Professional Documents
Culture Documents
REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2005
PADA
KABUPATEN BANYUMAS
DI
BANYUMAS
Nomor : 212/R/XIV.4/12/2005
Tanggal : 27 Desember 2005
DAFTAR ISI
2
2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan
secara bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD........... 27
11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam
laporan Keuangan ……………………………………………………………….. 79
12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga perolehan
sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan ........................................................ 84
13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang
dipersyaratkan ....................................................................................................... 87
15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi 99
lain ……………………………………………………………………………….
LAMPIRAN
3
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
DI
BANYUMAS
4
menangani administrasi keuangan, dan pemantauan oleh Satuan Pengawas Internal
Rumah Sakit. Adanya beberapa kelemahan dalam pengendalian internal ini
mengakibatkan pengelolaan atas asset asset Rumah Sakit seperti kas, piutang, persediaan,
aktiva, hutang dan kerja sama dengan pihak ketiga belum dilaksanakan secara optimal,
sebagaimana diuraikan dalam temuan pemeriksaan.
Dengan tidak mengurangi keberhasilan yang telah dicapai oleh RSUD Kabupaten
Banyumas, hasil pemeriksaan terinci atas pengelolaan asset-asset RSUD masih
menunjukkan beberapa kelemahan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi hasil pendapatan administrasi karcis sebesar Rp65.087.028,00 belum diterima
dan pendapatan sewa diklat sebesar Rp3.600.000,00 belum disetor ke kas daerah;
2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan secara
bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD;
3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan
kontribusi yang memadai bagi daerah;
4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah
5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai
peruntukannya;
6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat dan
pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar film senilai
Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai;
7. Pemberian ekstra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar
Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur;
8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B
belum memiliki landasan peraturan;
9. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi
Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan penambahan
pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini kebenarannya;
10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00
secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat
diyakini kewajarannya;
5
11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam laporan
Keuangan;
12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga perolehan
sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan;
13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan;
14. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00
menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah;
15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi lain.
6
BAB I. GAMBARAN UMUM
1. Tujuan Pemeriksaan
Untuk menentukan apakah :
a. Informasi keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan;
b. Entitas yang diperiksa telah mematuhi persyaratan kepatuhan terhadap peraturan
keuangan tertentu;
c. Sistem pengendalian intern entitas tersebut, baik terhadap laporan keuangan
maupun terhadap pengamanan atas kekayaan, telah dirancang dan dilaksanakan
secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian.
2. Sasaran Pemeriksaan
Guna mencapai tujuan pemeriksaan tersebut di atas, pemeriksaan diarahkan pada
sasaran sebagai berikut :
a. Pendapatan dan pengeluaran/biaya pelayanan kesehatan pada RSUD;
b. Pengelolaan kas, piutang dan persediaan pada RSUD;
c. Pengelolaan aktiva pada RSUD, termasuk di dalamnya pengadaan barang dan
jasa di lingkungan RSUD serta efektivitas pemanfaatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan;
d. Pengelolaan hutang pada RSUD;
e. Kerjasama dengan pihak ketiga dan aktivitas investasi pada RSUD.
3. Metode Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghimpun, menganalisis, dan mengevaluasi
data secara uji petik atas pengelolaan pendapatan, belanja rutin, belanja modal, kas,
piutang, persediaan, aktiva, hutang, kerjasama pihak ketiga dan investasi serta
konfirmasi dan pengujian di lapangan.
4. Jangka Waktu Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29 Juli sampai dengan 23 Agustus 2005.
5. Obyek Pemeriksaan
a. Dasar Hukum Pendirian, Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah, Bidang Usaha.
1) Dasar Hukum Pendirian
7
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas didirikan pada tanggal 1
Januari 1924 oleh Pemerintahan Belanda dan Tahun 1953 pengelolaannya
diserahkan kembali kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Tahun
1993 RSUD Banyumas ditetapkan dari Rumah Sakit kelas D menjadi kelas C
pada tanggal 19 Januari 1993 melalui SK Menkes RI Nomor (tanpa
nomor)/Menkes/SK/I/1993 dan menjadi Rumah Sakit Kelas B Non
Pendidikan pada tanggal 28 Juli 2000 dengan SK Menkes RI Nomor
115/Menkes/SK/VII/2000 dan Tahun 2001 ditetapkan menjadi RS kelas B
Pendidikan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Nomor
850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001. Sesuai dengan Peraturan
Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 2 Tahun 1996 tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas
menjadi Unit Swadana Daerah dan diundangkan dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Banyumas Nomor : 13 Tanggal 17 Nopember
1997.
2) Tujuan Rumah Sakit Umum Daerah
Tujuan RSUD adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
pendidikan kesehatan, meningkatkan sumber daya manusia dan
meningkatkan kesejahteraan pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
dan pendidikan.
3) Bidang Usaha
Rumah Sakit Umum Daerah mempunyai bidang usaha pelayanan kesehatan
masyarakat yang meliputi :
a). Pelayanan Rawat Inap meliputi :
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit dalam
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit bedah
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit anak
- Pelayanan Rawat Inap spesialis obsgyn
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit mata
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit THT
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit Syaraf
8
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit jiwa
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit kulit dan kelamin
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit jantung
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit ortopedi
- Pelayanan Rawat Inap spesialis penyakit penyakit paru
b). Pelayanan Rawat Jalan meliputi :
- Klinik Gawat Darurat
- Klinik Konsultasi Gizi
- Klinik Laktasi
- Klinik Spesialis Bedah
- Klinik Spesialis Penyakit Dalam
- Klinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
- Klinik Spesialis Anak
- Klinik Spesialis Mata
- Klinik Spesialis THT
- Klinik Spesialis Syaraf
- Klinik Spesialis Jiwa
- Klinik Spesialis Jantung
- Klinik Spesialis Penyakit Kulit dan kelamin
- Klinik Spesialis Ortopedi
- Klinik Psikologi
- Klinik VIP
- Klinik Keluarga Berencana
- Klinik Stres dan penanggulangan narkoba
- Pusat Konsultasi Epilepsi
- Pusat Pelayanan Stroke Terpadu
9
- Kasir
- Pusat Data Elektronik
- Instalasi Bedah Sentral
- Instalasi Pemasaran Sosial
- Instalasi Gizi
- Instalasi Sterilisasi Sentral
- Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS
- Instalasi Rehabilitasi Medik
- Fitnes Center
- Perpustakaan Elektronik dan Perpustakaan Konvensional
b. Organisasi
Pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Badan Rumah Sakit Umum
Daerah diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 4 Tahun
2001 Tanggal 2 Juni 2001 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas.
1) Kepala Badan
2) Sekretariat, terdiri dari :
a). Sub Bagian Umum
b). Sub Bagian Tata Usaha
c). Sub Bagian Kepegawaian
d). Sub Bagian Rekam Medis
3) Bidang Pelayanan Medis, terdiri dari :
a). Sub Bidang Pelayanan Medis I
b). Sub Bidang Pelayanan Medis II
4) Bidang Keperawatan, terdiri dari :
a). Sub Bidang Pelayanan Keperawatan
b). Sub Bidang Asuhan Keperawatan
c). Sub Bidang Asuhan Kebidanan
5) Bidang Penunjang Medis, terdiri dari :
a). Sub Bidang Penunjang Medis I
b). Sub Bidang Penunjang Medis II
10
6) Bidang mutu dan pendidikan, terdiri dari :
a). Sub Bidang Riset, Pengembangan dan Peningkatan Mutu
b). Sub Bidang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
c). Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan
7) Bidang Keuangan, terdiri dari :
a). Sub Bidang Akuntansi dan Verifikasi
b). Sub Bidang Perbendaharaan
c). Sub Bidang Mobilisasi Dana
8) Kelompok Jabatan Fungsional
Susunan Organisasi dan Tata Kerja tersebut telah ditindaklanjuti dengan
Keputusan Bupati Banyumas Nomor 71 Tahun 2001 tentang Tugas Pokok,
Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Rumah Sakit Umum Kabupaten
Banyumas tanggal 18 Juli 2001.
c. Personalia
Jumlah karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
sampai dengan Juli 2005 sebanyak 517 orang dengan rincian sebagai berikut :
Total SDM PNS PTT Harian Jumlah
Lepas
1. Tenaga Medis 29 1 1 31
2. Tenaga Keperawatan 83 82 36 201
3. Tenaga Kesehatan Lainnya 37 21 7 65
4. Tenaga Non Kesehatan 70 105 45 220
11
1) Anggaran dan Realisasi
Anggaran dan realisasi pendapatan dan belanja pada RSUD Kabupaten
Banyumas dapat digambarkan sebagai berikut :
a). Anggaran dan Realisasi Pendapatan
Anggaran dan realisasi Pendapatan untuk RSUD Kabupaten Banyumas
untuk Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Agustus) seperti tertera
dalam tabel berikut ini :
Uraian Pendapatan Anggaran Realisasi Selisih
2004 2004 2004
(Rp) (Rp) (Rp)
Pendapatan Fungsional 14.721.286.000 15.556.359.644 835.073.644
1. Rawat Jalan 1.800.000.000 1.471.514.310 (328.485.690)
2. Rawat Inap 8.290.000.000 8.353.483.873 63.483.873
3. ASKES 3.521.286.000 4.468.827.661 947.541.661
4. Instalasi Farmasi B 950.000.000 896.701.348 (53.298.652)
5. Diklat 150.000.000 139.876.000 (10.124.000)
6. Lain-lain 10.000.000 225.956.452 215.956.452
-
Pendapatan Non Fungsional 115.000.000 117.634.232 2.634.232
1. Adm. Rawat Jalan 30.000.000 20.838.750 (9.161.250)
2. Adm. Rawat Inap 42.000.000 57.413.050 15.413.050
3. Sewa Rumah Dinas 1.300.000 1.285.100 (14.900)
4. Jasa Giro 41.700.000 38.097.332 (3.602.668)
-
JPS 778.714.000 807.754.443 29.040.443
Total Pendapatan 15.615.000.000 16.481.748.319 866.748.319
12
Uraian Pendapatan Anggaran Realisasi Selisih
2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst) 2005 (s.d Agst)
13
Uraian Belanja Anggaran Realisasi Selisih
2004 2004 2004
14
untuk pelayanan medis dalam Tahun Anggaran 2004 dan 2005 (s.d. Juni)
dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
a). Indikator pelayanan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Tahun 2004
Bulan TT BOR LOS TOI BTO GDR NDR
(%)
Januari 283 72,4 5 2 5 60 30
Februari 283 74,6 5 2 5 20 10
Maret 283 73,1 5 2 5 50 70
April 283 71,5 5 2 5 60 30
Mei 283 77,5 5 1 5 50 60
Juni 283 74,7 5 1 5 50 30
Juli 283 79,5 5 1 5 40 20
Agustus 283 76,3 5 2 5 50 30
September 283 70,1 5 2 5 57 25
Oktober 283 74,5 6 2 4 58 25
Nopember 283 78,7 5 1 5 58 25
Desember 283 74,5 5 1 5 58 23
Total Rata-rata 283 74,78 5,1 1,58 4,92 50,92 31,5
Tahun 2005
Bulan TT BOR LOS TOI BTO GDR NDR
Januari 283 79,80 6,00 1,00 5,00 40 24
Februari 283 81,30 6,00 2,00 4,00 56 29
Maret 283 81,10 5,00 1,00 5,00 34 12
April 283 82,80 6,00 1,00 5,00 39 25
Mei 283 87,70 6,00 1,00 5,00 65 28
Juni 283 85,30 6,00 1,00 9,00 53 24
Total Rata-rata 283 83 5,83 1,17 5,5 47,83 23,67
15
atas standar ideal, hal ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
menginap di Rumah Sakit semakin meningkat dibandingkan kapasitas
yang ada.
- Rasio LOS untuk Tahun 2004 sebesar 5,1 hari dan Tahun 2005 sebesar
5,83 hari. Hal ini menunjukkan bahwa selama dua tahun nilai ratio
LOS lebih rendah dari standar yang ditetapkan yaitu sebesar 6 – 9 hari.
Bisa disimpulkan LOS masih kurang efisien. LOS menggambarkan
tingkat efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit.
- Rasio TOI untuk Tahun 2004 sebesar 1,58 hari dan Tahun 2005 sebesar
1,17 hari. Hal ini menunjukkan bahwa untuk tahun 2004 dan 2005 ratio
ini sudah sesuai standar ideal yaitu sebesar 1 – 3 hari.
- Rasio BTO untuk tahun 2004 sebesar 4,92 kali dan tahun 2005 sebesar
5,5 kali hal ini menunjukkan bahwa rasio perputaran pemakaian tempat
tidur selama dua tahun masih jauh di bawah standar ideal yaitu sebesar
40 – 50 kali.
- Rasio GDR atau angka kematian kasar yaitu angka kematian umum
untuk tiap 1000 penderita keluar baik hidup dan mati pada periode
tertentu. Rasio GDR untuk Tahun 2004 dan 2005 masing-masing
sebesar 50,92 permil dan 47,83 permil hal ini menggambarkan bahwa
tingkat kematian untuk dua tahun masih di atas standar ideal yaitu di
bawah 45 permil. Rasio GDR ini menunjukkan bahwa semakin rendah
GDR berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.
- Rasio NDR adalah angka kematian pasien rawat inap yang dirawat lebih
atau sama dengan 48 jam perawatan untuk tiap 1000 penderita keluar
baik hidup atau mati pada periode tertentu. Rasio NDR untuk tahun
2004 sebesar 31,50 permil dan tahun 2005 sebesar 23,67 permil, hal
ini menunjukkan bahwa selama dua tahun rasio NDR sudah berada di
bawah standar yaitu sebesar 25 permil. Semakin rendah NDR suatu
rumah sakit, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik.
b). Daftar 10 besar penyakit berdasarkan data kegiatan Rumah Sakit Umum
Daerah selama dua tahun terakhir tampak pada daftar tabel berikut ini :
16
Tahun 2004
No Diagnosa Jumlah Prosentase
1 Diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu 752 39,56
(kolitis infeksi)
2 Tuberkolosis paru 438 23,04
3 Demam tifoid partifoid 293 15,41
4 Pneumonia 97 5,10
5 Demam berdarah dengue 85 4,47
6 Infeksi saluran nafas bagian atas akut 69 3,63
7 Broncitis akut dan bronkiolitis akut 64 3,37
8 Tetanus 49 2,58
9 Tuberkulosis susunan syaraf pusat 31 1,63
10 Tetanus neuonatorum 23 1,21
Jumlah 1901 100
Tahun 2005 (s.d. Juni)
No Diagnosa Jumlah Prosentase
1 Skizoprenia 805 31,03
2 Gastro Enteritis 365 14,07
3 Decom 358 13,80
4 KP 203 7,82
5 Chirhosis Hepatis 174 6,71
6 Stroke Non Hemorrage 166 6,40
7 Thonsilitis Cronis 136 5,24
8 Dispepsia 135 5,20
9 Hernia 130 5,01
10 Infeksi Saluran Kencing 122 4,70
Jumlah 2594 100
Dari data pada tabel di atas diketahui bahwa antara Tahun 2004 dan Tahun
2005 pola penyakit yang ditangani oleh Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Banyumas mengalami perubahan. Pada Tahun 2004 penyakit
yang menduduki rangking tertinggi adalah penyakit diare dan gastroenteritis
oleh penyebab infeksi tertentu (kolitis infeksi) yaitu sebesar 39,56 %
sedangkan pada Tahun 2005 penyakit yang menduduki rangking tertinggi
adalah Skizoprenia yaitu sebesar 31,03 %.
6. Cakupan Pemeriksaan
Pemeriksaan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
meliputi dua tahun anggaran yaitu Tahun 2004 dan Tahun 2005 (s.d. Agustus).
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pengelolaan pendapatan dan belanja rumah
sakit, kas, piutang, persediaan, aktiva, hutang, kerjasama dengan pihak ketiga dan
17
investasi. Pemeriksaan pendapatan antara lain meliputi pendapatan fungsional yang
terdiri dari Rawat Jalan, Rawat Inap, Askes, Instalasi Farmasi, diklat dan lain-lain,
sedangkan pendapatan Non Fungsional antara lain meliputi Administrasi Rawat
Jalan, Administrasi Rawat Inap, Sewa Rumah Dinas, Sewa Diklat, dan Jasa Giro.
Pemeriksaan belanja meliputi belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan
Pemeliharaan dan Belanja Modal. Pendapatan RSUD Kabupaten Banyumas untuk
Tahun 2004 dianggarkan sebesar Rp15.615.000.000,00 dan telah direalisasikan
sebesar Rp16.481.748.319,00 atau mencapai 105,55% target. Sedangkan untuk
Tahun 2005 (s.d. Agustus) dianggarkan sebesar Rp17.900.014.000,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp10.967.052.220,00 atau baru mencapai 61,27%
Belanja RSUD Kabupaten Banyumas untuk Tahun 2004 dianggarkan
sebesar Rp20.138.054.573,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp20.908.366.501,00
atau mencapai 103,83% dari anggarannya. Sedangkan untuk Tahun 2005 (s.d.
Agustus) dianggarkan sebesar Rp22.527.615.050,00 dan telah direalisasikan
sebesar Rp16.720.167.516,00 atau telah mencapai 74,22%.
Sehubungan dengan hal tersebut telah dilakukan pemeriksaan atas
pendapatan sebesar Rp25.833.291.653,00 atau 94,11% dari total realisasi
pendapatan tahun 2004 dan tahun 2005 (s.d. Agustus) dan belanja sebesar
Rp37.628.534.017,00 atau 100% dari total realisasi belanja tahun 2004 dan 2005.
Hasil pemeriksaan menunjukkan total penyimpangan (Audit Finding) untuk bidang
pendapatan sebesar Rp2.265.806.443,00 atau 8,77% dari realisasi pendapatan yang
diperiksa dan untuk belanja sebesar Rp1.593.815.501,70 atau 4,24% dari total nilai
belanja yang diperiksa.
18
BAB II. HASIL PEMERIKSAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Pengendalian intern adalah suatu proses pengendalian yang dijalankan oleh
Dewan Penyantun, Direktur dan atasan langsung pegawai rumah sakit umum daerah
yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai untuk mencapai tujuan (a)
keandalan laporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Dalam sistem pengendalian intern terdapat lima komponen yang menjadi
perhatian pihak manajemen, lima komponen tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menunjukkan corak suatu organisasi yang mempengaruhi
sikap, kesadaran dan tindakan manajemen terhadap lingkungan pengendalian intern.
Lingkungan pengendalian antara lain mencakup integritas dan nilai etika, komitmen
terhadap kompetensi, partisipasi Dewan Penyantun, filosofi dan gaya operasi
manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan
dan praktik sumber daya. Lingkungan Pengendalian pada RSUD Kabupaten
Banyumas dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Integritas dan Nilai Etika
Integritas Dewan Penyantun, Direktur dan pegawai terhadap kelangsungan hidup
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas dan pencapaian tujuan rumah
sakit pada umumnya cukup baik. Nilai etika yang diterapkan Direktur kepada
para pegawai cukup baik sehingga pegawai memahami nilai-nilai etika dalam
bekerja maupun dalam pelayanan. Dalam hal disiplin bekerja dan etos kerja
pegawai di rumah sakit sudah baik, hal ini karena rumah sakit menerapkan cara
untuk meningkatkan pelayanan dengan memberi rangsangan yang berupa
pembagian jasa pelayanan dengan penghitungan berdasarkan angka indek yang
salah satu komponennya berupa penilaian prestasi, dedikasi, loyalitas, dan
kondite tidak tercela
Namun demikian, dari hasil pemeriksaan terhadap kondisi rumah sakit terdapat
salah satu pegawai yang perlu dilakukan pembinaan karena adanya tindakan yang
dapat dikategorikan sebagai pemalsuan bukti pendukung pertanggungjawaban
keuangan.
b. Komitmen pada Kompetensi
Direktur cukup memahami kompetensi yang dibutuhkan rumah sakit dan
berusaha menempatkan personil-personil yang tepat dalam melaksanakan tugas
pokok rumah sakit. Secara keseluruhan penempatan personil di beberapa unit
kerja telah cukup memadai, namun demikian masih terdapat beberapa unit kerja
yang kekurangan personil yang kompeten di bidangnya. Kekurangcukupan tenaga
yang kompeten terjadi pada Bagian Keuangan terutama untuk pengelolaan kas,
piutang dan penyusunan laporan Keuangan. Kepala Bidang Keuangan kurang
memahami akan pentingnya pembuatan laporan keuangan yang mencakup
seluruh komponen pendapatan, biaya dan akun-akun neraca yang terjadi dirumah
sakit secara menyeluruh dan kontinyu. Diperlukan data pendukung untuk
menyusun laporan keuangan yang lengkap dan pengalaman yang cukup untuk
menyusun Laporan Keuangan rumah sakit.
c. Partisipasi Dewan Penyantun
Dalam menetapkan kebijakan umum, menjalankan pengawasan, pengendalian dan
pembinaan terhadap rumah sakit, partisipasi aktif Dewan Penyantun sangat
dibutuhkan. Secara umum Dewan Penyantun telah melaksanakan tugasnya
dengan cukup memadai, namun demikian, pada beberapa bagian Dewan
Penyantun masih belum optimal dalam menjalankan perannya. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya beberapa permasalahan seperti terungkap dalam hasil
pemeriksaan.
d. Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
Direktur cukup memahami adanya batasan-batasan dalam mengoperasikan rumah
sakit dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi
dalam pelaksanaan operasional rumah sakit masih dijumpai beberapa
permasalahan yang memerlukan kebijakan-kebijakan Direktur untuk
mengaturnya, antara lain :
- Adanya beberapa kegiatan yang belum ada landasan hukum. Hal ini terjadi
karena Direktur belum menetapkan Surat Keputusan sebagai landasan
hukum;
- Adanya pengenaan tarif rumah sakit yang belum berdasarkan Keputusan
Bupati;
- Adanya pegawai di bagian penerimaan uang yang mempunyai wewenang
pekerjaan yang melebihi batas atau merangkap beberapa tugas yang
sebenarnya bisa didelegasikan kepada pegawai lain;
- Laporan Keuangan yang dibuat belum mencerminkan kondisi keuangan yang
sebenarnya yang dalam hal ini dapat dilihat pada beberapa item pendapatan
dan belanja yang tidak dicatat sebagai transaksi rumah sakit.
- Tidak berfungsinya Tim Satuan Pengendalian Intern yang seharusnya
melakukan pengendalian secara berkala dengan cara membuat laporan
bulanan.
- Tidak tertibnya mekanisme pengadaan barang dan jasa yang dilaksanakan
secara swakelola oleh rumah sakit.
- Terdapat pemakaian fasilitas rumah sakit oleh pihak ketiga yang belum
ditangani secara maksimal sebagai potensi pendapatan.
e. Struktur Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas merupakan rumah sakit kelas
B Pendidikan yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dengan SK Nomor
850/Menkes/SK/VIII/2001 tanggal 5 Oktober 2001.
2. Penaksiran Risiko
Risiko mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan
secara negatif mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencatat, mengolah,
meringkas dan melaporkan data keuangan secara konsisten dengan asersi manajemen
dalam laporan keuangan. Penaksiran atau penilaian risiko atas pengelolaan Keuangan
secara formal belum pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit, namun secara berkala
telah diantisipasi oleh manajemen dengan melakukan pertemuan berkala yang
membahas permasalahan keuangan yang perlu diselesaikan oleh manajemen.
Meskipun demikian, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa antisipasi terhadap risiko
pengelolaan keuangan belum sepenuhnya dikendalikan dengan optimal.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan
bahwa arahan manajemen telah dilaksanakan.
a. Kebijakan
Kebijakan operasional Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas secara
umum ditetapkan oleh Direktur, sedangkan kebijakan mengenai tarif pelayanan
rumah sakit ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas. Peraturan
Daerah dalam hal tarif telah mengalami perubahan dari Peraturan Daerah Nomor
1 Tahun 1991 tentang Pelayanan Kesehatan pada RSUD Kabupaten Banyumas
ke Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas Unit
Swadana. Perubahan peraturan daerah yang mengatur tarif tersebut mempunyai
kenaikan biaya yang relatif tinggi sehingga dipandang akan membebani
masyarakat yang berobat ke RSUD Kabupaten Banyumas. Atas dasar hal tersebut
Direktur mengambil kebijaksanaan dengan mengeluarkan buku tarif baru
berdasarkan kenaikan tahap I yang mulai berlaku Tanggal 2 Januari 2002, dan
dilanjutkan dengan mengeluarkan Master Tarif berdasarkan kenaikan tahap II.
Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk menaikkan tarif secara bertahap sebelum
diberlakukan tarif sesuai dengan tarif dalam Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun
2001 dan disamping itu dalam master tarif diatur lebih rinci komponen biaya
pemeriksaan yang tidak terakomodasi dalam tarif sesuai Perda Nomor 18 Tahun
2001, akan tetapi pemberlakuan master tarif tersebut hanya berdasarkan usulan
dari masing-masing instalasi dan ditandatangani Direktur tanpa persetujuan
Pemerintah Daerah secara resmi.
Kebijakan operasional lainnya dilakukan secara lisan dan tertulis dalam disposisi-
disposisi surat pelaksanaan kegiatan. Secara umum kebijakan ini telah
diterjemahkan dengan baik oleh para pelaksana, namun pada beberapa hal
sebagaimana tersaji pada hasil pemeriksaan (misalnya pengadaaan barang dan
jasa secara swakelola) kebijakan Direktur tidak ditaati oleh pegawai yang
diberikan kewenangan dan tanggung jawab.
b. Prosedur
Prosedur Kerja untuk masing-masing unit atau instalasi RSUD telah diatur dalam
Prosedur Tetap (Protap). Prosedur Tetap tersebut dibentuk dan ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur RSUD Kabupaten Banyumas yang digunakan sebagai
pedoman kerja dari tiap unit atau instalasi.
Berdasarkan buku setoran ke Kas Daerah Kabupaten Banyumas, selama Tahun 2004
RSUD telah menyetorkan seluruh pendapatan administrasinya sebesar
Rp78.570.050,00 dan Tahun 2005 (s.d. Agustus) sebesar Rp51.604.006,00.
Pendapatan administrasi yang disetorkan belum termasuk pendapatan karcis
administrasi rawat jalan untuk pasien ASKES sebesar Rp38.292.750,00, sebagaimana
tertuang dalam LTP Bawasda Kabupaten Banyumas tanggal pemeriksaan 9 s/d 22
Agustus 2005.
Hasil pemeriksaan atas laporan pendapatan RSUD Banyumas menunjukkan bahwa
bagi hasil dari pendapatan administrasi karcis yang telah disetorkan oleh RSUD
kepada Kas Daerah (Pemkab) belum diterima. Bagi hasil tersebut sesuai ketentuan
Perda Nomor 18 Tahun 2001 dikembalikan ke RSUD Banyumas sebesar 50% untuk
digunakan sebagai biaya operasional. Hasil penghitungan bagi hasil yang seharusnya
diterima oleh RSUD dapat dijelaskan pada tabel berikut:
23
Tahun Setoran ke Kasda Jumlah Bagi hasil (50%)
Rawat Inap Rawat Jalan
2004 20.747.500,00 57.822.550,00 78.570.050,00 39.285.025,00
2005 (S.d. Agustus) 12.557.256,00 39.046.750,00 51.604.006,00 25.802.003,00
Jumlah 33.304.756,00 96.869.300,00 130.174.056,00 65.087.028,00
Rincian ada pada lampiran 1
Bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang belum diterima oleh RSUD
Banyumas dan pendapatan sewa diklat yang belum disetorkan ke Kas Daerah tidak
sesuai dengan:
a. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tanggal 22 Nopember 2001 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Badan RSUD Kabupaten Banyumas Unit
Swadana Daerah,
24
• Pasal 31 ayat (5) Hasil penerimaan biaya administrasi (rawat jalan)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a yang besarnya sebagaimana
tersebut dalam lampiran Peraturan ini, disetor secara bruto ke Kas Daerah dan
dikembalikan ke Badan Rumah Sakit sebesar 50% (lima puluh perseratus).
• Pasal 32 ayat (4) Hasil penerimaan biaya administrasi (rawat inap)
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a yang besarnya sebagaimana
tersebut dalam lampiran Peraturan ini, disetor secara bruto ke Kas Daerah dan
dikembalikan ke Badan Rumah Sakit sebesar 50% (lima puluh perseratus).
b. Perda Kabupaten Banyumas Nomor 10 Tahun 2001 tanggal 10 September 2001
tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Pemerintah Daerah Pasal 1 huruf e.
Kekayaan Pemerintah Daerah adalah aktiva tetap berupa barang-barang bergerak
dan atau tidak bergerak yang dimiliki dan atau di bawah penguasaan Pemerintah
Daerah yang disediakan untuk dan atau dapat dimanfaatkan oleh masyarakat guna
menunjang berbagai keperluan yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan umum, huruf f. Pemakaian kekayaan pemerintah daerah adalah
pemakaian atau penggunaan atas Kekayaan Milik Pemerintah Daerah; Pasal 13
angka (2) Dalam hal pembayaran retribusi dilakukan di tempat lain yang ditunjuk
maka hasil penerimaan retribusi harus disetor ke Kas Daerah.
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata
cara penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD, pasal 66 Dalam hal pengelolaan asset daerah
menghasilkan penerimaan, maka penerimaan tersebut menjadi Pendapatan Asli
Daerah dan disetor seluruhnya secara bruto ke Rekening Kas Daerah.
Bagi hasil pendapatan administrasi karcis yang belum diterima oleh RSUD dan
pendapatan sewa diklat yang belum disetorkan ke Kas Daerah mengakibatkan
pendapatan sebesar Rp65.087.028,00 belum dapat dipergunakan untuk operasional
RSUD dan dana sebesar Rp3.600.000,00 belum dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah
Daerah.
25
Permasalahan tersebut disebabkan Kepala Bagian Keuangan lalai dalam
melaksanakan ketentuan dalam Perda dengan tidak mengupayakan permintaan bagi
hasil pendapatan administrasi karcis dan tidak menyetorkan pendapatan sewa diklat
ke kas daerah.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Bupati Banyumas untuk memerintahkan Kepala BPKD mengembalikan
pendapatan administrasi 50 % yang menjadi hak rumah sakit sebesar
Rp65.087.028,00 sebagai biaya operasional.
b. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas agar menyetor pendapatan sewa diklat
sebesar Rp3.600.000,00 ke Kas Daerah.
26
2. Penerimaan RSUD Banyumas sebesar Rp2.056.498.547,00 tidak dibukukan
secara bruto, dipotong langsung dan dikelola di luar rekening kas RSUD
27
Kantong Darah PMI Tarif bervariasi/ kolf
Autonalyzer ABX Mira CV Asia Lab., Tarip per test
Plus dengan UPS Yogyakarta
Electro Encephalograph PT. Tiara Kencana Rp65.000,00/ per pasien
(EEG)
28
No. Potongan KSO Setoran KSO Selisih
(kurang)/lebih
1 CT Scan 295.447.500,00 308.912.500,00 13.465.000,00
2 EEG 59.845.000,00 57.792.000,00 (2.053.000,00)
3 Elektrolite 314.936.000,00 318.772.100,00 3.836.100,00
4 Darah 571.756.150,00 453.843.950,00 (117.912.200,00)
Jumlah 1.241.984.650,00 1.139.320.550,00 (102.664.100,00)
Rincian pada lampiran 3.
Kekurangan setor tersebut belum termasuk potongan yang telah
direalisasikan Ka Subbid Mobilisasi Dana sebelum tahun 2004, sehingga untuk
mengetahui seluruh kewajiban setoran yang menjadi tanggung jawab Kasubbid
Mobilisasi Dana, per tanggal periode pemeriksaan (31 Agustus 2005), maka
penghitungan kewajiban yang bersangkutan dilakukan sebagai berikut:
Saldo buku kas per 31/12/2003 : 40.328.068,00
(-) Setoran yang mengurangi saldo Tahun 2003 : 25.404.700,00
Sisa dana 2003 yang masih menjadi kewajiban : 14.923.368,00
(+) Potongan KSO 2004 dan 2005 : 1.241.984.650,00
(- ) Setoran KSO 2004 dan 2005 : (1.139.320.550,00)
(- ) Setoran ke Kas RSU : (5.025.000,00)
Total Kewajiban : 112.562.468,00
Rekening giro per 31/8/2005 : (99.443.415,00)
Kewajiban tunai per 31/8/2005 : 13.119.053,00
(Rincian pada lampiran 4).
Atas selisih kurang tersebut Sdri. Sukesti telah memahami permasalahannya dan
bersedia menyelesaikannya.
Selain hal tersebut, hasil cross cek atas hak investor berdasarkan laporan
instalasi pelayanan yang mengoperasikan alat kesehatan dan setoran yang
direalisasikan Kasubbid mobilisasi dana sebagaimana tercantum pada table paling
atas, menunjukkan adanya perbedaan antara Laporan Instalasi pelayanan dan
setoran kepada investor yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Alat Laporan Unit Pelayanan Kasubbid Mobilisasi Dana Selisih
Pasien Jumlah Pasien Jumlah Pasien Jumlah
29
Hasil wawancara dengan petugas pada unit pelayanan (secara sample) dan
kasir penerima didapatkan informasi bahwa perbedaan tersebut terjadi disebabkan
cara pandang (persepsi) kasir dan unit pelayanan yang berbeda terhadap
penyetoran jasa pihak ketiga atas pengoperasian alat kesehatan. Kasir menghitung
dan menyetorkan pendapatan jasa pihak ketiga secara basis kas (berdasarkan
pembayaran pasien yang dilayani dengan alat kesehatan yang berkenaan baik
pasien umum dan jaminan), sedangkan unit penghasil menghitung hak jasa pihak
ketiga berdasarkan basis akrual (hak pihak ketiga dihitung sejak pasien dilayani,
dengan tidak memperhatikan apakah pasien melakukan pembayaran atau tidak).
Dengan adanya kondisi tersebut, maka pembayaran setoran pihak ketiga
yang dikelola melalui pemotongan langsung pendapatan kasir tidak dapat
digunakan sebagai dasar pembayaran, karena transaksi tersebut belum
mencerminkan hak dan kewajiban kedua belah pihak sesuai kesepakatan dalam
perjanjian kerjasama.
30
Direktur RSU Banyumas Nomor 900/360/2005 tanggal 23 Februari 2005 tentang
Kebijakan pelayanan private pada RSU Banyumas. Dari pendapatan privat
tersebut, tidak dijumpai adanya kontribusi langsung untuk rumah sakit dari porsi
pendapatan privat, disebabkan Surat Keputusan Direktur belum mengaturnya.
Surat Keputusan tersebut hanya mengatur pembagian tarif privat untuk
pendapatan dokter dan tim operasinya.
Dari hasil pemeriksaan atas pembayaran uang privat kepada dokter,
anesthesi dan Askep diketahui bahwa dana privat dokter tersebut disisihkan
sebesar 5% dari bagian dokter dan anesthesia untuk dana taktis. Dana taktis
tersebut dikelola oleh Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana (Sdri. Sukesti). Hasil
rekapitulasi pendapatan dana taktis menunjukkan bahwa selama Tahun 2004 –
2005 terdapat mutasi penambahan sebesar Rp38.251.006,00 dan mutasi
pengurangan sebesar Rp33.520.000,00. Hasil wawancara dengan Sdri. Sukesti
didapatkan informasi bahwa dana taktis privat dokter digunakan untuk pemberian
reward bagi karyawan terbaik yang dilaksanakan oleh rumah sakit secara berkala.
Sampai dengan 31 Agustus 2005 saldo dana taktis tersebut sebesar
Rp25.151.110,00. Data selengkapnya pada lampiran 5.
Mempelajari Keputusan Direktur RSU yang mengatur tentang pendapatan
privat, menunjukkan bahwa mekanisme yang dilaksanakan oleh Ka Subbid
Mobilisasi Dana mengikuti Keputusan Direktur, yaitu pengelolaan pendapatan
privat dapat dilakukan secara langsung, penyisihan dana dari pendapatan privat
telah diatur penggunaannya dan kontribusi untuk RSU dari pelayanan privat
belum diatur proporsinya.
31
bertahap. Hasil pemeriksaan atas pembukuan pendapatan kasir penerimaan
menunjukkan adanya restitusi, resep kredit dan pemberian keringanan kepada
pasien dengan cara pemotongan langsung penerimaan kasir. Dari rekapitulasi
potongan secara langsung pada kasir melalui sample pada buku setoran rawat inap
diketahui minimal terdapat pemotongan sebesar Rp4.361.516,00 dari biaya
perawatan pasien, resep kredit sebesar Rp19.815.178,00, dan restitusi sebesar
Rp4.301.409,00. Atas pemotongan ini, kasir tidak menyelenggarakan buku
potongan, sehingga total nilai potongan pasien yang merupakan pengurang
pendapatan, atau subsidi rumah sakit tidak dapat diketahui dalam laporan
keuangan.
Hasil wawancara dengan kasir penerima, didapatkan informasi bahwa
kasir dapat memproses pemotongan biaya setelah pasien menunjukkan disposisi
Direktur atau kuasa Direktur, namun unit pelayanan tidak menginput data tersebut
ke dalam billing system. Dengan tidak diinputnya potongan tersebut, kuitansi
pembayaran hasil cetakan billing system yang digunakan sebagai dasar
pembayaran belum mengakomodasi potongan.
Hasil wawancara dengan Kepala Bagian Keuangan diperoleh informasi
bahwa prosedur pemberian potongan melalui billing system hanya dapat
dilakukan oleh pejabat yang berhak di unit pelayanan yang telah diberi kuasa oleh
Direktur melalui pemberian nomor pin tertentu. Maksud dari pengamanan
tersebut adalah agar pemberian potongan atau keringanan yang dilakukan melalui
billing system dapat selektif dan terpantau. Namun demikian pemeriksaan atas
pembukuan potongan tersebut menunjukkan bahwa potongan yang dilakukan baik
melalui billing (komputerisasi) maupun dengan cara manual belum dibukukan
sebagai biaya rumah sakit. Dengan demikian, pemberian potongan belum
sepenuhnya dapat dikendalikan oleh manajemen.
d. Pendapatan kasir dengan nilai yang belum dapat diidentifikasi tidak diinputkan
ke dalam billing sistem
Dengan diberlakukannya sistem komputerisasi dalam pelayanan, maka
seluruh transaksi pelayanan pasien diproses melalui billing system. Billing system
32
diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang data pelayanan
pasien, cepat dan akurat dalam pemrosesan data serta menjamin validitas
transaksi dari intervensi yang tidak diharapkan. Untuk dapat diproses dalam
billing system, diperlukan beberapa data pokok yang harus tersedia untuk setiap
pasien yang akan dilayani. Data pokok tersebut antara lain adalah nomor rekam
medis.
Hasil pengamatan atas kegiatan kasir penerimaan menunjukkan adanya
sejumlah pendapatan yang tidak dapat diinput pada sistem komputer karena tidak
tersedianya nomor rekam medis pasien pada sobekan rincian biaya (kitir/cepitir).
Kitir tersebut hanya berisi nama pasien dan biaya pelayanan, sehingga kasir tidak
dapat memproses penginputan data pasien ke dalam billing system. Kasir hanya
dapat menerima pembayaran dan membukukannya sebagai pendapatan RSUD.
Meskipun telah dibukukan sebagai penerimaan kasir, pendapatan yang tidak dapat
diinputkan ke dalam billing tersebut selanjutnya tidak terpantau keberadaannya
karena kasir tidak menyelenggarakan pembukuan tersendiri atas pendapatan
tersebut. Dengan kondisi demikian, maka data billing system belum
mencerminkan seluruh transaksi pelayanan pasien yang riil.
33
• Ayat (2) Satuan pemegang kas sebagaimana dimaksud pada pasal 39 ayat (6)
wajib menyetor seluruh uang yang diterimanya ke Bank atas nama rekening
Kas Daerah paling lambat satu hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima.
c. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tanggal 22 Nopember 2001 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Badan RSUD Kabupaten Banyumas Unit
Swadana Daerah, pasal 55 ayat (1) Pemakaian fasilitas Rumah sakit oleh dokter
atau tenaga kesehatan lain untuk mengadakan praktek umum/spesialis, diatur
dengan surat perjanjian khusus. Ayat (2) Pemakaian fasilitas seperti tersebut pada
ayat (1) meliputi poliklinik umum, poliklinik gizi, kamar operasi, kamar roentgen,
kamar bersalin untuk kegiatan pemeriksaan.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 66/MENKES/SK/II/1987 tentang Pola
Tarip RS Pemerintah pasal 19 “Pemungutan, pembukuan, penggunaan dan
pelaporan yang diterima di Rumah Sakit sebagai pendapatan Negara dilaksanakan
secara terpusat di Rumah Sakit.”
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan
Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah:
• Pasal 7 ayat (1) Unit Swadana Daerah dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kepada masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga. Ayat (2), bentuk dan jenis kerjasama dengan pihak ketiga dapat
dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala Daerah.
• Pasal 13 ayat (1). b. Penerimaan fungsional Unit Swadana Daerah pada
bendahara khusus penerima dibukukan dalam buku kas umum/pembantu
dengan didukung bukti-bukti penerimaan yang sah; huruf.c. Penerimaan
fungsional Unit Swadana Daerah sebagaimana dimaksud huruf b. pasal ini,
pada kesempatan pertama segera disetor sepenuhnya ke Rekening
Bendaharawan Pengeluaran Unit Swadana Daerah yang bersangkutan di Bank
Pembangunan Daerah dan atau Bank Pemerintah lainnya yang ditunjuk.
f. Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 900 – 1101 tentang Petunjuk
teknis pengusulan, penetapan dan tata cara pengelolaan keuangan Unit Swadana
Daerah, Lampiran V. “ Rumah Sakit Swadana Daerah merupakan Unit Pelaksana
Teknis Daerah yang merupakan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan, maka
34
pengelolaan keuangannya disamping berpedoman pada pengelolaan keuangan
Rumah Sakit Swadana Daerah tetap tunduk pada peraturan mengenai Keuangan
Daerah.” Lampiran V. B. alinea dua disebutkan : Tarip dalam rangka
pengembangan pelayanan dan penyesuaian terhadap perubahan harga
barang/bahan alat ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usul Direktur Rumah Sakit.
g. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/Menkes/PER/XII/1989 tentang
Rekam Medis pasal 2 “Setiap pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan
rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam medis
Penerimaan RSUD Banyumas yang tidak dibukukan secara bruto, dipotong langsung
dan dikelola di luar rekening kas RSUD mengakibatkan:
a. Pendapatan RSUD Banyumas kurang disajikan minimal sebesar
Rp2.056.498.547,00;
b. Kekurangan setor kepada pihak ketiga sebesar Rp112.562.468,00;
c. Membebani tugas kasir penerimaan;
d. Pendapatan privat dokter minimal sebesar Rp814.513.897,00 belum memberikan
kontribusi bagi RSUD;
e. Potongan, resep kredit dan restitusi belum sepenuhnya dapat dikendalikan oleh
manajemen;
f. Pendapatan RSUD berdasarkan Billing Sistem belum dapat diyakini
kelengkapannya.
35
d. Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana lalai menyimpan dana daerah pada rekening
pribadi dan tidak menyelenggarakan pembukuan atas penggunaannya.
e. Petugas pada unit-unit pelayanan kurang memahami pentingnya nomor rekam
medis sebagai data pokok pasien.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Bupati Banyumas untuk memerintahkan kepada Direktur RSUD agar melakukan
penertiban administrasi keuangan dan penataan personel yang tepat dalam bidang
pengelolaan keuangan RSUD;
b. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas menegur Kepala Bagian Keuangan yang
lalai dalam melakukan pengawasan keuangan yang menjadi tanggung jawabnya
dan Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana yang telah mengelola Keuangan RSUD
tidak sesuai ketentuan;
c. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas memerintahkan kepada Kepala Sub Bidang
Mobilisasi Dana untuk menyetorkan potongan jasa KSO sebesar Rp99.443.415,00
(per 31 Agustus 2005) dan potongan jasa KSO setelah masa pemeriksaan yang
36
masih dipungut ke Kas RSUD. Untuk selanjutnya pembayaran jasa pihak ketiga
dilakukan melalui pemegang Kas RSUD.
d. Direktur RSUD Kabupaten Banyumas membuat surat perjanjian kerjasama
tentang privat dokter yang di dalamnya antara lain mengatur tentang kontribusi
untuk RSUD dari layanan privat dokter dan memerintahkan Kepala Sub Bidang
Mobilisasi Dana untuk menyetorkan dana privat dokter sebesar Rp25.151.110,00
ke Kas RSUD. Untuk selanjutnya pembayaran dana privat dokter dilakukan
melalui pemegang Kas RSUD.
e. Direktur RSUD agar memerintahkan kepada bagian yang terkait untuk
menyelenggarakan pencatatan pendapatan RSUD secara tertib, yaitu:
1) Kasir agar membukukan potongan/restitusi pada buku potongan;
2) Kepala Bagian Keuangan agar membukukan pendapatan secara basis kas dan
akrual dengan tertib, termasuk transaksi keringanan bagi pasien;
3) Direktur RSUD agar memerintahkan kepada Kepala Bagian PDE untuk
menertibkan data pendapatan pada billing system sehingga billing system
dapat memuat transaksi secara lengkap.
37
3. Pemakaian fasilitas RSUD Banyumas oleh pihak ketiga belum memberikan
kontribusi yang memadai bagi daerah
38
sedang tidak berada di tempat, sedangkan Ketua Koperasi Karyawan yang
membawahi unit Toko, Wartel, dan Salon menyatakan bahwa belum terdapat
kesepakatan antara RSUD dan koperasi tentang kontribusi untuk RSUD. Atas
pemakaian fasilitas di dalam area RSUD tersebut, biaya listrik dan air yang
digunakan oleh pemakai fasilitas masih ditanggung RSUD.
Selanjutnya dari hasil wawancara terhadap Pengelola Parkir didapatkan informasi
bahwa pengelola parkir membenarkan tidak adanya perjanjian kerjasama pengelolaan
parkir dengan Pemerintah Daerah (Dhi. RSUD Banyumas). Pengelola parkir
menjelaskan adanya gangguan-gangguan dari pihak luar yang sulit untuk
dikendalikan. Untuk selanjutnya yang bersangkutan bersedia untuk bermusyawarah
dengan pihak Pemerintah Daerah.
Dari hasil konfirmasi yang dilakukan kepada Pemerintah Daerah (dhi. BPKD
Kabupaten Banyumas) diperoleh keterangan bahwa pemakaian fasilitas RSUD oleh
pihak ketiga seharusnya memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah. Untuk
selanjutnya Pemerintah Daerah akan mengkoordinasikan dengan unit kerja yang
terkait dengan permasalahan tersebut.
Dengan adanya kondisi yang demikian, maka kerjasama RSUD dengan pihak
ketiga belum sepenuhnya dapat menguntungkan RSUD sebagaimana yang
diamanatkan dalam ketentuan.
39
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. RSUD belum mendapatkan kontribusi yang memadai atas penggunaan fasilitas
daerah termasuk belum diperhitungkannya pemakaian biaya listrik dan air oleh
pihak ketiga.
b. RSUD tidak dapat mengendalikan pengelolaan parkir yang berada di wilayahnya
sehingga mengganggu pelayanan terhadap masyarakat.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
Direktur RSUD Kabupaten Banyumas agar segera membuat perjanjian kerjasama
dengan pihak ketiga atas penggunaan fasilitas milik RSUD dan mengintensifkan
pendapatan yang seharusnya diterima RSUD.
40
4. Pengenaan tarif pada RSUD Banyumas tidak berdasar Peraturan Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah merupakan salah satu perangkat teknis daerah yang
bukan merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan sehingga untuk memberlakukan
suatu kebijakan publik yang berkaitan dengan pelayanan RSUD harus mengikuti
ketentuan yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah. Demikian juga dengan
pemberlakuan tarif pada RSUD Banyumas yang berkaitan dengan masyarakat luas diatur
dalam suatu Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.
Tarif rumah sakit merupakan sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
kegiatan pelayanan medik dan non medik yang dibebankan kepada masyarakat sebagai
imbalan atas jasa pelayanan yang diterima. Dari hasil pemeriksaan atas data base
pelayanan pasien pada bagian pelayanan di masing-masing unit / instalasi dijumpai
adanya pemberlakuan dasar tarif yang tidak berdasarkan Perda. Hasil Konfirmasi
dengan Kepala Bagian Keuangan diperoleh penjelasan bahwa untuk mengatasi masa
transisi pemberlakuan tarif lama yang tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Daerah Tingkat II Banyumas Nomor 1 Tahun 1991 tentang Pelayanan Kesehatan pada
RSUD Kabupaten Banyumas dan tarif baru yang tertuang dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas Unit Swadana Daerah,
maka direktur mengambil langkah kebijaksanaan dengan menaikkan tarif secara
bertahap. Langkah tersebut diambil karena kedua Perda tarif tersebut memiliki
perbedaan unit cost yang cukup besar. Hal ini terjadi karena pada saat disusunnya Perda
Tarif Tahun 2001 harga-harga kebutuhan rumah sakit relatif tinggi.
Untuk mengatur kenaikan tarif secara bertahap agar tidak terjadi lonjakan biaya
yang membebani masyarakat luas, maka direktur menerbitkan Buku Master Tarif Tahap I
yang dikeluarkan pada Tanggal 2 Januari 2002 dan Buku Master Tarif Tahap II
dikeluarkan pada 2 Januari 2003. Hasil penelaahan buku master tarif dan pembandingan
dengan Perda Tahun 2001 menunjukkan bahwa buku master tarif memuat tarif layanan
yang lebih rinci dan lengkap daripada tarif layanan yang tertuang pada lampiran Perda.
Penyusunan buku master tarif dilakukan berdasar unit cost yang diusulkan masing-
masing instalasi dan disetujui oleh Direktur RSU. Master tarif tersebut diberlakukan
41
tanpa persetujuan Pemerintah Daerah secara resmi. Dilihat dari perbandingan harga per
unit cost maka tarif pada master tarif tahap I secara umum lebih rendah dari tahap II dan
tarif pada master tarif tahap II secara umum lebih rendah dari Perda Nomor 18 Tahun
2001. Perbedaan tarif tiap tahap tersebut sebagian dapat dilihat sebagai berikut:
2
1 " (!"
))
! "#
$
%% &' (
) * * * *
$+, * ** * **
$ - * * * *
. $$
/ * * * *
,( "(& *
0)- *
Lengkapnya pada Lampiran 6
Penjelasan lebih lanjut dari Kasubbag Tata Usaha diperoleh keterangan bahwa
mulai tanggal 1 April Tahun 2005, melalui Surat Keputusan Direktur RSU Nomor 800/
671.A/2005, sudah diberlakukan tarif 100 % sesuai Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun
2001. Hasil pemeriksaan secara sampling menunjukkan bahwa sebagian tarif layanan
pasien masih dikenakan berdasarkan master tarif tahap II karena di dalam Perda tarif
diatur secara global dan belum mengakomodasi adanya rincian pelayanan tambahan
untuk pasien. Bahkan minimal untuk lima layanan yang dilaksanakan oleh RSUD, Perda
tidak menyebutkan tarifnya. Macam-macam jenis layanan tersebut yaitu:
a. Pemeriksaan USG
b. Pemeriksaan Elektro Convultion Therapie (ECT)
c. Pelayanan EEG Brain Maping
d. Pelayanan ICU
e. Pelayanan Persalinan (VK)
Dari penghitungan secara sampling atas 10 jenis layanan pada bulan Januari s/d
Desember 2004 diketahui terdapat selisih pengenaan tarif berdasarkan master tarif II dan
Perda seperti terlihat pada tabel berikut ini:
42
Jenis Pemeriksaan Pendapatan jika Pendapatan Jika Selisih
dihitung dengan dihitung dengan
Master tarif Perda Nomor 18
Tahap II Tahun 2001
1. Pengenaan tarif lebih tinggi dari Perda
GDT / MDT Kelas II*) 605.000,00 199.500,00 405.500,00
Jumlah 605.000,00 199.500,00 405.500,00
2. Pengenaan tarif lebih rendah dari Perda*)
Hemoglobin Kelas I 1.591.031,00 3.751.637,00 2.160.606,00
Hemoglobin Kelas II 1.981.881,00 4.783.504,00 2.801.623,00
Hemoglobin Kelas III 1.924.450,00 4.775.565,00 2.851.115,00
Hemoglobin Paviliun 729.081,00 1.608.040,00 878.959,00
Hemoglobin Kelas VIP 749.264,00 1.836.025,00 1.086.761,00
Albumin Kelas II 768.421,00 1.830.000,00 1.061.579,00
Trigliserid Kelas II 1.730.000,00 1.944.000,00 214.000,00
Film 35x35 Kelas II 10.989.000,00 11.462.500,00 473.500,00
Jumlah 20.463.128,00 31.991.271,00 11.528.143,00
3. Pengenaan tarif yang tidak ada dalam Perda
EEG Brain Maping Kelas II 39.665.000,00 0,00 39.665.000,00
*) Pengenaan tarif ini dihitung tanpa mengakomodasi biaya bahan, sehingga dapat diperbandingkan
dengan tarif perda yang juga tidak mengakomodasi biaya bahan.
Pada saat pemeriksaan tidak diketahui adanya persetujuan Bupati Banyumas atas
pengenaan tarif yang tidak sesuai Perda dan pengenaan tarif atas layanan tambahan yang
belum diakomodasi dalam Perda.
43
Pengenaan tarif yang tidak berdasarkan Perda mengakibatkan:
a. Pengenaan tarif atas lima layanan tidak memiliki dasar hukum yang memadai;
b. Penerimaan rumah sakit diterima lebih tinggi dari Peraturan Daerah minimal sebesar
Rp405.500,00;
c. Penerimaan rumah sakit diterima lebih rendah dari Peraturan Daerah minimal sebesar
Rp11.528.143,00.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
a. Memerintahkan seluruh unit pelayanan untuk memberlakukan pemungutan tarif
berdasarkan Perda Nomor 18 Tahun 2001.
b. Mengusulkan tarif layanan tambahan yang belum tertuang pada Perda Nomor 18
Tahun 2001 kepada Bupati Banyumas untuk mendapatkan persetujuan.
44
5. Belanja jasa pelayanan sebesar Rp348.000.000,00 direalisasikan tidak sesuai
peruntukannya
45
Pembagian indek dilakukan dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut :
a. Golongan/pangkat
b. Masa Kerja
c. Volume Tanggung Jawab
d. Volume Kerja
e. Tunjangan Fungsional
f. Volume Beban Kerja
g. Prestasi, Dedikasi, Loyalitas, Tidak Tercela
Pemberian indek dilakukan/dipertimbangkan setelah yang bersangkutan mempunyai
masa kerja aktif minimal tiga bulan.
Pemeriksaan atas pembagian jasa pelayanan pada Bendahara Gaji, Buku catatan
keuangan dan hasil telaah SPJ menunjukkan terdapat pengeluaran yang diperhitungkan
sebagai komponen pengurang jasa pelayanan yang merupakan hak karyawan.
Pengeluaran-pengeluaran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pengeluaran untuk Dana Taktis direalisasikan sebesar Rp60.000.000,00
Besarnya pemotongan jasa pelayanan untuk dana taktis adalah sebesar
Rp3.000.000,00 per bulan, jumlah penerimaan sampai dengan Tahun 2004 sebesar
Rp3.000.000,00 x 12 bulan = Rp36.000.000,00 dan untuk Tahun 2005 sebesar
Rp3.000.000,00 x 8 bulan = 24.000.000,00 sehingga jumlah keseluruhan sebesar
Rp60.000.000,00 dan dana ini digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang sifatnya sosial
dan kedinasan yang tidak tersedia anggarannya. Hasil pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Dana Taktis untuk Tahun 2005, pengeluaran yang telah direalisasikan
sebesar Rp17,471,750.00 sedangkan pengeluaran untuk Tahun 2004 belum
diketahui nilainya karena tidak tersedia datanya.
b. Pengeluaran untuk Dana Investasi direalisasikan sebesar Rp238.000.000,00;
Besarnya pemotongan jasa pelayanan untuk dana investasi tergantung kebijaksanaan
direktur sesuai dengan naik atau turunnya pendapatan jasa pelayanan pada saat itu.
Hasil pemeriksaan SPJ untuk Dana Investasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
46
Bulan Jumlah Jumlah Saldo
Penerimaan Pengeluaran
Tahun 2004
Januari 10.000.000,00 - 10.000.000,00
Februari 10.000.000,00 - 20.000.000,00
Maret 10.000.000,00 - 30.000.000,00
April 10.000.000,00 - 40.000.000,00
Mei 10.000.000,00 - 50.000.000,00
Juni 20.000.000,00 - 70.000.000,00
Juli 20.000.000,00 - 90.000.000,00
Agustus 20.000.000,00 - 110.000.000,00
September 15.000.000,00 53.393.500,00
Oktober 15.000.000,00 71.606.500,00 68.393.500,00
November 15.000.000,00 - 83.393.500,00
Desember 15.000.000,00 - 98.393.500,00
Jumlah 170.000.000,00 98.393.500,00
Tahun 2005
Januari 4.000.000,00 23.500.000,00 78.893.500,00
Februari 4.000.000,00 - 82.893.500,00
Maret 10.000.000,00 - 92.893.500,00
April 10.000.000,00 12.770.000,00 90.123.500,00
- 23.500.000,00 66.623.500,00
Mei 15.000.000,00 23.500.000,00 58.123.500,00
Juni 15.000.000,00 10.000.000,00 63.123.500,00
Juli 10.000.000,00 23.500.000,00 49.623.500,00
- 11.248.000,00 38.375.500,00
Jumlah 68.000.000,00 38.375.500,00
Jumlah I dan II 238.000.000,00
Bunga Bank 3.968.868,00 42.344.368,00
Administrasi Bank 25.000 42.319.368,00
Jumlah Total 241.968.868,00 199.649.500,00 42.319.368,00
47
Rp95.649.500,00 tersebut di antaranya sebesar Rp34.607.000,00 dipinjamkan
kepada IPSRS RSU untuk kegiatan pemeliharaan RSU. Rincian selengkapnya ada
pada lampiran 7.
Dana investasi disimpan pada Tabungan Bima BPD Jateng dengan nomor rekening
2-003-13075-3 atas nama Drs. Santoso/Dana Investasi. Atas setiap pengeluarannya,
pemilik rekening menyatakan telah mendapatkan persetujuan dari Direktur RSU.
48
Permasalahan tersebut di atas tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan APBD, pasal 55 ayat (2) Pengguna anggaran dilarang melakukan
pengeluaran-pengeluaran atas beban belanja daerah untuk tujuan lain dari pada yang
ditetapkan.
b. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan
Penatausahaan serta pertanggung jawaban Keuangan Unit Swadana Daerah
Paragraf 4 Pasal 11 ayat (2) Penggunaan dana Unit Swadana Daerah untuk
pembiayaan investasi prasarana dan sarana di Unit Swadana Daerah yang
bersangkutan supaya terlebih dahulu mendapat persetujuan tersendiri dari Menteri
Dalam Negeri untuk Daerah Tk I dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I untuk
Daerah Tingkat II.
c. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kab Banyumas unit
Swadana Daerah pada
1) Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (19) yang menyatakan bahwa jasa
pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa
yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan,
konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.
2) Bab XIV Pengelolaan dan Penatausahaan penerimaan Rumah Sakit pada Pasal
57 ayat (7) menyebutkan bahwa Tata cara pengelolaan seluruh penerimaan
rumah sakit (pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran penggunaan
serta pelaporan) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
49
Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan Direktur yang kurang memahami
ketentuan yang berlaku dan tidak tersedianya akun anggaran untuk pengeluaran
dimaksud.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
a. Memerintahkan pengelola dana taktis mempertanggungjawabkan penyisihan jasa
pelayanan yang telah direalisasikan sebagai dana taktis sebesar Rp60.000.000,00
kepada Pemerintah Daerah (BPKD) dengan disertai bukti-bukti pengeluaran yang
sah;
b. Memerintahkan pengelola dana investasi mempertanggungjawabkan penyisihan jasa
pelayanan yang telah direalisasikan sebagai dana investasi sebesar Rp241.968.868,00
kepada Pemerintah Daerah (BPKD) dengan cara melengkapi bukti-bukti pengeluaran
yang sah, menyetorkan kas Dana Investasi minimal sebesar Rp42.319.368,00
(termasuk bunga bank sebesar Rp3.968.868,00) ke Kas RSUD, dan menarik
peminjaman dana investasi dari pihak ketiga serta menyetorkannya ke Kas RSUD;
c. Mengatur kembali pembagian jasa pelayanan kepada pihak di luar rumah sakit sesuai
ketentuan pengelolaan rumah sakit pemerintah, sehingga pembagian jasa pelayanan
sepenuhnya dilaksanakan dengan dasar hukum yang memadai dan transparan.
50
6. Penyajian data tunggakan pasien khusus pada Instalasi Laboratorium tidak akurat
dan pemakaian film radiologi (CT SCAN) sebanyak 670 lembar senilai
Rp12.781.422,50 tidak didokumentasikan dengan memadai
52
Hasil wawancara dengan Kepala Instalasi Laboratorium dinyatakan bahwa
pasien-pasien tersebut merupakan pasien khusus yang memerlukan pelayanan cepat.
Pasien sebagaimana disebutkan telah mendapatkan ijin dari Direktur, namun tidak
diketahui secara formal data yang mendukung pernyataan tersebut. Dengan demikian,
pada saat pemeriksaan berakhir (tanggal 23 Agustus 2005) disimpulkan bahwa
layanan senilai Rp9.112.100,00 telah direalisasikan tanpa disertai pembayaran oleh
pasien.
Hasil cross cek data susulan dari Ka Sub Bid Penunjang Medis I setelah masa
pemeriksaan berakhir, yakni pada tanggal 6 Oktober 2005 menunjukkan tambahan
informasi bahwa Instalasi Laboratorium dan Kasir melakukan pencocokan atas
keseluruhan data tunggakan layanan di laboratorium. Pencocokan tersebut
menghasilkan data sebagai berikut:
Pasien khusus Pasien khusus Non Jumlah
Karyawan Karyawan
Tarif billing 15.695.480,00 7.141.630,00 22.837.110,00
Ditagihkan Askes (8.932.075,00) (773.000,00) (9.705.075,00)
Dibayar pasien (4.515.290,00) (5.214.530,00) (9.729.820,00)
Kekurangan tagihan 2.248.115,00 1.154.100,00 3.402.215,00
b. Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi telah melakukan kerja sama operasional dengan PT. Bhineka
Usada Raya Cabang Semarang dalam pemanfaatan alat CT Scanner yang tertuang
dalam Surat Perjanjian Kerjasama Nomor : 119/759 A/2001 pada Tanggal 15
September 2001. Pada perjanjian kerja sama ini disebutkan bahwa rumah sakit
53
menggunakan alat tersebut untuk pelayanan pasien dengan memberi kontribusi
kepada pemilik alat dan kewajiban pembelian film oleh pihak rumah sakit kepada
pihak pemilik alat. Akan tetapi pada saat alat mengalami kerusakan dan pemakaian
film menjadi bertambah karena film sering rusak maka pihak rumah sakit yang
menanggung kerusakan film tersebut. Pemeriksaan atas Dokumen Laporan Harian
Radiologi, Laporan Bulanan Kegiatan Radiologi, Buku Permintaan Barang, dan
hasil cek fisik menunjukkan terdapat perbedaan pemakaian film radiologi (CT Scan)
menurut data harian yang dilaporkan dan data administrasi. Menurut data harian,
pemakaian film selama periode sampling sebanyak 3330 lembar dengan jumlah
kerusakan sebanyak 267 lembar, sedangkan menurut data bagian administrasi
terdapat pemakaian film sebanyak 2660 lembar termasuk yang rusak, jumlah
kerusakan tidak dapat diidentifikasi karena data pada laporan administrasi tidak
tersedia. Dengan demikian terdapat selisih 670 lembar film (3330 lembar – 2660
lembar ) dengan nilai sebesar Rp12.781.422,50 (1 box =100 lbr film, harga per box =
Rp1.907.675,00) yang tidak dapat dipertanggungjawabkan karena tidak dapat
ditelusuri kebenarannya. Perbedaan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
54
Maret 125 177 20 197 168 29
April 144 196 2 198 199 (1)
Mei 166 280 18 298 213 85
Juni 146 292 12 304 202 102
Juli 129 199 5 204 178 26
Agustus 141 179 9 188 171 17
Jumlah 1.059 1.591 108 1.699 1.402 297
Jumlah Total 2.031 3.063 267 3.330 2.660 670
55
• pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan
pendapatan tersebut.
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 18 Tahun 2001 tentang Retribusi
Pelayanan Kesehatan pada Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Banyumas
Unit Swadana Daerah Bab X Pasal 21 ayat (1) Bagi pasien yang tidak mampu
diberi keringanan membayar biaya pelayanan dan atau bebas biaya pelayanan,
tetapi pasien tersebut harus membawa surat keterangan miskin dari pejabat yang
berwenang, Untuk keperluan perawatan ini Direktur menempatkan pasien di kelas
II.
56
administrasi sehingga perlu dilakukan teguran kepada Kepala Instalasi Laboratorium dan
Subid Pelayanan Medis I, Kepala Instalasi Rawat Jalan serta kepada Kasir.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
c. Menegur Kepala Instalasi Laboratorium dan Instalasi Radiologi yang kurang tertib
dalam melaksanakan administrasi layanan pasien yang menjadi tanggung jawabnya
dan memerintahkan kepada masing-masing Kepala Instalasi untuk menyelenggarakan
pembukuan harian atas pemakaian bahan yang berada pada instalasinya;
d. Menagihkan sisa tunggakan layanan laboratorium sebesar Rp3.402.215,00.
57
7. Pemberian eksra fooding melalui Instalasi Gizi RSUD Banyumas sebesar
Rp6.105.600,00 tidak berdasarkan SK Direktur
58
Sedangkan untuk yang mendapatkan snack harian sesuai prosedur tetap adalah Direktur,
Dokter Umum, Dokter Jaga, Dokter Residen, Dokter Spesialis, Kabag TU, Keuangan,
Perawatan, Kepala Instalasi Gizi, Apoteker/Kepala Instalasi Farmasi.
Pemberian makanan bagi karyawan tersebut dimaksudkan untuk kesejahteraan
karyawan dalam rangka penambahan gizi karyawan di lingkungan rumah sakit yang
dipandang sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Di samping itu, berdasarkan data
pada Ruang Bougenville dan Ruang Cempaka (ruang penyakit dalam/ruang beresiko)
pada Tahun 2004 terdapat pasien Tubercolosis sebanyak 153 pasien dan telah
menyebabkan dua orang perawat terinfeksi penyakit tersebut.
Melihat kenyataan tersebut Kepala Bidang Keperawatan melalui surat Nomor
010/per/I/05 Tanggal 31 Januari 2005 mengajukan usulan untuk pemberian extra fooding
bagi perawat di ruang Bougenvile dan ruang Cempaka dengan pemberian makanan
tambahan tinggi protein. Adapun dana yang dibutuhkan adalah :
a. Kapasitas/jumlah pegawai yang membutuhkan makanan tambahan sebanyak 18 orang
untuk ruang bougenville dan cempaka
b. Harga makanan tambahan perporsi/orang
- Susu : Rp1000
- Telur : Rp600
c. Kebutuhan anggaran/Tahun Rp1600 X 18 orang x 365 hari = Rp10.512.000
Dari hasil pemeriksaan dan konfirmasi dengan Kepala Instalasi Gizi diperoleh penjelasan
bahwa usulan tersebut telah dilaksanakan dan dana yang telah dikeluarkan sampai dengan
bulan Agustus (saat pemeriksaan) adalah sebesar Rp1600 x 18 orang x 212 hari =
Rp6.105.600,00, akan tetapi atas pelaksanaan pemberian tambahan tersebut belum
didukung dengan adanya SK Direktur Rumah Sakit sehingga belum ada aturan resmi
yang melandasinya.
59
mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan tugas rumah sakit sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal ini mengakibatkan pemberian makanan tambahan protein tinggi untuk ruang
Bougenvile dan ruang Cempaka senilai Rp6.105.600,00 direalisasikan tanpa dasar
peraturan yang sah dan dapat menimbulkan kecemburuan dari instalasi lain yang tidak
mendapatkan tambahan makanan.
Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian dari Kepala Instalasi Gizi yang telah
merealisasikan pemberian makanan tambahan tanpa didasari SK Direktur.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas
untuk menegur Kepala Instalasi Gizi yang lalai dalam melaksanakan tugasnya dan
menetapkan Surat Keputusan tentang pemberian makanan tambahan protein tinggi untuk
pegawai berisiko tinggi secara proporsional dan sesuai kemampuan rumah sakit.
60
8. Pemakaian sumber daya RSUD untuk pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen
B belum memiliki landasan peraturan
62
Keputusan Bupati. Atas penggunaan uang tersebut, bendahara komponen B telah
membuat pembukuan dan melaporkannya secara rutin kepada Direktur RSUD.
Hasil wawancara dengan Direktur RSUD diperoleh informasi bahwa format
pengelolaan komponen B dengan mekanisme yang selama ini telah berjalan
sebagaimana dijelaskan sebelumnya dipandang cukup andal dalam mengantisipasi
adanya pemberian resep keluar dari rumah sakit. Konfirmasi atas permasalahan ini
juga dilakukan kepada Pemerintah Daerah yang diwakili oleh Kepala BPKD dan
Kepala Bagian Hukum Kabupaten Banyumas. Hasil konfirmasi ditindaklanjuti
dengan rapat yang menyetujui adanya pengaturan kembali hak dan kewajiban kedua
belah pihak serta memperjelas badan usaha yang akan bekerja sama dengan RSUD.
63
b. Biaya operasional yang direalisasikan oleh Komponen B sebesar
Rp155.825.600,00 tidak memiliki landasan peraturan dan penerimaan bagi hasil
yang diterima RSU menjadi lebih rendah sebesar Rp62.330.240,00.
c. Penerimaan yang disetor tidak melalui Kas Daerah dapat mengakibatkan
penggunaan yang tidak sesuai tujuannya.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Direktur RSUD agar merumuskan perjanjian kerja sama pengelolaan Instalasi
Farmasi Komponen B yang secara jelas mengatur hak dan kewajiban RSUD dan
pengelola dengan prinsip saling menguntungkan, berkeadilan dan
mempertimbangkan azas kepatutan dalam pembagian keuntungan. Perjanjian
tersebut selanjutnya diusulkan kepada Bupati Banyumas untuk mendapatkan
persetujuan;
b. Bupati Banyumas agar melakukan evaluasi atas usulan perjanjian kerja sama
pengelolaan Instalasi Farmasi Komponen B sebelum melakukan persetujuan atas
perjanjian kerja sama tersebut.
64
10. Pengadaan material dan ongkos tenaga kerja pengembangan Instalasi Rehabilitasi
Medis (IRM) melebihi kebutuhan minimal sebesar Rp59.387.579,20 dan
penambahan pekerjaan sebesar Rp20.363.400,00 belum dapat diyakini
kebenarannya
65
Kebutuhan barang menurut
No. Uraian RAB Konsultan Selisih Harga Nilai selisih
Perencana Satuan
1. Pekerjaan Pasangan :
- Batu kali 39 39 - - -
- Batu merah 37.000 36.932 68 200 13.600
- Pasir 34 rit 32 rit 2 135.000 270.000
- Kapur 250 - 250 6.500 1.625.000
- PC 293 267 26 33.500 871.000
Jumlah : 2.779.600
2. Pekerjaan Beton
- Pasir 5 rit - 5 rit 135.000 675.000
- Split 26,9 - 26,9 90.000 2.421.000
- PC 224 - 224 33.500 7.504.000
Jumlah : 10.600.000
3. Pekerjaan Atap
- Kayu 8/12 x 4 m 155 129 26 154.000 4.004.000
- Kayu 6/12 x 4 m 70 58 12 122.000 1.464.000
- Kayu 5/7 x 4 m 800 667 133 31.500 4.189.500
- Kayu 2/3 x 4 m 1001 833 168 12.375 2.079.000
- Papan 2/20 x 4 m 46 38 8 46.000 368.000
- Genteng 19.800 16.663 3137 200 627.400
- Genteng nok 149 124 25 2.000 50.000
Jumlah : 12.781.900
Total : 26.161.500
Sedangkan untuk pekerjaan selain yang tercantum pada table di atas, antara RAB
yang dibuat oleh pemimpin kegiatan dan perhitungan konsultan perencana untuk
kebutuhan bahan/material tidak terdapat perbedaan. Meskipun tidak terdapat perbedaan
antara nilai RAB dengan rincian konsultan perencana, pemeriksaan lanjutan dilaksanakan
dengan konfirmasi kepada pihak yang kompeten dan pengujian fisik pekerjaan, dengan
mempertimbangkan kondisi bahwa penunjukkan konsultan perencana oleh pemimpin
kegiatan hanya secara lisan (rekan pemimpin kegiatan), dalam pelaksanaan pekerjaan
pemimpin kegiatan tidak membuat Kerangka Acuan Kerja, buku harian, laporan
mingguan maupun bulanan, serta Surat Pertanggungjawaban tidak dapat diketahui
dengan pasti nilainya (karena SPJ atas kegiatan rehab IRM ini tidak dikumpulkan
menjadi satu, sehingga sulit diidentifikasi.)
66
Konfirmasi dilaksanakan pada tanggal 12 September 2005 kepada pelaksana
pekerjaan dengan didampingi oleh salah satu anggota panitia pengadaan. Dari hasil
konfirmasi, dilakukan penghitungan secara uji petik terhadap pemakaian bahan/material
untuk pekerjaan plafon dan pembayaran ongkos pekerja, yaitu :
a. Ongkos pekerja dalam RAB (pemimpin kegiatan) termasuk ongkos pembongkaran
ditentukan sebesar Rp62.716.078,95 dan didasari dengan bukti kehadiran pekerja.
Namun pada kenyataannya yang diterima oleh pelaksana pekerjaan hanya sebesar
Rp55.355.749,75, sehingga terdapat selisih sebesar Rp7.360.329,20 yang merupakan
tanggung jawab pemimpin kegiatan.
b. Bahan/material yang diadakan lebih kecil dibandingkan dengan RAB, yaitu :
Pekerjaan Plafon 479 m.
Untuk pekerjaan plafon dibutuhkan bahan/material berupa kayu ukuran 6/12 x 4 m,
untuk hanger dan kayu ukuran 4/6 x 5 m untuk plafon.
Dari pekerjaan plafon tersebut dalam RAB telah ditentukan jumlah pengadaan
penggunaan kayu ukuran 6/12 x 4 m sebanyak 173 batang, namun berdasarkan
kenyataan/kayu yang digunakan hanya sebanyak 10 batang atau selisih sebanyak
173 – 10 = 163 batang. Harga per batang sebesar Rp122.000,00 atau nilai kerugian
sebesar Rp122.000 x 163 = Rp19.886.000,00.
Sedangkan kayu ukuran 4/6 x 4 m dalam RAB sebanyak 780 batang, pekerjaan per
m2 menggunakan 5 m kayu, maka kayu yang dibutuhkan 479 x 5 m = 2.395 m.
Dari ukuran kayu per batang 4 m, maka kayu yang dibutuhkan sebanyak = 2.935 : 4
m = 599 batang, namun menurut RAB 780 batang, atau selisih 780 – 599 = 181.
Harga per batang sebesar Rp 24.750,00 atau nilai kerugian sebesar Rp24.750,00 x
181 batang = Rp 4.479.750,00.
Eternit
Dari luas plafon 479 m2, maka kebutuhan eternit juga sebanyak 479 m2., dari
kebutuhan 479 m2 tersebut pihak panitia telah mengadakan sebanyak 40 box atau
400 m2, sedangkan yang 79 m2 menggunakan eternit lama/bongkaran. Menurut
RAB dibutuhkan 70 box atau 700 m2. Dengan demikian terdapat kelebihan 700 –
400 = 300 m2 atau 30 box. Harga per box sebesar Rp50.000,00 atau kerugian
sebesar Rp50.000,00 x 30 = Rp 1.500.000,00
67
Dari hasil pemeriksaan selanjutnya atas Surat Pertanggungjawaban Keuangan
(SPJ) yang dapat diidentifikasi untuk kegiatan pengembangan IRM diketahui bahwa
pengadaan material untuk kegiatan pengembangan IRM dilakukan oleh Sdr.
Mulyono, PNS RSUD Banyumas pada staf kepegawaian yang ditunjuk sebagai salah
satu anggota panitia pengadaan barang, serta bertindak juga sebagai supplier
(pemasok) material dengan nama UD. Dwi Tunggal yang beralamat di Jalan Bogisan
Kaliori, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas.
Penelitian selanjutnya atas SPJ di Pemegang Kas dan bukti nota pengadaan material
yang sebenarnya (riil) diketahui bahwa :
1. Bukti asli pengiriman/pengadaan bahan/material yang diperoleh saat pemeriksaan
berasal dari Toko Fajar Indah dan Toko Bintang, sedangkan dalam SPJ, bukti
pengadaan yang dipergunakan untuk penagihan uang tidak diketahui adanya bukti
tersebut.
2. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pengecekan keberadaan UD. Dwi
Tunggal dengan didampingi salah satu anggota panitia pengadaan yang lain pada
tanggal 14 September 2005, yang diketahui bahwa pada alamat yang disebutkan
sebagai alamat UD. Dwi Tunggal tidak terdapat adanya toko bangunan maupun
UD Dwi Tunggal. Hal tersebut juga diperkuat dengan keterangan Ibu Lurah
Bogisan Kaliori yang rumahnya satu lokasi dengan alamat UD. Dwi Tunggal
yang menyatakan bahwa di daerahnya tidak terdapat UD. Dwi Tunggal maupun
toko bangunan lainnya.
Dari hasil wawancara dengan Sdr. Mulyono diperoleh pengakuan bahwa yang
bersangkutan telah melakukan pengadaan bahan/material dari distributor/Toko lain
dan nota serta kuitansi pembelian diganti dengan nama UD. Dwi Tunggal atas nama
dirinya. Dengan demikian Sdr. Mulyono akan sangat mudah untuk menambah angka
barang yang dibeli. Kegiatan tersebut mudah dilakukan karena keberadaan panitia
pengadaan barang yang lain, panitia pemeriksa pekerjaan dan panitia penerima
barang semuanya tidak berfungsi.
68
Permasalahan adanya pengadaan bahan/material yang melebihi kebutuhan tidak
sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam pasal 4 disebutkan
bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan
memperhatikan azas Keadilan dan Kepatutan;
b. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Basrang/Jasa Pemerintah dalam pasal 39 ayat (3)
disebutkan bahwa Pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cara swakelola
adalah :
1). Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia;
2). Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat
setempat;
3). Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi dan pembiayaannya tidak
diminati penyedia barang/jasa;
4). Pekerjaan secara rinci/detail sulit dihitung/ditentukan;
c. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam huruf A
angka 2 antara lain ditetapkan bahwa dalam perencanaan swakelola agar menyusun
rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, melakukan perencanaan teknis,
menyiapkan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari masing-
masing rencana tersebut dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan APBD:
• Pasal 49 ayat (5) Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap
dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
69
• Pasal 57 ayat (1) Pengguna anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang
yang digunakan dengan cara membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti
yang sah.
e. Inmendagri Nomor : 21 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan
Ganti Rugi Keuangan Daerah dan Barang Daerah pada huruf C antara lain
disebutkan bahwa ruang lingkup penyimpangan ditinjau dari pelaku :
1) Pegawai Negeri bukan bendaharawan meliputi antara lain menaikkan harga,
menambah kualitas, mutu dan lain-lain;
2) Pihak ketiga meliputi antara lain penipuan, penggelapan dan perbuatan lainnya
yang secara langsung atau tidak langsung menimbulkan kerugian daerah.
70
IRM tersebut telah terjadi perubahan dan penambahan-penambahan pekerjaan, namun
tidak diikuti dengan perhitungan kembali kebutuhan material dan administrasi atas
perubahan pekerjaan. Perubahan dan penambahan pekerjaan tersebut baru dibuat/dihitung
sendiri oleh Pimpinan Kegiatan pada saat memberikan komentar instansi dengan nilai
Rp20.363.400,00. Atas penambahan pekerjaan tersebut tidak didukung dengan Berita
Acara Perubahan/Penambahan pekerjaan sesuai prosedur semestinya. Dengan adanya
tambahan penjelasan seperti demikian, Badan Pemeriksa Keuangan belum dapat
meyakini kebenaran pekerjaan tambahan sebesar Rp20.363.400,00, sebelum dilakukan
pengujian atas tambahan pekerjaan tersebut.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada:
a. Bupati Banyumas untuk membentuk tim pemeriksa yang minimal terdiri dari unsur
Badan Pengawas Kabupaten, Dinas PU Cipta Karya, dan RSUD Kabupaten
Banyumas untuk melakukan pemeriksaan atas penambahan/perubahan pekerjaan
yang terkait dengan pekerjaan pengembangan IRM sebesar Rp20.363.400,00.
b. Kepala Bawasda untuk melaporkan hasil pemeriksaan tersebut di atas kepada Bupati
Banyumas dan menyampaikan hasilnya kepada Direktur RSUD untuk ditindaklanjuti
sesuai ketentuan pengelolaan keuangan daerah.
c. Direktur RSUD agar menarik kerugian minimal sebesar Rp39.024.179,20
(Rp59.387.579,20 – Rp20.363.400,00) dari Pemimpin Kegiatan dan menyetorkan ke
Kas RSUD.
d. Direktur RSUD agar memberikan peringatan kepada Pemimpin Kegiatan yang
sengaja tidak menyelenggarakan pencatatan atas pengelolaan pekerjaan
pengembangan IRM secara swakelola dan memberikan sanksi sesuai ketentuan
kepegawaian yang berlaku bagi PNS kepada Sdr. Mulyono atas kesengajaannya
mengganti nota pembelian.
71
10. Pelaksanaan pembangunan sarana prasarana RSUD sebesar Rp1.159.310.875,00
secara swakelola tidak didukung dokumen yang memadai sehingga tidak dapat
diyakini kewajarannya
72
Tahun 2005
No. Uraian Anggaran Realisasi Dana
(s.d. Agustus) lnvestasi dan
lainnya
1. Pembuatan Poli VIP 250.000.000 -
2. Perbaikan IRM * 296.604.000 284.136.950 3.050.000,00
3. Pembuatan Nurse Stasionere 222.240.000 49.793.000
4. Pengembangan ruang Aula (Koverensi) 138.900.000 -
5. Pembuatan Tembok Keliling 60.000.000 49.906.950
6. Pembuatan TPA 42.372.000 -
7. Pembuatan Gudang Arsip 70.620.000 -
Jumlah : 1.080.736.000 383.836.900 3.050.000,00
*) Diuraikan dalam temuan pemeriksaan tersendiri.
Dilihat dari jenis dan nilai pekerjaan tersebut di atas seharusnya tidak dilaksanakan
dengan cara swakelola. Selain itu hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pelaksanaan
swakelola tidak sesuai dengan ketentuan, yaitu pekerjaan swakelola tidak didukung
dengan penyusunan rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, tidak dilakukan
perencanaan teknis dan penyiapan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material,
peralatan yang dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari
masing-masing rencana tersebut belum dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja.
Dengan keadaan demikian baik untuk kualitas, kuantitas maupun kebutuhan material
sulit untuk diukur kewajarannya karena tidak dapat diperbandingkan dengan standarnya
dan sulit dikendalikan.
Pemeriksaan selanjutnya atas Dokumen Anggaran Satuan Kerja dan laporan realisasi
kegiatan, pelaksanaan pekerjaan dan dokumen lainnya diketahui bahwa terdapat lima
kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dana investasi dan belum dikembalikan sebesar
Rp57.207.500,00, serta terdapat pajak sebesar Rp14.004.198,00 belum disetor ke Kas
Negara, seperti tercantum pada tabel berikut:
No. Pekerjaan Peminjaman Pajak belum disetor
dari dana investasi
PPN PPh psl 22
1 Ruang Instalasi Gizi 18.982.500,00 1.725.682,00 284.738,00
2 Kamar mandi ruang flamboyan 26.966.000,00 2.367.818,00 355.172,00
3 Pompa Air untuk IRM 3.050.000,00 277.275,00 41.600,00
4 5000 batu bata Ruang flamboyan 2.920.000,00 265.454,00 39.818,00
5 10 Sandaran tempat tidur 5.289.000,00 480.818,00 72.123,00
6 Kamar mandi ruang Edelweis, Sakura - 8.093.700,00
dan Dahlia
73
Jumlah 57.207.500,00 13.210.747,00 793.451,00
Jumlah Pajak belum disetor 14.004.198,00
74
PPN sebesar Rp2.697.900,00 atau seluruhnya sebesar Rp8.093.700,00. Dari jumlah
pajak tersebut tidak ditemukan bukti pemungutan dan penyetorannya ke Kas Negara.
g. Pembuatan Poliklinik selain dari realisasi tersebut pada tabel sebelumnya, masih
terdapat penambahan dua poliklinik dengan biaya sebesar Rp63.500.000,00 yang
dibiayai dari dana pendapatan pelayanan Askes tahun 2003, namun SPJnya sampai
dengan berakhirnya masa pemeriksaan belum ditemukan.
Selain dari permasalahan-permasalahan tersebut di atas, hasil pemeriksaan atas
mekanisme pencairan dana untuk pembangunan sarana dan prasarana RSUD
menunjukkan bahwa pemegang kas merealisasikan pembayaran tanpa didukung dengan
laporan perkembangan fisik dan keuangan yang dituangkan dalam Berita Acara yang
ditandatangi oleh Panitia Pemeriksa Pekerjaan dan pengawas lapangan, namun hanya
didukung dengan bukti SPK, surat pesanan barang, nota dan kuitansi pembelian material.
75
c. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam huruf A
angka 2 antara lain ditetapkan bahwa dalam perencanaan swakelola agar menyusun
rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan, melakukan perencanaan teknis,
menyiapkan rencana keperluan tenaga kerja, bahan/material, peralatan yang
dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, mingguan dan harian serta dari masing-
masing rencana tersebut dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja
76
dengan biaya sebesar Rp63.500.000,00 yang dibiayai dari dana pendapatan pelayanan
Askes tahun 2003. Berdasarkan tambahan data tersebut Badan Pemeriksa Keuangan
belum dapat meyakini kebenarannya sebelum dilakukan pengujian atas tambahan data
tersebut di atas.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Bupati Banyumas untuk menegur Direktur RSUD atas kelemahannya dalam
mengendalikan pekerjaan pembangunan fisik di lingkungan RSUD dan
memerintahkan untuk selanjutnya mengelola pengadaan barang dan jasa sesuai
ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
b. Bupati Banyumas untuk membentuk tim pemeriksa yang minimal terdiri dari unsur
Badan Pengawas Kabupaten, Dinas PU Cipta Karya, dan RSUD Kabupaten
Banyumas untuk melakukan pemeriksaan atas pekerjaan swakelola yang
dilaksanakan oleh RSUD yang didanai dari dana APBD dan dana tabungan investasi.
c. Direktur RSUD untuk memberikan peringatan kepada Pemimpin Kegiatan dan
Pelaksana Teknis Kegiatan yang mengabaikan tanggungjawabnya untuk mengelola
pekerjaan pengadaan barang dan jasa secara tertib dan memerintahkan segera
menyelesaikan seluruh pertanggungjawaban atas kegiatan tersebut serta menyetorkan
pajak yang menjadi kewajibannya sebesar Rp14.004.198,00 ke Kas Negara.
d. Direktur RSUD untuk menegur kepada Panitia Pengadaan, Panitia Pemeriksa Barang
dan Pengawas Pekerjaan yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya.
77
11. Pengelolaan piutang pasien tidak tertib sehingga tidak dapat disajikan dalam
laporan keuangan
78
b. Bukti pelunasan piutang tidak diarsip sehingga pelunasan piutang tidak dapat
ditelusuri kebenarannya
Pemeriksaan atas keabsahan pelunasan piutang pasien menunjukkan bahwa bukti
pelunasan piutang yang berupa surat pernyataan yang telah dicap lunas oleh kasir
tidak diarsip (dibuang), karena petugas kasir sudah menginputkan ke dalam billing
system. Surat penagihan yang telah dicap lunas juga tidak diarsip sehingga pelunasan
piutang sulit ditelusuri keabsahannya.
79
e. Piutang tidak dapat diidentifikasi umurnya sehingga piutang yang telah kedaluwarsa
tidak dapat diketahui nilainya.
Dengan tidak dibukukannya piutang, maka umur piutang tidak dapat diketahui
sehingga penyisihan terhadap piutang-piutang yang telah kedaluwarsa tidak dapat
dilakukan. Dengan tidak dilakukannya penyisihan piutang maka biaya atas piutang-
piutang yang tidak tertagih tidak dapat dinyatakan pada laporan keuangan.
f. Piutang atas penjualan obat pada Instalasi Farmasi Komponen B dilunasi dengan
jasa pemilik modal.
Hasil pemeriksaan atas pengelolaan piutang obat pada Instalasi Farmasi Komponen B
menunjukkan terdapat sejumlah resep kredit yang diberikan kepada pasien khusus
dari kalangan DPRD, Pemda, karyawan dan tamu-tamu RSUD. Dari hasil sampling
atas beberapa bukti pelunasan piutang obat DPRD dan Pemda diketahui bahwa
pelunasan piutang tersebut dilakukan oleh manajemen Farmasi Komponen B dengan
mengurangi bagian jasa yang seharusnya diterima oleh pemilik modal (para dokter
dan apoteker). Hal tersebut ditempuh sebagai salah satu pengendalian agar pemberian
resep oleh dokter memperhatikan kemampuan pasien dalam menebus resep tersebut.
Atas kondisi pengelolaan piutang yang tidak tertib dan tidak transparan tersebut
sebagaimana diuraikan di atas, manajemen RSUD belum melakukan upaya-upaya
penyelesaian yang optimal.
Permasalahan piutang yang tidak dikelola dengan tertib tidak sesuai dengan:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tanggal 14 Januari 2004 tentang
Perbendaharaan Negara pasal 34 ayat (1) Setiap pejabat yang diberi kuasa untuk
mengelola pendapatan, belanja dan kekayaan Negara/daerah wajib mengusahakan
agar setiap piutang Negara/daerah diselesaikan seluruhnya dan tepat waktu.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah:
80
• pasal 4 “Pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan dan kepatutan”.
• pasal 24 ayat (1) Setiap Perangkat Daerah yang mempunyai tugas memungut atau
menerima pendapatan daerah wajib melaksanakan intensifikasi pemungutan
pendapatan tersebut.
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 92 Tahun 1993 tentang Penetapan dan
Penatausahaan serta Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana Daerah. Pasal 13
ayat (3) Untuk keperluan pengendalian/pengelolaan keuangan dan barang Unit
Swadana Daerah, dipergunakan penatausahaan menurut Sistem Akuntansi dengan
pembukuan berpasangan.
81
Sehubungan dengan permasalahan tersebut Direktur RSUD Kabupaten Banyumas
menjelaskan bahwa penagihan piutang sebenarnya bagian keuangan diberi tembusan
surat, namun demikian ada sebagian surat yang tidak dikirim, sehingga mutasi piutang
sulit dilakukan di keuangan. Pada tanggal 6 Oktober 2005, Direktur RSUD menjelaskan
bahwa pembenahan atas pengelolaan piutang telah mulai dilaksanakan dan ditertibkan.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas untuk :
a. Menegur Kepala Bagian Keuangan yang lalai dalam melaksanakan pengawasan atas
pengelolaan piutang RSUD dan tidak menyelenggarakan pembukuan piutang;
b. Memperingatkan Kepala Sub Bidang Mobilisasi Dana yang telah mengelola piutang
secara tidak tertib dan transparan;
c. Memerintahkan kepada Kepala Bagian PDE untuk melakukan sosialisasi atas
pengelolaan piutang secara komputerize kepada petugas pada unit-unit pelayanan
sehingga kesalahan input dapat diminimalkan.
d. Memerintahkan Kepala Bagian Keuangan untuk melakukan penertiban atas
pengelolaan piutang yang meliputi:
1) Pengarsipan bukti pelunasan piutang;
2) Penyelenggaraan buku register penagihan piutang;
3) Penyelenggaraan pembukuan piutang;
4) Pembuatan laporan keuangan yang memuat data piutang RSUD.
e. Memerintahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi untuk menghentikan cara
pembayaran piutang dengan menggunakan jasa pemilik modal dan mengupayakan
penagihan piutang yang menjadi tanggungjawabnya.
82
12. Barang inventaris dan peralatan medis yang telah rusak dengan harga
perolehan sebesar Rp34.085.000,00 belum dihapuskan
83
23. Box bayi 5 500.000,00 Rusak
24. Almari besar 4 500.000,00 Rusak
25. Kotak saran 2 200.000,00 Rusak
26. ECT 1 500.000,00 Rusak
27. Vacum 1 1.000.000,00 Rusak
28. Calculator 10 100.000,00 Rusak
Jumlah : 104 34.085.000,00
Permasalahan barang inventaris yang telah rusak namun belum dihapuskan tersebut
tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1997 tanggal 14 Agustus 1997
tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah, dalam pasal 21 ayat (1) antara
lain menyebutkan bahwa setiap barang daerah yang rusak dan tidak dapat
digunakan lagi/hilang/mati, tidak efisien lagi bagi keperluan dinas dapat
dihapuskan dari daftar inventaris;
b. Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor : 16 Tahun 2001 tanggal 22
November 2001 tentang Pengelolaan Barang Pemerintah Daerah dalam pasal 21 :
Ayat (1) disebutkan bahwa setiap barang daerah yang sudah rusak dan tidak
dapat dipergunakan lagi, dapat dihapuskan dari daftar inventaris;
Ayat (3) huruf a, Barang bergerak seperti kendaraan perorangan dinas dan
kendaraan operasional dinas ditetapkan oleh Bupati setelah memperoleh
persetujuan DPRD, sedangkan untuk barang-barang inventaris yang nilainya
relatif kecil ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Barang inventaris yang rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi belum
diusulkan untuk dihapuskan, mengakibatkan kondisi dan nilai barang inventaris yang
dilaporkan kepada Bupati Banyumas tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya/tidak riil.
84
Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian dari pengurus barang dan atasan
langsungnya yang belum mengusulkan penghapusan barang inventaris yang telah
rusak berat/tidak dapat dipergunakan lagi.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada Direktur RSUD Kabupaten Banyumas
untuk memerintahkan Kepala Sub Bagian Umum untuk segera mengusulkan
penghapusan barang inventaris yang telah rusak berat/tidak dapat dipergunakan lagi
kepada Bupati Banyumas.
85
13. Alat kesehatan RSU Banyumas belum dilakukan kalibrasi sesuai yang
dipersyaratkan
Hasil observasi fisik alat-lat kesehatan yang terdapat pada sarana dan
prasaranan kesehatan penunjang serta hasil wawancara dengan penanggung jawab
teknis alat kesehatan pada Rumah Sakit Umum Banyumas menunjukkan bahwa alat
kesehatan yang dimiliki Rumah Sakit belum seluruhnya dilakukan kalibrasi sesuai
yang dipersyaratkan, yaitu untuk pengadaan sebelum tahun 2003 sebanyak 131 alat
kesehatan telah dilakukan kalibrasi terakhir pada tahun 2002 dan telah memiliki
sertifikat, namun sampai September 2005 belum dilakukan perpanjangan, sedangkan
alat kesehatan hasil pengadaan tahun 2003 sebanyak 26 alat belum dilakukan
kalibrasi. Sedangkan alat kesehatan hasil pengadaan tahun 2004 sebanyak 11 alat
belum berumur satu tahun dan masih dalam masa garansi toko.
Pengujian/Kalibrasi adalah merupakan keseluruhan tindakan yang meliputi
pemeliharaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan alat ukur dengan dengan
standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna menetapkan sifat ukurannya (Sifat
Metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran, serta kegiatan
peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penjualan alat ukur. Pengujian/Kalibrasi
atas alat-alat kesehatan seharusnya dilakukan satu kali dalam setahun oleh institusi
penguji sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial Nomor : 394/MENKES-KESOS/SK/V/2001 tanggal 8 Mei 2001, institusi
tersebut dapat berbentuk Organisasi Struktural atau Fungsional yang dimiliki
pemerintah atau swasta.
Kalibrasi alat kesehatan yang telah dilakukan RSU Banyumas pada tahun 2002
dilakukan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Jakarta, karena di wilayah Kabupaten
Banyumas belum ada lembaga yang bisa melakukan pengujian/kalibrasi atas alat-lat
kesehatan. Adapun alat-alat kesehatan yang wajib dikalibrasi sebanyak 122 alat
kesehatan dengan rincian terlampir pada lampiran 9.
87
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
:363/MENKES/PER/IV/1998 tanggal 8 April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi
Alat Kesehatan pada Sarana dan Prasarana Kesehatan dalam :
a. Pasal 2
. Ayat (1) disebutkan bahwa Setiap Alat Kesehatan wajib dilakukan pengujian dan
atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran kinerja dan keselamatan
pemakaian;
Ayat (2) disebutkan bahwa pengujian dan atau kalibrasi dilakukan pada alat
kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan dengan kriteria :
1) Belum mempunyai sertifikat;
2) Sudah habis jangka waktu sertifikat.
b. Pasal 4 ayat (1) disebutkan bahwa pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan
dilakukan oleh Instansi penguji secara berkala, sekurang-kurangnya satu kali
dalam satu tahun.
Alat kesehatan yang terdapat pada sarana pelayanan kesehatan yang belum
dilakukan pengujian dan atau kalibrasi sesuai yang dipersyaratkan, mengakibatkan
kebenaran nilai keluaran atau kinerja dan keselamatan pemakaian untuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat kurang terjamin.
Masalah tersebut disebabkan oleh kurangnya perhatian dari pihak rumah sakit
untuk melakukan pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan.
88
Rekomendasi BPK-RI
89
16. Pengadaan perangkat lunak dan keras komputer senilai Rp995.996.000,00
menyimpang dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah
90
Komputerisasi Rumah Sakit dengan menggunakan program DOS (Disk Operating
System) sehingga pihak CSI hanya mengembangkan sistem komputer yang lama
menggunakan program baru.
Adapun sistem yang akan diadakan melalui perjanjian kontrak tersebut adalah sebagai
berikut :
NO. NAMA SISTEM VOLUME HARGA (Rp)
1. Modul Registrasi & Informasi 1 Paket 34.120.000,00
2. Modul Perawatan Pasien 1 Paket 54.120.000,00
3. Modul Kas & Bank 1 Paket 48.120.000,00
Jumlah 136.360.000,00
PPN 13.636.000,00
Total 149.996.000,00
Pemeriksaan lebih lanjut atas Surat Perjanjian Kerjasama tersebut tidak diketahui
adanya detail pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh rekanan, sehingga
kelengkapan atas aplikasi yang dikerjasamakan tidak dapat diketahui.
Hasil wawancara dengan tim pemeriksaan barang diperoleh penjelasan bahwa
sistem tersebut telah diserahkan kepada pihak RSUD pada tanggal yang disepakati
akan tetapi pada saat penyerahan belum dapat dipergunakan, sehingga akhirnya
dikembalikan untuk disempurnakan. Meskipun sistem tidak dapat dipergunakan,
RSUD Banyumas telah melunasi pembayaran pekerjaan tersebut pada tanggal 6
Desember 2004 sebesar Rp149.996.000,00, yang berarti tidak sesuai dengan
ketentuan dalam perjanjian yaitu pembayaran baru akan direalisasikan apabila barang
telah diterima dan dapat dipergunakan dengan baik.
Hasil wawancara dengan petugas Pengolahan Data Elektronik (PDE)
menyebutkan bahwa sistem tersebut tidak dapat digunakan disebabkan belum
tersedianya perangkat keras komputer yang memadai. Untuk mengatasi hal tersebut,
pihak CSI mengirimkan 25 unit perangkat keras komputer untuk dapat dipergunakan
oleh RSUD (dipinjamkan). Berita acara serah terima atas pengiriman komputer
tersebut tidak diketahui. Dokumen penerimaan barang dan pemeriksaan barang juga
tidak ditemukan. Sampai hari terakhir pemeriksaan belum didapat berita acara serah
terima dan berita acara pemeriksaan barang sehingga tidak diketahui secara pasti
status kepemilikan komputer tersebut.
91
Hasil pengecekan fisik dan wawancara dengan pihak PDE membuktikan bahwa
perangkat keras beserta jaringannya telah terpasang pada bulan Nopember 2004,
sehingga sistem yang dipesan RSUD semestinya sudah dapat diinstall dan
dipergunakan. Namun pada kenyataannya sistem tersebut baru dioperasikan pada
pertengahan Bulan Agustus 2005.
Hasil wawancara dengan pihak CSI, diperoleh penjelasan bahwa sistem tersebut
sudah terinstall sejak Nopember 2004, namun program masih perlu diperbaiki.
Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan atas perkembangan SIM-RS yang
dilaksanakan oleh RSUD pada tanggal 13 Juli 2005, disimpulkan bahwa program
SIM-RS belum dapat dioperasikan.
b. Pekerjaan tahap II senilai Rp620.145.900,00 dilakukan melalui hutang tanpa
persetujuan Kepala Daerah, pembayaran angsurannya direalisasikan tanpa
mempertimbangkan prestasi fisik pekerjaan, dan penyelesaian pekerjaannya
berlarut-larut.
Meskipun pekerjaan pembuatan sistem tahap I belum diterima dengan sempurna,
pada tanggal 1 Desember 2004 pihak RSUD kembali mengadakan kerjasama dengan
CV. Cipta Sarana Informatika Purwokerto untuk mengembangkan kembali program
SIM-RS menjadi lebih sempurna sekaligus menyediakan perangkat keras komputer
beserta jaringannya senilai Rp620.145.900,00 dengan rincian untuk pengadaan
perangkat lunak senilai Rp453.200.000,00 dan untuk perangkat keras senilai
Rp166.945.900,00 dengan sistem pembiayaan oleh pihak ketiga. Pembayaran
angsuran dijadwalkan selama 36 bulan mulai Januari 2005 sampai dengan Desember
2007 dengan angsuran perbulan Rp23.500.000,00 sehingga total pembayaran sampai
akhir periode pelunasan adalah sebesar Rp846.000.000,00. Sampai hari terakhir
pemeriksaan (20 September 2005) pembayaran telah direalisasikan sebesar
Rp211.500.000,00 (9 x 23.500.000,00). Perjanjian dengan sistem pembayaran
angsuran (hutang) tersebut belum dimintakan persetujuan secara tertulis kepada
DPRD dan Bupati.
Adapun rincian pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
92
URAIAN UNIT HARGA JUMLAH
1. PERANGKAT KOMPUTER
PC. Work Station : 19 7.245.000,00 137.655.000,00
-. Motherboard Asus P4R800,VGA ATI Radeon
9100,FSB 800, AGP 8x, ATA 100,
Audio,NIC/LAN Card 3 Com 3C 940 Giga
Byte PCI, Dual DDR PC320
- Processor Intel Pentium 4 2.4 ghz
- Memory DDR 256 MB
- Keyboard & Mouse Logitech
- Speaker Aktif
- Monitor LG 15” Digital
2. JARINGAN KOMPUTER :
- Kabel Belden STP CAT 6 (Shield) 3 1.195.000,00 3.585.000,00
- Switch Hub 16 Port 10/100/1000 MBPS 1 5.685.000,00 5.685.000,00
- LAN Card 1 Gb 1 450.000,00 450.000,00
- Jasa Instalasi Jaringan 20 75.000,00 1.500.000,00
- Jasa Instalasi Workstation 20 140.000,00 2.800.000,00
- Jasa Instalasi Switch Hub 1 94.000,00 94.000,00
Total Perangkat Keras 151.769.000,00
PPN 15.176.900,00
Total Pembayaran 166.945.900,00
93
pada bulan Nopember 2004 tersebut, mendahului perjanjian kerjasama yang
ditandatangani pada 1 Desember 2004.
Sesuai dengan perjanjian kerja sama Nomor 445/2060.A/2004, pekerjaan tahap II
tersebut sudah harus terinstall dan terimplementasi mulai Bulan Januari 2005.
Berdasarkan hasil pengecekan fisik, perangkat lunak SIM-RS dari hasil perjanjian
kedua belum dapat dioperasionalkan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di lapangan dan konfirmasi pihak PDE diketahui
bahwa beberapa komputer belum digunakan sedangkan program SIM-RS yang baru
berjalan hanya program registrasi pasien dan biaya perawatan pasien atau Billing
System, tidak ada perbedaan yang signifikan antara program yang baru (under
Windows) dengan program lama (under DOS). Sedangkan program sub sistem
lainnya belum aktif walaupun sudah terpasang. Hasil konfirmasi kepada pihak PDE
diketahui bahwa belum berjalannya sistem tersebut dikarenakan belum adanya SDM
yang mampu untuk mengoperasikan program tersebut sehingga belum diketahui
apakah program SIM-RS tersebut dapat berjalan atau tidak.
c. Perjanjian Kerjasama tidak mempertimbangkan revisi surat penawaran.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen diketahui bahwa CV. Cipta Sarana
Informatika pernah mengajukan revisi Surat Penawaran Nomor 009 / CSI / III / 2004
tanggal 15 Maret 2004 tentang Pengembangan SIM-RS berbasis Windows dengan
jenis dan kualitas yang sama dengan harga yang lebih rendah untuk perangkat lunak
maupun perangkat keras akan tetapi RSUD tidak membuat perjanjian dengan harga
yang sesuai dengan harga revisi tersebut. Perbandingan harga perjanjian pertama dan
kedua dengan harga revisi adalah sebagai berikut :
94
No. URAIAN HARGA HARGA SELISIH
PERJANJIAN REVISI
1 Modul Registrasi & Informasi 34.120.000,00 22.000.000,00 12.120.000,00
2 Modul Perawatan Pasien 54.120.000,00 42.000.000,00 12.120.000,00
3 Modul Kas & Bank 48.120.000,00 35.000.000,00 13.120.000,00
4 Modul Apotik / Inventory 63.000.000,00 70.000.000,00 -7.000.000,00
5 Modul Medical Record 56.000.000,00 63.000.000,00 -7.000.000,00
6 Modul Laboratorium 12.000.000,00 12.000.000,00 0,00
7 Modul Radiologi,Mammografi 13.000.000,00 12.000.000,00 1.000.000,00
8 Modul Utility 13.000.000,00 14.000.000,00 -1.000.000,00
9 Modul Kepegawaian 23.000.000,00 25.000.000,00 -2.000.000,00
10 Modul Gizi 16.000.000,00 16.000.000,00 0,00
11 Modul Standar asuhan Keperawatan 39.000.000,00 39.000.000,00 0,00
12 Modul Perlengkapan 22.000.000,00 22.000.000,00 0,00
13 Modul Accounting & Keuangan 73.000.000,00 77.000.000,00 -4.000.000,00
Support & Maintenance (1 th ) 82.000.000,00 75.000.000,00 7.000.000,00
TOTAL 548.360.000,00 524.000.000,00 24.360.000,00
Perbedaan antara perjanjian dengan revisi penawaran dari CSI mengakibatkan RSUD
rugi minimal senilai Rp24.360.000,00 hanya untuk pengadaan perangkat lunak.
95
c. Keputusan Presiden Nomor : 80 Tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dalam pasal 3
menyebutkan bahwa Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip
efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil dan akuntabel.
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan Tata usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan
Perhitungan APBD pasal 49 ayat (5) Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh
bukti yang lengkap dan sah mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
e. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 11 Tahun 2001
tanggal 1 Pebruari 2001 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah pada :
Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa Biro perlengkapan/bagian perlengkapan
sebagai pusat invetarisasi barang bertanggung jawab untuk menghimpun hasil
inventarisasi barang dan menyimpan dokumen kepemilikan.
Pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa Kepala Unit/satuan kerja bertanggung
jawab untuk menginventarisasi seluruh barang inventaris yang ada dilingkungan
tanggung jawabnya.
f. Pasal 18 ayat (3) menyebutkan bahwa Daftar Rekapitulasi Inventaris sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Biro Perlengkapan/bagian
perlengkapan secara periodik.
96
Hal tersebut disebabkan :
a. Direktur RSU mengabaikan ketentuan tentang prosedur pinjaman daerah dan
ketentuan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah;
b. Tim pengadaan barang tidak melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya, yaitu:
1) Tidak merencanakan kebutuhan barang secara cermat;
2) Tidak melakukan pengadaan barang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3) Tidak memonitor pekerjaan pihak rekanan apakah sesuai dengan perjanjian atau
tidak.
4) Tidak memperhatikan surat revisi kerjasama yang ditawarkan CV. Cipta Sarana
Informatika.
c. Tim pemeriksa barang tidak melaksanakan tugasnya untuk menentukan kelengkapan
barang yang diterima sehingga dapat direalisasikan pembayaran;
d. Pemegang kas lalai dalam melaksanakan tugasnya merealisasikan pembayaran tanpa
adanya bukti-bukti yang sah untuk dapat dibayarkan.
97
Perlengkapan dan Modul Accounting & Keuangan. Adapun Modul yang berjalan baru
Billing Sistem.
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberi rekomendasi kepada :
a. Ketua DPRD Kabupaten Banyumas agar memberitahukan kepada Bupati untuk
mengelola pinjaman daerah sesuai ketentuan pengelolaan pinjaman daerah;
b. Bupati Banyumas untuk menegur Direktur RSUD yang telah merealisasikan
pinjaman daerah tanpa persetujuan Kepala Daerah dan DPRD serta memerintahkan
untuk mengajukan usulan revisi perjanjian kerjasama pembiayaan pengadaan
perangkat lunak dan keras komputer yang akan disepakati oleh Pemerintah Daerah
dan Pihak Ketiga dengan memperhatikan:
1) Surat Revisi Penawaran dari CV. CSI;
2) Penyelesaian pekerjaan pada saat revisi perjanjian dibuat;
3) Rincian item-item pekerjaan yang menjadi kewajiban pihak ketiga;
4) Penjadwalan kembali masa pembayaran dan besarnya angsuran yang disepakati
oleh kedua belah pihak sepanjang tidak merugikan negara.
c. Direktur RSUD untuk memantau penyelesaian pekerjaan oleh pihak ketiga sesuai
kesepakatan yang tertuang dalam Kontrak Nomor 445/2060.A/2004 dan menarik
kerugian karena selisih harga barang minimal senilai Rp24.360.000,00 untuk
diakomodasi dalam revisi surat perjanjian yang akan disepakati oleh Pemerintah
Daerah dan pihak ketiga;
d. Direktur RSUD untuk menegur Panitia Pengadaan dan Pemeriksa Pekerjaan yang
mengabaikan tanggung jawabnya untuk mengadakan perangkat keras dan lunak
komputer secara tertib;
e. Direktur RSUD untuk melakukan pendiklatan kepada pegawai-pegawai yang terkait
dengan pengoperasian program komputer yang telah diadakan untuk meminimalkan
ketidakefektifan pengadaan software dan hardware komputer.
f. Direktur RSUD agar memerintahkan kepada Kepala Sub Bagian Umum bekerjasama
dengan Kepala Bidang PDE untuk menginventaris komputer dan perangkatnya yang
berasal dari pengadaan tahun 2004 dengan tertib.
98
15. Asset tanah seluas 1500 m2 di kompleks RSUD Banyumas dikuasai instansi
lain
99
berlaku tentang pengelolaan asset daerah, termasuk di antaranya pengaturan masalah
tanah pemerintah daerah Kabupaten Banyumas yang sedang dipergunakan oleh
instansinya dan apabila proses pengambil alihan tanah tersebut berhasil Kepala
Diklat mengharapkan agar pihak RSUD mempertimbangkan masalah Sumber Daya
(Pegawai) Diklat BKKBN. Kepala Diklat menjelaskan bahwa para pegawai tersebut
sudah bekerja di kantor Diklat relatif lama dan sebagian besar sudah menjadi
penduduk setempat (bermukim di sekitar RSUD).
Sampai dengan saat pemeriksaan berakhir, 22 September 2005, tanah RSUD
tersebut masih dalam penguasaan Kantor Diklat BKKBN dan proses pengambilalihan
tanah tersebut belum selesai.
Tanah RSUD yang dikuasai pihak lain mengakibatkan RSUD tidak dapat
memanfaatkan tanah tersebut untuk melakukan pengembangan RSUD.
Adanya tanah RSUD yang dikuasai pihak lain disebabkan pihak RSUD dan
Pemerintah Daerah kurang proaktif dalam mengupayakan pengambilalihan tanah
tersebut.
100
Rekomendasi BPK-RI
BPK RI memberikan rekomendasi kepada Bupati Banyumas untuk mengupayakan
pengambilalihan hak atas tanah yang dipergunakan oleh Diklat BKKBN Propinsi
Jawa Tengah dengan mempertimbangkan keberadaan pegawai instansi yang
bersangkutan.
101
Perhitungan Bagi Hasil Pendapatan Administrasi
Tahun 2004 - 2005
2005
Jan 1,651,000 5,093,250 6,744,250 3,372,125
Feb 1,434,000 4,852,750 6,286,750 3,143,375
Mar 1,648,500 4,922,250 6,570,750 3,285,375
Apr 1,562,506 4,649,750 6,212,256 3,106,128
Mei 1,652,000 5,044,250 6,696,250 3,348,125
Jun 1,514,250 4,823,750 6,338,000 3,169,000
Jul 1,658,000 4,723,000 6,381,000 3,190,500
Agust 1,437,000 4,937,750 6,374,750 3,187,375
Jumlah II 12,557,256 39,046,750 51,604,006 25,802,003
Jumlah I + II 33,304,756 96,869,300 130,174,056 65,087,028
102
Lampiran : 2
103
Lampiran : 3
Rakapitulasi potongan langsung jasa KSO
Tahun 2004 - 2005
EEG CT Scan
2,004 Potongan Setoran Dokter Pasien Selisih Potongan Setoran Dokter Jml Pasien Selisih
2,005
104
Mei 3,500,000 3,640,000 280,000 56 420,000 22,910,000 27,300,000 - 168 4,390,000
Jun 3,290,000 3,665,000 205,000 41 580,000 21,637,500 23,725,000 - 146 2,087,500
Jumlah 23,570,000 18,980,000 1,460,000 292 (3,130,000) 153,260,000 149,500,000 - 920 (3,760,000)
Total 59,845,000 54,012,000 3,780,000 774 (2,053,000) 295,447,500 308,912,500 - 1,901 13,465,000
105
Penghitungan Potongan Kasir Lampiran : 4
106
Pendapatan Privat Dokter Lampiran : 5
Tahun 2004 - 2005
2005
Jan 65 42,875,000 13,791,680 3,567,931 60,234,611 2,833,334 - 31,162,776
Feb 51 33,250,000 10,916,681 2,769,182 46,935,863 2,208,334 4,395,000 28,976,110
Mar 70 37,375,008 11,041,688 3,100,440 51,517,136 2,420,835 1,600,000 29,796,945
Apr 52 28,875,004 8,541,680 2,395,431 39,812,115 1,870,834 1,600,000 30,067,779
Mei 57 31,250,000 9,250,013 2,592,514 43,092,527 2,025,001 - 32,092,780
Jun 50 32,875,000 10,041,878 2,730,429 45,647,307 2,145,830 1,800,000 32,438,610
Jul 52 29,500,000 9,166,676 2,451,676 41,118,352 1,933,334 - 34,371,943
Agust 35 20,000,000 6,083,338 1,640,838 27,724,176 1,304,167 10,525,000 25,151,110
Jumlah II 432 256,000,012 78,833,634 21,248,441 356,082,087 16,741,668 19,920,000
Jumlah I + II 929 585,252,012 181,043,054 48,218,831 814,513,897 38,251,006 33,520,000
107
LAMPIRAN : 7
LAMPIRAN PEMAKAIAN DANA INVESTASI
SUMBER : SPJ
Jumlah 79,139,500.00
14-02-2005 Membayar Angsuran ke II SIM RS 23,500,000.00
27-10-2004 Dipinjam IPRRS 34,607,000.00
9/5/2005 Pembuatan Sumur bor IRM 12,770,000.00
21-01-2005 Pekerjaan ruang gizi 18,982,500.00
Jumlah 168,999,000.00
108
NO BULAN LABA BIAYA LABA BERSIH PEMBAGIAN KEUANTUNGAN KASDA
DENGAN
BIAYA TANPA BIAYA SELISIH
38177360
1 Januari 95,443,400.00 5,787,500.00 89,655,900.00 35,862,360.00 2315000
2 Februari 134,859,240.00 7,783,750.00 127,075,490.00 50,830,196.00 53943696 3113500
3 Maret 150,006,000.00 6,987,300.00 143,018,700.00 57,207,480.00 60002400 2794920
4 April 173,996,700.00 7,320,000.00 166,676,700.00 66,670,680.00 69598680 2928000
5 Mei 203,628,600.00 9,180,000.00 194,448,600.00 77,779,440.00 81451440 3672000
6 Juni 183,959,150.00 8,262,500.00 175,696,650.00 70,278,660.00 73583660 3305000
7 Juli 137,857,480.00 8,650,000.00 129,207,480.00 51,682,992.00 55142992 3460000
8 Agustus 111,808,900.00 12,628,700.00 99,180,200.00 39,672,080.00 44723560 5051480
9 September 120,631,570.00 8,272,750.00 112,358,820.00 44,943,528.00 48252628 3309100
10 Oktober 130,698,695.00 8,736,250.00 121,962,445.00 48,784,978.00 52279478 3494500
11 Nopember 144,746,750.00 7,474,500.00 137,272,250.00 54,908,900.00 57898700 2989800
12 Desember 81,006,545.00 8,035,000.00 72,971,545.00 29,188,618.00 32402618 3214000
Jumlah 1,668,643,030.00 99,118,250.00 1,569,524,780.00 627,809,912.00 667457212 39647300
109
Lampiran : 9
THN
NO NAMA ALAT MERK/TYPE PENGADAAN RUANG
1 Vacuum Ectractive ( elektrik ) Hanshin/H - 500X APBN 2003
2 Vacuum Ectractive ( elektrik ) Hanshin/H - 500X APBN 2003
3 Antepartum Fetal Monitor BD - 4000 HUNLIEGH UK APBN 2003 VK
4 Infant Radiant Warmer DAVID NING BD/ CHINA APBN 2003 VK
5 USG ( Ultrasonography ) Kontron/Iris 880 CE/985176 Radiologi
6 USG ( Ultrasonography ) Toshiba/SAL - 32 B/2534567 Unit II ( km bersalin )
7 CT Scan Hitachi / WSSO/27 Radiologi
8 X - Ray Sanye/X6501/9351 Radiologi
9 X - Ray Siemens/Ergophos 4/3028515 Radiologi
10 X - Ray Hitachi DR - 155 VO 11 Radiologi
11 X - Ray Mobile Siemen Radiologi
12 Suction pump Yamamoto/Gliken/Y65-810 ICU
13 Suction pump Schuco/5711-230/1289383 Kanthil
14 Suction pump Medi-pump/1132-2 ICU
15 Vacccum pump ( Suction pump ) Smat/DXT-1/67-161 IBS
16 Vacccum pump ( Suction pump ) H-500 VK
17 Vacccum pump ( Suction pump ) H-500 VK
18 Suction pump Ameda/Universal 30 II/AE 609003 Anggrek
19 Suction pump Ameda/Universal 30 II/AE 609005 Flamboyan
20 Suction pump Yamamoto/YGN - 810 HD
21 Defibrilator Odam/minidef II/W144210640 ICU
22 Defibrilator Odam/difigrad - m/835-87-5 IGD
110
23 ECG Kenz/ECG 103/9302-4516 Fisioteraphy
24 ECG Kenz/ECG 107/6127-5913 ICU
25 ECG Monitor Odam/sm- 785/93060142 ICU
26 ECG Monitor Physiogard sm- 786/93160145 ICU
27 ECG Kenz/ECG 106/6056-7379 IGD
28 ECG Fukuda/cardisuny/501B-III Poli Jantung
29 ECG Kenz/ECG 108/9302-4516 Fisioteraphy
30 Photometer Boehringer/photometer 4010 Laboratorium
31 Photometer DTN 410 Laboratorium
32 Auto analizer KHT 410 Laboratorium
33 Centrifuge Gemmy / KAT - 410/89004384 Laboratorium
34 Centrifuge ( mikrohematokrit ) DSC- 024 MH/9605013-7 Laboratorium
35 Centrifuge ( mikrohematokrit ) A/DSC-158/90121905 Laboratorium
36 Price Trace 30 Trace 30 Laboratorium
37 Haematologi Mocros 60 Laboratorium
38 Analyzer Na+ K+ CL- Llyte Laboratorium
39 Timbangan analitik Satornus/BP 211 D Laboratorium
40 Ultra Short Wave Diathermy ( SWD ) Shanghai LDT OD 31/210 Fisioteraphy
41 SWD DR. Morton/Model MP-78 Fisioteraphy
42 Micro Wave Teraphy Appartus( MWD ) OG /Giken ME-210/98021E Fisioteraphy
43 Accusonic 1,2,3 MHz Metron / AC 400/2320 Fisioteraphy
44 EEG Biolog System Fisioteraphy
45 Nebulizer Medic Acid Fisioteraphy
46 Ventilator Airx- home ICU
47 Ventilator ICU
48 Ventilator Hamilton Medrophae/2419 ICU
49 Syringe pump JMS/Model sp-500 ICU
111
50 Syringe pump TERUMO Model 118 ICU
51 Nebulizer KQW - 4B Kanthil
52 Anaeshtesi Soft Landerst 306 IBS
53 Anaeshtesi Soft Landerst SL 180 IBS
54 Anaeshtesi Villa IBS
55 Anaeshtesi Acoma IBS
56 Anaeshtesi IGD
57 Autoclave Hiroyama/HI - 36 ISS
58 Autoclave Hiroyama/HI - 36/981091427 ISS
59 Autoclave Hiroyama/HI - 36/850491549 ISS
60 Ventilator Muraco/Villa/243 IBS
61 Ventilator Acoma/AC 3000a/870 IBS
62 Sterilisator kering Memmert/400/D06060 IBS
63 ESU Captain/SM 2000 F IBS
64 ESU Captain SM 200 F IBS
65 Echo Sounder ES-102EX/Hadeco VK
66 Infant Incubator CMD 91/Meditec VK
67 Tensimeter Riester/NP S/N : 00569538 P3K
68 Tensimeter Smic/Desk Mercurial VK
69 Tensimeter Smic/Desk Mercurial VK
70 Tensimeter Riester/NP VK
71 Tensimeter Riester/NP 17244 stand model VK
72 Tensimeter Smic/Desk Mercurial stand model VK
73 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek
74 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek
75 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Anggrek
76 Tensimeter Riester/NP Anggrek
112
77 Tensimeter Riester/NP S/N : 010714323 Bougenville
78 Tensimeter Riester/NP S/N : 94654 Bougenville
79 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Bougenville
80 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Bougenville
81 Tensimeter Riester/NP 72814 Cempaka
82 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Cempaka
83 Tensimeter Riester/NP S/N : 961141884 Dahlia
84 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Edelwais
85 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Edelwais
86 Tensimeter Riester/ NP Edelwais
87 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Flamboyan
88 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Flamboyan
89 Tensimeter Riester / NP S/N : 010300054 Fisioteraphy
90 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Gardena
91 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Gardena
92 Tensimeter Riester / NP S/N : 0002594446 Gardena
93 Tensimeter Riester /NP HD
94 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial IGD
95 Tensimeter Riester /NP IGD
96 Tensimeter Riester /NP IGD
97 Tensimeter Kosan/Sphygmomanometer IGD
98 Tensimeter Riester/NP stand Model IGD
99 Tensimeter Riester/NP S/N : 926092 Kanthil
100 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Kanthil
101 Tensimeter Riester/ NP Sakura
102 Tensimeter Riester/NP S/N : 010300054 Paviliun III
103 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Syaraf
113
104 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Umum
105 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Umum
106 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Jiwa
107 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Orthopaedi
108 Tensimeter Riester/NP S/N : 921679 Bedah Minor ( UGD )
109 Tensimeter Rk meter/300/S/N Poli Mata
110 Tensimeter Meiden S/N Poli Obsgyn
111 Tensimeter Riester/NP Poli Obsgyn
112 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Obsgyn
113 Tensimeter ALPK 2 - S/N Poli Anak
114 Tensimeter Riester/NP S/N : 99250 Poli Bedah
115 Tensimeter Smic Desk Mercurial S/N Poli Dalam
116 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022453 Poli Jantung
117 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022438 Poli Bedah Minor
118 Tensimeter Riester/NP S/N : 011022282 Poli Umum
119 Tensimeter Riester/NP S/N : 14145 Poli THT
120 Tensimeter Smic/ Desk Mercurial Poli Gigi
121 Tensimeter Riester/NP S/N : 0201817663 Wijaya Kusuma
122 Tensimeter Kramer/Anaroid S/N : 52482-803 Radiologi
114