You are on page 1of 129

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN

DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN AL BISRI SEMARANG TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang


Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Derajad Sarjana Psikologi

Oleh :

Ayu Febriasari
NIM. 1550402033

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul :

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja

Di Panti Asuhan Al Bisri Semarang Tahun 2007

Yang diajukan oleh :

Ayu Febriasari
NIM. 1550402033

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji di depan dewan penguji skripsi

Fakultas Ilmu Pendidikan

Semarang, 24 Juli 2007

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sugeng Hariyadi, M. S Rulita Hendriyani, S. Psi., M. Si


NIP. 131472593 NIP. 132255795

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu


Pendidikan Universitas Negeri Semarang dan dinyatakan diterima untuk
memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh derajad sarjana S1
Psikologi pada :

Hari : Selasa
Tanggal : 24 Juli 2007

Panitia Ujian Skripsi

Ketua Sekretaris

Dr. Agus Salim, M.S Dra. Sri Maryati D., M.Si.


NIP. 131127082 NIP. 131699302

Dewan Penguji Tanda Tangan

1. Dra. Sri Maryati D., M.Si.


NIP.131125886 ……………………

2. Drs. Sugeng Hariyadi, M.S


NIP.131472593 ……………………

3. Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si


NIP. 132255795 ……………………

Semarang, 24 Juli 2007


Mengesahkan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Dekan

Dr. Agus Salim, M. S


NIP. 131127082

iii
ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN


DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN AL BISRI SEMARANG

Oleh :
Ayu Febriasari
Nim. 1550402033

Abstrak skripsi di bawah bimbingan Drs. Sugeng Hariyadi, M. S dan Rulita


Hendriyani, S. Psi., M. Si.
Untuk mencapai tujuan hidupnya, manusia selalu melakukan penyesuaian
diri sesuai dengan tuntutan dari diri sendiri maupun lingkungannya. Bagi remaja
di panti asuhan, banyak penghayatan baru yang memerlukan penyesuaian diri
yang baru pula. Tentunya hal ini tidak selamanya berjalan dengan lancar, sering
terjadi remaja gagal karena kemampuannya belum memadai. Pada saat-saat
seperti ini, remaja sangat membutuhkan dukungan sosial dari orang lain di
lingkungan terdekatnya yaitu pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti
asuhan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di panti asuhan. Hipotesis
penelitian ini yaitu ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri remaja di panti asuhan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan sosial dan variabel terikatnya
adalah penyesuaian diri. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja penghuni Panti
Asuhan Al Bisri Semarang yang berusia 13-18 tahun, pengambilan sampel
menggunakan teknik total sampling sebanyak 40 orang. Metode pengambilan data
menggunakan skala psikologi.
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan korelasi product
moment dari Pearson, komputasi dengan menggunakan komputer program
statistical program for social sciences (SPSS) versi 10.0. Hasil pengolahan data
diperoleh nilai korelasi rxy = 0,566, p < 0,01, yang menunjukkan bahwa hipotesis
diterima. Artinya terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan
sosial dengan penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

Kata kunci : dukungan sosial, penyesuaian diri.

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

D Allah telah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan hanya Dia yang menegakkan
keadilan, para malaikat dan orang-orang berilmu juga menyatakan demikian : tidak
ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana (QS. Ali Imran:18).

D Ketulusan, wawasan, budi pekerti, kelembutan sekaligus kekuatan adalah kepribadian


yang sangat cantik (DPHN, ST)

D Langkah penting yang harus dilakukan seorang pelari dalam arena perlombaan bukan
hanya saat ia memulai garis start ataupun cukup dengan semangat yang menyala-
nyala, namun yang terpenting yaitu bagaimana ia dapat terus bertahan dan berjuang
sekuat tenaga untuk mencapai tujuan akhir yaitu garis finish.

Persembahan
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk
Yang tercinta ….
Bapak, Ibu, adikku Ajeng (alm.) dan Andro,
serta kekasihku,
atas doa dan kasih sayangnya.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah AWT yang telah melimpahkan rahmatNya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Hubungan

Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan Yatim

Piatu Al Bisri Semarang”. Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Agus Salim, M.S., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

2. Dra. Sri Maryati Deliana, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Sugeng Hariyadi, M.S dan Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si., dosen

pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam menyusun skripsi ini.

4. Dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan berbagai

masukan dan kritik bagi kesempurnaan penulisan skripsi.

5. M. Shokis, SH., Ketua Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

6. Seluruh remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian.

vi
7. Kedua orang tua, adikku Ajeng (alm.) dan Andro, serta DP Hendro N.

tercinta.

8. Seluruh dosen Psikologi UNNES yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan selama penulis menempuh masa kuliah.

9. Sahabat-sahabatku Sari, Sekar, Indri, terima kasih atas bantuan, dukungan dan

kebersamaannya.

10. Teman-temanku Roksi, Mas Toni, Mbak Ika (Pink), Cik Evi (Psikocentra),

yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi serta teman–teman

Jurusan Psikologi UNNES.

11. Semua pihak yang telah memberikan motivasi, bantuan dan masukan dalam

penyusunan skrisi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segenap bantuan serta dukungan yang telah diberikan kepada

penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Akhirnya, besar harapan penulis

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Semarang, 24 Juli 2007

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR GRAFIK....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 10
C. Penegasan Istilah...................................................................... 10
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 11
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 12
F. Sistematika Skripsi................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 14
A. Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan .............................. 15
1. Penyesuaian Diri ................................................................ 15
a. Pengertian Penyesuaian Diri ........................................ 15
b. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri ................................... 18
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri.. 22
d. Penyesuaian Diri yang Baik ......................................... 26
2. Remaja ............................................................................... 30
a. Pengertian Remaja ....................................................... 30
b. Ciri-Ciri Remaja........................................................... 32

viii
c. Tugas Perkembangan Remaja ...................................... 34
3. Panti Asuhan ...................................................................... 36
a. Pengertian Panti Asuhan .............................................. 36
b. Tujuan Panti Asuhan .................................................... 37
c. Fungsi Panti Asuhan .................................................... 38
4. Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan ........................ 39
B. Dukungan Sosial ...................................................................... 41
1. Pengertian Dukungan Sosial .............................................. 41
2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial .............................................. 44
3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial ..................................... 50
C. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian
Diri Remaja di Panti Asuhan ................................................... 52
D. Hipotesis................................................................................... 56
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 58
A. Jenis Penelitian......................................................................... 58
B. Variabel Penelitian ................................................................... 59
1. Identifikasi Variabel........................................................... 59
2. Definisi Operasional Variabel Penelitian........................... 59
3. Hubungan Antar Variabel Penelitian ................................. 62
C. Subjek Penelitian...................................................................... 62
1. Populasi .............................................................................. 62
2. Sampel................................................................................ 63
D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .............................. 63
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................ 68
1. Validitas ............................................................................. 68
2. Reliabilitas ......................................................................... 68
F. Teknik Analisis Data................................................................ 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 71
A. Persiapan Penelitian ................................................................. 71
1. Orientasi Kancah................................................................ 71
2. Proses Perijinan.................................................................. 73

ix
3. Penentuan Sampel .............................................................. 73
B. Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 74
C. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 74
D. Deskripsi Data Penelitian......................................................... 75
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan ............................................ 75
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.................................... 75
a. Validitas ....................................................................... 76
b. Reliabilitas ................................................................... 79
2. Hasil Penelitian .................................................................. 79
a. Gambaran Penyesuaian Diri Remaja ........................... 79
b. Gambaran Dukungan Sosial......................................... 83
c. Uji Hipotesis ................................................................ 89
3. Pembahasan........................................................................ 91
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 98
A. Kesimpulan .............................................................................. 98
B. Saran......................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Blue Print Penyesuaian Diri........................................................ 66
Tabel 3.2 Blue Print Dukungan Sosial........................................................ 67
Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................ 74
Tabel 4.2 Rangkuman Data Penelitian........................................................ 75
Tabel 4.3 Blue Print Skala Penyesuaian Diri Setelah Uji Coba.................. 77
Tabel 4.4 Blue Print Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba ................. 78
Tabel 4.5 Pengelompokkan Norma Tingkat Penyesuaian Diri ................... 80
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri........................................ 81
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Aspek Penyesuaian Pribadi ....................... 82
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Spek Penyesuian Sosial ............................. 83
Tabel 4.9 Pengelompokkan Norma Tingkat Dukungan Sosial ................... 84
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial........................................ 85
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Emosional ..................... 86
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Penghargaan.................. 87
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Instrumental .................. 88
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Informasi....................... 89
Tabel 4.15 Korelasi Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri
Remaja ........................................................................................ 90
Tabel 4.16 Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Penysuaian Diri Remaja 91

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Variabel X dan Y ............................. 62
Gambar 4.1 Diagram Penyesuaian Diri Remaja ........................................... 92
Gambar 4.2 Digram Dukungan Sosial .......................................................... 94

xii
DAFTAR GRAFIK

Halaman
Grafik 4.1 Tingkat Penyesuaian Diri Remaja ............................................... 81
Grafik 4.2 Tingkat Dukungan Sosial ............................................................ 85

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Instrumen Skala Penelitian ....................................................... 105
Lampiran 2 Data Kasar Skala Penyesuian Diri............................................ 114
Lampiran 3 Data Kasar Skala Dukungan Sosial .......................................... 115
Lampiran 4 Sebaran Deskriptif Skala Penyesuaian Diri.............................. 116
Lampiran 5 Sebaran Deskriptif Skala Dukungan Sosial.............................. 117
Lampiran 6 Validitas Skala Penyesuaian Diri ............................................. 118
Lampiran 7 Reliabilitas Skala Penyesuaian Diri.......................................... 122
Lampiran 8 Validitas skala Dukungan Sosial .............................................. 123
Lampiran 9 Reliabilitas Skala Dukungan Sosial.......................................... 127
Lampiran 10 Analisis Hubungan Penyesuaian Diri dengan Dukungan
Sosial ........................................................................................ 128
Lampiran 11 Deskriptif Skala Penyesuaian Diri .......................................... 129
Lampiran 12 Deskriptif Skala Dukungan Sosial........................................... 130
Lampiran 13 Uji Normalitas ......................................................................... 131
Lampiran 14 Uji Linieritas............................................................................ 132
Lampiran 15 Analisis Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Ditinjau Dari
Sumber Dukungan Sosial (Pengasuh & Teman-teman) .......... 136
Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian ................................................................. 139
Lampiran 17 Surat Bukti Penelitian.............................................................. 140

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah tempat yang penting dimana anak memperoleh dasar

dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang yang berhasil di

masyarakat. Keluarga yang berisi ayah, ibu dan saudara kandung adalah

tempat utama bagi individu mendapatkan pengalaman bersosialisasi pertama

kalinya, agar dapat tumbuh utuh secara mental, emosional dan sosial. Orang

tua mempunyai peran penting dalam kaitannya dengan menumbuhkan rasa

aman, kasih sayang dan harga diri, yang semua itu merupakan faktor

kebutuhan psikologis anak. Terpenuhinya kebutuhan psikologis tersebut akan

membantu perkembangan psikologis secara baik dan sehat.

Perjalanan hidup seorang anak tidak selamanya berjalan dengan baik.

Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa anak harus berpisah

dari keluarganya karena sesuatu alasan, seperti menjadi yatim, piatu bahkan

yatim piatu, tidak mampu dan terlantar, sehingga kebutuhan psikologisnya

tidak terpenuhi secara wajar. Ganjalan ini membuat anak tidak berdaya. Lebih

lagi, tidak adanya orang yang dapat diajak berbagi cerita atau dijadikan

panutan dalam menyelesaikan masalah. Apabila hal ini berjalan terus-

menerus akan mengakibatkan anak tersebut terganggu dalam kehidupan

sehari-hari.

1
2

Anak-anak inilah yang dipelihara oleh pemerintah maupun swasta

dalam suatu lembaga yang disebut panti asuhan. Tempat itulah yang

selanjutnya dianggap sebagai keluarga oleh anak-anak tersebut. Panti asuhan

berperan sebagai pengganti keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak dalam

proses perkembangannya.

Pada saat anak melewati masa remaja, pemenuhan kebutuhan fisik,

psikis dan sosial juga sangat dibutuhkan bagi perkembangan kepribadiannya

karena pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-

kanak ke masa dewasa. Pada masa transisi tersebut, remaja mengalami

berbagai masalah yang ada karena adanya perubahan fisik, psikis dan sosial.

Masa transisi ini banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian

terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan. Perkembangan pada remaja

pada hakekatnya adalah usaha penyesuaian diri yaitu usaha secara aktif

mengatasi tekanan dan mencari jalan keluar dari berbagai masalah. Berhasil

tidaknya remaja dalam mengatasi masalahnya tersebut sangat tergantung dari

bagaimana remaja mempergunakan pengalaman yang diperoleh dari

lingkungannya dan selanjutnya kemampuan menyelesaikan masalah ini akan

dapat membentuk sikap pribadi yang lebih mantap dan lebih dewasa.

Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu dimana individu

berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar

dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut (Hurlock, 2004:233). Remaja yang

berusaha menemukan identitas dirinya dihadapkan pada situasi yang

menuntut harus mampu menyesuaikan diri bukan hanya terhadap dirinya


3

sendiri tetapi juga pada lingkungannya, dengan demikian remaja dapat

mengadakan interaksi yang seimbang antara diri dan kesempatan ataupun

hambatan di dalam lingkungan. Penyesuaian diri menuntut kemampuan

remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya,

sehingga remaja merasa puas terhadap dirinya dan terhadap lingkungannya.

Bagi remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung

menjadi anak yang rendah diri, tertutup, tidak dapat menerima dirinya sendiri

dan kelemahan-kelemahan orang lain, serta merasa malu jika berada diantara

orang lain atau situasi yang terasa asing baginya.

Hartini (2001:114) dalam penelitiannya pada anak-anak panti asuhan

di Jawa Timur menemukan bahwa :

Lima puluh dua persen anak-anak panti asuhan cenderung


menunjukkan kesulitan dalam penyesuaian sosialnya yang
menggambarkan adanya kebutuhan psikologis untuk dapat
menyesuaikan diri dengan tata cara atau aturan lingkungannya. Hal ini
menunjukkan bahwa kehidupan panti tersebut terlalu kaku dan kurang
memperhatikan pemenuhan kebutuhan psikologis dan sosial para
penghuninya.

Remaja yang tinggal di panti asuhan menemui banyak aturan yang

harus ditaati oleh remaja tersebut. Hal ini seringkali membuat remaja merasa

kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang ada dan merasa kurang

bebas, sehingga seringkali remaja melanggar aturan yang ada. Contohnya,

yang dialami Musa (bukan nama sebenarnya) bahwa dirinya masih merasa

kesulitan untuk meyesuaikan diri dengan aturan dan teman di panti asuhan

meski sudah tinggal selama lebih dari dua tahun, juga merasa bosan tinggal di

panti karena sering diejek teman-temannya. Tami (bukan nama sebenarnya)


4

kadang-kadang berbohong pada pengasuh jika ingin main ke rumah teman

sepulang sekolah dengan alasan ada tugas belajar kelompok. Fadli (bukan

nama sebenarnya) merasa bosan bila mengerjakan jadwal piket. Sama halnya

dengan Irfan (bukan nama sebenarnya) juga merasa bosan dengan jadwal

piketnya, Irfan sering pura-pura ketiduran jika mendapat giliran piket. Misbah

(bukan nama sebenarnya) sering terlambat sekolah karena bangun kesiangan

dan terkadang merasa malas berangkat sekolah karena uang sakunya kurang.

Keadaan panti yang membosankan dan adanya peraturan yang ketat membuat

remaja merasa terkekang. Adanya tekanan tersebut, remaja menjadi berontak

atau tidak mematuhi semua aturan dan merasa kurang bebas. Pada remaja

panti asuhan, tekanan tersebut tidak jarang dilampiaskan dalam kehidupan di

panti asuhan karena pantilah yang menjadi lingkungan hidup sehari-hari.

Oleh karena itu, remaja tersebut dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

dengan baik di lingkungannya.

Seseorang dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosialnya jika

ia memiliki keterampilan sosial dan mampu berhubungan dengan orang lain,

baik dengan teman atau dengan orang yang tidak dikenalnya. Keterampilan

sosial ini kurang dimilliki oleh individu yang tinggal di panti asuhan. Hartini

(2001:117) membuktikan bahwa anak yang tinggal di panti asuhan

mengalami banyak problem psikologis dengan karakter sebagai berikut :

Kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa,
penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Disamping itu, anak-anak
tersebut menunjukkan perilaku yang negativis, takut melakukan kontak
dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan rasa
bermusuhan dan lebih egosentrisme, sehingga anak panti asuhan akan
sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain.
5

Penulis juga menemukan karakteristik yang menunjukkan bahwa

remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang cenderung mempunyai sifat yang

sama, yaitu inferior, rendah diri, kaku dalam bergaul, merasa takut dan

cemas, suka bersitegang, kurang percaya diri dan lebih suka sendirian.

Contohnya, Nurma (bukan nama sebenarnya) berusia 13 tahun, cenderung

memiliki sifat rendah diri, tertutup dan merasa takut. Nurma merasa malu

karena mengganggap bahwa dirinya terjelek diantara teman-temannya.

Nurma juga merasa takut selama tinggal di panti asuhan, dirinya menganggap

semua temannya sadis karena suka mengganggunya. Banyak diantara mereka

yang suka bersitegang, seperti suka mengganggu teman, saling mengejek dan

bertengkar. Misalnya, Rosi (bukan nama sebenarnya) berusia 16 tahun sering

bertengkar dengan temannya di panti asuhan dan pernah bertengkar dengan

temannya di sekolah. Umi (bukan nama sebenarnya) tidak percaya diri,

merasa bahwa dirinya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan

orang lain, cenderung menjadi pendiam dan pemalu.

H.M. Shokis, SH (Ketua Panti Asuhan Al Bisri Semarang)

mengatakan bahwa ada anak-anak panti asuhan yang berperilaku sesuka

hatinya seperti sering meledek teman, berkata jorok dan bertengkar, ada yang

cenderung pendiam, tidak suka berkumpul dengan teman-teman yang lain,

serta ada yang sulit untuk mengikuti kegiatan seperti piket, shalat, mengaji

dan kerja bakti.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak Panti Asuhan Al

Bisri Semarang tersebut memiliki tingkat penyesuaian diri yang kurang.


6

Diungkapkan lebih lanjut berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh

peneliti bahwa remaja panti asuhan yang sudah lama tinggal di panti biasanya

memiliki relasi yang dekat dengan teman-teman di panti dan pengasuhnya,

namun tetap saja remaja seringkali menunjukkan perilaku malu-malu,

menarik diri, pencemas, khususnya saat berhadapan dengan orang lain yang

masih baru.

Lain lingkungan sosial lain pula pengalaman interaksi sosial yang

diperoleh remaja. Interaksi sosial yang dialami oleh remaja yang tinggal di

panti asuhan berbeda dengan yang tinggal di keluarga biasa. Remaja di panti

asuhan bergaul dan berhadapan dengan para pengasuh yang mempunyai

peranan sebagai pengganti orang tua. Walaupun esensi dari panti asuhan

adalah menggantikan yang hilang dari orang tua melalui para pengasuh tetapi

kenyataan ini sering sulit dicapai secara memuaskan. Sehubungan dengan

adanya kondisi-kondisi khusus seperti kurangnya perhatian pengasuh,

kurangnya fasilitas fisik, terlalu ketatnya disiplin dan aturan yang dijalankan

serta harus mengikuti kegiatan keagamaan dan program keterampilan yang

diikuti oleh remaja tersebut. Akibatnya, dalam mengadakan hubungan dengan

lingkungan sekitarnya memungkinkan remaja tersebut cenderung

menampakkan sikap pendiam, pasif, kurang responsif terhadap orang lain dan

merasa rendah diri, sehingga cenderung menarik diri dan lebih bersikap

defensif dalam pergaulan. Dengan demikian jelas terlihat bahwa remaja yang

tinggal di panti asuhan secara umum mempunyai kecenderungan kurang

mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya.


7

Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan kehadiran

orang lain dalam hidup. Oleh karena itu, individu membutuhkan individu lain

yang dapat memberi dukungan sosial. Dukungan yang diberikan

dimaksudkan agar remaja terhindar dari problem psikologis seperti yang

ditampakkan di atas. Adanya dukungan sosial bagi remaja di panti asuhan

merupakan salah satu cara untuk mengatasi hambatan dalam penyesuaian

dirinya. Hartini (2001:114) dalam penelitiannya menemukan bahwa 77

persen anak-anak panti asuhan di Jawa Timur mempunyai kebutuhan

psikologis untuk mendapatkan dorongan dan dukungan dari lingkungannya.

Dukungan sosial yang diterima seseorang dalam lingkungannya, baik berupa

dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan maupun kasih sayang

membuatnya akan memiliki pandangan positif terhadap diri dan

lingkungannya. Dengan adanya pandangan positif terhadap diri dan

lingkungannya, seseorang akan mampu menerima kehidupan yang dihadapi

serta mempunyai sikap pendirian dan pandangan hidup yang jelas, sehingga

mampu hidup di tengah-tengah masyarakat luas secara harmonis. Jika

individu merasa didukung oleh lingkungannya, segala sesuatu dapat menjadi

lebih mudah pada saat mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan

(Smet, 1994:133).

Bowlby dalam Dagun (2002:8) mengecam dan mengkritik lembaga-

lembaga rumah yatim piatu yang dianggapnya sebagai tempat yang tidak

menumbuhkan perilaku sosial dan emosional pada anak, terutama anak-anak

di tempat ini tidak mengalami suasana keibuan. Rutter dalam Monks, dkk
8

(2002:96) mengatakan bahwa kasih sayang ibu mutlak diperlukan untuk

menjamin suatu perkembangan psikis yang sehat pada anak, pemberian kasih

sayang ini tidak harus berasal dari ibu secara biologis, bisa juga dari orang

lain atau ibu pengganti. Remaja yang tinggal di panti asuhan berkembang

dengan bimbingan dan perhatian dari pengasuh yang berfungsi sebagai

pengganti orang tua dalam keluarga.

Dukungan sosial kurang bisa secara maksimal diberikan pada remaja

panti asuhan disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adalah rasio jumlah

anak asuh dengan pengasuh sangat tidak seimbang, remaja yang jumlahnya

sangat banyak tentu menghambat pemberian dukungan sosial secara individu.

Padahal pada kenyataannya menurut Rutter dalam Mussen, dkk (1989:118)

bahwa anak yang tumbuh di lingkungan panti asuhan lebih tergantung, lebih

banyak membutuhkan perhatian dari orang dewasa dan lebih mengganggu di

sekolah dibandingkan anak yang dirawat di rumah. Bagi remaja yang tinggal

di panti asuhan, jumlah orang dewasa yang bersedia mengurus, memberi

perawatan, perhatian, kasih sayang, stimulasi intelektual dan pembentukan

nilai merupakan faktor yang penting dalam perkembangan anak (Mussen,

dkk., 1989:138). Perbandingan antara jumlah pengasuh dan anak asuh yang

tidak seimbang menyebabkan remaja kurang merasakan perhatian, kasih

sayang dan bimbingan.

Beberapa remaja menyatakan bahwa pengasuh tidak pernah

memberikan pujian atas prestasi atau hasil pekerjaannya. Remaja tersebut ada

yang masih ragu dan takut dalam menjalin hubungan dengan pengasuh. Hal
9

tersebut menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan kurang

mendapatkan perhatian, hubungan individual secara hangat dan harmonis

belum terpenuhi secara baik. Dukungan dalam bentuk materi juga kurang

terpenuhi. Banyak remaja panti asuhan yang menyatakan bahwa uang saku

sekolahnya hanya cukup untuk biaya transportasi saja dan tidak bisa membeli

jajan.

Selain dukungan sosial yang berasal dari pengasuh, remaja di panti

asuhan juga mendapat dukungan sosial dari teman-temannya sesama

penghuni panti asuhan. Dukungan sosial dari teman-teman di panti asuhan

juga terbentur oleh beberapa hal. Teman-teman yang berada di lingkungan

panti asuhan kurang bisa saling memberi dukungan sosial disebabkan karena

sama-sama membutuhkan perhatian lebih, sehingga sulit sekali untuk bisa

saling memberi bimbingan positif.

Bagi remaja panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan

lingkungan sosial utama yang dikenalnya dan merupakan sumber dukungan

sosial yang utama. Dukungan sosial tersebut remaja dapatkan dari pengasuh

dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Apabila remaja panti asuhan

mendapat cukup banyak dukungan sosial dari lingkungannya dalam bentuk

apapun akan membuatnya mampu mengembangkan kepribadian yang sehat

dan memiliki pandangan positif, sehingga dirinya memiliki kemampuan

untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri

sendiri maupun lingkungan.


10

Berdasarkan berbagai uraian di atas, penulis ingin mengadakan

penelitian tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian

Diri Remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

B. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran tentang dukungan sosial di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang.

2. Bagaimana gambaran tentang penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al

Bisri Semarang.

3. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri

remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

C. Penegasan Istilah

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dan perlu

diberikan penjelasan. Ini dilakukan dengan maksud menghindari

kemungkinan terjadinya interpretasi makna dalam menggunakan istilah-

istilah dalam penelitian.

Istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah :

1. Penyesuaian diri remaja di panti asuhan

Penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

remaja untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan,

baik secara aktif maupun pasif yang melibatkan respon mental dan tingkah
11

laku, sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara diri dengan

lingkungannya yaitu panti asuhan.

Penyesuaian diri yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah

penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang, yang usianya

berkisar antara 13 sampai 18 tahun.

2. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di

dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang

terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental

yang diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal

itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima,

sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya.

Sumber dukungan sosial bagi remaja di panti asuhan dalam

penelitian ini diperoleh dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni

Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang dukungan sosial di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang.

2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang penyesuaian diri remaja

di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.


12

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan

penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

berarti bagi perkembangan ilmu Psikologi Perkembangan, khususnya

mengenai penyesuaian diri remaja di panti asuhan dalam kaitannya dengan

dukungan sosial, dimana dukungan sosial merupakan salah satu hal yang

dapat mempengaruhi tingkat penyesuaian diri remaja di panti asuhan.

2. Manfaat Praktis

a. Remaja panti asuhan dapat menyesuaikan diri secara harmonis, baik

yang berhubungan dengan diri maupun lingkungan sosialnya.

b. Sebagai masukan bagi panti asuhan yang dapat dijadikan

pertimbangan dalam memberikan perlakuan bagi anak asuhnya.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika dalam skripsi ini terdiri dari tiga pokok yaitu :

Bagian Awal Skripsi

Berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, motto dan

persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar

grafik dan daftar lampiran.


13

Bagian Isi Skripsi

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori dan Hipotesis. Pada bab ini terdapat tinjauan

pustaka, memuat teori-teori yang dijadikan landasan penulisan dalam

penelitian ini, meliputi penyesuaian diri yang menguraikan tentang pengertian

penyesuaian diri, aspek-aspek penyesuaian diri, faktor-faktor penyesuaian diri

dan penyesuaian diri yang baik. Dukungan sosial yang menguraikan tentang

pengertian dukungan sosial, jenis-jenis dukungan sosial dan sumber

dukungan sosial.

Bab III Metodologi Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, populasi,

sampel dan teknik sampling, variabel penelitian, metode pengumpulan data,

validitas dan reliabilitas, pelaksanaan uji coba dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang hasil-

hasil penelitian yang meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian,

prosedur pengumpulan data, deskripsi data penelitian, hasil penelitian dan

pembahasan.

Bab V Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


14

BAB II

LANDASAN TEORI

Individu memerlukan interaksi dengan lingkungan sosialnya karena dalam

lingkungan sosial individu dapat berkembang dan menyesuaikan diri. Bagi remaja

yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan lingkungan

sosial yang utama dalam mengadakan penyesuaian diri. Apabila remaja tidak

dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya maka remaja akan memiliki sikap

negatif dan tidak bahagia. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh panti asuhan

sebagai lingkungan pengganti keluarga dalam memberikan perlakuan dan

pemenuhan kebutuhan remaja agar dapat mengembangkan kepribadian yang

sehat.

Individu dalam perkembangannya membutuhkan orang lain. Interaksi

antara individu dan lingkungan sosialnya bersifat timbal balik. Selain mengadakan

kontak sosial, remaja membutuhkan dukungan dari lingkungan. Dukungan sosial

yang diterima remaja dari lingkungannya, baik berupa dorongan semangat,

perhatian, penghargaan, bantuan dan kasih sayang, membuat remaja memiliki

pandangan positif terhadap diri dan lingkungan, sehingga menumbuhkan rasa

aman dan bahagia yang penting dalam penyesuaian diri.

Untuk lebih jelasnya, hubungan antara dukungan sosial dengan

penyesuaian diri remaja di panti asuhan akan diuraikan pada bab ini.

14
15

A. Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan

1. Penyesuaian Diri

a. Pengertian Penyesuaian Diri

Kehidupan merupakan proses penyesuaian diri yang

berkesinambungan. Setiap individu selalu melakukan penyesuaian diri.

Penyesuaian diri adalah interaksi yang terus menerus dengan diri

sendiri, orang lain dan lingkungan. Dari diri sendiri maksudnya adalah

total kesiapan tubuh, tingkah laku, pikiran dan perasaan untuk

mengahadapi segala sesuatu setiap saat. Orang lain maksudnya adalah

bahwa secara nyata mereka memiliki pengaruh terhadap individu.

Sedangkan lingkungan adalah penglihatan dan penciuman serta suara

si sekitar individu yang dijalani sebagai urusan individu (Calhoun dan

Acocella, 1995:14). Interaksi antara individu dengan orang lain dan

lingkungannya bersifat timbal balik dan secara konstan saling

mempengaruhi. Individu selain dapat mengatasi masalahnya sendiri,

juga dapat mengatasi berbagai masalah yang menimbulkan

ketidaknyamanan dalam hidup bersama orang lain.

Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai

harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungan, sehingga rasa

permusuhan, dengki, iri hati, prasangka, depresi, kemarahan dan lain-

lain emosi negatif sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang

efisien bisa dikikis habis (Kartono, 2000:259).


16

Fahmi (1977:24) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah

proses dinamis terus-menerus yang bertujuan untuk mengubah

perilaku guna mendapatkan hubungan yang lebih serasi antara diri dan

lingkungannya. Pendapat Fahmi senada dengan Mu’tadin

(www.psikologi.com) yang menyatakan bahwa penyesuaian diri

merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah

perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri

individu dengan lingkunganya. Manusia dituntut untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan alam sekitarnya.

Kehidupan ini sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk

terus-menerus menyesuaikan diri.

Davidoff (1991:176) mendefinisikan penyesuaian diri sebagai

proses usaha untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan

lingkungan. Penyesuaian diri dengan diri sendiri adalah bagaimana

individu mempersepsi dirinya sendiri, potensi-potensi yang dimiliki

dan tingkat kepuasan akan hasil atau pengalaman yang diperoleh.

Penyesuaian diri dengan lingkungan dimaksud sebagai bagaimana

individu mempersepsi dan bersikap terhadap realitas yang ada.

Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang baik dapat

mengendalikan perasaan cemas, khawatir dan marah apabila mendapat

suatu tekanan dari lingkungan. Hal ini disebabkan oleh adanya

dorongan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam

mengaktualisasikan diri di lingkungan.


17

Gerungan (1996:55) menyatakan bahwa penyesuaian diri

berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (autoplastis)

dan mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan diri (alloplastis).

Jadi, penyesuaian diri dapat bersifat pasif yaitu kegiatan individu

ditentukan oleh lingkungan dan dapat bersifat aktif yaitu kegiatan

individu mempengaruhi lingkungan. Karena lingkungan dan keinginan

individu yang selau berubah, maka penyesuaian diri sifatnya selalu

dinamis antara autoplastis dan alloplastis.

Penyesuaian diri merupakan proses yang mencakup respon

mental dan tingkah laku, yaitu individu berusaha keras agar mampu

mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam

dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara

tuntutan dalam diri dan tuntutan dari lingkungan (Schneiders dalam

Pramadi, 1996:334). Penyesuaian diri dapat diperoleh melalui proses

belajar memahami, mengerti dan berusaha melakukan apa yang

diinginkan individu maupun lingkungannya. Individu yang mampu

menyesuaikan diri dengan baik akan mampu mencari sisi positif dari

hal baru yang dimilikinya, kreatif dalam mengolah kondisi serta

mampu mngendalikan diri, sikap dan perilakunya. Adanya hal-hal

tersebut membuat individu akan lebih mudah diterima oleh

lingkungan.
18

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

individu untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan

lingkungan, baik secara aktif maupun pasif yang melibatkan respon

mental dan tingkah laku, sehingga tercapai hubungan yang harmonis

antara diri dengan lingkungannya.

b. Aspek-Aspek Penyesuaian Diri

Fahmi (1982:20) mengemukakan aspek-aspek penyesuaian diri

yang terdiri dari :

1) Penyesuaian pribadi

Penyesuaian pribadi adalah penerimaan individu terhadap

dirinya sendiri. Penyesuaian pribadi berhubungan dengan konflik,

tekanan dan keadaan dalam diri individu, baik keadaan fisik

maupun keadaan psikis.

Penyesuaian pribadi yang baik atau buruk pada prinsipnya

dilandasi oleh sikap dan pandangan terhadap diri dan lingkungan.

Remaja yang mengalami penyesuaian pribadi yang buruk,

kehidupan kejiwaannya ditandai oleh kegoncangan emosi atau

kecemasan yang menyertai rasa bersalah, cemas, tidak puas,

kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya,

remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik akan merasa

aman, bahagia, memiliki sikap dan pandangan positif.


19

2) Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial

tempat individu hidup dan berinteraksi. Individu bertingkah laku

menurut sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka

patuhi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan

hidup agar dapat tetap bertahan dalam jalan yang sehat dari segi

kejiwaan dan sosial.

Mu’tadin (www.psikologi.com) mengatakan bahwa pada dasarnya

penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu :

1) Penyesuaian pribadi

Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk

menerima dirinya sendiri, sehingga tercapai hubungan yang

harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Individu

menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan

kekurangannya serta mampu bertindak objektif sesuai dengan

kondisi dirinya tersebut.

2) Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial

tempat individu berinteraksi dengan orang lain. Proses yang harus

dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan

untuk mematuhi norma dan peraturan sosial kemasyarakatan.

Dalam proses penyesuaian sosial individu mulai berkenalan

dengan kaidah dan peraturan yang ada lalu mematuhinya, sehingga


20

menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan

menjadi pola tingkah laku kelompok. Melalui norma dalam

masyarakat individu dituntut untuk dapat bekerjasama dan

berinteraksi dengan individu dan kelompok lainnya.

Kartono (2000:270) mengungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri

yang meliputi :

1) Memiliki perasaan afeksi yang adekuat, harmonis dan seimbang,

sehingga merasa aman, baik budi pekertinya dan mampu bersikap

hati-hati.

2) Memiliki kepribadian yang matang dan terintegrasi baik terhadap

diri sendiri maupun orang lain, mempunyai sikap tanggung jawab,

berfikir dengan menggunakan rasio, mempunyai kemampuan

untuk memahami dan mengontrol diri sendiri.

3) Mempunyai relasi sosial yang memuaskan ditandai dengan

kemampuan untuk bersosialisasi dengan baik dan ikut

berpartisipasi dalam kelompok.

4) Mempunyai struktur sistem syaraf yang sehat dan memiliki

kekenyalan (daya lenting) psikis untuk mengadakan adaptasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

penyesuaian diri adalah sebagai berikut :

1) Penyesuaian pribadi

Penyesuaian pribadi merupakan kemampuan individu untuk

menerima dirinya, sehingga ia mampu mengatasi konflik dan


21

tekanan dan menjadi pribadi yang matang, bertanggungjawab dan

mampu mengontrol diri sendiri.

Adapun indikator-indikator secara rinci dari penyesuaian

pribadi adalah sebagai berikut :

a) Penerimaan individu terhadap diri sendiri

b) Mampu menerima kenyataan

c) Mampu mengontrol diri sendiri

d) Mampu mengarahkan diri sendiri

2) Penyesuaian sosial

Penyesuaian sosial merupakan kemampuan individu untuk

mematuhi norma dan peraturan sosial yang ada, sehingga ia

mampu menjalin relasi sosial dengan baik dan mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini

penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat

remaja hidup dan berinteraksi yaitu panti asuhan, baik dengan

pengasuh maupun teman-teman sesama penghuni panti asuhan.

Sedangkan indikator-indikator untuk penyesuaian sosial

adalah :

a) Memiliki hubungan interpersonal yang baik

b) Memiliki simpati pada orang lain

c) Mampu menghargai orang lain

d) Ikut berpartisipasi dalam kelompok

e) Mampu bersosialisasi dengan baik sesuai norma yang ada


22

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri dipengaruhi oleh banyak faktor, secara garis

besar faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja

menurut Hariyadi, dkk (1995:110) dikelompokkan menjadi dua bagian

yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

a) Faktor motif, yaitu motif-motif sosial seperti motif berafiliasi,

motif berprestasi dan motif mendominasi.

b) Faktor konsep diri remaja, yaitu bagaimana remaja memandang

dirinya sendiri, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun

aspek akademik. Remaja dengan konsep diri tinggi akan lebih

memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri yang

menyenangkan dibanding remaja dengan konsep diri rendah,

pesimis ataupun kurang yakin terhadap dirinya.

c) Faktor persepsi remaja, yaitu pengamatan dan penilaian remaja

terhadap objek, peristiwa dan kehidupan, baik melalui proses

kognisi maupun afeksi untuk membentuk konsep tentang objek

tersebut.

d) Faktor sikap remaja, yaitu kecenderungan remaja untuk

berperilaku positif atau negatif. Remaja yang bersikap positif

terhadap segala sesuatu yang dihadapi akan lebih memiliki

peluang untuk melakukan penyesuaian diri yang baik dari pada

remaja yang sering bersikap negatif.


23

e) Faktor intelegensi dan minat, intelegensi merupakan modal

untuk menalar. Manganalisis, sehingga dapat menjadi dasar

dalam melakukan penyesuaian diri. Ditambah faktor minat,

pengaruhnya akan lebih nyata bila remaja telah memiliki minat

terhadap sesuatu, maka proses penyesuaian diri akan lebih

cepat.

f) Faktor kepribadian, pada prinsipnya tipe kepribadian ekstrovert

akan lebih lentur dan dinamis, sehingga lebih mudah

melakukan penyesuaian diri dibanding tipe kepribadian

introvert yang cenderung kaku dan statis.

2) Faktor eksternal

a) Faktor keluarga terutama pola asuh orang tua. Pada dasarnya

pola asuh demokratis dengan suasana keterbukaan akan lebih

memberikan peluang bagi remaja untuk melakukan proses

penyesuaian diri secara efektif.

b) Faktor kondisi sekolah. Kondisi sekolah yang sehat akan

memberikan landasan kepada remaja untuk dapat bertindak

dalam penyesuaian diri secara harmonis.

c) Faktor kelompok sebaya. Hampir setiap remaja memiliki

teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Kelompok teman

sebaya ini ada yang menguntungkan pengembangan proses

penyesuaian diri tetapi ada pula yang justru menghambat

proses penyesuaian diri remaja.


24

d) Faktor prasangka sosial. Adanya kecenderungan sebagian

masyarakat yang menaruh prasangka terhadap para remaja,

misalnya memberi label remaja negatif, nakal, sukar diatur,

suka menentang orang tua dan lain-lain, prasangka semacam

itu jelas akan menjadi kendala dalam proses penyesuaian diri

remaja.

e) Faktor hukum dan norma sosial. Bila suatu masyarakat benar-

benar konsekuen menegakkan hukum dan norma-norma yang

berlaku maka akan mengembangkan remaja-remaja yang baik

penyesuaian dirinya.

Sunarto dan Hartono (1994:188) mengemukakan faktor-faktor

yang mempengaruhi penyesuaian diri yaitu :

1) Kondisi fisik

Kondisi fisik termasuk di dalamnya keturunan, konstitusi

fisik, susunan syaraf, kelenjar dan sistem otot, kesehatan, penyakit

dan sebagainya. Kualitas penyesuian diri yang baik hanya dapat

diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan fisik yang baik.

2) Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan

intelektual, sosial, moral dan emosional.

Penyesuaian diri pada tiap-tiap individu akan bervariasi

sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang

dicapainya.
25

3) Penentu psikologis

Banyak sekali faktor psikologis yang mempengaruhi proses

penyesuaian diri, diantaranya yaitu pengalaman, belajar,

kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri, frustrasi dan konflik.

4) Kondisi lingkungan

Keadaan lingkungan yang damai, tentram, penuh

penerimaan, pengertian dan mampu memberi perlindungan kepada

nggota-anggotanya merupakan lingkungan yang akan

memperlancar proses penyesuaian diri.

5) Penentu kultural

Lingkungan kultural dimana individu berada dan

berinteraksi akan menentukan pola penyesuaian dirinya.

Contohnya, tata cara kehidupan di panti asuhan akan

mempengaruhi bagaimana remaja menempatkan diri dan bergaul

dengan orang lain di sekitarnya.

Pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

penyesuaian diri yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

penyesuaian diri dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu yang

meliputi motif, konsep diri, persepsi, sikap, intelegensi, minat,

kepribadian, kondisi fisik, psikologis (diantaranya yaitu

pengalaman, belajar, kebutuhan-kebutuhan, determinasi diri,


26

frustrasi dan konflik), perkembangan dan kematangan (intelektual,

moral, sosial dan emosional).

2) Faktor eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar

individu, seperti lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya dan

masyarakat.

d. Penyesuaian Diri yang Baik

Penyesuaian diri secara positif pada dasarnya merupakan gejala

perkembangan yang sehat, penyesuaian diri yang positif menurut

Hariyadi, dkk (1995:106) ditandai oleh :

1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.

2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar

dirinya secara objektif.

3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang

ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya.

4) Kemampuan bertindak secara dinamis, luwes dan tidak kaku,

sehingga menimbulkan rasa aman, tidak dihantui oleh kecemasan

dan ketakutan.

5) Rasa hormat pada sesama manusia dan mampu bertindak toleran.

6) Bersifat terbuka dan sanggup menerima umpan balik.

7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi.

8) Dapat bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras

dengan hak dan kewajibannya.


27

Heber dan Runyon (1983) dalam Hutabarat (2004:73) me-

nyebutkan beberapa tanda pengenal penyesuaian diri yang sehat yaitu :

1) Persepsi yang tepat tentang kenyataan atau realitas

Individu yang penyesuaian dirinya baik akan merancang

tujuan secara realitas dan secara aktif ia akan mengikutinya.

Kadangkala karena paksaan dan kesempatan dari lingkungan,

individu seringkali mengubah dan memodifikasi tujuannya dan ini

berlangsung terus-menerus dalam kehidupannya.

2) Mampu mengatasi stres dan ketakutan dalam diri sendiri

Satu hal penting dalam penyesuaian diri adalah seberapa

baik individu mengatasi kesulitan, masalah dan konflik dalam

hidupnya. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan

belajar untuk membagi stres dan kecemasannya pada orang lain.

Dukungan dari orang di sekitar dapat membantu individu dalam

menghadapi masalahnya.

3) Dapat menilai diri sendiri secara positif

Individu harus dapat mengenali kelemahan diri sebaik

mengenal kelebihan diri. Apabila individu mampu mengetahui dan

mengerti dirinya sendiri dengan cara realistis maka ia dapat

menyadari keseluruhan potensi dalam dirinya.

4) Mampu mengekspresikan emosi dalam diri sendiri

Emosi yang ditampilkan individu realistis dan secara umum

berada di bawah kontrol individu. Ketika seseorang marah, dia


28

mampu mengekspresikan dengan cara yang tidak merugikan orang

lain, baik secara psikologis maupun fisik. Individu yang memiliki

kematangan emosional mampu untuk membina dan memelihara

hubungan interpersonal dengan baik.

5) Memiliki hubungan interpersonal yang baik

Seseorang membutuhkan dan mencari kepuasan salah

satunya dengan cara berhubungan satu sama lain. Individu yang

penyesuaian dirinya baik mampu mencapai tingkatan yang tepat

dari kedekatan dalam hubungan sosialnya. Individu tersebut

menikmati rasa suka dan penghargaan orang lain, demikian pula

sebaliknya individu menghargai orang lain.

Sunarto dan Hartono (1994:184) menggolongkan individu yang

mampu menyesuaikan diri secara positif ditandai hal-hal sebagai

berikut :

1) Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional

2) Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis

3) Tidak menunjukkan adanya frustrasi pribadi

4) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri

5) Mampu dalam belajar

6) Menghargai pengalaman

7) Bersikap realistik dan objektif


29

Sundari (2005:43) menyatakan bahwa seseorang dikatakan

memiliki penyesuaian diri yang positif apabila ia dapat menunjukkan

ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tidak adanya ketegangan emosi

Bila individu menghadapi masalah, emosinya tetap tenang,

tidak panik, sehingga dalam memecahkan masalah dengan

menggunakan rasio dan dapat mengendalikan emosinya.

2) Dalam memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan rasional,

mengarah pada masalah yang dihadapi secara langsung dan mampu

menerima segala akibatnya.

3) Dalam memecahkan masalah bersikap realistis dan objektif

Bila seseorang menghadapi masalah segera dihadapi secara

apa adanya, tidak ditunda-tunda. Apapun yang terjadi dihadapi

secara wajar tidak menjadi frustrasi, konflik maupun kecemasan.

4) Mampu belajar ilmu pengetahuan yang mendukung apa yang

dihadapi, sehingga dengan pengetahuan itu dapat digunakan

menanggulangi timbulnya masalah.

5) Dalam menghadapi masalah butuh kesanggupan membandingkan

pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain.

Pengalaman-pengalaman ini tidak sedikit sumbangannya dalam

pemecahan masalah.
30

Dari karakteristik penyesuaian diri yang baik menurut beberapa

tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik penyesuaian

diri yang baik pada individu antara lain :

1) Mampu menerima dan memahami diri sendiri

2) Mampu menerima dan menilai kenyataan secara objektif

3) Mampu bertindak sesuai potensi diri

4) Memiliki kestabilan psikologis

5) Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri

6) Mampu bertindak sesuai norma yang berlaku

7) Memiliki hubungan interpersonal yang baik

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa yang diikuti dengan berbagai masalah yang ada

karena adanya perubahan fisik, psikis dan sosial. Masa peralihan itu

banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap

dirinya maupun terhadap lingkungan sosial. Hal ini dikarenakan

remaja merasa bukan kanak-kanak lagi tetapi juga belum dewasa dan

remaja ingin diperlakukan sebagai orang dewasa (Hurlock, 1994:174).

Menurut Piaget dalam Hurlock (1994:206) remaja didefinisikan

sebagai usia ketika individu secara psikologis berinteraksi dengan

masyarakat dewasa. Pada masa remaja, anak tidak lagi merasa di

bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada


31

tingkat yang sama. Antara lain dalam masalah hak dan berintegrasi

dalam masyarakat, termasuk juga perubahan intelektual yang

mencolok dan transformasi intelektual yang khas. Awal masa remaja

berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun dan akhir remaja

bermula dari usia 16 sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum.

Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas.

Remaja tidak termasuk golongan anak, tetapi tidak pula termasuk

golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada diantara anak

dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk menguasai

fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya (Monks, dkk., 2002:259).

Menurut Santrock (2002:7) remaja merupakan suatu periode

dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi secara pesat,

terutama pada awal masa remaja. Masa remaja terjadi secara

berangsur-angsur tidak dapat ditentukan secara tepat kapan permulaan

dan akhirnya, tidak ada tanda tunggal yang menandai. Bagi anak laki-

laki ditandai tumbuhnya kumis dan pada perempuan ditandai

melebarnya pinggul. Hal ini dikarenakan pada masa ini hormon-

hormon tertentu meningkat secara drastis. Pada laki-laki hormon

tertosteron yaitu suatu hormon yang berkait dengan perkembangan alat

kelamin, pertambahan tinggi dan perubahan suara. Sedang pada

perempuan hormon estradiol yaitu suatu hormon yang berkait dengan

perkembangan buah dada, rahim dan kerangka pada anak perempuan.


32

Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal

sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin

manusia mencapai kematangan secara anatomis berarti alat kelamin

khususnya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya

yang sempurna dan secara faali alat kelamin tersebut sudah berfungsi

secara sempurna pula (Wirawan, 2001:6).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

remaja merupakan individu yang telah mengalami kematangan secara

anatomis dimana keadaan tubuh pada umumnya sudah memperoleh

bentuk yang sempurna, hal tersebut berkisar antara usia 13 tahun

sampai 18 tahun.

b. Ciri-Ciri Remaja

Rentang kehidupan individu pasti akan menjalani fase-fase

perkembangan secara berurutan, meski dengan kecepatan yang

berbeda-beda, masing-masing fase tersebut ditandai dengan ciri-ciri

perilaku atau perkembangan tertentu, termasuk masa remaja juga

mempunyai ciri tertentu. Ciri-ciri masa remaja (Hurlock, 1994:207)

antara lain :

1) Periode yang penting

Merupakan periode yang penting karena berakibat langsung

terhadap sikap dan perilaku serta berakibat panjang.


33

2) Periode peralihan

Pada periode ini status individu tidak jelas dan terdapat

keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa ini remaja bukan

lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.

3) Periode perubahan

Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan

fisik, jika perubahan fisik terjadi secara pesat perubahan perilaku

dan sikap juga berlangsung secara pesat.

4) Usia bermasalah

Masalah remaja sering sulit diatasi, hal ini sering

disebabkan selama masa anak-anak sebagian besar masalahnya

diselesaikan oleh orang tua, sehingga tidak berpengalaman

mengatasinya.

5) Mencari identitas

Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok

masih penting, kemudian lambat laun mulai mendambakan

identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan

teman-teman sebayanya.

6) Usia yang menimbulkan ketakutan

Adanya anggapan remaja adalah anak-anak yang tidak rapi,

tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,

membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi


34

remaja menjadi takut bertanggungjawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

7) Masa yang tidak realistis

Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana

yang ia ingikan dan bukan bagaimana adanya.

8) Ambang masa dewasa.

Remaja mulai bertindak seperti orang dewasa.

Seperti halnya masa-masa perkembangan yang lain, masa

remaja juga mempunyai ciri-ciri tertentu yang harus dimiliki sebagai

bekal menuju perkembangan berikutnya, dengan adanya ciri-ciri

tersebut dapat dijadikan sinyal oleh lingkungan supaya remaja

diperlakukan sebagaimana mestinya.

c. Tugas Perkembangan Remaja

Setiap rentang kehidupan mempunyai tugas perkembangan

masing-masing termasuk masa remaja mempunyai tugas

perkembangan, tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst

dalam Hurlock (1994:10) adalah :

1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman-

teman sebaya baik pria maupun wanita.

Akibat adanya kematangan seksual yang dicapai, para

remaja mengadakan hubungan sosial terutama ditekankan pada

hubungan relasi antara dua jenis kelamin. Seorang remaja haruslah

mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya agar


35

memperoleh rasa dibutuhkan dan dihargai. Dalam kelompok

sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagai orang

dewasa, sedang dalam kelompok jenis kelamin lain remaja belajar

menguasai keterampilan sosial.

2) Mencapai peran sosial pria atau wanita.

Yaitu mempelajari peran sosialnya masing-masing sebagai

pria atau wanita dan dapat menjalankan perannya masing-masing

sesuai dengan jenis kelamin masing-masing sesuai dengan norma

yang berlaku.

3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif.

Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan

tubuh sendiri serta menjaga, melindungi dan menggunakannya

secara efektif.

4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang

bertanggungjawab.

Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang

bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat.

5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa

lainnya.

Seorang remaja mulai dituntut memiliki kebebasan

emosional karena jika remaja mengalami keterlambatan akan

menemui berbagai kesukaran pada masa dewasa, misalnya tidak


36

dapat menentukan rencana sendiri dan tidak dapat

bertanggungjawab.

6) Mempersiapkan karier ekonomi, yaitu mulai memilih pekerjaan

serta mempersiapkan diri masuk dunia kerja.

7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

Yaitu mulai berusaha memperoleh pengetahuan tentang

kehidupan berkeluarga, ada juga yang sudah tertarik untuk

berkeluarga.

8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Yaitu dapat mengembangkan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat sebagai pandangan hidup bermasyarakat.

Jika seorang remaja berhasil mencapai tugas perkembangannya

maka akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah

keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Dengan

telah terpenuhinya tugas perkembangan remaja, maka akan menjadi

modal dalam melakukan penyesuaian diri, karena remaja lebih merasa

percaya diri dalam bertindak.

3. Panti Asuhan

a. Pengertian Panti Asuhan

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan

Nasional, 2001:826) mendefinisikan panti asuhan sebagai rumah

tempat memelihara dan merawat anak yatim piatu dan sebagainya.


37

Departemen Sosial Republik Indonesia (1997:4) menjelaskan

bahwa :

Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial


yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan
pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar dengan
melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,
memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada
anak asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat
dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai
dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus
cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif di
dalam bidang pembangunan nasional.

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa panti asuhan merupakan

lembaga kesejahteraan sosial yang bertanggung jawab memberikan

pelayanan penganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan

sosial pada anak asuhnya, sehingga mereka memperoleh kesempatan

yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai

dengan harapan.

b. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia (1997:6) yaitu :

1) Panti asuhan memberikan pelayanan yang berdasarkan pada

profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu

dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang

wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka

menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh

tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.


38

2) Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial anak di

panti asuhan adalah terbentuknya manusia-manusia yang

berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai keterampilan

kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti

asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan

kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas.

c. Fungsi Panti Asuhan

Panti asuhan berfungsi sebagai sarana pembinaan dan

pengentasan anak terlantar. Menurut Departemen Sosial Republik

Indonesia (1997:7) panti asuhan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1) Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak.

Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan,

pengembangan dan pencegahan.

2) Sebagai pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan

sosial anak.

3) Sebagai pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan

fungsi penunjang).

Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi

keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian

anak-anak remaja.
39

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi

panti asuhan adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi dan

pengembangan keterampilan bagi kesejahteraan sosial anak.

4. Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan

Penyesuaian diri remaja di panti asuhan merupakan suatu usaha

yang dilakukan oleh remaja untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri

dengan lingkungan, baik secara aktif maupun pasif yang melibatkan

respon mental dan tingkah laku, sehingga tercapai hubungan yang

harmonis antara diri sendiri dengan lingkungan tempat tinggalnya yaitu

panti asuhan.

Bagi remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan

merupakan lingkungan sosial utama yang mereka kenal, sehingga remaja

perlu melakukan penyesuaian diri sesuai dengan lingkungan dimana

remaja berada yaitu panti asuhan dan sesuai kebutuhan yang dituntut dari

lingkungan tersebut agar proses pencapaian keharmonisan dalam

mengadakan hubungan yang memuaskan bersama orang lain dan

lingkungannya dapat tercapai. Orang lain yang dimaksudkan yaitu

pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Di panti

asuhan juga terdapat aturan-aturan dan larangan-larangan tertentu yang

telah ditetapkan yang harus dipatuhi oleh setiap remaja penghuni panti

asuhan.

Remaja yang tinggal di panti asuhan berkembang dengan

bimbingan dan perhatian dari pengasuh yang berfungsi sebagai pengganti


40

orang tua dalam keluarga. Remaja yang tinggal di panti asuhan berada

dalam satu keluarga walaupun berasal dari keluarga yang berbeda-beda.

Setiap remaja mempunyai pengalaman hidup yang berbeda-beda dan

mereka berkumpul dalam satu keluarga yaitu panti asuhan. Mereka saling

bekerjasama dalam menjalankan tugas masing-masing. Oleh karena itu,

remaja perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggalnya

yaitu di panti asuhan, baik dengan pengasuh dan teman-teman sesama

penghuni panti asuhan.

Semakin lama individu tinggal di suatu lingkungan, maka individu

tersebut akan semakin terbiasa atau familiar dengan lingkungan tersebut.

Hal ini dapat mempengaruhi tingkat penyesuaian diri individu tersebut,

sama halnya dengan remaja yang tinggal di panti asuhan, semakin lama

remaja tersebut tinggal di suatu panti asuhan yang sama maka ia akan

semakin terbiasa dan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan

panti tersebut (www.highbeam.com).

Simpati terhadap orang lain adalah satu bentuk penyesuaian diri.

Remaja semestinya harus sensitif terhadap masalah dan kesulitan orang

lain serta ada kesanggupan untuk berpartisipasi di dalam aktivitas yang

ada di panti asuhan. Remaja diharapkan mampu mereaksi secara efektif

dan harmonis terhadap realitas sosial dan bisa mengadakan relasi sosial

yang sehat. Bisa menghargai pribadi lain dan menghargai hak-hak sendiri

di dalam lingkungannya. Bisa bergaul dengan orang lain dengan jalan

membina persahabatan yang kekal. Sebab sikap menarik diri, takut


41

melakukan kontak dengan orang lain, bermusuhan dan egois adalah bentuk

penyesuaian diri yang kaku, negatif dan bisa menimbulkan banyak

kesulitan.

B. Dukungan Sosial

1. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja dalam

berhubungan dengan orang lain demi melangsungkan hidupnya di tengah-

tengah masyarakat. Rook dalam Smet (1994:134) mengatakan bahwa

dukungan sosial merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial, dan

ikatan-ikatan sosial tersebut menggambarkan tingkat kualitas umum dari

hubungan interpersonal. Ikatan dan persahabatan dengan orang lain

dianggap sebagai aspek yang memberikan kepuasan secara emosional

dalam kehidupan individu. Saat seseorang didukung oleh lingkungan maka

segalanya akan terasa lebih mudah. Dukungan sosial menunjukkan pada

hubungan interpersonal yang melindungi individu terhadap konsekuensi

negatif dari stres. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu

merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan

kompeten.

Menurut Cobb dalam Shinta (1995:36) dukungan sosial adalah

pemberian informasi baik secara verbal maupun non verbal, pemberian

bantuan tingkah laku atau materi yang didapat dari hubungan sosial yang

akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka yang membuat


42

individu merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai, sehingga dapat

menguntungkan bagi kesejahteraan individu yang menerima. Hal senada

diungkap oleh Gottlieb dalam Smet (1994:135) yang menyatakan bahwa

dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan non verbal,

bantuan yang nyata atau tindakan yang diberikan oleh orang lain atau

didapat karena hubungan mereka dengan lingkungan dan mempunyai

manfaat emosioanl atau efek perilaku bagi dirinya. Dalam hal ini orang

yang merasa memperoleh dukungan sosial secara emosional merasa lega

karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada

dirinya, agar mereka dapat mencari jalan keluar untuk memecahkan

masalahnya.

Sarason (1983) dalam Kuntjoro (www.e-psikologi.com)

mengatakan bahwa dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan,

kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan

menyayangi kita. Sarason berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu

mencakup dua hal yaitu :

a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi

individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu

membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

b. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan

dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi

(pendekatan berdasarkan kualitas).


43

Hal di atas penting dipahami oleh individu yang ingin memberikan

dukungan sosial karena menyangkut persepsi tentang keberadaan

(availability) dan ketepatan (adequancy) dukungan sosial bagi seseorang.

Dukungan sosial bukan sekedar pemberian bantuan, tetapi yang penting

adalah bagaimana persepsi si penerima terhadap makna dari bantuan

tersebut. Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang

diberikan, dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan

manfaat bantuan bagi dirinya karena sesuatu yang aktual dan memberikan

kepuasan.

Sarafino (1998:97) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah

kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu

dari orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu

perorangan atau kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa segala

sesuatu yang ada di lingkungan menjadi dukungan sosial atau tidak,

tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai

dukungan sosial.

Dukungan sosial didefinisikan oleh House dalam Smet (1994:136)

sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-

aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosional, penilaian dan

bantuan instrumental. Tersedianya dukungan sosial akan membuat

individu merasa dicintai, diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian dalam

kelompok.
44

Menurut Effendi dan Tjahjono (1999:218) dukungan sosial

merupakan transaksi interpersonal yanhg ditujukan dengan memberi

bantuan kepada individu lain dan bantuan itu diperoleh dari orang yang

berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan

penting dalam memelihara keadaan psikologis individu yang mengalami

tekanan, sehingga menimbulkan pengaruh positif yang dapat mengurangi

gangguan psikologis. Selain itu dukungan sosial dapat dijadikan pelindung

untuk melawan perubahan peristiwa kehidupan yang berpotensi penuh

dengan stres, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis

karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan

memiliki, meningkatkan harga diri dan kejelasan identitas diri serta

memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi pemberian

bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari informasi,

perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh

individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu memiliki

manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat

membantu individu dalam mengatasi masalahnya.

2. Jenis-Jenis Dukungan Sosial

House dalam Smet (1994:136) membedakan empat jenis dukungan

sosial yaitu :
45

a. Dukungan emosional

Dukungan ini mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa

nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku

seperti memberikan perhatian atau afeksi serta bersedia mendengarkan

keluh kesah orang lain.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini terjadi lewat ungkapan hormat positif untuk

orang tersebut, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan

atau perasaan individu dan perbandingan positif orang tersebut dengan

orang lain. Pemberian dukungan ini membantu individu untuk melihat

segi-segi positif yang ada dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan

orang lain yang berfungsi untuk menambah penghargaan diri,

membentuk kepercayaan diri dan kemampuan serta merasa dihargai

dan berguna saat individu mengalami tekanan.

c. Dukungan instrumental

Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang

dibutuhkan oleh seseorang, seperti memberi pinjaman uang atau

menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stres.

d. Dukungan informatif

Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saran atau umpan

balik yang diperoleh dari orang lain, sehingga individu dapat


46

membatasi masalahnya dan mencoba mencari jalan keluar untuk

memecahkan masalahnya.

Menurut Sarafino (1998:98) dukungan sosial terdiri dari empat

jenis yaitu :

a. Dukungan emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian

terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai

dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan

perhatian dan afeksi seta bersedia mendengarkan keluh kesah orang

lain.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan

setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa

orang lain.

c. Dukungan instrumental

Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya

yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas-

tugas tertentu.

d. Dukungan informasi

Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa saran,

pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan

persoalan.
47

Pendapat senada dikemukakan juga oleh Ritter dalam Smet

(1994:134) dukungan sosial mencakup dukungan emosional, dorongan

untuk mengungkapkan perasaan, pemberian nasehat atau informasi

maupun bantuan secara materi.

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh siapa saja untuk

berhubungan dengan orang lain. Arti dan cakupan mengenai makna dari

dukungan sosial sangat luas dan mendalam. Dukungan sosial yang

diterima oleh individu sangat beragam dan tergantung pada keadaannya.

Dukungan emosional lebih terasa dan dibutuhkan jika diberikan pada

orang yang sedang mengalami musibah atau kesulitan. Sama halnya

dengan remaja di panti asuhan yang mengalami kesulitan dalam menjalin

relasi dengan orang lain di lingkungannya. Dukungan dari orang-orang

terdekat berupa kesediaan untuk mendengarkan keluhan remaja akan

membawa efek positif yaitu sebagai pelepasan emosi dan mengurangi

kecemasan. Dalam dukungan ini renaja merasa diperhatikan, diterima dan

dihargai oleh lingkungannya.

Dukungan penghargaan dapat dijadikan semangat bagi remaja

untuk tetap maju dan mengembangkan diri agar tidak selalu menyesali

keadaannya. Misalnya, memberi pujian bila remaja melakukan sesuatu

yang baik. Dukungan ini mengembangkan harga diri pada yang

menerimanya. Dukungan instrumental bagi remaja di panti asuhan dapat

berupa penyediaan sarana dan pelayanan yang dapat memperlancar dan

memudahkan perilaku remaja dalam segala aktivitasnya.


48

Dukungan informasi membuat remaja merasa mendapat nasehat,

petunjuk atau umpan balik agar dapat membatasi masalahnya dan

mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan masalahnya.

Contohnya, bila remaja mengalami kesulitan dalam hal belajar, pengasuh

dapat memberikan saran tentang cara belajar yang baik. Ketika remaja

mengalami kesulitan untuk dapat menerima suatu norma di dalam

masyarakat atau aturan di panti asuhan, pengasuh dapat menjelaskan

kepada remaja tentang alasan dan tujuan dibuatnya peraturan tersebut.

Informasi yang diberikan oleh orang-orang terdekat seperti pengasuh dan

teman di panti asuhan diharapkan mampu membuat remaja menerima dan

melaksanakan aturan tersebut tanpa paksaan.

Dukungan sosial yang diterima individu dari lingkungannya pada

saat yang tepat dapat memberikan motivasi bagi individu tersebut,

akibatnya individu tersebut dapat lebih bersemangat dalam menjalani

hidup karena dirinya merasa diperhatikan, didukung dan diakui

keberadaanya.

Menurut Cutrona dan Orford dalam Shinta (1995:36)

mengungkapkan lima dimensi fungsi dasar dari dukungan sosial yaitu :

a. Dukungan materi

Dukungan materi adalah dukungan yang biasa disebut juga

bantuan nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumental

support).
49

b. Dukungan emosi

Jenis dukungan ini berhubungan dengan hal yang bersifat

emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi atau ekspresi.

c. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan terjadi bila ada ekspresi penilaian yang

positif terhadap individu.

d. Dukungan informasi

Dukungan yang berupa pemberian saran, pengarahan,

keyakinan atau umpan balik tentang bagaimana seseorang berperilaku.

e. Integritas sosial

Dapat diartikan sebagai perasaan individu yang merupakan

bagian dari suatu kelompok yang memiliki minat dan pemikiran yang

sama.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka penulis

mneyimpulkan bahwa jenis-jenis dukungan sosial meliputi :

a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati dan perhatian

terhadap individu.

b. Dukungan penghargaan, mencakup penilaian positif terhadap individu

dan dorongan untuk maju.

c. Dukungan instrumental, berupa bantuan langsung sesuai dengan yang

dibutuhkan individu.

d. Dukungan informasi, mencakup pemberian nasehat, petunjuk dan

saran tentang bagaimana individu berperilaku.


50

3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial banyak diperoleh individu dari

lingkungan sekitarnya. Namun perlu diketahui seberapa banyak sumber

dukungan sosial ini efektif bagi individu yang memerlukan. Sumber

dukungan sosial merupakan aspek paling penting untuk diketahui dan

dipahami. Dengan pengetahuan dan pemahaman tersebut, seseorang akan

tahu pada siapa ia akan mendapatkan dukungan sosial yang sesuai dengan

situasi dan keinginannya yang spesifik, sehingga dukungan sosial

memiliki makna yang berarti bagi kedua belah pihak.

Menurut Rook dan Dooley (1985) dalam Kuntjoro (www.e-

psikologi.com) ada dua sumber dukungan sosial yaitu :

a. Sumber natural

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui

interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-

orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak,

istri, suami dan kerabat), teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini

bersifat non formal.

b. Sumber artificial

Dukungan sosial artificial adalah dukungan sosial yang

dirancang ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan

sosial akibat bencana alam melalui berbagai sumbangan sosial.

Caplan dalam Gottlieb (1983:23) mengatakan bahwa dukungan

sosial dapat diperoleh dari pasangan hidupnya, kekasih, keluarga, teman


51

sekerja, atau organisasi kemasyarakatan yang diikuti. Pendapat senada

dikemukakan oleh Sarafino (1998:97) bahwa dukungan sosial dapat

diperoleh dari bermacam-macam sumber seperti suami atau istri, keluarga,

teman, rekan kerja, dokter dan organisasi kemasyarakatan.

Dukungan sosial terpenting berasal dari keluarga (Rodin dan

Salovey dalam Smet, 1994:33). Melengkapi pendapat tersebut Gore dalam

Gottlieb (1983:19) menyatakan bahwa dukungan sosial lebih sering

didapat dari relasi yang terdekat yaitu keluarga atau sahabat. Kekuatan

dukungan sosial yang berasal dari relasi yang terdekat merupakan salah

satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat dalam diri

seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, maka dukungan sosial yang diterima

individu dapat diperoleh dari anggota keluarga, teman sebaya dan

organisasi kemasyarakatan yang diikuti. Dalam penelitian ini, sumber-

sumber dukungan sosial bagi remaja di panti asuhan dapat diperoleh dari

pengasuh dan teman-teman di panti asuhan.

Bagi remaja panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan

lingkungan utama yang dikenalnya, sehingga merupakan sumber

dukungan sosial yang utama bagi remaja. Dukungan sosial tersebut remaja

dapatkan dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan.

Remaja yang tinggal di panti asuhan berkembang dengan bimbingan dan

perhatian pengasuh yang berfungsi sebagai pengganti orang tua.


52

Selain dukungan sosial yang berasal dari pengasuh, remaja di panti

asuhan juga mendapat dukungan sosial dari teman-temannya sesama

penghuni panti asuhan dimana ia berada. Perasaan senasib

sepenanggungan menjadikan mereka dekat satu sama lain, terlebih lagi

mereka telah bersama dalam sekian rentang waktu. Hurlock (2004:214)

mengatakan bahwa dukungan sosial dari teman sebaya, berupa perasaan

senasib menjadikan adanya hubungan saling mengerti dan memahami

masalah masing-masing, saling memberi nasehat, simpati, yang tidak

didapat dari orang tuanya sekalipun.

C. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Remaja di

Panti Asuhan

Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan baik lebih memiliki

kemungkinan untuk mengembangkan diri ke lingkungan yang lebih luas.

Untuk dapat menjalin kebersamaan dan keakraban dengan orang lain,

seseorang perlu memiliki keterampilan sosial untuk menyesuaikan diri

dengan orang lain. Keterampilan sosial ini kurang dimiliki oleh individu yang

tinggal di panti asuhan. Hartini (2001:109) dalam penelitiannya pada anak-

anak panti asuhan di Jawa Timur menunjukkan deskripsi bahwa anak-anak

panti asuhan sangat kaku dalam berhubungan sosial dengan orang lain dan

sebagian besar mereka mengalami kesulitan dalam hubungan

interpersonalnya.
53

Masuknya remaja yang berasal dari keluarga dan lingkungan yang

berbeda menyebabkan mereka harus beradaptasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya yang baru di Panti Asuhan Al Bisri Semarang. Artinya mereka

harus berusaha untuk mengikuti segala peraturan yang berlaku termasuk

tinggal di panti asuhan bersama dengan pengasuh dan teman-teman panti

lainnya. Remaja harus berhadapan dengan situasi-situasi yang jauh berbeda

dengan yang biasa ditemui dan pola-pola perilaku yang selama ini dipakai

belum tentu cocok dengan situasi yang baru, sehingga pada akhirnya dapat

menjadi hambatan dalam penyesuaian dirinya. Sebagai contoh yaitu hasil

penelitian Hartini (2001:114) menemukan bahwa 52 persen anak-anak panti

asuhan cenderung menunjukkan kesulitan dalam penyesuaian sosialnya yang

menggambarkan adanya kebutuhan psikologis untuk dapat menyesuaikan diri

dengan aturan lingkungannya.

Penelitian Hartini (2001:117) menghasilkan deskripsi problem

psikologis anak panti asuhan dengan karakter sebagai berikut :

Kepribadian yang inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa,
penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Disamping itu, anak-anak
tersebut menunjukkan perilaku yang negativis, takut melakukan kontak
dengan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan rasa
bermusuhan dan lebih egosentrisme, sehingga anak panti asuhan akan
sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain.

Pada saat-saat seperti ini, remaja sangat membutuhkan bantuan dan

dukungan dari teman-teman serta lingkungan barunya, sehingga remaja dapat

merespon dengan tepat semua stimulus yang ada. Smet (1994:133)

menegaskan bahwa jika individu merasa didukung oleh lingkungan, segala


54

sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada waktu mengalami kejadian-kejadian

yang menegangkan. Sementara itu, ketidakhadiran dukungan sosial dapat

menimbulkan perasaan kesepian dan kehilangan yang juga dapat

mengganggu proses penyesuaian diri. Menurut House dalam Smet (1994:136)

melalui dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental

serta dukungan informatif dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan

psikologis.

Dinamika fungsi dukungan sosial terhadap penyesuaian diri remaja di

Panti Asuhan Al Bisri Semarang dapat dijelaskan melalui aspek-aspek yang

terkandung dalam dukungan sosial. Aspek dukungan emosional dapat

memuaskan kebutuhan afiliasi remaja, yaitu kebutuhan untuk mengadakan

hubungan dan menjalin persahabatan dengan orang lain. Hartini (2001:115)

dalam penelitiannya pada anak-anak panti asuhan di Jawa Timur menemukan

bahwa :

Lima puluh tujuh persen anak-anak panti asuhan menunjukkan adanya


kebutuhan psikologis untuk terlibat secara emosional dengan
lingkungannya, dimana mereka dapat mengutarakan semua
permasalahan kepada orang yang dapat dipercaya dan tidak harus
mengambil keputuasan sendiri. Ini mencerminkan bahwa dalam
lingkungan panti mereka belum menemukan orang yang dapat
dijadikan panutan dan orang yang dijadikan teman berkomunikasi
yang baik.

Dukungan emosional yang berupa kesediaan untuk mendengarkan

keluhan-keluhan remaja ini akan membawa efek positif yaitu sebagai

pelepasan emosi dan mengurangi kecemasan. Thoits (1986) dalam Shinta

(1995:37) menyatakan bahwa dukungan emosi dari orang yang berarti dapat
55

bersifat menurunkan distres dengan menyokong satu atau lebih aspek dari

individu yang terancam oleh kesulitan yang ada.

Dukungan penghargaan dapat berfungsi membantu remaja dalam

mengembangkan kepribadiannya. Melalui interaksi dengan orang lain maka

remaja dapat mengevaluasi dan mempertegas keyakinan-keyakinannya dalam

membandingkan pendapat, sikap dan keyakinan orang lain. Adanya pujian,

penilaian dan penghargaan terhadap individu dapt meningkatkan harga

dirinya. Melalui dukungan sosial, kesejahteraan psikologis individu akan

meningkat karena adanya perhatian dan pengertian yang menimbulkan

perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan kejelasan identitas diri serta

memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri (Effendi dan Tjahjono,

1999:218).

Dukungan instrumental berfungsi memperlancar dan memudahkan

perilaku remaja dalam segala aktivitasnya. Dukungan instrumental ini dapat

berupa penyediaan sarana dan pelayanan. Adanya dukungan ini membuat

remaja merasa terbantu secara materi. Jenis dukungan sosial yang lain yaitu

dukungan informasi yang berfungsi membantu individu dalam memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi. Adanya informasi yang berupa nasehat atau

petunjuk membantu remaja dalam menginterpretasikan dan memahami secara

jelas sifat masalah-masalah secara praktis.

Cohen dalam Shinta (1995:40) menyatakan bahwa pemberian

dukungan informasi dan dukungan materi dapat membantu individu untuk

merubah situasi dan merubah pemahaman dari situasi, sehingga


56

mempengaruhi penilaian stresnya. Taylor dalam Pramudiani (2001:119)

mengatakan bahwa dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menekan,

individu yang memiliki dukungan sosial yang tinggi tidak hanya mengalami

stres yang rendah tapi juga dapat mengatasi stres secara lebih berhasil bila

dibandingkan dengan mereka yang kurang memperoleh dukungan sosial.

Menurut Sarason dalam Effendi dan Tjahjono (1999:218) bahwa dukungan

sosial bermanfaat bagi individu karena individu menjadi tahu bahwa orang

lain memperhatikan, menghargai dan mencintai dirinya.

Berbagai jenis dukungan sosial yang diperoleh dapat membantu

membentuk kepercayaan diri dan menciptakan rasa aman pada remaja dalam

melakukan penyesuaian diri karena remaja tersebut akan lebih dapat

menerima kelebihan dan kekurangan pada dirinya serta memperoleh

bimbingan, rasa cinta dan perlindungan dalam melakukan penyesuaian antara

keaadan atau kebutuhan internal dirinya dengan tuntutan eksternal, sehingga

dapat terhindar dari kesulitan penyesuaian diri.

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

Ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan penyesuian diri

remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang. Semakin tinggi dukungan sosial

yang diberikan maka semakin positif penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan

Al Bisri Semarang. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang


57

diberikan maka semakin negatif penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al

Bisri Semarang.
58

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam penelitian

untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan.

Metode yang digunakan adalah metode yang sesuai dengan objek penelitian dan

tujuan penelitian yang akan dicapai secara sistematik. Hal ini bertujuan agar hasil

yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan khususnya untuk menjawab

masalah yang diajukan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pada bab ini akan dibahas mengenai

metode dan hal-hal yang menentukan penelitian, dalam hal ini akan dibatasi

secara sistematis sebagai berikut : jenis penelitian, variabel penelitian, subjek

penelitian, metode dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

ukur dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional dengan

pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data

numerikal yang diolah dengan metode statistika. Penelitian korelasional

bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua buah variabel

penelitian. Dalam hal ini adalah hubungan antara dukungan sosial dengan

penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

58
59

B. Variabel Penelitian

1. Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua

variabel yaitu variabel bebas (variabel independent) dan variabel terikat

(variabel dependent).

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat. Jadi variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Variabel bebas (X) = dukungan sosial

Variabel terikat (Y) = penyesuaian diri

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel penelitian dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya salah pengertian dan penafsiran. Untuk

memperoleh pengertian yang jelas mengenai variabel-variabel dalam

penelitian ini dirumuskan definisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Penyesuaian diri

Penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh

individu untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan

lingkungan, baik secara aktif maupun pasif yang melibatkan respon

mental dan tingkah laku, sehingga tercapai hubungan yang harmonis

antara diri dengan lingkungannya.


60

Penyesuaian diri yang menjadi subjek dalam penelitian ini

adalah penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang,

yang usianya berkisar antara 13 sampai 18 tahun.

Penyesuaian diri yang diungkap dalam penelitian ini diukur

dengan mengunakan skala penyesuaian diri yang disusun penulis

berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri yaitu :

1) Penyesuaian pribadi

a) Penerimaan individu terhadap diri sendiri

b) Mampu menerima kenyataan

c) Mampu mengontrol diri sendiri

d) Mampu mengarahkan diri sendiri

2) Penyesuaian sosial

a) Memiliki hubungan interpersonal yang baik

b) Memiliki simpati pada orang lain

c) Mampu menghargai orang lain

d) Ikut berpartisipasi dalam kelompok

e) Mampu bersosialisasi dengan baik sesuai norma yang ada

Orang lain yang dimaksudkan dalam aspek penyesuaian sosial

yaitu pengasuh dan teman-teman sesama penghuni Panti Asuhan Al

Bisri Semarang.

Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala penyesuaian diri

maka semakin tinggi penyesuaian dirinya. Sebaliknya, semakin rendah

skor yang diperoleh maka semakin rendah penyesuaian dirinya.


61

b. Dukungan sosial

Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di

dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang

terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan

instrumental yang diperoleh individu melalui interaksi dengan

lingkungan, dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek

perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu individu dalam

mengatasi masalahnya. Sumber dukungan sosial bagi remaja panti

asuhan didapat dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni Panti

Asuhan Al Bisri Semarang.

Dukungan sosial diungkap dengan menggunakan skala

dukungan sosial yang disusun penulis berdasarkan empat jenis

dukungan sosial yaitu :

1) Dukungan emosional, mencakup empati dan perhatian.

2) Dukungan penghargaan, mencakup penilaian positif dan dorongan

untuk maju.

3) Dukungan instrumental, berupa bantuan langsung.

4) Dukungan informasi, berupa pemberian nasehat, petunjuk dan

saran.

Semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala dukungan sosial

maka semakin tinggi dukungan sosialnya. Sebaliknya, semakin rendah

skor yang diperoleh maka semakin rendah dukungan sosialnya.


62

3. Hubungan Antar Variabel Penelitian

Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk

dilihat dalam suatu penelitian. Hubungan antara variabel yaitu variabel X

dan variabel Y terjadi hubungan sebab akibat. Diasumsikan dalam

penelitian in bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin

tinggi penyesuaian dirinya, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial

maka akan semakin rendah penyesuaian dirinya. Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah dukungan sosial dan variabel terikat dalam penelitian

ini adalah penyesuaian diri.

Hubungan antara variabel penelitian digambarkan sebagai berikut :

Dukungan sosial Penyesuaian diri

variabel bebas (X) variabel terikat (Y)

Gambar 3.1
Skema Hubungan Antara Variabel X dan Y

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,

2002:108). Populasi dibatasi sebagai sejumlah individu yang paling sedikit

mempunyai satu sifat yang sama.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja

penghuni Panti Asuhan Al Bisri Semarang yang berjumlah 40 orang

dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

2) Remaja berusia 13 sampai 18 tahun (Hurlock, 2004:206).


63

3) Tingkat pendidikan SMP dan SMU.

4) Tinggal di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2002:109). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu total sampling. Dalam total sampling semua individu

dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi anggota

sampel. Subjek yang akan diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 40

orang.

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data

yang diperlukan adalah dengan skala psikologi. Skala psikologi adalah suatu

daftar pertanyaan atau pernyataan yang diajukan agar dijawab oleh subjek

dan interpretasinya terhadap pertanyaan atau pernyataan tersebut merupakan

proyeksi dari perasaannya.

Menurut Azwar (2003:4) beberapa karakteristik skala sebagai alat ukur

psikologi yaitu :

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap

indikator perilaku dari atribut yang diteliti.

2. Indikator perilaku tersebut diterjemahkan lewat item-item.


64

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau

“salah”. Semua jawaban dapat diterima jika diberikan secara jujur dan

sungguh-sungguh.

Peneliti memilih menggunakan skala psikologi dengan alasan sebagai

berikut :

1. Data yang diungkap berupa konstrak atau konsep psikologi yang

menggambarkan aspek kepribadian individu.

2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indikator perilaku guna

memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek

yang biasanya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan.

3. Responden biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan

disimpulkan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan atau

pernyataan tersebut (Azwar, 2003:5).

Bentuk pemberian skala bersifat langsung yaitu daftar pernyataan

diberikan secara langsung kepada orang yang akan dimintai pendapat. Skala

ini menggunakan tipe pilihan, yaitu subyek diminta untuk memilih salah satu

dari beberapa alternatif jawaban yang sudah disediakan.

Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka pada

penelitian ini digunakan dua macam skala yaitu :

1. Skala penyesuaian diri

Skala penyesuaian diri dikembangkan sendiri oleh penulis yang

disusun berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri, terdiri dari penyesuaian

pribadi dan penyesuaian sosial.


65

Adapun indikator dalam skala penyesuaian diri yaitu :

a. Penyesuaian pribadi

1) Penerimaan individu terhadap diri sendiri

2) Mampu menerima kenyataan

3) Mampu mengontrol diri sendiri

4) Mampu mengarahkan diri sendiri

b. Penyesuaian sosial

1) Memiliki hubungan interpersonal yang baik

2) Memiliki simpati pada orang lain

3) Mampu menghargai orang lain

4) Ikut berpartisipasi dalam kelompok

5) Mampu bersosialisasi dengan baik sesuai norma yang ada

Skala penyesuaian diri menggunakan model skala Likert, terdiri

dan dari dua kelompok item yang berbentuk favorabel dan unfavorabel.

Sistem penilaian menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat

sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).

Pemberian skor untuk item favorabel, nilai jawaban sangat sesuai (SS)=4,

sesuai (S)=3, tidak sesuai (TS)=2, sangat tidak sesuai (STS)=1. Untuk item

unfavorabel, nilai jawaban sangat sesuai (SS)=1, sesuai (S)=2, tidak sesuai

(TS)=3, sangat tidak sesuai (STS)=4.


66

Tabel 3.1
Blue print skala penyesuaian diri

Nomor Item
Variabel Sub Variabel Indikator Total
Favorabel Unfavorabel
Penyesuaian 1. Penyesuaian a. Penerimaan individu 1, 19, 37 2, 20, 38, 50
diri pribadi terhadap diri sendiri
b. Mampu menerima 3, 21, 39, 4, 22, 40, 46
kenyataan 45
c. Mampu mengontrol 5, 23, 41, 6, 24, 42, 48 30
diri sendiri 47
d. Mampu 7, 25, 43, 8, 26, 44
mengarahkan diri 49
sendiri
2. Penyesuaian a. Memiliki hubungan 9, 27, 51 10, 28, 52
sosial interpersonal yang
baik
b. Memiliki simpati 11, 29, 53 12, 30, 54
pada orang lain
c. Mampu menghargai 13, 31, 55 14, 32, 56
orang lain 30
d. Ikut berpartisipasi 15, 33, 57 16, 34, 58
dalam kelompok
e. Mampu 17, 35, 59 18, 36, 60
bersosialisasi
dengan baik sesuai
norma yang ada
Total 30 30 60

2. Skala dukungan sosial

Skala yang dipergunakan untuk mengukur dukungan sosial dari

subjek penelitian adalah skala yang disusun oleh penulis berdasarkan

empat jenis dukungan sosial yaitu :

a. Dukungan emosional

1) Empati

2) Perhatian
67

b. Dukungan penghargaan

1) Penilaian positif

2) Dorongan untuk maju

c. Dukungan instrumental, berupa bantuan langsung.

d. Dukungan informasi, berupa pemberian nasehat, petunjuk dan saran.

Skala dukungan sosial menggunakan model skala Likert, terdiri

dan dari dua kelompok item yang berbentuk favorabel dan unfavorabel.

Sistem penilaian menggunakan empat alternatif jawaban yaitu sangat

sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).

Pemberian skor untuk item favorabel, nilai jawaban sangat sesuai (SS)=4,

sesuai (S)=3, tidak sesuai (TS)=2, sangat tidak sesuai (STS)=1. Untuk item

unfavorabel, nilai jawaban sangat sesuai (SS)=1, sesuai (S)=2, tidak sesuai

(TS)=3, sangat tidak sesuai (STS)=4.

Tabel 3.2
Blue print skala dukungan sosial

Nomor Item
Variabel Sub Variabel Indikator Total
Favorabel Unfavorabel
Dukungan 1. Dukungan a. Empati 1, 17, 33 2, 18, 34
Sosial emosional b. Perhatian 3, 19, 35, 49 4, 20, 36, 15
50, 58
2. Dukungan a. Penilaian 5, 21, 37 6, 22, 38, 52
penghargaan positif
15
b. Dorongan 7, 23, 39, 8, 24, 40
untuk maju 51, 57
3. Dukungan Bantuan 9, 13, 25, 10, 14, 26,
instrumental langsung 29, 41, 45, 30, 42, 46, 15
53, 59 54
4. Dukungan Pemberian 11, 15, 27, 12, 16, 28,
informasi nasehat, 31, 43, 47, 32, 44, 48,
15
petunjuk dan 55 56, 60
saran
Total 30 30 60
68

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas yang digunakan

adalah validitas konstrak, yang mana suatu alat ukur dikatakan valid

apabila telah cocok dengan konstruksi teoritis yang menjadi dasar

pengukuran.

Uji validitasnya dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor

tiap item dengan skor total. Teknik uji validitas dalam penelitian ini

menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson, yaitu :

(Σ XY) – (ΣX)(ΣY)/N
rxy = (1)

{ΣX2 – (ΣX)2 /N} {ΣY2- (ΣY)2 /N}

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara skor X (item) dengan skor Y (total)

ΣXY = jumlah perkalian antara skor X (item) dengan skor Y (total)

ΣX = jumlah skor item

ΣY = jumlah skor total

N = jumlah subjek

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya, artinya apabila dilakukan pengukuran beberapa kali terhadap

subjek yang sama hasilnya relatif sama.


69

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik uji reliabilitas alpha

yang dikembangkan oleh Cronbach, dengan rumus :

⎡ k ⎤ ⎡ Σσ b ⎤
2

r11 = ⎢ ⎢1 − ⎥ (2)
⎣ k − 1⎥⎦ ⎢⎣ σ 1 2 ⎥⎦

Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = jumlah item

1 = bilangan konstan
2
Σ σb = jumlah varians butir

σ12 = varians total

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah salah satu kegiatan dalam penelitian yang

berguna untuk menarik kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu teknik korelasi product moment, dengan rumus

sebagai berikut :

(Σ XY) – (ΣX)(ΣY)/N
rxy = (3)

{ΣX2 – (ΣX)2 /N} {ΣY2- (ΣY)2 /N}


70

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara skor X (item) dengan skor Y (total)

ΣXY = jumlah perkalian antara skor X (item) dengan skor Y (total)

ΣX = jumlah skor item

ΣY = jumlah skor total

N = jumlah subjek
71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian adalah data dari instrumen tertentu kemudian dianalisis

dengan teknik dan metode yang telah ditentukan. Pada bab ini disajikan beberapa

hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan penelitian yang disajikan

sebagai berikut : persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, prosedur

pengumpulan data, deskripsi data penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

A. Persiapan Penelitian

1. Orientasi Kancah

Panti Asuhan Al Bisri Semarang terletak di Jl. Sendang Pentul

Nomor 9 RT 06 RW II Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik

Kota Semarang berdiri pada tanggal 2 Juli 1997.

Panti Asuhan Al Bisri didirikan dengan maksud menampung dan

mendidik anak yatim piatu, tidak mampu dan terlantar agar mendapatkan

penghidupan dan pendidikan yang layak guna menjadi manusia yang

berkualitas.

Panti Asuhan Al Bisri memiliki 76 anak asuh yang terdiri dari 4

anak sekolah di TK, 26 anak sekolah di SD, 26 anak sekolah di SMP dan

20 anak sekolah di SMA.

71
72

Program kerja Panti Asuhan Al Bisri meliputi program jangka

pendek dan jangka panjang yaitu :

a. Jangka pendek tahun 2005 sampai tahun 2010

1) Membangun asrama putra dan putri serta mengembangkan

keterampilan anak.

2) Mengembangkan usaha ekonomi produktif dengan pendayagunaan

lahan pertanian, peternakan, perikanan dan perdagangan.

3) Perluasan areal tanah sekitar panti asuhan.

b. Jangka panjang

1) Menciptakan dan mengelola usaha-usaha guna menunjang kegiatan

panti asuhan yang tidak bertentangan dengan agama dan negara.

2) Mengadakan pendidikan agama maupun umum untuk intern

maupun ekstern.

3) Mengadakan kerjasama maupun hubungan lain dengan badan

hukum, organisasi atau perorangan.

Dana yang diterima untuk operasional kegiatan Panti Asuhan Al

Bisri Semarang berasal dari :

a. Donatur tetap maupun tidak tetap.

b. Instansi pemerintah.

c. Semua pihak yang mempunyai perhatian.


73

Ada beberapa pertimbangan yang mendasari penelitian dilakukan

di Panti Asuhan Al Bisri Semarang antara lain :

a. Belum pernah diadakan penelitian mengenai penyesuaian diri remaja

di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

b. Panti Asuhan Al Bisri Semarang bersedia untuk dijadikan tempat

penelitian dan memberikan kemudahan perijinan kepada peneliti.

c. Subjek sesuai dengan ciri-ciri populasi yang telah ditetapkan peneliti.

d. Peneliti dapat mengawasi secara langsung jalannya proses

pengumpulan data.

2. Proses Perijinan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

persiapan proses perijinan. Pertama, peneliti minta surat pengantar dari

Fakultas Ilmu Pendidikan yang ditujukan kepada Ketua Panti Asuhan Al

Bisri Semarang. Kedua, mengajukan surat pengantar dari Fakultas Ilmu

Pendidikan kepada Ketua Panti Asuhan Al Bisri Semarang untuk

mendapatkan ijin melakukan penelitian di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang.

3. Penentuan Sampel

Sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh remaja

di Panti Asuhan Al Bisri Semarang tahun 2007. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini didasarkan pada teknik total sampling dengan

karakteristik sebagai berikut : jenis kelamin laki-laki dan perempuan,

remaja berusia 13 sampai 18 tahun, tingkat pendidikan SMP dan SMU.


74

Tabel 4.1
Deskripsi Subjek Penelitian

Jenis Kelamin
Pendidikan Usia Total
Laki-Laki Perempuan
13 tahun 5 5 10
SMP 14 tahun 6 4 10
15 tahun 2 4 6
16 tahun 3 - 3
SMA 17 tahun 4 1 5
18 tahun 5 1 6
Total 25 15 40

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini menggunakan sistem try out terpakai, sehingga data uji

coba alat ukur akan digunakan sekaligus sebagai data penelitian. Data hasil

uji coba langsung digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dimana

hanya item yang valid saja yang akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan

sistem try out terpakai karena terbatasnya jumlah subjek penelitian.

Pengambilan data penelitian berlangsung pada hari Minggu tanggal 6

Mei 2007 yang dikenakan pada 40 orang subjek penelitian.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu

skala dukungan sosial dan skala penyesuaian diri. Skala yang diberikan

kepada subjek penelitian sebanyak 40 eksemplar. Setelah pengumpulan data

dengan menggunakan skala psikologi telah selesai maka langkah selanjutnya

yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :


75

1. Memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh

subjek penelitian.

2. Mentabulasi data berdasarkan jumlah item.

3. Menentukan tingkat dukungan sosial dan penyesuaian diri remaja di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang.

4. Menentukan adakah hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian

diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.

D. Deskripsi Data Penelitian

Gambaran mengenai data penelitian pada masing-masing variabel

yang dianalisis terdapat pada table 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2
Rangkuman Data Penelitian

Variabel Mean Standar Deviation N


Penyesuaian Diri 108,9750 13,12951 40
Dukungan Sosial 116,9750 16,09027 40
Sumber : Hasil penelitian yang diolah

E. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Dalam rangka memperoleh data tentang variabel-variabel yang

diteliti maka dibutuhkan alat pengumpul data. Untuk memperoleh

instrumen yang baik maka dilakukan uji coba atau try out yang dianalisis

validitas dan reliabilitasnya.


76

a. Validitas

Teknik uji validitas yang digunakan adalah teknik statistik

korelasi product moment. Uji signifikansi untuk menentukan valid atau

tidaknya suatu item adalah dengan cara membandingkan rhitung dengan

rtabel untuk TS = 5 % dan N = 40, maka rtabel = 0,312 Berdasarkan hasil

uji coba validitas dengan bantuan komputer program SPSS release

10.0 diperoleh :

Instrumen skala penyesuaian diri sebanyak 60 item ternyata 24

item tidak valid yaitu nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 15, 19, 20, 22, 23, 24,

25, 27, 28, 29, 31, 36, 44, 51, 53, 55, 60. Dari 24 item itu rhitung

tertinggi sebesar 0,307. Ini berarti rhitung lebih kecil dari rtabel (0,307 <

0,312) yang berarti ke-24 item tersebut tidak valid.

Terdapat 36 item yang valid yaitu nomor 2, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

16, 17, 18, 21, 26, 30, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 52, 54, 56, 57, 58, 59. Item yang valid menunjukkan

rhitung terendah sebesar 0,313 dan rhitung tertinggi sebesar 0,632. Ini

berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,313 > 0,312) yang berarti ke-36

item tersebut valid, sehingga instrumen penelitian yang digunakan

untuk mengungkap penyesuaian diri sebanyak 36 item.

Adapun sebaran item yang valid dan tidak valid untuk

instrumen skala penyesuaian diri dapat dilihat pada tabel berikut :


77

Tabel 4.3
Blue Print Skala Penyesuian Diri Setelah Uji Coba

Nomor Item
Variabel Sub Variabel Indikator Total
Favorabel Unfavorabel
Penyesuaian 1. Penyesuaian a. Penerimaan individu 1*, 19*, 2, 20*, 38,
diri pribadi terhadap diri sendiri 37 50
b. Mampu menerima 3*, 21, 39, 4*, 22*, 40,
kenyataan 45 46
c. Mampu mengontrol 5*, 23*, 6*, 24*, 42, 17
diri sendiri 41, 47 48
d. Mampu 7*, 25*, 8, 26, 44*
mengarahkan diri 43, 49
sendiri
2. Penyesuaian a. Memiliki hubungan 9, 27*, 10, 28*, 52
sosial interpersonal yang 51*
baik
b. Memiliki simpati 11, 29*, 12, 30, 54
pada orang lain 53*
c. Mampu menghargai 13, 31*, 14*, 32, 56
orang lain 55* 19
d. Ikut berpartisipasi 15*, 33, 16, 34, 58
dalam kelompok 57
e. Mampu 17, 35, 59 18, 36*, 60*
bersosialisasi dengan
baik sesuai norma
yang ada
Total 16 20 36
Keterangan : * Item yang gugur / tidak valid

Sedangkan untuk instrumen skala dukungan sosial sebanyak 60

item ternyata 21 item tidak valid yaitu nomor 2, 3, 4, 8, 9, 14, 17, 18,

25, 29, 35, 40, 42, 43, 44, 46, 48, 49, 50, 54, 60. Dari 21 item itu rhitung

tertinggi sebesar 0,287. Ini berarti rhitung lebih kecil dari rtabel (0,287 <

0,312) yang berarti ke-21 item tersebut tidak valid.

Terdapat 39 item yang valid yaitu nomor 1, 5, 6, 7, 10, 11, 12,

13, 15, 16, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37,

38, 39, 41, 45, 47, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59. Item yang valid
78

menunjukkan rhitung terendah sebesar 0,314 dan rhitung tertinggi sebesar

0,665. Ini berarti rhitung lebih besar dari rtabel (0,314 > 0,312) yang

berarti ke-39 item tersebut valid, sehingga instrumen penelitian yang

digunakan untuk mengungkap penyesuaian diri sebanyak 39 item.

Adapun sebaran item yang valid dan tidak valid untuk

instrumen skala dukungan sosial dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 4.4
Blue Print Skala Dukungan Sosial Setelah Uji Coba

Nomor Item
Variabel Sub Variabel Indikator Total
Favorabel Unfavorabel
Dukungan 1. Dukungan a. Empati 1, 17*, 33 2*, 18*, 34
Sosial emosional b. Perhatian 3*, 19, 35*, 4*, 20, 36, 7
49* 50*, 58
2. Dukungan a. Penilaian 5, 21, 37 6, 22, 38, 52
penghargaan positif
13
b. Dorongan 7, 23, 39, 8*, 24, 40*
untuk maju 51, 57
3. Dukungan Bantuan 9*, 13, 25*, 10, 14*, 26,
instrumental langsung 29*, 41, 45, 30, 42*, 8
53, 59 46*, 54*
4. Dukungan Pemberian 11, 15, 27, 12, 16, 28,
informasi nasehat, 31, 43*, 47, 32, 44*,
11
petunjuk dan 55 48*, 56, 60*
saran
Total 22 17 39
Keterangan : * Item yang gugur / tidak valid
79

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketetapan dan ketelitian yang

ditunjukkan oleh instrumen pengukuran sehingga dapat dipercaya.

Berdasarkan uji reliabilitas menggunakan rumus alpha diperoleh nilai

r11 = 0,8863 untuk instrumen penyesuaian diri dan sebesar 0,9236

untuk instrumen dukungan sosial. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

skala penyesuaian diri dan dukungan sosial adalah reliabel, sehingga

dapat digunakan sebagai alat ukur.

2. Hasil Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk : a. Mengetahui

bagaimana gambaran tentang dukungan sosial di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang, b. Mengetahui bagaimana gambaran tentang penyesuaian diri

remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang, c. Mengetahui ada tidaknya

hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang, maka dapat diuraikan hasil penelitian sebagai

berikut :

a. Gambaran Penyesuaian Diri Remaja

Penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang

dapat dilihat dari aspek penyesuaian diri yaitu penyesuaian pribadi dan

penyesuaian sosial. Data penyesuaian diri diambil dengan

menggunakan skala penyesuaian diri sebanyak 36 item dan jumlah

subjek sebanyak 40 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

mean sebesar 108,9750 dan standar deviasi sebesar 13,12951.


80

Tabel 4.5
Pengelompokkan Norma Tingkat Penyesuaian Diri

No Rumus Interval Kategori


1 M+1,5SD < X 128,669265 < X Sangat Tinggi
2 M+0,5SD < X ≤ M+1,5SD 115,539755 < X ≤ 128,669265 Tinggi
3 M−0,5SD < X ≤ M+0,5SD 102,410245 < X ≤ 115,539755 Sedang
4 M−1,5SD < X ≤ M−0,5SD 89,280735 < X ≤ 102,410245 Rendah
5 X ≤ M−1,5SD X ≤ 89,280735 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Penelitian

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bila subjek penelitian

memperoleh skor lebih besar dari 128,669265 berarti subjek tersebut

mempunyai tingkat penyesuaian diri yang sangat tinggi. Skor lebih

besar dari 115,539755−128,669265 berarti subjek mempunyai tingkat

penyesuaian diri yang tinggi. Skor lebih besar dari

102,410245−115,539755 berarti subjek mempunyai tingkat

penyesuaian diri yang sedang. Apabila subjek memperoleh skor lebih

besar dari 89,280735−102,410245 berarti subjek mempunyai tingkat

penyesuaian diri yang rendah, sedangkan subjek dengan skor lebih

kecil atau sama dengan 89,280735 berarti subjek mempunyai tingkat

penyesuaian diri yang sangat rendah.

Distribusi aspek tentang tingkat penyesuaian diri dapat dilihat

pada tabel berikut :


81

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Penyesuaian Diri

No Interval f % Kategori
1 128,669265 < X 2 5 Sangat Tinggi
2 115,539755 < X ≤ 128,669265 10 25 Tinggi
3 102,410245 < X ≤ 115,539755 14 35 Sedang
4 89,280735 < X ≤ 102,410245 12 30 Rendah
5 X ≤ 89,280735 2 5 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang diteliti,

sebanyak 5% atau 2 subjek mempunyai tingkat penyesuaian diri sangat

tinggi. Sebanyak 25% atau 10 subjek mempunyai tingkat penyesuaian

diri tinggi. Sebanyak 35% atau 14 subjek mempunyai tingkat

penyesuaian diri sedang. Sebanyak 30% atau 12 subjek mempunyai

tingkat penyesuaian diri rendah dan sebanyak 5% atau 2 subjek

mempunyai tingkat penyesuaian diri sangat rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum penyesuaian diri remaja di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang dalam kategori sedang.

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh

visualisasi sebagai berikut :

40 35 %
35 30 %
30 25 %
25
Persentase 20
\
15
10 5% 5%
5
0
SR R S T ST
Kategori

Grafik 4.1 Tingkat Penyesuaian Diri Remaja


82

Masing-masing aspek penyesuaian diri remaja di panti asuhan

akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :

1) Aspek Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi merupakan salah satu aspek dalam

penyesuaian diri. Penyesuaian pribadi dapat dilihat dari distribusi

frekuensi seperti tercantum pada tabel berikut.

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Aspek Penyesuaian Pribadi

No Interval f % Kategori
1 60,31406 < X 1 2,5 Sangat Tinggi
2 53,93802 < X ≤ 60,31406 9 22,5 Tinggi
3 47,56198 < X ≤ 53,93802 16 40 Sedang
4 41,18594 < X ≤ 47,56198 12 30 Rendah
5 X ≤ 41,18594 2 5 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang

diteliti, sebanyak 2,5% atau 1 subjek mempunyai tingkat

penyesuaian pribadi sangat tinggi. Sebanyak 22,5% atau 9 subjek

mempunyai tingkat penyesuaian pribadi tinggi. Sebanyak 40% atau

16 subjek mempunyai tingkat penyesuaian pribadi sedang.

Sebanyak 30% atau 12 subjek mempunyai tingkat penyesuaian

pribadi rendah dan Sebanyak 5% atau 2 subjek mempunyai tingkat

penyesuaian pribadi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum penyesuaian pribadi remaja di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang dalam kategori sedang.


83

2) Aspek Penyesuaian Sosial

Gambaran tentang penyesuaian sosial dapat dilihat pada

table 4.8 berikut.

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Aspek Penyesuaian Sosial

No Interval f % Kategori
1 69,60052 < X 1 2,5 Sangat Tinggi
2 62,01684 < X ≤ 69,60052 11 27,5 Tinggi
3 54,43316 < X ≤ 62,01684 13 32,5 Sedang
4 46,84948 < X ≤ 54,43316 12 30 Rendah
5 X ≤ 46,84948 3 7,5 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang

diteliti, sebanyak 2,5% atau 1 subjek mempunyai tingkat

penyesuaian sosial sangat tinggi. Sebanyak 27,5% atau 11 subjek

mempunyai tingkat penyesuaian sosial tinggi. Sebanyak 32,5%

atau 13 subjek mempunyai tingkat penyesuaian sosial sedang.

Sebanyak 30% atau 12 subjek mempunyai tingkat penyesuaian

sosial rendah dan Sebanyak 7,5% atau 3 subjek mempunyai tingkat

penyesuaian sosial sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum penyesuaian sosial remaja di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang dalam kategori sedang.

b. Gambaran Dukungan Sosial

Dukungan sosial pada remaja di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang dapat dilihat dari aspek-aspek dukungan sosial yaitu

dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental


84

dan dukungan informasi. Data dukungan sosial diambil dengan

menggunakan skala dukungan sosial sebanyak 39 item dan jumlah

subjek sebanyak 40 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

mean sebesar 116,9750 dan standar deviasi sebesar 16,09027.

Tabel 4.9
Pengelompokkan Norma Tingkat Dukungan Sosial

No Rumus Interval Kategori


1 M+1,5SD < X 141,110405 < X Sangat Tinggi
2 M+0,5SD < X ≤ M+1,5SD 125,020135 < X ≤ 141,110405 Tinggi
3 M−0,5SD < X ≤ M+0,5SD 108,929865 < X ≤ 125,020135 Sedang
4 M−1,5SD < X ≤ M−0,5SD 92,839595 < X ≤ 108,929865 Rendah
5 X ≤ M−1,5SD X ≤ 92,839595 Sangat Rendah
Sumber : Hasil Penelitian

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bila subjek penelitian

memperoleh skor lebih besar dari 141,110405 berarti subjek

mempunyai tingkat dukungan sosial yang sangat tinggi. Skor lebih

besar dari 125,020135−141,110405 berarti subjek mempunyai tingkat

dukungan sosial tinggi. Skor lebih besar dari 108,92986−125,020135

berarti subjek mempunyai tingkat dukungan sosial sedang. Apabila

subjek memperoleh skor lebih besar dari 92,839595−108,929865

berarti subjek mempunyai tingkat dukungan sosial rendah, sedangkan

subjek dengan skor lebih kecil atau sama dengan 92,839595 berarti

subjek mepunyai tingkat dukungan sosial yang sangat rendah.

Distribusi aspek tentang tingkat dukungan sosial dapat dilihat

pada tabel berikut.


85

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial

No Interval f % Kategori
1 141,110405 < X 1 2,5 Sangat Tinggi
2 125,020135 < X ≤ 141,110405 13 32,5 Tinggi
3 108,929865 < X ≤ 125,020135 12 30 Sedang
4 92,839595 < X ≤ 108,929865 10 25 Rendah
5 X ≤ 92,839595 4 10 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang diteliti,

sebanyak 2,5% atau 1 subjek mempunyai tingkat dukungan sosial

sangat tinggi. Sebanyak 32,5% atau 13 subjek mempunyai tingkat

dukungan sosial tinggi. Sebanyak 30% atau 12 subjek mempunyai

tingkat dukungan sosial sedang. Sebanyak 25% atau 10 subjek

mempunyai tingkat dukungan sosial rendah dan sebanyak 10% atau 4

subjek mempunyai tingkat dukungan sosial sangat rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum dukungan sosial yang diperoleh

remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang dalam kategori sedang.

Apabila digambarkan dalam bentuk grafik akan diperoleh

visualisasi sebagai berikut :

35 32.5 %
30 %
30 25 %
25
20
Persentase
15 10 % \
10
5 2.5 %
0
SR R S T ST
Kategori

Grafik 4.2 Tingkat Dukungan Sosial


86

Masing-masing aspek dukungan sosial bagi remaja di panti

asuhan akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :

1) Dukungan Emosional

Gambaran tentang dukungan emosional dapat dilihat pada

tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Emosional

No Interval f % Kategori
1 24,821735 < X 3 7,5 Sangat Tinggi
2 21,807245 < X ≤ 24,821735 6 15 Tinggi
3 18,792755 < X ≤ 21,807245 13 32,5 Sedang
4 15,778265 < X ≤ 18,792755 13 32,5 Rendah
5 X ≤ 15,778265 5 12,5 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang

diteliti, sebanyak 7,5% atau 3 subjek mempunyai tingkat dukungan

emosional sangat tinggi. Sebanyak 15% atau 6 subjek mempunyai

tingkat dukungan emosional tinggi. Sebanyak 32,5% atau 13

subjek mempunyai tingkat dukungan emosional sedang. Sebanyak

32,5% atau 13 subjek mempunyai tingkat dukungan emosional

rendah dan sebanyak 12,5% atau 5 subjek mempunyai tingkat

dukungan emosional sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum dukungan emosional yang diperoleh remaja di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang dalam kategori sedang.


87

2) Dukungan Penghargaan

Gambaran tentang dukungan penghargaan dapat dilihat

pada tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Penghargaan

No Interval f % Kategori
1 47,884065 < X 1 2,5 Sangat Tinggi
2 42,511355 < X ≤ 47,884065 12 30 Tinggi
3 37,138645 < X ≤ 42,511355 14 35 Sedang
4 31,765935 < X ≤ 37,138645 10 25 Rendah
5 X ≤ 31,765935 3 7,5 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang

diteliti, sebanyak 2,5% atau 1 subjek mempunyai tingkat dukungan

penghargaan sangat tinggi. Sebanyak 30% atau 12 subjek

mempunyai tingkat dukungan penghargaan tinggi. Sebanyak 35%

atau 14 subjek mempunyai tingkat dukungan penghargaan sedang.

Sebanyak 25% atau 10 subjek mempunyai tingkat dukungan

penghargaan rendah dan sebanyak 7,5% atau 3 subjek mempunyai

tingkat dukungan penghargaan sangat rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa secara umum dukungan penghargaan yang diperoleh remaja

di Panti Asuhan Al Bisri Semarang dalam kategori sedang.


88

3) Dukungan Instrumental

Gambaran tentang dukungan instrumental dapat dilihat

pada tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Instrumental

No Interval f % Kategori
1 29,580855 < X 0 0 Sangat Tinggi
2 25,210285 < X ≤ 29,580855 13 32,5 Tinggi
3 20,839715 < X ≤ 25,210285 15 37,5 Sedang
4 16,469145 < X ≤ 20,839715 9 22,5 Rendah
5 X ≤ 16,469145 3 7,5 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang

diteliti, sebanyak 32,5% atau 13 subjek mempunyai tingkat

dukungan instrumental tinggi. Sebanyak 37,5% atau 15 subjek

mempunyai tingkat dukungan instrumental sedang. Sebanyak

22,5% atau 9 subjek mempunyai tingkat dukungan instrumental

rendah dan sebanyak 7,5% atau 3 subjek mempunyai tingkat

dukungan instrumental sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

secara umum dukungan instrumental yang diperoleh remaja di

Panti Asuhan Al Bisri Semarang dalam kategori sedang.

4) Dukungan Informasi

Gambaran tentang dukungan informasi dapat dilihat pada

tabel 4.14 berikut.


89

Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Aspek Dukungan Informasi

No Interval f % Kategori
1 41,289435 < X 1 2,5 Sangat Tinggi
2 36,313145 < X ≤ 41,289435 12 30 Tinggi
3 31,336855 < X ≤ 36,313145 19 47,5 Sedang
4 26,360565 < X ≤ 31,336855 2 5 Rendah
5 X ≤ 26,360565 6 15 Sangat Rendah
Total 40 100
Sumber : Hasil Penelitian

Terlihat pada tabel di atas, bahwa dari 40 subjek yang

diteliti, sebanyak 2,5% atau 1 subjek mempunyai tingkat dukungan

informasi sangat tinggi. Sebanyak 30% atau 12 subjek mempunyai

tingkat dukungan informasi tinggi. Sebanyak 47,5% atau 19 subjek

mempunyai tingkat dukungan informasi sedang. Sebanyak 5% atau

2 subjek mempunyai tingkat dukungan informasi rendah dan

sebanyak 15% atau 6 subjek mempunyai tingkat dukungan

informasi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum

dukungan informasi yang diperoleh remaja di Panti Asuhan Al

Bisri Semarang dalam kategori sedang.

c. Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hubungan

positif antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang. Korelasi pada penelitian ini dihitung

dengan menggunakan korelasi product moment, komputasi

menggunakan bantuan komputer program statistical program for


90

social sciences (SPSS) versi 10.0 Berdasarkan hasil analisis SPSS

versi 10.0 diperoleh koefisien korelasi 0,566; p < 0,01, yang berarti

pada taraf signifikansi 1% hipotesis yang menyatakan ada hubungan

positif antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja di Panti

Asuhan Al Bisri Semarang diterima. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 4.17
Korelasi Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Remaja

Correlations

Penyesuaian Diri Dukungan Sosial


Penyesuaian Pearson Correlation 1 ,566(**)
Diri Sig. (2-tailed) . ,000
N 40 40
Dukungan Pearson Correlation ,566(**) 1
Sosial Sig. (2-tailed) ,000 .
N 40 40
** Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed)

Berdasarkan dari perhitungan koefisien korelasi tersebut,

besarnya koefisien korelasi tersebut bertanda positif, sehingga dapat

disimpulkan bahwa “ada hubungan positif antara dukungan sosial

dengan penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang.”

Semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula penyesuaian

diri, demikian juga sebaliknya. Semakin rendah dukungan sosial maka

semakin rendah pula penyesuaian diri.

Untuk melihat berapa besar kontribusi dukungan sosial

terhadap penyesuaian diri remaja dapat dilihat dari table nilai R-Square

seperti tercantum pada tabel berikut.


91

Tabel 4.18
Kontribusi Dukungan Sosial Terhadap Penyesuaian Diri Remaja

Model Summary
Std. Error Change Statistics
R Adjusted R
Model R of the R Square F Sig. F
Square Sguare df1 df2
Estimate Change Change Change
1 .566(a) .320 .320 10.96589 .320 17.908 1 38 .000
a Presictors: (Constant), Dukungan Sosial

Terlihat dari tabel di atas bahwa nilai R-Square sebesar 0,320

yang berarti penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri

Semarang dipengaruhi oleh dukungan sosial sebesar 32%, selebihnya

dipengaruhi oleh faktor–faktor lain di luar penelitian ini, misalnya

konsep diri, persepsi, sikap, intelegensi, kepribadian, kondisi

lingkungan dan lain sebagainya.

3. Pembahasan

Bagi remaja yang tinggal di panti asuhan, lingkungan panti asuhan

merupakan lingkungan sosial yang utama dalam mengadakan penyesuaian

diri. Penyesuaian diri merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu

untuk mempertemukan tuntutan diri sendiri dengan lingkungan, baik

secara aktif maupun pasif yang melibatkan respon mental dan tingkah

laku, sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara diri dengan

lingkungannya. Pada remaja yang tinggal di panti asuhan, penyesuaian diri

merupakan salah satu variabel penting yang membantu remaja

menghadapi permasalahan dan berkembang secara optimal menuju

kedewasaan. Tanpa adanya penyesuaian diri yang baik, remaja khususnya

di panti asuhan tidak akan mampu menyelesaikan konflik-konflik yang

dialaminya di panti asuhan tersebut.


92

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa

penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang tahun 2007

tergolong sedang yaitu sebanyak 35% atau 14 orang remaja dari 40 subjek

yang diteliti. Selebihnya 5% atau 2 orang remaja memiliki tingkat

penyesuaian diri sangat tinggi, 25% atau 10 orang remaja memiliki tingkat

penyesuaian diri yang tinggi, 30% atau 12 orang remaja memiliki tingkat

penyesuaian diri yang rendah dan 5% atau 2 orang remaja memiliki

tingkat penyesuaian diri yang sangat rendah. Hal ini mengindikasikan

bahwa sebagian besar remaja di panti asuhan memiliki penyesuaian diri

yang tergolong menengah ke bawah, hanya ada sedikit remaja yang

memiliki penyesuaian diri baik (hanya ada 30% remaja dengan

penyesuaian diri tinggi dan sangat tinggi). Dalam penelitian ini aspek

penyesuaian diri yang dominan pada remaja di panti asuhan adalah aspek

penyesuaian pribadi (40% atau 16 orang remaja memiliki tingkat

penyesuaian pribadi sedang). Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja di

panti asuhan lebih berusaha untuk mengembangkan penyesuaian pribadi

dibanding penyesuaian sosial.

PENYESUAIAN DIRI REMAJA


ST SR
T 5% 5%
25 % R
30 %

S
35 %

Gambar 4.1
Diagram Penyesuaian Diri Remaja
93

Dalam mencapai penyesuaian diri secara maksimal, remaja di panti

asuhan juga memerlukan dukungan sosial dari orang-orang terdekat di

lingkungannya yaitu dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni

panti asuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Winnubust dalam Smet

(1994:133) yang mengatakan bahwa dukungan sosial tidak terlepas dari

hubungan akrab, sehingga dari interaksi tersebut individu menjadi lebih

tahu bahwa orang lain telah memperhatikan, mencintai dan menghargai

dirinya.

Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di

dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang

terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental

yang diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal

itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima,

sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya. House

dalam Smet (1994:136) menyatakan bahwa melalui dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental serta dukungan informasi

dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan psikologis.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa dukungan sosial yang

diperoleh remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang tahun 2007 termasuk

dalam kategori tinggi, terbukti dari 40 orang remaja yang diteliti sebanyak

32,5% atau 13 orang remaja dalam kategori tinggi. Selebihnya 2,5% atau 1

orang remaja memiliki tingkat dukungan sosial sangat tinggi, 30% atau 12

orang remaja memiliki tingkat dukungan sosial sedang, 25% atau 10 orang
94

remaja memiliki tingkat dukungan sosial rendah dan 10% atau 4 orang

remaja memiliki tingkat dukungan sosial sangat rendah. Hasil analisis ini

memberikan bukti empirik bahwa pengasuh dan teman-teman sesama

penghuni panti asuhan telah memberikan dukungan sosial yang dirasakan

secara memadai atau cukup kepada kebanyakan remaja di panti asuhan.

Dalam penelitian ini, bentuk dukungan sosial yang memonjol pada remaja

di panti asuhan adalah dukungan informasi, seperti pemberian nasehat,

petunjuk dan saran dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti

asuhan. Cohen dalam Shinta (1995:40) menyatakan bahwa pemberian

dukungan informasi dapat membantu individu untuk merubah situasi dan

merubah pemahaman dari situasi, sehingga mempengaruhi penilaian

stresnya.

DUKUNGAN SOSIAL
ST SR
T 2.5% 10 %
32.5 %
R
25 %

S
30 %

Gambar 4.2
Diagram Dukungan Sosial
95

Masalah penyesuaian diri remaja bisa timbul bukan saja

disebabkan oleh dukungan sosial kepada remaja, menurut Hariyadi, dkk

(1995:110) banyak faktor yang bisa mempengaruhi antara lain : faktor

internal seperti motif, konsep diri, sikap, intelegensi, minat, kepribadian

dan faktor eksternal seperti kondisi sekolah, teman sebaya dan sebagainya.

Jika hal-hal tersebut dibiarkan tanpa ada perhatian dapat meningkatkan

masalah dalam penyesuaian diri remaja. Sumbangan efektif dukungan

sosial sebesar 32% yang ditunjukkan oleh nilai R-Square sebesar 0,320,

berarti masih terdapat 68% faktor lain yang mempengaruhi penyesuaian

diri. Dukungan sosial merupakan faktor dominan yang mempengaruhi

penyesuaian diri, walaupun demikian terdapat faktor-faktor lain yang perlu

dipertimbangkan juga dalam upaya pengembangan penyesuaian diri

remaja di panti asuhan.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi

(rxy) sebesar 0,566 (sig = 0,000, p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan

positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri

remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang tahun 2007. Semakin tinggi

dukungan sosial maka semakin tinggi pula penyesuaian dirinya,

sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula

penyesuaian dirinya. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh

peneliti diterima.

Bagi remaja panti asuhan, lingkungan panti asuhan merupakan

lingkungan sosial utama yang dikenalnya dan merupakan sumber


96

dukungan sosial yang utama. Dukungan sosial tersebut remaja dapatkan

dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni panti asuhan. Lebih

lanjut berdasarkan hasil penelitian tampak bahwa nilai rerata atau mean

dari dukungan sosial yang bersumber dari pengasuh (mean=3,1197) lebih

besar dibandingkan dengan nilai rerata atau mean dukungan sosial yang

bersumber dari teman (mean=2,8984), sehingga dukungan sosial yang

dirasakan oleh remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang lebih cenderung

berasal dari pengasuhnya. Apabila remaja panti asuhan mendapat cukup

banyak dukungan sosial dari lingkungannya baik dari pengasuh maupun

teman-teman di panti asuhan dalam bentuk apapun akan membuatnya

mampu mengembangkan kepribadian yang sehat dan memiliki pandangan

positif, sehingga dirinya memiliki kemampuan untuk mengadakan

penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun

lingkungan.

Studi pendahuluan menunjukkan bahwa dari 5 orang remaja panti

asuhan memiliki tingkat dukungan sosial yang tinggi sebanyak 1 orang

remaja, tingkat dukungan sosial yang sedang sebanyak 2 orang remaja,

dan yang rendah sebanyak 2 orang remaja, sedangkan tingkat penyesuaian

diri yang sedang sebanyak 1 orang remaja, tingkat penyesuaian diri yang

rendah sebanyak 3 orang remaja dan sangat rendah sebanyak 1 orang

remaja. Hal ini menunjukkkan bahwa studi pendahuluan dari 5 orang

remaja tersebut tidak sesuai dengan hasil penilitian secara umum, yaitu

dukungan sosial tergolong tinggi dan penyesuaian diri tergolong sedang.


97

Dukungan sosial yang dirasakan sebagian besar remaja secara

umum tergolong tinggi, berbeda dengan apa yang dirasakan oleh 5 orang

remaja tersebut yang tergolong sedang dan rendah. Hal ini menunjukkan

bahwa dukungan sosial dari pengasuh dan teman-teman sesama penghuni

panti asuhan dirasakan kurang memadai bagi 5 orang remaja tersebut.

Penyesuaian diri yang dimiliki sebagian besar remaja secara umum

tergolong sedang, berbeda dengan apa yang dimiliki oleh 5 orang remaja

tersebut yang tergolong rendah dan sangat rendah. Hasil ini menunjukkan

bahwa penyesuaian diri yang dimiliki 5 orang remaja tersebut tergolong

menengah ke bawah (70 % remaja dengan penyesuaian diri sedang, rendah

dan sangat rendah). Diungkap lebih lanjut berdasarkan wawancara yang

dilakukan oleh peniliti bahwa remaja di panti asuhan yang sudah lama

tinggal di panti biasanya memiliki relasi yang dekat dengan teman-teman

di panti dan pengasuhnya, namun tetap saja mereka seringkali

menunjukkan perilaku malu-malu, menarik diri, pencemas khususnya saat

beradapan dengan orang lain yang masih baru. Hal ini menunjukkan

bahwa 5 orang remaja tersebut kurang mengembangkan penyesuaian

sosial. Terbukti dari hasil penelitian bahwa aspek penyesuaian diri yang

lebih dominan pada remaja di panti asuhan adalah aspek penyesuaian

pribadi (40 % atau 16 orang remaja memiliki tingkat penyesuaian pribadi

sedang), sehingga 5 orang remaja tersebut lebih berusaha untuk

mengembangkan penyesuaian pribadi dibanding penyesuaian sosial.


98

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang memiliki tingkat

penyesuaian diri yang sedang yaitu sebanyak 35% atau 14 orang remaja.

Selengkapnya dapat dilihat dari data sebagai berikut : 5% atau 2 orang

remaja memiliki tingkat penyesuaian diri yang sangat tinggi, 25% atau 10

orang remaja memiliki tingkat penyesuaian diri yang tinggi, 35% atau 14

orang remaja memiliki tingkat penyesuaian diri yang sedang, 30% atau 12

orang remaja memiliki tingkat penyesuaian diri yang rendah dan 5% atau

2 orang remaja memiliki tingkat penyesuaian diri yang sangat rendah.

2. Rata-rata remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang memiliki tingkat

dukungan sosial yang tinggi yaitu sebanyak 32% atau 13 orang remaja.

Selengkapnya dapat dilihat dari data sebagai berikut : 2,5% atau 1 orang

remaja memiliki tingkat dukungan sosial yang sangat tinggi, 32,5% atau

13 orang remaja memiliki tingkat dukungan sosial yang tinggi, 30% atau

12 orang remaja memiliki tingkat dukungan sosial yang sedang, 25% atau

10 orang remaja memiliki tingkat dukungan sosial yang rendah dan 10%

atau 4 orang remaja memiliki tingkat dukungan sosial yang sangat rendah.

98
99

3. Ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan

penyesuaian diri remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang tahun 2007

(indeks korelasi rxy = 0,566, p < 0,01). Artinya semakin tinggi dukungan

sosial maka semakin tinggi pula penyesuaian dirinya, sebaliknya semakin

rendah dukungan sosial maka semakin rendah pula penyesuaian dirinya.

Penelitian ini juga menghasilkan koefisien determinasinya (R Square)

sebesar 0,320 yang berarti bahwa 32% variabel dukungan sosial

mempunyai sumbangan terhadap variabel penyesuaian diri dan sisanya

sebesar 68% dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan kesimpulan yang telah

diambil, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Remaja di Panti Asuhan

Remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang rata-rata memiliki

tingkat penyesuaian diri yang tergolong sedang, agar memiliki

penyesuaian diri yang baik hendaknya remaja lebih berupaya untuk

mengembangkan penyesuaian diri yang baik dalam lingkungannya.

Remaja diharapkan dapat memahami arti penting dari penyesuaian diri dan

dapat mengambil nilai-nilai yang positif, misalnya tidak menggantungkan

diri pada orang lain, bertanggungjawab dan bisa menempatkan diri

sebagaimana mestinya, sehingga mudah menyesuaikan diri dimanapun

berada dan mampu mengembangkan semua potensi pada diri secara


100

optimal serta diterapkan dan diwujudkan melalui hubungan dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga sangat membantu pembentukan diri untuk

menuju alam kedewasaan.

2. Bagi Pihak Panti Asuhan

Remaja di Panti Asuhan Al Bisri Semarang rata-rata memiliki

tingkat penyesuaian diri yang tergolong sedang, hendaknya masalah

dukungan sosial yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja senantiasa

diperhatikan oleh pihak panti asuhan. Panti asuhan sebaiknya

menyediakan pengasuh yang dapat meluangkan waktu secara intensif dan

memiliki selisih usia yang tidak terlalu jauh dengan remaja agar

proporsional dalam mengasuh remaja tersebut. Mengingat latar belakang

remaja yang masuk ke panti asuhan adalah remaja dengan latar belakang

keluarga, ekonomi dan lain sebagainya yang kurang menguntungkan,

maka hendaknya panti asuhan sebagai keluarga dapat menciptakan situasi

yang menyenangkan bagi anak asuhnya, sehingga anak asuh merasa

mendapatkan pengganti keluarganya.

Hal ini dapat ditempuh dengan cara yaitu rasio jumlah antara

pengasuh dan jumlah anak asuh hendaknya juga mendapatkan perhatian

yang serius, mengingat ketidakseimbangan antara jumlah pengasuh dan

anak asuh yang terlalu besar, maka hubungan individual secara pribadi dan

hangat kurang memungkinkan untuk dijalin.


101

3. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang tertarik melakukan penelitian lebih lanjut yang

berkaitan dengan penyesuaian diri hendaknya menggunakan populasi yang

lebih luas dan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

penyesuian diri, misalnya konsep diri, sikap, intelegensi, kepribadian,

kondisi sekolah, teman sebaya dan lain sebagainya.


102

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :


Rineka Cipta

Azwar, S. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

Calhoun, J.F. dan Acocella, J.R. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan
Hubungan Kemanusiaan. New York : Mc Graw Hill

Dagun, S.M. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Davidoff. 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Jilid 2. Alih Bahasa : Mari Jumiati.
Jakarta : Erlangga

Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi


ke-3. Jakarta : Balai Pustaka.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 1997. Panduan Pelaksanaan Pembinaan


Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta
(tidak diterbitkan)

Effendi dan Tjahjono. 1999. Hubungan Antara Perilaku Coping dan Dukungan
Sosial dengan Kecemasan pada Ibu Hamil Anak Pertama. Anima. Volume
14. Nomor 54. Halaman 214-227

Fahmi, M. 1977. Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Jilid
1. Alih Bahasa : Daradjat, Z. Jakarta : Bulan Bintang

1982. Penyesuaian Diri. Jakarta: Bulan Bintang

Gerungan, W.A. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : PT Eresco

Gottlieb, B.H. 1983. Social Support Strategies Guidelines For Mental Health
Practice. Baverly Hills: Sage Publications

Hariyadi, S., Hendrarno, E., Deliana, S.M., Suparwoto, Haryono. 1995.


Perkembangan Peserta Didik. Semarang : IKIP Semarang Press

Hartini, N. 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologi Pada Anak Panti Asuhan. Insan
Media Psikologi. Volume 3. Nomor 2. Halaman 109-118

Hurlock, E. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Press


103

Hutabarat, D.B. 2004. Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja Seks dalam


Kehidupan Sehari-hari. Arkhe (Jurnal Ilmiah Psikologi). Volume 9.
Nomor 2. Halaman 70-81

Kartono, K. 2000. Hygiene Mental. Bandung : Mandar Maju

Kuntjoro, Z.S. 2002. Dukungan Sosial Pada Lansia. www.e-psikologi.com

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan


Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press

Mussen, P.H., Conger, J.J., Kagan, J., Huston, A.C. 1989. Perkembangan dan
Kepribadian Anak. Alih Bahasa: Meitasari, T. Jakarta: Gramedia

Mu’tadin, Z. 2002. Penyesuaian Diri Remaja. www.e-psikologi.com

Oktavia, L. dan Basri, A.S. 2002. Hubungan Antara Dukungan Sosial Yang
Diterima Secara Nyata Dengan Ada Atau Tidaknya Gangguan Depresi
Pasca Persalinan pada Ibu Dewasa Muda. Jurnal Psikologi Sosial. Volume
8. Nomor 1. Halaman 15-22

Pramadi, A. 1996. Hubungan Antara Kemampuan Penyesuaian Diri Terhadap


Tuntutan Tugas dan Hasil Kerja. Anima. Vol. XI. No. 43. Hal. 237-245

Pramudiani, D. 2001. Kualitas Hidup Penderita Penyakit Jantung Pasca Serangan


Jantung Ditinjau Dari Dukiungan Sosial dan Interval Waktu.
Psikodimensia (Kajian Ilmiah Psikologi). Volume 1. Nomor 2. halaman
118-122

Santrock, J.W. 2002. Live Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi
5. Alih Bahasa : Chausairi, A. Jakarta : Erlangga

Sarafino. 1998. Health Psikologi : Biopsychosocial Interaction. USA : John


Willey and sons

Schneiders. 2007. Self Adjustment. www.highbeam.com

Shinta, E. 1995. Perilaku Coping dan Dukungan Sosial Pada Pemuda Penganggur
Studi Deskriptif terhadap Pemuda Penganggur di Perkotaan. Jurnal
Psikologi Indonesia. Nomor 1. Halaman 1-7

Smet, B. 1994, Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Grasindo

Sunarto dan Hartono. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta
104

Sundari, S. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta : Rineka Cipta

Wirawan. 2001. Psikologi Remaja. Jakarta : Rineka Cipta


105
106

INSTRUMEN SKALA PENELITIAN

SKALA A DUKUNGAN SOSIAL

SKALA B PENYESUAIAN DIRI


107

Nama :
Usia :
Jenis kelamin : L/P
Pendidikan : SMP / SMU

PETUNJUK PENGISIAN
SKALA A DAN B

1. Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan berikut. Kemudian jawablah


semua pernyataan sesuai dengan keadaan atau perasaan anda yang
sesungguhnya.

2. Pilih salah satu dari 4 (empat) jawaban yang tersedia :

SS Bila anda merasa sangat sesuai dengan pernyataan yang diajukan.


S Bila anda merasa sesuai dengan pernyataan yang diajukan.
TS Bila anda merasa tidak sesuai dengan pernyataan yang diajukan.
STS Bila anda merasa sangat tidak sesuai dengan pernyataan yang
diajukan.

3. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih.


Contoh :
No Pernyataan Jawaban
1. Saya suka warna kuning. SS S TS STS

Bila hendak mengganti jawaban, berilah tanda sama dengan (=), kemudian
buatlah tanda silang (X) pada jawaban yang baru.
Contoh :
No Pernyataan Jawaban
1. Saya suka warna kuning. SS S TS STS

4. Dalam hal ini tidak ada penilaian benar atau salah, baik atau buruk, sehingga
tidak ada jawaban yang dianggap salah. Semua jawaban adalah benar, jika
anda memberikan jawaban sesuai dengan keadaan atau perasaan Anda yang
sebenarnya.

5. Teliti kembali pekerjaan anda, jangan ada satu pernyataan yang terlewatkan.

6. Informasi yang anda berikan melalui pengisian skala ini tidak berdampak pada
siapa-siapa. Kami sangat menjaga kerahasiaan jawaban anda.

7. Atas partisipasi dan kesediaan anda untuk mengisi skala ini, kami
mengucapkan banyak terima kasih.

“SELAMAT MENGERJAKAN”
108

SKALA A

NO PERNYATAAN JAWABAN
1. Setiap ucapan dan sikap pengasuh menunjukkan kasih SS S TS STS
sayang.
2. Jika saya menangis, teman-teman di panti SS S TS STS
mentertawakan saya.
3. Ketika saya sakit, pengasuh selalu mengingatkan saya SS S TS STS
untuk minum obat.
4. Pengasuh membiarkan saya walaupun saya pulang SS S TS STS
terlambat dari sekolah.
5. Pengasuh memberikan pujian atas prestasi yang telah SS S TS STS
saya raih.
6. Pengasuh selalu membedakan saya dengan teman yang SS S TS STS
lain.
7. Pengasuh selalu mendorong saya untuk giat belajar. SS S TS STS
8. Pengasuh tidak mendukung terhadap tindakan-tindakan SS S TS STS
saya.
9. Pengasuh menyediakan ruang untuk belajar yang cukup SS S TS STS
nyaman.
10. Teman-teman di panti menolak ketika saya ingin SS S TS STS
meminjam uang untuk membeli buku.
11. Pengasuh memberi nasehat agar saya menjadi orang SS S TS STS
yang berguna.
12. Saya jarang mendapat teguran dari pengasuh atas SS S TS STS
kesalahan yang saya perbuat.
13. Pengasuh membelikan buku-buku pelajaran yang saya SS S TS STS
perlukan.
14. Meskipun saya meminta, pengasuh jarang membelikan SS S TS STS
109

perlengkapan sekolah.
15. Teman di panti memberi nasehat bila saya melakukan SS S TS STS
kesalahan.
16. Pengasuh bersikap tertutup ketika saya meminta SS S TS STS
nasehat.
17. Teman di panti selalu menghibur apabila saya sedang SS S TS STS
sedih.
18. Saat saya kecewa dengan nilai ulangan sekolah, SS S TS STS
pengasuh justru memarahi saya.
19. Pada saat saya lalai menjalankan ibadah agama teman SS S TS STS
di panti mengingatkan.
20. Teman-teman di panti tidak pernah mengucapkan SS S TS STS
selamat di hari ulang tahun saya.
21. Pengasuh senang jika saya melakukan pekerjaan SS S TS STS
dengan baik.
22. Teman-teman di panti selalu mencela kesalahan yang SS S TS STS
saya lakukan.
23. Pengasuh mengajarkan pada saya agar tidak mudah SS S TS STS
putus asa.
24. Saya jarang diberi kesempatan untuk menunjukkan SS S TS STS
kemampuan saya.
25. Semua peralatan tersedia di panti asuhan. SS S TS STS
26. Teman di panti keberatan saat saya meminjam alat SS S TS STS
tulisnya.
27. Saya mendapat keterangan yang cukup tentang cara SS S TS STS
belajar yang baik dari pengasuh.
28. Saya tidak mempunyai tempat untuk bertanya tentang SS S TS STS
cara menyelesaikan masalah.
29. Teman-teman di panti mau meminjamkan buku catatan SS S TS STS
saat saya tidak masuk sekolah.
110

30. Pengasuh menolak saat saya meminta sepatu baru untuk SS S TS STS
mengganti yang sudah rusak.
31. Pengasuh selalu mengajarkan pada saya mengenai SS S TS STS
sopan santun.
32. Saat saya bimbang, tidak ada teman di panti yang SS S TS STS
memberikan saran.
33. Teman-teman di panti turut prihatin bila saya sedang SS S TS STS
sakit.
34. Pengasuh kurang memahami atas kesulitan yang saya SS S TS STS
alami dalam pelajaran.
35. Pengasuh sering menanyakan perkembangan prestasi SS S TS STS
yang saya peroleh di sekolah.
36. Teman-teman di panti suka mengabaikan pendapat SS S TS STS
saya.
37. Ketika mendapat nilai yang bagus, teman-teman di SS S TS STS
panti memberi selamat pada saya.
38. Teman-teman di panti menganggap pendapat saya tidak SS S TS STS
penting.
39. Saya dan teman-teman di panti saling memberi SS S TS STS
semangat untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
40. Teman-teman di panti kurang mendukung keputusan SS S TS STS
yang saya ambil.
41. Jika saya kesulitan mengerjakan tugas, teman di panti SS S TS STS
meminjamkan buku pelajaran.
42. Uang saku sekolah saya hanya cukup untuk biaya SS S TS STS
transportasi saja.
43. Saya mendapat saran dari pengasuh di saat saya SS S TS STS
bimbang untuk menentukan suatu pilihan.
44. Pengasuh jarang memberi jalan pemecahan bila terjadi SS S TS STS
permusuhan dengan teman di panti asuhan.
111

45. Panti asuhan menyediakan buku-buku bacaan. SS S TS STS


46. Pengasuh tidak memberi saya obat ketika saya sakit. SS S TS STS
47. Pengasuh menganjurkan agar saya lebih bersabar dalam SS S TS STS
menghadapi masalah.
48. Teman-teman di panti enggan berbagi pengetahuan SS S TS STS
dengan saya.
49. Teman-teman di panti mennyakan keadaan saya bila SS S TS STS
terlihat berbeda dari biasanya.
50. Keluhan-keluhan saya kurang ditanggapi oleh SS S TS STS
pengasuh.
51. Teman-teman di panti meyakinkan saya agar saya SS S TS STS
selalu percaya diri.
52. Kelemahan yang saya miliki sering menjadi bahan SS S TS STS
ejekan teman di panti.
53. Di panti asuhan tersedia sarana olah raga yang saya SS S TS STS
butuhkan.
54. Pengasuh jarang memberi uang untuk jajan. SS S TS STS
55. Pengasuh menjelaskan tentang alasan pentingnya saya SS S TS STS
mengikuti kegiatan keagamaan.
56. Teman di panti mencela bila saya melakukan kesalahan. SS S TS STS
57. Pengasuh selalu mendukung saya untuk menjadi pribadi SS S TS STS
yang mandiri.
58. Pengasuh tidak peduli ketika saya menghadapi masalah. SS S TS STS
59. Saat saya sakit, pengasuh mengantar saya untuk periksa SS S TS STS
ke dokter.
60. Pengasuh jarang membantu saya memahami hal-hal SS S TS STS
yang belum saya ketahui.
112

SKALA B

NO PERNYATAAN JAWABAN
1. Saya menyukai diri saya sendiri seperti apa adanya. SS S TS STS
2. Saya dilahirkan sebagai anak yang kurang beruntung. SS S TS STS
3. Bagaimana pahitnya kehidupan, akan saya hadapi apa SS S TS STS
adanya.
4. Saya merasa malu karena tinggal di panti asuhan. SS S TS STS
5. Jika saya sedih saya tidak akan murung. SS S TS STS
6. Saya seringkali kurang bisa berhati-hati dalam SS S TS STS
bertindak.
7. Saya selalu melakukan sesuatu sesuai dengan SS S TS STS
kemampuan yang saya miliki.
8. Saya sulit menentukan apa yang baik bagi diri saya. SS S TS STS
9. Apabila bertemu pengasuh, saya selalu menyapa SS S TS STS
terlebih dulu.
10. Saya merasa sedikit sekali teman di panti yang mau SS S TS STS
membantu saya.
11. Saya turut berbahagia bila ada teman di panti yang SS S TS STS
berprestasi.
12. Saya memilih untuk pergi pada saat pengasuh SS S TS STS
membutuhkan bantuan saya.
13. Saya menghargai pendapat teman di panti meski tidak SS S TS STS
sesuai dengan pendapat saya.
14. Saya sering mencela hasil karya teman di panti yang SS S TS STS
kurang bagus.
15. Setiap ada kegiatan di panti asuhan, saya turut SS S TS STS
berpartisipasi walaupun tidak disuruh.
16. Saya tidak berani berpendapat di depan umum. SS S TS STS
17. Saya jalankan semua peraturan panti asuhan sekalipun SS S TS STS
113

itu berat.
18. Saya menolak hukuman yang diberikan pengasuh atas SS S TS STS
kesalahan yang saya perbuat.
19. Saya memiliki bakat yang bisa saya kembangkan. SS S TS STS
20. Kekurangan yang ada dalam diri saya sangat SS S TS STS
menghambat cita-cita saya.
21. Bila pengasuh memarahi saya, saya dapat menerima SS S TS STS
sebagai wujud kasih sayang pengasuh.
22. Saya merasa bahwa pengasuh memberi pertolongan SS S TS STS
karena kasihan.
23. Saya dapat mengungkapkan kemarahan secara wajar. SS S TS STS
24. Saya kecewa bila teman-teman di panti tidak bersedia SS S TS STS
membantu saya.
25. Meskipun mendapat tugas yang sulit, saya berusaha SS S TS STS
untuk menyelesaikannya.
26. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan setelah SS S TS STS
keluar dari panti asuhan.
27. Teman-teman di panti suka menceritakan masalahnya SS S TS STS
kepada saya.
28. Bila saya berbuat salah, saya enggan untuk minta maaf. SS S TS STS
29. Apabila teman di panti sedang sedih, saya SS S TS STS
menghiburnya.
30. Saya membiarkan teman di panti yang sedang SS S TS STS
mengalami kesulitan karena saya mengalami hal yang
sama.
31. Saya tetap bergaul dengan teman-teman di panti yang SS S TS STS
memiliki banyak kekurangan.
32. Saya merasa keberatan untuk menerima keputusan yang SS S TS STS
berbeda dengan pendapat saya.
33. Saya ikut menyumbangkan pikiran dalam suatu diskusi. SS S TS STS
114

34. Saya lebih suka sendirian daripada bermain dengan SS S TS STS


teman-teman.
35. Saya minta ijin dahulu jika ingin meminjam sesuatu. SS S TS STS
36. Saya bosan menjalankan aktivitas yang ada di panti SS S TS STS
asuhan.
37. Saya bisa menerima kekurangan yang ada dalam diri SS S TS STS
saya.
38. Saya merasa bahwa saya orang yang kurang berharga. SS S TS STS
39. Menurut saya, semua komentar teman di panti SS S TS STS
mengenai saya adalah bertujuan membuat saya lebih
baik.
40. Saya merasa sesuatu yang saya kerjakan seringkali SS S TS STS
gagal.
41. Bila ada teman di panti yang mengejek, saya berusaha SS S TS STS
diam dan tidak membalasnya.
42. Saya langsung marah bila ada teman di panti yang SS S TS STS
mengejek saya.
43. Bila mengalami kegagalan, saya memperbaikinya SS S TS STS
kembali.
44. Saya selalu memaksakan diri untuk meraih sesuatu SS S TS STS
yang tidak mungkin saya capai.
45. Kegagalan merupakan pelajaran berharga bagi saya SS S TS STS
untuk menjadi lebih baik.
46. Saya sering berkhayal ingin dilahirkan kembali sebagai SS S TS STS
anak orang kaya.
47. Ketika menghadapi masalah, saya selalu bersikap SS S TS STS
tenang.
48. Saya merasa frustrasi bila menghadapi tugas yang sulit. SS S TS STS
49. Saya akan memperbaiki kesalahan yang telah saya SS S TS STS
perbuat.
115

50. Saya tidak yakin dengan kemampuan yang saya miliki. SS S TS STS
51. Saya lebih senang menghabiskan waktu luang bersama SS S TS STS
teman-teman di panti.
52. Di panti asuhan, saya hanya bermain dengan teman SS S TS STS
dekat saja.
53. Saya tidak mentertawakan teman di panti yang sedang SS S TS STS
menangis.
54. Saya tidak memberi ucapan selamat bila ada teman di SS S TS STS
panti yang menjadi juara.
55. Saya tetap berusaha mendengarkan pembicaraan teman SS S TS STS
di panti meski membosankan.
56. Saya hanya senang bermain dengan teman di panti yang SS S TS STS
lebih pandai.
57. Saya aktif mengikuti kegiatan keagamaan di panti SS S TS STS
asuhan.
58. Saya mencari-cari alasan jika ada kerja bakti karena SS S TS STS
menurut saya hal itu membosankan.
59. Saya senantiasa melaksanakan piket harian. SS S TS STS
60. Peraturan yang ada di panti asuhan membebani SS S TS STS
aktivitas sehari-hari.

You might also like