Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas
masalah yang berhubungan dengan penyakit kulit akibat kerja, sehingga dapat
meningkatkan kesehatan kerja pada tenaga kerja.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
Data Jamsostek (2003) menunjukkan bahwa setiap hari kerja terjadi 7
kematian pekerja dari 400 kasus kecelakaan akibat kerja dengan 9,83% (10.393
kasus) mengalami cacat dan terpaksa tidak mampu bekerja lagi. Data lain
menyebutkan, hingga triwulan pertama 2004, tercatat 20.937 kasus kecelakaan
kerja, sehingga setiap hari terjadi 49 kasus kecelakaan kerja dengan lima korban
meninggal per hari. Hingga Agustus 2004 jumlah tersebut meningkat menjadi
86.880 kasus. Angka ini hanya merupakan angka yang dilaporkan sedangkan
angka yang sesungguhnya belum diketahui secara pasti. Hal ini seperti fenomena
puncak gunung es.
Dengan fakta-fakta data-data dan uraian informasi diatas tidak bisa
dipungkiri bahwa kesehatan kerja sangat layak menjadi program unggulan yang
akan datang di Indonesia.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku
tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu
prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa
antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan
masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu
gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Penelitian WHO pada pekerja tentang penyakit kerja di 5 (lima) benua
tahun 1999, memperlihatkan bahwa penyakit gangguan otot rangka (Musculo
Skeletal Disease) pada urutan pertama 48%, kemudian gangguan jiwa 10-30%,
penyakit paru obstruksi kronis 11%, penyakit kulit (Dermatosis) akibat kerja 10%,
gangguan pendengaran 9%, keracunan pestisida 3%, cedera dan lain-lain.
3
Kesehatan Dunia tahun 2002 menempatkan resiko kerja pada urutan ke
sepuluh penyebab terjadinya penyakit dan kematian. Dilaporkan bahwa faktor
resiko kerja memberikan kontribusi pada penyakit berikut: 37 % penyakit tulang
belakang, 16% kehilangan pendengaran, 13% penyakit paru obstruksi kronis, 11%
asma, 10% kecelakaan, 9% kanker paru dan 2% Leukemia. Kematian yang juga
disebabkan kecelakaan akibat kerja berjumlah 310.000 tiap tahun dan hampir
146.000 kematian kemungkinan disebabkan oleh hubungan kerja dengan
karsinogen.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi
secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak
pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non-kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan
peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya
kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai.
Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-
alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan disekitarnya.
4
PAK merupakan sebuah efek samping yang terjadi saat bekerja sehingga
diperlukan sebuah sistem, yakni sitem K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
pada setiap perusahaan. Maka untuk menunjang sistem tersebut, dibutuhkan APD
(Alat Pelindung Diri). Selain APD, pengetahuan dari pekerja itu sendiri mengenai
PAK ataupun mengenai risiko kerja sangat dibutuhkan. Sedangkan gambaran
pekerjaan yang perlu diketahui adalah :
1. Pajanan yang ada saat ini dan sebelumnya (fisik, biologi, kimia, dan
psikososial) dengan membuat daftar pertanyaan
2. Riwayat mengalami kecelakaan atau kejadian dalam penggunaan bahan
kimia, misalnya: menumpahkan bahan kimia, dll.
3. Bekerja dengan pajanan pada tempat yang terbatas
5
- Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease
Adalah penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor
pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam
berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi kompleks
2. Penyebab (Agent)
Adalah bahan yang dikerjakan atau yang dihasilkan dan alat yang
dipakai untuk pekerjaan (material, mesin, dan alat-alat).
6
3. Lingkungan (Environment)
1. Golongan fisik: Bising, radiasi, suhu ekstrem, tekanan udara, vibrasi, dan
penerangan.
2. Golongan kimiawi: Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas,
larutan, dan kabut.
3. Golongan biologik: Bakteri, virus, jamur dan lain-lain.
4. Golongan fisiologik/ergonomik: Desain tempat kerja dan beban kerja.
5. Golongan psikososial: Stres psikis, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan,
dan lain-lain.
Di negara maju faktor fisik, biologi dan kimiawi sudah dapat dikendalikan,
sehingga golongan fisiologik dan psikososial yang menjadi penyebab utama.
2. Penyakit kulit
7
Pada umumnya tidak spesifik, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh
sendiri. Dermatitis kontak dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Riwayat pekerjaan penting dalam
mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau karena
faktor lain.
3. Kerusakan pendengaran
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis
dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
5. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen
sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada
Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
8
6. Coronary artery disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
7. Penyakit liver
Sering didiagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis
karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
8. Masalah neuropsikiatrik
- Alergi.
- Gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau
lingkungan.
- Sick building syndrome.
- Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivat petroleum,
rokok.
9
Bagian terpenting kulit untuk menjalankan fungsinya sebagai sawar adalah
lapisan paling luar, disebut sebagai stratum korneum atau kulit ari. Meskipun
ketebalan kulit hanya 15 milimikro, namun sangat berfungsi sebagai penyaring
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Apabila terjadi kerusakan yang
disebabkan oleh faktor lingkungan dan melampaui kapasitas toleransi serta daya
penyembuhan kulit, maka akan terjadi penyakit.
Kulit adalah bagian tubuh manusia yang cukup sensisitif terhadap berbagai
macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya,
faktor lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Lingkungan yang sehat dan bersih
akan membawa efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya. Salah satu
lingkungan yang perlu diperhatikan adalah lingkungan kerja, yang bila tidak
dijaga dengan baik dapat menjadi sumber munculnya berbagai penyakit kulit.
Sejak dahulu di seluruh dunia telah dikenal adanya reaksi tubuh terhadap
bahan atau material yang ada di lingkungan kerja. Dalam Ilmu Kesehatan Kulit
dikenal, pada individu atau pekerja tertentu baik yang berada di negara
berkembang maupun di negara maju, dapat mengalami kelainan kulit akibat
pekerjaannya. Penyakit Kulit Akibat Kerja (PAK) dikenal secara populer karena
berdampak langsung terhadap pekerja yang secara ekonomis masih produktif.
Istilah PAK dapat diartikan sebagai kelainan kulit yang terbukti diperberat oleh
jenis pekerjaannya, atau penyakit kulit yang lebih mudah terjadi karena pekerjaan
yang dilakukan.
Apabila ditinjau lebih lanjut, penyakit kulit akibat kerja (PKAK) sebagai
salah satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja
terbanyak yang kedua setelah penyakit muskulo-skeletal, berjumlah sekitar 22
persen dari seluruh penyakit akibat kerja. Data di Inggris menunjukkan 1,29 kasus
per 1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis
penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95% merupakan dermatitis kontak,
sedangkan yang lain merupakan penyakit kulit lain seperti akne, urtikaria kontak,
dan tumor kulit.
Berdasarkan jenis organ tubuh yang dapat mengalami kelainan akibat
pekerjaan seseorang, maka kulit merupakan organ tubuh yang paling sering
terkena, yakni 50% dari jumlah seluruh penderita Penyakit Akibat Kerja (PAK).
10
Dari suatu penelitian epidemiologik di luar negeri mengemuka, PAK dapat
berdampak pada hilangnya hari kerja sebesar 25% dari jumlah hari kerja. Secara
umum, tampaknya hingga kini kelengkapan data PAK masih menjadi salah satu
tantangan, karena PAK acapkali tidak teramati atau tidak teridentifikasi dengan
baik akibat banyaknya faktor yang harus dikaji dalam memastikan jenis penyakit
ini.
11
yang masih sedikit dan kurangnya pemahaman mengenai kegunaan alat pelindung
diri. Sensitisasi sesuai dengan jenis pekerjaan terjadi pada 52 persen kasus.
Di beberapa negara maju telah berhasil mendata PAK, misalnya di Swedia
prosentase PAK 50% dari seluruh jenis PAK. Sedang di Singapura, angka ini
berkisar 20%. Ada dua kelompok besar dalam penggolongan PAK ini, yakni PAK
eksematosa dan PAK non-eksematosa.
12
Dermatitis kontak merupakan 50% dari semua PKAK, terbanyak bersifat
non-alergi atau iritan. Sekitar 90.000 jenis bahan sudah diketahui dapat
menimbulkan dermatitis. DKI merupakan jenis PKAK yang paling sering terjadi
di antara para pekerja, dibandingkan dengan Dermatitis Kontak Alergika (DKA).
Dermatitis kontak secara umum merupakan penyakit spesifik-lingkungan,
yaitu suatu peradangan kulit akibat bahan yang berasal dari lingkungan. Terdapat
dua jenis dermatitis kontak yaitu dermatitis kontak iritan (DKI) dan dematitis
kontak alergik (DKA). Kedua jenis tersebut kadang-kadang sangat sukar
dibedakan secara klinis, meskipun keduanya berbeda dalam patogenesis yang
mendasarinya. Insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi dibandingkan dengan
dermatitis kontak alergik.
13
sawar lipid berhubungan dengan kehilangan daya kohesi antar korneosit dan
deskuamasi diikuti dengan peningkatan trans-epidermal water loss (TEWL). Hal
tersebut merupakan rangsangan untuk memacu sintesis lipid, proliferasi
keratinosit dan hiperkeratosis sewaktu transient sehingga dapat terbentuk sawar
kulit dalam keadaan baru.
DKI terjadi karena kerusakan organ kulit secara langsung (bukan suatu
proses imunologis) akibat efek toksik bahan yang bersifat kimiawi ataupun fisik
yang menempel pada permukaan kulit. DKI kronis terjadi karena iritan relatif,
seperti sabun, pelarut, air, deterjen, minyak sintetis, kerosen, formalin, merkuri
anorganik, terpentin, photographic developer, dan lain-lain yang menempel pada
kulit dalam jangka waktu panjang dan berulang. Seringkali baru timbul bila ada
faktor fisik berupa abrasi, trauma kecil dan maserasi; oleh karena itu sering
disebut traumatic dermatitis. Kelainan yang ditimbulkan adalah dalam beberapa
hari bahkan sampai beberapa bulan setelah terkena bahan penyebab, berupa
hiperpigmentasi, hiperkeratosis, likenifikasi, fisur dan kadang-kadang eritem serta
vesikel. Kulit terasa gatal, tampak kering, kasar, bersisik halus, kemerahan,
menebal, kadang kulit pecah-pecah. Dermatitis kontak oleh karena iritan absolut
biasanya timbul seketika setelah berkontak dengan iritan, dan semua orang akan
terkena. bahan iritan absolut seperti asam kuat, basa kuat, garam logam berat
dengan konsentrasi kuat.
Pada kondisi tertentu di tempat kerja, yakni udara panas dan pengap, atau
suhu ruang yang amat dingin, berpakaian nilon dan lain-lain dapat meningkatkan
kepekaan kulit atau memudahkan kulit pekerja terkena DKI. DKI itu sendiri
adalah penyakit kulit yang terjadi akibat menempelnya sesuatu bahan atau unsur
yang disebut sensitizer pada permukaan kulit. Proses terjadinya penyakit
tergantung sistem kekebalan seseorang yang ditandai dengan kulit gatal
kemerahan, mungkin bengkak, terdapat bintil merah, bintil berair berjumlah
banyak yang tampak tidak hanya terbatas pada area kulit yang terkena bahan
penyebab, tetapi dapat meluas di luar area kulit yang terkena bahan penyebab,
bahkan dapat ke seluruh permukaan kulit.
Untuk mengantisipasi hal ini perlu pembersih kulit yang tidak bersifat
iritatif atau melukai permukaan kulit. Untuk pencegahannya, perlu alat pelindung
14
yang tepat di tempat kerja, setelah dilakukan pengamatan oleh petugas yang
berkompeten.
2.3.2.2. Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi dapat terjadi bila bahan LMW seperti lateks dan
nickel, sebagai hapten berikatan dengan protein pembawa di kulit dan
menimbulkan dermatitis kontak alergi Tipe IV.
Hapten bergabung dengan protein pembawa menjadi alergen lengkap.
Alergen lengkap difagosit oleh makrofag dan merangsang limfosit yang ada di
kulit yang mengeluarkan limfosit aktivasi faktor (LAF). Sel limfosit kemudian
berdiferensiasi membentuk subset sel limfosit T memori (sel Tdh) dan sel limfosit
T helper dan sel T suppresor. Sel T memori ini bila menerima informasi alergen
yang sudah dikenal masuk ke dalam kulit, maka sel Tdh akan mengeluarkan
limfokin (faktor sitotoksis, faktor inhibisi migrasi, faktor kemotaktik dan faktor
aktivasi makrofag.
Dengan dilepaskannya berbagai faktor ini maka akan terjadi pengaliran sel
mas dan sel basofil, ke arah lesi, dan timbullah proses radang yang merupakan
manifestasi reaksi dermatitis kontak alergis. Gambaran klinis umumnya berupa
papul, vesikel dengan dasar eritem dan edema, disertai rasa gatal.
Dalam perusahaan sering ditemukan beberapa bahan kimia yang
mempunyai gugusan rumus kimia yang sama. Apabila pekerja sudah sensitif
terhadap suatu zat kimia, maka ia akan mudah menjadi sensitif terhadap zat-zat
lain yang mempunyai rumus kimia yang bersamaan, misalnya prokain, benzokain,
paraaminobensen mempunyai gugus bensen yang sama. Apabila seseorang
sensitif terhadap prokain maka akan lebih mudah sensitif terhadap benzokain atau
PABA; ini disebut sensitisasi silang.
Pengetahuan sensitisasi silang ini sangat penting untuk menentukan
penempatan seseorang pegawai. Yang sudah sensitif terhadap suatu zat, jangan
lagi ditempatkan pada tempat yang mengandung bahan yang mempunyai rumus
kimia serupa.
Dermatitis kontak akibat kerja (DKAK) paling sering, yakni sekitar 90%,
menyerang tangan. Ini berpengaruh pada gejala dan perasaan seseorang.
15
Misalnya, rasa gatal dan sakit pada waktu melaksanaan pekerjaan, serta rasa
kurang nyaman pada waktu melayani seseorang ketika menggunakan tangan.
Sedangkan eksim lebih banyak berlokasi di daerah muka dan bagian tubuh
lain. Ini berdampak pada perasaan malu sehingga akan lebih besar pengaruhnya
terhadap aktivitas sehari-hari, kinerja, dan hubungan dengan orang lain. DKAK
paling sering disebabkan oleh logam. Pada perempuan DKAK disebabkan oleh
nikel, sedangkan pada laki-laki oleh kromat.
1) Reaksifototoksik
Reaksi fototoksik terjadi karena adanya bahan iritan, tetapi baru dapat timbul
dengan bantuan sinar matahari (sinar ultra violet); bentuk klinisnya sama seperti
dermatitis kontak iritan. Reaksi fotoiritan dapat timbul karena bahan pengawet
kayu atau residu beberapa zat lem kayu dan keramik.
2) Reaksifotoalergi
Reaksi fotoalergi terjadi oleh karena bahan photosensitizer, dibantu dengan sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang 320-425 nm. Bentuk klinis reaksi
fotoalergis umumnya menyerupai dermatitis kontak alergis. Daerah tubuh yang
terkena terutama bagian tubuh yang terpajan matahari seperti dahi, pipi, dan
lengan bagian luar. Reaksi fotoalergi dapat timbul karena bahan seperti ter kayu,
obat antihistamin topikal, zat warna, dan lain-lain.
16
f) Heat rash, miliaria rubra; kulit menjadi merah disertai papulovesikel yang
milier.
17
2.3.4. Pencegahan PKAK
Prevalensi dermatitisis akibat kerja dapat diturunkan melalui pencegahan
yang sempurna; antara lain:
1) Pendidikan
Diberi penerangan atau pendidikan pengetahuan tentang kerja dan pengetahuan
tentang bahan yang mungkin dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Selain itu,
cara mempergunakan alat dan akibat buruk alat tersebut harus dijelaskan kepada
karyawan.
2) Memakai alat pelindung
Sebaiknya para karyawan diperlengkapi dengan alat penyelamat atau pelindung
yang bertujuan menghindari kontak. dengan bahan yang sifatnya merangsang atau
karsinogen. Alat pelindung yang dapat dipergunakan misalnya baju pelindung,
sarung tangan, topi, kaca mata pelindung, sepatu, krim pelindung, dan lain-lain.
3) Melaksanakan uji tempel/uji tempel foto
Maksudnya adalah mengadakan uji tempel pada calon pekerja sebelum diterima
pada suatu perusahaan. Berdasarkan hasil uji tempel ini karyawan baru dapat
ditempatkan di bagian yang tidak mengandung bahan yang rentan terhadap
dirinya.
4) Pemeriksaan kesehatan berkala
Bertujuan untuk mengetahui dengan cepat dan tepat apakah karyawan sudah
menderita penyakit kulit akibat kerja. Apabila dapat diketahui dengan cepat, dapat
diberi pengobatan yang adekuat atau dipindahkan ke tempat lain yang tidak
membahayakan kesehatan dirinya.
5) Pemeriksaan kesehatan secara sukarela
Karyawan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter secara sukarela apakah
ada menderita suatu penyakit kulit akibat kerja.
6) Pengembangan teknologi
Kerjasama antara dokter, ahli teknik, ahli kimia dan ahli dalam bidang tenaga
kerja untuk mengatur alat-alat kerja, cara kerja atau memperhatikan bahan yang
dipergunakan dalam melakukan pekerjaan untuk mencegah kontaminasi kulit.
18
BAB 3
PENUTUP
19
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15DermatitisAkibatKerja107.pdf/15Der
matitisAkibatKerja107.html
2. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14_PenyakitKulitdiKalanganTenagaKe
rja.pdf/14_PenyakitKulitdiKalanganTenagaKerja.html
3. http://penyakitakibatkerja.blogspot.com/2008/12/penyakit-akibat-kerja-k.html
4. http://leatherindonesia-blognews.blogspot.com/2009/08/dermatitis-kontak-
alergika-pada-pekerja.html
5. http://hiperkes.wordpress.com/2008/04/04/langkah-diagnosis-penyakit-
akibat-kerja/
20