Professional Documents
Culture Documents
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang
telinga yaitu :
• Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
• Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir
adalah faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing
masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan
nyamuk.
Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga dan
penangangan pertama yang bisa dilakukan:
a. Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat
air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air
bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada
kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi
mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di dalamnya.
Segera kunjungi dokter THT untuk membersihkan kotoran kuping
yang ada.
b. Cotton Buds
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan
telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya
lainnya adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati
menggunakannya.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke
dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan. Jika terjadi,
segera bawa ke dokter THT. Jangan coba-coba mengeluarkannya
sendiri, karena bisa menimbulkan masalah baru. Di ruang praktek,
dokter mempunyai alat khusus untuk mengeluarkan benda tersebut.
d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah
dengan bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya
mekanisme sendiri yang dapat menghambat binatang seperti semut
untuk tidak masuk ke dalam.
3. Manifestasi klinik
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat
berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan
adanya penurunan pendengaran.
• Merasa tidak enak ditelinga :
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat
telinga merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah
membersihkan telinganya, padahal membersihkan akan
mendoraong benda asing yang mauk kedalam menjadi masuk lagi.
• Tersumbat :
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga,
tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.
• Pendengaran terganggu :
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat
campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem
pengantaran suara ke telinga tengah.
• Rasa nyeri telinga / otalgia
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan
pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan
tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.
• Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
4. Patofisiologi
5. Pemeriksaan Penunjang
B.
a. Pemeriksaan dengan Otoskopik
Caranya :
- Bersihkan serumen
- Lihat kanalis dan membran timpani
Interpretasi :
- Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya
infeksi
- Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah
dibelakang gendang.
- Kemungkinan gendang mengalami robekan.
b. Pemeriksaan Ketajaman
Test penyaringan sederhana
1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu
telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikan angka secara acak (tutup mulut)
5. Untuk nada frekuensi tinggi: lakukan dgn suara jam
c. Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala
Uji weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien.
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.
Interpretasi
1. Normal: suara terdengar seimbang (suara terpusat pada ditengah
kepala)
2. Tuli kondusif: suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit
(obstruksi: otosklerosis, OM) akan menghambat ruang hampa.
3. Tuli sensorineural: suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih
baik.
d. Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila
bunyi tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2
cm)
4. Tanyakan pasien, kapan suara tak terdengar (hitungan detik)
5. Ulangi pada telinga berikutnya
Interpretasi
1. Normal: terdengar terus suara garpu tala.
2. Klien dengan tuli kondusif udara: mendengar garpu tala lebih
jelas melalui konduksi tulang (Rinne negatif)
6. Pencegahan
Usaha pencegahan
a. Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk
membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat
menimbulkan beberapa efek samping: kulit teling kita yang
ditumbuhi bulu-bulu halus yang berguna untuk membuat gerakan
menyapu kotoran di telinga kita akan rusak, sehingga mekanisme
pembersihan alami ini akan hilang. Jika kulit kita lecet dapat terjadi
infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman dan kemungkinan
lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud, maka dapat
melukai atau menembus gendang telinga.
b. Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak,
dapat tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal
dapat menyumbat jalan nafas.
7. Penatalaksanaan
• Ekstrasi benda asing dengan menggunakan pengait atau pinset
atau alligator (khususnya gabah). Pada anak yang tidak kooperatif,
sebaiknya dikeluarkan dalam narcosis umum, agar tidak terjadi
komplikasi pada membrane timapani.
• Bila benda asing berupa binatang atau serangga yang hidup, harus
dimatikan dulu dengan meneteskan pantokain,xylokain,minyak
atau alcohol kemudian dijepit dengan pinset.
Usaha pengeluaran harus dilakukan dengan hati- hati biasanya
dijepit dengan pinset dan ditarik keluar. Bila pasien tidak
kooperatif dan beresiko merusak gendang telinga atau struktur-
struktur telinga tengah, maka sebaiknya dilakukan anastesi
sebelum dilakukan penatalaksanaan.
Jika benda asing serangga yang masih hidup, harus dimatikan
terlebih dahulu dengan meneteskan larutan pantokain, alcohol,
rivanol atau minyak. Kemudian benda asing dikait dengan pinset
atau klem dan ditarik keluar. Setelah benda asing keluar, liang
telinga dibersihkan dengan larutan betadin. Bila ada laserasi liang
telinga diberikan antibiotik ampisilin selama 3 hari dan analgetik
jika perlu.
Benda asing seperti kertas, busa, bunga, kapas, dijepit dengan
pinset dan ditarik keluar.
Benda asing yang licin dan keras seperti batu, manik-manik, biji-
bijian pada anak yang tidak kooperatif dilakukan dengan narkose.
Dengan memakai lampu kepala yang sinarnya terang lalu
dikeluarkan dengan pengait secara hati-hati karena dapat
menyebabkan trauma pada membran timpani.
Pengambilan benda asing dari kanalis audiotorius eksternus
merupakan tantangan bagi petugas perawatan kesehatan. Banyak
benda asing (misalnya : kerikil, mainan, manik-manik, penghapus)
dapat diambil dengan irigasi kecuali ada riwayat perforasi lubang
membrana timpani. Benda asing dapat terdorong secara lengkap ke
bagian tulang kanalis yang menyebabkan laserasi kulit dan
melubangi membrana timpani pada anak kecil atau pada kasus
ekstraksi yang sulit pada orang dewasa. Pengambilan benda asing
harus dilakukan dengan anatesia umum di kamar operasi.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
¬ Palpasi
• Palpasi daun telinga: tekstur, nyeri pembengkakan dan nodul-
nodul.
• Palpasi prosesus mastoideus: nyeri, pembengkaka dan nodul.
• Lakukan penarikan terhadap lobus lunak bagian bawah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik ,kimia
b. Gangguan sensori persepsi (auditori) b.d. perubahan sensori
persepsi
c. Risiko infeksi b.d. laserasi kulit dan trauma membran timpani
d. Kurang pengetahuan b.d.kurang terpaparnya informasi tentang
penyakit, pengobatan,
. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Nyeri akut b.d. agen cedera biologis, fisik , kimia
Setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri pasien dapat
berkurang, KH:
- Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
- Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.