Professional Documents
Culture Documents
PENGISAPAN LENDIR
Pengisapan lender merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada yang tidak
mampu mengeluarkan secret dan lendir secara mandiri dengan mnggunakan alat penghisap
3. Pinset steril
5. Dua KOM berisi aquades atau larutan Nacl 0,9% dan cairan desinfektan
6. Kassa steril
7. Tissu
PROSEDUR KERJA
2. Cuci tangan
3. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat
Secara umum indikasi ventilasi mekanik adalah bilamana terjadi gangguan pada
parameter :
o Mekanik
o Ventilasi
o Oksigenasi
Oksigenasi
o PaO2 < 60 mmHg
MEKANIK
o Pernapasan > 35 x/menit
o Volume tidal < 5 ml/kgBB
VENTILASI
o PaCO2 > 55 mmHg (tanpa ada kelainan PPOK atau alkalosis metabolik terkom
pensasi)
Secara klinis walaupun belum ada hasil laboratorium seperti di atas; ada tanda-
tanda :
1. Distress pernapasan; takipneu,berkeringat, napas cuping hidung
2. Tanda sumbatan jalan napas
3. Sianosis
4. Kesadaran menurun atau gelisah
B. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan
positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan
udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral
amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi
sering.
C. Indikasi Klinik
1. Kegagalan Ventilasi
• Neuromuscular Disease
• Central Nervous System disease
• Depresi system saraf pusat
• Musculosceletal disease
• Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
D. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator,
yaitu :
• Frekuensi pernafasan permenit
• Tidal volume
• Konsentrasi oksigen (FiO2)
• Positive end respiratory pressure
Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang
digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan
untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke,
1996). Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen
dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2
diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk
menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps
alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveolikapiler.
2. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.Bila
klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini
diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
gastrointestinal.
7. Kelainan fungsi ginjal
8. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan
positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan
pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah
jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks
spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang
menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik
vena, curah jantung dan tekanan darah. Untuk mengevaluasi fungsi jantung
perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan
hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi,
takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan
penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilatorpengaturannya
telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus
memperhatikan hal-hal berikut :
• Jenis ventilator
• Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
• Pengaturan volume tidal dan frekunsi
• Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
• Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
• Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
• Humidifikasi
• Alarm
• PEEP
Catatan
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
• Kerusakan pertukaran gas yang brhubungan dengan penyakit yang
mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau
penyapihan .
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
• Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi
endotrakea dan trakeostomi.
• Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan
ventilator
• Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang
endotrakea dan pemasangan pada ventilator.
• Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan
dengan ketergantungan pada ventilator.
2. Pengaturan ventilator
• FiO2 < 50%
• Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
4. Selang Endotrakeal
• Posisi diatas karina pada foto Rontgen
• Ukuran : diameter 8.5 mm
5. Nutrisi
• Kalori perhari 2000-2500 kal
• Waktu : 1 jam sebelum makan
6. Jalan nafas
• Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
• Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
• Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
• Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
• Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
Elektrokardiogram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cambridge Simpliscribe, instrumen EKG terkenal pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Teknologi saluran kosong.
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Sejarah
• 2 Kertas perekam EKG
• 3 Seleksi saring
• 4 Sadapan
o 4.1 Sadapan ekstremitas
o 4.2 Sadapan ekstremitas tambahan
o 4.3 Sadapan prekordial
o 4.4 Sadapan dasar
• 5 Gelombang dan interval
o 5.1 Analisis irama
o 5.2 Gelombang P
o 5.3 Interval PR
o 5.4 Kompleks QRS
o 5.5 Segmen ST
o 5.6 Gelombang T
o 5.7 Interval QT
o 5.8 Gelombang U
• 6 Kumpulan sadapan klinis
• 7 Sumbu
• 8 Lihat pula
• 9 Rujukan
• 10 Pranala luar
[sunting] Sejarah
Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang sakit untuk
memperoleh rekaman detak jantung pasien selama kuliah untuk DSc-nya (dalam listrik)
pada tahun 1872 di St. Bartholomew's Hospital.[7] Aktivitas ini direkam secara langsung
dan divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog
Britania bernama John Burdon Sanderson.[8]
Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung dari sudut pandang
listrik adalah Augustus Waller, yang bekerja di St. Mary's Hospital di Paddington, London.
[9]
Mesin elektrokardiografnya terdiri atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke
sebuah proyektor. Jejak detak jantung diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke
sebuah kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak jantung untuk direkam dalam
waktu yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia masih melihat karyanya masih jarang
diterapkan secara klinis.
Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota Semarang, Hindia Belanda
(kini Indonesia) bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda,
menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif
daripada elektrometer kapiler yang digunakan Waller.[10]
Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak kemajuan dalam
elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, peralatannya telah berkembang
dari alat laboratorium yang susah dipakai ke sistem elektronik padat yang sering termasuk
interpretasi elektrokardiogram yang dikomputerisasikan.[12]
[sunting] Sadapan
Grafik yang menunjukkan hubungan antara elektrode positif, muka gelombang depolarisasi
(atau rerata vektor listrik), dan kompleks yang ditampilkan di EKG.
Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang
menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke
gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik
diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12
sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan
biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah yang
digunakan di sini.
• Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata
vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
• Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan
defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
• Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau
rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG,
yang akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor
listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).
Ada 2 jenis sadapan—unipolar dan bipolar. EKG lama memiliki elektrode tak berbeda di
tengah segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan ‘netral’ stop kontak dinding) di
potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari “tengah” jantung yang mengarah ke
luar secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial dan sadapan ekstremitas—VL,
VR, & VF. Sebaliknya, EKG baru memiliki kedua elektrode itu di beberapa potensial dan
arah elektrode yang berhubungan berasal dari elektrode di potensial yang lebih rendah ke
tinggi, mis., di sadapan ekstremitas I, arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan
ekstremitas --I, II, dan III.
Sadapan I
Sadapan II
Sadapan I, II dan III disebut sadapan ekstremitas karena pernah pokoq elektrokardiogafi
benar-benar harus menempatkan tangan dan kaki mereka di ember air asin untuk
mendapatkan sinyal dari galvanometer senar Einthoven. EKG seperti itu membentuk dasar
yang kini dikenal sebagai segitiga Einthoven.[2] Akhirnya, elektrode ditemukan sehingga
dapat ditempatkan secara langsung di kulit pasien. Meskipun ember air asin sebentar saja
diperlukannya, elektrode-elektrode itu masih ditempatkan di lengan dan kaki pasien untuk
mengira-ngirakan sinyal yang diperoleh dari ember air asin itu. Elektrode-elektrode itu
masih menjadi 3 sadapan pertama EKG 12 sadapan modern.
• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (hitam) di lengan kiri.
• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
Sadapan aVR, aVL, dan aVF merupakan sadapan ekstremitas tambahan, yang diperoleh
dari elektrode yang sama sebagai sadapan I, II, dan III. Namun, ketiga sadapan itu
memandang jantung dari sudut (atau vektor) yang berbeda karena elektrode negatif untuk
sadapan itu merupakan modifikasi terminal sentral Wilson, yang diperoleh dengan
menambahkan sadapan I, II, dan III bersama dan memasangnya ke terminal negatif mesin
EKG. Hal ini membidik elektrode negatif dan memungkinkan elektrode positif untuk
menjadi "elektrode penjelajah" atau sadapan unipolar. Hal ini mungkin karena Hukum
Einthoven menyatakan bahwa I + (-II) + III = 0. Persamaan itu juga bisa ditulis I + III = II.
Ditulis dengan cara ini (daripada I + II + III = 0) karena Einthoven membalik polaritas
sadapan II di segitiga Einthoven, mungkin karena ia suka melihat kompleks QRS tegak
lurus. Terminal sentral Wilson meratakan jalan untuk perkembangan sadapan ekstremitas
tambahan aVR, aVL, aVF dan sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.
• Sadapan aVR atau "vektor tambahan kanan" memiliki elektrode positif (putih) di
lengan kanan. Elektrode negatif merupakan gabungan elektrode lengan kiri (hitam)
dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif
di lengan kanan.
• Sadapan aVL atau "vektor tambahan kiri" mempunyai elektrode positif (hitam) di
lengan kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan
elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di
lengan kiri.
• Sadapan aVF atau "vektor tambahan kaki" mempunyai elektrode positif (merah) di
kaki kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan
elektrode lengan kiri (hitam), yang "menambah" sinyal elektrode positif di kaki kiri.
Sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF diperkuat dengan cara ini karena sinyal
itu terlalu kecil untuk berguna karena elektrode negatifnya adalah terminal sentral Wilson.
Bersama dengan sadapan I, II, dan III, sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF
membentuk dasar sistem rujukan heksaksial, yang digunakan untuk menghitung sumbu
kelistrikan jantung di bidang frontal.
Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5,
dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri.
Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus
menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan
ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini
disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo
gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R.
Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat
disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan
keadaan patologis lainnya.
Sebuah elektrode tambahan (biasanya hijau) terdapat di EKG 4 dan 12 sadapan modern,
yang disebut sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan di kaki kiri,
meski secara teoretis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh. Dengan EKG 3 sadapan,
saat 1 dipol dipandang, sisanya menjadi sadapan dasar bila tiada.
Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1
gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang U kecil normalnya
terlihat pada 50-75% di EKG. Voltase garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis
isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul
gelombang T dan mendahului gelombang P berikutnya.
Ada beberapa aturan dasar yang dapat diikuti untuk mengenali irama jantung pasien.
Bagaimana denyutannya? Teratur atau tidak? Adakah gelombang P? Adakah kompleks
QRS? Adakah perbandingan 1:1 antara gelombang P dan kompleks QRS? Konstankah
interval PR?
[sunting] Gelombang P
Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus
AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke gelombang P di
EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang
menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena
vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P
harus tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama
jantung sebagai Irama Sinus.
Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya
panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.
• Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.
• Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur
tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di
Sindrom Wolff-Parkinson-White.
• Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.
• Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.
• Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat
menandakan irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang
maupun takikardi atrium multifokus
Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan deplarisasi ventrikel.
Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS
lebih besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinje
mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak"
daripada membundar karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang
normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau
kurang, namun setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan
perluasan kompleks QRS.
[sunting] Segmen ST
[sunting] Gelombang T
Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif. Namun, gelombang T negatif normal di
sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif, negatif, atau bifase. Di
samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di sadapan III,
aVL, atau aVF.
[sunting] Interval QT
Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT yang
normal biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam
diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan
pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi
interval QT untuk denyut jantung.
Cara yang paling umum digunakan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut pernah
dirumuskan oleh Bazett dan diterbitkan pada tahun 1920.[15] Rumus Bazett adalah
[sunting] Gelombang U
Gelombang U tak selalu terlihat. Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi,
mengikuti gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot
papillaris atau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol sering terlihat di
hipokalemia, namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pemajanan terhadap
digitalis, epinefrin, dan antiaritmia Kelas 1A dan 3, begitupun di sindrom QT panjang
bawaan dan di keadaan pendarahan intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat
menggambarkan iskemia otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri.[16]
Jumlah sadapan EKG ada 12, masing-masing merekam aktivitas kelistrikan jantung dari
sudut yang berbeda, yang juga berkaitan dengan area-area anatomis yang berbeda dengan
tujuan mengidentifikasi iskemia korner akut atau lesi. 2 sadapan yang melihat ke area
anatomis yang sama di jantung dikatakan bersebelahan (lihat tabel berkode warna).
• Sadapan inferior (sadapan II, III dan aVF) memandang aktivitas listrik dari tempat
yang menguntungkan di dinding inferior (atau diafragmatik) ventrikel kiri.
• Sadapan lateral (I, aVL, V5 dan V6) melihat aktivitas kelistrikan dari titik yang
menguntungkan di dinding lateral ventrikel kiri. Karena elektrode positif untuk
sadapan I dan aVL terletak di bahu kiri, sadapan I dan aVL terkadang disebut
sebagai sadapan lateral atas. Karena ada di dada pasien, elektode positif untuk
sadapan V5 dan V6 disebut sebagai sadapan lateral bawah.
• Sadapan septum, V1 and V2 memandang aktivitas kelistrikan dari titik yang
menguntungkan di dinding septum anatomi kiri, yang sering dikelmpkkan bersama
dengan sadapan anterior.
• Sadapan anterior, V3 dan V4 melihat aktivitas kelistrikan dari tempat yang
menguntungkan di anterior ventrikel kiri.
• Di samping itu, setiap 2 sadapan prekordial yang berdampingan satu sama lain
dianggap bersebelahan. Sebagai contoh, meski V4 itu sadapan anterior dan V5
lateral, 2 sadapan itu bersebelahan karena berdekatan satu sama lain.
• Sadapan aVR tak menampakkan pandangan khusus atas ventrikel kiri. Sebagai
gantinya, sadapan ini melihat bagian dalam dinding endokardium dari sudut
pandangnya di bahu kanan.
[sunting] Sumbu
Diagram yang menunjukkan bagaimana polaritas kompleks QRS di sadapan I, II, dan III
dapat digunakan untuk memperkirakan sumbu listrik jantung dalam bidang frontal.
Sumbu kelistrikan jantung merujuk ke arah umum muka gelombang depolarisasi jantung
(atau rerata vektor listrik) di bidang frontal. Biasanya berorientasi di arah bahu kanan ke
kaki kiri, yang berhubungan dengan kuadran inferior kiri sistem rujukan heksaksial, meski
-30o hingga +90o dianggap normal.
• Deviasi sumbu kiri (-30o hingga -90o) dapat menandakan blok fasciculus anterior
kiri atau gelombang Q dari infark otot jantung inferior.
• Deviasi sumbu kanan (+90o hingga +180o) dapat menandakan blok fasciculus
posterior kiri, gelombang Q dari infark otot jantung lateral atas, atau pola nada
ventrikel kanan.
• Dalam keadaan blok cabang berkas kanan, deviasi kanan atau kiri dapat
menandakan blok bifasciculus.
[sunting] Lihat pula
• ACLS
• Balistokardiograf
• Blok cabang berkas
• Siklus jantung
• Sistem konduksi kelistrikan jantung
• Teknisi elektrokardiogram
• Elektroensefalografi
• Elektrogastrogram
• Elektroretinografi
• Monitor denyut jantung
• Monitor Holter
• Defleksi intrinsikoid
• Infark otot jantung
[sunting] Rujukan
1. ^ Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine,
Fifth Edition, p. 108, Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1997. ISBN 0-7216-5666-8.
2. ^ "2005 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care - Part 8: Stabilization of the Patient With
Acute Coronary Syndromes." Circulation 2005; 112: IV-89 - IV-110.
3. ^ a b "The clinical value of the ECG in noncardiac conditions." Chest 2004; 125(4):
1561-76. PMID 15078775
4. ^ Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine,
Fifth Edition, p. 119-123, Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1997. ISBN 0-7216-
5666-8.
5. ^ Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine,
Fifth Edition, p. 153-176, Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1997. ISBN 0-7216-
5666-8.
6. ^ O'Keefe J, Zinsmeister A, Gibbons R (1989). "Value of normal
electrocardiographic findings in predicting resting left ventricular function in
patients with chest pain and suspected coronary artery disease". Am J Med 86 (6 Pt
1): 658-62.
7. ^ Ronald M. Birse, rev. Patricia E. Knowlden [1] Oxford Dictionary of National
Biography 2004 (Perlu langganan)
8. ^ Burdon Sanderson J (1878). "Experimental results relating to the rhythmical and
excitatory motions of the ventricle of the frog heart". Proc Roy Soc Lond 27: 410–
14.
9. ^ Waller AD (1887). "A demonstration on man of electromotive changes
accompanying the heart's beat". J Physiol (Lond) 8: 229–34.
10. ^ Einthoven W. Un nouveau galvanometre. Arch Neerl Sc Ex Nat 1901; 6:625
11. ^ Cooper J (1986). "Electrocardiography 100 years ago. Origins, pioneers, and
contributors". N Engl J Med 315 (7): 461-4. PMID 3526152.
12. ^ Mark, Jonathan B. (1998). Atlas of cardiovascular monitoring. New York:
Churchill Livingstone. ISBN 0443088918..
13. ^ Mark JB "Atlas of Cardiovascular Monitoring." p. 130. New York: Churchill
Livingstone, 1998. ISBN 0-443-08891-8.
14. ^ Sabatine MS (2000). Pocket Medicine (Pocket Notebook). Lippincott Williams &
Wilkins. ISBN 0-7817-1649-7.
15. ^ Bazett HC (1920). "An analysis of the time-relations of electrocardiograms".
Heart 7: 353–70.
16. ^ Conrath C, Opthof T (2005). "The patient U wave". Cardiovasc Res 67 (2): 184-
6. PMID 15979057.
•
• ↑ Grab this Headline Animator
•
• Ada banyak referensi yang bisa digunakan dalam melakukan pengkajian
keperawatan. Kita tentunya mengenal tool yang populer di keperawaatan misalnya
11 Pola Fungsional dari Gordon atau 13 Divisi dari Doengoes Morhouse. Kalau kita
lihat dan berdasarkan pengalaman menggunakan pengakajian keperawatan tersebut
di atas seorang perawata akan lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan yang nantinya akan di identifikasi sebagai nursing diagnosis.
• Pada prisnsipnya diagnosis keperawatan adalah merupakan respon dari pasien
sehingga pola atau bentuk pengelompokan data yang berupa pengelompokan respon
dari pasien akan lebih mempermudah perawat untuk mengidentifikasi masalah
pasien.
• Hal ini berbeda bila kita menggunakan pengkajian dengan menggunakan
pendekatan system. Kalau kita kaji lebih dalam dalam, pengkajian persystem
menggunakan pendekatan mencari data dari kelainan pada organ sehingga bila
perawat menggunakan pendekatan persistem akan kesulitan menemukan respon
yang muncul dari pasien dan ingat diagnosis pasien adalah respon pasien dari
gangguan pada organ tubuhny, ini berbeda dengan diagnosis dokter yang mengacu
kepada kelainan organ pasien itu sendiri.
• Dalam website NANDA tidak secara khusus menyebutkan bahwa 13 Domain
NANDA dapat digunakan untuk melakukan pengkajian keperawatan. Namun
demikian bila kita lihat dari struktur dan pola yang dikembangkan untuk
mengelompokkan respon dan sebagai dasar toksonomi untuk nursing diagnosis, 13
Domain NANDA ini memungkinkan dan bisa digunakan untuk melakukan
pengkajian keperawatan.
• Seperti apa 13 Domain NANDA tersebut berikut ringkasan dan sedikit
penjelasannya,
• HEALTH PROMOTION (PENINGKATAN KESEHATAN)
• Kesadaran akan kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi-strategi yang
diterapkan untuk mempertahankan control dan meningkatkan kesehatan atau
normalitas fungsi tersebut.
• Health Awareness(Kesadaran Kesehatan) : Pengenalan akan fungsi normal dan
kesehatan
• Health Management(Manajemen Kesehatan) : Mengidentifikasi, mengontrol,
memperlihatkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan
kesehatan
• NUTRITION (NUTRISI)
• Kegiatan memperoleh, mengasimilasi, dan menggunakan kandungan gizi untuk
tujuan mempertahankan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi tenaga
• Ingestion(Proses masuknya makanan) : Memasukkan makanan atau kandungan gizi
ke dalam tubuh
• Digestion( Pencernaan) : Kegiatan fisik dan kimiawi yang mengubah kandungan
makanan ke dalam zat-zat yang sesuai untuk penyerapan dan asimilasi
• Absorption(Penyerapan) : tahapan penyerapan kandungan gizi melalui jaringan-
jaringan tubuh
• Metabolism (metabolisme) : Proses kimiawi dan fisik yang terjadi di dalam
organisme dan sel-sel hidup bagi pengembangan dan kegunaan protoplasma,
produksi kotoran dan tenaga dengan pelepasan tenaga untuk seluruh proses vital
• Hydration (Minum) : Perolehan dan penyerapan cairan dan larutan-larutan
• ELIMINATION (PEMBUANGAN)
• Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh
• Urinary system (Sistem Urinaria) : proses keluarnya urine
• Gastrointestinal system( Sistem gastrointestinal) : Pengeluaran dan pengenyahan
produk-produk kotoran dari isi perut
• Integumentary system( Sistem Integumen) : Proses keluarnya melalui kulit
• Pulmonary system( Sistem Paru-paru) : Pembersihan produk-produk metabolis
secara ikutan, pengeluaran dan benda-benda asing dari paru-paru atau dua saluran
bronkus.
• ACTIVITY/REST (AKTIFITAS /ISTIRAHAT)
• Produksi, konservasi, pengeluaran atau keseimbangan sumber-sumber tenaga
• Sleep / Rest (Tidur/istirahat) : tidur, istirahat, ketenagaan atau tidak beraktifitas
• Activity / Exercise (Aktifitas/berolahraga) : Menggerakkan bagian-bagian tubuh
(mobilitas), melakukan pekerjaan atau sering melakukan kegiatan-kegiatan (tetapi
tidak selalu) untuk meningkatkan daya tahan tubuh (resisitensi)
• Energy Balance (Keseimbangan Energi) : Kondisi dinamis keharmonisan antara
proses masuk dan keluarnya sumber-sumber tenaga
• Cardiovascular-pulmonary Responses (respon jantung-paru-paru) : Mekanisme
jantung-paru-paru yang mendukung aktifitas/istirahat
• PERCEPTION/COGNITION (CARA PANDANG/KESADARAN)
• Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan),
sensasi, cara pandang, kesadaran, dan komunikasi
• Attention( Perhatian) : Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati
• Orientation (Tujuan) : Kesadaran akan waktu, tempat dan orang
• Sensation/Perception (Sensasi/Cara Pandang) : Menerima informasi melalui
sentuhan, rasa, bau, penglihatan, pendengaran, dan kinestesi (gerakan otot) dan
pemahaman akan data rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan atau
pengenalan pola
• Cognition (Kesadaran) : Kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian masalah,
abstraksi, penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan bahasa.
• Communication (Komunikasi) : Mengirim dan menerima informasi verbal
(memakai kata-kata) dan non verbal (memakai gerakan anggota badan yang
mengandung arti)
• SELF-PERCEPTION (PERSEPSI DIRI)
• Kesadaran Akan diri sendiri
• Self-Concept (Konsep Diri) : persepsi tentang diri sendiri secara menyeluruh
• Self-Esteem (Penghargaan diri) : Penilaian akan pekerjaan sendiri, kapabilitas,
kepentingan, dan keberhasilan
• Body Image (Citra Tubuh) : Citra mental akan tubuh diri sendiri
• ROLE RELATIONSHIPS (HUBUNGAN PERAN)
• Hubungan atau asosiasi positif dan negative antar individu atau kelompok-
kelompok individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukkan oleh
sarana tersebut.
• Caregiving Roles (Peran-peran yang memberi perhatian) : Pola perilaku yang
diharapkan secara social oleh individu-individu yang menyediakan perawatan dan
bukan para professional perawatan kesehatan
• Family Relationships (Hubungan keluarga) : Asosiasi orang-orang yang secara
biologis saling berkaitan
• Role Performance (Kinerja Peran) : Kualitas memfungsikan didalam pola-pola
perilaku yang diharapkan secara sosial
• SEXUALITY /SEKSUALITAS
• Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi
• Sexual Identity (Identitas Seksual) : Kondisi menjadi seseorang yang khusus dalam
hal seksualitas dan atau gender
• Sexual Function (Fungsi Seksual) : Kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi
didalam aktifitas seksual
• Reproduction (Reproduksi) : Segala proses yang melahirkan individu-individu baru
• COPING/STRESS TOLERANCE
• Berkaitan dengan kejadian-kejadian atau proses-proses kehidupan
• Post-Trauma Responses (Respon paska trauma) Reaksi-reaksi yang terjadi setelah
trauma fisik atau psikologis
• Coping Responses (Respon-respon penanggulangan) : Proses mengendalikan
tekanan lingkungan
• Neuro-behavioral Responses (Respon-respon perilaku syaraf) Respon perilaku yang
mencerminkan fungsi saraf dan otak
• LIFE PRINCIPLES (PRINSIP-PRINSIP HIDUP)
• Prinsip-prinsip yang mendasari perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah-
langkah, adapt istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki pekerjaan
intrinsik
• Values: (Nilai-nilai) : Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya
bertindak yang disukai
• Beliefs: (Kepercayaan) : Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adapt
istiadat, atau lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik
• Value/Belief/Action Congruence: (Nilai, Kepercayaan, kesesuaian tindakan) :
korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai, kepercayaan dan
tindakan
• SAFETY/PROTECTION (KESELAMATAN/PERLINDUNGAN)
• Aman dari mara bahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan, penjagaan
akan kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan
• Infection: (Infeksi) : Respon-respon setempat setelah invasi patogenik
• Physical Injury: (luka Fisik) : Luka tubuh yang membahayakan
• Violence: ( kekerasan ) penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan sehingga
menimbulkan luka atau siksaan
• Environmental Hazards: (tanda bahaya lingkungan ) sumber-sumber bahaya yang
ada dilinkungan sekitar kita
• Defensive Processes: ( proses mempertahankan diri ) proses seseorang
mempertahankan diri dari luar
• Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam
tubuh untuk tujuan melindingi organisms.
• COMFORT
• Rasa kesehatan mental, fisik, atau social, atau ketentraman
• Physical Comfort : merasakan tentram dan nyaman
• Social Comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi social seseorang
• GROWTH/DEVELOPMENT
• Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, system organ dan atau
tonggak perkembangan yang dicapai
• Growth: kenaikan demensi fisik atau kedewasaan system organ
• Development: apa yang dicapai, kurang tercapai, atau kehilangan tonggak
perkembanga
I. PENGERTIAN
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di AKa atau vena
kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena
perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.
I. LOKASI PEMANTAUAN
• Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
• Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
• Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
• Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava
superior
III. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP antara lain :
• Nyeri dan inflamasi pada lokasi penusukan.
• Bekuan darah karena tertekuknya kateter.
• Perdarahan : ekimosis atau perdarahan besar bila jarum terlepas.
• Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).
• Microshock.
• Disritmia jantung
III. PENGKAJIAN
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang
ditimbulkan oleh pemasangan alat.
• Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.
• Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
• Frekuensi napas, suara napas
• Tanda kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.
• Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter
• Kesesuaian posisi jalur infus set
• Tanda-tanda vital, perfusi
• Tekanan CVP
• Intake dan out put
• ECG Monitor
VI. INTERVENSI
• Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
Rasionalisasi : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas.
• Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
Rasionalisasi : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
• Kaji presipitator/penyebab kelemahan contoh nyeri.
Rasionalisasi : Nyeri dan program penuh stres jugas memerlukan energi dan menyebabkan
kelemahan.
• Anjurkan latihan ROM aktif atau bila pasien tidak dapat memenuhinya lakukan ROM
pasif setiap 6 jam.
Rasionalisasi : ROM dapat meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki sirkulasi dan
mengurangi rasa tidak nyaman.
• Jelaskan bahwa gangguan aktivitas adalah kondisi sementara yang diharuskan hanya
selama waktu pemantauan sementara.
Rasionalisasi : Penjelasan dapat mengurangi anxietas karena rasa takut terhadap
pemasangan CVP.
• Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
• Rasionalisasi : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi
pemasangan CVP.
DAFTER PUSTAKA
Doenges M.E. at all, 1993. Rencana Asuhan Keperwatan. Edisi 3. EGC. Jakarta
Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.
JANTUNG
Jantung adalah salah satu organ vital tubuh yang berfungsi untuk memompa darah
bersih ke seluruh tubuh dan darah kotor ke paru-paru.
Jika terjadi gangguan pada jantung maka fungsi pemompaan darah akan terganggu
bahkan bisa berakibat pada kematian.
a. Aritmia
• Pusing
• Sesak napas atau nyeri dada
• Kelelahan
• Pasien mengalami kebingungan
Penanganan aritmia :
Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah (1) mengembalikan irama jantung yang
normal (rhythm control), (2) menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control), dan
(3) mencegah terbentuknya bekuan darah.
– Ia : Quinidin, Procainamid,Disopyramid
– Ic : Propafenon, Flecainamid.
• Klas III: Gol. Obat yang memperpanjang Pot. Aksi dan Repolarisasi ( Paling Aman)
Amiodaron, Sotalol, Bretilium
Rantai kelangsungan hidup adalah aplikasi dari sistem emergency medical service (EMS)
yang terdiri dari 4 mata rantai, yaitu :
1. Akses segera (Early Acces)
2. RJP segera (Early CPR)
3. Defibrilasi segera (Early Defibrilation)
4. Perawatan lanjutan (Early Advance Care)
Early ACCES
pengenalan tanda-tanda kegawatdaruratan secara dini seperti keluhan nyeri dada atau
kesulitan bernapas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau penolong
menghubungi layanan gawat darurat adalah kunci penting dari rantai ini.
Jika terjadi henti jantung maka lakukan hal-hal dibawah ini segera :
1. Identifikasi segera kondisi penderita, kontak segera layanan gawat darurat (Activate
EMS System)
2. Beritahukan kondisi pasien ke EMS
Early CPR
CPR/RJP (Resusitasi Jantung Paru) efektif jika segera dilaksanakan saat penderita
mengalami henti napas dan henti jantung. Semakin cepat melakukan RJP maka semakin
besar tingkat keberhasilan pertolongan. sebaliknya semakin lambat maka tingkat
keberhasilan pertolongan semakin kecil. Secara fisiologis keterlambatan lebih dari 6 menit
akan mengakibatkan kematian batang otak, karena otak hanya dapat bertahan 4-8 menit
tanpa suplai oksigen.
Early DEFIBRILATION
Defibrilasi sangat penting untuk memperbaiki angka kelangsungan hidup. Waktu antara
penderita mengalami gangguan irama jantung dengan defibrilasi merupakan saat yang
kritis. Angka keberhasilan akan menurun sebanyak 7-10% dalam setiap menit
keterlambatan penggunaan dfibrilator.
19/11/08
ULTIMATE CORONER CARE UNIT : Masyarakat Sebagai Unit Coroner
Utama
Pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat
merupakan aspek penting sebagai salah satu usaha untuk menurunkan angka kematian
sebagai akibat dari penyakit jantung koroner (PJK). Sebagian besar angka kejadian mati
mendadak terjadi diluar rumah sakit maka masyarakat harus mampu berperan sebagai unit
koroner utama. Masyarakat diharapkan mampu mengenali kasus-kasus kegawatdaruratan
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), sehingga mampu bertindak cepat dalam
menolong penderita.
Program pelatihan RJP (Resusitasi Jantung Paru) atau CPR (Cardio Pulmonary
Resucitation) merupakan program yang dapat diajarkan kepada masyarakat. Program
pelatihan di masyarakat sebaiknya mencakup pencegahan primer, mencegah faktor resiko
PJK, dan mengetahui atau mengenali tanda-tanda orang yang terkena serangan jantung.
Sangat jelas bahwa PJK, Stroke dan berbagai penyakit pengerasan pembuluh darah lainnya
terkait dengan pola nutrisi, merokok, stress yang merupakan pola hidup tidak sehat.
Pelatihan RJP pada penolong awam mungkin dapat menyelamatkan orang yang mengalami
henti jantung. Pelatihan RJP akan melibatkan beberpa kelompok yaitu :
Di Amerika Serikat penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama
kematian baik pada pria maupun wanita. Diperkirakan 2 juta penduduk USA didiagnosa
Acute Corronary Syndrome (ACS). lebih dari 1/2 juta lainnya akan berkembang menjadi
Infark Imocard Acute (IMA).
Manajemen IMA sekarang ini sangat berbeda dengan 2 dekade yang lalu. Adanya obat
fibrinolitik (penghancur Bekuan) dan intervensi koroner perkutan (Percutaneus Coronary
Intervention) akan membuka sumbatan pembuluh darah koroner (sebagai penyebab
Ishemik Miocard) menyelamatkan hidup dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Obat
fibrinolotik, intervensi koroner perkutan tersebut tentu saja diberikan dalam beberapa jam
pertama setelah onset timbulnya nyeri dada agar tercapai hasil yang optimal.
Kematian mendadak merupakan komplikasi yang paling banyak pada Penyakit Jantung
Koroner (PJK). Setiap tahun di USA diperkirakan 250 ribu orang mati disebabkan oleh
PJK. Irama yang paling sering terdokumentasi pada mati mendadak yang terlihat oleh saksi
mata (witnessed sudden cardiac arrest) adalah Ventrikel Vibrilasi (VF) dan therapi yang
paling efektif untuk VF adalah dengan menggunakan Defibrilator baik manual maupun
otomatis (Automatic External Defibrilation-AED).
Defibrilasi sekalipun demikian juga merupakan tindakan yang memiliki keterbatasan.
Kemungkinan keberhasilan defibrilator akan menurun sebanyak 7-10% setiap menit
keterlambatan pemberiannya, dan VF cenderung menjadi asistole dalam beberapa menit
jika tidak diberikan therapi.
Kebutuhan akan intervensi kardiovaskuler saat ini tidak terbatas pada penderita dewasa
saja. Banyak penderita trauma, tenggelam, tersengat listrik, obstruksi jalan napas,
keracunan dapat terselamtkan dengan akses yang cepat dan kontak cepat ke layanan gawat
darurat (Emergency Medical System) dan AED.
0 komentar Link ke posting ini
Label: Pro Em BCLS, Emergency System, PERKI
18/11/08
Trimodal Death Distribution
Kematian puncak kedua terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah kejadian
trauma. Kursus Advance Trauma Life Support (ATLS) / Basic Trauma Life Support (BTLS
) terutama memfokuskan pada puncak kedua ini. Kematian pada puncak kedua ini biasanya
karena perdarahan sub dural dan epidural, hemopneumothoraks, ruptur limpa, laserasi hati,
fraktur pelvis, dan atau cedera multiple lainnya dengan perdarahan yang berat.
penanggulangan pada jam pertama setelah kejadian mencerminkan kebutuhan perlunya
penilaian dan resusitasi yang cepat yang merupakan prinsip dasar dari ATLS dan BTLS.
Kematian puncak ketiga, terjadi setelah beberapa hari bahkan beberapa minggu setelah
kejadian. kebanyakan terjadi karena sepsis dan gagal sistem organ multiple. Kualitas
penanggulangan pada setiap periode, berdampak pada periode ini. jadi orang yang pertama
dan setiap individu yang terlibat dalam penanggulangan kasus gawat darurat/trauma akan
mempunyai dampak langsung pada hasil akhir jangka panjang.
Di 39 negara yang mempunyai data lengkap, didapat bahwa 70% kematian dan cedera
disebabkan oleh kecelakaan lalulintas. Diantara 10 negara tersebut, KLL merupakan
penyebab kematian dan cedera nomor 2 dan hanya di finlandia yang merupakan nomor 3.
Mekanisme penyebab fatalitas berbeda dari negara ke negara. Diselandia baru KLL
merupakan penyebab kematian tertinggi, 2.5 kali lebih tinggi dibanding dengan kepulauan
Bahamas dan kerajaan inggris. Jatuh dari ketinggian, tenggelam, dan luka bakar merupakan
penyebab kematian tersering berikutnya.
Kematian karena luka tembak merupakan masalah di US, Norwegia, dan Perancis. Di
Amerika Serikat kematian karena luka tembak mendekati KLL untuk kelompok umur 15-
24 tahun yaitu 13.7 dibanding 16.2 untuk setiap 100.000 penduduk. penyebab utama di
Amerika adalah kebebasan kepemilikan senjata api.
Oleh karena itu perlu adanya riset dan prevensi untuk masalah trauma dan perlu adanya
penyedian sarana-prasarana yang memadai yang meliputi Ambulans Gawat Darurat dan
Rumah Sakit Rujukan. Selain itu perlu adanya suatu sistem yang terintegrasi antara fase pra
rumah sakit-rumah sakit-paska rumah sakit.
Salah satu upaya yang paling murah dilakukan adalah memberikan training
penanggulangan penderita trauma kepada masyarakat sebagai penolong pertama (first
aider) dan profesional kesehatan yang meliputi Dokter dan perawat.
0 komentar Link ke posting ini
Label: Pro Em Emergency Care, Emergency System, Gawat Darurat
14/11/08
Ambulance Service 24 Hours
Call : 021-70249324
08.12.13.14.5000
0 komentar Link ke posting ini
12/11/08
APA YANG AKAN KITA LAKUKAN ???
Saat menemukan korban kecelakaan, setiap orang tentu dalam hati kecilnya ada niat untuk
memberikan pertolongan. Tetapi pada kenyataannya hanya sebagian kecil aja yang bear-
benar jadi menolong. Hal ini menyangkut keberanian dan pengetahuan dalam memberikan
pertolongan.
Padahal pertolongan pertama dilokasi kejadian (pre hosital phase) sangat menentukan
keberhasilan pertolongan selanjutnya. Orang yang berani menolong belum tentu membawa
manfaat kepada korban, bahkan ada sebagian yang justru membahayakan korban.
Contohnya, apabila seorang pengendara sepeda motor mengalami patah tulang leher,
kemudian diangkat buru-buru / dipindahkan dari lokasi kejadian tergesa-gesa, bukan tidak
mungkin korban yang tadinya masih bisa bicara langsung diam dan mengalami henti napas
dan henti jantung karena menglami gangguan pada persyarafannya (ini yang dinamakan
cedera sekunder).
Oleh karena itu idealnya semua orang harus mampu memberikan pertolongan pertama bagi
dirinya, keluarganya dan orang-orang disekitarnya. Penolong harus mampu call for help,
melakukan penanganan ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan ekstrikasi/stabilisasi.
Selain itu idealnya ada fasilitas ambulans gawat darurat yang akan datang ke TKP sesaat
setelah kejadian untuk evakuasi korban dan melanjutkan pertolongan first aider. Hal ini
akan menyatukan (integrated) fase pertolongan korban yaitu fase pra rumah sakit dan fase
rumah sakit. Sehingga korban mendaatkan pertolongan secara optimal dan prosedural.
PRO EMERGENCY
021-87903956
021-70249324
08.12.13.14.5000
proemergency@yahoo.co.id
11/11/08
PELATIHAN / TRAINING
rujukan wilayah
III Jawa Barat yang meliputi Indramayu, Kuningan dan Cirebon. Sebagai rumah sakit
rujukan RSGJ dituntut untuk untuk terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan moderenisasi peralatan medisnya.
Karena berada diwilayah PANTURA maka RSGJ harus selalu siap menghadapi berbagai
kasus trauma terutama yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. seperti kita ketahui
bersama PANTURA merupakan jalur transportasi darat antar kota antar propinsi tersibuk di
Indonesia yang banyak memakan korban jiwa.
Salah satu faktor keberhasilan penanganan penderita trauma adalah pengetahuan dan
keterampilan petugas terutama Unit Gawat Darurat sebagai pintu gerbang pelayanan rumah
sakit. Kemampuan petugas UGD (Dokter dan Perawat) dalam menangani kasus gawat
darurat trauma akan sangat menentukan dalam keberhasilan pertolongan.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan itulah pada bulan april 2008
RSGJ
bekerja sama dengan PRO EMERGENCY menyelenggarakan pelatihan Basic Trauma Life
Sebagai wujud apresiasi terhadap tim pro emergency maka pelatihan ini di buka oleh
direktur RSGJ dan ditutup oleh Kepala DPRD Cirebon. Peserta pelatihan juga langsung
mendeklarasikan terbentuknya Brigade Siaga Bencana wilayah III Cirebon
• Manual (Monofasik).
• Automatic (Bifasik) ? capable of analyzing & give advice. Energy from 150 to 175
joules.
• ECG monitor
• Jelly electrode.
• Oxygen therapy.
• Drugs.
• Barriers transtorakal.
Contra indications
• Defibrilasi: no.
• Cardioversion:
• Digitalis poisoning.
• Hypokalaemia.
• Hipomagnesemia.
• VT: 50 J, 100 J.
• Atrial Flutter: 25 J – 50 J.
• SVT: 75 to 100 J.
• The energy does not depend on weight, except for children 2 J / kg.
DOCUMENTATION
• Awareness.
25 Januari 2008
Terapi Listrik (Defibrilasi)
A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat
secara asinkron.
Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil
Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic
deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan
biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.
Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle
sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah
penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi
tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan
bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi
anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang
mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan
enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika
semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada
kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan
pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti
sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.
Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle
elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.
B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat
secara sinkron.
Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi
Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji dapat
dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat
dinaikan sampai 360 joule.
Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus yang dipakai sama dengan
yang digunakan pada tindakan defibrilasi
Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan
tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang
dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan )
beberapa milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika
deflbrilator tidak dapat menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien dengan
takikardi walaupun mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya masih
sadar, oleh sebab itu jika diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat
sedasi dengan atau tanpa analgetik.