You are on page 1of 238

Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Menolak
Hal. || 1
Hal.
Dan Membentengi Diri
Dari Sihir

Abdul Kholiq Al-Athar


Pustaka Hidayah

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. || 2
Hal.

Diterjemahkan dari buku aslinya berbahasa Arab:


As-Sihr wa as-Saharah wa al-Mashurin
karya Abdul Khaliq al- 'Aththar
terbitan Maktabah al-Istisyfa' bi al-Qur'an, Kairo
Penerjemah: Drs. Tarmana Ahmad Qosim
Penyunting: Evi Dewi Sofiawati
Hak terjemahan dilindungi Undang-undang
All rights reserved
Cetakan Pertama, Rabi' al-Awwal 1417/Agustlls 1996
Cetakan Kedua, Rarnadhan 1417/J anuari 1997
Diterbitkan oleh PUSTAKA HIDAYAH
Jl. Rereng Adumanis 31, Sukaluyu, Bandung 40123
TeL/Fax. (022) 2507582
Desain Sampul : Gus Ballon

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

ISI BUKU

PENGANTAR PENGARANG
PENGERTIAN SIHIR

Hal. || 3 Kejam, Keras, dan Kasar


Hal.
Menyembah Berhala dan Matahari
Macam-macam Sihir
Sihir At- Tafriq
Sihir Habil, Sihir Khubal, dan Sihir :’Abath
Sihr Al-Jawarih wa Al-A'dha'
Lemah Syahwat (Seksual) dan Impotensi
Syarat-Syarat Mendapatkan Hubungan Seksual yang Sukses
Permasalahan Sihir dan Tukang Sihir Menurut Alquran dan As-Sunnah An-Nabawiyyah
Pengertian
Sihir Menurut Konsepsi Alquran
Penjelasan Ayat 116
Ayat-ayat Alquran dalam Surah Al-Baqarah Mengenai Sihir
Penjelasan dan Ta'unl
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Terkena Sihir(?)
Tambahan
Ulasan Mengenai Hadits Tersebut
Proses Tembusnya Sihir kepada Badan, Jiwa, Akal, Hati, dan Ruh Orang yang Terkena Sihir
Sihir dan Ahli Sihir
Karamah, Barakah, dan Tabarruk
Perbandingan antara Mukasyafah Khairiyyah Malahiyyah dan Mukasyafah Sirriyyah
Syaithaniyyah
Sejauh Mana Kemampuan Sihir Menembus Fisik Manusia?
Macam-macam Sihir
Sihir Tafriq

1.Sihir Habit, Khubal, dan ‘Abath


2.Sihir Khudzal atau Tashallub Al-A'dha'
3.Sihir Khudzal atau Tashallub al-A’dha
4.SihirJawarih wa Al-A'dha

Pemahaman dan Pemikiran Para Fuqaha dan Ulama Besar Mengenai Sihir
Bahasan Seorang Fuqaha Besar (Terkenal) pada Abad Ini
Kitab Ghidza' Al-Arwah:

SIHIR

Ahli Sihi Meminta Tolong kepada Setan


Sebagian Besar Bani Israil Adalah Ahli Sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Harut dan Marut Serta Sihirnya


Pendapat Lain Mengenai Harut dan Marut

PENDAPAT PARA ULAMA MENGENAI HAKIKAT SIHIR

Hal. || 4 Tambahan Penjelasan


Hal.
Hikmah Diharamkannya Mempelajari Sihir
Macam-Macam Sihir
Pendapat Agama Mengenai Macam-Macam Sihir Tersebut
Gambaran-gambaran Ajaib dari Sihir dan Sulap (Sya 'wadzah)
Sihir di Tibet dan India
Sihir pada Masa Sultan Ghawri
Keajaiban Doktor Salamun
Sihir Orang Mesir (Bagian) Atas
Pelajaran
Jin Termasuk Salah Satu Ats-Tsaqalain
Hakikat Jin
Asal-Usul Jin
Kedudukan (Posisi) Jin terhadap Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Tempat Tinggal Jin dan Makanannya
Kekuasaan Nabi Sulaiman Terhadap Jin
Penjelasan Beberapa Kata
Melihat Jin dalam Bentuk yang Bermacam-macam
Mengusap Tanpa Memperlihatkan Diri
Sesosok Jin dengan Mahasiswa Fakultas Hukum
Kadang-kadang Jin Menimbulkan Huru-hara
Jin Meminta Fatwa kepada Syaikh 'Abdulwahhab Sya'rani
Orang-orang yang Meragukan dan Mengingkari Eksistensi Jin
Jadilah Anda Seorang yang Kuat Hati dan Tidak Takut
Penjaga (Perisai) Diri dari Gangguan Jin
Pengaruh Alquran dan Zikir (Lainnya) terhadap Jin
Tempat Jin

MUKJIZAT FISIK SEBAGAI TANDA KEBENARAN NABI

1.Hakikat Mukjizat
2.Syarat-syarat Mukjizat
3.Bukti Mukjizat yang Menunjukkan Kebenaran (Kenabian) Para Nabi

1.Sifat Sihir
2.Sihir dan Kedokteran
Tekanan Darah TInggi
Majalat As-Sihr (Medan Operasional Sihir)
SIHIR DAN AKIDAH

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam DAN SIHIR


SIHIR DAN AHLI SIHIR DALAM PANDANGAN ISLAM
Akhir Perjalanan (Kesimpulan)
MUKJIZAT DAN KERAMAT
Hal. || 5 NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam DAN PERISTIWA SIHIR YANG
Hal.
MENIMPANYA
JAMPI DAN BENTENG DARI SIHIR
Alat Penggagal dan Penghancur Sihir
Tambahan
JAMPI (DOA), ZIKIR PERLINDUNGAN, BENTENG DIRI, DAN PENJAGAAN BAGI KORBAN
SIHIR

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

PENGANTAR PENGARANG

Hal. || 6
Hal. Dengan nama Allah. Segala puji hanya milik Allah. Semoga shalawat dan salam
selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam rasul utusan Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Allah-lah tempat meminta pertolongan dan tempat berlindung. Dia
tempat meminta bantuan, Dia tempat memohon keselamatan, Dia juga tempat
bersandar. Takut dan khawatir hanya kepada Allah. Kemuliaan hanyalah milik Allah,
dan Rasul-Nya, serta orang-orang yang beriman.

Permasalahan sihir sebetulnya tidak seperti yang dikatakan dan diakui oleh orang
yang hanya mempunyai ilmu pengetahuan sedikit. la tidak seperti yang dianggap oleh
orang yang kebodohannya lebih tampak daripada kepintarannya. Sihir bukanlah
suatu yang ajaib atau sya'wadwh "sulap". Sihir juga bukan dajl (kebohongan). la bukan
kecelakaan, juga bukan tipu muslihat (ihtiyal). Sihir ternyata bukan sesuatu yang hanya
dikenal pada masa-masa kenabian. Sihir sebetulnya telah dikenal sejak zaman
jahiliah dahulu, ketika Islam belum dikenal oleh kebanyakan manusia.

Permasalahan sihir ternyata diungkap oleh Alquran Al-Karim dengan terang-


terangan, jelas, dan mudah ditangkap maknanya lebih jelas lagi, sihir itu dijelaskan pula
oleh beberapa hadits shahih yang memperkuat dan memperjelas apa yang diisyaratkan
alquran Al-Karim.

Sihir merupakan suatu permasalahan yang hakikat permasalahannya dan


keberadaannya diungkap oleh Alquran, yakni merupakan haqiqah Quraniyyah, bukan hanya
pengakuan orang-orang jahiliah belaka. Sihir antara lain disebutkan dan diisyaratkan
dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala ... mereka menyulap (menyihir) mata orang dan
menjadikan banyak orang itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar
(menakjubkan) (QS. Al-A'raf 7:116). Pada ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
Maka setelah mereka melemparkan, Musa berkata, "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang
sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya (QS. Yunus 10:81).

Kemudian pada surah lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan lemparkanlah
apa yang ada pada tangan kananmu, niscaya dia akan menelan apa yang mereka perbuat.
Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak
akan menang tukang sihir itu, dari mana saja dia datang (QS. Thaha 20:69).

Jadi, tongkat yang dilemparkan oleh tangan kanan Nabi Musa a.s. itu mampu
menelan apa yang diperbuat tukang-tukang sihir Fir'aun. Apa yang mereka perbuat itu
hanyalah tipu daya tukang sihir belaka. Dan tukang sihir itu tidak akan pernah
menang dengan cara apa pun yang mereka lakukan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta'ala memfirmankan, Mereka mengajarkan


sihir kepada manusia (QS. Al-Baqarah 2:102). Kemudian firman-Nya lagi, Maka mereka
mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan
antara (suami) dan istrinya (QS. Al-Baqarah 2:102).

Hal. || 7
Hal. Dalam surah Al-Falaq disebutkan, ... dan dari kejahatan tukang (sihir) (yang)
meniup-niup dalam ikatan (QS. Al-Falaq 113:4).

Jika telah jelas bahwa sihir itu merupakan haqiqah Quraniyyah, suatu permasalahan
yang diakui keberadaannya dan diterangkan di dalam Alquran, maka hal itu membuktikan
adanya tukang sihir yang durjana, fasik, dan jahat. Dialah yang melakukan perbuatan
sihir. Dan perbuatan tukang sihir jahat itu umumnya mampu merusak jiwa seseorang,
hartanya, dan bahkan keluarganya.

Jadi, permasalahan sihir itu secara garis besar meliputi tiga masalah, yaitu tukang
sihir, perbuatan sihir, dan orang yang terkena sihir. Tukang sihir yang paling terkenal,
sebagaimana namanya disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim adalah Lubaid bin Al-
A'sham dan anak-anak perempuannya yang menjadi tukang sihir yang sangat jahat dan
fasik.

Sesungguhnya sihir merupakan perbuatan yang jelas-jelas menimbulkan dan


mengakibatkan bahaya yang sangat besar dan madarat yang dahsyat. Betapa tidak, sihir
dapat memisahkan atau mencerai-beraikan orang-orang yang dahulu saling mencintai,
saling mengasihi, dan saling menyayangi. Bahaya macam apakah yang lebih besar
daripada bahaya sihir yang dapat merusak otak dan akal manusia yang terkena sihir habil
(tukang melakukan tipu muslihat), sihir khubal (yang mengakibatkan kegilaan), atau sihir
'abath (yang melahirkan fitnah). Atau sihir yang dapat merusak pendengaran, atau
penglihatan orang yang terkena sihir sama' lewat pendengaran, atau sihir bashar lewat
pandangan mata, atau dengan sihir syumm lewat penciuman, atau sihir kalam lewat
perkataan.

Kejahatan apakah yang lebih berbahaya dan lebih besar pengaruh dan akibatnya
daripada kejahatan sihir yang dapat membuat orang yang terkena sihir itu berduka cita,
lapar, merasa kesepian (in'izal) , dan kesedihan.

Kejahatan apakah yang lebih jelek dan lebih berbahaya daripada perbuatan sihir
yang menimbulkan dan menyebarkan permusuhan, kedengkian, dan dendam kesumat di
antara orang-orang yang sebelumnya saling mencintai, saling mengikhlaskan
persahabatannya, saling menyayangi di antara karib kerabatnya, antara ayah dan
anaknya, antara seorang putri dengan ibunya, antara adik dan kakaknya, antara suami
dan istrinya, dan antara seseorang dengan teman atau kenalannya.

Oleh karena itulah, sihir dalam pandangan syariat Islam dianggap sebagai
perbuatan dosa yang paling besar. la merupakan kesalahan yang paling membahayakan,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sehigga dinilai sebagai akbar al-kaba'ir (dosa yang paling besar di antara dosa-dosa besar
lainnya). Dosa sihir menurut Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sama seperti
dosa menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala (syirik) dan dosa durhaka kepada kedua
orangtua.

Hal. || 8
Hal. Dalam tatanan hukum Islam, hukuman tukang sihir ialah dipenggal lehernya
dengan pedang atau dibunuh. Dengan demikian, masyarakat menjadi aman dan
tenteram, serta bebas dari bahaya sihir, terhindar dari kejahatannya, dari tipu
muslihatnya, dari kekejiannya, dan dari kehinaannya.

Karena bahaya sihir semacam itulah, Allah Subhanahu wa Ta'ala berkenan


menurunkan ayat-ayat Alquran yang berguna untuk membatalkan atau menggagalkan
sihir dan menghancurkannya, serta yang dapat menyembuhkan orang-orang yang
terkena sihir tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala juga, dengan rahmat dan kasih sayang-
Nya, berkenan mewahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
beberapa ta'awwuzdat (ayat-ayat yang dapat dipakai untuk memohon perlindungan dari
kejahatan sihir) dan ayat-ayat yang dapat menjadi benteng bagi manusia supaya sembuh
atau terhindar dari sihir.

Saya memohon kepada Allah yang Mahamulia dan Maha- luhur, dengan karunia-
Nya yang Mahaluas dan kedermawanan-Nya yang tak terbatas, untuk menjaga dan
menyelamatkan kita dan segenap umat Islam dari kejahatan dan bahaya tukang sihir
dan perbuatan setan-setan yang terkutuk.

Sihir, sebetulnya, merupakan suatu bab pembahasan yang paling penting, yang
banyak dibahas dan dikaji dalam ilmu kedokteran Qurani dan Nabawi.

Saya mohon petunjuk kepada Allah, Al-Hady» "Yang Memberi Petunjuk", memohon
pertolongan kepada Allah yang suka menolong (Al-Mu'in), dan memohon bantuan kepada
Allah Al-Mughits, Tuhan yang suka membantu. Saya juga memohon keselamatan kepada
Allah yang suka menyelamatkan hamba-Nya (al-mujir). Serta, saya pun memohon
penjagaan (pembentengan) kepada Allah Yang Mahakuat dan Mahakokoh dari segala
macam bahaya dan bencana.

Saya memohon kepada Allah yang Maha Mengetahui untuk memberikan taufik-
Nya kepada saya, sehingga dapat membahas sampai tuntas berbagai masalah yang
diisyaratkan Alquran Al-Karim lewat ayat-ayat yang terang dan jelas maksudnya (sharih
dan muhkam). Saya berharap kepada-Nya supaya saya diberi kemampuan untuk
memahami ayat-ayat Alquran dan sunnah Nabawiyyah lewat kajian mendalam (intensif)
dan luas (ekstensif), sehingga dapat mengungkap segala karakteristik para tukang
sihir durjana dan fasik itu, demikian pula bentuk, akhlak perilakunya, etikanya, dan
keyakinannya. Dengan cara begitu diharapkan kita dapat menjaga diri dan selamat dari
gangguannya. Kita pun berharap, bahwa sihir dan tukang sihirnya dilenyapkan
oleh Allah sampai tidak ada lagi bekasnya. Sesungguhnya tukang sihir dari manusia dan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

jin adalah musuh Allah, musuh dirinya, dan musuh semua makhluk Allah di dunia ini.

Dan termasuk rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap makhluk-
Nya, bahwa lewat zikir dan doa yang ditetapkannya, Dia akan selalu memenggal leher-
leher tukang sihir. Sungguh baik apa yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
Hal. || 9 menghancurkan tukang sihir itu.
Hal.

Kemudian kami pun akan menjelaskan ciri-ciri dan tanda- tanda sihir yang menimpa
orang yang terkena sihir (al-mas-hur) dan macam-macam sihir. Di antara macam sihir itu
ialah sihir tafriq dan tamziq, yakni sihir yang dapat mencerai-beraikan dan
memecahkan (persatuan) antara seorang suami dengan istrinya; ada juga sihir hibal, sihir
khabal, sihir 'abath, sihir al-jawarih wa al-a'dla' (sihir yang menimpa semua anggota tubuh),
di samping ada juga sihir sama' (lewat pendengaran),' sihir bashar (lewat pandangan
mata), sihir syumm (lewat ciuman), dan sihir takhyzl (lewat khayalan).

Selanjutnya akan saya jelaskan berbagai cara untuk membatalkan dan


menggagalkan serta menghancurkan sihir, baik yang haram - dan antara cara-cara itu,
maupun yang dibolehkan dan disahkan.

Terakhir, akan saya perkenalkan pula para tukang sihir itu, baik dari kalangan jin
maupun dari kalangan manusia. Disertai penjelasan dan pengenalan mengenai cara-cara
untuk menjaga diri kita serta melindunginya dari kejahatan dan bahaya para tukang sihir
wanita yang suka meniup-niup pada buhul (ikatan), dan dari tipu muslihat pada tukang
sihir pria, serta dari kejahatan tukang makar (penipu) jika mereka melancarkan makar dan
tipu muslihatnya.

Semua itu akan saya jelaskan, seraya bermohon semoga Allah yang Mahatinggi
dan Mahamulia memberi hidayah dan petunjuk jalan, serta taufik, sehingga kita dapat
beramal dengan ikhlas, baik dalam perbuatan maupun dalam perkataan. Baik perbuatan
itu secara terang-terangan, maupun secara diam-diam. Amin.

Sesungguhnya Allah itu sebaik-baik tempat berlindung (Majikan) dan sebaik-


baiknya tempat bergantung (Al-Wakil).

Saya adalah hamba Allah yang sangat mengharapkan ampunan dosa dari
Tuhannya yang Mahakuasa.

Abdul Al-Khaliq Al-Aihthar Al-Muhamy


Khadim 'Ilm Al-Thibb Al-Qurany wa An-Nabawiy
(Pelayan Ilmu Kedokteran Menurut Alquran dan Sunnah Nabi).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

PENGERTIAN SIHIR

Sihir adalah perbuatan yang aneh atau ajaib (gharib) yang tidak dikenal menurut
kebiasaan manusia. Sihir memperlihatkan hal-hal yang luar biasa (khawariq al adat),
seperti mukjizat dan keramat, tetapi sama sekali bukan mukjizat, juga bukan keramat.
Hal. | 10 Kesempurnaan sihir itu tampak lewat perkataan, perbuatan, azimat (jimat/ aza'im),
Hal.
sumpah, dan lain-lain yang diperlihatkan oleh tukang sihir dari kalangan manusia.

Kejam, Keras, dan Kasar

Di antara karakteristik tukang sihir ialah tidak mengenal kelunakan hati, tidak ada
keceriaan wajah, tidak mengenal rasa belas kasihan, dan tidak ada rasa cinta kasih.
Hatinya keras, perbuatannya kasar, dan sifat-sifatnya kejam. Tukang sihir adalah manusia
najis, kotor, lahir dan batinnya, serta tempat (lingkungan)-nya. Pekerjaan tukang sihir
adalah mengkafirkan manusia terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga, dia berani
mengutuk Zat Allah, mencela Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan tidak mau
mengakui agama. Dia bahkan berani mengotori mushafAlquran dengan air kencing dan
kotorannya. Dia tidak takut untuk menulis ayat-ayat Alquran dengan darah haid, atau
dengan air kencing babi, bahkan dengan air mani hasil perzinaan.

Menyembah Berhala dan Matahari

Tukang sihir selalu melakukan perbuatan syirik. Mereka menyembah berhala,


matahari, dan apa saja selain Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tukang sihir dari kalangan
manusia melakukan penyembahan seperti itu sebagai tanda hormat dan cinta, serta
untuk mendekatkan diri kepada tukang sihir dari kalangan jin. Dengan cara seperti itu,
tukang sihir dari kalangan jin senang dan mau membantu tukang sihir manusia dalam
rangka melaksanakan aksinya, yakni menimpakan kejahatan dan bahaya terhadap orang
lain yang menjadi sasarannya (al-mashur).

Tukang sihir dari kalangan jin adalah setan durjana yang sangat jahat dan
berbahaya. Dia mempunyai semua sifat jelek, seperti kehinaan, kekejian, suka menipu;
jahat, dan celaka. Dialah al-ghawl, "hantu raksasa/monster". Para tukang sihir dari
kalangan jin itu melakukan apa saja yang diminta oleh tukang sihir dari kalangan manusia.
Sehingga, tukang sihir dari kalangan manusia itu merupakan paduan atau gabungan dari
segenap jin jahat yang bertugas untuk menimpakan bahaya kepada manusia yang menjadi
sasaran sihir (al-mashur). Di antara sekian banyak tukang sihir, ada yang disebut khadam
sihir (pelayan sihir) yang pekerjaannya adalah menyampaikan atau menimpakan sihir yang
di amanatkan oleh tukang sihir dari kalangan jin dan manusia untuk disampaikan kepada
sasaran sihir yakni manusia yang akan dikenai sihir (al-mashur).

Jadi, termasuk masalah yang akan dibahas secara tuntas dalam buku ini adalah
bagaimana proses terjadinya sihir secara sempurna dan bagaimana pula pengaruh sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang dikenakan atau ditimpakan tukang sihir terhadap orang yang menjadi sasar an sihir
tersebut.

Khadam tukang sihir yang diberi kekuasaan untuk mengganggu manusia yang
akan dikenai sihir itu menggunakan kesempatannya untuk mengganggu manusia yang
Hal. | 11 lengah, atau sedang marah, atau sedang merasa takut, atau sedang melampiaskan hawa
Hal.
nafsunya, sehingga dia bergabung dan menyatu dengannya. Ia berada pada setiap aliran
darah manusia yang kena sihirnya.

Macam-macam Sihir

Di antara yang akan diperkenalkan dan dijelaskan dalambuku ini adalah macam-
macam sihir. Macam-macam sihir tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sihir a`yun atau sihir ’ayn (lewat mata), sihir lisan (lewat lidah), sihir adzan (lewat
telinga), sihir al-sama' (lewat pendengaran), sihir al-bashar (pandangan mata), dan
sihir al-kalam (lewat perkataan).
2. Sihir at-tafriq (untuk memecah-belah persatuan atau mencerai-beraikan cinta-kasih).
3. Sihir hibal, sihir khabal, dan sihir 'abath.
4. Sihir khadzal.
5. Sihir jawarih wa al-a`dha' (anggota tubuh), yakni sihir lewat sama' (pendengaran),
lewat syumm (ciuman), dan lewat bashar (pandangan mata), serta lewat kalam
(perkataan).
6. Sihir a`yun bi at-takhyil (lewat khayalan atau lamunan).
7. Sihir at-tarwi, at-tafzi, tar'ib, dan batstsu ar-r’ub (untuk menyebarkan rasa takut
kepada sasaran sihir).
8. Sihir tahzin (membuat sedih), tay'is (membuat putus asa), syurud (menyesatkan atau
melinglungkan) dan dzahul (untuk membingungkan dan mengacaukan pikiran
sasaran).
9. Sihir campuran (tamrijat) dari syurud, dzahul, dan tawhan (yang melahirkan
kelemahan badan).

Termasuk dari karakteristik dan macam sihir adalah menanamkan benih-benih


perpecahan, seperti buruk sangka, salah paham, keraguan, dan permusuhan. Juga
menimbulkan kedengkian, rasa dendam kesumat, kebencian, ta’ashshub atau fanatik
(buta), rasa cemburu, dan kemarahan. Demikian pula meniup-niup hasutan pada jiwa dan
menimbulkan was-was atau keraguan dalam diri manusia lewat tiupan tersebut.

Sihir At-Tafriq

Di antara wujud dan macam sihir tafriq—untuk memecah belah atau mencerai-
beraikan persatuan dan kesatuan—adalah:

(1) Membolak-balikkan (memutarbalikkan) makna perkataan dan perbuatan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

(2) Membesar-besarkan atau mengagung-agungkan sebab-sebab perpecahan dan


pertentangan meskipun asalnya hanya hal-hal yang sepele.
(3) Membolak-balikkan gambar (penampilan bentuk jasad) lewat tipu muslihat
(bantuan) setan. Cara-cara seperti itu sebagaimana trik-trik yang dilakukan dalam
perfilman, dengan cara menjelekkan yang bagus atau membuat bagus yang jelek.
Hal. | 12
Hal. Membesarkan yang kecil atau membuat kecil yang asalnya besar.
(4) Membuat orang suka menyepi (`uzlah) dan lapar (ihthiwa').
(5) Menyebarluaskan permusuhan dan kedengkian, serta kebencian dengan berbagai
macam cara.
(6) Mencuri-curi pendengaran (istiraq al-sam`) dan istijla'u albashar (mengelabui
penglihatan).
(7) Menimbulkan keraguan pada perkataan, perbuatan, dan kondisi atau keadaan
orang yang tersihir. Juga menimbulkan keraguan pada orang lain yang menjadi
teman dekatnya yang paling dicintai, yang paling dekat, yang paling tulus, dan
yang paling diharapkan pertolongannya oleh orang yang terkena sihir itu.
(8) Membencikan (menjadikan benci) orang yang terkena sihir terhadap setiap yang
bagus, terhadap nilai-nilai agama, dan terhadap orang-orang baik dan orang-orang
yang dekat kepada al-mashur (yang terkena sihir). Dia dijadikan cinta (dicintakan)
terhadap yang sebaliknya, yakni hal-hal yang tidak baik.

Khadam sihir dapat melakukan istirqaq al-sama' (mencuri-curi pendengaran atau


menguping, atau mengintai). Maksudnya, dia menirukan suara (perkataan) orang yang
akan dikenai fitnah dengan orang yang terkena sihir. Dengan suara tiruan itulah khadam
sihir menyampaikan dan menyalakan api permusuhan dan kebencian di antara orang yang
terkena sihir dan orang-orang terdekatnya serta kekasih atau karib-kerabatnya.

Sedang istijla' al-bashar (mengelabui pandangan), takhyil bi-alshurah (pengkhayalan


dengan gambar) dan takhyil bi-al-shawt (pengkhayalan atau penipuan dengan suara) itu
terjadi dengan cara khadam sihir menyerupakan dirinya, baik dalam mimpi atau pun
dalam keadaan terjaga, dengan orang yang akan dijerumuskan ke jurang permusuhan dan
tukang sihir dari jin.

Sihir sering juga dilancarkan dengan cara mencuri-curi pendengaran (mendengarkan


dengan sembunyi-sembunyi) dan mengelabui pandangan (menyerupakan diri dengan
orang yang akan dicelakakan) pada satu waktu. Hal itu dilakukan oleh tukang sihir untuk
lebih memantapkan dan meyakinkan berhasilnya api permusuhan lewat suara dan
gambar (imitasi khayalan). Kadang-kadang khadam sihir itu memasukkan khayalan
terhadap orang yang terkena sihir sehingga dia melamun yang sangat aneh-aneh. Kadang-
kadang juga membuat suara yang macam-macam di sekitar tempat tinggal orang yang
terkena sihir. Sehingga dia mendengar suara tersebut dari segenap penjuru tempat
tinggalnya, baik yang dekat maupun yang jauh darinya. Demikian pula dengan cara
menyebarkan bau-bauan sehingga orang yang terkena sihir itu dapat mencium macam-
macam bau. Ada yang harum, ada pula yang bau busuk.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Demikianlah, antara lain sebagian karakter atau sifat-sifat dan cara-cara sihir yang
dilakukan oleh tukang sihir itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisyaratkan, Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-
tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan dari jenis) jin, sebagian
Hal. | 13 mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
Hal.
untuk menipu (manusia) (QS. AI-An-`am: 112).

Pada ayat 121 dari surah Al-An`am difirmankan, Sesungguhnya setan-setan itu
membisikkan kepada kawan-kawannya agar mreka membantah kamu. Dan jika kamu
menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang musyrik.

Al-Wahyu, yang kadang-kadang merupakan bisikan dan isyarat itu, dilakukan oleh
setan dan jin tukang sihir dengan perkataan, dengan isyarat, atau dengan menimbulkan
permusuhan dan kebencian dalam dada manusia yang disihir. Sesungguhnya setan itu
meletakkan belalai hidungnya pada hati anak Adam. Sebagaimana dia pun berjalan pada
setiap tempat mengalirnya darah anak Adam.

Pada ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan, Dan Kami tidak mengutus
sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak pula seorang nabi, melainkan apabila dia
mempunyai suatu keinginan, setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap
keinginannya itu (QS. Al-Hajj: 52).

Sihir Habil, Sihir Khubal, dan Sihir `Abath

Jika ruh manusiawi hilang lalu tampak ruh jahat, dan terjadi perpaduan atau
penyatuan dalam jangka waktu lama, maka tampaklah ruh yang jahat berbajukan dan
menyerupai Habil tukang tipu muslihat, Khubal—tukang mencelakakan orang sampai gila,
dan Abath—tukang menimbulkan fitnah. Kadang-kadang khadam atau pelayan sihir itu
menyatu dengan diri orang yang terkena sihir karena ingatannya atau akalnya lemah. Dan
kadang-kadang juga karena orang yang terkena sihir itu kehilangan kepribadiannya.
Tetapi boleh jadi karena memang begitu tabiat aslinya. Dan boleh jadi dia mempunyai
pribadi mendasar yang lebih jahat daripada Habil yang suka menyebar fitnah dan bencana
itu.

Sihr Al Jawarih wa Al A`dha'

Mengenai sihir terhadap semua anggota tubuh, kita diingatkan kepada peristiwa
yang menimpa Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam di samping sihir yang terjadi
pada masa Nabi Musa a.s. Ketika itu, pernah terjadi tukang sihir Fir'aun menyihir
(menyulap) mata manusia dan menjadikan mereka takut. Bahkan Nabi Musa a.s.
membayangkan seakan-akan ular/tongkat itu merayap cepat dengan kemampuan tukang
sihir itu.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal itu diisyaratkan Alquran Al-Karim, Berkata Musa, "Silakan kamu sekalian melemparkan."
Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang pada Musa seakan-akan
merayap cepat lantaran sihir mereka (QS. Thaha: 66).

Sihir yang mengenai seluruh jasad itu ada yang menimbulkan kelemahan syahwat
Hal. | 14 (seksual) berkepanjangan. Ada juga yang hanya sedikit melemahkan syahwat (seksual)
Hal.
yang datang tiba-tiba. Kadang menimbulkan berbagai penyakit, khususnya penyakit cepat
tua. Kadang-kadang juga menimbulkan penyakit lemah berkepanjangan akibat selalu
meminum (menelan) obat-obatan yang menimbulkan kelemahan fisik dan memabukkan.

Lemah Syahwat (Seksual) dan Impotensi

Nanti akan saya jelaskan mengenai pengertian lemah syahwat (al-dha’f al-jinsy),
macam-macamnya, sebab-sebabnya, dan terapi pengobatannya.

Selanjutnya akan dijelaskan perbedaan antara lemah syahwat (al-dha’f al-jinsy) dan
ar-rabth (impotensi). Penulis juga akan mengemukakan dalil dan bukti-bukti kebenaran
adanya impotensi dari Alquran dan As-Sunnah.

Akan diperkenalkan juga pengertian rabth (impotensi), tanda-tanda dan ciri-


cirinya, sebab-sebabnya, serta cara terjadinya impotensi tersebut.

Syarat-Syarat Mendapatkan Hubungan Seksual yang Sukses

1. Harus adanya urat syaraf yang kuat dan sehat. Hal itu terjadi jika tidak ada penyakit
yang menimpa badan, yang umumnya penyakit tersebut melahirkan kelemahan
syahwat.
2. Tidak adanya penghalang, perintang, dan yang melemahkan semangat syahwat
(impotensi).
3. Kondisi jiwa (psikologis) yang tenang, stabil, tetap, dan tidak ada rasa khawatir dan
cemas. Tidak menyandu obat-obat penenang yang sangat membahayakan, serta
tidak banyak begadang.
4. Faktor-faktor perangsang, baik untuk laki-laki maupun perempuan.
5. Cepat mengeluarkan air mani dan terapinya untuk mendapatkan kepuasan seksual
tentunya harus diusahakan supaya tidak cepat mengeluarkan air mani.
6. Rafats (cumbu-rayu), yakni pembukaan untuk melakukan jimak.
7. Ukuran kecil atau besarnya, atau tebal tipisnya alat laki-laki tidak berpengaruh
terhadap hubungan seksual. Karena keterangsangan dan kelezatan itu akan timbul
secara sempurna dengan masuk dan bersinggungannya zakar ketika telah mene-
gang, meski dalam beberapa saat saja. Faktor perintang atau penghalang, kadang-
kadang datang dari pihak suami. Kadang-kadang juga datang dari pihak istri.
Sehingga, karena adanya penghalang atau perintang tersebut, pihak istri kadang-
kadang menolak suaminya, baik dengan kedua tangannya maupun dengan kedua

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

kakinya. Tetapi laki-laki pun kadang-kadang merasakan adanya penghalang pada


farji wanita.

Kadang-kadang juga terjadi, dan ini sangat jarang, laki-laki dari jenis manusia
berhubungan (seksual) dengan wanita dari jenis jin. Demikian sebaliknya. Wanita dari jenis
Hal. | 15 manusia dicampuri oleh kaum laki-laki dari jenis jin.
Hal.

Bismillah wa-al-hamdu lillah, wa ash-shalatu wa as-salamu ’ala Rasulillah, "Dengan


menyebut nama Allah, seraya memohon pertolongan dan bantuan-Nya. Segala puji hanya
milik Allah. Semoga rahmat dan salam sejahtera selalu terlimpah kepada rasul utusan
Allah."

Sihir merupakan salah satu dari tujuh dosa besar yang sangat mencelakakan dan
membahayakan manusia, seperti halnya menyekutukan Allah, membunuh, durhaka
kepada kedua orangtua, berzina, memfitnah, dan lain-lainnya. Sihir juga termasuk salah
satu hal yang ajaib dan aneh yang terjadi dalam kehidupan di dunia fana ini. Siapa yang
tidak menahan diri sehingga menyihir atau meminta orang lain untuk menyihir demi
kepentingan dirinya, maka celakalah dia.

Sihir merupakan salah satu fan (disiplin ilmu) atau satu macam ilmu pengetahuan
yang mempunyai kaidah-kaidah dan rahasia tertentu. Sihir merupakan perbuatan-
perbuatan awal atau permulaan (premis minor dan mayor) yang melahirkan akibat atau
nilai (konklusi). Atas dasar itu, maka siapa yang mempelajari kaidah-kaidah dan dasar-
dasar pokok sihir; serta mengetahui rahasia-rahasianya lalu mengamalkannya, maka dia
adalah sahir (tukang sihir).

Dan siapa yang mempelajarinya untuk diamalkan; lalu menggunakan setan sebagai
khadam sihir untuk menimpakan bahaya dan gangguan, bahkan mengafirkan orang lain,
memecah belah dan menceraiberaikan antara seseorang suami dan istrinya, atau antara
seseorang dengan kelompok atau sahabatnya, maka sungguh dia telah melakukan suatu
dosa besar di antara dosa-dosa besar yang tidak mudah diampuni. Bahkan, pelaku atau
tukang sihir itu berhak dipenggal lehernya dengan pedang sebagai balasan yang setimpal
baginya.

Sihir merupakan haqiqah imaniyyah—permasalahan yang bersangkut-paut dengan


keimanan. Bahkan Alquran dan Sunnah Nabi pun mengungkap dan membahasnya secara
panjang lebar. Meskipun demikian, sihir bukanlah suatu kebohongan (dajl) atau sulap
belaka. Saya bermohon kepada Allah untuk diberi petunjuk dan taufik, serta kemampuan
untuk dapat membahas bab-bab berikut secara rinci.

1. Pengertian sihir dilengkapi dengan berbagai dalil dari Alquran dan As-Sunnah.
2. Karakteristik (sifat-sifat) sihir dan sandaran tukang sihir dari bangsa manusia.
3. Proses terjadinya sihir.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

4. Cara terjadinya atau meresapnya sihir dan pengaruhnya terhadap harta, keluarga,
dan badan orang yang terkena sihir.
5. Macam-macam sihir.
6. Tanda-tanda atau ciri-ciri adanya sihir yang menimpa orang yang kena sihir (al-
mashur).
Hal. | 16
Hal. 7. Berbagai wasilah atau perantara untuk membatalkan, menggagalkan, dan
menghancurkan sihir, serta mengobati orang yang terkena sihir.
8. Perlindungan terhadap sihir.

Permasalahan Sihir dan Tukang Sihir Menurut Alquran dan As-Sunnah An-Nabawiyyah
Pengertian

Secara etimologis (lughah), sihir berarti menipu dan memalingkan seseorang dari
arah hidupnya. Sedang secara terminologi, sihir adalah perkataan dan perbuatan yang
memperlihatkan hal-hal yang istimewa dan ajaib, serta luar biasa, seperti mukjizat dan
keramat.

Sihir dalam operasinya selalu menggunakan perantara (wasilah) lewat ruqyah


(jampi-jampi), jimat (azimat), mantra-mantra, dan aqsam (sumpah).

Sihir Menurut Konsepsi Alquran

Ayat-ayat yang menerangkan tentang sihir terdapat dalam surah Al-A`raf ayat 111-
126, yaitu sebagai berikut:

111. Pemuka-pemuka itu menjawab, "Beri tangguhlah dia dan saudaranya, serta kirimlah ke
kota-kota beberapa orang yang akan mengumpulkan (ahli-ahli sihir)."
112. Supaya mereka membawa kepadamu semua ahli sihir yang pandai.
113. Dan beberapa ahli sihir itu datang kepada Fir'aun mengatakan, "(Apakah) sesungguhnya
kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?"
114. Fir'aun menjawab, "Ya, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan termasuk orang-
orang yang dekat (kepadaku)."
115. Ahli-ahli sihir berkata, "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu,
ataukah kami yang akan melemparkan?"
116. Musa menjawab, "Lemparkanlah lebih dahulu." Maka tatkala mereka melemparkan,
mereka menyulap. (menyihir) mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta
mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).
117. Dan Kami wahyukan kepada Musa, "Lemparkanlah tongkatmu, maka sekonyong-
konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan."
118. Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.
119. Maka mereka kalah di tempat itu, dan jadilah mereka orangorang yang hina.
120. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud.
121. Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam."
122. (Yaitu) Tuhan Musa dan Harun.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

123. Fir'aun berkata, "Apakah kamu beriman kepadanya sebelum aku memberi izin
kepadamu. Sesungguhnya (perbuatan) ini adalah suatu muslihat yang telah kamu
rencanakan di dalam kota ini untuk mengeluarkan penduduknya daripadanya. Maka
kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu ini).
124. Demi, sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara
Hal. | 17
Hal. bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya."
125. Ahli-ahli sihir itu menjawab, "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali."
126. Dan kamu tidak menyalahkan kami melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-
ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami (mereka berdoa), "Ya Tuhan
kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, dan wafatkanlah kami dalam keadaan
berserah diri kepada-Mu (sebagai orang Islam)."

Penjelasan Ayat 116

Kami akan mencoba mengajak Anda untuk memahami secara mendalam ayat 116
dari surah Al-Araf tersebut.

1. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, saharu a'yuna an-nas, "mereka menyihir


(menyulap) mata orang banyak", yaitu dengan menggunakan satu macam sihir yang
dikandung oleh sihir jawarih dan a dha'—sihir yang menimpa anggota tubuh. Hal itu
terjadi, jika dalam pandangan mata manusia tampak sesuatu yang menakjubkan
lewat pemetaan gambar-gambar yang berbeda dengan bentuk (gambar) yang
sebenarnya. Itulah sihir a'yun (mata). Ini baru merupakan salah satu dari sihir jawarih
dan a dha'. Sedang macam sihir lainnya adalah sihir al-adzan (telinga), sihir lisan
(lidah), sihir sama' (pendengaran), dan sihir kalam (perkataan).

2. Mengapa hanya disebutkan saharu a'yun an-nas dan tidak disebutkan saharu an-nas
(menyihir manusia)? Hal itu mengantarkan kita untuk mengetahui macam-macam
sihir yang biasa menimpa badan manusia. Yakni, sihir a'yun, sihir sama', sihir al-adzan
(telinga), dan ada juga yang disebut sihir an-nas (menyihir manusia), baik secara
individu (perorangan), maupun secara jamaah (berkelompok) lewat jalan setan-
setan yang menjadi khadam atau pelayan sihir dan para tukang sihir.

3. Sedang yang dimaksud dengan istarhabuhum "tukang-tukang sihir itu menjadikan


banyak orang (menjadi) takut", yakni, ketika orang-orang yang tidak beriman dan
tidak mempunyai benteng syariat atau agama melihat kehebatan sihir para ahli sihir
mereka merasakan adanya rasa takut, khawatir, dan sangat gentar. Dan rasa takut
yang diakibatkan oleh sihir itu sebagai akibat suatu macam sihir yang disebut sihir
istirhab, takhwif, tarwi, dan tafzi', yakni macam sihir yang membuat orang lain
merasa sangat takut dan khawatir.

Mengenai hal tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Maka Musa merasa
takut dalam hatinya. Kami berkata, 'janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya dia

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah
tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja dia
datang (QS. Thaha: 67-69).

Seperti kita maklumi, bahwa setan mengganggu manusia lewat dirinya sendiri.
Hal. | 18 Sebagaimana halnya malaikat yang suka memberikan ilham dan pemahaman kepada
Hal.
orang-orang mukmin yang saleh lewat hati yang dikenai isyarat rabbany, dari Tuhan Rabb
Al-'Alamin. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini:

“Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia
dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril a.s.) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab
yang jelas.” (QS. Asy-Syu`ara 26:192-195).

Pada surah Al-Baqarah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Katakanlah,


"Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Alquran) ke
dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjadi petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang mukmin." (QS. Al-Baqarah 2:97).

Makna ayat tersebut ialah bahwa Nabi Musa a.s. digoda dengan penuh
kesungguhan oleh setan, seperti halnya dia menggoda Nabi Adam a.s. Dan godaan dan
gangguan setan itu begitu besar, sehingga Sayyidina Musa a.s. merasakan dalam dirinya
ada rasa (sedikit) takut. Tetapi, tentu saja tidak akan berhasil, sebab karunia dan
pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala segera datang membantu dan menolongnya.
Dengan demikian, hati Sayyidina Nabi Musa a.s. menjadi kokoh dan tangguh serta tenang
dengan wahyu yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala ke dalam hatinya. Dia
wahyukan, Kami berkata, 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling
unggul (menang)."

Firman Allah Qulna (kami berkata), maksudnya Allah menetapkan, menenangkan,


dan mengokohkan (mengikat) hati Sayyidina Musa a.s. dengan perantaraan perkataan (al-
qawl) dan wahyu rabbany dari Tuhan yang langsung disampaikan. Dengan kata lain, Dia
menyebutkan, "Wahai Musa, tetaplah, kokohlah, dan tenanglah karena sesungguhnya
Allah besertamu dan akan selalu menguatkan dan menolongmu. Dan yakinlah, bahwa
kamu mengikuti kebenaran. Dan siapa yang mengikuti kebenaran, maka dia akan disertai
dan ditolong oleh Allah yang Mahamulia dan Mahaluhur. Dan siapa yang disertai dan
dibantu serta ditolong oleh Allah, dia pasti kuat dan menang."

Firman Allah, Wa ja'u bi-sihrin `azhim, "Dan mereka mendatangkan sihir yang besar
(menakjubkan)", maksudnya bahwa sihir mereka itu mengandung kehebatan, kekuatan,
kekejian, dan tipu muslihat yang ajaib, di samping memperlihatkan kecerdikan dan
kecermatan. Mereka mampu membuat takut banyak orang yang hadir menyaksikan sihir
mereka (ahli-ahli sihir). Bahkan mereka menyihir (menyulap) mata banyak orang,
sehingga mereka terpesona dan merasa takjub, serta melihat sesuatu tidak seperti

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

aslinya. Mereka, termasuk Nabi Musa a.s., melihat dengan matanya ketika mereka tersihir
apa-apa yang diperlihatkan tukang sihir itu bukan yang sesungguhnya. Mereka melihat
tongkat dan tali seakan-akan merayap.

Dalam kaitan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Berkata Musa, "Silakan
Hal. | 19 kamu sekalian melemparkan." Maka tiba-tiba tali-tali dan, tongkat-tongkat mereka
Hal.
terbayang kepada Musa seakan-akan merayap cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa
merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah
yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada pada tangan kananmu,
niscaya dia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka
perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu,
dari mana saja dia datang." (QS. Thaha: 66-69).

Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatakan apa yang diperbuat oleh
ahli-ahli sihir itu dengan firman-Nya, Wa ja'u bi-sihrin "Mereka mendatangkan sihir". Dan
sihir yang mereka perbuat itu disifati dalam firman-Nya sebagai yang "agung/besar" yakni,
bukan sulap, bukan khayalan, dan bukan dajl (kebohongan). Tetapi itu adalah sihir yang
sesungguhnya sebagai hasil kecerdikan dan kepandaian tukang sihir.

Bukankah sihir merupakan suatu pekerjaan dan penghidupan, seperti pekerjaan-


pekerjaan lainnya? Dan bukankah setiap pekerjaan (produksi) itu mempunyai asal-usul
atau latar belakang dan rahasianya? Siapa yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
serta mengetahui rahasia sihir dan asal-usulnya, pasti dia mengetahui, memiliki, dan
menguasainya.

Dalam Alquran, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menggambarkan bahwa


perbuatan atau karya para tukang sihir itu merupakan sesuatu yang agung atau besar.
Tetapi sebesar dan sehebat atau seagung apa pun yang dilakukan sihir atau para
ahlinya—dengan segala kekuatan, kehebatan, dan kecerdikannya—itu hanya merupakan
kebatilan yang disandarkan dan diperkuat dengan kebatilan. Dan, selamanya, yang
namanya kebatilan itu pasti lenyap dan kalah.

Hal itu dijelaskan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya, Sebenarnya Kami
melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka
dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagi kamu dengan menyifati
(Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya) (QS. Al-Anbiya' 21:18).

Pada ayat lain diisyaratkan, Dan katakanlah, "Telah datang al-haq (kebenaran) dan
lenyap(lah) kebatilan. Sesungguhnya yang batil itu (pasti) terbukti (akan) lenyap." (QS. Al-
Isra' 17:81).

Pada ayat-ayat lain disebutkan pula, Karena itu, nyatalah yang benar dan batallah
yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-
orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Mereka berkata, "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam. (Yaitu) Tuhan Musa dan
Harun" (QS. Al-Araf 7:118-122).

Ayat-ayat mengenai sihir diterangkan juga dalam surah Asy-Syu'ara, Berkata Musa
kepada mereka, "Lemparkanlah apa yang hendak kamu lemparkan." Lalu mereka
Hal. | 20 melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka, dan berkata, "Demi kekuasaan
Hal.
Fir'aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang." Kemudian Musa melemparkan
tongkatnya, maka tiba-tiba tongkat itu menelan benda-benda palsu yang mereka adakan itu.
Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud kepada Allah. Mereka berkata, "Kami
beriman kepada Tuhan semesta alam. (Yaitu) Tuhan Musa dan Harun." (QS. Al-Syu`ara
26:43-48).

Ayat-ayat Alquran mengenai sihir tercantum dalam surah Yunus ayat 80 sampai 82,
Maka tatkala ahli-ahli sihir itu datang, Musa berkata kepada mereka, "Lemparkanlah apa
yang hendak kamu lemparkan." Maka setelah mereka melemparkan, Musa berkata, "Apa
yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir, sesungguhnya Allah akan menampakkan
ketidakbenarannya." Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya
pekerjaan orang-orang yang membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar
dengan ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya)."

Jika Allah berkehendak, pasti Dia mengkhususkan pembahasan sihir dalam surah
Al-Baqarah. Sedang ringkasan bahasan mengenai sihir itu ada pada surah Al-Araf, surah
Yunus, surah Thaha, dan surah Asy-Syu'ara.

1. Ahli-ahli sihir itu fasik (durjana dan berdosa), kafir, dan fajir (durhaka). Hal itu karena
mereka meminta pertolongan dan bantuan, serta memohon perlindungan kepada
arwah-arwah syaithaniyyah (yang dipengaruhi setan) yang jahat dan celaka, serta
sangat membahayakan. Setan-setan itu melaksanakan apa yang diinginkan dan
menjadi tujuan para ahli sihir yang jahat.

Coba perhatikan firman Allah, Mereka—ahli-ahli sihir itu berkata, "Demi kekuasaan
Fir'aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang." (QS. Asy-Syu'ara 26:44).

2. Jika para ahli sihir itu meminta pertolongan, bantuan, dan perlindungan dari arwah-
arwah syaithaniyyah, yakni arwah-arwah jahat yang dipengaruhi setan, untuk
menimpakan kejahatan kepada orang yang menjadi sasaran sihir (al-mashur), maka
untuk membatalkan dan menggagalkan sihir dan segala pengaruhnya kita harus
berlindung dan bertawakal kepada Allah. Hendaklah kita memohon pertolongan
serta bantuan dari-Nya.

Dalam surah Thaha Allah berfirman, Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah
yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia
akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah
tipu daya tuhang sihir (belaka). Dan tidaklah akan menang tukang sihir itu dan mana saja dia

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

datang (QS. Thaha 20:68-69).

Dan firman-Nya lagi, Dan Kami wahyukan kepada Musa, lemparkanlah tongkatmu,
maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu
nyatalah yang benar dan batallah apa yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah di
Hal. | 21 tempat itu, dan jadiiah mereka orang-orang yang hina. Dan ahli-ahli sihir itu serta merta
Hal.
meniarapkan diri dengan bers'ujud (QS. Al-A'raf 7:117-120).

Kemudian firman-Nya dalam surah Yunus, Maka tatkala mereka melemparkan , Musa
berkata, "Apa yang kamu lakukan itu, itulah yang sihir; sesungguhnya Allah akan
menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus
berlangsungnya perbuatan orang-orang yang membuat kerusakan.. Dan Allah akan
mengokohkan yang benar dengan ketetapan-Nya walaupun orang-orang yang berbuat dosa
tidak menyukainya." (QS. Yunus 10:81-82).

Jadi sihir itu perbuat.an batil (salah). Dan setiap yang batil pasti akan lenyap, hancur
dan binasa, serta selesai tidak akan ada bekasnya. Hal ini sebagaimana diisyaratkan Allah,
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap (QS. Al-Anbiya' 21:18).
Demikian pula isyarat Allah dalam surah lain, Dan katakanlah, "Telah datang yang haq
(benar) dan (telah) lenyap yang batil. Sesungguhnya yang batil itu pasti (akan) lenyap." (QS.
Al-Isra' 17:81).

Pada ayat lain Allah Subhanahu wa Ta'ala memfirmankan, ... dan mereka
membantah dengan alasan yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu;
karena itu Aku siksa mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku itu (QS. Al-Mukmin/Ghafir
23:5).

Firman Allah dalam surah A1-A'raf: 118 menyebutkan, Maka nyatalah yang hak
(benar) dan batallah apa yang (telah) mereka kerjakan.

Kemudian Dia menegaskan, Apa yang kamu datangkan itu, itulah yang sihir.
Sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya. Sesungguhnya Allah tidak
akan memperbaiki (membiarkan) terus berlangsungnya perbuatan orang-orang yang
membuat kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang hak (benar) dengan ketetapan-Nya
walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak menyukai(nya). (QS. Yunus 10:81-82).

Ayat.-ayat Al-Quran dalam Surah Al-Baqarah Mengenai Sihir

Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dan sisi Allah yang membenarkan
apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dan orang-orang yang diberi kitab (Taurat)
melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)-nya seolah-olah mereka tidak rnengetahui
(bahwa itu kitab Allah). Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-s elan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan) bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir). Hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengarjakan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami
hanya cobaan (fitnah bagi kamu), sebab itu janganlah kamu kafir."
Hal. | 22
Hal.
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi
nanfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya di akhirat, dan amat jahatlah
perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. Sesungguhnya
kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan
sesungguhnya pahala di sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui (QS. Al-
Baqarah 2:101-103).

Penjelasan dan Ta'wil

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam datang membawa kitabullah, Al-


quran Al-Karim kepada orang-orang, termasuk orang Yahudi. Sebetulnya, berita mengenai
sifat-sifat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu telah dijelaskan dan
ditetapkan dalam kitab Taurat yang belum diselewengkan dan belum dirusak. Bahkan
mereka pun telah dikenalkan kepada kitabullah Alquran yang akan menguatkan kenabian
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu. Tetapi, justru mereka tidak mau
menerima al-haqq, kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam dan tidak pula mau saling menolong di antara sesamanya.

Mereka malah pura-pura tidak mengetahui, mereka mengingkarinya dan


merintangi penyebarluasan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam. Mereka tetap membanggakan diri dan sombong hanya karena mempunyai
kitab Taurat yang telah mereka rusak dan telah mereka selewengkan itu. Jadi pada
hakikatnya, mereka telah melemparkan kitab Allah yang ada pada tangan atau di hadapan
mereka, yakni kitab Taurat dengan segala kandungan cahayanya, serta tidak mau
mengikuti apa yang diberitakannya mengenai kehadiran Nabi penutup, Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Ketika mereka menentang kebenaran dan meninggalkannya, mereka mengganti


kitabullah itu dengan buku-buku mengenai sihir, sya'wadzah (sulap), dan dajl (yang
mengandung ramalan, tipuan, dan kebohongan) yang diisyaratkan atau diilhamkan oleh
setan dari bangsa jin kepada setan dari bangsa manusia. Kita meyakini bahwa Allah
Subhanahu wa Ta'ala-lah yang menundukkan burung, angin, dan jin terhadap Nabi
Sulaiman a.s. Dengan kata lain, dengan kekuasaan-Nya, kebijaksanaan-Nya, kekuatan-Nya,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dan Jabarut (kekuasaan)-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menundukkan jin terhadap
Nabi Sulaiman a.s.

Perhatikanlah ayat-ayat Alquran benikut ini, Ia (Sulaiman) berkata, "Ya Tuhanku,


ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang pun
Hal. | 23 sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi." Kemudian Kami tundukkan
Hal.
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya.
Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam
(QS. Shad 38:35-37).

Allah juga berfirman pada beberapa ayat dalam surah Saba', Dan Kami (tundukkan)
angin bagi Sulaiman yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan, dan
perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan. Dan Kami alirkan cairan
tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah
kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dan
penintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.

Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dan gedung-gedung yang
tinggi, dan patung-patung, dan piring-piring yang besarnya seperti kola'in dan periuk dan
tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada
Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. Maka tatkala Kami
telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka
kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala dia telah
tersungkur, tahulah jin itu. bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib, tentulah mereka
tidak tetap dalam siksa yang menghinakan (QS. Saba'34:12-14).

Sedang pada surah Al-Anbiya' (81-82) disebutkan, Dan (telah Kami tundukkan)
untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya
ke negeri yang Kami telah berkati. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan
Kami telah tundukkan (pula) kepada Sulaiman segolongan setan-setan yang menyelam
(kedalam laut) untuknya, dan mengenjakan pekerjaan selain danipada itu, dan adalah Kami
memelihara mereka itu.

Perhatikan pula firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surah An-Naml (semut),
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu meneka itu
diatur dengan tertib (dalam barisan) (QS. 27:17).

Selanjutnya, firman-Nya, Berkata Sulaiman, "Hai pembesar --pembesar siapakah di


antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka
datang kepadaku sebagai onang-onang yang berserah diri (Muslimin)." Berkata 'Ifrit (yang
cerdik) dari golongan jin, 'Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu
sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk
membawanya lagi dapat dipercaya." Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

'Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.' (QS An-Naml 27:
38-40).

Bendasarkan ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa dengan kekuasaan, keperkasaan,


kebijaksanaan, dan kekuatan-Nya, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menundukkan jin
Hal. | 24 terhadap Nabi Sulaiman a.s. Tetapi setan-setan dari bangsa jin itu menceritakan kejadian
Hal.
seperti itu yang dibumbui atau dihiasi dengan kebohongan, kepalsuan, dan
penyelewengan dari mereka, sehingga mereka memutarbalikkan fakta. Menurut
mereka, seperti yang diberitahukannya lagi kepada manusia yang tidak beriman, bahwa
para jin itu ditundukkan kepada Nabi Sulaiman a.s. lewat perantaraan peng gunaan
azimat, mantra, jampi-jampi, dan yang sepertinya.

Dan menurut pengakuan palsu dan bohong para setan jin dan setan manusia itu,
bahwa siapa saja dari kalangan manusia yang menggunakan jampi-jampi, mantra, dan
azimat itu, maka dia akan dapat menaklukkan dan menundukkan jin untuk diperalatnya
supaya melakukan apa saja, dan bagaimana saja, serta kapan saja sekehendaknya.

Itulah yang dikatakan dan diwahyukan (diisyaratkan dan diilhamkan) oleh setan-
setan pada masa kerajaan dan kenabian Nabi Sulaiman a.s. ketika setan-setan jin dan
setan-setan manusia mengajarkan sihir hitam (black magic) kepada manusia. Mereka sejak
itu mengajari manusia mengenali dan mengamalkan sihir-sihir yang merusak manusia,
menceraiberaikan persaudaraan dan memisahkan suami dan istrinya, dan sihir yang
menakutkan.

Mereka juga mengajarkan sihir yang mengagetkan (sihir tafzi). Sehingga, banyak
orang yang meyakini, ketika itu, bahwa sihir itu adalah mukjizat atau paling rendah,
keramat (kemuliaan yang diberikan Allah kepada para wali-Nya). Sebagaimana mereka
juga meyakini bahwa para ahli sihir itu adalah nabi atau rasul. Bahkan ada yang
mengitikadkan, bahwa ahli sihir melebihi derajat rasul dan nabi.

Itulah pekerjaan setan-setan jin dan setan-setan manusia. Mereka menggiring


untuk menjadi kafir dengan meyakini, bahwa selain Allah yang Mahaluhur itu ada yang
dapat memberi manfaat kepada manusia dan dapat pula memberi mudharat. Mereka,
yang selain Allah itu, menurut ajaran para ahli sihir dari bangsa jin dan manusia itu dapat
memberikan penyakit, menyembuhkan, membuat manusia fakir, dan membuat manusia
menjadi kaya.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan dua malak (malaikat) dari


malaikat yang ada di langit, yaitu Harut dan Marut. Allah mengilhami dan mengajari
keduanya tentang cara-cara membatalkan dan menggagalkan serta menghancurkan sihir
yang dilancarkan oleh ahli sihir, baik dari kalangan jin, maupun dari kalangan manusia.
Kemudian mereka, kedua malak itu, mengajarkan resep-resep itu kepada manusia. Kedua
malak itu pun memberitahukan kepada manusia, bahwa sihir itu tidak sama dengan
mukjizat ataupun keramat, juga bukan sesuatu yang hariq li al ‘adah, "luar biasa". Sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

hanya merupakan suatu hirfah (pekerjaan, pencaharian) dan karya yang ada asal-usulnya
dan ada rahasianya. Juga ada kaidah-kaidahnya serta aturannya. Dan siapa pun yang
mempelajari asal-usul sihir, kaidah-kaidahnya, dan aturan-aturannya, maka dia menjadi
tukang sihir.

Hal. | 25
Hal. Kedua malak, Harut dan Marut pun mengajari manusia, bahwa tukang-tukang sihir
itu bukanlah tuhan, bukan rasul, juga bukan nabi, bahkan manusia atau makhluk mulia
pun bukan. Para ahli sihir adalah manusia jahat, fasik (durhaka), kafir (ingkar kepada
Tuhan Rabb Al-'Alamin) karena mereka menggunakan setan-setan jin untuk
kebutuhannya.

Jadi, tukang-tukang sihir itu menggunakan jasa para setan sebagai lawan dari
setan-setan itu yang telah memperbudak tukang sihir dan menghinakannya. Oleh karena
itu, maka mempelajari sihir hitam (black magic) yang membahayakan merupakan
perbuatan kufur (mengingkari Tuhan yang Mahakuasa) dan fasik (kedurhakaan), juga
kemaksiatan yang sangat besar dosanya.

Ketika diketahui secara pasti oleh kita betapa bahayanya sihir


dan bahwa sihir merupakan dosa besar, maka tidak perlu diragukan lagi, bahwa
mempelajari cara-cara membatalkan dan menggagalkan sihir termasuk suatu kewajiban
yang sangat penting.

Sementara itu, kata malak (sebagai mufrad dari malaikat) menurut sebagian ahli
tafsir dibaca malik, dengan mengkasrahkan lam-nya yang berarti raja. Sehingga menurut
mereka, kedua orang raja tersebut termasuk sebagian raja di dunia dari kalangan
manusia. Atau, keduanya sebagai dua orang laki-laki yang mempunyai nama baik,
berwibawa, kharismatik, saleh (taat beragama), dan mulia akhlaknya. Karena kejernihan
hati kedua orang tersebut, dan kemuliaan etikanya, serta kebagusan perilakunya, maka
keduanya disebut sebagai malikani (dua raja, atau menurut yang lain sebagai kedua
malaikat).

Tetapi, yang paling penting dari keduanya, bahwa mereka itu, baik disebut sebagai
kedua malak atau malaikat, maupun sebagai dua raja mulia, setiap kali mengajari manusia
cara-cara penguasaan (ilmu) sihir. Bahwa sihir itu bukan sulap dan bukan suatu
kebohongan, juga bukan sesuatu yang luar biasa, tetapi merupakan suatu pencaharian
atau alat penghidupan dan kehidupan. Bisa juga disebut karya (shan'ah), mereka pun
sekaligus mengajarkan cara-cara menggagalkan dan membatalkan sihir tersebut, serta
cara menghancur-luluhkannya.

Keduanya selalu menegaskan, "Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan), dan


ujian bagi kamu sekalian, maka hati-hatilah jangan sampai kamu menjadi kafir dengan
mengingkari (eksistensi) Allah yang telah menciptakan semua makhluk-Nya; dan jauhilah
penyembahan terhadap makhluk yang hanya mempunyai segala sifat kekurangan: lemah,
hina, miskin, dan tidak kuasa berbuat apa-apa."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Di antara sihir yang diajarkan oleh kedua malak atau malik tersebut adalah suatu
macam sihir tafriq "yang memecah-belah-(kan)". Memecah-belahkan atau mencerai-
beraikan antara ayah dan anaknya, antara suami dan istrinya, antara seorang sahabat
dengan sahabatnya, antara ibu dan anaknya, antara saudara dengan saudaranya, antara
pimpinan perusahaan dengan bawahan dan karyawannya, antara istri dan ibu mertuanya,
Hal. | 26 antara suami dengan ibu mertuanya, dan antara mereka yang sedang menjalin cinta kasih
Hal.
dengan pasangannya.

Semestinya diketahui, bahwa bahaya apa pun yang menimpa manusia, apa pun
penyebabnya, dan apa pula sumbernya, baik itu berupa manusia, hewan, jin, benda mati,
atau setan, maka tetap bahaya itu terjadi dengan izin dan kehendak Allah Subhanahu wa
Ta'ala Tak ada dalam kerajaan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala sesuatu yang
terjadi tanpa kehendak dan izin-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisyaratkan lewat firman-Nya, Tiada suatu bencana


pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah (QS. Al-Hadid 57:22).

Jadi, bahaya atau musibah apa pun yang menimpa manusia, pasti terjadi dengan
izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tetapi ada bedanya antara perintah (amar)
Allah dan kehendak-Nya.

Dalam kaidah ushul (fiqih) ditegaskan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala bisa saja
menghendaki (masyi'ah) sesuatu (beberapa hal) tetapi tidak memerintahkannya.
Sebagaimana Dia yang Mahatinggi pun memerintahkan beberapa hal yang tidak
dikehendaki-Nya.

Sebagai contoh, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan Iblis untuk bersujud,


tetapi Dia tidak menghendakinya bersujud, maka Iblis pun tidak bersedia bersujud kepada
Adam a.s. Demikianlah (masyi'ah) Allah Subhanahu wa Ta'ala. Terjadinya berbagai
kemaksiatan itu pasti sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi Dia tidak
pernah memerintahkan siapa pun untuk melakukan kemaksiatan dan perbuatan jelek.
Bagaimanapun, Allah tidak akan memerintahkan makhluk-Nya untuk melakukan
perbuatan keji, sebagaimana Dia pun tidak meridhai adanya kekufuran (kekafiran) dari
hamba-hamba-Nya.

Atas dasar itu, dapat disimpulkan bahwa sihir merupakan haqiqat Quraniyyah —
kajian Alquran — dan bukan suatu kebohongan (dajl) juga bukan sulap (sya`wadzah). Jika
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala hanya sampai (berbunyi) Wa ma hum bi-dharrina bihi
min ahadin, " Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat (bahaya) dengan
sihirnya kepada seorang pun", maka dapat dipahami bahwa sihir itu secara mutlak tidak
membahayakan atau tidak akan mengenai seseorang. Hal itu jika dipahami bahwa ma’-nya
adalah nafiyah — untuk menafikan atau meniadakan. Yakni, tiadalah ahli sihir itu

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

menimpakan bahaya dengan sihir itu terhadap seorang pun. Tetapi ketika Allah
Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan adanya istitsna "pengecualian" dengan firman-Nya Illa
bi-idzni Allah, "Kecuali dengan izin Allah", dipahami,bahwa sihir itu dapat membahayakan
manusia, tetapi hal itu terjadi jika ada izin Allah Subhanahu wa Ta'ala dan kehendak-Nya

Hal. | 27 Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Terkena Sihir(?)


Hal.

Mengenai peristiwa sihir yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Nasa’iy, Sunan Turmudzi,
Sunan Abu Dawud, Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, Sunan Darimy, dan Sunan Ibn Majah,
bahkan disebutkan pula dalam kitab-kitab hadits lainnya.

Riwayat-riwayat hadits tersebut telah disebutkan (dikumpulkan dan dibahas)


dalam kitab saya yang berjudul "Kedokteran Menurut Alquran dan Sunnah Nabi Melalui
Para Imam yang Mulia". Bagi pembaca yang bermaksud memperluas dan memperjelas
kajian riwayat-riwayat tersebut, kami persilakan merujuk kitab yang telah ditunjukkan
tersebut.

Pada kesempatan ini, saya hanya akan menyebutkan satu riwayat mengenai
peristiwa tersebut, yaitu riwayat dari Ummu Al-Mukminin, Siti Aisyah r.a. yang
menyebutkan, "Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terkena sihir. Beliau diduga
oleh yang lain melakukan sesuatu, padahal tidak melakukannya. Terbayangkan padanya
bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mendatangi ahli (istri)-nya padahal beliau tidak
mendatangi mereka. Beliau bersabda padaku—kata Aisyah r.a., "Wahai Aisyah, aku telah
memohon fatwa kepada Tuhanku, lalu Dia memfatwakan kepadaku, Jibril a.s.
mendatangiku dekat kepalaku, sedang Mikail a.s. datang dan duduk dekat kakiku. Yang
duduk dekat kepalaku berkata, "Ia terkena sihir (mathbub ay mashur)."

Tambahan

Dalam hadits tersebut terdapat kata mathbub yang berarti mashur (tersihir).
Selanjutnya, hadits tersebut menyebutkan bahwa Malaikat Mikail yang ada dekat kakiku
bertanya, "Wa man thabbabahu (siapakah yang menyihirnya)?" Malaikat Jibril yang ada
dekat kepadaku menjawab, "Lubayd bin Al A`sham."

Kemudian malak yang ada pada kakiku bertanya lagi, "Pada benda apakah
menyihirnya?" Malak yang ada pada kepalaku menjawab, "Pada sebatang sisir dan rambut
yang jatuh ketika disisir (musyatah) di sumur Dzarwan di bawah tembok yang mengelilingi
sumur." Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengutus Imam Ali r.a. — semoga
Allah memuliakan wajahnya—dan Zaid bin Tsabit r.a. Mereka mengeluarkan sihir itu dari
sumur, seakan-akan airnya inai (pacar merah), dan pohon kurma (yang ada di tempat itu)
seakan-akan kepala setan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Mulailah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membuka (melepas) ikatan-ikatan


sihir. Setiap beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melepas satu ikatan, beliau membaca satu
ayat dari Al-Mu awwidzatayn (Al-Falaq dan An-Nas). Sampai akhirnya beliau merasakan
adanya keringanan pada badannya. Begitu selesai melepas semua ikatan, selesai pulalah
pembacaan ayat-ayat Alquran-nya, seakan-akan beliau lepas dari ikatan.
Hal. | 28
Hal.
Ulasan Mengenai Hadits Tersebut

1. Dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sayyidina Jibril a.s. menggunakan


kata mathbub dan tidak menggunakan kata mashur (tersihir). Padahal kata mashur itu
banyak digunakan dalam Alquran Al-Karim. Kata mathbub sendiri diambil sebagai isim
maful dari kata thabba yang berarti alaja atau dawa (mengobati). Jadi, yuthabbibu artinya
yu aliju atau yudawy, "mengobati". Dan thatib ialah mu’alij atau mudawy, "dokter yang
mengobati". Maksud penggunaan kata tersebut (mathbub) untuk menegaskan bahwa
ada sihir yang dapat digunakan untuk mengobati (bi-anna min as-sihr al-'ilaj). Atau, yang
paling jelas, bahwa sihir dapat diobati. Bahkan, bukan hal yang mustahil dan tidak sulit
bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk melenyapkan atau menghilangkan segala rasa sakit
dan bekas sihir apa pun dari orang yang terkena sihir.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa ilmu mushthalah al-hadits adalah
salah satu ilmu yang, demi kemajuan ilmu tersebut, Allah telah menakdirkan dan memilih
beberapa ulama terkenal, termasuk dari kalangan fuqaha dan huffazh (penghafal dan
pakar hadits) yang giat mengkaji dan meneliti ilmu tersebut. Hal itu terjadi sejak terjadinya
pengkodifikasian ilmu hadits tersebut sampai zaman sekarang (1416 H). Para fuqaha
(ulama) atau ahli ilmu hadits telah meletakkan ushul (pokok-pokok) dan berbagai kaidah,
kelengkapan, dan syarat-syarat untuk menerima hadits, men-tash-hih (mensahih)-kannya,
men-dha if-kannya, menyatakan ke-maudhu an-nya, atau meng-hasan-kannya. Hal ini
sejalan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sesungguhnya Kami menurunkan Al-
Dzikr (Alquran), dan sesungguhnya Kami akan menjaganya (QS. Al-Hijr 15:9).

Fuqaha (ulama) yang arif dan bijaksana, serta ikhlas dan selalu sadar merasa
tenang (thuma`ninah) untuk menerima dan memperjuangkan segala kaidah dan ushul
(pokok-pokok) ilmu mushthalah hadits. Bahkan mereka merasa bahagia karena Allah telah
mengaruniai mereka menguasai ilmu mushthalah hadits tersebut. Dengan pikiran dan
pemahamannya serta logikanya, mereka juga selalu bersedia berjuang untuk kepentingan
ilmu mushthalah hadits tersebut.

Alhamdulillah, tak ada satu abad (qarn) pun yang kosong dari ulama mujahid yang
ahli dalam ilmu hadits. Dan, alhamdulillah pula, saya tidak pernah mendengar atau
membaca bahwa salah seorang dari ulama atau fuqaha ilmu mushthalah hadits itu
mencela atau men-dha if-kan hadits mengenai tersihirnya Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sementara yang menolak hadits tersebut hanyalah dari segelintir umat Islam,
yaitu dari kalangan filosof, atau lebih tepatnya, dari kalangan teolog (ulama ilmu kalam).
Mereka menolak hadits tersebut bukan karena disandarkan kepada ushul atau kaidah-
kaidah ilmu mushthalah hadits, tetapi karena mereka mempunyai pemahaman yang
khusus mengenai ayat Alquran yang mengisyaratkan 'ishmah atau keterpeliharaan
Hal. | 29 Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Hal ini sebagaimana diisyaratkan firman Allah
Hal.
Subhanahu wa Ta'ala dalam surah Al-Maidah 67, Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Jika kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahkan
itu, berarti) kamu tidak menyampaikan risalah-Nya (amanat-Nya). Allah memelihara kamu
dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir.

Anehnya, sebagian umat Islam memahami bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala


memelihara dan menjaga serta melindungi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
itu dengan perlindungan yang sempurna, menyeluruh, dan langgeng. Padahal, apa pun
hikmah di belakangnya, telah disaksikan banyak umat Islam, bahwa perjalanan hidup Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak sunyi dari berbagai peristiwa dan kejadian
yang memperlihatkan bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah diganggu oleh
sebagian manusia jahil.

Bukankah wajah dan pelipis Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah
terluka? Bahkan Ubay bin Khalaf—semoga laknat Allah selalu menyertainya—pernah
datang dengan gagah berani mencela Nabi dan meletakkan mantra pada kepala beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mulia. Dan lebih jahat lagi, Ubay bin Khalaf yang
terkutuk itu juga berani meletakkan kakinya pada leher Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam ketika beliau sujud kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Yang lebih jelas dari itu semua, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pun pernah diberi lengan domba yang telah dicampuri racun. Ketika Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah mulai menggigitnya sedikit, maka terasalah
oleh mulut Nabi rasa pahit, atau tidak enaknya racun tersebut. Kemudian, dengan 'ishmah
atau penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala lengan domba itu berkata, "Janganlah engkau
memakan sedikit pun dariku wahai Rasulullah, aku telah dicampuri racun."

Jika keterpeliharaan (`ishmah) Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallamitu


lengkap, meliputi segala hal, dan langgeng, lalu bagaimanakah kita menafsirkan kejadian
dan peristiwa yang pernah terjadi pada diri Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
itu? Bahkan hadits-hadits yang disepakati ahli hadits pun tidak melupakan untuk
mengungkapkannya?

Sungguh, yang benar adalah bahwa kejadian atau peristiwa yang menimpa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang ma`shum (terjaga) itu mengandung hikmah
yang tinggi sekali. Beliau terkena bahaya dari kaumnya, lalu terlihatlah bagaimana beliau
menyikapi musibah semacam itu. Terlihatlah bahwa Nabi yang agung itu tidak

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

menggerutu dan tidak pernah putus asa, Bahkan beliau selalu tabah dan sabar. Beliau
selalu menegaskan, "Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu merahmati, mengasihi, dan
menyayangi saudaraku, Musa a.s. yang telah diberi cobaan (bencana) yang lebih banyak
tetapi selalu bersabar."

Hal. | 30
Hal. Hikmah dari kejadian dan peristiwa yang menimpa diri Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam itu untuk menegaskan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam betul-betul contoh teladan bagi umatnya dalam menghadapi cobaan, bahaya, dan
finah dan orang lain. Dan, memang tidak disangkal lagi, bahwa para pengikut Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sejak dahulu ketika beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam masih ada, kemudian pada zaman para sahabat yang puluhan tahun, sampai
sekarang, bahkan sampai kiamat nanti, terus-menerus mendapatkan bencana, cobaan,
dan ujian. Tetapi mereka, dan mungkin kita, alhamdulillah, selalu bersabar dan tabah
dalam menghadapi itu semua. Mereka bahkan mengatakan (seperti difirmankan Allah
Subhanahu wa Ta'ala), Sungguh telah terdapat - bagi kamu sekalian —pada (diri) Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu teladan (contoh) yang baik bagi orang yang mengharapkan
(keridaan) Allah dan (kesenangan) di hari akhir, serta selalu berzikir (mengingat) kepada
Allah—dengan zikir—yang banyak (QS. A1-Ahzab 33:21).

Jika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terjaga secara sempurna dan
menyeluruh serta langgeng, maka boleh jadi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
itu mempunyai sifat-sifat sempurna dan suci, bersih dan sifat-sifat kekurangan. Dan
karena itu, orang yang mengatakan demikian berarti telah terjerumus ke dalam semacam
perbuatan syirik, menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sedang yang dimaksud 'ishmah atau keterpeliharaan dan keterjagaan Nabi


Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu menguatkan haqiqat Quraniyyah, kebenaran
Qurani, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menjaga diri Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam dengan penjagaan yang lengkap, sempurna, dan menyeluruh serta langgeng itu
dalam kaitannya dengan tabligh ar-risalah, yakni menyampaikan amanat Allah Subhanahu
wa Ta'ala kepada makhluk-Nya. Dengan kata lain, 'ishmah dan Allah Subhanahu wa Ta'ala
itu diberikan demi kelangsungan risalah dan demi keselamatan Rasulullah dalam rangka
menyampaikan risalah atau amanat Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ketika tabligh atau penyampaian risalah dan amanat dan Allah Subhanahu wa
Ta'ala itu dilakukan dengan akal pikiran dan logika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, maka 'ishmah atau penjagaan dan Allah Subhanahu wa Ta'ala mencakup risalah,
akal pikiran, dan logika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Itu berarti, bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan perlindungan dan penjagaan-Nya kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallamkhususnya pada akal pikirannya, juga pada syariat
(ajaran) yang dibawanya.

Karena kita mengetahui hal yang benar itu dan kitab-kitab Sunnah (hadits), maka
mencela dan menonaktifkan hadits yang sahih dan tsabit (kuat), yang kebenarannya

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

diyakini oleh kebanyakan ulama merupakan dosa yang sangat besar. Oleh karena itu,
untuk memahami hadits atau Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
diperlukan akal pikiran yang cerdas, sederhana, bijaksana, adil, serta ikhlas, dengan
memohon petunjuk dan Allah Subhanahu wa Ta'ala agar kita dapat memahami hadits
tersebut secara benar sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
Hal. | 31 Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Hal.

Ayat-ayat dan surah An-Najm juga perlu direnungkan oleh kita dalam rangka
memahami 'ishmah atau keterpeliharaan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Allah berfirman, Demi bintang ketika terbenam; kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan
tidak pula keliru; dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat, yang memunyai akal yang sangat cerdas,
dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupanya yang asli, sedang dia berada di ufuk yang
tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada
Muhammad) sejarak dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi) (QS. An-Najm 53:1-9).

Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah, dalam ayat tersebut, bahwa Dia menjaga
dan melindungi akal Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan kesesatan.
Sebagaimana Diajuga telah menjaga amal perbuatan Nabi-Nya dan perbuatan-perbuatan
yang salah (ghiwayah). Allah Subhanahu wa Ta'ala pun telah menjaga lidah (lisan) Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan memperkatakan sesuatu—mengenai urusan
agama—dengan mengikuti keinginan hawa nafsu dirinya atau hawa nafsu orang lain.
Semua yang dikatakannya, seperti diisyaratkan ayat Alquran tersebut, merupakan wahyu
yang diterimanya dan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam judul khusus Proses tembusnya sihir pada badan manusia, jiwanya, akalnya,
dan hatinya, serta ruh manusia yang terkena sihir", akan diterangkan bagian badan Nabi
yang terkena sihir. Saya juga memohon hidayah dan petunjuk dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala agar mampu memahami, menerangkan sejelas-jelasnya, dan menemukan jawaban
yang benar dan menenangkan kita semua, insya Allah Ta 'ala.

Sesungguhnya musuh-musuh Islam, baik dari pengikutnya sendiri, atau apalagi dari
yang bukan pemeluknya, baik dengan penuh kesengajaan, maupun karena kebodohan,
selalu berusaha untuk menjauhkan umat Islam dan Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Cara yang ditempuh mereka antara lain dengan menyusupkan keraguan
terhadap kitab-kitab Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Mereka selalu
melancarkan perjuangan untuk menjerumuskan umat Islam ke dalam jurang syirik
(menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala) dan meragukan ajaran-Nya. Menurut mereka,
umat Islam tidak mungkin dapat melakukan ibadah dengan benar tanpa merujuk kepada
kitab-kitab Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang tepercaya.
Sebagaimana telah kita ketahui, Alquran Al-Karim hanya mencakup ushul (pokok-pokok)
dan hal-hal global (kuliyyat, garis besar) mengenai akidah (keyakinan), mu'amalah, dan
ibadah. Alquran tidak menerangkan ajaran Islam secara rinci. Semua penjelasan rinci

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

hanya terdapat dalam sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang
shahihah dan tsabitah (kuat). Bahkan, untuk kepentingan itu, Alquran sendiri telah
menegaskan betapa pentingnya sunnah Nabi. Oleh karena itu, mereka memasukkan
keraguan-keraguan terhadap kitab Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Hal. | 32 Perhatikanlah ayat-ayat Alquran berikut ini:


Hal.

Siapa yang menaati Rasul (Nabi Muhammad), maka sungguh dia telah menaati Allah
(QS. An-Nisa' 4:80).

Apa saja yang dibawa Rasul kepadamu, maka ambillah. Dan apa saja yang dia larang
darimu, maka hentikanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah itu
sangat pedih siksa-Nya (QS. Al-Hasyr 59:7).

Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur di antara


kamu dengan berlindung (kepada kawan-kawannya), maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau azab yang pedih (QS. An-Nur
24:63).

Atas dasar itu, maka sebetulnya celaan dan penolakan sebagian orang bahkan dan
kalangan umat Islam terhadap hadits apa pun yang terdapat pada kitab-kitab Sunnah
yang mu'tamadah (tepercaya) tanpa mengikuti kaidah-kaidah ushul, dan syarat-syarat
yang ditetapkan dalam ilmu mushthalah hadits, perbuatan semacam itu dinilai dosa besar.

Proses Tembusnya Sihir kepada Badan, Jiwa, Akal, Hati, dan Ruh Orang yang Terkena
Sihir

Berikut ini penulis akan menjelaskan bagaimana cara (proses) tembusnya sihir
kepada akal (manusia) yang terkena sihir.

Dengan kehendak dan permohonan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala, penulis akan
mulai membahas masalah yang cukup unik ini. Semoga Allah memberikan petunjuk dan
taufik kepada Al-Faqir, saya yang sangat memerlukan limpahan rahmat Allah yang Qadir
"Mahakuasa". Tetapi sebelum itu, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai
peran, fungsi, dan tugas akal manusia.

1. Akal dapat melahirkan dinamo penggerak yang lazim untuk kehidupan dan
berfungsi menggerakkan badan; di samping berfungsi untuk mengambil
kesimpulan atau konklusi, berpikir, mengingat, mengurus (me-manage),
mengkhayal (mencari inspirasi), menggambarkan (mendeskripsi),
menghidupkan, dan menggiatkan semua alat-alat tubuh.

2. Akal dapat memberi makan (feeding) kepada semua alat perlengkapan badan
yang bermacam-macam dengan mengalirkan sejumlah aliran listrik (dinamo

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

penggerak) yang menghubungkan otak dengan semua alat perlengkapan tubuh,


bahkan termasuk semua rambut.

3. Akal dapat membuat semua alat perlengkapan tubuh bekerja dengan tenang,
teratur, dan berkelanjutan, serta tenus-menerus selama ada mukh atau otak—
Hal. | 33
Hal. dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Akal juga berfungsi untuk memproduksi,
menghasilkan, dan mengalirkan sejumlah aliran listrik (potensi hidup) yang pokok
serta menghubungkan kekuatan tersebut ke seluruh anggota tubuh untuk
kepentingan hidup, untuk pcnyiapan potensi hidup, dan menggerakkan serta
menggiatkan semua anggota tubuh. Jika terjadi kekurangan dalam pengaliran
anus listrik tersebut, pada anggota tubuh yang mana pun, pasti melahirkan
kekacauan, misalnya kejang, sawan, atau epilepsi. Apalagi, jika ada anggota
tubuh atau kelengkapan tubuh yang tidak teraliri aliran listrik sama sekali, atau
kadarnya tidak memenuhi kebutuhan, atau aliran listriknya melebihi kapasitas,
maka hal itu dapat menimbulkan kekacauan dan ketidakseimbangan.

Jika aliran listrik (potensi kehidupan) tidak sampai sama sekali kepada salah satu
anggota tubuh atau alat kelengkapan tubuh, maka anggota tubuh tersebut akan terkena
penyakit pembekuan, atau yang lebih dikenal dengan penyakit lumpuh. Anggota tubuh
atau alat kelengkapan tubuh tersebut telantar (khadzal). Secara praktis, anggota tubuh
tersebut tidak dapat secara total melaksanakan tugasnya sebagaimana mestinya.

Jika kahrabiyyah (aliran listrik yang menjadi daya kekuatan tubuh) itu sampai
kepada anggota tubuh yang mana pun, dalam ukurannya yang paling minim dan tidak
sesuai dengan kebutuhan, maka anggota tubuh tersebut akan terkena penyakit
kelemahan yang parsial (sebagian) dalam waktu sementara (temporal). Dengan demikian,
anggota tubuh tersebut tidak dapat melaksanakan fungsinya untuk memberikan
kekuatan pada tubuh. Jika ternyata anggota tubuh yang terkena penyakit sebagian
(parsial) seperti itu adalah kedua betis, atau kedua kaki (bagian bawah atau qadam), maka
keduanya akan kehilangan kemampuan untuk mengemban tubuh. Tentu saja orang yang
bersangkutan tidak dapat beijalan.

Orang yang mempunyai penyakit lumpuh semacam ini, kedua kakinya tidak dapat
lagi membawa (mengemban) badan. Dia terpaksa bergantung atau bersandar pada
anggota tubuh lainnya. Dia tidak dapat berjalan sebagaimana biasanya untuk sementara.
Bahkan ada yang tidak dapat berdiri sama sekali. Seperti halnya kedua betis dan kedua
kaki bagian bawah, demikianlah keadaan kedua hasta (lengan), kedua tangan, dan jari-
jemari. Jika aliran listrik (daya kekuatan tubuh) yang didapatnya hanya sedikit dan tidak
memenuhi kebutuhannya, maka ia tidak akan dapat menjalankan tugasnya. Kadang -
kadang orang yang mempunyai penyakit demikian, tidak dapat membawa barang yang
sangat ringan sekalipun. Tidak sedikit ada yang tidak mampu mengangkat kedua
tangannya sendiri.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Demikian pula halnya dengan lidah dan kalam (alat bicara). Lidah atau alat bicara
yang tidak mendapatkan potensi hidup (aliran listrik) yang memadai, akan sangat sulit
digunakan untuk berbicara, bahkan ada yang tidak dapat digunakan berbicarasama sekali.
Dengan demikian, lidah atau lisan orang tersebut tidak lagi mampu menerangkan
perasaan dan keinginannya.
Hal. | 34
Hal.
Sebagaimana halnya lidah, demikian pula keadaan telinga dan mata. Jika aliran
listrik (potensi hidup) yang dialirkan dan mukh (otak) ke mata tidak memadai, maka pasti
seseorang akan sulit melihat. Mungkin juga dia dapat melihat tetapi dengan jarak yang
dekat sekali. Dia tidak dapat membedakan secara persis siapa, atau apa, atau warna apa
yang dilihatnya itu. Bahkan mungkin dia akan menjadi buta.

Sama seperti alat kelengkapan tubuh yang vital, anggota tubuh pelengkap pun
tidak akan berfungsi sebagaimana mestinya jika aliran listrik atau potensi hidup hanya
sampai sedikit sekali dan jauh dan yang dibutuhkan. Sebagai contoh lain, jika aliran listrik
yang dialirkan otak kepada anggota tubuh yang berfungsi melahirkan keturunan, alat
produksi laki-laki, umpamanya, sangat minim, apalagi tidak ada sama sekali, bahkan tidak
sampai ke kulit dan qadhib atau zakarnya, maka hilanglah potensi hidup dan anggota
tubuh yang vital itu. Dengan demikian, alat itu tidak akan bergerak dan tidak
bersemangat, bahkan tidak dapat tegak (menegang). Dan ..., yang tidak dapat menggauli.

Jika kadar aliran listrik (potensi hidup) yang dialirkan otak ke alat produksi laki-laki,
kulit, dan zakarnya hanya sedikit, yakni tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, atau darah
mengalir kepada anggota tubuh tersebut dengan kadar yang minim sekali, maka alat
produksi tersebut mungkin bergerak, menegang, dan hidup, tetapi lemah. Dan kondisi
bagusnya hanya kuat sebentar saja, berbeda dengan kondisi ketika dia sedang sehat.

Sebaliknya, jika suplai kahrabiyyah (aliran listrik atau potensi hidup yang vital) itu
melebihi kapasitas, maka anggota tubuh atau alat kelengkapan hidup akan terkena
penyakit yang disebut al-shar'u "ayan/sawan atau epilepsi". Semua anggota tubuh akan
terkena penyakit ayan atau sawan (epilepsi) secara utuh dan total (keseluruhan). Jika
aliran listrik yang melebihi kadar itu mengalir dan otak ke segenap anggota tubuh.
Akibatnya, semua anggota tubuh mengeras seperti kayu, gemetar, membeku, kejang-
kejang, mulut berbuih, kedua mata mengeras, dan kesadaran orang ter sebut hilang secara
total. Tetapi, jika Allah yang Mahakuasa berkenan memberikan karunia-Nya kepada orang
miskin dan celaka seperti itu, dia akan kembali sadar dan pulih seperti biasa secara
berangsur-angsur.

Akan tetapi, kadang-kadang kadar aliran listrik (kahrabiyyah) yang berlebihan itu
hanya menimpa salah satu atau beberapa anggota tubuh yang vital. Dengan demikian,
anggota tubuh tersebut akan mengeras dan mengejang, misalnya salah satu betis atau
keduanya, salah satu lengan (hasta) atau keduanya secara bersamaan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Sesungguhnya yang merasa takut kepada


Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (QS. Fathir 35:28).

Atas dasar itulah, maka wajib bagi setiap insan, khususnya para ulama (sarjana)
yang ahli dalam masalah otak dan urat syaraf untuk bersujud kepada Allah Subhanahu wa
Hal. | 35 Ta'ala demi memuliakan dan mengagungkan-Nya, di samping sebagai tanda khudhu'—
Hal.
merendahkan diri di hadapan-Nya—dan khusyu' atau tunduk kepada-Nya. Sujud juga
wajib dilakukan oleh mereka demi menyatakan pengakuan dan ikrar atas keagungan
ciptaan Allah itu otak dan urat-urat syaraf pada manusia.

Bagaimanapun, otak manusia itu merupakan satu alam besar dan agung. Sungguh
benar yang dikatakan oleh sarjana logika elektronik, "Jika kita akan membuat akal yang
berfungsi seperti akal manusia dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, maka kita
memerlukan area seluas daratan bumi yang menyamai globe dunia atau seperti bumi
yang bulat."

Sesungguhnya, akal atau otak manusia terbagi atas beberapa bagian dan wilayah
(daerah). Setiap bagian (potongan) dan setiap wilayah (daerah) mempunyai batasan,
tanda, - dan tugas khusus. Jika Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Mahaluas karunia-Nya
berkenan menyelamatkan otak atau akal tersebut; maka bagian-bagian otak dan akal itu
akan berfungsi secara baik, dan dalam keselamatan dan keamanan. Dengan demikian,
manusia yang memiliki otak seperti itu akan hidup senang dan bahagia.

Adapun jika salah satu bagian atau salah satu elemen otak atau akal itu ada yang
terkena musibah, maka orang tersebut akan kehilangan kehidupannya yang normal. Itu
baru ditinjau dari salah satu fungsi atau tugas otak atau akal. Padahal, seperti telah
dimaklumi, bahwa di antara tugas akal atau otak itu ialah istiqbal al-ma`lumat, 'menerima
hal-hal yang telah diketahui", lalu menyimpannya, kemudian melepaskan atau
mengeluarkannya jika diperlukan.

Pekerjaan menerima hal-hal yang telah diketahui, menyimpannya, dan melepaskan


atau mengeluarkannya itu berbeda secara total dengan memproduksi dan mengalirkan
kahrabiyyah (potensi hidup) yang pokok dan pendistribusiannya untuk kepentingan
kehidupan fisik atau anggota tubuh manusia, supaya bergerak dan hidup. Kadang-kadang,
bagian otak yang mempunyai tugas khusus untuk melakukan tugas tersebut sehat dan
tidak cacat. Sementara bagian otak lainnya yang bertugas untuk menerima informasi dan
menyimpan, serta mengeluarkannya lagi jika perlu, boleh jadi tidak ada at au tidak
berfungsi sama sekali. Itulah yang disebut dan dikenal dengan at-takhalluf al aqly al-kully
ad-da'im "kemunduran (kebekuan) akal secara total dan berkepanjangan ".

Kadang-kadang bagian otak yang bertugas untuk menerima informasi,


menyimpan, dan menyebarkannya itu tidak sehat secara keseluruhan, juga tidak lenyap
secara total. Maka kondisi otak atau akal semacam ini disebut at-takhalluf al aqly
"ketertinggalan atau kelemahan otak" atau dhu’f al aql ath-thari'ghayr adda'im

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

"
kelemahan otak mendadak yang tidak langgeng". Tandanya, bahwa orang yang
mempunyai kondisi otak atau akal semacam itu kadang-kadang menerima informasi,
menyimpannya, dan menyampaikannya lagi dengan cara/metode kemampuan yang
lemah, bagus, atau sederhana saja.

Hal. | 36
Hal. Ada juga kondisi lain, yakni ketika manusia yang mempunyai kondisi otak seperti
itu selamanya mempunyai sifat yang sangat lemah atau lamban dalam menerima
informasi, menyimpannya, dan menyampaikannya lagi. Dan itu sebagai akibat logis dari
kelemahan kemampuannya dalam menggunakan otak atau berpikir.

Sementara itu, ada juga manusia yang terkena musibah dua macam keadaan pada
otaknya. Yakni, bagian otak yang memproduksi tenaga listrik atau potensi hidup, serta
mengalirkan dan menghubungkannya dengan anggota tubuh yang lain terkena penyakit.
Pada saat yang sama pun, penyakit itu mengenai bagian otak lain yang berfungsi untuk
menerima informasi, menyimpannya, dan mengeluarkannya lagi. Keadaan otak semacam
ini, dapat terlihat pada sebagian anggota fisik manusia, seperti pada kaki, tangan, lidah,
atau mungkin juga mata, yaitu keadaannya tidak normal seperti biasa. Kadang-kadang,
orang tersebut pun pada saat yang sama terkena penyakit pada bagian otak yang khusus
untuk menerima informasi, menyimpannya, dan menyebarkannya lagi.

Seperti yang diyakini oleh setiap Muslim yang benar dan adil, serta jujur, bahwa
Allah Subhanahu wa Ta'ala pasti melindungi, menjaga, dan memelihara akal atau otak
Nabi-Nya, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada bagian otak yang
khusus untuk menerima informasi, menyimpannya, dan menyebarluaskannya lagi. Juga
diyakini oleh kebanyakan umat Islam yang mengerti, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
pasti selalu menjaga, memelihara, dan melindungi otak atau akal Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang khusus untuk memproduksi (melahirkan) tenaga listrik,
mengalirkannya, dan menyambungkan serta mendistribusikannya ke semua anggota
tubuh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mulia itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala pun selalu menjaga dan memelihara serta melindungi
akal Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mempunyai fungsi atau tugas
khusus, yakni berpikir, mengingat (menghafal), mengatur (me-manage), mengambil
konklusi atau kesimpulan, menggambarkan (mendeskripsi), mengkhayal (mencari
inspirasi atau merenung), kecuali masalah kelupaan. Mengenai lupanya Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala lewat firman-
Nya,
“Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu
duduk beserta orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-
An'am 6:68).

Dalam surah Yusuf ayat 42 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

“Maka setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya.
Karena itu, tetaplah ia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS. Yusuf 12:42).

Dalam surah Al-Kahfi ayat 63 juga disebutkan, ... dan tidak ada yang melupakan
aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan
Hal. | 37 cara yang aneh sekali.
Hal.

Rasulullah, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga pernah lupa


mengenai rakaat shalat, sehingga beliau ditanya oleh seorang sahabatnya yang dikenal
dengan dzu al-yadain "mempunyai dua tangan", "Apakah engkau mengqashar shalat
wahai Rasulullah atau engkau lupa? "

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai sayyid al-awwalin wa al-akhirin,


pemimpin yang dipertuan oleh segenap makhluk terdahulu sampai yang terkemudian,
sesuai dengan beberapa riwayat dan bahkan ditunjukkan oleh Alquran, memang pernah
mengalami lupa seperti halnya manusia biasa. Demikian pula para rasul lainnya. Nabi
Adam a.s. umpamanya, beliau pernah lupa seperti diisyaratkan Alquran, Dan
sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka dia lupa (akan perintah
itu), maka Kami tidak mendapatkan padanya kemauan kuat (QS. Thaha 20:115).

Hal yang serupa dengan lupa adalah al-waswasah (was-was atau keraguan). Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul
pun, dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila dia mempunyai suatu keinginan, maka
setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, maka Allah pun meng-
hilangkan apa yang dimasukkan oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Allah
Maha Mengetahui dan Mahabijaksana (QS. Al-Hajj 22:52).

Pada surah Thaha 20:120, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Kemudian setan
membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, "Hai Adam, maukah saya tunjukkan
kepadamu pohon Khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa."

Pada surah Yunus: 94, Allah menegaskan, Maka jika kamu (Muhammad) berada
dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah orang-
orang yang membaca kitab sebelum kamu.

Ketika ayat Alquran Al-Karim tersebut turun kepada Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam , maka beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Aku tidak
meragukan apa yang diturunkan kepadaku dan aku tidak akan bertanya kepada orang-
orang yang membaca kitab sebelum aku.'

Menurut Ibn Abbas r.a., tak seorang pun yang selamat dan keraguan dan bisikan
setan (syak dan waswasah). Kemudian Ibn Abbas membaca ayat Alquran surah Yunus
tersebut dan surah Al-Isra' 17:73-75 yaitu, Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan
kamu dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

bohong terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi
sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)-mu, niscaya kamu hampir-
hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi demikian, benar-benanlah Kami akan
rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini, dan begitu (pula) siksaan sesudah
mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami.
Hal. | 38
Hal.
Untuk membahayakan manusia, setan-setan itu mempunyai banyak wasilah—
perantara dan alat—yang tidak lepas dan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala di antaranya:

1. Godaan setan itu dipusatkan pada otak. Dengan izin Allah, meski Dia tidak
menghendaki, setan-setan itu memasukkan ikhtilal fi at-tafkir, yaitu kelemahan
dan kekacauan dalam berpikir, dalam mendapatkan informasi, dan
mengeluarkannya lagi. Sihir semacam itu disebut sihir habil (hibill), yaitu untuk
memperdaya atau menipu, sihir khubal, yaitu untuk mengacaukan pikiran
manusia sampai gila, dan sihir 'abath, yaitu untuk memfitnah (menimpakan
bencana). Dengan sihir semacam itu, orang yang terkena sihir akan kehilangan
kemampuan mengingat, berpikir, mengatur, mengambil konklusi atau
kesimpulan, ber-tasawwur (mendeskripsi), dan berkhayal (merenung). Jadi,
sihir habil, sihir khubal, dan sihir 'abath berpusat pada otak manusia.

2. Dengan izin Allah tetapi tanpa kehendak-Nya, setan memusatkan godaan dan
gangguan terhadap manusia pada otak yang berfungsi untuk menghasilkan
kahrabiyyah (tenaga listrik sebagai potensi hidup manusia), mengalirkannya,
dan mendistribusikannya ke semua anggota tubuh dan alat kelengkapan
tubuhnya. Karena gangguan dan godaan setan melalui jalur tersebut, maka
seseorang akan mengalami epilepsi (sawan/ayan) secara total (pada seluruh
tubuh) atau mungkin hanya mengenai sebagian (satu atau lebih) anggota tubuh
saja.

Jadi, pada sihir dua macam yang telah disebutkan itu, setan memusatkan
godaan dan gangguannya pada otak manusia. Tetapi, dengan karunia dan
rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia menjaga, memelihara, dan melindungi
akal atau otak Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sehingga otaknya
tidak terganggu oleh sihir tersebut.

3. Wasilah atau perantaraan yang ketiga yang digunakan setan dalam menggoda
dan mengganggu manusia adalah dengan menjauhi secara total otak manusia,
tetapi dia memusatkan gangguan dan godaannya itu pada salah satu alat tubuh.
Seperti pada mata, telinga, tangan, kaki, atau pada alat produksi laki-laki,
khususnya zakarnya, atau pada prostatnya, atau pada buah pelir.

Dalam hal ini setan menghalangi sampainya kahrabiyyah (tenaga listrik atau
potensi hidup) yang dialirkan dari otak ke semua anggota tubuh dan alat-alat
kelengkapan tubuh lainnya yang menjadi pusat gangguannya terhadap manusia.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal itu seperti pembiusan yang dilakukan oleh dokter gigi pada gigi geraham yang
akan dicabut. Itulah yang disebut pembiusan sebagian dan pembiusan total. Dokter gigi
menyuntik tempat (gigi) yang akan dioperasinya. Pembiusan yang dilakukan setan juga
adalah pemutusan hubungan tenaga atau daya antara tempat (anggota tubuh) yang
Hal. | 39 dibius dengan otak atau akal supaya hilang daya rasa dan daya hubung anggota tubuh
Hal.
tersebut dengan otak atau akal.

Demikian pula pembiusan yang dilakukan oleh dokter sebelum operasi penyucian
bayi laki-laki atau perempuan. Pembiusan semacam mi dipusatkan pada anggota tubuh
yang dibius dan bukan pada otak atau akal secara total, yang mengakibatkan pembiusan
total. Untuk melancarkan gangguan dan godaan serta sihirnya dalam kondisi seperti in i,
setan seperti pembius berpusat dan bercokol pada sebagian anggota tubuh dan bukan
pada otak. Sihir seperti itulah yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam.

Demikian pula seperti racun yang mengenai diri Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam seperti yang dikenakan oleh orang Yahudi. Jika saja Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu diberi penjagaan ('ishmah) oleb Allah Subhanahu wa Ta'ala
secara sempurna, mencakup, dan langgeng, maka lengan domba yang disuguhkan
kepadanya pasti akan berbicara justru sebelum beliau memakannya, dan bukan setelah
mulai memakan sebagiannya.

Tetapi, bagaimanapun, harus diyakini oleh setiap Muslim bahwa Allah Subhanahu
wa Ta'ala melindungi, menjaga, dan memelihara Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, kekasih-Nya, dari kegilaan dan pembunuhan. Adapun musibah atau cobaan yang
menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berupa perlakuan keji dan kotor,
kedengkian, dan dendam kesumat yang dilancarkan oleh orang-orang kafir, musyrik, dan
orang-orang durjana lainnya, maka yang demikian hanya merupakan sunnah Allah
Subhanahu wa Ta'ala untuk mengujinya. Sebagaimana hal itu pun berlaku untuk para nabi
dan rasul a.s. sebelumnya.

Sihir dan Ahli Sihir

Sihir, seperti yang telah disebutkan di muka, adalah sesuatu yang aneh dan ajaib
yang tidak dikenal oleh kebanyakan manusia. Ia menampakkan keistimewaan atau
keluarbiasaan, seperti halnya mukjizat untuk para nabi dan rasul, keramat (karomah)
untuk para wali atau orang-orang saleh, dan seperti al-mahanah (kerendahan/kehinaan),
yaitu keistimewaan dan keanehan yang dimiliki manusia (makhluk) jahat.

Lengkapnya, sihir itu ialah perkataan, perbuatan, mantra, jampi-jampi, azimat, dan
yang serupa dengan itu, yang dilakukan oleh tukang sihir dan kalangan manusia. Hati
tukang sihir tidak mengenal kesucian dan kelembutan. Wajahnya pun tidak ceria dan
riang. Tabiatnya sangat jelek dan jahat, karena tidak mengenal kasih dan sayang. Etika

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

atau suluknya tidak mengenal kecintaan. Tukang sihir dan kalangan manusia sangat kotor
dan najis. Akidahnya sesat dan batinnya pun rusak dan kotor. Pakaian, badan, dan
tempatnya penuh dengan kotoran dan segala yang bau.

Tukang sihir dan kalangan manusia, demikian juga dan kalangan jin, sudah pasti
Hal. | 40 kafir dan mengingkari eksistensi Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan kekafiran yang terang-
Hal.
terangan dan jelas sekali.

Mereka berani mengutuk Zat Allah, mencela Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam bahkan berani menulis sebagian ayat Alquran dengan darah haid manusia, dengan
air kencing babi, atau dengan air mani hasil perzinaan, dan tinta-tinta najis lainnya.

Demikian pula, begitu jahatnya, mereka berani menginjak-injak mushhaf, bahkan


membuang air kecil dan membuang air besar pada mush-haf Alquran. Semoga laknat atau
kutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang sebanyak-banyaknya pada mereka dan untuk
selama-Iamanya. Itulah garis besar perbuatan keji dan kotor yang dilakukan oleh tukang
sihir dan bangsa manusia. Mereka juga tentu saja menyembah kepada selain Allah, seperti
bersujud kepada matahari, atau bintang-gemintang lainnya, kepada berhala, patung-
patung, hewan, manusia, dan lain-lainnya.

Semua persembahan itu dilakukan oleh tukang sihir dan kalangan manusia demi
kecintaan, keridhaan, kesenangan, dan penghambaannya serta buktinya kepada setan
sebagai tukang sihir dan kalangan jin. Tukang sihir dari jin itu disebut al-ghul, raksasa'.
Mereka selalu menaati dan mengikuti perintah dari tukang sihir manusia. Oleh karenanya,
para tukang sihir dan kalangan jin itu saling menolong dan saling membantu dalam rangka
menaati dan mengikuti kehendak tukang sihir dari kalangan manusia untuk menimpakan
bahaya, bencana, dan mudharat kepada orang yang menjadi sasarannya (al-mashur).

Di antara setan-setan itu ada yang disebut khadim as-sihr, 'pelayan sihir', atau
disebut juga talqihah atau maqthu', yakni petugas khusus yang bertugas untuk
menimpakan kejahatan dan bahaya kepada manusia. Mereka, para khadam atau pelayan
sihir itu, menjadi pesuruh dan tukang sihir dan bangsa manusia.

Tukang sihir dari bangsa jin adalah setan yang jahat, nakal, najis, kotor, tukang
tipu, dan sangat hina. Dia tidak mendapat segudang gelar kejahatan semacam itu kecuali
jika telah lama melakukan operasinya. Yakni, telah melakukan pelatihan panjang dan
dalam tempo yang lama sekali. Operasinya adalah menjerumuskan manusia kejurang
kesesatan, kemusyrikan, kekafiran, dan kemunafikan.

Dalam menjalankan operasinya, tukang sihir dan kalangan manus ia dan jin selalu
menggunakan kata-kata atau ungkapan yang mereka baca dan mereka tulis. Di samping
itu, mereka ajuga menggunakan isyarat (kode dan sandi), gerakan-gerakan, sukun-sukun
(sikap diam) yang mereka ekspresikan atau mereka ungkapkan sesuai dengan tujuannya.
Tentu saja hal itu dalam rangka menjerumuskan manusia ke jurang kejahatan dan bahaya,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

kemusyrikan, kekufuran, dan kemunafikan, di samping menimpakan bahaya dan


mudharat atau bencana kepada yang menjadi sasarannya.

Jika tukang sihir dari kalangan manusia berbicara, kata-katanya tidak diarahkan,
bahkan tidak dipahami oleh orang lain yang ada di sekitarnya. Dia sebetulnya berbicara
Hal. | 41 dengan kawan-kawan atau sekutunya dan bangsa jin. Jadi, yang benar, dia tidak berbicara
Hal.
sendirian. Dia berbicara dengan kawannya dan kalangan setan atau jin. Semua manusia
yang hadir di hadapan tukang sihir itu sama sekali tidak dapat memahami maksud kata-
kata atau semua ungkapannya. Demikian pula gerakan wajah, isyarat, pandangan,
diamnya, atau raut mukanya yang begitu cepat berubah, dan senang ke sedih, dan ceria
ke duka.

Dapat pula dikatakan, bahwa para ahli sihir itu mempunyai bahasa, atau sebut saja,
isyarat dan sandi-sandi yang hanya diketahui oleh mereka sendiri. Sedang selain tukang
sihir tidak dapat menangkap maksud yang dikatakannya atau diisyaratkannya, baik
sebagian apalagi secara keseluruhan. Tetapi yang jelas, apa yang mereka katakan,
gerakkan, lakukan, atau isyaratkan itu adalah pengagungan, pemuliaan, penyucian,
bahkan penghambaan terhadap tukang sihir dan kalangan jin.

Seperti yang telah diketahui bersama, agar setan mau berkhidmat dan tunduk
kepada segala keinginan dan cita-cita manusia (tukang sihirnya), maka tukang sihir dan
kalangan manusia itu harus menyembah hanya kepada setan dan tidak boleh menyembah
Ar-Rahman (Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang). Hal mi termasuk haqiqat
Quraniah, apa yang diungkapkan dan diisyaratkan oleh Alquran Al-Karim.

Dalam surah Al-Baqarah, umpamanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Allah


Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dan kegelapan (kekafiran)
menuju cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya (iman) menuju kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu
adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah:257).

Dalam surah Al-A'raf, Allah Subhanahu wa Ta'ala memfirmankan, Sesungguhnya


mereka menjadikan setan-setan (sebagai) pelindung mereka selain Allah, dan mereka
mengira bahwa mereka mendapat petunjuk (QS. Al-A'raf 7:30).

Perhatikan penjelasan berikut ini.

Manusia menundukkan setan, tetapi setan memperbudak manusia. Jadi, lawan


dan taskhir (menundukkan setan) adalah isti'bad (memperbudak manusia). Sedang al-
aqsam adalah jamak dan qasam yang berarti yamin atau halaf (sumpah). Tukang sihir dan
kalangan manusia bersumpah dengan raja-raja, orang tua/ bapak-bapak, dan kakek-kakek
setan yang jahat dari bangsa jin. Hal itu dilakukan oleh tukang sihir dari kalangan manusia
demi mengagungkan, memuliakan, dan menyucikan tukang sihir dari bangsa jin. Di

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

samping sebagai tanda kasih sayang dan tanda taqarrub - untuk mendekatkan diri kepada
mereka.

Mungkin juga itu adalah peribadatan atau persembahan tukang sihir dan kalangan
manusia terhadap tukang sihir dari bangsa jin (setan). Thalasim adalah jamak dan thalsam,
Hal. | 42 yakni ungkapan-ungkapan yang digunakan oleh tukang sihir dari kalangan manusia
Hal.
dengan tukang sihir dari kalangan jin. Ungkapan-ungkapan seperti itu hanya dikenal di
kalangan mereka sendiri. Tak seorang manusia pun mengetahui dan memahaminya.
Ungkapan tersebut bisa juga disebut mantra-mantra. Kandungan pokoknya adalah
persembahan kepada tukang sihir dari bangsa jin dan kekufuran atau pengingkaran
terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Yang lebih jahat, lebih kafir, lebih durjana, dan lehih jelek adalah thalsam
muthalsam (mantra yang paling top). Sementara, yang disebut 'aza'im adalah jamak dan
'azimah. Ia adalah kumpulan kata-kata yang dibaca atau ditulis dan perbuatan-perbuatan
yang disampaikan dari tukang sihir manusia kepada tukang sihir bangsa jin. Kemudian
tukang sihir dari bangsa manusia itu menuntut agar tukang sihir dari kalangan bangsa jin
melaksanakan segala keinginan dan tujuannya dalam rangka menimpakan bahaya dan
bencana kepada orang yang menjadi sasarannya (almashur).

Al-’azdim (azimat-azimat atau mantra-mantra) itu merupakan peribadatan dan doa


yang bermacam-macam. Ada yang dilakukan dan dikatakan oleh tukang sihir dari
kalangan manusia sambil berdiri dengan penuh kerendahan dan kehinaan di hadapan
tukang sihir dari kalangan jin. Ada juga yang dilakukannya ketika dia sedang ruku' atau
sujud sambil telanjang. Atau dia melakukannya sambil menyepi (bertapa) di tempat najis
dan kotor yang sunyi. Kadang-kadang disertai penyalaan kemenyan, yang disebut bukhur
al-’afarit atau kemenyan jin ifrit yang cerdas dan sangat bau busuk itu.

Kemudian mereka meletakkan barang apa saja, seperti sepatu atau kaki kuda.
Apabila barang itu diletakkan pada orang yang dinyalakan, maka akan tercium bau busuk
sekali. Hal itu akan disukai oleh setan-setan yang memang kesukaannya adalah bau-bauan
yang tidak sedap atau yang busuk. Berbeda dengan malaikat yang menyukai bau-bauan
yang semerbak wangi. Dengan demikian, ’azaim itu merupakan upacara ritual yang penuh
dengan kata-kata dan perbuatan serta keadaan tertentu yang dilakukan sebagai
persembahan dari tukang sihir dari kalangan manusia kepada tukang sihir dari kalangan
jin.

Berikut ini akan penulis kemukakan perbedaan antara mukjizat karamat (keramat),
mahanah, dan sihir.

Mukjizat adalah perbuatan luar biasa (istimewa), di mana semua makhluk, baik
perorangan atau secara berkelompok, tidak akan mampu melakukannya. Setelah terbukti
secara kuat, bahwa semua makhluk—jin, manusia, malaikat, hewan, dan binatang apa
pun—tidak dapat melakukan dan membuat seperti mukjizat tersebut, maka wajib diyakini

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dan diakui bahwa mukjizat hanyalah karya Al-Khaliq Sang Maha Pencipta, Allah Rabb al-
'alamin.

Menurut sebagian ulama, mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa yang melebihi
kemampuan manusia semuanya, meskipun mereka itu dari kalangan rasul atau nabi.
Hal. | 43 Mukjizat tersebut diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada sebagian hamba-
Hal.
Nya yang mempunyai akhlak mulia, etika yang bagus, dan kelebihan lainnya, yang
memperkuat pengakuannya bahwa dia adalah seorang rasul utusan Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Mukjizat tersebut semakin tampak keluarbiasaannya ketika ternyata tak ada
seorang manusia pun yang menandinginya, meski mereka diberi kesempatan untuk mem -
buktikan yang sepertinya.

Jika mukjizat tersebut tampak ada pada seseorang, maka hal itu akan
membuktikan bahwa dia benar-benar rasul yang bertugas untuk menyampaikan risalah
(amanat) dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Selanjutnya, setiap orang harus membenarkan
dan mengimaninya, dan mengikuti segala ajakannya. Karena, pengakuan kerasulannya
disandarkan kepada mukjizatnya. Jika Allah Subhanahu wa Ta'ala menampakkan mukjizat
tersebut kepada seorang rasul, maka seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
Benarlah hamba-Ku pada apa yang disampaikannya dari-Ku, maka percayailah ia. Karena
manusia tanpa izin Allah—tidak akan dapat mendatangkan atau melakukan seperti mukjizat
yang diberikan kepadanya. Aku memperlihatkan hal itu (mukjizat) hanya untuk menguatkan
orang yang telah Aku pilih untuk menyampaikan risalah dari-Ku."

Tentunya sangat mustahil jika Allah memberikan mukjizat itu kepada seorang
pembohong, karena menguatkan atau mengakui seorang pembohong berarti bohong.
Dan itu sangat mustahil bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Seorang rasul dapat disepertikan dengan seorang utusan raja yang diamanati
untuk melakukan sesuatu. Ketika orang-orang yang menyaksikan utusan raja tersebut
meragukannya, maka raja mengirim surat kepada mereka dilengkapi dengan cap dan
tanda tangannya sendiri. Dalam surat tersebut, raja menegaskan bahwa orang yang
menjadi utusannya itu betul-betul utusannya kepada mereka. Dia diutus untuk suatu
urusan tertentu. Dan mereka harus mengikuti dan menaatinya dalam segala yang
ditetapkan dan dibebankan kepada mereka melalui perantaraan atau perintahnya.

Jadi jelaslah, bahwa mukjizat itu di atas kemampuan manusia dan ia tidak akan
didapat atau dicapai oleh manusia biasa jika tidak dengan izin Allah, hanya dengan
mempelajari ilmu-ilmu tertentu atau mempraktikkan cara-cara tertentu. Mukjizat hanya-
lah pemberian dan karunia dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sementara sihir adalah lawan dan mukjizat. Ia hanya merupakan pekerjaan atau
karya manusia yang mempunyai kaidah-kaidah tertentu, kelengkapan-kelengkapan, asal-
usul, dan rahasia tertentu pula. Siapa yang mempelajarinya sampai sukses, maka dia pasti
menjadi tukang sihir.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Dengan kata lain, sihir itu merupakan hasil dan pelatihan atau praktik perbuatan
dan suluk (riyadhah) tertentu yang ditetapkan oleh tukang sihir sebagai sang guru.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Maka Musa melemparkan tongkatnya, yang


tiba-tiba ular itu menjadi ular yang nyata. Dan dia menarik tangannya (dan dalam bajunya),
Hal. | 44 maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang yang melihatnya (QS. Asy-Syu'ara
Hal.
26:32-33).

Saya perlu menegaskan kembali, bahwa mukjizat itu bukan ciptaan Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Mukjizat hanyalah ciptaan, kreasi, dan pengaturan Allah yang
Mahamulia dan Mahatinggi. Mukjizat hanya merupakan penguat bagi setiap nabi yang
sejalan dengan kondisi umatnya. Pada masa kenabian Nabi Musa a.s., umpamanya,
banyak menyebar sihir. Maka mukjizat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
kepadanya adalah suatu mukjizat berupa tongkat untuk menghancurkan dan
mengalahkan para ahli sihir dan orang-orang jahat. Mukjizat tersebut juga terlihat
melebihi kemampuan ahli-ahli sihir tersebut, bahkan di atas kemampuan semua manusia.

Sementara mukjizat Nabi Isa a.s. adalah menyembuhkan orang yang buta dan yang
mempunyai penyakit kusta, menghidupkan orang-orang yang telah maiti, dan
memberitahukan kaumnya tentang apa yang mereka makan dan mereka simpan di
rumahnya. Mukjizat yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu cocok dengan kondisi di
zaman itu, yakni majunya bidang kedokteran dan banyaknya para dokter terkenal. Dan
terbukti, apa yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. itu sangat mencengangkan karena melebihi
kemampuan manusia yang ahli dalam kedokteran pada masa itu, bahkan pada masa-masa
sekarang pun.

Betapa hebat dan mencengangkan apa yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. itu, sebab
apa yang dilakukannya itu ternyata tidak melalui cara-cara yang lazim dilakukan oleh para
dokter. Dia mengobati umatnya tanpa operasi bedah dan tanpa menggunakan alat-alat
seperti yang biasa dipergunakan oleh para dokter. Sementara itu, para dokter ternyata
tidak mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati. Mereka juga tidak mampu
mengobati orang-orang buta. Al-Akmah adalah orang yang sejak kelahirannya telah buta.
Dia berhasil disembuhkan oleb Nabi Isa a.s. Sedang Al-Abrash, yang juga disembuhkan
oleh Nabi Isa as., adalah orang yang kulitnya terkena penyakit putih tiba-tiba (bukan putih
kulit yang biasa) yang kadang-kadang ada yang sampai menjadi penyakit judzam (penyakit
kusta/lepra). Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala melindungi kita dari penyakit semacam
itu. Nabi isa a.s. mengobati orang-orang yang sakit itu hanya dengan mengusapkan
tangannya disertai doa permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa
menggunakan obat atau alat-alat lainnya seperti yang digunakan oleh para dokter.

Adapun mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang terhesar


adalah mukjizat yang sarat dengan kandungan ilmu pengetahuan (ilmiah). Karena, masa
yang dilaluinya adalab masa di mana ilmu pengetahuan telah mulai memperlihatkan
kemajuannya. Dan ciri yang paling menonjol dari kemajuan ilmu pengetahuan ketika itu

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

adalah bidang kesusastraan. Kefasihan dan kebalaghahan dalam bahasa Arab dan ilmu
pengetahuan telah memperlihatkan hasil yang menandakan adanya suatu gerakan ilmiah
yang meliputi perkembangan pemikiran dan kemampuan manusia.

Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memperkuat kenabian dan kerasulan Nabi


Hal. | 45 Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu dengan mukjizat terbesarnya berupa Alquran
Hal.
Al-Karim. Kitab yang Mahamulia ini tidak diragukan lagi sarat dengan ilmu pengetahuan
dalam berbagai bidang, syariat atau hukum, kefasihan dan kebalaghahan (ketinggian nilai
sastranya), sumber-sumber akhlak dan etika yang tinggi. Semuanya itu imerupakan
masalah-masalah yang tidak terjangkau oleh kemampuan manusia. Dengan mukjizat
terbesar yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi yang ummy (buta
huruf), Allah menggariskan silabus akhlak dan etika perilaku manusia dalam lapang an
akidah, ilmu, adab (kebudayaan dan peradaban), dan lain-lainnya. Berikut ini
penjelasannya secara rinci.

Alquran Al-Azhim adalah kitabullah—kitab dari Allah—Tuhan sekalian alam yang


dibawa oleh Jibril Al-Amin a.s. kepada hati Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
dengan kata-katanya yang berbahasa Arab. Alquran diturunkan Allah kepada Nabi
Muhammad untuk disampaikan kepada segenap umat manusia seperti apa yang
diterimanya dari Jibril a.s. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hanya bertugas untuk me-
nyampaikan apa adanya dengan teksnya yang asli seperti yang diterimanya dari Jibril a.s.
Sedang penjelasan maksud dan kandungannya oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam sendiri disebut hadits atau sunnah (jika berhubungan dengan masalah hukum),
yaitu berupa perkataan, perbuatan serta ketetapannya. Perhatikan ayatayat berikut ini:

“Dan Kami turunkan kepadamu Alquran (Adz-Dzikr) supaya kamu jelaskan kepada
segenap manusia apa yang diturunkan kepada mereka.” (QS. An-Nahl 16:44).

Dari ayat itu, jelaslah bahwa bukan kemampuan Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dan orang-orang lain dari kalangan sastrawan kenamaan untuk membuat
dan mendatangkan yang seperti Alquran itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Sesungguhnya, jika manusia dan jin ber-
kumpul untuk membuat yang serupa dengan Alquran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain.” (QS. Al-Isra' 17:88).

Alquran harus diakui sebagai mukjizat karena berbagai keunggulan


(kemukjizatan)-nya. Dia menjadi mukjizat karena susunannya yang menarik dan
mengagumkan, serta gaya bahasanya yang bagus dan indah. Setiap surah dari surah-
surah Alquran itu mempunyai susunan dan gaya bahasa tersendiri yang berbeda dengan
yang lainnya, sejak awal sampai akhirnya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Alquran mengandung hidayah dan petunjuk sampai hidayah dan petunjuk yang
paling tinggi. Ia mengandung daya tarik yang kuat terhadap hati dan ruh manusia.
Syariat yang dikandungnya cocok untuk segala zaman dan tempat. Kandungannya
meliputi segala kebutuhan hidup manusia dan menjawab segala tantangannya. Bahkan,
begitu lengkap dan sempurnanya Alquran, Ibn Abbas r.a. sampai berkata, "Jika ada `iqal,
Hal. | 46 "igal"—ikat kepalayang hilang dariku, pasti aku akan mendapatkannya dalam Alquran. "
Hal.
Maksud Ibn Abbas r.a., jika dia hilang ikal atau barang lainnya, dia akan menemukan
hukumnya di dalam Alquran karena Alquran mengandung hukum segala sesuatu, meski
secara global, yang kemudian dirinci oleh hadits/Sunnah Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam.

Alquran menjadi mukjizat juga karena mengandung suluk atau etika secara global
dan akhlak atau moralitas yang cerdas dan suci. Suluk dan akhlak yang dikandung
Alquran sangat berpengaruh dalam rangka menghiasi pribadi Muslim dan menjernihkan
serta mengharumkan hati dan ruhnya. Kemukjizatan atau keistimewaan dan keunggulan
Alquran juga dibuktikan atau ditandai dengan kandungannya terhadap ilmu pengetahuan
alam dan eksakta (`ulum kawniyyah), meski dengan isyarat yang ringkas dan tidak
menjelaskannya secara rinci.

Dengan kondisi seperti itu, maka umat Islam yang telah masuk Islam di awal
kedatangannya tidak terlalu disibukkan dengan urusan-urusan ilmu pengetahuan tersebut
dan melalaikan urusan-urusan agamanya. Atau, mereka meragukan kebenaran Islam, jika
mereka menemukan sains dan teknologi yang diisyaratkan Alquran tetapi ternyata akal
pikirannya belum mampu memahami dan menjangkaunya. Dan ketika akidah atau
keimanannya telah suci dan kuat, jiwa mereka pun telah suci bersih dengan mengenal
dan mengamalkan kaidah-kaidah (pokokpokok) ajaran Islam, syariat dan adab-adabnya.
Ajarannya pun telah meresap ke dalam kalbu dan ruh mereka, sehingga mereka akan
dapat mengambil konklusi atau kesimpulan dari apa yang diisyaratkan oleh Alquran
berupa kandungan ilmu pengetahuannya, termasuk ilmu kauni atau ilmu pengetahuan
alam dengan aman dan selamat dari penyimpangan agama Islam.

Kemukjizatan dan ketinggian Alquran juga ditandai dengan kandungannya


terhadap berita-berita umat terdahu1u dan pemberitaan mengenai hal-hal gaib yang
akan terjadi, yang sebagiannya telah terjadi untuk membenarkan apa yang dikan-
dungnya. Sementara hal itu pun akan terjadi lagi pada masa-masa yang akan datang.
Alquran semakin terlihat kemuliaan dan ketinggian nilainya ketika membatalkan atau
mengharamkan penyembahan terhadap berhala dan mengajak untuk mengakui satu-
satunya agama yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Di samping itu, Alquran juga
mengajak hati manusia untuk memperhatikan kehidupan akhirat, supaya bersiap-siap
menghadapi hisab atau penghitungan (amal perbuatan). Alquran pun mengajak manusia
untuk menyucikan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan segala sifat yang tidak baik dan tidak
layak bagi-Nya, seperti Dia memiliki istri dan anak.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Jika saja Alquran itu dibawa oleh seorang nabi yang mampu membaca dan
menulis, bergaul dengan ulama ahli kitab, membahas dan mendiskusikan berbagai
masalah dan mendebat mereka, maka hal itu pasti merupakan satu tanda kebenaran
kenabiannya. Dan ketika pertemuannya dengan para ulama ahli kitab itu menyebabkan
dirinya ditolak, maka itu berarti dia telah melebihi kemampuan para sarjana sains,
Hal. | 47 termasuk peradaban dan kebudayaan, serta teknologi. Bahkan, dia telah melampaui garis -
Hal.
garis atau peraturan-peraturan serta hukum-hukum yang ditetapkan dalam kitab-kitab
samawi yang terdahulu.

Dia membetulkan apa yang diselewengkan oleh para ahli kitab terhadap kitab-
kitabnya. Dia pun menafikan atau meniadakan segala apa yang tidak layak bagi Allah dan
para rasul-Nya, yakni berbagai sifat kekurangan atau sifat-sifat yang jelek, yang biasanya
hanya menjadi sifat dan karakter manusia dan makhluk lainnya. Hal itu misalnya
pengakuan ahli kitab Taurat yang menyebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
bertengkar (bergulat) dengan Israel. Hampir saja, akunya, Israel itu mengalahkan-Nya.
Tetapi kemudian Allah memukulnya pada paha-Nya.

Ada pula ahli kitab yang menuduh bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala pernah
menyesal, menangis, dan bermusyawarah dengan para hukama (filosof), dan lain-
lainnya yang termasuk kebohongan-kebohongan kitab perjanjian lama dan Talmud serta
kitab-kitab lainnya. Semua kitab yang telah diselewengkan oleh ulamanya tersebut
menempatkan Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti makhluk-Nya atau seperti manusia.
Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala Mahaluhur dan Mahasuci dan apa yang mereka
sifatkan pada-Nya. Benarlah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Tak ada sesuatu pun
yang seperti-Nya. Dia adalah Yang Maha Mendengar dan Mengetahui (QS. Asy-Syu'ara 26:11).

Jika Alquran Al-Karim itu dibawa atau diemban oleh seorang nabi yang tidak
pandai membaca dan menulis, dia pun tidak pernah mengenal duduk-duduk atau bergaul
dengan ulama ahli kitab, maka hal itu menunjukkan bahwa dia seorang nabi yang betul-
betul sangat kuat dan luar biasa.

Dalam kaitan itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan kamu tidak pernah
membaca sebelumnya (Alquran) sesuatu kitab pun, dan kamu tidak pernah menulis satu
kitab dengan tangan kananmu; andaikata kamu pernah (membaca dan menulis), maka
benar-benar ragulah orang-orang yang mengingkarimu). (QS. Al-'Ankabut 29:48).

Jadi, ke-ummi-an atau ketidakpandaian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam


dalam hal membaca dan menulis itu menjadi dalil atau bukti nyata bahwa Alquran Al-
Karim itu hanyalah dan sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pandai membaca dan menulis, apalagi telah diketahui belajar dan bergaul dengan
para ulama ahli kitab, maka hal itu justru akan menjadi sumber keraguan bagi umat
manusia yang mengingkari dan tidak menerimanya. Mereka mungkin saja
berargumentasi, bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah membaca kitab-kitab
samawi lalu mengarang dan menyusun apa yang dikandung kitab-kitab tersebut sehingga

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

menjadi (suatu ringkasan), yaitu Alquran. Dia lalu mengarangnya dengan kefasihan dan
kebalaghahannya.

Tentu saja apa yang mereka akukan dan mereka katakan itu batil belaka. Karena,
bagaimanapun, penciptaan Alquran tidak dapat dilakukan oleh (kemampuan) manusia,
Hal. | 48 baik secara kolektif, apalagi secara berpencaran atau sendiri-sendiri, baik mereka itu
Hal.
sebagai kelompok terpelajar (sastrawan) apalagi jika hanya orang-orang bodoh atau buta
huruf. Dan yang jelas, Alquran sejak dahulu sampai hari kiamat pun tetap menantang
umat manusia untuk membuat satu surah saja yang sepertinya. Ternyata, meski telah
berlalu lebih dan seribu empat ratus tahun, belum pernah ada yang dapat menjawab
tantangan tersebut. Dan memang tak ada seorang pun yang mampu menjawab atau
membuktikannya sampai hari kiamat.

Saya sungguh merasa kagum dengan apa yang dikatakan Seseorang,


sesungguhnya jika Alquran itu ditemukan tertulis dalam suatu mushaf di suatu padang
lapang oleh seseorang yang pandai membacanya, dan dia tidak mengetahui siapakah
yang mendatangkan mushaf tersebut (ke sana), maka dapat dipastikan bahwa itu
hanyalah dari sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebab tak ada kemampuan manusia untuk
mendatangkan atau membuat yang seperti itu. Lalu bagaimana jika Alquran itu dibawa
oleh orang yang paling jujur di antara semua makhluk. Dia pun menegaskan bah wa
Alquran itu sungguh-sungguh dan sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bukan dan dirinya
sendiri. Yang demikian saja mestinya cukup bagi kita, segenap manusia, bahwa Alquran
itu mengandung i’jaz, keunggulan dan keistimewaan yang tiada taranya.

Karamah, Barakah, dan Tabarruk

Untuk mengenal sihir lebih jauh, perlu kita bandingkan sihir dengan karamah
(keramat), barakah, dan tabarruk.

Al-karamah merupakan isim (kata benda) dan fi'il (kata kerja) karuma —ra'-nya di-
dhammah-kan. Sedang jamak dan karamah ialah karamat. Makna karamah ialah kemuliaan
yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya berupa berbagai
pemberian, karunia, rahmat, dan yang sepertinya.

Sedang karamah yang bersifat umum adalah kemuliaan atau karunia yang
diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada anak Adam. Sebagaimana diisyaratkan oleh
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala Dan sungguh Kami telah memuliakan anak-anak Adam
dan Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dan yang baik -
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan (QS. Al-Isra' 17:70).

Pada ayat/surah lain difirmankan, “Sungguh Kami telah menciptakan manusia pada
bentuknya yang paling mulia/bagus .”(QS. At-Tin 95:4).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sedangkan karamah (kemuliaan) yang khusus, yang merupakan karamah yang


paling utama, adalah kemuliaan atau keutamaan yang diberikan Allah Subhanahu wa
Ta'ala kepada sebagian hamba-Nya. Hal itu dapat berupa hidayah yang menunjuk mereka
untuk menjadi Mukmin, dan memberinya taufik, yaitu kemampuan untuk beramal dan
untuk menaati Allah dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
Hal. | 49 larangan-Nya. Jiwa yang istiqamah (tegak) dalam mempertahankan keimanan dan
Hal.
ketaatan ini merupakan keramat atau karamah yang paling agung.

Imam Bukhani rahimahullah ta'ala dalam kitab Ar-Raqa'iq bab Tawadhu'


menyebutkan hadits dan Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Siapa yang menyakiti (mengganggu) wali-
Ku, maka Aku permaklumkan perang padanya. Tidaklah hamba-Ku ber-taqarrub -
mendekatkan diri — kepada-Ku (yang lebih baik) daripada melaksanakan apa yang aku
fardukan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus ber-taqarrub kepada Aku
dengan melaksanakan yang sunat-sunat - nawafil - kecuali Aku akan mencintainya. Dan jika
Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dia mendengar dengan
(alat) pendengaran itu; (Aku menjadi) penglihatannya yang dengan itu dia melihat; (Aku
menjadi) tangannya yang dengannya dia memukul, dan (Aku pun menjadi) kaki-Nya, yang
dengannya dia berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, pasti Aku memberinya. Jika dia
memohon perlindungan dari-Ku, pasti Aku melindunginya. Dan tidaklah Aku ragu-ragu
untuk melakukan sesuatu seperti keragu-raguan-Ku untuk (mencabut) jiwa (ruh) hamba-Ku
yang Mukmin yang tidak menyukai kematian, sedang Aku tidak suka menyakitinya — meski
(kematian) harus dia jalani.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang mencintai


seseorang/sesuatu karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah,
mencegah/melarang karena Allah, menikah karena Allah, dan menundukkan lidahnya
dalam ber-zikrullah — mengingat Allah, maka sungguh dia telah melengkapi unsur-
unsur keimanan. Dan dengan demikian dia berhak mendapatkan wilayah kewalian atau
perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala." Sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam dalam hadits lain, "Siapa yang senang dengan kebaikannya dan menasa sakit
dengan dosanya, maka sungguh dia telah sempurna keimanannya (melengkapi unsur-
unsur keimanan).'

Jadi, orang-orang yang telah melengkapi rukun-rukun keimanan, syarat-syaratnya,


kandungannya, dan cabang-cabangnya, mereka adalah ahli karamah dan takrim, pemilik
kemuliaan/keramat. Mereka adalah as-sabiqun as-sabiqun "para pemenang perlombaan".
Mereka itulah yang telah mencapai martabat kewalian yang paling tinggi, karena dengan
istiqamah-nya mereka mudah dikenal. Mereka juga mudah dikenal karena doa dan
permohonannya selalu diijabah oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jika mereka bersumpah
atas nama Allah, pasti dengan berkah doanya Allah akan memperlihatkan pada tangan-
tangan mereka berbagai hal yang luar biasa. Seperti memperbanyak (sesuatu) yang
sedikit, menyembuhkan yang sakit, mendapatkan yang hilang, selamat dan bahaya,
bencana, kehancuran dan kecelakaan-kecelakaan lain.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Jadi, keramat atau karamah, "kemuliaan", itu seperti mukjizat karena keduanya
sama-sama luar biasa. Hanya mukjizat disertai penantangan dan pengakuan kenabian.
Dan ciri itu merupakan kebalikan (tidak ada pada) keramat/karamah.

Hal. | 50
Hal. Tetapi yang jelas, mukjizat dan karamah diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala
Karamah. adalah karunia dan pemberian dan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada seorang
wali. Sehingga, saya tegaskan bahwa karamah itu ciptaan atau pemberian dan karunia
dan Allah, bukan ciptaan seorang wali. Dan, yang jelas, keramat atau ka'ramah itu dicapai
oleh seorang wali sebagai berkah dan ketaatannya mengikuti sunnah Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Berikut saya berikan contoh-contoh keramat atau kemuliaan dan keistimewaan


beberapa wali, hamba-hamba Allah yang sangat bertakwa.

Seorang sahabat yang mulia dan agung, Usaid bin Hudhair pernah membaca
Alquran. Dia melihat di rumahnya ada suatu naungan (bayangan) yang padanya terdapat
semacam lampu-lampu bercahaya terang. Dia memberitahukan hal itu kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Lalu beliau memberitahukannya bahwa itu
adalah malaikat. Mereka turun karena Usaid bin Hudhair membaca Alquran dengan ikhlas.

'Imran bin Hushain, seorang sahabat mulia dan agung, pernah disalami (dijabat
tangannya) oleh sejumlah malaikat.

Salman Al-Farisy dan Abu Ad-Darda' r.a. pernah makan pada suatu piring. Mereka
mendengar tasbih dari piring itu dan makanan yang ada padanya.

Imam Bukhari - rahimahullah ta'ala- meriwayatkan bahwa kedua sahabat agung,


Usaid bin Hudhair dan Ubbad bin Basyar r.a. pernah keluar dan rumah Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada suatu malam yang sangat gelap. Lalu mereka disinari
oleh cahaya seperti ujung cemeti.

Mengenai keramat seorang wali dalam hal memperbanyak makanan yang sedikit,
pernah terjadi pada seorang sahabat mulia dan agung, kepercayaan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. Sebagaimana diriwayatkan kisahnya
oleh kedua Syaikh Al-Hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim—rahimahumallah ta’ala,
bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. pernah pulang ke rumahnya dengan membawa tiga
orang tamu. Ketika itu beliau tidak mempunyai makanan kecuali sedikit sisa makan. Tetapi
ternyata sisa makanan itu menjadi lebih banyak. Maka ketiga tamu itu memakannya
sampai kenyang. Bahkan mereka masih menyisakan makanan itu lebih banyak daripada
sebelumnya. Sisa makanan itu diangkat dan dibawa ke hadapan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Kemudian datanglah serombongan orang, dan mereka pun memakan
makanan tersebut sampai kenyang.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Seorang sahabat lainnya, Khabib bin 'Udy pernah ditawan oleh orang-orang
musyrik di Makkah yang dimuliakan dan diagungkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ternyata ada yang membawa anggur kepadanya untuk dia makan. Padahal ketika itudi
Makkah tidak ada anggur.

Hal. | 51
Hal. Setiap Zakariya memasuki mihrab untuk menemui Siti Maryam r.a., putri Imran, dia
selalu mendapatkan rezeki padanya. Zakariya, yang ditugasi untuk mencarikan dan
membawakan makanan bagi Siti Maryam r.a., suka menemukan buah-buahan musim
dingin pada musim panas di tempat itu. Dia juga suka menemukan buah-buahan hasil
panen musim panas di tempat Siti Maryam pada musim dingin. Tentu saja Nabi Zakaria
a.s. merasa kagum dan heran ketika menyaksikan hal demikian. Lalu dia bertanya, "Dari
mana kamu mendapatkan makanan ini?" Siti Maryam menjawab, "Makanan itu dan sisi
(pemberian) Allah Subhanahu wa Ta'ala"

Peristiwa lain yang mengherankan adalah bayi-bayi yang telah berbicara ketika
masih dalam buaian. Bayi-bayi itu adalah Nabi Isa a.s. putra Maryam, putra Masyithah binti
Fir'aun yang berkata kepada ibunya, Tetaplah dan jangan mundur. Sesungguhnya engkau
ada dalam kebenaran."Juga bayi yang menjadi saksi atas perlakuan Zulaikha kepada Nabi
Yusuf a.s., dan seorang bayi (anak penggembala) yang menjadi sahabat Imam Juraij —
rahimahullah ta 'ala.

Perbandingan Antara Mukasyafah Khairah Malaikiyyah dengan Mukasyafah Syirrirah


Syaithaniyyah

Berikut ini penulis akan mengemukakan penjelasan lewat perbandingan


(komparasi) antara mukasyafah (terbuka hijab) yang baik sebagai hasil bimbingan
malaikat dengan mukasyafah (mengetahui sebagian hal gaib) yang jahat hasil petunjuk
setan.

Cara-cara setan untuk memperdaya dan mengganggu manusia itu dilakukan lewat
isyarat dan ungkapan kata-kata. Kadang-kadang juga dengan khayalan gambar (konkret).
Hal itu dapat terjadi, tentunya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala meski Dia tidak
menghendakinya, sebagai ujian dan cohaan. Jika setan menggunakan alat perangkapnya
dengan kedua cara sekaligus, yakni mengganggu lewat perkataan dan pengkhayalan
bentuk (gambar), maka itulah yang disehut mukasyafah, syaithaniyyah lewat istiraq al--
sama` dan istijla' al-bashar (mencuri atau mengintip pendengaran dan mengelabui
penglihatan). Atau disebut juga al jala' al-sam`iy (manusia mendengar sesuatu tanpa
melihat siapa yang mengatakannya) dan al jala' al-bashary (manusia melihat sesuatu yang
bukan sebenarnya).

Di samping mukasyafah syirrirah syaithaniyyah tersebut, terdapat pula mukasyafah


khairah malaikiyyah, yaitu dapat mengetahui dan menyaksikan hal gaib dan aneh yang
baik sebagai hasil bimbingan dan isyarat malaikat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Mukasyafah yang kedua ini hanya diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada para wali-

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Nya, sebab para malaikat yang suka bertugas untuk memberikan ilham dan ifham
(pemahaman sesuatu) itu mengilhamkan (menunjukkan lewat hati) kepada hamba-
hamba Allah yang saleh lewat suara/perkataan atau dengan menggunakan bentuk. Atau,
kadang-kadang juga dengan perantaraan kedua cara tersebut. Hal itu bisa terjadi, baik
ketika tidur, maupun ketika jaga. Cara-cara pemberian ilham kepada hamba-hamba Allah
Hal. | 52 disesuaikan dengan derajat (maqam) hamba tersebut. Jika derajatnya atau maqam-nya
Hal.
semakin tinggi dan meningkat, maka Allah akan selalu menambah kualitas dan kuantitas
karunia, keramat, dan pemberian-Nya kepada hamba-Nya itu. Itulah keramat atau
karamah kemuliaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada para aulia wali-wali-
Nya.

Sedangkan kelebihan yang ada pada wali-wali setan adalah segala hal yang
diperlihatkan untuk menghinakan mereka atau disebut al-mahanah (kehinaan). Berikut
penjelasan mengenai almandnah tersebut.

Al-Mahanah seperti juga mukjizat dan keramat dalam hal keluarbiasaannya. Ia


adalah sesuatu yang luar biasa yang dijadikan Allah sebagai cobaan dan ujian bagi wali
(dari kalangan setan). Dengan keluarbiasaan tersebut, Allah menghinakan setan dan
walinya, menjatuhkannya, dan merendahkannya di hadapan manusia, supaya mereka
menjauhi dan menghinakannya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Adapun manusia, apabila Tuhannya


mengujinya lalu dimuliakannya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, "Tuhanku
telah memuliakanku. " Adapun bila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya,
maka dia berkata, "Tuhanku menghinakanku." Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya
kamu tidak memuliakan anak yatim (QS. Al-Fajr 89:15-17).

Dalam surah Al-Hajj, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Dan siapa yang
dihinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya” (QS. Al-Hajj 22:18).

Ayat Alquran yang dicantumkan dalam surah Al-Hajj: 18 itu mengungkapkan


karamah dan mahanah sekaligus.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri pernah berdoa, Allahumma akrimna


Wala tuhinna. A'thina wa-la tahrimna, wa zidna wa-la tunqishna, wa atsirna wala
tu'atstsir 'alaina, "Ya Allah, muliakanlah kami dan jangan Engkau hinakan kami. Berilah
kami karunia dan rahmat-Mu, dan janganlah Engkau menelantarkan kami (tidak diberi
apa-apa). Tambahkanlah kepada kami segala pemberian-Mu dan jangan kurangi kami
darinya. Dahulukanlah kami dalam pemberian karunia dan rahmat-Mu dan janganlah
Engkau mendahulukan yang lain atas kami."

Dalam hal keistimewaan dan keluarbiasaan, al-mahanah itu seperti mukjizat dan
keramat atau karamah. Al-mahanah itu dijadikan oleh Allah dan diberikan kepada setiap

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

orang jahat, durjana, fasik (durhaka), dan kafir. Allah membuka atau menampakkan
rahasia dan tabirnya, sehingga dia menjadi terhina dan rendah sekali.
Beberapa contoh al-mahanah dan al-ihanah :

1. Pada masa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masih hidup, ada orang
Hal. | 53
Hal. gila yang fasik dan fajir (durhaka dan jahat). Dia dikenal dengan nama
Musailamah Al-Kadzdzab (pendusta alias pembohong). Dia mengaku sebagai
nabi. Maka Allah menghinakan dan merendahkannya. Suatu ketika dia didatangi
oleh para pengikutnya. Mereka mengatakan kepadanya, "Sesungguhnya
Muhammad dan beberapa sahahabatnya turun menuju suatu sumur yang airnya
sangat asin dan pahit. Lalu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
meludahi air sumur tersebut dengan megucapkan Bismillah, sehingga air itu-
dengan izin dan kehendak Allah - menjadi tawar dan segar, padahal sebelumnya
asin dan pahit. Sang mal’un—yang dilaknat Allah—Musailamah Al-Kadzdzab
mengaku bahwa dia mampu melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Maka para pengikutnya membawanya
ke suatu sumur yang airnya tidak asin dan tidak segar (tawar). Lalu Musailamah
Al-Kadzdzab pembohong itu meludahinya. Dan dengan izin Allah air itu menjadi
asin dan pahit sekali. Meskipun hal tersebut istimewa atau luar biasa, tetapi jelas
air itu tidak disukai manusia.

2. Pernah terjadi ada biji mata seorang sahabat yang tercukil dan terlepas, lalu biji
mata itu bergantung pada pipinya. Kemudian dia mendatangi Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk memohon diobati. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam berpesan kepadanya, "Lebih baik engkau bersabar saja dan engkau
akan dimasukkan ke surga." Dia menjawab, "Saya tidak dapat bersabar wahai
Rasulullah." Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengucapkan Bismillah,
seraya meletakkan tangannya yang mulia itu pada matanya dan mengembalikan
biji mata itu ke tempatnya semula dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala
Kemudian beliau meludahi matanya sambil mengucapkan Bismillah.

Sahabat tersebut berkata, "Akhirnya mataku menjadi baik." Berita mengenai hal itu
rupanya sampai pula ke telinga Musailamah, al-mal'un "yang terkutuk", sang pembohong
itu beserta teman-temannya. Lalu mereka pun membawa seseorang yang mempunyai
penyakit yang disebut al-asya'. Orang yang memiliki penyakit tersebut matanya selalu
mengeluarkan air berdarah, meskipun dia dapat melihat dan memandang. Maka
Musailamah pun mencoba meludahi mata orang tersebut. Dan akibatnya, luar biasa, dia
menjadi buta total. Hal yang luar biasa dan istimewa itu dikehendaki oleh Allah untuk
menghinakan dan merendahkannya.

Itulah sebagian contoh al-mahanah dan al-ihanah (penghinaan Allah terhadap orang-
orang jahat semacam Musailamah Al-Kadzdzab). Al-mahanah adalah suatu perbuatan
yang luar biasa hasil ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Orang yang melihat itu, meski
sakit mata, menjadi buta total karena kehendak Allah. Demikian pula yang menjadikan air

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sumur yang manis menjadi asin dan pahit adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah-lah yang
memperlihatkan kehinaan wali setan. Sementara karamah atau keramat adalah kebalikan
dari itu, meskipun keduanya ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah memberikan
karamah atau kemuliaan atau keistimewaan kepada hamba hamba-Nya yang saleh untuk
menolongnya, memperkuatnya, dan menyelamatkannya dari segala macam bahaya.
Hal. | 54 Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala memperlihatkan keluarbiasaan kepada wali setan hanya
Hal.
untuk menghinakan dan merendahkannya.

Berbagai contoh keramat/karamah:

Ketika kota Mesir telah ditaklukkan dan dipimpin oleh 'Amr bin Ash r.a. (sebagai
gubernurnya) dan kawan-kawannya, `Amr bin Ash r.a. mendapatkan bahwa orang-orang
Mesir setiap tahunnya selalu memilih putri cantik. Putri itu dihiasi dengan berbagai
perhiasan lalu mereka persembahkan dan lemparkan ke Sungai Nil. Hal itu mereka
lakukan dalam suatu upacara yang dikenal dengan ‘Id Wafa' An-Nil (Hari Raya
Persembahan ke Sungai Nil).

Amr bin Ash r.a. bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian melakukan hal itu?"

Mereka menjawab, "Jika kita tidak melakukan hal demikian, maka Sungai Nil akan
menenggelamkan rumah-rumah dan sawah-ladang kami. Atau, air Sungai Nil itu akan
sangat sedikit, sehingga rumah-rumah dan tanaman kami terbakar hangus."

Untuk memecahkan masalah itu, Amr bin Ash r.a. mengutus utusan untuk
memohon fatwa kepada Khalifah Umar bin Khaththab r.a. Lalu Khalifah Umar bin
Khaththab r.a. menulis dua pucuk surat yang dikirimkannya kepada Amr bin Ash r.a.

Surat pertama berbunyi sebagai berikut:

Dari Abdullah, Umar bin Khaththab, Amir Al-Mukminin Khalifah Pengganti Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ditujukan kepada Amr bin Ash r.a. Gubernur (Wali) Mesir.

Amma ba`du (adapun sesudah itu), jika telah datang suratku ini kepadamu, maka
lemparkanlah surat yang berisi lampiran ini ke Sungai Nil di Mesir.

Sedang isi surat Umar bin Khaththab r.a. ke Amr bin Ash r.a. itu adalah: Dari Abdullah,
Umar bin Khaththab r:a. Khalifah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang ditujukan
kepada Sungai Nil Mesir. Amma ba`du, "Jika Anda mengalirkan air kepada kami dari
sisimu, maka kami tidak memerlukanmu. Tetapi, jika Anda mengalirkan air dengan banyak
dari sisi-kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka kami memohon kepada Allah untuk
memberikan kebaikanmu dan menjaga kami dari kejahatanmu."

Maka, sesuai dengan fatwa Khalifah, Amr bin Ash r.a. pun melemparkan surat dari
Umar bin Khaththab r.a. tersebut ke Sungai Nil. Akhirnya selesailah urusan Sungai Nil

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

tersebut. Airnya memberikan kebaikan karena tidak pernah menenggelamkan dengan


banjirnya, tidak pula mengakibatkan kebakaran karena airnya sangat sedikit.

Jika telah diyakini secara pasti bahwa mukjizat dan keramat atau karamah adalah
sesuatu yang istimewa dan luar biasa dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan ternyata
Hal. | 55 mukjizat dan keramat itu menimbulkan rasa senang dan kegembiraan dalam hati umat
Hal.
Islam, maka yang wajib diagungkan dan dimuliakan serta disembah adalah Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Dia-lah yang telah menciptakan dan melahirkan mukjizat dan
karamah tersebut. Dia saja, Allah Subhanahu wa Ta'ala yang berhak untuk menjadi tempat
ruku', sujud, khudhu'—merendah, berdoa, menghinakan diri, dan merendahkan diri di sisi-
Nya.

Adapun orang-orang yang mengagungkan, memuliakan, dan menyucikan orang-


orang yang diberi mukjizat atau keramat oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka
sesungguhnya mereka telah keliru dan tersesat. Mereka adalah orang-orang yang
musyrik.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuliakan para rasul dan para
nabi dengan mukjizat yang bermacam-macam dan memberikan keramat kepada para
wali. Hal itu tidak berarti bahwa manusia harus tunduk, khusyu', melakukan ruku' dan
sujud, berdoa, dan menyembah kepada mereka, para rasul dan para wali.

Alquran Al-Karim telah banyak menyebutkan para wali Allah yang Rahman dan
mempunyai perikehidupan yang menyenangkan. Sebagai kebalikannya, Alquran juga
banyak mengungkap wali-wali setan yang mempunyai karakteristik jelek dan perilaku
yang merugikan dan menyengsarakan. Dan siapa yang mengingkari eksistensi atau
keberadaan wali-wali Allah, maka boleh jadi itu karena kebodohannya. Dan boleh jadi dia
kafir sebab orang yang mengingkari apa yang terang-terangan disebutkan nashsh-nya
dalam Alquran adalah orang kafir.

Kepada orang-orang saleh seperti wali, ketika mereka masih hidup, kita harus
meneladani dan mengikuti langkah-langkahnya, di samping memohon doa dan berkahnya
untuk kita dan segenap umat Islam, dengan penuh rasa hormat dan kecintaan, serta
penghargaan yang setinggi-tingginya. Tentu saja, kita tidak boleh menentang dan
memusuhinya sebab jika kita memusuhi mereka berarti kita harus berani menanggung
risiko. Yakni, di-Perangi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebagaimana disebutkan dalam
hadits qudsi, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman, siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku permaklumkan perang
kepadanya.

Jika Rasulullah wafat, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
memberikan dan melimpahkan shalawat dan salam kepadanya. Dan jika seorang wali
wafat, maka kita memohon semoga Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

melimpahkan keridaan dan rahmat kepadanya. Atau dengan kata-kata yang lebih dikenal,
radhiyallahu 'anhu atau rahimahullah ta 'ala.

Pembaca yang ingin memperluas bahasan mengenai hal mi, dipersilakan membaca
kitab karangan saya, dengan judul Awliya' Ar-Rahman As-Su'ada wa Aqliy'a' Asy-Syaithan
Hal. | 56 At-Ta's'a' Al-Asyqiya' ("Wali-wali Allah yang Rahman yang Berbahagia dan Wali-wali Setan
Hal.
yang Celaka dan Merana').

Setelah dijelaskan mengenai mukjizat, karamat, dan al-mahanah, maka kita dapat
mengetahui bahwa sihir tidak termasuk mahanah, juga bukan keramat, apalagi mukjizat.
Sihir hanyalah merupakan hirfah, pekerjaan atau shan'ah, karya (produksi) yang
mempunyai asal-usul, kaidah-kaidah, dan rahasia-rahasia tertentu. Siapa yang
mempelajarinya sampai mahir, sehingga menguasainya, makaja dilah dia seorang tukang
sihir yang mahir.

Oleh karena itu, setiap kali kedua malaikat (kedua raja), Harut dan Marut,
mengajarkan asal-usul (pokok-pokok), kaidah-kaidah, dan rahasia-rahasia sihir, keduanya
selalu mengatakan, "Innama nahnu fitnah fa-la takfur, kami hanyalah fitnah, ujian dan
cobaan bagi kamu, maka janganlah kamu menjadi kafir." Dengan kata lain, kamu jangan
menjadi kafir karena sihir, lalu kamu meyakini bahwa para ahli sihir itu berkuasa
memberikan manfaat dan menolak mudharat seperti tuhan-tuhan, atau seperti rasul-
rasul, bahkan wali juga bukan. Ya Allah, tukang sihir itu hanyalah wali-wali setan. Inilah
yang hak' dan benar. Dan demikianlah yang harus diyakini oleh setiap Muslim.

Sejauh Mana Kemampuan Sihir Menembus Fisik Manusia?

Apakah sihir itu mengakibatkan suatu bahaya atau mudharat yang menimpa
manusia yang terkena sihir? Bagaimanakah caranya sampai terjadi begitu? Dan mengapa
sampai terjadi?

Dalam surah Al-An'am, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Jika Allah


menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya
selain Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Mahakuasa atas
segala sesuatu. Dan Dia-lah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dia-lah yang
Mahabjaksana lagi Maha Mengetahui (QS. Al-An'am: 17-18).

Dalam surah yang lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman pula, Jika Allah
menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia sendiri. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka
tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang
dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS. Yunus: 107).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sedang pada surah Al-Baqarah 2:102, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Maka
mereka mempelajari dan kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli-ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi
Hal. | 57 manfaat.
Hal.

Seperti dimaklumi bersama, bahwa rukun iman keenam ialah beriman,


mempercayai dan meyakini adanya qadar, "ketentuan Allah", yang baik maupun yang
tidak baik, yang manis ataupun yang pahit, semuanya danri Allah Subhanahu wa Ta'ala
Dalam surah Al-Hadid: 22 Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Tiada suatu bencana pun
yang menimpa di bumi dan tidak (pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis pada
kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.

Sesungguhnya keburukan atau bahaya apa pun yang menimpa manusia, baik
disebabkan oleh tangan manusia, atau karena hewan buas yang menyerangnya, atau ada
benda mati yang menimpa dirinya, atau ada suatu peristiwa/kejadian alam yang
mengenainya, semuanya terjadi dengan takdir ketentuan Allah dan kehendak-Nya.

Manusia kadang-kadang mendapat suatu musibah, yang tentunya dengan


kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala dan izin-Nya, sedang Allah meletakkan sebab
bencana atau musibah tersebut melalui usapan setan, atau suatu mudharat yang
dikenakan oleh khadam atau pelayan sihir yang menggauli dan mendekati manusia yang
menjadi sasaran sihirnya.

Sesungguhnya, setan dan kalangan jin yang menjadi penyebab terkenanya bahaya
atau musibah pada manusia itu bagaikan bakteri, virus, mikrobat, kuman, dan
semacamnya. Jadi, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan makhluk-
makhluk semacam bakteri-bakteri, kuman-kuman, mikrobat-mikrobat, virus-virus, dan
lain-lainnya, Allah juga menciptakan setan-setan dan bangsa jin.

Jadi, sebagaimana makhluk Allah sebangsa virus, kuman, bakteri, mikrobat, dan
yang lainnya dapat menimpa dan membahayakan tubuh manusia, maka demikian pula
setan-setan jin, setan-setani khadam sihir, dan setan-setan penghasut manusia dapat
membahayakan tubuh manusia. Dan semuanya terjadi dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Lalu mengapa setan, baik setan sihir atau setan hasud, dapat menimpakan
musibah atau bahaya kepada kita?

Termasuk kezaliman yang nyata, dan perangkap setan, jika ada yang bertanya:
Mengapa Allah memberiikan kemampuan kepada setan dan bangsa jin, yang kemudian
dimanfaatkan oleh setan manusia untuk menimpakan bahaya dan bencana kepada

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

manusia? Pertanyaan tersebut tampaknya perlu diluruskan, Sehingga sebaiknya


dikatakan, "Mengapa Allah memberiikan kekuatan (kemampuan) kepada setan dan
bangsa manusia untuk menimpakan kejahatan dan bahaya kepada sesama insan? Dan
mengapa pula Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kemampuan dan kekuatan kepada
ulat-ulat (bakteri-bakteri), kuman-kuman, virus-virus, dan yang semacamnya untuk
Hal. | 58 menimpakan bahaya dan musibah/bencana kepada manusia? Padahal, sebetulnya, segala
Hal.
perbuatan yang terjadi dengan izin Allah ta'ala itu tidak mesti ditanyakan dengan kata-
kata limadza (mengapa) atau kayfa (bagaimana caranya).

Berkenaan dengan sihir, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan tiadalah


mereka, dengan sihir itu, membahayakan seseorang kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa
Ta'ala (QS. Al-Baqarah 2:102).

Jika saja ayat tersebut tidak mengandung istitsna (kata untuk mengecualikan), lalu
berhenti pada kata wa ma hum bi-dharrina bihi min ahadin, maka akan dipahami bahwa
sihir tidak akan membahayakan manusia, dan itu tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Hal itu bisa dipahami, jika ma dianggap sebagai nafiyah, "yang menafikan" (meniadakan).
Yakni, ahli-ahli sihir itu tidak akan membahayakan dengan sihirnya terhadap jasad manusia
siapa pun. Tetapi ketika ternyata Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan istitsna, maka
dapat dipahami bahwa sihir itu dapat saja membahayakan diri manusia. Itu pun akan
terjadi jika Allah Subhanahu wa Ta'ala mengizinkan dan menghendakinya.

Sebagai kesimpulan dan ayat tersebut, ada sebuah doa dan salah seorang ulama
ahli tafsir berikut ini:

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah memberikan kemampuan kepada sebagian


hamba-Mu untuk menguasai dan rnempergunakan sihir. Dan Engkau memperuntukkan
diri-Mu untuk mengizinkan dalam menimpakan bahaya. Maka, aku memohon kepada-Mu,
wahai Tuhanku, dengan rahasia dan hak (izin) yang Engkau memperuntukkan diri-Mu
untuk memberi izin, supaya Engkau menjaga kami dari kejahatan dan bahaya apa yang
telah Engkau berikan—berupa kemampuan dan kekuasaan—kepada sebagian makhluk-
Mu, dengan kelebihan, rahasia dan berkah firmanMu wa ma hum .... "Dan tiadalah
mereka, dengan sihir itu, membahayakan seorang pun kecuali dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta'ala.

Macam-macam Sihir

Berikut mi saya akan menjelaskan secara rinci macam-macam sihir - dari sudut
pengaruhnya terhadap jiwa seseorang yang terkena sihir; akal atau otaknya, hatinya,
ruhnya, dan badannya. Baik bahaya sihir itu mengenai salah satu anggota tubuh korban
sihir atau keseluruhannya.

Macam-macam sihir adalah:

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

1. Sihir tafriq, yang dapat memecah-belah antara suami dan isrinya, antara seorang
sahahat dengan sahabatnya, antara satu golongan dan golongan iainnya.

2. Sihir jawarih dan a'dha', yaitu sihir yang mengenai anggota tubuh. Sihir semacam ini
mempunyai cabang-cabang, yaitu sihir a’yun (sihir mata); sihir takhyil
Hal. | 59
Hal. (pengkhayalan); sihir ’adzan dan sama (sihir pendengaran); sihir mulut, bibir, gigit,
dan lidaht/lisan; sihir ajhizah dan a’dha' (sihir yang mengenai alat kelengkapan tubuh
dan anggota tubuh), sihir ghadad dan la’b (permainan).
3. Sihir habil, sihir khubal, dan sihir 'abath
4. Sihir khudzal dan tashallub al-a’dha'.
5. Sihir targlib, tarwi', tafzi ', tahwif , dan lain-lainnya.
6. Sihir tay'is, qunuh, dan lain-!ainnya.
7. Sihir shadud (sihir qalb) dan sihir suhub).

Berikut penjelasan secara rinci mengenai macam-macam sihir tersebut.

1. Sihir Tafriq

Sihir tafriq, yaitu sihir yang dapat mencerai-beraikan antara suami dan istrinya,
antara ayah dan anaknya, antard anak dan ibunya, antara seorang teman dengan
temannya, dan lain-lainnya. Sihir ini termasuk macam sihir yang paling jahat, paling ber-
bahaya, paling kasar, dan paling menyesatkan. Alat untuk pengoperasian sihir ini adalalah
fitnah. Dan fitnah, seperti diisyaratkan Alquran, merupakan perbuatan yang sangat kejam,
bahkan lebih kejam daripada pembunuhan

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan fitnah itu lebih besar bahayanya daripada
pembunuhan (QS Al-Baqarah 2:191).

Pada ayat lain disebutkan, Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada membunuh
(QS. Al-Baqarah 2:217).

Jadi, sihir tafriq, yang menggunakan media fitnah sebagai alat utamanya, lebih
kejam, lebih besar (dosanya), dan lehih besar bahayanya daripada membunuh. Bagaimana
tidak, bukankah sihir tafriq itu dapat menjadikan orang-orang yang semula saling
mencintai dan menyenangi menjadi saling membenci? Membuat orang-orang yang
semula saling mendekati, menjadi saling menjauhi? Membuat orang-orang yang pernah
saling menolong, menjadi saling menentang dan mengingkari?

Jadi, sesungguhnya sihir tafriq itu membalikkan kecintaan menjadi kebencian dan
permusuhan, kekasih menjadi musuh, orang dekat atau akrab menjadi jauh.

Jika sihir tafriq berhasil menembus seseorang, maka orang itu akan menjadi
pendengki, pendendam dan musuh yang paling berbahaya terhadap orang yang
sebelumnya menjadi partner terdekatnya, dan kekasihnya, atau orang yang paling diper-

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

cayainya. Penyebutan sihir tafriq sendiri bermula atau sebagai kesimpulan dari ayat
Alquran yang mengungkapkan, Lalu mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang
dapat memisahkan (yufarriquna, mencerai-beraikan) dengan sihir itu antara seseorang
(suami) dengan istrinya. Dan tiadalah mereka itu membahayakan dengan sihir itu terhadap
seseorang, kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala (QS. Al-Baqarah 2:102).
Hal. | 60
Hal.
Al-Mar'u Wa Zawjuh (Seseorang dan Pasangannya)

Yang dimaksud al-mar'u Wa zawjuh atau sescorang dengan pasangannya ialah


setiap dua orang atau dua kelompok yang mempunyai huhungan kontrak, akad atau
perjanjian. Seperti antara suami dan istrinya, keduanya mempunyai hubungan ikatan
perkawinan, antara dua saudara, antara ayah dan anaknya, antara seorang putri dengan
ibunya, antara seorang pengusaha dan bawahan/karyawannya, antara majikan dan
pembantunya, antara seorang suami dengan bapak mertuanya, antara suami dan ibu
mertuanya, antara seorang istri dengan ayah dan suaminya, antara dia dengan ibu dan
suaminya, antara seorang teman dengan sahabatnya, antara tetangga dengan
tetangganya, dan lain-lain.

Unsur-unsur Sihir Tafriq

1. Manusia tukang sihir. Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa tukang sihir
dari kalangan manusia itu adalah orang yang hatinya tidak mengenal belas-kasihan
dan kelembutan. Dia merupakan manusia yang sangat kasar, kejam, jahat, dan ber-
bahaya sekali. Tabiatnya tidak mengenal kelembutan dan wajahnya tidak
mengenal keceriaan, selalu masam dan kecut. Jadi, tukang sihir dari bangsa
manusia ini adalah orang yang keji, jorok, dan kotor; baik kotor lahirnya maupun
batinnya, baik badan, pakaian, dan tempatnya, maupun hati dan akidahnya

Tukang sihir dari bangsa manusia pasti orang kafir yang terang-terangan. Dia akan
melakukan apa saja yang membuat murka Tuhan yang Rahman dan membuat
senang setan. Segala perbuatan jelek dan jahat dilakukan oleh tukang sihir dari
bangsa manusia untuk dijadikan persembahan dan pendekatan diri kepada tukang
sihir bangsa setan dari kalangan jin. Mereka dalam melaksanakan operasinya,
menggunakan berbagai alat, seperti macam-macam kemenyan bau busuk, minyak
yang jelek dan bau, serta barang-barang najis dan kotor lainnya.

2. Setan tukang sihir. Dia salah seorang tentara (pimpinan) Iblis yang terkutuk dari
kalangan jin. Sifat-sifatnya kasar, kejam, jahat, dengki, dendam, dan sifat-sifat jahat
lainnya seperti pemarah dan menyesatkan. Akidahnya kufur (mengingkari Allah
Subhanahu wa Ta'ala) dan syirik (menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Sedang
ibadahnya atau persembahannya dilakukan untuk menyenangkan dan
menggembirakan majikannya, ustadznya, imamnya, dan tokohnya dalam
kejahatan, kekejaman, kebengisan, dan lain-lainnya. yaitu Juragan Iblis Yang Maha
Terkutuk itu.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Bentuk persembahan atau ibadah yang dituntut oleh Iblis dari para tukang sihir
bangsa jin itu ialah al-fusuq atau kefasikan (kedurhakaan), al-Ishyan atau
kemaksiatan, dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar-besarnya. Juragan
Iblis itu tidak akan mau memberikan penghargaan atau gelar — sebagai “raksasa“
Hal. | 61
Hal. atau "monster" umpamanya — kecuali jika para tukang sihir dari kalangan manusia
maupun dari kalangan jin/setan ini telah memenuhi berbagai kualifikasi atau
persyaratan. Kualifikasi ini adalah segala perbuatan jahat, maksiat, dan
kedurhakaan lainnya.

3. Setan sihir atau khadam sihir. Tukang sihir dari kalangan manusia pada hakikatnya
adalah salah seorang tentara Iblis yang Maha Terkutuk sebab akidah dan
keyakinannya ada!ah akidah dan keyakinan sebagaimana digariskan dan dirancang
oleh iblis. Dia berakhlak dengan akhlak-akhlak Iblis. Bahkan dia berani menyembah
Iblis dan menaatinya dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan perjuangan mati-
matian.

Manusia ahli sihir akan melakukan apa saja yang dapat menyenangkan dan
rnendekatkan dirinya kepada tuhannya, Iblis yang Maha Terkutuk itu. Dia mau menjadi
kafir, musyrik, fasik, dan selalu melakukan segala kemaksiatan dan kejahatan untuk
menyenangkan tuhannya itu, dan menjauhkan dirinya dari Tuhan Allah Rabb al- ’alamin.
Dengan demikian, rida dan senanglah setan tukang sihir yang menjadi raksasa terhadap
manusia yang menjadi tukang sihir.

Atas dasar itu, maka tuan raksasa, setan dari kalangan jin ini memerintahkan
sejumlah besar setan dan jin yang jahat-jahat untuk selalu mengabdi dan berdedikasi
kepada tukang sihir dari kalangan manusia, untuk menimpakan bencana dan bahaya
kepada al-mashur, orang yang menjadi sasaran sihirnya Ada di antara mereka yang
bergelar setan sihir, tau khadam sihir, atau naqthu yaitu yang mempersiapkan diri untuk
berkhidmat dan berbakti kepada ahli sihir dari kalangan manusia.

Ada juga yang digelari talqinah, yakni petugas khusus yang menjalankan tugasnya
dengan menimpakan bahaya, bencana, dan kemudharatan kepada manusia jika telah tiba
saat yang tepat, seperti ketika dia marah, lengah, atau terjerumus ke dalam kemaksiatan.
Lalu setan dari bangsa jin itu ikut nimbrung dan bengabung bersamanya, bahkan menyatu
dengan dirinya.

4. Unsur atau faktor keempat ialah manusia yang menjadi sasaran sihir

Alat (Perantara) dan Tipu Muslihat (Tehnik) Operasional Sihir Tafriq

Qalb shurah (membalikkan gambar). Di antara tugas akal manusia ialah


menghadapi atau memandang lewat mata gambar-gambar atau bentuk manusia dan
barang-barang lainnya. Tugas khadam sihir yang bermarkas pada akal manusia yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

tersihir dalam bentuk ini adalah untuk membalikkan gambar yang terlihat oleh matanya.
Bentuk yang bagus dibalikkan atau diperlihatkan menjadi jelek. Demikian pula sebaliknya.
Jalan yang dilalui dalam sihir bentuk ini ialah membalikkan atau memanipulasi bentuk
gambar benda atau manusia, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Istizla’ Al-Bashar
'Memanipulasi Pandangan'.
Hal. | 62
Hal.
Di samping itu, dalam menghadapi dan menerima iriformasi, akal juga
menggunakan pendengaran, yakni dengan mendengarkan berbagai macam suara.
Dengan demikian, setan yang suka mengganggu itu menghembuskan desas-desusnya
kepada manusia yang tersihir. Dia bersama orang yang tersihir melakukan pekerjaan yang
disebut istiraq al-sama (menguping atau mengintip berita). Caranya, khadam atau pelayan
sihir itu memperdengarkan (memberitahukan) sesuatu ke dekat telinga orang yang
tcrkena sihir itu atau di sekitar tempat tinggalnya. Suara-suara izu diulang-ulang oleh
khadam sihir tersebut.

Kadang-kadang orang yang terkena sihir mendengar suara-suara yang tidak jelas
baginya, ketika dia sedang berjalan. Sihir yang menimpa dirinya itu melalui cara-cara
sebagai berikut:

a. Mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, kezaliman dengan keadilan,


keimanan dengan kekufuran, ikhlas dengan syirik, cahaya dengan kegelapan
(kezaliman), kebaikan dengan keburukan/kejahatan, yang baik dengan yang jelek,
yang bagus dengan yang tercela, yang thayyib (bermutu) dengan yang kotor atau
keji, dan lain-lainnya.

b. Dengan melakukan tipu muslihat, Seperti memasukkan racun ke dalam madu atau
ke dalam minyak. Setan menghiasi pandangan manusia lewat tujuh puluh pintu
keimanan supaya dia terjerumus kedalam salah satu pintu kekafiran atau ke-
musyrikan. Misalnya, orang yang menggunakan asma Allah untuk pengobatan.
Tetapi setelah membaca tiga puluh asma Allah yang baik-baik itu dia membacakan
pula nama-nama raja setan yang ahli sihir, jahat, kafir, fasik, dan sangat
membahayakan.

Ada juga orang yang tengah membaca asma al-husna itu, tetapi dia menyebutkan
nama al-muqafanjalan, hamsan hamsan lamsan lamsan hamusan hamusan., safqathin.,
saqfathin.

Jadi, orang yang melakukan sihir semacam itu meresapkan (menyusupkan) sisipan
yang jelek, yakni dengan memasukkan nama-nama raja setan di antara nama-nama asma
al-husna (nama-nama Allah yang baik).

Gaya menyusupkan racun ke dalam makanan yang baik-baik seperti madu, minyak,
dan lain-lainnya, juga dipergunakan oleh tokoh sihir jin dengan menyebarkan tipu
muslihat, manipulasi, makar dan lain-lainnya ke dalam hal-hal yang abstrak. Setan dan jin,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

atau ahli sihir secara aktif memutarbalikkan yang hak menjadi bathil dan yang batil diakui
hak. Hal ini dilakukan melalui tafsir dan takwil. Tafsir yaitu menjelaskan makna-makna
atau kandungan Alquran. Takwi1 adalah memalingkan makna ayat Alquran yang zhahir ke
makna lain yang lebih logis.

Hal. | 63
Hal. Dalam teknik ini, iblis, setan dan jin berusaha mempengaruhi dan memperdaya
manusia untuk melakukan pemaknaan terhadap ajaran Islam atau terhadap Alquran
sebagai rujukan utamanya. Jika berhasil, maka orang yang terpengaruh sihirnya itu akan
memberikan penafsiran yang keliru, dan pemahaman yang salah terhadap Alquran. Yang
haram dijadikan atau diartikan halal, dan yang halal dipahami haram, Yang baik menjadi
buruk dan yang buruk menjadi baik. Keimanan dipahami mengandung kekufuran, dan
kekufuran diyakini benar dan menjadi unsur keimanan. Senjata ampuhnya adalah filsafat
dan teknik-teknik pengambilan kesimpulan atau konklusi keliru.

Kadang-kadang tipu muslihat atau tipu daya setan tukang sihir dengan cara
menengahi atau menjadi penengah di antara kebaikan dan keburukan, dan tujuannya
menonjolkan keburukan tetapi diakui oleh manusia sebagai kebaikan. Atau penengah itu
diletakkan di antara keimanan dan kekufuran. Demikian pula unsur-unsur penengah yang
diletakkan di antara mereka yang sedang menjalin hubungan baik, rasa kasih sayang di
antara mereka yang suka saling menolong.

Tukang sihir dari kalangan jin itu menyusupkan permusuhan pertengkaran, celaan
tipu muslihat, dan makar-makar lainnya ke dalam persatuan yang sedang terjadi di antara
dua kubu yang telah disebutkan itu. Anehnya, yang tertipu dan terpedaya oleh bujuk rayu
iblis, setan, dan jin ahli sihir itu, bukan kelompok-keloinpok kecil, dan bukan partai-partai
yang lemah saja, melainkan partai atau kelompok besar dari kalangan atas, seperti ulama
besar pun, tidak lepas dan gangguan sihirnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Sungguh beruntung orang yang menyucikan


jiwanya, dan sungguh celaka (merugi) orang yang mengotorinya (QS. Asy-Syams: 9-10).

Maksudnya, celakalah dan merugilah orang yang telah mengotori jiwanya dengan
menjerumuskan diri kejurang kecelakaan dan kerusakan. Yakni, lewat kemaksiatan yang
dilakukannya, antara lain dengan meracuni dan mengganggu orang lain, memfitnah,
mengumpat, mengadu-domba, mencela dan mencaci maki, serta mernperolok-ulok orang
lain.

Siapa yang melakukan kemaksiatan seperti itu berarti dia telah menjerumuskan
dirinya ke jurang kejahatan. Sebagaimana halnya seorang ayah yang telah menginjak-injak
anak putrinya yang masih hidup. Dia berani menguburnya dalam keadaan hidup. Seperti
itulah ad-dussu, menyusupkan kejahatan ke dalam hati dan jiwa manusia oleh tukang sihir
dari kalangan jin/setan. Manusia yang suka mendesas-desuskan kejahatan atau berita
yang berbau fitnah adalah manusia jahat, dan sebenarnya dia adalah setan dari bangsa
manusia. Karena dia menyusupkan dan memasukkan rasa benci dan kemarahan ke dalam

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

hati orang-orang yang saling menyenangi atau mencintai. Dia menyusupkan keingkaran,
kemungkaran, dan kejahatan di antara orang-orang yang saling bersahahat. Dia juga
memasukkan rasa keras hati, sifat kasar; dan kejam di antara karib-kerabat, di antara
orang-orang yang telah menjalin persahabatan dan percintaan. Juga di antara orang-
orang yang sedang menjalin kerja sama yang harmonis, seperti antar tetangga, antar
Hal. | 64 perusahaan, antar karib kerabat, antar peserta didik, dan lain-lainnya.
Hal.

Setan-setan atau ahli sihir dari bangsa jin itu mendesuskan atau menyusupkan isu
negatif untuk mencabut rasa cinta, persahabatan, kekeluargaan, kekerabatan, dan
persaudaraan dari hati manusia yang menjadi sasarannya. Mereka melakukan hal ini untuk
melepas rasa maaf, lapang dada, ampunan. rasa aman, keselamatan dan lain-lainnya dari
hati orang-orang yang termakan sihirnya. Sebaliknya, sebagai ganti dari apa yang mereka
keluarkan itu, mereka menyusupkan rasa benci permusuhan, kedongkolan atau dendam
kesumat, cemburu buta, kemarahan, dengki, kesedihan, kegundahan, dan akhlak-akhlak
jelek lainnya.

Jadi, ad-dussu Wa at-tadsis atau mendesas-desuskan dan menyusupkan pengaruh


jahat itu maksudnya untuk mencabut dan melepaskan rasa cinta, kasih sayang, rasa maaf,
toleransi, pertolongan, bantuan, amanah, keimanan, rasa aman, keselamatan,
perdamaian, kebaikan, dan sifat-sifat baik Iainnya. Tetapi, mereka tidak akan puas dengan
hanya melepas sifat-sifat baik tersebut. Lebih jahatnya lagi, setelah mereka melepas dan
mencabut itu lalu mereka susupkan sifat-sifat yang sangat buruk sebagai lawan dan sifat-
sifat baik yang dicabutnya. Sehingga, tujuan utamanya adalah terjadinya perpisahan,
perceraian, dan penmusuhan di antara kelompok-kelompok yang asalnya baik. Itulah sihir
tafriq.

Fitnah dan Waswasah

Hal yang sama dengan talbis (meracunkan dan mencampurkan hak dengan
kebatilan), ad-dussu (mendesas-desuskan atau menyusupkan ide kejahatan), al-waqi 'h
(memfitnah dan mengumpat atau menjerumuskan orang ke dalam jurang bahaya), adalah
memfitnah dan mengganggu lewat bisikan ke dalam hati.

Yang dirnaksud dengan fitnah, di sini adalah memasukkan syubhat


"keraguan/kebimbangan" ke dalam hati. Perbuatan ini dilakukan oleh setan ahli sihir ke
dalam hati manusia melalui syahwat atau segala yang menyenangkan untuk menarik jiwa
manusia, di samping segala rangsangan hawa nafsu lainnya. Hal itu dilengkapi dengan
segala macam kemudahan atau fasilitas perbuatan jahat lainnya, yang kesemuanya akan
menggiring manusia ke jurang perbuatan syirik "menyekutukan Allah" dan kekufuran atau
mengingkari Allah Subhanahu wa Ta'ala disamping memancing manusia untuk bersikap
munafik dan tidak ikhlas.

Hal-hal yang merupakan pekerjaan setan ahli sihir tersebut termasuk sebagian dari
kandungan ayat berikut ini:

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah;
mereka itulah golongan (hizb) setan. Ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan setan
itulah golongan yang merugi (QS. Al-Mujadilah 58:19).

Hal. | 65
Hal. Maksud istahwadza ‘alaihin asy-syaithan, bahwa setan mendatangi dan menggoda
manusia dari berbagai pcnjuru, (sektor kehidupan). Mereka mendatangi hamba-hamba
Allah dari berbagai jalan dengan menggunakan berbagai cara yang berubah-ubah dan
selalu diperbaharui. Agar manusia terjerurnus ke jurang kemaksiatan dan segala
perbuatan dosa, mereka memberikan dan menyiapkan berbagai fasilitas menarik dengan
berbagai macam cara untuk memperdayakan manusia.

Dengan cara seperti itu, setan-setan itu telah memburu manusia dan
menggiringnya ke dalam perangkapnya, ke jalan yang telah dirancang dan disediakannya
tadi, jika setan telah menguasai manusia, dia akan mengikuti segala kesenangan dan
kemewahan yang telah disediakan oleh setan-setan terkutuk itu. Itulah cara-cara fitnah
yang dilancarkan setan dengan melemparkan keraguan ke dalam hati manusia, dan
mengotorinya dengan kemunafikan dan kepalsuan.

Dalam hubungan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfrman, Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah tidak hendak menyucikan hati mereka (QS. Al-Maidah 5:41).

Dalam pengertian istihwadz ''menguasai itu, setan juga menggoda lewat semua
unsur jiwa dan raga manusia. Mereka merintangi dan menggoda jiwanya, hatinya,
akalnya, ruhnya dan badannya.

Cara yang Dilakukan. Setan Ahli Sihir untuk Memecah-belah Persatuan dan Kesatuan
Manusia

Dalam pepatah disebutkan api yang besar (yang menimbulkan kebakaran) itu
bermula dari percikan api kecil. Hujan yang lebat itu berawal dari tetesan air lalu
memencar. Dan perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah pertama.

Pohon sihir tafriq itu bagaikan pohon kurma. Akarnya melekat di bawah bumi,
besar, tebal, dan dalam. Sedang batangnya menjulang di atas bumi, tinggi dan panjang.
Batang dan rantingnya banyak sekali. Sedangkan pekerjaan setan ahli sihir adalah
menebarkan benih-benih tafriqah dan perpecahan, pertikaian, permusuhan, dan
pertengkaran. Dan ketahuilah, bahwa permlaan operasionalnya dari hal-hal yang kecil,
hina dan lemah, bahkan kurus pula. Tetapi setan ahli sihir selalu menghembuskan
semangat untuk menjadi besar. Dia selalu meniup-niup dan membisikkan sehingga ha1-hal
yang asal mulanya remeh menjadi masalah-masalah besar dan membahayakan.

Setan ahli sihir mulai memecah-belah dari pihak suami secara sendirian. Dia
menenggelamkan sang suami ke dalam perbuatan maksiat yang penuh dengan syahwat

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

seksual, perbuatan yang penuh kesamaran (syubhat), kemusyrikan, perbuatan yang


mengandung fitnah atau bahaya besar; dan perbuatan dosa-dosa lainnya. Akibatnya,
seorang suami menjadi sangat lemah keimanannya.

Bagaimanapun lemahnya kekuasaan setan sihir dan kemampuannya untuk


Hal. | 66 menggoda manusia yang beriman, tetapi dengan kelihaiannya setan dapat melemahkan
Hal.
keimanan orang tersebut. Dia mulai merayu seorang mukmin untuk meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang sunat. Kemudian gaya bertahap itu pun dilakukannya ketika
dia menggoda seorang mukmin untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang fardu
dan wajib. Di samping itu, dia pun selalu berusaha, dengan segala kepandaian dan
kepiawaiannya agar setiap insan Mukmin itu tenggelam dalam perbuatan maksiat yang
penuh dengan rangsangan syahwat.

Jika seorang Mukmin telah mulai rajin meninggalkan yang sunat-sunat (sunat dan
nafilah), selanjutnya dia akan berani uncuk meninggalkan yang wajib-wajib dan yang
fardu-fardu. Jika insan Mukmin mulai berani melakukan kefasikan, seperti melakukan
perbuatan dosa besar dan kemaksiatan (dosa besar dan kecil, tetapi banyak), maka insan
seperti itu telah menyiapkan diririya untuk menjadi mangsa setan ahli sihir. Dalam
keadaan seperti itu, setan akan memperdayakan orang itu secara lunak dan mudah. Setan
akan menjerumuskan dia dengan segala kelihaian dan kepandaiannya.

Setelah setan ahli sihir berhasil menggoda suami secara sendirian, maka mulailah
dia menggoda, merayu, dan merusak setiap istri untuk menentang suaminya. Dia
menghembuskan kepada setiap istri rasa permusuhan, kebencian, buruk sangka, tidak
saling menghormati, hilang kepercayaan, tidak sabaran, dan lain-lainnya. Pada saat
demikian, posisi setan seperti bensin terhadap api yang sedang menyala. Kadang-kadang
setan ahli sihir itu posisinya seperti seorang petani yang pandai. Dia membajak bumi atau
tanah lalu dia menebarkan benih. Selanjutnya dia menyirami dan menyiangi tanaman itu
dengan air yang cukup dan pupuk yang berkualitas. Dia juga membersihkan tanamannya
dari setiap serangga dan virus-virus yang mengganggu dan merusak tanaman itu.

Itulah langkah-langkah atau strategi yang dilalui setan ahli sihir terhadap
mangsanya, insan yang terkena sihir, jika berhasil, maka timbultah masalah di antara sang
suami dan istrinya: kegersangan, keretakan, pertikaian, kebencian dan permusuhan.
Rusaklah bubungan suami istri itu. Di tengah-tengah hubungan suami istri yang retak iu,
tak bosan-bosannya setan sihir menebarkan benih apa saja yang membuat hubungan
mereka kacau-balau. Dia melemparkan benih kebencian, pertengkaran, cemburu,
kemarahan, dendam atau rasa dongkol, dan permusuban. Setan sihir pun selalu berusaha
untuk menghidup-hidupkan hubungan mereka supaya selalu tegang, bertengkar, dan
kacau. Kadang-kadang, bermula dari masalah kecil dan sederhana, lahirlah keputusan
besar dan mence1akakan. Dan puncaknya, terjadilah perceraian (furqah dan thalaq).

Imam Muslim-rahimahullah ta’ala — mengeluarkan dan meriwayatkan hadits jabir


bin Abdullah r.a. Dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sesungguhnya setan itu meletakkan arasy (singgasana)-nya di atas air. Kemudian dia
mengutus detasemen (pasukan)-nya. Siapa di antara mereka yang paling berhasil
menggoda orang-orang Mukmin, maka orang itulah yang paling dekat kepadanya”.

Lalu setan mengumpulkan personalnya. Dia bertanya kepada salah seorang di


Hal. | 67 antara mereka, 'Apakah yang kamu lakukan hari ini?' Salah seorang di antaranya
Hal.
menjawab, 'Hari ini aku telah menggoda si anu, sehingga dia mau meminim khamar' Setan
ahli sihir itu berkata, 'Kamu bukan anakku.' Dia bertanya kepada orang kedua, 'Apakah
yang kamu lakukan hari ini?' Dia menjawab, 'Hari ini aku menggoda si anu sehingga dia
mau mencuri (berkorupsi).' Dia berkata, 'Kamu bukan anakku.' Kemudian dia bertanya
kepada orang ketiga, 'Apakah yang kamu lakukan hari ini?' Dia menjawab, 'Aku telah
menggoda si anu dan si anu, sehingga keduanya saling menjauhi, saling membenci, saling
membelakangi, dan saling membunuh.' Sang tokoh setan in berkata sambil menepuk
kuduknya, 'Kamu adalah anakku. Dengan tugas itulah aku diutus.'"

Selanjutnya, setan ahli sihir itu secara bertahap memperluas dan memperdalam
permasalahan khilaf 'pertentangan" di antara suami-istri. Tekniknya, dia menghembuskan
dan meniupkan sikap-sikap arogan dan kesombougan ke dalam jiwa masing-masing.
Dengan demikian, masing-masing mengaku paling benar; paling berjasa, paling penting,
paling pandai; paling mudah menganibil konklusi, paling bagus turunannya, paling saleh,
paling kuat, paling sehat, dan paling berkuasa. Dia juga menggoda keduanya dengan
memasukkan waswaasah (desas-desus atau isu-isu negatif), menyusupkan fitnah,
memasukkan keraguan, memanipulasi makna perkataan dan perbuatan, keadaan, dan
posisi atau jabatan masing-masing. Sehingga yang baik diakui jelek, dan yang jelek diakui
baik. Maka timbullah rasa kurang percaya antara yang satu kepada yang lain.

Di antara wasilah atau perantara yang dipergunakan setan ahli sihir untuk
memecah-belah adalah berusaha untuk membalikkan sifat-sifat baik menjadi jelek. Seperti
sifat penyantun dan penyayang diubah menjadi sifat kasar dan kejam. Sedang sifat
pemaaf dan toleran atau lapang dada, diubah menjadi sikap ingin menuntut, mencela,
mewaspadai (muraqabah), menghakimi, bahkan ingin menyiksanya (mu’ aqabah). Hal itu
dilakukan oleh setan ahli sihir dengan menimbulkan berbagai sebab perpecahan,
kebencian, pertentangan, pengingkaran, dan pertengkaran. Bahkan memancing untuk
melakukan kezaliman dengan menimpakan bahaya dan gangguan terhadap harta dan
keluarga, juga menggiring manusia untuk meremehkan hukum-hukum hudud Allah SW T.

Setan ahli sihir itu juga selalu mendorong suami dan istri untuk saling
melemparkan tuduhan, saling memanggil dengan sebutan-sebutan jelek. Dia juga gigih
memancing mereka untuk membesar-besarkan buruk sangka dan buruk maksud (tujuan
dan keinginan).

Dengan kehendak dan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala, saya akan menjelaskan pula
mengenai sihir a`yun (lewat mata/pandangan) dan sihir takhyil (pengkhayalan). Kedua
macam sihir tersebut sebetulnya merupakan bagian dari teknik operasional sihir tafriq —

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

pemecah belah itu. Di antara cara atau wasilah atau perantara yang cukup jitu, yang
digunakan setan untuk mengacaukan hubungan suami istri atau dua kelompok adalah
menimbulkan rasa takut dari masing-masing mereka terhadap yang lain. Rasa takut itu
bermula dari sifat kikir, boros, cemburu buta, rasa mendongkol (dendam kesumat),
ketertipuan, kebohongan, olok-olok, mempermainkan, penghinaan, penguasaan
Hal. | 68 terhadap yang lain, memaksakan pendapat dan keinginan, ta'ashub atau fanatik buta,
Hal.
tidak toleran, dan lain-lain.

Di samping itu, termasuk cara jahat yang dilakukan oleh setan ahli sihir adalah
memasukkan mediator yang tidak saleh atau jahat untuk isllah "mendamaikan" suami-istri
atau dua kelompok yang sedang bertentangan. Padahal peribahasa menegaskan, faqdi
asy-syai'i la yu’thihi, "yang tidak mempunyai sesuatu (kemampuan) tidak dapat
memberikannya". Jadi, jika ada orang jahat, fasik, atau munafik menjadi mediator untuk
mengadakan ishlah (upaya damai), rnaka yang timbul justru sesuatu yang lebih parah lagi.

Wasilah atau perantara lain yang digunakan setan ahli sihir untuk memperdayakan
suami-istri atau kedua kelompok adalah sifat tamak atau rakus dan serakah yang bukan
pada tempatnya. Hal itu sangat mudah terjadi, jika setan sihir itu betul-betul telah
menguasai (istahwadza) sasarannya, baik akal pikirannya, hatinya, jiwanya, dan raganya.;
jika dia telah berhasil menguasai pikirannya, maka pikiran orang itu akan disusupi
pemikiran jahat untuk melakukan berbagai kesalahan dan dosa, menimpakan bahaya dan
gangguan terhadap masing-masing pihak.

Gangguan tersebut secara khusus akan ditimpakan setan terhadap harta mereka,
keluarganya, nama baiknya, kesehatannya, dan masa depannya. Lebih daripada itu, setan
sihir itu juga menyocoki pikiran manusia dengan sifat pendendam, keinginan kuat untuk
membalas dendam, mencela dan menghina yang berlebihan. Dia juga merasuki pikiran
manusia agar mereka menyukai yang haram dan membenci yang halal dan baik. Mereka
selalu mengingatkan manusia tentang kelezatan barang-barang yang dilarang, dan
membuat mereka lupa terhadap hal-hal yang berkualitas bagus dan halal.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa setan ahli sihir yang menggoda
dan menyihir dengan sihir tafriq atau sihir tamziq (untuk memecah-belah persatuan),
menggunakan caracara sebagai berikut:

1. Menanamkan benih-benih perpecahan atau perceraian, seperti buruk sangka,


salah paham, keraguan, kebimbangan, kebingungan, dan yang semacamnya.
2. Menyebarluaskan rasa benci dan permusuhan sebagai ganti rasa cinta kasih dan
sayang.
3. Menyebarluaskan pengingkaran dan pertengkaran dan suka membalas dendam,
sebagai ganti dari sikap lapang dada, memaafkan, dan sikap toleran.
4. Membalikkan makna perkataan dan perbuatan sehingga masing-masing dari
suami dan istri memahami perkataan dan perbuatan yang lain secara salah atau
keliru.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

5. Membesar-besarkan khilaf atau perbedaan pendapat yang melahirkan


pertengkaran dan perpisahan (perceraian)-
6. Membolak-balikkan gambar, secara khayal atau imajinatif, melalui tipu-daya atau
tipu muslihat setan atau, menurut istilah setan manusia, trik-trik sinema (al-hayal
asy-synama'iyyah). Wujud konkretnya ialah tampaknya wajah cantik menjadi jelek,
Hal. | 69
Hal. dan yang asalnya jelek justru menjadi cantik/tampan, atau juga membesarkan yang
kecil dan mengecilkan yang besar. Begitu pula, memendekkan yang panjang dan
memanjangkan yang pendek dan bentuk-bentuk imitatif yang lain,
7. Menyusupkan keraguan (tasykik) pada pemikiran, pandangan, pendapat,
perkataan, perbuatan, tindakannya, dan segala sikapnya orang yang terkena sihir.
Di samping itu menyusupkan hal-hal tersebut kepada orang-orang yang ada di
sekitarnya, seperti teman-teman dekatnya, partner kerjanya, mitra belajarnya, dan
semua orang terdekatnya.

Dengan cara demikian, orang itu akan memandang siapa pun dengan pandangan
kebalikan. Sahahat menjadi musuh, orang dekat menjadi jauh, orang mulia diakui sebagai
pencuri, dan begitu sebaliknya. Itulah, antara lain, yang disebut memutar-balikkan makna
perkataan dari perbuatan gaya setan ahli sihir. Gaya sihir macam ini disebut juga sihir
qalab suhub "sihir membolak-balik dan menarik". Dengan demikian, orang yang terkena
sihir cara ini akan terbalik dalam memandang sesuatu dan akan ter tarik oleh bujuk rayu
setan. Dia akan memahami segala sesuatu dari sisi kebalikannya dan dia secara tidak sadar
telah tertarik dengan sihir dan godaan setan ahli sihir itu. Dia tidak menyadari bahwa
perbuatannya itu tidak maslahat, bahkan memhahayakan diri dan keluarganya. Semoga
Allah melindungi kita dari segala macam sihir.

Wasilah atau perantaraan atau alat yang digunakan dalam sihir tafriq atau tamziq
adalah - istiraq as-sama` (menguping atau mencuri pendengaran), dan istijla' al-bashar
(mengelabui mata/pandangan). Istiraq as-sama` itu disebut juga al-jala` as-sam’iy. Sedang
istijla' al-bashar disebut juga al-jala' at-bashary. Atau masing-masing disebut juga al-kasyf
wa al-ilham dan al-kasyf wa al-waswasah.

Dengan cara istiraq as-sama', khadam sihir dari kalangan setan bangsa jin itu
menirukan suara orang-orang yang akan dikenai fitnah, furqah (perpecahan), dan rasa
benci di antara orang tersebut dengan orang yang menjadi sasaran sihir. Dengan suara
hasil tiruan (imitatif) itu, khadam sihir menyampaikan dan mendesuskan rasa
permusuhan, kebencian, dan pertikaian.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan istijla' al-bashar (mengelabui pandangan)


ialah takhyil "pengkhayalan" dengan gambar, sebagaimana pengkhayalan dengan suara.
Setan ahli sihir atau khadam sihir, baik lewat mimpi atau dalam keadaan jaga (melalui cara
pengkhayalan), menyerupai atau menggambarkan dirinya seperti gambar (prototipe)
orang yang akan dilibatkan dalam perpecahan, pertengkaran, kebencian dengan orang
lain yang menjadi orang-orang terdekatnya. Tukang sihir dari bangsa setan itu
menggambarkan dirinya atau menampakkan dirinya seperti musuh yang akan membalas

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dendam terhadap temannya yang menjadi musuhnya.

Kadang-kadang kedua cara itu, mencuri-curi pendengaran atau menguping dan


mengelabui pandangan atau gambar, dilakukan sekaligus dalam satu waktu (secara
serempak). Setan menggunakan suara dan gambar imitatif untuk lebih meyakinkan dan
Hal. | 70 memperkuat upaya menyalakan api permusuhan, api fitnah, api kebencian, dan api
Hal.
perpecahan. Kadang-kadang kedua cara tersebut dipergunakan sekaligus oleh setan ahli
sihir di sekitar tempat tinggal orang yang menjadi sasaran sihirnya. Misalnya, kepada
orang yang terkena sihir itu datang suara-suara dan gambar-gambar imitatif sekaligus
dalam satu waktu. Yakni, dia mendengar suara di samping melihat gambar-gambar palsu
yang memancingnya untuk memarahi teman dekatnya. Lalu dia akan menentangnya, dan
pada gilirannya akan memusuhinya.

Dalam hubungannya dengan masalah ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan
demikianlah, Kami jadikan/ciptakan bagi setiap nabi itu musuh (dari) setan-setan manusia
dan jin, yang sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lainnya perkataan-
perkataan yang indah untuk menipu (QS. Al-An`am 6:112).

Sedang pada ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan janganlah
kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya
(yakni, dengan menyebut nama selain Allah). Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu
adalah suatu kefasikan (perbualan dosa). Sesungguhnya setan-setan itu membisikkan
kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jiha kamu menuruti mereka,
maka sesungguhnya kamu (sekalian) tenlulah menjadi orang-orang musyrik (QS. Al-An'am
6:121).

Jadi, gaya mengganggu lewat ungkapan kata-kata dan lewat isyarat, atau gaya
menyihir dengan suara dan gambar, atau pengkhayalan, penyerupaan, penggambaran,
dan pemiripan dengan menggunakan suara dan gambar, merupakan gaya setan dalam
menyihir manusia untuk menyebarluaskan dan menyalakan api permusuhan, saling
membenci, sating menentang, saling mengingkari, dan saling mendendam, sehingga
orang yang asalnya saling mencintai, saling menguatkan, saling menolong, dan saling
membantu menjadi bersikap sebaliknya.

Dalam kaitannya dengan masalah tersebut, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam


menegaskan, "Sesungguhnya setan itu meletakkan mulutnya pada hati anak Adam
(semua manusia). Jika dia sedang sadar (ingat kepada Allah), maka setan itu mundur. Dan
apabila anak Adam diam (lengah), dia menggoda."

Dalam Hadits lain beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya


setan itu berjalan pada setiap tempat mengalirnya darah anak Adam."

Yang paling menakjubkan dan mengerikan, ialah bahwa setan juga ternyata aktif
menggoda para nabi. Sebagaimana diisyaratkan olek Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

tidaklah Kami mengutus--sebelum kamu. seorang rasul dan tidak (pula) searang nabi,
kecuali jika dia mempunyai suatu keinginan, maka setan pun memasukkan godaan-
godaannya pada keinginannya itu (QS. AI-Hajj 22:52).

2. Sihir Habil, Khubal, dan ’Abath


Hal. | 71
Hal.
Sebelum menerangkan jenis sihir yang kedua ini, akan dijelaskan terlebih dahulu
fungsi akal atau otak manusia. Di antara tugas akal itu adalah:

a. Menerna informasi (maklumat), menyimpannya, dan mengeluarkan atau


menyebarkannya jika diperlukan dengan ukuran tertentu dan pada waktu yang
telah ditentukan pula.
b. Berpikir, merenung, mengingat, mengatur, menggambarkan (mendeskripsi),
mengambil konklusi atau kesimpulan, berinovasi, mencipta (berkreasi), dan
mengokohkan yaitu meluruskan dan memperbaiki perkataan dan perbuatan
(amal).

Seperti diketahui, bahwa akal atau otak manusia itu mempunyai jutaan sel yang
melaksanakan tugas dan kewajiban akal.

Dengan izin dan kehendak Allah, setan ahli sihir yang akan menggoda manusia itu
berpusat dan menetap pada otaknya, anggota tubuhnya, dan alat-alat kelengkapan
tubuhnya. Hal ini seperti diisyatatkan oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
''Sesungguhnya setan itu berjalan (berada) pada setiap aliran darah anak Adam."

Jika setan telah berpusat dan menetap pada otak manusia yang akan diganggu dan
dikuasainya, maka Allah memberinya kekuasaan (kemampuan) untuk mengenali semua
sel-sel otak manusia, demikian pula tugas dan pekerjaannya, serta penggunaannya.

Kita telah mengetahui bahwa ada penyatuan setan dengan manusia yang terkena
sihirnya dalam jangka waktu yang lama, bahkan abadi. Sebagaimana hal ini dijelaskan
dalam buku saya Iqtiran Asy-Syaithan bii-al-Insan (Penyatuan Setan dengan Manusia), dan
secara khusus pada pasal "Macam-macam Penyatuan Setan dengan Manusia". Di samping
penyatuan setan dengan manusia dalam waktu yang lama, ada juga penyatuan secara
mendadak atau disebut Iqtiran Thari. Ada lagi lqtiran.Kulliy atau penyatuan secara total.
Dan kebalikannya adalah penyatuan parsial (sebagian). Selain itu, ada juga Iqtiran Juz''iy
Kulliy "penyatuan parsial/sebagian abadi", dan kebalikannya adalah penyatuan Juz 'iy Thari'
(sebagian dan mendadak atau temporal). Ada lagi penyatuan yang total abadi, dan
kebalikannya adalah penyatuan total secara tiba-tiba dan sementara (temporal).

Semua itu tergantung kepada kemampuan setan dalam pemusatan penggodaannya


terhadap manusia yang disihirnya. Sihir habil (tipu muslihat), sihir khubal (menimbulkan
kegilaan), dan sihir 'abath (menyebarkan fitnah dan bencana besar) itu akan terkena
kepada manusia yang menjadi sasaran sihir jika dia sampai tidak sadar untuk selamanya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Bahkan selamanya pikirannya kacau-balau, lupa, dan selalu berbuat kemaksiatan. Hal itu
terjadi jika setan ahli sihir telah menyatu, menetap, menguasai, dan memusatkan
gangguannya pada otak manusia. Atau lebih khususnya, dia telah berpusat pada sel-sel
otak manusia yang secara khusus digunakan untuk berpikir, merenung, mengatur (me-
manage), menggambarkan, dan mengkhayalkan. Cara begitu disebut dengan Iqtiran Juziy
Hal. | 72 Daim 'penyatuan parsial abadi'.
Hal.

Ada juga manusia yang terkena sihir itu kembali sadar dari ketidak sadarannya,
memahami segala seuatu, dan mengingat kembali apa yang terlupa, bahkan dia mampu
menjawab segala pertanyaan yang diarahkan kepadanya, juga dapat mengenal barang-
barang dan orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi setelah sadar dia kembali tidak
ingat atau gila lagi. Begitu selanjutnya, kadang-kadang sadar kadang-kadang tidak. Itulah
yang dikatakan seorang sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang
bernama Ibn Abi Sahary kepada beliau, "Sesungguhnya anak ini terusir hari ini. Kami tidak
mengetahui penyebabnya ...." Dan ternyata Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
mengakui dan membenarkan pengakuan atau deskripsi tersebut.

Gaya penyihiran seperti itu disebut dengan Iqtiran Juz'iy Thari' Tha'if Thariq. Sedang
penyebab terjadinya sihir jenis ini adalah karena setan telah menyatu dengan otak
manusia dan berpusat serta menguasai sel-sel otak manusia.

Kita mengetahui bahwa terjadinya sihir habit, khubal, dan `Abath adalah karena
bersatunya setan ahli sihir dengan manusia yang tersihir, di samping penguasaannya
terhadap otak serta pemusatan penggodaannya pada otak tersebut. Khususnya, dia telah
menguasai sel-sel otak manusia yang berfungsi untuk berpikir, memahami, mengambil
kesimpulan, merenung, menggambarkan atau mengkhayalkan. Dia telah menguasai sel-
sel otak manusia yang fungsinya untuk menerima informasi, menyimpannya, dan
mengeluarkan atau menginformasikannya kembali. Jika penguasaan setan itu berlaku
untuk selamanya, maka itulah yang disebut Al-Iqtiran Al-Daim "penyatuan abadi" . Tetapi
jika hal itu hanya terjadi kadang-kadang saja, yakni kadang-kadang sadar dan kadang-
kadang tidak sadar, maka penyatuan demikian disebut Al-Iqtiran Ath-Thari' "penyatuan
tiba-tiba (temporal)".

Ciri-ciri dan tanda-tanda pengaruh sihir habit, khubal, dan `abath adalah sebagai berikut:

1. Kekacauan berpikir. Seseorang yang terkena sihir itu, jika berbicara, tidak jelas
arah dan tujuannya, suaranya tinggi dan keras, serta cepat. Pemikirannya selalu
berpindah-pindah, dari satu pemikiran ke pemikiran lain, dari satu objek ke objek
lain.

Dia tidak akan memberi kesempatan kepada teman atau lawan bicaranya, baik
untuk menolak pembicaraannya, atau memberikan penjelasan, atau memberikan
pendapatnya, atau mengajukan usulan catatan. Jika berbicara, pembicaraannya
kacau dan sulit dimengerti oleh yang lain.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

2. Kadang-kadang matanya terbuka terus dan tidak tertutup. Kadang-kadang juga


matanya rusak. Bahkan, dia suka memutar-mutarkan pandangannya ke kanan, ke
kiri, ke atas, dan ke bawah.

Hal. | 73
Hal. 3. Tidak berpusat dan menetap di satu tempat. Dia selalu berpindah-pindah tempat
dan keadaannya pun selalu berubah-ubah dari satu keadaan ke keadaan lainnya.
Kadang-kadang dia tenang, tampak berpikir, dan diam. Tetapi kadang-kadang juga
dia tidak tenang dan pikirannya seperti goncang. Dia akan menampilkan fanatisme
buta, pengingkaran, dan terus-menerus pada suatu perkataan dan perbuatan yang
dilihatnya.

4. Membiarkan badan kotor dan tidak terurus. Demikian pula pakaian dan
tempatnya. Dia tidak memperhatikan penampilan lahirnya. Dia membiarkan
kukunya panjang dan tidak membersihkannya dari berbagai kotoran.

5. Berlebihan dalam mengisap rokok, minum kopi, teh, dan tidak memperhatikan
etika makan dan minum.

6. Berteriak, berpaling dari sesuatu dan suka menentang. Dia pun tidak akan
meneruskan "satu pekerjaan tertentu. Dia selalu berpindah-pindah pekerjaan yang
tidak karuan.

3. Sihir Khudzal atau Tashallub Al-A`dha'

Di antara tugas dan kewajiban otak manusia ialah menghasilkan dan


mendistribusikan tenaga listrik (kahrabiyyah atau potensi hidup) yang pokok, demi
kemaslahatan hidup dan untuk menggerakkan semua anggota tubuh manusia, terutama
anggota tubuh yang vital. Jadi, dengan izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala, otak
dapat menghasilkan atau memproduksi tenaga listrik yang dibutuhkan untuk
kemaslahatan fisik manusia. Kemudian tenaga listrik (daya hidup) itu dialirkan dan
didistribusikan ke semua anggota tubuh dan semua alat perlengkapan hidup manusia. Hal
itu dilakukan lewat penyambungan tenaga listrik antara semua anggota tubuh dengan
otak manusia.

Seringkali otak menghasilkan tenaga listrik (daya hidup atau potensinva) untuk
kepentingan fisik manusia. Kemudian tenaga listrik itu dialirkan dan disebarkan ke setiap
anggota tubuh dan semua bagiannya. Hal itu dilakukan melalui teknik atau metode yang
teratur; tertib, dan perlahan-lahan. Dengan begitu, manusia dapat hidup dengan tenang,
bahagia, tu’maninah, aman, dan damai (dalam keselamatan), serta sehat sejahtera. Tetapi
manusia itu dihadapkan kepada berbagai tantangan (kondisi tubuh) sebagai herikut:

Keadaan Pertama

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Terputusnya huhungan dan aliran tenaga listrik kepada anggota tubuh dan bagian-
bagiannya secara total dun terus-menerus. Atau mungkin terputus secaa total dengan
tiba-tiba dan temporal (tidak selamanya). Jika terputusnva aliran dan huhungan tenaga
lirstrik ini sifatnya abadi atau langgeng, maka itu disebut syatal (kelumpuhan), yakni
adanya salah satu anggota tubuh yang mati secara total (lumpuh).
Hal. | 74
Hal.
Tetapi, kadang-kadang terputusnya aliran dan sambungan tenaga istrik kepada
anggota tubuh dan bagian-hagian otak tidak bersifat langgeng, hanya sementara saja.
Inilah yang disebut dengan khadzal (lemah). Jika aliran tenaga listrik itu sampai pada
auggota tubuh dan bagian-bagiannya, maka kehidupan dan daya hidup dapat berjalan.

Demikian pula semua auggota tubuh dapat bergerak seperti lazimnya orang hidup.
Tetapi, jika aliran tenaga listrik itu berhenti, maka anggota tubuh atau bagian-bagiannya
itu kehilangan daya semangatnya, daya hidupnya, dan bisa jadi total, yakni kehilangan
potensi hidupnya.

Jadi, keadaan dan kondisi fisik seperti ini adalah terputnsnya aliran tenaga listrik
(potensi hidup) dan salah satu anggota tubuh, baik itu sifatnya langgeng yang dapat
melahirkan kelumpuhan, maupun sifatnva sementara yang disebut lemah saja.

Keadaan Kedua

Jika tenaga listrik itu mengalir kepada alat kelengkapan hidup dengan kadar yang
lebih banyak dari ukuran biasa yang teratur, maka alat kelengkapan tubuh tersebut akan
mengeras (tashallub) atau kejang-kejang (tasyannuj), atau menjadi keras seperti kayu
(takhasysyub). Kondisi fisik seperti ini kadang-kadang menimpa seluruh anggota tubuh,
kadang-kadang hanya menimpa salah satunya saja.

Keadaan Ketiga

Jika tenaga listrik (potensi hidup) itu sampai kepada alat kelengkapan tubuh dengan
kadar yang lemah atau lebih sedikit, dan tidak sesuai dengan kebutuhan metabolisme
tubuh, maka fisik manusia itu tidak akan kuat. Dia juga tidak akan mampu bergerak
sebagaimana biasanya. Bahkan berdiri pun tidak kuat, apalagi berjalan. Yang lebih
menyedihkan, jika keadaan atau kondisi fisik seperti itu terjadi dalam jangka waktu yang
lama. Yang jelas, kondisi fisik seperti ini tidak menimpa semua anggota tubuh dan semua
alat kelengkapan tuhuh. Hanya sebagian anggota tubuh saja yang mengalami kelemahan
sehingga sulit untuk bergerak dan tidak dapat melaksanakan fungsi serta tugasnya.

Dengan demikian, betapa sangat jahat dan sangat berpengaruhnya sihir dan tukang
sihir ini. Semoga Allah melindunigi kita dari gangguan sihir dan tukang sihir. Amin.

4. Sihir Jawarih wa Al-A'dha'

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sihir Jawarih wa Al-A’dha’ adalah sihir yang menimpa salah satu anggota tubuh.
Antara lain sebagai berikut:

a. Sihir Al-A'yun (Mengenai Mata)

Hal. | 75
Hal. Dalam surah Al-Araf; 116, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengisyaratkan Ahli-ahli sihir
berkata, “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang
akan melemparkan” Musa menjawab, "Lemparkanlah. (lehih dahulu.)'." Maka tatkala
mereka melemparkan., mereka menyulap mata orang (banyak) dan menjadikan mata orang
banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan) (QS. 7:116).

Jadi, di sini, sihir diberi kekuasaan untuk menguasai salah satu alat kelengkapan
tubuh, yaitu mata. Sihir Khadzal (menelantarkan manusia dan melemahkannya), sihir
tashallub (mengakibatkan kerasnya anggota tubuh), dan sihir tahhasysyub (membuat
badan keras seperti kayu), tampaknva sejalan dengan jenis sihir yakni sihir yang hanya
mengenai salah satu alat kelengkapan tubuh. Jika terjadi keterputusan sambungan
tenaga listrik ((daya hidup dan potensinya) secara lengkap atau sempurna, maka
seseorang dapat kehilangan mata atau penglihatannya. Kadang-kadang tenaga listrik itu
kembali lagi setelah beberapa saat atau setetah waktu yang lama. Tetapi, kadangkadang
juga tidak kembali normal lagi, Jika ada penolongan dan izin Allah, maka tenaga listrik itu
akan mengalir lagi, sehingga ia dapat melihat kembali.

Jika aliran tenaga listrik (potensi hidup) yang mengalir kemata melebihi kapasitas
dan kebutuhan, maka hal itu akan menimbulkan rasa sakit pada mata. Tetapi pengaruh
tersebut hanya temporal, beherapa waktu saja dan tidak lama. Sebaliknya, jika aliran
tenaga listrik (daya hidup) tersebut hanya sedikit, tentu saja kemampuan memandang
menjadi lemah. Kadang-kadang, kemampuan melihat itu melemah dan menguat dalam
waktu yang bersamaan. Dalam kondisi begini, mata terkena zughlulah “ kesilauan".

b. Sihir Tahhyil (Pengkhayalan)

Sihir a’yun dan sihir takhyil keduanya sihir yang mengenai mata. Hanya di samnping
mengenai mata, sihir takhyil juga mempengaruhi akal manusia. Lebih tegasnya, sihir
takhyil mempengaruhi sel-sel otak yang berfungsi untuk menerima atau menangkap
gambar dan informasi (maklumat). Dengan izin dan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala
sel-sel tersebut membolak-balikkan gambar yang diterima lewat penglihatan mata.

Sebagai contoh, seseorang akan melihat benda besar dari kejauhan tarnpak kecil.
Sebagaimana orang yang berdiri di atas bumi melihat kapal terbang yang begitu besar itu
tampak kecil. Sebaliknya, jika matanya tajam, apalagi jika menggunakan alat pembesar
penglihatan, maka benda kecil akan terlihat besar.

Jika seseorang naik kereta api dengan kecepatan yang sangat tinggi, maka dia akan
melihat pepohonan dan tiang-tiang listrik seakan-akan berjalan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sihir takhyil menjadikan manusia melihat barang-barang yang tadinya bergerak


menjadi diam dan menetap. Sebaliknya, dia melihat barang-barang yang diam itu
bergerak.

Hal. | 76
Hal. Untuk membenarkan pernyataan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berirman dalam
surah Asy-Syu'ara 26:43-44, Berkatalah Musa kepada mereka: "Lemparkanlah apa yang
hendak kamu Lemparkan". Lalu mereka melemparkan tali temali dan tongkat-tongkat
mereka dan berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami benar-benar akan
menang".

Sedang pada surah Thaha 20:65-69, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga memfirmankan,
(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?" Berkata Musa:
"Silakan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka,
terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa
merasa takut dalam hatinya. Kami berkata: "Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah
yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya
ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu
adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana
saja ia datang".

Sebenarnya, tali-temali dan tongkat adalah benda diam dan tidak bergerak. Tetapi
Sayidina Musa as. melihat benda-benda itu bergerak. Itulah pengaruh takhyil
(pengkhayalan) atau cara setan dalam mengelabui mata manusia. Dengan sihir takhyil,
manusia melihat sesuatu tidak seperti hakikatnya atau sifat barang-barang tersebut
menjadi terbalik. Maka, benda yang sebenarnya diam tampak menjadi bergerak, sedang
benda yang bergerak tampak diam. Demikian juga, benda panjang terlihat pendek, dan
yang pendek tampak panjang. Yang bagus kelihatan jelek, sedang yang jelek tampak
bagus. Itulah pengaruh takhyil, sehagai basil upaya setan dalam memperdayakan khayal
manusia.

Seseorang yang terpengaruh sihir takhyil akan melihat suatu benda atau gambar
tampak terbalik. Sihir demikian disebut al-hiyal asy-syaithaniyyah "tipu muislihat Setan''.
Anehnya, setan-setan dari bangsa jin itu mengenalkan cara-cara tipu muslihat macam
demikian kepada teman-temannya dari saran manusia, lalu mereka menyebutnya dengan
Al-Hiyal Asy-Syinama'iyyah "trik-trik sinema". Padahal metode demikian menurut
hakikatnya adalah tipu muslihat setan.

Jelaslah bagi kita, bahwa sihir a'yun (sihir mata) itu sangat berpengaruh kepada
mata. Sedang sihir takhyil berpengaruh terhadap mata dan akal. Seseorang yang terkena
sihir takhyil melihiat suatu perbuatan dan hakikat sesuatu berupa khayalan atau imitasi.
Khayalan dan takhyilat, metode dan teknik pengkhayalan, tersebut ada dan terjadi di luar
fisik objek atau sasarannya, yaitu dengan menggunakan jasa arwah-arwah setan yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

menggambarkan dan mengkhayalkan kepada sasaran sihirnya. Sedang orang yang


terkena sihir itu melihat gambaran atau khayalan atau bentuk imitasi itu dengan
perantaraan khadam atau pelayan sihir yang menyatu dengannya.

Jadi, dalam keadaan takhyil dan tashwir (pengkhayalan dan penggambaran), setan
Hal. | 77 mengkhayalkan dan menggambarkan arwah setan dari luar fisik manusia. Khadam atau
Hal.
pelayan sihir itu menyamar gambar-gambar atau khayalan-khayalan itu dan
meletakkannya pada cermin akal manusia yang terena sihir. Inilah yang disebut al-jala' al-
bashary atau istijla’ al-bashar (mengelabui mata), atau disebut juga dengan al-kasyf asy-
syaithany bi at-takhyil wa at-tashwir wa al-waswasah (pembukaan hijab oleh setan dengan
pengkhayalan, penggambaran, dan desas-desus).

Gaya seperti itu juga terjadi pada orang-orang Mukmin yang ikhlas dan teguh
keimanannya serta wara’ (hati-hati). Pada mereka juga terjadi al-jala’ al-bashary dan istijla’
al-bashar lewat perantaraan malaikat yang memberikan ilham dan ifham (daya
pemahaman). Itu yang disebut dengan al-kasyf al-ilhamy al-malaky bi-al-shurah wa al-
khayal, terbuka hijab dengan iham malaikat dalam bentuk gambar dan khayal'.

Demikian pula, sebagaimana terjadinya penipuan terhadap mata lewat gambar atau
pandangan, atau yang disebut al-jala' al-bashary, maka terhadap telinga pun terjadi hal
yang sama. Artinya, setan juga menggoda manusia lewat telinganya dan yang Iebih
dikenal dengan istiraq as-sam’ atau al-jala’ as-sami’y "menguping atau mencuri-curi
pendengaran”.

c. Sihir Sama’wa Al-Adzan

Sihir a’yun dan sihir takhyil pada dasarnya sejalan dengan sihir sama’ dan adzhan
(sihir Iewat telinga). Karena pemikiran asasinya adalah bahwa setan yang bersatu dengan
orang yang terkena sihir itu berpusat pada akalnya. Untuk kepentingan hikmah yang
sangat banyak, tetapi sekarang tidak mungkin dijelaskan, Allah Subhanahu wa Ta'ala
memberikan kemampuan kepada setan untuk memusatkan penggodaan dan
penyihirannya pada otak atau akal manusia yang lemah (lumpuh) atau yang terkena sihir.
Lebih jauh dari itu, telah diajarkan pula cara-cara mempengaruhi dan menguasai alat
kelengkapan hidup tubuh manusia, khususnya mata, telinga, dan alat produksi, serta alat
pencernaan makanan.

Dalam kaitan itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menegaskan,


“Sesungguhnya setan itu berjalan atau mengalir pada setiap perjalanan darah manusia.
Maka sempitkanlah tempat mengalir darah satan itu dengan banyak shaum”

Hal itu dapat dipahami karena ternyata setan telah menguasai otak manusia dan
dia bercokol di situ, sehingga dia memusatkan kegiatannya untuk menggoda atau
menyihir manusia pada otaknya. Hal itupun diperkuat atau dilengkapi dengan penguasaan
setan terhadap pengaliran tenaga listrik (kahrabiyyah, potensi hidup) yang dialirkan dari

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

otak ke semua anggota tubuh dan alat kelengkapan tubuh. Caranya, dia menghalangi
sampainya aliran tenaga listrik tersebut ke semua anggota tubuh dan semua alat
kelengkapannya. Bisa juga dengan mendorong atau mengalirkannya dalam jumlah yang
sangat banyak dan melebihi kapasitas yang normal. Atau mengalirkan dan
mendistribusikannya dengan kadar yang lebih sedikit dan tidak memenuhi kebutuhan
Hal. | 78 normal.
Hal.

Jika setan berhasil mencegah pengaliran tenaga listrik atau potensi hidup itu
terhadap alat kelengkapan tubuh yang vital, maka orang yang terkena itu akan berhenti
dari aktivitasnya. Dia akan merasa lesu dan bahkan tak bertenaga lagi, sebab tenaga listrik
atau daya hidupnya tidak sampai atau tidak mengalir. Dia kehilangan kebutuhan hidup
yang esensial atan pokok, dan kehilangan bahan-bahan untuk hidup dan bergerak.

Sementara itu, jika distribusi tenaga listrik yang dialirkan jauh melebihi kapasitas,
maka akan terjadi kerusakan dalam cara kerja anggota tubuh. Hal ini sama jika aliran listrik
yang dialirkan ke rumah-rumah terlalu tinggi tegangannya, maka segala perangkat dan
perkakas rumah yang menerirna aliran listrik akan mengalami kerusakan berat. Begitu
pula yang terjadi pada jasad atau fisik manusia ketika mendapatkan aliran tenaga listrik
atau potensi hidup yang melebihi kapasitas dan kebutuhan normal. Akibatnya, semua
anggota tubuh dan alat-alat kelengkapannya akan terkena tekanan tinggi. Orang itu
mungkin akan pingsan, lumpuh, gemetar, gundah (frustrasi), berdebar-debar, bahkan
mungkin saja menimbulkan kegilaan—naudzubillah.

Seperti telah diketahui, bahwa telinga merupakan alat penerima informasi lewat
pendengaran dan setan selalu menggunakan berbagai cara untuk menggoda dan
menggelincirkan manusia. Maka, di samping menggodanya dari dalam, setan juga
menggoda manusia dan luar fisiknya dengan melemparkan keraguan, desas-desus,
kebimbangan, dan inforrnasi-inforrnasi yang menangsang kemarahan lewat telinga atau
pendengaran.

Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini, Fa-waswasa ilaihi asy-
syaithan, Maka setan membisiskan (godaannya) padanya.” Jadi, maksud Fa-waswasa ilaihi,
ialah bahwa gangguan dan godaan setan kepada seseorang (Nabi Adam dan yang
lainnya) itu datang dari luar dirinya. Al-waswasa “bisikan godaan" di sini mungkin berupa
perkataan yang diucapkan setan untuk merusak pendengaran manusia. Kadang-kadang
bisikan dan godaan setan itu berupa perkataan, dan ini disebut istiraq al-sama’ atau
mencuri-curi pendengaran, dan kadang-kadang juga dengan perantaraan isyarat, gambar
dan pengkhayalan (takhyil). Tetapi gambar dan pengkhayalan terjadi melalui jalan
penipuan terhadap mata atau pandangan. Kadang-kadang setan juga menggoda dan
membisikkan godaannya terhadap manusia lewat dua cara itu sekaligus, yakni lewat suara
yang didengar telinga dan gambaran yang dilibat mata. Sementara itu, bisikan dari luar
terjadi lewat perantara setan jin dan setan-setan manusia.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini, “Dan kejahatan bisikan
setan yang suka mundur (jika manusia sedang mengingat Allah). Yang suka membisikkan
(sesuatu) ke dalam dada manusia. Dari golongan jin dan manusia” (QS. An-Nas 114: 4-6).

Tetapi harus diingat, meskipun yang menggoda manusia itu adalah setan jenis
Hal. | 79 manusia, tetapi yang menggerakkan, mempengaruhi dan mendonongnya untuk
Hal.
melakukan gangguan dan godaan itu adalah setan-setan dari bangsa jin. Dan,
sebagaimana gangguan dan bisikan setan itu timbul dari luar (fisik) manusia, maka
kadang-kadang juga bisikan dan godaan itu keluar dari dalam diri manusia, baik dari
dirinya langsung maupun dari orang lain yang mewakili setan.

Perhatikan firman Allah benikut ini, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dan Kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh dirinya.” (QS. Qaf 50:16).

Dan pada surah An-Nas disebutkan, Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tahan.
(yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia, Sesembahan manusia. Dari
kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam
dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia."

Huruf fi (dalam) kalimat Fi shudur an-nas "dalam dada manusia itu zharafiyyah
(menerangkan tempat), yakni di dalam. Dan itu menunjukkan adanya bisikan kejahatan
dari dalam diri manusia sendiri, atau dari setan yang biasa menggodanya. Mungkin juga
dari bangsa manusia dan bangsa jin.

Godaan atau bisikan kejahatan yang timbul dari luar diri manusia maupun dari
dalam diri manusia dapat terjadi karena memang setan berpusat pada telinga manusia
dan menguasainya. Lewat telinga itu, setan berharap pemikiran-pemikiran buruk dan
informasi yang salah akan masuk dan mempengaruhi manusia.

d. Sihir Mulut, Lidah, dan Perkataan

Dalam sihir jenis ini, setan berpusat dan menguasai jaringan alat suara dan
sambungan tenaga listrik (potensi hidup) antara otak dan lisan (lidah).

Itulah, antara lain, tipu muslihat setan dalam mengoperasikan atau melaksanakan
sihir a’yun, sihir takhyil, sihir sama’ dan sihir adzan. Dia berpusat dan menguasai alat
kelengkapan tubuh, serta mempengaruhi sambungan tenaga listrik dari otak ke alat
kelengkapan tubuh berupa pendengaran. Demikian pula, dia berpusat dan menguasai,
serta mempengaruhi hubungan tenaga listrik di antara otak dan alat kelengkapan tubuh
(mata).

Berkenaan dengan sihir mulut, lidah, bibir, gigi, dan perkataan maka di sini setan
membuat berbagai perubahan, penyakit, kekacauan, dan keruwetan terhadap alat
kelengkapan tubuh tersebut.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Dalam sihir jenis ini, setan tidak saja berpusat pada jaringan suara dan mulut, serta
hubungan tenaga listrik dan otak ke lidah, tetapi setan juga berpusat pada otak manusia,
Atau lebih khususnya pada sel-sel khusus yang berfungsi untuk mendapatkan dan
menerima maklumat atau informasi, lalu menyimpannya, dan kemudian mengeluarkan
atau menyebarluaskannya lagi jika diperlukan.
Hal. | 80
Hal.
Setiap orang pasti pernah mendengar suara setan yang berbicara lewat lidah
manusia yang menjadi tempat menyatunya. Setan itu menyebutkan namanya,
kepribadiannya, agama, dan keadaan (kondisinya).

Dalam kitab Zad Al-Ma’ad fi Hadyi Khair Al-‘Ibad bab 'Petunjuk Rasulullali Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Berkenaan dengan Pengobatan Orang yang Gila" terdapat dialog
antara Imam ibnu Taimiyah – rahimahullah ta’ala - dengan seorang jin wanita yang
bergabung (menyatu) dengan seorang manusia. Dialog itu disaksikan banyak orang, di
antaranya Imam Ibn Qayyim – rahimahullah ta’ala (pengarang kitab Zad Al-Ma’d tersebut).
Lengkapnva dialog tersebut adalah sebagai berikut:

Jin wanita itu berkata, “Aku mencintai orang ini." Imam Ibn Taimiyyah berkata,
"Tetapi dia tidak mencintaimu." Ruhb jin wanita itu berkata, "Aku ingin melakukan ibadah
haji dengannya (uridu an ahijja bihi)." Imam Ibn Taimiyyah berkata, 'Tetapi dia tidak mau
berhaji denganmu.' 'Kalau begitu aku akan meninggalkannya demi menghargai kamu,''
kata jin wanita itu. Syaikh Ibn Taimiyyah malah menukas, justru Anda harus keluar demi
mentaati Allah dan Rasulullah."

Imam Ahmad bin Hanbal – rahimahullah ta’ala - pernah mengutus seseorang


sambil dititipi bakiak (sandalnya). Orang itu berbicara pada ruh setan, "Sesungguhnya
Imam Ahmad menyuruhmu untuk keluar. Jika tidak, aku akan memukulmu dengan bakiak
ini sebanyak tujuh puluh kali." Orang-orang yang hadir di situ mendengar ruh setan itu
berkata lewat lidah seorang wanita yang menjadi tempat bergabungnya setan tersehut,
'Baiklah aku sambut perintah Imam Ahmad. Sesungguhnya Imam Ahmad itu orang yang
taat kepada Allah. Maka setiap sesuatu akan mentaati Allah karena ajakan dia,
Sesungguhnva jika kami diperintah oleh dia untuk keluar dan meninggalkan Irak, pasti
kami akan keluar semuanya.

Kejadian tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa setan berpusat pada otak
manusia yang tidak beriman, lalu manusia itu menghilang, kemudian muncullah setan dan
berbicara menurut istilah kedokteran, keadaan di mana setan dapat berbicara lewat lidah
manusia disebut izdiwaj syakhshiyyah- "penyatuan kepribadian", atau ''penggandaan
kepribadian".

e. Sihir, Targhib, Tarwi, Tafzi, Takhwif, dan Istirhab

Jenis sihir ini adalah upaya setan untuk menakut-nakuti manusia yang menjadi
sasanan sihirnya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Berkenaan dengan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Mereka — Ahli-ahli


sihir Fir’aun berkata: "Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan (lebih dahulu), atau
kamikah yang melemparkan (dahulu)?", "Musa berkata lemparkanalah oleh kamu sekalian.’
Setelah mereka melemparkan, mereka menyihir (menyulap) mata banyak orang dan
Hal. | 81 membuat mereka menjadi takut.
Hal. Dan mereka mendatangkan sihir yang agung
(menakjubkan).” (QS. Al-Araf 7:115-116).

Dalam surah Ali 'Imran 3:175, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah pada-Ku jika kamu benar-benar orang-orang beriman (QS. Ali 'Imran 3:175).

Seperti diketahui bersama, bahwa rasa takut dan rasa terkejut (khawf dan faza’),
jika lelah menghantui atau menguasai seseorang, hal itu akan melemahkan gerakan atau
aktivitasnya dan melumpuhkan keadaannya. Seperti banyak dikatakan, bahwa orang yang
mempunyai rasa takut, hidupnya tidak tenteram, tidak tenang, bahkan makan, dan
minum pun tidak enak. Demikian pula, dia tidak dapat tidur dengan nyenyak, dan tidak
akan merasa senang tinggai di dimana saja.

Oleh karena itu, jika setan yang sangat dikutuk Tuhan itu telah menguasai seorang
hamba Allah, menggentarkan dan menakut-nakutinya, maka dia akan selalu
mengkhayalkan, menggambarkan, membisikkan kejahatan kepadanya, dan mendesas-
desuskan segala godaan kepadanya. Orang yang terkena sihir itu mungkin akan
menyangka bahwa setan terkutuk itu adalah muraqib, pelindung dan pengawas bagi
dirinya dari gangguan orang lain, khususnya dari orang-orang yang mempunyai
kekuasaan. Dengan demikian, orang yang terkena sihirnya itu tampak lemah dan tak
bergairah hidup. Kita melihat dia selalu membahas dan memperhatikan apa yang ada di
depannya dan dibelakangnya. Dan tampaknya dia selalu menunggu-nunggu kejahatan
(bahaya) setiap waktu. Kadang-kadang dia ditakut-takuti oleh setan dan kematian, dari
nasib masa depan, dan dari pengkhianatan orang yang paling dekat, paling dicintai, serta
paling ikhlas kepadanya.

Umumnya, setan yang sedang menggoda dan mengganggu manusia dengan sihir
jenis ini selalu membawanya jauh-jauh dari keramaian, bahkan dari keluarga yang
biasanya hidup bersama dalam satu rumah (tempat). Sehingga, tampak dia tidak mau
berbicara dengan teman-teman dan keluarganya sekali pun, tidak pernah mau makan dan
minum bersama. Dia juga tidak memperhatikan penampilan dirinya. Rambutnya tampak
selalu kusut, kuku-kukunya panjang, dan badannya kotor. Demikian pula, dia tidak pernah
mengurus kebersihan pakaian dan tempat di sekitar diriiya.

f. Sihir Tay'is, Qanuth, Takhzin, Shadad, Syurud, Dzuhul, dan Nisyan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Tay'is dan Qanuth adalah jenis sihir yang dilancarkan setan untuk membuat manusia
putus asa dari rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Rahman dan
Rahim, TakhzIn adalah usaha setan untuk membuat sasaran sihirnya sedih. Syurud adalah
langkah setan dalam menggelincirkan manusia dengan menghalang-halangi kelancaran
agarna Allah. Nisyan atau lupa juga merupakan akibat tertipunya manusia oleh bujuk dan
Hal. | 82 rayu setan. Sedang Syurud ialah pemurtadan dan penyesatan yang dilakukan oleh setan
Hal.
untuk menggelincirkan dan mencelakakan manusia. Sementara Dzuhul ialah kekacauan
pikiran sehagai akibat terpedaya oleh ajakan dan tipu daya setan.

Dalam surah Yusuf 12:87, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Hai anak-anakku,
pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudara-saudaranya dan jangan
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah
melainkan kaum yang kafir (QS. Yusuf 12:87).

Dalam surah Al-Hir 15:51-56, Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman, Dan
katakanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim. Ketika mereka masuk ke
tempatnya, lalu mereka mengucapkan "Salam." Berkata Ibrahim, ''Sesungguhnya kami
merasa takut kepadamu. Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut, sesungguhnya
kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang
akan menjadi) orang yang ‘alim (pintar). Berkata Ibrahim, "Apakah kamu memberi kabar
gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut. Maka dengan cara bagaimanakah
(terlaksananya) kabar gembira yang kamu kabarkan ini?" Mereka menjawab, "Kami
menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk
orang-orang yang berputus asa." Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa dari
rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat.” (QS, al-Hijr 15:51-56).

Jadi, berdasarkan beberapa firman Allah Subhanahu wa Ta'ala itu, berputus asa dari
rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan kekufuran. Orang yang
mempunyal sifat tersebut bisa jadi kafir, meski kafirnya bukan kafir akidah atau keyakinan.
Satan akan selalu berusaha dengan berbagai cara dan perantaraan, dengan macam-
macam metoda dan teknik unuk menjerumuskan manusia kejurang kekafiran. Dia
berusaha untuk menyusupkan mentalitas mudah putus asa ke dalam perkataan,
perbuatan, pemikiran, dan keadaan manusia yang menjadi sasaran sihirnya. Sehingga, jika
orang itu seorang pelajar atau santri, dia tidak mau belajar. Jika dia seorang karyawan
atau pedagang dia malas bekerja. Demikian seterusnya, kemalasan ditimpakan kepada
setiap orang yang akan digelincirkannya.

Sesungguhnya, jika manusia mengetahui bahwa rahmat dan kasih sayang Allah
Subhanahu wa Ta'ala itu meliputi segala sesuatu, maka jika ada seseorang yang tidak
mempunyai harapan akan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala dia berarti telah memiliki
salah satu sifat orang kafir. Meski dia bukan orang kafir dalam urusan akidah atau
keyakinan, dan dia tidak akan dikekalkan dalam neraka.

Setan Menyesatkan, menggunakan Pikiran dan Membuat Manusia Lupa

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Setan juga selalu aktif membuat manusia lupa akan kewajibannya, sehingga dia
menjadi tersesat, bahkan ada yang sampai murtad. Setan juga giat mengacaukan pikiran
manusia. Jadi, lupa dan merasa kacau pikiran serta tersesat merupakan akibat dan
pengaruh godaan dan gangguan setan.
Hal. | 83
Hal.
Berkenaan dengan masalah ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dan apabila
kamu melihat orang-orang yang memperolok-olokan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah
mereka, sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan
kamu lupa (akan larangan itu), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang
zalim setelah teringat (akan larangan itu) (QS. Al-An’am 6:68).

Dan dalam surah Yusuf 12:42 ditegaskan, Dan Yusuf berkata kepada orang yang
diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, "Terangkanlah keadaanku kepada
tuanmu." Maka setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya.
Karena itu, tetaplah dia (Yusuf) dalarn penjara (sampai) beberapa tahun lamanya.

Dalam surah Al-Kahfi, 18:63, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan masalah


nisyan (lupa) itu, Dia berfirman, Muridnya menjawab, '1Tahukah kamu tatkala kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan
itu, dan tidak ada yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan, dan ikan itu
mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."

Jelas, dari tiga ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala meng-isnad-kan atau
menyandarkan adanya lupa yang dialami oleh beberapa orang karena perbuatan setan.
Hanya karena ulah setanlah manusia bisa lupa. Tentunya, hal itu dengan izin dan
kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Di samping membuat manusia putus asa dan lupa, setan juga membuat mereka
sedih. Dia akan selalu berusaha dengan Segenap kemampuan dan kekuasaannya untuk
membuat manusia bersedih.

Hal tersebut diisyaratkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini,
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari setan, supaya orang-orang yang beriman
itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikit pun kepada
mereka, kecuali dengan izin Allah. Dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang beriman
bertawakal (QS. Al-Mujadilah 58:10).

Sedang pada ayat 19 dari surah tersebut Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan,
Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah
golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah yang merugi.

g. Shudud (Menghalangi Jalan Agama)

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Jenis sihir ini diisyaratkan dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Barangsiapa
yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Alquran), maka Kami akan
adakan baginya setan (yang akan menyesatkan). Maka setan itulah yang akan menjadi
teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar
menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka
Hal. | 84 mendapat petunjuk.” (QS. Az-Zukhruf 43:36-37).
Hal.

Sedang pada ayat lain dari surah Az-Zukhruf tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala
memfirmankan, Dan janganlah karnu sekali-kali dipalingkan oleh setan. Sesungguhnya dia
musuh yang nyata bagimu.

Sedang dalam surah Al-Maidah 5:91, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,


“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan dari shalat. Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Dan terakhir, dalam surah Al-Ankabut 29:38, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan,
“Dan (juga) kaum ‘Ad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran
mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan setan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan-perbuatan mereka, lalu dia menghalangi mereka dari jalan
(Allah). Sedangkan mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam.”

Pemahaman dan Pemikiran Para Fuqaha dan Ulama Besar Mengenai Sihir

Dengan kemudahan dan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada
saya, berikut ini saya akan mengemukakan pemahaman para ulama dan fuqaha besar
mengenai sihir. Hal ini akan lebih meyakinkan dan menguatkan permasalahan sihir
tersebut. Saya akan memulai dengan mengemukakan dalil dari kitab yang paling sahih
setelah Alquran, yaitu Shahih Bukhari yang diperjelas dengan syarh-nya yang berjudul Fath
Al-Bary bi-Syarh Shahih Al-Bukhary karangan Syaikh Ibn Hajar Al- 'Asqalany, khususnya juz
X kitab Ath-Thibb (Kedokteran), bab Sihir halaman 221. Penjelasan dalam kitab tersebut
dimulai dengan ayat-ayat Alquran berikut ini:

“Tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjahan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada kedua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut
dan. Marut. Sedang keduanya tidak mengejarkan (sesuatu) kepada seseorang sebelum
mengatahan, "Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir," Maka mereka mempelajari dari kedua malaihat itu apa yang dengan sihir itu, mereka
dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak
memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi
manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya
(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat (QS. Al-Baqarah 2:102).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Dalam surah Thaha 20:65-69, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

“(Setelah mereka berkumpul), mereka berkata, "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan." Berkata Musa,
"Silakan kamu sekalian melemparkan!" Maka tiba-tiba tali-temali dan tongkat-tongkat
Hal. | 85 mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka
Hal.
Musa merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, ''janganlah kamu takut, sesungguhnya
kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu;
niscaya dia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereha
perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu
dari mana saja dia datang.” (QS. Thaha 20:65-69).

Dalam surah Al-Anbiya' disebutkan,

“Maka apakah kamu menerima sihir padahal kamu. Menyaksikan.” (QS. Al-Anbiya'
21:3).

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surah Al-Falaq 113:4-5,

“Dan dari kejahatan. (tukang sihir) yang meniup-niup dalam buhulan (ikatan). Dan dari
kejahatan tukang menghasud (mendengki) jika dia menghasud.

Menurut Ibn Hajar, an-naffatsat itu adalah ahli-ahli sihir. Tusharuna artinya kamu
dibuat buta.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari-rahimahullah taala-no. 5763 dari


Hisyam bin Urwah bin Al-Zubair dari ayahnya, dari Ummu Al-Mukminin, disebutkan
bahwa Siti Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam disihir
oleh seorang laki-laki dari Bani Zuraiq bernama Lubaid bin Al-A'sham. Sehingga terbayang
bagi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa beliau (merasa) melakukan sesuatu,
padahal beliau (hakikatnya) tidak melakukannya.

Pada suatu hari ketika beliau ada di sampingku, beliau berdoa dan berdoa (terus
menerus), lalu beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Wahai Aisyah, apakah
engkau merasakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan fatwa padaku
mengenai apa yang aku mintakan fatwa-Nya? Telah datang kepadaku dua orang (seperti
dua orang) laki-laki. Lalu salah satu di antara keduanya duduk di dekat kepalaku, sedang
yang satu lagi duduk di dekat kakiku. Kemudian salah satu dari mereka berkata pada
temannya, "Apa yang diderita orang ini?" Dia menjawab, "Dia mathub: (tersihir)."
Ditanyakan, "Siapakah yang menyihirnya?" "Lubaid bin Al-A'sham,"jawabnya. Ditanyakan,
"Pada apa menyihirnya?" "Pada sisir dan rambut yang jatuh ketika disisir, dan seludang
mayang kurma (jantan).' Dia bertanya, "Di manakah itu?" Dijawab, "Di sumur Dzarwan."
Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan sejumlah sahabatnya mendatangi
sumur tersebut. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pulang. Beliau

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

bersabda, "Hai Aisyah, seakan-akan air sumur itu debu pacar, dan kepala pohon kurmanya
(bagaikan) kepala-kepala setan." Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidak
mengeluarkannya wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Aku telah disembuhkan oleh Allah.
Dan aku tidak suka menyebarkan kabar buruk kepada manusia." Beliau menyuruh (orang
lain) untuk memendamnya.
Hal. | 86
Hal.
Dalam kitab Fath Al-Bary bab "Sihir" disebutkan, menurut Ar- Raghib dan yang
lainnya, kata sihir itu mempunyai banyak makna. Antara lain, sesuatu yang lembut dan
halus (ma lathufa wa daqqa). Sahartu ash-shabiyya artinya, aku melakukannya dengan
penuh kelembutan (tipuan) dan menarik atau mempengaruhinya. Dan, menarik sesuatu
untuk menjadi miring atau condong) adalah menyihirnya. Perhatikan firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala berikut ini, Tentulah mereka berkata, "Sesungguhnya pandangan
kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir (QS. Al-
Hijr 15:15). Maksudnya, pandangan mereka itu dipalingkan sehingga tidak mengetahui.

Sejalan dengan itu, ada sebuah hadits Rasullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang
berbunyi, inna min al-bayan la-sihran, "Sesungguhnya sebagian penjelasan itu ada yang
berupa sihir (menarik sekali)."

Makna sihir kedua ialah apa yang terjadi dengan tipuan dan pengkhayalan yang
tidak mempunyai hakikat kebenaran. Hal ini seperti yang dilakukan oleh tukang sulap yang
menyihir pandangan mata penonton dengan kelincahan dan kecerdikan tangannya.
Sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, Terbayangkan kepada Musa
bahwa tali-temali dan tongkat itu merayap dengan cepat lantaran sihir mereka (QS. Thaha
20:66).

Dalam ayat lain disebutkan, Mereka menyihir (menyulap) mata manusia .... (QS. Al-
A'raf 7:116).

Atas dasar itulah Nabi Musa juga pernah dituduh sebagai tukang sihir.

Pengertian sihir ketiga ialah sesuatu yang dicapai atau didapat dengan bantuan
setan lewat suatu pendekatan kepada mereka. Makna ini sejalan dengan firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala, Tetapi setan-setan itu kafir (mempelajari sihir); mereka mengajarkan
sihir kepada manusia (QS. Al-Baqarah 2:102).

Keempat, sihir juga berarti apa yang dicapai dengan berbicara kepada bintang-
gemintang dan memanggil ruh-ruhnya dengan pengakuan yang batil. Menurut Ibn Hazm,
sebagai wujud sihir dalam pengertian terakhir ini adalah apa yang berwujud mantera,
seperti perangko yang ditulisi gambar kalajengking. Sihir juga kadang-kadang berupa
perkataan dan perbuatan tukang sihir ketika menyihir.

Imam Nawawi mengatakan, "Sihir itu mempunyai hakikat, yaitu masalah yang
betul-betul eksis atau ada wujudnya." Demikian pula pendapat jumhur ulama yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

didukung oleh ulama-ularna lainnya. Hal ini ditunjukkan oleh Al-Kitab (Alquran) dan
As-Sunah Ash-Shahihah Al-Masyhurah "yang masyhur".

Namun satu hal yang di-ikhlilaf-kan atau dipertentangkan adalah apakah sihir itu
menimbulkan atau mengakibatkan penjungkirbalikan zat (inqilab 'ayn) diri manusia atau
Hal. | 87 tidak? Kalau ada orang yang berpendapat bahwa sihir hanya tahhyil (pengkhayalan), maka
Hal.
tentu tidak akan terjadi pembalikan (penjungkirbalikan atau penghancuran) zat diri
manusia. Berkenaan dengan pendapat yang menyatakan bahwa sihir mempunyai hakikat,
yakni diakui wujudnya secara tsabit/kuat dan pasti adanya, mereka berbeda pendapat
apakah sihir mempunyai ta'tsir "pengaruh/bekas" saja, sehingga dapat mengubah sifat
atau pembawaan tubuh. Dalam sifatnya yang demikian, sihir menjadi satu macam penyakit
atau sampai mampu memindahkan bentuk makhluk, seperti benda mati dijadikan hewan
atau sebaliknya.

Menurut pendapat jumhur ulama, sihir tidak akan mampu membalikkan atau
mengubah jenis dan sifat benda. Dengan demikian, tukang sihir tidak akan mampu dengan
sihirnya mengubah batu menjadi emas atau sebaliknya. Atau mengubah manusia menjadi
hewan atau sebaliknya.

Menurut Imam Al-Qurthubi, sihir itu merupakan suatu teknik keahlian (hiyal shina
'iyyah) yang dapat dicapai dengan belajar, usaha, dan pelatihan. Hanya, begitu lembut dan
halusnya, sihir hanya dikuasai oleh beberapa orang saja. Materi atau substansinya adalah
penguasaan terhadap berbagai keistimewaan benda-benda dan mengetahui susunannya
dan waktu-waktunya (tarhib dan awqat-nya).

Lebih lanjut Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa sebagian sihir mempunyai


pengaruh terhadap hati (jiwa); seperti rasa cinta, benci, menimpakan kebaikan (suatu
manfaat) atau kejahatan. Di samping mempengaruhi badan dengan rasa sakit, seperti
yang telah dijelaskan di muka. Hanya yang sulit dimengerti adalah pembalikan benda mati
menjadi hewan, atau sebaliknya. Dan itu pun hasil perbuatan sihir tukang sihir.

Para ulama berbeda pendapat mengenai ayat Alquran, surah Al-Baqarah 2:102,
yang telah disebutkan. Menurut sebagian ulama, Nabi Sulaiman pernah mengumpulkan
buku-buku mengenai sihir dan para dukun (ahli sihirnya) lalu memendamnya di bawah
kursi (singgasana)-nya. Tak seorang pun dari setan-setan, termasuk prajurit Nabi Sulaiman
itu, dapat mendekati kursinya. Ketika Nabi Sulaiman wafat dan para ulama yang
mengetahui urusan itu pun telah wafat sebagian, datanglah setan kepada sebagian ulama
di antara mereka dengan menyamar seperti seorang manusia. Setan terkutuk itu berkata
kepada salah seorang 'alim Yahudi, "Senangkah kamu jika aku tunjukkan suatu
perbendaharaan kekayaan yang tiada taranya?" Mereka menjawab, "Ya, tentu saja." Setan
berkata, "Galilah kursi SuIaiman." Lalu mereka pun menggali kursi (singgasana) itu,
padahaI singgasana itu jauh dari keramaian mereka. Ternyata mereka mendapatkan buku-
buku (kitab-kitab) itu. Kemudian setan berkata kepada orang Yahudi itu, "Sesungguhnya
Nabi Sulaiman itu dapat menundukkan dan memanfaatkan potensi manusia dan jin itu

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dengan kitab-kitab ini"

Berita mengenai haI itu pun dengan cepat menyebar di kalangan mereka, bahkan
sampai ke generasi-generasi selanjutnya. Ajaibnya berita itu dibumbui, bahwa Nabi
SuIaiman itu seorang tukang sihir. Jadi, menurut pengakuan mereka bahwa Sayyidina
Hal. | 88 Sulaiman itu menundukkan dan memanfaatkan jin dengan menggunakan mantra-mantra,
Hal.
doa-doa, perkataan-perkataan, dan perbuatan-perbuatan, sebagaimana yang terdapat
dan dikodifikasikan (ditulis) dalam buku-buku, yang menurut mereka sengaja dipendam
oleh Nabi Sulaiman a.s. di bawah singgasananya. Untuk menjawab dan menanggapi
pengakuan busuk dan bohong itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat-ayat
Alquran tersebut (surah Al-Baqarah 2:102), dan yang seperti itu. Ayat-ayat tersebut
menegaskan kebohongan dan kesesatan pengakuan setan dan kawan-kawannya dari
kelompok Yahudi dan lainnya, yang mengklaim dan mengaku, bahkan menuduh dan
memfitnah bahwa Nabi Sulaiman a.s. itu adalah seorang tukang sihir.

Ada yang berpendapat bahwa setan-setan dari bangsa jin mengisyaratkan kepada
setan-setan dari kalangan manusia yang jahat mengenai materi dan pemikiran sihir lalu
mereka menuliskannya. Nama-nama setan dari bangsa manusia itu ditulis dalam buku-
buku yang menurut pengakuan mereka dipendam di bawah kursi Sulaiman a.s. Dan ketika
Nabi Sulaiman telah wafat, barulah mereka mengeluarkannya.

Ibn Ishak menambahkan bahwa orang-orang Yahudi, khususnya yang ada ketika
itu, telah melukis suatu cincin, dan mereka menisbatkan atau menyandarkannya kepada
Nabi Sulaiman. Mereka mengaku, bahwa itu cincin Nabi SuIaiman a.s. Mereka pun mencap
atau menandai kitab-kitab tersebut dengan cap palsu yang disandarkan kepada Nabi
Sulaim an a.s. Alamat yang mereka tulis, "Ini apa yang ditulis Ashif bin Barkhiya Ash -
Shiddiq untuk raja Sulaiman bin Dawud dari perbendaharaan gudang ilmu."

Nabi Sulaiman itu tidak kafir (wa ma kafara Sulaiman). Maksudnya, Nabi Sulaiman
itu tidak menjadi kafir. Dia tidak mempelajari sihir dan tidak mengamalkannya. Tetapi
setan-setanlah yang mengajarkan sihir itu kepada kawan-kawannya, yaitu setan-setan dari
bangsa manusia. Sedang Nabi Sulaiman bebas dari perbuatan terkutuk itu.

Wa ma unzila 'ala al-malakaini "Dan apa yang diturunkan kepada kedua malaikat",
yakni apa yang diturunkan kepada kedua malaikat itu dengan membolehkan sihir.
Menurut sebagian ulama, kedua malaikar itu memberitahukan (mengajari) rnanusia
bagaimana cara (proses) terjadinya sihir. Mereka pun memberitahukan bahwa tukang sihir
itu bukanlah tuhan, rasul pun bukan, bahkan mereka pun bukan orang-orang baik (saleh).
Kedua malaikat itu juga melarang manusia untuk minta tolong kepada tukang sihir atau
bergaul dengan mereka. Bagaimanapun, sihir bukan mukjizat, dan bukan karamat
(kemuliaan dari para wali).

Sihir hanyalah hirfah, suatu keahlian yang dijadikan penghidupan, ia hanyalah shan
'ah (karya) yang mempunyai kaidah-kaidah tertentu, dan mempunyai asal-usul (pokok-

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

pokok) tertentu pula. Siapa yang mempelajarinya-na 'udzu billah-pasti menjadi tukang
sihir dan menjadi kafir.

Selanjutnya Ibn Hajar Al-'Asqalany mengatakan bahwa sebagian ulama


membolehkan mempelajari dan menguasai ilmu sihir hanya demi suatu kepentingan.
Hal. | 89 Misalnya untuk membedakan jenis sihir yang menimbulkan kekafiran dan yang tidak, atau
Hal.
untuk memudahkan pengobatan (terapi) orang yang terkena sihir.

Mengenai Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala fa-anna tusharuna, "Maka


bagaimanakah kamu sekalian bisa tertipu, dipalingkan dari kebenaran, dihalangi dari
kebenaran dan kebaikan, dan dibutakan dari tauhid dan ketaatan kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sedangkan al-mashur (yang tersihir)
itu ialah setiap orang yang menaati segala sesuatu yang bukan pada tempatnya.

Ada yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah
tersihir selama enam bulan. Sedang menurut yang lainnya, beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam tersihir selama empat puluh malam, yakni sejak mulai berubahnya tabiat beliau
sampai lepasnya sihir tersebut dari badannya.

Menurut Ibn Hajar Al-'Asqalany, 'ismah atau keterjagaan Nabi Muhammad


Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu berkenaan dengan urusan agama dan tugas risalah.
Adapun mengenai urusan dunia, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak diutus untuk hal
itu. Dan risalah (amanat menyampaikan ajaran agama pun) bukan untuk urusan duniawi.
Atas dasar itu, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bisa saja terkena sihir, juga penyakit
lainnya, seperti apa yang menimpa manusia lain pada umumnya.

Meskipun demikian, tidak pernah terbayangkan Nabi terkena sesuatu yang tidak
mempunyai hakikat (eksistensi) karena beliau memiliki 'ishmah "keterjagaan" dari hal-hal
seperti sihir, khususnya dalam kaitan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai
pengemban risalah dan penyebar agama. Seandainya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pun terkena sihir, sihir yang menimpa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu hanya
sekadar kena dan tidak akan membahayakan. Bekas sihirnya itu tidak akan menjatuhkan
martabat beliau sebagai Nabi dan Rasul utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala Atau, paling
tidak seperti yang mengenai Nabi Musa a.s. Ketika para ahli sihir Fir'aun beraksi dengan
tongkat-tongkat dan tali-temalinya, beliau merasakan adanya sedikit rasa takut. Tetapi
kemudian diwahyukan kepadanya bahwa itu bukan apa-apa, dan beliau a.s. sendiri yang
lebih unggul dan akan menang.

Dengan demikian, semakin kuatlah pandangan dan pendapat yang menyatakan


bahwa sihir telah mengenai badan dan jasad lahir Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
tetapi tidak sampai menguasai akal, otak, dan hati (keyakinannya).

Al-Mahlab (Al-Muhlib) berkata, "Keterjagaan dan keterpeliharaan ('ishmah)


Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu tidak menghalangi keinginan setan untuk

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

memperdayakannya." Dalam Ash-Shahih, telah disebutkan bahwa ada seorang setan yang
bermaksud merusak shalat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ternyata Allah
Subhanahu wa Ta'ala memberinya kemampuan untuk melakukan hal itu. Tergodalah shalat
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Hal. | 90
Hal. Demikian pula pengaruh sihir kepadanya. Bahaya sihir yang pernah menimpanya
sama sekali tidak mengurangi kredibilitas beliau dalam kaitannya dengan tugas
menyampaikan risalah. Justru itu termasuk jenis penyakit yang biasa beliau alami seperti
manusia pada umumnya, seperti penyakit lemah (lesu) untuk berbicara, atau malas untuk
melakukan sesuatu. Adanya khayalan yang menimpa kepada beliau tidak lama, bahkan
segera hilang karena Allah membatalkan atau menggagalkannya dan menyelamatkannya
dari tipu daya setan.

Ibn Al-Qishar berargumentasi bahwa sihir yang menimpa Rasulullah Shallallahu


'Alaihi wa Sallam itu berupa jenis penyakit, dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam di penghujung hadits sahih tersebut, Amma ana fa-qad syafany Allahu, "Adapun aku,
telah disembuhkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala".

Dalam hadits Ibn Abbas bin As'ad disebutkan, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pernah mengalami sakit sampai beliau tertahan (berhenti) berhubungan dengan
istrinya dan tertahan dari makan." Dan menurut Siti Aisyah r.a., " ... kemudian beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdoa dan berdoa." Itu membuktikan bahwa sihir telah
membahayakan (mengganggu) badan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tetapi tidak
sampai mengganggu akal dan pemikirannya. Karena ternyata beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam masih dapat menghadap Allah dan berdoa seperti biasanya dan menurut cara yang
benar dan peraturan yang lurus.

Itulah yang kita ketahui dari riwayat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang
sekaligus mengandung pelajaran, yakni disunahkannya untuk berdoa ketika menghadapi
hal-hal buruk seperti tersihir itu.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri menyerahkan hal itu kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala dan memohon kepada-Nya untuk menyembuhkannya, di samping
mencari jalan lain yang dibolehkan oleh syariat Islam (al- akhdzu bi-al-asbab). Terbuktilah
dari perilaku Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu bahwa doa termasuk obat dan
senjata orang Mukmin.

Sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada Siti Aisyah r.a., "Aku
telah meminta fatwa kepada Tuhanku lalu Dia memberi fatwa kepadaku." Maksudnya,
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengijabah doanya sesuai dengan yang beliau mohonkan. Doa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu memohon kepada Allah untuk berkenan
menjelaskan hakikat dan rahasia apa yang menimpanya. Ternyata Allah Subhanahu wa
Ta'ala mengutus kedua malaikat yang menjelaskan apa yang terjadi dan menimpa diri
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta mengisyaratkan apa obat penyembuhnya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Kemudian, dalam beberapa riwayat disebutkan hadits yang menegaskan bahwa


yang duduk dekat kepala Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu adalah malikat
Jibril a.s., sedang yang duduk dekat kakinya adalah malaikat Mikail a.s. Keduanya
mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam tidurnya. Tetapi, mimpi
para nabi adalah wahyu.
Hal. | 91
Hal.
Dalam sebuah hadits, sihir diisyaratkan dengan kata-kata mathbub. Hal itu
menunjukkan, bahwa ada sesuatu yang mirip dengan sihir karena keunikannya, yang
dapat menjadi obat dan terapi untuk menyembuhkan sihir, tentu saja dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta'ala, meskipun penyembuhan itu memerlukan waktu yang agak
lama. Itu juga berarti, bahwa sihir itu merupakan suatu penyakit seperti penyakit lainnya.

Menurut Ibn Al-Qayyim, pertama kali Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
menyandarkan urusan sihir itu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menegaskan bahwa
sihir itu merupakan penyakit yang disebabkan oleh suatu materi (benda atau elemen)
yang masuk ke otak atau akal dan menguasai (masuk ke) perut bagian depan sehingga hal
itu dapat mengubah keadaannya. Tampaknya, pada awalnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam berpendapat bahwa penggunaan hijamah (berbekam atau berpantik) dapat
mengobatinya. Tetapi ketika ternyata, menurut wahyu dari Allah, hal itu adalah sihir,
maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun mengobatinya dengan obat dan terapi
yang cocok dengannya, yaitu mengeluarkan materi (benda) sihir. Bagaimanapun, sihir itu
kadang-kadang merupakan pengaruh dari arwah (ruh-ruh) yang jahat dan jelek. Kadang-
kadang juga merupakan pengaruh alam. Dan yang disebutkan terakhir ini lebih jahat
daripada sihir.

Pengaruh atau penyakit yang ditimbulkan oleh pengaruh alam itu dapat diobati
dengan hijamah (berbekam).

Imam Al-Qurthubi mengatakan bahwa sihir itu disebut thibb, sebab makna asal
kata thibb itu ialah mengetahui secara cerdik terhadap sesuatu. Ketika pengobatan
penyakit dan sihir itu tercapai dengan kecerdasan, maka penyakit dan sihir juga disebut
thibb (kedokteran). Ada yang mengatakan bahwa ketika Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam mengeluarkan sihir, beliau mendapatkan suatu patung lilin milik
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan ternyata padanya terdapat jarum yang
ditancapkan disertai mantra (tarqiyyah) dengan sebelas ikatan. Maka turunlah Jibril a.s.
dengan membawakan surah Al-Mu'awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas). Setiap beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membaca satu ayat, maka lepaslah satu ikatan. Nabi pun
merasakan adanya keringanan. Setelah selesai membaca ayat-ayat Alquran itu, maka
lepaslah semua ikatan, seakan-akan Nabi Muuhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lepas
dari suatu ikatan.

Dalam kamus Lisan Al-‘Arab disebutkan, jika ada orang yang berkata Fa-la syaithana,
maka maksudnya sesuatu itu kotor atau jelek. Di Indonesia, jika ada yang mengatakan,
"Setan kamu", itu Maksudnya jahat sekali. Dan jika orang-orang Arab menjelekkan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

seorang laki-laki, maka mereka akan mengatakan, "Kamu setan." Sedang jika mereka
mengejek dan menjelekkan wanita, mereka mengatakan, "Ghawl (raksasa, hantu,
momok)." Orang Arab juga suka menyebut sebagian ular dengan "setan" untuk ular yang
mukanya sangat jelek.

Hal. | 92
Hal. Dalam Shahih Bukhari judul 48 bab "Syirik dan Sihir Termasuk yang Menghancurkan
Amalan Manusia", disebutkan hadits no. 5764 dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Jauhilah syirik, menyekutukan Allah, dan sihir."

Masih dalam Shahih Buhhari, dengan judul 49 bab "Apakah Sihir dapat
Dikeluarkan?", Ibn Hajar Al-'Asqalany berkata, "Qatadah r.a, berkata kepada Sa'id bin Al-
Musayyib, "Saya mengatakan kepada Sa'id bin Al-Musayyib r.a. mengenai seseorang yang
terkena sihir (thibb), atau yang diambil (dilepaskan) dari istrinya. Apakah sihir itu dapat
dilepas atau dibuka (A-yuhallu 'anhu. aw yunsyaru)? Sa'id bin Al-Musayyib menjawab, "Tidak
mengapa itu (yakni dapat dibuka)." Ahli sihir yang bisa mengobati hanya menghendaki
'ishlah (perbaikan). Bagaimanapun, sesuatu yang berguna itu tidak dilarang.

Sedang dalam hadits Bukhari no. 5765, dari Siti Aisyah r.a., dia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terkena sihir, sehingga beliau melihat (merasakan)
seperti mendatangi istri-istrinya, padahal tidak mendatanginya." Sufyan berkata, "Ini
termasuk sihir yang paling jelek." Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda
kepada Siti Aisyah r.a., 'Wahai Aisyah, apakah engkau mengetahui bahwa Allah telah
memfatwakan kepadaku mengenai apa yang aku minta? Telah datang kepadaku dua
orang laki-laki, yang satu duduk dekat kepalaku sedang yang satu lagi duduk dekat kakiku.
Yang duduk dekat kepalaku berkata kepada ternannya, "Bagaimana keadaan
orang ini?" Dia menjawab, "Dia mathbub (terkena sihir)." Dia berkata, "Siapakah yang
menyihirnya?" Yang satu lagi menjawab, "Lubaid bin Al-A'sham." Siti Aisyah r.a. berkata,
"Mengapakah engkau tidak melepas (membuka)-nya?" Maka Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, "Adapun aku, demi Allah, Allah telah
menyembuhkan aku dan aku tidak suka menyebarkan kejahatan kepada seorang rnanusia
pun .... " (sampai akhir hadits).

Jadi, mengenai boleh tidaknya mengeluarkan atau melepaskan sihir, Ibn Al-
Musayyib, seorang tabi’ pengikut sahabat, berpendapat membolehkannya. Qatadah
mengatakan, "Carilah orang yang mengobatinya." Allah hanya melarang apa yang
membahayakan dan tidak melarang apa yang bermanfaat, termasuk mempelajari sihir
untuk mengobati orang yang terkena sihir, sebagaimana dikatakan Ibn Hajar Al-'Asqalany
yang mengutip pendapat sebagian ularna. Bahkan Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang dapat menolong saudaranya,
hendaklah dia melakukannya."

Demikian pula, seorang tabi' mulia semacam Ibn Al-Musayyib, memandang


bolehnya orang yang terkena sihir untuk mendatangi siapa saja yang dapat atau mampu
mengeluarkan dan mengobati sihir yang menimpa dirinya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Menurut Ibn Jauzy, al-masyrah (dari nasyara yansyuru, mernbuka/melepaskan)


maksudnya melepaskan sihir dari orang yang terkena sihir. Dan itu biasanya hampir tidak
dapat dilakukan kecuali oleh orang yang mengetahui sihir.

Imam Ahmad bin Hanbal-rahimahullah ta'ala-pernah ditanya mengenai seseorang yang


Hal. | 93 mampu melepaskan sihir dari orang yang terkena sihir. Beliau rnenjawab, "Tidak
Hal.
mengapa." Ibn Hajar Al-'Asqalany menanggapi perkataan Imam Ahmad bin
Hanbal itu, bahwa itulah pendapat yang dapat dipercaya (al-mu'tamad}.

Tetapi menurut Al-Hasan (Al-Bashary) - rahimahullah ta'ala, sebenarnya sihir itu


dilepaskan dengan qudrat "kekuasaan" Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui tarqiyah (jampi-
jarnpi), doa-doa, dan zikir dari Alquran dan As-Sunnah untuk melindungi diri. Jadi, alat
untuk melepaskan sihir itu ada dua macam. Jika dengan menggunakan ayat-ayat Alquran,
zikir-zikir pelindung diri, doa-doa, dan tahashshunat (alat-alat pembenteng diri) yang telah
diketahui maknanya, maka itu dibolehkan. Sedang yang tidak diketahui maknanya, yakni
selain dari Alquran dan doa-doa, maka itu mengandung syirik (menyekutukan Allah).

Maksud kata-kata yu’khadz ‘an zawjatihi, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam tertahan dari berhubungan dengan istrinya, yakni tidak dapat mencampuri istrinya.
Hal itu karena al-ukhdzah (mantra) yang diucapkan oleh ahli sihir atau berupa barang yang
ditiup oleh ahli sihir.

Maksud kata-kata aw yuhallu 'anhu, yakni yunsyar (dibuka atau dilepas, seperti
dikatakan nasyartu al-muzhallata, "Saya membuka payung"). Al-hallu atau membuka sihir
itu merupakan semacam pengobatan terhadap sihir yang telah menimpa seseorang
dengan suatu cara pengobatan yang bercampur dengan penyakit, maka sihir tersebut
akan terbuka dan lepas (yuksyaf 'anhu).

Menurut Ibn Hajar Al-Asqalany, di antara yang menguatkan disyariatkannya


membuka atau melepas sihir adalah seperti yang dikatakan Ibn Baththal dalam kitab-kitab
Wahb Ibn Munabbah/Munabbih. Disebutkan, hendaklah mengambil tujuh lembar daun
bidara hijau, lalu ditumbuk di antara dua batu, kemudian dicampuri air. Setelah itu bacalah
ayat Al-Kursy dengan qawafil (surah-surah yang dimulai dengan kata-kata qul, seperti qul
huwa Allahu ahad, qul a 'udzu bi rabb al-falaq, dan lain-lainnya). Lalu air itu dipercikkan
sebanyak tiga percikan ke tubuh korban. Selanjutnya bahan itu dipakai mandi. Insya Allah
dan dengan izin-Nya akan sembuh. Jampi atau terapi ini berguna sekali untuk mengobati
seseorang (suami) yang tertahan sehingga tidak dapat mencampuri istrinya.

Ibn Hajar Al-Asqalany mengatakan, "Saya pun menemukan sifat atau teknik
nusyrah (membuka sihir itu) pada kitab Ath-Thibb Al-Nabawy karangan Ja'far Al-Musta'firy."
Selanjutnya Ibn Hajar mengatakan bahwa Ibn Al-Qayyim berkata, "Obat yang paling
manjur dan cara terbaik untuk mernbuka atau melepaskan sihir, yang merupakan
pengaruh ruh-ruh jahat yang kotor, adalah dengan obat-obat Ilahiyyah (dari Tuhan
Allah Subhanahu wa Ta'ala) berupa zikir-zikir, doa-doa, ibadah, dan ayat-ayat Alquran. Jika

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

hati manusia itu dipenuhi dengan zikrullah (zikir mengingat Allah), atau wirid-wirid dengan
berbagai macam doa dan bacaan ayat-ayat suci Alquran yang disertai tawajjuh-
menghadapkan diri kepada Allah, maka hati itu tidak akan kosong dan akan terjaga dari
kemasukan sihir."

Hal. | 94
Hal. Selanjutnya Ibn Al-Qayyim mengatakan, "Kekuasaan pengaruh sihir itu hanya akan
menimpa hati manusia yang lemah, yang kosong dari keyakinan yang benar dan tidak
dimakmurkan dengan zihrullah: Oieh karena itu, kebanyakan orang yang terkena sihir
adalah wanita, anak kecil, dan orang-orang jahil (bodoh), yakni yang tidak mengamalkan
ajaran Islam. Karena ruh-ruh (arwah) yang keji danjahat itu hanya akan bersemangat
dan berani memasuki ruh-ruh manusia yang memang siap untuk dimasuki (kondusif untuk
sihir)."

Kemudian menurut Ibn Hajar Al-Asqalany, ada juga riwayat dari Ibn Al-Qayyim
mengenai bolehnya melepaskan sihir, yang kemungkinannya dilakukan dengan sihir lagi.
Dia juga mengatakan bahwa mungkin juga sihir mengenai Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam, meskipun betapa agungnya pribadi beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
dan betapa kuatnya tawajjuh-nya. Bahkan wirid atau zikirnya pun jelas tidak sedikit, bahkan
terus-menerus. Tetapi tampaknya perlu dibedakan antara sihir yang menimpa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan sihir yang menimpa orang-orang lainnya.
Boleh jadi yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu hanya sekadar
untuk menjelaskan permasalahan sihir dan cara Nabi meIepasnya.

Dalam Shahih Buhhari, judul 50, bab "Sihir", disebutkan hadits yang diriwayatkan
Imam Bukhari - rahimahullah ta 'ala - (no. 5766) dari Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah
r.a. Dia berkata, "Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terkena sihir,
sehingga terbayang-lah padanya bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam melakukan
sesuatu, padahal hakikatnya tidak. Sehingga sampailah suatu ketika, pada waktu beliau
berada di rumahku, beliau berdoa dan berdoa memohon kepada Allah. Lalu beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Wahai Aisyah, apakah engkau merasakan
(mengetahui) bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memfatwakan kepadaku mengenai
apa yang aku minta (fatwa-Nya)." Kataku. "Apakah itu, ya Rasulullah?" Beliau bersabda,
"Telah datang kepadaku dua orang (seperti manusia) laki-laki. Yang satu duduk dekat
kepalaku, dan yang satu lagi duduk dekat kedua kakiku .... (sampai akhir hadits seperti
yang telah disebutkan).

Sedang pada judul 51, bab "Sesungguhnya Sebagian Al-Bayan (Penjelasan) itu
Mengandung Sihir" ditunjukkan hadts Bukhari no. 5767 clari Abdullah bin Umar r.a. yang
mengatakan, "Telah datang dua orang laki-laki dari sebelah masyriq (timur) dan keduanya
berkhutbah (berpidato). Ternyata banyak orang yang merasa kagum dengan khutbahnya
itu. Maka menanggapi peristiwa tersebut, bersabdalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam, "Sesungguhnya sebagian al-bayan "penjelasan" itu mengandung sihir. Atau,
sesungguhnya sebagian penjelasan atau keterangan itu adalah sihir."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Menurut AI-Khathaby, penjelasan (al-bayan) itu ada dua macam. Pertama, apa yang
dapat menjelaskan maksud sesuatu dengan cara bagaimanapun. Dan kedua, apa yang
dipengaruhi oleh suatu keahlian sehingga enak didengar dan menarik perhatian. Dan
penjelasan (al-bayan) yang seperti itulah yang menyerupai sihir, karena penjelasan
demikian dapat menarik hati dan menguasai jiwa seseorang, sehingga segala sesuatu
Hal. | 95 dapat berpindah dari hakikat yang sebenarnya dan dipalingkan dari arahnya. Akibatnya,
Hal.
orang yang melihat justru melihat sesuatu yang bukan sebenarnya. Mengenai hal seperti
ini, jika yang terjadi justru memalingkan sesuatu yang tidak baik ke arah yang baik, maka
jelas itu boleh dan terpuji. Tetapi jika yang hak dipalingkan (diarahkan) kepada yang batil,
maka itu tidak boleh dan tercela.

Selanjutnya Al-Khathaby mengatakan bahwa al-bayan (penjelasan dan penerangan)


yang menyerupai sihir-membalikkan sesuatu yang benar menjadi salah-adalah madzmum
"tercela". Tetapi, jika al-bayan (penjelasan) yang dimaksud hanya sekadar mirip dengan
sihir dalam menarik perhatian, maka hal itu tidak salah. Dan menurut sebagian ularna, sihir
yang disebutkan dalam hadits itu sekadar memuji kemampuan seseorang, yaitu dua orang
dari masyriq yang pandai berpidato, dalam memancing emosi dan perhatian publik
(umum). Bagaimanapun, menghiasi pembicaraan, khususnya untuk menerangkan yang
hak, sangat diperlukan.

Tetapi menurut Imam Malik dan ulama lainnya, jika keterangan atau penjelasan itu
mengandung cara-cara yang dibuat-buat, seperti berkata disalah-salahkan yang bukan
pada ternpatnya, itu pun tetap tercela (madzmum).

Ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hadits di atas, adalah
seseorang menentang yang hak dengan menggunakan kepandaian berargumentasi dan
fasih dalam berbicara dan menjelaskan, bahkan lebih fasih daripada orang yang benar.
Lalu dia menyihir orang-orang dengan kemampuan itu sehingga dapat menentang
(mengalahkan) yang benar.

Sementara, menurut Ibn Baththal, maksud hadits tersebut bahwa sebagian


penjelasan (al-bayan) itu merupakan sihir yang menyihir banyak orang. Oleh karena itu,
tidak semua penjelasan tercela, sebagaimana tidak semuanya mengandung pujian.
Bagaimana mungkin semua al-bayan (kemampuan menjelaskan) itu tercela, bukankah
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengaruniakan kemampuan menjelaskan itu kepada
manusia. Hal ini seperti diisyaratkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, Yang Maha
Pemurah (1), (itu) mengajarkan Alquran (2), Dia menciptakan manusia (3), Dia mengajarnya
al-bayan (kemampuan menjelaskan) (QS. Ar-Rahman 51:1-4).

Para ulama telah sepakat untuk memuji orang yang mampu berkata atau
menyusun perkataan dan karangannya secara ijaz murahkaz (ringkas terarah), yakni kata-
katanya tidak banyak tetapi kandungan maknanya banyak.

Dalam Shahih Bukhari: 52, bab "Berobat dengan Tamar (Kurma) Bagi yang Terkena

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sihir", dari hadits Bukhari no. 5768; dari 'Amir bin Sa'd, dari ayahnya r.a., dia berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang sarapan pagi setiap hari
dengan beberapa biji tamar (kurma), maka dia tidak akan terkena bahaya racun dan sihir
hari itu sampai malamnya." Menurut yang lain, jumlah kurma tersebut sebanyak tujuh
buah.
Hal. | 96
Hal.
Sementara menurut hadits Bukhari no. 5769 yang diterima dari 'Amir bin Sa'd dari
ayahnya r.a., dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Siapa yang
sarapan pagi dengan memakan sembilan biji kurma, maka dia tidak akan terkena bahaya
racun dan sihir."

Dalam beberapa riwayat, tidak semua riwayat, disebutkan adaya tamar al- 'aliyah
atau tamar Madinah. Dinamai demikian karena kemuliaan Allah yang diberikan padanya.
Konon, tamar Madinah itu harganya paling mahal karena merupakan kurma
paling bagus.

Imam Nasa'iy meriwayatkan hadits Jabir, dia me-marfu’kannya, "Al- 'ajwatu: min al-
jannati, tamar atau kurma itu dari surga." Dengan izin dan kehendak Allah, tamar tersebut
menjadi obat penangkal racun dan sihir.

Tetapi ternyata Siti Aisyah r.a. hanya menyuruh orang yang terkena sihir untuk
memakan tujuh biji kurma (tamar) saja selama tujuh kali (pagi-pagi).

Menurut Al-Khathabi, 'ajwah atau tamar itu berguna untuk menangkal dan
menyembuhkan pengaruh racun dan sihir karena berkah doa Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam, khususnya pada tamar Madinah, dan bukan karena keistimewaan
tamarnya sendiri.

Bahasan Seorang Fuqaha Besar (Terkenal) pada Abad Ini

Syaikh Mushthafa Al-Hadidy Ath-Thair adalah seorang ulama besar, mulia, banyak
keramatnya, memiliki sifat-sifat terpuji, banyak berkah dan keutamaannya. Dalam usianya
yang telah mencapai lima puluh tahun, beliau mempunyai bahasan yang mendalam dan
diakui sebagai bahasan yang paling lengkap, serta paling mencakup berbagai aspek
penting mengenai sihir.

Untuk lebih menyempurnakan dan menyebarluaskan manfaat kitab tersebut, di


samping untuk menguatkan bahasan saya mengenai sihir, maka dengan memohon
karunia dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, saya akan mengemukakan bahasan kitab
tersebut.

Kitab Ghidza' Al-Arwah: Halaman 65-115

Sungguh saya sangat berbahagia karena dapat mengambil banyak manfaat ketika

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

membaca kitab yang bagus dan penuh berkah, dengan judul Nazhariyyatu An-Nubuwwah fi
Al-Islam "Hakikat Kenabian dalam Islam" yang dikarang oleh DR. Thaha Dasuqi. Kitab
tersebut mengandung bahasan yang bagus, kajiannya dalam, dan ulasannya menarik,
khususnya mengenai mukjizat dan keramat/karomah, serta sihir. Saya mencantumkan isi
kitab tersebut di sini dengan harapan tercapai suatu manfaat yang besar sesuai dengan
Hal. | 97 yang diharapkan. Apalagi pendapat DR. Dasuqi ini mempunyai keistimewaan tersendiri.
Hal.
Bahkan terlihat, beliau-rahimahullah ta'ala-mendebat atau membantah pendapat Syaikh Al-
Islam Ibn Taimiyyah. Jelas hal seperti ini menuntut kami untuk mengenalkannya kepada
para ulama pernbahas pendapat baru tersebut (kitab Nazhariyyatu Al-Basyar fi Al-Islam:
70-116).

Bahasan tersebut akan kami tutup dengan mengungkapkan pendapat lain mengenai
objek tersebut sebagaimana disebutkan oleh seorang mufassir dan muhaddits-pakar
hadits-Al-Ustadz Abdul Karim Al-Khathib dalam kitabnya yang sangat bermutu
At-Tafsir Al-Qurany Li-al-Quran "Tafsir yang Cocok dengan Apa yang Dikehendaki Alquran"
(Tafsir Alquran dengan Metode Al-quran)" (Lihat dalam kitab At- Tafsir Al-Qurany: 1727-
1745).

Berikut tulisan Syaikh Mushthafa Al-Hadidy At-Thayr mengenai sihir

SIHIR

Sihir secara etimologis (lughah) ialah menampakkan apa yang lembut dan samar.
Sedang menurut istilah (terminologis) sihir ialah sesuatu yang aneh yang tidak dikenal
oleh kebanyakan manusia. Sifatnya menyerupai segala yang khawariq li-al- adah "luar
biasa", seperti mukjizat dan keramat, tetapi sebetulnya bukan bagian darinya. Menurut
hakikatnya, sihir tidak termasuk sesuatu yang luar biasa, karena ada kaidah-kaidahnya dan
asal-usulnya yang dapat dipelajari. Oleh karena itu, sihir berbeda dengan mukjizat yang
merupakan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk para nabi-Nya. Terjadinya mukjizat
tidak lebih hanyalah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menghadap
kepada-Nya.

Demikian pula, sihir bukan keramat (karamah) karena karomah adalah karunia Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada para wali-Nya. Untuk mencapai karamah pun
tidak lain harus memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bahkan seringkali karamah'
itu datang atau diberikan kepada seorang wali dengan tiba-tiba. Hal ini sebagaimana yang
dialami atau didapat oleh Khabib, Umar bin Khaththab r.a., dan Hamzah Al-Aslamy.
Seperti halnya mukjizat, karamah kadang-kadang datang kepada Nabi dengan tiba-tiba.
seperti ratapan anak hewan dan bertasbihnya makanan di hadapan Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Ahli Sihir Meminta Tolong kepada Setan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Para ahli sihir itu mencapai keahliannya dengan berbagai cara, termasuk dengan
berkorban apa saja, berupa perbuatan-perbuatan jahat yang dipersembahkan kepada
setan-setan sebagai tokoh ahli sihirnya. Di antara yang mereka lakukan adalah jampi-jampi
yang mengandung syirik dan mad-h (pujian) kepada para setan. Demikian pula, mereka
menyembah atau berkhidmat kepada bintang-gemintang, melakukan berbagai kejahatan,
Hal. | 98 dan melakukan macam-macam kefasikan, seperti melakukan dosa-dosa besar (mencuri,
Hal.
berzina, durhaka kepada kedua orang tua) dan lain-lainnya. Semuanya itu dapat
mendekatkan diri mereka kepada setan sebagai pemimpin mereka dan pembimbingnya,
dan sekaligus menjauhkan mereka dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Satu hal yang pasti adalah adanya kesesuaian atau keselarasan dan kecocokan
antara para ahli sihir dari bangsa manusia dengan ahli sihir dari bangsa jin (setan).
Sehingga, dengan adanya kesesuaian (harmonisasi) tersebut terjadilah hubungan
persaudaraan yang erat, dan terjalinlah jiwa saling menolong di antara kedua pihak.
Sebagaimana halnya para malaikat hanya menolong orang-orang saleh dari orang-orang
yang beriman, maka demikian pula, setan-setan itu tidak menolong kecuali orang-orang
yang telah menyatakan diri sebagai pelaku kejahatan dengan mengikuti langkah-langkah
jahatnya. Dalam hubungan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah
berfirman), "Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan)
manusia." Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, "Ya Tuhan kami,
sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lain). Dan
kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami." Allah berfirman,
"Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya. Kecuali kalau Allah
menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui."
(QS. Al-An'am 6:128).

Jadi, menurut ayat tersebut, para setan dan ahli sihir itu telah banyak mencelakakan
dan menyesatkan manusia. Seperti yang diisyaratkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
tersebut, Maka berkatalah kawan- kawan mereka dari (bangsa) manusia, "Wahai Tuhan
kami, sebagian kami telah mendapatkan kesenangan dari sebagian (lainnya); dan kami telah
sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami."

Kesenangan manusia yang diambil dari jin (setan-setan) itu ialah mendapatkan sihir,
pedukunan, dan segala kebohongan. Hal itu mereka lakukan untuk mendapatkan
keuntungan duniawi yang kotor dan keji. Sedang kesenangan yang didapat oleh para ahli
sihir kalangan jin dari kawan-kawannya bangsa manusia ialah ketaatan mereka untuk
mengikuti langkah-langkah hidup yang telah digariskan oleh ahli sihir itu, berupa berbagai
perbuatan jahat yang menyeret mereka kepada kekufuran (menjadi kafir dan musyrik).

Sebagian Besar Bani Israil Adalah Ahli Sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sebagian Bani Israil itu suka mempelajari dan mempraktikkan sihir. Mereka lebih
mendahulukan sihir daripada ajaran kitab Taurat yang dibawa Nabi Musa a.s. Bahkan
mereka berani terang-terangan melakukan hal itu. Berkenaan dengan masalah ini, Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Hal. | 99
Hal. “Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan
apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat)
melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)-nya, seolah-olah mereka tidak
mengetahui bahwa itu adalah kitab Allah. Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan) bahwa Sulaiman itu
mengerjakan sihir, padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan
sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada kedua malaikat di negeri Babil, yaitu
Harut dan Marut. Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun
sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan ( bagimu). Sebab itu janganlah
kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu,
mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli
sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin
Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang
menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui (QS. Al-
Baqarah 2:101-102).

Kitab yang disebutkan dalam ayat tersebut, menurut pendapat yang paling kuat,
adalah kitab Taurat yang diwahyukan Allah kepada Nabi Musa a.s.

Menurut ayat tersebut, orang-orang Yahudi itu mengikuti dan mempraktikkan sihir
yang dibacakan oleh setan-setan, khususnya sejak kerajaan dan kenabian Nabi Sulaiman
a.s. Pada masa itulah setan-setan mengenalkan dan mengajarkan sihir kepada para dukun.
Mereka menuliskan (mengkodifikasikan) sihir dan mengajarkannya kepada manusia. Hal
tersebut menyebar luas pada masa Nabi Sulaiman bin Dawud a.s. Bahkan, mereka yang
berhasil mempelajari sihir pada waktu itu dianggap sebagai orang-orang yang mengetahui
hal gaib, dan itu adalah ilmu Nabi Sulaiman, yang di samping sebagai nabi, juga seorang
raja.

Menurut mereka, kerajaan Nabi Sulaiman itu sebetulnya ditentukan oleh ilmu sihir
tersebut. Dengan ilmunya itu, dia menundukkan berbagai makhluk Allah yang berkhidmat
kepadanya, seperti jin, setan, manusia, burung-burung, dan angin yang dapat berjalan
sesuai dengan perintahnya. Pengakuan mereka itu ditentang dan dibohongkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala, Dan tidaklah Sulaiman itu kafir (mempelajari dan mempraktikkan
sihir), tetapi setan-setan itu(lah) yang kafir; mereka mengajarkan sihir kepada manusia (QS.
Al-Baqarah 2:102).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Allah membohongkan dan menentang pengakuan (klaim) setan-setan dan orang-


orang yang mengikutinya bahwa Nabi Sulaiman telah mempelajari dan mempraktikkan
sihir. Bahkan sihir dijadikan alat kerajaannya. Bagaimanapun, para nabi itu terjaga dari
perbuatan-perbuatan yang merugikan manusia, seperti sihir itu. Nabi Sulaiman a.s.
mendapat kerajaan besar dan menjadi seorang raja yang menguasai dunia di masanya
Hal. | 100 sebagai ijabah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala atas doanya. Karena dia pernah berdoa,
Hal.
"Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku dan berilah aku kerajaan yang tidak pantas bagi siapa
pun setelah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."

Berkenaan dengan masalah itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Dia –


Sulaiman - berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan
yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Pemberi." Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik
menurut ke mana saja yang dikehendakinya. Dan (Kami tundukkan Pula kepadanya) setan-
setan semuanya, ahli bangunan, dan penyelam. Dan setan ,yang lain yang terikat dalam
belenggu. Inilah anugerah Kami; maka berikanlah (pada orang lain) atau tahanlah (untuk
dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungjawaban. Dan sesungguhnya dia mempunyai
kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik (QS. Shad 38:35-40).

Harut dan Marut Serta Sihirnya

Harut dan Marut adalah dua malaikat yang diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala
dalam bentuk manusia (laki-laki) untuk mengajarkan sihir kepada manusia. Dengan cara
demikian, diharapkan manusia dapat membedakan mana yang diakui sebagai mukjizat
dan mana sihir, sehingga mereka tidak berbohong dan tidak meragukan kenabian para
nabi. Atau untuk membatalkan pengakuan ahli sihir bahwa mereka adalah nabi, sebab
pernah terjadi ada sebagian orang yang terpesona dengan ilmu sihir sehingga
menganggap mereka yang memperlihatkan hal-hal yang aneh itu adalah nabi. Maka Allah
mengutus kedua malaikat itu untuk mengajarkan sihir kepada manusia sehingga mereka
dapat menentang dan melawan sihir-sihir yang dilakukan oleh orangorang jahat yang
mengaku nabi itu. Menurut sebagian orang, hal itu telah terjadi sejak masa Nabi Idris a.s.
Ada yang berpendapat, bahwa kedua orang itu disebut malikaini (dua raja), tetapi karena
keduanya saleh, mereka diserupakan dengan malaikat. Pendapat ini dikuatkan oleh
sebagian umat Islam yang membaca dengan malikaini (dua raja, dengan mengkhasrah-kan
huruf lam-nya). Sedang Babil (Babilonia) tempat kelahiran dan kemunculan kedua raja
tersebut adalah di negeri Irak.

Baik mereka itu kedua malaikat atau kedua raja, tetapi yang jelas, mereka
diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk memberi petunjuk kepada manusia supaya
manusia tidak tertipu oleh sihir para ahli sihir. Maka mereka mengajarkan sihir seraya
terus memperingatkan akan bahaya-bahaya ilmu tersebut, baik bahaya tersebut menimpa
diri mereka sendiri, atau masyarakatnya. Hal ini diisyaratkan firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala (lihat surah Al-Baqarah 2:102 di atas).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Bagi mereka yang telah mengetahui hakikat permasalahan sihir dan dia memang
orang yang berakal dan mengerti, tentu akan menolak mentah-mentah pengakuan
tukang sihir yang mengaku sebagai nabi atau wali, atau manusia istimewa lainnya. Setelah
menolak sihir dan ahlinya, dia akan mengagungkan masalah kenabian dan memuliakan
para nabi, lalu dia mengikutinya. Hal ini sebagaimana terjadi pada ahli sihir Fir'aun ketika
Hal. | 101 ternyata tongkat Nabi Musa a.s. dapat melahap apa yang dihasilkan oleh sihir mereka.
Hal.
Begitu para ahli sihir Fir'aun itu melihat bahwa yang diperlihatkan Nabi Musa a.s. berbeda
dengan kehebatan sihirnya, maka mereka pun dengan akal cerdas yang mereka terima
dari Tuhannya langsung beriman dan meyakini eksistensi Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
mempercayai Nabi Musa a.s. Bahkan, mereka pun tidak merasa gentar dan takut akan
ancaman Fir'aun. terkutuk itu.

Pendapat Lain Mengenai Harut dan Marut

Sebagian ulama berpendapat bahwa Harut dan Marut itu merupakan dua setan.
Keduanya tidak mengajari siapa pun mengenai sihir sehingga mereka selalu mengatakan,
"Sesungguhnya kami hanya merupakan fitnah (bencana) dan bahaya bagi manusia, maka
janganlah kamu seperti kami sebab jika kamu seperti kami, kamu akan menjadi kafir.
Bahkan, menurut Al-Manduwy, keduanya mengatakan hal itu (Kami hanya merupakan
fitnah bagimu, maka janganlah kamu menjadi kafir) hanya memperolok-olok dan
mempermainkan mereka, dan bukan untuk menasihati atau memberikan petunjuk.

Sedang mereka, menurut pendapat ini, disebut. malaikat karena keduanya mampu
membentuk apa saja, seperti manusia, dan marnpu pula menyamar sebagaimana halnya
para malaikat.

Pendapat bagaimanapun yang dikemukakan, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah


menjelaskan keadaan kedua malaikat (raja) tersebut, berikut setan-setan yang
mengajarkan sihir kepada manusia. Lihat dan baca lagi surah Al-Baqarah 2:102.

Menurut surah Al-Baqarah 2:102 tersebut, setan-setan itu mengajari sebagian


manusia, khususnya orang-orang Yahudi, mengenai sihir yang telah mereka kenal
sebelum kemunculan kedua malaikat (kedua raja) tersebut. Setan-setan itu juga
mengajari sebagian manusia (Yahudi) mengenai sihir yang diturunkan kepada kedua
malaikat tersebut. Sihir yang diajarkan kedua malaikat tersebut ternyata lebih hebat
daripada yang telah dikenal oleh setan-setan tersebut.

Tetapi, sebetulnya Harut dan Marut ketika itu tidak mengajarkan sihir kepada
manusia kecuali mengatakan dahulu, "Sesungguhnya kami ini hanya fitnah dan ujian dari
Allah. Maka janganlah kamu menjadi kafir dengan menggunakan dan mempraktikkan
sihir. Karena sihir itu mengandung pemanfaatan tenaga dan kemampuan setan-setan
yang kafir; sedangkan mereka itu tidak akan menolongmu kecuali jika ideologimu seperti
ideologi mereka, dan kamu pun harus banyak melakukan kejahatan seperti yang mereka
lakukan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Jadi, tampaknya mereka itu seperti seorang guru besar kedokteran. Dia menasihati
mahasiswanya, "Pada pil ini terdapat racun, maka kamu jangan menggunakannya sebagai
obat untuk mengobati seorang pasien. Atau, kamu sekalian jangan menggunakan obat
tersebut untuk mengobati berbagai penyakit tertentu. Karena ia justru akan
membahayakan atau akan memperlambat kesembuhan." Atau, kata-kata yang seperti itu.
Hal. | 102
Hal.
Ada juga yang berpendapat bahwa kalimat Fa-la takfur "maka janganlah kamu kafir
(mengingkari Allah)" maksudnya janganlah manusia menjadi kafir dengan meyakini
bolehnya menggunakan sihir, mempelajari dan menggunakannya. Sedang menurut
pendapat lainnya, “Janganlah kamu kafir dengan meyakini bahwa sihir itu hak (benar),
dan pengaruh atau bekasnya pasti terjadi." Pendapat yang disebutkan terakhir ini
didasarkan kepada pendapat Mu'tazilah yang mengatakan bahwa sihir itu hanyalah
takhyil (pengkhayalan) dan penggambaran (ilustrasi) yang salah, yang tidak mempunyai
hakikat (eksistensi). Dan, menurut Mu'tazilah, siapa yang mengakui atau meyakini bahwa
sihir itu mempunyai hakikat (eksistensi) atau wujud tersendiri, maka kafirlah dia.

Pendapat Para Ulama Mengenai Hakikat Sihir

Menurut Al-Alusy, jumhur ulama berpendapat bahwa sihir itu mempunyai hakikat,
wujud eksistensi tersendiri, dan bukan hanya khayalan belaka. Dengan kelihaian sihirnya,
ahli sihir memungkinkannya untuk terbang ke angkasa dan berjalan di atas air. Demikian
pula, dia dapat saja membunuh jiwa manusia, dan sangat mudah baginya untuk
membalikkan manusia menjadi keledai. Pelaku yang sesungguhnya dalam peristiwa-
peristiwa sadis itu adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tetapi sunnah Allah tidak
memberikan kemampuan bagi ahli sihir untuk mampu membelah laut, menghidupkan
yang mati, membuat binatang ternak dapat berbicara, dan lain-lainnya yang hanya
merupakan tanda-tanda kenabian dan hanya dapat dilakukan oleh para rasul (mukjizat).

Tetapi menurut Al-Mu'tazilah dan Al-Istirabadzi, sihir tidak mempunyai hakikat


(eksistensi). Sihir hanyalah takhyil, pengkhayalan atau penggambaran belaka. Bahkan,
Mu`tazilah mengkafirkan orang yang mengatakan (berkeyakinan), bahwa sihir dapat
melakukan hal-hal seperti membunuh jiwa, membalikkan manusia menjadi binatang atau
lain-lainnya. Menurut mereka, jika sihir dipahami mempunyai hakikat dan keistimewaan
demikian, maka hal itu dapat menutup jalan kenabian. Artinya, bahwa kenabian bisa
dipelajari oleh sembarang orang dan tidak terbatas kepada pilihan Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Para ulama ahli tahqiq (penelitian) ada yang membedakan antara sihir dan mukjizat.
Bahwa mukjizat disertai penantangan dan pengakuan kerasulan, sedang sihir tidak
demikian adanya. Dengan demikian, mukjizat tidak mungkin tampak dan dicapai oleh
orang yang mengaku-aku sebagai nabi secara bohong. Hal itu ditentukan Allah untuk
menjaga martabat kenabian. Dengan begitu, diharapkan tidak ada orang yang sukses
untuk mengaku-aku sebagai nabi, apalagi sebagai rasul.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Saya, Syaikh Mushthafa Al-Hadidy Ath-Thayr, melihat kebenaran dari yang dikatakan
oleh Mu'tazilah, bahwa sihir itu tidak mempunyai hakikat dan dia hanya merupakan
khayalan belaka. Oleh karena itu, sihir tidak akan dapat menembus jantung substansi
setiap barang, seperti mengubah bentuk manusia menjadi keledai. Mengapa saya setuju
dengan pendapat Mu'tazilah, karena memang pendapat tersebut sejalan dengan
Hal. | 103 konsepsi Alquran Al-Karim. Ketika Nabi Musa a.s. menyaksikan sihir yang dipertontonkan
Hal.
oleh para ahli sihir, Dia berfirman, Musa berkata, "Silakan kamu melemparkan (dahulu)."
Maka tiba-tiba tali-temali dan tongkat mereka terbayang pada Musa seakan-akan dia
merayap lantaran sihir mereka (QS. Thaha 20:66).

Ayat tersebut menunjukkan bahwa sihir itu tidak mempunyai hakikat (wujud,
eksistensi). Dan materi ini pula yang menjadi pembeda antara sihir dan mukjizat. Ketika
ada makanan bertasbih di hadapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, maka itu
berarti bahwa makanan itu bertasbih dengan sesungguhnya. Demikian pula, ketika ada air
yang memancar dari jemari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, itu pun adalah air
sungguhan. Sehingga banyak orang yang berwudu, minum, bahkan mandi dari air
tersebut. Dan demikian seterusnya. Tetapi tidak demikian halnya dengan sihir, seperti
yang akan dijelaskan pada bab "Gambar-gambar Aneh atau Ajaib dari Sihir dan Sulap".

Saya akan menambahkan mengenai perbedaan mukjizat dengan sihir, bahwa


mukjizat itu merupakan karunia (pemberian) dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tidak ada
wasilah atau perantaraan untuk mendapatkannya. Sebagaimana halnya unta Nabi Shaleh
yang keluar dari gunung untuk menguatkan kerasulan Nabi Shaleh a.s. Lalu unta itu
meminum air dari air mereka, kemudian mereka pun meminum air susunya. Kemudian
unta itu disembelih oleh seorang penjahat dari kaum Tsamud.

Berbeda dengan mukjizat, sihir mempunyai kaidah-kaidah tertentu, asal-usul dan


disiplin tertentu, yang apabila dipelajari seseorang, maka dia akan menguasainya. Dan
sihir memang tidak mempunyai hakikat (wujud atau eksistensi) secara materil, meskipun
dapat dipergunakan untuk membahayakan manusia.

Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini, Dan mereka mengikuti apa
yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan)
bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir, padahal Sulaiman itu tidak kafir (tidak mengerjakan
sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu
Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun
sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu, janganlah
kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu,
mereka dapat menceraikan antara seorang (swami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli
sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin
Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak
memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang
menukarnya (Kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui (QS. Al-
Baqarah2:102).

Mengenai hukum tukang sihir, di-ikhtilaf-kan oleh para ulama, sebab para sahabat
mulia pun tidak sepakat. Ketika salah seorang pembantu Hafshah, Ummu Al-Mukminin,
Hal. | 104 menyihir beliau r.a. lalu diketahui oleh Umar bin Khaththab r.a., maka beliau menyuruh
Hal.
Abdurrahman bin Zaid untuk membunuhnya. Sementara sahabat Usman bin Affan r.a.
mengingkari secara mutlak untuk membunuh tukang sihir. Dalam satu riwayat disebutkan
bahwa Umar bin Khaththab dengan tegas pernah menyuruh para tukang sihir. Dia
berkata, "Bunuhlah setiap tukang sihir, laki-laki ataupun perempuan." Sehingga ada tiga
orang tukang sihir yang dibunuh.

Imam Syaf'iy—rahimahullah ta’ala—secara mutlak menentang membunuh tukang


sihir. Karena Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun tidak membunuh orang Yahudi
yang menyihirnya, maka terhadap Mukmin pun demikian. Hal ini sesuai dengan petunjuk
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang bersabda, "Mereka, Yahudi dan Nashrani,
mempunyai hak diperlakukan dengan baik seperti hak-hak orang Islam. Mereka pun
mempunyai kewajiban seperti kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam."

Para ulama juga berbeda pendapat mengenai hukum mempelajari dan mengajarkan
sihir. Sebagian mengatakan bahwa orang yang mempelajari dan mengajarkan sihir adalah
kafir, berdasarkan surah Al-Baqarah 2:102 tersebut. Sebagian lagi, yang menjadi pendapat
jumhur ulama, mengatakan bahwa mempelajari dan mengajarkan sihir itu haram. Tetapi
ada juga yang menghukumi keduanya makruh saja. Bahkan, yang mengherankan, ada
yang menghukumi keduanya mubah (boleh-boleh saja). Sedang alasan (ta'lil) mengafirkan
setan yang mengajarkan sihir dalam ayat tersebut, karena mereka mengajarkannya untuk
menyesatkan dan membahayakan.

Pendapat terakhir inilah yang dicenderungi oleh Ar-Razy. Dia mengatakan, "Para ahli
tahqiq (penelitian) sepakat bahwa mengetahui sihir itu tidak jelek dan tidak terlarang
karena ilmu menurut zatnya itu tetap mulia. Juga, karena sifat umum kandungan ayat
atau firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. Tetapi setan-setanlah yang kafir. Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia (QS. Al-Baqarah 2:102).

Jika seorang Muslim tidak mengetahui sihir, maka boleh jadi dia tidak dapat
membedakan mukjizat dari sihir. Padahal mengetahui hakikat mukjizat itu wajib, dan apa
yang menjadi faktor penting untuk tegaknya sesuatu yang wajib adalah wajib. Sehingga,
mempelajari sihir hukumnya justru wajib dan bukan haram.

Kemudian Al-Alusy mengatakan, "Yang benar menurut saya adalah haram, seperti
yang diakui/dipegang oleh jumhur ulama, kecuali jika ada kepentingan syara'. Dan, sihir
diharamkan untuk menutup bahaya, sebab siapa yang berenang di sekitar kolam
larangan, boleh jadi dia masuk ke dalamnya. Orang yang menggembala di sekitar kebun
larangan, boleh jadi dia masuk ke dalamnya. Betul, bahwa mengetahui perbedaan sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dengan mukjizat itu wajib, tetapi tidak dengan sendirinya mempelajari sihir itu wajib,
seperti kebanyakan ulama yang mengetahui mukjizat tanpa mempelajari sihir. Dan, yang
paling penting lagi, jika mempelajari sihir itu wajib, mengapa para ulama pada masa-masa
awal Islam tidak mempelajarinya." Bahkan tidak ada indikasi jelas yang membolehkan
mempelajarinya. Demikian menurut pendapat Al-Alusi yang dikutip secara bebas.
Hal. | 105
Hal.
Tambahan Penjelasan

Orang yang membolehkan mempelajari sihir itu berdasarkan ayat Alquran surah Al-
Baqarah 2:102, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan), bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir,
padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada kedua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari
kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang
(suami) dengan istrinya. Dan mereka (ahli sihir) itu tidak memberi mudharat dengan sihirnya
kepada seseorang pun kecuali dengan, izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang
memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
dengan sihir, kalau mereka mengetahui.

Berdasarkan ayat tersebut, ada malaikat yang mengajarkan sihir, padahal mereka itu
terjaga dari kemaksiatan. Dan mereka dapat mengajarkan sihir tentunya karena telah
belajar mengenai hal itu. Jadi, hukum mempelajari sihir pun sama bolehnya dengan
mengajarkannya. Tetapi pendapat yang membolehkan mempelajari sihir dengan alasan
demikian ini ditolak, karena kedua malaikat itu mengajarkan sihir hanya untuk menguji
dan membedakan mukjizat dengan sihir yang memang sangat diperlukan (mendesak)
ketika itu. Hal itu yang tentunya tidak berlaku untuk zaman sekarang.

Tetapi orang-orang yang mengharamkan sihir itu pun menyatakan, seandainya sihir
itu telah menyebar luas dan diperlukan pengetahuan dan penguasaan mengenainya
untuk menjelaskan bahaya sihir tersebut, di samping mengajak masyarakat untuk
menjauhinya, maka mempelajari sihir tidak lagi menjadi haram. Seperti halnya orang-
orang yang mempelajari filsafat untuk membela agama dan dia sendiri akidahnya sudah
mantap. Meskipun jika terang-terangan sihir itu diharamkan untuk dipelajari, tetap lebih
baik. Dengan demikian, hal itu tergantung kepada niatnya.

Argumentasi atau penggunaan dalil (istidlal) yang membolehkan mempelajari sihir


dengan alasan bahwa ..kedua malak (malaikat) tersebut telah mengajarkannya, harus
dibuktikan dengan pemaknaan bahwa kedua makhluk tersebut memang malaikat. Tetapi
jika keduanya adalah setan atau dua orang laki-laki (manusia biasa), maka otomatis

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

mempelajari sihir menjadi tidak boleh, karena yang pernah mengajarkan dan menyebar-
luaskannya pun adalah kedua makhluk jahat.

Hikmah Diharamkannya Mempelajari Sihir

Hal. | 106
Hal. Seperti telah dikemukakan, bahwa jumhur ulama mengharamkan mempelajari sihir
dan mengajarkannya demi menutup bahaya yang lebih banyak. Sebab, bagaimanapun,
siapa yang berenang di sekitar kolam larangan, maka boleh jadi dia terjerumus ke
dalamnya. Maka siapa yang mempelajarinya, mungkin dia akan menggunakannya untuk
mengganggu orang lain, atau akan membahayakan masyarakatnya. Mungkin juga dia
akan meminta tolong kepada setan-setan kafir, sehingga dia mengatakan atau melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam dan menyenangkan setan-setan terkutuk
itu.

Jadi, yang benar adalah pendapat jumhur (kebanyakan) ulama, sebab


bagaimanapun sihir itu bagaikan pisau bermata dua. Di samping sihir tersebut dipelajari
untuk sekadar pengetahuan dan untuk membedakannya dari mukjizat, ia juga bisa jadi
dipakai untuk mengganggu orang lain atau membahayakan lingkungan/masyarakat.
Meski boleh jadi suatu saat dapat mempertebal keimanan, tetapi juga sangat mungkin
merangsang untuk melakukan kejahatan dan perbuatan maksiat. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelum ini.

Di antara bahayanya, sihir kerap dipergunakan untuk mencerai-beraikan dua


pasangan (antara suami dan istri, antara kawan, antara dua persekutuan, antara dua
partai, antara dua kubu, dan lain-lainnya). Hal itu dilakukan dengan melenyapkan rasa
cinta, rasa kekeluargaan, dan rasa persahabatan dari tiap-tiap orang tersebut. Kemudian
dimasukkanlah rasa kebencian, rasa permusuhan, rasa saling mencurigai, dan lain-lain,
sehingga pada akhirnya mereka pun berpisah (bercerai).

Tentu saja hal itu berhasil jika Allah Subhanahu wa Ta'ala mengizinkannya,
sebagaimana diisyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Dan tidaklah mereka
membahayakan seseorang pun kecuali dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala (QS. Al-
Baqarah 2:102). Jadi, bagaimanapun, tergantung izin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Karena
Dia yang merangkaikan dan menghubungkan berbagai sebab dengan akibatnya, baik
dalam sihir, maupun dalam masalah lainnya. Dengan kehendak dan izin Allah, orang yang
sehat sering terpengaruh (tertular) penyakit orang yang sakit. Demikian.pula, Dia
menghubungkan akibat-akibat sihir dengan sebab-sebabnya untuk berbagai hikmah yang
hanya diketahui oleh-Nya. Tukang sihir hanyalah melatih diri dan mengikuti sebab-sebab
atau suatu disiplin dalam dunia sihir, karena siapa pun tidak mempunyai kekuatan untuk
melakukan sesuatu kecuali dengan izin dan kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Bahaya sihir yang lain ialah dapat menghilangkan rasa (feeling) dan mencabut
kewarasan otak atau akal, di samping menyebarluaskan berbagai penyakit fisik dan psikis

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

(kejiwaan), suka menipu, dan sering mengancam keamanan harta milik orang lain,
sebagaimana akan dijelaskan secara rinci pada bab tertentu.

Jadi, siapa yang mempelajari sihir, maka dia terancam untuk melakukan berbagai
kejahatan dan kemaksiatan (kesalahan). Bagaimanapun, dia akan mencoba-coba
Hal. | 107 mencocokkan atau mempraktikkan ilmunya dengan teorinya. Dia juga akan terdorong
Hal.
untuk menggunakannya pada hal-hal yang destruktif (membahayakan) meskipun
mungkin, kadang-kadang digunakannya untuk menolong orang lain. Kemudian, semakin
lama dia akan semakin berani menentang norma-norma agama dan sosial karena semakin
berpengalaman, apalagi jika kehebatannya diakui oleh masyarakat. Bahkan yang lebih
celaka, jika dia merasa telah menjadi manusia sakti, maka dia akan terdorong untuk
melakukan apa saja yang diinginkannya.

Untuk menghindarkan sihir dari manusia, Allah Subhanahu wa Ta'ala


memperingatkan, “Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa siapa yang
menukarkannya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat. Dan
amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 102).

Maksudnya, sungguh buruk apa yang menjadi ganti (penukar) bagi dirinya sendiri
dan kemuliaannya sebagai makhluk paling mulia. Juga lebih buruk daripada
membersihkan jiwanya dengan mengikuti petunjuk kitab Allah (Taurat dan Alquran) yang
menganjurkan untuk melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat dan merugikan,
memerintahkan ketakwaan, saling menyayangi dan menghargai. Ternyata mereka
memilih sihir untuk menjadi isi jiwa mereka, yang akan merusak nilai-nilai pribadi, nilai
kemanusiaan, dan norma-norma agama. Mereka itu, seakan-akan telah menjual dirinya
kepada kepentingan setan-setan yang memperlakukan dia sekehendaknya. Sungguh, itu
adalah seburuk-buruk jual-beli. Dan sungguh itu merupakan kerugian yang berlipat-ganda.

Macam-Macam Sihir

Syaikh Abu As-Su'ud dalam tafsirnya mengatakan bahwa sihir itu ada beberapa
macam, antara lain sihir kaldaniyyin. Penganut sihir itu adalah kaum penyembah bintang-
gemintang, seraya mengaku bahwa bintang-bintang itulah yang mengatur alam ini.
Mereka mempunyai dan menggunakan hal-hal yang luar biasa dengan mencampurkan
antara kekuatan langit dan kekuatan bumi. Nabi Ibrahim a.s. sendiri diutus oleh Allah
untuk membatalkan dan menghapuskan keyakinan mereka itu.

Para penyembah bintang itu ada tiga kelompok. Kelompok pertama berkeyakinan
bahwa bintang-bintang itu wajib adanya dengan zatnya sendiri. Kelompok pertama ini
disebut kaum Shabi'ah. Sedang kelompok kedua berkeyakinan bahwa aflak (bintang-
gemintang) itu sebagai tuhan. Dan untuk masing-masing bintang itu oleh penyembahnya
dibuatkan suatu haikal (kuil/tempat ibadah). Mereka selalu sibuk untuk berkhidmat
kepada tuhan-tuhannya itu. Mereka itu para penyembah berhala (patung-patung).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sedang kelompok ketiga adalah mereka yang menetapkan bahwa bintang-gemintang itu
mempunyai pelaku mukhtar yang bebas memilih. Tetapi mereka mengatakan, bahwa
pelaku tersebut memberikan kekuatan (kekuasaan) yang tinggi pada bintang-bintang
tersebut yang berpengaruh terhadap alam ini. Bahkan dia menyerahkan pengaturan alam
ini kepada semua bintang-bintang tersebut.
Hal. | 108
Hal.
Macam kedua adalah sihir yang dimiliki oleh mereka yang mempunyai angan-angan
dan jiwa yang kuat. Mereka berkeyakinan bahwa manusia, jika ruhnya disucikan, akan
mempunyai kekuatan yang berpengaruh (berperan) untuk mengadakan manfaat,
menghilangkan suatu jiwa, menghidupkan seseorang atau suatu jiwa, mematikan, dan
bahkan mengubah bentuk makhluk.

Macam ketiga ialah sihir orang yang biasa meminta tolong kepada arwah (ruh-ruh)
yang ada di bumi. Sihir tersebut dinamai azimat-azimat dan penunduk jin.

Ada juga sihir takhyil, yaitu menggambarkan atau mengkhayalkan yang biasa
menarik perhatian mata, atau yang lebih populer disebut sulap.

Pendapat Agama Mengenai Macam-Macam Sihir Tersebut

Syaikh Abu Su'ud, Mufti Rum (Rumawi), dalam tafsirnya mengatakan bahwa tidak
ada khilaf (pertentangan) di antara umat Islam bahwa siapa yang mempunyai iktikad atau
keyakinan yang sejalan dengan sihir kaldiniyyin atau ketiga macamnya, dia adalah kafir.
Demikian pula orang yang meyakini dan mengamalkan sihir awham dan nufus qawiyyah,
sihir yang dimiliki oleh orang yang mempunyai angan-angan dan jiwa yang kuat.

Ada juga orang yang meyakini, bahwa dengan penyucian jiwa disertai membaca
azimat dan ruqyah - zikir dan doa - sebanyak-banyaknya, dia akan mendapat keistimewaan
sesuai dengan yang dikehendaki Allah. Tetapi keistimewaari tersebut sesuai dengan
kebiasaan (rasional). Menurut Mu'tazilah, keyakinan demikian pun haram dan menyeret
orang yang mengakuinya kepada kekufuran. Iktikad atau keyakinan demikian, tidak akan
membuat manusia mengenal kebenaran para nabi dan rasul a.s. Jika kestimewaan seperti
itu betul-betul tercapai, maka manusia boleh jadi mengingkari para nabi dan rasul.

Selanjutnya, menurut Syaikh Abu Su'ud, jika kita cermati secara teliti, orang yang
menekuni hal itu adalah orang baik dan mengikuti syariat Islam dalam berbagai halnya,
yakni dalam ketaatan melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya. Sedang yang
dimintai tolong atau bantuannya pun adalah arwah (ruh-ruh) yang baik-baik saja,
sementara azimat dan ruqyah (jampi-jampinya) pun tidak bertentangan dengan syariat
Islam. Demikian pula, keistimewaan atau keluarbiasaan yang ada padanya pun tidak
membawa dampak negatif terhadap orang lain. Maka kelebihan yang demikian itu bukan
sihir yang diharamkan. Tetapi, jika orang tersebut ternyata jahat, dan tidak berpegang
teguh kepada syariat Islam, dan ruh-ruh yang diajak kerja samanya pun ruh-ruh jahat,
maka dia dapat menjadi kafir dengan keyakinan dan perilakunya itu.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Adapun sulap dan yang sepertinya, yang biasa memperlihatkan hal-hal ajaib melalui
perantaraan pengaturan-alat-alat ukur dan kecepatan atau ketangkasan tangan,
ditambah dengan bantuan obat-obat tertentu dan batu-batu khusus, maka sihir demikian
dibolehkan.

Hal. | 109
Hal. Jadi, sesuai dengan penelitian Syaikh Abu Su'ud, sihir yang mengandung manfaat
yang dikuasai dan dikendalikan oleh orang yang taat mengamalkan syariat itu boleh yaiz).
Karena arwah atau ruh-ruh yang dijadikan alat bantunya pun arwah yang baik-baik. Dia
pun -tidak menggunakan azimat-azimat yang bertentangan dengan syariat Islam. Bahkan
amalan demikian tidak boleh disebut sebagai sihir.

Adapun orang-orang yang biasa meminta tolong kepada arwah yang jahat, maka dia
adalah kafir sebab, dia tidak akan ditolong oleh arwah tersebut kecuali jika ideologi dan
keyakinannya sama. Itulah yang disebut ahli atau tukang sihir. Itulah sihir yang dilarang
oleh Alquran untuk dipelajari dan diajarkan. Jika demikian, maka pendapat mazhab Syaikh
Abu Su'ud dalam masalah ini sama dengan pendapat mazhab Ar-Razy.

Sekarang, setelah diteliti secara cermat, jelaslah bahwa secara mutlak sihir itu
diharamkan karena sihir itu seperti pisau bermata dua. Sementara ahli sihir itu tidak akan
pernah luput dari ketergelinciran dan kecelakaan.

Kemudian, jika kita perhatikan perkataan dan kajian Syaikh Abu Su'ud, jelaslah
bahwa sulap itu tidak termasuk sihir. Oleh karena itu, sya'wadzah (sulap) tidak termasuk
yang dilarang.

Gambaran-Gambaran Ajaib dari Sihir dan Sulap (Sya'wadzah)

Ketika tentara Salib singgah di suatu tempat yang disebut Dimyath; pada masa
sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, dia (Shalahuddin) mengepung mereka selama tiga puluh
lima hari. Kemudian terjadi peperangan, dan peperangan tersebut dimenangkan oleh
umat Islam. Akibatnya, tentara Salib mundur kocar-kacir. Kemudian, ketika dia bermaksud
akan mengunjungi Syam (Syria), dia pergi ke negeri tersebut lewat laut. Dia singgah di
suatu lapangan yang luas di Damaskus.

Di sana dia menyaksikan banyak pegulat (gladiator) dan Para pemain. Ada
seseorang yang tampak asing datang menghampirinya. Orang itu menawarkan kepada
Sultan Shalahuddin untuk memperlihatkan sulapnya, dan dia berkenan untuk
menyaksikannya. Lalu ahli sulap itu membuat kemah di tengah lapangan di hadapan
Sultan Shalahuddin. Orang itu memulai sulapnya dengan mengeluarkan sebuah bola dari
benang. Dia mengikatkan benang itu pada tangannya, kemudian dia lemparkan bola
tersebut ke angkasa (langit) sekuat tenaganya. Lalu dia bergantung pada benang
tersebut sampai akhirnya dia menghilang dan tidak diketahui ke mana perginya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Setelah beberapa saat, salah satu kakinya jatuh dan merayap menuju kemah dan
memasukinya. Lalu jatuh pula salah satu tangannya, seraya merayap dan masuk ke dalam
kemah. Demikian pula yang terjadi pada tangan dan kaki yang satunya lagi. Demikianlah
semua anggota tubuh lainnya, semua berjatuhan satu per satu. Dan, pada giliran terakhir,
jatuh pulalah kepalanya lalu merayap menuju kemah. Setelah beberapa menit, keluarlah
Hal. | 110 orang asing itu dari kemah dengan kelengkapan anggota tubuh-nya secara sempurna.
Hal.
Kemudian dia menghadap Sultan, seraya mencium bumi di depannya.

Melihat keajaiban tersebut, orang-orang kagum penuh keheranan. Kemudian dia


masuk kemah lagi di hadapan orang banyak. Seseorang yang menemani dia berkata
kepada semua yang hadir, "Silakan masuk dan cari, adakah seseorang di dalam kemah
itu." Mereka pun memasuki kemah dan ternyata tidak menemukan siapa-siapa. Lalu
mereka merobohkan kemah dan mendirikannya lagi di tempat lain. Ternyata orang tadi
keluar dari kemah tersebut, seraya berjalan dengan kedua kakinya. Tentu saja, keajaiban
seperti itu membuat kagum dan heran orang-orang, khususnya yang ada ketika itu. Sulap
seperti ini, sering kita saksikan di layar televisi di zaman modern sekarang ini.

Tetapi amir (admiral, sang pemimpin) S. Akhlathy tidak menyukai sulap seperti itu.
Dia marah dan memukul leher orang tersebut di hadapan banyak orang. Kemudian dia
berkata kepada Malik An-Nashir, "Orang seperti ini tidak dapat dipercaya untuk menjadi
mata-mata tentara Salib." Ketika amir tersebut akan membunuh temannya yaitu ahli
sulapnya sendiri, dia meminta perlindungan kepada Malik An-Nashir. Dia mengaku
sebetulnya tidak mengetahui ilmu sulap sebelum itu. Dia hanya mengetahuinya tanpa
disengaja. Apa yang dilakukannya itu tidak dikenal sebelumnya. Demi keselamatannya,
Malik An-Nashir memerintahkan dia untuk keluar dari kota Damaskus dengan segera
sebab jika tidak, akan ada orang yang membunuhnya. Ketika itu pula dia pergi
meninggalkan kota Damaskus. Kisah ini ditulis Ibn Iyas dalam Tarikh-nya.

Ibn lyas juga menyebutkan suatu kisah yang terjadi pada masa pemerintahan Malik
Al-Kamil Al-Ayyubi. Pernah ada seseorang Maghriby, orang Maroko, yang memasuki kota
Mesir. Dia adalah seorang pakar seni teater (seni sinema) yang disebut juga pakar sihir.
Dia memperlihatkan kepada salah seorang tokoh masyarakat suatu kebun di luar kota
Kairo. Kebun tersebut dihiasi dengan berbagai pepohonan yang rindang dan berbuah. Di
dalamnya juga terdapat lima penjual tepung (tukang sayur-mayur) dan bahkan ada
beberapa ekor sapi. Para pekerja kebun tersebut tampak sedang berjaga-jaga di sekitar
kebun. Tentu saja, orang yang menyaksikan keajaiban itu merasa kagum penuh
keheranan. Tanpa berpikir panjang, tokoh masyarakat itu membeli kebun (fiktif) itu dari
orang Maghribi dengan harga seribu dinar. Lalu uang itu pun diambilnya. Orang Maghribi
(Maroko) itu menjualnya di hadapan hakim (tuan qadi), sehingga orang yang membeli
kebun tersebut merasa tenteram bahwa dirinya telah membeli dan mendapatkan kebun
(fiktif) tersebut.

Mulailah orang tersebut menikmati kebunnya dengan tidur di dalamnya. Tetapi,


tatkala dia bangun di pagi harinya, ternyata dia tidak menemukan apa-apa. Lalu dia

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

bertanya kepada orang-orang di sekitarnya, "Pernahkah ada kebun seperti yang


digambarkan itu?" Ternyata orang-orang menjawab, "Kami sama sekali tidak pernah
melihat kebun semacam itu." Ramailah orang-orang membicarakan kejadian aneh
tersebut. Ketika kejadian itu sampai kepada Al-Malik Al-Kamil, dia mencari orang Maghribi
tersebut, tetapi tidak rnendapatkannya. Orang Maghribi itu mengambil uang yang seribu
Hal. | 111 dinar, lalu pergi.
Hal.

Menurut Ibn Iyas, raja-raja Yaman pernah menghadiahkan sebuah menara/kubah


berlampu (semacam kap yang ada lampunya) yang terbuat dari tembaga yang bagus
kepada Raja AI-Kamil. Keajaibannya, dari menara atau kubah tersebut keluar seseorang
yang kulitnya dari tembaga ketika fajar terbit. Dia berkata kepada Raja Al-Kamil, "Selamat
pagi, semoga engkau baik-baik saja." Hal itu dikatakannya pada setiap terbit fajar. Maksud
perkataannya di sini adalah suara peluit yang keluar dari kubah tersebut maknanya seperti
itu. Kubah tersebut tetap ada sampai masa kerajaan An-Nashir, Muhammad bin Qalawun.
Setelah itu baru hilang.

Ibn Batutah, sang pengembara, menceritakan ketika dia pergi melancong ke


negeri Cina, dia dipanggil (dijamu) oleh salah seorang amir (gubernur) dengan
menghadirkan salah seorang ahli sulap. Amir itu berkata, "Silakan, perlihatkan kepada
saya keajaibanmu."

Pesulap itu mengambil sebuah bola yang diikat dengan seutas tali yang panjang.
Dia melemparkan bola itu ke udara sampai tidak kelihatan lagi. Ketika talinya hanya
tertinggal sedikit, dia menyuruh salah seorang muridnya untuk naik. Muridnya lalu
bergantung pada tali (dari benang) tersebut. Dia naik sampai jauh, bahkan sampai tidak
kelihatan lagi. Gurunya memanggilnya sebanyak tiga kali, tetapi tidak ada jawaban.
Dengan marah dia mengambil sebilah pisau, lalu naik sambil bergantung pada tali
tersebut sampai tidak terlihat lagi.

Kemudian pesulap itu dari udara melemparkan satu tangan muridnya ke bumi. Lalu
dia melemparkan tangan yang satunya lagi. Bahkan semua anggota tubuhnya dia
lemparkan satu per satu. Lalu dia turun sambil meniup-niup (terengah-engah) dan
bajunya penuh dengan lumuran darah. Kemudian dia mencium bumi di depan amir
(Gubernur). Lalu dia diajak bicara oleh amir dengan bahasa Cina. Selanjutnya dia disuruh
untuk menyambung-nyambungkan badan anak itu. Lalu, tukang sulap itu menyambung-
nyambungkan lagi badan muridnya. Kemudian dia menginjak-injak dengan kakinya.
Akhirnya anak itu pun hidup lagi dan berdiri di depan amir.

Menyaksikan kejadian yang mengagumkan tersebut, Ibn Batutah, sang


pengembara, merasa kagum. Lalu ada yang berkata kepadanya, bahwa sebetulnya
peristiwa tersebut tidak terjadi sesungguhnya dan itu hanyalah kelihaian tukang sulap di
Cina saja.

Sihir di Tibet dan India

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Surat kabar Al-Muqthim, edisi terbitan 21 Desember 1933, menulis suatu artikel yang
diterjemahkan dari suatu kitab karangan Dr. Al-Kasandra. Dia dikenal sebagai dokter
psikologi di sebuah rumah sakit jiwa di London. Kitab yang dikarang dokter tersebut
berjudul Al- Am Ghair Al-Mutathawwir "Dunia yang Tidak Berkembang".

Hal. | 112
Hal. Dalam artikel terjemahan tersebut disebutkan dua kejadian luar biasa semacam
sihir. Dua kejadian ajaib tersebut diungkapkan oleh Almarhum Syaikh Muhammad Rasyid
Ridha dalam kitabnya Wahyu Muhammad. Kami menghikayatkannya kembali dari kitab
karangan Rasyid Ridha tersebut. Dr. Kasandra sendiri banyak memperhatikan dan
meneliti serta memperbincangkan dalam bukunya itu - masalah menidurkan (membuat
tidur) secara magnetis pasiennya. Juga dibahas masalah black magic (sihir hitam) dan
selain kedua masalah gaib tersebut yang biasa dilatih dan diperagakan oleh para ahli sihir
India (Hind) dan Tibet. Bahkan ahli riyadhah ruhiyyah (latihan tenaga dalam) pun biasa
melakikan -keajaiban tersebut. Kami akan mengungkapkan kedua kejadian ajaib tersebut.

1. Dr. Kasandra mempunyai seorang teman (seorang profesor). Dia dikenal seorang
sufi India. Profesor tersebut pernah memanggil sang dokter untuk mengunjungi
seorang ahli tasawuf India. Ketika keduanya mengunjungi ahli tasawuf tersebut,
mereka mendapatkannya sedang berbincang-bincang dengan sebatang pohon tin.
Dia berkata, "Sungguh engkau bagus dan berjasa bagi kehidupan. Engkau, bahkan
telah menghibur jiwaku dan menyembuhkannya. Sekarang telah tiba masa
kepergianmu dari alam ini, alam yang penuh kepalsuan dan alam fana, tidak kekal.
Matilah sekarang dan jangan kembali lagi untuk kedua kalinya." Begitu selesai dia
berbicara, layulah pohon tin tersebut. Dokter pun memeriksanya dan ternyata
pohon tersebut memang telah mati.

2. Dr. Kasandra juga pernah mendatangi Lama - atau Dalai Lama? - di Tibet. Dia digelari
masyarakatnya sebagai hukama yang agung (filosof besar). Tuan dokter
menemukan pada tokoh tersebut delapan orang laki-laki yang membawa sebuah
peti. Mereka lalu menurunkan peti tersebut, kemudian tutupnya dibuka. Sang
dokter tampak terkejut, ketika melihat ada seseorang yang mukanya seperti muka
mayat di dalam peti tersebut. Lama itu memperkenankan tuan dokter
memeriksanya. Ternyata sang dokter menemukan denyut nadi orang yang di dalam
peti itu telah berhenti, dan badannya terasa sangat dingin seperti batu. Kedua
matanya tampak seperti telah tertutup selama satu hari penuh, dalam keadaan
mati. Kemudian diletakkan cermin di depan mulut dan hidungnya, ternyata tidak ada
bekas napasnya.

Tuan Lama lalu mengucapkan beberapa kata. Kami pun menyaksikan kedua mata
orang tersebut mulai terbuka. Kemudian dia duduk pada petinya. Lalu dengan dibantu
oleh dua orang pendeta, dia berdiri dan berjalan. Kemudian dia mendekati Lama dan
menundukkan kepalanya kepada Lama, lalu dia kembali lagi ke dalam peti (usungan
mayat)-nya. Tetapi dia terus-menerus memandang Lama. Beberapa saat, dia kembali mati
lagi.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Anda sendiri pernah mengetahui bahwa Nabi Isa a.s. pernah diberi kemampuan oleh
Allah untuk menghidupkan orang yang mati. Beliau pun pernah berkata kepada pohon
tin, "Matilah!" Dan ternyata pohon itu mati. Tetapi, tentu saja, apa yang dilakukan Nabi Isa
a.s. bukan sihir dan tidak menggunakan perantara yang biasa dipergunakan oleh ahli sihir.
Beliau juga tidak meminta bantuan jin. Berbeda dengan para nabi, para ahli sihir itu tidak
Hal. | 113 akan dapat melakukan aksinya kecuali dengan menggunakan jasa jin, baik untuk
Hal.
mematikan pepohonan ataupun untuk menghidupkan yang mati.

Mayat itu segera kehilangan daya hidupnya dalam beberapa detik (menit) saja;
bahkan nyaris hanya untuk memperlihatkan keajaiban ahli sihir (Lama) dalam
menghidupkan orang yang mati saja. Dan apa yang terjadi pada ahli sihir bukanlah
kejadian yang sesungguhnya, tetapi hanya berupa sihir, yaitu dengan menyulap
pandangan atau mata orang yang menyaksikannya.

Hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh seorang Maghribi yang menjual
kebunnya kepada orang Mesir, lengkap dengan segala pepohonannya, penjual tepung
(sayur-mayur), binatangnya, dan para karyawannya. Kemudian orang Mesir itu tidur di
kebunnya. Ketika dia bangun di pagi hari, ternyata dia tidak mendapatkan apa-apa. Jadi,
kebunnya adalah kebun fiktif, hanya dalam pandangan mata orang Mesir tersebut yang
telah tertipu dan tersihir oleh orang Maghribi itu. Sebenarnya di daerah tersebut tidak ada
kebun, sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat sekitar tempat itu.

Oleh karena itu, Lama - seorang sufi India - itu pun tidak mampu menghidupkan
orang yang telah mati tersebut lebih lama dari masa keberadaan kebun yang diciptakan
secara fiktif oleh orang Maghribi. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Isa
a.s. Orang yang dihidupkan kembali oleh dia dapat hidup dalam jangka waktu lama,
sampai mati kembali ketika ajalnya telah tiba.

Syaikh Muhammad Rasyid Ridha juga menceritakan seorang Muslim yang


mempunyai akidah kuat dan selalu beribadah. Dia dikenal saleh di negerinya dan lebih
sering dipanggil dengan nama Syaikh Muhammad Al-Ashafiry. Dia pernah memandang
sebuah pohon tin dan berkata padanya, "Engkau miskin (kasihan sekali), dan akan mati."
Tiba-tiba pohon tin tersebut pun layu dan kering, lalu matilah. Jika hal demikian terjadi
pada seorang Muslim yang tidak mempelajari dan mengamalkan sihir, maka hal itu
merupakan suatu karamah, yaitu kemuliaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala
kepadanya. Dia tidak pernah mempelajari, apalagi mengajarkan sihir. Dia hanya orang
biasa yang rajin beribadah dengan ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sihir pada Masa Sultan Ghawri

Pada masa Sultan Ghawri pernah terjadi keajaiban sihir. Dengan tuduhan sebagai
ahli sihir yang zindiq (kafir), seseorang dihadapkan kepada Sultan. Dia berwudu dengan
air susu dan beristinja - bersuci setelah selesai buang air kecil atau buang air besar -
dengan air susu juga. Bahkan dia pun banyak melakukan perbuatan yang bertentangan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dengan syariat Islam selain yang telah disebutkan itu. Kemudian dia dibawa ke hadapan
qadhi (hakim) Al-Maliky. Hakim membenarkan tuduhan yang dikenakan kepada ahli sihir
tersebut. Lalu dia dihukum kafir dan harus dipenggal lehernya. Keputusan itu lalu
dilaksanakan di bawah jendela di sebuah madrasah. Sebelumnya, dia dikenalkan kepada
khalayak ramai dalam keadaan telanjang di atas seekor unta.
Hal. | 114
Hal.
Keajaiban Doktor Salamun

Di negeri kami pernah ada seseorang yang asing melewat. Dia mengaku sebagai Dr.
Salamun. Dia mempunyai keajaiban sihir dan dapat menidurkan seseorang secara
magnetik. Dia juga mempunyai kekuatan batin dan kemampuan seperti itu hasil dari
pelatihan (riyadhah) sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli sihir India dan Tibet.

Di antara keajaibannya adalah dia pernah meletakkan gelas kosong yang terbuat
dari alumunium pada tangan Almarhum Sa'd Zaghlul Basya yang ketika itu menjadi
perdana menteri Mesir. Dr. Salamun memandangi gelas tersebut sampai menjadi berat.
Bahkan perdana menteri itu tidak mampu lagi menahan berat gelas tersebut. Lalu gelas
itu dilepaskan dari tangannya.

Kejadian ajaib lainnya, dia pernah mengubur dirinya di dalam tanah selama enam
jam di kota Iskandariyah. Hal itu dia lakukan di depan sejumlah dokter. Kemudian dia
keluar dalam keadaan hidup. Padahal menurut kebiasaan, jika ada manusia yang
dipendam di bawah tanah tanpa ada udara segar untuk bernapas dalam beberapa detik
saja orang itu akan mati.

Demikian pula, dia pernah membuat seseorang tidur. Lalu orang yang tertidur itu
dapat memberitahukan seseorang dari keluarganya yang telah mati selama dua puluh
tahun. Disebutkan bahwa dia hidup di bagian selatan kota tertentu. Dia juga
menyebutkan bahwa dirinya mengelola suatu kedai (toko) di negeri tersebut. Bahkan dia
mengaku menikahi putri pemilik toko tersebut. Setelah mertuanya meninggal, maka
dialah yang berkuasa untuk mengelola toko tersebut dengan penuh keleluasaan. Dia juga
menyebutkan nomor telepon keluarganya. Lalu mereka pun berbicara dengannya, dan ia
merespon pembicaraan itu. Lalu hubungannya dengan keluarganya itu kembali normal
lagi.

Sihir Orang Mesir (Bagian) Atas

Pada permulaan abad ini terdapat seorang ahli sihir Mesir (bagian) atas, yaitu Sahir
Al-Wajh Al-Qubuly. Dia meminta kepada semua pemimpin untuk melemparkan cincinnya
ke laut. Jika mereka lakukan itu, dia berjanji akan mengembalikan cincinnya kepada
mereka. Dan tentu saja hal itu terjadi. Bahkan dia mempunyai banyak keajaiban lainnya.
Setelah dia meninggal, rupanya anaknya ingin mengikuti jejak sang ayah, yakni mendalami
sihir. Tetapi niatnya itu dicegat oleh ibunya. Ibunya tidak ingin anaknya itu menjadi kafir
seperti ayahnya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sang anak tetap penasaran untuk menanyakan alasan dilarangnya dia menjadi
tukang sihir. Maka sang ibu pun membuka lemari. Keluarlah darinya sebuah patung. Ibu
itu berkata kepada anaknya, "Sesungguhnya ketika ayahmu hidup dan menjadi ahli sihir,
dia menyembah patung ini supaya mendapatkan pertolongan dan bantuan dari setan-
setan dalam melahirkan hal-hal ajaib. Maka, pesan ibunya itu, "Kamu jangan menjadi kafir
Hal. | 115 seperti ayahmu."
Hal.

Kisah ini telah diceritakan oleh guru kami Syaikh Al-Adawy semoga mendapat
ampunan dosa dari Allah - dengan menjelaskan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut
ini, Dan (ingatlah) hari ketika Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah berfirman),
"Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia", lalu
berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya
sebagian kami telah mendapat kesenangan dari sebagian (yang lainnya) dan kami telah
sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami." Allah berfirman, "Neraka
itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali jika Allah meng hendaki
(yang lainnya). Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-
An'am 6:128).

Pelajaran

Jika Anda telah mengetahui problematika sihir yang membahayakan itu, wahai
saudaraku yang Muslim, maka hati-hatilah dan menjauhlah dari sihir supaya akidah Anda
tidak tergelincir. Dan jika Anda menghindar dari sihir, maka Anda pun akan selamat dan
tidak akan menyimpang dari ajaran Islam. Hanya Allah yang memberi hidayah dan
petunjuk ke jalan yang benar dan lurus.

Jin Termasuk Salah Satu Ats-Tsaqalain

Jika telah diketahui bahwa sihir lebih banyak bergantung pada pemanfaatan tenaga
atau jasa jin, maka ketahuilah bahwa kaum jin itu adalah salah satu tsaqalain (jin dan
manusia), yang kepada mereka Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus oleh
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagian mereka ada yang Muslim, dan sebagian lagi kafir.
Mereka juga disebutkan oleh Alquran dalam beberapa tempat dan kesempatan. Bahkan
ada surah khusus secara lengkap membicarakan tentang mereka. Atas dasar itu, maka
wajiblah kita mengimani keberadaan mereka, dan mengimani bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun diutus kepada mereka. Jika Anda mengetahui hal ini,
tentu Anda ingin mengetahui hakikat mereka, perbuatan, dan tempat tinggalnya, serta
berbagai hal mengenai mereka.

Untuk itulah, saya menulis bab khusus yang membicarakan mereka, sehingga
jelaslah segala permasalahan mengenai mereka.

Hakikat Jin

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Kata jin" merupakan isim jenis dan berbentuk jamak. Mufradnya adalah jinny.
Mereka adalah makhluk Allah yang secara fisik lebih merupakan makhluk bangsa api.

Sebagian mereka atau keseluruhannya dapat berubah-ubah bentuk dengan bentuk


yang macam-macam. Menurut hakikat keberadaannya, jin lebih sering menyamar (tidak
Hal. | 116 menampakkan diri). Hal ini seperti diisyaratkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, Apakah
Hal.
kamu sekalian hendak berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan
nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekal-ikali tidak menurunkan hujjah untuk
itu? Maka tunggulah (azab itu). Sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu
bersama kamu." (QS. Al-A’raf 7:71).

Kadang-kadang jin itu juga terlihat dalam bentuknya yang tidak asli. Adapun bentuk
yang sesungguhnya hanya akan dilihat oleh para nabi tertentu.

Jin mempunyai kekuatan untuk melakukan hal-hal yang berat, misalnya dia
mempunyai kesanggupan untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri Saba'
ke negeri Syam. Dia berjanji akan memindahkannya sebelum Nabi Sulaiman pindah
dari tempat duduknya, yakni sebelum beliau a.s. berpindah tempat duduk untuk
menghukum manusia yang perlu dihukum.

Mereka juga termasuk makhluk yang mempunyai akal yang penuh dengan
kesadaran. Dan atas dasar itu, mereka juga ditaklif atau dibebani untuk beriman kepada
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan memang ada sebagian di antara
mereka yang mengimaninya. Sebagaimana hal ini diisyaratkan oleh firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala, Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Alquran) kami
beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka dia tidak takut akan
pengurangan pahala, dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan (QS. Al
Jinn 72:13).

Fisik-fisik jin, di samping mempunyai kemampuan luar biasa, juga halus (lembut).
Dan tidak ada halangan, secara rasional, jika sebagian jin yang mempunyai fisik halus itu
keistimewaannya berbeda dengan jenis jin lainnya. Boleh jadi juga, mereka mempunyai
kekuatan dan kemampuan yang luar biasa ajaibnya. Dan alam, termasuk alam jin, yang
mempunyai banyak rahasia, rupanya dapat membuat akal manusia dan pikirannya
bingung. Maka, subhanallah "Mahasuci Allah" yang telah menciptakan makhluk ini dengan
penuh keajaiban. Dia-lah Yang Maha Pencipta dan Mahaagung dan Mahakuasa.

Sebagian ahli filsafat ada yang mengingkari eksistensi jin. Tetapi sejumlah besar dari
para filosof terdahulu dan mereka yang mempunyai kemampuan batin (ar-ruhaniyyat)
mengakui keberadaan mereka. Mereka menyebut bangsa jin itu sebagai arwah sufliyyah
(arwah yang rendah). Para filosof itu menganggap bahwa jin termasuk jawahir (partikel)
yang berdiri sendiri dan tidak merupakan ajsam (fisikal). Sebagian mereka baik dan
sebagian lainnya jahat. Dan menurut hakikatnya, mereka itu bermacam-macam,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sedangkan jumlah dan macam-macamnya tidak diketahui kecuali oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Bagaimanapun, Islam mewajibkan umatnya untuk mengimani keberadaan mereka.


Bahkan Islam mengafirkan orang yang mengingkari keberadaan jin, sebab mengingkari
Hal. | 117 keberadaan jin berarti membohongkan sebagian kandungan Alquran. Dan sebagaimana
Hal.
Alquran menetapkan wujud atau keberadaan mereka, maka demikian pula yang
ditetapkan sunnah. Jumhur (mayoritas) penganut paham agama mengakui keberadaan
jin. Demikian pula, kebanyakan para pemikir di zaman sekarang pun mengakui
keberadaan mereka. Menurut kelompok manusia yang disebut terakhir ini, jin itu berada
di balik alam nyata yang materil, dan mereka tidak diketahui oleh mata lahir manusia.
Dengan kata lain, para jin itu tidak tampak dalam pandangan manusia. Mereka juga
mempunyai majalah khusus sebagai media komunikasinya dengan menggunakan nama-
nama mereka. Itu terdapat di Eropa dan di negeri-negeri lainnya. Yang mereka bahas
khususnya mengenai alam ruh (alam metafisik)?

Asal-Usul Jin

Al-Qurthubi mengatakan bahwa ahli ilmu - para ulama berbeda pendapat mengenai
asal-usul jin. Ismail meriwayatkan dari Hasan Bashri, bahwa jin itu anak keturunan Iblis.
Sedang manusia adalah anak keturunan Adam a.s. Di antara mereka, baik jin maupun
manusia, ada yang kafir dan ada yang mukmin. Mereka juga sama-sama berhak
mendapat pahala atau terbebani siksa. Siapa di antara mereka - dari jin dan manusia - yang
mukmin, maka dia adalah wali Allah atau hamba-Nya yang saleh. Dan siapa di antara
mereka yang kafir, maka dia adalah setan. Seperti diketahui, setan itu terdiri dari
kelompok jin dan manusia. Lihat surah An-Nas.

Sementara, Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibn Abbas r.a. bahwa jin itu adalah
anak cucu Al Jann (jin-jin). Dan mereka bukan setan-setan; di antara mereka ada yang
mukmin dan ada pula yang kafir. Sementara, setan-setan adalah anak cucu Iblis. Mereka
tidak mati kecuali bersama-sama dengan Iblis.

Para ulama juga berbeda pendapat mengenai jin mukmin, apakah dia masuk surga
atau tidak? Sesuai dengan perbedaan para ulama mengenai asal-usul jin, maka menurut
mereka yang berkeyakinan bahwa jin itu adalah keturunan makhluk kelompok jin, dan
bukan keturunan Iblis, jin yang mukmin di antara rnereka dapat masuk surga. Sedang,
menurut mereka yang ber-Pendapat bahwa jin itu anak cucu keturunan Iblis, maka di sini
ada dua pendapat. Pertama, kelompok ini ditokohi oleh Al-Hasan Al-Bashry, bahwa sesuai
dengan keimanannya, mereka masuk surga. Tetapi, menurut pendapat kedua yang
dipfmpin oleh Mujahid, mereka itu tidak masuk surga, tetapi dijauhkan dari neraka.
Demikian diriwayatkan oleh Al-Mawardy. Inilah menurut pendapat Al-Qurthubi.

Kedudukan (Posisi) Jin Terhadap Dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Jin pernah bertemu sebagai perutusan dengan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam.

Pertemuan Pertama

Hal. | 118
Hal. Untuk kali pertama ini, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak melihat
mereka. Diriwayatkan dalam Shahihain dan Imam Turmudzi dari Ibn Abbas r.a. - redaksi ini
dari Imam Muslim, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak membacakan Alquran
pada jin, dan beliau tidak melihat mereka. Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pergi dengan beberapa orang sahabatnya menuju pasar Ukazh. Ketika itu ada
penghalang antara setan-setan dengan berita dari langit. Dan ada cahaya api yang
dilemparkan kepada setan-setan itu. Maka setan-setan itu pulang kepada kaumnya.

Mereka ditanya oleh kawan-kawannya, "Mengapa kalian pulang?" Terdapat


penghalang di antara kami dengan berita dari langit; dan ada cahaya api yang
dilemparkan kepada kami," demikian jawabnya. Kawan-kawannya berkata, "Itu hanyalah
disebabkan sesuatu yang telah teijadi. Maka sekarang pergilah ke arah timur dan barat
dari bumi ini. Dan cari tahulah, apa sebenarnya yang menjadi penghalang di antara kita
dengan berita dari langit itu?" Lalu mereka pun pergi ke barat dan timur.

Pergilah kelompok yang menuju Tihamah, sedang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam berada di sekitar pohon kurma (?) dan para jin itu menuju pasar Ukazh. Ketika itu
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan para sahabatnya sedang mendirikan shalat
fajar (shubuh). Ketika kaum jin itu mendengarkan Alquran, mereka memperhatikannya,
lalu berkata, "Inilah yang menjadi penghalang di antara kami dan berita dari langit itu."
Lalu mereka pulang kepada kaumnya dan mengatakan, "Wahai kaum kami, sesungguhnya
kami telah mendengarkan Alquran yang penuh keajaiban. Ia menunjuki jalan yang benar,
maka kami mengimaninya. Dan kami pun tidak akanmenyekutukan Tuhan kami dengan
seorang pun."

Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad


Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, Dan sesungguhnya kami tatkala mendengarkan petunjuk
(Alquran), kami beriman kepadanya. Maka barangsiapa yang beriman kepada Tuhannya,
maka dia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (pula takut) akan penambahan
dosa dan kesalahan (QS. Al-Jinn: 13).

Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua ini, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dibebani untuk
bertabligh (menyampaikan ajaran Islam) kepada mereka dan beliau melihat mereka.
Disebutkan dalam Sunan Baihaqi melalui berbagai jalan (sanad), dari Abdullah bin Mas'ud
r.a., "Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam suatu ketika melakukan shalat Isya'
lalu pergi. Beliau memegang tanganku dan mengajakku sehingga sampailah kami di suatu
tempat. Beliau membuat beberapa garis di atas bumi, lalu berpesan, "Jangan keluar dari

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

garismu ini." Ketika aku sedang duduk-duduk, tiba-tiba ada beberapa laki-laki (rijal) yang
datang kepadaku. Mereka seakan-akan suatu suku bangsa (manusia)."

Ibn Mas'ud r.a. menyebutkan hadits panjang, antara lain disebutkan bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ma ja'ahu ila as-sahar "tidak datang kepadanya -
Hal. | 119 Ibn Masud - sampai sahur (fajar)". Ibn Mas'ud r.a. berkata, "Aku mendengar macam-
Hal.
macam suara, lalu datanglah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Aku bertanya
kepadanya, "Suara-suara apakah yang aku dengar ini?" Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
menjawab, "Itu adalah suara jin ketika mereka memanggil aku dan mengucapkan salam
kepadaku."

Pertemuan Ketiga

Pada pertemuan ketiga, kaum jin itu memanggil Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam untuk menemui mereka. Maka Nabi pun mendatangi mereka dan mengajaknya
ke jalan Islam. Ketika itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak disertai oleh seorang
pun dari sahabatnya. Abd. bin Humaid, Imam Ahmad, dan Imam Muslim - rahimhumullah
ta ‘ala - dan selain mereka mengeluarkan riwayat dari Alqamah r.a. Dia berkata, "Aku
bertanya kepada Ibn Mas'ud r.a. apakah ada seorang sahabat yang menemani Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada malam pertemuan dengan jin? Ibn Mas'ud
r.a. menjawab, tak seorang pun di antara kami yang menemaninya. Tetapi pada suatu
malam kami bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam lalu kami kehilangan beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Kami mencarinya di berbagai lembah dan syi'ab - bukit-bukit
atau perkampungan besar. Kami mengatakan, mungkin Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam dibawa pergi dengan cepat atau tertipu oleh jin. Maka kami melewati malam itu
sebagai malam yang paling jelek yang biasa dilalui suatu kaum. Ketika kami bangun di pagi
hari, tiba-tiba Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam datang dari gua Hira. Kami
menceritakan perasaan kami. Beliau bersabda, 'Kami didatangi seorang jin yang
mengundangku. Maka aku pun tnendatangi mereka dan membacakan Alquran pada
mereka. Lalu dia pergi denganku, dan dia memperlihatkan bekas-bekas tempat tinggal
mereka dan bekas-bekas apinya."' (hlm. 132).

Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat ini terjadi dengan Jin Nashibain. Kejadian ini dilatarbelakangi
perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam untuk mengajak mereka dan membacakan Alquran pada mereka. Allah Subhanahu
wa Ta'ala mendatangkan kepada Nabi beberapa orang jin dari kelompok Nashibain.

Mereka berkumpul di hadapan Nabi. Lalu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam bersabda kepada para sahabatnya, "Sesungguhnya, malam nanti aku akan
membacakan Alquran kepada kaum jin. Siapakah di antara kalian yang akan
mengikutiku?" Mereka terdiam. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengatakannya
untuk kedua kalinya. Mereka masih terdiam. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

mengatakan untuk ketiga kalinya, dan mereka tetap diam. Maka berkatalah Ibn Mas'ud
r.a., "Aku, ya Rasulullah."

Ibn Mas'ud r.a. berkata, "Dan, tidak ada yang lain bersarna Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam itu selain aku. Lalu kami pergi. Dan ketika sampal di dataran tinggi
Hal. | 120 Makkah, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam masuk ke suatu perkampungan
Hal.
yang besar yang disebut Syi'b Al-Hujun (Kampung Hujun). Beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam menggaris suatu garis, seraya berpesan kepadaku untuk duduk di situ. Kemudian
beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Jangan keluar sebelum aku kembali
kepadamu." Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pergi dan membuka acaranya dengan
membaca Alquran. Aku melihat ada semacam burung nasar yang turun dan berjalan
(terbang) pada pepohonan yang dahannya bergelantungan (rafraf). Aku juga mendengar
suara gaduh yang tidak jelas, sehingga aku mengkhawatirkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam. Ada kabut hitam yang menghalangi antara aku dengannya, sehingga aku tidak
dapat mendengar lagi suaranya. Kemudian mereka mulai pergi sedikitsedikit seperti
perginya awan.

Lalu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam datang pada waktu fajar. Beliau
bertanya, " Apakah kamu sempat tidur?" Aku menjawab, " Demi Allah, aku tidak sempat
tidur. Sungguh aku akan meminta tolong kepada orang-orang ketika aku mendengar
engkau mengetuk mereka dengan tongkatmu, lalu engkau mengatakan, "Duduklah kamu
sekalian." Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika kamu keluar dari tempatmu,
aku tidak menjamin keamananmu, mungkin kamu akan disambar oleh sebagian mereka
(jin) itu." Selanjutnya beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, " Apakah kamu melihat
sesuatu?" Aku menjawab, "Ya, wahai Rasulullah. Aku melihat beberapa orang hitam
memakai pakaian putih-putih." Maka Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda, "Mereka adalah Jin Nashibain."

Dalam hadits ini juga disebutkan bahwa Ibn Mas'ud r.a. mengatakan, "Aku
mendengar suara gaduh sekali. Lalu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
bersabda, "Sesungguhnya kaum jin itu saling mendorong (menuduh) mengenai seseorang
yang terbunuh di antara mereka. Mereka mengadukan masalahnya kepadaku. Maka aku
putuskan di antara mereka dengan keputusan yang benar...", -sampai akhir hadits.

Dalam riwayat lain, sebagaimana dikutip Al-Qurthubi, disebutkan bahwa Ibn Mas'ud
setelah menyebutkan kepergiannya dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak
disertai yang lain, dia berkata, "Maka beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pergi sehingga
sampai, di kampung Hujun di perkampungan Abu Dabb. Kemudian beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam membuat suatu garis (lingkaran), seraya berpesan, 'Jangan melewati
garis (lingkaran) ini!" Kemudian beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pergi menuju Hujun.
Lalu turunlah kepadanya semacam burung puyuh yang menurunkan ( menggelincirkan)
batu dengan kakinya. Mereka berjalan sambil memukul rebana, seperti perempuan yang
memukul rebana, atau mereka itu berjalan pelan-pelan, sehingga akhirnya Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tertutup (terhalang) dan aku tidak dapat melihatnya. Aku

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

berdiri, lalu ada isyarat dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan tangannya
supaya aku duduk. Kemudian beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membaca Alquran.
Suaranya terus-menerus keras (meninggi). Dan kaum jin itu melekat ke bumi sehingga aku
tidak dapat melihatnya. Tatkala beliau berpaling kepadaku, beliau bertanya, "Apakah
kamu akan mendatangiku?" Aku menjawab, "Ya, wahai Rasulullah!" Beliau bersabda, "Itu
Hal. | 121 bukan hak dan urusanmu. Mereka adalah kaum jin yang datang untuk mendengarkan
Hal.
Alquran. Kemudian mereka kembali kepada kaumnya sambil memperingatkan mereka
...", sampai akhir hadits.

Menurut Ikrimah, mereka itu berjumlah dua belas ribu (12.000) personal dari jazirah
(pulau) Maushil (Irak). Ringkasnya, sebetulnya jin mempunyai enam pertemuan dengan
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam seperti disebutkan Al-Alusy.

Tempat Tinggal Jin dan Makanannya

Sebetulnya jin itu mendiami bumi yang kita diami, hanya kita tidak dapat melihat
mereka. Dari beberapa hadits yang berkenaan dengan pertemuan mereka dengan Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dapat diketahui bahwa mereka itu ada yang
berasal dari kaum Nashibain atau Maushil. Dan ketahuilah, semua tempat di bumi yang
kita diami itu diisi pula oleh jin. Karena rahmat dan kasih sayang Allah Subhanahu wa
Ta'ala, mereka tidak terlihat oleh mata kebanyakan manusia, sehingga manusia tidak
terkejut (ketakutan) jika bertemu dengan mereka, juga tidak berbahaya jika ditemui
mereka. Mereka diciptakan oleh Allah dari api, sedang kita diciptakan dari tanah. Mereka
dihalangi untuk mengganggu manusia dengan suatu penghalang berupa peraturan-
peraturan (Nawamis) yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Kadang-kadang, ada pula di antara mereka yang mengganggu sebagian manusia.


Mungkin hal itu untuk menegaskan keberadaan (wujud) mereka saja, sehingga manusia
menyadari bahwa mereka juga ada di bumi ini dan hidup berdampingan dengan manusia.
Di samping itu, manusia dapat mengetahui dan mengakui keagungan Allah Subhanahu wa
Ta'ala dan kekuasaan-Nya, juga dapat mengetahui dan merasakan rahmat dan karunia-
Nya. Dengan mengetahui kebalikan sesuatu, maka kita akan mengetahui
keistimewaannya. Sebagaimana Anda mengetahui dan menyadari nikmat kesehatan
dengan sakit yang menimpa badan, maka Anda pun akan mengetahui upaya penjagaan
dari bahaya yang dilakukan kaum jin terhadap sebagian manusia.

Adapun mengenai makanan yang biasa mereka makan, adalah makanan yang
seperti kita makan. Mereka biasa memakan biji-bijian dan daging, seperti yang kita
lakukan. Tulang-belulang yang kita buang dan lemparkan, Allah menutupnya sehingga
menjadi daging lalu mereka makan. Hal ini dikuatkan oleh hadits-hadits dari Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Karena tulang-belulang menjadi makanan jin, maka kita tidak
diperkenankannya untuk beristinja dengan tulang-belulang, bahkan tidak sah sehingga
haram hukumnya beristinja apalagi bersuci dengan tulang-belulang itu.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Mungkin ada yang berkata, jika mereka memakan makanan seperti yang kita makan,
berarti mereka juga mempunyai fisik kasar seperti kita. Padahal, telah disebutkan bahwa
jin itu mempunyai fisik yang halus (lembut). Untuk menanggapi pendapat tersebut,
sesungguhnya mereka memanfaatkan makanan-makanan materil itu dengan elemen-
elemen (unsur-unsur) yang cocok dengan kehalusan mereka. Dan Allah Subhanahu wa
Hal. | 122 Ta'ala memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukan hal seperti itu. Atau, mungkin
Hal.
juga sebutan bagi mereka sebagai makhluk halus itu merupakan pendapat baru dari
manusia yang tidak dapat melihat mereka. Dan, sebetulnya, halangan apakah yang
membuat/menjadikan mereka tidak berfisik kasar. Hanya saja Allah Subhanahu wa Ta'ala
menutupi mereka dari pandangan kita. Allah menciptakan mata kita dengan suatu cara
atau metode yang hanya diketahui oleh Allah dan membuat kita tidak melihat mereka.
Atau, karena Allah telah menciptakan hijab-penghalang dari kegaiban (barang gaib) yang
diletakkan di antara kita dan mereka. Hanya Allah Subhanahu wa Ta'ala yang lebih
mengetahui jawaban yang paling benar.

Kekuasaan Nabi Sulaiman Terhadap Jin

Nabi Sulaiman pernah berdoa dan ternyata doanya itu dikabulkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Doa itu disebutkan dalam Alquran Surah Shad: 35, (Qala) Rabbi
ighfir li wa hab-li mulkan la yanbaghi li-ahadin min ba'di innaka anta al-Wahhab, (Dia
berkata), "Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku dan berikanlah padaku kerajaan – kekuasaan -
yang tidak pantas bagi seorang pun setelah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."

Dan di antara bukti ijabah doanya ialah seperti yang difirmankan-Nya, Dan Kami
tundukkan padanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang
dikehendakinya. Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan semuanya ahli
bangunan dan penyelam, dan setan-setan yang lain yang terikat dalam belenggu. Inilah
anugerah Kami, maka berikanlah (untuk orang lain), atau tahanlah (untuk dirimu) dengan
tiada pertanggungjawaban (QS. Shad 38:36-39).

Jadi, sebagaimana dilukiskan oleh ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala


menundukkan angin kepada Nabi Sulaiman, yaitu seorang nabi agung yang sekaligus
menjadi raja dunia di masanya. Angin tersebut begitu taat dan patuh kepada Nabi
Sulaiman a.s. Ia menurut saja disuruh ke mana pun sesuai dengan keinginan Nabi
Sulaiman a.s. Dan begitulah seperti dikatakan Ibn Abbas r.a. Dilukiskan juga pada ayat lain
bahwa angin itu bersama-sama Nabi Sulaiman. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala berikut ini:

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan. Dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan
sebulan (pula). Dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang
bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang
menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka
yang apinya menyala-nyala (QS. Saba' 34:12).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Dalam menafsirkan ayat tersebut, Qatadah berkata, "Angin itu berhembus


membawa Nabi Sulaiman ketika pergi pada pagi hari sampai matahari tergelincir/miring
(tengah hari) sejauh perjalanan sebulan, jika dilakukan manusia biasa. Demikian pula
ketika dia bepergian setelah awal tergelincir sampai matahari terbenam sejauh perjalanan
sebulan."
Hal. | 123
Hal.
Imam Ahmad mengeluarkan riwayat dalam kitab Al-Zuhd, dari Al-Hasan. Mengenai
tafsiran ayat tersebut dia mengatakan, "Nabi Sulaiman a.s. pergi di pagi hari dari Bait
Muqaddas (Palestina), lalu beliau tidur siang (qailulah) di Ishthakhar. Kemudian dari
Ishthakhar sore harinya pergi lagi, lalu istirahat dan tidur lagi di Qal`ah, tempat kediaman
sementara (hotel) Khurasan."

Menurut Imam Al-Qurthubi, Al-Hasan pernah mengatakan, "Nabi Sulaiman pergi dari
Damaskus menuju Ishthakhar lalu tidur siang di situ. Sedang perjalanan antara kedua kota
tersebut sejauh perjalanan sebulan bagi yang berjalan/bepergian dengan cepat.
Kemudian dia berangkat di sore hari dari Ishthakhar lalu bermalam di Kabil. Sedang
perjalanan antara kedua tempat tersebut ditempuh selama sebulan oleh yang bepergian
cepat."

Al-Suddy mengatakan, "Angin tersebut berhembus membawa Nabi Sulaiman a.s.


dalam sehari sejauh perjalanan yang biasa ditempuh selama dua bulan."

Ada pula riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Sulaiman mempunyai tempat
tinggal di Tadmur, Palmyra (sebuah kota di Syria dahulu). Tempat tinggal tersebut
dibangun oleh jin dari bahan-bahan bangunan, seperti lempengan logam, tiang-tiang
(‘umud), batu pualam putih dan blonde merah kekuning-kuningan.

Berkenaan dengan itu, An-Nabighah (Adz-Dhibyani) berkata, Ingatlah Sulaiman


ketika Tuhannya berkata, 'Bangunlah (bangkitlah) kamu di daratan. Dan hindarkanlah
darinya kekufuran nikmat. Dan tentara jinnya telah Aku izinkan untuk membangun
Tadmur (Palmyra) dengan bahan-bahan lempengan tembaga dan tiang-tiang.'"

Berkenaan dengan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Maka Kami tundukkan
kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut kemana saja yang dikehendakinya.
Dan (Kami tundukkan pula kepadanya)setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam
(QS. Shad 38:36-37).

Yang dimaksud dengan setan-setan di dalam ayat tersebut ialah jin. Mereka itu
terbagi dua bagian. Satu bagian, kelompok Jin yang taat. Dia dibebani bermacam-macam
pekerjaan berat. Sedang bagian kedua adalah kelompok jin yang membangkang.

Dan Allah memberikan kekuasaan kepada Nabi Sulaiman untuk membelenggunya.


Kelompok pertama yang taat itu bertugas untuk membangun berbagai bangunan,
sebagaimana diisyaratkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, Para jin itu membuat untuk

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sulaiman apa yang dikehendakinya dari (berupa) gedung-gedung yang tinggi (istana-istana
megah), patung-patung, dan piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk yang
tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah).
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih (QS. Saba' 34:13)

Hal. | 124 Penjelasan Beberapa Kata


Hal.

Al-Maharib merupakan jamak dari mihrdb. Menurut Ibn Athiyyah artinya ialah qashr
(istana). Sedang menurut Abu Ubaidah, berupa rumah terbaik di suatu negeri.

Menurut Syaikh Zamakhsyari, tamatsil (patung-patung) tersebut berupa gambar


patung para malaikat, nabi-nabi, orang-orang saleh, dan lain-lainnya. Patung-patung
tersebut terbuat dari tembaga, kuningan, kaca, dan batu pualam. Kemudian patung-
patung tersebut disimpan di mesjid-mesjid, tempat ibadah, supaya dilihat oleh orang-
orang yang melakukan ibadah. Diharapkan, dengan melihat patung-patung itu, orang-
orang beribadah seperti ibadah yang dilakukan oleh malaikat, para nabi, dan orang -orang
saleh yang dibuatkan patungnya. Dan, memang menurut Adh-Dhahhak, hal itu
diperkenankan dalam syariat mereka, kaum Nabi Sulaiman a.s.

Menurut Al-Alusy, riwayat yang menyebutkan bahwa kaum Nabi Sulaiman


membuatkan atau menyiapkan dua patung singa di bawah kursinya dan dua ekor burung
nasar di atasnya, sehingga jika Nabi Sulaiman a.s. akan naik, maka kedua singa itu
melentangkan kedua hasta (tangan)-nya untuk dijadikan tangga; dan apabila sedang
duduk maka kedua burung tersebut mengipasinya dengan kedua sayapnya, maka hal
tersebut tentunya bukan sesuatu yang aneh. Hal itu dapat terjadi dengan meng gunakan
alat-alat yang dapat digerakkan; baik untuk naik ataupun untuk turun atau duduk. Dengan
demikian, alat tersebut dapat menggerakkan kedua tangan (hastanya) atau sayap-sayap
burung nasar. Bukankah manusia di zaman modern juga telah mampu membuat yang
lebih aneh dan lebih banyak daripada itu?

Al-Alusy juga mengatakan ada yang berpendapat bahwa tamatsil itu adalah tempat
dibacakan thalsamat (mantra-mantra). Ada patung tempat dibacakan mantra untuk
buaya, atau untuk lalat, atau untuk nyamuk. Setiap orang yang melewati tempat
(patung) tersebut harus membacakan mantra. Pelaksanaan mantra demikian telah
masyhur di kalangan para filosof.

Di Baghdad terkenal sebuah pintu yang disebut pintu gerbang Thalsam. Pada pintu
tersebut dibuatkan sebuah patung ular. Menurut keyakinan mereka ketika itu, patung
ular tersebut dibuat untuk menghindari kejahatan ular khususnya di negeri Baghdad.
Kami sering menyaksikan orang Baghdad digigit ular. Ada yang tidak merasa sakit sama-
sekali, ada pula yang merasa sakit tetapi hanya sedikit. Namun kami pernah menyaksikan
di antara penduduk Baghdad ada yang mati karena disengat ular. Padahal jarang sekali
orang-orang di luar Baghdad yang selamat jika digigit ular.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Selanjutnya Al-Alusi berkata, "Tetapi kami tidak berkeyakinan bahwa patung ular
tersebut mempunyai pengaruh terhadap sengatan dan gigitan ular. Sebab boleh jadi,
menurut prasangka kami, ular di negeri itu termasuk jenis ular yang tidak berbahaya.

Adapun makna jifan adalah tempat makanan (piring, mangkok, pinggan, dan yang
Hal. | 125 sepertinya), baik dalam ukuran kecil ataupun besar. Kata tersebut merupakan bentuk
Hal.
jamak dari kata jufnah (jifnah). Menurut para etimolog (ahli bahasa), jufnah/jifnah itu lebih
besar daripada al-qash`ah. Qash'ah adalah tempat makanan yang besarnya dapat
mengenyangkan sepuluh orang. Dan yang lebih kecil daripada qash'ah ialah shahfah.
Tempat makanan yang disebut terakhir ini hanya cukup untuk dipakai seorang. Shahfah
adalah piring tempat makanan. Sedang shafhah adalah lembaran kertas.

Piring tempat makanan yang disebut jifan yang dimiliki Nabi Sulaiman a.s. itu begitu
besar, bahkan diumpamakan seperti Jawab. Al jawab bentuk jamak dari jabiyah yang
berarti kolam besar.

Bahkan ada yang menyebutkan, bahwa piring tempat makanan tersebut dapat
mengenyangkan seribu orang. Nabi Sulaiman dikenal pada masanya sebagai raja dunia
yang sangat luar biasa.

Qudur adalah jamak dari qidr "ketel" tempat memasak. Ketel (qidr) Nabi Sulaiman
a.s. itu digambarkan sebagai rasiyat - menetap di tungku - karena besarnya. Bandingkan
dengan piringnya.

Di samping ada jin yang ditundukkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap Nabi
Sulaiman a.s. untuk tugas membuat bangunan, ada juga di antara mereka yang
ditundukkan untuk tugas menyelam. Mereka ditugasi menyelam guna mengeluarkan
batu-batu mulia, yakni ratna mutu manikam alias permata dan sejenisnya dari lautan. Ada
yang berpendapat bahwa-Nabi Sulaiman a.s. adalah orang pertama yang mengeluarkan
mutiara dari lautan.

Sedangkan kaum jin yang sombong dan menentang Nabi Sulaiman digabungkan
dalam belenggu. Perhatikan ayat Alquran yang telah disebutkan.

Jadi, jin itu khususnya yang ditundukkan kepada Nabi Sulaiman a.s. terbagi atas dua
bagian. Bagian pertama adalah kelompok jin yang tunduk kepada perintah Nabi Sulaiman
a.s., baik sebagai kuli bangunan maupun sebagai penyelam. Sedang kelompok kedua
adalah mereka yang menentang dan tidak taat kepada perintah Nabi Sulaiman. Dengan
izin dan pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membelenggu mereka. Dengan harapan,
mereka akan terbelenggu dan terhalang untuk mengganggu manusia.

Tentu saja belenggu yang dipakai merantai atau membelenggu jin itu tidak seperti
belenggu manusia, mengingat mereka itu makhluk halus, menurut satu pendapat.
Belenggu yang cocok untuk mereka adalah belenggu immateril yakni, suatu belenggu

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

khusus yang hanya diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan belenggu tersebut,
mereka tidak dapat beraksi dengan leluasa.

Pada umumnya, manusia sejak dahulu sampai sekarang beranggapan bahwa jin itu
mengetahui yang gaib. Allah Subhanahu wa Ta'ala yang Mahabijaksana berkehendak
Hal. | 126 untuk menjelaskan kepada manusia bahwa sebetulnya kaum jin itu tidak mengetahui
Hal.
yang gaib.

Nabi Sulaiman a.s. mempunyai kebiasaan untuk beriktikaf di 'Mesjid Bait Muqaddas
dalam jangka waktu yang cukup lama. Ketika ajalnya telah tiba, Allah mengambil ruhnya
ketika beliau a.s. sedang melakukan shalat sambil berdiri, seraya bersandar pada
tongkatnya. Beliau wafat dalam keadaan beribadah, yakni sedang beriktikaf di Mesjid Bait
Muqaddas (Palestina). Sebagai anak buah, jin pun biasa mengelilingi Nabi Sulaiman di
sekitarnya, baik ketika beliau sedang melakukan shalat, maupun di luar itu. Tetapi para jin
itu tidak mampu memperhatikan dan mendekatinya ketika Nabi Sulairnan melakukan
shalat karena takut terbakar.

Sementara itu, ada seorang jin yang melewatinya, dan ternyata dia tidak mendengar
suara Nabi Sulaiman. Lalu, karena semakin penasaran, dia melewatinya lagi, dan ternyata
tidak terdengar suaranya. Situasi demikian membuatnya berani untuk memperhatikan
Nabi Sulaiman a.s. Dan, ternyata beliau a.s. telah meninggal. Tongkatnya pun telah
dimakan oleh rayap. Dengan demikian, diketahuilah bahwa beliau a.s. telah wafat dalam
waktu yang lama. Diketahui pula, bahwa Nabi Sulaiman a.s. wafat sambil bersandar ke
tongkatnya; sehingga terkesan bahwa beliau a.s. masih hidup. Setelah tongkat itu rusak
karena dimakan rayap, maka beliau yang telah wafat akhirnya terjatuh ke bumi. Dan
jelaslah bagi jin dan manusia, bahwa Nabi Sulaiman a.s. telah wafat. Kewafatan beliau
diketahui dengan kejadian yang menakjubkan tersebut.

Berkenaan dengan peristiwa kematian Nabi Sulaiman a.s., Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman, Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang
menunjuhkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya.
Maka tatkala dia telah tersungkur, tahulah jin itu, bahwa kalau sekiranya mereka
mengetahui yang gaib, tentulah mereka tidak tetap dalam siksaan yang menghinakan itu
(QS. Saba' 34:14).

Maksud siksaan yang menghinakan (al-dzab al-muhin) di situ ialah bahwa para jin itu
telah tunduk kepada Nabi Sulaiman untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat sebelum
kematiannya.

Melihat Jin dalam Bentuk yang Bermacam-macam

Telah dijelaskan sebelum ini, bahwa manusia pada umumnya tidak dapat melihat jin
dalam wujudnya yang hakiki. Hal ini demi kemaslahatan kita dan tanda kasih sayang Allah
Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba-Nya. Dan memang, tidak akan ada yang dapat

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

melihat wujud jin yang sebenarnya kecuali para nabi dan rasul a.s., serta hamba-hamba
Allah yang saleh. Dengan kelengkapan rohani yang sempurna, para nabi dan rasul
mampu bertemu dengan wujud jin yang sebenarnya. Mereka juga mampu melihat jin
sesuai dengan fitrahnya yang asli (sangat menakutkan?).

Hal. | 127
Hal. Adapun melihat jin dalam bentuk-bentuk yang lain, selain bentuk yang sebenarnya,
maka telah banyak disaksikan dan dialami oleh beberapa orang selain para nabi dan rasul
a.s. Kita telah mengemukakan beberapa hadits yang menunjukkan bahwa sebagian
sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun pernah melihat jin di antaranya ialah
Abdullah bin Mas'ud r.a., salah seorang sahabat akrab Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam yang selalu taat kepadanya. Abdullah Ibn Mas'ud r.a. pernah melihat jin seperti
sekumpulan orang dari Sudan - hitam-hitam? - atau orang India (Hind); atau kadang-
kadang mereka terlihat seperti burung nasar.

Majelis Nabi Sulaiman dihadiri oleh para tokoh mulia dari kalangan jin dan manusia.
Kaum jin itu menghadiri majelis Nabi Sulaiman dalam keadaan seperti manusia laki-laki
(rijal) sehingga dapat terlihat oleh manusia. Di antara jin yang hadir itu ada jin yang dalam
suatu majelis yang dihadiri Nabi Sulaiman, dia mengatakan, "Aku sanggup mendatangkan
istana Ratu Balqis itu ke hadapanmu sebelum engkau berdiri dari maqom (majelis)-mu;
Dan sesungguhnya aku sangat kuat dan sangat terpercaya untuk itu." Jawaban tersebut
merupakan tanggapan terhadap tawaran Nabi Sulaiman a.s. yang meminta istana Ratu
Balqis dipindahkan ke negerinya. Beliau a.s. berkata, "Siapa di antara kamu sekalian yang
dapat mendatangkan singgasananya kepadaku, sebelum mereka datang menyerah
(masuk Islam) padaku?"

Dalam hadits yang 'diriwayatkan Imam Muslim - rahimahullah ta ‘ala - pada kitab
Shahih-nya dari hadits Abu As-Sa'ib maula pembantu - Hisyam bin `Urwah dari Abu Said
disebutkan, "Ada seorang pemuda di antara kami yang baru menikah. Ketika kami keluar
bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk berperang di Khandaq, pemuda
tersebut memohon izin kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk pulang
kepada keluarganya pada setiap tengah hari. Ketika suatu hari dia meminta izin kepada
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berpesan,
"Bawalah senjata/pedangmu. Aku takut engkau diserang Bani Quraizhah."

Maka dia pun mengambil pedangnya lalu pulang. Ternyata begitu dia sampai,
istrinya tengah berdiri di antara dua pintu. Dia bermaksud menghunuskan tombaknya
untuk menusuk istrinya karena merasa cemburu. Lalu istrinya berkata, "Tahanlah
tombakmu dan masuklah ke dalam rumah. Lihatlah apa yang menyebabkan aku keluar
rumah." Lalu dia masuk rumah, ternyata ada seekor ular besar yang terbaring di atas
kasur. Maka dia pun bermaksud menghunuskan (menusukkan) tombaknya ke ular
tersebut sampai menembus tubuhnya. Kemudian dia keluar dari kamar tidurnya lalu dia
tusukkan tombaknya di tengah rumah, sehingga ular tersebut pun mengamuk dan
melawannya. Kami - kata Abu Said - tidak mengetahui siapakah yang paling cepat
matinya. Ular atau pemuda tersebut." (hlm. 140).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Siti Aisyah r.a. juga pernah membunuh ular yang diketahuinya telah memasuki
kamar tidurnya, ketika itu dia sedang membaca Alquran. Dia bermimpi dalam tidurnya ada
yang berkata kepadanya, "Engkau telah membunuh seorang mtikmin dari kaum jin, yang
termasuk orang-orang yang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam" Dia
menjawab, "Jika dia mukmin tentu tidak akan masuk ke kamar istri Rasulullah Shallallahu
Hal. | 128 'Alaihi wa Sallam" Dikatakan kepadanya, "Dia tidak masuk (datang) kepadamu kecuali
Hal.
kamu dalam keadaan mengenakan penutup kepala (menutup aurat), dan dia tidak masuk
ke rumahmu kecuali untuk mendengarkan zikir (bacaan Alquran)." Ketika bangun di pagi
hari, Siti Aisyah tampak ketakutan, lalu dia segera membeli beberapa budak sahaya,
kemudian dimerdekakannya.

Aku pernah berkenalan dengan seorang jin wanita yang mempunyai banyak
pengikut. Ketika seorang guru besar (syaikh) lupa membawa jadwal pelajaran di
kantornya, dan itu terjadi sebelum tahun ajaran baru dimulai, aku menyuruh salah
seorang pengikut jin wanita itu untuk membawakan jadwal tersebut. Lalu dia pergi dan
dengan cepat dia telah kembali lagi, seraya membawa daftar nama panitia ujian semester
dua. Tetapi dia tidak membawa jadwal pelajaran yang harus dibawanya. Sahabatku
bertanya kepadanya, "Yang diminta oleh kami bukan daftar panitia ujian ini." Lalu aku
bertanya kepada pengikut jin wanita itu, Mengapa Anda tidak membawakan jadwal
pelajaran milik guru besar itu?" Dia berkata pada pimpinannya, bahwa dia telah sampai di
depan kantor sang guru besar, Syaikh Mahdi, tetapi di depan kantornya itu ada penjaga
(haris), dan menurutnya dia tidak sepantasnya mendobrak pintu untuk memasuki kantor
itu lalu mencuri jadwal pelajarannya. Sedang daftar panitia ujian, dia temukan di tempat
sampah beserta barang-barang yang sudah tidak berguna lagi. "Aku membawanya
sebagai bukti, bahwa aku telah sampai di kantor Al-Mahdi." Lalu Yamun (dalam tulisan
Arabnya, ya', mim, nun, atau ymn) berkata, "Sebagaimana manusia pun tidak boleh
mencuri sesuatu barang, maka demikian pula jin, mereka tidak boleh mencuri."

Pada kunjungan lainnya, Yamun berkata kepada temanku bahwa sebetulnya anjing
yang suka berkeliling di rumahnya itu adalah di antara pengikutnya. Dia membebani anjing
itu untuk menjaga rumah tersebut. Dia meminta kepada temanku untuk tidak menyakiti
anjing itu, demikian pula kepada anaknya. Setelah peristiwa tersebut, banyak kejadian
dan masalah yang terjadi antara jin itu dengan temanku.

Temanku tersebut mempunyai sahabat yang bertugas sebagai penilik (pemeriksa)


Al-Azhar. Dia mencela temanku yang membenarkan dan memperhatikan jin wanita
tersebut. Pada suatu hari, jin wanita menampakkan diri sebagai seorang wanita biasa. Hal
itu terjadi di siang bolong tepatnya di taman depan rumahnya. Dia tampak mengenakan
pakaian tertutup dan memakal kerudung putih. Dia meminta kepada temanku untuk
memanggilkan temannya yang menjadi pemeriksa Al-Azhar itu. Lalu temanku menyuruh
seseorang untuk memanggilnya. Kebetulan rumahnya dekat dengan rumah temanku itu.
Lalu dia datang dan dapat melihat jin wanita tersebut dengan mengenakan pakaian putih
yang menutupi auratnya. Dia berkata, "Mengapa engkau mencela aku di depan
temanmu?" Pemeriksa itu kemudian meminta maaf kepada jin wanita tersebut. Kemudian

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dia berharap jin wanita itu tidak mengganggunya. Maka jin wanita itu berjanji tidak akan
mengganggunya. Dan setelah itu ia menghilang seperti yang dimakan (ditelan) bumi.

Setelah itu, temanku menemukan banyak kesulitan karena jin-jin pengikut jin wanita
itu. Lalu ia mengeluarkan karyawan dari bangsa jin itu, sehingga selesailah segala
Hal. | 129 kesulitannya setelah karyawan dari bangsa jin itu dikeluarkan.
Hal.

Mengusap Tanpa Memperlihatkan Diri

Pada dua dasawarsa - dua puluh tahunan - pertama di abad ini (kira-kira 1920-an) ada
seorang syaikh, guru besar, di antara syaikh-syaikh Al-Azhar, beliau adalah guru besar
kami, pergi menuju provinsi bagian timur untuk mengunjungi sebagian kerabatnya di
sana. Ternyata mereka sedang dirundung kesedihan. Tatkala dia tanyakan sebab
kesedihan mereka, mereka menjawab bahwa salah seorang putri mereka terkena usapan
- gangguan seorang jin yang hampir tidak pernah mau meninggalkannya. Dia biasa
bercakap-cakap dengan lidah sang putri tetapi suaranya seperti suara seorang laki-laki.
Padahal putri tersebut telah dinikahi oleh seorang pemuda dari kampung. Mereka
mengkhawatirkan, jika keadaan seperti itu berlangsung terus, maka ada kemungkinan
pemuda yang telah menikahinya itu akan menalaknya.

Lalu syaikh itu meminta izin untuk mendekatinya dan mereka mengizinkannya.
Disertai mereka, beliau mendatangi sang putri yang sedang kesurupan itu. Syaikh
mengucapkan salam, lalu jin yang sedang berada di jasad wanita itu menjawab salam
tersebut dengan lidah wanita tersebut. Dia mengucapkan selamat kepada syaikh, seraya
berkata, "Selamat kepada saudaraku dalam menuntut ilmu." Lalu dia ditanya, "Bagaimana
bisa begitu?" Jin itu berkata kepada syaikh, "Kami pernah hadir di Al-Azhar bersama
sejumlah syaikh-syaikh, lalu dia menyebutkan nama-nama mereka."

Syaikh menjawab, "Sungguh, mereka adalah guru-guruku. Dulu, ketika itu, aku
pernah bertanya kepada seorang teman dari kalangan guru besar mengenai suatu
permasalahan. Apakah engkau masih ingat teks pertanyaanku dan jawabannya? " Lalu jin
itu menyebutkan soal tersebut lengkap dengan jawabannya. Syaikh berkata, "Semua itu
pernah terjadi. Dan engkau adalah saudaraku dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, aku
mempunyai hak yang harus engkau lakukan. Demikian pula, ilmu mempunyai hak atasmu
untuk diamalkan."

Lalu Syaikh Azhar itu bertanya lagi, "Apakah engkau ingat hadits Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, La dharara wa la dhirara, Tidak boleh mengganggu orang lain
dan tidak boleh membalas gangguan orang lain terhadap kita.' Jin itu menjawab, "Ya, aku
ingat hadits itu dan hafal." Syaikh Azhar itu bertanya, "Apakah engkau paham betul
maksudnya?" Dia menjawab, "Maksud hadits tersebut, seorang Muslim dilarang
mengganggu saudaranya." Syaikh Azhar bertanya, "Apakah engkau juga di-taklif –
dibebani - untuk mengamalkan hadits ini secara sempurna seperti manusia? " Jin itu
menjawab, "Apakah aku mengganggu seseorang? Karena kamu telah bergabung

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

(menyatu) dengan putri ini, maka dia mendapatkan musibah besar dan bahaya
(mudharat) darimu. Dan karena hal itu, suaminya akan menceraikannya sebab dengan
kondisi seperti ini putri tersebut tidak- dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang
istri. Dengan demikian, kamu harus meninggalkannya; dan jika tidak, maka kamu lebih
berdosa daripada orang-orang awam yang tidak mempunyai ilmu sebanyak yang engkau
Hal. | 130 miliki," kata Syaikh Azhar yang menjadi keluarga korban tersebut.
Hal.

Jin itu berkata, "Bagaimana mungkin aku meninggalkannya padahal aku


mencintainya?" Syaikh Azhar berkata, "Kecintaanmu padanya merupakan jalinan
percumbuan. Padahal jalinan percumbuan seperti itu dengan wanita asing adalah haram.
Bahkan percumbuan dengan setiap wanita yang belum menjadi miliknya adalah haram.
Dan, bagaimana bisa terjadi engkau mencintai wanita dari kalangan manusia padahal
engkau mempunyai wanita dari bangsamu. Silakanlah Anda melamar salah seorang di
antara wanita-wanita jin dan nikahilah ia. Sempurnakanlah cintamu padanya. Semoga
engkau termasuk yang mendengarkan nasihat dan mengikuti yang terbaik di antara
nasihat itu."

Kemudian dengan terpaksa dia harus berkata, "Semoga Allah memberimu petunjuk,
sebagaimana engkau telah menunjuki aku. Tetapi, mengapa aku tidak boleh
mengunjunginya?" Syaikh Azhar itu berkata, "Berkunjung tidak dilarang. Dengan syarat,
kunjungan atau ziarah itu hanya satu kali dalam setahun. Dan harus dilakukan secara halus
tanpa membahayakannya. Engkau pun tidak boleh menimbulkan kesedihan bagi orang-
orang di sekitarnya, seperti yang telah terjadi kini. Syarat lainnya, engkau harus mengikuti
norma-norma syariat Islam yang mulia." Demikian kata Syaikh Azhar itu. Mereka berdua,
akhirnya, menyepakati suatu perjanjian untuk saling menghormati hak masingmasing, dan
perjanjian lainnya, bahwa sang putri diharuskan selalu memakai pakaian putih yang
panjang (tertutup). Untuk keberkahan perjanjian itu, Syaikh Azhar membacakan surah Al-
Fatihah. Kemudian jin itu mengucapkan selamat tinggal sambil mengucapkan salam, lalu
pergi.

Sesosok Jin dengan Seorang Mahasiswa Fakultas Hukum

Saya pernah menjadi ketua panitia ujian (untuk mendapatkan syahadah (ijazah)
tsanawiyyah (menengah) pada salah satu pesantren di Al-Azhar pada tahun 1946: Telah
menjadi kebiasaan ketika itu bahwa untuk orang-orang tunanetra diadakan ujian lisan.
Pada saat yang sama, orang-orang yang bukan tunanetra mengikuti ujian tulis.
Sementara, sebagai bagian dari bahan ujian, kepala perpustakaan berkewajiban untuk
menghadirkan buku-buku yang telah ditentukan. Buku-buku atau kitab-kitab tersebut
menjadi rujukan para penguji untuk membuat soal-soal yang akan ditanyakan kepada para
peserta ujian lisan, yakni mahasiswa yang tunanetra. Pengamatan saya membuktikan,
bahwa kepala perpustakaan tidak dapat hadir sebanyak tiga kali berturut-turut. Dia
digantikan oleh karyawan perpustakaan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Untuk mengetahui keadaan kepala perpustakaan itu, saya memanggil karyawan


perpustakaan tersebut. Dia memberitahukan bahwa kepala perpustakaan itu mempunyai
seorang anak yang sedang kuliah di Fakultas Hukum. Dia termasuk mahasiswa yang baik
dan sesuai dengan harapan orang tuanya. Kemudian, suatu ketika, anaknya tiba-tiba suka
diam saja dan tampak ketakutan. Pekerjaannya sehari-hari adalah pulang-pergi mengukur
Hal. | 131 tempat (apartemen) yang kami diami dengan hastanya.
Hal.

Melihat kenyataan demikian, aku, sebagai ketua panitia ujian, merasa sangat sedih
penuh kebingungan. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya betul-betul dihantui
perasaan bingung, bimbang, dan tidak tenang, serta takut jangan-jangan keadaan seperti
itu berlanjut dengan keadaan yang lebih parah lagi. Maka aku berdoa memohon kepada
Allah untuk kebaikan dan kemaslahatan kepala perpustakaan itu dan anaknya. Saya
berpesan kepadanya, "Uruslah anakmu, semoga Allah menentukan yang terbaik setelah
kejadian ini."

Ujian tersebut sebetulnya merupakan ujian tahap pertama. Ketika itu, untuk
mendapatkan ijazah harus ditempuh lewat ujian tahap kedua. Dan ketika tiba waktunya
untuk pelaksanaan ujian tahap kedua, rupanya Allah menghendaki saya untuk menjadi
ketua panitia lagi. Ketika itu saya berjumpa dengan kepala perpustakaan itu dengan
wajah ceria berseri-seri penuh kegembiraan. Lalu aku tanyakan tentang keadaan anaknya.
Menurutnya, alhamdulilldh anaknya telah disembuhkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kemudian terjadilah perbincangan antara aku dengannya, sebagai berikut: Dia berkata,
"Ada sebagian orang-orang Sudan yang suka mengobati penyakit jiwa dengan jampi-
jampi (ruqyah) dan Alquran Al-Karim. Terlihat pada mereka ada sebagian mushhaf yang
ada hamisy (catatan)-nya. Dalam hamisy itu terdapat beberapa hikmah dan beberapa ayat
Alquran Al-Karim untuk menyeJm buhkan berbagai penyakit, khususnya penyakit jiwa
(amradh ruhiyyah). Di antara mereka itu ada yang suka menikah dengan orang-orang
Mesir. Sebagai orang Mesir dan lingkungan Azhar, aku berharap ada orang Sudan yang
menikahi orang Mesir, kami akan meminta petunjuk untuk mengobati anakku. Dan di
antara kehiasaan orang Sudan yang menikahi orang Mesir adalah mengunjungi keluarga
mertuanya tiap tahun. Ketika dia tiba di Mesir, aku diberitahu kedatangannya.

Segera saja aku berkunjung kepadanya, dengan harapan dia dapat mengunjungi
anakku dan mengobatinya. Dia meminta aku membawa seperempat kilo minyak samin
dan lemak kambing. Permintaannya itu sangat sulit untuk dibuktikan sebab minyak samin
macam itu tergolong langka. Air susu kambing (ma'iz) itu tidak banyak mengandung
lemak. Maka aku pun berusaha untuk mendapatkannya. Aku mencoba meminta dan
seseorang yang merniliki kandang kambing untuk mendapatkan jenis samin yang sedang
dicari itu. Aku pun memberinya penghargaan yang banyak untuk segera menemukan
minyak samin tersebut.

Alhamdulillah, setelah dua hari dia berhasil menemukannya. Dan, datanglah syaikh
dari Sudan itu. Dia pegang telapak tangan anakku dan merapatkannya (menutupkannya)
seraya membaca doa atau ayat-ayat Alquran cukup lama. Anakku berteniak keras sekali.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Syaikh dan Sudan itu menyuruh anakku untuk membuka telapak tangannya dan
membentangkannya. Kami menemukan pada telapak tangannya itu abu hitam yang telah
terbakar. Dia memberitahukan kami, bahwa jin Ifrit yang telah mengganggu anakku itu
telah dibakar oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Hal. | 132
Hal. Setelah lama anakku tidak membuka mulutnya, kini dia berbicara lagi. Dia
mengatakan bahwa kepala dan kedua telinganya terasa sakit sekali. Kemudian dia disuruh
tidur oleh syaikh dan Sudan itu dengan telenang. Dia menuangkan sedikit minyak samin
kambing itu ke hidung anakku, hingga anakku bersin dan hilanglah rasa sakitnya.
Alhamdulillah, setelah itu dia kembali normal lagi."

Kadang-Kadang Jin Menimbulkan Huru-Hara

Pada edisi Desember 1958, dalam majalah Ar-Ruh terdapat makalah berjudul "Arwah
Mengusir Kami dan Rumah Kami". Dalam makalah itu disebutkan, bahwa pemilik rumah
tersebut tidak mempercayai selain yang materil (berujud benda). Dia tidak mempercayai
yang di balik alam materi. Tetapi, setelah ada kejadjan tragis yang menimpa dininya dan
keluarganya, dia terpaksa harus mempercayai apa yang tidak tampak (immatenil).

Ringkas cerita, pemilik rumah itu pada suatu sore hari di bulan Agustus 1958,
dikejutkan dengan adanya minyak tanah (zayt bitrul atau ceyrocyn?) dan jerami yang
mencampuri makanan dan minuman mereka. Padahal, umumnya mereka itu sangat hati-
hati. Peristiwa itu terus-menerus berlanjut. Sampai mereka pun mencoba untuk membuat
air teh dengan menggunakan tenaga listrik. Ternyata mereka pun masih menemukan
minyak tanah tersebut pada minumannya.

Pada suatu hari, mereka menemukan secarik kertas di atas minuman tehnya.
Mereka lepaskan kertas tersebut dari air teh lalu mereka baca. Pada kertas itu tertulis,
"Tinggalkanlah rumah semuanya. Peringatan yang berbau ancaman itu berulang kali
terjadi dengan kertas-kertas lainnya. Pada gilirannya, datanglah ancaman paling kejam,
jika mereka tidak. keluar dari rumah, maka rumah tersebut akan dibakar. Selang beberapa
saat mereka mendapatkan awan yang berhembus dari kamar yang terkunci dan kosong,
yang tidak didiami oleh seorang pun. Lalu mereka membuka kamar tersebut dan mereka
memadamkan apinya. Ketika mereka tidak keluar rumah saja, maka terjadilah kebakaran
di tempat lain rumah itu. Tetapi setelah mereka keluar, barulah gangguan itu selesai.

Setelah mereka mendiami rumah baru, mereka tahu bahwa sebagian penduduk di
kota itu pernah mengalami kejadian seperti yang menimpa mereka. Ketika mereka
mengunjungi penduduk yang pernah mengalami kejadian itu, mereka ditunjukkan kepada
seseorang yang mampu menghilangkan gangguan atau pengacauan tersebut dari rumah
mereka. Setelah mereka sampai di situ, mereka diminta untuk melakukan puasa selama
tujuh hari. Lalu dia melakukan suatu pengobatan atau terapi dengan metoden ya sendiri.
Dan pada hari keenamnya, mereka menemukan kertas pada cerek air teh. Tertulis

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

padanya, "Dinginkan (kipasi) rumah itu di pagi hari." Lalu mereka pun melakukannya, dan
lenyaplah gangguan dan huru-hara tersebut.

Sementara surat kabar Akhbar Qahiriyyah, edisi 26 April 1970, pada kolom pertama
halaman kedua, menulis suatu berita mengenai Kisyam Banjaltara. Disebutkan, bahwa
Hal. | 133 Parman Luwis, direktur salah satu toko meminta salah seorang paderi (pendeta) untuk
Hal.
mendatangi tokonya dan melakukan sembahyang disertai pencucuran air suci di sekitar
(segenap penjuru) tokonya. Dengan perbuatan religius tersebut, diharapkan dapat
mengusir arwah jahat yang sering mengganggu para karyawan yang bekerja di tempat
tersebut, seperti yang mereka laporkan dan alami.

Pendeta atau paderi itu pun memenuhi permintaan pemilik toko tersebut untuk
tujuan seperti yang diinginkan. Tetapi ternyata arwah itu masih gentayangan juga,
sebagaimana yang diberitakan oleh para karyawan itu.

Ringkasnya, jin itu ada dua macam, seperti halnya manusia, ada yang saleh dan ada
yang jahat (thalih). Para jin yang saleh, tentu saja mereka baik-baik dan tidak mengganggu
yang lain, baik manusia maupun sesama jin sendiri. Sedang yang thalih atau jahat di antara
mereka suka mengganggu, baik terhadap manusia maupun terhadap sesama jin sendiri.

Berkenaan dengan kenyataan tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan, Dan


sesungguhnya di antara kami, ada orang-orang yang saleh. Dan'di antara kami ada (pula)
yang tidak demikian. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. Al-Jinn 72:11).

Di antara bangsa jin ada yang beriman (mempercayai) Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dan apa-apa yang diberitahukan atau dikandung oleh Alquran Al-Karim.
Hal ini sejalan dengan isyarat Alquran yang menyatakan, Katakanlah (hai Muhammad),
telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya, sekumpulan jin telah mendengarkan (Alquran),
lalu berkata, "Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, (yang)
memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan
sesungguhnya kami tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami." (QS.
Al-Jinn 72:1-2).

Dalam ayat 13 dari surah Al-Jinn tersebut ditegaskan, Dan sesungguhnya kami tatkala
mendengar petunjuk (Alquran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada
Tuhannya, maka dia tidak takut akan pengurangan pahala, dan tidak (takut pula) akan
penambahan dosa dan kesalahan.

Jin Meminta Fatwa kepada Syaikh Abd Al Wahhab Sya'rani

Syaikh Abd Al Wahhab Sya`rani termasuk imam para ulama, zahir dan batin. Beliau
wafat sekitar tahun 973 H. Beliau mempunyai kitab unik dengan judul Kasyf Al-Hijab wa Ar-
Ran An Wajhi As'ilat Al Jan (Membuka Hijab dan Kotoran dari Sisi [Dimensi] Pertanyaan
Jin). Kitab tersebut dikarangnya pada tahun 955 H. Beliau - rahimahullah ta ‘ala -

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

mengarang kitab tersebut untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dikemukakan oleh
para jin. Jawaban terhadap berbagai pertanyaan para jin itu beliau tulis dalam dua versi.
Yakni, versi manzhum - puitis - dan versi mantsur - prosa. Mengapa demikian? Karena
ternyata para jin itu mempunyai kecenderungan untuk mengapresiasi karangan puitis
daripada prosa. Jawaban yang beliau siapkan itu dilakukan pada waktu sahur, diduga
Hal. | 134 kuat setelah mendirikan shalat tahajjud dan membaca Alquran, dengan harapan
Hal.
mendapatkan kekuatan untuk menjawabnya. Demikian seperti diakuinya.

Berikut sebagian yang ditulis Syaikh Sya'rani ketika memberikan kata pengantar
dalam karangannya yang memuat jawaban terhadap berbagai pertanyaan yang
dilontarkan oleh kaum jin.

Syaikh Sya'rani - rahimahulldh ta`ala - berkata, "Berbagai pertanyaan jin itu datang
kepadaku secara tertulis pada sehelai kertas yang diletakkan pada seorang jin. Jin yang
membawa surat tersebut merupakan seekor anjing kuning yang lembut seperti anjing
padang pasir. Ukuran lembar kertas tersebut besar sekali dan ditulis dengan tulisan Arab.
Lalu saya membuka surat (tulisan) tersebut. Antara lain tertulis, "Apa (bagaimana)
pendapat ulama bangsa manusia dan syaikh-syaikhnya mengenai berbagai persoalan
berikut ini ... yang dibawa oleh pembawanya kepada syaikh?

Persoalan-persoalan tersebut pernah kami tanyakan kepada syaikh-syaikh kami dari


kalangan jin. Mereka menyatakan bahwa untuk mendapatkan jawaban yang benar dan
memuaskan mengenai pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dikemukakan kepada
ulama dari kalangan manusia. Kemudian mereka menyebutkan semua pertanyaan itu
sejak awal sampai akhir. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai kepadaku pada malam
Selasa, 26 Rajab 955 H. Pembawa surat tersebut datang kepadaku lewat lengkungan
bangunan aula yang menghadap teluk Al-Hakimi. Dan setelah menyampaikan surat lalu
dia keluar. Sebetulnya jin membawa surat tersebut ingin masuk lewat pintu aula. Tetapi
dia dihalangi oleh orang-orang yang ada di sekitar itu. Mereka menyangka bahwa ia
adalah anjing biasa yang najis. Bahkan, berdasarkan prasangkanya itu, mereka pun
menyucikan setiap tempat yang dilalui jin tersebut. Tetapi, ketika aku beritahukan yang
sebenarnya, mereka sungguh-sungguh terkejut. Bahkan merasa menyesal telah
mengganggunya.

Maka alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi karunia kepada kami
sehingga saya dapat menangkap petunjuk saudara-saudara kami dari bangsa jin pada
zaman sekarang ini. Sekarang saya akan memulai menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka itu sesuai dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada saya pada saat itu.
Dia-lah yang mencukupi dan Dia adalah sebaik-baik Pembimbing. Jawabanku terhadap
berbagai pertanyaan kaum jin itu ditulis dalam suatu buku dengan judul Kasyf Al-Hijab wa
Ar-Ran 'an Wajhi As'ilati Al-Jann. Semoga Allah memberi manfaat dari kitab tersebut
terhadap umat Islam. Amin sampai akhir ...."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Saya, pengarang buku ini, telah meneliti dan memperhatikan pertanyaan-


pertanyaan tersebut, ternyata sarat dengan muatan problematika ilmiah yang cukup
dalam dan rumit untuk dijawab. Tetapi rupanya Syaikh Abdul Wahhab Sya'rani dapat
menjawabnya. Berikut beberapa pertanyaan mereka:

Hal. | 135
Hal. Pada pertanyaan kesebelas, Syaikh Sya'rani menyebutkan, "Mereka bertanya
kepadaku tentang maqam (kedudukan) ma`rifat – mengenal - kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Apakah, kata mereka, ada seseorang yang dapat sampai ke suatu maqam di mana
dia dapat mengenali - me-ma`rifati - Allah Subhanahu wa Ta'ala, seperti Allah Subhanahu
wa Ta'ala mengenal dirinya. Atau hal itu tidak mungkin dicapai oleh seorangpun?
Pertanyaan tersebut saya jawab, bahwa tak seorang pun dapat sah mencapai derajat
seperti itu, bagaimanapun tinggi maqam-nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala mempunyai ilmu
khusus dan istimewa yang tidak sah atau tidak mungkin diketahui atau dijangkau oleh
hamba-hamba-Nya (la budda anna al-Haqqa Ta ala yata'tsiru an ibadihi bi-'ilmi akhara).
Maqam demikian tidak akan tercapai oleh seorang malak (malaikat) pun, dan demikian
pula seorang rasul. Sebab, jika hamba Allah mengetahui Zat Allah seperti Dia mengetahui
dirinya, maka berarti ilmu manusia sama dengan ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tak
ada satu orang pun yang mengatakan hal demikian." Jawaban mengenai soal tersebut
mencapai dua halaman dari buku tersebut.

Di antara pertanyaan mereka yang banyak itu ada juga pertanyaan dengan no. 31,
yang dijawab oleh Syaikh Sya'rani, "Mereka bertanya kepadaku dengan apakah seorang
abdi atau hamba Allah dapat keluar dari `Ulum Al Awham - ilmu yang penuh keraguan -
kepada ilmu yang tidak disertai keraguan? Saya menjawab, bahwa seorang hamba dapat
keluar dari ilmu-ilmu yang sarat dengan keraguan menuju ilmu-ilmu yang meyakinkan jika
Allah Subhanahu wa Ta'ala yang mengajarkannya ke dalam kalbu (hati hamba-Nya);
dengan mengangkat segala perantara - alwasa'ith - berupa pikiran dan akal. Sehingga ilmu
tersebut sebenarnya diambil dan ilmu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dengan cara
pemberitahuan dari diri-Nya lewat tangan seorang malak (malaikat) pembawa ilham."
Jawaban mengenai pertanyaan tersebut mencapai tiga halaman.

Ringkasnya, tuan-tuan jin itu telah mengajukan delapan puluh pertanyaan rumit-
rumit kepada Syaikh Abdul Wahhab Sya'-rani. Saya tidak bermaksud untuk
mengemukakan pertanyaanpertanyaan ke sidang pembaca, yang tampaknya pertanyaan-
pertanyaan itu melebihi kapasitas kebanyakan orang-orang terpelajar. Persoalan-
persoalan pelik tersebut telah dijawab oleh Syaikh Abdul Wahhab Sya'rani dalam 131
halaman. Pada bagian akhir, beliau berpesan kepada mereka, "Pikirkanlah oleh tuan-tuan
dan pahamilah benar-benar, dan jika tuan-tuan merasa belum puas, silakan tanyakan
kepada para ulama arifin - ahli ma`rifat - selain aku. Itulah jawabanku untuk sementara.
Tetapi boleh jadi, setelah beberapa waktu lagi Allah memberikan ilmu yang lebih tinggi
kepadaku. Hanya milik Allah-lah segala puji dan kasih sayang sejak awalnya sampai
akhirnya, lahir dan batinnya dan seterusnya.

"Orang yang Meragukan dan Mengingkari Eksistensi Jin

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Banyak orang yang masih mengingkari keberadaan jin. Di samping ada juga yang
meragukan, apakah jin itu ada atau tidak ada. Padahal, semestinya, jika Alquran telah
menetapkan keberadaan jin, maka tidak ada jalan untuk meragukan dalam mempercayai
keberadaan mereka itu. Keberadaan mereka telah dikisahkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala lewat surah jin dan lain-lainnya. Sebaiknya orang-orang yang meragukan
Hal. | 136 keberadaan jin atau mengingkarinya hendaklah menggunakan akal pikirannya secara
Hal.
sederhana saja. Sehingga dia tidak mengingkari hal-hal yang semestinya diketahui, dalam
urusan agama, secara pasti dan mudah (sederhana). Dan hendaklah dia tidak
membohongkan sebagian kandungan Alquran sebagai kalam Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sebab jika mereka membohongkan sebagian kandungan Alquran, maka mereka termasuk
orang-orang yang kafir dan celaka - na'udzu billah min dzalika.

Sebagaimana Alquran telah menetapkan eksistensi (keberadaan) alam jin ini, maka
para pemikir dan para ulama pun telah mengakui dan menetapkannya. Bahkan mereka
juga menerbitkan berbagai majalah yang Bering memuat alam ruh, yakni alam yang
bersembunyi di balik alam nyata ini. Almarhum Muhammad Farid Wajdi, seorang filosof,
pernah mengarang buku berjudul Ala Athlal Al-Madzhab Al-Maddy. Sesuai dengan
judulnya, Muhammaf Farid Wajdi dalam buku tersebut menyerang orangorang yang
beraliran materialisme dan mengokohkan keberadaan alam ruhy.

Jadilah Anda Seorang yang Kuat Hati dan Tidak Takut

Setelah Anda mengetahui hakikat-hakikat jin seperti yang telah kami kemukakan,
maka saya berharap Anda menjadi orang yang kuat akal, kuat jiwa (ruh), dan kuat dalam
keimanan kepada Allah serta segala peraturan dan disiplin-Nya di alam raya ini. Anda tidak
perlu takut dan gentar membaca dan mengenai hakikat seperti ini. Janganlah seperti
orang-orang yang membaca tentang tenaga listrik, bahwa listrik itu membuat seseorang
pingsan, bahkan mati. Juga jangan seperti orang-orang yang takut ketika membaca berita
mengenai gempa bumi, gunung berapi, petir, dan kedatangannya yang tiba-tiba dan
sangat mengejutkan itu.

Hendaklah kita membaca mengenai itu semua untuk menambah wawasan


pengetahuan dan tidak merasa takut, meskipun peristiwa-peristiwa tersebut dapat
menghancurkan, mengejutkan, membuat pingsan, dan suka menimbulkan kehancuran
dengan tiba-tiba. Demikian pula, semestinya Anda tidak takut dan gentar ketika membaca
buku mengenai permasalahan jin. Kuatkanlah akal dan hatimu, serta janganlah takut
ketika mendengar berbagai peristiwa yang berkaitan dengan ulah jin. Bagaimanapun,
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjaga manusia dari kejahatan jin dengan peraturan
dan disiplin yang diketahui oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan, sebetulnya bahaya yang
ditimpakan jin hanyalah kepada sebagian kecil manusia yang lengah dari zikrullah.

Bukankah Anda terlalu jarang mendengar kejadian-kejadian yang diakibatkan oleh


ulah dan perilaku jin jahat. Padahal Anda terlalu sering, bahkan tiap hari, mendengarkan
berbagai kejadian alam yang sangat tragis, seperti gempa bumi dahsyat, banjir di berbagai

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

negara, gunung berapi di berbagai belahan bumi, sambaran petir yang mematikan
manusia dan menghancurkan berbagai gedung pencakar langit, dan begitu pula peristiwa
kebakaran dahsyat.

Sebagaimana di kalangan jin itu ada yang jahat, di kalangan mereka juga banyak jin
Hal. | 137 yang baik dan saleh, bahkan ulama handal. Ada pula di antara kaum jin itu yang menjadi
Hal.
dokter dan biasa mengobati. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat
obat untuk terapi berbagai penyakit, maka demikian pula untuk menghadapi jin jahat,
Allah pun menyiapkan obat penawarnya. Ketahuilah, bahwa apa yang terjadi berupa
kejahatan dari kelompok jin, sebetulnya lebih disebabkan dan ditujukan untuk menjadi
peringatan dan pelajaran. Di samping supaya menjadi pengetahuan bagi manusia, bahwa
di balik alam nyata itu ada alam gaib yang tidak terlihat. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala
menjaga dan memelihara manusia dari kejahatan kaum jin, meskipun mereka hidup
berdampingan.

Mengenai penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala


berfirman, Berkata Ya'qub, "Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin)
kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf ) kepada kamu
dahulu?" Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga. Dan Dia adalah Maha Penyayang di antara
para penyayang (QS. Yusuf 12:64).

Penjaga (Perisai) Diri dari Gangguan Jin

Ada beberapa hal yang dapat menjadi perisai atau penjaga dari gangguan jin.

1. Isti'adzah, memohon perlindungan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan membaca


a'udzu billahi min asy-syaithan ar-rajim. Hal ini didasarkan kepada petunjuk-Nya, Dan
jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-A`raf 7:200).

Dalam sebuah hadits sahih disebutkan bahwa ada dua orang laki-laki yang saling
mencela di hadapan Nabi Muhammad Shallalahu’Alaihi wa Sallam sehingga muka
salah seorang di antara mereka memerah. Maka Nabi Muhammad Shallalahu’Alaihi
wa Sallam melerainya, dengan mengatakan, "Sesungguhnya aku telah mengetahui
suatu kalimat zikir yang jika dibaca oleh seseorang pasti hilanglah kemarahannya,
yaitu a`udzu billahi min asy-syaithan (aku berlindung kepada Allah dari godaan
setan)." Dan seperti yang telah dikemukakan, bahwa setan itu termasuk dari
kalangan jin, menurut sebagian ulama.

2. Membaca dua mu’awwidzat (mu’awwidzatain). Imam Turmudzi - rahimahullah ta’ala


- meriwayatkan hadits Abu Said, dia berkata, "Rasulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam
berlindung dari gangguan jin dan ain al-insan (mata manusia), sehingga turunlah al-
mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas). Setelah turun dua surah tersebut, Nabi
Muhammad Shallalahu’Alaihi wa Sallam memanfaatkan keduanya dan meninggalkan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

selain kedua surah tersebut." Imam Turmudzi menilai hadits tersebut dengan
mengaakan hadits ini hasan gharib.

3. Membaca ayat Al-Kursy, sebagaimana dikatakan Abu Hurairah r.a., "Aku dijadikan
sebagai wakil Rasulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam untuk menjaga zakat Ramadhan
Hal. | 138
Hal. - zakat fitrah. Maka, ada seseorang – Jin yang datang. Dia mencoba menumpahkan
makanan. Lalu aku ambil makanan itu sambil berkata, 'Sungguh saya akan me-
laporkan sikap kamu kepada Rasulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam."' Lalu Abu
Hurairah menyebutkan hadits itu selengkapnya, antara lain disebutkan ada
perkataan jin yang menasihatinya agar dia terjaga dari gangguan jin, seraya berkata,
"Jika kamu akan tidur, maka bacalah ayat kursi. Pasti engkau selalu mendapatkan
penjaga dirimu dari Allah dan tidak akan didekati setan sampai shubuh." Nabi
Muhammad Shallalahu’Alaihi wa Sallam bersabda, "Kamu benar, dan dia bohong.
Itulah setan."

4. Membaca surah Al-Baqarah. Dalam sebuah hadits dari Suhail dari Abu Hurairah r.a.
disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, '
Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya
rumah yang dibacakan padanya surah Al-Baqarah tidak akan didekati setan."

5. Membaca penutup (akhir) surah Al-Baqarah. Dalam sebuah hadits sahih, Abu Masud
Al-Anshary mengatakan bahwa Rasulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam bersabda,
"Siapa yang membaca dua ayat akhir surah Al-Baqarah, maka itu mencukupi
keselamatan dan keamanannya."

6. Membaca La Ilaha Ila Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Turmudzi dari
Nu'man bin Basyir r.a. dari Rasulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam., "Siapa yang
membaca La ilaha illallah wandahu la syarika lah lahu al-mulku wa lahu al-hamdu wa
huwa ala kulli syai'in qadir ... (hlm. 151) "Tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hanya milik-Nya segala kerajaan dan
hanya milik-Nya segala puji. Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu", sebanyak
seratus kali, maka zikir tersebut senilai dengan memerdekakan sepuluh budak
sahaya. Dicatat baginya seratus kebaikan. Dihapuskan darinya seratus dosa. Zikir
tersebut juga dapat menjadi perisai baginya dari godaan dan gangguan setan pada
hari itu sampai sorenya ... sampai akhir hadits."

Pengaruh Alquran dan Zikir (Lainnya) Terhadap Jin

Alquran dan zikir, seperti doa dan bacaan-bacaan/wirid lainnya, sangat berpengaruh
terhadap jin. Diriwayatkan dari Abu Khalid Al-Walibi, "Aku pernah keluar dari rumah
sebagai utusan kepada Umar - rahimahullah ta’ ala. Aku singgah di suatu rumah, sedang
istriku ada di belakangku. Aku mendengar suara anak-anak dan permainan mereka yang
membisingkan (suara gaduh). Aku membaca Alquran dengan keras. Tiba-tiba aku
mendengar suara barang yang jatuh dengan keras. Lalu aku tanyakan hal itu kepada

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

orang-orang di sekitar itu. Mereka berkata, "Kami diambil (ditarik) oleh setan-setan lalu
mereka mempermainkan kami. Ketika kamu membaca Alquran dengan suara keras,
mereka melepaskan kami lalu pergi."

Ibn Aqil, dalam Al-Funun, menghikayatkan. Dia mempunyai satu rumah di


Hal. | 139 Zhafariyyah, daerah sekitar kota Baghdad, yang apabila didiami oleh manusia, mereka
Hal.
akan mati. Lalu datanglah seorang qari' atau pembaca Alquran. Dia menyewa rumah
tersebut. Ibn Aqil pun mengintip rumah tersebut ketika didiami qari' itu. Dia tidur, dan
ketika bangun di pagi hari ternyata dia selamat. Tetangga sekitarnya merasa kaget. Dia
bermukim di rumah itu sebentar lalu pindah lagi. Ketika ditanya mengenai kejadian itu, dia
menjawab, "Ketika aku bermalam di rumah tersebut, aku melakukan shalat isya' dengan
membaca beberapa ayat Alquran.

Tiba-tiba ada seorang pemuda yang naik dari sumur seraya mengucapkan salam
kepadaku. Maka aku jawab salamnya. Lalu dia berkata, "Tidak apa-apa atas kamu (kamu
tidak akan celaka berada di sini). Ajarilah aku beberapa ayat Alquran." Maka aku pun
mulai mengajarinya. Lalu aku bertanya kepadanya, " Bagaimana cerita rumah ini?" Dia
menjawab, "Kami adalah kaum jin Muslim. Kami biasa melakukan shalat dan membaca
Alquran. Rumah ini umumnya tidak didiami kecuali oleh orang-orang jahat (fasik). Lalu
kami cekik mereka." Aku berkata lagi, "Pada malam hari aku takut padamu, maka
sebaiknya engkau datang di siang hari." Lalu sang qari' itu mengatakan, "Selanjutnya dia
naik dari sumur pada siang hari dan aku mengetahuinya ..." sampai seterusnya.

Imam Muslim dan Abu Dawud meriwayatkan dari Jabir r.a. bahwa dia pernah
mendengar Rasulullah Shallalahu’Alaihi wa Sallam bersabda, 'Jika seseorang memasuki
rumahnya, dan dia ber-zikrullah ketika masuk rumahnya dan ketika makan, maka
berkatalah setan kepada kawan-kawannya, "Kamu tidak dapat bermalam dan tidak
mendapat makanan malam." Dan jika dia membaca atau menyebut asma Allah ketika
masuk rumahnya tetapi tidak membacanya jika makan, maka saran kepada teman-
temannya berkata, "Kamu sekalian dapat makanan malam, tetapi tidak bisa bermalam di
sini." Tetapi jika dia tidak menyebut Allah (zikrullah) ketika memasuki rumahnya, maka
setan berkata, "Kamu sekalian dapat bermalam dan mendapat makanan malam."

Tempat Jin

Seringnya jin berdiam di tempat-tempat najis. Maka setiap prang harus memohon
perlindungan Allah - ber-isti'adzah ketika memasuki tempat-tempat najis itu. Dalam hadits
Anas r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dikatakan, bahwa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam jika memasuki kakus (tempat membuang hajat)
suka membaca zikir Allahumma inni a`udzu bika min al-khubutsi wa al-khaba'itsi "Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari jin laki-laki dan jin perempuan."

Sedang menurut riwayat Said bin Manshur dalam Sunan-nya, beliau membaca
Bismillah Allahumma inni a'u"dzu bika min al-khubutsi wa al-khaba'itsi, yakni dengan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

tambahan Bisrnillah. Maksudnya, zikir tersebut hendaknya dibaca sebelum memasuki


kakus dan bukan sesudahnya. Hal itu untuk menjaga asma Allah Subhanahu wa Ta'ala dari
tempat-tempat najis.

Di samping ttu, zikir tersebut juga pantas untuk dibaca ketika memasuki atau
Hal. | 140 melewati tempat-tempat kosong dan gelap, padang sahara, bukit-bukit, tempat-tempat
Hal.
air, dan lain-lainnya yang seperti itu, karena jin biasanya berada di tempat ,-tempat seperti
itu.

Di samping membaca zikir seperti itu, setiap Muslim juga hendaklah mempunyai hati
yang kuat, akidah yang kokoh, penuh harap atas rahmat dan penjagaan dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Karena siapa yang mempunyai pengharapan akan rahmat Allah
Subhanahu wa Ta'ala, maka pasti dia akan menemukannya. Sebagaimana diisyaratkan
oleh firman-Nya, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang
yang suka barbuat kebajikan (QS. An-Nahl 16:128)

Tentu saja akan lebih baik dan lebih mantap jika had yang kuat, yang dikokohkan
dengan akidah yang mantap, lalu disertai zikir, yaitu membaca Alquran dan lain-lainnya.
Pada sikap demikian sebenarnya terdapat kebaikan yang banyak. Perbuatan-perbuatan
demikian akan mengokohkan jiwa (ruh), dan jika ruh telah kuat dan kokoh, maka Allah
akan menjaganya dari berbagai bahaya dan gangguan.

MUKJIZAT FISIK SEBAGAI TANDA KEBENARAN NABI

1.Hakikat Mukjizat

Mukjizat termasuk bagian dari tanda-tanda kebenaran para nabi a.s. mengenai apa
yang mesti mereka sampaikan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada umatnya. Tetapi
sebelum membicarakan cara membuktikan mukjizat nabi yang menunjukkan kebenaran
kenabiannya, akan dijelaskan terlebih dahulu hakikat (definisi) mukjizat.

Kata mukjizat, secara etimologis berasal dari kata 'ajz (lemah). Kata ini sebagai
lawan dari kata qudrah. ('kuasa). Atas dasar itu, maka urusan mukjizat itu ialah sesuatu
yang melemahkan (mu’jiz) terhadap kekuasaan makhluk untuk membuat atau
membuktikan yang seperti itu.

Sedang mukjizat menurut definisi terminologis, seperti yang dikemukakan oleh


ulama ilmu kalam (teolog) ialah sesuatu yang luar biasa disertai penentangan, yakni
pengakuan sebagai rasul atau pengemban risalah, dan tidak ada makhluk yang dapat
meniru atau membuat hal yang sama.

Mengenai definisi mukjizat tersebut, As-Sa'd berkata, "Mukjizat ialah sesuatu yang
tampak berbeda dengan kebiasaan yang diakui oleh orang yang mengaku sebagai
nabi/rasul ketika menentang orang-orang yang mengingkarinya atau menentangnya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Dibuktikan, bahwa orang-orang yang menentang itu tidak mampu menjawab tantangan
nabi/rasul tersebut."

Sementara, menurut shahib (pengarang) Al-Marafiq, mukjizat itu ialah apa yang
digunakan untuk menampakkan kebenaran orang yang mengaku sebagai rasul utusan
Hal. | 141 Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Hal.

Konsekuensi logis dari berbagai definisi tersebut, bahwa mukjizat mesti berupa
barang yang fisikal atau berwujud materi, berupa perkataan atau perbuatan, positif atau
negatif. Dan perkataan atau perbuatan tersebut mesti hanya dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala, dan bukan dari yang selain-Nya. Tanda yang berupa perkataan atau perbuatan
tersebut dimaksudkan untuk membenarkan orang yang mengaku sebagai nabi atau rasul,
dan disertai tantangan. Kebenaran itu terbukti ketika tidak ada manusia biasa yang
mampu membuktikan hal seperti itu, serta tak berdaya untuk menandinginya.
Sebagaimana yang didatangkan atau dibawa oleh salah seorang di antara mereka,
misalnya berupa Alquran, tongkat, dan lain-lain.

Seorang Nabi diakui kebenarannya selama perbuatan atau perkataan itu benar-
benar menjadi bukti penguat baginya, tidak bertentangan (kontradiksi), dan cocok
dengan dakwahnya. Dia sendiri juga tetap melakukan ajaran dakwahnya dan tidak
mengabaikan atau terlambat mengamalkannya. Dia juga tidak boleh mendahului
pengamalannya. Selama perbuataan yang dilakukan nabi itu dari Allah untuk memuaskan
(menyenangkan) manusia dengan mengakui kenabian orang yang mengaku sebagai nabi,
maka perbuatan tersebut mesti berbeda dengan kebiasaan (luar biasa). Juga mesti tidak
sejalan dengan apa yang dikenal oleh kebanyakan manusia biasa yang aneh-aneh, dan
perbuatan-perbuatan baru inovatif yang mereka saksikan.

2. Syarat-Syarat Mukjizat

Tuan 'Adhad AI-Din Abdurrahman Al-Iyjy membatasi keistimewaan-keistimewaan


mukjizat itu pada beberapa poin. Dengan terlebih dahulu mengemukakan syarat-syarat
mukjizat sebagai berikut:

Pertama, bahwa mukjizat merupakan perbuatan (rekayasa) Allah Subhanahu wa


Ta'ala atau yang menduduki kedudukannya, Karena upaya untuk membenarkan dari sisi-
Nya tidak akan tercapai dengan apa yang bukan dari sisi-Nya. Kata-kata, ''Yang
menduduki kedudukannya" dimaksudkan untuk mencakup hal-hal seperti pernyataan
"Mukjizatku adalah (aku) meletakkan tanganku pada kepalaku, sedang kalian tidak
mampu melakukannya." Lalu dia melakukannya dan orang lain tidak mampu
melakukannya. Maka yang demikian ini adalah mukjizat. Di situ tidak ada perbuatan
Allah sebab jika Allah tidak menciptakan kemampuan (qudrah) itu bukan fi'l-perbuatan-
Nya. Dan siapa yang membuat (menentukan) al-tarku-meninggalkan untuk membuat
kemampuan pada manusia-sebagai wujudiyyan (ada/eksis), maka dia mesti
menghilangkannya (hIm. 156).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Kedua, sebuah mukjizat harus luar biasa (berbeda dengan kebiasaan). Sebab tanpa
itu, tidak ada tanda keunggulannya (i'jaz-nya). Sedang menurut segolongan orang bahwa
mukjizat itu mesti tidak ditentukan atau ditakdirkan untuk nabi. Tetapi syarat ini tidak
menjadi masalah penting. Sebab kemampuannya untuk melakukan sesuatu yang tidak
dicapai dengan kemampuan orang lain, biasanya merupakan mukjizat.
Hal. | 142
Hal.
Ketiga, mukjizat mesti tidak ada tandingan (oposisi)-nya, sebab jika benar-benar
tidak ada tandingannya (oposisinya) berarti betul-betul merupakan mukjizat.

Keempat, mukjizat mesti tampak pada tangan orang yang mengaku sebagai nabi.
Hal itu diperlukan untuk diketahui bahwa mukjizat tersebut memang untuk
membuktikan kebenarannya. Lalu, apakah disyaratkan pernyataan terang-terangan
dengan menantang? Menurut pendapat yang paling benar, tidak perlu. Bahkan cukup
ditampakkan melalui tanda-tanda dari kondisi nabi tersebut. Seperti jika dikatakan
kepadaya, "Jika kamu benar-benar nabi, coba perlihatkan keunggulanmu (mukjizatmu)."
Maka dia hendaklah membuktikannya.

Kelima, mukjizat mesti cocok dengan pengakuannya. Seperti jika dia mengatakan,
"Mukjizatku adalah menghidupkan yang telah mati." Tetapi ternyata dia melakukan hal
luar biasa lainnya, maka itu belum menunjukkan kebenaran kenabiannya.

Keenam, apa yang diakui atau diperlihatkan tidak boleh membohongkannya. Jika
dia berkata, "Mukjizatku ialah kemampuan hewan biawak (dhabb) ini untuk berbicara."
Lalu dia menegaskan bahwa itu bohong, maka kebenaran kenabiannya tidak diketahui.
Bahkan keyakinan orang lain semakin bertambah mengenai kebohongannya. Tetapi
seandainya dia berkata, "Mukjizatku adalah menghidupkan mayat", lalu dia
menghidupkannya, kemudian dia sendiri membohongkannya, maka dalam kondisi
demikian ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, bahwa itu tidak menjadi
mukjizat. Kemungkinan kedua, dan ini merupakan pendapat yang benar, itu sudah
merupakan mukjizat, dan pengakuannya itu tidak merusak kemukjizatan perilaku atau
tindakannya. Sebab yang mu'jiz atau yang menjadi mukjizat adalah menghidupkan, dan
itu telah terbukti. Setelah itu, terserah dia, mau membenarkannya atau
membohongkannya. Pengakuan setelah membuktikan mukjizatnya itu tidak berkaitan
dengan mukjizatnya yang telah terbukti.

Adajuga yang mengatakan, jika dia menghidupkan kembali mayat, lalu mayat itu
hidup dalam jangka waktu yang cukup lama, seperti yang diperlihatkan dan dibuktikan
oleh Nabi Isa a.s., maka itu tetap mukjizat; tetapi jika setelah hidup kembali beberapa
detik kemudian mayat itu mati lagi, maka jelas itu hanya kebohongan belaka, Sebut saja
itu sihir. Jadi, yang benar, ada perbedaan antara kedua gambaran tersebut. Sehingga
yang tampak benarnya adalah tidak wajibnya menentukan (menyatakan) mukjizat
tersebut.

Ketujuh, bahwa mukjizat itu tidak boleh mendahului sebuah pengakuan, tetapi

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

harus bersarna-sama menyertainya. Sebab upaya pembenaran (tashdiq) sebelum ada


pengakuan tidak rasional. Jika seseorang mengatakan, "Mukjizatku adalah apa yang
telah tampak pada tangan (kemampuanku) sebelum ini, maka hal itu belum menjadi bukti
kebenaran kenabiannya. Setelah itu dia masih dituntut untuk membuktikannya. Jika
ternyata dia tidak mampu, maka bohonglah dia dalarn pengakuannya.
Hal. | 143
Hal.
Demikian syarat mukjizat menurut Ustadz 'Adhaduddin Abdurrahman Al-Iyjr.
Sebagian ulama masih menambahkan lagi syarat-syarat mukjizat tersebut. Yakni, bahwa
unsur keluarbiasaan dari mukjizat yang bertujuan membenarkan orang yang mengaku
sebagai nabi itu tidak terjadi saat kebiasaan-kebiasaan manusia sedang hancur atau
kacau. Jika tidak disyaratkan demikian, maka Al-Masih Ad-Dajjal, seorang biang kerok
kebohongan, akan datang membawa berbagai macam keluarbiasaan yang betul-betul
luar biasa, tetapi terjadi saat kebiasaan-kebiasaan manusia sedang hancur dan kacau.
Keluarbiasaan Al-Masih Ad-Dajjal itu tidak menunjukkan bahwa dia mempunyai hubungan
dengan langit, atau bahwa itu dari sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Mungkin kita dapat menyimpulkan bahwa syarat-syarat mukjizat yang telah


dikemukakan tersebut tampaknya merupakan konklusi atau kesimpulan dari beberapa
ta'rif atau definisi yang telah disebutkan. Yakni, bahwa definisi-definisi itu telah
mencakup persyaratan-persyaratan mukjizat yang telah disebutkan.

3. Bukti Mukjizat yang Menunjukkan Kebenaran (Kenabian)


Para Nabi

Setelah kita mengetahui berbagai ta'rif atau definisi mukjizat dan penentuan syarat-
syaratnya serta keistimewaannya, tampaknya kita perlu mengetahui pula dilalah, yaitu
penunjukan perbuatan atau bukti untuk membenarkan nubuwwah (kenabian) para
nabi.

Ketika kita melihat dan memperhatikan berbagai keistimewaan dari perbuatan yang
mu'jiz-melemahkan - itu kita mengetahui bahwa hal itu merupakan perbuatan Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang membuat manusia tidak mampu menirukan atau melakukan
hal yang sama seperti itu. Dan orang yang mengaku nabi pun adalah dari kelompok
basyar (manusia). Jadi dia termasuk dalam kelompok manusia yang sama-sama
mempunyai kemungkinan dan kemampuan yang sama seperti kebanyakan manusia lain.
Jika ada pada nabi itu apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia lain, bahkan makhluk
mana pun tidak akan mampu melakukannya, maka jelaslah bahwa apa yang terjadi
padanya berupa mukjizat, yaitu perbuatan (karya) Allah Subhanahu wa Ta'ala yang
diperlihatkan kepadanya untuk membenarkan pengakuan kenabiannya.

Perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diperlihatkan pada manusia itu secara
garis besar ada dua. Pertama, perbuatan yang biasa dilaku- kan oleh kebanyakan manusia
dan mereka mengenalnya. Kedua, perbuatan Allah yang tidak biasa dilakukan oleh
manusia dan tidak diketahuinya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Adapun perbuatan-perbuatan yang dapat diketahui dan bahkan dilakukan oleh


manusia disebut al-qawanin wa al-asbab al-'adiyah "hukum alam dan sebab-sebab
kebiasaan" yang ditentukan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada alam sejak Allah
menciptakannya sampai waktu yang tidak diketahui kecuali oleh Allah sendiri.

Hal. | 144
Hal. Jadi, Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah menciptakan materi (makhluk) lengkap
dengan hukum peraturannya dan keistimewaannya. Dari sekian hukum atau peraturan
dan keistimewaan itu ada yang kita ketahui, dan tidak sedikit yang belum (tidak) kita
ketahui. Di antara hukum dan spesifikasi itu ada yang dapat kita jangkau
dengan kemampuan kita, jika terdapat peralatan untuk menjangkaunya, dan ada pula
yang tidak dapat kita jangkau dengan kemampuan kita.

Mengenai qawanin maddah. "hukum alam'', tak ada dikatakan oleh para ulama atau
para sarjana bahwa dia telah menemukan suatu qanun (hukum atau peraturan) di antara
sekian hukum yang ditentukan Allah Subhanahu wa Ta'ala pada alam. Atau, mereka itu
menyandarkan (memasukkan) suatu keistimewaan pada materi alam yang sebelumnya
tidak menjadi milik materi alarn tersebut. Paling banter, mereka berani mengaku telah
diberi kemampuan untuk mengungkapkan (iktisyaf) atau menemukan sebagian qanun
(hukum) alam yang sebetulnya telah ada pada benda atau materi tersebut sejak
beberapa tahun yang lalu. Mereka sendiri tidak mampu memastikan kapan permulaan
lahirnya itu. Tetapi mereka rnencoba memeriksa dan meneliti, lalu berkesimpulan
bahwa hukum tersebut ada titik permulaannya (titi mangsanya).

Jadi, berbagai hukum dan peraturan alam yang ditemukan para sarjana atau ulama
itu tidak diakui oleh salah seorang di antara mereka sebagai hasil karya inovatifnya atau
ciptaannya. Meskipun orang-orang terkemudian mengatakan - dan itu tentu
keliru - bahwa itu suatu hukum yang diciptakan oleh seseorang.

Tak ada seorang pun dari kalangan sarjana atau penemu aturan alam yang baru itu
berani menjawab pertanyaan mahma kanat "kapan hukum atau aturan itu terjadi?".
Mereka merasakan betapa lemah diri mereka untuk mengungkap sebab-sebab terjadinya
suatu hukum alam. Paling banter, mereka berani menjawab dalam batas-batas
temuannya pertanyaan itu, "Bagaimana caranya hukum itu terjadi (kayfa kanat)?"

Jika ada kesepakatan para sarjana atau ulama dari yang paling pandai sampai yang
lebih pandai lagi, bahwa mereka tidak berinovasi membuat suatu hukum alam tertentu
dan mereka hanya menemukannya, itu menunjukkan bahwa yang berinovasi membuat
qanun (hukum atau aturan alam) itu jauh melebihi kemampuan mereka dan di atas
kemampuan mereka. Dia adalah yang mengadakan (menciptakan) hukum alam tersebut
ketika Dia menciptakan alam (materi).

Yang demikian itu jarang terjadi pada ilmu tumbuh-tumbuhan dan ilmu hewan (ilmu
hayat), begitu pula dalam lapangan atom dan benda-benda yang sulit dilihat. Semua
berjalan pada aturan yang telah digariskan dan landasan-landasan yang tetap yang biasa

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dihadapi dan dilakukan oleh manusia, serta telah diketahui olehnya. Secara bertahap
mereka dapat menggunakan dan merasakan aturan alam dan landasan-Iandasannya.
Kemudian mereka pun mencoba mengharmonisasikan kehidupannya dengan hukum
alam dan segala aturan tersebut. Bahkan mereka mendasarkan ilmu pengetahuannya
kepada hukum alam yang tetap berlaku sesuai dengan peraturannya yang telah
Hal. | 145 ditentukan dengan kaitan atau hubungan yang kuat antara sebab dan akibatnya.
Hal.

Berkat rahmat kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap makhluk-Nya, Allah
memberlakukan segala hukum alam dan tata aturannya bagi mereka sedemikian rupa
sehingga mereka dapat hidup di alam ini dengan nyaman. Bahkan mereka juga dapat
menentukan suatu disiplin ilmu (pengetahuan) di alam ini.

Dan berkat rahmat kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap makhluk-Nya,
Dia telah membuat hukum parsial khusus (spesifik), ciri-ciri, tanda-tanda istimewa yang
membedakan suatu kumpulan makhluk dari kumpulan makhluk alam lainnya. Tidak ada
tujuan atau kepentingan ilahiyah (ghayah ilahiyyah) yang ikut campur di antara jenis-jenis
makhluk atau macam-macamnya. Jika ada intervensi-keikutcampuran - Tuhan terhadap
jenis dan macam-macam makhluk, maka manusia tidak akan dapat membangun suatu
disiplin ilmu pengetahuannya ataupun dasar-dasarnya. Alam hewan mempunyai hukum
atau tata aturan umum. Dan berbagai macam hewan pun mempunyai hukum khusus
(spesifik) dan karakteristik - sifat-sifat khusus - yang membedakannya dari yang lain.
Sebagai contoh dari pernyataan-pernyataan tersebut, singa tidak berubah menjadi
gajah, padahal keduanya satu jenis (spesies). Demikian pula, kera tidak berubah menjadi
manusia, padahal keduanya pun dari satu jenis (spesies). Dan hal
itujarang terjadi pada berbagai macam hewan lainnya (hlm. 159).

Jika pembicaraan kita dialihkan kepada masalah tumbuhan, maka kita pun akan
mengetahui bahwa tumbuhan pun mempunyai qanun atau hukum yang umum. Dan
setiap fashilah atau bagian atau macam dari tumbuhan tersebut mempunyai ciri-ciri khas
atau keistimewaan tertentu yang membedakannya dari tumbuhan lainnya yang sama-
sama berada di lingkaran hukum atau tata aturan jenis tumbuhan secara umum.

Semua qanun atau hukum alam yang baku tersebut adalah perbuatan (ciptaan) Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang dikenakan atau ditetapkan bagi alam. Dan, sebagian dari
hukum atau peraturan alam itu ada yang diketahui manusia, dan tidak sedikit yang
belum diketahuinya.

Kita tidak akan berpaling atau memperhatikan orang yang telah berubah sikapnya
dengan kemampuan ilmu pengetahuannya yang terbatas, lalu dia berpaling untuk
mengakui kekuasaan atau kemampuannya sendiri. Kernudian dia mempunyai keyakinan
bahwa dirinya dapat menguasai materi alam ini, bahkan dia menduga bahwa dirinya
mempunyai kekuasaan untuk menguasai materi alam. Sungguh pengakuan atau dugaan
tersebut sangat bohong. Jika ada seseorang yang berkeyakinan bahwa dia
dapat menguasai materi dan mampu memperlakukan semaunya, dan memutuskan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

keterkaitan alamnya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, seraya meyakini bahwa dirinya
berkuasa karena sebagai tuhan dan bukan lagi hamba, maka tentu saja Allah akan
menarik berkah karunia pemberian-Nya yang mengangkat (menghilangkan) segala
berkah dari nikmat-Nya.

Hal. | 146
Hal. Dalam kaitan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Sesungguhnya
perumpamaan hehidupan duniawi itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari
langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanaman-tanaman bumi, di
antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya
menduga bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di
waktu malam atau siang, lalu Kami Jadikan (tanaman-tanamannya) laksana tanaman-
tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah
Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir (QS.
Yunus 10:24).

Di samping perbuatan Allah yang telah biasa kita lakukan dan kita kenal, dan
tindakan Allah terhadap materi atau makhluk-Nya yang telah kita kenal, ternyata Allah
juga mempunyai perbuatan dan tindakan (pengelolaan) lain yang belum kita kenal
dan belum biasa kita lakukan.

Perbuatan Allah yang belum kita kenal itu berhubungan dengan materi dan
berhubungan juga dengan alam, secara umum. Jika kita mengatakan bahwa ada
perbuatan Allah yang tidak dikenal, maka otomatis yang dimaksud adalah apa yang kita
capai lewat penemuan-penemuan ilmiah dan upaya untuk menghilangkan hijab (tabir)
dari hukum yang ada pada alam yang tertutup (al- 'alam al-mastur). Dan alhamdulilldh,
Allah telah memberikan kemampuan kepada kita untuk menemukan hal-hal baru
dan mendapatkan hal-hal yang asalnya tersembunyi di alam raya ini. Jadi kita tidak
bermaksud - dengan perbuatan Allah yang luar biasa (ghair al-'ady) itu - berupa
penemuan-penemuan ilmiah dan mengetahui hukum-hukum alam yang belum diketahui
sebelumnya. Kita juga tidak memaksudkan - perbuatan-perbuatan Allah yang luar biasa
itu - dengan apa yang biasa dilakukan sebagian orang dengan mengadakan kontak
hubungan langsung dengan alam-alam yang tidak terlihat (oleh mata); atau
membuat tindakan-tindakan (ganjil) atau perbuatan-perbuatan (ajaib) yang tidak dapat
dilakukan oleh (umumnya) kami - sebagai manusia - dengan segenap kemampuan dan
kelebihan kami.

Jadi, sekali lagi kami tidak memaksudkan - dengan perbuatan Allah yang luar biasa
itu - adalah hal-hal yang telah kami sebutkan itu, tetapi, yang kami maksudkan adalah
sesuatu yang lain yang kami pahami dan kami yakini adanya, tetapi kita (kami)
tidak dapat melakukan atau membuat (mendatangkan) yang seperti itu.

Sebagai contoh, Alquran menghikayatkan kisah Nabi Ibrahim a.s. Disiapkanlah oleh
raja Namrudz kayu bakar lalu dinyalakan dengan api yang menggejolak untuk

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

membakar Nabi Ibrahim a.s. serta dilakukan segala usaha yang biasa untuk melakukan
pembakaran itu. Nabi Ibrahim adalah sesosok tubuh yang terdiri dari fisik materiel yang
dapat terbakar. Sedang api juga merupakan unsur alam yang mempunyai hukum alam
(kebiasaan) membakar. Maka, jika segala unsur yang mematikan telah siap, sedang
undang-undang atau hukum alam materiel pun menetapkan bahwa jika ada
Hal. | 147
Hal. persambungan (gesekan) antara fisik yang memungkinkan untuk dibakar dengan api
yang mempunyai spesifikasi membakar, dan kondisi hukum alam pun terbukti cocok
atau sesuai dengan tuntutan, maka pasti terjadilah pembakaran sebagai konsekuensi
logis dari hukum alam (kebiasaan).

Musuh-musuh Nabi Ibrahim a.s. juga mengetahui semua spesifikasi atau


keistimewaan-keistimewaan alam yang demikian ini. Lalu mereka pun ingin melepaskan
diri mereka dari ajakan dakwah Nabi Ibrahim a.s. dengan menggunakan undang-undang
atau hukum Tuhan semacam itu. Mereka menyalakan api yang panas dan mereka
menginginkan Nabi Ibrahim a.s. dilemparkan ke dalam lautan nyala api tersebut.

Sebetulnya, menurut pertimbangan manusiawi, dapat saja ada pertolongan Allah


terhadap Nabi Ibrahim a.s. melalui cara yang telah kita kenal. Seperti adanya salah satu
unsur alam yang tidak berfungsi, misalnya ada angin kencang yang berhembus sehingga
tidak memungkinkan api untuk menyala atau turunnya hujan yang sangat lebat. Tetapi,
rupanya cara-cara seperti itu dapat diketahui bahkan telah biasa pula dilakukan oleh
manusia biasa. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan memampuan kepada
manusia untuk memadamkan api. Dan upaya untuk sekadar memadamkan api itu telah
dikenal dengan mudah oleh manusia biasa sekalipun.

Tetapi cara-cara atau perantaraan-perantaraan yang belum biasa dilakukan dan


bahkan tidak diketahui oleh manusia adalah jika terjadi segala unsur hukum atau tata
aturan duniawi telah tersedia lengkap tetapi tidak berfungsi. Atau segala aturan hukum
dengan segala sendinya telah siap tetapi ternyata melahirkan hasil yang sangat berbeda
dengan apa yang telah dikenal oleh kebanyakan manusia biasa.

Nabi Ibrahim a.s. dilemparkan ke dalam lautan nyala api dan Allah pun tidak
memadamkan api, tetapi ternyata hukum alam, yaitu kebiasaan api membakar itu
melahirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang ditunggu-tunggu dan tidak dikenal
oleh manusia, bahkan oleh makhluk mana pun sepanjang masa di seluruh dunia. Itulah
i'jaz yang membuat manusia menjadi lemah untuk melakukannya, karena Allah hanya
memfirmankan, Kami katakan, "Wahai api, jadilah kamu dingin dan menyelamatkan
Ibrahim. Mereka ingin menipu (memperdayakan) Ibrahim." Lalu Kami jadikan
mereka sebagai orang-orang yang paling merugi (QS. Al-Anbiya' 21:69-70).

Di dalam Alquran juga terdapat kisah Nabi Musa a.s. dengan kaumnya, di samping
dengan Firaun di Mesir.

Dalam kisah Nabi Musa a.s. dengan Fir'aun Mesir, kita menemukan berbagai hal yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

betul-betul menyentuh kalbu dan menarik perhatian kita. Fir'aun ingin mengalahkan
hujjah Nabi Musa a.s. ketika dia berkeyakinan bahwa Nabi Musa adalah
tukang sihir. Lalu dia menetapkan suatu perjanjian untuk mempertemukan Nabi Musa
a.s. dengan para tokoh sihir yang menjadi bawahannya. Dengan kecerdasannya sebagai
nabi, Nabi Musa a.s. memilih waktu untuk pertemuan itu, yakni hari berkumpulnya
Hal. | 148
Hal. banyak orang.

Berkumpullah para ahli sihir dari berbagai penjuru. Mereka bersiap-siap untuk
menampilkan keahliannya dengan mengemban tugas dari Fir'aun seraya diiming-imingi
hadiah yang sangat menarik yang memperdayakan mereka. Para ahli sihir itu merasa
lebih kuat karena mendapat motivasi dari Raja Fir'aun. Mulailah mereka mengerahkan
segala daya dan kekuatannya untuk melakukan tipu muslihat yang memperdayakan
dan menarik hati manusia yang menyaksikannya. Sehingga, Alquran Al-Karim
menghikayatkan kepada kita mengenai diri Nabi Musa a.s. sendiri yang tampak merasa
takut ketika menyaksikan tali-temali dan tongkat-tongkat-terbayangkan padanya dan
pada orang-orang yang hadir di situ - seakan-akan merayap dengan cepat lantaran
kemampuan tipu muslihat (sihir) para ahli sihir. Secara alami, Nabi Musa a.s. merasa
takut bukan oleh perbuatan ahli sihir itu, tetapi - Wallahu a'lam - oleh kuatnya pengaruh
sihir terhadap para hadirin yang menyaksikan. Bahkan mereka juga berpaling dari Nabi
Musa a.s. seraya menoleh dan mencurahkan perhatiannya kepada ahli sihir.

Di sini terjadi sesuatu yang sangat mempengaruhi manusia berupa perhatian Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu, ketika Dia tidak melepaskan tongkat-tongkat dan tali-temali
dari materi yang menutupinya, sebab kejadian demikian dapat dicapai oleh kemampuan
dan kekuatan manusia. Dia pun tidak menghendaki untuk memalingkan hati manusia
yang menyaksikan peristiwa aneh itu dan membelokkannya kepada kesalehan Nabi
Musa a.s., karena yang demikian juga termasuk hal yang biasa disaksikan oleh kita
setiap hari.

Justru, ketika ada perhatian dan intervensi (keikutsertaan pengaruh) Tuhan, tongkat
itu berubah menjadi ular. Yakni, jenis tongkat itu berubah dari ciri spesifiknya ke ciri
spesifik khusus yang ada pada benda lain. Ketika tumbuhan mengering, seperti
tongkat itu, maka ia tidak bisa bergerak lagi dan tidak ada ihsas (daya rasa). Bahkan
terputuslah hubungannya (dengan gerak dan daya rasa). Tetapi ketika tongkat itu
berubah menjadi bergerak dan mempunyai rasa, maka tongkat itu telah mendapatkan
ciri khusus yang ada pada hewan, yaitu dengan menjadi ular.

Pembalikan jenis dan macam makhluk hanyalah merupakan perbuatan Allah


Subhanahu wa Ta'ala saja. Tetapi hal tersebut belum dikenal oleh manusia dalam
kehidupannya sehari-hari. Dan, berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala , Dia tidak
membuat pembalikan jenis sebagai suatu nizham "disiplin'' yang berlaku pada alam
secara umum. Jika tidak begitu, maka pasti kita akan tertimpa kebingungan yang
berkepanjangan. Dan boleh jadi kita hidup tanpa ketetapan dan tujuan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Ketika tongkat Nabi Musa a.s. berubah menjadi jenis lain (ular besar), tampillah
segala tanda dan ciri jenis makhluk baru pada bentuknya yang paling sempurna. Apalagi
ketika dia membuka mulutnya lalu menelan semua hasil pengaruh daya khayal dan
sihir para ahli sihir. Dan terlihatlah bahwa itu hanya merupakan perbuatan Allah
Subhanahu wa Ta'ala saja, dan bukan sihir.
Hal. | 149
Hal.
Mereka berhata, "Hai Musa, apakah engkau akan melempar dahulu, atau kamikah yang
pertama kali (orang yang) melemparkan?" Nabi Musa a.s. berkata, "Silakan kalian
melemparkan (dahulu)!" Maka tiba-tiba tali-lali dan longkal-tongkat mereka, terbayang
kepada Musa seakan-akan merayap dengan cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa
merasa takut dalam hatinya. Kami berkata, "Janganlah kamu takut, sesungguhnya
kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan
kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang
sihir itu, dari mana saja dia datang." (QS. Thaha 20:65-69).

Ketika Allah melakukan perbuatan-Nya yang belum kita kenal sebagai upaya
pertolongan terhadap salah seorang hamba-Nya, Dia tidak melakukan sesuatu yang
rumit bagi pemikiran orang-orang yang menyaksikannya dan tidak mempengaruhi suatu
qanun (hukum). Tetapi Dia melakukan sesuatu yang berbeda (bertentangan) dengan
suatu hukum atau peraturan; atau berbeda dengan pengaruh dari suatu hukum yang
diketahui oleh ilmu para ulama (sarjana). Bahkan hal itu dapat diketahui oleh orang-
orang awam dengan dzauq (feeling/perasaan) mereka dan pemanfaatan terhadap
pengaruh dari perbuatan Allah tersebut; atau dengan perasaan mereka terhadap segala
pemberian dan karunia Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Oleh karena itu, kita menemukan taslim (penyerahan diri dan sikap mengalah)
terhadap perbuatan yang keluar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut secara
langsung. Suatu taslim atau penyerahan diri yang menyerupai taslim (penyerahan), dan
ketaatan terhadap apa yang mudah dipahami oleh akal, tidak mengandung hal-hal yang
perlu diperdebatkan atau didiskusikan.

Itulah taslim atau penyerahan diri yang menunjukkan kepuasan akal karena telah
mencapai ma'rifatullah, mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala, seraya menyadari
sepenuhnya akan kelemahan diri dibandingkan dengan ke-Mahakuasa-an Allah
Subhanahu wa Ta'ala, Penciptanya. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut
ini:

“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata, "Kami telah
percaya kepada Tuhan Harun dan Musa." Berkata Fir'aun, ''Apakah kamu telah beriman
kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya dia
adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku
akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal-balik,
dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma, dan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang paling pedih dan kekal
siksanya." Mereka berkata, "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada
bukti-bukti yang nyata (mukjizat) yang telah datang kepada kami, dan daripada Tuhan
yang telah menciptakan kami, maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.
Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.
Hal. | 150
Hal. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-
kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami untuk melakuhannya.
Dan Allah lebih. baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)." (QS. Thaha 20:70-73).

Berdasarkan contoh tersebut dan penjelasan yang lalu, jelaslah bagi kita bahwa
perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang belum terbiasa kita lakukan dan belum kita
kenal itu ternyata berhubungan erat dengan qanun (hukum) yang telah kita kenal, kita
paharni keadaan atau kondisinya, dan pengaruhnya telah biasa kita rasakan. Tetapi
Allah tidak memperlihatkan secara jelas pengaruh atau bekas yang ditimbulkan dari
perbuatan-Nya itu. Atau, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperlakukan perbuatan-Nya
yang luar biasa itu mengikuti hukum yang tidak sejalan dengan metode atau cara yang
telah dikenal oleh akal kita.

Jika kita renungkan segala perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang luar biasa,
yakni di luar kebiasaan kita sebagai manusia, seperti yang diungkapkan atau
dihikayatkan Alquran Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyyah yang suci, kita akan
menemukan bahwa perbuatan-Nya itu termasuk apa yang telah disebutkan di atas. Jika
kita dalami dan kita pahami rahasianya, perbuatan luar biasa tersebut sangat berkaitan
dengan hukum materiel (alam) atau dengan hukum kehidupan duniawi, di samping
berkaitan juga dengan segala alat (media) ilmu pengetahuan yang biasa kita kenal. Atau
juga berhubungan erat dengan segala hukum alam (al-kawn) dan peraturan makhluk
yang ada di dunia ini.

Dengan demikian, jelaslah bagi kita mengenai dua macam perbuatan Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang telah dikemukakan itu.

Sampai di sini kita bertanya, di manakah letak mukjizat dari dua macam perbuatan
Allah Subhanahu wa Ta'ala itu? Apakah mukjizat itu berada pada lingkaran perbuatan
yang telah biasa kita kenal dan lakukan? Atau berada di lingkungan perbuatan yang
tidak biasa kita kenal dan lakukan?

Para ulama, ketika menetapkan beberapa syarat mukjizat, antara lain menyebutkan
bahwa mukjizat itu mesti berbeda dengan kebiasaan (luar biasa). Artinya, hal tersebut
tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa yang menyaksikan mukjizat itu. Tetapi para
ularna juga berbeda pendapat, jika mukjizat itu ternyata ditakdirkan (ditentukan) bagi
nabi yang akan dikuatkan dengannya atau rnukjizat tersebut di atas kemampuannya
juga.

Syarat keluarbiasaan mukjizat tersebut rupanya belum begitu jelas bagi kita. Apa

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang mereka inginkan dan maksudkan dengan keluarbiasaan mukjizat tersebut?·Sebab


penemuan-penemuan ilmiah (yang baru) juga sering dinilai sebagai sesuatu yang
luar biasa, khususnya jika dikaitkan dengan kemampuan kebanyakan manusia. Orang
yang sangat cerdas dan pandai dalam berbagai penemuan-penemuan baru yang ilmiah,
sering melakukan atau mendapatkan sesuatu yang luar biasa yang tidak dikenal
Hal. | 151
Hal. oleh orang yang lebih lemah kemampuannya daripada dia, apalagi jika dibandingkan
dengan orang-orang yang lebih cerdas lagi. Jadi, kata-kata "luar biasa" atau khariq lil-
'adah itu mengandung muatan umum yang perlu dibatasi dan dijelaskan lebih
lanjut.

Sampai saat ini, kami belum mendapatkan seorang pengarang pemikiran Islam yang
mampu memberikan definisi "keluar-biasaan" mukjizat tersebut dan menjelaskannya
secara rinci. Tetapi, satu hal yang pasti, bahwa sifat keluarbiasaan mukjizat yang terjadi
pada para nabi dan rasul itu tidak akan sama dengan sifat keluarbiasaan penemuan-
penemuan baru yang didapatkan oleh orang-orang selain para nabi dan rasul.
Bagaimanapun, problema ini membawa para pakar Islam untuk berbeda pendapat
dengan perbedaan yang sengit. Sebab pembahasan mukjizat dari sisi keluarbiasaannya
pasti akan berhubungan secara langsung dengan segala macam yang luar biasa, dan ini
tampaknya banyak sekali, yang sebetulnya bukan mukjizat.

Apakah hal-hal luar biasa itu, khususnya yang bukan mukjizat, akan kita tolak secara
total atau kita terima? Apakah keramat atau karamah para wali itu akan kita tetapkan
dan kita terima atau akan kita tolak pula? Demikian pula, apakah hal-hal luar biasa yang
terjadi pada para ahli sihir itu akan kita terima atau kita tolak mentah-mentah? Dan
keluarbiasaan-keluarbiasaan lainnya yang dipertontonkan oleh sebagian orang, tetapi
tidak dikenal dan tidak diketahui oleh kebanyakan orang, apakah akan kita
terima atau kita tolak?

Al-Mu'tazilah menetapkan dengan tegas dan pasti (hasim) mengenai permasalahan


"keluarbiasaan mukjizat" itu, bahwa tidak akan terjadi khawariq lil- 'adah "yang luar biasa"
kecuali untuk para nabi a.s. Sementara menurut mazhab lain, hal itu dapat terjadi
pada para nabi yang sangat luar biasa dan pada selain nabi yang luar biasa. Artinya, ada
pembedaan dan kriteria, serta keistimewaan tertentu baik untuk mukjizat, maupun
yang lainnya.

Perbedaan-perbedaan tersebut berhubungan dengan beberapa objek masalah. Kita


akan bicarakan hal-hal tersebut pada bagian yang akan datang.

Tetapi yang jelas, di sini kami akan menegaskan bahwa qaid (syarat) khariq lil-'adah.
(luar biasa atau berbeda dengan kebiasaan) bagi mukjizat yang dijadikan salah satu
syarat atau salah satu keistimewaannya itu, sebenarnya merupakan suatu qaid (pengikat
atau syarat) yang belum jelas batasannya, dan belum tampak maksud dan tujuannya.

Ketika qaid tersebut dalam kondisi sulit atau rumit seperti itu, maka sebagian pemikir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Islam ada yang menolak qaid itu mentah-mentah. Sebab, jika ditinjau dari satu sisi, qaid
tersebut tidak disebutkan secara jelas dalam nash-nash syariat Islam yang
mu'tamad (dapat dipertanggungjawabkan rujukan utamanya) ataupun yang tidak
mu'tamad. Dan dari sisi lain, qaid tersebut tidak mengandung muatan umum atau spesifik
(khusus). Sebab, jika kita cocokkan permasalahan tersebut dengan problematika
Hal. | 152
Hal. nubuwwah (segala sesuatu yang berhubungan dengan kenabian), kita akan
menemukan bahwa keluarbiasaan yang dilekatkan pada seorang nabi, pada hakikatnya,
menjadi kebiasaan bagi para nabi lainnya, meski tidak biasa bagi kebanyakan manusia
biasa. Alquran, umpamanya, merupakan mukjizat, tetapi manusia biasa telah biasa
membaca dan memahami maknanya. Kelompok ini, yang diwakili oleh sebagian pemikir
Muslim, sampai pada kesimpulan bahwa istilah khawariq lil- 'adah "luar biasa" itu bukan
qaid yang pasti, tetapi hanya nisbi saja.

Menurut Ibn Taimiyyah, tampaknya ini salah seorang dari kelompok pemikir Muslim
aliran ini. Jika ayat Alquran itu dijadikan sebagai sesuatu yang khariq lil- 'adah (luar biasa)
atau tidak luar biasa, itu suatu penyifatan atau penentuan sifat yang tidak dilakukan
oleh Alquran, hadits, ataupun ulama salaf. Kami juga telah menjelaskan pada
kesempatan lain, bahwa penyifatan tersebut tidak sempurna atau tidak berpengaruh.
Sebab nubuwwah (kenabian dengan segala keluarbiasaannya itu) menjadi kebiasaan bagi
para nabi a.s., meski jika dikenakan kepada selain para nabi menjadi sesuatu yang luar
biasa.

Mendapatkan informasi dari Allah Subhanahu wa Ta'ala secara gaib berupa


informasi ma'shum (untuk menjaga diri) itu hanya khusus bagi para nabi a.s. Dan hal
demikian tidak terdapat pada orang-orang selain para nabi, apalagi harus menjadi
kebiasaan. Jadi, tanda kenabian mesti khariqah li-al- 'adah "luar biasa". Dengan
pengertian, bahwa perbuatan atau tanda seperti itu tidak biasa terjadi pada umumnya
anak Adam. Jika menjadi sesuatu yang biasa bagi umumnya anak Adam, maka hal itu
tidak menjadi ciri spesifik atau khusus bagi nabi a.s. Justru, para nabi dan yang
bukan nabi bersekutu dalam ciri atau tanda istimewa tersebut. Oleh karena itu,
sebagian ulama berkesimpulan, bahwa tanda kenabian (mukjizat) itu mesti khariqah li-
al- 'adah "luar biasa", meski hal itu tidak berarti bahwa semua yang luar biasa itu pasti
tanda kenabian.

Kita setuju dengan pendapat Ibn Taimiyyah bahwa peristilahan khariqah li-al- 'adah itu
cukup rumit dan tidak jelas karakteristiknya ketika istilah tersebut dipergunakan oleh
para ulama pemikir Islam. Tetapi kita menolak mentah-mentah beberapa problema
dan hukum yang ditetapkannya. Kita menolak pendapat Ibn Taimiyyah yang
menyatakan bahwa masalah khariqah li-al- 'adah itu merupakan masalah yang nisbi atau
relatif. Demikian pula kita menolak pendapatnya yang menyatakan bahwa peristilahan
tersebut tidak dipergunakan oleh Alquran Al-Karim. Sebab jika kita perhatikan Alquran,
meski tidak terang-terangan menggunakan istilah tersebut, ayat-ayat yang berkenaan
dengan penampilan mukjizat para nabi a.s. itu semuanya mengandung muatan
keluarbiasaan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Jadi Ibn Taimiyyah keliru dalam menentukan hukum yang berkenaan dengan khariqah
li-al- 'adah mu'jizat. Dan semestinya beliau memperbaiki kekurangannya dan bukan
mempertahankannya dengan melontarkan berbagai argumentasi yang tidak
tepat.

Hal. | 153
Hal. Jadi jelaslah, yang menjadi inti perbedaan pendapat para ulama itu berkisar pada
masalah kerumitan (al-gumudh) dalam penggunaan istilah khariqah li-al- 'adah pada
mukjizat para nabi a.s. Dan syumuliyyah "cakupan" kandungan kata tersebut yang
tampak dari sifatnya yang mutlak.

Hanya saja, yang menjadi titik persamaan pendapat kebanyakan ulama berkisar
sekitar pemahaman umum, bahwa mukjizat yang semestinya di atas kemampuan akal
manusia dan melebihi kemampuan manusia itu menggunakan kata insan "manusia"
secara mutlak; sehingga mencakup semua jenis manusia, termasuk para nabi dan rasul.

Al-Amidi berkata, "Sesungguhnya rasul - utusan Allah - itu hanya mendatangkan


mukjizat yang tidak dapat dijangkau oleh akal secara mandiri.

Tetapi titik persamaan pendapat jumhur ulama tersebut, meski dapat memecahkan
sebagian masalah yang sulit, juga menyisakan sisi-sisi lain yang masih rumit, yang perlu
dipikirkan secara mendalam.

Ketika ahli sihir menggunakan jasa para jin atau didatangi setan-setan,
sesungguhnya dia telah melakukan berbagai hal yang luar biasa dan di atas kemampuan
akal manusia. Tetapi perbuatan luar biasa macam itu tentu saja tidak termasuk ke dalam
wilayah dan medan mukjizat. Dengan demikian, untuk membedakan keluarbiasaan sihir
tersebut dengan mukjizat mesti diletakkan beberapa qaid atau ikatan dan pemahaman
(tanda-tanda).

Tetapi, sebetulnya, orang yang rajin memikirkan makna dan kandungan ayat-ayat
Alquran akan menemukan bahwa berkah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak
akan membiarkan permasalahan seperti itu berlarut-larut tanpa pemecahan. Menurut
beberapa ayat, terdapat beberapa kriteria spesifik yang terdapat pada mukjizat dan
tidak terdapat pada hal-hal lain yang tampak luar biasa.

Misalnya, dalam Alquran kita menemukan bahwa orang yang menggunakan jasa jin
itu pasti orang yang mempunyai etika tidak sehat, langkah hidup yang menyimpang,
dan mempunyai fitrah jahat. Mari kita kaji firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini,
“Mereka - setan-setan - itu turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa.” (QS. Asy-
Syu'ara 26:222).

Demikian pula yang menjadi perantara ma'rifah (mengetahui hal-hal gaib), yakni jin
untuk masalah sihir ini atau setan-setan, mesti melakukan kebohongan terus-menerus.
Dan itu jelas bertolak beLakang dengan tabiat nubuwwah "kenabian". Bagaimanapun,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sandaran jin atau setan untuk mendapatkan ma'rifah (mengetahui berbagai hal) atau
sebut saja informasi, adalah dengan mencuri-curi informasi (istiraq as-sama') dan
mengintip serta memperhatikan informasi dari alam arwah.

Jadi, jin atau setan, sebagai perantara manusia jahat untuk mendapatkan informasi
Hal. | 154
Hal. itu, mengumpulkan inforrnasinya bagaikan seseorang yang ikut nimbrung masuk dalam
suatu majelis agar mendapatkan informasi, sedang para peserta majelis itu tidak
menyukainya. Jika para peserta majelis mengeraskan pembicaraannya; atau orang yang
mengintip informasi itu diberi kesempatan untuk mendengarkan, maka benarlah segala
informasi yang mereka dapatkan dan sebarluaskan dari para peserta majelis itu. Tetapi,
jika mereka merendahkan suaranya atau yang mengintip informasi itu tersesat, maka
informasi yang didapatkannya penuh dengan dusta dan dicampuri pendapat pribadi jin
dan setan itu.

Benarlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Mereka - setan-setan - itu turun kepada
tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa.” (QS. Asy-Syu'ara 26:222).

Alquran Al-Karim dengan terang-terangan menegaskan lewat lisan (perkataan dan


pengakuan) jin, bahwa perantara untuk mendapatkan ma'rifah atau inforrnasi melalui
cara mengintip dan memperhatikan alam ruh yang menjadi ciri khas jin itu telah
terhalang dengan diutusnya nabi penutup, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam.

Hal tersebut tercantum dalam surah Al-Jinn, “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat
menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya).
Tetapi sekarang, barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu
akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya) (QS. Al-Jinn 72:9).

Kerancuan masalah karakteristik mukjizat dengan adanya unsur-unsur


keluarbiasaan yang dicapai oleh sebagian ahli sihir dengan menggunakan jasa jin itu
tidak terbatas kepada adanya kemampuan jin untuk mengetahui informasi gaib dan
memberitahukannya - dan itu telah berakhir dengan ditutupnya kenabian, yakni dengan
kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Ternyata, masih ada unsur lain
yang berhubungan dengan sisi praktis yang dapat disaksikan oleh mata manusia dan
dapat pula dirasakan dengan alat perasa apa pun. Setelah mereka mengetahui hal itu,
mereka menganggap hal itu sebagai sesuatu yang luar biasa (istimewa).

Macam keluarbiasaan yang dimaksud di sini adalah kebengkokan (kejelekan) sifat.


Sebagaimana hal tersebut telah diungkapkan dalam Alquran, “Mereka - setan-setan - itu
turun kepada tiap-tiap pendusta lagi banyak dosa.” (QS. Asy-Syu'ara 26:222).

Tetapi kebengkokan sifat pun tidak merupakan satu-satunya dalil yang


membedakan perbuatan luar biasa ahli sihir dari mukjizat para nabi a.s. Yang jelas, kita
masih bisa mempelajari masalah tersebut secara objektif. Dan kita harus mencari

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

pengaruh materiel dari yang dicapai oleh jasa jin. Mungkin kita akan menemukan
sesuatu yang konkret yang membedakan mukjizat dari yang lainnya yang mempunyai
ciri keluarbiasaan.

Sebenarnya, ketika manusia menggunakan jasa jin untuk urusan-urusan konkret,


Hal. | 155
Hal. apa yang diinginkannya? Umpamanya, dia menginginkan jin untuk membawakan benda
materiel yang berat dari tempat yang jauh dalam jangka waktu yang sangat singkat
melebihi kemampuan manusia. Dan hal itu kadang-kadang dapat dipenuhi oleh jin atau
setan, sehingga diakui oleh orang-orang yang menyaksikannya sebagai sesuatu yang
luar biasa.

Tetapi, jika contoh seperti itu kita uraikan, kita akan mendapatkan bahwa hal itu
sebenarnya sejalan dengan hukum alam. Sebenarnya, hal tersebut merupakan hal yang
biasa karena jin diberi kekuatan dan kelembutan (baca: kehalusan) fisik yang lebih
daripada yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada manusia.

Ketika Nabi Sulaiman a.s. menggunakan jin untuk kebutuhannya, hal itu tidak
disebut mukjizat untuk dirinya. Bukankah ada hamba Allah dari kalangan manusia, yaitu
ahli ilmu yang diberi kekuatan rohani oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
memperlakukan materi melebihi apa yang dilakukan dan dimiliki oleh jin.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirrnan, “Berkata Sulaiman, "Hai pembesar-pembesar,


siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku
sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." Berkata 'lfrit -
yang cerdik - dari golongan jin, "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana
itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku
benar-benar kuat (untuk membawanya) lagi dapat dipercaya." Berkatalah seorang yang
mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak dihadapannya,
dia berkata, "lni termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku, apakah aku bersyukur atau
mengingkari (akan nikmat-Nya)." Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya
dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang kufur (tidak
bersyukur) maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya dan Mahamulia (QS. An-Naml 27:38-
40).

Jadi, sebetulnya semua yang dilakukan jin itu hanya merupakan pemanfaatan atau
pelaksanaan hukum alam dengan ukuran (kemampuan) yang diberikan kepada mereka,
dan kekuatan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada mereka. Kita belum
pernah mendengar atau menyaksikan ada seseorang yang menggunakan jasa
jin untuk memperlakukan suatu hukum alam dengan bentuk (cara) yang bertentangan
dengan yang telah dikenal manusia. Sebagai contoh, kita belum pernah mendengar
seseorang yang meminta bantuan jin untuk membuatnya mampu bertahan lama dalam
api tanpa terbakar dalam kondisi api menyala-nyala. Paling banter, jin hanya mampu
memadamkan api supaya tidak membakar manusia dengan kecepatan memadamkan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang lebih cepat daripada yang dilakukan oleh manusia. Juga dengan menggunakan
gaya atau teknik yang melebihi kemampuan manusia.

Tetapi hal itu tidak dengan sendirinya menunjukkan bahwa mereka telah melakukan
sesuatu yang bertentangan dengan hukum alam (sangat luar biasa). Sebab,
Hal. | 156
Hal. memadamkan api itu termasuk sesuatu yang telah dikenal oleh manusia. Bahkan, di
alam modern sekarang, memadamkan api kebakaran termasuk yang sangat mudah
untuk dilakukan. Jadi, pelaksanaan dan pemanfaatan hukum alam dengan bentuk
pelaksanaan yang lebih cepat dan dengan teknik yang lebih utama, tetap tidak disebut
sebagai suatu i'jaz (melemahkan kemampuan manusia). Dernikian pula hasilnya, tidak
disebut sebagai mukjizat.

Jin sebetulnya seperti manusia. Mereka semua didatangi oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Mereka ditantang dengan kemampuan mukjizatnya untuk
mendatangkan yang sepertinya. Mereka pun sama-sama menjadi sasaran dakwah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan


serombongan Jin kepadamu yang mendengarhan Alquran, maka tatkala mereka
menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk
mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya
(untuk) memberi peringatan. Mereka berhata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah
mendengarkan kitab (Al-quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan
kitab-kitab sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai
kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-
Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan melepaskan kamu dari azab
yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada
Allah, maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi, dan tidak ada
baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (QS. Al-Ahqaf
46:29-32).

Dalam surah Al-Jinn disebutkan, “Katakanlah (hai Muhammad), "Telah diwahyukan


kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Alquran), lalu mereka berkata,
"Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan, (yang) memberi
petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan sesungguhnya
kami tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami" (QS. Al-Jinn 72:1-2).

Dalam Alquran juga kita dapatkan adanya tantangan untuk melaksanakan perintah
yang dilontarkan kepada manusia dan jin. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu, hai manusia dan jin (QS. Ar-Rahman
55:31).

Selanjutnya pada ayat berikutnya disebutkan, Hai jamaah Jin dan manusia, jika kamu
sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (QS. Ar-Rahman 55:33).

Ayat-ayat Alquran Al-Karim tersebut menunjukkan bahwa jin masuk ke dalam


wilayah lingkungan risalah bersama-sama dengan manusia. Kaum jin itu berada pada
daerah dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam juga para nabi lainnya.
Hal. | 157
Hal. Mereka juga tertantang dengan tantangan mukjizat Nabi, khususnya berupa Alquran Al-
Karim. Dalil-dalil tersebut mestinya cukup menegaskan bahwa apa yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu jauh berbeda dengan apa yang
didatangkan oleh manusia dan jin.

Jika ternyata mukjizat yang dibawa oleh nabi itu berbeda (bertentangan) dengan
apa yang dikenal oleh manusia dan jin, maka tentu lebih berbeda lagi dengan apa yang
biasa dikenal dan dilakukan oleh makhluk-makhluk lain yang mempunyai derajat
lebih rendah daripada jin dan manusia. Kita belum pernah mendengar seorang nabi
menantang, untuk mernperkuat kenabiannya, sehingga dia dapat terbang ke udara,
atau dapat memindahkan barang-barang berat dalam jangka waktu yang sangat
cepat yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Karena, sebetulnya, kemampuan
terbang ke angkasa dan memindahkan barang-barang berat dalam waktu singkat itu
telah ditakdirkan kepada binatang lain, seperti burung dan hewan-hewan yang
biasa mengangkat barang berat. Hewan-hewan itu diberikan kemampuan-kemampuan
khusus oleh Allah.

Hanya mungkin saja kita akan mengatakan, bahwa malak (baca: malaikat) mungkin
dapat melakukan apa yang dilakukan atau diperlihatkan oleh para nabi.

Di sini terdapat titik terang dan benang merah yang jelas bahwa apa yang dibawa
oleh nabi itu, secara akal (rasio), tidak menghalangi kemungkinan Allah
memberlakukannya ke tangan seorang malaikat, jika hal itu dianggap oleh Allah sebagai
suatu tugas atau kewajiban malaikat. Atau sebagai pembebanan dalam rangka
melaksanakan suatu perintah yang harus dilakukan olehnya. Dan hal ini tidak menjadi
masalah karena malaikat tidak termasuk dalam wilayah atau lingkungan pelaksana
risalah. Dan nabi, dengan mukjizatnya, tidak pernah menantang malaikat sebab tidak
ada faedahnya bagi nabi untuk menantang malaikat. Dan yang menjadi masalah bukan
penantangan itu sendiri, justru penantangan dengan mukjizat yang dapat
menggantikan kedudukan (peran) firman Al-Haq (Allah Subhanahu wa Ta'ala), "Betul
hamba-Ku dalam apa yang disampaikannya dari-Ku."

Pernyataan seperti itu berguna untuk kepentingan pelaksanaan risalah yang


diemban setiap rasul. Sehingga, dia berhasil menggiring manusia untuk mengikuti jalan
hidup yang ditetapkan Allah yang dibawa oleh para nabi a.s. Dan hal itu tidak akan
terbukti kecuali dengan firman Allah atau yang menggantikannya. Karena malaikat itu
tidak berkepentingan dengan risalah, maka tidak ada faedahnya untuk membuktikan
suatu perbuatan yang sebenarnya mampu mereka lakukan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Mungkin termasuk yang tidak perlu diingatkan ialah bahwa Allah menggunakan jasa
sebagian malaikat untuk menyampaikan risalah atau manhaj Allah (jalan hidup manusia)
kepada rasul atau utusan Allah untuk disampaikan lagi kepada sasaran dakwahnya
dalam banyak kesempatan.

Hal. | 158
Hal. Berikut ini ada suatu perbedaan penting yang diungkapkan Alquran untuk
menguatkan perbedaan-perbedaan antara apa yang dibawa nabi dengan apa yang
diperlihatkan manusia lainnya, yang berupa hal-hal luar biasa. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:

“Sesungguhnya Alquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang
mulia (Jibril a.s.), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi
Allah, yang mempunyai Arasy, yang ditaati di sana (alam malaikat) lagi dipercaya. Dan
temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. Dan sesungguhnya
Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang
yang bakhil untuk menerangkan yang gaib. Dan Alquran itu bukanlah perkataan setan
yang terkutuk.” (QS. At-Takwir 81:19-25).

Dari berbagai muqaddamah (premis minor dan premis mayor) tersebut, kita dapat
menarik konklusi bahwa apa yang dibawa atau didatangkan oleh nabi-nabi a.s. berupa
mukjizat itu mesti di atas kemampuan manusia dan jin, serta jauh melebihi kemampuan
makhluk-rnakhluk lain yang mempunyai derajat lebih rendah daripada manusia dan jin,
juga mesti berbeda (bertentangan) dengan yang mereka kenal dan lakukan.

Kita telah mengetahui bahwa jin dan manusia telah diberi kekuatan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala untuk mengikuti hukum yang ditetapkan Allah pada materi. Allah
pun memberikan kemampuan kepada otak dan kekuatan mereka untuk
mengungkapkan hukum-hukum yang masih terpendam serta mengetahui keterkaitan
sebab dengan akibat yang masih belum tampak bagi manusia.

Dari situ, adalah wajar jika kita mengatakan bahwa mukjizat para nabi itu bukan dari
jenis pemanfaatan atau penggunaan hukum materi (alam) menurut bentuknya yang
telah dikenal, juga tidak berdasarkan tata aturan atau disiplin yang telah diketahui.

Juga wajar jika kita mengatakan bahwa mukjizat para nabi a.s. itu tidak didasarkan
kepada penggunaan hukum materi alam yang terpendam menurut bentuknya yang
telah berlaku. Jika tidak demikian, maka mukjizat tersebut akan menjadi taruhan
yang mencelakakan masa depan dakwah secara total. Dengan kata lain, jika para ulama
atau sarjana sains dapat mengungkap hukum tersebut mengikuti metode yang telah
biasa mereka kenal, maka dakwah yang disampaikan para nabi itu tidak akan diterima
oleh manusia. Apalagi jika para ulama itu dapat menggunakan (mengikuti) hukum
tersebut dengan mudah sekali, sebagaimana nabi menggunakannya dalam kondisi kritis
(al-halah al-iftira-dhiyyah).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Inti dari bahasan tersebut ialah bahwa mukjizat itu tidak datang melalui metode
perbuatan Allah yang biasa diterapkan kepada alam dengan mengikuti hukum kausalitas
(sebab akibat). Dia telah mengaruniakan kepada makhluk-Nya kekuasaan, ilmu, dan
kemampuan-kernampuan rasio yang memungkinkan mereka dapat mengungkapkan
berbagai hukum alam dan memanfaatkannya.
Hal. | 159
Hal.
Dan mukjizat itu datang mengikuti cara perbuatan dan pengetahuan lain dan
melalui metode perbuatan dan pengetahuan yang baru, tetapi Allah belum (tidak)
memperlihatkan kepada makhluk-makhluk-Nya dan belum memungkinkan bagi
mereka untuk memanfaatkannya.

Jadi, sesungguhnya mukjizat itu tidak mengikuti hukum alam disertai kondisi-kondisi
yang cocok, serta tidak mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku pada alam setelah
tersedia segala sebab-sebabnya. Mukjizat juga menggunakan atau memanfaatkan
kaidah dan hukum yang berbeda atau bertolak belakang dengan hukum alam yang
berlaku bagi kebanyakan manusia biasa yang bukan nabi.

Mukjizat, sebetulnya, tidak memanfaatkan hukum alam apa pun dengan cara yang
kontradiktif. Tetapi, hukum (qanun) yang menjadi sasaran harus dipahami oleh para
sarjana sains sebagai sebab-sebab dan hasil-hasil konklusi, dan pengaruhnya bercampur
dengan instink semua orang awam. Sehingga, kebenarannya diterima oleh hati mereka
sebagai suatu akidah atau keyakinan yang tidak mengandung keraguan dan tidak
mengundang perdebatan. Ketika nabi memanfaatkan hukum dengan cara yang
kontradiktif dan mungkin tidak mengikutinya secara total padahal kondisi-kondisinya
telah lengkap dan siap dipergunakan, maka pada saat itu manusia lebih tertarik untuk
menaati apa saja yang dibawa oleh nabi a.s. Dan, pelaksanaan mukjizat pun benar-
benar menggantikan firman Allah, “Benar hamba-Ku pada setiap apa yang
disampaikannya dari-Ku,”

Berdasarkan berbagai pernyataan dan bahasan yang lalu, kami ingin mengetahui
hakikat dan sifat mukjizat, dan bagaimana pula mukjizat materiel dapat menunjukkan
kebenaran seorang nabi.

Sebetulnya apa yang telah kami sebutkan harus dianggap cukup untuk menjelaskan
tujuan utama dan maksud penting dari apa yang kami inginkan. Tetapi para ulama salaf
menyebutkan banyak hal dan menyebarluaskan berbagai problematika yang
semuanya bermuara pada satu pertanyaan, "Apakah ada hal-hal luar biasa (khawariq li-
al- 'adah) yang dicapai oleh orang-orang selain para nabi? Jika ada, lalu apa hubungan
dan kaitannya dengan mukjizat?"

Untuk menjawab pertanyaan tersebut terdapat banyak peristilahan seperti sihir,


keramat atau karamah, ma'unah, ihanah, dan lain-lainnya.

Kami akan mengemukakan sebagian peristilahan tersebut untuk kemudian

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

menjelaskan kaitannya dengan mukjizat. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah
(kepada hamba-hamba-Nya).

1. Sifat Sihir

Hal. | 160
Hal. Sifat atau ciri-ciri spesifik sihir atau karakteristiknya, menurut orang-orang yang
mengakui eksistensinya, adalah seperti yang dijelaskan oleh salah seorang sarjana
(ulama) peneliti dan pembahas. Dia mengatakan:

(1) Sihir,secara etimologis,ialah setiap yang halus dan samar pengambilannya. Seperti
dikatakan: 'ayn sahirah, "pandangan halus dan samar". Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya sebagian penjelasan itu
adalah sihir karena menarik perhatian."

(2) Menurut konsepsi Alquran, sihir adalah tahhyil atau pengkhayalan (penipuan
dengan khayal) yang dapat menipu pandangan manusia, sehingga terlihat pada
mereka apa yang tidak terjadi sesungguhnya. Hal ini seperti diisyaratkan Alquran,
“Musa berkata, "Silahkan kamu sekalian melemparkan (dahulu)." Tiba-tiba tali-
tali dan tongkat-tongkat mereka terbayang pada Musa seakan-akam merayap dengan
cepat, lantaran (kekuatan) sihir mereka (QS. Thaha 20:66).

(3) Sihir berupa hilah (siasat atau tipu muslihat) dan sulap (sya 'wadzah) atau berupa
keahlian atau keterampilan 'ilmiah (shina’ah ilmiyyah) yang samar dan diketahui
oleh sebagian orang. Boleh jadi sebagian sihir merupakan pengaruh arwah (ruh-
ruh) dan pengaruh at-tanwim al-maghnathisy (obat bius).

Jadi, sebenarnya sihir itu didasarkan kepada suatu keahlian atau keterampilan yang
dapat dipelajari dan dilatih. Karena sihir menurut pernyataan ini mempunyai kaidah-
kaidah tertentu, pokok-pokok khusus yang dapat dipahami, dan bahkan ada guru
dan pakarnya.

Hanya saja, keahlian atau keterampilan itu tampak halus, khusus, dan lembut serta
disandarkan kepada isyarat dalam mempengaruhi indera dan memperdayakannya. Jika
indera manusia telah terpedaya dan terpengaruh, maka jiwa akan memberikan
sejumlah informasi yang berlebihan atau yang tidak berjalan secara wajar menurut
tabiatnya. Timbullah dalam jiwa suatu pengaruh tertentu secara terus-menerus sehingga
melahirkan suatu perasaan rela atau suatu ikatan yang menetap. Hal itu dapat
diumpamakan seperti suatu kuman yang rela berada di situ atau suatu virus yang
menimpa badan dan mengurangi keseimbangannya padahal sebenarnya tidak ada
kuman. Mungkin juga di situ ada suatu penyebab yang menimbulkan kekurangan dalam
keseimbangan badan, bahkan melahirkan penyimpangan terhadap tata aturan atau
hukum yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Itulah ringkasan secara global mengenai ciri-ciri sihir menurut orang-orang yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

mengakui eksistensinya. Sifat sihir semacam itu tampak longgar dan dapat dimasuki hal-
hal baru, seperti obat bius (at-tanwim al-maghnathasy), menghadirkan arwah,
dan lain-lainnya.

2. Sihir dan Kedokteran


Hal. | 161
Hal.
Para sarjana fisika dan sarjana anatomi, serta orang-orang yang menggeluti
berbagai disiplin ilmu dan keahlian (keterampilan) yang berhubungan dengan alam
materi dan khususnya alam hewani, bersaksi bahwa alam dunia ini semuanya berjalan
mengikuti hukum atau tata aturan yang lengkap, kaidah-kaidah, dan 'ilal (sebab dan
akibatnya atau kausalitas) yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Sehingga, jika ada suatu sebab, misalnya penyakit, pasti ada akibat yaitu obat. Dan jika
sebabnya tidak ada, maka akibatnva pun tidak ada.

Para pakar filsafat dan para pemikir menggabungkan berbagai hukum parsial
(juz'iyyah) tersebut dan mengangkatnya ke sebab umum atau 'illah kulliyyah atau juga
kausa prima, yang mereka sebut dengan nama muqaddas (yang disucikan), yaitu Allah
Yang Mahaagung. Para tokoh agama meyakini dan mempercayai ini semua. Tetapi
mereka beserta sebagian filosof berpendapat bahwa permasalahan hukum kausalitas itu
merupakan hubungan keterikatan yang biasa (irtibath 'ady). Dengan demikian, bisa saja
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengangkat atau tidak memberlakukan hukum-hukum alam
ini atau sebagiannya dalam kondisi-kondisi khusus, yang menurut sebagian ahli (pakar)
disebut mukjizat. Kemudian hal ini dijadikan alat untuk menetapkan dan mengokohkan
kenabian para nabi. Sementara, menurut sebagian pakar (ulama) lainnya, hal itu dapat
diperluas, tidak sebatas mukjizat para nabi, sehingga dalam kondisi-kondisi tertentu,
mencakup keramat atau karamah. para wali dan lain-lainnya.

Itulah kaidah umum, yang tampaknya saya tidak menyangka ada orang yang
menentang hal tersebut. Sedang materi fisik manusia termasuk yang dikandung kaidah
umum tersebut, yang tunduk kepada sejumlah hukum-hukum umum dan hukum-hukum
khususnya. Materi fisik manusia juga mernpunyai hubungan yang bergantian dengan
alam raya yang luas ini.

Jika fisik materiel dapat hidup dalam kondisi-kondisi normal (biasa) sejalan dengan
hukum-hukum alam yang telah ditetapkan, dan dia dijadikan untuk mengikuti hukum
tersebut, maka fisik materiel tersebut berarti menjalani kehidupan yang normal
(biasa).

Adapun jika tiba-tiba datang kepadanya sesuatu, atau dia mengalami sesuatu yang
tidak sejalan secara normal dengan hukum-hukum alam tersebut, atau mungkin tidak
mengikuti hukum-hukum alam secara total, maka kita menganggapnya atau
menghukuminya, bahwa dia hidup di bawah kondisi-kondisi sakit, dan ia menjalani
perikehidupan yang tidak normal atau tidak biasa (yumarisu hayat ghairi 'adiyyah).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Kondisi-kondisi sakit (zharuf maradhiyyah) tersebut kadang-kadang diketahui


sebab dan alasan (‘ilal)-nya. Dan kondisi-kondisi sakit itu pun berkaitan dengan karakter
sebab dan alasan yang timbul.

Para pemula dalam ilmu kedokteran dapat mengenali sebab-sebab dan alasan-
Hal. | 162 alasan tersebut keseluruhannya. Bahkan, mereka pun mampu mengetahui hakikat dari
Hal.
keseluruhan sebab dan alasan tersebut.

Itulah kondisi-kondisi sakit yang tidak akan kami pahami secara mendalam untuk
kepentingan keahlian sihir ini. Kami pun tidak akan mengkaji secara dalam terhadap
rasionalitas yang berhubungan dengan seni sihir ini. Kecuali jika ada sebagian perangkat
perantara dan kemungkinan-kemungkinan (potensi kemampuan) yang hilang.

Dapat saja kita meringkaskan sebab dan alasan tersebut dalam susunan dua
macam kejadian (peristiwa) yang clikatakan oleh para dokter dalam permasalahan
zhahirah maradhiyyyah "fenomena sakit" dan pembatasannya. Mereka mengatakan, jika
ada suatu penyakit, itu berarti ada semacam kelemahan fungsional dari salah satu atau
beberapa anggota tubuh. Dan itu sebagai akibat dari adanya pengaruh, baik dari luar,
maupun dari dalam. Pengaruh tersebut mengenai bentuk atau warna/karakter lain
dalam susunan anatomisnya sampai suatu batas yang kadang-kadang tampak jelas dan
dapat dilihat dan dikenali oleh mata telanjang. Mungkinjuga bekas atau pengaruh itu
tidak jelas, sehingga untuk melihat dan mengenalinya diperlukan mikroskop atau alat-
alat lainnya yang dapat dipergunakan untuk mengkaji dan meneliti suatu benda. Benda
yang mempengaruhi anggota tubuh manusia itu boleh jadi salah satu dari faktor-faktor
berikut ini:

1. Pengaruh alam atau fisikal, seperti kondisi sangat panas atau sangat dingin; atau
adanya penerangan (terlalu terang) dan lain-lainnya.

2. Pengaruh kimiawi, seperti karena unsur-unsur asam dan lain-lainnya,

3. Pengaruh mekanik. Mungkin semua pengaruh yang telah disebutkan itu dapat
digabungkan dengan suatu istilah yaitu al-ishabat (terkena musibah). Tetapi,
tampaknya masih ada pengaruh lain, yaitu:

4. Pengaruh biologis, seperti adanya bakteri, virus, dan lain-lainnya.

5. Pengaruh hormon. Telah diketahui bahwa guncangan (gangguan) apa pun yang
terjadi pada keseimbangan hormonal dalam fisik bisa berlanjut sampai
menimbulkan kondisi-kondisi sakit yang telah dikenal. Dan keguncangan seperti
itu ada sebab-sebabnya.

6. Pengaruh genetik (atsar wiratsy). Ada banyak penyakit yang timbul pada
seseorang sebagai penyakit turunan (genetik) yang berhubungan dengan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

penciptaan unsur sel tubuh dan sifat-sifat turunan yang mengandung hormon
laki-laki (spermatozoa) dan hormon perempuan (ovum).

7. Pengaruh-pengaruh psikologis dan lingkungan makanan (bl'ah ghidza'iyyah).

Hal. | 163
Hal. Jika kita dihadapkan kepada keadaan sakit apa pun, maka langkah pertama adalah
mengenali anggota tubuh atau alat kelengkapan tubuh kita yang lemah dalam
melaksanakan fungsinya. Setelah itu baru mengenali apa yang mempengaruhinya.
Dan sampai sejauh mana penyakit itu mempengaruhi susunan anatomis dan fungsional
pada anggota tubuh atau alat kelengkapan tubuh yang ada pada badan secara
keseluruhannya.

Pengobatan terhadap penyakit tersebut diarahkan untuk berbagai segi


(kepentingan). Untuk melenyapkan (menyelamatkan diri) dari pengaruh yang
mempengaruhi badan sehingga sakit atau untuk sekadar meringankan kemampuannya
dalam mempengaruhi badan. Juga untuk memperbaiki susunan (struktur) anatomis dan
fungsional. Lalu diusahakan untuk mengembalikan susunan tersebut kepada asalnya
sehingga dapat menggantikannya.

Sebagai contoh, seseorang terkena influensa. Influensa ini suatu istilah fenomenal
yang mengindikasikan berbagai gejala atau ciri/tanda yang tampak sebagai akibat
adanya kelemahan fungsional pada salah satu anggota tubuh, misalnya pada paru-paru,
tenggorokan, atau pada saluran ingus dan pembuluh napas. Yang menjadi penyebab dan
yang paling berpengaruh di sini adalah virus influensa. Dalam mengobati penyakit
tersebut, diutamakan melenyapkan virus yang menjadi penyebab dan yang
mempengaruhi badan. Lalu mengusahakan meringankan atau memperkecil pengaruh
virus tersebut, kemudian pengobatan alat kelengkapan tubuh yang terkena penyakit
(virus) tersebut.

Tekanan Darah Tinggi

Yang mempengaruhi badan atau yang menyebabkan sakit tekanan darah tinggi
ada banyak faktor. Ada faktor keturunan (genetik), faktor psikologis, dan faktor
hormonal. Kesemuanya menimbulkan kelemahan fungsional pada alat kelengkapan
tubuh yang berputar mengedarkan darah. Lalu timbullah tekanan darah tinggi dengan
indikasi yang telah kita kenal.

Berkenaan dengan penyakit ini, pengobatannya diarahkan kepada penyebab yang


mempengaruhi lahirnya penyakit dan anggota tubuh yang terkena penyakit tersebut.

Mungkin Anda telah mengetahui, bahwa orang-orang yang mempunyai spesialisasi


dalam kedokteran akan mengatakan bahwa penyakit itu merupakan suatu fenomena
(gejala) yang mempunyai sebab yang dapat dipahami dan kaidah-kaidah
tertentu yang dapat dikenali dengan ilmu nazhary "teoretis analitis", ditambah dengan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

latihan-latihan praktis. Selain itu, diperlukan juga berbagai sarana dan prasarana (wasa'il)
yang mengantarkan peneliti atau pengkaji untuk mengetahui sesuatu yang lembut
(halus) dan samar penjelasannya.

Profesi kedokteran dengan bentuk semacam itu jelas jauh berbeda dengan profesi
Hal. | 164 sihir, baik dalam segi sifatnya, maupun dari segi keistimewaan masing-masing yang
Hal.
membedakan keduanya dari segi hakikatnya.

Kedokteran tidak mengungkapkan hal yang gaib dan tidak mengkhayalkan sesuatu
yang sesungguhnya tidak terjadi. Orang yang berprofesi sebagai dokter juga tidak boleh
seorang dajjal (pendusta) atau bekerja sama dengan para dajjal lainnya. Kedokteran
mendasarkan praktiknya kepada sebab dan akibatnya serta mencari kesimpulan atau
hasil dari Pembuat Hukum Alam dan Pemberi Nikmat.

Sementara, pada saat yang sama, sihir di antara spesifikasinya tidak bisa
mengobati penyakit karena serangan kuman yang menimpa fisik manusia, atau
menghilangkan virus yang menyerang sel-sel tubuh, atau mengobati kelemahan hormon
yang mempengaruhi ketahanan tubuh. Hal itu karena sebab-sebab timbulnya penyakit
termasuk dalam lingkungan bahasan ilmu praktik atau percobaan ('ilm tajriby) dan
berlaku pada medan percobaan materiel.

Jika kita mendengar ada pengobatan (terapi) yang diarahkan untuk melenyapkan
kuman, atau untuk mengobati kelemahan fungsional mekanis anggota tubuh supaya
kembali normal dan seimbang tanpa mengikuti metode yang telah kita kenal dari dunia
kedokteran, maka hendaklah orang yang melakukan pekerjaan seperti itu
menyebarluaskan temuannya atau menginformasikannya kepada semua orang. Mereka
juga diharapkan dapat membukukan atau mencatat secara kronologis tahap-tahap
perkembangan ilmu (sains) yang unik tersebut, termasuk efek atau hasil-hasil dan
pengaruh-pengaruhnya. Dengan cara atau metode seperti itu, barangkali kita dapat
mempercayai apa yang mereka katakan, bahwa hal itu merupakan temuan dokter -
dokter spesialis atau bahkan hasil penelitian profesor dalam kedokteran di alam
modern sekarang ini.

Adapun jika terapi yang belum dikenal di dunia kedokteran semacam itu belum
terjadi, lalu ada ungkapan-ungkapan (slogan-slogan) yang mengiklankan suatu pusat
pengobatan atau suatu perkumpulan dokter, maka sebaiknya hal demikian tidak perlu
diperhatikan karena hal itu tidak termasuk usaha terapi suatu penyakit: Kecuali jika
bermaksud untuk meremehkan atau merendahkan ilmu kedokteran dan para dokternya,
atau merupakan tantangan bagi masyarakat dan para sarjananya, atau
juga sekaligus meremehkan para tokoh agama yang berbeda-beda wawasannya, atau
boleh jadi merupakan pelecehan terhadap norma-norma agama.

Di samping itu, sikap tidak etis tersebut merupakan pelecehan terhadap akal
manusia, mempermainkan perasaan para tokoh (jamahir), sekaligus mengganggu

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

perasaan para penderita yang sedang membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk


menyelamatkan mereka dari ancaman penyakitnya. Orang yang sedang menderita itu
tidak memerlukan khayalan-khayalan yang justru akan menggiring mereka ke jurang
kesesatan. Sebenarnya para penderita itu hanya tinggal menunggu kapan diantarkan ke
lubang kubur. Atau, paling tidak, mereka akan menderita kelemahan daya tahan tubuh
Hal. | 165 karena penyakit yang terus menggeragoti mereka. Dan jika telah kronis, maka
Hal.
kemungkinan untuk sehat pun sangat tipis.

Majalat As-Sihr (Medan Operasional Sihir)

Untuk menjelaskan medan operasional sihir, terdapat sedikit problema sesuai


dengan kesimpulan di atas mengenai sihir. Yakni, bahwa sihir itu medannya bukan
melakukan terapi atau mengobati penyakit dengan metode pengenalan terhadap sebab
timbulnya penyakit. Lalu, apa dan di mana medan operasional sihir itu? Apa pula medan
atau lapangan kerja (operasional) sihir bagi mereka yang mengakui keberadaannya?

Seperti diketahui dari penjelasan yang lalu mengenai keberadaan sihir, manusia
terbagi ke dalam dua kelompok besar. Yakni, ada yang mengakuinya sebagai suatu
realita (hakikat), ada juga yang tidak. Menurut pendapat yang kedua ini, sihir hanya tipu
muslihat belaka. Dan pada saat yang sama, saya sependapat dengan Anda yang
mengakui sihir sebagai suatu realita. Dengan kata lain, sihir itu ada dan berpengaruh,
serta mempunyai medan atau lapangan yang khusus. Karena itu, saya memandang perlu
untuk menerangkan majal as-sihr (medan operasional sihir) tersebut, sehingga akan
menambah wawasan bagi mereka yang mengakui keberadaannya.

Untuk menjelaskan medan operasional sihir tersebut, penulis akan menggunakan


dua pendekatan sekaligus. Yakni, pendekatan analitik kritis dengan pemecahan rasional.
Kemudian, pada saat yang sama pun, medan sihir tersebut dijelaskan lewat pendekatan
historis (dengan mengungkap kembali berbagai kejadian yang telah lalu). Jadi, di
samping kami akan memecahkan fenomena sihir secara rasional, kami juga akan
menoleh kembali sejarah khusus asal-usul fenomena sihir tersebut untuk dijadikan
ukuran konkret.

Para sarjana (ulama) membahas fenomena sihir ini sebelum kita berpendapat
bahwa sihir itu merupakan fenomena sosial kemasyarakatan. Sedangkan fenomena
sosial kemasyarakatan sangat berbeda dengan fenomena alam atau fisika (zhahirah
riyadhiyyah). Fenomena alam (ilmu pasti) itu sifatnya tetap dan tidak berubah, serta diam
tidak bergerak. Adapun fenomena sosial adalah fenomena agama. la selalu bergerak dan
berubah-ubah. Sedang fenomena sihir bukan fenomena ilmu pasti (ilmu
alam/fisik), tetapi merupakan fenomena sosial. Karena merupakan fenomena sosial,
maka fenomena sihir selalu bergerak dan tidak tunduk kepada kondisi umum yang tetap.
Fenomena tersebut tidak menampakkan keistimewaan (karakter khusus) yang
sama pada setiap waktu. Perantara (sarana dan prasarana) yang menjadi sandarannya
pun tidak selalu sama pada setiap zaman. Perantara itu selalu mengikuti perkembangan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

zaman. Demikian pula warnanya.

Sekarang, kami akan mengemukakan kepada Anda, sidang pembaca yang


budiman, cara-cara (metode) sihir secara operasional yang bermacam-macam dan
berbeda-beda. Akan Anda lihat nanti, bahwa apa yang dahulu terlihat sebagai sihir,
Hal. | 166 sekarang telah terbuka hijabnya bagi rasionalitas yang mendasari sains materil ('ulum
Hal.
madiyyah). Dengan demikian, jelaslah bahwa yang disebut sihir ketika itu hanya dusta
(dajjal) belaka dan hanya khurafat (khayal) pada sebagian orang yang sesat dan
menyesatkan orang lain yang sepaham dengannya.

Ibn Hajar Al-Haitsami memberikan definisi atau batasan mengenai medan sihir itu
kepada kita. Beliau memperkenalkan medan-medan sihir yang terjadi pada masa beliau
dan masa-masa sebelumnya ketika beliau mengarang sihir dan mengklasi-
fikasikan macam-macam sihir. Ibn Hajar Al-Haitsami berpendapat, bahwa sihir itu terbagi
atas beberapa bagian.

Pertama, sihir yang dilandaskan kepada pengakuan ahli sihir bahwa mereka
mengetahui ilmu nujum (sebagai astronom). Mereka juga mengakui adanya pengaruh
astronomi itu terhadap kehidupan manusia. Untuk mendapatkan itu ada ilmu
pengetahuan (teorinya) dan kaidah-kaidahnya. Dulu banyak orang yang tertipu dan
terpesona dengan bintang-gemintang. Sampai-sampai sebagian dari mereka ketika itu
berkeyakinan bahwa bintang-gemintang itu bukan saja sangat mempengaruhi
perikehidupan manusia, tetapi lebih jauh daripada itu mereka mengakui bahwa
kekuasaan bintang-gemintang itu sangat menentukan alam. Menurut mereka,
bintanglah yang mempengaruhi alam, sedang alam tidak mempengaruhi bintang.
Sehingga, hanya kepada bintanglah manusia harus menyatakan tunduk secara sempurna
disertai persembahan yang mutlak.

Sementara menurut sebagian lagi dari mereka, keyakinan pertama itu harus
diringankan (dikurangi atau disederhanakan): Menurut mereka ini, bintang-gemintang
memang berpengaruh terhadap siapa dan apa yang ada di bawahnya. Karena bintang itu
memang mempunyai keistimewaan, seperti bentuknya yang bulat dan tampak
mempunyai kesempurnaan bentuk. Tetapi, pada saat yang sama, bintang pun adalah
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan yang lebih tinggi dan lebih berkuasa, serta lebih
mulia daripadanya. Perbedaan ini telah tampak sejak dahulu, yaitu pada zaman Babilonia
seperti para penyembah bintang itu. Keyakinan seperti itu akan tampak di kemudian hari
melalui tulisan para filosof Pada masa kenabian Nabi Ibrahim a.s., akidah atau keyakinan
seperti itu dihancurkan dan dilenyapkan.

Kedua, sihir yang tidak ada kaitannya dengan bintang-gemintang, tetapi


berhubungan dengan orang-orang yang mempunyai khayalan (awham/paham-paham)
dan jiwa yang kuat. Dengan perantara tertentu, dia dapat mempengaruhi sebagian
orang.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Ketiga, sihir yang dalam operasionalnya menggunakan perantara berupa jin.


Sementara hakikat jin termasuk masalah yang masih diperdebatkan. Tetapi kami
termasuk yang mengakui keberadaannya dan tidak menafikan wujudnya. Kami juga
menetapkan bahwa jin itu mempunyai pengaruh sesuai dengan kekuasaan dan kekuatan
yang diberikan oleh Allah kepadanya. Bukankah Anda-yang sepakat dengan saya-
Hal. | 167 berpendapat bahwa dari segi karakteristik tabiatnya, jin itu berupa badan atau fisik
Hal.
halus yang dapat melihat kita, tetapi kita pada umumnya tidak dapar melihatnya.
Mungkin saja jin mengenakan pakaian materiel dan kepadanya dikenakan hukum yang
lazim untuk materi, juga akan hancur dengan hancurnya materi tersebut.

Karena jin itu berupa fisik halus, maka dia dapat saja melakukan berbagai pekerjaan
yang berat sekalipun dan melakukan berbagai pekerjaan berat sesuai dengan
kemampuannya yang melebihi kemampuan kita. Kekuatan atau kekuasaannya juga
melebihi kekuatan atau kekuasaan kita, sebab kekuasaan dan kekuatan kita harus
melalui penggunaan indera. Padahal indera kita terlarang untuk mengenali makhluk-
makhluk halus (ruh) seperti jin itu. Oleh karena itu, sesuai dengan karakteristik fisik
jin, pekerjaan yang mereka hasilkan pun lebih merupakan barang-barang halus, lembut,
dan samar pula. Pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya lembut/halus itu memang sejalan
dengan tabiat sihir secara umum.

Sebelum Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus sebagai nabi dan
rasul, para ahli sihir dari kalangan jin itu dapat mengintip berita-berita gaib atau yang
disebut istiraq as-sama'. Setelah berita hasil curian itu mereka dapatkan dari langit,
mereka turun ke bumi, lalu mereka sebarluaskan setelah dicampuri berbagai hal yang
menyesatkan. Mereka memberitahukan sesuatu yang gaib atau apa yang akan terjadi
pada masa datang melalui metode istiraq as-sama' (mencuri-curi berita). Dan, setelah
Nabi Muhamrnad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diutus menjadi rasul, mereka tidak lagi
diberi kesempatan untuk melakukan hal yang sama.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Kecuali setan-setan yang mencuri-curi


berita yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang”
(QS. Al-Hijr 15:18).

Pada surah Al-Jinn disebutkan, “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki
beberapa tempat di langit itu untuk mendengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang,
barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai
panah api yang mengintai (untuk membakamya) (QS. Al-Jinn 72:9).

Keempat, sihir yang menggunakan penipuan (manipulasi) inderawi. Masalah


tersebut diakui secara praktis faktual. Bukankah Anda melihat percikan hujan itu
bagaikan rangkaian benang yang bersambung-sambung, padahal sebenarnya berpisah-
pisah? Bukankah penumpang kereta api melihat kereta apinya diam dan bumi yang
berjalan? Dan ahli sihir yang menggunakan fenomena semacam ini mempunyai
kemampuan dan pengalaman serta keringanan pada tangannya sehingga dapat

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

memperdayakan akal orang-orang.

Kelima, sihir yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki berbagai ilmu dan
pengetahuan (sains) mengenai keistimewaan materi dan asal-usul alam berdasarkan
ilmu pasti. Mereka menggunakan hal-hal tersebut dengan segenap keistimewaannya
Hal. | 168 dalam suatu tatanan yang kokoh unik (nizham muhkam daqiq) dan dapat melahirkan
Hal.
suatu hasil yang kemudian dapat mempengaruhi rasio orang-orang yang mempunyai
kemampuan atau kepintaran sederhana pun.

Pada masa lalu orang yang mempunyai akal cerdik tidak mampu membenarkan
kepandaian atau kecerdikan salah seorang di antara ahli sihir yang menyusun (merakit)
suatu patung kuda disertai seruling berdasarkan kaidah-kaidah arsitektur tertentu.
Pembuatan patung tersebut dilakukan dengan perhitungan yang mendalam dan dalam
waktu yang telah ditentukan. Setelah sampai pada batas waktu yang telah ditentukan,
maka kuda yang berekor besar itu pun meniup seruling dengan tiupan yang men-
cengangkan orang-orang yang hadir ketika itu. Mereka menganggap bahwa itu adalah
hasil pengaruh sihir terhadap materi (benda). Tetapi anak-anak di zaman sekarang dapat
mengetahui rahasia alat tersebut. Sementara orang-orang dewasanya juga berasumsi
bahwa benda seperti itu termasuk barang yang dapat membantu menumbuhkan
kecerdasan otak anak-anak. Mereka memanfaatkan rahasia alat tersebut untuk
membuat alat-alat yang disandarkan pembuatannya kepada Al-Zamblak(?)

Dari sisi pemanfaatan barang-barang secara ilmiah dalam mempengaruhi otak


orang-orang cerdas adalah penggunaan obat-obatan, dedaunan (rumput yang dipakai
obat), dan proses kimiawi yang dapat mempengaruhi otak manusia, baik
mengaktifkannya, maupun membekukannya (membodohkannya). Di samping dapat
mempengaruhi gerakan mekanik pada badan atau fisik manusia.

Ada juga beberapa kelompok manusia pada berbagai zaman yang mencoba untuk
mengikat (mempengaruhi) hati dan mengacaukannya. Seperti pengakuan salah seorang
di antara mereka ialah bahwa dia mengetahui isim a 'zham (isim atau nama Allah Yang
Agung), atau penggunaan jasa jin, atau, siapa yang melewati suatu tempat, maka dia
akan terkena ini atau itu. Mereka pun menguatkan pengakuannya itu dengan berbagai
kata-kata yang tidak dipahami maknanya oleh kebanyakan orang selain ahli sihir yang
dicampuri dengan mantra-mantra dan isme-isme (isu-isu) yang dapat menakut-nakuti
hati manusia dan mengacaukannya.

Di samping itu, mantra-mantra seperti itu juga dapat mempengaruhi dan


menguasai insting (pembawaan) serta menahannya. Jika hal itu berhasil, maka penderita
menjadi sangat sedih dan gundah, pengkhayalan pun semakin aktif. Penderita pun akan
sering membayangkan dan mengkhayalkan hal-hal yang sebetulnya tidak terjadi. Tentu
saja hal itu sangat mempengaruhi jasad. Seperti diketahui, faktor psikologis sangat
mempengaruhi mekanisme fisik-rnateriel dan penyaringan hormon. Akibatnya, orang
yang terkena gangguan seperti itu akan sakit. Terapinya mungkin lewat cara yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

paradoks ('aksiyyah). Tetapi mungkin juga dapat diobati dengan suntikan dan obat-
obatan konvensional.

Dari sejumlah macam sihir tersebut dapat disimpulkan bahwa sihir itu tidak
mempunyai medan dalam mempengaruhi fisik manusia keeuali pada beberapa wilayah
Hal. | 169 (tempat)" tertentu saja. Dan sihir terlalu jauh untuk diidentikkan, dari segi lapangan
Hal.
kerjanya, dengan medan kerja kedokteran. Bahkan tak ada hubungan kedokteran
dengan sebab-sebab sihir itu.

Berdasarkan konklusi tersebut, kita dapat mengatakan bahwa orang yang


beranggapan sihir itu dapat mengobati suatu penyakit yang disebabkan oleh kelemahan
hormon dan virus, atau karena kelemahan mekanis, maka sebetulnya anggapan itu keliru
atau salah. Asumsi atau pengakuan seperti itu tidak mempunyai landasan yang benar
dan tidak akan ada orang 'alim handal yang akan menerima pernyataan seperti itu. Tetapi
itu tidak berarti bahwa sihir tidak dapat mengobati suatu penyakit sama sekali.
Hanya yang pasti, sihir mempunyai medan kerja yang khusus dan mengobati penyakit
dengan gayanya yang khas pula. Tetapi kemungkinan ini pun tidak bersifat umum dan
mencakup berbagai penyakit. Yakni, kemampuan sihir dalam mengobati penyakit itu
dalam batas-batas yang sangat sempit sekaIi. Dan batasan-batasan kemungkinan
kemampuan sihir mengobati suatu penyakit itu sebetulnya sangat jelas dan mudah
dipahami oleh kita.

Jika sihir tidak dapat mengobati berbagai penyakit yang biasa ditangani oleh para
dokter, maka jelas sihir itu hanya dapat mengobati berbagai penyakit yang ditimbulkan
oleh sihir dan para ahli sihir lagi. Jika ada penyakit yang menjangkiti badan bukan karena
adanya kuman atau virus, atau sebab-sebab materiel, tetapi justru lewat cara lain yang
hanya diketahui oleh ahli sihir sendiri karena adanya perbuatan sihir, maka untuk
menyembuhkan seorang ahli sihir harus menyakiti dahulu, yakni lewat proses sihir. Inilah
muqaddimah primer (premis minor primer) yang mendasar supaya sihir dapat
mendermakan khidmatnya yang diharapkan banyak orang. Tentu saja permulaan
pengobatan seperti itu tidak terpuji, karena pengobatan seperti itu hanya akan
melahirkan konklusi (hasil) yang sangat lemah.

Berbeda dengan sihir, kedokteran merupakan pekerjaan yang baik dan mulia, jika
hal itu didorong oleh .motivasi yang terpuji. Dan orang-orang yang menjadi dokter
adalah orang-orang yang mulia pula, bahkan 'mereka adalah orang-orang pilihan karena
mereka bersedia mengobati berbagai penyakit yang tidak ditimbulkan oleh mereka
sendiri. Profesi mereka pun bukan menyakiti dahulu lalu mengobati apa yang mereka
sakiti. Untuk mengobati suatu penyakit, dokter tidak mensyaratkan harus menyakiti
pasien dahulu. Sama sekali tidak, karena yang demikian hanyalah profesi ahli sihir.

Sedang sihir sudah pasti jelek dan jahatnya. Para ahli sihir adalah orang-orang yang
jahat dan berbahaya. Mereka sesat dan menyesatkan karena pengantar untuk
pengobatan yang menjadi landasannya pun tidak baik. Mereka menyakiti dahulu baru

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

mengobati apa yang mereka sakiti. Jadi, ahli sihir itu menetapkan syarat primer
"menyakiti pasien" untuk menghilangkan penyakitnya. Atas dasar itu, orang yang
beranggapan bahwa medan kerja sihir itu luas, bahkan mencakup penyakit yang biasa
diselesaikan dengan kedokteran, maka mereka perlu mengeluarkan dalil dan
bukti-bukti argumentatif untuk membenarkan pengakuannya itu. Tetapi dalil dan bukti
Hal. | 170 yang dimaksud bukanlah suatu metode yang biasa mengubah sifat atau karakter sihir
Hal.
dan membuat kebohongan-kebobongan. Karena kami pun sering mendengar
macam-macam sihir yang tampak dan eksis pada suatu zaman, lalu menghilang setelah
ditemukan rahasianya. Sebagai contoh adalah fenomena menghadirkan arwah yang
pernah ramai pada tahun 1950-an dan 1960-an.

Sesungguhnya sihir merupakan fenomena sosial kemasyarakatan. Rahasia-


rahasianya dapat diketahui oleh para sarjana sosial. Menurut pengamatan mereka, sihir
itu merupakan suatu zhahirah atau gejala seperti gejala lainnya. la suka berubah-ubah
dan bergerak maju, dan pada setiap masa tampil dengan sifat dan karakter yang cocok
dengan perkembangan masa tersebut. Fenomena sihir itu lebih sering tampak pada
lingkungan orang-orang sakit untuk mengganggu (memanfaatkan) perasaannya. Atau
untuk mengganggu orang-orang bodoh sehingga mau mengorbankan harta
kekayaannya. Apalagi jika yang bodoh tersebut tidak mengetahui ilmu-ilmu sains yang
berkenaan dengan materi (benda). Sihir bisa juga mengganggu orang yang tidak
mengetahui kaidah-kaidah dan kausalitas kehidupan, atau dia bodoh mengenai
pengetahuan agama, sehingga akidahnya lemah pula.

SIHIR DAN AKIDAH

Sampai sekarang, jelaslah kiranya batasan hubungan atau bentuk ketergantungan


sihir dengan hal-hal lain yang ilmiah, sehingga sempurnalah sisi-sisi pembahasan
mengenai sihir. Kemudian, mudah pula bagi kami untuk menjelaskan secara ringkas
mengenai posisi sihir dalam akidah Islam. Dan posisi sihir dalam akidah itu akan semakin
jelas ketika kita telah menemukan batasan dari sasaran atau tujuan umum sihir. Orang
yang pernah memikirkan dan memahami tujuan-tujuan dan sasaran ahli sihir akan dapat
menyusun tujuan-tujuan utama sihir seperti berikut ini.

1. Dengan sihirnya, sebagian ahli sihir bertujuan untuk mendapatkan materi


secara cepat dan keuntungan materiel (harta kekayaan) dengan cara yang
mudah meski tidak mengikuti cara-cara dan metode yang cocok dengan syari'ah
(hukum Islam). Cara kerja sihir disandarkan kepada upaya-upaya untuk
merampas harta orang lain tanpa hak. Menguasai rezeki mereka dengan teknik
sulap dan penipuan serta kebohongan. Ahli sihir semacam ini adalah ahli sihir
yang paling jahat, paling hina jiwanya, dan paling banyak jatuhnya dari derajat-
derajat kemuliaan. Seringkali para ahli sihir macam ini didekati oleh orang-orang
bodoh yang menghendaki popularitas di tengah-tengah masyarakat, khususnya
di hadapan para pejabat pemerintahan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

2. Dengan sihirnya pula, kelompok ahli sihir macam kedua ini menghendaki untuk
mempromosikan dan melariskan suatu mazhab atau suatu pendapat (ideologi)
dan mengacaukan pendapat-pendapat yang bertentangan dengannya. Tetapi
cara dan metode yang dilaluinya bukan cara-cara dan gaya-gaya yang rasional
dan logis, tetapi mengikuti cara-cara yang menakutkan, berbohong, dan
Hal. | 171
Hal. berbagai manipulasi (kepalsuan). Mereka yang mengikuti gaya sihir macam ini
seringkali atau kebanyakan adalah orang-orang yang merasakan kelemahan
mazhab atau pahamnya. Karena tidak mempunyai kekuasaan dan kemampuan
dalam menghadapi tantangan musuh-musuhnya dengan metode penggunaan
argumentasi yang logis dan gaya atau metode yang rasional beradab, maka
mereka memilih gaya-gaya menyerang yang biasanya hanya dilakukan oleh
orang-orang awam yang bodoh. Tentunya mereka ini tidak dapat menguasai
kecuali orang-orang yapg mempunyai akal yang lemah.

3. Kelompok ahli sihir yang tampaknya tidak mempunyai kecenderungan untuk


meyakini akidah yang benar. Mereka tidak meyakini adanya Allah dan tidak
tunduk kepada kekuasaan-Nya. Oleh karena itulah, mereka menggunakan
sihirnya untuk mempengaruhi dan menipu. orang-orang bodoh dengan gaya
petunjuk, "Sesungguhnya Allah itu bukan penyebab pertama (kausa prima):
Allah juga bukan 'ilat atau sebab yang mempengaruhi alam. Dia pun bukan satu-
satunya pencipta, dan juga bukan yang paling berhak untuk memperlakukan
alam ini sekehendak-Nya. Kita jugadapat melakukan hal-hal yang luar biasa,
dapat mempengaruhi berbagai barang dengan mengikuti qanun atau hukum
materi, tanpa harus mengikuti nizham 'tata aturan yang lain."

Jika saja mereka mengatakan hal itu dengan terang-terangan dan dengan
menggunakan ungkapan yang jelas maksudnya, maka pasti orang-orang awam yang
kurang ilmu itu tidak akan membenarkan apa yang mereka katakan. Mereka ingin
mengatakan "petunjuk"-nya itu dengan suatu gaya tutur yang disandarkan kepada
pernberian petunjukdan menarik jiwa yang lemah untuk mengakui suatu peristiwa yang
tidak berwujud dalam wujud yang sebenarnya, atau yang tidak sesuai dengan realitas - Di
samping menggunakan logika yang lebih banyak disandarkan kepada keraguan daripada
logika yang disandarkan kepada hal-hal yang meyakinkan dan rasional.

Semua macam aliran sihir tersebut tidak kita temukan keseluruhannya kecuali di
berbagai negara yang berbeda-beda. Fenomena sihir itu tidak tumbuh berkembang
kecuali pada iklim-iklim yang sedang dilanda kefakiran, banyak penyakit, dan
orang-orang yang bodoh, yakni orang-orang yang tidak mampu bersaing dengan orang
lain dalam menghadapi kehidupan dengan gaya hidup progresif. Kita dapat menyaksikan
berbagai negara yang menjadi lahan subur bagi perkembangan sihir, gaya-gaya hidup
penuh kedustaan, pelecehan terhadap kemuliaan martabat manusia, dan penghinaan
terhadap akal pikiran manusia. Semakin maju peradaban suatu negara semakin maju pula
gaya berpikirnya, dan mereka menganggap bahwa sihir dan para tokohnya itu sebagai
suatu warisan kebudayaan yang lucu. Sihir dianggap warisan para nenek moyangnya yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

hidup pada masa terbelakang dan penuh dengan kebodohan.

Para sosiolog sepakat bahwa fenomena sihir merupakan fenomena sosial yang
membahayakan dan dapat menghancurkan manusia. Para ahli sihir itu merupakan
lambang paling penting untuk menunjukkan keterbelakangan suatu bangsa atau
Hal. | 172 masyarakat. Jika saja ada seorang tokoh agama (ulama) dalam agama apa pun yang
Hal.
mengakui dan mempercayai fenomena sihir sejalan dengan yang diinginkan oleh para
tokoh sihir, maka mereka harus memeriksa akal pikirannya kembali, di samping harus
memeriksa kepribadiannya. Jadi, sesungguhnya sihir itu betul-betul dapat
menggoncangkan akidah atau keyakinan seseorang. Dilihat dari kaitannya dengan suluk
(etika), sihir bersyaratkan merusak dahulu baru memperbaiki apa yang dirusaknya itu.
Itulah kiranya, konklusi umum yang dapat kami temukan dari pengaruh sihir terhadap
akidah dan etika kehidupan (suluk).

NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam DAN SIHlR

Sejarah telah mencatat beberapa hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Kebanyakan riwayat menyatakan bahwa secara praktis
(faktual) Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terkena sihir. Sihir tersebut
- hanya satu-satunya - dikenakan oleh seorang Yahudi bernama Lubaid bin Al-A'sham.
Bekas pengaruh sihir itu masih terasa oleh beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam
beberapa hari atau beberapa bulan. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala mewahyukan
kepadanya, lewat malak Jibril a.s., bahwa beliau terkena sihir (mashur atau mathbub).
Sedang barang yang digunakan untuk menyihir Nabi itu sudah dilemparkan ke suatu
sumur di bawah pohon kurma yang warna airnya seperti warna air pacar (ke-
merah-merahan).

Setelah mendapatkan wahyu, maka Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam


mengeluarkan benda berisi sihir itu dari sumur. Lalu beliau membuka (melepaskan)
rahasia sihir itu. Kemudian sumurnya dipendam. Setelah itu, Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam seperti yang terlepas dari ikatan (ka'annama nysyitha min 'iqal). Itulah
gambaran ringkas mengenai peristiwa sihir yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Berdasarkan beberapa riwayat sahih, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
juga pernah mengalami sakit yang disebabkan sihir tersebut.

Riwayat-riwayat tersebut meski dari sisi sanadnya sahih dan dapat dipercaya,
karena, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim-rahimahullah ta'ala" tetapi riwayat-
riwayat tersebut tidak sampai mutawatir, hanya riwayat-riwayat ahad. Maka, berkenaan
dengan riwayat-riwayat tersebut, para ulama berbeda pendapat. Sebagian mereka
menolak untuk menerima riwayat-riwayat tersebut, karena di samping tidak mu’tamal,
riwayat-riwayat itu juga hanya berupa riwayat-riwayat ahad (tidak mutawatir), Kelompok
ini juga bersandar kepada keyakinannya, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam terhalang dari upaya jahat manusia. Hal ini dapat dilihat umpamanya dalam firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala:

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika
kamu tidak mengerjakan (apa yang diperintahhan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS.Al-Maidah 5:67).

Hal. | 173
Hal. Sedangkan menurut pendapat kedua, riwayat-riwayat tersebut tidak mu'tamad
(dapat dipercaya/valid). Karena ada berbagai pendapat, maka seorang ulama atau
peneliti hendaklah mencari takhrij (seleksi hadits) yang paling cocok, serasi dengan rasio,
dan tidak bertentangan pula dengan kelayakan nubuwwah Nabi Muharnmad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam.

Menurut saya, yang benar ialah tidak perlu mengadakan seleksi yang menyulitkan
seperti itu. Begitu juga tidak perlu ada khilaf yang tajam seperti itu, tidak perlu ada
pembagian umat Islam yang menerima atau menolak riwayat-riwayat tersebut. Tetapi,
saya tidak bermaksud mendebat suatu kaidah ilmu hadits atau salah satu syarat untuk
bolehnya menerima atau menolak suatu hadis. Karena, berkenaan dengan problema
tersebut ada orang-orang yang khusus dan ada pakar yang spesifik.

Menurut hemat saya, riwayat-riwayat itu tidak ada kontradiksinya dengan ayat,
“Dan Allah memeliharamu dari (gangguan) manusia.. Seperti yang telah dikemukakan,
'ishmah "penjagaan" dari Allah Subhanahu wa Ta'ala itu lebih berhubungan dengan
medan risalah dan penyampaian amanah (dakwah), serta landasan tabligh. Sedang
medan risalah, tiang pokok dakwah, dan landasan tabligh itu adalah akal (otak) dan ruh
(jiwa), yang tidak mungkin terkena sihir. Bukankah ahli sihirdan orang-orang jahat lainnya
telah terbukti mampu mernbahayakan (menyakiti jasad Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dan pada materi (fisik) lainnya. Tetapi suatu hal yang mustahil, ialah
bahwa orang-orang jahat akan mengganggu asas (pokok) tasyri' Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yakni akal dan ruhnya.

Keterangan tersebut memberikan perbedaan yang jelas dan sempurna mengenai


pribadi dan fisik Nabi, baik yang mungkin terkena sihir atau perbuatan jahat manusia,
maupun yang tidak mungkin dikenainya. Kepribadian (ruh) dan otak Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam termasuk sesuatu yang betul-betul mendapat jaminan
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jadi, jika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terkena
sihir dan segala pengaruhnya, maka hal itu paling hanya mengenai dan menyakiti badan
atau fisiknya saja. Dan itu sama saja dengan apa yang dilemparkan oleh kaum musyrik
Makkah dahulu terhadap beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Bukankah pelipis beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terluka? Juga hal-hal lain yang hanya merupakan
gangguan fisik belaka. Jadi, nabi-nabi boleh saja terkena gangguan dan sakit pada
badannya, sedang yang terjaga adalah apa yang menjadi asas (pokok) untuk
tegaknya risalah dan tiang punggung terlaksananya tabligh, menyampaikan amanah.

SIHIR DAN AHLI SIHIR DALAM PANDANGAN ISLAM

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Sesungguhnya hukum atau ketetapan Allah dalam berbagai permasalahannya lebih


banyak berkaitan erat dengan manfaat atau mudharat (bahaya) sebagai akibat atau
konsekuensinya. Jika ternyata ada sesuatu yang lebih banyak mudharatnya daripada
manfaatnya, atau tidak ada manfaatnya sama sekali, maka barang atau objek itu harus
dijauhi. Dan orang yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan urusan (hukum)
Hal. | 174 syara' diakui sebagai orang yang berdosa. Itu jika perbuatan dosanya hanya berkaitan
Hal.
dengan suluk atau etika. Dan dosanya akan mengenai objek materiel yang membahayakan
individu dan masyarakat sekaligus.

Sementara, orang yang melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan urusan syariat
akan dihukumi kafir. Hal itu jika perbuatannya yang menyimpang itu berhubungan
dengan akidah atau keyakinan (keimanan), atau dengan ideologi Islam, tempat sandaran
kokoh agama dan benteng kuat syariat Islam. Jika dilihat dari sisi etika, profesi sihir hanya
melahirkan bahaya belaka. Bahkan, kalaupun ada manfaatnya, yakni menyembuhkan sihir
lagi, kegunaan itu berkaitan dengan suatu syarat asasi, yakni harus menyakiti dahulu,
baru menyembuhkan apa yang disakitinya.

Sedang dari sisi akidah atau keyakinan, atau ideologi pun bahayanya sangat jelas.
Sihir sangat membahayakan keutuhan dan kemurnian akidah dan ideologi Islam, yang
menjadi sumber arah etika Islam dan bentuk gerakan atau perilaku insani secara
umum. Saya tidak meragukan bahwa pembaca yang budiman dapat menyimpulkan
bagaimana hukum Islam mengenai sihir. Dan apa hukum yang ditetapkan Islam terhadap
para ahli sihir, khususnya yang aktif beroperasi, yakni mereka yang masih mempelajari
sihir, mengajarkannya, dan mempraktikkannya.

Sesungguhnya Islam menghukumi kafir bagi para ahli sihir. Demikian pula terhadap
mereka yang membenarkan sihir tersebut. Sejumlah besar ulama Islam pun cenderung
untuk berpendapat demikian. Mereka menguatkan, bahwa orang-orang yang aktif
mengoperasikan sihir itu kafir. Hanya sedikit saja yang berpendapat bahwa ahli sihir itu
hanya berdosa (mujrim). Mereka juga mengklaim bahwa orang-orang yang suka pergi
kepada ahli sihir untuk meminta bantuannya adalah berdosa. Menurut pendapat
pertama, seorang ahli sihir harus dibunuh sebagai hukuman baginya yang telah
mencelakakan dan menyesatkan manusia.

Menurut Al-Hafizh Adz-Dzahaby Ad-Dimasyqy, sihir itu merupakan dosa paling besar
urutan ketiga. Beliau mendasarkan pendapatnya kepada firm an Allah Subhanahu wa
Ta'ala berikut ini, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa
kerajaan Sulaiman. (Dan mereka mengatakan) bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir.
Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan
kepada dua orang malaikat di negeri Babil. Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami
hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari
kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

(suami) dengan. istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada searang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu
yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya
mereka telah meyakini, bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual
Hal. | 175 dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui (QS. Al-Bagarah 2:102).
Hal.

Dan tidak ada tujuan lain dari setan ketika berusaha mengajarkan sihir kepada
manusia, selain agar manusia menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman ketika memberitahukan mengenai Harut dan Marut, “Dan mereka
mengikuti apa yang dibaca aleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan), bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir, padahal Sulaiman tidak kafir
(tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka
mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua arang malaikat di
negeri babil. Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorang pun sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu
janganlah kamu kafir." Maka mereka rnempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan
sihir itu mereka dapat menceraikan seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu (ahli
sihir) tidak memberi mudharat kepada seseorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat.
Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini, bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di ahhirat, dan amat jahatlah
perbuatan mereka menjual sihir itu, kalau mereka mengetahui (QS. Al-Baqarah 2:102).

Kita dapat melihat banyak orang yang tersesat yang masuk ke dalam lingkaran sihir.
Mereka hanya menyangka bahwa sihir itu haram atau perbuatan dosa saja. Mereka tidak
merasakan bahwa sihir itu suatu kekufuran, sehingga mereka masih saja berani
memasukkan unsur sihir ke dalam trik-trik film (sinema). Padahal trik-trik tersebut
hanyalah sihir belaka. Demikian pula, yang memisahkan seorang suami dari istrinya adalah
sihir. Ada laki-laki yang mencintai atau juga yang berlebihan membenci juga karena sihir.
Sedang kata-kata (mantra) yang digunakannya juga berupa kata-kata yang tidak diketahui
maknanya. Bahkan kebanyakan merupakan kata-kata yang mengandung muatan syirik
dan kesesatan.

Jadi, bagaimanapun hukuman bagi ahli sihir adalah dibunuh karena perbuatan sihir
itu mengandung ajaran untuk kufur atau meangingkari (eksistensi) Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menegaskan, “Jauhilah tujuh perbuatan
yang menghancurkan (amal-amal kalian)." Kemudian Nabi menyebutkan diantara yang
tujuh itu adalah sihir.

Oleh karena itulah, setiap orang hendaklah bertakwa kepada Allah dengan
sesungguhnya. Dan hendaklah mereka menjauhi segala perbuatan dan keyakinan yang
dapat merugikan kehidupannya di dunia dan di akhirat. Demikian menurut Adz-Dzahaby.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Saya tidak ingin mengajak Anda untuk mengumpulkan pendapat para ulama lalu
menyusunnya karena hal tersebut merupakan hal yang kurang layak dalam ruang seperti
ini. Terutama setelah saya kenalkan kepada Anda kaidah umum untuk mengarahkan
berbagai pendapat dan menyusunnya, dan adanya kemungkinan sampai kepada asas
atau dasar pengarahan pendapat tersebut.
Hal. | 176
Hal.
Kaidah umum yang semestinya kita dapatkan adalah, bahwa sihir itu jelas
merupakan perbuatan dosa besar (jarimah) dalam pandangan agama Islam. Sedang
dalam pandangan sosiologi, sihir menjadi tanda atau lambang keterbelakangan, di
samping merupakan pelecehan maksud (tujuan pengobatan) menurut kedokteran.
Bahkan, menurut sarjana psikologi, sihir merupakan kesederhanaan (kerendahan) rasio
(sadzajah 'aqliyyah). Sihir juga merupakan petunjuk yang berbisa dan sangat berbahaya
terhadap apa yang sepantasnya kita lakukan supaya kita dapat berdiri di hadapan
fenomena sihir tersebut. Jika tidak demikian, maka saya hanya akan mengatakan
perkataan yang mulia seperti yang diisyaratkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-
Nya, “Katakanlah, "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi".
Katakanlah, "Allah", dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada
dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata (QS. Saba'34:24). \

Akhir Perjalanan (Kesimpulan)

Setelah jelas segala permasalahan sihir tersebut, baik medan kerjanya, tabiatnya,
dan hubungannya dengan akidah atau keyakinan, serta berbagai motivasi untuk
mengikutinya, kami sekarang merasa tenang untuk mengatakan bahwa sihir itu
sebenarnya bukan sesuatu yang luar biasa. Inilah satu titik kesimpulan mendasar. Kita
telah sepakat, bahwa sesuatu yang luar biasa itu ialah yang tidak tunduk kepada suatu
qanun atau hukum alam yang ada dalam realita. Baik hal tersebuttelah terbuka hijabnya,
atau yang belum terbuka hijabnya, dan inilah yang masih Iuar biasa dan di luar
kemampuan orang-orang yang berada pada lingkungan wilayah dakwah nabi-nabi dan
yang berkepentingan terhadap dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
serta masuk dalam milieu atau lingkungan kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam.

Jika sihir seperti yang telah dijelaskan tunduk kepada qanun (undang-undang atau
hukum alam) dan ditakdirkan dapat dikuasai oleh sebagian orang yang nota bene berada
dalam wilayah dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam atau nabi-nabi
lainnya, maka jelaslah sihir itu bukan sesuatu yang luar biasa (khariq li-al- 'adah).

Dan jika ternyata sihir itu betul-betul mengikuti hukum alam dan mengandung
berbagai kaidah untuk menguasainya, dapat dikuasai oleh manusia yang berada di bawah
orang-orang yang berkepentingan dengan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam, maka jelas sihir memungkinkan untuk diajarkan dan dipelajari. Karena
yang disebut mengajarkan sihir adalah memindahkan (mentransfer) rahasia-rahasia
hukum alam, metode penggunaannya dari seseorang kepada yang lain dengan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

menggunakan ilmu pengetahuan.

Spesifikasi seperti ini tidak hanya ada pada sihir saja, tetapi juga pada berbagai
perkara yang ada di bawah lingkungan hukum alam dan berbagai kaidah-kaidah tertentu,
serta pada apa saja yang ditetapkan oleh Allah untuk dikuasai oleh manusia, yakni mereka
Hal. | 177 diberi kekuasaan dan kekuatan oleh Allah untuk menguasainya, mempelajari, dan
Hal.
menggunakannya.

Kekhususan atau spesifikasi semacam itu, yang dimiliki oleh sihir, dijelaskan oleh
Allah lewat surah Al-Baqarah, “Maka mereka itu mempelajari dari kedua malaikat itu apa
yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan Alquran yang menjelaskan secara


ringkas ciri-ciri khusus sihir dan tujuan pemanfaatannya. Yang mengajarkan sihir pertama
kali adalah setan. Dia mampu melakukan sesuatu yang pada mulanya belum mampu
dilakukan oleh manusia, Setan kemudian mengajari manusia bagaimana menggunakan
sihir lewat metode pengajaran dan pelajaran. Sejak awalnya pun sihir tidak mempunyai
tujuan yang baik. Hal itu seperti diisyaratkan Alquran dalam surah Al-Baqarah 2:102,
bahwa setan-setan itu mengajarkan sihir kepada manusia untuk menceraikan seorang
(suami) dari istrinya. Alquran meralat perilaku manusia untuk meluruskan akidahnya.

Atas dasar itu semua, dapatlah kita katakan bahwa sihir itu bukanlah sesuatu yang
luar biasa. Tetapi sihir pun bukan dari perbuatan khusus Allah Subhanahu wa Ta'ala. la
hanya bagian dari perbuatan-perbuatan yang ada dalam lingkungan tata aturan hukum
alam (materiel). Atau termasuk perbuatan yang mengikuti undang-undang kehidupan
yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala di bumi sejak adanya hukum materi dan
hukum kehidupan.

Jadi, kami tidak menolak keberadaan sihir secara keseluruhan. Tetapi kami pun tidak
menerimanya dengan mengikuti penjelasan yang lama. Jadi, kami tidak menolak sihir
karena ia ada (eksis). Tidak mungkin kita menolak eksistensi sesuatu yang benar-benar
ada.

Menurut keterangan pada zaman dahulu, sihir itu termasuk perbuatan luar biasa.
Pernyataan seperti itu tidak kita terima, kecuali jika memahami keluar biasaan yang ada
pada sihir itu dengan pemahaman yang sangat sederhana dan rendah (naif) sekali.

Karni menerima keberadaan sihir sebagai suatu fenomena sosiologis yang sejalan
dengan ada tidaknya kebodohan, dan sejalan dengan berkurang atau bertambahnya
kebodohan tersebut. Sedangkan jika dihubungkan dengan kebudayaan, kesadaran
berpikir kreatif, dan kesadaran beragama yang benar, mungkin sihir itu diterima dan
mungkin juga ditolak.

Kemudian hubungan sihir dengan mukjizat, itu sama saja dengan hubungan segala

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang ada di dunia ini terhadap mukjizat tersebut.

MUKJlZAT DAN KERAMAT

Seringkali permasalahan keramat (karamah/kemuliaan) itu dikaitkan kepada seorang


Hal. | 178 wali, baik wali menurut pandangan agama Islam maupun wali menurut pengertian
Hal.
agama-agama lain.

Sementara sifat kewalian biasanya juga dikenakan kepada orang-orang saleh yang
mengikuti dan menaati salah seorang nabi dari nabi-nabi utusan Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Mereka Juga menghidupkan (menyebarluaskan) ajaran-ajaran pokoknya, prinsip-
prinsip hidupnya, dan mereka pun mengikuti langkah-langkah hidup nabinya. Bahkan ada
di antara mereka yang tampaknya menjadi perwujudan (personifikasi) dari ajaran-ajaran
pokok yang dibawa oleh nabinya.

Tetapi keterkaitan keramat dengan para wali itu tidak akan terbukti kecuali jika kita
mengikuti pemaknaan kata keramat yang diistilahkan atau diformulasikan oleh para
ulama ilmu kalam (teolog) dan medan bahasan yang mereka batasi.

Tetapi satu hal yang pasti, jika kata keramat (karamah) tidak mengikuti makna
terminologisnya, maka maknanya menjadi umum dan mencakup banyak hal tentang
kemuliaan. Bahkan Ailah Subhanahu wa Ta'ala telah menegaskan, bahwa Dia telah
memberikan kemuliaan atau keramat (karamah) itu kepada semua Bani Adam. Seperti
diisyaratkan ayat, Dan sungguh Kami telah memuliakan bani-anak cucu-Adam dan Kami
angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan (QS. Al-Isra' 17:70)

Banyak fenomena yang bermacam-macam yang diberikan Allah Subhanahu wa


Ta'ala kepada manusia yang tampak pada bentuk-bentuk materiel dan wujud-wujud
immateriel.

Dan di antara tanda kemuliaan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada
manusia adalah apa yang berhubungan dengan ketinggian derajat, keluhuran budi
pekerti, dan jauh dari hal-hal yang rendah dan hina serta sesat.

Dengan rahmat dan karunia-Nya, Allah berkenan memberi taufik (kemampuan


beramal) kepada sebagian hamba-Nya untuk menetapi dan mengikuti jalan yang benar
dan mempunyai kecenderungan kepada kebaikan dan keutamaan. Sehingga mereka
dapat meningkat derajatnya seperti orang-orang yang menghendaki sampai ke puncak
pengenalan dirinya dan menemukan jati dirinya yang teladan (paripurna). Taufik yang
diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala semacam itu dianggap sebagai keramat. Bahkan
boleh jadi itu adalah keramat yang paling tinggi tingkatannya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Pernyataan tersebut diakui oleh Syaikh Muhammad bin Abd. Al-Karim Al-Syihristany
(wafat thn. 548 H). Beliau mengatakan, "Di antara keramat yang paling agung yang
diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hamba-hamba-Nya adalah dimudahkan-Nya
pintu-pintu kebaikan dan disulitkan-Nya berbagai sebab-sebab kejahatan. Semakin besar
kemudahan yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya dan semakin didekatkan-Nya
Hal. | 179 mereka kepada kebaikan, maka keramat (kemuliaan) pun semakin banyak."
Hal.

Makna keramat yang demikian ini disepakati oleh semua orang, baik oleh orang
'alim, maupun orang bodoh. Demikian pula orang-orang baik, bahkan orang-orang kurang
baik sekalipun.

Karena tampaknya telah menjadi kesepakatan (ijma'), maka kami tidak bermaksud
mendiskusikannya lagi karena memang hal itu tidak diperlukan lagi. Yang perlu
didiskusikan justru makna keramat secara terminologis yang memperlihatkan adanya
unsur keluarbiasaan pada keramat tersebut.

Makna keramat secara terminologis inilah yang berkaitan erat dengan pemikiran
kewalian (al-wilayah). Sebab, keramat tidak akan terlihat pada tangan orang jahat, dajjal
(pendusta), tukang sihir, atau dukun. Keramat pun tidak akan tampak pada orang-
orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi secara dusta.

Kewalian, menurut pendapat mayoritas ulama, merupakan suatu realita yang tidak
perlu dipungkiri lagi keberadaannya. Dan tampaknya keramat pada tangan para wali juga
bukan hal yang ganjil. Kecuali, kaum mu'tazilah dan kelompok yang sejalan dengan
mereka. Yang tidak sepakat dengan pendapat itu, paling tidak, sebagian kelompok yang
kurang menerima keberadaan kewalian itu berpendapat bahwa kewalian hanya terbatas
kepada seseorang dari kalangan sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam saja.

Jika kewalian merupakan suatu realita dan sesuatu yang betul-betul terjadi, maka
akal pikiran manusia ketika menerima hal itu, tidak menemukan adanya suatu kontradiksi
yang akan membingungkan pikiran dan mengejutkan instink dan perasaan manusia.

Menurut Asy-Syihristany, keramat para wali itu dibolehkan (adanya) secara rasio
dan sesuai dengan yang terdengar dari berbagai sumber keterangan.

Peristiwa sejarah yang benar memberikan berbagai contoh yang konkret sambil
memberikan isyarat adanya keterkaitan kewalian dengan keramat. Asy-Syihristany
berkata, "Bukankah di dalam Alquran terdapat kisah singgasananya Ratu Balqis dan
perkataan wali tersebut, sebagaimana difirmankan Allah Subhanahu wa Ta'ala,
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, "Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, dia pun berkata, "Ini termasuk karunia Tuhanka untuk menguji aku,
apakah aku bersyukur atau mengingkari (kufur nikmat). Dan barangsiapa yang bersyukur,
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kepentingan dirinya. Dan barangsiapa yang kufur

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

nikmat, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia." (QS. An-Naml 27:40).

Bukankah kisah ibu Nabi Musa a.s. dan kisah Siti Maryam, ibu Nabi Isa a.s. serta
keluarbiasaannya yang tampak, juga dilemparkannya Nabi Musa a.s. ke laut, merupakan
keramat, yaitu kemuliaan yang diberikan Allah kepada sebagian hamba-Nya?
Hal. | 180
Hal.
Bahkan Siti Maryam pun pernah mendapatkan rezeki (buah-buahan) musim dingin
pada musim panas. Dan mendapatkan buah-buahan yang mestinya ada pada musim
panas pada musim dingin, demikian pula tumbuhnya pohon kurma di padang sahara.
Bukankah hal-hal seperti itu merupakan keramat yang paling besar yang diperlihatkan
Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Siti Maryam ibu Nabi Musa a.s.?

Berkenaan dengan keramat wali, kita sering sekali menemukan mereka dari orang-
orang saleh umat Islam. Bahkan mungkin hal itu terlalu banyak untuk dihitung.

Meskipun riwayat-riwayat yang mernbicarakan atau mengisahkan keramat para wali


itu lewat riwayat-riwayat ahad-yang mungkin tidak memberikan suatu kepastian ilmu
mengenai terjadinya kisah-kisah tersebut-tetapi karena begitu banyaknya, maka kita
dapat menemukan ilmu yang meyakinkan dan benar bahwa berbagai hal luar biasa telah
terbukti ada pada tangan-tangan orang-orang yang memang pantas mempunyai
keramat.

Pandangan tersebut dikuatkan oleh Syaikh Ibn Taimiyyah - rahimahullah ta'ala -


yang berkata, "Sesungguhnya Al-Hawariyyun (kelompok ulama pada masa Nabi Isa a.s.)
dan orang-orang saleh lainnya juga mempunyai banyak keramat sebagaimana banyaknya
keramat bagi orang-orang saleh dari umat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
ini"

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat dan pernyataan-pernyataan tersebut dapat


disimpulkan, bahwa kewalian itu merupakan sesuatu yang betul-betul terjadi secara
praktis dan rasional (diterima akal sehat). Sedang mengenai keterkaitan keramat
dengan kewalian juga merupakan sesuatu yang telah disaksikan oleh sejarah dan tak ada
ulama yang menentangnya.

Atas dasar itu, maka kebanyakan orang yang berakal sepakat bahwa keramat para
wali itu ada, dan para wali itu jumlahnya banyak. Hanya yang menjadi problem
selanjutnya adalah masalah yang paling substansial (inti), khususnya jika dibandingkan
dengan mukjizat dengan keramat. Jika keramat merupakan sesuatu yang luar biasa,
maka berarti sejalan atau sebanding dengan sifat atau tabiat (karakteristik) mukjizat.

Ketika kita mengetahui adanya kesesuaian keramat dan mukjizat, kita masuk ke
dalam wilayah yang penuh dengan kebingungan. Karena kita tidak mudah untuk
membedakan mana keramat dan mana mukjizat. Jadi, kita juga kebingungan untuk
membedakan antara nabi dan wali.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Meski demikian, jika problema itu hanya sebatas itu, mungkin logika kita masih
menerima. Hanya tinggal mencarikan benang merah pembeda antara keduanya dari
kalangan pemikir Muslim, sehingga menjadi jelaslah permasalahannya. Akal kita pun
akan mendapatkan kepuasan, di samping mau menyerah kepada ketentuan yang benar.

Hal. | 181
Hal. Para ulama sejak dahulu telah berusaha untuk membedakan antara mukjizat dan
keramat. Landasan utama mereka adalah keyakinan bahwa yang memiliki mukjizat itu
adalah orang yang mengaku sebagai nabi. Sementara orang yang mempunyai
keramat tidak mengaku sebagai nabi atau sebagai utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala
kepada hamba-hamba-Nya,

Sebagian ulama telah membedakan antara mukjizat dengan keramat, atas dasar
bahwa mukjizat itu tidak mungkin ditandingi dan ditentang. Sedang keramat ada
kemungkinan ditandingi.

Pembedaan yang terakhir antara mukjizat dan keramat itu tampaknya bukan
sesuatu yang penting. Sebab, selama kita menerima pengertian bahwa keramat itu
perbuatan yang luar biasa, kita pun sejak dulu menerima bahwa yang dimaksud dengan
al-'adah (kebiasaan) adalah kebiasaan yang ada pada nizham (tata aturan dan disiplin)
serta hukum alam juga hukum kehidupan yang ditentukan Allah Subhanahu wa Ta'ala
terhadap dunia fana ini. Untuk menemukan rahasia tata aturan, disiplin, dan hukum alam
tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan kemampuan kepada sebagian manusia
untuk membuka tabirnya dan untuk membuktikan metode dan teknik operasionalnya.

Setelah kita mengakui hal-hal tersebut, maka tidak benar jika kita berani
mengatakan bahwa yang khariq li-al- 'adah. (luar biasa) itu, apa pun bentuknya, mungkin
untuk ditandingi dan ditentang. Mengapa demikian? Karena yang bersifat luar biasa itu
berasal dari perbuatan khusus (hak preogratif) Allah Subhanahu wa Ta'ala, “Dan Allah
memperlihatkan hal-hal luar biasa itu kepada sebagian hamba-Nya, baik dengan tujuan
untuk menguatkannya,· atau untuk membohongkan dan menghinakannya. Perhatikan
bahasan sebelum ini mengenai keluarbiasaan yang diizinkan Allah bagi orang-orang jahat.

Menurut pendapat ulama pertama, yang mempunyai keluar-biasaan itu mukjizat


untuk para nabi, keramat untuk para wali, irhash untuk para nabi sebelum diangkat
menjadi nabi, dan ma'unah (pertolongan), yaitu keluarbiasaan yang diberikan Allah
kepada orang saleh di bawah tingkatan para wali. Sedang menurut pendapat ulama
kedua, keluarbiasaan itu diperlihatkan Allah kepada orang yang mengaku sebagai nabi
atau tuhan. Allah memperlihatkan pada tangannya apa yang luar biasa itu justru untuk
istidraj (menyiksa) atau untuk menjelaskan kehinaannya di hadapan banyak manusia.

Atas dasar itu, hendaklah kita tidak berkata bahwa hal yang luar biasa itu mungkin
saja dapat ditentang (ditandingi) selama hal itu telah ditetapkan keluarbiasaannya (khariq
li-al- 'adah). Jika hal yang luar biasa itu tampak pada seorang nabi dan dapat
memperkuat kenabiannya, dia pun benar dan jujur dalam pengakuannya sebagai nabi,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

maka hal tersebut disebut mukjizat. Dan jika suatu perbuatan yang luar biasa itu tampak
pada seorang wali, atau seseorang yang saleh dan taat, maka dia harus mengikuti
seorang nabi yang tepercaya dan diakui betul-betul, serta syariatnya belum dihapus
dengan syariat nabi sesudahnya.

Hal. | 182
Hal. Sebagai ciri khas bahwa dia telah mengikuti seorang nabi yang diakui dan dipercaya
umatnya, dia harus membuktikannya dengan perkataan dan perbuatan. Dia pun mampu
menghindarkan dirinya dan orang lain dari berbagai penyimpangan atau bid'ah yang
dilakukan oleh orang-orang bodoh dan orang awam, atau yang dibuat olehpara ulama
yang mengikuti hawa nafsunya dan ambisi materialistisnya.

Mereka yang mengikuti sunnah para nabi diakui orang-orang awam sebagai teladan
yang wajib diikuti. Dan orang alim yang mengikuti hawa nafsunya tidak boleh merusak
atau mengganggu perbuatan mereka yang mengikuti sunnah para nabi itu. Karena
mereka telah menetapkan komitmennya untuk selalu mengikuti jalan benar dan lurus
seperti yang digariskan oleh para nabinya a.s.

Jika para wali atau orang-orang yang saleh itu terus-menerus mengikuti jalan atau
sunnah para nabi, padahal di sekitarnya banyak orang yang telah menyimpang dari ajaran
atau sunnah para nabinya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memperlihatkan pada
tangan mereka hal-hal yang luar biasa supaya menjadi saksi atas kebenaran posisinya. Hal
itu juga untuk menguatkan semangatnya, mengokohkan posisinya, dan mengokohkan
kemauan kerasnya, sehingga mereka akan terus mengikuti jalan yang hak dan langkah
yang tepat.

Para wali atau orang-orang saleh yang tetap istiqamah mengikuti sunnah para
nabinya tidak akan terganggu oleh perilaku orang-orang yang menentangnya selama
mereka tegak dalam kebenaran. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa para wali
mendapatkan 'ishmah - keterjagaan dari perbuatan salah dan dosa - seperti diyakini
sebagian besar orang awam dan orang-orang yang mempunyai kepentingan tertentu.
Bagaimanapun, mereka bukan nabi, sehingga kemungkinan melakukan kesalahan itu
tetap terbuka luas.

Jadi, yang benar, para wali itu tidak mempunyai 'ishmah atau tidak ma'shum
“terjaga" dari perbuatan dosa. Orang yang ma'shum hanyalah para nabi dan rasul a.s.
Seorang wali sering melakukan kesalahan, tetapi dia pasti akan segera bertobat jika
bersalah. Seorang wali umumnya tidak dapat menahan diri dari perbuatan salah atau
dosa kecil. Tetapi mereka juga tidak akan kuat lama dalam perbuatan dosa besar. Jika
melakukan perbuatan salah, mereka akan segera bertobat dan kembali kepada
Tuhannya. Dan apabila mereka tergelincir ke jurang kesalahan, mereka segera
bangkit untuk memperbaiki diri dan menuju pada kesernpurnaan diri pribadinya.

Berkenaan dengan masalah keramat para wali dan ke-ma'shum-an para nabi, Syaikh
Ibn Taimiyyah - rahimahulldh ta'ala - berkata, "Adanya keramat para wali (orang-orang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

saleh) itu menunjukkan kebenaran agama yang dibawa oleh seorang nabi atau
rasul. Tetapi hal itu tidak menunjukkan bahwa seorang wali itu ma'shum atau terjaga dari
perbuatan dosa. Dan juga tidak mengisyaratkan bahwa seorang wali mesti diikuti dalam
segala hal yang dikatakan dan dilakukannya. Sikap seperti ini tidak sama dengan
sikap terhadap para nabi dan rasul. Karena kekeliruan menyikapi perilaku orang-orang
Hal. | 183 saleh itulah banyak orang-orang Nashrani dan Yahudi serta yang lainnya tergelincir ke
Hal.
jurang kesesatan.

Para tokoh Nashrani yang saleh, Al-Hawariyyun, juga banyak yang mempunyai
keramat, sebagaimana hal yang sama juga terdapat pada para wali dari kalangan umat
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Para Ahli-Kitab menyangka bahwa orang-
orang saleh itu mesti terjaga dari perbuatan dosa sebagaimana halnya para nabi a.s.
sehingga mereka menyikapi orang-orang saleh dari kalangannya seperti menyikapi para
nabi dan rasulnya. Itulah suatu kesalahan fatal mereka.

Berbeda dengan wali, setiap nabi wajib diterima dan diikuti segala hal yang
dibawanya karena dia sebagai nabi yang mengaku sebagai nabi. Dan pengakuannya itu
dikuatkan dan dibenarkan oleh mukjizat yang diberikan kepadanya. Mereka itu
ma'shumun "terjaga" dari perbuatan dosa. Jadi, mukjizat itu dapat menunjukkan
kebenaran seorang nabi, dan mengharuskan umatnya untuk mengikuti ajarannya, di
samping menunjukkan keabsahan atau validitas agama yang dibawa nabi tersebut.
Sehebat apa pun seorang wali, tidak mesti terjaga dari perbuatan salah dan dosa."
Demikian menurut Ibn Taimiyyah.

Jadi, jelaslah bagi kita, bahwa para wali itu mempunyai berbagai haI yang istimewa.
Hal itu akan membuktikan kebenaran bahwa mereka mengikuti sunnah nabi a.s. di
samping menjadi indikasi bahwa mereka termasuk orang yang ikhlas mengamalkan
agama yang dianutnya. Meskipun demikian, derajat para wali itu di bawah para nabi dan
rasul a.s. Jadi, bagaimanapun, keramat para wali itu tidak akan sampai menyamai atau
menandingi mukjizat para rasul a.s. Sebagaimana derajat pahala dan keutamaan
mereka pun tidak akan menyamai derajat pahala dan keutamaan para rasul a.s. Tetapi
mereka mempunyai sebagian pahala dan keutamaan yang dimiliki atau dicapai para nabi
dan rasul, sebagaimana amal perbuatannya pun mengikuti sebagian amal
perbuatan para nabi dan rasul a.s.

Mengenai kaitan keramat dengan mukjizat seperti yang telah kami kemukakan itu
tampaknya sejalan dengan pendapat Syaikh Muhammad Ibn Abd Al-Karim Asy-
Syihrastany, Dia menyatakan bahwa setiap keramat yang diberikan oleh Allah kepada
seorang wali, maka sesungguhnya itu sekaligus menjadi ciri mukjizat bagi nabinya, jika
perilaku atau muamalah wali tersebut mengikuti sunnah nabinya. Dan setiap yang
tampak pada haknya, maka hal itu menjadi dalil atas kebenaran gurunya sebagai pemilik
(penentu) syariatnya. Sehingga, jelaslah bahwa keramat itu sama sekali tidak mengotori
mukjizat. Justru yang paling benar adalah menguatkannya, menunjukkan kebenarannya,
dan menggunakannya sebagai rujukan.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Tampaknya sekarang jelaslah apa yang mesti menjadi anasir atau faktor-faktor
untuk mendefinisikan keramat para wali itu menurut terminologi para ulama yang ahli
dalam agama Islam. Dengan faktor-faktor inti itu kita dapat mendefinisikan keramat
dalam satu definisi yang ringkas dan mengandung berbagai unsur atau faktor yang paling
substansial (inti). Diharapkan dengan definisi seperti itu akan jelaslah perbedaannya
Hal. | 184 dengan mukjizat dan hal-hal lain yang mempunyai keluarbiasaan.
Hal.

Jadi, definisi keramat (karamah) menurut versi baru itu adalah sesuatu yang luar
biasa yang tampak pada seorang' abdi Allah yang saleh, selalu mengikuti sunnah nabinya,
dibebani untuk melaksanakan syariat nabinya, dan disertai dengan iktikad atau
akidah yang benar, baik dia mengetahui keramatnya maupun tidak.

Definisi keramat yang kita formulasikan sekarang, yang merupakan hasil pengkajian
dari berbagai unsur dan aspek keramat secara garis besar, tidak disetujui oleh para tokoh
Mu'tazilah. Demikian pula orang-orang yang sejalan dengan pemikirannya. Mereka
berpendapat bahwa tidak boleh ada sama sekali khawariq li-al- 'adah atau keluarbiasaan
yang tampak pada seseorang yang bukan nabi.

Menurut Syamsuddin Al-Ashfa'iy, adanya berbagai keramat itu boleh saja terjadi
menurut pendapat kami dan menurut pendapat Abu Al-Husain Al-Bashari dari Mu'tazilah.
Tetapi para tokoh Mu'tazilah lainnya mengingkari hal itu. Demikian pula Ustadz Abu Ishak
dari kami, kelompok Mu'tazilah.

Tetapi tampaknya kita perlu mempersiapkan konsep untuk mengingatkan


kelemahan mazhab yang mengingkari sama sekali adanya keramat pada para wali,
apalagi orang yang meragukan dasar-dasar keramat tersebut. Bagaimanapun masih
banyak umat Islam selain Mu'tazilah yang mengingkari adanya keramat para wali itu. Para
filosof juga telah mencoba untuk mengkaji dan merenungkan masalah keramat itu.
Tetapi ketika para filosof membicarakan keramat, maka pembicaraannya itu tentu
berbeda-beda sesuai dengan latar belakang sosio kultural tempat hidup mereka.

Ketika seorang failasuf (filosof) membicarakan masalah keramat pada masa dahulu
dan ketika kerumitan masalah keramat itu menguasai pemikiran Islam, mereka
memformulasikan makna keramat itu menurut makna terminologinya.

Para filosof Islam terrnasuk tokohnya, yaitu Abu Ali bin Sina, memberikan
pengertian khawariq li-al- 'adah (keluarbiasaan) dengan mengernbalikannya kepada
makna kekuatan jiwa (keteguhan hati). Bedanya ialah bahwa nabi dan orang saleh -
selain nabi - jiwanya suci dan selalu menginginkan kebaikan. Sementara ahli sihir, jiwanya
kotor atau jahat. Tetapi perbedaan antara nabi dan orang saleh - menurut mazhab
mereka - tidak begitu jelas.

Para filosof dahulu pernah mengejutkan kita dengan pemberian makna khas
terhadap keramat atau khawariq li-al- 'adah (yang luar biasa) terhadap orang-orang yang

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

selalu mengikuti langkah-langkah yang ditetapkan Allah secara umum. Ketika mereka
mengernbalikan makna khawariq li-al-‘adah. itu kepada kesucian jiwa manusia, para ulama
menentangnya karena mereka beranggapan bahwa yang luar biasa itu hanyalah
perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala belaka, yang menjadi pengganti dari firman-Nya,
“Benar hamba-Ku mengenai apa yang disampaikannya dari Aku.”
Hal. | 185
Hal.
Meskipun para filosof dahulu telah mengejutkan kita dengan pernyataan yang ganjil
seperti itu, mereka tidak memungkiri bahwa keramat itu termasuk ke dalam kajian-kajian
metafisika yang sulit untuk diformulasikan definisinya. Berbeda dengan para filosof
terdahulu, para filosof modern menggunakan istilah keramat itu dengan makna konotasi
etis - moralitas, yakni dengan makna akhlakinya.

Menurut mereka, sesungguhnya keramat manusia itu ialah sifat-sifat utama dan
mulia yang ada pada seseorang, sehingga hal itu membuat dia laik untuk dihormati dalam
pandangan dirinya ataupun dalam pandangan orang lain. Dan secara mutlak,
istilah kekeramatan manusia dimaksudkan nilai manusiawi dari sisi tabiatnya yang cerdas.

Ketika para filosof modern memindahkan makna keramat dari maknanya yang
metafisikal ke makna lain yang menjadi kebalikannya, lalu mengaitkannya kepada nilai
dan kedudukan manusia di alam ini, sebetulnya mereka, dengan sikapnya itu, telah
mengaitkan makna keramat dengan makna akhlaki atau etisnya (mafhum akhlaqy).

Meskipun pemikiran tersebut tidak kosong dari apa yang disebutkan Syaikh Asy-
Syihristany, tetapi pemikiran tersebut di Barat dan di zaman modern sekarang
bertentangan dengan teori yang diajukan Syaikh Syihristany karena adanya perbedaan
sifat kajian akhlak menurut pandangan kedua kubu.

Para filosof modern menyimpan banyak harapan pada manusia yang jenius, karena
merekalah yang dapat meletakkan hukum dan akhlak (etika). Dia pula yang dapat
membandingkan lapangan nilai-nilai kemanusiaan dan lapangan apa yang sepantasnya
dilakukan oleh manusia, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang sesuai dengan
ketinggian derajatnya.

Atas dasar pandangan seperti itu, maka keramat (kemuliaan) manusia itu akan
berbeda secara metodologis dalam kajian dan pengenalannya dari satu lembaga ke
lembaga (institusi) lainnya. Kita melihat di sebagian lembaga pendidikan masalah
keramat untuk kemuliaan manusia itu dipelajari secara khusus. Kemudian keramat itu
dikenali juga melalui lapangan dengan meneliti sifat manusia dalam perilakunya sehari-
hari. Sementara di lembaga pendidikan lain kita dapat mengenali akhlak dan keramat
manusia lewat keteladanan, tetapi tidak dipelajari secara khusus, dan semua perilaku baik
yang diharapkan dari seseorang, termasuk cara berpikir.

Pascal pernah mencoba membicarakan masalah keramat manusia dengan


pendekatan makna seperti makna tersebut, yang juga sama seperti yang dikatakan oleh

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Kant. Umpamanya, dia mengatakan, "Keramat manusia itu didasarkan kepada cara
berpikirnya." Sedang termasuk yang dikandung dengan keramat insaniah adalah salah
satu asas atau landasan mazhab akhlaknya Immanuel Kant. Menurutnya, puncak
keinginan manusia itu adalah memuliakan makhluk yang ada dan berakal (menggunakan
akalnya). Yakni, kehormatan atau kemuliaan manusia itu jika dia memang berperilaku
Hal. | 186 sebagaimana mestinya sebagai manusia, yaitu dengan menggunakan akalnya. Paham
Hal.
demikian menuntut pengamalan kaidah lain, yaitu "Jika kamu akan beramal (berbuat),
maka hendaklah amal perbuatanmu itu dilandasi suatu kaidah, 'Menjadikan jiwa
kemanusiaan pada pribadimu dan pada pribadi-pribadi yang lain sebagai tujuan dan
bukan sebagai sarana (perantara)."

Pernyataan tersebut mengandung makna, bahwa manusia yang berakal itu


mempunyai keramat (kemuliaan) zatiah (yang asli) yang harus dianggap sebagai tujuan
hidupnya dan bukan sekadar perantara atau sarana. Dan keramat atau kemuliaan yang
timbul dari kemanusiaannya itu harus didahulukan atas segala kepentingan lain. Jika
akalnya tunduk kepada hawa nafsunya, atau menundukkan sebagian orang untuk
kemaslahatan dan kemanfaatan dirinya, maka itu berarti dia telah berperilaku yang
kontroversial dan bertentangan dengan asas kemuliaan (keramat) insaniah-nya.

Jika pemikiran mengenai keramat (kemuliaan manusia) itu berubah mengikuti


makna fisikal dengan teori tersebut atau mengikuti teori etikanya, maka jelaslah
hubungan keramat sudah terputus dari pemikiran mukjizat jika mengikuti pemahaman
para ulama dan tokoh agama. Atau, paling tidak, bahwa keramat itu tidak berhubungan
sama sekali dengan mukjizat, kecuali jika kita mengikuti penafsiran formal-religius, yakni
pemahaman mukjizat dan keramat melalui pendekatan agama. Sampai di sini, tampaknya
pengembaraan kita mungkin telah sampai kepada tujuan. Dan oleh karena itu, kami akan
menyimpulkan permasalahan perbedaan keramat dengan mukjizat dalam ungkapan kata-
kata dan susunan kalimat yang ringkas tetapi padat makna.

Ketika kita telah mengetahui bahwa mukjizat itu sesuatu yang luar biasa, dan bahwa
yang dimaksud kebiasaan adalah kebiasaan hukum alam dan tata aturan duniawi atau
nizham, maka dari sisi ini, keramat menyerupai mukjizat. Sedang yang membedakan
keduanya adalah terletak pada zat diri nabi dan wali yang disertai nilai pribadi masing-
masing. Lebih daripada itu, sisi taba'iyyah, "kepengikutan" yang mengikat keduanya.
Yakni, bahwa ada yang mengikuti wali dan ada yang diikuti yaitu nabi a.s.

Asas atau pokok pembeda antara nabi dan wali adalah asas yang juga menjadi
pembeda antara nabi yang sebenarnya dengan orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi
secara bohong. Bagaimanapun, Allah Subhanahu wa Ta'ala memperlihatkan sesuatu yang
luar biasa pada tangan keduanya. Hanya bedanya, sesuatu yang luar biasa yang diberikan
kepada seorang nabi itu sesuai dengan pengakuannya sebagai nabi, serta membenarkan
kenabiannya. Sementara keluarbiasaan yang diberikan kepada orang yang mengaku-
ngaku sebagai nabi justru membuktikan kebohongan pengakuannya, di samping menjadi
alat untuk menghinakan pribadinya.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Keluarbiasaan seperti itu jarang terjadi pada orang yang mengaku-ngaku sebagai
tuhan. Kalaupun ada sesuatu yang Iuar biasa padanya, seperti yang terjadi pada Al-Masih
Ad-Dajjal, tokoh utama pendusta, yang lahir pada akhir zaman nanti, ketika diminta
darinya sesuatu yang luar biasa, ternyata memang ada padanya. Nah, apa yang ada
padanya itu merupakan istidraj suatu tipuan dari Allah-bagi dirinya dan bagi segenap
Hal. | 187 pengikutnya. Sebab, masalah ketuhanan atau sifat-sifat dan karakteristik tuhan itu dapat
Hal.
diketahui meski oleh orang yang kurang cerdas sekali pun. Jadi, jika ada seorang manusia
yang mengaku sebagai tuhan dengan segala sifat kekurangannya yang disaksikan
oleh bangsanya dari kalangan manusia, maka hal itu tidak perlu pembohongan sebab
sudah jelas bohongnya.

Berbeda halnya dengan seorang mutanabbi', yang mengaku-ngaku sebagai nabi, dia
harus dibohongkan' dan dibuktikan segala kebohongannya. Sebab, bagaimanapun, nabi
dan mutanabbi' sama-sama dari satu jenis. Dan karena dari satu jenis, yaitu kenabian,
maka lebih sering melahirkan ketidakjelasan dan kerancuan, untuk membedakan nabi
yang sebenarnya dengan nabi yang hanya mengaku-ngaku saja. Sedang manusia yang
mengaku sebagai tuhan, maka pengakuannya itu jelas-jelas bertentangan dengan kaidah-
kaidah rasio, hatta yang paling sederhana sekalipun. Sehingga, siapa yang mengikuti
orang yang mengaku-ngaku sebagai tuhan, maka dia terang-terangan telah menentang
akalnya sendiri, dan tidak mengikuti fitrah atau hati nuraninya. Untuk itulah diperlukan
adanya istidraj-tipuan dari Allah atau ujian untuk menjatuhkannya secara bertahap-
sehingga tampaklah puncak kehinaannya. Kemudian akan ditimpakan padanya siksaan
dengan cara yang paling mengerikan dan menyedihkan.

Mari kita perhatikan firman Allah berikut ini, “Tidak ada yang ditunggu-tunggu oleh
orang kafir selain datangnya para malaikat kepada mereka. Atau datangnya perintah
Tuhanmu. Demikianlah yang telah diperbuat oleh orang-orang (kafir) sebelum mereka. Dan
Allah tidak menganiaya mereka, Tetapi merekalah yang selalu menganiaya diri mereka
sendiri.” (QS. An-Nahl 16:33).

Adapun se lain mukjizat, keramat, serta istidraj, seperti sihir dan sulap, maka
sebenarnya tidak ada hal-hal yang luar biasa, seperti yang telah dijelaskan secara panjang
lebar. Hanya kepada Allah kita memohon limpahan taufik.

NABI MUHAMMAD Shallallahu 'Alaihi wa Sallam DAN PERISTIWA SIHIR


YANG MENIMPANYA

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terkena sihir. Hal ini
berlandaskan tekstual beberapa ayat Alquran seperti berikut ini.

l. Surah Al-Ikhlas

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Katakanlah, Dia-lah Allah yang Maha Esa

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

(1). Allah adalah tempat meminta tolong (2). Dia tidak melahirkan dan
tidak pula dilahirkan (3). Dan tidak ada seorang pun yang menyerupai- Nya (4).

2. Surah Al-Falaq

Hal. | 188
Hal. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Katakanlah, ''Aku berlindung kepada
Tuhan yang menguasai subuh (1), dari kejahatan makhluk-Nya (2), dan dari kejahatan
malam apabila telah gelap gulita (3); dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembus pada buhul-buhul (4); serta dari kejahatan orang yang dengki apabila ia
mendengki" (5).

3. Surah An-Nas

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, Katakanlah, ''Aku berlindung kepada


Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia Cl), Raja mariusia (2), Sembahan manusia
(3), dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi (4), yang suka membisikkan
(kejahatan) ke dalam dada manusia (5), dari (golongan) jin dan manusia" (6).

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terkena sihir berdasarkan


ayat-ayat (surah-surah) tersebut sejalan dengan susunan surah-surah itu. Dimulai dengan
surah Al-Ikhlash, lalu surah Al-Falaq, dan diakhiri dengan surah An-Nas, Dengan ketiga
surah itulah kitabullah Alquran Al-Karim ditutup. Hal itu sesuai dengan runtutan atau
ketertiban penyusunan Al-Mushshaf yang didasarkan pada petunjuk dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Demikian
menurut keyakinan kami.

Dalam memahami surah Al-Falaq dan An-Nas tersebut, para mufassir berbeda
pendapat. Ada yang mengakui, mungkin saja -Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam itu terkena sihir. Tetapi menurut mufassir lainnya, jika dikaitkan dengan
kesempurnaan dan keterjagaan atau 'ishmah Nabi, maka hal itu tidak mungkin terjadi.
Padahal menurut beberapa riwayat sahih, kedua surah tersebut turun kepada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam supaya beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memakainya
sebagai jampi atau ruqyah dalam mengobati sihir yang menimpanya. Sihir tersebut
diIakukan oleh seorang Yahudi dari Bani Zuraiq. Dia dikenal dengan nama Lubaid bin Al-
A'sham. Di samping dua surah tersebut yang mengisyaratkan adanya sihir yang menimpa
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terdapat beberapa hadits sahih yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim-rahimahullah ta’ala. Juga, kitab-
kitab hadits sahih lainnya, yang menjadi rujukan sebagian mufassir daIam memahami
kedua surah tersebut. Jika diperhatikan, akan tampaklah bahwa Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam itu pernah terkena sihir. Beberapa hal mengenai ini telah dikemukakan
sebelumnya.

Imam Bukhari-rahimahullah ta'ala - meriwayatkan dari Hisyam bin 'Urwah bin Az-
Zubair, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. Dia berkata, "Ada seorang laki-laki yang menyihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dia seorang Yahudi dari Bani Zuraiq, namanya
Lubaid bin AI-A'sham-la'natullah 'tilaihi, Sehingga terbayangkan pada Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa beliau meIakukan sesuatu, padahal tidak
melakukannya.

Hal. | 189
Hal. Hingga pada suatu hari atau suatu malam, ketika beliau sedang bersamaku, beliau
berdoa dan memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala Kemudian beliau bersabda,
"Hai Aisyah, apakah engkau mengetahui (merasakan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
telah memfatwakan sesuatu padaku mengenai apa yang aku mohon (fatwa-Nya)? Aku
didatangi dua orang laki-Iaki. Yang satu duduk dekat kepalaku, dan yang satu lagi duduk
dekat kedua kakiku. Salah seorang di antara mereka berkata kepada temannya, 'Apakah
yang diderita orang ini?' Yang satu lagi menjawab, 'Mathbid: (terkena sihir).' 'Siapakah
yang menyihirnya?', tanya yang satu. Kemudian dijawab, 'Lubaid bin Al-A'sharn, seorang
Yahudi dari Bani Zuraiq.' 'Pada apa sihir itu disusupkan?' tanya yang satu. Dijawab, 'Pada
sisir dan rambut yang jatuh ketika disisir dan pada seludang mayang kurma jantan(?).' 'Di
mana diletakkannya?', tanya yang satu. Dijawab, 'Diletakkan pada sumur Dzarwan."

Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun pergi beserta beberapa orang
sahabatnya. Beliau melihat sumur itu. Terlihat di dalamnya ada pohon kurma. Kemudian
beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pulang menemui Siti Aisyah r.a. seraya bersabda,
"Demi Allah, seakan-akan air sumur itu bagaikan air rendaman inai (pacar). Dan ujung
pohon/mayang kurmanya seperti kepala setan-setan."

Aku - kata Aisyah r.a. - berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau mengeluarkan
sihir itu?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, "Tidak. Aku telah
disembuhkan dan disejahterakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan aku khawatir akan
menyebarkan kejelekan di kalangan manusia." Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam memerintahkan untuk menutup atau mengubur sumur tersebut. Demikian hadits
Siti Aisyah r.a. yang diriwayatkan Imam Bukhari-rahimahullah ta'ala.

Ada hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari - rahimahulliih ta'ala -
dari Hisyam bin 'Urwah bin Az-Zubair, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. Dia berkata,
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terkena sihir, sehingga beliau merasa
mendatangi istrinya, padahal sebenarnya tidak. Sihir demikian termasuk sihir yang paling
kejam, jika memang demikian."

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda kepada Siti Aisyah r.a., "Apakah
engkau mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberi fatwa kepadaku
mengenai apa yang aku mohon fatwa-Nya?" (Selanjutnya beliau bersabda), "Telah
datang kepadaku dua orang laki-laki. Yang satu duduk dekat kepalaku, sedang yang satu
lagi duduk dekat kedua kakiku. Yang duduk dekat kepalaku berkata kepada yang lain,
'Bagaimana keadaan orang ini?' 'la mathbub (terkena sihir)', jawabnya. Dia bertanya,
'Siapakah yang menyihirnya?' Dijawab, 'Lubaid bin Al-‘Asham seorang Yahudi dari Bani
Zuraiq, sekutu Yahudi dan dia seorang munafik.' 'Pada apa sihir itu disusupkan?' tanya

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang satu. Dijawab, 'Pada sisir dan pada rambut yang jatuh ketika menyisir.' 'Di mana
disimpannya?' tanyanya. Dijawab, 'Pada seludang mayang kurma jantan di bawah ra’ufah
- sebuah pohon anggur - (?) di dalam sumur Dzarwan".

Siti Aisyah r.a. lalu berkata, "Lalu Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
Hal. | 190 mendatangi sumur tersebut kemudian mengeluarkan benda sihir itu. Kemudian
Hal.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, 'Inilah sumur yang pernah
aku beritahukan. Seakan-akan airnya bekas rendaman air pacar. Dan seakan-akan ujung
pohon kurmanya adalah kepala-kepala setan.'"

Dalam riwayat yang ketiga, juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah ta
'ala - dari Hisyam dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. Dia berkata, "Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam terkena sihir, sehingga terbayangkan padanya bahwa beliau meIakukan
sesuatu padahal tidak melakukannya. Hingga pada suatu hari ketika beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam sedang bersamaku, beliau berdoa dan berdoa memohon kepada Allah."

Kemudian beliau bersabda, "Apakah engkau mengetahui (merasakan) hai Aisyah,


bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberikan fatwa-Nya padaku mengenai apa
yang aku minta fatwa-Nya dari-Nya?" Aku bertanya, "Apakah itu, wahai RasuIullah?"
Beliau lalu bersabda, "Telah datang kepadaku dua orang laki-laki. Yang satu duduk dekat
kepalaku dan yang satu lagi duduk dekat kedua kakiku. Kemudian yang satu bertanya
kepada temannya, 'Sakit apakah laki-Iaki ini?' 'Dia terkena sihir (mathbub).' 'Siapakah
yang menyihirnya?' tanyanya lagi. Dijawab oleh temannya, 'Lubaid bin Al-‘Asham seorang
Yahudi dari Bani Zuraiq.' 'Pada apa sihir itu disusupkan?' tanya yang satu. Dijawab, 'Pada
sisir dan rambut yang jatuh ketika disisir, serta pada seludang (kulit pembalut) mayang
kurma jantan.' 'Di manakah itu disimpannya?' tanya yang satu. 'Disimpan di dalam sumur
Dzarwan"." jawab temannya.

Siti Aisyah r.a. berkata, "Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pergi bersama
beberapa orang sahabatnya menuju sumur tersebut. Beliau pandangi sumur tersebut,
dan ternyata di atasnya ada sebatang pohon kurma. Kemudian beliau Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam pulang lagi ke rumah Siti Aisyah r.a. seraya bersabda, 'Demi Allah, air sumur itu
seakan-akan air rendaman pacar (inai) Nuqq'aat Al-Hinna'). Tetapi, pohon kurmanya
seperti kepala-kepala setan. '" Aku berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak
mengeluarkannya?" Beliau menjawab, "Tidak, karena sesungguhnya aku telah
disejahterakan oleh Allah dan disembuhkan-Nya. Aku khawatir (takut) menyebarkan
kejelekan - karena sihir itu - kepada banyak orang." Lalu beliau memerintahkan untuk
memendam (mengubur) sumur tersebut."

Itulah hadis-hadis mengenai sihir yang diriwayatkan Imam Bukhari-rahimakullah ta


a’la. Hadits-hadits yang diriwayatkan Imam Muslim pun seperti itu. Tiga riwayat hadits
yang telah dikemukakan itu lafazh atau redaksi dan maknanya berdekatan,
Riwayat-riwayat itu mengisyaratkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
pernah terpengaruh oleh sihir yang dikerjakan oleh seorang Yahudi. Pengaruh sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

tersebut sarnpai kepada suatu batas, ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
merasa melakukan sesuatu padahal sebenarnya tidak. Dan merasa mendatangi istrinya
padahal sebenarnya tidak mendatanginya.

Ada suatu riwayat dalam Musnad Imam Ahmad-rahimahullah ta 'ala - dari Ibrahim
Hal. | 191 bin Khalid dari Mu'ammar bin Hisyam, dari ayahnya, dari Siti Aisyah r.a. Dia berkata,
Hal.
"Selama enam bulan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam seperti mendatangi istrinya
padahal tidak mendatanginya. Lalu beliau didatangi dua orang malaikat. Yang satu
duduk dekat kepalanya, sedang yang satu lagi duduk dekat kedua kakinya." (Al-Hadits),
Dalam Tafsir Ats-Tsa'laby disebutkan riwayat dari Ibn Abbas r.a. dan Siti Aisyah r.a.
bahwa seorang pemuda Yahudi pernah menjadi khadam Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam. Dengan sembunyi-sembunyi orang Yahudi itu mendekatinya. Mereka terus-
menerus mendekati Nabi s Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sampai dia berhasil mengambil
beberapa helai rambut Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang terjatuh ketika disisir
dan ditambah dengan beberapa helai gigi sisirnya. Barang-barang tersebut diberikannya
kepada orang Yahudi. Mereka pun menyihir Nabi pada barang-barang tersebut. Sedang
yang memimpin operasi itu adalah salah seorang di antara mereka yang dikenal dengan
sebutan Lubaid bin Al-A'sham.

Kemudian barang-barang itu dipendam di dalam sumur milik Bani Zuraiq dari kaum
Yahudi. Sumur tersebut dikenal dengan nama Dzarwan. Dengan sihir itu, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjadi sakit. Rambutnya berguguran. Dan hal itu berlalu
sampai enam bulan. Selama itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merasakan
seperti mendatangi istri-istrinya, padahal sebenarnya tidak. Ketika itu beliau tampak
lernah tetapi tidak menyadari apa yang menimpanya. Ketika beliau Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam sedang tidur, tiba-tiba ada dua malaikat yang mendatanginya. Yang satu duduk
dekat kepalanya, sedang yang satu lagi duduk dekat kedua kakinya. Malaikat yang
duduk dekat kepalanya berkata pada temannya, "Bagaimana keadaan
orang ini?" Dia menjawab, "Orang ini thubba (terkena sihir)." "Apakah maksud thubba
itu?" tanya yang satu. "Suhira (disihir)," kata temannya. "Siapa yang menyihirnya?"
"Lubaid bin Al-A'sham, seorang Yahudi," jawabnya. "Dengan apa menyihirnya?" tanya
malak yang satu. Temannya menjawab, "Dengan sisir dan beberapa helai rambut yang
jatuh ketika disisir." Dia bertanya, "Di manakah letak sihir itu?" "Sihir itu disimpan pada
seludang mayang kurma jantan di bawah pohon anggur yang diletakkan di dalam sumur
Dzarwan."

Lalu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bangun dan tampak agak panik
(sedikit ketakutan). Kemudian beliau bersabda, "Wahai Aisyah, apakah engkau
mengetahui bahwa Allah telah menasihati aku (memberi fatwa kepadaku)?" Kemudian
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengutus Ali bin Abu Thalib r.a., Zubair bin
'Awwam, dan 'Ammar bin Yasir. Lalu mereka menguras air sumur tersebut. Air itu
seakan-akan rendaman air pacar (inai). Kemudian mereka mengangkat batu dan
mengeluarkan seludang mayang kurma. Ternyata di situ ada beberapa helai rambut
yang jatuh dari kepala Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mulia itu dan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

beberapa buah gigi sisirnya. Di situ terdapat tali yang diikatkan sebanyak dua belas
ikatan (itsnata 'asyrat 'uqdatan) yang ditusuki jarum.

Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan surah Al-Falaq dan An-Nas, dua surah
untuk memohon perlindungan (Al-Mu'awwidzatain). Setiap Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Hal. | 192 wa Sallam membaca satu ayat, maka lepaslah satu ikatan. Dan ketika ikatan terakhir
Hal.
terlepas, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam merasakan adanya keringanan
pada badannya. Lalu beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdiri seperti yang terlepas dari
ikatan. Kemudian beliau tidur dengan lelap seperti tidak pernah terkena apa-apa.

Orang-orang yang memperhatikan beberapa hadits dan khabar seperti itu akan
ragu-ragu untuk menerima atau menolaknya. Sebab, selintas terlihat, riwayat-riwayat
tersebut menempatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pada martabat yang
mengurangi kesernpurnaannya dan justru mengurangi ke- 'ishmah-annya. Dengan kata
lain, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu tidak ma'shum secara sempurna.

Tentu saja hal itu menjadi bahan diskusi yang menarik, karena mengandung
muatan khilaf-perbedaan pendapat-yang terjadi di antara para ulama. Banyak di antara
ulama yang menolak hadits-hadits tersebut dan tidak mau menerimanya, dengan
alasan bahwa 'ishmah Nabi itu di atas segala pertimbangan (ukuran), dan maqam
(kedudukan) Nabi juga jauh melebihi maqam apa pun. Tetapi, pada saat yang sama,
banyak pula ulama yang ingin memperhatikan keabsahan hadits-hadits sahih dan kitab-
kitabnya.

Sehingga mereka merasa keberatan dengan penolakan hadits-hadits tersebut.


Mereka mencoba untuk melakukan takhrij atau seleksi hadits. Dengan harapan, hadits-
hadits tersebut dapat diterima, meski harus melalui jalan yang sulit untuk mengadakan
takwil dan takhrij-nya. Dengan cara seperti itu, mereka seperti juga setiap Muslim
lainnya, berharap dapat menolong dan mempertahankan sunnah dan kitab-kitab hadits
yang memuatnya. Dan pada puncaknya, semua umat Islam dapat bertemu pada satu
titik kesepakatan tanpa ada khilaf (perbedaan pendapat).

Tetapi dalam posisi sulit yang demikian rupa, seperti yang kita hadapi ini, sudut
pandang umat Islam mengenai hadits-hadits sihir itu tidak mudah untuk disatukan.
Sehingga ada sebagian kaum Muslimin yang lebih mendahulukan jama' (jam'u), yaitu
pengkompromian dalil antara menerima hadits seperti itu dengan sisi yang berkaitan
dengan hadits tersebut. Dengan harapan ditemukannya alasan untuk menerima hadits
tersebut. Tetapi di sisi lain, banyak umat Islam yang lebih mengistimewakan maqam
kenabian dan menyucikannya dari berbagai indikasi kekurangan. Sehingga mereka
kurang begitu mudah untuk menerima berita apa pun dan hadits seperti apa pun jika
mengisyaratkan kekurangan martabat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Di antara ulama yang menolak hadis sihir, khususnya yang menimpa Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan tidak mau menerima berbagai khabar yang bersambung

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

sampai kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari kalangan mufassirin adalah
Imam Thabari. Ketika sampai padanya hadis Siti Aisyah r.a., mengenai terkenanya Nabi
oleh sihir Yahudi, beliau langsung berkomentar bahwa hal itu tidak mungkin terjadi
sebab siapa yang disifati atau dinyatakan terkena sihir, maka seakan-akan akalnya
terganggu. Dan Allah tidak mau menerima yang demikian itu. Perhatikan firman-Nya,
Hal. | 193 Kami lebih mengetahui dalam keadaan bagairnana mereka mendengarkan sewaktu
Hal.
mereka mendengarkan kamu, dan sewaktu mereka berbisik-bisik (yaitu), ketika orang-
orang zalim itu berkata, "Kamu tidak? lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang
tersihir." Lihatlah bagairnana mereka mernbuat perumpamaan-perumpamaan
terhadapmu; karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang
benar) (QS. Al-Isra 17:47-48).

Selanjutnya Imam Thabari mengatakan, "Tetapi orang Yahudi atau anak-anak


perempuannya yang menyihir itu mungkin telah mencoba dengan sungguh-sungguh
untuk melakukan hal itu tetapi tidak mampu (tidak berhasil). Kemudian Allah Subhanahu
wa Ta'ala memperlihatkan 'kepada Nabi-Nya apa yang mereka sembunyikan, berupa
sihir itu, sehingga Nabi pun dapat mengeluarkannya. Dan kejadian itu menunjukkan
kebenarannya Nabi Muhammad, antara lain dibuktikan dengan selamatnya beliau dari
sihir."

Kemudian kata Imam Thabari selanjutnya, "Bagaimana mungkin rasa sakit itu
karena perbuatan mereka. Jika saja mereka mampu melakukan hal itu, pasti mereka
akan membunuh Nabi, bahkan membunuh banyak orang-orang Mukmin."

Sebenarnya, apa yang dikatakan Imam Thabari itu, menurut kami, tidak
menunjukkan bahwa dia men-sahih-kan dan menerima hadits-hadits mengenai sihir. Hal
itu dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Menurut khabar (hadits) yang diriwayatkan dengan tiga versi itu, orang Yahudi
yang menyihir Nabi ialah Lubaid bin Al-A'sham. Tak ada satu riwayat pun yang
menyebutkan anak-anak perempuan dari orang Yahudi tersebut. Sedang mengenai
khabar yang berkenaan dengan sihir terhadap Nabi itu pilihannya hanya
satu; diterima semuanya, atau ditolak semuanya.

2. Jika yang dilakukan Lubaid itu termasuk yang disembunyikan (tamwih) oleh
mereka, lalu apa hikmahnya jika Allah memperlihatkannya kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.? Dan mengapa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallamjuga tampak bersemangat untuk mengeluarkan benda sihir itu dari sumur padahal
tidak berpengaruh kepada dirinya karena Allah telah mengobatinya? Kemudian, indikasi
macam apa yang membenarkan kenabian Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
karena mengeluarkan sesuatu yang sebetulnya tidak ada pengaruhnya bagi beliau dalam
realitas kehidupan?

Imam Muhammad Abduh mengatakan ketika mengomentari hadits mengenai sihir,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

"Sungguh, banyak orang yang suka menirukan pendapat orang lain yang tidak berakal
mengenai kenabian dan apa yang wajib dilakukan terhadapnya. Kemudian mereka
mengatakan, 'Sesungguhnya khabar (hadits) mengenai pengaruh sihir pada jiwa yang
mulia Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu betul-betul sahih, sehingga lazim
untuk diyakini, Dan jika kita tidak membenarkan hadits tersebut, hal itu termasuk bid’ah
Hal. | 194 yang dilakukan oleh para pelaku bid'ah, Karena sihir yang menimpa Nabi merupakan salah
Hal.
satu dari berbagai macam sihir. Padahal Alquran pun telah memperlihatkan keabsahan
sihir itu.'"

Kemudian perkataan tersebut ditanggapi Syaikh Muhammad Abduh dengan


mengatakan, "Perhatikan, bagaimana dia memutar-balikkan agama yang sahih dan al-
haqq (kebenaran) yang jelas maksudnya dalam pandangan muqallid yang suka meniru
pendapat orang lain itu menjadi bid'ah? Na 'udzu. billah, kita bermohon perlindungan
kepada Allah untuk tidak menjadi orang seperti itu."

Selanjutnya Syaikh Muhammad Abduh berkata, "Alquran dijadikan oleh mereka yang
suka meniru-niru pendapat orang lain itu sebagai hujjah untuk menetapkan adanya sihir.
Tetapi dia berpaling dari Alquran dalam menafikan sihir dari Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam seraya menganggap bahwa sihir itu sebagian kebohongan orang-orang
musyrik terhadap Nabi. Dia menakwilkan Al-quran mengenai adanya sihir ini. Tetapi dia
tidak menakwilkan Alquran mengenai menafikan sihir dari Nabi."

Padahal yang dimaksud dan diinginkan oleh orang-orang musyrik itu jelas. Karena
mereka mengatakan, "Sesungguhnya setan yulabisuhu, mempengaruhi Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam." Dan mulabasah, upaya mempengaruhi dan mengganggu
oleh setan itu dapat diketahui oleh mereka dengan sihir, dan oleh salah satu macam dari
berbagai macam sihir. Dan itu merupakan pengaruh sihir yang dinisbatkan atau
disandarkan kepada Lubaid bin Al-‘Asham sebab sihir yang digunakan oleh Lubaid telah
mengganggu (mempengaruhi) akal Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan
daya nalarnya, seperti pengakuan mereka.

Selanjutnya Imam Muhammad Abduh berkata, "Yang wajib kita yakini ialah bahwa
Alquran mengandung ketentuan hukum yang pasti maqthu'un). Dan sesungguhnya
Alquran adalah kitab mutawatir yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Al-Ma'shum,
terpelihara dari dosa. Alquran adalah kitab yang wajib kita yakini segala apa yang
ditetapkannya dan tidak boleh meyakini apa yang dinafikannya."

Imam Muhammad Abduh melanjutkan, "Alquran datang untuk menafikan sihir dari
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Alquran menegaskan bahwa yang
mengatakan sihir itu dapat menembus badan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam adalah orang-orang musyrik, musuh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallamdan Alquran mencela dan menjelekkan pengakuan mereka itu. Jadi, Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu tidak tersihir dengan sesungguhnya."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Imam Muhammad Abduh selanjutnya berkata, "Adapun hadits yang membicarakan


adanya sihir yang menimpa Nabi, meskipun sahih, tetapi hadits itu hadits ahad: Sedang
hadits ahad tidak dapat dijadikan sandaran untuk menentukan akidah atau keyakinan.
Dan keterpeliharaan (keterjagaan) Nabi dari pengaruh sihir pada akalnya itu merupakan
salah satu akidah yang harus diyakini. Tidak boleh diambil pendapat yang menafikan
Hal. | 195 'ishmah atau ke-terpeliharaan Nabi kecuali dengan dalil yang meyakinkan, bukan
Hal.
dengan hadits ahad. Kita juga tidak boleh mengikuti pendapat yang menetapkan 'ishmah
Nabi dengan dalil yang zhanni (prasangka yang tidak meyakinkan) dan mazhnun
(mengandung keraguan)."

Masih menurut Imam Muhammad Abduh, "Hadits yang sampai kepada kit a melalui
sanad ahad hanya menghasilkan sesuatu yang mengandung zhann (prasangka) bagi yang
menganggapnya sebagai riwayat-riwayat sahih dan tidak menghasilkan suatu keyakinan.
Adapun bagi orang yang mempunyai dalil untuk menunjukkan bahwa hadits tersebut
tidak sahih, maka sulit atau bahkan tidak ada dalil atau hujjah untuk mendebatnya .... "

"Bagaimanapun, kita mempunyai hak, bahkan kewajiban, untuk menyerahkan


urusan sihir itu kepada orang yang mengeluarkan hadits dan kita tidak bersandar
kepadanya untuk menentukan akidah kita. Yang terbaik bagi kita adalah mengikuti
nashsh dari Al-Kitab Alquran dan dalil akal (rasio). Sebab, jika benar pengakuan orang-
orang Yahudi dan orang-orang musyrik lainnya itu, bahwa otak Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dapat dikacaukan (diganggu), maka boleh pula disangkakan
bahwa beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyampaikan sesuatu, padahal
sesungguhnya tidak menyampaikannya. Atau, bahwa wahyu yang turun kepadanya,
sesungguhnya tidak turun. Jadi, masalahnya jelas sekali sehingga tidak memerlukan
penjelasan lagi."

Kedua Imam yang mulia, Imam Thabari dan Imam Muhammad Abduh mengikuti
sikap seperti itu terhadap hadits sihir, khususnya yang menimpa Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Sedang di depan mereka terdapat banyak pendapat yang
menguatkan dan menolong keabsahan hadits tersebut, serta menolak pendapat yang
menentangnya. Bahkan mereka berani menuduh kafir atau ateis terhadap orang-orang
yang menentang atau menolak hadits-hadits tersebut, yang kebetulan diriwayatkan oleh
dua syaikh hadits, Imam Bukhari dan Imam Muslim-rahimahullah ta'ala.

Al-Qadhy 'Iyadh, dalam kitabnya Al-Syifa' bi-Ta'rif Huquq Al-Mushthafa (Obat


Penawar yang Mengenalkan Hak-hak Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Nabi
Pilihan) mengomentari hadits sihir, "Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah
memberikan taufik kepada kita semua dan kepada Anda, bahwa hadits mengenai sihir
yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam khususnya, itu sahih dan
muttafaq 'alaihi (disepakati ahli hadits). Orang-orang ateis (kafir) telah mencela hadits
tersebut. Hal itu didasarkan kepada pandangan otaknya yang tumpul dan dangkal,
ditambah dengan upaya merancukan hadits tersebut, sehingga melahirkan keraguan
dalam hati umat Islam terhadap syariatnya."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

"Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mengizinkan hal itu. Dia berkenan
menyucikan syariat Islam dan Nabi pembawanya dari segala kerancuan yang mereka
susupkan. Sesungguhnya sihir merupakan salah satu penyakit yang mungkin saja
menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, seperti halnya penyakit lainnya,
asalkan tidak terlalu buruk dan tidak menjatuhkan martabatnya. Bukankah sejak Nabi
Hal. | 196 disebut-sebut terkena sihir, lalu diselamatkan Allah, tidak pernah ada kesan bahwa
Hal.
martabat Nabi menjadi jatuh?"

Selanjutnya Al-Qadhy 'Iyadh - rahimahullah ta'ala - berkata, "Adapun mengenai


riwayat bahwa Nabi terbayangkan seperti melakukan sesuatu, padahal sesungguhnya
tidak, misalnya mendatangi istri-istrinya, tetapi sebetulnya tidak mendatanginya, maka
hal seperti itu tidak termasuk hal-hal yang mengganggu atau mengurangi kredibilitas
beliau sebagai juru tabligh yang menyampaikan amanat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
sebagai penentu syariat Islam. Demikian pula, hal itu tidak mengurangi kebenarannya
sebagai nabi dan rasul utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala Karena banyak dalil dari
Alquran dan As-Sunnah serta ijmak para ulama, yang menunjukkan bahwa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu ma'shum (terjaga) dari hal-hal yang akan
menjatuhkan kredibilitasnya sebagai orang yang mempunyai misi untuk menyampaikan
risalah atau amanat Allah Subhanahu wa Ta'ala."

Hal seperti itu, sebenarnya lebih tepat sebagai urusan lahiriah-duniawiah, yang
seperti kita ketahui dan pahami tidak menjadi misi pokok Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam. Bahkan Nabi pun tidak diberi kelebihan untuk hal-hal duniawi seperti
itu. Beliau, dalam urusan-urusan duniawi-lahiriah sama seperti manusia lainnya. Maka
tidak aneh, jika ternyata terbayangkan pada Nabi apa yang sesungguhnya tidak terjadi,
kemudian setelah itu beliau terlepas dari bayangan seperti itu. Wajar sekali bukan?

Selanjutnya, AI-Qadhy 'Iyadh berkata, "Semoga sekarang menjadi jelas bagi Anda
kandungan hadits tersebut. Bahwa sihir hanya mampu mempengaruhi lahiriah Nabi dan
jasad kasarnya, tetapi tidak menguasai hati Nabi, tidak pula terhadap iktikad dan akalnya.
Sihir, paling banter, mengganggu pandangan Nabi, menahannya dari menggauli istrinya,
dan menahannya dari makannya. la hanya mampu menguasai atau mempengaruhi fisik
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan membuatnya sakit, seperti sakit-sakit
biasa lainnya. Sehingga, maksud kata-kata, 'Terbayang seakan-akan beliau mendatangi
ahlinya, padahal tidak mendatanginya', yakni tampak ada semangat atau selera dan ada
kekuasaan atau kekuatan untuk menggauli istrinya, tetapi begitu akan mendekatinya,
beliau diganggu sihir, sehingga tidak jadi mendatangi istrinya. Sebagaimana hal itu
menimpa orang yang sakit biasa."

Al-Alusy dalam tafsirnya Ruh Al-Ma'any mengutip pendapat Imam Al-Maziry yang
mengomentari hadits mengenai sihir tersebut. Dia berkata, "Hadits tersebut diingkari
dan diakui sebagai hadits munkar oleh para pelaku bid'ah dengan alasan, bahwa hadits
tersebut menurunkan derajat kenabian dan meragukannya. Terkenanya Nabi oleh sihir
dapat menghilangkan kepercayaan (tsiqah) dari beliau dalam menentukan syariat."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Pendapat tersebut dijawab bahwa hadits mengenai sihir itu sahih dan tidak
merendahkan atau menentang nashsh. Dan hal itu tidak berarti akan menurunkan derajat
kenabian dan tidak pula menimbulkan keraguan mengenainya. Sebab, orang-orang kafir
menggunakan kata-kata mashur "tersihir" dengan makna majnun "gila" untuk Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dan tentu saja beliau tidak akan pernah gila.
Hal. | 197 Jika yang dimaksudkan oleh mereka adalah makna konotasi lahiriahnya, maka berarti
Hal.
hanyalah yang sesuai dengan kisah terkenanya Nabi oleh sihir yang tidak
membahayakannya itu atau hanya seperti sakit-sakit yang lain.

Atau, maksud orang-orang kafir itu bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam terpengaruh oleh sihir, dan apa yang datang kepadanya berupa wahyu itu
hanyalah akibat dari khayalan dan tipu muslihat sihir. Pengakuan mereka yang demikian
juga tentu sangat bohong. Sebab, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sudah
dijamin akan mendapatkan perlindungan Allah yang disebut 'ishmah, khususnya
yang berhubungan dengan kepentingan menyampaikan risalah. Adapun segala yang
berhubungan dengan sebagian urusan duniawi, yang Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam tidak diutus untuk mengurusnya, maka gangguan duniawi itu mungkin saja
mengenai Nabi seperti lazimnya manusia biasa.

Jadi, bukan hal yang terlalu jauh dari kenabian jika sebagai manusia biasa beliau
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah terbayangkan melakukan sesuatu yang sebetulnya
tidak terjadi. Bahkan ada disebutkan (baca: diriwayatkan), bahwa terbayangkan pada diri
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu beliau mendatangi istrinya, padahal
sebetulnya tidak mendatanginya. Itu pun tidak menjadi masalah. Bukankah banyak orang
yang membayangkan sesuatu, seperti persis melakukannya, dalam mimpinya. Maka hal
demikian, bukan hal yang aneh jika terjadi dalam keadaan terjaga.

Dan itu, seperti Anda ketahui, merupakan pembelaan sembarangan dan tanpa
pemikiran terhadap hadits. Sebab jika sihir berhasil menguasai badan dan anggota
seseorang, maka biasanya secara otomatis mengganggu pikiran (akal) juga, di samping
mengganggu bahkan merusak penglihatan yang benar terhadap berbagai perkara
sebagaimana hal itu terjadi terhadap Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan
segala gambaran pemikirannya.

Adapun komentar Syaikh Ibn Al-Qayyim terhadap hadits sihir yang menimpa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah sebagai berikut, "Hadits tersebut
sebetulnya tsabit (kuat dan benar) menurut ulama ahli hadits dan diterima di kalangan
mereka. Tetapi hadits tersebut diingkari dan tidak diterima oleh ulama teologi (ilmu
kalam) dan yang lainnya. Mereka membohongkan hadits seperti itu. Bahkan sebagian di
antara mereka ada yang sampai menyusun suatu buku yang menyerang atau mengkritik
pedas Hisyam bin 'Urwah bin Az-Zubair yang meriwayatkan hadits dari Siti Aisyah r.a."

Perkataan atau penilaian yang paling baik mengenai Hisyam bin 'Urwah bin Az-
Zubair hanya kata-kata, "Ghalitha wa isytabaha 'alaihi al-amru, dia salah dan urusan sihir

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

itu samar baginya." Tidak ada sedikit pun sihir yang mengenai Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebab Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu tidak
mungkin terkena sihir. Jika beliau terkena sihir, itu berarti membenarkan apa yang
dikatakan orang-orang kafir, seperti diungkapkan kembali oleh Alquran, Kamu (sekalian)
tiadalah mengikuti kecuali seorang Iaki-laki yang tersihir.
Hal. | 198
Hal.
Mereka yang menolak hadits ini juga berkata, "Itu mirip dengan apa yang dikatakan
Fir'aun kepada Nabi Musa a.s., 'Dan sesungguhnya aku, betul-betul menyangkamu hai
Musa sebagai orang yang terkena sihir.'" Demikian pula seperti yang dikatakan orang-
orang kafir dari kaum Nabi Shaleh a.s. kepada Nabi Shaleh a.s., Sesungguhnya kamu
adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir (QS. Asy-Syu'ara: 153). Atau, seperti
yang dikatakan kaum Nabi Syu'aib kepada Nabi Syu'aib a.s., Sesungguhnya kamu
adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir (QS. Asy-Syu'ara: 185).

Menurut orang-orang yang menolak hadits sihir ini, para nabi itu tidak mungkin
(diakui) terkena sihir yang sesungguhnya, sebab jika terkena sihir, itu berarti menafikan
perlindungan dan perneliharaan ('ishmah) dari Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap
mereka dari godaan-godaan setan.

Selanjutnya Ibn Al-Qayyim Al-Jawziyyah berkata, "Apa yang mereka katakan itu
tidak dapat diterima oleh para pakar (ahli ilmu). Karena Hisyam bin 'Urwah bin Az-Zubair
itu termasuk orang yang paling tsiqah (dapat dipercaya) dan paling pandai (alim). Tak ada
seorang imam hadits pun yang mencelanya sehingga harus menolak haditsnya .... "

Mengapa ulama ilmu kalam (para teolog) menolak hadits sihir yang menimpa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam? Bukankah hadits sihir itu pun telah diriwayatkan
oleh perawi selain Hisyam dari Siti Aisyah r.a. Penyusun kitab Shahihain telah sepakat
untuk men-sahih-kan hadis sihir itu, dan tidak ada satu pun dari pakar hadits yang
menolak atau mengomentarinya dengan komentar jelek.

Menurut Ibn Al-Qayyim Al-Jawziyyah, sihir yang menimpa Nabi Muhammad


Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu termasuk penyakit biasa yang telah disembuhkan oleh
Allah. Dan peristiwa seperti itu tidak mengurangi kredibilitas Nabi dan tidak mencelanya
sebab boleh saja para nabi itu sakit, seperti juga pingsan. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam pun pernah pingsan ketika sakit. Beliau pernah terjatuh ketika kakinya terluka.
Penyakit yang seperti itu hanya merupakan bencana atau cobaan yang tidak mengurangi
kredibilitas beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, justru menambah keagungan dan
kemuliaannya.

Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi. Mereka mendapatkan
banyak cobaan dan bencana dari umatnya sendiri. Ada di antara mereka yang dibunuh,
dipukuli, ditahan (disandera), dan ada juga yang biasa diejek. Jadi bukanlah suatu bid'ah
jika ada nabi yang diuji oleh umatnya, dengan izin Allah meski tidak menghendakinya,
dengan macam-macam ujian seperti juga suatu macam sihir. Sebagaimana Nabi pun

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

pernah diuji dengan dilempari batu sarnpai terIuka. Bahkan pernah juga beliau Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dilempari kotoran ketika sedang melakukan sujud, dan lain-lain cobaan
dan bencana. Semua itu tidak mengurangi kredibilitas mereka. Tidak pula menirnbulkan
cela pada mereka. Justru, yang jelas, itu semua menambah ketinggian derajat dan
kernuliaannya di sisi Allah.
Hal. | 199
Hal.
Kemudian Ibn Al-Qayyirn Al-Jawziyyah berkata, "Adapun perkataan tuan-tuan, “Jika
para nabi itu terkena sihir, maka itu berarti menafikan penjagaan dan perlindungan dari
Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap mereka', ketahuilah bahwa Allah itu betul-betul
memberikan bimbingan, pemeliharaan, dan penjagaan serta perlindungan. Tetapi Dia
juga menguji mereka dengan macam-macam ujian, seperti halnya yang dikenakan kepada
umat mereka. Ujian Allah kepada mereka misalnya adanya orang-orang kafir yang
menyakitinya dengan berbagai macam cara dan bermacam-macarn bentuk. Hal itu
dimaksudkan Allah untuk menyempurnakan kemuliaan mereka, di samping untuk
menjadi suri teladan bagi orang-orang sesudahnya. Baik para sahabatnya, maupun
urnatnya.

Dengan contoh seperti itu, umat Islam atau umat para nabi itu akan meniru
kesabaran dan ketabahan para pemimpinnya jika mereka pun mendapatkan ujian seperti
itu. Perlakuan Allah seperti itu pun mernbuat orang-orang kafir semakin teruji. Apakah
mereka akan berhenti menyakiti para nabi dan umatnya, atau rnereka akan terus-
rnenerus mengganggu dengan risiko siksaan batin di dunia, dan siksaan kekal di akhirat
kelak.

Itulah, antara lain, sebagian hikrnah dan manfaat ujian Allah terhadap para nabi,
yakni dengan menyakiti mereka atau menguji rnereka lewat perlakuan kaumnya sendiri.
Dan tentu masih banyak hikmah dan manfaat lain yang lebih sempurna, lebih
bermanfaat, serta lebih menyenangkan bagi mereka. Tidak ada sembahan selain Allah.
Dan tidak ada tuhan yang mengurus dunia ini selain Dia yang Mahaperkasa."

Itu pun, seperti Anda ketahui, merupakan pembelaan tanpa pemikiran yang benar.
Sebab, bencana atau ujian yang dipergunakan Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menguji
para nabi itu justru berupa keingkaran rnereka dan kesesatannya, serta 'keengganan
mereka untuk menerima ajaran yang benar. Ujian yang demikian ini tidak mengganggu
para nabi sedikit pun. Adapun apa yang menimpa Nabi berupa penyakit pingsan atau
yang sejenisnya, hal itu merupakan sesuatu yang baru dan biasa, yang umumnya tidak
memerlukan waktu lebih lama daripada satu hari atau satu malam. Jika hal itu berlanjut
sampai enam bulan atau bahkan setahun, maka tentu hal itu termasuk yang
mengganggu Nabi dari pelaksanaan dan pengembanan risalahnya, di samping
memisahkannya dari maqam (kedudukan) mereka sebagai nabi.

Ibn Hazm, dalam bukunya Al-Muhalla ketika mengomentari hadits sihir, berkata,
"Khabar atau hadits itu sahih. Allah telah mengenalkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam orang yang menyihirkan, dan ternyata tidak sampai

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

membunuhnya."

Anehnya, seorang ulama besar, faqhih, dan mujtahid yang luas wawasannya
sekaliber Ibn Al-Qayyim, juga seorang ulama besar yang disegani dan diakui
kecerdasannya seperti Ibn Hazm, bersikap seperti itu mengenai hadits sihir. Dan telah
Hal. | 200 sampai kepada keduanya pendapat-pendapat para ularna lain yang menerima hadits sihir
Hal.
tersebut. Mereka pun ber-hujjah dengan hadits tersebut. Yang paling jelas mengenai
sikap Ibn Al-Qayyim ketika mernperbincangkan hadits sihir itu adalah seperti yang dikutjp
oleh Ibn Hajar dalam syarah hadits tersebut dari Shahih Bukhari.

Ibn Hajar berkata, "Ibn Al-Qayyim mengatakan bahwa obat yang paling mujarab
dan alat yang paling kuat untuk melepaskan sihir dan menggagalkan kekuatannya, yang
merupakan pengaruh arwah jahat, adalah obat-obat ilahiyah berupa zikir, doa, yang
terus-menerus dibaca. Itu termasuk sebab yang paling agung untuk menangkal sihir."
Selanjutnya Ibn Al-Qayyim berkata, "Kemampuan penguasaan sihir itu hanya berlaku bagi
orang-orang yang mempunyai hati (jiwa) yang lemah. Oleh karena itu, umumnya, sihir
menimpa anak-anak dan kaum wanita, serta orang-orang bodoh. Sebab arwah jahat dan
kotor itu hanya bersemangat dan berani mengganggu hati dan jiwa yang lemah,
yang memang siap menerimanya."

Itulah yang ditetapkan dan diakui oleh Ibn Al-Qayyim, bahwa arwah jahat
mempunyai kekuatan untuk mengganggu manusia yang di antara pengaruhnya itu
disebut sihir. Dia berpendapat bahwa arwah jahat itu tidak akan mempengaruhi kecuali
jiwa-jiwa yang lernah atau hati yang kosong dari keimanan, seperti ruhnya anak-anak dan
kaum wanita. Bagaimana pendapatnya itu dapat diterima jika dia pun berpendapat
bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam terkena sihir? Bagaimana ini menjadi
pendapat Ibn Al-Qayyim sendiri? Dia telah menurunkan derajat dan maqam Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sampai setingkat derajat dan maqam anak-anak dan kaum
wanita?

Ibn Hajar juga menolak apa yang dikutipnya secara ringkas dari Ibn Al-Qayyim.
Menurutnya, pernyataan Ibn Al-Qayyim itu merupakan kesimpulan dari hadits yang
berkenaan dengan sihir. Pernyataannya menegaskan mungkin sihir menimpa Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meskipun maqam-nya tinggi, tawajjuh-nya
benar, dan selalu berzikir mengingat Allah.

Selanjutnya Ibn Hajar berkata, "Tetapi penolakan terhadap pendapat Ibn Al-Qayyim
itu dapat dirinci. Bahwa apa yang disebutkannya itu berdasarkan kebanyakan
(mayoritas). Dan sihir terjadi pada diri Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
untuk menegaskan mungkinnya sihir menimpa seseorang, termasuk Nabi sekalipun."

Itulah salah satu sisi sikap dan pandangan orang-orang yang mengingkari hadits
mengenai sihir, khususnya yang menimpa Nabi a.s., dan sikap orang-orang yang
membela hadits tersebut.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Masih banyak lagi ulama lain yang lebih mementingkan kesejahteraan dan
kesehatan Nabi. Mereka tampaknya tidak begitu jelas melibatkan dirinya pada
perbedaan pendapat mengenai hadits sihir itu. Mereka adalah kelompok mufassirin, para
pakar tafsir Alquran Al-Karirn. Mereka tidak mempunyai keinginan apalagi semangat
untuk mempermasalahkan hadits sihir ketika menafsirkan surah Al-Falaq. Bahkan, ketika
Hal. | 201 menafsirkan ayat min syarri an-naffatsat fi al-'uqadi, "Dari kejahatan para tukang sihir
Hal.
perempuan yang meniup-niup pada buhulan (ikatan)", mereka tidak mengisyaratkan
secara dekat atau secara jauh kepada kandungan hadits sihir tersebut. Padahal itulah
objek yang harus dibahas.

Itu berarti mereka lebih memilih sikap tawaqquf - berhenti tidak


mempermasalahkannya - bahkan kecenderungan mereka untuk menolak hadits tersebut
lebih jelas daripada kecenderungan mereka untuk menerimanya. Tentu saja tidak semua
ahli tafsir mempunyai sikap seperti itu, dan di antara mufassirin yang mengikuti jalan
seperti itu adalah Syaikh Zamakhsyari Al-Kasysyaf, Imam Thabari, Imam Al-Qurthubi, dan
An-Nasafy.

Jadi ada tiga pendapat mengenai hadits sihir tersebut. Pertama, pendapat yang
menolak hadits tersebut dan tidak mau menerimanya demi menyucikan maqam dan
kedudukan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam serta menguatkan 'ishmah-nya.
Kedua, pendapat yang menguatkan hadits tersebut dan men-takhrij hadits tersebut yang
sejalan dengan upaya penjagaan terhadap maqam kenabian Nabi Muhammad Shallallahu
'Alaihi wa Sallam dan tetap memelihara 'ishmah-nya. Ketiga, pendapat yang tidak
melibatkan diri untuk mempermasalahkan hadits tersebut. Mereka tidak menolak hadits
sihir tersebut, juga tidak menerimanya. Mereka tidak mengisyaratkan posisi hadits
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saya sendiri bertanya-tanya kepada diri saya manakah pendapat yang harus saya
ikuti, khususnya jika saya melibatkan diri saya ke dalam kelompok para ulama yang
mempunyai obsesi untuk mengkaji Alquran Al-Karim. Dalam kondisi seperti ini saya lebih baik
bersikap masa bodoh (la syu'ury), untuk selanjutnya bertawaqquf - tidak menentukan
sikap ke kanan atau ke kiri - lalu membiarkan hadits itu dan tidak menggunakannya. Sikap
itu dilandaskan kepada berbagai hal berikut ini.

Bahwa hadits sihir itu bukan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu
'Alaihi wa Sallam, yang bertujuan atau mempunyai maksud untuk menegaskan suatu
perintah dari berbagai perintah agama. Dan bukan pula merupakan salah satu larangan
dari larangannya. Atau, bahkan juga untuk memberikan nasihat atau petunjuk yang
berhubungan erat dengan syariat (hukum) Islam atau etikanya.

Hadits tersebut, seandainya sahih sekalipun, tidak lebih daripada sekadar


menginformasikan sebagian keadaan atau kondisi khusus Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam dan tidak ada yang lebih mengenal akan hal itu kecuali keluarganya yang terdekat,
seperti Siti Aisyah r.a. Jadi, seandainya pun hadits sahih, maka tidak ada

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang meriwayatkannya, sebagai sanad kedua setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa


Sallam, selain Siti Aisyah r.a. Itu berarti, bahwa apa yang menimpa diri Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu tidak mempunyai pengaruh terhadap perikehidupan di
luar keluarganya sendiri, dan lebih khusus hanya berhubungan erat dengan pribadi Siti
Aisyah r.a. yang menurut salah satu riwayat, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak
Hal. | 202 dapat menggaulinya selama enam bulan. Bahkan menurut riwayat lain, Rasulullah
Hal.
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tidak menggauli Siti Aisyah r.a. itu selama setahun.
Kemungkinan besar tidak ada sanad lain selain Siti Aisyah r.a. yang kemudian
dilanjutkan oleh Hisyam bin 'Urwah bin Az-Zubair r.a.

Jika peristiwa sihir yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu
mempunyai pengaruh terhadap selain lingkungan keluarga sempit dan terbatas itu, maka
pasti masalah tersebut akan ramai dibicarakan orang atau diriwayatkan banyak
periwayat melalui sanad yang banyak pula, atau menjadi mutawatir. Di samping itu,
sangat boleh jadi kasus itu akan merupakan peristiwa yang mengguncang masyarakat
umat Islam semua. Bahkan informasi dan berita mengenai kasus itu akan menyebar luas
ke daerah atau ke negeri-negeri luar jazirah Arab. Kasus itu pun akan menjadi berita
turun-ternurun di kalangan umat Islam berbagai negeri, di samping akan dikenal oleh
musuh-musuh Islam di berbagai tempat. Dan pasti pula, berita sihir yang menimpa Nabi
itu akan terus hidup hangat di lingkungan umat Islam dalam tempo lama, bahkan
mungkin tak henti-hentinya dibicarakan orang.

Tetapi, jika hanya berupa hadits ahad yang tidak dipegang beritanya kecuali oleh
keluarga Az-Zubair dari Siti Aisyah r.a., maka keadaan seperti itu tidak cukup luas untuk
menjadi pembicaraan orang dalam hal menerimanya, kecuali jika merupakan peristiwa
atau kasus yang berhubungan erat dengan hubungan suami-istri keluarga Nabi
Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan Siti Aisyah r.a. saja. Sehingga, tidak ada
yang mengetahui kecuali Siti Aisyah r.a. bersama orang-orang terdekat, seperti putra-
putri saudaranya, yaitu Shafiyyah dari suaminya Az-Zubair bin 'Awwam.

Bahwa Alquran Al-Karim dengan tegas mengungkapkan dan menyatakan kepada


Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, “Dan Allah akan selalu menjaga
(memelihara) kamu dari (gangguan) manusia.” Ayat tersebut merupakan janji dari Allah
Subhanahu wa Ta'ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dari berbagai
tipu daya musuh-rnusuhnya, baik gangguan itu akan mengenai jasadnya, akalnya,
ataupun perasaan (kalbu)-nya.

Jadi, Allah Subhanahu wa Ta'ala yang menjamin penjagaan dan perlindungan


Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam secara mutlak, sehingga tidak ada seorang
manusia pun yang mampu mengganggunya atau menyakitinya. Atas dasar itu, ketika
Nabi menerima ayat ('ishmah) itu, beliau bersabda kepada seorang sahabatnya yang
akan memimpin penjagaan terhadap dirinya, "Wahai sekalian manusia, pergilah
karena sesungguhnya aku telah dijaga dan dipelihara (dilindungi) oleh Allah yang
Mahaperkasa lagi Mahaagung (Azza wa Jalla)."

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Apakah setelah itu akan dapat dimengerti, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala
memimpin penjagaan terhadap pribadi Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam,
bahkan memberitahukan hal itu dengan tegas, lalu ternyata ketika ada itipu daya atau
makar dari seorang Lubaid bin Al-A'sham tidak ditolak-Nya, sehingga otak atau akal yang
merupakan alat tubuh yang paling vital itu terkena sihirnya? Bahkan masa sakitnya pun
Hal. | 203 lama? Ada yang mengatakan selama enam bulan penyakit sihir itu mengganggu pribadi
Hal.
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sang pengemban risalah yang seharusnya
menghadapi umatnya selama dua puluh empat jam tanpa pernah berhenti. Bahkan ada
juga yang meriwayatkan bahwa hal itu berlangsung selama setahun penuh? Lalu
bagaimana tugas risalahnya? Terbengkalai begitu saja? Mana riwayat yang
mengisyaratkan hal itu?

Lalu, bagaimanakah akibatnya, jika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam


yang agung itu atau siapa pun, otak atau akalnya terganggu oleh sihir? Berpikirnya
menjadi kacau, sehingga terbayangkan padanya seakan-akan melakukan sesuatu tetapi
sebenarnya tidak. Terbayangkan pula padanya seakan-akan mencampuri istrinya tetapi
tidak.

Atau, apakah hal itu boleh saja terjadi padanya? Justru kasus seperti itu merupakan
realita yang tidak mungkin terhindar dari pribadi Nabi, karena harus menjadi bahan kajian
dalam syariat Islam? Lalu beliau bersabda, padahal beliau tidak menyadari, apa yang
didengar oleh orang-orang Mukmin apakah itu Alquran atau Sunnah yang ternyata bukan
Alquran juga bukan Sunnah, lalu para perawi pun menerimanya dan menegakkan agama
Islam pada hal yang demikian itu? Atau, mungkin terlihat bahwa umat Islam telah
mengetahui apa yang menimpa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, lalu
mereka menonaktifkannya dari tugas kenabian selama masa terjangkit sihir itu? Lalu
mengapa mereka tetap mendengarkan apa yang disabdakannya dan mengapa pula
mereka menerima segala sesuatu darinya? Bukankah Allah Subhanahu wa Ta'ala
menegaskan dalam firman-Nya, Apa saja yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka jauhilah .... (QS. Al-Hasyr 59: 7).

Adakah umat Islam tanpa Nabi Muhammad padahal beliau ada pada mereka? Atau
ada Nabi tetapi tidak ada umat Islamnya? Bukankah umat Islam ketika itu telah meneapai
ribuan?

Bahwa Rasulullah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam itu dikenal sebagai
seorang Imam umat Islam dalam setiap shalat lima waktu, baik ketika mereka dalam
hadhar ataupun dalam safar. Apakah benar, di sela-sela Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
terkena sihir itu, yang katanya sampai berbulan-bulan, beliau mendirikan shalat bersama-
sama umat Islam tanpa ada gangguan pada otak dan ingatannya, dan shalatnya pun
tidak terganggu, baik dalam perkataannya (adzkar shalat) ataupun alam gerakannya?
Dapatkah dibenarkan, bahwa beliau berdiri, duduk, ruku' dan sujud, padahal beliau
membayangkan melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dilakukannya?

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Justru yang benar, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tetap melakukan shalat
berjamaah dengan umat Islam ketika itu hingga dua hari yang paling akhir menjelang
wafatnya, padahal beliau dalam keadaan sakit. Beliau memaksakan diri untukmemimpin
shalat meski harus berangkat ke mesjid dengan dipapah oleh dua orang sahabat.
Ketika ternyata sakitnya semakin berat, maka beliau memerintahkan Abu Bakar Shiddiq
Hal. | 204 r.a. untuk memimpin salat berjamaah.
Hal.

Lalu bagaimana dengan kitab-kitab hadits mu'tabar (handal) yang mengungkap


kasus tersebut. Diragukan atau ditolak saja? Dan jika demikian berarti menyepelekan atau
mungkin melecehkan sunnah?

Tidak, kita harus tetap memuliakan kitab-kitab sunnah dan mengagungkan para
penyusun dan periwayatnya, serta mengakui sepenuhnya perjuangan mereka dalam
mengumpulkan sunnah dan menyeleksinya, serta menghafalnya. Tetapi itu hanya
merupakan satu qadhiyyah (problema). Di pihak lain, jika harus mengangkat derajat
kitab-kitab hadits tersebut melebihi maqam dan derajat Alquran dan harus mengikuti
hukum yang ditetapkan oleh sunnah yang ternyata kontradiksi dengan ayat-ayat Alquran
yang jelas maksudnya, itu merupakan qadhiyyah (problema) lain. Jadi, penghargaan
terhadap As-Sunnah dan Alquran itu harus proporsional.

JAMPI DAN BENTENG DARI SIHIR

Berikut ini akan dijelaskan apa-apa yang memungkinkan untuk dijadikan ruqyah (doa
atau jampi), doa perlindungan (ta awwudzat), alat pembenteng (tahashshunat), dan alat
penjaga (tahaffuzhat) dari gangguan sihir. Juga akan dijelaskan berbagai alat (sarana)
untuk membatalkan atau menggagalkan, dan menghancurkan sihir, serta obat
penyembuh bagi orang yang tersihir.

Telah kita ketahui bahwa orang yang terkena sihir itu dimasuki setan (muqtaran bihi
asy-syaithan) yang jahat dan nakal yang disebut khadim sihr (pelayan sihir), atau disebut
juga syaithan sihr (setan sihir). Setan tersebut menguasai orang yang terkena sihir lewat
perantaraan atau atas komando ahli sihir dari bangsa manusia yang jahat dan fasik.

Orang yang mahsud (terkena hasud dengki) juga seperti orang yang terkena sihir.
Sebab, orang yang dengki pun sedang kemasukan seorang setan yang disebut syaithan al-
hasud, dia seperti setan sihir.

Tetapi bedanya, kalau setan sihir itu beroperasi dan berkuasa dengan komando
tukang sihir dari kalangan manusia, sedang setan hasud (dengki) melesat bagaikan peluru
dari revolver (pistol). Atau ia melesat seperti anak panah yang dilemparkan dari busur.
Jadi, setan hasud itu pergi dari mata seorang pendengki, pendendam, dan jahil yang telah
dimasuki (dikuasai) oleh setan hasud seperti burung-burung yang hinggap ketika ada
kesempatan untuk menghasud. Jadi, tukang hasud dan pendendam itu adalah manusia
yang mempunyai jiwa yang penuh dengan kedongkolan, kebencian, rasa cemburu,

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

kemarahan, dan lain-lain yang seperti itu. Dia tidak suka melihat orang lain mendapatkan
karunia Allah ’Azza wa Jalla. Sungguh, penghasut, pendengki, dan pendendam itu manusia
yang kotor dan keji bagaikan keranjang sampah yang penuh dengan kotoran dan najis.

Orang pendengki, pendendam, dan penghasud itu dimasuki oleh ratusan setan
Hal. | 205 hasud. Mereka mendapatkannya sebagai sasaran empuk bagaikan barang yang hilang.
Hal.
Dari celah-celah perbuatannya mereka menguasai atau menggoda orang-orang yang
menjadi sasaran hasudnya (al-mahsudin).

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Pandangan mata itu hak dari setan
menghadirinya (menyaksikan dan mempengaruhinya). " Sabdanya lagi, "Hindarilah racun
mata-mata." Kemudian sabdanya lagi, "Pandangan itu merupakan satu panah dari
berbagai panah Iblis (setan).

Orang yang mirip dengan orang yang terkena sihir dan terkena hasud atau dengki
adalah orang yang gila (menderita penyakit anjing gila atau al-mashru'). Jadi, pada setiap
mereka itu ada setannya. Setan yang paling lemah adalah setan yang masuk ke dalam
jiwa orang gila (al-mashru`). Sedang setan yang paling jahat dan paling celaka adalah
setan yang masuk kepada orang yang terkena hasud (al-mashud). Dan setan yang paling
celaka/jahat, paling nakal, dan paling jelek adalah setan yang menjadi khadam sihir
karena dia tidak menggabungkan diri (masuk) ke dalam tubuh orang yang terkena sihir
kecuali dengan komando ahli sihir yang fasik dan jahat. Jika khadam sihir keluar dari
tubuh manusia yang terkena sihir tanpa izin dari ahli sihir, maka dia akan dibunuh
langsung tanpa kompromi dan tanpa alasan apa pun.

Oleh karena itu, khadam (pelayan) sihir itu selalu berusaha untuk menguasai orang
yang tersihir sehingga membuat putus asa semua orang yang berhubungan dengan
yang terkena sihir itu. Baik yang mengobati, keluarga korban, maupun korban itu
sendiri. Dan jika berhasil, wa na'udzu billah, dia menguasai mereka, sehingga orang
yang terkena sihir, yang mengobati maupun keluarganya putus asa, maka keputusasaan
itu adalah salah satu macam kekafiran. Sebagaimana diisyaratkan firman Allah ’Azza wa
Jalla, Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus
asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir (QS. Yusuf 12:87).

Dalam Surah Al-Hijr disebutkan, Ibrahim berkata, "Tidak ada orang yang berputus asa
dari rahmat Tuhannya kecuali orang-orang yang sesat (QS. Al-Hijr 15:56).

Oleh karena itu, khadam atau pelayan sihir selalu berusaha untuk tetap
mempengaruhi dan menguasai orang yang terkena sihir, dengan harapan dia atau
keluarganya atau yang mengobatinya menjadi putus asa. Dia melakukan itu karena takut
oleh ahli sihir yang akan membunuhnya jika dia kembali atau keluar dari orang yang
terkena sihir itu tanpa hasil.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Alat Penggagal dan Penghancur Sihir

Ada tiga alat perantara untuk menghancurkan dan menggagalkan sihir. Yang
pertama, terpenuhi dengan menakut-nakuti, inti kebohongan, penggantian, perubahan,
dan pembaruan. Yang kedua, jarang dipergunakan oleh orang-orang saleh. Sedang. yang
Hal. | 206 ketiga, merupakan wasilah atau perantara (alat) yang aman dan terjamin kesuksesannya.
Hal.

Pertama, membatalkan (menggagalkan) dan menghancurkan sihir lewat setan


sihir atau pelayan sihir yang masuk (bergabung) dengan orang yang terkena sihir. Bisa
juga lewat jalan setan lain, atau dengan cara mengajak bicara setan yang ada dalam badan
orang yang terkena sihir, dan menggunakan jasanya.

Banyak orang yang mengobati orang yang terkena sihir itu dengan cara mengajak
bicara kepada setan yang sedang menyusup ke dalam tubuh orang yang terkena sihir itu.
Mereka menundukkannya dengan menanyakan namanya, menanyakan tukang sihir yang
memanfaatkan jasanya, menanyakan nama orang yang membebani tukang sihir untuk
melakukan sihir, menanyakan tempat penyimpanan sihir, dan menanyakan barang-barang
yang digunakan untuk menyihir.

Setan pelayan sihir itu mejawab semua pertanyaan yang diajukan kepadanya. Tetapi
sebetulnya termasuk kebodohan dan kedunguan jika ada yang dengan mudah
membenarkan setan pelayan sihir yang menyebutkan namanya, nama ahli sihir yang
menggunakannya, tempat sihir, dan barang-barang yang dipakai untuk menyihir. Karena
yang pasti benar (jujur) dalam perkataannya hanyalah Rasulullah, seperti diisyaratkan
firman Allah ’Azza wa Jalla, Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Alquran) menurut kemauan
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang-diwahyukan (kepadanya).
Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat (QS. An-Najm 53:3-5).

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam, lewat empat hadits yang semuanya sahih,
memberitahukan kepada kita bahwa setan itu sangat pembohong (kadzub). Dia banyak
berdusta, menipu, banyak melakukan makar, dan sangat tercela karena kebohongannya.
Dia berdusta untuk menimbulkan fitnah dan kejahatan. Dia berbohong untuk me mecah-
belah dan melepaskan rasa cinta kasih di antara yang sedang berkasih sayang, yang saling
mencintai, dan di antara orang-orang yang saling menolong. Jika Rasulullah, Nabi
Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam, berkali-kali menegaskan bahwa setan itu
pembohong ulung, maka kita wajib mengikuti petunjuknya. Dan kita wajib selalu
mencurigai setiap yang dikatakan setan sebagai suatu kebohongan, kedustaan, penipuan,
dan kontroversial atau berbeda dengan kenyataan. Bahkan, lebih celaka, jika kita
membenarkan apa yang dikatakan pelayan sihir dan meyakininya sebagai suatu berita
yang meyakinkan, boleh jadi hal itu akan menyeret seseorang ke dalam kekufuran,
kemusyrikan, kerugian, dan kecelakaan. Semoga Allah Azza wa Jalla melindungi kita dari
hal yang demikian.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan, "Siapa yang membenarkan


peramal atau dukun, maka sungguh dia telah mengingkari apa yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam" Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam
berulang-ulang dalam haditsnya menyatakan bahwa setan itu sangat pendusta dan
pembohong ulung.. Hadits-hadits itu, antara lain, hadits Abu Hurairah r.a. ketika dia
Hal. | 207 bertindak sebagai penjaga kurma untuk sedekah, hadits Abu Ayyub Al-Anshary, hadits
Hal.
Ubay bin Ka'ab, dan hadits Umar bin Khaththab r.a.

Atas dasar itu, mengajak berbicara kepada setan yang menjadi pelayan sihir dan
bergabung (menyatu) dengan manusia yang tersihir adalah perbuatan yang salah.
Wasilah atau perantaraan yang demikian itu penuh dengan kebohongan, kecurigaan,
penggantian, mungkin berita dan segala masalahnya diganti, perubahan, pembaruan, dan
cara-cara bohong lainnya. Meskipun mungkin juga sekali-kali setan pun benar pada apa
yang dikatakannya. Tetapi kemungkinan benar dan jujurnya setan itu sebetulnya terlalu
lemah untuk disebutkan.

Kalaupun setan itu benar dan dia menghadirkan sihir, maka sangat mungkin
baginya mendatangkan sihir yang berbeda dengan sihir yang sedang mengenai orang
yang terkena sihir ketika itu. Karena bagaimanapun, kita tidak mempunyai wasilah atau
perantaraan untuk membenarkan bahwa sihir yang sedang diderita oleh penderita itu
adalah sihir yang disebutkan setan tersebut. Bahkan, meskipun perkataan setan itu betul
mengenai sihir yang digunakannya ketika itu, mungkin saja penyihir memperbarui sihirnya
pada saat itu juga, sehingga boleh jadi agak sulit untuk mengobati sihir tersebut.

Metode pertama itu disebut metode istinthaq atau mengajak setan yang sedang
menyusup itu untuk berbicara dan menggunakan setan lain untuk menyelesaikan sihir
yang sedang menimpa seseorang karena ulah setan pelayan sihir.

Kedua, adalah melalui istilham, memohon ilham atau petunjuk yang benar dari Allah
Azza wa Jalla untuk melapangkan dada kita, menyinari kalbu kita. Dapat juga kita
memohon ilham (petunjuk) dari Allah untuk memberikan isyarat lewat mimpi yang jelas
maksudnya, dengan karunia dan rahmat Allah Azza wa Jalla.

Jadi, metode pertama dengan menggunakan metode istinthaq wa istikhad asy-


syaithan, yaitu mengajak bicara dan menggunakan jasa setan; sedang metoda kedua
melalui istilham dan istihad', yaitu memohon ilham dan hidayah atau petunjuk dari Allah
Azza wa Jalla. Jadi, metode pertama dan kedua ini bertujuan mencari informasi lengkap`
mengenai zat (macam) sihir untuk kemudian dilenyapkan dan dihancurkan.

Sedang metode ketiga, adalah dengan pembentengan (tahshin) dan melindungi


korban sihir dengan menggunakan bacaan Alquran Al-Karim, zikir-zikir, dan ibadah-ibadah
tertentu.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Membatalkan dan menggagalkan sihir dapat dilakukan dengan cara mengenali


macam sihir, tempatnya, dan pelakunya lewat pelaksanaan shalat raja' (pengharapan).
Dengan memohon petunjuk, ilham, fatwa, pertolongan, dan bantuan untuk
melapangkan dada dan membukakan hati, kita dapat mengenali sihir yang sedang
beraksi, untuk kemudian menggagalkan dan melenyapkannya.
Hal. | 208
Hal.
Ibadah atau zikir tersebut diisyaratkan oleh ayat-ayat berikut ini, yaitu surah Yunus
10:62-64; surah Al-Baqarah 2:257; surah Al-A`raf 7:196; dan surah Fushshilat 41:30-32.
Berikut terjemahan ayatayat tersebut.

1. Surah Yunus: 62-64

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu)., orangorang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan)
di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu
adalah kemenangan yang besar.”

2. Surah Al-Baqarah: 257

“Allah pelindung (wali) orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari
kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-
pelindungnya adalah setan-setan yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan
(kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”

3. Surah Al-A`raf: 196

“Sesungguhnya wali (pelindung)-ku adalah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab (Alquran)
dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.”

4. Surah Fushshilat 41:30-32 Allah berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan), “Janganlah kamu (sekalian) merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih,
dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu." Kami-lah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; Di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya
apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang." (Lihat kembali kitab saya Al-Faqir, yang sangat mengharapkan rahmat
dan ampunan Allah yang Mahakuasa - Abdul Khaliq Al-Aththar, yaitu kitab Awliya` Ar-
Rahman As-Su add' wa Awliyd' Asy-Syaithdn Al Asyqiya'.

Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa Allah Azza wa Jalla mempunyai wali-wali

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

yang dibimbing-Nya, dengan memberikan perhatian yang banyak, perlindungan,


petunjuk, pertolongan, taufik, dan bantuan-Nya.

Di antara karunia dan pemuliaan Allah yang diberikan kepada wali-wali itu ialah
dengan mengilhamkan mimpi yang benar kepada mereka. Mimpi mereka itu bagaikan
Hal. | 209 satu perempat puluh enam bagian dari kenabian, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah
Hal.
Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam, " Mimpi yang benar dan saleh - cocok dengan petunjuk Allah -
itu adalah satu bagian dari empat puluh enam bagian nubuwwah (kenabian)."

Dalam kesempatan lain Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Tidak ada
dari mubasysyirat an-nubuwwah "kabar gembira kenabian", kecuali berupa mimpi yang
benar yang dilihat oleh hamba Allah, atau mimpi itu diperlihatkan kepadanya."

Seperti telah diketahui bersama, bahwa wahyu ada dua macam. Pertama, wahyu
yang sangat jelas dan tampak sekali, yakni bahwa Rasulullah (setiap nabi dan rasul)
melihat utusan Allah berupa malaikat dengan mata terang tanpa ada keraguan sedikit
pun. Hal ini khusus bagi para rasul dan nabi a.s. Kedua, wahyu khafi atau wahyu yang
samar. Wahyu ini ada dua macam, yaitu penglihatan lewat mimpi (ketika tidur), dan lewat
ilham dari malaikat dalam keadaan terjaga, bukan ketika tidur dengan perantaraan
malaikat yang bertugas memberikan ilham dan ifham pemahaman- serta tahdits
(mengajak bicara). Lihat pula kitab saya Al-Faqir, yang sangat berharap akan rahmat dan
ampunan Allah yang Mahakuasa, Abd Al-Khaliq Al-Aththar dengan judul, Ar-Ru'ya Al-
Manamiyyah wa Al Ahlam, Kayfiyyatu Takwiniha wa Ushul wa Qawaid Ta'wiliha (Penglihatan
dalam tidur dan mimpi, cara mendapatkannya, asal-usul, dan kaidah-kaidah penakwilan
atau pemaknaannya).

Seorang wali adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah Azza wa Jalla, yang dicintai-
Nya dan mereka pun sangat mencintai-Nya. Mereka suka kepada keimanan, mencintai
orang-orang Mukmin dan Alquran. Mereka juga mencintai ahli Alquran. Mereka suka pada
amal yang ikhlas dan orang-orang yang suka beramal dengan jiwa ikhlas, seperti
mencintai kebenaran dan kejujuran di samping mencintai setiap orang yang benar dan
jujur. Mereka banyak mendapatkan karunia dari Allah Azza wa Jalla Kekufuran dan
kefasikan, serta kemaksiatan, tidak mereka sukai.

Dalam kaitan itu, Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Banyak orang
yang rambutnya kusut tidak teratur dan hanya mempunyai dua potong kain (pakaian)
yang lusuh, selalu ditolak oleh pemilik pintu-pintu, jika mereka mengetuk pintu, tetapi
jika dia bersumpah kepada Allah atau memohon kepada-Nya, pasti diperkenankan-Nya."
Pada hadits lain Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam menegaskan, "Perbagus (halalkan)
makananmu, maka kamu akan menjadi orang yang dikabulkan doanya."

Jika para wali yang suci, penuh ketakwaan, jernih pikirannya, dermawan, mulia,
agung, suka ruku' dan sujud, suka melakukan amar makruf dan nahyi munkar, serta suka
menjaga hukum-hukum Allah, lalu menghadap kepada Allah dengan menangis, penuh

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

rasa kehinaan dan kefakiran, merasa pecah atau rusak hatinya, banyak berdoa, penuh
pengharapan, selalu memohon fatwa-Nya, dan selalu mohon petunjuk dan pertolongan-
Nya, maka Allah Azza wa Jalla akan berkenan memuliakan mereka. Allah akan
menyayanginya, mengasihinya, memberinya karunia yang banyak, serta memberikan apa
saja yang mereka minta. Mereka disinari cahaya dari-Nya dengan cahaya keimanan dan
Hal. | 210 cahaya Alquran pada dadanya. Mereka akan ditunjuki-Nya ke jalan yang lurus, serta
Hal.
diarahkan-Nya ke arah yang benar dan baik. Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, "Hati-hatilah terhadap firasat- pandangan batin seorang Mukmin, karena dia
melihat dengan cahaya dari Allah."

Jadi, para wali itu sudah pasti akan diberi mimpi yang benar dan jelas maksudnya,
diberi ilham dan petunjuk, dan disinari hatinya dengan keimanan, norma-norma Alquran,
dan ihsan. Apalagi jika hamba pilihan yang dimaksud seperti Nabi Muhammad Shallalahu
‘Alaihi wa Sallam. Pernah terjadi kepadanya, sebagaimana yang dikatakannya kepada
istrinya, Siti Aisyah r.a., "Aku telah memohon fatwa kepada Tuhanku, lalu Dia
memfatwakan kepadaku. Telah datang kepadaku Jibril yang duduk dekat kepalaku dan
Mikail di dekat kedua kakiku."

Jadi, orang-orang saleh yang mempunyai sifat-sifat mulia seperti itu suka melakukan
shalat ar-raja', untuk mengharapkan rahmat dan petunjuk Allah, shalat istihda' untuk
memohon petunjuk-Nya, dan shalat istifta' untuk memohon fatwa-Nya. Jadi, shalat-
shalat seperti itu sama seperti shalat istikharah, yaitu untuk memohon pilihan dari Allah
Azza Wa Jalla. Mereka selalu mengharapkan limpahan karunia Allah dengan mengasihi
dan menyayangi mereka jika mereka berhak untuk mendapatkan pemberian-Nya dan
pantas mendapatkan limpahan rahmat dan karunia-Nya yang bermacam-macam.

Tambahan

Jika seorang hamba Allah tidak berhasil dalam permohonan limpahan karunia Ilahi
dengan cara seperti itu, maka hendaklah dia waspada terhadap dirinya, jangan-jangan dia
tidak melakukan cara atau metode pendekatan itu secara benar. Atau, boleh jadi dia
mempunyai banyak cela atau aib yang belum dibersihkannya. Mungkin dia tidak
sempurna dalam melaksanakan ibadah wajibnya, atau bahkan jarang melaksanakan
ibadah sunat, sering meninggalkan yang nawafil, seperti sunat-sunat. Jika seorang hamba
Allah tidak berhak mendapatkan limpahan karunia Allah, maka hendaklah dia terus-
menerus memohon limpahan karunia dan rahmat dari Allah Azza wa Jalla. Dan hendaklah
dia mengetahui, bahwa sesungguhnya Allah Azza wa Jalla suka melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya kepada para wali dan hamba-Nya.

Menurut wasilah atau perantaraan yang ketiga, untuk menggagalkan dan


menghancurkan sihir itu dapat dilakukan dengan membentengi korban sihir dan
melindunginya. Disertai dengan cara memperkuat jiwa korban, serta melemahkan dan
merusak khadam sihir.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Unsur-unsur cara atau metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Diusahakan supaya korban sihir mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Alquran yang
disertai dengan perhatian penuh, pendalaman maknanya, mengambil pelajaran
darinya, dan selalu memikirkan maksudnya.
Hal. | 211
Hal. 2. Melakukan zikrullah atau mengingat Allah dengan cara hati yang hadir atau khusyu'
penuh perhatian, penuh rasa hina, penuh pengharapan kepada Allah, dan
menghadapkan hati kepada Allah Azza wa Jalla
3. Banyak berdoa dengan serius dan berulang-ulang.
4. Disertai shaum dan bangun malam (shalat tahajjud).
5. Zuhud atau tidak cinta kepada keduniaan serta banyak memikirkan keakhiratan.

Untuk menguatkan jiwa seseorang yang terkena sihir, hendaklah dia dibentengi
dengan selalu menjaga diri dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.

Dengan karunia dan rahmat Allah Azza wa Jalla, telah saya jelaskan pada bab
pertama dari kitab ini kepentingan dan keutamaan setiap upaya untuk menjaga diri,
mengobati sihir, dan membentengi diri dari sihir. Hal yang paling penting adalah
hendaknya korban sihir (al-mashur) dan yang lainnya selalu taat kepada segala perintah
Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hendaknya dia rajin melakukan ibadah, baik
yang fardu atau wajib, maupun yang sunatnya. Di samping menjaga diri jangan sampai
melakukan kemaksiatan, baik yang kecil apalagi yang besar. Korban sihir itu juga
hendaknya rajin membaca Alquran atau .zikir-zikir lainnya yang berguna untuk
perlindungan dari Allah Azza wa Jalla. Atau bacaan Alquran dan zikir-zikir itu dibacakan
oleh orang-orang saleh. Beberapa zikir tersebut akan dikemukakan, insya Allah Ta'ala.

Ada sebagian orang yang terkena sihir, setelah diberi sedikit kesehatan dan
kesejahteraan oleh Allah Azza wa Jalla, mereka menelantarkan kaum wanita dan
keluarganya, serta membuat kerusakan di muka bumi. Mereka merusak otak dan hatinya
dengan racun dan ghayum (awan/rokok?), serta nyanyian-nyanyian setan. Akibatnya,
mereka kembali sakit (tersihir) dan menjadi hina-dina - semoga Allah melindungi kita dari
perbuatan itu - lalu keadaannya kembali seperti semula, bahkan lebih parah lagi.

Umar bin Khaththab r.a. pernah berkata, "Janganlah kamu sekalian menolong
musuh-musuhmu untuk menguasaimu, yakni dengan melakukan kemaksiatan terhadap
Tuhanmu."

Allah Azza wa Jalla berfirman, Dan Kami menurunkan dari (bagian) Alquran suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang Mukmin, dan Alquran itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim kecuali kerugian (QS. Al-Isra'17:82).

Pada surah lain, Allah Azza wa Jalla menyatakan, Dan jika Kami jadikan Alquran itu
suatu bacaan dalam bahasa selain bahasa Arab tentulah mereka mengatakan, "Mengapa
tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut Alquran) dalam bahasa asing sedang (rasul

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

adalah orang) Arab?" Katakanlah, 'Alquran itu petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang
beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman, pada telinga mereka ada sumbatan, sedang
Alquran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang
dipanggil dari tempat yang jauh (QS. Fushshilat 41:44).

Hal. | 212
Hal. Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Banyak pembaca Alquran,
sedang Alquran sendiri melaknatnya."

Jadi, berdasarkan ayat-ayat dan hadits tersebut, Alquran diturunkan oleh Allah Azza
wa Jalla untuk menjadi obat penawar, rahmat (kebaikan), dan petunjuk bagi orang-orang
yang beriman. Sementara bagi orang-orang jalrat (zalim), fasik, dan kafir, turunnya
Alquran justru rnembuat mereka tersiksa dan merugi.

Satu hal yang harus diperhatikan, bahwa pembacaan ayat-ayat Alquran dan zikir
atau wirid lainnya untuk kepentingan penawar hati dan penyejuk kalbu itu harus disertai
suatu keyakinan yang benar dan jiwa ikhlas kepada Allah Azza wa Jalla. Sebab jika
keyakinannya lemah, maka faedah dan manfaat ayat-ayat Alquran dan zikir-zikir itu akan
lemah sekali. Dan sebaliknya, jika keyakinannya mantap dan keimanannya sangat kuat,
maka bacaan zikir-zikir itu akan semakin menguatkan hikmah dan faedahnya.

Kesimpulan dari wasilah atau alat perantara ketika ini adalah bahwa kita mencoba
menghadirkan arwah malaikat yang mulia dan pilihan, serta mempunyai derajat tinggi di
sisi Allah ke dalam badan orang yang menjadi korban sihir. Dan itu hanya dapat terjadi
dengan mendengarkan dan memperhatikan bacaan-bacaan Alquran, apalagi jika sambil
memikirkan makna dan merenungkan maksudnya. Demikian pula ketika melakukan zikir
lainnya, harus dilakukan dengan hati yang penuh kesungguhan dan khusyu', merendah,
dan merasakan kehinaan diri. Kaidah yang telah terkenal berbunyi, "Jika ada malaikat,
maka setan pun pergi."

Betapa nikmatnya dan berpengaruhnya jika Alquran itu dibaca disertai pemikiran
makna dan perenungan maksudnya, serta diambil pelajarannya, ketika sedang melakukan
shalat.

JAMPI (DOA), DZIKIR PERLINDUNGAN, BENTENG DIRI, DAN PENJAGAAN BAGI KORBAN
SIHIR

Bagian akhir dari kitab ini akan mengetengahkan bermacam-macam ruqyah (jampi
atau doa), ta’awwudzat (zikir perlindungan), tahashshunat (untuk benteng diri), dan
tahaffuzhat (zikir penjaga diri khususnya bagi korban sihir).

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 213
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 214
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 215
Hal.

Doa-doa Perlindungan, Benteng Diri, dan Penjagaan

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 216
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 217
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 218
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 219
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 220
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 221
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 222
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 223
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 224
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 225
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 226
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 227
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 228
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 229
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 230
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 231
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 232
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 233
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 234
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 235
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 236
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

Hal. | 237
Hal.

http://www.akhirzaman.info/
Menolak dan Membentengi Diri dari Sihir Abdul Kholiq Al-Athar

"Bilamana pemilik Hak Cipta berkeberatan dengan digunakan bahan-bahan miliknya,


silahkan menghubungi kami dan dalam kesempatan pertama, insya-Allah kami akan segera
menarik kembali.”
(admin@akhirzaman.info )

Hal. | 238
Hal.
Semoga Bermanfaat

http://www.akhirzaman.info/

You might also like