Professional Documents
Culture Documents
Quintin Hoare & Geoffrey Nowell Smith, ed. & trans., Selections
from the Prison Notebooks of Antonio Gramsci (New York:
International Publishers, 1987, 9th ed.)
1
jawabannya dari sudut pandang yang aktivisme sosial-
politisnya lewat Partai Komunis Italia, dari dalam gerakan
advokasi buruh di Italia serta pengalaman-pengalaman riilnya
sebagai orang dari kelas bawah dalam struktur masyarakat
Italia.
1
Bnd. Dwight B. Billings, “Religion as Opposition: A Gramscian Analysis” dalam The American
Journak of Sociology, Vol. 96, No. 1, (July 1990): 6.
2
Tesis Gramsci ini di kemudian hari dibantah oleh James Scott. Berdasarkan studinya atas perjuangan
kaum tani di Malaysia, ia menemukan bahwa bahkan di dalam hegemoni sekalipun penolakan dan
perlawanan tetap dilancarkan hanya dalam bentuk yang tersembunyi (hidden resistance). Penelitiannya
didokumentasikan di dalam bukunya Weapons of the Week dan Domination and the Arts of Resistance.
2
Gramsci melihat peranan penting yang dimainkan oleh the
intellectuals. Di sini Gramsci membagi 2 tipe intelektual.
Intelektual tipe pertama dinama-kannya intelektual tradisional
dan kasar (traditional and vulgarised type of intellectual).
Mereka terdiri atas orang-orang seperti sastrawan, filsuf, artis,
bahkan jurnalis. Mereka adalah para profesional, dalam mana
“their specific professional activity is weighted, whether
towards intellectual elaboration or towards muscular-nervous
effort” (9). Dalam suatu masyarakat mereka
menyembunyikan keterkaitannya dengan “various historical
class formations” (3). Intelektual tipe kedua adalah “the new
intellectual” yang terlibat secara aktif dalam “practical life, as
instructor, organiser, ‘permanent persuader’, and not just a
simple orator” (10). Gramsci memakai istilah “organic
intellectual” untuk menyebut kelompok intelektual ini.
Eksistensi mereka terkait erat dengan kelompok yang
berkuasa (the dominant social group). Tugas mereka adalah
menjadi deputi-deputi kelompok dominan “exercising the
subaltern functions of social hegemony and political
government” (12). Mereka bekerja untuk membuat
masyarakat memberikan persetujuannya kepada dominasi
kelompok dominan serta menerima sebagai sah kekuatan
memaksa dari aparatus negara.3
3
dicita-citakan. Terlepas dari semua yang sedang dikerjakan di
dalamnya waktu, Gramsci berpendapat bahwa pendidikan di
sana hanya berhasil semakin banyak mencetak “intelektual
tipe urban” – yakni kaum intelektual yang bersih dari aktivitas
politik serta pembaharuan masyarakat dan lebih “have grown
up with industry and are linked to its fortunes” (14). Kaum
intelektual ini adalah tenaga-tenaga profesional yang
disiapkan untuk sekedar melaksanakan kerja, “to articulate
the relationship between the entrepreneur and the
instrumental mass and to carry out the immediate execution
of the production plan decided by the industrial general staff,
controlling the elementary stages of work” (14).4 Dengan kata
lain, sekolah dan pendidikan di Italia pada masa itu lebih
diarahkan untuk menghasilkan personel-personel yang terlatih
untuk bekerja, bukan untuk menghasilkan pemimpin-
pemimpin yang membawa perubahan yang lebih adil untuk
masyarakat. Pendidikan tidak memberi ruang bagi siswa
untuk “acquire such skills and technical-political preparation”
(41). Proses ini diterima, disetujui dan didukung oleh massa
karena situasi historis kongkret Italia masa itu yang sedang
berada dalam tahap modernisasi besar-besaran. Situasi
historis semacam ini melahirkan bentuk pendidikan tersendiri
dan kebutuhan kelompok intelektual yang tertentu pula.
Namun bagi Gramsci, pendidikan macam ini gagal karena
pada akhirnya ia tidak bergerak melampaui “class divisions”
(41) yang mewarnai kehidupan masyarakat Italia di masa lalu.
4
yang berbeda ini dimaksudkan untuk “perpetuate a specific
traditional function, ruling or subordinate” (40). Pemisahan
antara sekolah vokasional (profesional) dan sekolah
tradisional dipahami Gramsci sebagai mengekalkan
perbedaan-perbedaan sosial yang telah terjadi sejak dari
masa lalu. Sekolah-sekolah vokasional adalah tempat di mana
kelas pekerja belajar menjadi pekerja yang terampil,
sementara sekolah-sekolah tradisional—meski di situ orang
tidak belajar bagaimana berkuasa atau memerintah—lebih
dimaksudkan untuk “the new generation of the ruling class”
(40).5
5
Lawan dari tipe sekolah semacam ini, Gramsci mengusulkan tipe sekolah formatif, yang “would take
the child up to the threshold of his choice of job, forming him during this time as a person capable of
thinking, studying, and ruling—or controlling those who rule” (40). Di bagian lain, ia berkata bahwa
tujuan sekolah-sekolah umum seharusnya adalah “to insert young men and women into social activity
after bringing them to a certain level of maturity, of capacity for intellectual and practical creativity,
and of autonomy of orientation and initiative” (29).
5
dilakukan maka barulah tahap studi selanjutnya bisa
dilakukan. Di sini teks-teks Marx dipelajari sambil mengingat
mana yang ditulis dan diterbitkan semasa Marx masih hidup
dan mana teks-teks yang dikumpulkan dan diterbitkan di
kemudian hari setelah ia tiada.
6
material-historisnya, bukan dalam kenyataan abstrak-
transendennya!