You are on page 1of 6

Ideologi Komunis

Tanggal 23 Mei 1920 Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) berganti nama
dengan Partai Komunis Hindia, pada Desember 1920 berubah menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Susunan panitia

Ketua : Semaun

Wakil Ketua : Darsono

Sekretaris : Bergsma ( Belanda )

Anggota Pengurus : Adolf Baars ( Belanda ), Sugono, tan Malaka, dll

PKI sebagai partai cukup mengakar di kalangan masyarakat. Tahun 1919 komunis dunia
telah dibentuk Comitern berpusat di Moskow. Tanggal 24 Desember 1920 diadakan kongres
istimewa PKI, disepakati untuk bergabung dengan Comitern, maka PKI lebih dikendalikan
Comitern yang banyak diberi warna komunis Rusia.

PKI semakin berani bergerak di dalam SI. Pemimpin SI menerapkan disiplin partai,
semua anggota dipersilahkan memilih SI atau PKI. Sejak itu PKI berdiri sendiri. PKI makin
berkembang dengan menggunakan prinsip menghalalkan segala cara. Propaganda trus
dilaksanakan, sasarannya orang miskin.

Semaun kembali ke tanah air pada Mei 1922 setelah melakukan kunjungan ke Negara
Komunis. Gerakan untuk menentang musuh politiknya terus dilakukan dengan alasan membela
rakyat miskin dari tekanan tuan tanah dan imperealisme-kolonialisme.

Juni 1924, PKI berusaha mengembangkan Serekat Rakyat. Dibentuk pula organisasi
pemuda dengan nama Barisan Muda. PKI berhasil menempatkan diri sebagai parpol yang cukup
besar tahun 1926 PKI melaksanakn pemberontakan terhadap kolonial Belanda. Dirancang oleh
Alimin, Sarjono. Tanggal 13 Novembr 1926 meletus pemberontakan PKI di Jakarta,
berkembang di Jabar, Jateng, dan Jatim. Dalam satu hari pembrontakan di Jakarta dapat diatasi.
Tanggal 1 Januari 1927 pemberontakan meletus di Sumatera Barat berhasil dipadamkan dalam
tiga hari oleh Belanda. Pemrontakan PKI merugikan perjuangan rakyat Indonesia di dalam
melawan Belanda. Akibat pemberontakan di Sumbar puluhan ribu rakyat ditangkap dibuang ke
Tanah Merah, Digul di Papua. PKI dinyatakan sebagi organisasi terlarang.

BEBERAPA PERISTIWA PENTING YANG MENGAKIBATKAN MUNCULNYA


KEBIJAKAN KERAS PEMERINTAH HINDIA BELANDA TERHADAP
PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

Berakhirnya PD 1 menyebabkan perubahan dalam politik colonial Belanda. Politik etis


dan politik asosiasi mulai ditinggalkan. Pertentangan kepentingan antara pihak nasionalis
Indonesia dengan pihak kolnialis dan kapitalis Belanda semaikin tajam. Perbedaan sangat
mencolok dalam kesejahteraan menimbulkan perasaan tidak puas, dan di mana-mana timbul
pemberontakan petani di Jambi (1916), Pasar Rebo (1916), Cimareme (1918), dan Toli-Toli
(1920). Organisasi Centraal Serekat Islam, Personeel Fabrieksbond menjadi penyalur
kegelisahan masyarakat, yang mulai menggunakan senjata gerakan buruh. Mulai terdengar
semboyan sosialistis.

Untuk meredakan gejolak Gubernur Jendral Van Limburg Sirum mengeluarkan janji pada
bulan November 1918 untuk membentuk Kembali (Herzienings Commissie) meninjau
kekuasaan Volksraad (Dewan Rakyat) dan struktur administrasi pemerintahan Hindia-Belanda.
Kebijakan ini disetujui menteri jajahan, namun di Belanda timbul reaksi keras karena dianggap
sebagai konsensi yang tidak bertanggung jawab. Komisi peninjau Kembali kemudian
melaporkan hasil penyelidikannya.

a) Hubungan antara negeri Belanda dan Indonesia (Hindia Belanda) perlu diatur kembali
berdasarkan landasan baru.
b) Pusat kekuasaan perlu dipindahkan ke Indonesia. Pemerintah Hindia beland harus
mencakup unsur-unsur pribumi.
c) Volksraad perlu diberi kekuasaan legislatif.
Pergantian Gubernur dan krisis ekonomi pada 1921, menyebabkan politik colonial mengaami
perubahan. Gubernur Jendral Fock, mendapat tugas menghemat anggaran belanja dan
menaikan pendapatan dengan menaikan pajak, memerintah secara diktatorial mengabaikan
kekuatan rakyat yang sedang berkembang. Krisis ekonomi berakibat upah karyawan turun,
meningkatnya pengangguran, yang menyebabkan kegelisahan social dan ketegangan politik
meningkat. Pemerintah melaksanakan kebijakan politik penindasan, pemerintah membela
kepentungan kapitalis, mengalahkan kepentingan rakyat. Kepentingan kaum kapitalis asing,
pajak ekspor dihapuskan dan pajak indusri dikurangi, merugikan pemerintah colonial. Pajak
rakyat dinaikan. Selama pemerintahan Fock tekanan pajak pada penduduk Jawa dan Madura
naik 40%. Semua anggaran belanja dari bidang kesejahteraan rakyat mengalami pemotongan,
seperti kesejahteraan rakyat, pertanian, perternakan, perikanan, dan perdagangan.

Kebijakan menimbulkan protes, pemogokan karyawan penggadaian (1922) dan jawatan


KA (1923). Reaksi pemerintah keras, hak berabat dicabut, pemimpin pemogokan Abdul
Muis dan Suryopranoto ditangkap dan ratusan karyawan dipecat. Pergerakan nasional
menjalankan sikap noncooperatif, dalm mencapai cita-cita Indonesia merdeka tidak
melakukan kerjasama dengan pemerintah colonial, dan usaha membina kesatuan dan
persatuan bangsa digerakan dengan lebih intensif baik di Indonesia maupun di negeri
Belanda.

Dalam Undang-Undang Dasar Negara Kerajaan Belanda tahun 1922 ditetapkan bahwa
daerah Indonesia adalah bagia integral dari kerajaan. Pemerintahan tertinggi pada mahkota,
pemerintahan umum dijalankan gubernur jendral dan diatur dalam UU, kecuali yang menjadi
hak mahkota. Diperjelas dengan ditetapkan istaatsinrichtingi pada 1925. Usaha perubahan
tidak memuaskan kaum nasionalis dan progresif Belanda. Membentuk panitia diketuai
Oppenheim dengan anngota ahli terkenal. Mereka mengecam usul resmi dari Komisi
Peninjauan Kembali, mementingkan perubahan UU. Kenyataannya perubahan lebih terbatas.
Jumlah anngota pribumi dalam Dewan Rakyat dikurangi, perbedaan pendapat diserahkan
pada mahkota, dan anggaran belanja ditenttukan parlemen Belanda.

Tahun 1928 timbul aliran perubahan dalam pemerintahan yang terkenal dengan sebutan
ontvoogding. Dasar politik ialah prinsip protektorat, yang hendak membiarkan penduduk
pribumi ada di bawah pimpinannya sendiri baik yang diakui maupun diangkat oleh
pemerintah Hindia Belanda. Intensitas pemerintahan Belanda di luar P.Jawa kurang,
pengaruh dari proses desentralisasi, spesifikasi, dan ontvoogding kurang terasa.

Perubahan yang dilakukan dipengaruhi dan ditentukan oleh prinsip diskriminasi ras,
tulang punggung dalam system kolonialisme. Penduduk Hindia Belanda dibagi atas 3
golongan : Eropa, Timur asing, Pribumi. Golongan pribumi yang belum maju dilindungi.
Mereka tercakup dalam sistem hukum yang dipersatukan.

Kebijakan pemerintah Hindia Belanda dipengaruhi oleh para kapitalis, menimbulkan


banyak reaksi dari kalangan rakyat. Gerakan uncoperative makin luas dari kamu terpelajar, di
volkstraad konsentrasi radikal. Pergolakan karena tidak puas meletus dalam pemberontakan
pada akhir 1926 di Banten, beberapa di Jawa, permulaan tahun 1927 di Sumatra barat.
Tindakan pemerintah kolonial keras.

Krisis ekonomi 1926 sama dengan zaman malaise, menyebabkan kesusukan dan
kehidupan rakyat terjepit. Kebijakan politik kolonial mementingkan kepentingan para
kapitalis, kesejahteraan rakyat merosot ; kekayaan kaum pengusaha makin menumpuk.
Semakin ditambah tindakan Gubernur jenderal De Jonge (1931 – 1936) bersikap reaksional
( tidak mengakui adanya pergerakan nasional sehingga menyebabkan partai politik dalam
mencapai cita – cita Indonesia merdeka ). Tindakan pemerintah terhadap partai non koperatif
(PNI dan Partindo dibubarkan). Penahanan dan pembuangan pemimpin (Soekarno, Hatta,
Sutan Maskun), penggeladahan rumah, larangan rapat, dsb. Sama dengan pemerintah
kolonial tidak mengerti hasrat dan aspirasi rakyat Indonesia.

Reorientasi parpol mendorong ke arah persatuan dan kerja sama. Rubahan taktik dalam
menghadapi politik pemerintahan kolonial tidak mengubah tujuan perjuangan. Pada tahun
1936 diajukan petisi Sutarjo, mengusulkan suatu konferensi antara wakil – wakil Indonesia
dan Belanda unutk merencanakan perubahan – perubahan yang dalam waktu 10 tahun
memberikan status merdeka kepada rakyat Indonesia. Petisi Sutarjo ditolak mentah – mentah
tahun 1938. Pemerintah kolonial mengadakan beberapa perubahan dalam bidang
pemerintahan. Peristiwa itu makin menyadarkan mereka bahwa kemerdekaan tidak akan
pernah diberikan tanpa perjuanagan yang keras.
Pada tahun 1936, GAPI terpengaruh situasi dunia oleh ekspansi NAZI Jerman di Eropa,
menuntut adanya Indonesia berpalemen, bertujuan menciptakan kerja sama yang erat antara
Indonesia dan Belanda, terutama dalam menghadapi situasi dunia yang mengancam kedua
negeri itu. Mendapat sokongan kuat dari kalangan pergerakan nasional, Belanda mencurigai
maksud GAPI.

Manifestasi politik Perhimpunan Indonesia (PI) tahun 1925. Pokok pikiran sebagai
berikut :

a. Menolong dan mengatur diri sendiri atau swadaya


inspirasi dari gerakan Turki Muda.
b. Menciptakan suasana dengan penjajah.
Perlu ditanamkan rasa sentimen dari rakyat terhadap panjajah.
c. Non koopertif.
Rakyat harus menyadari sepenuhnya bahwa kerja sama dengan penjajah tidak
mungkin.
d. Pembentukan kesatuan nasional.
Perbedaan berdasarkan kedaerahan dikesampingkan, rasa senasib ditingkatkan,
terbentuk kesatuan aksi untuk melawan Belanda.

Asas – asas yang dirumuskan PI berusaha dikenalkan dilingkungan tokoh dan masyarakat
Indonesia. Cara – cara yang ditempuh :

1. Menulis di dalam majalah Indonesia merdeka.


2. Pengiriman majalah melalui orang – orang yang menjadi penghubung.
3. Mengirim majalah melalui orang – orang yang pergi ke negeri Belanda.
4. Pengiriman majalah melalui orang Indonesia yang telah tamat belajar di Belanda dan
akan pulang ke tanah air.

Tahun 1925, Mononutu dari PI menjalin hubungan dengan mahasiwa – mahasiswa muda
di Paris, membentuk satu blok membangkitkan minat upaya mencaai cita – cita bangsa Asia,
dimaksudkan sebagai persiapan kongres demokratik sedunia di Bierville, Paris.
Pidato Hatta dan Panikar dipakai sebagai pegangan bagi utusan dari Asia dalam kongres.
Tahun 1926 dan awal tahun 1927 muncul pergolakan di Negara Asia – afrika, muncul
kelompok – kelompok yang ingin membebaskan penderitaan rakyat yang terdindas, perlu
diadakan kerja sama yang anti terhadap tindakan imperialis. Inisiatif mengumpulkan para
pejuang, tanggal 10 – 15 Februari 1927 diadakan kongres Liga Imperialisme dan penindasan
Penjajahan. Dihadiri wakil dari 21 negara. Kongres, bertempat di istana Egmont di Brussel,
Belgia.Tokohnya Jawaharlal Nehru, Hafes Ramadhan Bey, Mazhur Bagal Sakri, Hand
Ahmad Mossali, Khadli ben Mustafa, Lomine Senghor, Moh. Hatta, Semaun, Gatot T, M.
Nazir Datuk Pamucak, dan Ahmad Subarjo. Indonesia berhasil menggolkan resolusi.
Dinyatakan bahwa pergerakan kemerdekaan adalah suatu tuntunan hidup bangsa Indonesia
dan merupakan hal yang penting bagi perikemanusiaan.

Dalaml Liga Anti Imperalisme didominasi oleh orang sosialis, komunis, PI. PI tidak
setuju dengan komunis, setuju dengan gerakan demokrasi komunis. PI dan Semaun pernah
kerja sama. Gagalnya PKI, Semaun berpendapat bahwa komunis tidak memiliki basis
kekuatan lagi maka ia menyerahkan pimpinan pergerakan nasional kepada tokoh PI.
Diharapkan sisa komunis akan berbalik haluan mengikuti haluan PI, yaitu nasionalis, dan
bukan komunis.

Kehadiran PI di KLAI di Brussel dan adanya kerjasma antara PI dan Semaun, dinilai
Belanda membahayakan. Tanggal 23 desember 1927 pemerintah belanda mengadakan
penggeledahan ke rumah tokoh-tokoh PI. M. Hatta, Ali sostroamijoyo, dan Abdulmajid
joyoningrat ditangkap dan ditahan di Den Haag. Setelah diadili M. Hatta melakukan
pembelaan dengan judul Indonesia Vrij ( Indonesia Merdeka). Setelah Pi tidak terbukti
bersalah, mereka dibebaskan.

Nama : Roesma Narulita

Kls. : XI A1

No.Abs : 32

You might also like