daya manusia dan
meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
dan pendidikan.
3) Bidang Usaha
Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai bidang usaha pelayanan kesehatan
masyarakat yang meliputi :
a). Pelayanan Rawat Inap meliputi :
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit dalam
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit bedah
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit anak
- Pelayanan Rawat Inap spesialis obsgyn
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit mata
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit THT
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit Syaraf

8
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit jiwa
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit kulit dan kelamin
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit jantung
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit ortopedi
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit penyakit paru
b). Pelayanan Rawat Jalan meliputi :
- Klinik Gawat Darurat
- Klinik Konsultasi Gizi
- Klinik Laktasi
- Klinik Spesialis Bedah
- Klinik Spesialis Penyakit Dalam
- Klinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Klinik Spesialis Anak
- Klinik Spesialis Mata
- Klinik Spesialis THT
- Klinik Spesialis Syaraf
- Klinik Spesialis Jiwa
- Klinik Spesialis Jantung
- Klinik Spesialis Penyakit Kulit dan kelamin
- Klinik Spesialis Ortopedi
- Klinik Psikologi
- Klinik VIP
- Klinik Keluarga Berencana
- Klinik Stres dan penanggulangan narkoba
- Pusat Konsultasi Epilepsi
- Pusat Pelayanan Stroke Terpadu

c). Pelayanan Unit Penunjang


- Instalasi Laboratorium Klinik
- Instalasi Farmasi
- Instalasi Gawat Darurat
- Instalasi Radiologi

9
- Kasir
- Pusat Data Elektronik
- Instalasi Bedah Sentral
- Instalasi Pemasaran Sosial
- Instalasi Gizi
- Instalasi Sterilisasi Sentral
- Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS
- Instalasi Rehabilitasi Medik
- Fitnes Center
- Perpustakaan Elektronik dan Perpustakaan Konvensional
b. Organisasi
Pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Badan Rumah Sakit Umum
Daerah diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun
2001 Tanggal 2 Juni 2001 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas.
1) Kepala Badan
2) Sekretariat, terdiri dari :
a). Sub Bagian Umum
b). Sub Bagian Tata Usaha
c). Sub Bagian Kepegawaian
d). Sub Bagian Rekam Medis
3) Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :
a). Sub Bidang Pelayanan Medis I
b). Sub Bidang Pelayanan Medis II
4) Bidang Keperawatan, terdiri dari :
a). Sub Bidang Pelayanan Keperawatan
b). Sub Bidang Asuhan Keperawatan
c). Sub Bidang Asuhan Kebidanan
5) Bidang Penunjang Medis, terdiri dari :
a). Sub Bidang Penunjang Medis I
b). Sub Bidang Penunjang Medis II

10
6) Bidang mutu dan pendidikan, terdiri dari :
a). Sub Bidang Riset, Pengembangan dan Peningkatan Mutu
b). Sub Bidang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
c). Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan
7) Bidang Keuangan, terdiri dari :
a). Sub Bidang Akuntansi dan Verifikasi
b). Sub Bidang Perbendaharaan
c). Sub Bidang Mobilisasi Dana
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Susunan Organisasi dan Tata Kerja tersebut telah ditindaklanjuti dengan
Keputusan Bupati Banyumas Nomor 71 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Banyumas tanggal 18 Juli 2001.

c. Personalia
Jumlah karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
sampai dengan Juli 2005 sebanyak 517 orang dengan rincian sebagai berikut :
Total SDM PNS PTT Harian Jumlah
Lepas
1. Tenaga Medis 29 1 1 31
2. Tenaga Keperawatan 83 82 36 201
3. Tenaga Kesehatan Lainnya 37 21 7 65
4. Tenaga Non Kesehatan 70 105 45 220

Total 219 209 89 517

d. Data Keuangan dan Kinerja RSUD


RSUD Banyumas telah menyusun Neraca per 31 Desember 2004. Hasil
pemeriksaan atas bukti pendukung dari Neraca tersebut menunjukkan bahwa nilai
dari akun-akun neraca tersebut tidak dapat ditelusuri karena tidak didukung bukti-
bukti yang memadai. Dengan demikian, Neraca RSUD tidak dapat disajikan pada
Bab ini, karena tidak valid. Namun demikian, Laporan Realisasi Pendapatan dan
Belanja untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2004 dan 31 Juni 2005
telah disajikan dengan cukup memadai.

11
1) Anggaran dan Realisasi
Anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja pada RSUD Kabupaten
Banyumas dapat digambarkan sebagai berikut :
a). Anggaran dan Realisasi Pendapatan
Anggaran dan realisasi Pendapatan untuk RSUD Kabupaten Banyumas
untuk Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Agustus) seperti tertera
dalam tabel berikut ini :
Uraian Pendapatan Anggaran Realisasi Selisih
2004 2004 2004
(Rp) (Rp) (Rp)
Pendapatan Fungsional 14.721.286.000 15.556.359.644 835.073.644
1. Rawat Jalan 1.800.000.000 1.471.514.310 (328.485.690)
2. Rawat Inap 8.290.000.000 8.353.483.873 63.483.873
3. ASKES 3.521.286.000 4.468.827.661 947.541.661
4. Instalasi Farmasi B 950.000.000 896.701.348 (53.298.652)
5. Diklat 150.000.000 139.876.000 (10.124.000)
6. Lain-lain 10.000.000 225.956.452 215.956.452
-
Pendapatan Non Fungsional 115.000.000 117.634.232 2.634.232
1. Adm. Rawat Jalan 30.000.000 20.838.750 (9.161.250)
2. Adm. Rawat Inap 42.000.000 57.413.050 15.413.050
3. Sewa Rumah Dinas 1.300.000 1.285.100 (14.900)
4. Jasa Giro 41.700.000 38.097.332 (3.602.668)
-
JPS 778.714.000 807.754.443 29.040.443
Total Pendapatan 15.615.000.000 16.481.748.319 866.748.319

12
Uraian Pendapatan Anggaran Realisasi Selisih
2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst)

Pendapatan Fungsional 17.000.000.000 10.098.679.889 (6.901.320.111)


1. Rawat Jalan 1.800.000.000 998.765.833 (801.234.167)
2. Rawat Inap 8.290.000.000 4.912.593.337 (3.377.406.663)
3. ASKES 6.000.000.000 3.575.335.738 (2.424.664.262)
4. Instalasi Farmasi B 800.000.000 529.818.156 (270.181.844)
5. Diklat 100.000.000 72.757.825 (27.242.175)
6. Lain-lain 10.000.000 9.409.000 (591.000)
-
Pendapatan Non Fungsional 121.300.000 60.617.888 (60.682.112)
1. Adm. Rawat Jalan 25.000.000 12.557.256 (12.442.744)
2. Adm. Rawat Inap 55.000.000 39.046.750 (15.953.250)
3. Sewa Rumah Dinas 1.300.000 856.800 (443.200)
4. Jasa Giro 40.000.000 8.157.082 (31.842.918)
-
JPS 778.714.000 807.754.443 29.040.443
Total Pendapatan 17.900.014.000 10.967.052.220 (6.932.961.780)
Pendapatan RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan
sebesar Rp15.615.000.000,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp16.481.748.319,00 atau mencapai 105,55% dari target. Sedangkan untuk
Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar Rp17.900.014.000,00 dan
telah direalisasikan sebesar Rp10.967.052.220,00 atau baru mencapai
61,27%

b). Anggaran dan Realisasi Belanja


Anggaran dan realisasi belanja untuk RSUD Kabupaten Banyumas untuk
Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Agustus) seperti tertera dalam tabel
berikut ini :

13
Uraian Belanja Anggaran Realisasi Selisih
2004 2004 2004

Belanja Administrasi Umum 6.917.814.573 7.190.230.804 272.416.231,00


Belanja Pegawai 4.948.054.573 5.251.725.498 303.670.925,00
Belanja Barang dan Jasa 1.273.500.000 1.232.697.651 (40.802.349,00)
Belanja Perjalanan Dinas 191.250.000 201.746.940 10.496.940,00
Belanja Pemeliharaan 505.010.000 504.060.715 (949.285,00)
Belanja Operasional & Pemeliharaan 10.719.610.500 11.356.321.018 636.710.518,00
Belanja Pegawai 6.544.610.500 6.567.466.335 22.855.835,00
Belanja Barang dan Jasa 4.175.000.000 4.788.854.683 613.854.683,00
Belanja Modal 2.500.629.500 2.361.814.679 (138.814.821,00)
Belanja Modal Bangunan Gedung 914.004.500 775.473.975 (138.530.525,00)
Belanja Modal Alat Kantor & Rumah Tangga 751.805.000 751.521.417 (283.583,00)
Belanja Modal Alat Kedokteran 834.820.000 834.819.287 (713,00)
Total Belanja 20.138.054.573 20.908.366.501 770.311.928,00

Uraian Belanja Anggaran Realisasi Selisih


2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst)

Belanja Administrasi Umum 7.980.615.050 6.287.224.975 (1.693.390.075)


Belanja Pegawai 5.527.615.050 4.454.610.341 (1.073.004.709)
Belanja Barang dan Jasa 1.824.500.000 1.394.338.552 (430.161.448)
Belanja Perjalanan Dinas 365.500.000 245.102.060 (120.397.940)
Belanja Pemeliharaan 263.000.000 193.174.022 (69.825.978)
Belanja Operasional & Pemeliharaan 12.266.244.000 9.695.219.836 (2.571.024.164)
Belanja Pegawai 6.990.800.000 4.889.309.288 (2.101.490.712)
Belanja Barang dan Jasa 5.275.444.000 4.805.910.548 (469.533.452)
Belanja Modal 2.280.756.000 737.722.705 (1.543.033.295)
Belanja Modal Bangunan Gedung 1.080.756.000 383.836.900 (696.919.100)
Belanja Modal Alat Kantor & Rumah Tangga 400.000.000 200.540.455 (199.459.545)
Belanja Modal Alat Kedokteran 800.000.000 153.345.350 (646.654.650)
Total Belanja 22.527.615.050 16.720.167.516 (5.807.447.534)

Belanja RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan


sebesar Rp20.138.054.573,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp20.908.366.501,00 atau mencapai 103,83% dari anggarannya.
Sedangkan untuk Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar
Rp22.527.615.050,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp16.720.167.516,00
atau telah mencapai 74,22%.
2) Rasio kinerja RSUD
Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan RSUD Kabupaten Banyumas
meliputi kegiatan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan
pelayanan administrasi. Adapun kegiatan pelayanan kesehatan khususnya

14
untuk pelayanan medis dalam Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Juni)
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
a). Indikator pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Tahun 2004
Bulan TT BOR LOS TOI BTO GDR NDR
(%)
Januari 283 72,4 5 2 5 60 30
Februari 283 74,6 5 2 5 20 10
Maret 283 73,1 5 2 5 50 70
April 283 71,5 5 2 5 60 30
Mei 283 77,5 5 1 5 50 60
Juni 283 74,7 5 1 5 50 30
Juli 283 79,5 5 1 5 40 20
Agustus 283 76,3 5 2 5 50 30
September 283 70,1 5 2 5 57 25
Oktober 283 74,5 6 2 4 58 25
Nopember 283 78,7 5 1 5 58 25
Desember 283 74,5 5 1 5 58 23
Total Rata-rata 283 74,78 5,1 1,58 4,92 50,92 31,5

Tahun 2005
Bulan TT BOR LOS TOI BTO GDR NDR
Januari 283 79,80 6,00 1,00 5,00 40 24
Februari 283 81,30 6,00 2,00 4,00 56 29
Maret 283 81,10 5,00 1,00 5,00 34 12
April 283 82,80 6,00 1,00 5,00 39 25
Mei 283 87,70 6,00 1,00 5,00 65 28
Juni 283 85,30 6,00 1,00 9,00 53 24
Total Rata-rata 283 83 5,83 1,17 5,5 47,83 23,67

Berdasarkan data pada tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat


pemanfaatan Rumah Sakit Umum Daerah berupa Bed Ocupancy Rate
(BOR), Length of Stay (LOS), Turn Over Interval (TOI), Bed Turn Over
(BTO), Gross Death Rate (GDR) dan Nett Death Rate (NDR) selama dua
tahun terakhir menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
- Rasio BOR untuk Tahun 2004 sebesar 74,78 % dan Tahun 2005
sebesar 83% ini menunjukkan bahwa untuk tahun 2004 sudah sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Dirjen Pelayanan Medik Dinas
Kesehatan yaitu 60% - 80% dan untuk Tahun 2005 di atas standar yang
berarti bahwa tingkat pemanfaatan tempat tidur mengalami kenaikan di

15
atas standar ideal, hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
menginap di Rumah Sakit semakin meningkat dibandingkan kapasitas
yang ada.
- Rasio LOS untuk Tahun 2004 sebesar 5,1 hari dan Tahun 2005 sebesar
5,83 hari. Hal ini menunjukkan bahwa selama dua tahun nilai ratio
LOS lebih rendah dari standar yang ditetapkan yaitu sebesar 6 – 9 hari.
Bisa disimpulkan LOS masih kurang efisien. LOS menggambarkan
tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit.
- Rasio TOI untuk Tahun 2004 sebesar 1,58 hari dan Tahun 2005 sebesar
1,17 hari. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tahun 2004 dan 2005 ratio
ini sudah sesuai standar ideal yaitu sebesar 1 – 3 hari.
- Rasio BTO untuk tahun 2004 sebesar 4,92 kali dan tahun 2005 sebesar
5,5 kali hal ini menunjukkan bahwa rasio perputaran pemakaian tempat
tidur selama dua tahun masih jauh di bawah standar ideal yaitu sebesar
40 – 50 kali.
- Rasio GDR atau angka kematian kasar yaitu angka kematian umum
untuk tiap 1000 penderita keluar baik hidup dan mati pada periode
tertentu. Rasio GDR untuk Tahun 2004 dan 2005 masing-masing
sebesar 50,92 permil dan 47,83 permil hal ini menggambarkan bahwa
tingkat kematian untuk dua tahun masih di atas standar ideal yaitu di
bawah 45 permil. Rasio GDR ini menunjukkan bahwa semakin rendah
GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.
- Rasio NDR adalah angka kematian pasien rawat inap yang dirawat lebih
atau sama dengan 48 jam perawatan untuk tiap 1000 penderita keluar
baik hidup atau mati pada periode tertentu. Rasio NDR untuk tahun
2004 sebesar 31,50 permil dan tahun 2005 sebesar 23,67 permil, hal
ini menunjukkan bahwa selama dua tahun rasio NDR sudah berada di
bawah standar yaitu sebesar 25 permil. Semakin rendah NDR suatu
rumah sakit, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.
b). Daftar 10 besar penyakit berdasarkan data kegiatan Rumah Sakit Umum
Daerah selama dua tahun terakhir tampak pada daftar tabel berikut ini :

16
Tahun 2004
No Diagnosa Jumlah Prosentase
1 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 752 39,56
(kolitis infeksi)
2 Tuberkolosis paru 438 23,04
3 Demam tifoid partifoid 293 15,41
4 Pneumonia 97 5,10
5 Demam berdarah dengue 85 4,47
6 Infeksi saluran nafas bagian atas akut 69 3,63
7 Broncitis akut dan bronkiolitis akut 64 3,37
8 Tetanus 49 2,58
9 Tuberkulosis susunan syaraf pusat 31 1,63
10 Tetanus neuonatorum 23 1,21
Jumlah 1901 100
Tahun 2005 (s.d. Juni)
No Diagnosa Jumlah Prosentase
1 Skizoprenia 805 31,03
2 Gastro Enteritis 365 14,07
3 Decom 358 13,80
4 KP 203 7,82
5 Chirhosis Hepatis 174 6,71
6 Stroke Non Hemorrage 166 6,40
7 Thonsilitis Cronis 136 5,24
8 Dispepsia 135 5,20
9 Hernia 130 5,01
10 Infeksi Saluran Kencing 122 4,70
Jumlah 2594 100

Dari data pada tabel di atas diketahui bahwa antara Tahun 2004 dan Tahun
2005 pola penyakit yang ditangani oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Banyumas mengalami perubahan. Pada Tahun 2004 penyakit
yang menduduki rangking tertinggi adalah penyakit diare dan gastroenteritis
oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) yaitu sebesar 39,56 %
sedangkan pada Tahun 2005 penyakit yang menduduki rangking tertinggi
adalah Skizoprenia yaitu sebesar 31,03 %.

6. Cakupan Pemeriksaan
Pemeriksaan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
meliputi dua tahun anggaran yaitu Tahun 2004 dan Tahun 2005 (s.d. Agustus).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pengelolaan pendapatan dan belanja rumah
sakit, kas, piutang, persediaan, aktiva, hutang, kerjasama dengan pihak ketiga dan

17
investasi. Pemeriksaan pendapatan antara lain meliputi pendapatan fungsional yang
terdiri dari Rawat Jalan, Rawat Inap, Askes, Instalasi Farmasi, diklat dan lain-lain,
sedangkan pendapatan Non Fungsional antara lain meliputi Administrasi Rawat
Jalan, Administrasi Rawat Inap, Sewa Rumah Dinas, Sewa Diklat, dan Jasa Giro.
Pemeriksaan belanja meliputi belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan
Pemeliharaan dan Belanja Modal. Pendapatan RSUD Kabupaten Banyumas untuk
Tahun 2004 dianggarkan sebesar Rp15.615.000.000,00 dan telah direalisasikan
sebesar Rp16.481.748.319,00 atau mencapai 105,55% target. Sedangkan untuk
Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar Rp17.900.014.000,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp10.967.052.220,00 atau baru mencapai 61,27%
Belanja RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan
sebesar Rp20.138.054.573,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp20.908.366.501,00
atau mencapai 103,83% dari anggarannya. Sedangkan untuk Tahun 2005 (s.d.
Agustus) dianggarkan sebesar Rp22.527.615.050,00 dan telah direalisasikan
sebesar Rp16.720.167.516,00 atau telah mencapai 74,22%.
Sehubungan dengan hal tersebut telah dilakukan pemeriksaan atas
pendapatan sebesar Rp25.833.291.653,00 atau 94,11% dari total realisasi
pendapatan tahun 2004 dan tahun 2005 (s.d. Agustus) dan belanja sebesar
Rp37.628.534.017,00 atau 100% dari total realisasi belanja tahun 2004 dan 2005.
Hasil pemeriksaan menunjukkan total penyimpangan (Audit Finding) untuk bidang
pendapatan sebesar Rp2.265.806.443,00 atau 8,77% dari realisasi pendapatan yang
diperiksa dan untuk belanja sebesar Rp1.593.815.501,70 atau 4,24% dari total nilai
belanja yang diperiksa.

18
BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Pengendalian intern adalah suatu proses pengendalian yang dijalankan oleh
Dewan Penyantun, Direktur dan atasan langsung pegawai rumah sakit umum daerah
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai untuk mencapai tujuan (a)
keandalan laporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Dalam sistem pengendalian intern terdapat lima komponen yang menjadi
perhatian pihak manajemen, lima komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menunjukkan corak suatu organisasi yang mempengaruhi
sikap, kesadaran dan tindakan manajemen terhadap lingkungan pengendalian intern.
Lingkungan pengendalian antara lain mencakup integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, partisipasi Dewan Penyantun, filosofi dan gaya operasi
manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan
dan praktik sumber daya. Lingkungan Pengendalian pada RSUD Kabupaten
Banyumas dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Integritas dan Nilai Etika
Integritas Dewan Penyantun, Direktur dan pegawai terhadap kelangsungan hidup
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas dan pencapaian tujuan rumah
sakit pada umumnya cukup baik. Nilai etika yang diterapkan Direktur kepada
para pegawai cukup baik sehingga pegawai memahami nilai-nilai etika dalam
bekerja maupun dalam pelayanan. Dalam hal disiplin bekerja dan etos kerja
pegawai di rumah sakit sudah baik, hal ini karena rumah sakit menerapkan cara
untuk meningkatkan pelayanan dengan memberi rangsangan yang berupa
pembagian jasa pelayanan dengan penghitungan berdasarkan angka indek yang
salah satu komponennya berupa penilaian prestasi, dedikasi, loyalitas, dan
kondite tidak tercela
Namun demikian, dari hasil pemeriksaan terhadap kondisi rumah sakit terdapat
salah satu pegawai yang perlu dilakukan pembinaan karena adanya tindakan yang
dapat dikategorikan sebagai pemalsuan bukti pendukung pertanggungjawaban
keuangan.
b. Komitmen pada Kompetensi
Direktur cukup memahami kompetensi yang dibutuhkan rumah sakit dan
berusaha menempatkan personil-personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
pokok rumah sakit. Secara keseluruhan penempatan personil di beberapa unit
kerja telah cukup memadai, namun demikian masih terdapat beberapa unit kerja
yang kekurangan personil yang kompeten di bidangnya. Kekurangcukupan tenaga
yang kompeten terjadi pada Bagian Keuangan terutama untuk pengelolaan kas,
piutang dan penyusunan laporan Keuangan. Kepala Bidang Keuangan kurang
memahami akan pentingnya pembuatan laporan keuangan yang mencakup
seluruh komponen pendapatan, biaya dan akun-akun neraca yang terjadi dirumah
sakit secara menyeluruh dan kontinyu. Diperlukan data pendukung untuk
menyusun laporan keuangan yang lengkap dan pengalaman yang cukup untuk
menyusun Laporan Keuangan rumah sakit.
c. Partisipasi Dewan Penyantun
Dalam menetapkan kebijakan umum, menjalankan pengawasan, pengendalian dan
pembinaan terhadap rumah sakit, partisipasi aktif Dewan Penyantun sangat
dibutuhkan. Secara umum Dewan Penyantun telah melaksanakan tugasnya
dengan cukup memadai, namun demikian, pada beberapa bagian Dewan
Penyantun masih belum optimal dalam menjalankan perannya. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya beberapa permasalahan seperti terungkap dalam hasil
pemeriksaan.
d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
Direktur cukup memahami adanya batasan-batasan dalam mengoperasikan rumah
sakit dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi
dalam pelaksanaan operasional rumah sakit masih dijumpai beberapa
permasalahan yang memerlukan kebijakan-kebijakan Direktur untuk
mengaturnya, antara lain :
- Adanya beberapa kegiatan yang belum ada landasan hukum. Hal ini terjadi
karena Direktur belum menetapkan Surat Keputusan sebagai landasan
hukum;
- Adanya pengenaan tarif rumah sakit yang belum berdasarkan Keputusan
Bupati;
- Adanya pegawai di bagian penerimaan uang yang mempunyai wewenang
pekerjaan yang melebihi batas atau merangkap beberapa tugas yang
sebenarnya bisa didelegasikan kepada pegawai lain;
- Laporan Keuangan yang dibuat belum mencerminkan kondisi keuangan yang
sebenarnya yang dalam hal ini dapat dilihat pada beberapa item pendapatan
dan belanja yang tidak dicatat sebagai transaksi rumah sakit.
- Tidak berfungsinya Tim Satuan Pengendalian Intern yang seharusnya
melakukan pengendalian secara berkala dengan cara membuat laporan
bulanan.
- Tidak tertibnya mekanisme pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan
secara swakelola oleh rumah sakit.
- Terdapat pemakaian fasilitas rumah sakit oleh pihak ketiga yang belum
ditangani secara maksimal sebagai potensi pendapatan.
e. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas merupakan rumah sakit kelas
B Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Nomor
850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun 2001


tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan tata kerja badan Rumah Sakit
Umum Kabupaten Banyumas dan ditindak lanjuti dengan Keputusan Bupati
Banyumas Nomor 71 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas
dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit Umum Kabupaten Banyumas terdiri dari
Kepala Badan, Sekretariat, Bidang Pelayanan Medis, Bidang Keperawatan,
Bidang Penunjang Medis, Bidang Mutu dan Pendidikan, Bidang Keuangan dan
kelompok jabatan fungsional. Secara garis besar pembagian tugas pokok dan
fungsi sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan akan tetapi untuk bidang
keuangan belum dapat berfungsi secara optimal karena kurangnya tenaga kerja
yang kompeten.
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab dari Direktur kepada Kepala
Instalasi, dan Kepala Bidang sebagian besar sudah cukup memadai akan tetapi
masih terdapat kebijaksanaan di instalasi tertentu yang tidak berdasarkan Surat
Keputusan Direktur. Hal ini dapat dilihat pada Instalasi Gizi yang telah
membagikan tambahan makanan protein tinggi pada bangsal tertentu hanya
berdasarkan usulan dari kepala keperawatan tanpa disahkan dengan Surat
Keputusan Direktur. Selain itu, pemberian wewenang kepada Kepala Instalasi
untuk mengusulkan tarif layanan tidak berarti dapat memberlakukan tarif tersebut
tanpa persetujuan Bupati Kepala Daerah. Pemberian wewenang yang terlalu luas
juga terjadi pada pemberian wewenang kepada Kepala Sub Bagian Umum yang
telah mengelola pengadaan barang dan jasa secara swakelola dengan tidak
didukung dokumen-dokumen yang memadai, tidak mendasarkan pada peraturan
yang berlaku dan menggunakan rekanan dari internal rumah sakit.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya
Penempatan personil pada masing-masing tugasnya telah dilaksanakan dengan
cukup memadai, kecuali untuk bidang keuangan dan administrasi. Hal ini
seharusnya segera menjadi perhatian manajemen dengan semakin meningkatnya
pasien yang harus dilayani maka pembenahan tenaga kerja pada bidang
Keuangan dan administrasi tidak dapat dihindari untuk segera dilakukan. Di
samping itu pembenahan atas personil di unit-unit pelayanan yang menangani
administrasi pendapatan maupun barang juga perlu dilakukan, karena hasil
pemeriksaan menunjukkan pengadministrasian pendapatan dan barang di unit-unit
pelayanan masing kurang memadai.

2. Penaksiran Risiko
Risiko mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan
secara negatif mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan data keuangan secara konsisten dengan asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Penaksiran atau penilaian risiko atas pengelolaan Keuangan
secara formal belum pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit, namun secara berkala
telah diantisipasi oleh manajemen dengan melakukan pertemuan berkala yang
membahas permasalahan keuangan yang perlu diselesaikan oleh manajemen.
Meskipun demikian, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa antisipasi terhadap risiko
pengelolaan keuangan belum sepenuhnya dikendalikan dengan optimal.

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa arahan manajemen telah dilaksanakan.
a. Kebijakan
Kebijakan operasional Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas secara
umum ditetapkan oleh Direktur, sedangkan kebijakan mengenai tarif pelayanan
rumah sakit ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Peraturan
Daerah dalam hal tarif telah mengalami perubahan dari Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 1991 tentang Pelayanan Kesehatan pada RSUD Kabupaten Banyumas
ke Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas Unit
Swadana. Perubahan peraturan daerah yang mengatur tarif tersebut mempunyai
kenaikan biaya yang relatif tinggi sehingga dipandang akan membebani
masyarakat yang berobat ke RSUD Kabupaten Banyumas. Atas dasar hal tersebut
Direktur mengambil kebijaksanaan dengan mengeluarkan buku tarif baru
berdasarkan kenaikan tahap I yang mulai berlaku Tanggal 2 Januari 2002, dan
dilanjutkan dengan mengeluarkan Master Tarif berdasarkan kenaikan tahap II.
Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menaikkan tarif secara bertahap sebelum
diberlakukan tarif sesuai dengan tarif dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun
2001 dan disamping itu dalam master tarif diatur lebih rinci komponen biaya
pemeriksaan yang tidak terakomodasi dalam tarif sesuai Perda Nomor 18 Tahun
2001, akan tetapi pemberlakuan master tarif tersebut hanya berdasarkan usulan
dari masing-masing instalasi dan ditandatangani Direktur tanpa persetujuan
Pemerintah Daerah secara resmi.
Kebijakan operasional lainnya dilakukan secara lisan dan tertulis dalam disposisi-
disposisi surat pelaksanaan kegiatan. Secara umum kebijakan ini telah
diterjemahkan dengan baik oleh para pelaksana, namun pada beberapa hal
sebagaimana tersaji pada hasil pemeriksaan (misalnya pengadaaan barang dan
jasa secara swakelola) kebijakan Direktur tidak ditaati oleh pegawai yang
diberikan kewenangan dan tanggung jawab.
b. Prosedur
Prosedur Kerja untuk masing-masing unit atau instalasi RSUD telah diatur dalam
Prosedur Tetap (Protap). Prosedur Tetap tersebut dibentuk dan ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Banyumas yang digunakan sebagai
pedoman kerja dari tiap unit atau instalasi.

4. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan meliputi sistem
akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan transaksi keuangan rumah sakit serta untuk memelihara
akuntabilitas aktiva, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Sistem akuntansi yang
terdiri dari metode dan pencatatan untuk mengidentifikasikan, menghimpun,
menganalisa, mengelompokkan, mencatat dan melaporkan transaksi untuk
menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang bersangkutan
dengan transaksi pada umumnya belum berjalan dengan baik, hal ini terjadi karena
pihak rumah sakit sebagian masih menggunakan pencatatan secara manual tanpa
diback up data pendukung yang relevan, sedangkan untuk menerapkan metode
Billing system yang mengcover transaksi pelayanan rumah sakit secara komputerisasi
belum dijadikan acuan untuk penyusunan Laporan Keuangan secara akrual basis.
Komunikasi mencakup pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual
berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan keuangan.
Komunikasi pada umumnya telah dilakukan secara memadai yaitu pertemuan rutin
antara Direktur dan jajaran di bawahnya untuk membahas permasalahan umum.
Namun demikian, komunikasi atas pengelolaan asset rumah sakit secara intensif dan
terinci kurang mendapatkan perhatian.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern
sepanjang waktu. Manajemen melakukan pemantauan terhadap pengendalian untuk
mengetahui apakah pengendalian tersebut telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pemantauan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas belum dilakukan
secara kontinyu. Hal ini terjadi karena belum berfungsinya tim Satuan Pengawas Intern,
akan tetapi pengawasan dari Badan Pengawas Kabupaten dan pemantauan oleh Dewan
Penyantun telah dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut Badan Pengawas Daerah
Kabupaten Banyumas pada tanggal 9 s.d. 22 Agustus 2005 telah melakukan
pemeriksaan bidang kesejahteraan rakyat pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Banyumas sesuai dengan Lembaran Temuan Pemeriksaan Nomor
700/IX/2005 tanggal 12 September 2005 dan tindak lanjut hasil pemeriksaan sampai
dengan tim BPK melakukan pemeriksaan belum diketahui pelaksanaannya.
Secara umum, terhadap temuan-temuan audit eksternal sebelumnya, Direktur
RSU secara responsif selalu mempertimbangkan dan menindaklanjuti dengan
melakukan upaya perbaikan.
BAB III. HASIL PEMERIKSAAN

1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum


diterima dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke
kas daerah

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Pemerintah


Daerah menetapkan Perda Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan yang mengatur tentang tarip pelayanan kesehatan sebagai dasar
pemungutan pendapatan. Perda tersebut di antaranya mengatur tentang pendapatan
administrasi yang berasal dari karcis untuk pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap
seperti diuraikan sebagai berikut:
Jenis Karcis Tarif Administrasi J. Sarana J. Pelayanan
Pemda RSUD
Karcis Rawat Jalan – 3500 375 375 750 2000
Poli Umum
Karcis Rawat Jalan - 6000 375 375 750 4500
Poli Spesialis
Karcis Poliklinik VIP 17500 625 625 1250 15000
Karcis Rawat Inap 4500 500 500 1000 2500
Karcis IRD 7500 625 625 1250 5000

Berdasarkan buku setoran ke Kas Daerah Kabupaten Banyumas, selama Tahun 2004
RSUD telah menyetorkan seluruh pendapatan administrasinya sebesar
Rp78.570.050,00 dan Tahun 2005 (s.d. Agustus) sebesar Rp51.604.006,00.
Pendapatan administrasi yang disetorkan belum termasuk pendapatan karcis
administrasi rawat jalan untuk pasien ASKES sebesar Rp38.292.750,00, sebagaimana
tertuang dalam LTP Bawasda Kabupaten Banyumas tanggal pemeriksaan 9 s/d 22
Agustus 2005.
Hasil pemeriksaan atas laporan pendapatan RSUD Banyumas menunjukkan bahwa
bagi hasil dari pendapatan administrasi karcis yang telah disetorkan oleh RSUD
kepada Kas Daerah (Pemkab) belum diterima. Bagi hasil tersebut sesuai ketentuan
Perda Nomor 18 Tahun 2001 dikembalikan ke RSUD Banyumas sebesar 50% untuk
digunakan sebagai biaya operasional. Hasil penghitungan bagi hasil yang seharusnya
diterima oleh RSUD dapat dijelaskan pada tabel berikut:

23
Tahun Setoran ke Kasda Jumlah Bagi hasil (50%)
Rawat Inap Rawat Jalan
2004 20.747.500,00 57.822.550,00 78.570.050,00 39.285.025,00
2005 (S.d. Agustus) 12.557.256,00 39.046.750,00 51.604.006,00 25.802.003,00
Jumlah 33.304.756,00 96.869.300,00 130.174.056,00 65.087.028,00
Rincian ada pada lampiran 1

Hasil wawancara dengan Pemegang Kas RSUD Banyumas diperoleh penjelasan


bahwa selama ini RSUD tidak pernah meminta kepada Pemda Kabupaten Banyumas
tentang bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang telah disetorkannya kepada
Pemda.
Selain hal itu, pemeriksaan atas pendapatan non fungsional RSUD Banyumas
menunjukkan bahwa selama Tahun 2004 – 2005 (s.d. Agustus), RSUD telah
menerima pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 yang keseluruhannya
belum disetorkan ke Kas Daerah (Lampiran 2). Sesuai dengan ketentuan tentang Unit
Swadana Daerah, RSUD hanya dapat menggunakan penerimaan fungsionalnya secara
langsung untuk membiayai pengeluaran operasionalnya, sedangkan penerimaan non
fungsionalnya yang tidak berasal dari fungsi pelayanan kesehatan kepada pasien
seluruhnya disetorkan ke kas daerah. Penerimaan sewa diklat ini dapat dikategorikan
sebagai pemakaian kekayaan daerah yang di atur pada Perda Nomor 10 Tahun 2001
tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Pemerintah Daerah. Namun demikian,
Pemerintah daerah belum mengatur pengelolaan sewa diklat ini sebagai pendapatan
retribusi pemakaian kekayaan pemerintah daerah.

Bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang belum diterima oleh RSUD
Banyumas dan pendapatan sewa diklat yang belum disetorkan ke Kas Daerah tidak
sesuai dengan:
a. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tanggal 22 Nopember 2001 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Badan RSUD Kabupaten Banyumas Unit
Swadana Daerah,

24
• Pasal 31 ayat (5) Hasil penerimaan biaya administrasi (rawat jalan)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a yang besarnya sebagaimana
tersebut dalam lampiran Peraturan ini, disetor secara bruto ke Kas Daerah dan
dikembalikan ke Badan Rumah Sakit sebesar 50% (lima puluh perseratus).
• Pasal 32 ayat (4) Hasil penerimaan biaya administrasi (rawat inap)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a yang besarnya sebagaimana
tersebut dalam lampiran Peraturan ini, disetor secara bruto ke Kas Daerah dan
dikembalikan ke Badan Rumah Sakit sebesar 50% (lima puluh perseratus).
b. Perda Kabupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2001 tanggal 10 September 2001
tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Pemerintah Daerah Pasal 1 huruf e.
Kekayaan Pemerintah Daerah adalah aktiva tetap berupa barang-barang bergerak
dan atau tidak bergerak yang dimiliki dan atau di bawah penguasaan Pemerintah
Daerah yang disediakan untuk dan atau dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna
menunjang berbagai keperluan yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan umum, huruf f. Pemakaian kekayaan pemerintah daerah adalah
pemakaian atau penggunaan atas Kekayaan Milik Pemerintah Daerah; Pasal 13
angka (2) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk
maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah.
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata
cara penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD, pasal 66 Dalam hal pengelolaan asset daerah
menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut menjadi Pendapatan Asli
Daerah dan disetor seluruhnya secara bruto ke Rekening Kas Daerah.

Bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang belum diterima oleh RSUD dan
pendapatan sewa diklat yang belum disetorkan ke Kas Daerah mengakibatkan
pendapatan sebesar Rp65.087.028,00 belum dapat dipergunakan untuk operasional
RSUD dan dana sebesar Rp3.600.000,00 belum dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah
Daerah.

25
Permasalahan tersebut disebabkan Kepala Bagian Keuangan lalai dalam
melaksanakan ketentuan dalam Perda dengan tidak mengupayakan permintaan bagi
hasil pendapatan administrasi karcis dan tidak menyetorkan pendapatan sewa diklat
ke kas daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa memang untuk pendapatan administrasi pihak rumah sakit belum
memintakan 50% untuk operasional rumah sakit dan untuk pendapatan sewa diklat
sebesar Rp3.600.000,00 persepsi awal merupakan pendapatan untuk operasional
diklat. Namun demikian, setelah pemeriksaan berakhir RSUD telah memproses surat
usulan untuk menindaklanjuti hal tersebut.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Bupati Banyumas untuk memerintahkan Kepala BPKD mengembalikan
pendapatan administrasi 50 % yang menjadi hak rumah sakit sebesar
Rp65.087.028,00 sebagai biaya operasional.
b. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas agar menyetor pendapatan sewa diklat
sebesar Rp3.600.000,00 ke Kas Daerah.

26
2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan
secara bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD

RSUD Banyumas memiliki penerimaan fungsional dan non fungsional yang


secara global dikelompokkan sebagai penerimaan Rawat Jalan, Rawat Inap, Askes
dan penerimaan lainnya. Penerimaan tersebut dikelola melalui satu pintu penerimaan
yaitu kasir RSUD. Sesuai dengan Laporan Keuangan Tahun 2004 dan 2005 (s.d.
bulan Agustus) realisasi pendapatan RSUD Banyumas secara kas basis adalah sebesar
Rp16.364.114.087,00 dan sebesar Rp11.418.143.421,00.
Hasil pemeriksaan atas pembukuan penerimaan pada Kasir Penerima
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerimaan rumah sakit untuk pihak ketiga atas Kerjasama Operasional Alat
Kesehatan sebesar Rp1.241.984.650,00 tidak dibukukan sebagai bagian dari
pendapatan RSUD, dikelola secara terpisah dari kas RSUD dan kurang
disetorkan sebesar Rp112.562.468,00.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
RSUD Banyumas menjalin kerja sama operasional dengan pihak ketiga untuk
pemakaian Alat Kesehatan (KSO). Kerjasama pengoperasian alat kesehatan di
RSUD Banyumas didasarkan pada perjanjian kerjasama yang memuat hak dan
kewajiban kedua belah pihak. Seluruh perjanjian tersebut hanya merupakan
kesepakatan antara Direktur RSUD dengan pihak investor, kecuali perjanjian
pemakaian alat CT Scan yang ditandatangani oleh Kepala Daerah, Ketua DPRD,
Direktur RSUD dan Investor. Beberapa perjanjian pemakaian/pengoperasian alat
kesehatan tersebut antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:
Alat Kesehatan Investor Jasa Investor
CT Scan PT. Bhineka Usada Rp162.500,00/ per pasien
Raya, Semarang
Automatic X Ray Film CV. Tri Cipta Jaya, Pembelian AGFA X-Ray film
Processore Semarang
Mesin Hemodialisa Fresenius Medical Pembelian bahan disposable
Care, Jakarta hemodialisa set

Analyzer Il Ilyte PT. Mendjangan Rp30.000,00/ per pasien


Na/K/Cl Jakarta Pusat

27
Kantong Darah PMI Tarif bervariasi/ kolf
Autonalyzer ABX Mira CV Asia Lab., Tarip per test
Plus dengan UPS Yogyakarta
Electro Encephalograph PT. Tiara Kencana Rp65.000,00/ per pasien
(EEG)

Hasil pemeriksaan fisik secara sampling menunjukkan seluruh alat


kesehatan yang dikerjasamaoperasionalkan berfungsi dengan baik.
Hasil pemeriksaan pengelolaan pendapatan rumah sakit atas
pengoperasian alat kesehatan melalui catatan pada kasir penerimaan menunjukkan
bahwa pendapatan rumah sakit atas KSO CT Scan, EEG, Elektrolite, dan Kantong
darah (bagian jasa pihak ketiga) belum dibukukan secara bruto sebagai
pendapatan rumah sakit, dipotong langsung, dan dikelola secara terpisah dari Kas
RSUD. Hasil rekapitulasi pendapatan KSO bagian jasa pihak ketiga yang
dipotong langsung berdasarkan pembayaran dari pasien selama Tahun 2004 dan
2005 (s.d Agustus) adalah sebesar Rp1.241.984.650,00 seperti tabel berikut:
Bulan/Tahun EEG CT Scan Elektrolite Darah Jumlah

2004 36.275.000 142.187.500 147.480.000 337.448.150 663.390.650


2005 23.570.000 153.260.000 167.456.000 234.308.000 578.594.000
Jumlah 59.845.000 295.447.500 314.936.000 571.756.150 1.241.984.650
Rincian ada pada lampiran 3.
Potongan tersebut selanjutnya secara harian disisihkan dari pendapatan
kasir RSUD dan ditampung dalam rekening Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana
(Sdri. Sukesti) dengan nomor rekening 3-003-20981-1 pada Bank Pembangunan
Daerah Jawa Tengah Cabang Purwokerto. Pembayaran kepada investor dilakukan
secara bulanan dengan menarik sejumlah uang dari rekening tersebut dan
disetorkan tunai oleh pemilik rekening.
Hasil wawancara dengan Sdri Sukesti, didapatkan informasi bahwa untuk
setiap pendebetan rekening tidak diselenggarakan pembukuan sehingga penarikan
uang dari rekening tersebut tidak dapat secara langsung diketahui penggunaannya.
Hasil pemeriksaan atas ketepatan pembayaran kepada investor selama
bulan Januari 2004 – Agustus 2005 menunjukkan adanya selisih kurang setor
untuk periode masa pemeriksaan Januari 2004 – Agustus 2005 sebesar
Rp102.664.100,00 yang dapat diuraikan pada tabel berikut:

28
No. Potongan KSO Setoran KSO Selisih
(kurang)/lebih
1 CT Scan 295.447.500,00 308.912.500,00 13.465.000,00
2 EEG 59.845.000,00 57.792.000,00 (2.053.000,00)
3 Elektrolite 314.936.000,00 318.772.100,00 3.836.100,00
4 Darah 571.756.150,00 453.843.950,00 (117.912.200,00)
Jumlah 1.241.984.650,00 1.139.320.550,00 (102.664.100,00)
Rincian pada lampiran 3.
Kekurangan setor tersebut belum termasuk potongan yang telah
direalisasikan Ka Subbid Mobilisasi Dana sebelum tahun 2004, sehingga untuk
mengetahui seluruh kewajiban setoran yang menjadi tanggung jawab Kasubbid
Mobilisasi Dana, per tanggal periode pemeriksaan (31 Agustus 2005), maka
penghitungan kewajiban yang bersangkutan dilakukan sebagai berikut:
Saldo buku kas per 31/12/2003 : 40.328.068,00
(-) Setoran yang mengurangi saldo Tahun 2003 : 25.404.700,00
Sisa dana 2003 yang masih menjadi kewajiban : 14.923.368,00
(+) Potongan KSO 2004 dan 2005 : 1.241.984.650,00
(- ) Setoran KSO 2004 dan 2005 : (1.139.320.550,00)
(- ) Setoran ke Kas RSU : (5.025.000,00)
Total Kewajiban : 112.562.468,00
Rekening giro per 31/8/2005 : (99.443.415,00)
Kewajiban tunai per 31/8/2005 : 13.119.053,00
(Rincian pada lampiran 4).

Atas selisih kurang tersebut Sdri. Sukesti telah memahami permasalahannya dan
bersedia menyelesaikannya.
Selain hal tersebut, hasil cross cek atas hak investor berdasarkan laporan
instalasi pelayanan yang mengoperasikan alat kesehatan dan setoran yang
direalisasikan Kasubbid mobilisasi dana sebagaimana tercantum pada table paling
atas, menunjukkan adanya perbedaan antara Laporan Instalasi pelayanan dan
setoran kepada investor yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Alat Laporan Unit Pelayanan Kasubbid Mobilisasi Dana Selisih
Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah

CT Scan 1.901 308.912.500,00 1.818 295.447.500,00 83 13.465.000,00


EEG 774 54.012.000,00 920 59.845.000,00 146 5.833.000,00
Elektrolit 10.643 318.772.100,00 10.498 314.936.000,00 145 3.836.100,00
Darah (kolf) 4.708 453.843.950,00 * 571.756.150,00 * 117.912.200,00
*) tidak diketahui karena tarif bervariasi

29
Hasil wawancara dengan petugas pada unit pelayanan (secara sample) dan
kasir penerima didapatkan informasi bahwa perbedaan tersebut terjadi disebabkan
cara pandang (persepsi) kasir dan unit pelayanan yang berbeda terhadap
penyetoran jasa pihak ketiga atas pengoperasian alat kesehatan. Kasir menghitung
dan menyetorkan pendapatan jasa pihak ketiga secara basis kas (berdasarkan
pembayaran pasien yang dilayani dengan alat kesehatan yang berkenaan baik
pasien umum dan jaminan), sedangkan unit penghasil menghitung hak jasa pihak
ketiga berdasarkan basis akrual (hak pihak ketiga dihitung sejak pasien dilayani,
dengan tidak memperhatikan apakah pasien melakukan pembayaran atau tidak).
Dengan adanya kondisi tersebut, maka pembayaran setoran pihak ketiga
yang dikelola melalui pemotongan langsung pendapatan kasir tidak dapat
digunakan sebagai dasar pembayaran, karena transaksi tersebut belum
mencerminkan hak dan kewajiban kedua belah pihak sesuai kesepakatan dalam
perjanjian kerjasama.

b. Penerimaan rumah sakit dari layanan pasien privat dokter sebesar


Rp814.513.897,00 belum dibukukan sebagai pendapatan rumah sakit, dikelola
secara terpisah dari Kas RSUD dan belum memberikan kontribusi bagi rumah
sakit.
Dalam meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, sesuai ketentuan
Perda Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan, RSUD
dapat bekerjasama dengan pihak lain. Kerjasama tersebut dapat berupa pemakaian
fasilitas rumah sakit untuk mengadakan praktek umum/spesialis, pemakaian
poliklinik, kamar operasi dan fasilitas lainnya oleh pihak ketiga.
Hasil pemeriksaan atas pendapatan rumah sakit melalui pembukuan kasir
penerimaan menunjukkan adanya pendapatan pelayanan pasien privat dokter yang
dikelola di luar pembukuan rumah sakit. Selama Tahun 2004 dan 2005 (S/d
Agustus) jumlah pasien privat dokter adalah sebanyak 497 orang dan 432 orang
dengan pendapatan sebesar Rp458.431.810,00 dan Rp356.082.087,00.
Pendapatan privat dokter tersebut diperuntukkan untuk dokter, anesthesi dan
assisten keperawatan dengan besaran yang telah ditetapkan dengan Keputusan

30
Direktur RSU Banyumas Nomor 900/360/2005 tanggal 23 Februari 2005 tentang
Kebijakan pelayanan private pada RSU Banyumas. Dari pendapatan privat
tersebut, tidak dijumpai adanya kontribusi langsung untuk rumah sakit dari porsi
pendapatan privat, disebabkan Surat Keputusan Direktur belum mengaturnya.
Surat Keputusan tersebut hanya mengatur pembagian tarif privat untuk
pendapatan dokter dan tim operasinya.
Dari hasil pemeriksaan atas pembayaran uang privat kepada dokter,
anesthesi dan Askep diketahui bahwa dana privat dokter tersebut disisihkan
sebesar 5% dari bagian dokter dan anesthesia untuk dana taktis. Dana taktis
tersebut dikelola oleh Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana (Sdri. Sukesti). Hasil
rekapitulasi pendapatan dana taktis menunjukkan bahwa selama Tahun 2004 –
2005 terdapat mutasi penambahan sebesar Rp38.251.006,00 dan mutasi
pengurangan sebesar Rp33.520.000,00. Hasil wawancara dengan Sdri. Sukesti
didapatkan informasi bahwa dana taktis privat dokter digunakan untuk pemberian
reward bagi karyawan terbaik yang dilaksanakan oleh rumah sakit secara berkala.
Sampai dengan 31 Agustus 2005 saldo dana taktis tersebut sebesar
Rp25.151.110,00. Data selengkapnya pada lampiran 5.
Mempelajari Keputusan Direktur RSU yang mengatur tentang pendapatan
privat, menunjukkan bahwa mekanisme yang dilaksanakan oleh Ka Subbid
Mobilisasi Dana mengikuti Keputusan Direktur, yaitu pengelolaan pendapatan
privat dapat dilakukan secara langsung, penyisihan dana dari pendapatan privat
telah diatur penggunaannya dan kontribusi untuk RSU dari pelayanan privat
belum diatur proporsinya.

c. Restitusi, potongan, resep kredit dan keringanan kepada pasien dipotongkan


langsung dari penerimaan kasir dan tidak diselenggarakan pembukuan yang
memadai.
Sesuai dengan ketentuan Perda tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan,
Direktur RSUD diberi kewenangan untuk memberikan pengurangan atau
pembebasan biaya bagi pasien. Pemberian pengurangan atau pembebasan biaya
dilakukan setelah pasien memenuhi syarat-syarat tertentu dan dilakukan secara

31
bertahap. Hasil pemeriksaan atas pembukuan pendapatan kasir penerimaan
menunjukkan adanya restitusi, resep kredit dan pemberian keringanan kepada
pasien dengan cara pemotongan langsung penerimaan kasir. Dari rekapitulasi
potongan secara langsung pada kasir melalui sample pada buku setoran rawat inap
diketahui minimal terdapat pemotongan sebesar Rp4.361.516,00 dari biaya
perawatan pasien, resep kredit sebesar Rp19.815.178,00, dan restitusi sebesar
Rp4.301.409,00. Atas pemotongan ini, kasir tidak menyelenggarakan buku
potongan, sehingga total nilai potongan pasien yang merupakan pengurang
pendapatan, atau subsidi rumah sakit tidak dapat diketahui dalam laporan
keuangan.
Hasil wawancara dengan kasir penerima, didapatkan informasi bahwa
kasir dapat memproses pemotongan biaya setelah pasien menunjukkan disposisi
Direktur atau kuasa Direktur, namun unit pelayanan tidak menginput data tersebut
ke dalam billing system. Dengan tidak diinputnya potongan tersebut, kuitansi
pembayaran hasil cetakan billing system yang digunakan sebagai dasar
pembayaran belum mengakomodasi potongan.
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan diperoleh informasi
bahwa prosedur pemberian potongan melalui billing system hanya dapat
dilakukan oleh pejabat yang berhak di unit pelayanan yang telah diberi kuasa oleh
Direktur melalui pemberian nomor pin tertentu. Maksud dari pengamanan
tersebut adalah agar pemberian potongan atau keringanan yang dilakukan melalui
billing system dapat selektif dan terpantau. Namun demikian pemeriksaan atas
pembukuan potongan tersebut menunjukkan bahwa potongan yang dilakukan baik
melalui billing (komputerisasi) maupun dengan cara manual belum dibukukan
sebagai biaya rumah sakit. Dengan demikian, pemberian potongan belum
sepenuhnya dapat dikendalikan oleh manajemen.

d. Pendapatan kasir dengan nilai yang belum dapat diidentifikasi tidak diinputkan
ke dalam billing sistem
Dengan diberlakukannya sistem komputerisasi dalam pelayanan, maka
seluruh transaksi pelayanan pasien diproses melalui billing system. Billing system

32
diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang data pelayanan
pasien, cepat dan akurat dalam pemrosesan data serta menjamin validitas
transaksi dari intervensi yang tidak diharapkan. Untuk dapat diproses dalam
billing system, diperlukan beberapa data pokok yang harus tersedia untuk setiap
pasien yang akan dilayani. Data pokok tersebut antara lain adalah nomor rekam
medis.
Hasil pengamatan atas kegiatan kasir penerimaan menunjukkan adanya
sejumlah pendapatan yang tidak dapat diinput pada sistem komputer karena tidak
tersedianya nomor rekam medis pasien pada sobekan rincian biaya (kitir/cepitir).
Kitir tersebut hanya berisi nama pasien dan biaya pelayanan, sehingga kasir tidak
dapat memproses penginputan data pasien ke dalam billing system. Kasir hanya
dapat menerima pembayaran dan membukukannya sebagai pendapatan RSUD.
Meskipun telah dibukukan sebagai penerimaan kasir, pendapatan yang tidak dapat
diinputkan ke dalam billing tersebut selanjutnya tidak terpantau keberadaannya
karena kasir tidak menyelenggarakan pembukuan tersendiri atas pendapatan
tersebut. Dengan kondisi demikian, maka data billing system belum
mencerminkan seluruh transaksi pelayanan pasien yang riil.

Pengelolaan pendapatan sebagaimana diuraikan di atas tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 24 ayat (3)
Pendapatan daerah disetor sepenuhnya secara tepat pada waktunya ke Kas Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata
cara penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD, pasal 40
• Ayat (1) Dalam fungsinya sebagai penerima pendapatan Daerah, Satuan
Pemegang Kas dilarang menggunakan uang yang diterimanya secara langsung
untuk membiayai pengeluaran perangkat daerah.

33
• Ayat (2) Satuan pemegang kas sebagaimana dimaksud pada pasal 39 ayat (6)
wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke Bank atas nama rekening
Kas Daerah paling lambat satu hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima.
c. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tanggal 22 Nopember 2001 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Badan RSUD Kabupaten Banyumas Unit
Swadana Daerah, pasal 55 ayat (1) Pemakaian fasilitas Rumah sakit oleh dokter
atau tenaga kesehatan lain untuk mengadakan praktek umum/spesialis, diatur
dengan surat perjanjian khusus. Ayat (2) Pemakaian fasilitas seperti tersebut pada
ayat (1) meliputi poliklinik umum, poliklinik gizi, kamar operasi, kamar roentgen,
kamar bersalin untuk kegiatan pemeriksaan.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66/MENKES/SK/II/1987 tentang Pola
Tarip RS Pemerintah pasal 19 “Pemungutan, pembukuan, penggunaan dan
pelaporan yang diterima di Rumah Sakit sebagai pendapatan Negara dilaksanakan
secara terpusat di Rumah Sakit.”
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan
Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah:
• Pasal 7 ayat (1) Unit Swadana Daerah dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kepada masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga. Ayat (2), bentuk dan jenis kerjasama dengan pihak ketiga dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Daerah.
• Pasal 13 ayat (1). b. Penerimaan fungsional Unit Swadana Daerah pada
bendahara khusus penerima dibukukan dalam buku kas umum/pembantu
dengan didukung bukti-bukti penerimaan yang sah; huruf.c. Penerimaan
fungsional Unit Swadana Daerah sebagaimana dimaksud huruf b. pasal ini,
pada kesempatan pertama segera disetor sepenuhnya ke Rekening
Bendaharawan Pengeluaran Unit Swadana Daerah yang bersangkutan di Bank
Pembangunan Daerah dan atau Bank Pemerintah lainnya yang ditunjuk.
f. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900 – 1101 tentang Petunjuk
teknis pengusulan, penetapan dan tata cara pengelolaan keuangan Unit Swadana
Daerah, Lampiran V. “ Rumah Sakit Swadana Daerah merupakan Unit Pelaksana
Teknis Daerah yang merupakan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan, maka

34
pengelolaan keuangannya disamping berpedoman pada pengelolaan keuangan
Rumah Sakit Swadana Daerah tetap tunduk pada peraturan mengenai Keuangan
Daerah.” Lampiran V. B. alinea dua disebutkan : Tarip dalam rangka
pengembangan pelayanan dan penyesuaian terhadap perubahan harga
barang/bahan alat ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul Direktur Rumah Sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/Menkes/PER/XII/1989 tentang
Rekam Medis pasal 2 “Setiap pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan
rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis

Penerimaan RSUD Banyumas yang tidak dibukukan secara bruto, dipotong langsung
dan dikelola di luar rekening kas RSUD mengakibatkan:
a. Pendapatan RSUD Banyumas kurang disajikan minimal sebesar
Rp2.056.498.547,00;
b. Kekurangan setor kepada pihak ketiga sebesar Rp112.562.468,00;
c. Membebani tugas kasir penerimaan;
d. Pendapatan privat dokter minimal sebesar Rp814.513.897,00 belum memberikan
kontribusi bagi RSUD;
e. Potongan, resep kredit dan restitusi belum sepenuhnya dapat dikendalikan oleh
manajemen;
f. Pendapatan RSUD berdasarkan Billing Sistem belum dapat diyakini
kelengkapannya.

Permasalahan tersebut di atas disebabkan oleh:


a. Direktur RSU kurang memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam menerbitkan
Surat Keputusan Direktur tentang pendapatan privat dokter, dan lalai tidak
memintakan persetujuan Kepala daerah atas Perjanjian KSO;
b. Kepala Bagian Keuangan sebagai atasan langsung Kasir penerimaan dan Kepala
Sub Bidang Mobilisasi Dana mengabaikan tugas pengawasan yang menjadi
tanggung jawabnya;
c. Kasir penerimaan kurang memahami mekanisme pembukuan pendapatan sesuai
ketentuan keuangan daerah;

35
d. Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana lalai menyimpan dana daerah pada rekening
pribadi dan tidak menyelenggarakan pembukuan atas penggunaannya.
e. Petugas pada unit-unit pelayanan kurang memahami pentingnya nomor rekam
medis sebagai data pokok pasien.

Sehubungan dengan hal tersebut Direktur menjelaskan bahwa


pertanggungjawaban kasir adalah berupa rekening atas nama “alat (Sukesti)” senilai
Rp99.443.415,00 dengan nomor rekening 3-003-20981-1 dari Bank BPD Jateng
selanjutnya akan dimasukkan dalam rekening RSUD di bawah pemegang kas namun
realisasinya akan dilaksanakan pada Tahun 2006, dikarenakan pada Tahun 2005 yang
sedang berjalan belum memuat pasal mengenai pembayaran kepada pihak ketiga.
Pada tanggal 6 Oktober 2005, Kepala Bagian Keuangan telah memberikan tindak
lanjut berupa tambahan kuitansi pembayaran kepada pihak ketiga senilai
Rp11.310.000,00 dan setoran tunai sebesar Rp1.809.053,00. Dengan adanya setoran
tambahan tersebut maka sisa kewajiban yang masih harus disetorkan ke Kas RSUD
berdasarkan perhitungan per tanggal 31 Agustus 2005 adalah sebesar
Rp99.443.415,00.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Bupati Banyumas untuk memerintahkan kepada Direktur RSUD agar melakukan
penertiban administrasi keuangan dan penataan personel yang tepat dalam bidang
pengelolaan keuangan RSUD;
b. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas menegur Kepala Bagian Keuangan yang
lalai dalam melakukan pengawasan keuangan yang menjadi tanggung jawabnya
dan Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana yang telah mengelola Keuangan RSUD
tidak sesuai ketentuan;
c. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas memerintahkan kepada Kepala Sub Bidang
Mobilisasi Dana untuk menyetorkan potongan jasa KSO sebesar Rp99.443.415,00
(per 31 Agustus 2005) dan potongan jasa KSO setelah masa pemeriksaan yang

36
masih dipungut ke Kas RSUD. Untuk selanjutnya pembayaran jasa pihak ketiga
dilakukan melalui pemegang Kas RSUD.
d. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas membuat surat perjanjian kerjasama
tentang privat dokter yang di dalamnya antara lain mengatur tentang kontribusi
untuk RSUD dari layanan privat dokter dan memerintahkan Kepala Sub Bidang
Mobilisasi Dana untuk menyetorkan dana privat dokter sebesar Rp25.151.110,00
ke Kas RSUD. Untuk selanjutnya pembayaran dana privat dokter dilakukan
melalui pemegang Kas RSUD.
e. Direktur RSUD agar memerintahkan kepada bagian yang terkait untuk
menyelenggarakan pencatatan pendapatan RSUD secara tertib, yaitu:
1) Kasir agar membukukan potongan/restitusi pada buku potongan;
2) Kepala Bagian Keuangan agar membukukan pendapatan secara basis kas dan
akrual dengan tertib, termasuk transaksi keringanan bagi pasien;
3) Direktur RSUD agar memerintahkan kepada Kepala Bagian PDE untuk
menertibkan data pendapatan pada billing system sehingga billing system
dapat memuat transaksi secara lengkap.

37
3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan
kontribusi yang memadai bagi daerah

RSUD Banyumas menempati areal seluas 46.560 m2 yang digunakan sebagai


area pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam mendukung pelayanan yang optimal,
RSUD Banyumas selain mengupayakan pelayanan medis dan penunjang medis, juga
telah berupaya melengkapi pelayanannya dengan menempatkan berbagai fasilitas dan
sarana prasarana yang dibutuhkan oleh pengunjung. Pelayanan tambahan tersebut
antara lain adalah Kantin RSUD, Toko Koperasi dan Wartel, Salon (Koperasi), serta
areal parkir bagi pengunjung. Fasilitas-fasilitas tersebut dikelola oleh pihak ketiga
(swasta) yang manajemennya terpisah dari manajemen Rumah Sakit.
Dari hasil pemeriksaan lapangan atas penggunaan fasilitas RSUD (pemda) dapat
disajikan data sebagai berikut:
No. Jenis Usaha Lokasi Pengelola Luas area
1 Kantin Di dalam area RSU Dharma Wanita 6.3 m x 6.6 m
2 Toko dan Wartel Di dalam area RSU Koperasi karyawan 4.6 m x 4.6 m
3 Salon Di dalam area RSU Koperasi karyawan 9,5 m x 2.7 m
4 Parkir luar Halaman luar RSU Sdr. Simun dkk. 23.4 m x 11m
5 Parkir dalam Halaman depan RSU Sdr. Simun dkk -
6 Toko Koperasi Halaman luar RSU Koperasi karyawan 6,75 m x 11 m
7 Kantin Koperasi Halaman luar RSU Mantan Karyawan 6,75 m x 11 m

Hasil pemeriksaan atas transaksi penerimaan RSUD dari aktivitas penggunaan


fasilitas Pemerintah Daerah tersebut menunjukkan terdapat penerimaan sebesar
Rp540.000,00 pada bulan April 2005 untuk sewa bangunan koperasi, wartel dan
salon. Sedangkan untuk parkir tidak dijumpai adanya kontribusi bagi RSUD. Hasil
wawancara dengan Bagian Tata Usaha RSUD diperoleh penjelasan bahwa perjanjian
kerjasama atas penggunaan fasilitas RSUD oleh pihak ketiga tersebut belum dibuat.
Penyetoran kontribusi kepada RSUD sebesar Rp540.000,00 per tahun merupakan
himbauan manajemen RSUD kepada pihak ketiga.
Pemeriksaan selanjutnya dilaksanakan dengan konfirmasi kepada pihak ketiga
yang mengelola unit bisnis yang bersangkutan. Pemilik Kantin saat dikonfirmasi

38
sedang tidak berada di tempat, sedangkan Ketua Koperasi Karyawan yang
membawahi unit Toko, Wartel, dan Salon menyatakan bahwa belum terdapat
kesepakatan antara RSUD dan koperasi tentang kontribusi untuk RSUD. Atas
pemakaian fasilitas di dalam area RSUD tersebut, biaya listrik dan air yang
digunakan oleh pemakai fasilitas masih ditanggung RSUD.
Selanjutnya dari hasil wawancara terhadap Pengelola Parkir didapatkan informasi
bahwa pengelola parkir membenarkan tidak adanya perjanjian kerjasama pengelolaan
parkir dengan Pemerintah Daerah (Dhi. RSUD Banyumas). Pengelola parkir
menjelaskan adanya gangguan-gangguan dari pihak luar yang sulit untuk
dikendalikan. Untuk selanjutnya yang bersangkutan bersedia untuk bermusyawarah
dengan pihak Pemerintah Daerah.
Dari hasil konfirmasi yang dilakukan kepada Pemerintah Daerah (dhi. BPKD
Kabupaten Banyumas) diperoleh keterangan bahwa pemakaian fasilitas RSUD oleh
pihak ketiga seharusnya memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah. Untuk
selanjutnya Pemerintah Daerah akan mengkoordinasikan dengan unit kerja yang
terkait dengan permasalahan tersebut.
Dengan adanya kondisi yang demikian, maka kerjasama RSUD dengan pihak
ketiga belum sepenuhnya dapat menguntungkan RSUD sebagaimana yang
diamanatkan dalam ketentuan.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105


Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:
a. Pasal 19 ayat (2) Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan
lain melalui kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan.
b. Pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan
pendapatan tersebut.

39
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. RSUD belum mendapatkan kontribusi yang memadai atas penggunaan fasilitas
daerah termasuk belum diperhitungkannya pemakaian biaya listrik dan air oleh
pihak ketiga.
b. RSUD tidak dapat mengendalikan pengelolaan parkir yang berada di wilayahnya
sehingga mengganggu pelayanan terhadap masyarakat.

Permasalahan tersebut disebabkan Direktur RSUD kurang berupaya untuk


mengintensifkan peningkatan pendapatannya dari pemakaian fasilitas RSUD.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa upaya penertiban dan penataan parkir akan melibatkan pihak
terkait dan akan segera dilakukan koordinasi dengan koperasi dan Dharma Wanita
Persatuan RSUD untuk dilakukan perjanjian atas penggunaan tempat milik RSUD
Banyumas. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSU telah menunjukkan data
tambahan bahwa RSUD telah membuat draft perjanjian kerjasama dengan pihak
ketiga, draft tersebut selanjutnya akan diproses melalui pemerintah daerah.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
Direktur RSUD Kabupaten Banyumas agar segera membuat perjanjian kerjasama
dengan pihak ketiga atas penggunaan fasilitas milik RSUD dan mengintensifkan
pendapatan yang seharusnya diterima RSUD.

40
4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah

Rumah Sakit Umum Daerah merupakan salah satu perangkat teknis daerah yang
bukan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan sehingga untuk memberlakukan
suatu kebijakan publik yang berkaitan dengan pelayanan RSUD harus mengikuti
ketentuan yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah. Demikian juga dengan
pemberlakuan tarif pada RSUD Banyumas yang berkaitan dengan masyarakat luas diatur
dalam suatu Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.
Tarif rumah sakit merupakan sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
kegiatan pelayanan medik dan non medik yang dibebankan kepada masyarakat sebagai
imbalan atas jasa pelayanan yang diterima. Dari hasil pemeriksaan atas data base
pelayanan pasien pada bagian pelayanan di masing-masing unit / instalasi dijumpai
adanya pemberlakuan dasar tarif yang tidak berdasarkan Perda. Hasil Konfirmasi
dengan Kepala Bagian Keuangan diperoleh penjelasan bahwa untuk mengatasi masa
transisi pemberlakuan tarif lama yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 1 Tahun 1991 tentang Pelayanan Kesehatan pada
RSUD Kabupaten Banyumas dan tarif baru yang tertuang dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas Unit Swadana Daerah,
maka direktur mengambil langkah kebijaksanaan dengan menaikkan tarif secara
bertahap. Langkah tersebut diambil karena kedua Perda tarif tersebut memiliki
perbedaan unit cost yang cukup besar. Hal ini terjadi karena pada saat disusunnya Perda
Tarif Tahun 2001 harga-harga kebutuhan rumah sakit relatif tinggi.
Untuk mengatur kenaikan tarif secara bertahap agar tidak terjadi lonjakan biaya
yang membebani masyarakat luas, maka direktur menerbitkan Buku Master Tarif Tahap I
yang dikeluarkan pada Tanggal 2 Januari 2002 dan Buku Master Tarif Tahap II
dikeluarkan pada 2 Januari 2003. Hasil penelaahan buku master tarif dan pembandingan
dengan Perda Tahun 2001 menunjukkan bahwa buku master tarif memuat tarif layanan
yang lebih rinci dan lengkap daripada tarif layanan yang tertuang pada lampiran Perda.
Penyusunan buku master tarif dilakukan berdasar unit cost yang diusulkan masing-
masing instalasi dan disetujui oleh Direktur RSU. Master tarif tersebut diberlakukan

41
tanpa persetujuan Pemerintah Daerah secara resmi. Dilihat dari perbandingan harga per
unit cost maka tarif pada master tarif tahap I secara umum lebih rendah dari tahap II dan
tarif pada master tarif tahap II secara umum lebih rendah dari Perda Nomor 18 Tahun
2001. Perbedaan tarif tiap tahap tersebut sebagian dapat dilihat sebagai berikut:
2
1 " (!"
))

! "#
$
%% &' (
) * * * *
$+, * ** * **
$ - * * * *
. $$
/ * * * *
,( "(& *
0)- *
Lengkapnya pada Lampiran 6
Penjelasan lebih lanjut dari Kasubbag Tata Usaha diperoleh keterangan bahwa
mulai tanggal 1 April Tahun 2005, melalui Surat Keputusan Direktur RSU Nomor 800/
671.A/2005, sudah diberlakukan tarif 100 % sesuai Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun
2001. Hasil pemeriksaan secara sampling menunjukkan bahwa sebagian tarif layanan
pasien masih dikenakan berdasarkan master tarif tahap II karena di dalam Perda tarif
diatur secara global dan belum mengakomodasi adanya rincian pelayanan tambahan
untuk pasien. Bahkan minimal untuk lima layanan yang dilaksanakan oleh RSUD, Perda
tidak menyebutkan tarifnya. Macam-macam jenis layanan tersebut yaitu:
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan Elektro Convultion Therapie (ECT)
c. Pelayanan EEG Brain Maping
d. Pelayanan ICU
e. Pelayanan Persalinan (VK)
Dari penghitungan secara sampling atas 10 jenis layanan pada bulan Januari s/d
Desember 2004 diketahui terdapat selisih pengenaan tarif berdasarkan master tarif II dan
Perda seperti terlihat pada tabel berikut ini:

42
Jenis Pemeriksaan Pendapatan jika Pendapatan Jika Selisih
dihitung dengan dihitung dengan
Master tarif Perda Nomor 18
Tahap II Tahun 2001
1. Pengenaan tarif lebih tinggi dari Perda
GDT / MDT Kelas II*) 605.000,00 199.500,00 405.500,00
Jumlah 605.000,00 199.500,00 405.500,00
2. Pengenaan tarif lebih rendah dari Perda*)
Hemoglobin Kelas I 1.591.031,00 3.751.637,00 2.160.606,00
Hemoglobin Kelas II 1.981.881,00 4.783.504,00 2.801.623,00
Hemoglobin Kelas III 1.924.450,00 4.775.565,00 2.851.115,00
Hemoglobin Paviliun 729.081,00 1.608.040,00 878.959,00
Hemoglobin Kelas VIP 749.264,00 1.836.025,00 1.086.761,00
Albumin Kelas II 768.421,00 1.830.000,00 1.061.579,00
Trigliserid Kelas II 1.730.000,00 1.944.000,00 214.000,00
Film 35x35 Kelas II 10.989.000,00 11.462.500,00 473.500,00
Jumlah 20.463.128,00 31.991.271,00 11.528.143,00
3. Pengenaan tarif yang tidak ada dalam Perda
EEG Brain Maping Kelas II 39.665.000,00 0,00 39.665.000,00
*) Pengenaan tarif ini dihitung tanpa mengakomodasi biaya bahan, sehingga dapat diperbandingkan
dengan tarif perda yang juga tidak mengakomodasi biaya bahan.

Pada saat pemeriksaan tidak diketahui adanya persetujuan Bupati Banyumas atas
pengenaan tarif yang tidak sesuai Perda dan pengenaan tarif atas layanan tambahan yang
belum diakomodasi dalam Perda.

Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan
Sebagian Urusan Pemerintahan dalam bidang kesehatan kepada Daerah Bab VII
Pasal 17 yang menyatakan bahwa :
- ayat (1) Tarip upaya kesehatan pada Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas
Pembantu serta sarana kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
- ayat (2) Tarip upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berpedoman pada komponen biaya yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
Unit Swadana Daerah Bab V Pasal 9 ayat (1) Tarif dalam rangka penambahan
pelayanan dan atau penyesuaian terhadap perubahan harga bahan ditetapkan dengan
Keputusan Bupati atas usul Direktur.

43
Pengenaan tarif yang tidak berdasarkan Perda mengakibatkan:
a. Pengenaan tarif atas lima layanan tidak memiliki dasar hukum yang memadai;
b. Penerimaan rumah sakit diterima lebih tinggi dari Peraturan Daerah minimal sebesar
Rp405.500,00;
c. Penerimaan rumah sakit diterima lebih rendah dari Peraturan Daerah minimal sebesar
Rp11.528.143,00.

Permasalahan tersebut disebabkan:


a. Kelalaian bagian pelayanan yang tetap memberlakukan Master Tarif Tahap II
meskipun Direktur telah memberlakukan Perda Nomor 18 Tahun 2001;
b. Perda Nomor 18 Tahun 2005 tidak memuat lampiran tarif secara lengkap dan rinci
dan Direktur RSU tidak mengusulkan adanya tarif tambahan layanan serta rinciannya
untuk ditetapkan Kepala Daerah agar menjadi landasan hukum yang memadai.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa penyusunan tarif mengacu pada Pola Tarif Rumah Sakit secara
global dan tidak rinci, sedangkan rincian tarif diterjemahkan sendiri oleh masing-masing
instalasi, namun demikian pada rencana penyusunan tarif berikutnya akan disusun tarif
pelayanan secara rinci dan jelas sehingga mudah dipahami oleh semua unit kerja di
rumah sakit. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSU memberikan tambahan
penjelasan bahwa RSU telah mengkomunikasikan perihal kenaikan tarif secara bertahap
tersebut pada rapat dewan penyantun dan pernah mengusulkan persetujuan atas tarif
layanan tambahan kepada Bupati. Namun demikian, saat dilakukannya klarifikasi
persetujuan tersebut belum dapat ditunjukkan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
a. Memerintahkan seluruh unit pelayanan untuk memberlakukan pemungutan tarif
berdasarkan Perda Nomor 18 Tahun 2001.
b. Mengusulkan tarif layanan tambahan yang belum tertuang pada Perda Nomor 18
Tahun 2001 kepada Bupati Banyumas untuk mendapatkan persetujuan.

44
5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai
peruntukannya

Fungsi Rumah Sakit adalah menyelenggarakan pelayanan di bidang kesehatan


bagi masyarakat luas, hal ini sesuai dengan tugas pokoknya yaitu melaksanakan upaya
kesehatan secara efektif dan efisien sehingga diharapkan rumah sakit dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat.
Untuk mewujudkan hal tersebut rumah sakit harus memiliki sumber daya yang potensial
di bidang kesehatan sesuai dengan standar bidangnya masing-masing. Karyawan rumah
sakit merupakan komunitas internal yang memegang peranan penting dalam menentukan
kesuksesan penyelenggaraan sebuah rumah sakit. Oleh karena itu semua karyawan harus
selalu diperhatikan kesejahteraannya. Salah satu bentuk kesejahteraan bagi karyawan
adalah adanya pembagian jasa pelayanan
Pembagian jasa pelayanan pada RSU Banyumas telah diatur oleh Direktur
sebagaimana tertuang dalam Buku Pedoman pembagian jasa pelayanan di Rumah Sakit
Umum Banyumas edisi lima, sedangkan teknis pembagiannya dilaksanakan oleh Tim
Indek Rumah Sakit yang terdiri dari perwakilan karyawan masing-masing
bagian/instalasi. Adapun pembagian jasa pelayanan tersebut terdiri dari :
a. Standar Penilaian Indek Langsung
1) Direktur
2) Kontrak Karya
3) Tunjangan Pejabat Struktural
4) Tindakan Khusus
5) Medis
6) Pembagian jasa pelayanan tidak langsung (PNS)
7) Dokter Tamu
b. Standar Penilaian Indek Tidak Langsung
1) Standar Penilaian Indek Medis
2) Standar Penilaian Indek PNS
3) Standar Penilaian Indek Kontrak Karya

45
Pembagian indek dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
a. Golongan/pangkat
b. Masa Kerja
c. Volume Tanggung Jawab
d. Volume Kerja
e. Tunjangan Fungsional
f. Volume Beban Kerja
g. Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, Tidak Tercela
Pemberian indek dilakukan/dipertimbangkan setelah yang bersangkutan mempunyai
masa kerja aktif minimal tiga bulan.
Pemeriksaan atas pembagian jasa pelayanan pada Bendahara Gaji, Buku catatan
keuangan dan hasil telaah SPJ menunjukkan terdapat pengeluaran yang diperhitungkan
sebagai komponen pengurang jasa pelayanan yang merupakan hak karyawan.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengeluaran untuk Dana Taktis direalisasikan sebesar Rp60.000.000,00
Besarnya pemotongan jasa pelayanan untuk dana taktis adalah sebesar
Rp3.000.000,00 per bulan, jumlah penerimaan sampai dengan Tahun 2004 sebesar
Rp3.000.000,00 x 12 bulan = Rp36.000.000,00 dan untuk Tahun 2005 sebesar
Rp3.000.000,00 x 8 bulan = 24.000.000,00 sehingga jumlah keseluruhan sebesar
Rp60.000.000,00 dan dana ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial
dan kedinasan yang tidak tersedia anggarannya. Hasil pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Dana Taktis untuk Tahun 2005, pengeluaran yang telah direalisasikan
sebesar Rp17,471,750.00 sedangkan pengeluaran untuk Tahun 2004 belum
diketahui nilainya karena tidak tersedia datanya.
b. Pengeluaran untuk Dana Investasi direalisasikan sebesar Rp238.000.000,00;
Besarnya pemotongan jasa pelayanan untuk dana investasi tergantung kebijaksanaan
direktur sesuai dengan naik atau turunnya pendapatan jasa pelayanan pada saat itu.
Hasil pemeriksaan SPJ untuk Dana Investasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

46
Bulan Jumlah Jumlah Saldo
Penerimaan Pengeluaran
Tahun 2004
Januari 10.000.000,00 - 10.000.000,00
Februari 10.000.000,00 - 20.000.000,00
Maret 10.000.000,00 - 30.000.000,00
April 10.000.000,00 - 40.000.000,00
Mei 10.000.000,00 - 50.000.000,00
Juni 20.000.000,00 - 70.000.000,00
Juli 20.000.000,00 - 90.000.000,00
Agustus 20.000.000,00 - 110.000.000,00
September 15.000.000,00 53.393.500,00
Oktober 15.000.000,00 71.606.500,00 68.393.500,00
November 15.000.000,00 - 83.393.500,00
Desember 15.000.000,00 - 98.393.500,00
Jumlah 170.000.000,00 98.393.500,00
Tahun 2005
Januari 4.000.000,00 23.500.000,00 78.893.500,00
Februari 4.000.000,00 - 82.893.500,00
Maret 10.000.000,00 - 92.893.500,00
April 10.000.000,00 12.770.000,00 90.123.500,00
- 23.500.000,00 66.623.500,00
Mei 15.000.000,00 23.500.000,00 58.123.500,00
Juni 15.000.000,00 10.000.000,00 63.123.500,00
Juli 10.000.000,00 23.500.000,00 49.623.500,00
- 11.248.000,00 38.375.500,00
Jumlah 68.000.000,00 38.375.500,00
Jumlah I dan II 238.000.000,00
Bunga Bank 3.968.868,00 42.344.368,00
Administrasi Bank 25.000 42.319.368,00
Jumlah Total 241.968.868,00 199.649.500,00 42.319.368,00

Hasil pemeriksaan atas penggunaan dana investasi sebesar Rp199.649.500,00 di


antaranya sebesar Rp70.500.000,00 dipinjam untuk pembayaran hutang kepada CV.
Cipta Sarana Informatika, sebesar Rp23.500.000,00 dipinjamkan tanpa keterangan
dan Rp10.000.000,00 dipinjamkan kepada dokter Tarkib. Atas peminjaman tersebut
belum diketahui pengembaliannya. Sedangkan sisa pengeluaran sebesar
Rp95.649.500,00 dipergunakan untuk keperluan kegiatan RSU pemeliharaan dan
pengembangan sarana dan prasarana rumah sakit, pembelian peralatan rumah sakit,
perawatan jenazah tanpa identitas, kegiatan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit dan lain-lain. Hasil penelaahan SPJ diketahui dari dana investasi sebesar

47
Rp95.649.500,00 tersebut di antaranya sebesar Rp34.607.000,00 dipinjamkan
kepada IPSRS RSU untuk kegiatan pemeliharaan RSU. Rincian selengkapnya ada
pada lampiran 7.
Dana investasi disimpan pada Tabungan Bima BPD Jateng dengan nomor rekening
2-003-13075-3 atas nama Drs. Santoso/Dana Investasi. Atas setiap pengeluarannya,
pemilik rekening menyatakan telah mendapatkan persetujuan dari Direktur RSU.

c. Bantuan untuk Pemerintah Daerah direalisasikan sebesar Rp50.000.000,00


Besarnya dana jasa pelayanan yang dikeluarkan untuk bantuan ke Pemda sebesar
Rp2.500.000,00 per bulan. Pemeriksaan SPJ menunjukkan dana yang telah
dikeluarkan adalah sebesar Rp2.500.000,00 x 12 bulan = Rp30.000.000,00 untuk
Tahun 2004 dan untuk Tahun 2005 (sampai dengan bulan Agustus) sebesar
Rp2.500.000,00 x 8 bulan = Rp20.000.000,00. Bantuan untuk pemda ini tidak
tercantum dalam Buku Pedoman pembagian jasa pelayanan, namun merupakan
kebijakan Direktur RSU untuk merealisasikannya.
Hasil konfirmasi dengan Pemegang Kas Rumah Sakit menjelaskan bahwa
pengeluaran tersebut sebagai “ Tali Asih “ dari rumah sakit kepada Pemerintah
Daerah dalam hal ini adalah BPKD.

Pengeluaran tersebut dengan jumlah sebesar Rp348.000.000,00 (Rp60.000.000,00 +


Rp238.000.000,00 + Rp50.000.000,00) direalisasikan tidak melalui mekanisme akun
pengeluaran yang sebenarnya akan tetapi melalui pengurangan belanja jasa pelayanan.
Di samping pengeluaran tersebut tidak mempunyai dasar hukum karena tidak diatur
dengan Surat Keputusan Direktur, pembentukan dana taktis dan dana investasi belum
mendapatkan persetujuan Kepala Daerah sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
pengelolaan keuangan daerah. Keberadaan dana-dana tersebut juga belum dibukukan
pada neraca RSU, sehingga transaksi penambahan maupun pengeluarannya tidak
terpantau dalam laporan keuangan.

48
Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan APBD, pasal 55 ayat (2) Pengguna anggaran dilarang melakukan
pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang
ditetapkan.
b. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan
Penatausahaan serta pertanggung jawaban Keuangan Unit Swadana Daerah
Paragraf 4 Pasal 11 ayat (2) Penggunaan dana Unit Swadana Daerah untuk
pembiayaan investasi prasarana dan sarana di Unit Swadana Daerah yang
bersangkutan supaya terlebih dahulu mendapat persetujuan tersendiri dari Menteri
Dalam Negeri untuk Daerah Tk I dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk
Daerah Tingkat II.
c. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kab Banyumas unit
Swadana Daerah pada
1) Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (19) yang menyatakan bahwa jasa
pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa
yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan,
konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.
2) Bab XIV Pengelolaan dan Penatausahaan penerimaan Rumah Sakit pada Pasal
57 ayat (7) menyebutkan bahwa Tata cara pengelolaan seluruh penerimaan
rumah sakit (pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran penggunaan
serta pelaporan) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

Permasalahan tersebut mengakibatkan :


a. Hak karyawan atas jasa pelayanan berkurang sebesar Rp348.000.000,00;
b. Status dana-dana yang disisihkan tidak memiliki landasan hukum, tidak jelas
mekanisme penggunaannya dan tidak terpantau dalam laporan keuangan.

49
Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan Direktur yang kurang memahami
ketentuan yang berlaku dan tidak tersedianya akun anggaran untuk pengeluaran
dimaksud.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa penggunaan dana-dana tersebut digunakan untuk kegiatan yang
sifatnya fleksibel dan tidak direncanakan sehingga tidak dianggarkan dalam DASK.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
a. Memerintahkan pengelola dana taktis mempertanggungjawabkan penyisihan jasa
pelayanan yang telah direalisasikan sebagai dana taktis sebesar Rp60.000.000,00
kepada Pemerintah Daerah (BPKD) dengan disertai bukti-bukti pengeluaran yang
sah;
b. Memerintahkan pengelola dana investasi mempertanggungjawabkan penyisihan jasa
pelayanan yang telah direalisasikan sebagai dana investasi sebesar Rp241.968.868,00
kepada Pemerintah Daerah (BPKD) dengan cara melengkapi bukti-bukti pengeluaran
yang sah, menyetorkan kas Dana Investasi minimal sebesar Rp42.319.368,00
(termasuk bunga bank sebesar Rp3.968.868,00) ke Kas RSUD, dan menarik
peminjaman dana investasi dari pihak ketiga serta menyetorkannya ke Kas RSUD;
c. Mengatur kembali pembagian jasa pelayanan kepada pihak di luar rumah sakit sesuai
ketentuan pengelolaan rumah sakit pemerintah, sehingga pembagian jasa pelayanan
sepenuhnya dilaksanakan dengan dasar hukum yang memadai dan transparan.

50
6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat
dan pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar senilai
Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai

Sebagai bagian dari Organisasi Pelayanan Kesehatan, Instalasi Laboratorium dan


Radiologi merupakan unit pelaksana teknis fungsional rumah sakit yang melakukan
kegiatan pelayanan pemeriksaan laboratorium dan radiologi dalam usaha membantu
pelayanan medis terutama dalam penegakan diagnosis dan pengelolaan pasien.
Instalasi laboratorium dan radiologi menyelengggarakan pelayanan untuk
penderita rawat jalan, unit gawat darurat dan unit rawat inap. Hasil pemeriksaan kegiatan
administrasi pemakaian bahan pada Instalasi Laboratorium dan Radiologi diperoleh
gambaran bahwa pengendalian intern pada masing-masing instalasi masih lemah, hal ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Instalasi Laboratorium
Pemeriksaan atas dokumen Buku Pantauan Pemakaian Bahan, Buku Pasien dan
hasil pengecekan alat uji Laboratorium yang merupakan bentuk Kerja Sama
Operasional (KSO) antara Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas dengan
pihak ketiga, terdapat minimal dua alat kesehatan yakni Analyzer Il Ilyte Na/K/Cl,
dan Autonalyzer ABX Mira Plus dengan UPS yang tidak terpasang indikator
pengukur kuantitas layanannya sehingga menyulitkan dalam pengendalian
pemakaian bahan yang sesungguhnya. Dari hasil pemeriksaan buku pantauan
pemakaian bahan, dengan mengambil sampling untuk bulan Desember Tahun 2004
dan Januari - Agustus 2005 serta dari data pasien yang sudah periksa tetapi tidak
mengambil hasil laboratorium dan tidak membayar, terdapat beberapa orang pegawai,
keluarga dan tamu yang melakukan pemeriksaan tanpa melalui prosedur yang
seharusnya yaitu dengan cara mendaftar dan melakukan pembayaran lewat kasir,
namun pasien khusus tersebut langsung mendapatkan pelayanan di Laboratorium.
Karyawan, Keluarga dan tamu yang menggunakan bahan laboratorium sebanyak
185 orang dengan nilai pembayaran minimal sebesar Rp8.165.950,00. Selain itu
terdapat 48 pasien dengan nilai pembayaran sebesar Rp946.150,00 belum membayar
layanan laboratorium namun hasil laboratoriumnya telah selesai diproses.

52
Hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Laboratorium dinyatakan bahwa
pasien-pasien tersebut merupakan pasien khusus yang memerlukan pelayanan cepat.
Pasien sebagaimana disebutkan telah mendapatkan ijin dari Direktur, namun tidak
diketahui secara formal data yang mendukung pernyataan tersebut. Dengan demikian,
pada saat pemeriksaan berakhir (tanggal 23 Agustus 2005) disimpulkan bahwa
layanan senilai Rp9.112.100,00 telah direalisasikan tanpa disertai pembayaran oleh
pasien.
Hasil cross cek data susulan dari Ka Sub Bid Penunjang Medis I setelah masa
pemeriksaan berakhir, yakni pada tanggal 6 Oktober 2005 menunjukkan tambahan
informasi bahwa Instalasi Laboratorium dan Kasir melakukan pencocokan atas
keseluruhan data tunggakan layanan di laboratorium. Pencocokan tersebut
menghasilkan data sebagai berikut:
Pasien khusus Pasien khusus Non Jumlah
Karyawan Karyawan
Tarif billing 15.695.480,00 7.141.630,00 22.837.110,00
Ditagihkan Askes (8.932.075,00) (773.000,00) (9.705.075,00)
Dibayar pasien (4.515.290,00) (5.214.530,00) (9.729.820,00)
Kekurangan tagihan 2.248.115,00 1.154.100,00 3.402.215,00

Berdasarkan tabel di atas masih terdapat tunggakan sebesar Rp3.402.215,00 yang


belum diselesaikan dan akan ditindaklanjuti oleh manajemen. Pada saat pemeriksaan
dilaksanakan, data pembayaran sebesar Rp9.705.075,00 dan Rp9.729.820,00 tidak
diketahui oleh Instalasi Laboratorium dan tidak dapat ditunjukkan, sehingga catatan
pada Instalasi Laboratorium masih menunjukkan data bahwa pasien belum
menunaikan pembayarannya. Hal ini menunjukkan kurangnya koordinasi antara kasir
dan instalasi laboratorium dalam menyajikan data pembayaran pasien secara akurat.

b. Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi telah melakukan kerja sama operasional dengan PT. Bhineka
Usada Raya Cabang Semarang dalam pemanfaatan alat CT Scanner yang tertuang
dalam Surat Perjanjian Kerjasama Nomor : 119/759 A/2001 pada Tanggal 15
September 2001. Pada perjanjian kerja sama ini disebutkan bahwa rumah sakit

53
menggunakan alat tersebut untuk pelayanan pasien dengan memberi kontribusi
kepada pemilik alat dan kewajiban pembelian film oleh pihak rumah sakit kepada
pihak pemilik alat. Akan tetapi pada saat alat mengalami kerusakan dan pemakaian
film menjadi bertambah karena film sering rusak maka pihak rumah sakit yang
menanggung kerusakan film tersebut. Pemeriksaan atas Dokumen Laporan Harian
Radiologi, Laporan Bulanan Kegiatan Radiologi, Buku Permintaan Barang, dan
hasil cek fisik menunjukkan terdapat perbedaan pemakaian film radiologi (CT Scan)
menurut data harian yang dilaporkan dan data administrasi. Menurut data harian,
pemakaian film selama periode sampling sebanyak 3330 lembar dengan jumlah
kerusakan sebanyak 267 lembar, sedangkan menurut data bagian administrasi
terdapat pemakaian film sebanyak 2660 lembar termasuk yang rusak, jumlah
kerusakan tidak dapat diidentifikasi karena data pada laporan administrasi tidak
tersedia. Dengan demikian terdapat selisih 670 lembar film (3330 lembar – 2660
lembar ) dengan nilai sebesar Rp12.781.422,50 (1 box =100 lbr film, harga per box =
Rp1.907.675,00) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak dapat
ditelusuri kebenarannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Mnrt Lap Pemakaian


Jumlah kegiatan ke Film mnrt
Bulan Pasien Pimpinan Jumlah Ctt Adm Selisih
Baik Rusak
(film) (Film) (film) (film)
Januari 04 67 120 2 122 76 46
Februari 24 40 0 40 34 6
Maret 17 28 4 32 17 15
April 59 75 15 90 67 23
Mei 66 110 12 122 104 18

Juni 94 140 10 150 132 18


Juli 94 135 7 142 109 33
Agustus 115 121 16 137 147 (10)
September 125 190 16 206 148 58
Oktober 93 149 22 171 128 43
Nopember 110 185 14 199 157 42
Desember 108 179 41 220 139 81
Jumlah 972 1472 159 1631 1258 373

Januari 05 119 156 15 171 156 15


Februari 89 112 27 139 115 24

54
Maret 125 177 20 197 168 29
April 144 196 2 198 199 (1)
Mei 166 280 18 298 213 85
Juni 146 292 12 304 202 102
Juli 129 199 5 204 178 26
Agustus 141 179 9 188 171 17
Jumlah 1.059 1.591 108 1.699 1.402 297
Jumlah Total 2.031 3.063 267 3.330 2.660 670

Menurut hasil konfirmasi dengan bagian administrasi diperoleh penjelasan bahwa


perbedaan tersebut terjadi karena adanya pemakaian film yang kemungkinan tidak
dimasukkan dalam buku administrasi pasien karena adanya pergantian shif petugas
jaga. Selisih tersebut tidak dapat ditelusuri dengan tuntas disebabkan kartu persediaan
barang harian tidak pernah dibuat. Pengecekan terhadap film yang rusak tidak dapat
dilakukan karena penyimpanan film rusak tertumpuk menjadi satu dari tahun ke tahun
sehingga data kerusakan film yang sebenarnya hanya berdasarkan laporan bulanan dari
Instalasi Radiologi.
Setelah berakhirnya masa pemeriksaan, yakni pada tanggal 6 Oktober 2005
Kepala Instalasi Radiologi memberikan tambahan data yang menunjukkan bahwa telah
dilakukan penghitungan ulang atas kerusakan film dengan hasil total kerusakan film
selama Tahun 2004 dan 2005 adalah sebanyak 520 lembar film. Kerusakan tersebut
antara lain disebabkan loading jam (film rusak karena alat rusak), film bergaris dan
pemotretan kurang sempurna sehingga perlu diulang. Atas sebagian kerusakan tersebut,
pihak RSUD telah melakukan permohonan penggantian film kepada rekanan dan
disanggupi akan diganti sebanyak 300 lembar.

Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:
• pasal 4 “Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”.

55
• pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan
pendapatan tersebut.
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
Unit Swadana Daerah Bab X Pasal 21 ayat (1) Bagi pasien yang tidak mampu
diberi keringanan membayar biaya pelayanan dan atau bebas biaya pelayanan,
tetapi pasien tersebut harus membawa surat keterangan miskin dari pejabat yang
berwenang, Untuk keperluan perawatan ini Direktur menempatkan pasien di kelas
II.

Permasalahan tersebut di atas mengakibatkan


a. Data tunggakan tidak dapat dipergunakan sebagai dasar pengendalian tunggakan oleh
manajemen;
b. Penerimaan rumah sakit dari layanan laboratorium tertunda minimal sebesar
Rp3.402.215,00;
c. Data pemakaian film tidak andal sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai dasar
pengendalian persediaan oleh manajemen;
d. Kerusakan film tidak terpantau oleh manajemen sehingga tidak dapat diminimalkan.

Permasalahan tersebut disebabkan:


a. Kurangnya koordinasi antara Instalasi Laboratorium dan Kasir dalam memantau data
pembayaran pasien dan kelalaian Kepala Instalasi Laboratorium dalam
menyelenggarakan pembukuan bahan secara harian;
b. Adanya kelalaian dari petugas administrasi dan petugas jaga yang tidak
mendokumentasikan data dan pemakaian film dengan baik dan lemahnya
pengawasan dari Kepala Instalasi.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa memang benar terjadi kurang koordinasi dan kurang tertib dalam

56
administrasi sehingga perlu dilakukan teguran kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan
Subid Pelayanan Medis I, Kepala Instalasi Rawat Jalan serta kepada Kasir.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
c. Menegur Kepala Instalasi Laboratorium dan Instalasi Radiologi yang kurang tertib
dalam melaksanakan administrasi layanan pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dan memerintahkan kepada masing-masing Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan
pembukuan harian atas pemakaian bahan yang berada pada instalasinya;
d. Menagihkan sisa tunggakan layanan laboratorium sebesar Rp3.402.215,00.

57
7. Pemberian eksra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar
Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas mempunyai 16 instalasi yang


masing-masing mempunyai tugas dan fungsi sesuai dengan bidangnya. Salah satu dari
ke-16 instalasi tersebut adalah instalasi gizi yang mempunyai tugas mengelola bidang
makanan, baik makanan pasien maupun makanan karyawan RSUD.
Dalam Prosedur Tetap pemberian makanan pada Instalasi gizi RSUD Banyumas
dengan Nomor Dokumen : 14/IG/V/89 dan Nomor Revisi 3 Tahun 2003 disebutkan
bahwa untuk karyawan mendapat porsi makan dari Rumah Sakit dengan ketentuan
sebagai berikut :
Jenis Karyawan Jenis Makanan Frekwensi/hari Keterangan
Dokter Jaga Menu VIP 4X
Residen Menu VIP 3X
Supervisi Menu Kelas II 1X - Lauk Hewani telur 1
buah
- Supervisi :hari libur
2X
Instalasi Gizi, Menu Kelas II 3X Semua karyawan
Satpam, Supir, mendapat teh manis 1
Masjid gelas sehari
Tukang Kebun dan Menu Kelas II 1X
ISS
Perawat, PDE, Menu makanan 1X Karyawan Dinas
Laboratorium, Dinas Malam Malam
Kasir, Apotik,
Informasi,
Radiologi
OK Telur + Mie Setiap ada 1 butir dan 1 bungkus
CITO
OK Tamu Menu VIP Setiap ada OP CITO apabila operasi
dilakukan setelah jam
14.00
Radiologi Telur + Susu Setiap hari - OK Tamu : dokter
spesialis dari luar
- Susu dan telur dalam
keadaan matang
Lembur Menu kelas II Sesuai Lembur berdasarkan acc
kebutuhan tertulis direktur

58
Sedangkan untuk yang mendapatkan snack harian sesuai prosedur tetap adalah Direktur,
Dokter Umum, Dokter Jaga, Dokter Residen, Dokter Spesialis, Kabag TU, Keuangan,
Perawatan, Kepala Instalasi Gizi, Apoteker/Kepala Instalasi Farmasi.
Pemberian makanan bagi karyawan tersebut dimaksudkan untuk kesejahteraan
karyawan dalam rangka penambahan gizi karyawan di lingkungan rumah sakit yang
dipandang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Di samping itu, berdasarkan data
pada Ruang Bougenville dan Ruang Cempaka (ruang penyakit dalam/ruang beresiko)
pada Tahun 2004 terdapat pasien Tubercolosis sebanyak 153 pasien dan telah
menyebabkan dua orang perawat terinfeksi penyakit tersebut.
Melihat kenyataan tersebut Kepala Bidang Keperawatan melalui surat Nomor
010/per/I/05 Tanggal 31 Januari 2005 mengajukan usulan untuk pemberian extra fooding
bagi perawat di ruang Bougenvile dan ruang Cempaka dengan pemberian makanan
tambahan tinggi protein. Adapun dana yang dibutuhkan adalah :
a. Kapasitas/jumlah pegawai yang membutuhkan makanan tambahan sebanyak 18 orang
untuk ruang bougenville dan cempaka
b. Harga makanan tambahan perporsi/orang
- Susu : Rp1000
- Telur : Rp600
c. Kebutuhan anggaran/Tahun Rp1600 X 18 orang x 365 hari = Rp10.512.000
Dari hasil pemeriksaan dan konfirmasi dengan Kepala Instalasi Gizi diperoleh penjelasan
bahwa usulan tersebut telah dilaksanakan dan dana yang telah dikeluarkan sampai dengan
bulan Agustus (saat pemeriksaan) adalah sebesar Rp1600 x 18 orang x 212 hari =
Rp6.105.600,00, akan tetapi atas pelaksanaan pemberian tambahan tersebut belum
didukung dengan adanya SK Direktur Rumah Sakit sehingga belum ada aturan resmi
yang melandasinya.

Permasalahan pemberian ekstra fooding yang tidak memiliki landasan peraturan


(SK Direktur) tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 983/MENKES/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit
Umum Bab III Bagian Pertama pasal 8 yang menyatakan bahwa Direktur mempunyai
tugas memimpin, menyusun kebijaksanaan pelaksanaan, membina pelaksanaan,

59
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini mengakibatkan pemberian makanan tambahan protein tinggi untuk ruang
Bougenvile dan ruang Cempaka senilai Rp6.105.600,00 direalisasikan tanpa dasar
peraturan yang sah dan dapat menimbulkan kecemburuan dari instalasi lain yang tidak
mendapatkan tambahan makanan.

Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian dari Kepala Instalasi Gizi yang telah
merealisasikan pemberian makanan tambahan tanpa didasari SK Direktur.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa sudah dibuatkan SK tentang kebijakan pemberian extra fooding
kepada karyawan secara keseluruhan. Namun demikian untuk pemberian extra fooding
protein tinggi tambahan bagi pegawai yang berisiko tinggi khususnya di ruang
Bougenville dan Cempaka belum diterbitkan SKnya.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas
untuk menegur Kepala Instalasi Gizi yang lalai dalam melaksanakan tugasnya dan
menetapkan Surat Keputusan tentang pemberian makanan tambahan protein tinggi untuk
pegawai berisiko tinggi secara proporsional dan sesuai kemampuan rumah sakit.

60
8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen
B belum memiliki landasan peraturan

Dalam menyelenggarakan pelayanan fungsionalnya menyediakan obat bagi


pasien, Instalasi Farmasi. RSUD Banyumas melaksanakan pelayanan melalui dua
komponen instalasi, yaitu:
a. Komponen A yang bertugas mengelola obat-obatan yang berasal dari Inpres.
Askes, Pengembangan dan Pemda.
b. Komponen B yang bertugas mengelola obat-obatan dari Pedagang Besar Farmasi
(PBF), Pedagang Obat (PO) dan Apotek.
Komponen B merupakan instalasi farmasi yang modalnya dimiliki oleh dokter-
dokter/ Apoteker RSUD Banyumas yang pengelolaan serta tata kerjanya telah diatur
oleh Keputusan Bupati Banyumas Nomor 442/276/1996 tanggal 9 April 1996.
Meskipun permodalannya dimiliki oleh dokter dan apoteker, kewenangan
pengelolaannya ada di bawah Direktur RSUD yang didelegasikan kepada seorang
Apoteker yang merupakan pegawai RSUD.
Dalam mengelola obat yang menjadi kewenangannya, Instalasi Farmasi
Komponen B memperoleh keuntungan dari hasil penjualan obat kepada pasien
RSUD. Pembagian keuntungan tersebut diatur sebagai berikut:
a. 40% untuk Kas Daerah (dhi. Kas RSUD) yang selanjutnya dipergunakan untuk
peningkatan mutu RSU, pelayanan, peningkatan sumber daya serta menunjang
instalasi komponen A.
b. 5% untuk pengembangan dan penambahan modal Komponen B.
c. 45% untuk pemilik modal yang diatur oleh Direktur RSU.
d. 10% untuk Direktur RSU.
Hasil pemeriksaan atas pembukuan pengelolaan instalasi farmasi komponen B
menunjukkan bahwa pengelolaan Komponen B menggunakan sumber daya RSUD
dan dibiayai dari anggaran daerah. Sumber daya untuk pengelolaan komponen B
meliputi personel, sarana dan prasarana RSUD (tempat, listrik, jaringan komputer
dll). Sumber daya yang dikeluarkan untuk menunjang pengelolaan obat di Instalasi
Komponen B tidak dipisahkan dari manajemen RSUD. Personel yang menangani
penjualan obat di komponen B juga ditugaskan untuk melayani penjualan obat di
Komponen A. Baik komponen A maupun B berada di bawah kendali Kepala Instalasi
61
Farmasi. Penggunaan sumber daya RSUD tersebut tidak disebutkan dalam Surat
Keputusan Bupati Nomor 442/276/1996. Nilai sumber daya RSUD tidak dapat diukur
dengan tepat disebabkan belum ada pengaturan yang jelas tentang biaya yang menjadi
kewajiban RSU untuk menunjang komponen B.
Selain ditunjang biaya yang berasal dari anggaran daerah, Komponen B telah
merealisasikan biaya administrasi dan insentif dari hasil penjualan obat. Biaya
tersebut dipergunakan untuk pembayaran tenaga harian lepas yang bekerja pada
komponen B dan biaya bahan habis pakai lainnya. Sesuai dengan Surat Keputusan
Bupati tersebut di atas, komponen B hanya diperkenankan mengurangkan hasil
penjualan obat dengan biaya pembelian obat, sedangkan biaya administrasi tidak
disebutkan keberadaannya untuk dapat direalisasikan. Selama Tahun 2004 dan 2005
(S/d Agustus) biaya yang direalisasikan oleh komponen B adalah sebesar
Rp155.825.600,00. Dengan direalisasikan biaya tersebut maka pembagian
keuntungan kepada RSU menjadi lebih rendah sebesar Rp62.330.240,00, seperti
tampak pada tabel berikut:
Tahun Laba Biaya Laba bersih Pembagian keuntungan Selisih
Dengan biaya Tanpa biaya
1 2 3 4=3-2 5=40%x4 6=40%x2 7=6-5
2004 1.668.643.030 99.118.250 1.569.524.780 627.809.912 667.457.212 39.647.300
2005 (Juli) 947.041.560 56.707.350 890.334.210 356.133.684 378.816.624 22.682.940
2.615.684.590 155.825.600 2.459.858.990 983.943.596 1.046.273.836 62.330.240
Penghitungan lengkap ada pada lampiran 8.

Hasil penelaahan atas surat keputusan Bupati Nomor 442/276/1996, menunjukkan


bahwa surat keputusan Bupati tidak mengatur secara jelas hak dan kewajiban kedua
belah pihak (RSU dan para pemilik modal), sehingga menimbulkan ketidakjelasan
perlakuan biaya yang harus direalisasikan untuk mendukung kelancaran tugas
Instalasi Farmasi Komponen B.
Dari hasil pemeriksaan atas mekanisme penerimaan uang penjualan obat pada
Komponen B diketahui bahwa komponen B melakukan pengelolaan uang dengan
cara penggunaan langsung dan terpisah dari pengelolaan keuangan RSUD. Uang
penjualan obat setiap harinya diterima oleh Kasir Penerimaan RSUD dan selanjutnya
disetorkan kepada bendahara komponen B melalui rekening nomor 1-003-01625-3.
Penggunaan uang penjualan obat secara langsung tersebut tidak diatur di dalam Surat

62
Keputusan Bupati. Atas penggunaan uang tersebut, bendahara komponen B telah
membuat pembukuan dan melaporkannya secara rutin kepada Direktur RSUD.
Hasil wawancara dengan Direktur RSUD diperoleh informasi bahwa format
pengelolaan komponen B dengan mekanisme yang selama ini telah berjalan
sebagaimana dijelaskan sebelumnya dipandang cukup andal dalam mengantisipasi
adanya pemberian resep keluar dari rumah sakit. Konfirmasi atas permasalahan ini
juga dilakukan kepada Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Kepala BPKD dan
Kepala Bagian Hukum Kabupaten Banyumas. Hasil konfirmasi ditindaklanjuti
dengan rapat yang menyetujui adanya pengaturan kembali hak dan kewajiban kedua
belah pihak serta memperjelas badan usaha yang akan bekerja sama dengan RSUD.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, pasal 19 ayat (2),
Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan lain melalui
kerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan.
b. Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Depkes RI Nomor
0428/Yanmed/RSKS/SK/1989 tanggal 17 April 1989 tentang Petunjuk
pelaksanaan peraturan Menkes RI tentang kewajiban menuliskan resep dan atau
menggunakan obat generik di RS Pemerintah :
• Pasal 3 ayat (4) Instalasi Farmasi Rumah Sakit berkewajiban dan harus
mampu mengelola obat-obatan Rumah Sakit secara berdaya guna dan berhasil
guna baik dari segi penggunaan biaya maupun obat-obatan.
• Pasal 9 ayat (3) Untuk dapat melaksanakan pengawasan dan pengendalian
terhadap pelayanan obat-obatan di Rumah Sakit, maka pelayanan obat-obatan
di Rumah Sakit harus melalui system satu pintu, ayat (4) Dengan system satu
pintu, sebagaimana dimaksud ayat (3) maka unit distribusi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (Apotek Rumah Sakit) secara bertahap harus difungsikan
sepenuhnya sebagai satu-satunya Apotek Rumah Sakit yang berkewajiban
melaksanakan pelayanan obat-obatan di Rumah Sakit.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Biaya operasional yang direalisasikan oleh rumah sakit untuk menunjang
Komponen B menjadi tidak jelas statusnya sehingga tidak diketahui hak dan
kewajiban antara pihak rumah sakit dengan pemilik modal.

63
b. Biaya operasional yang direalisasikan oleh Komponen B sebesar
Rp155.825.600,00 tidak memiliki landasan peraturan dan penerimaan bagi hasil
yang diterima RSU menjadi lebih rendah sebesar Rp62.330.240,00.
c. Penerimaan yang disetor tidak melalui Kas Daerah dapat mengakibatkan
penggunaan yang tidak sesuai tujuannya.

Permasalahan tersebut disebabkan Surat Keputusan Bupati Banyumas Nomor


442/276/1996 tidak mengatur dengan jelas:
a. Status badan usaha yang bekerja sama dengan RSUD,
b. Hak dan kewajiban kedua belah pihak yang bekerja sama,
c. Perlakuan biaya operasional Farmasi Komponen B,
d. Mekanisme pengelolaan keuangan di Farmasi Komponen B.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa aturan yang berlaku saat ini belum sesuai dengan aturan yang
ada di Pemerintah (Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000, Tanggal 10 Nopember
2000), sehingga akan ditindaklanjuti dengan membentuk suatu wadah (koperasi) dari
pemilik modal yang nantinya akan bekerja sama dengan RSUD Banyumas.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Direktur RSUD agar merumuskan perjanjian kerja sama pengelolaan Instalasi
Farmasi Komponen B yang secara jelas mengatur hak dan kewajiban RSUD dan
pengelola dengan prinsip saling menguntungkan, berkeadilan dan
mempertimbangkan azas kepatutan dalam pembagian keuntungan. Perjanjian
tersebut selanjutnya diusulkan kepada Bupati Banyumas untuk mendapatkan
persetujuan;
b. Bupati Banyumas agar melakukan evaluasi atas usulan perjanjian kerja sama
pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B sebelum melakukan persetujuan atas
perjanjian kerja sama tersebut.

64
10. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi
Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan
penambahan pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini
kebenarannya

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat,


Rumah Sakit Umum Banyumas memerlukan adanya peningkatan fasilitas sarana dan
prasarana Instalasi, yaitu dengan pembangunan ruang Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM).
Untuk membiayai pembangunan IRM tersebut, pada Tahun 2005 RSU telah
menganggarkan dana yang dituangkan dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK)
sebesar Rp296.604.000,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp284.139.000,00.
Sebelum pekerjaan dilaksanakan, pemimpin kegiatan telah menunjuk konsultan
perencana perorangan untuk membuat gambar dan perincian kebutuhan bahan/material
yang dibutuhkan untuk pekerjaan Pengembangan Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM),
namun penunjukan konsultan perencana tersebut tidak didasari dengan Surat Perintah
Kerja /Kontrak yang sah.
Untuk selanjutnya, pelaksanaan pekerjaan tersebut dilakukan dengan cara
swakelola berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) Nomor : 050/339/2005 tanggal 17
Februari 2005 dengan nilai pekerjaan Rp284.139.000,00. Jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 31 Mei 2005, dengan pemimpin kegiatan
pekerjaan tersebut adalah Kepala Sub Bagian Umum. Pekerjaan tersebut telah
diselesaikan dan diserahkan kepada Direktur RSU Banyumas berdasarkan Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan Pengembangan IRM pada tanggal 16 Mei 2005.
Dari hasil pemeriksaan atas Rencana Anggaran Belanja (RAB), rincian
perhitungan volume dan kebutuhan material serta surat pertanggungjawaban keuangan
diketahui bahwa pengadaan material direalisasikan melebihi kebutuhan sebesar
Rp59.387.579,20 dan terdapat pemalsuan bukti pengadaan material oleh salah satu
anggota panitia pengadaan. Adapun kelebihan tersebut sebagian di antaranya senilai
Rp26.161.500,00 berasal dari peninggian nilai RAB (mark up) yang dibuat oleh
pemimpin kegiatan terhadap Rincian Perhitungan Volume dan kebutuhan material yang
dibuat oleh konsultan perencana, yaitu :

65
Kebutuhan barang menurut
No. Uraian RAB Konsultan Selisih Harga Nilai selisih
Perencana Satuan
1. Pekerjaan Pasangan :
- Batu kali 39 39 - - -
- Batu merah 37.000 36.932 68 200 13.600
- Pasir 34 rit 32 rit 2 135.000 270.000
- Kapur 250 - 250 6.500 1.625.000
- PC 293 267 26 33.500 871.000
Jumlah : 2.779.600
2. Pekerjaan Beton
- Pasir 5 rit - 5 rit 135.000 675.000
- Split 26,9 - 26,9 90.000 2.421.000
- PC 224 - 224 33.500 7.504.000
Jumlah : 10.600.000
3. Pekerjaan Atap
- Kayu 8/12 x 4 m 155 129 26 154.000 4.004.000
- Kayu 6/12 x 4 m 70 58 12 122.000 1.464.000
- Kayu 5/7 x 4 m 800 667 133 31.500 4.189.500
- Kayu 2/3 x 4 m 1001 833 168 12.375 2.079.000
- Papan 2/20 x 4 m 46 38 8 46.000 368.000
- Genteng 19.800 16.663 3137 200 627.400
- Genteng nok 149 124 25 2.000 50.000
Jumlah : 12.781.900
Total : 26.161.500

Sedangkan untuk pekerjaan selain yang tercantum pada table di atas, antara RAB
yang dibuat oleh pemimpin kegiatan dan perhitungan konsultan perencana untuk
kebutuhan bahan/material tidak terdapat perbedaan. Meskipun tidak terdapat perbedaan
antara nilai RAB dengan rincian konsultan perencana, pemeriksaan lanjutan dilaksanakan
dengan konfirmasi kepada pihak yang kompeten dan pengujian fisik pekerjaan, dengan
mempertimbangkan kondisi bahwa penunjukkan konsultan perencana oleh pemimpin
kegiatan hanya secara lisan (rekan pemimpin kegiatan), dalam pelaksanaan pekerjaan
pemimpin kegiatan tidak membuat Kerangka Acuan Kerja, buku harian, laporan
mingguan maupun bulanan, serta Surat Pertanggungjawaban tidak dapat diketahui
dengan pasti nilainya (karena SPJ atas kegiatan rehab IRM ini tidak dikumpulkan
menjadi satu, sehingga sulit diidentifikasi.)

66
Konfirmasi dilaksanakan pada tanggal 12 September 2005 kepada pelaksana
pekerjaan dengan didampingi oleh salah satu anggota panitia pengadaan. Dari hasil
konfirmasi, dilakukan penghitungan secara uji petik terhadap pemakaian bahan/material
untuk pekerjaan plafon dan pembayaran ongkos pekerja, yaitu :
a. Ongkos pekerja dalam RAB (pemimpin kegiatan) termasuk ongkos pembongkaran
ditentukan sebesar Rp62.716.078,95 dan didasari dengan bukti kehadiran pekerja.
Namun pada kenyataannya yang diterima oleh pelaksana pekerjaan hanya sebesar
Rp55.355.749,75, sehingga terdapat selisih sebesar Rp7.360.329,20 yang merupakan
tanggung jawab pemimpin kegiatan.
b. Bahan/material yang diadakan lebih kecil dibandingkan dengan RAB, yaitu :
Pekerjaan Plafon 479 m.
Untuk pekerjaan plafon dibutuhkan bahan/material berupa kayu ukuran 6/12 x 4 m,
untuk hanger dan kayu ukuran 4/6 x 5 m untuk plafon.
Dari pekerjaan plafon tersebut dalam RAB telah ditentukan jumlah pengadaan
penggunaan kayu ukuran 6/12 x 4 m sebanyak 173 batang, namun berdasarkan
kenyataan/kayu yang digunakan hanya sebanyak 10 batang atau selisih sebanyak
173 – 10 = 163 batang. Harga per batang sebesar Rp122.000,00 atau nilai kerugian
sebesar Rp122.000 x 163 = Rp19.886.000,00.
Sedangkan kayu ukuran 4/6 x 4 m dalam RAB sebanyak 780 batang, pekerjaan per
m2 menggunakan 5 m kayu, maka kayu yang dibutuhkan 479 x 5 m = 2.395 m.
Dari ukuran kayu per batang 4 m, maka kayu yang dibutuhkan sebanyak = 2.935 : 4
m = 599 batang, namun menurut RAB 780 batang, atau selisih 780 – 599 = 181.
Harga per batang sebesar Rp 24.750,00 atau nilai kerugian sebesar Rp24.750,00 x
181 batang = Rp 4.479.750,00.
Eternit
Dari luas plafon 479 m2, maka kebutuhan eternit juga sebanyak 479 m2., dari
kebutuhan 479 m2 tersebut pihak panitia telah mengadakan sebanyak 40 box atau
400 m2, sedangkan yang 79 m2 menggunakan eternit lama/bongkaran. Menurut
RAB dibutuhkan 70 box atau 700 m2. Dengan demikian terdapat kelebihan 700 –
400 = 300 m2 atau 30 box. Harga per box sebesar Rp50.000,00 atau kerugian
sebesar Rp50.000,00 x 30 = Rp 1.500.000,00

67
Dari hasil pemeriksaan selanjutnya atas Surat Pertanggungjawaban Keuangan
(SPJ) yang dapat diidentifikasi untuk kegiatan pengembangan IRM diketahui bahwa
pengadaan material untuk kegiatan pengembangan IRM dilakukan oleh Sdr.
Mulyono, PNS RSUD Banyumas pada staf kepegawaian yang ditunjuk sebagai salah
satu anggota panitia pengadaan barang, serta bertindak juga sebagai supplier
(pemasok) material dengan nama UD. Dwi Tunggal yang beralamat di Jalan Bogisan
Kaliori, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.
Penelitian selanjutnya atas SPJ di Pemegang Kas dan bukti nota pengadaan material
yang sebenarnya (riil) diketahui bahwa :
1. Bukti asli pengiriman/pengadaan bahan/material yang diperoleh saat pemeriksaan
berasal dari Toko Fajar Indah dan Toko Bintang, sedangkan dalam SPJ, bukti
pengadaan yang dipergunakan untuk penagihan uang tidak diketahui adanya bukti
tersebut.
2. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pengecekan keberadaan UD. Dwi
Tunggal dengan didampingi salah satu anggota panitia pengadaan yang lain pada
tanggal 14 September 2005, yang diketahui bahwa pada alamat yang disebutkan
sebagai alamat UD. Dwi Tunggal tidak terdapat adanya toko bangunan maupun
UD Dwi Tunggal. Hal tersebut juga diperkuat dengan keterangan Ibu Lurah
Bogisan Kaliori yang rumahnya satu lokasi dengan alamat UD. Dwi Tunggal
yang menyatakan bahwa di daerahnya tidak terdapat UD. Dwi Tunggal maupun
toko bangunan lainnya.

Dari hasil wawancara dengan Sdr. Mulyono diperoleh pengakuan bahwa yang
bersangkutan telah melakukan pengadaan bahan/material dari distributor/Toko lain
dan nota serta kuitansi pembelian diganti dengan nama UD. Dwi Tunggal atas nama
dirinya. Dengan demikian Sdr. Mulyono akan sangat mudah untuk menambah angka
barang yang dibeli. Kegiatan tersebut mudah dilakukan karena keberadaan panitia
pengadaan barang yang lain, panitia pemeriksa pekerjaan dan panitia penerima
barang semuanya tidak berfungsi.

68
Permasalahan adanya pengadaan bahan/material yang melebihi kebutuhan tidak
sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4 disebutkan
bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan azas Keadilan dan Kepatutan;
b. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Basrang/Jasa Pemerintah dalam pasal 39 ayat (3)
disebutkan bahwa Pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara swakelola
adalah :
1). Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia;
2). Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat
setempat;
3). Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi dan pembiayaannya tidak
diminati penyedia barang/jasa;
4). Pekerjaan secara rinci/detail sulit dihitung/ditentukan;
c. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam huruf A
angka 2 antara lain ditetapkan bahwa dalam perencanaan swakelola agar menyusun
rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, melakukan perencanaan teknis,
menyiapkan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari masing-
masing rencana tersebut dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan APBD:
• Pasal 49 ayat (5) Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap
dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.

69
• Pasal 57 ayat (1) Pengguna anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang
yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti
yang sah.
e. Inmendagri Nomor : 21 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan
Ganti Rugi Keuangan Daerah dan Barang Daerah pada huruf C antara lain
disebutkan bahwa ruang lingkup penyimpangan ditinjau dari pelaku :
1) Pegawai Negeri bukan bendaharawan meliputi antara lain menaikkan harga,
menambah kualitas, mutu dan lain-lain;
2) Pihak ketiga meliputi antara lain penipuan, penggelapan dan perbuatan lainnya
yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kerugian daerah.

Permasalahan tersebut mengakibatan RSU Banyumas dirugikan minimal sebesar


Rp59.387.579,20 atau (Rp26.161.500,00 + Rp7.360.329,20 + Rp19.886.000,00 +
Rp4.479.750,00 + Rp1.500.000,00).

Hal tersebut disebabkan :


a. Kesengajaan dari Pemimpin kegiatan yang tidak membuat buku/laporan harian,
mingguan dan bulanan pelaksanaan kegiatan;
b. Kesengajaan dari Sdr. Mulyono untuk mengubah/mengganti nota pembelian
bahan/material yang sebenarnya menjadi nota dari UD. Dwi Tunggal;
c. Tidak berfungsinya Panitia Pemeriksa Barang, anggota panitia pengadaan lainnya dan
panitia penerima barang.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten


Banyumas menjelaskan bahwa dalam proses pekerjaan pengembangan IRM terdapat
pekerjaan di luar RAB yang merupakan permintaan user pada saat pelaksanaan
pekerjaan berlangsung dan perbedaan perhitungan antara pemimpin kegiatan dengan
konsultan perencana disebabkan konsultan belum menghitung pekerjaan pasangan dan
beton.
Selanjutnya pada tanggal 6 Oktober 2005 Direktur RSU dan Pimpinan Kegiatan
telah memberikan tambahan data dan penjelasan bahwa pada saat pelaksanaan pekerjaan

70
IRM tersebut telah terjadi perubahan dan penambahan-penambahan pekerjaan, namun
tidak diikuti dengan perhitungan kembali kebutuhan material dan administrasi atas
perubahan pekerjaan. Perubahan dan penambahan pekerjaan tersebut baru dibuat/dihitung
sendiri oleh Pimpinan Kegiatan pada saat memberikan komentar instansi dengan nilai
Rp20.363.400,00. Atas penambahan pekerjaan tersebut tidak didukung dengan Berita
Acara Perubahan/Penambahan pekerjaan sesuai prosedur semestinya. Dengan adanya
tambahan penjelasan seperti demikian, Badan Pemeriksa Keuangan belum dapat
meyakini kebenaran pekerjaan tambahan sebesar Rp20.363.400,00, sebelum dilakukan
pengujian atas tambahan pekerjaan tersebut.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada:
a. Bupati Banyumas untuk membentuk tim pemeriksa yang minimal terdiri dari unsur
Badan Pengawas Kabupaten, Dinas PU Cipta Karya, dan RSUD Kabupaten
Banyumas untuk melakukan pemeriksaan atas penambahan/perubahan pekerjaan
yang terkait dengan pekerjaan pengembangan IRM sebesar Rp20.363.400,00.
b. Kepala Bawasda untuk melaporkan hasil pemeriksaan tersebut di atas kepada Bupati
Banyumas dan menyampaikan hasilnya kepada Direktur RSUD untuk ditindaklanjuti
sesuai ketentuan pengelolaan keuangan daerah.
c. Direktur RSUD agar menarik kerugian minimal sebesar Rp39.024.179,20
(Rp59.387.579,20 – Rp20.363.400,00) dari Pemimpin Kegiatan dan menyetorkan ke
Kas RSUD.
d. Direktur RSUD agar memberikan peringatan kepada Pemimpin Kegiatan yang
sengaja tidak menyelenggarakan pencatatan atas pengelolaan pekerjaan
pengembangan IRM secara swakelola dan memberikan sanksi sesuai ketentuan
kepegawaian yang berlaku bagi PNS kepada Sdr. Mulyono atas kesengajaannya
mengganti nota pembelian.

71
10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00
secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat
diyakini kewajarannya

Dalam rangka meningkatkan pelayanan, Rumah Sakit Umum (RSU) Banyumas


pada tahun 2004 dan tahun 2005 telah mengalokasikan dana Belanja Modal yang
dituangkan dalam Dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK) untuk menambah atau
mengembangkan sarana prasarana ruangan dan bangunan lainnya. Jumlah anggaran
untuk kegiatan tersebut pada tahun 2004 dianggarkan sebesar Rp841.854.500,00 untuk
sembilan kegiatan dan telah direalisasikan sebesar Rp775.473.975,00, sedangkan untuk
tahun 2005 telah dianggarkan sebesar Rp1.080.736.000,00 dan sampai dengan bulan
Agustus telah direalisasikan sebesar Rp383.836.900,00.
Pemeriksaan atas dokumen rencana dan realisasi pelaksanaan kegiatan dan Surat
Pertanggungjawaban (SPJ) diketahui bahwa pelaksanaan pembangunan yang dilakukan
dengan cara swakelola tidak tepat, pelaksanaannya tidak sesuai ketentuan dan nilai
masing-masing pekerjaan tidak dapat diyakini kewajarannya, yaitu setiap pelaksanaan
pekerjaannya tidak didukung dengan laporan kegiatan, seperti buku harian, kerangka
acuan kerja dan setiap pencairan dana tidak didukung dengan prestasi kemajuan fisik
pekerjaan yang diketahui oleh panitia pemeriksa dan pengawas pekerjaan. Adapun
pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :
No. Uraian Anggaran Realisasi Tambahan keterangan
1. Pembuatan Poliklinik 4 220.014.500 220.014.500
2. Penambahan ruang gizi 134.000.000 133.962.000 18.982.500,00 Dana Investasi
3. Pembuatan Kamar mandi ruang 105.280.000 105.098.000 26.966.000,00 Dana Investasi
Flamboyan 2.920.000,00
4. Pengembangan ruang pemulasaran 70.500.000 70.443.000
5. Pembuatan Kamar Mandi Ruang 90.240.000 89.946.500
Edelwais, Cempaka dan Dahlia
6. Pembuatan Kamar mandi ruang Sakura 30.080.000 28.767.000
7. Pembuatan Nurse Stasionere 94.000.000 29.546.600
8. Pembuatan Tempat Parkir 69.740.000 69.705.125
9 Renovasi OK Unit II 28.000.000 27.991.250
10 Sandaran dan pengaman tempat tidur 5.289.000,00 Dana Investasi
11 Poliklinik 2 unit (Dana Askes 2003) 63.500.000,00 Dana Askes
Jumlah : 841.854.500 775.473.975 117.657.500,00

72
Tahun 2005
No. Uraian Anggaran Realisasi Dana
(s.d. Agustus) lnvestasi dan
lainnya
1. Pembuatan Poli VIP 250.000.000 -
2. Perbaikan IRM * 296.604.000 284.136.950 3.050.000,00
3. Pembuatan Nurse Stasionere 222.240.000 49.793.000
4. Pengembangan ruang Aula (Koverensi) 138.900.000 -
5. Pembuatan Tembok Keliling 60.000.000 49.906.950
6. Pembuatan TPA 42.372.000 -
7. Pembuatan Gudang Arsip 70.620.000 -
Jumlah : 1.080.736.000 383.836.900 3.050.000,00
*) Diuraikan dalam temuan pemeriksaan tersendiri.
Dilihat dari jenis dan nilai pekerjaan tersebut di atas seharusnya tidak dilaksanakan
dengan cara swakelola. Selain itu hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pelaksanaan
swakelola tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu pekerjaan swakelola tidak didukung
dengan penyusunan rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, tidak dilakukan
perencanaan teknis dan penyiapan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material,
peralatan yang dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari
masing-masing rencana tersebut belum dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja.
Dengan keadaan demikian baik untuk kualitas, kuantitas maupun kebutuhan material
sulit untuk diukur kewajarannya karena tidak dapat diperbandingkan dengan standarnya
dan sulit dikendalikan.
Pemeriksaan selanjutnya atas Dokumen Anggaran Satuan Kerja dan laporan realisasi
kegiatan, pelaksanaan pekerjaan dan dokumen lainnya diketahui bahwa terdapat lima
kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dana investasi dan belum dikembalikan sebesar
Rp57.207.500,00, serta terdapat pajak sebesar Rp14.004.198,00 belum disetor ke Kas
Negara, seperti tercantum pada tabel berikut:
No. Pekerjaan Peminjaman Pajak belum disetor
dari dana investasi
PPN PPh psl 22
1 Ruang Instalasi Gizi 18.982.500,00 1.725.682,00 284.738,00
2 Kamar mandi ruang flamboyan 26.966.000,00 2.367.818,00 355.172,00
3 Pompa Air untuk IRM 3.050.000,00 277.275,00 41.600,00
4 5000 batu bata Ruang flamboyan 2.920.000,00 265.454,00 39.818,00
5 10 Sandaran tempat tidur 5.289.000,00 480.818,00 72.123,00
6 Kamar mandi ruang Edelweis, Sakura - 8.093.700,00
dan Dahlia

73
Jumlah 57.207.500,00 13.210.747,00 793.451,00
Jumlah Pajak belum disetor 14.004.198,00

Penjelasan dari masing-masing pekerjaan adalah sebagai berikut :


a. Penambahan pekerjaan ruang instalasi gizi tidak dicatat laporan realisasi anggaran
yaitu, pengeluaran untuk pengadaan material sebesar Rp18.982.500,00. Untuk
membayar pengeluaran tersebut, pemimpin kegiatan melakukan peminjaman dari
dana investasi. Sejak bulan Oktober 2004 sampai dengan pemeriksaan bulan
September 2005 pinjaman tersebut belum dikembalikan. Dari pengeluaran tersebut
telah dipungut PPN sebesar Rp1.725.682,00 dan PPh pasal 22 sebesar Rp284.738,00,
namun belum disetor ke Kas Negara.
b. Penambahan Kamar Mandi Ruang Flamboyan selain dari anggaran dan realisasi
tersebut pada tabel sebelumnya, ternyata masih ada pengeluaran untuk pengadaan 14
pintu PVC dan perlengkapannya sebesar Rp26.966.000,00, yang dananya
direalisasikan dengan peminjaman dari dana investasi sejak Tahun 2004, sampai
dengan saat pemeriksaan dana tersebut belum dikembalikan. Dari pengeluaran
tersebut telah dipungut PPN sebesar Rp2.367.818,00 dan PPh pasal 22 sebesar
Rp355.172,00, namun belum disetor ke Kas Negara.
c. Pengadaan Pompa Air untuk ruang IRM sebesar Rp3.050.000,00 dibiayai dari
pinjaman Dana Investasi, namun belum dikembalikan serta dari pengadaan tersebut
telah dipungut PPN sebesar Rp277.275,00 dan PPh pasal 22 sebesar Rp41.600,00
namun belum disetor ke Kas Negara.
d. Pengadaan 5000 batu bata dan lainnya untuk ruang flamboyan senilai Rp2.920.000,00
dibiayai dari pinjaman dana investasi (belum dikembalikan) dan dari pengadaan
tersebut telah dipungut PPN sebesar Rp265.454,00 dan PPh pasal 22 sebesar
Rp39.818,00 namun belum disetor ke Kas Negara.
e. Pengadaan 10 sandaran tempat tidur senilai Rp5.289.000,00 telah dipungut PPN
sebesar Rp480.818,00 dan PPh pasal 22 sebesar Rp72.123,00 namun belum disetor ke
Kas Negara.
f. Dalam RAB Pembangunan Kamar Mandi untuk ruang Edelwais, Sakura dan Dahlia
per ruangan dananya sebesar Rp26.979.000,00 atau seluruhnya sebesar
Rp80.937.000,00 dari masing-masing RAB pekerjaan tersebut dialokasikan untuk

74
PPN sebesar Rp2.697.900,00 atau seluruhnya sebesar Rp8.093.700,00. Dari jumlah
pajak tersebut tidak ditemukan bukti pemungutan dan penyetorannya ke Kas Negara.
g. Pembuatan Poliklinik selain dari realisasi tersebut pada tabel sebelumnya, masih
terdapat penambahan dua poliklinik dengan biaya sebesar Rp63.500.000,00 yang
dibiayai dari dana pendapatan pelayanan Askes tahun 2003, namun SPJnya sampai
dengan berakhirnya masa pemeriksaan belum ditemukan.
Selain dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, hasil pemeriksaan atas
mekanisme pencairan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana RSUD
menunjukkan bahwa pemegang kas merealisasikan pembayaran tanpa didukung dengan
laporan perkembangan fisik dan keuangan yang dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangi oleh Panitia Pemeriksa Pekerjaan dan pengawas lapangan, namun hanya
didukung dengan bukti SPK, surat pesanan barang, nota dan kuitansi pembelian material.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:


a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 10 ayat (3)
disebutkan bahwa setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut;
b. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Basrang/Jasa Pemerintah dalam pasal 39 ayat (3)
disebutkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara swakelola
adalah :
1) Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia;
2) Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat
setempat;
3) Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi dan pembiayaannya tidak
diminati penyedia barang/jasa;
4) Pekerjaan secara rinci/detail sulit dihitung/ditentukan;

75
c. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam huruf A
angka 2 antara lain ditetapkan bahwa dalam perencanaan swakelola agar menyusun
rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, melakukan perencanaan teknis,
menyiapkan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari masing-
masing rencana tersebut dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja

Permasalahan tersebut di atas mengakibatkan :


a. Hasil pekerjaan baik kualitas maupun kuantitasnya serta biayanya tidak dapat
diyakini kewajarannya;
b. Laporan realisasi keuangan RSUD tidak menggambarkan pengeluaran yang
sebenarnya/ riil;
c. Penerimaan negara dari pajak tertunda sebesar Rp14.004.198,00.

Hal tersebut disebabkan :


a. Direktur RSU kurang memahami ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa di
lingkungan pemerintah;
b. Pemimpin Kegiatan mengabaikan tanggungjawabnya untuk melakukan perencanaan
pada setiap pekerjaan dan menyelenggarakan pencatatan harian serta laporan kegiatan
lainnya;
c. Tidak berfungsinya Panitia pemeriksa pekerjaan/barang dan pengawas pekerjaan;

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan bahwa belum disetornya pajak dikarenakan kegiatan tersebut sifatnya
masih meminjam ke Dana Tabungan dengan kode rekening Jasa Pelayanan sehingga
belum ada SPJnya.
Selain penjelasan di atas pada tanggal 6 Oktober 2005 Direktur RSU dan Pemimpin
Kegiatan telah memberikan tambahan data yang dibuat setelah masa pemeriksaan selesai
dilaksanakan. Adapun data tersebut adalah laporan mingguan, kerangka acuan kerja,
Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang serta SPJ pekerjaan dua poliklinik

76
dengan biaya sebesar Rp63.500.000,00 yang dibiayai dari dana pendapatan pelayanan
Askes tahun 2003. Berdasarkan tambahan data tersebut Badan Pemeriksa Keuangan
belum dapat meyakini kebenarannya sebelum dilakukan pengujian atas tambahan data
tersebut di atas.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Bupati Banyumas untuk menegur Direktur RSUD atas kelemahannya dalam
mengendalikan pekerjaan pembangunan fisik di lingkungan RSUD dan
memerintahkan untuk selanjutnya mengelola pengadaan barang dan jasa sesuai
ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
b. Bupati Banyumas untuk membentuk tim pemeriksa yang minimal terdiri dari unsur
Badan Pengawas Kabupaten, Dinas PU Cipta Karya, dan RSUD Kabupaten
Banyumas untuk melakukan pemeriksaan atas pekerjaan swakelola yang
dilaksanakan oleh RSUD yang didanai dari dana APBD dan dana tabungan investasi.
c. Direktur RSUD untuk memberikan peringatan kepada Pemimpin Kegiatan dan
Pelaksana Teknis Kegiatan yang mengabaikan tanggungjawabnya untuk mengelola
pekerjaan pengadaan barang dan jasa secara tertib dan memerintahkan segera
menyelesaikan seluruh pertanggungjawaban atas kegiatan tersebut serta menyetorkan
pajak yang menjadi kewajibannya sebesar Rp14.004.198,00 ke Kas Negara.
d. Direktur RSUD untuk menegur kepada Panitia Pengadaan, Panitia Pemeriksa Barang
dan Pengawas Pekerjaan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.

77
11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam
laporan keuangan

Dalam melaksanakan fungsinya di bidang pelayanan kesehatan kepada


masyarakat, RSUD menerima pembayaran atas jasa yang telah diberikan kepada pasien.
Dengan kondisi pasien yang sangat heterogen, pembayaran yang diterima tidak selalu
berupa pembayaran tunai namun juga merupakan pembayaran angsuran atau bahkan
terdapat pemberian keringanan atau penundaan pembayaran. Mekanisme tersebut
mengakibatkan timbulnya piutang pasien yang harus dikelola dengan tertib dan
diusahakan penagihannya.
Hasil penelaahan mekanisme pengelolaan piutang menunjukkan bahwa data awal
piutang pasien berasal dari Kasir Penerima RSUD melalui billing system (system
penagihan terkomputerisasi). Pada setiap akhir bulan, data pembayaran atas pasien yang
telah diperbolehkan pulang dicetak dan diantaranya menunjukkan saldo piutang yang
belum terbayar. Atas piutang yang belum terbayar tersebut, pasien diminta untuk
menandatangani surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan piutangnya. Surat
pernyataan tersebut diantaranya memuat nilai yang terhutang dan tanggal jatuh tempo.
Hasil pemeriksaan atas pencatatan administrasi piutang pasien menunjukkan
bahwa piutang pasien tidak dikelola dengan tertib, yang dapat ditunjukkan sebagai
berikut:
a. Data piutang hasil billing system tidak menunjukkan saldo piutang yang riil.
Pemeriksaan atas data pembayaran pasien pulang versi DOS (versi Windows belum
dapat menampilkan data piutang) menunjukkan bahwa kolom saldo piutang tidak
hanya memuat saldo piutang riil, namun juga memuat saldo piutang minus (karena
kelebihan pembayaran), saldo piutang yang ternyata didiskon, saldo piutang yang
ternyata dijamin oleh penjamin seperti Askes, Jamsostek atau perusahaan penjamin.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa alternatif kesalahan yaitu di antaranya
kesalahan input, kesalahan tidak mengidentifikasi pengalihan piutang bagi yang telah
dijamin pihak lain, kesalahan mengidentifikasi diskon dan trouble pada system.

78
b. Bukti pelunasan piutang tidak diarsip sehingga pelunasan piutang tidak dapat
ditelusuri kebenarannya
Pemeriksaan atas keabsahan pelunasan piutang pasien menunjukkan bahwa bukti
pelunasan piutang yang berupa surat pernyataan yang telah dicap lunas oleh kasir
tidak diarsip (dibuang), karena petugas kasir sudah menginputkan ke dalam billing
system. Surat penagihan yang telah dicap lunas juga tidak diarsip sehingga pelunasan
piutang sulit ditelusuri keabsahannya.

c. Surat penagihan piutang tidak diregister sehingga sulit ditelusuri kelengkapannya.


Kasubbid Mobilisasi Dana berdasarkan surat pernyataan piutang dari kasir
menerbitkan surat penagihan. Mekanisme penerbitan surat tagihan tidak tertib, yaitu
nomor surat penagihan tidak diregister dan tidak diarsipkan dengan rapi, sehingga
untuk menilai kelengkapan surat penagihan dalam satu periode sulit untuk dilakukan.
Laporan penagihan bulanan dibuat hanya untuk piutang yang telah jatuh tempo pada
bulan tersebut. Sedangkan untuk piutang secara kumulatif belum diketahui
kelengkapan penagihannya. Penagihan melalui surat dilakukan oleh Kasubbid
Mobilisasi Dana dengan diketahui oleh Kepala Bagian Keuangan. Tidak diketahui
adanya tim penagihan yang bertugas menagihkan piutang pasien.
Setelah piutang dilunasi oleh pasien, Kasubbid Mobilisasi Dana memberikan tanda
lunas pada data saldo piutang hasil cetakan billing system. Pemberian tanda lunas
tersebut tidak berdasarkan surat pernyataan yang telah dicap lunas oleh kasir, namun
dengan mengecek data pasien pada billing system yang dilakukan satu persatu. Cara
yang demikian sangat beresiko untuk dapat menyajikan data piutang yang akurat.

d. Laporan penagihan piutang tidak dikirimkan ke Bagian Keuangan sehingga mutasi


piutang tidak dibuat pembukuannya
Data mutasi piutang pada kasir berupa data piutang yang telah ditandai tersebut, tidak
dikirimkan ke Bagian Keuangan untuk dilakukan pembukuan piutang. Bagian
keuangan tidak memiliki data piutang, tidak menyelenggarakan penjurnalan dan
pemostingan pada buku besar. Pantauan atas piutang pasien, pelunasan piutang dan
saldo akhir piutang tidak dapat ditunjukkan oleh Bagian Keuangan.

79
e. Piutang tidak dapat diidentifikasi umurnya sehingga piutang yang telah kedaluwarsa
tidak dapat diketahui nilainya.
Dengan tidak dibukukannya piutang, maka umur piutang tidak dapat diketahui
sehingga penyisihan terhadap piutang-piutang yang telah kedaluwarsa tidak dapat
dilakukan. Dengan tidak dilakukannya penyisihan piutang maka biaya atas piutang-
piutang yang tidak tertagih tidak dapat dinyatakan pada laporan keuangan.

f. Piutang atas penjualan obat pada Instalasi Farmasi Komponen B dilunasi dengan
jasa pemilik modal.
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan piutang obat pada Instalasi Farmasi Komponen B
menunjukkan terdapat sejumlah resep kredit yang diberikan kepada pasien khusus
dari kalangan DPRD, Pemda, karyawan dan tamu-tamu RSUD. Dari hasil sampling
atas beberapa bukti pelunasan piutang obat DPRD dan Pemda diketahui bahwa
pelunasan piutang tersebut dilakukan oleh manajemen Farmasi Komponen B dengan
mengurangi bagian jasa yang seharusnya diterima oleh pemilik modal (para dokter
dan apoteker). Hal tersebut ditempuh sebagai salah satu pengendalian agar pemberian
resep oleh dokter memperhatikan kemampuan pasien dalam menebus resep tersebut.

Atas kondisi pengelolaan piutang yang tidak tertib dan tidak transparan tersebut
sebagaimana diuraikan di atas, manajemen RSUD belum melakukan upaya-upaya
penyelesaian yang optimal.

Permasalahan piutang yang tidak dikelola dengan tertib tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 34 ayat (1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk
mengelola pendapatan, belanja dan kekayaan Negara/daerah wajib mengusahakan
agar setiap piutang Negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:

80
• pasal 4 “Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”.
• pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan
pendapatan tersebut.
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan
Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah. Pasal 13
ayat (3) Untuk keperluan pengendalian/pengelolaan keuangan dan barang Unit
Swadana Daerah, dipergunakan penatausahaan menurut Sistem Akuntansi dengan
pembukuan berpasangan.

Pengelolaan piutang yang tidak tertib mengakibatkan:


a. Nilai piutang tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan.
b. Pelunasan piutang berpotensi menimbulkan penyimpangan.
c. Biaya penyisihan piutang tidak dapat diukur dengan tepat sehingga penghapusan
piutang yang telah kedaluwarsa tidak dapat diproses.
d. Pelunasan piutang obat untuk pasien tertentu menjadi beban Instalasi Farmasi
komponen B.

Ketidaktertiban pengelolaan piutang tersebut disebabkan :


a. Billing system atas pengelolaan piutang belum sempurna;
b. Kasir tidak memahami pentingnya pengarsipan bukti pelunasan piutang.
c. Adanya kecenderungan Kasubbid Mobilisasi dana untuk mengelola piutang secara
tidak transparan.
d. Kelalaian Kepala Bagian Keuangan dalam melaksanakan pengendalian piutang dan
menyelenggarakan pembukuan piutang pasien RSUD.
e. Kebijakan pengelola Instalasi Farmasi Komponen B yang melunasi piutang dengan
menggunakan jasa pemilik modal.

81
Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas
menjelaskan bahwa penagihan piutang sebenarnya bagian keuangan diberi tembusan
surat, namun demikian ada sebagian surat yang tidak dikirim, sehingga mutasi piutang
sulit dilakukan di keuangan. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSUD menjelaskan
bahwa pembenahan atas pengelolaan piutang telah mulai dilaksanakan dan ditertibkan.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
a. Menegur Kepala Bagian Keuangan yang lalai dalam melaksanakan pengawasan atas
pengelolaan piutang RSUD dan tidak menyelenggarakan pembukuan piutang;
b. Memperingatkan Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana yang telah mengelola piutang
secara tidak tertib dan transparan;
c. Memerintahkan kepada Kepala Bagian PDE untuk melakukan sosialisasi atas
pengelolaan piutang secara komputerize kepada petugas pada unit-unit pelayanan
sehingga kesalahan input dapat diminimalkan.
d. Memerintahkan Kepala Bagian Keuangan untuk melakukan penertiban atas
pengelolaan piutang yang meliputi:
1) Pengarsipan bukti pelunasan piutang;
2) Penyelenggaraan buku register penagihan piutang;
3) Penyelenggaraan pembukuan piutang;
4) Pembuatan laporan keuangan yang memuat data piutang RSUD.
e. Memerintahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk menghentikan cara
pembayaran piutang dengan menggunakan jasa pemilik modal dan mengupayakan
penagihan piutang yang menjadi tanggungjawabnya.

82
12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga
perolehan sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan

Untuk menangani pengelolaan barang inventaris dan peralatan medis di


Rumah Sakit Umum (RSU) Banyumas, telah ditetapkan pengurus barang dan
bendaharawan barang pada Sub Bagian Umum. Dalam pengelolaan barang inventaris
tersebut pengelola barang telah melakukan pembukuan, yaitu telah membuat Buku
Induk Inventaris, Buku Inventaris, Kartu Inventaris Barang dan setiap semester telah
menyampaikan kepada Bupati Banyumas berupa laporan mutasi barang.
Pemeriksaan atas dokumen pengelolaan barang inventaris diketahui bahwa
terdapat barang-barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak berat serta
tidak dapat dipergunakan lagi sebanyak 104 buah dengan nilai perolehan sebesar
Rp34.085.000,00 belum dikeluarkan dari pembukuan dan diusulkan penghapusannya
kepada Bupati Banyumas. Adapun rincian jumlah dan nilai barang tersebut adalah
sebagai berikut :
No. Nama Barang Jumlah Nilai Keterangan
1. Kursi putar 9 4.050.000,00 Rusak
2. Bangku bulat 12 660.000,00 Rusak
3. Meja komputer 1 450.000,00 Rusak
4. Kereta makan 2 3.000.000,00 Rusak
5. Meja dorong 3 900.000,00 Rusak
6. Kufis 2 2.000.000,00 Rusak
7. Kipas angin 3 225.000,00 Rusak
8. Sterilisator 2 2.000.000,00 Rusak
9. Kursi plastik 10 500.000,00 Rusak
10. AC 3 2.000.000,00 Rusak
11. Water heater 2 1.000.000,00 Rusak
12. Dispenser 4 1.250.000,00 Rusak
13. Kulkas 2 2.000.000,00 Rusak
14. Rak piring 1 500.000,00 Rusak
15. Suction 3 3.000.000,00 Rusak
16. Mesin tik 1 250.000,00 Rusak
17. Sterilisator kering 1 1.500.000,00 Rusak
18. Rak sepatu 10 500.000,00 Rusak
19. Kursi roda 1 900.000,00 Rusak
20. Alat radiologi 1 - Rusak
21. Bangku fiberglass 4 3.600.000,00 Rusak
22. Meja ½ biro 4 1.000.000,00 Rusak

83
23. Box bayi 5 500.000,00 Rusak
24. Almari besar 4 500.000,00 Rusak
25. Kotak saran 2 200.000,00 Rusak
26. ECT 1 500.000,00 Rusak
27. Vacum 1 1.000.000,00 Rusak
28. Calculator 10 100.000,00 Rusak
Jumlah : 104 34.085.000,00

Barang-barang tersebut tersimpan pada gudang dan tidak pernah dimanfaatkan


lagi. Pada saat pemeriksaan, Sub Bag Umum belum melaporkan kondisi kerusakan
barang tersebut kepada Direktur RSU agar dapat diproses usulan penghapusannya
kepada Bupati Banyumas.

Permasalahan barang inventaris yang telah rusak namun belum dihapuskan tersebut
tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 tanggal 14 Agustus 1997
tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah, dalam pasal 21 ayat (1) antara
lain menyebutkan bahwa setiap barang daerah yang rusak dan tidak dapat
digunakan lagi/hilang/mati, tidak efisien lagi bagi keperluan dinas dapat
dihapuskan dari daftar inventaris;
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor : 16 Tahun 2001 tanggal 22
November 2001 tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah dalam pasal 21 :
Ayat (1) disebutkan bahwa setiap barang daerah yang sudah rusak dan tidak
dapat dipergunakan lagi, dapat dihapuskan dari daftar inventaris;
Ayat (3) huruf a, Barang bergerak seperti kendaraan perorangan dinas dan
kendaraan operasional dinas ditetapkan oleh Bupati setelah memperoleh
persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang inventaris yang nilainya
relatif kecil ditetapkan dengan keputusan Bupati.

Barang inventaris yang rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi belum
diusulkan untuk dihapuskan, mengakibatkan kondisi dan nilai barang inventaris yang
dilaporkan kepada Bupati Banyumas tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya/tidak riil.

84
Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian dari pengurus barang dan atasan
langsungnya yang belum mengusulkan penghapusan barang inventaris yang telah
rusak berat/tidak dapat dipergunakan lagi.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten


Banyumas menjelaskan bahwa telah menugaskan kepada Kasub Bag Umum (Sdr.
Tjiptojo) untuk menindaklanjuti sesuai prosedur dari pemerintah kabupaten (sesuai
SOP).

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas
untuk memerintahkan Kepala Sub Bagian Umum untuk segera mengusulkan
penghapusan barang inventaris yang telah rusak berat/tidak dapat dipergunakan lagi
kepada Bupati Banyumas.

85
13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang
dipersyaratkan

Hasil observasi fisik alat-lat kesehatan yang terdapat pada sarana dan
prasaranan kesehatan penunjang serta hasil wawancara dengan penanggung jawab
teknis alat kesehatan pada Rumah Sakit Umum Banyumas menunjukkan bahwa alat
kesehatan yang dimiliki Rumah Sakit belum seluruhnya dilakukan kalibrasi sesuai
yang dipersyaratkan, yaitu untuk pengadaan sebelum tahun 2003 sebanyak 131 alat
kesehatan telah dilakukan kalibrasi terakhir pada tahun 2002 dan telah memiliki
sertifikat, namun sampai September 2005 belum dilakukan perpanjangan, sedangkan
alat kesehatan hasil pengadaan tahun 2003 sebanyak 26 alat belum dilakukan
kalibrasi. Sedangkan alat kesehatan hasil pengadaan tahun 2004 sebanyak 11 alat
belum berumur satu tahun dan masih dalam masa garansi toko.
Pengujian/Kalibrasi adalah merupakan keseluruhan tindakan yang meliputi
pemeliharaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan dengan
standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurannya (Sifat
Metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran, serta kegiatan
peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penjualan alat ukur. Pengujian/Kalibrasi
atas alat-alat kesehatan seharusnya dilakukan satu kali dalam setahun oleh institusi
penguji sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Nomor : 394/MENKES-KESOS/SK/V/2001 tanggal 8 Mei 2001, institusi
tersebut dapat berbentuk Organisasi Struktural atau Fungsional yang dimiliki
pemerintah atau swasta.
Kalibrasi alat kesehatan yang telah dilakukan RSU Banyumas pada tahun 2002
dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Jakarta, karena di wilayah Kabupaten
Banyumas belum ada lembaga yang bisa melakukan pengujian/kalibrasi atas alat-lat
kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang wajib dikalibrasi sebanyak 122 alat
kesehatan dengan rincian terlampir pada lampiran 9.

87
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
:363/MENKES/PER/IV/1998 tanggal 8 April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan pada Sarana dan Prasarana Kesehatan dalam :
a. Pasal 2
. Ayat (1) disebutkan bahwa Setiap Alat Kesehatan wajib dilakukan pengujian dan
atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran kinerja dan keselamatan
pemakaian;
Ayat (2) disebutkan bahwa pengujian dan atau kalibrasi dilakukan pada alat
kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan dengan kriteria :
1) Belum mempunyai sertifikat;
2) Sudah habis jangka waktu sertifikat.
b. Pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan
dilakukan oleh Instansi penguji secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu tahun.

Alat kesehatan yang terdapat pada sarana pelayanan kesehatan yang belum
dilakukan pengujian dan atau kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan, mengakibatkan
kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan pemakaian untuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat kurang terjamin.

Masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak rumah sakit
untuk melakukan pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Banyumas


menjelaskan bahwa pihak rumah sakit telah menyusun usulan untuk pengajuan
kalibrasi dan pada saat ini data mengenai alat sedang dipilih sesuai dengan prioritas
yang lebih dulu mengingat terbatasnya dana yang tersedia. Pada tanggal 6 Oktober
2005, Direktur RSUD memberikan penjelasan tambahan bahwa RSUD telah
mengusulkan permohonan anggaran kepada Pemerintah Daerah untuk dapat
dilakukannya kalibrasi.

88
Rekomendasi BPK-RI

BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


untuk melakukan kalibrasi atas peralatan yang belum dikalibrasi secara bertahap
sesuai kemampuan anggaran daerah.

89
16. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00
menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah

Dalam rangka meningkatkan sistem administrasi agar menghasilkan laporan secara


lengkap, akurat dan tepat waktu maka Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas bermaksud
menerapkan sistem komputerisasi secara on-line untuk setiap kegiatan pelayanan dan
administrasi rumah sakit, untuk itu maka RSUD Banyumas melakukan pengadaan
perangkat lunak dan keras komputer untuk memperbaharui sistem yang telah ada agar
tujuan tersebut dapat tercapai.
Hasil pemeriksaan atas pengadaan dan pengelolaan perangkat lunak dan keras
komputer pada RSUD Banyumas menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pekerjaan tahap I senilai Rp149.996.000,00 dilaksanakan dengan tidak cermat,
melalui penunjukan langsung, dan pembayaran tidak sesuai realisasi pekerjaan.
Berdasarkan notulen rapat pada tanggal 16 Maret 2004, didapatkan informasi
bahwa RSUD telah melakukan studi banding di beberapa rumah sakit yang
menggunakan sistem komputerisasi untuk dasar menentukan rekanan dan sistem yang
layak digunakan. Dari ke-empat sistem dari rekanan yang dikaji, peserta rapat
mengusulkan bahwa modul dari RS. Pertamina Jaya layak untuk digunakan, karena
lebih murah dan lebih dapat diaplikasikan karena telah teruji penggunaannya. Hasil
rapat tersebut selanjutnya dilaporkan kepada Direktur RSU untuk diputuskan.
Namun demikian, pada tanggal 22 September 2004 RSUD Banyumas telah
melakukan penunjukkan langsung kepada CV. Cipta Sarana Informatika (CSI)
Purwokerto untuk mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-
RS) berupa Billing Sistem (sistem pembayaran pasien) menggunakan program
Windows dengan nilai kontrak Rp149.996.000,00 dan pekerjaan tersebut harus
diserahkan pada tanggal 5 Nopember 2004 sesuai kesepakatan yang tertuang dalam
Surat Perjanjian (Kontrak) nomor 050/1383.A/2004.
Hasil wawancara kepada ketua tim pengadaan SIM-RS diperoleh keterangan
bahwa penunjukan langsung direalisasikan disebabkan pihak CSI sebelumnya telah
bekerja sama dengan RSUD Banyumas dalam mengembangkan Sistem

90
Komputerisasi Rumah Sakit dengan menggunakan program DOS (Disk Operating
System) sehingga pihak CSI hanya mengembangkan sistem komputer yang lama
menggunakan program baru.
Adapun sistem yang akan diadakan melalui perjanjian kontrak tersebut adalah sebagai
berikut :
NO. NAMA SISTEM VOLUME HARGA (Rp)
1. Modul Registrasi & Informasi 1 Paket 34.120.000,00
2. Modul Perawatan Pasien 1 Paket 54.120.000,00
3. Modul Kas & Bank 1 Paket 48.120.000,00
Jumlah 136.360.000,00
PPN 13.636.000,00
Total 149.996.000,00

Pemeriksaan lebih lanjut atas Surat Perjanjian Kerjasama tersebut tidak diketahui
adanya detail pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh rekanan, sehingga
kelengkapan atas aplikasi yang dikerjasamakan tidak dapat diketahui.
Hasil wawancara dengan tim pemeriksaan barang diperoleh penjelasan bahwa
sistem tersebut telah diserahkan kepada pihak RSUD pada tanggal yang disepakati
akan tetapi pada saat penyerahan belum dapat dipergunakan, sehingga akhirnya
dikembalikan untuk disempurnakan. Meskipun sistem tidak dapat dipergunakan,
RSUD Banyumas telah melunasi pembayaran pekerjaan tersebut pada tanggal 6
Desember 2004 sebesar Rp149.996.000,00, yang berarti tidak sesuai dengan
ketentuan dalam perjanjian yaitu pembayaran baru akan direalisasikan apabila barang
telah diterima dan dapat dipergunakan dengan baik.
Hasil wawancara dengan petugas Pengolahan Data Elektronik (PDE)
menyebutkan bahwa sistem tersebut tidak dapat digunakan disebabkan belum
tersedianya perangkat keras komputer yang memadai. Untuk mengatasi hal tersebut,
pihak CSI mengirimkan 25 unit perangkat keras komputer untuk dapat dipergunakan
oleh RSUD (dipinjamkan). Berita acara serah terima atas pengiriman komputer
tersebut tidak diketahui. Dokumen penerimaan barang dan pemeriksaan barang juga
tidak ditemukan. Sampai hari terakhir pemeriksaan belum didapat berita acara serah
terima dan berita acara pemeriksaan barang sehingga tidak diketahui secara pasti
status kepemilikan komputer tersebut.

91
Hasil pengecekan fisik dan wawancara dengan pihak PDE membuktikan bahwa
perangkat keras beserta jaringannya telah terpasang pada bulan Nopember 2004,
sehingga sistem yang dipesan RSUD semestinya sudah dapat diinstall dan
dipergunakan. Namun pada kenyataannya sistem tersebut baru dioperasikan pada
pertengahan Bulan Agustus 2005.
Hasil wawancara dengan pihak CSI, diperoleh penjelasan bahwa sistem tersebut
sudah terinstall sejak Nopember 2004, namun program masih perlu diperbaiki.
Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan atas perkembangan SIM-RS yang
dilaksanakan oleh RSUD pada tanggal 13 Juli 2005, disimpulkan bahwa program
SIM-RS belum dapat dioperasikan.
b. Pekerjaan tahap II senilai Rp620.145.900,00 dilakukan melalui hutang tanpa
persetujuan Kepala Daerah, pembayaran angsurannya direalisasikan tanpa
mempertimbangkan prestasi fisik pekerjaan, dan penyelesaian pekerjaannya
berlarut-larut.
Meskipun pekerjaan pembuatan sistem tahap I belum diterima dengan sempurna,
pada tanggal 1 Desember 2004 pihak RSUD kembali mengadakan kerjasama dengan
CV. Cipta Sarana Informatika Purwokerto untuk mengembangkan kembali program
SIM-RS menjadi lebih sempurna sekaligus menyediakan perangkat keras komputer
beserta jaringannya senilai Rp620.145.900,00 dengan rincian untuk pengadaan
perangkat lunak senilai Rp453.200.000,00 dan untuk perangkat keras senilai
Rp166.945.900,00 dengan sistem pembiayaan oleh pihak ketiga. Pembayaran
angsuran dijadwalkan selama 36 bulan mulai Januari 2005 sampai dengan Desember
2007 dengan angsuran perbulan Rp23.500.000,00 sehingga total pembayaran sampai
akhir periode pelunasan adalah sebesar Rp846.000.000,00. Sampai hari terakhir
pemeriksaan (20 September 2005) pembayaran telah direalisasikan sebesar
Rp211.500.000,00 (9 x 23.500.000,00). Perjanjian dengan sistem pembayaran
angsuran (hutang) tersebut belum dimintakan persetujuan secara tertulis kepada
DPRD dan Bupati.
Adapun rincian pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:

92
URAIAN UNIT HARGA JUMLAH
1. PERANGKAT KOMPUTER
PC. Work Station : 19 7.245.000,00 137.655.000,00
-. Motherboard Asus P4R800,VGA ATI Radeon
9100,FSB 800, AGP 8x, ATA 100,
Audio,NIC/LAN Card 3 Com 3C 940 Giga
Byte PCI, Dual DDR PC320
- Processor Intel Pentium 4 2.4 ghz
- Memory DDR 256 MB
- Keyboard & Mouse Logitech
- Speaker Aktif
- Monitor LG 15” Digital
2. JARINGAN KOMPUTER :
- Kabel Belden STP CAT 6 (Shield) 3 1.195.000,00 3.585.000,00
- Switch Hub 16 Port 10/100/1000 MBPS 1 5.685.000,00 5.685.000,00
- LAN Card 1 Gb 1 450.000,00 450.000,00
- Jasa Instalasi Jaringan 20 75.000,00 1.500.000,00
- Jasa Instalasi Workstation 20 140.000,00 2.800.000,00
- Jasa Instalasi Switch Hub 1 94.000,00 94.000,00
Total Perangkat Keras 151.769.000,00
PPN 15.176.900,00
Total Pembayaran 166.945.900,00

URAIAN UNIT HARGA JUMLAH


3. PERANGKAT LUNAK :
1 Modul Apotik / Inventory 1paket 63.000.000,00 63.000.000,00
2 Modul Medical Record 1paket 56.000.000,00 56.000.000,00
3 Modul Laboratorium 1paket 12.000.000,00 12.000.000,00
4 Modul Radiologi,Mammografi,CT-Scan 1paket 13.000.000,00 13.000.000,00
5 Modul Utility 1paket 13.000.000,00 13.000.000,00
6 Modul Kepegawaian 1paket 23.000.000,00 23.000.000,00
7 Modul Gizi 1paket 16.000.000,00 16.000.000,00
8 Modul Standar asuhan Keperawatan 1paket 39.000.000,00 39.000.000,00
9 Modul Perlengkapan 1paket 22.000.000,00 22.000.000,00
10 Modul Accounting & Keuangan 1paket 73.000.000,00 73.000.000,00
Support & Maintenance (1 th ) 82.000.000,00 82.000.000,00
Nilai Perangkat Lunak 412.000.000,00
PPN 41.200.000,00
Total Pembayaran 453.200.000,00
Total Perangkat Keras dan Lunak 620.145.900,00
Total Pembayaran diangsur 36 bulan @Rp23.500.000,00 846.000.000,00
Berdasarkan tabel di atas, terdapat pembelian 19 komputer sebagaimana
tercantum dalam Surat Perjanjian. Hasil wawancara dan pengecekan fisik
menunjukkan bahwa komputer tersebut adalah komputer yang telah dikirimkan pada
bulan Nopember 2004. Dengan demikian, pengiriman 19 komputer yang dilakukan

93
pada bulan Nopember 2004 tersebut, mendahului perjanjian kerjasama yang
ditandatangani pada 1 Desember 2004.
Sesuai dengan perjanjian kerja sama Nomor 445/2060.A/2004, pekerjaan tahap II
tersebut sudah harus terinstall dan terimplementasi mulai Bulan Januari 2005.
Berdasarkan hasil pengecekan fisik, perangkat lunak SIM-RS dari hasil perjanjian
kedua belum dapat dioperasionalkan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan konfirmasi pihak PDE diketahui
bahwa beberapa komputer belum digunakan sedangkan program SIM-RS yang baru
berjalan hanya program registrasi pasien dan biaya perawatan pasien atau Billing
System, tidak ada perbedaan yang signifikan antara program yang baru (under
Windows) dengan program lama (under DOS). Sedangkan program sub sistem
lainnya belum aktif walaupun sudah terpasang. Hasil konfirmasi kepada pihak PDE
diketahui bahwa belum berjalannya sistem tersebut dikarenakan belum adanya SDM
yang mampu untuk mengoperasikan program tersebut sehingga belum diketahui
apakah program SIM-RS tersebut dapat berjalan atau tidak.
c. Perjanjian Kerjasama tidak mempertimbangkan revisi surat penawaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen diketahui bahwa CV. Cipta Sarana
Informatika pernah mengajukan revisi Surat Penawaran Nomor 009 / CSI / III / 2004
tanggal 15 Maret 2004 tentang Pengembangan SIM-RS berbasis Windows dengan
jenis dan kualitas yang sama dengan harga yang lebih rendah untuk perangkat lunak
maupun perangkat keras akan tetapi RSUD tidak membuat perjanjian dengan harga
yang sesuai dengan harga revisi tersebut. Perbandingan harga perjanjian pertama dan
kedua dengan harga revisi adalah sebagai berikut :

94
No. URAIAN HARGA HARGA SELISIH
PERJANJIAN REVISI
1 Modul Registrasi & Informasi 34.120.000,00 22.000.000,00 12.120.000,00
2 Modul Perawatan Pasien 54.120.000,00 42.000.000,00 12.120.000,00
3 Modul Kas & Bank 48.120.000,00 35.000.000,00 13.120.000,00
4 Modul Apotik / Inventory 63.000.000,00 70.000.000,00 -7.000.000,00
5 Modul Medical Record 56.000.000,00 63.000.000,00 -7.000.000,00
6 Modul Laboratorium 12.000.000,00 12.000.000,00 0,00
7 Modul Radiologi,Mammografi 13.000.000,00 12.000.000,00 1.000.000,00
8 Modul Utility 13.000.000,00 14.000.000,00 -1.000.000,00
9 Modul Kepegawaian 23.000.000,00 25.000.000,00 -2.000.000,00
10 Modul Gizi 16.000.000,00 16.000.000,00 0,00
11 Modul Standar asuhan Keperawatan 39.000.000,00 39.000.000,00 0,00
12 Modul Perlengkapan 22.000.000,00 22.000.000,00 0,00
13 Modul Accounting & Keuangan 73.000.000,00 77.000.000,00 -4.000.000,00
Support & Maintenance (1 th ) 82.000.000,00 75.000.000,00 7.000.000,00
TOTAL 548.360.000,00 524.000.000,00 24.360.000,00

Perbedaan antara perjanjian dengan revisi penawaran dari CSI mengakibatkan RSUD
rugi minimal senilai Rp24.360.000,00 hanya untuk pengadaan perangkat lunak.

d. Inventaris komputer tidak diadministrasikan dengan tertib


Dari hasil konfirmasi pihak PDE dan pengecekan langsung di lapangan atas barang
inventaris komputer yang dimiliki RSUD Banyumas, diketahui terdapat pengadaan 47
unit komputer senilai Rp340.515.000,00 dan jaringan komputer senilai Rp39.727.800,00
tahun 2004 yang sudah terpasang di setiap unit di RSUD tetapi belum dilaporkan
kepada bendahara barang Pemerintah Daerah.
Pengadaan dan pengelolaan perangkat keras dan lunak komputer yang menyimpang
dari ketentuan tersebut tidak sesuai dengan :
a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 jo. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah tanggal 19 Mei
1999 dalam Pasal 12 ayat 1 menyebutkan bahwa pinjaman daerah dilakukan dengan
persetujuan DPRD.
b. Peraturan Pemerintah Nomor : 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4 disebutkan
bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan azas Keadilan dan Kepatutan;

95
c. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam pasal 3
menyebutkan bahwa Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip
efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil dan akuntabel.
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan APBD pasal 49 ayat (5) Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh
bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001
tanggal 1 Pebruari 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah pada :
Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa Biro perlengkapan/bagian perlengkapan
sebagai pusat invetarisasi barang bertanggung jawab untuk menghimpun hasil
inventarisasi barang dan menyimpan dokumen kepemilikan.
Pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa Kepala Unit/satuan kerja bertanggung
jawab untuk menginventarisasi seluruh barang inventaris yang ada dilingkungan
tanggung jawabnya.
f. Pasal 18 ayat (3) menyebutkan bahwa Daftar Rekapitulasi Inventaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Biro Perlengkapan/bagian
perlengkapan secara periodik.

Permasalahan tersebut mengakibatkan :


a. Memboroskan keuangan daerah sebesar Rp995.996.000,00 (Rp149.996.000,00 +
Rp846.000.000,00) karena pengadaan SIM-RS belum dapat dipergunakan sedangkan
hasil yang ada tidak berbeda dengan program komputer yang lama;
b. Pinjaman sebesar Rp620.145.900,00 tidak memiliki dasar yang sah sebagai pinjaman
daerah;
c. Merugikan keuangan daerah minimal sebesar Rp24.360.000,00 karena selisih harga
barang antara perjanjian dengan surat revisi penawaran.
d. Komputer dan jaringan belum dicatat sebagai inventaris sehingga rawan untuk
disalahgunakan.

96
Hal tersebut disebabkan :
a. Direktur RSU mengabaikan ketentuan tentang prosedur pinjaman daerah dan
ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah;
b. Tim pengadaan barang tidak melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, yaitu:
1) Tidak merencanakan kebutuhan barang secara cermat;
2) Tidak melakukan pengadaan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Tidak memonitor pekerjaan pihak rekanan apakah sesuai dengan perjanjian atau
tidak.
4) Tidak memperhatikan surat revisi kerjasama yang ditawarkan CV. Cipta Sarana
Informatika.
c. Tim pemeriksa barang tidak melaksanakan tugasnya untuk menentukan kelengkapan
barang yang diterima sehingga dapat direalisasikan pembayaran;
d. Pemegang kas lalai dalam melaksanakan tugasnya merealisasikan pembayaran tanpa
adanya bukti-bukti yang sah untuk dapat dibayarkan.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD menjelaskan bahwa


pengadaan software tidak dapat langsung diimplementasikan karena membutuhkan
kesiapan SDM. Pembelian software yang dilakukan RSUD bukan pembelian dalam arti
yang sebenarnya tetapi RSUD membayar jasa pelayanan untuk pembuatan software yang
masih dalam konsep pengembangan dan masih memerlukan masukan dari pihak RSUD
sehingga mundurnya pelaksanaan merupakan risiko yang tidak bisa dihindarkan. Tidak
siapnya program aplikasi karena banyaknya modul yang harus dikerjakan dan saling
terkait menyebabkan mundurnya pelaksanaan implementasi, sehingga hal tersebut perlu
disikapi dengan fleksibel dan kebijakan yang tepat agar tidak merugikan kedua belah
pihak. Proses pembangunan sistem informasi pada prinsipnya tidak akan pernah selesai
jika program tersebut dinyatakan selesai oleh rekanan dan meninggalkan RSUD maka
RSUD akan mengalami kerugian.
Pada tanggal 1 Oktober 2005 pihak RSUD menyampaikan evaluasi program aplikasi
SIMRS dengan hasil beberapa modul belum berjalan yaitu Modul Laboratorium, Modul
Radiologi, Mammografi, CT-Scan, Modul Kepegawaian, Modul Gizi, Modul

97
Perlengkapan dan Modul Accounting & Keuangan. Adapun Modul yang berjalan baru
Billing Sistem.

Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Ketua DPRD Kabupaten Banyumas agar memberitahukan kepada Bupati untuk
mengelola pinjaman daerah sesuai ketentuan pengelolaan pinjaman daerah;
b. Bupati Banyumas untuk menegur Direktur RSUD yang telah merealisasikan
pinjaman daerah tanpa persetujuan Kepala Daerah dan DPRD serta memerintahkan
untuk mengajukan usulan revisi perjanjian kerjasama pembiayaan pengadaan
perangkat lunak dan keras komputer yang akan disepakati oleh Pemerintah Daerah
dan Pihak Ketiga dengan memperhatikan:
1) Surat Revisi Penawaran dari CV. CSI;
2) Penyelesaian pekerjaan pada saat revisi perjanjian dibuat;
3) Rincian item-item pekerjaan yang menjadi kewajiban pihak ketiga;
4) Penjadwalan kembali masa pembayaran dan besarnya angsuran yang disepakati
oleh kedua belah pihak sepanjang tidak merugikan negara.
c. Direktur RSUD untuk memantau penyelesaian pekerjaan oleh pihak ketiga sesuai
kesepakatan yang tertuang dalam Kontrak Nomor 445/2060.A/2004 dan menarik
kerugian karena selisih harga barang minimal senilai Rp24.360.000,00 untuk
diakomodasi dalam revisi surat perjanjian yang akan disepakati oleh Pemerintah
Daerah dan pihak ketiga;
d. Direktur RSUD untuk menegur Panitia Pengadaan dan Pemeriksa Pekerjaan yang
mengabaikan tanggung jawabnya untuk mengadakan perangkat keras dan lunak
komputer secara tertib;
e. Direktur RSUD untuk melakukan pendiklatan kepada pegawai-pegawai yang terkait
dengan pengoperasian program komputer yang telah diadakan untuk meminimalkan
ketidakefektifan pengadaan software dan hardware komputer.
f. Direktur RSUD agar memerintahkan kepada Kepala Sub Bagian Umum bekerjasama
dengan Kepala Bidang PDE untuk menginventaris komputer dan perangkatnya yang
berasal dari pengadaan tahun 2004 dengan tertib.

98
15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi
lain

RSUD Banyumas berdiri di atas tanah seluas 46.560 m2 di desa Kejawar,


Kecamatan Banyumas Kabupaten Banyumas. Dalam rangka membantu kelancaran
tugas – tugas kantor BKKBN di daerah maka Pemda Kabupaten Banyumas pada
tanggal 26 Maret 1973 telah memberikan izin kepada Kepala BKKBN Propinsi Jawa
Tengah untuk memakai secara cuma-cuma sebagian tanah RSUD Banyumas seluas
60 x 25 m (1500 m2) untuk didirikan balai diklat BKKBN Kabupaten Banyumas.
Pada Tahun 1999, Bupati Banyumas telah mempersiapkan konsep perjanjian
pinjam pakai tanah RSUD Banyumas antara Pemda Kabupaten Banyumas dengan
kepala Kantor BKKBN Kabupaten Banyumas. Konsep tersebut telah mengatur hak
dan kewajiban kedua belah pihak, yang pada intinya penguasaan tanah tersebut masih
dibawah kewenangan Pemda Kabupaten Banyumas (dhi. RSUD Banyumas) dan
pihak Kantor BKKBN dapat memanfaatkannya sepanjang pihak RSUD Banyumas
belum memerlukan untuk keperluan yang sangat mendesak atau untuk pembangunan
dan pengembangan RSUD. Namun demikian, konsep tersebut pada kenyataannya
belum ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga konsep
tersebut belum dapat dipergunakan sebagai dasar pengaturan hak dan kewajiban
kedua belah pihak.
Hasil konfirmasi dengan Direktur RSUD dan Kepala Kesekretariatan RSUD
Banyumas, didapatkan informasi bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan, RSUD
Banyumas sangat memerlukan pengembangan RSUD di lahan yang telah dimilikinya,
termasuk tanah yang ditempati Diklat BKKBN di Kabupaten Banyumas. Salah satu
upaya yang telah dilakukan oleh RSUD Banyumas untuk mengambilalih penguasaan
hak pakai atas tanah tersebut, antara lain dengan meminta Bupati Banyumas untuk
memproses pengambilalihan penggunaan tanah tersebut dari Diklat BKKBN Propinsi
Jawa Tengah melalui Surat Direktur RSUD Nomor 031/1199/2004 tanggal 28
Agustus 2004.
Hasil konfirmasi dengan Kepala Diklat BKKBN Propinsi Jateng wilayah
Banyumas didapatkan keterangan bahwa BKKBN akan mengikuti ketentuan yang

99
berlaku tentang pengelolaan asset daerah, termasuk di antaranya pengaturan masalah
tanah pemerintah daerah Kabupaten Banyumas yang sedang dipergunakan oleh
instansinya dan apabila proses pengambil alihan tanah tersebut berhasil Kepala
Diklat mengharapkan agar pihak RSUD mempertimbangkan masalah Sumber Daya
(Pegawai) Diklat BKKBN. Kepala Diklat menjelaskan bahwa para pegawai tersebut
sudah bekerja di kantor Diklat relatif lama dan sebagian besar sudah menjadi
penduduk setempat (bermukim di sekitar RSUD).
Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir, 22 September 2005, tanah RSUD
tersebut masih dalam penguasaan Kantor Diklat BKKBN dan proses pengambilalihan
tanah tersebut belum selesai.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan Surat Perjanjian Pinjam Pakai


dengan Sertifikat Hak Pakai Nomor 00004 yang terletak di Desa Kejawar Kecamatan
Banyumas yang selanjutnya disebut Tanah Pemda Kab Banyumas c.q. Rumah Sakit
Umum Banyumas dalam sertifikat tanah disebutkan bahwa lamanya hak berlaku
selama dipergunakan untuk Rumah Sakit Umum Banyumas.

Tanah RSUD yang dikuasai pihak lain mengakibatkan RSUD tidak dapat
memanfaatkan tanah tersebut untuk melakukan pengembangan RSUD.

Adanya tanah RSUD yang dikuasai pihak lain disebabkan pihak RSUD dan
Pemerintah Daerah kurang proaktif dalam mengupayakan pengambilalihan tanah
tersebut.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas


menjelaskan sependapat dengan permasalahan tersebut dan akan menindaklanjuti
sesuai saran BPK. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSUD memberikan
tambahan penjelasan bahwa RSUD telah melakukan langkah-langkah koordinasi
dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menindaklanjuti permasalahan ini.
Untuk selanjutnya Pemerintah Daerah akan menunggu jawaban dari pihak yang
terkait.

100
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberikan rekomendasi kepada Bupati Banyumas untuk mengupayakan
pengambilalihan hak atas tanah yang dipergunakan oleh Diklat BKKBN Propinsi
Jawa Tengah dengan mempertimbangkan keberadaan pegawai instansi yang
bersangkutan.

101
Perhitungan Bagi Hasil Pendapatan Administrasi
Tahun 2004 - 2005

Bulan/Tahun Setoran ke Kasda Bagi hasil


Rawat Inap Rawat Jalan Jumlah 50%
2004
Jan 2,139,250 5,915,100 8,054,350 4,027,175
Feb 1,453,000 4,289,500 5,742,500 2,871,250
Mar 1,785,000 5,355,700 7,140,700 3,570,350
Apr 1,694,250 4,696,750 6,391,000 3,195,500
Mei 1,806,000 4,541,000 6,347,000 3,173,500
Jun 1,699,750 4,549,750 6,249,500 3,124,750
Jul 1,738,750 4,896,500 6,635,250 3,317,625
Agust 1,729,750 4,818,750 6,548,500 3,274,250
Sep 1,582,750 4,261,250 5,844,000 2,922,000
Okt 1,618,250 4,439,000 6,057,250 3,028,625
Nop 1,765,500 4,766,750 6,532,250 3,266,125
Des 1,735,250 5,292,500 7,027,750 3,513,875
Jumlah I 20,747,500 57,822,550 78,570,050 39,285,025

2005
Jan 1,651,000 5,093,250 6,744,250 3,372,125
Feb 1,434,000 4,852,750 6,286,750 3,143,375
Mar 1,648,500 4,922,250 6,570,750 3,285,375
Apr 1,562,506 4,649,750 6,212,256 3,106,128
Mei 1,652,000 5,044,250 6,696,250 3,348,125
Jun 1,514,250 4,823,750 6,338,000 3,169,000
Jul 1,658,000 4,723,000 6,381,000 3,190,500
Agust 1,437,000 4,937,750 6,374,750 3,187,375
Jumlah II 12,557,256 39,046,750 51,604,006 25,802,003
Jumlah I + II 33,304,756 96,869,300 130,174,056 65,087,028

102
Lampiran : 2

PENERIMAAN SEWA DIKLAT

No Tgl Kunjungan Nama Instansi Biaya Diklat

1 28 Januari 2004 RSU Temanggung 150,000.00


2 04 Februari 2004 RSU Cilegon 150,000.00
3 12 Februari 2004 RSU Telogorejo 150,000.00
4 19 Februari 2004 RSU Cilacap 150,000.00
5 28-Apr-04 RSU Dr Soemarno Kaltim 150,000.00
6 06 Mei 2004 RSU Majenang 150,000.00
7 5-7 Mei 2004 RSU Labuang Baji Makasar 150,000.00
8 12 Mei 2004 RSU Wonosobo 150,000.00
9 19 Mei 2004 RSU Kardinah Tegal 150,000.00
10 15 Juni 2004 Bapelkes Gombong 150,000.00
11 14-15 Juni 2004 RSU Simeuleu 150,000.00
12 27 Juli 2004 RSU Palembang Bari 150,000.00
13 28 Juli 2004 RSU Gunung Sitoli 150,000.00
14 31 Agustus 2004 RSU Arjawinangun Cirebon 150,000.00
15 2-Sep-04 Bapelkes Gombong 150,000.00
16 14-Sep-04 RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta 150,000.00
17 RSU Tugurejo 150,000.00
Jumlah I 2,550,000.00
Tahun 2005
1 17 Februari 2005 RS Sarila Husada Sragen 150,000.00
2 23 Februari 2005 RSU Kayu Agung Sumsel 150,000.00
3 17 Maret 2005 Dinkes kota Depok 150,000.00
4 01 Juni 2005 RSUD Dr Soeselo Slawi 150,000.00
5 23 Juni 2005 RSUD Wates 150,000.00
6 29 Juni 2005 RSU Ambarawa 150,000.00
7 31 Agustus 2005 RSU Islam Harapan Anda 150,000.00
Jumlah II 1,050,000.00
Jumlah I dan II 3,600,000.00

103
Lampiran : 3
Rakapitulasi potongan langsung jasa KSO
Tahun 2004 - 2005

EEG CT Scan
2,004 Potongan Setoran Dokter Pasien Selisih Potongan Setoran Dokter Jml Pasien Selisih

Jan 1,235,000 1,167,000 - 18 (68,000) 9,425,000 10,887,500 - 67 1,462,500


Feb 2,080,000 2,340,000 - 260,000 3,087,500 3,900,000 - 24 812,500
Mar 4,190,000 4,225,000 220,000 44 255,000 2,112,500 2,762,500 - 17 650,000

Apr 4,200,000 3,705,000 285,000 57 (210,000) 7,800,000 9,587,500 - 59 1,787,500


Mei 3,220,000 3,185,000 245,000 49 210,000 9,912,500 12,187,500 - 75 2,275,000
Jun 2,800,000 2,795,000 215,000 43 210,000 13,975,000 15,275,000 - 94 1,300,000
Jul 3,570,000 4,420,000 340,000 68 1,190,000 14,462,500 15,275,000 - 94 812,500
Agust 3,010,000 2,990,000 230,000 46 210,000 17,550,000 18,687,500 - 115 1,137,500

Sep 3,570,000 3,250,000 250,000 50 (70,000) 17,225,000 20,312,500 - 125 3,087,500

Okt 2,310,000 1,885,000 145,000 29 (280,000) 13,812,500 15,112,500 - 93 1,300,000

Nop 2,030,000 1,690,000 130,000 26 (210,000) 16,575,000 17,875,000 - 110 1,300,000

Des 4,060,000 3,380,000 260,000 52 (420,000) 16,250,000 17,550,000 - 108 1,300,000


Jumlah 36,275,000 35,032,000 2,320,000 482 1,077,000 142,187,500 159,412,500 - 981 17,225,000

2,005

Jan 3,900,000 3,380,000 260,000 52 (260,000) 16,900,000 19,337,500 - 119 2,437,500

Feb 3,150,000 2,730,000 210,000 42 (210,000) 13,000,000 14,462,500 - 89 1,462,500


Mar 2,870,000 2,730,000 210,000 42 70,000 19,825,000 20,312,500 - 125 487,500

Apr 1,820,000 1,560,000 120,000 24 (140,000) 21,287,500 23,400,000 - 144 2,112,500

104
Mei 3,500,000 3,640,000 280,000 56 420,000 22,910,000 27,300,000 - 168 4,390,000
Jun 3,290,000 3,665,000 205,000 41 580,000 21,637,500 23,725,000 - 146 2,087,500

Jul 2,310,000 1,275,000 175,000 35 (860,000) 17,062,500 20,962,500 - 129 3,900,000

Agust 2,730,000 - - (2,730,000) 20,637,500 - - (20,637,500)

Jumlah 23,570,000 18,980,000 1,460,000 292 (3,130,000) 153,260,000 149,500,000 - 920 (3,760,000)

Total 59,845,000 54,012,000 3,780,000 774 (2,053,000) 295,447,500 308,912,500 - 1,901 13,465,000

105
Penghitungan Potongan Kasir Lampiran : 4

Saldo 31/12/2003 40,328,068


Dikurangi:
Setoran EEG Des 2003 1/6/2004 2,210,000
Setoran CT SCAN Des
2003 1/12/2004 9,425,000
Setoran Darah Des 2003 1/7/2004 13,769,700
Jumlah 25,404,700 25,404,700
Ditambah :
Potongan 2004 663,390,650
Potongan 2005 578,594,000
Jumlah 1,241,984,650 1,241,984,650
Dikurangi :
Setoran 2004 664,942,050
Setoran 2005 474,378,500
Jumlah 1,139,320,550 1,139,320,550
Dikurangi:
Setoran salah potong yang 5/10/2005 5,025,000 5,025,000
telah dikembalikan ke Kas
RSU
Total kewajiban kasir 112,562,468
Rekening giro per
31/8/2005 99,443,415

Kewajiban tunai kasir per


31/8/2005 13,119,053

106
Pendapatan Privat Dokter Lampiran : 5
Tahun 2004 - 2005

Bulan/Tahun Jml Pasien Dokter Anesthesi Askep Jumlah Dana Taktis


Mutasi + Mutasi - Saldo
2004
Saldo awal 20,420,104
Jan 56 32,375,000 9,708,342 2,627,092 44,710,434 2,104,167 - 22,524,271
Feb 27 15,125,000 4,708,339 1,257,189 21,090,528 973,917 1,960,000 21,538,188
Mar 52 33,125,000 10,208,342 2,712,192 46,045,534 2,166,667 1,695,000 22,009,855
Apr 44 26,375,000 8,208,341 2,150,524 36,733,865 1,729,167 1,600,000 22,139,022
Mei 26,000,000 7,916,678 2,305,007 36,221,685 1,695,834 - 23,834,856
Jun 38 24,500,000 7,916,672 1,945,422 34,362,094 1,620,834 - 25,455,690
Jul 60 39,500,000 12,416,674 3,284,174 55,200,848 2,550,001 - 28,005,691
Agust 40 22,875,000 7,125,007 1,568,755 31,568,762 1,500,000 5,145,000 24,360,691
Sep 48 29,125,000 9,208,341 2,422,091 40,755,432 1,916,667 1,600,000 24,677,358
Okt 30 17,126,000 5,376,004 1,423,764 23,925,768 1,125,000 1,600,000 24,202,358
Nop 42 23,626,000 7,000,006 1,990,006 32,616,012 1,531,250 - 25,733,608
Des 60 39,500,000 12,416,674 3,284,174 55,200,848 2,595,834 - 28,329,442
Jumlah I 497 329,252,000 102,209,420 26,970,390 458,431,810 21,509,338 13,600,000

2005
Jan 65 42,875,000 13,791,680 3,567,931 60,234,611 2,833,334 - 31,162,776
Feb 51 33,250,000 10,916,681 2,769,182 46,935,863 2,208,334 4,395,000 28,976,110
Mar 70 37,375,008 11,041,688 3,100,440 51,517,136 2,420,835 1,600,000 29,796,945
Apr 52 28,875,004 8,541,680 2,395,431 39,812,115 1,870,834 1,600,000 30,067,779
Mei 57 31,250,000 9,250,013 2,592,514 43,092,527 2,025,001 - 32,092,780
Jun 50 32,875,000 10,041,878 2,730,429 45,647,307 2,145,830 1,800,000 32,438,610
Jul 52 29,500,000 9,166,676 2,451,676 41,118,352 1,933,334 - 34,371,943
Agust 35 20,000,000 6,083,338 1,640,838 27,724,176 1,304,167 10,525,000 25,151,110
Jumlah II 432 256,000,012 78,833,634 21,248,441 356,082,087 16,741,668 19,920,000
Jumlah I + II 929 585,252,012 181,043,054 48,218,831 814,513,897 38,251,006 33,520,000

107
LAMPIRAN : 7
LAMPIRAN PEMAKAIAN DANA INVESTASI
SUMBER : SPJ

TGL URAIAN PENGGUNAAN NILAI

27-08-2005 Transpor Chief Anestasi 140,000.00


6/4/2005 Pembelian Gelas Ukur 90,000.00
16-07-2005 Pemakaman Jenazah 250,000.00
26-08-2005 Pembelian Kunci 28,000.00
18-06-2005 Pembelian Selot 32,500.00
13-08-2005 Pembelian cat dll 84,000.00
Biaya penguburan pasien (2 org) 500,000.00
24-08-2005 Pemeliharaan taman 200,000.00
17-05-2005 Perlengkapan sumur IRM 3,050,000.00
17-05-2005 Ongkos pengeboran sumur IRM 4,375,000.00
Perpipaan sumur IRM 760,000.00
5/10/2004 KM/WC R Flamboyan 26,046,000.00
5/10/2005 Pembelian bata dan pasir R Flambyn 2,920,000.00
…-10-2004 Pembl Sandaran dan pengaman t tdr 5,289,000.00
22-10-2004 Perbaikan taman depan IGD 375,000.00
…-10-2004 2 set sandaran dan pengaman t tdr R Anggrek 900,000.00
27-01-2005 Penambahan R Gizi 18,982,500.00
10/9/2005 Ongkos kebersihan taman dan kebun 105,000.00
Ongkos pengecatan ruang Gardena 450,000.00
10/9/2005 Ongkos Tenaga perkayuan 572,500.00
1/9/2005 Ongkos tenaga renovasi R Residen & Coas Unit II 1,992,000.00
Ongkos pengecatan R ICU 750,000.00
25-08-2005 Ongkos Tenaga perkayuan 465,000.00
Ongkos Pengecatan R Cempaka dan ICU 935,000.00
Ongkos pertukangan batu 220,000.00
20-08-2005 Pengecatan R Adelweis, Anggrek dan Bougenvile 6,598,000.00
20-08-2005 Pengecatan marka jalan rumah sakit 3,030,000.00

Jumlah 79,139,500.00
14-02-2005 Membayar Angsuran ke II SIM RS 23,500,000.00
27-10-2004 Dipinjam IPRRS 34,607,000.00
9/5/2005 Pembuatan Sumur bor IRM 12,770,000.00
21-01-2005 Pekerjaan ruang gizi 18,982,500.00
Jumlah 168,999,000.00

108
NO BULAN LABA BIAYA LABA BERSIH PEMBAGIAN KEUANTUNGAN KASDA
DENGAN
BIAYA TANPA BIAYA SELISIH
38177360
1 Januari 95,443,400.00 5,787,500.00 89,655,900.00 35,862,360.00 2315000
2 Februari 134,859,240.00 7,783,750.00 127,075,490.00 50,830,196.00 53943696 3113500
3 Maret 150,006,000.00 6,987,300.00 143,018,700.00 57,207,480.00 60002400 2794920
4 April 173,996,700.00 7,320,000.00 166,676,700.00 66,670,680.00 69598680 2928000
5 Mei 203,628,600.00 9,180,000.00 194,448,600.00 77,779,440.00 81451440 3672000
6 Juni 183,959,150.00 8,262,500.00 175,696,650.00 70,278,660.00 73583660 3305000
7 Juli 137,857,480.00 8,650,000.00 129,207,480.00 51,682,992.00 55142992 3460000
8 Agustus 111,808,900.00 12,628,700.00 99,180,200.00 39,672,080.00 44723560 5051480
9 September 120,631,570.00 8,272,750.00 112,358,820.00 44,943,528.00 48252628 3309100
10 Oktober 130,698,695.00 8,736,250.00 121,962,445.00 48,784,978.00 52279478 3494500
11 Nopember 144,746,750.00 7,474,500.00 137,272,250.00 54,908,900.00 57898700 2989800
12 Desember 81,006,545.00 8,035,000.00 72,971,545.00 29,188,618.00 32402618 3214000
Jumlah 1,668,643,030.00 99,118,250.00 1,569,524,780.00 627,809,912.00 667457212 39647300

1 Januari 100,064,250.00 11,405,000.00 88,659,250.00 35,463,700.00 40025700 4562000


2 Februari 105,844,814.00 6,055,000.00 99,789,814.00 39,915,925.60 42337925,60 2422000
3 Maret 125,782,850.00 6,385,000.00 119,397,850.00 47,759,140.00 50313140 2554000
4 April 184,429,059.00 7,200,000.00 177,229,059.00 70,891,623.60 73771623,60 2880000
5 Mei 147,379,030.00 7,520,250.00 139,858,780.00 55,943,512.00 58951612 3008100
6 Juni 134,044,548.00 10,239,600.00 123,804,948.00 49,521,979.20 53617819,20 4095840
7 Juli 149,497,009.00 7,902,500.00 141,594,509.00 56,637,803.60 59798803,60 3161000
Jumlah 947,041,560.00 56,707,350.00 890,334,210.00 356,133,684.00 378816624,00 22682940

109
Lampiran : 9

DAFTAR ALAT KESEHATAN RSU BANYUMAS YANG WAJIB KALIBRASI

THN
NO NAMA ALAT MERK/TYPE PENGADAAN RUANG
1 Vacuum Ectractive ( elektrik ) Hanshin/H - 500X APBN 2003
2 Vacuum Ectractive ( elektrik ) Hanshin/H - 500X APBN 2003
3 Antepartum Fetal Monitor BD - 4000 HUNLIEGH UK APBN 2003 VK
4 Infant Radiant Warmer DAVID NING BD/ CHINA APBN 2003 VK
5 USG ( Ultrasonography ) Kontron/Iris 880 CE/985176 Radiologi
6 USG ( Ultrasonography ) Toshiba/SAL - 32 B/2534567 Unit II ( km bersalin )
7 CT Scan Hitachi / WSSO/27 Radiologi
8 X - Ray Sanye/X6501/9351 Radiologi
9 X - Ray Siemens/Ergophos 4/3028515 Radiologi
10 X - Ray Hitachi DR - 155 VO 11 Radiologi
11 X - Ray Mobile Siemen Radiologi
12 Suction pump Yamamoto/Gliken/Y65-810 ICU
13 Suction pump Schuco/5711-230/1289383 Kanthil
14 Suction pump Medi-pump/1132-2 ICU
15 Vacccum pump ( Suction pump ) Smat/DXT-1/67-161 IBS
16 Vacccum pump ( Suction pump ) H-500 VK
17 Vacccum pump ( Suction pump ) H-500 VK
18 Suction pump Ameda/Universal 30 II/AE 609003 Anggrek
19 Suction pump Ameda/Universal 30 II/AE 609005 Flamboyan
20 Suction pump Yamamoto/YGN - 810 HD
21 Defibrilator Odam/minidef II/W144210640 ICU
22 Defibrilator Odam/difigrad - m/835-87-5 IGD

110
23 ECG Kenz/ECG 103/9302-4516 Fisioteraphy
24 ECG Kenz/ECG 107/6127-5913 ICU
25 ECG Monitor Odam/sm- 785/93060142 ICU
26 ECG Monitor Physiogard sm- 786/93160145 ICU
27 ECG Kenz/ECG 106/6056-7379 IGD
28 ECG Fukuda/cardisuny/501B-III Poli Jantung
29 ECG Kenz/ECG 108/9302-4516 Fisioteraphy
30 Photometer Boehringer/photometer 4010 Laboratorium
31 Photometer DTN 410 Laboratorium
32 Auto analizer KHT 410 Laboratorium
33 Centrifuge Gemmy / KAT - 410/89004384 Laboratorium
34 Centrifuge ( mikrohematokrit ) DSC- 024 MH/9605013-7 Laboratorium
35 Centrifuge ( mikrohematokrit ) A/DSC-158/90121905 Laboratorium
36 Price Trace 30 Trace 30 Laboratorium
37 Haematologi Mocros 60 Laboratorium
38 Analyzer Na+ K+ CL- Llyte Laboratorium
39 Timbangan analitik Satornus/BP 211 D Laboratorium
40 Ultra Short Wave Diathermy ( SWD ) Shanghai LDT OD 31/210 Fisioteraphy
41 SWD DR. Morton/Model MP-78 Fisioteraphy
42 Micro Wave Teraphy Appartus( MWD ) OG /Giken ME-210/98021E Fisioteraphy
43 Accusonic 1,2,3 MHz Metron / AC 400/2320 Fisioteraphy
44 EEG Biolog System Fisioteraphy
45 Nebulizer Medic Acid Fisioteraphy
46 Ventilator Airx- home ICU
47 Ventilator ICU
48 Ventilator Hamilton Medrophae/2419 ICU
49 Syringe pump JMS/Model sp-500 ICU

111
50 Syringe pump TERUMO Model 118 ICU
51 Nebulizer KQW - 4B Kanthil
52 Anaeshtesi Soft Landerst 306 IBS
53 Anaeshtesi Soft Landerst SL 180 IBS
54 Anaeshtesi Villa IBS
55 Anaeshtesi Acoma IBS
56 Anaeshtesi IGD
57 Autoclave Hiroyama/HI - 36 ISS
58 Autoclave Hiroyama/HI - 36/981091427 ISS
59 Autoclave Hiroyama/HI - 36/850491549 ISS
60 Ventilator Muraco/Villa/243 IBS
61 Ventilator Acoma/AC 3000a/870 IBS
62 Sterilisator kering Memmert/400/D06060 IBS
63 ESU Captain/SM 2000 F IBS
64 ESU Captain SM 200 F IBS
65 Echo Sounder ES-102EX/Hadeco VK
66 Infant Incubator CMD 91/Meditec VK
67 Tensimeter Riester/NP S/N : 00569538 P3K
68 Tensimeter Smic/Desk Mercurial VK
69 Tensimeter Smic/Desk Mercurial VK
70 Tensimeter Riester/NP VK
71 Tensimeter Riester/NP 17244 stand model VK
72 Tensimeter Smic/Desk Mercurial stand model VK
73 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek
74 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek
75 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek
76 Tensimeter Riester/NP Anggrek

112
77 Tensimeter Riester/NP S/N : 010714323 Bougenville
78 Tensimeter Riester/NP S/N : 94654 Bougenville
79 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Bougenville
80 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Bougenville
81 Tensimeter Riester/NP 72814 Cempaka
82 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Cempaka
83 Tensimeter Riester/NP S/N : 961141884 Dahlia
84 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Edelwais
85 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Edelwais
86 Tensimeter Riester/ NP Edelwais
87 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Flamboyan
88 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Flamboyan
89 Tensimeter Riester / NP S/N : 010300054 Fisioteraphy
90 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Gardena
91 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Gardena
92 Tensimeter Riester / NP S/N : 0002594446 Gardena
93 Tensimeter Riester /NP HD
94 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial IGD
95 Tensimeter Riester /NP IGD
96 Tensimeter Riester /NP IGD
97 Tensimeter Kosan/Sphygmomanometer IGD
98 Tensimeter Riester/NP stand Model IGD
99 Tensimeter Riester/NP S/N : 926092 Kanthil
100 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Kanthil
101 Tensimeter Riester/ NP Sakura
102 Tensimeter Riester/NP S/N : 010300054 Paviliun III
103 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Syaraf

113
104 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Umum
105 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Umum
106 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Jiwa
107 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Orthopaedi
108 Tensimeter Riester/NP S/N : 921679 Bedah Minor ( UGD )
109 Tensimeter Rk meter/300/S/N Poli Mata
110 Tensimeter Meiden S/N Poli Obsgyn
111 Tensimeter Riester/NP Poli Obsgyn
112 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Obsgyn
113 Tensimeter ALPK 2 - S/N Poli Anak
114 Tensimeter Riester/NP S/N : 99250 Poli Bedah
115 Tensimeter Smic Desk Mercurial S/N Poli Dalam
116 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022453 Poli Jantung
117 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022438 Poli Bedah Minor
118 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022282 Poli Umum
119 Tensimeter Riester/NP S/N : 14145 Poli THT
120 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Gigi
121 Tensimeter Riester/NP S/N : 0201817663 Wijaya Kusuma
122 Tensimeter Kramer/Anaroid S/N : 52482-803 Radiologi

114

You might also like