You are on page 1of 7

Makna Sejarah dan Fungsi Filsafat

A. Makna, Sejarah, dan Fungsi Filsafat

Istilah filsafat secara etymologis terbentuk dari kata bahasa Yunani: filos dan sophia. Filos
= friend, love; sophia = learning, wisdom. Jadi, makna filsafat = (orang) yang bersahabat dan
mencintai ilmu pengetahuan, serta bersikap arif bijaksana. Karena itulah diakui orang belajar
filsafat berarti mencari kebenaran sedalam-dalamnya, kemudian menghasilkan sikap hidup arif
bijaksana. Demikian pula para pemikir filsafat (filosof) dianggap manusia berilmu dan bijaksana.

B. Ajaran Sistem Filsafat sebagai Sistem Ideologi : tegak sebagai Sistem Kenegaraan.

Ajaran berbagai nilai filsafat --- sebelum berkembang sebagai sistem ideologi!---
terutama menampilkan nilai fundamental sebagai essensi dan integritas ajarannya; berupa
ajaran : materialisme, animisme, dynamisme, polytheisme, pantheisme, secularisme, dan
atheisme …. yang berpuncak sebagai ajaran monotheisme, universalisme --- sering
disamakan sebagai sistem filsafat : theisme-religious ---. Peradaban modern menyaksikan,
bahwa sistem filsafat Pancasila memancarkan identitas dan integritas martabatnya sebagai
sistem filsafat monotheisme-religious!. Integritas ini secara fundamental dan intrinsik
memancarkan keunggulan sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari sistem filsafat Timur
(yang berwatak : theisme-religious).

Ajaran dan nilai filsafat amat mempengaruhi pikiran, budaya dan peradaban umat manusia.
Semua sistem kenegaraan ditegakkan berdasarkan ajaran atau sistem filsafat yang mereka anut
(sebagai dasar negara, ideologi negara). Berbagai negara modern menunjukkan keunggulan
masing-masing, dan terus memperjuangkan supremasi dan dominasi sistem kenegaraannya:
liberalisme-kapitalisme, marxisme-komunisme, zionisme, theokratisme; sosialisme,
naziisme, fascisme, fundamentalisme. Juga termasuk negara berdasarkan (nilai ajaran) agama:
negara Islam ….. termasuk sistem ideologi Pancasila (=sistem kenegaraan Pancasila sebagai
terjabar dalam UUD Proklamasi 45). Bangsa Indonesia menegakkan sistem kenegaraan
Pancasila-UUD Proklamasi 45 sebagai aktualisasi filsafat hidup (Weltsanschauung) yang
diamanatkan oleh PPKI sebagai pendiri negara!.

Secara ontologis, epistemologis dan axiologis sistem filsafat Pancasila mengandung


ajaran tentang potensi dan martabat kepribadian manusia (SDM) yang dianugerahi martabat
mulia sebagaimana terjabar dalam ajaran HAM berdasarkan filsafat Pancasila ! Keunggulan
dan kemuliaan ini merupakan anugerah dan amanat Tuhan Yang Maha Esa, Allah Yang Maha
Kuasa, Maha Rahman dan Maha Rahim --- sebagai tersurat di dalam Pembukaan UUD
Proklamasi 45 ! --- sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI.

Sesungguhnya ajaran filsafat merupakan sumber, landasan dan identitas tatanan atau
sistem nilai kehidupan umat manusia. Sedemikian berkembang, maka khasanah ajaran nilai
filsafat kuantitati-kualitatif terus meningkat; terbukti dengan berbagai aliran (sistem) filsafat
yang memberikan identitas berbagai sistem budaya, sistem kenegaraan dan peradaban
bangsa-bangsa modern.

Nilai-nilai filsafat, termasuk filsafat Pancasila ditegakkan (dan dibudayakan) dalam


peradaban manusia modern ---khususnya bangsa Indonesia, --- terutama :

1. Aktualisasi Integritas Sistem Kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45;

2. Aktualisasi nilai kebangsaan dan kenegaraan Indonesia Raya, sebagai terlukis dalam
skema 3 dan 4;

3. Secara ontologis-axiologis bangsa Indonesia belum secara signifikan melaksanakan


visi-misi yang diamanatkan oleh sistem filsafat Pancasila, sebagaimana terjabar dalam
UUD Proklamasi 45 ---terutama dalam era reformasi 1998 - sekarang

Dalam dinamika peradaban modern, semua bangsa berkembang dan menegakkan tatanan
kehidupan nasionalnya dengan sistem kenegaraan. Sistem kenegaraan ini dijiwai, dilandasi dan
dipandu oleh sistem filsafat dan atau sistem ideologi; seperti : theokratisme, sistem
liberalisme-kapitalisme, sosialisme, zionisme; marxisme-komunisme-atheisme, naziisme,
fascisme, fundamentalisme …. dan sistem ideologi Pancasila!

I. INTEGRITAS SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM

IDEOLOGI NASIONAL

Dinamika politik modern antar negara berjuang merebut supremasi ideologi dalam makna
secara fungsional adalah supremasi sistem kenegaraan masing-masing. Dinamika (baca :
perebutan politik supremasi!) bermuara sebagai wujud neo-imperialisme! (metamorphose :
kolonialisme-imperialisme!).

Fenomena demikian menjadi tantangan nasional (baca : tantangan antar ideologi) bangsa-
bangsa dan negara-negara modern. Artinya, sistem kenegaraan Pancasila secara niscaya (a
priori) terus bersaing demi eksistensi (kemerdekaan dan kedaulatan) bangsa, negara dan budaya
(jatidiri nasional!).

Sistem Filsafat Pancasila Sebagai Sistem Ideologi Nasional

Nilai Filsafat Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban Indonesia --- terutama
sebagai jiwa dan asas kerokhanian bangsa dalam perjuangan kemerdekaan dari kolonialisme-
imperialisme 1596-1945 ---. Nilai filsafat Pancasila baik sebagai pandangan hidup (filsafat
hidup, Weltanschauung) bangsa, sekaligus sebagai jiwa bangsa (Volksgeist, jatidiri nasional)
memberikan identitas dan integritas serta martabat (kepribadian) bangsa dalam budaya dan
peradaban dunia modern; sekaligus sumber motivasi dan spirit perjuangan bangsa
Indonesia!.

Nilai filsafat Pancasila secara filosofis-ideologis dan konstitusional berkembang dalam


sistem kenegaraan Indonesia ; yang dapat dinamakan : sebagai Sistem Kenegaraan Pancasila
yang terjabar dalam UUD Proklamasi 45. Jadi, tegaknya bangsa dan NKRI sebagai bangsa
merdeka, berdaulat, bersatu dan bermartabat amat ditentukan oleh tegaknya integritas
sistem kenegaraan Pancasila dan UUD Proklamasi 45 !

Berdasarkan analisis normatif filosofis-ideologis dan konstitusional, semua komponen


bangsa wajib setia dan bangga (imperatif : mengikat, memaksa) kepada sistem kenegaraan
Pancasila sebagaimana terjabar dalam UUD Proklamasi 45; termasuk kewajiban bela negara! .

Sebagai bangsa dan negara modern, kita mewarisi nilai-nilai fundamental filosofis-
ideologis sebagai pandangan hidup bangsa (filsafat hidup, Weltanschauung) yang telah
menjiwai dan sebagai identitas bangsa (jatidiri nasional, Volksgeist) Indonesia. Nilai-nilai
fundamental warisan sosio-budaya Indonesia ditegakkan dan dikembangkan dalam sistem
kenegaraan Pancasila, sebagai pembudayaan dan pewarisan bagi generasi penerus.

Kehidupan nasional sebagai bangsa merdeka dan berdaulat ---sejak Proklamasi 17 Agustus
1945 berwujud NKRI berdasarkan Pancasila-UUD 45. Sistem NKRI ditegakan oleh
kelembagaan negara (suprastruktur) bersama semua komponen bangsa (=infrastruktur) dan
warganegara (subyek SDM pemilik, penegak dan pewaris) berkewajiban menegakkan asas
normatif filosofis-ideologis secara konstitusional, yakni UUD Proklamasi 1945 seutuhnya
sebagai wujud kesetiaan dan kebanggaan nasional.

Nilai-nilai fundamental dimaksud terutama filsafat hidup (Weltanschauung) bangsa (i.c.


filsafat Pancasila) yang oleh pendiri negara (PPKI) dengan jiwa hikmat kebijaksanaan dan
kenegarawanan, musyawarah mufakat menetapkan dan mengesahkan sebagai dasar
negara Indonesia merdeka (dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya). Berdasarkan legalitas dan
otoritas PPKI sebagai pendiri negara, maka UUD Proklamasi sesungguhnya mengikat (imperatif)
seluruh komponen bangsa, bahkan seluruh generasi bangsa untuk setia menegakkan dan
membudayakannya. Asas demikian diakui dan berlaku secara universal sebagai aktualisasi nilai
sosio-budaya dan martabat nasional dapat dilukiskan dengan ringkas dalam uraian berikut.

B. Identitas dan Integritas Sistem Filsafat dan Sistem Ideologi Nasional

Totalitas sistem filsafat dan sistem ideologi nasional memberikan integritas dan martabat
nasional; selanjutnya ditegakkan dalam integritas sistem kenegaraan --- yang dinamakan dengan
predikat berdasarkan sistem filsafat dan atau sistem ideologi yang menjiwai dan melandasi
sistem kenegaraan dimaksud.

Secara filosofis-ideologis dan konstitusional sistem kenegaraan inilah yang ditegakkan


dalam wujud kemerdekaan dan kedaulatan serta kepribadian (martabat) nasional bangsa-bangsa
modern. Secara ontologis dan axiologis, sistem filsafat dan atau sistem ideologi ini menjadi asas
dan landasan budaya dan moral nasional--- yang kompetitif antar bangsa dalam rangka merebut
supremasi ideologi! ---.

Bangsa Indonesia sepanjang sejarahnya dijiwai nilai-nilai budaya dan moral Pancasila,
yang dikutip di muka merupakan sari dan puncak nilai sosio budaya Indonesia. Nilai mendasar
ini ialah filsafat hidup (Weltanschauung, Volkgeist) Indonesia Raya.

Berdasarkan kepercayaan dan cita-cita bangsa Indonesia, maka diakui nilai filsafat
Pancasila mengandung multi - fungsi dalam kehidupan bangsa, negara dan budaya Indonesia
Raya (Asas-asas Wawasan Nusantara).

III. Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan
dalam pasal-pasalnya.

Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar


Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang
menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun
hukum yang tidak tertulis.

Undang-Undang Dasar menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya."


Jadi, kedudukan Pembukaan UUD 45 berfungsi sebagai perwujudan dasar negara
Pancasila; karenanya memiliki integritas filosofis-ideologis dan legalitas supremasi otoritas
secara konstitusional (terjabar dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 45).

Sistem kenegaraan RI secara formal adalah kelembagaan nasional yang bertujuan


menegakkan asas normatif filosofis-ideologis (in casu dasar negara Pancasila) sebagai kaidah
fundamental dan asas kerokhanian negara di dalam kelembagaan negara bangsa (nation state)
dengan membudayakannya.

PENUTUP

Berdasarkan uraian ringkas makalah Sistem Filsafat Pancasila secara mendasar dapat
dirumuskan pokok-pokok pikiran berikut :

1. Sistem filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur yang memancarkan
integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious. Ajaran filsafat Pancasila
yang dikembangkan sebagai sistem ideologi nasional dikembangkan dan ditegakkan
dalam integritas sistem kenegaraan Pancasila (sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi
45).

2. Filsafat Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan NKRI memberikan integritas
keunggulan sistem kenegaraan Indonesia Raya.

Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai
ideologi nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya
menjadi asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita
budaya dan moral politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-filosofis-ideologis-
konstitusional:

a. Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara: sila
III), ditegakkan sebagai NKRI.

b. Negara berkedaulatan rakyat (= negara demokrasi: asas normatif sila IV).

c. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan
beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai
budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia.
d. Negara berdasarkan atas hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan
keadilan sosial: oleh semua untuk semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila.

e. Negara berdasarkan asas kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh tumpah
darah Indonesia, dan seluruh rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan dan paham
perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam sistem
ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi dan pemberdayaan rakyat sebagai SDM
subyek penegak integritas NKRI.

3. Dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisme bermuara supremasi (ideologi neo-


liberalisme) sebagai neo-imperialisme, menjadi tantangan nasional yang mengancam
integritas sistem kenegaraan Pancasila; sekaligus integritas mental-moral-SDM Indonesia
masa depan!. Tantangan ini makin mendesak karena sinergis dengan fenomena
kebangkitan neo-PKI / KGB dalam NKRI yang “cucitangan” atas tanggung jawab G 30 S
/ PKI ---dengan dalih : pelurusan sejarah---

4. Secara ontologis-axiologis era reformasi jauh menyimpang dari kaidah fundamental


filsafat Pancasila dan ideologi Pancasila sebagai diamanatkan UUD Proklamasi 45 ---
yang telah diubah menjadi UUD 2002 ---. Karenanya, pemerintah dan elite reformasi
mempraktekkan budaya dan moral demokrasi liberal, ekonomi liberal ......bahkan memuja
kebebasan (=liberalisme), demokrasi liberal (bukan demokrasi berdasarkan moral
Pancasila); atas nama HAM (HAM yang individualistik, yang dipropagandakan oleh
USA sementara fenomena sosial politik global mereka menindas HAM, dengan menjajah
beberapa negara Timur Tengah : seperti Irak .... dan Afghanistan ! ). Fenomena demikian
menunjukkan HAM mereka hanyalah propaganda H A M P A !

5. Dinamika neo-liberalisme dan neo-imperialisme dalam era postmodernisme ---termasuk


era reformasi--- menggoda dan melanda bangsa-bangsa, termasuk Indonesia ! Bilamana
kita tidak tegak-tegar dengan integritas nilai filsafat Pancasila, rakyat kita mengalami
degradasi nasional ...... bahkan degradasi mental dan moral (theisme-religious menjadi
sekularisme; bahkan materialisme-kapitalisme-individualisme dan atheisme!) Fenomena
demikian bermuara sebagai bencana nasional, tragedi moral dan peradaban bangsa-
bangsa masa depan!

6. Multikrisis dimensional nasional dalam NKRI belum teratasi, kita dihimpit dengan
global crisis financial dari negara adidaya (USA dan UE) yang dapat memacu politik
supremasi neo-imperialisme dari ideologi neo-liberalisme !
7. Adalah kewajiban nasional, bahkan kewajiban moral kita semua --- terutama elite
reformasi dan Pemerintah --- untuk merenung dan mawasdiri sebagai audit nasional,
khususnya sebagai audit reformasi! Maknanya, apakah kita sudah sungguh-sungguh setia
dan bangga dengan sistem kenegaraan Pancasila sebagai diamanatkan PPKI dalam UUD
Proklamasi 45; ataukah kita telah tergoda dan terlanda oleh “kejayaan” negara
liberalisme-kapitalisme --- sehingga kita ikut membudayakan demokrasi liberal dan
ekonomi liberal (mungkin juga mental dan moral liberal).

Demikian sebagai bahan pertimbangan dan renungan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mengayomi dan memberkati bangsa Indonesia dalam
integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.

You might also like