You are on page 1of 53

SUCTION

PENGISAPAN LENDIR

Pengisapan lender merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada yang tidak
mampu mengeluarkan secret dan lendir secara mandiri dengan mnggunakan alat penghisap

ALAT DAN BAHAN

1. Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan

2. Kateter penghisap lender steril

3. Pinset steril

4. Sarung tangan steril

5. Dua KOM berisi aquades atau larutan Nacl 0,9% dan cairan desinfektan

6. Kassa steril

7. Tissu

PROSEDUR KERJA

1. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan

2. Cuci tangan

3. Tempatkan pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring kearah perawat

4. Gunakan sarung tangan

5. Hubungkan kateter steril dengan selang alat penghisap lendir

6. Mesin penghisap duhidupkan


7. Lakukan penghisapan lender dengan memasukan kateter penghisap kedalam Kom
berisi aquades atau larutan Nacl 0,9% untuk mempertahankan tingkat kesterilan
(aspirasi). Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap. Gunakan
alat penghisap dengan tekana 110-150 mmHg untuk dewasa, 95-110 mmHg untuk
anak-anak dan bayi 50-95 mmHg (potter & perry,1995 ) Tarik dengan memutar
kateter penghisap tidak lebih dari 15 detik. Bilas kateter dengan menggunakan
aquades atau larutan Nacl 0,9% Lakukan penghiosapan pertama dengan
penghisapan berikutnya, minta pasien bernafas dalam batuk. Apabila mengalami
distress pernafasan istirahatkan 20-30 detik sebelum melakukan penghisapan
berikutnya.Setelah selesai kaji warna,bau sekret, kaji jumlah, konstipasi dan respon
pasien terhadap prosedur tindakan.
Pengertian Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding
depan/anterior trakhea untuk benafas Traheostomi adalah tindakan membuat
stoma agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas
bagian atas (adams, 1997) Menurut letah stoma trakheostomi dibedakan letak
tinggi dan letak rendah. Dan batas letak ini adalah cincin trakhea ketiga.
Indikasi Indikasi dari trakeostomi antara lain: Mengatasi obstruksi laring
Mengurangi ruang rugi (dead air spase) di saluran nafas bagian atas seperti
daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya stoma maka
seluruh oksigen yang hirupnya akan masuk ke dalam paru tidak ada yang
tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada penderita dengan kerusakan
paru yang kapasitas vitalnya berkurang. Mempermudah penghisapan sekret
dari bronkus dari penderita yang tidak dapat mengeluarkan sekret secara
fisiologik misalnya pada penderita dalam keadaan koma. Untuk memasang
respirator (alat bantu pernafasan) Untuk mengambil benda asing dari subgiotik
apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi. Fungsi Fungsi dari
trakheostomi antaralain: Mengurangi jumlah ruang hampa dalam traktus
trakheobronkial 70 sampai 100 ...

Secara umum indikasi ventilasi mekanik adalah bilamana terjadi gangguan pada
parameter :
o Mekanik
o Ventilasi
o Oksigenasi
Oksigenasi
o PaO2 < 60 mmHg
MEKANIK
o Pernapasan > 35 x/menit
o Volume tidal < 5 ml/kgBB
VENTILASI
o PaCO2 > 55 mmHg (tanpa ada kelainan PPOK atau alkalosis metabolik terkom
pensasi)
Secara klinis walaupun belum ada hasil laboratorium seperti di atas; ada tanda-
tanda :
1. Distress pernapasan; takipneu,berkeringat, napas cuping hidung
2. Tanda sumbatan jalan napas
3. Sianosis
4. Kesadaran menurun atau gelisah

Tata laksana penerimaan penderita di ruang perawatan intensif (ICU):


o Pemberitahuan penderita masuk diperoleh perawat jaga ICU dari dokter jaga di
triase/IGD, dokter jaga isolasi rawat inap, dokter jaga
konsulen sesuai indikasi / anjuran.
o Perawat ICU memberi tahu dokter konsulen ICU
o Perawat ICU mempersiapkan tempat tidur dan peralatan serta respirator jika di
perlukan
o Perawat ICU melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital.
o Penanganan penderita dilakukan bersama-sama oleh dokter konsulen ICU dan
dokter spesialis penyakit dalam/paru atau spesialis lainnya
jika diperlukan.

. Konsep Dasar Teori


A. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang
dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang
lama. (Brunner dan Suddarth, 1996).

B. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan
positif.
1. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan
udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator
jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral
amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi
sering.

2. Ventilator Tekanan Positif


Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif
yaitu tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus. Ventilator
tekanan bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi
ketika tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup
mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Ventilator tekanan bersiklus
dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan. Ventilator
waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau mengendalikan inspirasi
setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh
kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara . Ventilator ini digunakan
pada neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang
mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika
volume preset telah dikirimkan pada klien , siklus ventilator mati dan ekshalasi
terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator
tekanan positif yang paling banyak digunakan.

Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :


• Sederhana, mudah dan murah
• Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
• Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
• Dapat dirangkai dengan PEEP
• Dapat memonitor tekanan , volume inhalasi, volume ekshalasi, volume tidal,
frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
• Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat didalamnya
• Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
• Mudah membersihkan dan mensterilkannya.

C. Indikasi Klinik
1. Kegagalan Ventilasi
• Neuromuscular Disease
• Central Nervous System disease
• Depresi system saraf pusat
• Musculosceletal disease
• Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi

2. Kegagalan pertukaran gas


• Gagal nafas akut
• Gagal nafas kronik
• Gagal jantung kiri
• Penyakit paru-gangguan difusi
• Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

D. Modus Operasional
Untuk menentukan modus operasional ventilator terdapat empat parameter
yang diperlukan untuk pengaturan pada penggunaan volume cycle ventilator,
yaitu :
• Frekuensi pernafasan permenit
• Tidal volume
• Konsentrasi oksigen (FiO2)
• Positive end respiratory pressure

Pada klien dewasa, frekuensi ventilator diatur antara 12-15 x / menit. Tidal
volume istirahat 7 ml / kg BB, dengan ventilasi mekanik tidal volume yang
digunakan adalah 10-15 ml / kg BB. Untuk mengkompensasi dead space dan
untuk meminimalkan atelektase (Way, 1994 dikutip dari LeMone and Burke,
1996). Jumlah oksigen ditentukan berdasarkan perubahan persentasi oksigen
dalam gas. Karena resiko keracunan oksigen dan fibrosis pulmonal maka FiO2
diatur dengan level rendah. PO2 dan saturasi oksigen arteri digunakan untuk
menentukan konsentrasi oksigen. PEEP digunakan untuk mencegah kolaps
alveoli dan untuk meningkatkan difusi alveolikapiler.

Modus operasional ventilasi mekanik terdiri dari :


1. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk
pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah
alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini
meningkatkan kerja pernafasan klien.

2. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan.Bila
klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini
diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien,
biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.

3. Intermitten Mandatory Ventilation


Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model
kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi
dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.

4. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)


SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak
begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan
spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.

5. Positive End-Expiratory pressure


Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif
dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas
oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi
pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan
pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun,
barotrauma dan penurunman curah jantung.

6. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)


Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan
untuk penyapihan ventilator.

E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penggunaan ventilasi mekanik, yaitu :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
gastrointestinal.
7. Kelainan fungsi ginjal
8. Kelainan fungsi susunan saraf pusat

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi
ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
• Tanda-tanda vital
• Bukti adanya hipoksia
• Frekuensi dan pola pernafasan
• Bunyi nafas
• Status neurologis
• Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
• Kebutuhan pengisapan
• Upaya ventilasi spontan klien
• Status nutrisi
• Status psikologis

Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan
positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan
pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah
jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks
spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang
menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik
vena, curah jantung dan tekanan darah. Untuk mengevaluasi fungsi jantung
perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan
hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi,
takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan
penurunan haluaran urin).

Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilatorpengaturannya
telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus
memperhatikan hal-hal berikut :
• Jenis ventilator
• Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
• Pengaturan volume tidal dan frekunsi
• Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
• Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
• Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
• Humidifikasi
• Alarm
• PEEP

Catatan
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat
diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan
ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi
mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
• Kerusakan pertukaran gas yang brhubungan dengan penyakit yang
mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau
penyapihan .
• Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
• Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi
endotrakea dan trakeostomi.
• Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan
ventilator
• Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang
endotrakea dan pemasangan pada ventilator.
• Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan
dengan ketergantungan pada ventilator.

C. Masalah kolaboratif /Komplikasi Potensial


• Melawan kerja ventilator
• Masalah-masalah ventilator – peningkatan dalam tekanan jalan nafas nafas
puncak ; penurunan tekanan ; kehilangan volume
• Gangguan kardiovaskuler
• Barotrauma dan pneumothoraks
• Infeksi paru

D. Perencanaan dan Implementasi


Tujuan utama bagi pasien yaitu : pertukaran gas optimal; penurunan akumulasi
lendir; tidak terdapat trauma atau infeksi ; pencapaian mobilisasi yang
optimal ; penyesuaian terhadap metode komunikasi non verbal ; mendapatkan
tindakan koping yang berhasil ; dan tidak terjadi komplikasi. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan teknik dan
keterampilan interpersonal yang unik, antara lain :

1. Meningkatkan pertukaran gas


Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan
pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman
oksigen. Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari
mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter,
dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien terhadap
pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap
tindakan. Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan
faktor-faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan
cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan
nafas bawah disertai fisioterapi dada ( perkusi,fibrasi ) adalah strategi lain
untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti
tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial. Intervensi keperawatan yang
penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan
interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang
mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan
signifikan dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah
( pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal ).

2. Penatalaksanaan jalan nafas


Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun
kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi
dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakn
jalan nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang
sering, dan peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara
ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga
sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi,
diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
3. Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea
atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga
hanya sedikit kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea.
Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan
karena peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga
oral merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang
diintubasi pada pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan
antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan
pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan
dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk
mengurangi potensial aspirasi isi lambung.

4. Peningkatan tingkat mobilitas optimal


Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan
aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan
memperbaiki mental. Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam
untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.

5. Meningkatkan komunikasi optimal


Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan
ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan
pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan
pensil, bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli
terapi bahasa dapat membantu dalam menentuka metode yang paling sesuai
untuk pasien.

6. Meningkatkan kemampuan koping.


Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat
bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk
mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit.
Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik
terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan
tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian
seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan
memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung,
tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan
klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan
ketergantungan pada ventilator.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri
pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan
jumlah sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat
komunikasi lainnya.
6. Dapat mengatasi masalah secara efektif.

Penyapihan dari ventilasi mekanik


Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
1. Tes penyapihan
• Kapasitas vital 10-15 cc / kg
• Volume tidal 4-5 cc / kg
• Ventilasi menit 6-10 l
• Frekuensi permenit < 20 permenit

2. Pengaturan ventilator
• FiO2 < 50%
• Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0

3. Gas darah arteri


• PaCO2 normal
• PaO2 60-70 mmHg
• PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki

4. Selang Endotrakeal
• Posisi diatas karina pada foto Rontgen
• Ukuran : diameter 8.5 mm

5. Nutrisi
• Kalori perhari 2000-2500 kal
• Waktu : 1 jam sebelum makan

6. Jalan nafas
• Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
• Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
• Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
• Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
• Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam

8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan

9. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi

Elektrokardiogram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari

Cambridge Simpliscribe, instrumen EKG terkenal pada tahun 1950-an dan 1960-an.
Teknologi saluran kosong.

Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf,


yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas
sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata
Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis". Analisis sejumlah
gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi
diagnostik yang penting.

• Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung[1]


• EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk pasien yang dicurigai ada infark
otot jantung akut [2]
• EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan
hipokalemia)[3]
• EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi (mis. blok cabang berkas
kanan dan kiri)[4]
• EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama uji stres
jantung[5]
• EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis.
emboli paru atau hipotermia)[3]

Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG


dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.[6]

Daftar isi
[sembunyikan]

• 1 Sejarah
• 2 Kertas perekam EKG
• 3 Seleksi saring
• 4 Sadapan
o 4.1 Sadapan ekstremitas
o 4.2 Sadapan ekstremitas tambahan
o 4.3 Sadapan prekordial
o 4.4 Sadapan dasar
• 5 Gelombang dan interval
o 5.1 Analisis irama
o 5.2 Gelombang P
o 5.3 Interval PR
o 5.4 Kompleks QRS
o 5.5 Segmen ST
o 5.6 Gelombang T
o 5.7 Interval QT
o 5.8 Gelombang U
• 6 Kumpulan sadapan klinis
• 7 Sumbu
• 8 Lihat pula
• 9 Rujukan

• 10 Pranala luar

[sunting] Sejarah
Alexander Muirhead menghubungkan kabel ke pergelangan tangan pasien yang sakit untuk
memperoleh rekaman detak jantung pasien selama kuliah untuk DSc-nya (dalam listrik)
pada tahun 1872 di St. Bartholomew's Hospital.[7] Aktivitas ini direkam secara langsung
dan divisualisasikan menggunakan elektrometer kapiler Lippmann oleh seorang fisiolog
Britania bernama John Burdon Sanderson.[8]

Orang pertama yang mengadakan pendekatan sistematis pada jantung dari sudut pandang
listrik adalah Augustus Waller, yang bekerja di St. Mary's Hospital di Paddington, London.
[9]
Mesin elektrokardiografnya terdiri atas elektrometer kapiler Lippmann yang dipasang ke
sebuah proyektor. Jejak detak jantung diproyeksikan ke piringan foto yang dipasang ke
sebuah kereta api mainan. Hal ini memungkinkan detak jantung untuk direkam dalam
waktu yang sebenarnya. Pada tahun 1911 ia masih melihat karyanya masih jarang
diterapkan secara klinis.

Gebrakan bermula saat seorang dokter Belanda kelahiran Kota Semarang, Hindia Belanda
(kini Indonesia) bernama Willem Einthoven, yang bekerja di Leiden, Belanda,
menggunakan galvanometer senar yang ditemukannya pada tahun 1901, yang lebih sensitif
daripada elektrometer kapiler yang digunakan Waller.[10]

Einthoven menuliskan huruf P, Q, R, S dan T ke sejumlah defleksi, dan menjelaskan sifat-


sifat elektrokardiografi sejumlah gangguan kardiovaskuler. Pada tahun 1924, ia dianugerahi
Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk penemuannya.[11]

Meski prinsip dasar masa itu masih digunakan sekarang, sudah banyak kemajuan dalam
elektrokardiografi selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, peralatannya telah berkembang
dari alat laboratorium yang susah dipakai ke sistem elektronik padat yang sering termasuk
interpretasi elektrokardiogram yang dikomputerisasikan.[12]

[sunting] Kertas perekam EKG

Kertas perekam EKG


Sebuah elektrokardiograf khusus berjalan di atas kertas dengan kecepatan 25 mm/s,
meskipun kecepatan yang di atas daripada itu sering digunakan. Setiap kotak kecil kertas
EKG berukuran 1 mm². Dengan kecepatan 25 mm/s, 1 kotak kecil kertas EKG sama
dengan 0,04 s (40 ms). 5 kotak kecil menyusun 1 kotak besar, yang sama dengan 0,20 s
(200 ms). Karena itu, ada 5 kotak besar per detik. 12 sadapan EKG berkualitas diagnostik
dikalibrasikan sebesar 10 mm/mV, jadi 1 mm sama dengan 0,1 mV. Sinyal "kalibrasi"
harus dimasukkan dalam tiap rekaman. Sinyal standar 1 mV harus menggerakkan jarum 1
cm secara vertikal, yakni 2 kotak besar di kertas EKG.

[sunting] Seleksi saring


Monitor EKG modern memiliki banyak penyaring untuk pemrosesan sinyal. Yang paling
umum adalah mode monitor dan mode diagnostik. Dalam mode monitor, penyaring
berfrekuensi rendah (juga disebut penyaring bernilai tinggi karena sinyal di atas ambang
batas bisa lewat) diatur baik pada 0,5 Hz maupun 1 Hz dan penyaring berfrekuensi tinggi
(juga disebut penyaring bernilai rendah karena sinyal di bawah ambang batas bisa lewat)
diatur pada 40 Hz. Hal ini membatasi EKG untuk pemonitoran irama jantung rutin.
Penyaring bernilai tinggi membantu mengurangi garis dasar yang menyimpang dan
penyaring bernilai rendah membantu mengurangi bising saluran listrik 50 atau 60 Hz
(frekuensi jaringan saluran listrik berbeda antara 50 dan 60 Hz di sejumlah negara). Dalam
mode diagnostik, penyaring bernilai tinggi dipasang pada 0,05 Hz, yang memungkinkan
segmen ST yang akurat direkam. Penyaring bernilai rendah diatur pada 40, 100, atau 150
Hz. Sebagai akibatnya, tampilan EKG mode monitor banyak tersaring daripada mode
diagnostik, karena bandpassnya lebih sempit.[13]

[sunting] Sadapan
Grafik yang menunjukkan hubungan antara elektrode positif, muka gelombang depolarisasi
(atau rerata vektor listrik), dan kompleks yang ditampilkan di EKG.

Kata sadapan memiliki 2 arti pada elektrokardiografi: bisa merujuk ke kabel yang
menghubungkan sebuah elektrode ke elektrokardiograf, atau (yang lebih umum) ke
gabungan elektrode yang membentuk garis khayalan pada badan di mana sinyal listrik
diukur. Lalu, istilah benda sadap longgar menggunakan arti lama, sedangkan istilah 12
sadapan EKG menggunakan arti yang baru. Nyatanya, sebuah elektrokardiograf 12 sadapan
biasanya hanya menggunakan 10 kabel/elektroda. Definisi terakhir sadapan inilah yang
digunakan di sini.

Sebuah elektrokardiogram diperoleh dengan menggunakan potensial listrik antara sejumlah


titik tubuh menggunakan penguat instrumentasi biomedis. Sebuah sadapan mencatat sinyal
listrik jantung dari gabungan khusus elektrode rekam yang itempatkan di titik-titik tertentu
tubuh pasien.

• Saat bergerak ke arah elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau rerata
vektor listrik) menciptakan defleksi positif di EKG di sadapan yang berhubungan.
• Saat bergerak dari elektrode positif, muka gelombang depolarisasi menciptakan
defleksi negatif pada EKG di sadapan yang berhubungan.
• Saat bergerak tegak lurus ke elektrode positif, muka gelombang depolarisasi (atau
rerata vektor listrik) menciptakan kompleks equifasik (atau isoelektrik) di EKG,
yang akan bernilai positif saat muka gelombang depolarisasi (atau rerata vektor
listrik) mendekati (A), dan kemudian menjadi negatif saat melintas dekat (B).

Ada 2 jenis sadapan—unipolar dan bipolar. EKG lama memiliki elektrode tak berbeda di
tengah segitiga Einthoven (yang bisa diserupakan dengan ‘netral’ stop kontak dinding) di
potensial nol. Arah sadapan-sadapan ini berasal dari “tengah” jantung yang mengarah ke
luar secara radial dan termasuk sadapan (dada) prekordial dan sadapan ekstremitas—VL,
VR, & VF. Sebaliknya, EKG baru memiliki kedua elektrode itu di beberapa potensial dan
arah elektrode yang berhubungan berasal dari elektrode di potensial yang lebih rendah ke
tinggi, mis., di sadapan ekstremitas I, arahnya dari kiri ke kanan, yang termasuk sadapan
ekstremitas --I, II, dan III.

Catat bahwa skema warna untuk sadapan berbeda antarnegara.

[sunting] Sadapan ekstremitas

Sadapan I

Sadapan II

Sadapan I, II dan III disebut sadapan ekstremitas karena pernah pokoq elektrokardiogafi
benar-benar harus menempatkan tangan dan kaki mereka di ember air asin untuk
mendapatkan sinyal dari galvanometer senar Einthoven. EKG seperti itu membentuk dasar
yang kini dikenal sebagai segitiga Einthoven.[2] Akhirnya, elektrode ditemukan sehingga
dapat ditempatkan secara langsung di kulit pasien. Meskipun ember air asin sebentar saja
diperlukannya, elektrode-elektrode itu masih ditempatkan di lengan dan kaki pasien untuk
mengira-ngirakan sinyal yang diperoleh dari ember air asin itu. Elektrode-elektrode itu
masih menjadi 3 sadapan pertama EKG 12 sadapan modern.

• Sadapan I adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (hitam) di lengan kiri.
• Sadapan II adalah dipol dengan elektrode negatif (putih) di lengan kanan dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.
• Sadapan III adalah dipol dengan elektrode negatif (hitam) di lengan kiri dan
elektrode positif (merah) di kaki kiri.

[sunting] Sadapan ekstremitas tambahan

Sadapan aVR, aVL, dan aVF merupakan sadapan ekstremitas tambahan, yang diperoleh
dari elektrode yang sama sebagai sadapan I, II, dan III. Namun, ketiga sadapan itu
memandang jantung dari sudut (atau vektor) yang berbeda karena elektrode negatif untuk
sadapan itu merupakan modifikasi terminal sentral Wilson, yang diperoleh dengan
menambahkan sadapan I, II, dan III bersama dan memasangnya ke terminal negatif mesin
EKG. Hal ini membidik elektrode negatif dan memungkinkan elektrode positif untuk
menjadi "elektrode penjelajah" atau sadapan unipolar. Hal ini mungkin karena Hukum
Einthoven menyatakan bahwa I + (-II) + III = 0. Persamaan itu juga bisa ditulis I + III = II.
Ditulis dengan cara ini (daripada I + II + III = 0) karena Einthoven membalik polaritas
sadapan II di segitiga Einthoven, mungkin karena ia suka melihat kompleks QRS tegak
lurus. Terminal sentral Wilson meratakan jalan untuk perkembangan sadapan ekstremitas
tambahan aVR, aVL, aVF dan sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6.

• Sadapan aVR atau "vektor tambahan kanan" memiliki elektrode positif (putih) di
lengan kanan. Elektrode negatif merupakan gabungan elektrode lengan kiri (hitam)
dan elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif
di lengan kanan.
• Sadapan aVL atau "vektor tambahan kiri" mempunyai elektrode positif (hitam) di
lengan kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan
elektrode kaki kiri (merah), yang "menambah" kekuatan sinyal elektrode positif di
lengan kiri.
• Sadapan aVF atau "vektor tambahan kaki" mempunyai elektrode positif (merah) di
kaki kiri. Elektrode negatif adalah gabungan elektrode lengan kanan (putih) dan
elektrode lengan kiri (hitam), yang "menambah" sinyal elektrode positif di kaki kiri.

Sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF diperkuat dengan cara ini karena sinyal
itu terlalu kecil untuk berguna karena elektrode negatifnya adalah terminal sentral Wilson.
Bersama dengan sadapan I, II, dan III, sadapan ekstremitas tambahan aVR, aVL, dan aVF
membentuk dasar sistem rujukan heksaksial, yang digunakan untuk menghitung sumbu
kelistrikan jantung di bidang frontal.

[sunting] Sadapan prekordial

Penempatan sadapan prekordial yang benar.


Sadapan prekordial V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 ditempatkan secara langsung di dada.
Karena terletak dekat jantung, 6 sadapan itu tak memerlukan augmentasi. Terminal sentral
Wilson digunakan untuk elektrode negatif, dan sadapan-sadapan tersebut dianggap
unipolar. Sadapan prekordial memandang aktivitas jantung di bidang horizontal. Sumbu
kelistrikan jantung di bidang horizontal disebut sebagai sumbu Z.

Sadapan V1, V2, dan V3 disebut sebagai sadapan prekordial kanan sedangkan V4, V5,
dan V6 disebut sebagai sadapan prekordial kiri.

Kompleks QRS negatif di sadapan V1 dan positif di sadapan V6. Kompleks QRS harus
menunjukkan peralihan bertahap dari negatif ke positif antara sadapan V2 dan V4. Sadapan
ekuifasik itu disebut sebagai sadapan transisi. Saat terjadi lebih awal daripada sadapan V3,
peralihan ini disebut sebagai peralihan awal. Saat terjadi setelah sadapan V3, peralihan ini
disebut sebagai peralihan akhir. Harus ada pertambahan bertahap pada amplitudo
gelombang R antara sadapan V1 dan V4. Ini dikenal sebagai progresi gelombang R.
Progresi gelombang R yang kecil bukanlah penemuan yang spesifik, karena dapat
disebabkan oleh sejumlah abnormalitas konduksi, infark otot jantung, kardiomiopati, dan
keadaan patologis lainnya.

• Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.


• Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
• Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
• Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak apeks
berpindah).
• Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris anterior.
• Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea midaxillaris.

[sunting] Sadapan dasar

Sebuah elektrode tambahan (biasanya hijau) terdapat di EKG 4 dan 12 sadapan modern,
yang disebut sebagai sadapan dasar yang menurut kesepakatan ditempatkan di kaki kiri,
meski secara teoretis dapat ditempatkan di manapun pada tubuh. Dengan EKG 3 sadapan,
saat 1 dipol dipandang, sisanya menjadi sadapan dasar bila tiada.

[sunting] Gelombang dan interval


Gambaran skematik EKG normal

Sebuah EKG yang khas melacak detak jantung normal (atau siklus jantung) terdiri atas 1
gelombang P, 1 kompleks QRS dan 1 gelombang T. Sebuah gelombang U kecil normalnya
terlihat pada 50-75% di EKG. Voltase garis dasar elektrokardiogram dikenal sebagai garis
isoelektrik. Khasnya, garis isoelektrik diukur sebagai porsi pelacakan menyusul
gelombang T dan mendahului gelombang P berikutnya.

[sunting] Analisis irama

Ada beberapa aturan dasar yang dapat diikuti untuk mengenali irama jantung pasien.
Bagaimana denyutannya? Teratur atau tidak? Adakah gelombang P? Adakah kompleks
QRS? Adakah perbandingan 1:1 antara gelombang P dan kompleks QRS? Konstankah
interval PR?

[sunting] Gelombang P

Selama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus
AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke gelombang P di
EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang
menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena
vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P
harus tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama
jantung sebagai Irama Sinus.

• Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan


sejumlah aritmia jantung.
• Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.
[sunting] Interval PR

Interval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya
panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.

• Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.
• Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur
tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di
Sindrom Wolff-Parkinson-White.
• Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.
• Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.
• Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat
menandakan irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang
maupun takikardi atrium multifokus

[sunting] Kompleks QRS

Sejumlah kompleks QRS beserta tatanamanya.


Lihat juga: Sistem konduksi listrik jantung

Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan deplarisasi ventrikel.
Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS
lebih besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinje
mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak"
daripada membundar karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang
normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau
kurang, namun setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan
perluasan kompleks QRS.

Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S.


Menurut aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut sebagai
kompleks QRS. Namun, penafsiran sesungguhnya pada EKG yang sulit memerlukan
penamaan yang pasti pada sejumlah gelombang. Beberapa penulis menggunakan huruf
kecil dan besar, bergantung pada ukuran relatif setiap gelombang. Sebagai contoh, sebuah
kompleks Rs akan menunjukkan defleksi positif, sedangkan kompleks rS akan
menunjukkan defleksi negatif. Jika kedua kompleks itu dinamai RS, takkan mungkin untuk
menilai perbedaan ini tanpa melihat EKG yang sesungguhnya.

• Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis


aritmia jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark otot jantung,
gangguan elektrolit, dan keadaan sakit lainnya.
• Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang
normal menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini
dapat disebut sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I,
aVL, V5 dan V6.
• Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar
daripada 0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal,
dan mungkin menggambarkan infark miokardium.

Animasi gelombang EKG yang normal.

[sunting] Segmen ST

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Infark otot jantung


Segmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s
(80-120 ms). Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara kompleks QRS dan
segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T. Namun, karena biasanya sulit menentukan
dengan pasti di mana segmen ST berakhir dan gelombang T berawal, hubungan antara
segmen ST dan gelombang T harus ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas
biasanya sekitar 0,08 s (80 ms), yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR
dan TP.

• Segmen ST normal sedikit cekung ke atas.


• Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia
koroner.
• Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung. Elevasi lebih dari 1 mm
dan lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat ukuran ini bisa positif palsu
sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada pria) dan negatif
palsu sebesar 20-30%.[14]

[sunting] Gelombang T

Gelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel. Interval dari awal


kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut. Separuh
terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif (atau peride vulnerabel).

Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif. Namun, gelombang T negatif normal di
sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif, negatif, atau bifase. Di
samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di sadapan III,
aVL, atau aVF.

• Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa menjadi iskemia koroner, sindrom


Wellens, hipertrofi ventrikel kiri, atau gangguan SSP.
• Gelombang T yang tinggi atau "bertenda" bisa menandakan hiperkalemia.
Gelombang T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.
• Penemuan elektrokardiografi awal atas infark otot jantung akut terkadang
gelombang T hiperakut, yang dapat dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar yang
luas dan sedikit asimetri.
• Saat terjadi abnormalitas konduksi (mis., blok cabang berkas, irama bolak-balik),
gelombang T harus didefleksikan berlawanan dengan defleksi terminal kompleks
QRS, yang dikenal sebagai kejanggalan gelombang T yang tepat.

[sunting] Interval QT

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Interval QT

Interval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT yang
normal biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam
diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan
pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi
interval QT untuk denyut jantung.

Cara yang paling umum digunakan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut pernah
dirumuskan oleh Bazett dan diterbitkan pada tahun 1920.[15] Rumus Bazett adalah

, di mana QTc merupakan interval QT yang dikoreksi untuk denyut, dan


RR adalah interval dari bermulanya satu kompleks QRS ke bermulanya kompleks QRS
berikutnya, diukur dalam detik. Namun, rumus ini cenderung tidak akurat, dan terjadi
kelebihan koreksi di denyut jantung tinggi dan kurang dari koreksi di denyut jantung
rendah.

[sunting] Gelombang U

Gelombang U tak selalu terlihat. Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi,
mengikuti gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot
papillaris atau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol sering terlihat di
hipokalemia, namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pemajanan terhadap
digitalis, epinefrin, dan antiaritmia Kelas 1A dan 3, begitupun di sindrom QT panjang
bawaan dan di keadaan pendarahan intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat
menggambarkan iskemia otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri.[16]

[sunting] Kumpulan sadapan klinis

Diagram yang menunjukkan sadapan-sadapan yang berdampingan dengan warna yang


sama
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Infark otot jantung

Jumlah sadapan EKG ada 12, masing-masing merekam aktivitas kelistrikan jantung dari
sudut yang berbeda, yang juga berkaitan dengan area-area anatomis yang berbeda dengan
tujuan mengidentifikasi iskemia korner akut atau lesi. 2 sadapan yang melihat ke area
anatomis yang sama di jantung dikatakan bersebelahan (lihat tabel berkode warna).
• Sadapan inferior (sadapan II, III dan aVF) memandang aktivitas listrik dari tempat
yang menguntungkan di dinding inferior (atau diafragmatik) ventrikel kiri.
• Sadapan lateral (I, aVL, V5 dan V6) melihat aktivitas kelistrikan dari titik yang
menguntungkan di dinding lateral ventrikel kiri. Karena elektrode positif untuk
sadapan I dan aVL terletak di bahu kiri, sadapan I dan aVL terkadang disebut
sebagai sadapan lateral atas. Karena ada di dada pasien, elektode positif untuk
sadapan V5 dan V6 disebut sebagai sadapan lateral bawah.
• Sadapan septum, V1 and V2 memandang aktivitas kelistrikan dari titik yang
menguntungkan di dinding septum anatomi kiri, yang sering dikelmpkkan bersama
dengan sadapan anterior.
• Sadapan anterior, V3 dan V4 melihat aktivitas kelistrikan dari tempat yang
menguntungkan di anterior ventrikel kiri.
• Di samping itu, setiap 2 sadapan prekordial yang berdampingan satu sama lain
dianggap bersebelahan. Sebagai contoh, meski V4 itu sadapan anterior dan V5
lateral, 2 sadapan itu bersebelahan karena berdekatan satu sama lain.
• Sadapan aVR tak menampakkan pandangan khusus atas ventrikel kiri. Sebagai
gantinya, sadapan ini melihat bagian dalam dinding endokardium dari sudut
pandangnya di bahu kanan.

[sunting] Sumbu

Diagram yang menunjukkan bagaimana polaritas kompleks QRS di sadapan I, II, dan III
dapat digunakan untuk memperkirakan sumbu listrik jantung dalam bidang frontal.

Sumbu kelistrikan jantung merujuk ke arah umum muka gelombang depolarisasi jantung
(atau rerata vektor listrik) di bidang frontal. Biasanya berorientasi di arah bahu kanan ke
kaki kiri, yang berhubungan dengan kuadran inferior kiri sistem rujukan heksaksial, meski
-30o hingga +90o dianggap normal.

• Deviasi sumbu kiri (-30o hingga -90o) dapat menandakan blok fasciculus anterior
kiri atau gelombang Q dari infark otot jantung inferior.
• Deviasi sumbu kanan (+90o hingga +180o) dapat menandakan blok fasciculus
posterior kiri, gelombang Q dari infark otot jantung lateral atas, atau pola nada
ventrikel kanan.
• Dalam keadaan blok cabang berkas kanan, deviasi kanan atau kiri dapat
menandakan blok bifasciculus.
[sunting] Lihat pula
• ACLS
• Balistokardiograf
• Blok cabang berkas
• Siklus jantung
• Sistem konduksi kelistrikan jantung
• Teknisi elektrokardiogram
• Elektroensefalografi
• Elektrogastrogram
• Elektroretinografi
• Monitor denyut jantung
• Monitor Holter
• Defleksi intrinsikoid
• Infark otot jantung

[sunting] Rujukan
1. ^ Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine,
Fifth Edition, p. 108, Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1997. ISBN 0-7216-5666-8.
2. ^ "2005 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation
and Emergency Cardiovascular Care - Part 8: Stabilization of the Patient With
Acute Coronary Syndromes." Circulation 2005; 112: IV-89 - IV-110.
3. ^ a b "The clinical value of the ECG in noncardiac conditions." Chest 2004; 125(4):
1561-76. PMID 15078775
4. ^ Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine,
Fifth Edition, p. 119-123, Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1997. ISBN 0-7216-
5666-8.
5. ^ Braunwald E. (Editor), Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine,
Fifth Edition, p. 153-176, Philadelphia, W.B. Saunders Co., 1997. ISBN 0-7216-
5666-8.
6. ^ O'Keefe J, Zinsmeister A, Gibbons R (1989). "Value of normal
electrocardiographic findings in predicting resting left ventricular function in
patients with chest pain and suspected coronary artery disease". Am J Med 86 (6 Pt
1): 658-62.
7. ^ Ronald M. Birse, rev. Patricia E. Knowlden [1] Oxford Dictionary of National
Biography 2004 (Perlu langganan)
8. ^ Burdon Sanderson J (1878). "Experimental results relating to the rhythmical and
excitatory motions of the ventricle of the frog heart". Proc Roy Soc Lond 27: 410–
14.
9. ^ Waller AD (1887). "A demonstration on man of electromotive changes
accompanying the heart's beat". J Physiol (Lond) 8: 229–34.
10. ^ Einthoven W. Un nouveau galvanometre. Arch Neerl Sc Ex Nat 1901; 6:625
11. ^ Cooper J (1986). "Electrocardiography 100 years ago. Origins, pioneers, and
contributors". N Engl J Med 315 (7): 461-4. PMID 3526152.
12. ^ Mark, Jonathan B. (1998). Atlas of cardiovascular monitoring. New York:
Churchill Livingstone. ISBN 0443088918..
13. ^ Mark JB "Atlas of Cardiovascular Monitoring." p. 130. New York: Churchill
Livingstone, 1998. ISBN 0-443-08891-8.
14. ^ Sabatine MS (2000). Pocket Medicine (Pocket Notebook). Lippincott Williams &
Wilkins. ISBN 0-7817-1649-7.
15. ^ Bazett HC (1920). "An analysis of the time-relations of electrocardiograms".
Heart 7: 353–70.
16. ^ Conrath C, Opthof T (2005). "The patient U wave". Cardiovasc Res 67 (2): 184-
6. PMID 15979057.

[sunting] Pranala luar


• Ann Arbor Electrogram Libraries Perlengkapan data EKG, melihat perangkat lunak
dan contoh bentuk gelombang.
• ECGpedia: Course for interpretation of ECG
• The whole ECG - A really basic ECG primer
• 12-lead ECG library
• Alat simulasi untuk menunjukkan dan mempelajari hubungan aktivitas kelistrikan
jantung dan EKG
• ECG information dari Children's Hospital Heart Center, Seattle.
• ECG Challenge from the ACC D2B Initiative
• Simulator EKG
• National Heart, Lung, and Blood Institute, Diseases and Conditions Index
• Ikhtisar sejarah meluas atas elektrokardiografi
• Penafsiran elektrokardiogram pada bayi dan anak.
• PENGKAJIAN KEPERAWATAN MENGGUNAKAN 13
DOMAIN NANDA Juli 11, 2009
• Diarsipkan di bawah: nursing artikel — Ong Rosyadi @ 6:18 am
Tags: askep, DOMAIN NANDA, NANDA, NIC, NOC, PENGKAJIAN
KEPERAWATAN, POLA FUNGSIONAL GORDON


• ↑ Grab this Headline Animator

• Ada banyak referensi yang bisa digunakan dalam melakukan pengkajian
keperawatan. Kita tentunya mengenal tool yang populer di keperawaatan misalnya
11 Pola Fungsional dari Gordon atau 13 Divisi dari Doengoes Morhouse. Kalau kita
lihat dan berdasarkan pengalaman menggunakan pengakajian keperawatan tersebut
di atas seorang perawata akan lebih mudah untuk mengidentifikasi masalah
keperawatan yang nantinya akan di identifikasi sebagai nursing diagnosis.
• Pada prisnsipnya diagnosis keperawatan adalah merupakan respon dari pasien
sehingga pola atau bentuk pengelompokan data yang berupa pengelompokan respon
dari pasien akan lebih mempermudah perawat untuk mengidentifikasi masalah
pasien.
• Hal ini berbeda bila kita menggunakan pengkajian dengan menggunakan
pendekatan system. Kalau kita kaji lebih dalam dalam, pengkajian persystem
menggunakan pendekatan mencari data dari kelainan pada organ sehingga bila
perawat menggunakan pendekatan persistem akan kesulitan menemukan respon
yang muncul dari pasien dan ingat diagnosis pasien adalah respon pasien dari
gangguan pada organ tubuhny, ini berbeda dengan diagnosis dokter yang mengacu
kepada kelainan organ pasien itu sendiri.
• Dalam website NANDA tidak secara khusus menyebutkan bahwa 13 Domain
NANDA dapat digunakan untuk melakukan pengkajian keperawatan. Namun
demikian bila kita lihat dari struktur dan pola yang dikembangkan untuk
mengelompokkan respon dan sebagai dasar toksonomi untuk nursing diagnosis, 13
Domain NANDA ini memungkinkan dan bisa digunakan untuk melakukan
pengkajian keperawatan.
• Seperti apa 13 Domain NANDA tersebut berikut ringkasan dan sedikit
penjelasannya,
• HEALTH PROMOTION (PENINGKATAN KESEHATAN)
• Kesadaran akan kesehatan atau normalitas fungsi dan strategi-strategi yang
diterapkan untuk mempertahankan control dan meningkatkan kesehatan atau
normalitas fungsi tersebut.
• Health Awareness(Kesadaran Kesehatan) : Pengenalan akan fungsi normal dan
kesehatan
• Health Management(Manajemen Kesehatan) : Mengidentifikasi, mengontrol,
memperlihatkan dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan
kesehatan
• NUTRITION (NUTRISI)
• Kegiatan memperoleh, mengasimilasi, dan menggunakan kandungan gizi untuk
tujuan mempertahankan jaringan, perbaikan jaringan, dan produksi tenaga
• Ingestion(Proses masuknya makanan) : Memasukkan makanan atau kandungan gizi
ke dalam tubuh
• Digestion( Pencernaan) : Kegiatan fisik dan kimiawi yang mengubah kandungan
makanan ke dalam zat-zat yang sesuai untuk penyerapan dan asimilasi
• Absorption(Penyerapan) : tahapan penyerapan kandungan gizi melalui jaringan-
jaringan tubuh
• Metabolism (metabolisme) : Proses kimiawi dan fisik yang terjadi di dalam
organisme dan sel-sel hidup bagi pengembangan dan kegunaan protoplasma,
produksi kotoran dan tenaga dengan pelepasan tenaga untuk seluruh proses vital
• Hydration (Minum) : Perolehan dan penyerapan cairan dan larutan-larutan
• ELIMINATION (PEMBUANGAN)
• Keluarnya produk-produk kotoran dari tubuh
• Urinary system (Sistem Urinaria) : proses keluarnya urine
• Gastrointestinal system( Sistem gastrointestinal) : Pengeluaran dan pengenyahan
produk-produk kotoran dari isi perut
• Integumentary system( Sistem Integumen) : Proses keluarnya melalui kulit
• Pulmonary system( Sistem Paru-paru) : Pembersihan produk-produk metabolis
secara ikutan, pengeluaran dan benda-benda asing dari paru-paru atau dua saluran
bronkus.
• ACTIVITY/REST (AKTIFITAS /ISTIRAHAT)
• Produksi, konservasi, pengeluaran atau keseimbangan sumber-sumber tenaga
• Sleep / Rest (Tidur/istirahat) : tidur, istirahat, ketenagaan atau tidak beraktifitas
• Activity / Exercise (Aktifitas/berolahraga) : Menggerakkan bagian-bagian tubuh
(mobilitas), melakukan pekerjaan atau sering melakukan kegiatan-kegiatan (tetapi
tidak selalu) untuk meningkatkan daya tahan tubuh (resisitensi)
• Energy Balance (Keseimbangan Energi) : Kondisi dinamis keharmonisan antara
proses masuk dan keluarnya sumber-sumber tenaga
• Cardiovascular-pulmonary Responses (respon jantung-paru-paru) : Mekanisme
jantung-paru-paru yang mendukung aktifitas/istirahat
• PERCEPTION/COGNITION (CARA PANDANG/KESADARAN)
• Sistem pemrosesan informasi manusia, termasuk perhatian, orientasi (tujuan),
sensasi, cara pandang, kesadaran, dan komunikasi
• Attention( Perhatian) : Kesiapan mental untuk memperhatikan atau mengamati
• Orientation (Tujuan) : Kesadaran akan waktu, tempat dan orang
• Sensation/Perception (Sensasi/Cara Pandang) : Menerima informasi melalui
sentuhan, rasa, bau, penglihatan, pendengaran, dan kinestesi (gerakan otot) dan
pemahaman akan data rasa hasil dari penamaan, mengasosiasikan dan atau
pengenalan pola
• Cognition (Kesadaran) : Kegunaan memori, belajar, berfikir, penyelesaian masalah,
abstraksi, penilaian, pengetahuan, kapasitas intelektual, kalkulasi dan bahasa.
• Communication (Komunikasi) : Mengirim dan menerima informasi verbal
(memakai kata-kata) dan non verbal (memakai gerakan anggota badan yang
mengandung arti)
• SELF-PERCEPTION (PERSEPSI DIRI)
• Kesadaran Akan diri sendiri
• Self-Concept (Konsep Diri) : persepsi tentang diri sendiri secara menyeluruh
• Self-Esteem (Penghargaan diri) : Penilaian akan pekerjaan sendiri, kapabilitas,
kepentingan, dan keberhasilan
• Body Image (Citra Tubuh) : Citra mental akan tubuh diri sendiri
• ROLE RELATIONSHIPS (HUBUNGAN PERAN)
• Hubungan atau asosiasi positif dan negative antar individu atau kelompok-
kelompok individu dan sarananya. Hubungan-hubungan tersebut ditunjukkan oleh
sarana tersebut.
• Caregiving Roles (Peran-peran yang memberi perhatian) : Pola perilaku yang
diharapkan secara social oleh individu-individu yang menyediakan perawatan dan
bukan para professional perawatan kesehatan
• Family Relationships (Hubungan keluarga) : Asosiasi orang-orang yang secara
biologis saling berkaitan
• Role Performance (Kinerja Peran) : Kualitas memfungsikan didalam pola-pola
perilaku yang diharapkan secara sosial
• SEXUALITY /SEKSUALITAS
• Identitas seksual, fungsi seksual dan reproduksi
• Sexual Identity (Identitas Seksual) : Kondisi menjadi seseorang yang khusus dalam
hal seksualitas dan atau gender
• Sexual Function (Fungsi Seksual) : Kapasitas atau kemampuan untuk berpartisipasi
didalam aktifitas seksual
• Reproduction (Reproduksi) : Segala proses yang melahirkan individu-individu baru
• COPING/STRESS TOLERANCE
• Berkaitan dengan kejadian-kejadian atau proses-proses kehidupan
• Post-Trauma Responses (Respon paska trauma) Reaksi-reaksi yang terjadi setelah
trauma fisik atau psikologis
• Coping Responses (Respon-respon penanggulangan) : Proses mengendalikan
tekanan lingkungan
• Neuro-behavioral Responses (Respon-respon perilaku syaraf) Respon perilaku yang
mencerminkan fungsi saraf dan otak
• LIFE PRINCIPLES (PRINSIP-PRINSIP HIDUP)
• Prinsip-prinsip yang mendasari perilaku, pikiran dan perilaku tentang langkah-
langkah, adapt istiadat, atau lembaga yang dipandang benar atau memiliki pekerjaan
intrinsik
• Values: (Nilai-nilai) : Identifikasi dan pemeringkatan tentang bagaimana akhirnya
bertindak yang disukai
• Beliefs: (Kepercayaan) : Pendapat, harapan atau penilaian atas tindakan, adapt
istiadat, atau lembaga yang dianggap benar atau memiliki pekerjaan instrinsik
• Value/Belief/Action Congruence: (Nilai, Kepercayaan, kesesuaian tindakan) :
korespondensi atau keseimbangan yang dicapai antara nilai-nilai, kepercayaan dan
tindakan
• SAFETY/PROTECTION (KESELAMATAN/PERLINDUNGAN)
• Aman dari mara bahaya, luka fisik atau kerusakan system kekebalan, penjagaan
akan kehilangan dan perlindungan keselamatan dan keamanan
• Infection: (Infeksi) : Respon-respon setempat setelah invasi patogenik
• Physical Injury: (luka Fisik) : Luka tubuh yang membahayakan
• Violence: ( kekerasan ) penggunaan kekuatan atau tenaga yang berlebihan sehingga
menimbulkan luka atau siksaan
• Environmental Hazards: (tanda bahaya lingkungan ) sumber-sumber bahaya yang
ada dilinkungan sekitar kita
• Defensive Processes: ( proses mempertahankan diri ) proses seseorang
mempertahankan diri dari luar
• Thermoregulation: proses fisiologis untuk mengatur panas dan energi di dalam
tubuh untuk tujuan melindingi organisms.
• COMFORT
• Rasa kesehatan mental, fisik, atau social, atau ketentraman
• Physical Comfort : merasakan tentram dan nyaman
• Social Comfort : merasakan tentram dan nyaman dari situasi social seseorang
• GROWTH/DEVELOPMENT
• Bertambahnya usia yang sesuai dengan demensi fisik, system organ dan atau
tonggak perkembangan yang dicapai
• Growth: kenaikan demensi fisik atau kedewasaan system organ
• Development: apa yang dicapai, kurang tercapai, atau kehilangan tonggak
perkembanga

ASKEP PEMASANGAN CVP


Label: Askep medikal bedah, Perkuliahan
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN CVP

I. PENGERTIAN
Tekanan vena central (central venous pressure) adalah tekanan darah di AKa atau vena
kava. Ini memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah, keefektifan jantung
sebagai pompa, dan tonus vaskular. Tekanan vena central dibedakan dari tekanan vena
perifer, yang dapat merefleksikan hanya tekanan lokal.

I. LOKASI PEMANTAUAN
• Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
• Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan
• Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis
• Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava
superior

II. INDIKASI DAN PENGGUNAAN


• Pengukuran tekanan vena sentral (CVP).
• Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.
• Pengukuran oksigenasi vena sentral.
• Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang
perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi.
• Pemberian obat vasoaktif per drip (tetesan) dan obat inotropik.
• Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.

III. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP antara lain :
• Nyeri dan inflamasi pada lokasi penusukan.
• Bekuan darah karena tertekuknya kateter.
• Perdarahan : ekimosis atau perdarahan besar bila jarum terlepas.
• Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis).
• Microshock.
• Disritmia jantung

III. PENGKAJIAN
Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang
ditimbulkan oleh pemasangan alat.
• Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.
• Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.
• Frekuensi napas, suara napas
• Tanda kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.
• Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter
• Kesesuaian posisi jalur infus set
• Tanda-tanda vital, perfusi
• Tekanan CVP
• Intake dan out put
• ECG Monitor

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan aktivitas berhubungan dengan pemasangan kateter vena central
Kriteria pengkajian focus :
• Kelemahan, kelelahan.
• Perubahan tanda vital, adanya disritmia.
• Dispnea.
• Pucat
• Berkeringat.
V. TUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pasien akan mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh
menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital DBN selama aktivitas.

VI. INTERVENSI
• Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas.
Rasionalisasi : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas.
• Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
Rasionalisasi : penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung
dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
• Kaji presipitator/penyebab kelemahan contoh nyeri.
Rasionalisasi : Nyeri dan program penuh stres jugas memerlukan energi dan menyebabkan
kelemahan.
• Anjurkan latihan ROM aktif atau bila pasien tidak dapat memenuhinya lakukan ROM
pasif setiap 6 jam.
Rasionalisasi : ROM dapat meningkatkan kekuatan otot, memperbaiki sirkulasi dan
mengurangi rasa tidak nyaman.
• Jelaskan bahwa gangguan aktivitas adalah kondisi sementara yang diharuskan hanya
selama waktu pemantauan sementara.
Rasionalisasi : Penjelasan dapat mengurangi anxietas karena rasa takut terhadap
pemasangan CVP.
• Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
• Rasionalisasi : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi
pemasangan CVP.

DAFTER PUSTAKA

Anna Owen, 1997. Pemantauan Perawatan Kritis. EGC. Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan .EGC. Jakarta.

Doenges M.E. at all, 1993. Rencana Asuhan Keperwatan. Edisi 3. EGC. Jakarta

Hudak & Gallo, 1997. Keperawatan Kritis Edisi VI Volume I. EGC. Jakarta.

ETT (Endo/OroTracheal Tube) adalah saluran yang dipasang melalui celah


mulut yang masuk hingga saluran nafas bagian atas –trachea-. Alat ini
dipasang untuk membantu proses pernafasan pada pasien yang tidak mampu
bernafas sendiri atau yang mengalami sumbatan jalan nafas di bagian atas.
Biasanya akan dihubungkan dengan oksigen yang dipompakan baik secara
manual atau dengan alat ventilator.

JANTUNG

Jantung adalah salah satu organ vital tubuh yang berfungsi untuk memompa darah
bersih ke seluruh tubuh dan darah kotor ke paru-paru.

Jika terjadi gangguan pada jantung maka fungsi pemompaan darah akan terganggu
bahkan bisa berakibat pada kematian.

a. Aritmia

Aritmia didefinisikan sebagai kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan


system konduksi jantung. Aritmia adalah gangguan pembentukan dan/atau
penghantaran impuls.

Gejala – gejala aritmia adalah :

• Pusing
• Sesak napas atau nyeri dada
• Kelelahan
• Pasien mengalami kebingungan

Apa yang menyebabkan aritmia?

• Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditis karena infeksi).

• Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),


misalnya iskemia miokard, infark miokard.
• Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.

• Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).

• Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja


dan irama jantung.

• Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

• Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).

• Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

• Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.

• Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.

• Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi


jantung).

Penanganan aritmia :

Pada prinsipnya tujuan terapi aritmia adalah (1) mengembalikan irama jantung yang
normal (rhythm control), (2) menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control), dan
(3) mencegah terbentuknya bekuan darah.

Obat yang dapat dipakai diklasifikasikan oleh Vaughan Williams adalah :

• Klas 1: Golongan Penyekat Na

– Ia : Quinidin, Procainamid,Disopyramid

– Ib : Lidocain, Mexiletin, Phenitoin

– Ic : Propafenon, Flecainamid.

• Klas II: Gol Penyekat Beta  Propanolol, Bisoprolol

• Klas III: Gol. Obat yang memperpanjang Pot. Aksi dan Repolarisasi ( Paling Aman)
Amiodaron, Sotalol, Bretilium

• Klas IV:Gol.Ca – Antagonis Verapamil,Diltiazem


The Chain Of Survival

Rantai kelangsungan hidup adalah aplikasi dari sistem emergency medical service (EMS)
yang terdiri dari 4 mata rantai, yaitu :
1. Akses segera (Early Acces)
2. RJP segera (Early CPR)
3. Defibrilasi segera (Early Defibrilation)
4. Perawatan lanjutan (Early Advance Care)

Penelitian secara klinis dan epidemiologis membuktikan bahwa keberhasilan pertolongan


sangat tergantung pada proses pelayanan gawat darurat pada fase pra rumah sakit (sebelum
rumah sakit) dan fase rumah sakit. Rantai tersebut merupakan kesatuan yang erat dan utuh,
jika salah satu mata rantai hilang atau lemah maka kemungkinan keberhasilan pertolongan
menjadi berkurang. Jadi semua mata rantai harus kuat dan saling terkait erat satu sama lain.

Early ACCES
pengenalan tanda-tanda kegawatdaruratan secara dini seperti keluhan nyeri dada atau
kesulitan bernapas yang menyebabkan penderita mencari pertolongan atau penolong
menghubungi layanan gawat darurat adalah kunci penting dari rantai ini.

Jika terjadi henti jantung maka lakukan hal-hal dibawah ini segera :

1. Identifikasi segera kondisi penderita, kontak segera layanan gawat darurat (Activate
EMS System)
2. Beritahukan kondisi pasien ke EMS

Early CPR
CPR/RJP (Resusitasi Jantung Paru) efektif jika segera dilaksanakan saat penderita
mengalami henti napas dan henti jantung. Semakin cepat melakukan RJP maka semakin
besar tingkat keberhasilan pertolongan. sebaliknya semakin lambat maka tingkat
keberhasilan pertolongan semakin kecil. Secara fisiologis keterlambatan lebih dari 6 menit
akan mengakibatkan kematian batang otak, karena otak hanya dapat bertahan 4-8 menit
tanpa suplai oksigen.

Early DEFIBRILATION
Defibrilasi sangat penting untuk memperbaiki angka kelangsungan hidup. Waktu antara
penderita mengalami gangguan irama jantung dengan defibrilasi merupakan saat yang
kritis. Angka keberhasilan akan menurun sebanyak 7-10% dalam setiap menit
keterlambatan penggunaan dfibrilator.

Early ADVANCE CARE


Pertolongan lebih lanjut oleh paramedis dan medis baik di tempat kejadian dan rumah sakit
sangat penting untuk meneruskan pertolongan sebelumnya. Pertolongan lanjut melibatkan
peralatan emergency kit, obat-obat intravena, obat untuk aritmia dan stabilisasi penderita.

Advance care mempunyai tiga tujuan :

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan manajemen lanjut jalan


napas dan pemberian obat-obatan.
2. Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi.
3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang, dan
menstabilkan penderita setelah resusitasi.

0 komentar Link ke posting ini


Label: Pro Em Chain Of Survival, Emergency System

19/11/08
ULTIMATE CORONER CARE UNIT : Masyarakat Sebagai Unit Coroner
Utama
Pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat
merupakan aspek penting sebagai salah satu usaha untuk menurunkan angka kematian
sebagai akibat dari penyakit jantung koroner (PJK). Sebagian besar angka kejadian mati
mendadak terjadi diluar rumah sakit maka masyarakat harus mampu berperan sebagai unit
koroner utama. Masyarakat diharapkan mampu mengenali kasus-kasus kegawatdaruratan
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), sehingga mampu bertindak cepat dalam
menolong penderita.

Program pelatihan RJP (Resusitasi Jantung Paru) atau CPR (Cardio Pulmonary
Resucitation) merupakan program yang dapat diajarkan kepada masyarakat. Program
pelatihan di masyarakat sebaiknya mencakup pencegahan primer, mencegah faktor resiko
PJK, dan mengetahui atau mengenali tanda-tanda orang yang terkena serangan jantung.
Sangat jelas bahwa PJK, Stroke dan berbagai penyakit pengerasan pembuluh darah lainnya
terkait dengan pola nutrisi, merokok, stress yang merupakan pola hidup tidak sehat.

Pelatihan RJP pada penolong awam mungkin dapat menyelamatkan orang yang mengalami
henti jantung. Pelatihan RJP akan melibatkan beberpa kelompok yaitu :

1. Penolong Utama (Emergency First Responder) seperti polisi, pemadam kebakaran,


Satpol PP, Satpam dan lain-lain. Sebaiknya meeka dilatih untuk mampu menolong
orang dewasa maupun anak dan penggunanaan Automatic External Defibrilation
(AED)
2. Pelatihan juga dapat diberikan sebagai program disekolah, tempat kerja dan orang-
orang yang memiliki resiko tinggi terkena serangan jantung.

1 komentar Link ke posting ini


Label: Pro Em BCLS, Emergency System, PERKI
CARDIAC EMERGENCY : Angka Kegawatan Jantung

Penyakit jantung dan pembuluh darah saat ini


masih menduduki peringkat teratas sebagai penyebab kematian baik di Indonesia maupun
dinegara-negara maju. Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT) Departemen
Kesehatan RI tahun 2001, penyakit jantung dan pembuluh darah menempati urutan
tertinggi sebagai penyebab kematian di Indonesia (26,4%) angka ini meningkat tajam dari
tahun 1992 (9.9%) dan tahun 1995 (19%).

Di Amerika Serikat penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama
kematian baik pada pria maupun wanita. Diperkirakan 2 juta penduduk USA didiagnosa
Acute Corronary Syndrome (ACS). lebih dari 1/2 juta lainnya akan berkembang menjadi
Infark Imocard Acute (IMA).

Manajemen IMA sekarang ini sangat berbeda dengan 2 dekade yang lalu. Adanya obat
fibrinolitik (penghancur Bekuan) dan intervensi koroner perkutan (Percutaneus Coronary
Intervention) akan membuka sumbatan pembuluh darah koroner (sebagai penyebab
Ishemik Miocard) menyelamatkan hidup dan memperbaiki kualitas hidup penderita. Obat
fibrinolotik, intervensi koroner perkutan tersebut tentu saja diberikan dalam beberapa jam
pertama setelah onset timbulnya nyeri dada agar tercapai hasil yang optimal.

Kematian mendadak merupakan komplikasi yang paling banyak pada Penyakit Jantung
Koroner (PJK). Setiap tahun di USA diperkirakan 250 ribu orang mati disebabkan oleh
PJK. Irama yang paling sering terdokumentasi pada mati mendadak yang terlihat oleh saksi
mata (witnessed sudden cardiac arrest) adalah Ventrikel Vibrilasi (VF) dan therapi yang
paling efektif untuk VF adalah dengan menggunakan Defibrilator baik manual maupun
otomatis (Automatic External Defibrilation-AED).
Defibrilasi sekalipun demikian juga merupakan tindakan yang memiliki keterbatasan.
Kemungkinan keberhasilan defibrilator akan menurun sebanyak 7-10% setiap menit
keterlambatan pemberiannya, dan VF cenderung menjadi asistole dalam beberapa menit
jika tidak diberikan therapi.

Kebutuhan akan intervensi kardiovaskuler saat ini tidak terbatas pada penderita dewasa
saja. Banyak penderita trauma, tenggelam, tersengat listrik, obstruksi jalan napas,
keracunan dapat terselamtkan dengan akses yang cepat dan kontak cepat ke layanan gawat
darurat (Emergency Medical System) dan AED.
0 komentar Link ke posting ini
Label: Pro Em BCLS, Emergency System, PERKI

18/11/08
Trimodal Death Distribution

Kematian karena trauma terjadi pada


salah satu waktu dari tiga periode waktu. Puncak pertama dari kematian karena trauma
terjadi beberapa detik atau menit setelah kejadian. Pada waktu yang dini ini kematian
umumnya karena laserasi otak, batang otak, spinal cord level yang tinggi, jantung, aorta,
dan pembuluh dara besar lainnya. Hanya sedikit dari kelompok penderita ini dapat
diselamatkan karena beratnya cedera. Keberhasilan penanggulangan kelompok ini hanya
dapat berhasil didaerah urban (perkotaan) tertentu dimana terdapat sarana pelayanan pra
rumah sakit (ambulans gawat darurat) yang cepat dan baik. Hanya prevensi yang dapat
mengurangi angka kematian kelompok ini.

Kematian puncak kedua terjadi beberapa menit sampai beberapa jam setelah kejadian
trauma. Kursus Advance Trauma Life Support (ATLS) / Basic Trauma Life Support (BTLS
) terutama memfokuskan pada puncak kedua ini. Kematian pada puncak kedua ini biasanya
karena perdarahan sub dural dan epidural, hemopneumothoraks, ruptur limpa, laserasi hati,
fraktur pelvis, dan atau cedera multiple lainnya dengan perdarahan yang berat.
penanggulangan pada jam pertama setelah kejadian mencerminkan kebutuhan perlunya
penilaian dan resusitasi yang cepat yang merupakan prinsip dasar dari ATLS dan BTLS.

Kematian puncak ketiga, terjadi setelah beberapa hari bahkan beberapa minggu setelah
kejadian. kebanyakan terjadi karena sepsis dan gagal sistem organ multiple. Kualitas
penanggulangan pada setiap periode, berdampak pada periode ini. jadi orang yang pertama
dan setiap individu yang terlibat dalam penanggulangan kasus gawat darurat/trauma akan
mempunyai dampak langsung pada hasil akhir jangka panjang.

Sumber : ATLS 2004


0 komentar Link ke posting ini
Label: Pro Em ATLS, BTLS For Nurse, Emergency Care, Emergency System

TRAUMA : Angka, Biaya dan Upaya

Di Amerika Serikat, jumlah dollar yang dikeluarkan setiap tahun yang


berkaitan dengan trauma melampaui $ 400 milyar dollar. Biaya ini meliputi hilangnya
pemasukan, pengeluaran medis, biaya administrasi asuransi, kerugian material, kerugian
yang dikeluarkan majikan/perusahaan, dan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan
cedera karena pekerjaan. Dari dana sebesar itu hanya sedikit saja yang disisihkan untuk
melakukan riset hal-hal yang berkaitan dengan trauma. Padahal kematian tragis akibat
trauma sebagian besar terjadi pada usia muda yang masih produktif. Salah satu penyebab
kematian yang paling besar adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam penggunaan
sabuk pengaman dan helmet.
Pada tahun 1990, cedera akibat trauma menyebabkan 3.2 juta kematian dan 312 juta
penderita diseluruh dunia yang memerlukan perhatian. Pada tahun 2000, kematian
mencapai 3.8 juta dan pada tahun 2020 cedera/trauma akan merupakan penyebab kematian
tertinggi kedua atau ketiga untuk semua kelompok umur. Keadaan ini merupakan penyebab
kematian pada setiap manusia umur 1-44 tahun dinegara maju dan berkembang, dan akan
menjadi masalah kesehatan setelah penyakit menular dapat dihapus.

Di 39 negara yang mempunyai data lengkap, didapat bahwa 70% kematian dan cedera
disebabkan oleh kecelakaan lalulintas. Diantara 10 negara tersebut, KLL merupakan
penyebab kematian dan cedera nomor 2 dan hanya di finlandia yang merupakan nomor 3.
Mekanisme penyebab fatalitas berbeda dari negara ke negara. Diselandia baru KLL
merupakan penyebab kematian tertinggi, 2.5 kali lebih tinggi dibanding dengan kepulauan
Bahamas dan kerajaan inggris. Jatuh dari ketinggian, tenggelam, dan luka bakar merupakan
penyebab kematian tersering berikutnya.

Kematian karena luka tembak merupakan masalah di US, Norwegia, dan Perancis. Di
Amerika Serikat kematian karena luka tembak mendekati KLL untuk kelompok umur 15-
24 tahun yaitu 13.7 dibanding 16.2 untuk setiap 100.000 penduduk. penyebab utama di
Amerika adalah kebebasan kepemilikan senjata api.

Kecacatan Akibat cedera/trauma di Amerika Serikat dan Portugal mencapai 3 : 1 dibanding


dengan kematian. Di Amerika Serikat tiap tahun terdapat 60 juta cedera/trauma yang
menyebabkan adanya 36.8 juta kunjungan ke Unit Gawat Darurat (UGD). Ini merupakan
40% dari semua kunjungan ke UGD. 54% daripadanya adalah anak-anak berumur antara 5-
14 tahun. Untuk setiap kematian ada 19 penderita dirawat, 233 kunjungan ke UGD dan 450
kunjungan ke dokter yang berkaitan dengan trauma.

Data tersebut diatas menunjukan bahwa penanggulangan cedera akibat trauma


mengkonsumsi secara signifikan sarana kesehatan dari setiap negara. Cedera/trauma
merupakan suatu penyakit. Ada Host-nya (penderita) dan ada Vektor-nya (kendaraan,
senjata api, mesin dll). Banyak usaha yang telah dilakukanuntuk menghapus penyakit
menular, penyakit jantung dan kanker. Tetapi hanya sedikit perhatian masalah
penanggulangan cedera/trauma. Padahal sebagian besar yang mengalami trauma adalah
generasi muda yang masih produktif.

Oleh karena itu perlu adanya riset dan prevensi untuk masalah trauma dan perlu adanya
penyedian sarana-prasarana yang memadai yang meliputi Ambulans Gawat Darurat dan
Rumah Sakit Rujukan. Selain itu perlu adanya suatu sistem yang terintegrasi antara fase pra
rumah sakit-rumah sakit-paska rumah sakit.

Salah satu upaya yang paling murah dilakukan adalah memberikan training
penanggulangan penderita trauma kepada masyarakat sebagai penolong pertama (first
aider) dan profesional kesehatan yang meliputi Dokter dan perawat.
0 komentar Link ke posting ini
Label: Pro Em Emergency Care, Emergency System, Gawat Darurat

14/11/08
Ambulance Service 24 Hours

Call : 021-70249324
08.12.13.14.5000
0 komentar Link ke posting ini

12/11/08
APA YANG AKAN KITA LAKUKAN ???

Kecelakaan (accident) bisa terjadi


disekitar kita setiap saat. Catatan kecelakaan menunjukan bahwa penyebab kematian
tertinggi adalah kecelakaan lalulintas terutama pengendara sepeda motor. Hal ini karena
populasi sepeda motor mencapai titik klimaks akhir-akhir ini. Hampir diseluruh jalanan ibu
kota setiap hari di padati oleh pengendara sepeda motor.

Saat menemukan korban kecelakaan, setiap orang tentu dalam hati kecilnya ada niat untuk
memberikan pertolongan. Tetapi pada kenyataannya hanya sebagian kecil aja yang bear-
benar jadi menolong. Hal ini menyangkut keberanian dan pengetahuan dalam memberikan
pertolongan.

Padahal pertolongan pertama dilokasi kejadian (pre hosital phase) sangat menentukan
keberhasilan pertolongan selanjutnya. Orang yang berani menolong belum tentu membawa
manfaat kepada korban, bahkan ada sebagian yang justru membahayakan korban.
Contohnya, apabila seorang pengendara sepeda motor mengalami patah tulang leher,
kemudian diangkat buru-buru / dipindahkan dari lokasi kejadian tergesa-gesa, bukan tidak
mungkin korban yang tadinya masih bisa bicara langsung diam dan mengalami henti napas
dan henti jantung karena menglami gangguan pada persyarafannya (ini yang dinamakan
cedera sekunder).

Oleh karena itu idealnya semua orang harus mampu memberikan pertolongan pertama bagi
dirinya, keluarganya dan orang-orang disekitarnya. Penolong harus mampu call for help,
melakukan penanganan ABC (Airway, Breathing, Circulation) dan ekstrikasi/stabilisasi.

Selain itu idealnya ada fasilitas ambulans gawat darurat yang akan datang ke TKP sesaat
setelah kejadian untuk evakuasi korban dan melanjutkan pertolongan first aider. Hal ini
akan menyatukan (integrated) fase pertolongan korban yaitu fase pra rumah sakit dan fase
rumah sakit. Sehingga korban mendaatkan pertolongan secara optimal dan prosedural.

PRO EMERGENCY
021-87903956
021-70249324
08.12.13.14.5000
proemergency@yahoo.co.id

2 komentar Link ke posting ini

11/11/08
PELATIHAN / TRAINING

Pro Emergency menyelenggarakan pelatihan - pelatihan sebagai berikut :

1. Basic Trauma Life Support For Nurse (BTLS For Nurse)


2. Basic Cardiac Life Support (BCLS) Bekerjasama dengan PP PERKI
3. First Aid Training - Basic (FAT-Basic)
4. First Aid Training - Advance (FAT-Advance)
5. Cardio Pulmonary Resucitation (CPR Training)
6. HSE

Info dan pendaftaran :


PRO EMERGENCY
Tlp / Fax : 021-87903956, 70249324
Mobile : 08.12.13.14.5000
Email : proemergency@yahoo.co.id
Cp. Jajat (0811193224)
0 komentar Link ke posting ini

BTLS For Nurse RS. Gunung Jati Cirebon

RS. GUNUNG JATI (RSGJ) merupakan rumah sakit

rujukan wilayah
III Jawa Barat yang meliputi Indramayu, Kuningan dan Cirebon. Sebagai rumah sakit
rujukan RSGJ dituntut untuk untuk terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan moderenisasi peralatan medisnya.

Karena berada diwilayah PANTURA maka RSGJ harus selalu siap menghadapi berbagai
kasus trauma terutama yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas. seperti kita ketahui
bersama PANTURA merupakan jalur transportasi darat antar kota antar propinsi tersibuk di
Indonesia yang banyak memakan korban jiwa.
Salah satu faktor keberhasilan penanganan penderita trauma adalah pengetahuan dan
keterampilan petugas terutama Unit Gawat Darurat sebagai pintu gerbang pelayanan rumah
sakit. Kemampuan petugas UGD (Dokter dan Perawat) dalam menangani kasus gawat
darurat trauma akan sangat menentukan dalam keberhasilan pertolongan.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan itulah pada bulan april 2008
RSGJ
bekerja sama dengan PRO EMERGENCY menyelenggarakan pelatihan Basic Trauma Life

Support For Nurse (BTLS For Nurse).


Pelatihan BTLS For Nurse ditujukan untuk perawat Rumah sakit, Puskesmas, Klinik dan
mahasiswa keperawatan tingkat akhir. Namun peserta pelatihan tidak hanya berasal dari
RSGJ saja tetapi berasal dari daerah binaan yaitu indramayu, kuningan dan cirebon. Bahkan
ada peserta yang berasal dari Brebes dan tegal.
Materi yang dipelajari dalam pelatihan ini meliputi :

1. Introduction & Course Review


2. Medical Emergency Response System
3. Airway & breathing
4. Circulation & Shock
5. Cardiopulmonary Resucitation (CPR)
6. initial Assessment And Management
7. Mechanism Of Injury
8. Head Trauma
9. Thoracic Trauma
10. Abdominal Trauma
11. Thermal Trauma (Burn)
12. extrication, Lifting, Moving And Stabilization
13. Triage And Disaster
14. Group Exercise

Sebagai wujud apresiasi terhadap tim pro emergency maka pelatihan ini di buka oleh
direktur RSGJ dan ditutup oleh Kepala DPRD Cirebon. Peserta pelatihan juga langsung
mendeklarasikan terbentuknya Brigade Siaga Bencana wilayah III Cirebon

Defibrilasi and cardioversion


Defibrilasi is DC shock asynchronous.Used in the VF / VT with no pulses.Used in the AF,
VT no pulse.Generally DC & kardioverter defibrillator shock.DC shock is a direct current
electric shocks,controlled in the heart to overcome takiaritmia.

ELECTRICAL DC. SHOCK

• Manual (Monofasik).

• Automatic (Bifasik) ? capable of analyzing & give advice. Energy from 150 to 175
joules.

• An electric current is directly proportional to the energy, inversely transtorakal


prisoners.

• Be Channelized through two pedals (sternal / anterior & apex / posterior).

Preparation tools & patients


• Machine DC shock.

• ECG monitor

• Jelly electrode.

• Fasting a few hours (except emergency) lest vomiting.

• Tools / resuscitation drugs.

• Oxygen therapy.

• Equipment Suction / suction catheter.

Failure defibrilasi / cardioversion

• Hypoxia unheard resolved.

• Acid base balance disturbances.

• Drugs.

• Barriers transtorakal.

• The position of the pedals is not appropriate.

Contra indications

• Defibrilasi: no.

• Cardioversion:

• Digitalis poisoning.

• Hypokalaemia.

• Hipomagnesemia.

• AF or atrial flutter with complete AV-block

• Chronic AF for 5 years or more.

• New valve operation.

INDICATIONS & Rate ENERGY


• VF: 100 J, 200 J, 300 J, 360 J.

• VT: 50 J, 100 J.

• Atrial Flutter: 25 J – 50 J.

• Atrial fibrillation: 100 to 200 J.

• SVT: 75 to 100 J.

• Torsade de Pointes 50 to 200 J.

• The energy does not depend on weight, except for children 2 J / kg.

• Patients of digitalis, the energy of 10-50 J.

DOCUMENTATION

• Function vital before and after DC shock.

• Awareness.

• ECG before the energy provided.

• Name of doing DC shock.

• ECG after DC shock.

• Complications that arise…

25 Januari 2008
Terapi Listrik (Defibrilasi)

A. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu yang singkat
secara asinkron.
Indikasi
1. VF
2. VT tanpa nadi
3. VT polymorphyc yang tidak stabil

Defibrilasi harus dilakukan sedini mungkin dengan alasan :


1. Irama yang didapat pada permulaan henti jantung umumnya adalah ventrikel fibrilasi
(VF)
2. Pengobatan yang paling efektif untuk ventrikel fibrilasi adalah defibrilasi.
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang kemungkinan keberhasilannya.
4. Ventrikel fibrilasi cenderung untuk berubah menjadi asistol dalam waktu beberapa
menit.

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator
Defibrilator adalah alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan
depolarisasi sementara dari jantung yang denyutnya tidak teratur, sehingga memungkinkan
timbulnya kembali aktifitas listrik jantung yang terkoordinir. Enerji dialirkan melalui suatu
elektrode yang disebut paddle. Defibrilator diklasifikasikan menurut 2 tipe bentuk
gelombangnya yaitu monophasic dan biphasic. Defibrilator monophasic adalah tipe
defibrilator yang pertama kali diperkenalkan, defibrilator biphasic adalah defibrilator yang
digunakan pada defibrilator manual yang banyak dipasarkan saat ini.
2. Jeli
Jeli digunakan untuk mengurangi tahanan dada dan membantu menghantarkan aliran listrik
ke jantung, jeli dioleskan pada kedua paddle.

Energi
Untuk VF dan VT tanpa nadi, energi awal 360 joule dengan menggunakan monophasic
deflbrilator, dapat diulang tiap 2 menit dengan energi yang sama, jika menggunakan
biphasic deflbrilator energi yang diperlukan berkisar antara 120 - 200 joule.

Prosedur defibrilasi
1. Nyalakan deflbrilator
2. Tentukan enerji yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser tombol enerji
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks jantung dan paddle
sternum diletakkan pada garis sternal kanan di bawah klavikula.
5. Isi (Charge) enerji, tunggu sampai enerji terisi penuh, untuk mengetahui enerji sudah
penuh, banyak macamnya tergantung dari defibrilator yang dipakai, ada yang memberi
tanda dengan menunjukkan angka joule yang diset, ada pula yang memberi tanda dengan
bunyi bahkan ada juga yang memberi tanda dengan nyala lampu.
6. Jika enerji sudah penuh, beri aba-aba dengan suara keras dan jelas agar tidak ada lagi
anggota tim yang masih ada kontak dengan pasien atau korban, termasuk juga yang
mengoperatorkan defibrilator, sebagai contoh:
"Enerji siap "
"Saya siap "
"Tim lain siap"
7. Kaji ulang layar monitor defibrillator, pastikan irama masih VF/VT tanda nadi, pastikan
enerji sesuai dengan yang diset, dan pastikan modus yang dipakai adalah asinkron, jika
semua benar, berikan enerji tersebut dengan cara menekan kedua tombol discharge pada
kedua paddle. Pastikan paddle menempel dengan baik pada dada pasien (beban tekanan
pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrilator apakah irama berubah atau tetap sama scperti
sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi untuk menentukan perlu tidaknya
dilakukan RJP, jika tidak berubah lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.

Automated External Defibrilator (AED)


AED adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara komputer yang dapat :
1. Menganalisa irama jantung seorang korban yang mengalami henti jantung.
2. Mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan defibrilasi ( shock)
3. Memberikan petunjuk pada operator ( dengan memperdengarkan suara atau dengan
indikator cahaya)

AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :


1. Tidak berespon
2. Tidak bernafas
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain

Elektroda adhesif ditempatkan pada dada korban dan disambungkan ke mesin AED, paddle
elektroda mempunyai 2 fungsi yaitu :
1. Menangkap sinyal listrik jantung dan mengirimkan sinyal tersebut ke komputer.
2. Memberikan shock melalui elektroda jika terdapat indikasi.

B. KARDIOVERSI
Kardioversi adalah pengobatan yang menggunakan aliran listrik dalam waktu singkat
secara sinkron.

Indikasi
1. Ventrikel Takikardi
2. Supra Ventrikel Takikardi
3. Atrial flutter
4. Atrial Fibrilasi

Alat yang dipergunakan


1. Defibrilator yang mempunyai modus sinkron
2. Jeli
3. Troli emergensi, terutama alat bantu napas
4. Obat-obat analgetik dan sedatif
5. Elektrode EKG

Energi
Enerji awal untuk SVT dan Atrial Flutter adalah 50 joule, apabila tidak berhasil enerji dapat
dinaikan menjadi 100 joule, 200 joule, 300 joule dan 360 joule.
Untuk VT monomorphic dan Atrial Fibrilasi, enerji awal adalah 100 jule dan dapat
dinaikan sampai 360 joule.
Sedangkan untuk VT polymorphic besarnya energi dan modus yang dipakai sama dengan
yang digunakan pada tindakan defibrilasi

Prosedur
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan tindakan deflbrilasi, hanya pada saat menekan
tombol discharge kedua tombol tersebut harus ditekan agak lama, karena modul yang
dipakai adalah modul sinkron dimana pada modul ini energi akan dikeluarkan (diberikan )
beberapa milidetik setelah defibrilator tersebut menangkap gelombang QRS. jika
deflbrilator tidak dapat menangkap gelombang QRS enerji tidak akan keluar. Pasien dengan
takikardi walaupun mungkin keadaannya tidak stabil akan tetapi kadang pasiennya masih
sadar, oleh sebab itu jika diperlukan tindakan kardioversi, maka pasien perlu diberikan obat
sedasi dengan atau tanpa analgetik.

You might also like