You are on page 1of 3

ABSES SEPTUM NASI

PATOFISIOLOGI
Abses Septum nasi adalah kumpulan pus yang terdapat diantara tulang rawan
atau tulang para septum nasi. Kebanyakan abses septum nasi disebabkan oleh trauma
yang kadang tidak disadari oleh pasien. Selain trauma, abses septum nasi juga
disebabkan oleh pasca bedah atau sebagai komplikasi penyakit infeksi, bakteri pyogenik
yang menyerang suatu hematom yang kemudian menjadi suatu abses.
Penyakit ini sering di awali dengan trauma pada hidung yang menyebabkan
pembuluh darah di mukoperitoneum robek, sehingga darah akan berkumpul diantara
tulang rawan dan mukoperitoneum yang melapisinya. Hematom ini merupakan media
yang sangat mudah terinfeksi dan menimbulkan proses supurasi yang berkembang
menjadi abses. Abses septum nasi dapat mengakibatkan nekrosis tulang rawan septum
oleh karena menghalangi suplai darah ke tulang rawan septum nasi. jika sudah terjadi
nekrosis akan menyebabkan terjadinya perforasi, sehingga proses supurasi yang semula
unilateral menjadi bilateral. Destruktif tulang membentuk cavitas yang akan diisi oleh
jaringan ikat. Hilangnya sebagian besar jaringan penyokong bagian bawah hidung dan
adanya retraksi jaringan parut, akan menyebabkan terjadinya deformitas hidung berupa
hidung pelana dan retraksi columela.

GEJALA KLINIS
Gejala abses septum nasi adalah hidung tersumbat progresif disertai dengan rasa
nyeri hebat, terutama terasa di puncak hidung. Juga tedapat keluhan demam dan sakit
kepala.
Obstruksi umumnya satu sisi setelah beberapa hari karena nekrose kartigalo pus
mengalir ke sisi lain menyebabkan obstruksi nasi bilateral dan total. Dengan adanya
proses supurasi tersebut akan terjadi penumpukan pus yang semakin lama
Semakin bertambah banyak sehingga mengakibatkan terjadinya pembengkakan
septum yang bertambah besar. Biasanya pasien mengeluh hidungnya bertambah besar.
PEMERIKSAAN
a. Inspeksi
Tampak hidung bagian luar ( apex nasi) yang hiperemi, oedem, dan kulit
mengkilat.
b. Palpasi
Didapatkan nyeri pada sentuhan
c. Rhinoskopi anterior
Tampak tumor pada septum nasi berwarna merah keabu-abuan, pada sentuhan
terasa lunak dengan pemberian kapas yang dibasahi dengan solutio tetrakain
efedrin 1% tidak mengempis.
d. Pungsi dan aspirasi
Tindakan ini berguna untuk membantu menegakkan diagnosis, pemeriksaan
kultur, selain itu juga dapat mengurangi tekanan dalam abses dan mencegah
terjadinya infeksi intrakranial.

PENATALAKSANAAN
a. Incisi
Incisi dapat dilakukan dengan anestasi lokal atau anestasi umum. Incisi
di buat vertikal pada daerah yang paling berfluktuasi. Incisi abses dapat
unilateral atau bilateral, kemudian dilakukan evakuasi pus, bekuan darah,
jaringan nekrotik dan jaringan granulasi sampai bersih, kemudian dilanjutkan
dengan pemasangan drain. Drain dipertahankan sampai 2-3 hari, jika drain
masih diperlukan dapat dipertahankan.(8)
b. Dipasang Tampon
Pada kedua rongga hidung dipasang tampon anterior setelah dilakukan
incisi dan pemasangan drain, tampon anterior tiap hari diganti, dan
dipertahankan selama 2 sampai 3 hari. Bila pus masih ada luka dibuka lagi.
c. Pemberian Antibiotik
Antibiotik spektrum luas untuk gram positif dan gram negatif, serta
kuman anaerob dapat diberikan secara parenteral. Sebelum diperoleh hasil
kultur dan tes resistensi dianjurkan untuk pemberian preparat penicillin IV dan
kloramfenikol IV, serta terapi terhadap kuman anaerob. Pada kasus tanpa
komplikasi, terapi antibiotik parenteral diberikan selama 3 sampai 5 hari dan
dilanjutkan dengan pemberian oral selama 7-10 hari kemudian.

You might also like