Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
umat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan
peserta didik yang diberi kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan
Terjemahannya :
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Imran:104)2
Begitu pula dalam undang-undang republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 bab II
Pemisahan dan pengotakan antara agama dan sains jelas akan menimbulkan
kepincangan dalam proses pendidikan, agama jika tanpa dukungan sains akan menjadi
tidak mengakar pada realitas dan penalaran, sedangkan sains yang tidak dilandasi oleh
asas-asas agama dan akhlaq atau etika yang baik akan berkembang menjadi liar dan
menimbulkan dampak yang merusak. Murtadha Mutahhari seorang ulama, filosof dan
ilmuwan Islam menjelaskan bahwa iman dan sains merupakan karakteristik khas insani,
wujud-wujud suci dan tidak dapat hidup tanpa menyucikan dan memuja sesuatu. Ini
adalah kecenderungan iman yang merupakan fitrah manusia. Tetapi di lain pihak
manusia pun memiliki kecenderungan untuk selalu ingin mengetahui dan memahami
semesta alam, serta memiliki kemampuan untuk memandang masa lalu, sekarang dan
2
Departemen Agama. Op.Cit
3
Undang-undang republic Indonesia No. 20 tahun 2003 bab II pasal 3 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2005. Jakarta. PT Armas Duta Jaya
2
masa mendatang (yang merupakan ciri khas sains). Dari penjelasan diatas telah nampak
dengan jelas pentingya ilmu pengetahuan kapanpun dan dimanapun dan hal ini juga
tidak akan tercapai tanpa kemampuan pemahaman yang baik. Dalam hal kemampuan
pemahaman, erat kaitannya dengan kemampuan otak dan keadaan jiwa seseorang saat
itu.
Di MI DDI Ujung Lare nampak sebagian besar murid sulit untuk menerima materi
pelajaran yang dijelaskan guru meski telah menggunakan berbagai metode dan variasi
hal ini ditunjukkan pada nilai hasil akhir semester dan pengalaman guru selama proses
belajar mengajar berlangsung. Tentu hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja karena
akan membuat murid jenuh dan akhirnya putus asa hingga acuh tak acuh dalam belajar
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka Skripsi ini akan menguraikan
masalah tersebut hingga pada tahap proses mencegah dan memperbaiki atau
Dengan shalat tentu kita akan mengingat allah dengan demikian hati menjadi tenteram
3
B. Rumusan masalah
Dalam pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi masalah pokok
1. Apa yang menyebabkan murid MI DDI Ujung Lare Parepare sering mengalami
C. Hipotesis
Dari rumusan masalah diatas, maka dapat disusun suatu hipotesis sebagai jawaban
1. Diduga penyebab mudrid MI DDI Ujung Lare sering mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang dijelaskan oelh guru antara lain; jiwa anak terganggu oleh
keadaan anak di rumahnya yang banyak menonton film-film kartun sehingga ketika
2. Hal lain yang menyebabkan murid MI DDI Ujung Lare mengalami kesulitan
memahami materi pelajaran karena mereka diberikan pelajaran dalam jumlah yang
dalam menerima materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat adanya kecenderungan
4
Shalat memang membawa setiap pelakunya merasakan tenang apabila dilakukan
secara khusyuk berdasarkan ungkapan Al-kisah diatas maka shalat ternyata membawa
D. Tujuan penelitian
waktu.
E. Manfaat penelitian
pemecahan masalah bagi konteks yang lebih luas adalah sebgai berikut :
5
Dalam rancangan penelitian skripsi ini, penulis akan memaparkan pendahuluan
yang akan diuraikan latar belakang masalah yang menjadi acuan mengapa diadakan
penelitian ini, kemudian untuk membatasi masalah yang akan diteliti maka akan
dirumuskan masalah pokok yang akan dibahas, kemudian diberikan hipotesis sebagai
jawaban sementara yang disinkronikan dengan latar belakang masalah dan rumusan
masa, lalu kemudian akan diuraikan pengertian judul agar supaya ada kesamaan
persepsi untuk para pembaca, kemudian setelah itu dijelaskan tujuan dan manfaat dari
penelitian yang menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan untuk
Pada Bab kedua, penulis akan memaparkan tinjauan dari pustaka yang peneliti
gunakan untuk melogiskan hasil penelitian ini dan menjadi ukuran tingkat kredibilitas
hasil penelitian ini kepada pembaca yang berisi antara lain pengertian dan fungsi ibadah
shalat, pengaruh shalat terhadap tubuh dan jiwa, pentingnya otak, konsep kemampuan
Kemudian pada Bab ketiga, akan dibahas mengenai metode penelitian yang
diuraikan didalamnya tentang pendekatan dan Jenis penelitian, sumber data, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik analisis data untuk mengakuratkan validitas hasil
penelitian yang merujuk pada bidang studi khusus yang telah dipelajari di bangku
perkuliahan.
Selanjutnya pada Bab ke empat akan dibahas tentang analisis dan pembahasan hasil
penelitian, pada bagian ini di uraikanlah jawaban dari rumusan masalah yang diajukan
dengan menggunakan metode dan tekhnik analisis yang telah ditentukan dan
memproses data yang telah diperoleh dengan benar agar dicapai hasil yang akurat dan
terpercaya.
6
Pada Bab lima penutup, peneliti mengemukakan kesimpulan dan saran atas refleksi
dari penelitian ini untuk seluruh pembaca terutama untuk subjek dan peneliti sendiri dan
Pada bagian akhir penulis menyediakan lampiran yang berisi tentang alat yang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIN PUSTAKA
Agama islam memiliki satu ritual wajib yang dilakukan lima kali sehari, yaitu
shalat. Dalam sehari, ada lima waktu shalat yaitu saat subuh, dhuhur, ashar, maghrib
dan isya. Shalat juga merupakan rukun islam artinya sesuatu yang wajib dilakukan bila
manusia sudah memeluk agama ini. Rukun islam ada lima yaitu syahadat, shalat, zakat,
Ada juga shalat yang sifatnya tidak wajib, yaitu shalat sunnah. Ada banyak ragam
shalat sunnah yang ada dalam islam. Namun karena sifatnya sunnah, maka shalat ini
bila dilakukan secara khusyuk disertai dengan niat hanya mengharapkan keridhaan
allah, maka nilainya sungguh luhur. Saking hebatnya ibadah shalat, sehingga dikatakan
Shalat adalah bentuk komunikasi dengan sang maha terkasih allah, pencerahan,
rekreasi jiwa yang tidak bisa ditandingi kenikmatannya dengan cara apapun di alam
semesta. Masalahnya, kemana pikiran harus kita arahkan saat kita melakukan ibadah
shalat? Bila kita yakin bahwa shalat adalah meditasi tertinggi (meditasi transendental),
maka seyogyanya kita pahami bagaimana menciptakan titik pikiran secara tepat
8
b. Fungsi ibadah Shalat
Ibadah shalat memiliki dimensi individual dan sosial. Dimensi individual adalah
bagaimana shalat itu dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan tuhan. Sementara
dimensi sosial shalat adalah bagaimana shalat membawa dampak positif bagi
lingkungan sosial masyarakat dimana individu yang melakukan shalat itu berada.
keberadaan tuhan itu dekat yang melampaui batasan ruang dan waktu sehingga
kemanapun manusia berada maka dia selalu hadir, mengawasi, menjadi teman paling
setia, dan menjadi kekasih yang tidak pernah absen sedikit pun untuk berbagi suka dan
duka sekaligus sebagai wujud ketundukan manusia pada dzat yang serba maha dan
infinitum ini.
Kesadaran hakikat shalat ini akan memiliki pengaruh kuat dalam mencegah
manusia dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Sebagaimana dijelaskan
dalam ayat 45 surat al-‘ankabut “sesungguhnya shalat itu mencegah (manusia) dari
perbuatan yang keji dan mungkar.” Ini sudah masuk dimensi sosial shalat.
6
Departemen agama. Loc.cit
9
2. Pengaruh Shalat Terhadap Tubuh dan Jiwa
Ketengan jiwa adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam perjalanan
bersosialisasi bahkan terhadap sudut pandang dan kesehatan, bahkan akan menentukan
dengan “Pengaruh ketenangan jiwa pada kesehatan jiwa dan fisik manusia dan pengaruh
Sementara itu, Dr. Harry Emerson mengatakan bahwa, “Pilar terpenting yang
menjadi inti kehidupan yang sehat yang terbebas dari penyakit fisik dan jiwa adalah
Ketenangan jiwa”.9
7
Dr.Y.Leibman,2002 . Ketenangan Jiwa ;
8
Raymond breil,2002.
9
ibid
10
Dr. Herbert Stock, direktur Laboratorium Uji Kendali Mobil Amerika Serikat,
menyimpulkan bahwa :
“Mayoritas kecelakaan mobil yang menimpa sekitar dua juta orang , baik yang
luka maupun yang tewas, dan menghancurkan lebih dari satu juta mobil di
Amerika dalam satu tahun, diakibatkan oleh ketegangan (kekacauan) yang
menimpa jiwa para pengemudi, atau karena pengaruh ketakutan, kesusahan,
dan amarah para pengemudi. Hal yang paling diperlukan untuk menghindari
kecelakaan tersebut adalah Ketenagan Jiwa”.10
Terjemahannya :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah merekapun mendapat ketenteraman dengan rahmat Allah. Oleh karena
itu, kita tidak pernah mendengar para sahabat Rasul dan Tabi’in, bahwa mereka
Kehidupan mereka yang dipenuhi dengan nikmat, sehat, tenteram, dan mudah
yaitu dengan berserah kepada Allah, adalah bukti bahwa keimanan mereka bukan hanya
kata-kata, tetapi iman yang menancap di hati dan dilaksanakan oleh anggota badan.
3. Pentingnya Otak
10
ibid
11
Departemen Agama. Loc cit.
11
a. Fakta otak
Otak manusia adalah suatu organ yang beratnya sekitar 1,5 kg atau sekitar 2% dari
dioperasikan dengan bahan bakar glukosa dan oksigen. Saat bayi dilahirkan, otaknya
telah berukuran ¼ dari ukuran otak orang dewasa. Otak menyerap sekitar 20% suplai
Semua manusia sejak lahir telah memiliki 100.000.000.000 (seratus miliar) sel
otak aktif dan didukung 900.000.000.000 (Sembilan ratus miliar) sel pendukung
lainnya. Jadi, total ada 1 triliun sel otak. Bandingkan dengan lebah yang hanya memiliki
7 ribu sel otak, lalat buah 100 ribu, tikus 5 juta, dan monyet 10 miliar.
Dengan jumlah sel otak yang hanya berjumlah 7.000, lebah dapat mencari madu,
pulang kesarangnya, dan memberi tahu teman-temannya lokasi madu tersebut. Lebah
dapat terbang kesana kemari tanpa perlu membaca peta dan mereka tidak pernah
tersesat. Selain itu, lebah juga membentuk suatu koloni dan ada pembagian tugas
diantara mereka. Ada lebah pekerja, ada lebah yang bertugas merawat ratu lebah dan
anak-anak lebah, dan ada lebah tentara yang bertugas melindungi sarang lebah dari
serangan makhluk asing. Hanya 7000 sel optak, lebah sudah sedemikian hebatnya.
Berbeda dengan lebah, manusia diberi otak yang sedemikian luar biasa
memiliki jumlah sel otak yang sangat banyak, ini bukanlah jaminan seseorang dapat
seberapa banyak koneksi sel otak memiliki kemungkinan koneksi dari 1 hingga 20.000
koneksi. Jadi, bias dibayangkan betapa besar potensi yang dimiliki manusia.
12
Koneksi antar sel otak akan terjadi bila kita menggunakan dan melatihnya, maka
akan semakin banyak terjadi koneksi. Koneksi hanya terjadi bila kita dapat menciptakan
b. Gelombang otak
jawabannya terletak pada empat level gelombang otak kita. Melalui serangkaian
eksperimen dan alat ukur yang bernama EEG (Electro EncephaloGram), mereka
menemukan ternyata terdapat empat level getaran dalam otak kita. Mari kita simak
(electro encepalograph) kita mengenal ada empat jenis gelombang otak, yaitu beta, alfa,
Pengukuran gelombang otak ini didasarkan pada getaran yang ditimbulkan oleh
otak kita dalam satu detik. Kita mungkin bias berada dalam dua gelombang yang
berbeda dalam satu waktu. Masing-masing gelombang ini menjelaskan suatu kondisi
1) Gelombang Beta
Beta (14 – 100 Hz). Dalam frekuensi ini kita tengah berada pada kondisi aktif
terjaga, sadar penuh dan didominasi oleh logika. Inilah kondisi normal yang kita
alami sehari-hari ketika sedang terjaga (tidak tidur). Kita berada pada frekuensi
ini ketika kita bekerja, berkonsentrasi, berbicara, berpikir tentang masalah yang
kita hadapi, dll. Dalam frekuensi ini kerja otak cenderung memantik munculnya
12
Adi.G.W, 2003. Born to be a genius : Otak Manusia, Mengenal Lebih Dekat Neck Top
Computer Anda. 2003. Gramedia Pustaka Utama .Jakarta.
13
rasa cemas, khawatir, stress, dan marah. Gambar gelombang otak kita dalam
2) Gelombang Alfa
Alpha (8 – 13.9 Hz). Ketika otak kita berada dalam getaran frekuensi ini, kita
akan berada pada posisi khusyu’, relaks, meditatif, nyaman dan ikhlas. Dalam
frekuensi ini kerja otak mampu menyebabkan kita merasa nyaman, tenang, dan
bahagia.
Kondisi alfa adalah kondisi yang paling baik untuk belajar. Ada beberapa cara
untuk bias masuk kedalam kondisi ini dan kita dapat melakukannya secara
a) Meditasi
b) Teknik pernapasan
c) Relaksasi
d) Visualisasi
e) Mendengarkan music
f) Shalat
dipercepat), pembelajaran bahasa asing secara cepat dan mudah, dan membaca
14
dengan kecepatan 68.000 kata permenit (buku setebal 300 halaman habis
3) Gelombang theta
Theta (4 – 7.9 Hz). Dalam frekuensi yang rendah ini, seseorang akan berada
“mampu mendengar” nurani bawah sadar. Inilah kondisi yang mungkin diraih
oleh para ulama dan biksu ketika mereka melantunkan doa ditengah keheningan
malam pada Sang Ilahi. Berikut gambar gelombang otak kita ketika berada
4) Gelombang Delta
Delta (0,1 – 3,9 Hz). Frekuensi terendah ini terdeteksi ketika orang tengah
tertidur pulas tanpa mimpi. Dalam frekuensi ini otak memproduksi human
growth hormone yang baik bagi kesehatan kita. Bila seseorang tidur dalam
15
keadaan delta yang stabil, kualitas tidurnya sangat tinggi. Meski tertidur hanya
dalam pikiran kita akan berlangsung dengan optimal jika otak kita tengah berada pada
kondisi Alpha (atau juga kondisi Theta). Dalam frekuensi inilah, kita bisa
menginjeksikan energi positif dalam setiap jejak sel saraf kita secara mulus. Apabila
kita merajut keyakinan positif dan visualisasi keberhasilan dalam kondisi alpha, maka
rajutan itu benar-benar akan menembus alam bawah sadar kita. Pada gilirannya, hal ini
akan memberikan pengaruh yang amat dahsyat pada pola perilaku kita ketika berproses
kondisi alpha?
Bagi Anda yang muslim, ada satu langkah yang mujarab : sholat tahajud di
tengah keheningan malam (Jika Anda beragama Kristen, mungkin medianya adalah
ketika bersujud dihadapan Sang Ilahi, selalu ada perasaan keheningan yang
ini muncul karena saat itu kondisi otak kita sedang berada pada gelombang alpha. Dan
percayalah, dalam momen itu, kita dengan mudah bisa memasukkan energi positif dan
spirit keyakinan dalam segenap pikiran kita. Dalam momen inilah, dalam hamparan
16
kepasrahan total pada Sang Pencipta dan rasa syukur yang terus mengalir, kita bisa
merajut butir-butir keyakinan positif itu dalam segenap raga kita. Dalam segenap jiwa
Otak ktia tidak dapat dipaksa untuk melakukan focus dalam jangka waktu yang
lama. Untuk mudahnya, kita bisa menggunakan patokan usia. Usia kita anggap menit
dengan maksimal 30 menit. Contohnya, untuk anak berusia 5 tahun, rentang waktu
focus optimal yang bias dilakukannya hanya 5 menit. Untuk orang dewasa yang berusia
24 tahun, focus optimalnya adalah 24 menit. Bila ia berusia 35 tahun atau 60 tahun,
maka focus optimalnya hanyalah 30 menit. Jadi, 30 menit adalah rentang waktu focus
Idealnya waktu 30 menit ini dibagi menjad 3 bagian. Yang pertama adalah masa
persiapan. Gunakan waktu selama 5 menit untuk melakukan relaksasi dan menetapkan
apa tujuan anda belajar, serta hasil apa yang ingin dicapai. Setelah itu gunakan 20 menit
untuk belajar. Sedangkan 5 menit yang tersisa digunakan untuk refleksi atas apa saja
Otak kita belajar dengan menggunakan urutan prioritas. Urutan prioritas ini akan
seberapa kuat informasi itu akan tertanam di dalam ingatan kita. Perhatikan bagan
dibawah ini.
UNTUK KESELAMATAN
HIDUP
MEMBANGKITKAN
17
EMOSI
BELAJAR HAL YANG
BARU
Gambar 2 : bagan tingkat efektivitas otak dalam belajar
Sumber : Adi W. Gunawan. Born To Be A Genius (2003)
Perhatian dan konsentrasi maksimal akan diberikan oleh otak terhadap informasi
keselamatan hidup, maka semakin tinggi perhatian dan semakin kuat konsentrasi yang
diberikan untuk informasi itu. Dengan demikian akan semakin kuat daya serap dan
Prioritas kedua adalah apabila informasi itu membangkitkan emosi, baik emosi
sedih maupun emosi gembira. Dalam proses belajar tentu saja kita akan lebih
memprioritaskan emosi-emosi yang positif. Semakin kuat semakin kuat informasi itu
membangkitkan emosi kita, maka akan semakin kuat pula perhatian dan konsentrasi
biasa. Informasi ini mendapat perhatian dan konsentrasi yang paling sedikit.
Dalam proses belajar tentu sangat sulit untuk membuat situasi dimaan informasi
yang kita pelajari seakan-akan sangat menentukan keselamatan hidup kita. Karena
inisulit terjadi, maka cara paling efektif adalah dengan menggunakan metode kedua,
yaitu informasi tersebut membangkitkan emosi. Ada beberapa cara untuk mengaitkan
suasana belajar yang kondusif, menetapkan tujuan belajar, dan hadiah yang akan
didapat bila tujuan itu tercapai, atau dengan mencari alasan emosional mengapa
18
4. Konsep Kemampuan Pemahaman Anak
yakni Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Afektif ialah yang berkaitan dengan sikap,
moral, etika, akhlak, manajemen emosi, dll. Kognitif ialah yang berkaitan dengan aspek
pemikiran, transfer ilmu, logika, analisis, dll. Sedangkan Psikomotorik adalah yang
berkaitan dengan praktek atau aplikasi apa yang sudah diperolehnya melalui jalur
kognitif
keterangan tentang sesuatu. Dapat juga diartikan sebagi kemampuan untuk memahami
tentang sesuatu sehingga muncul konsep-konsep. Macam konsep yang dimiliki anak-
Sampai usia 6 tahun anak memahami segala sesuatu yang bergerak memiliki
kesadaran atau hidup dan boneka hewan atau manusia adalah hidup. Mati adalah
pergi jauh.
Sampai usia 5 tahun anak masih salah tentang letak jantung atau hati. Demikian
Pemahaman tentang sebab yang sifatnya fisik lebih dapat dipahami daripada
Anak masih belum dapat memahami tentang 3 jam lagi, lusa, kapan, kemarin
dulu.
19
5. Konsep tentang jarak
puluhan belum.
Konsep tentang uang dikaitkan dengan kasih sayang, perhatian dari orang lain,
9. Konsep diri
Menggambarkan dirinya cantik dan disenangi orang dari penilaian orang lain
terhadap dirinya.
Wanita harus sopan dan empati (menghibur dan laki-laki harus kuat atau suka
menolong.
5. Definisi kecerdasan
Setiap suku bangsa di dunia ini mempunyai criteria tertentu untuk menentukan
definisi kecerdasan. Criteria ini akan berbeda antara satu suku bangsa dengan suku
bangsa lainnya.
Bangsa yunani kuno sangat menghrgai orang cerdas yang mempunyai fisik kuat,
pemikiran yang rasional, dan menunjukkan perilaku yang baik dan bermoral.
20
Bangsa romawi pada sisi lain sangat menghargai keberanian. Bangsa cina,
dibawah pengaruh filsuf Confucius, sangat menghargai orang yang mahir dibidang
puisi, music, kaligrafi, ilmu perang, dan melukis. Sedangkan pada orang-orang keres,
dari suku Indian pueblo, sangat menghargai orang yang peduli dengan orang lain.
Bila seorang ahli bedah saraf terkemuka yang tinggal di newyork, amerika,
dibawa kebelantara gurun Australia dan tinggal bersama suku aborigin, lalu dokter ini
diminta untuk mengamati suatu hamparan dataran, apakah yang ia lihat? Mungkin saja
dokter ini hanya melihat hamparan dataran yang gersang ditumbuhi semak belukar dan
kontur dataran yang naik turun. Itu saja. Tetapi, suku aborigin ini hanya sekali pandang
saja akan tahu jenis tanaman yang ada, mana yang bisa dimakan dan mana yang
beracun, dimana bisa mendapatkan air minum, jenis hewan apa saja yang dapat
dimakan dan yang berbahaya. Suku aborigin juga akan tahu, berdasarkan jejak yang
terdapat ditanah, hewan apa saja yang baru lewat dan kemana hewan itu lari atau
Sekarang, bila kita balik keadaannya. Orang aborigin ini dibawa ke newyork
Dari contoh diatas sebenarnya sulit untuk mengatakan siapa yang lebih cerdas.
Ini semua tergantung pada situasi, kondisi, tradisi, dan kebudayaan setempat.
Pada tahun 1921, empat belas ahli ilmu jiwa ditanyai oleh editor “journal of
namun ada dua tema pokok yang sama dalam jawaban mereka.
21
1) Kapasitas untuk belajar dari pengalaaman
Dua ddfinisi di atas merupakan hal yang sangat penting. Kapasitas untuk belajar
dari pengalaman berarti orang yang cerdasa juga dapat melakukan kesalahan. Malah
orang yang cerdas sesungguhnya bukanlah orang yang tidak pernah membuat
kesalahan. Orang yang cerdas adalah orang yang membuat kesalahan, belajar dari
tidak tidaklah semata-mata bergantung pada nilai atau hasil suatu tes atau ujian
disekolah. Di sini menjadi cerdas meliputi kemampuan anda untuk menangani suatu
pekerjaan, bagaimana berhubungan dengan orang lain, dan bagaimana anda mengatur
hidup anda dengan orang lain, dan bagaimana anda mengatur hidup anda secara umum.
Enam puluh lima tahun kemudian atau pada tahun 1986, dua puluh empat pakar
yang berbeda diminta pandangannya mengenai arti kecerdasan. Sekali lagi, walaupun
mempunyai jawaban yang bervariasi, mereka setuju bahwa cerdas berarti dapat belajar
c. Kecerdasan spiritual
Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata kecerdasan dan
spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu sempurna perkembangan akal budi
untuk berfikir dan mengerti.13 Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit yang berasal
13
Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1993) cet. Ke-2, h. 186.
22
dari bahasa latin yaitu spritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada
energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.14 Dalam kamus psikologi
spirit adalah suatu zat atau makhluk immaterial, biasanya bersifat ketuhanan menurut
aslinya, yang diberi sifat dari banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga,
semangat, vitalitas energi disposisi, moral atau motivasi.15 Dengan demikian dapat
dimaknai bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang
sempurna dari perkembangan akal budi untuk memikirkan hal-hal diluar alam materi
yang bersifat ketuhanan yang memancarkan energi batin untuk memotivasi lahirnya
Danah Zohar dan Ian Marshal mengatakan bahwa: “Kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi perilaku atau hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa hidup seseorang lebih bermakna bila
manusia”.16
kecerdasan yang paling tinggi, bahkan kecerdasan inilah yang dipandang berperan
memfungsikan dari kecerdasan IQ dan EQ. Sebelum kecerdasan ini ditemukan, para
ahli sangat bangga dengan temuan tentang adanya IQ danEQ, sehingga muncullah suatu
tidaklah demikian.
14
Toni Buzan, Kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual,
terjemahan Ana Budi Kuswandani, (Indonesia : PT Pustaka Delapratosa, 2003) cet. Ke-1, h. 6.
15
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pers, 1989) cet. Ke-1, h. 480.
16
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spritual ESQ,
(Jakarta : Agra, 2001) cet. Ke-1, h. 57.
23
Rodolf Otto, sebagaimana dikutip oleh Sayyed mendefinisikan spiritual sebagai
“pengalaman yang suci”. Pemaknaan ini kemudian diintroduksi oleh seluruh pemikir
diskursifnya, at home atau in side, melainkan terefleksikan dalam perilaku sosialnya. Ini
sekaligus menunjukkan klaim bahwa segala perilaku sosial manusia niscaya juga
adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah pada setiap perilaku dan kegiatan
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya
(hanif), dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena
Allah.18 Dengan demikian berarti orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang
keperluan itu perlulah kiranya Allah mengutus seorang Rasul yaitu Muhammad SAW,
17
Ibid. h. 8
18
Ary Ginanjar Agustian, op. cit. h. 57.
24
Terjemahannya: Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta
huruf dari kalangan mereka sendiri yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (sunnah),
meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.19
Spiritual dalam Islam identik dengan kecerdasan ruhaniah yang pada dasarnya
tahap pencerdasan ruh ini dapat kita mulai sejak pra kehamilan, kemudian kita teruskan
pada saat kehamilan, dan dapat terus kita bangun sejak balita hingga dewasa.
Dalam memahami spiritual ini, sains pun tidak bisa berdiri sendiri. Sains tetap
membutuhkan instrumen-instrumen, lantaran “lain dari yang kelihatan” atau yang luar
biasa. Ada dua instrumen yang lazim digunakan dalam dunia spiritual ini yang satu
bersifat kolektif dan lainnya bersifat privasi. Yang bersifat kolektif itu bagi suku,
masyarakat, peradaban, atau tradisi adalah instrumen wahyu yang ada dalam teks suci,
sedangkan bagi masyarakat yang tidak kenal baca tulis (primitif), instrumen yang
digunakan adalah mitos yang termuat dalam legenda-legenda mereka. Jika seseorang
dibesarkan dalam tradisi tulis baca yang mengajarkan gambaran antropomorfis Tuhan
yang berasal dari teks-teks suci, ia niscaya menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang
muncul dari pemahaman alam bawah sadarnya tentang teladan-teladan spiritual. Ini
terjadi karena pada akhirnyapetualangan manusia, ternyata roh (dimensi Ilahiyah yang
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Edisi Khat Madinah, (Bandung :
Syamil Cipta Media, 2005), h. 553.
25
terdapat dalam dirimanusia) dan yang tidak terbatas (dimensi Ilahi yang yang terdapat
Manusia itu adalah “serpihan” Ilahi sebenarnya. Artinya semakin disadari dan
dihayati hakikat diri, semakin tahu dan kenal akan Tuhan. Menghadirkan Tuhan ke
dalam setiap diri memang sangat tidak rasional menurut pandangan ilmiah, tetapi hal itu
harus didorong oleh keyakinan yang dalam bahwa seluruh aktifitas adalah gerakan
kekuatan yang ditransfer-Nya (dari kekuatan absolut). Setiap manusia yang memiliki
dibekali dengan pengalaman suci dan fitrah beragama semenjak ia dari kandungan
ibunya. Maka makna hidup manusia dengan demikian terletak pada tingkat spiritualitas
yang dimilikinya. Ada sebagian manusia berpendapat bahwa yang dicapai dalam proses
pembinaan spiritualitas tersebut itulah Tuhan yang sebenarnya. Bahkan sebagai tenaga
peggerak untuk membentangkan celah dari masa lalu ke masa depan, merupakan bagian
dari proses yang berlangsung selama milyaran tahun dan masih berlangsung hingga
sekarang yang dengan itu alam semesta terus membentuk debu-bintang menjadi
benar-benar terjadi, itu akan mewakili kemenangan heroik atas determinisme, bukan
atas alam, melainkan akan batasan-batasan pikiran sendiri yang mencegah untuk bekerja
20
Sayyed Hossein Nasr, op. cit., h. 10.
26
Roberts A. Emmons sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, ada 5 ciri
spiritual, ia mencapai kesadaran kosmis yang menggabungkan dia dengan seluruh alam
semesta.
e) Kemampuan untuk berbuat baik, yaitu memiliki rasa kasih yang tinggi pada
Menurut Marsha Sinetar (2000), pribadi yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
mempunyai kesadaran diri yang mendalam, intuisi dan kekuatan “keakuan” atau
“estetis”.22 Dari dua pendapat tersebut diatas, penulis menyimpulkan bahwa anak yang
21
www. muthahhari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm (tidak diterbitkan)
22
Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta : Pustaka Populer
Obor, 2003) cet. Ke-1. h. 46.
27
cerdas secara spiritual akan terlihat dalam beberapa ciri-ciri yang dimiliki oleh anak
Menurut Stephen R. Covey seperti yang dikutip oleh Toto Tasmara dalam
imajinasi kreatif dan merupakan motivasi utama dari tindakan manusia. Visi adalah
kemampuan utama untuk melihat realitas yang kita alami saat ini untuk menciptakan
Visi adalah komitmen (keterikatan, akad) yang dituangkan dalam konsep jangka
panjang, yang akan menuntun dan mengarahkan kemana ia harus pergi, keahlian apa
yang kita butuhkan untuk sampai ketujuan, dan bekal apa yang dibutuhkan untuk
Seseorang yang cerdas secara spiritual akan memiliki tujuan hidup berdasarkan
alasan-alasan yang jelas dan bisa dipertanggung jawabkan baik secara moral maupun
dihadapan Allah SWT nantinya. Dengan demikian hidup manusia sebenarnya bukan
sekedar memenuhi kebutuhan jasmani saja seperti; makan, minum, tidur, berkasih
sayang dan sebagainya, tetapi lebih jauh dari itu, manusia juga memerlukan kebutuhan
rohani seperti mendekatkan diri kepada Allah dengan cara beribadah yang tujuan
Orang yang memiliki tujuan hidup secara jelas akan memperoleh manfaat yang
banyak dari apa yang telah dicita-citakannya, diantara manfaat tujuan hidup adalah:
23
Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniyah Transcendental Intelegensi, (Depok : Gema Insani
Pers, 2003) cet. Ke-3, h. 10
28
3) Menjelaskan hal-hal yang benar-benar penting untuk dilakukan.
melaksanakan aktivitas yang menjadi tujuannya, maka ia juga akan memperoleh hasil
yang tidak memuaskan. Demikian pula sebaliknya, orang yang selalu optimis dalam
kehidupan, maka keberhasilan juga akan selalu dekat dengannya. Firman Allah dalam
Prinsip adalah suatu kesadaran fitrah yang berpegang teguh kepada pencipta yang
abadi yaitu prinsip yang Esa. Kekuatan prinsip akan menentukan setiap tindakan yang
akan dilakukan dalam mencapai tujuan yang diinginkan, jalan mana yang akan dipilih,
apakah jalan yang benar atau jalan yang salah. Semuanya tergantung kepada
24
Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 481.
29
keteguhannya dalam memegang prinsip yang telah ditatapkannya. Seperti firman Allah
Terjemahannya : Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaannya, (8) sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, (9) dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (10)25
Berdasarkan firman Allah di atas, manusia telah diberi potensi yang mengarah
kepada kebaikan oleh Allah, tinggal bagaimana seseorang menjadikan potensi tersebut
sebagai bekal untuk senantiasa berpegang kepada prinsip yang benar yaitu sesuai
Orang yang cerdas secara spiritual adalah orang yang menyadarkan prinsipnya
hanya kepada Allah semata, dan ia tidak ragu-ragu terhadap apa yang telah diyakininya
bahwa dalam setiap aktivitas yang mereka lakukan tidak satupun yang luput dari
pantauan Allah SWT. Dengan kesadaran itu pula, akan lahir nilai-nilai moral yang baik
karena seluruh tindakan atau perbuatannya berdasarkan panggilan jiwanya yang suci,
Perasaan selalu merasakan kehadiran Allah dalam jiwa kita, tentu saja tidak datang
begitu saja, tanpa proses terlebih dahulu, tatapi melalui pembersihan jiwa dengan
27
Ibid, h. 75.
31
Insan yang memiliki kecerdasan spiritual akan selalu termotivasi untuk
menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan akan
menjauhi segala kemungkaran dan sifat yang merusak kepada kepribadiannya sebagai
manusia yang beragama. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Taubah, 9 : 71.
Terjemahannya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang
ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta’at kepada
Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.28
7) Berjiwa Besar
Manusia yang memiliki kecerdasan ruhiyah atau spiritual, akan sportif dan
mudah mengoreksi diri dan mengakui kesalahannya. Manusia seperti ini sangat mudah
memaafkan dan meminta maaf bila ia bersalah, bahkan ia akan menjadi karakter yang
berkepribadian yang lebih mendahulukan kepentingan umum dari dirinya sendiri. Allah
32
Terjemahannya: (yaitu) orang-orang yang menafkankan hartanya), baik diwaktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya
dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.29
8) Memiliki Empati
Manusia yang memiliki kegemilangan spiritual, adalah orang yang peka dan
memiliki perasaan yang halus, suka membantu meringankan beban orang lain, mudah
Kecerdasan klasik yang masih permanen sampai hari ini adalah pemisahan antara
SQ, IQ dan EQ, padahal ketiganya saling mempengaruhi. Dari literatur yang penulis
baca salah satu diantaranya adalah ESQ karangan Ary Ginanjar dalam tulisannya
menggambarkan bahwa hubungan IQ, EQ dan SQ bagaikan segitiga sama kaki, dimana
ketiga sudutnya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Untuk lebih jelasnya penulis
29
Ibid, h. 67.
33
Gambar 3 : Ilustrasi Pengaruh SQ terhadap IQ dan EQ
yang dimiliki oleh Sang Pemilik Kecerdasan Ruh akan terpancar pada wajahnya berupa
membahagiakan orang lain, pada gerakannya berupa kebajikan, pada amalnya berupa
keshalihan, dan pada budi pekertinya berupa akhlaq yang mulia. Dari kutipan di atas
dapat disimpulkan bahwa fungsi SQ adalah mengoptimalkan fungsi IQ dan EQ, bila SQ
tidak ada maka IQ dan EQ juga tidak akan berfungsi secara efektif. Dengan demikian
jelaslah bahwa dalam kehidupan manusia SQ-lah yang mutlak harus dimiliki. Hal ini
adalah sebagai bantahan terhadap pendapat para tokoh yang mengatakan bahwa IQ dan
EQ saja yang memberi makna hidup dan mengarahkan aktifitas manusia. IQ dan EQ
ternyata tidak mampu mencapai kehidupan yang tenang dan abadi, karena setelah
30
Ary Ginanjar, op. cit., xliv.
34
keduanya dimiliki masih terasa kegelisahan jiwa. Fungsi dan peran yang paling
dominan dalam setiap kehidupan adalah kombinasi antara kecerdasan IQ, EQ dan SQ.
Berdasarkan atas cerdas dan tidaknya ketiga piranti kecerdasan tersebut, terdapat
beberapa kemungkinan pada diri seseorang. Pertama, dia cerdas otaknya, tapi tidak
memiliki kecerdasan hati maupun kecerdasan ruh yang tinggi. Kedua, dia cerdas
otaknya maupun hatinya, tapi tidak memiliki kecerdasan ruh yang tinggi.
Ketiga, dia cerdas keseluruhannya baik otak, hati, maupun ruhnya. Keempat, dia
Orang yang cerdas otak tapi ‘jeblok’ hati dan ruhnya akan terganggu pergaulan
sosialnya dan ketenangan batinnya. Orang tersebut sangat mungkin untuk gagal dalam
karirnya sekaligus gelisah hidupnya. Orang yang cerdas otak dan hatinya akan dapat
Orang tersebut dapat berhasil dalam karirnya tetapi merasakan kekosongan dalam
jiwanya. Orang yang cerdas keseluruhannya akan mampu menjaga interaksi sosialnya
serta mampu memelihara ketenangan batinnya. Orang tersebut akan berhasil dalam karir
serta kehidupannya. Dengan demikian pada akhirnya akan terdapat tiga kondisi
kecerdasan yaitu; hanya cerdas otaknya saja, cerdas otak dan hatinya, serta cerdas
keseluruhannya. Yang demikian itu menjadikan hubungan antara ketiganya (IQ, EQ,
Keluarga merupakan institusi pendidikan utama dan pertama bagi anak. Karena
anak untuk pertama kalinya mengenal pendidikan didalam lingkungan keluarga sebelum
31
Dedhi Suharto, Ak. Qur’anic Quotient, (Jakarta:Yayasan Ukhuwah, 2003), cet ke-1, h. 53
35
mengenal masyarakat yang lebih luas. Disamping itu keluarga dikatakan sebagai peletak
pondasi untuk pendidikan selanjutnya. Pendidikan yang diterima anak dalam keluarga
inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya disekolah. Orang tua sebagai pendidik utama dan utama bagi anak
tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih
berfungsi sebagai:
4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat
yang baik,
5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat,
7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang
36
10) Sumber persahabatan atau teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkankan teman diluar rumah, atau apabila persahabatan diluar rumah tidak
memungkinkan.32
anggota keluarga.
f) Fungsi rekreatif, keluarga merupakan pusat dari kenyamanan dan hiburan bagi
keluarga.
37
Terjemahannya: “Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma’ruf (baik). Seseorang tidak akan dibebani
(dalam memberi nafkah), melainkan menurut standar
33
kemampuannya”. (QS: 2; 233)
33
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, edisi Khat Madinah. (Bandung :
Syamil Cipta Media, 2005), h. 37.
34
Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ahya al-Turarts al-Arabiy, tt), h.125
35
Departemen Agama RI, op. cit., h. 412.
38
Terkait dengan penafsiran ayat-ayat diatas (surat Luqman ayat 12), Hamka
menafsirkannya, sebagaimana disarikan berikut ini: inti hikmat yang telah dikaruniakan
oleh Allah kepada Luqman telah disampaikan dan diajarkan kepada anaknya sebagai
dengan yang lainnya karena mempersekutukan Allah merupakan dosa besar. Allah
orang tuanya. Karena melalui kedua orang tuanyalah mereka dilahirkan dimuka bumi
Jika akidah anak berbeda dengan kedua orang tuanya keduanya selalu dihormati,
disayangi, dicintai dengan sepatutnya dengan yang ma’ruf. Untuk memperkuat pribadi,
meneguhkan hubungan, memperdalam rasa syukur kepada Allah atas nikmat dan
perlindungan yang selalu kita terima, maka dirikanlah shalat. Dengan shalat kita
melatih lidah, hati, dan seluruh anggota badan untuk selalu ingat kepada Allah. Allah
tidak menyukai orangorang yang sombong. Dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat ini
inspirasi dalam pendidikan anak-anak kaum muslimin, mengandung pokok akidah yaitu
kepercayaan terhadap Allah yang menimbulkan jiwa merdeka dan bebas dari pengaruh
benda dan alam serta merupakan dasar utama tegaknya rumah tangga sakinah,
mawaddah dan rahmah. Juga dijelaskan pedoman, jika terjadi pertikaian pendapat antar
orang tua dengan anak yang berbeda akidah. Kecintaan terhadap kedua orang tua tidak
boleh mengalahkan akidah. Ayat ini juga menganjurkan untuk berbuat baik, karena
kandungan surat Luqman ayat 12 s.d 19 meliputi:36 a) Pembinaan jiwa orang tua
36
Syamsu Yusuf LN, Op.Cit, h.40
39
(kewajiban bersyukur kepada Allah), b) Pembinaan atau pendidikan kepada anak yang
menyangkut aspek-aspek: iman dan tauhid (tidak mensyukuri Allah) akhlak atau
kepribadian (bersyukur kepada Allah dan kepada orang tua, bersifat sabar dalam
menghadapi musibah, tidak bersikap sombong atau angkuh kepada orang lain), ibadah
(menegakkan shalat, bertaubat, rajin beramal shaleh dan dakwah) dengan kata lain
memerintah atau mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dan melarang atau
Pertumbuhan anak dibawah asuhan ayah dan ibu merupakan sebaik-baik sarana
juga dapat berpengaruh (negatif) bagi keturunan mereka. Kebiasaan dan tradisi yang
diperoleh seorang anak dari keluarganya akan diwarnai adat dan kebiasaan teman-
temannya. Oleh karena itu Islam melarang bergaul dengan teman yang jahat dan buruk..
berikutnya. Pendidikan yang diberikan orang tua terhadap anak mempunyai peran yang
besar sekali bagi kehidupan dan masa depan anak, karena pada dasarnya pendidikan
merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Hal ini mengingat bahwa pada
40
menciptakan manusia menurut (Fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada penciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” 37
Yang dimaksud dengan Fitrah pada QS. Ar-Ruum ayat 30 diatas adalah bahwa
diantara yang dibawa sejak lahir telah membawa potensi untuk didik dan mendidik.
Pendidikan anak dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua terutama ibu.
Peranan ibu dalam pendidikan anak lebih dominan dari peranan ayah, hal ini agaknya
dapat dipahami karena ibulah orang yang lebih banyak mengerti anak sejak seorang
anak lahir, ibulah orang yang selalu ada di sampingnya, bahkan dikatakan bahwa
Peranan ayah terhadap anaknya tidak kalah pentingnya dari peranan ibu. Ayah
memberi perasaan aman dan perlindungan terhadap keluarganya.39 Hal ini dapat
37
Departemen Agama RI, op. cit., h. 407.
38
Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, h. 180
39
Rehani, Keluarga Sebagai Institusi Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an,(Baitul hikmah
Press,2001),cet. Ke-1, h. 91
41
Terjemahannya : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-
laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu
maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah
telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah
mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. 40
Secara garis besar ada dua kebutuhan anak yakni kebutuhan jasmani dan
perumahan, kesehatan dan sebagainya. Antara kebutuhan jasmani dan rohani terdapat
keterkaitan satu sama lain. Dari satu sisi, dalam kedokteran dikatakan bahwa kualitas
makanan yang diberikan kapada anak balita akan menentukan kualitas kecerdasan dan
kemampuan anak. Upaya pencerdasan dapat dilakukan oleh siapa saja tidak memandang
apakah ibu yang hamil itu cerdas atau tidak. Sepertinya kepribadian dan kecerdasan
anak terbangun melalui transmisi spiritual, intelektual, emosional dan moral ibunya.
Karena itu ibu yang sedang hamil sangat dianjurkan untuk meningkatkan bobot
menjaga tutur kata, gemar berinfak dan bersedekah (dermawan) serta akhlak terpuji
lainya.41
40
Departemen Agama RI, op. cit., h. 84
41
Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Jakarta : Intiusi Press,2000),h. 118
42
Berdasarkan hal tersebut, orang tua (ayah dan ibu) hendaknya memperhatikan
keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani anak. Oleh sebab itu orang tua
harus memberikan makanan yang halal dan bergizi kepada anak balita agar otaknya
tumbuh dengan sempurna, disamping melakukan anak dengan penuh kasih sayang.
dewasa ini tidak sedikit para orang tua yang kurang memperhatikan keseimbangan
antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan akan spiritual anak. Orang tua cendrung lebih
spiritualnya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa semakin banyaknya anak-anak
kesediaan Spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan
Begitu juga dengan mengajarkan kepadanya caracara yang betul untuk menunaikan
syiar-syiar dan kewajiban agama, dan menolong mengembangkan sikap agama yang
betul, termasuk mula-mula sekali adalah iman yang kuat kepada Allah, Malaikat, Kitab-
Kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari akhirat, takut kepada Allah dan selalu mendapat
bersamaan dengan perkembangan kepribadianya yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu
sejak dalam kandungan. Pandangan ini didasarkan pengamatan para ahli jiwa terhadap
42
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan,
(Jakarta : PT. Al Husna Zikra, 1995) cet. Ke-3, . h.372
43
orang-orang yang mengalami gangguan jiwa, ternyata dipengaruhi oleh keadaan emosi
atau sikap orang tua (terutama ibu) pada waktu anak masih dalam kandungan.43
Oleh karena itu, sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam kandungan, orang
tua (terutama ibu) seyogianya lebih meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah, seperti
melaksanakan shalat wajib dan shalat sunat, berdo’a, berzikir, membaca Al-Qur’an dan
memberi sedekah serta amalan shaleh lainnya. Dalam membina dan mengembangkan
spiritual anak dalam lingkungan keluarga, disamping upaya-upaya yang telah dilakukan
diatas, maka ada beberapa hal lagi yang perlu menjadi perhatian orang tua yaitu sebagai
berikut:44
1) Karena orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama bagi anak, dan tokoh
yang diidentifikasi atau ditiru anak, maka seyogianya dia memiliki kepribadian
yang baik atau berakhlakul karimah (akhlak yang mulia). Kepribadian orang tua,
baik yang menyangkut sikap, kebiasaan berprilaku atau tata cara hidupnya
yang kurang diharapkan, begitu pula perlakuan yang permisif (terlalu memberi
lingkungannya. Sikap dan perlakuan orang tua yang baik adalah yang mempunyai
43
Syamsu Yusuf LN, Op.Cit, h. 138
44
Ibid, h. 139
44
d. Mau mendengarkan pendapat atau keluhan anak, e. Memaafkan kesalahan
anak, meminta maaf bila ternyata orang tua sendiri salah kepada anak, f.
keluarga (ayah dengan ibu, orang tua dengan anak, dan anak dengan anak).
Hubungan yang harmonis penuh pengertian dan kasih sayang akan membuahkan
perkembangan perilaku anak yang baik. Sedangkan yang tidak harmonis, seperti
pribadi anak yang tidak baik, seperti keras kepala, pembohong dan sebagainya.
Bacaan Al-Qur’an, lafaz zikir dan akhlak terpuji seperti bersyukur ketika
mendapat anugerah, bersikap jujur menjalin persaudaraan dengan orang lain, dan
menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang Allah. Untuk memelihara keluarga
dari segenap hal-hal yang dapat menjerumuskan kedalam neraka tentu tidak
mudah begitu saja. Karena itu dibutuhkan suatu proses pengertian dan
juga kebutuhan akan spiritual anak dalam mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Dengan cara membiasakan anak sejak dini dengan hal-hal yang sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan agama diharapkan akan terbentuk akhlak dan
pribadi yang baik pula dimasa-masa selanjutnya, sehingga pada gilirannya anak
dapat membedakan mana yang baik dan terbaik dan mana yang buruk dan
terburuk, mana yang benar dan mana yang salah dalam kehidupan sehari-hari.
45
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Kecerdasan Spiritual
antaranya sumber kecerdasan itu sendiri (God-Spot), potensi qalbu (hati nurani) dan
kehendak nafsu. Ketiga hal ini perlu dikaji lebih jauh karena manusia dimanapun di
dunia ini selalu merindukan puncak keagungan yang ditandai dengan segala dimensi
eksistensinya; yaitu hubungan yang harmonis antara Tuhan, manusia dan alam sekitar.
Spiritual adalah jalan yang paling ideal yang memberikan makna hidup bagi manusia di
Spiritual sebagai pengalaman horistik merupakan jati diri yang fundamental bagi
manusia, yang menuntun kejalan hidup yang tidak ambigu, fana dan paraksal. Namun
sekarang kemajuan teknologi dan sains yang betulbetul memanjakan kebutuhan material
menyebabkan manusia gagal mencapai puncak spiritual. Semua itu disebabkan oleh
hilangnya makna filosofis dan religius dari manusia dalam menjaga keseimbangan
dialektis antara dirinya, Tuhan dan alam. Akibatnya mereka tersesat di medannya sediri
dan hampa dalam menjalani hidup yang sedang dilaluinya. Agar terhindar dari
kesesatan hidup yang sedang di jalani ini, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
eksistensi God-Spot dalam otak manusia, yang merupakan pusat spiritual terletak antara
jaringan saraf dan otak.45 Karena God-Spot adalah pusat spiritual, maka ia di pandang
dipandang sebagai sumber suara hati manusia. Suara hati tersebut selalu menganjurkan
45
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ
(Jakarta: Arga, 2001), cet. Ke-1, h. xxxviii
46
agar selalu berbuat sesuai aturan yang telah ditetapkan Allah dan meninggalkan segala
kemungkaran dan kejahatan. Hal ini dapat dijumpai dalam Q.S. Al-A’raf ayat: 172.
Dalam tafsir al-Maraghi ayat ini menerangkan bahwa manusia telah memiliki
janji naluri (fitrah) antara Allah dengan manusia. Manusia telah dibekali oleh Allah
dengan fitrah Islam yaitu dengan menaruh dalam hati mereka iman yang yakin.47 Bukti
adanya perjanjian ini menurut Muhammad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam fitrah
manusia. Sedangkan menurut N. Dryarkara ialah adanya suara hati manusia. Suara hati
itu adalah suara Tuhan yang terekam di dalam setiap jiwa setiap manusia.48 Sehingga
bila manusia berbuat tidak baik, maka suara hatinya akan menasehatinya. Seandainya
masih dilakukan hal yang tidak baik tersebut ia pasti akan menyesal. Mac. Scheler
47
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa nasihat yang dikeluarkan oleh suara
hati membuat manusia selalu dalam keadaan benar. Ini adalah merupakan realisasi dari
kecerdasan spiritual. Kekuatan yang dibangun dalam jiwa merupakan manifestasi dari
god-spot sebagai tanda bahwa manusia adalah “bagian” dari Tuhan itu sendiri, artinya
tidak mungkin ada pemisah antara Tuhan dan manusia. God-Spot adalah kendali
kehidupan manusia secara spiritual, untuk itu god-spot dan suara hati adalah bagian
b. Potensi Qalbu
amarah, eros, cinta dan logos pengetahuan.50 Padahal dimensi qalbu tidak hanya
mencakup atau dicakup dengan pembatasan katagori yang pasti. Menangkap dan
memahami pengertian qalbu secara utuh adalah kemustahilan. Itu hanyalah sebagai
asumsi dari proses perenungan yang sangat personal karena didalam qalbu terdapat
c. Fu’ad
informasi yang sering dilambangkan berada dalam otak manusia (fungsi rasional
kognitif). Fu’ad mempunyai tanggung jawab intelektual yang jujur kepada apa yang
dilihatnya. Potensi ini cenderung dan selalu merujuk pada objektifitas, kejujuran, dan
jauh dari sikap kebohongan. Fu’ad mampu menerima informasi dan menganalisisnya
sedemikian rupa sehingga diperoleh pelajaran dari informasi tersebut. Fu’ad yang
bersikap jujur dan objektif akan selalu haus dengan kebenaran dan bertindak atas
rujukan yang benar pula. Qalbu diberi potensi pikir yaitu hati dalam bentuk fu’ad.
Kemampuan untuk mengolah, memilih dan memutuskan segala informasi yang dibawa
50
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, (Jakarta: Gema Insani, 2001), cet. Ke-I, h. 93
48
oleh sentuhan indra. Fu’ad memberi ruang untuk akal, berpikir, bertafakur, memilih
dan memilah seluruh data yang masuk dalam qalbu. Sehingga lahirlah ilmu
pengetahuan yang bermuatan moral. Pengawas setia sang fu’ad adalah akal, zikir,
pendengaran dan penglihatan yang secara nyata yang sistimatis diuraikan dalam Al-
Qur’an. Fungsi akal adalah membantu fu’ad untuk menangkap seluruh fenomena yang
bersifat lahir, wujud, dan nyata dengan mempergunakan fungsi nazhar indra
penglihatan.51
d. Shadr
Shadr berperan untuk merasakan dan menghayati atau, mempunyai fungsi emosi
(marah, benci, cinta, indah, efektif). Shadr adalah dinding hati yang menerima limpahan
menjadi indah dari karyanya. Shadr adalah pelita orang-orang yang berilmu. Shadr
mempunyai potensi besar untuk hasrat, kemauan, niat, kebenaran, dan keberanian yang
dalam ini pula tersimpan rasa cemas dan takut, berbeda dengan Fu’ad yang berorientasi
kedepan. Shadr memandang pada masa lalu, kesejarahan, serta nostalgia melalui rasa,
dunia masa lalu, manusia mempunyai kemampuan untuk menimbang, membanding dan
menghasilkan kearifan.52
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa orang yang shadrnya terkendali,
karena ia mampu menyiasati hidup dengan membangun manajemen yang terkendali dan
mantap. Karena shadr bisa melihat masa silam sebagai pedoman pelaksanaan sebuah
manajemen hidup saat ini dan masa mendatang. Sehingga dengan demikian ada sebuah
51
Ibid. h. 96
52
Ibid. h. 101
49
kepastian menjalani hidup berikutnya. Dengan kata lain, shadr adalah sebuah sumber
dan keseimbangan hidup manusia, maka pendidikan itu sendiri juga berorentasi kepada
pembinaan shadr yang ada dalam setiap qalbu manusia. Pemeliharaan terhadap Fu’ad
e. Hawaa
kekuasaan, pengaruh, dan keinginan untuk mendunia. Potensi hawaa cendrung untuk
membumi dan merasakan nikmat dunia yang bersifat fana. Fitrah manusia yang
dimuliakan Allah, akhirnya tergelincir menjadi hina dikarenakan manusia tetap terpikat
pada dunia. Potensi hawaa selalu ingin membawa pada sikap-sikap yang rendah,
dalam qalbu pada fitrahnya selalu benderang, tetapi karena manusia mempunyai hawaa
ini, maka seluruh qalbu bisa rusak binasa karena keterpikatan dan bisikan yang
Dari penjelasan ini, maka fu’ad dan shadr memiliki tugas berat untuk mengatasi
kekuatan hawaa yang selalu membawa kearah kebinasaan dan kehancuran sehingga
lenyaplah kenikmatan yang kekal dan abadi yaitu keabadian disisi Tuhan Yang Maha
Esa. Sebagai penentu nasib setiap makhluk. Hawaa sebenarnya juga harus
kehidupan manusia. Namun fu’ad dan shadr harus mengendalikan kerjanya hawaa.
Tanpa hawaa tentu manusia berubah wujud menjadi malaikat yang kehidupanya statis,
yang kerjanya hanya mengabdikan segala hidupnya untuk suatu tugas tertentu saja.
Sementara manusia sebagai makhluk mulia telah diamanahi Allah dengan tugas yang
53
Ibid. h. 104
50
sangat banyak, diantaranya sebagai “khalifah fil ardi”. Sebagai seorang khalifah, tentu
banyak tugas yang mesti diselesaikannya dalam waktu yang sudah ditetapkan-Nya.
Demi penyelesaian seluruh tugas, maka setiap manusia kerja ekstra keras untuk
mewujudkan keseimbangan ketiga potensi tersebut, yaitu fu’ad, shadr dan hawaa
sebagaimana yang telah di jelaskan diatas. Ketiga hal itu juga di pandang sebagai faktor
dominan untuk mewujudkan spiritual dalam jiwa manusia. Manusia yang merupakan
bagian dari-Nya, semestinya patuh dan taat terhadap segala ketetapan-Nya. Tetapi
karena spiritual belum bekerja semaksimal mungkin dalam kehidupan seluruh jiwa,
maka dosa besar menyelimuti sehingga sinar Ilahi yang menyinari qalbu setiap manusia
Faktor ini lebih merupakan potensi kecerdasan yang sudah ada atau terberikan
karena terkait dengan saraf-saraf yang ada pada organ otak. Bagaimana kecepatan otak
mengola atau memproses masukan yang didapat amat tergantung pada kondisi dan
kematangan organ vital yang satu ini. Jika organ dalamnya baik, maka proses
pengolahan apapun yang diterima otak akan ditangkap dengan baik dan dijalankan
tubuh sesuai perintah otak. Hasilnya? Apa yang di kerjakan anak akan memberi hasil
terbaik.
Kapasitas atau potensi kecerdasan yang sudah terberikan dalam diri setiap anak
tidak akan berarti apa-apa kalau lingkungan sama sekali tidak berperan dalam
51
merangsang dan mengasah potensi tersebut. Di sini ada empat faktor lingkungan yang
a.1) Stimulus. Untuk menjadikan anak cerdas, faktor stimulus menjadi sangat
penting, baik yang berkaitan dengan fisik maupun mental/emosi anak. Orang tua dapat
memberikan stimulus sejak anak masih dalam kandungan, saat lahir, sampai dia tumbuh
besar. Tentu saja dengan intensitas dan bentuk stimulasi yang berbeda-beda pula pada
setiap tahap perkembangan. Contohnya ketika masih dalam kandungan, stimulus lebih
diarahkan pada pendengaran menggunakan irama musik dan tuturan ibu dan ayah.
Setelah anak lahir, stimulus ini diperluas menjadi pada kelima indra maupun sensori-
Secara mental orang tua juga menstimulasi anak dengan menciptakan rasa aman
dan nyaman sejak masa bayi. Caranya dengan mencurahkan kasih sayang,
nilai-nilai moral dan kebijakan secara konkret. Dengan itu dapat membuat potensi
54
Dedeh Kurniasih, Arti Sehat dan Bahagia, Bagi Anak, (http://www.tabloidnakita.
com/Khasanah/khasanah06309-01.htm)
52
a.2) Pola asuh. Pola asuh orang tua yang penuh kasih sayang diyakini dapat
meningkatkan potensi kecerdasan si anak. Sebaliknya, tidak adanya pola asuh hanya
akan membuat anak bingung, stres, dan trauma yang berbuntut masalah pada emosi
anak. Dampaknya apapun yang dikerjakannya tidak akan membuahkan hasil maksimal.
a.3) Memberi pangajaran. Orang tua harus aktif dan interaktif merangsang otak
anaknya. Ini pun lagi-lagi dapat dilakukan sejak ia masih dalam kandungan, Misalnya
dengan aktif mengajaknya bicara. Setelah anak lahir, ayah dan ibu dapat memberikan
beragam eksperimen kecil kepadanya yang berguna untuk merangsang keinginan dan
minat bereksplorasi.
Peran nutrisi bagi kecerdasan anak tak bisa diabaikan begitu saja. Untuk
menjadikan anak sehat secara fisik dan mental, sebetulnya perlu persiapan jauh-jauh
hari sebelum proses kehamilan terjadi. Tepatnya mesti dimulai ketika masa perencanaan
kehamilan, sepanjang masa kehamilan dan akan terus berlanjut selama masa
pertumbuhan anak. Mengapa demikian? Tak lain karena kecukupan nutrisi berkaitan
erat dengan perkembangan organ otak dan fungsinya yang akan menentukan kualitas
anak dimasa depan. Tanpa nutrisi yang baik dimasa-masa sebelumnya, kemungkinan
besar pertumbuhan dan fungsi otak terhambat sehingga potensi kecerdasan anak
menjadi rendah. Begitu pula kesehatannya secara keseluruhan. Tubuh yang lemah dan
Dampak interfensi dini terhadap anak akan baik jika itu dilakukan berdasarkan
anak merupakan salah satu bentuk interfensi orang tua. Agar efeknya selalu positif,
53
ingatlah selalu untuk menginterfensi anak dengan hal-hal kreatif. Contohnya mengajak
Yang pasti kecerdasan dalam diri anak tidak muncul begitu saja. Diluar potensi
yang terberikan, sebetulnya cerdas juga berarti ketekunan mempelajari sesuatu. Selain
pendidikan yang diberikan orang tua di rumah, peran sekolah juga tidak kalah besar.
kehidupan.
f. Kerangka Pikir
Ibadah shalat erat hubungannya antara fisik dan jiwa, berdasarkan kajian teori
diatas, dapat kita tentukan relasi antara shalat dengan fisik dan jiwa seseorang.
Ibadah shalat hubungannya dengan fisik tidak dapat dipungkiri lagi bahwa shalat
hanya dapat diakui jika kita melaksanakannya dalam bentuk fisik seperti
Ibadah shalat hubungannya dengan jiwa juga berhubungan erat karena shalat
selain menyehatkan juga menenangkan jiwa pelakunya karena pada saat shalat
54
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,55
Selain dalam kitab al-qur’an dalam nbi Muhammad dalam hadits Hadis riwayat Abu
Hurairah ra., ia berkata: Suatu hari Rasulullah saw. mengimami salat kami. Usai salat
beliau bersabda: Hai fulan, mengapa engkau tidak membaguskan salatmu? Tidakkah
dirinya sendiri. Demi Allah, sungguh aku dapat melihat belakangku, sebagaimana aku
melihat depanku. (Shahih Muslim No.642), firman allah dan sabda nabi tersebut diatas
mengisyaratkan kita untuk khusyuk dalam shalat agar kita tenang, dengan ketenangan
inilah sehingga otak berada pada kondisi alfa dan otak sendiri jika berada pada kondisi
alfa maka akan mudah bagi subjek untuk belajar. Hal ini dapat terus diterapkan
mengingat shalat adalah salahsatu rukun islam (wajib) bagi umat muslim, jadi apabila
shalat dilaksanakan terus menerus secara continue dan khyuk maka akan otak akan
terbiasa dengan keadaan gelombang alfa, akibatnya otak kita mudah untuk menjadi alfa
atau selalu berada dalam keadaan yang baik untuk belajar meski berada diluar shalat.
Penjelasan tersebut diatas dapat kita gambarkan kedalam bagan berikut ini,
SHALA BELAJAR
T
55
MINGGU 5 Otak berada pada kodisi Otak berada pada
ALFA (8 – 13.9 Hz). kodisi BETA(14 – 100
Hz)
Diagram diatas menggambarkan perbedaan gelombang otak kita pada saat shalat
dan belajar. Shalat yang dilakukan secara rutin menghasilkan gelombang otak alfa yang
tertanam kedalam memory jangka panjang kita dan hasilnya meski kita tidak dalam
keadaan shalat, gelombang otak kita tetap berada pada kondisi alfa, hanya
membutuhkan waktu agar gelombang alfa tetap stabil, dan gelombang beta dengan
sendirinya akan tersingkir karena tidak mungkin otak berada pada dua model
Hal ini tidak jauh beda dengan keadaan kita pada saat baru belajar menjalankan
sepeda, pada saat itu anda harus berkonsentrasi pada kaki anda yang sedang menggayuh
dan juga pada setir sepeda dan jalan dilalui, mungkin akan dibutuhkan waktu dan luka
yang cukup banyak tapi setelah anda sudah terbiasa menjalankannnya dan mulai
terbiasa, anda tidak akan terfokus lagi pada kaki anda yang terus menggayuh secara
otomatis, hal ini juga terjadi pada keadaan pada saat kita shalat yang masuk kedalam
56
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Pendekatan penelitian
2. Jenis penelitian
Eksplanatif ialah suatu penelitian dengan tujuan untuk menganalisis sifat suatu
hubungan, atau perbedaan antar kelompok, atau independensi dari dua atau lebih
1. Populasi penelitian ini adalah seluruh sivitas sekolah yaitu kepala sekolah, guru,
2. Sampel dalam penelitian ini adalah murid kelas III hingga kelas VI di MI DDI
Ujung Lare Parepare. Penentuan dan penetapan sampel dalam setiap kelas
langsung yang dianggap dapat mewakili dari seluruh populasi yang ada tiap
57
kelas IV sampai dengan kelas VI dengan petunjuk dari guru sebelumnya karena
diperlukan suatu metode yang tepat dalam mengumpulkan data yang akan
diolah, oleh karena itu penulis menggunakan teknik penumpulan data melalui
buku dan informan untuk mengumpulkan bahan yang ada kaitannya dengan
58
pembahasan skripsi ini, maka penulis mengolah dan menganalisis datadengan
khusus.
3. Metode Statistik, yaitu metode yang ditempuh penulis dalam mengolah data
dengan sistem perbandingan atau perubahan yang terjadi pada tiap siklus
59
BAB IV
A. Hasil Penelitian
a. Pra Tindakan
ditentukan garis besar penelitian yang akan dipedomani oleh peneliti yaitu sebagai
berikut :
dll.
6. Menarik kesimpulan.
Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti berkenalan dengan guru kelas
ini ditetapkan mata pelajaran yang digunakan adalah IPA, karena materi IPA dianggap
Kriteria murid yang akan dijadikan purposive sampling adalah sebagai berikut :
60
a. Berdasarkan data guru, murid yang sering Nampak kebingungan meski materi
Berdasarkan data yang diperoleh dari guru kelas masing-masing berupa raport
(terlampir), daftar nilai harian (terlampir), penilaian sikap dari guru, status ekonomi,
(biodata murid.)
ruang kelas pada saat proses pembelajaran dimulai, dan hasilnya adalah sebagai
berikut :
61
1-2= tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
4. Mencatat hal-hal yang berinteraksi kepada murid seperti keadaan socialnya, dll.
Sebelum murid diberi instruksi/bimbingan shalat terlebih dahulu perlu diketahui hal-
hal yang berinteraksi langsung dengan murid untuk mengetahui apa saja yang
permasalahan. Selain murid, guru disekolah juga perlu diamati, untuk menjaga
Aspek tersebut kami bagi dalam tiga aspek (1) lingkungan sekolah, (2) lingkungan
a. Lingkungan sekolah
contoh, murid SD kelas tiga yang awalnya pada saat kelas satu dan dua selalu
akan tetapi pada saat naik ke-kelas tiga, murid tersebut sudah tidak duduk
dengan teman sebangkunya yang pengertian, kini dia duduk bersama murid yang
banyak bicara dan malas mendengarkan penjelasan guru, pada saat guru
kini menjadi sulit karena selalu mendapat gangguan dari teman sebangkunya.
62
2) Gaya mengajar guru
b. Lingkungan rumah/keluarga
akhlaq yang kurang baik, suka meminum minuman keras, tingkat perekonomian
1) Tingkat perekonomian
2) Suasana rumah
akibatnya murid malas belajar, sebagai contoh tetangga murid seorang anak
muda yang suka berkeliaran dan mengajak murid untuk melakukan hal yang
domba dengan sesame anak, menyuruh anak bolos dari sekolah, dsb, berikut
63
1) Pengamatan untuk murid yang bernama Muh. Adal,murid kelas III (tiga).
a) Lingkungan sekolah
sekolah ummi mawaddah (kelas empat), fikri magfirah (kelas lima), dan
wahbah suhaeli (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah
teman dari Muh. Adal semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
special.
dimulai dari gaya mengajar guru, gaya mengajar guru kelas tiga ternyata
kurang efektif, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kurang
ayahnya bekerja sebagai tukang ojek di dalam pasar Lakessi, ayah Muh.
Adal dapat kami golongkan sebagai ayah yang kurang pandai mendidik
anak, hal ini terlihat dari ahlaqnya yang kurang berbudi, tidak pernah
melaksanakan ibadah shalat dan juga pecandu alcohol yang cukup berat.
64
Adal di sekolah) ayahnya pulang malam dalam keadaan mabuk,
membeli rokok lalu mencuci motor ayahnya. Beberapa hari ini ayah dan
ibu Muh. Adal bertengkar karena masalah uang yang selalu dihabiskan
untuk hal yang tidak dimengerti oleh Ibu Muh. Adal, dengan demikian
Sampling dalam hal ini adalah Muh. Adal seorang anak yang
menemui teman-temannya.
65
hingga tertinggi hanya SMU sederajat, kebanyakan pekerjaan mereka
tradisional.
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka peneliti memutuskan untuk
dilakukan riset.
(Empat).
a) Lingkungan sekolah
sekolah ummi mawaddah (kelas empat), fikri magfirah (kelas lima), dan
wahbah suhaeli (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah
teman dari Muh. Adal semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
special.
dimulai dari gaya mengajar guru, gaya mengajar guru kelas empat sudah
66
baik, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif dan
anaknya, ayah sampling yang satu ini bekerja sebagai kepala Madrasah
Ibtidaiyah DDI Ujung Lare (MI DDI Ujung Lare), ayah Ummi.M dapat
kami golongkan sebagai ayah yang kurang pandai mendidik anak, hal ini
yang cenderung koleris meski memiliki niat yang baik demi masa depan
anak-anaknya, dia menganggap jika dia mampu maka semua orang juga
pasti mampu tanpa memperhatikan tiga aspek yang pada setiap manusia
anak juga akan menjadi koleris dan harus sangat disiplin yang
67
terhadap bentuk kejiwaan Sampling, keadaan ini akan membentuk
tidak terlalu ditekan. dirumah juga nampaknya sampling ini lebih suka
diberbagai instansi.
berupa penekanan sikap oleh ayahnya dan kurang perhatian dari ibunya.
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka peneliti memutuskan untuk
dilakukan riset.
(Lima).
a) Lingkungan sekolah
68
Lingkungan sekolah Fikri.M juga telah termasuk lingkungan
sekolah ummi mawaddah (kelas empat), fikri magfirah (kelas lima), dan
wahbah suhaeli (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah
teman dari Muh. Adal semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
special.
dimulai dari gaya mengajar guru. gaya mengajar guru kelas lima sudah
baik, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif dan
seorang ibu rumah tangga yang harus bekerja sendirian mencari nafkah
dituliskan diatas bahwa ibu Fikri.M adalah single parent (ibu tanpa
yang berbeda dikala ibunya tidak ada, secara otomatis, ibunya harus
69
lebih merangkap jabatan sebagai pencari nafkah dan juga sebagai ibu
rumah tangga yang mengurusi anak dan memberi perhatian pada mereka
masing-masing, hal ini membuat emosi ibu Fikri.M lebih tidak stabil,
kesah sendiri disaat ada masalah internal yang seharusnya ada seorang
layaknya orang dewasa, ditambah gejolak jiwa ibunya yang tidak stabil
menjadi tidak sesuai dengan alamiahnya jiwa anak seusianya dan tentu
tuanya.
Sampling dalam hal ini adalah Fikri.M seorang anak yang socialis,
70
hanya saja waktu sampling yang kurang untuk menuangkan jiwanya
lingkungan ini juga menjadi perhatian khusus dari sampling karena para
pesantren.
a) Lingkungan sekolah
dan Asfandi (kelas enam) karena mereka berada dalam satu sekolah yaitu
teman dari Asfandi semuanya biasa-biasa saja sama dengan anak lain
special.
71
Kemudian peneliti beranjak kepada keadaan didalam kelas yang
dimulai dari gaya mengajar guru. gaya mengajar guru kelas enam sudah
baik, hal ini ditunjukkan dengan keadaan kelas yang kondusif dan
tiga orang saudara tiri. Ibunya kandungnya telah wafat pada saat usianya
masih berumur empat tahun, kini Asfandi diberi seorang ibu tiri yang kurang
baik oleh ayahnya. Ayah Asfandi sendiri bekerja tidak menentu dengan
penghasilan yang tidak menentu pula, keluarga ini berada pada tingkat
tidak menentu dan jumlah tanggungan yang cukup besar. dirumah juga
belajar.
rendah dan sikap ibu tirinya yang buruk tidak sama dengan ibu
72
Sampling dalam hal ini adalah asfandi seorang anak yang kurang
sopan, dan lingkungan inilah yang kelak dicontohi oleh sampling dan
Dari tiga aspek yang diamati diatas maka peneliti memutuskan untuk
dilakukan riset.
belajar yang monoton dan sulit dimengerti oleh muridnya karena, (1) terkadang
menjelaskan tanpa kata-kata atau keterangan, hanya menunjuk pada papan tulis
lalu mengerjakan tugas, (2) meminta siswa mengerjakan tugas tanpa penjelasan
sebelumnya, (3) memarahi murid jika bertanya tentang materi yang kurang
jelas.
73
b. Pelaksanaan tindakan (shalat lima waktu secara rutin dan khusyuk)
tujuan, hukum, tata cara shalat yang benar, dan cara shalat khusyuk. Setelah sampling
telah faham semuanya maka dilaksanakanlah rutinitas shalat yang dilakukan observasi
Agar hasil akhir dapat diukur maka peneliti memutuskan untuk menyajikan hasil
ditekankan kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama
peneliti.
74
3-4 = lebih sering tidak focus
1-2 = tidak pernah memperhatikan penjelasan guru
**) m = nt x 5, m/7 = x
nt = jumlah total shalat
m = jumlah persentase shalat dalam satu bulan
x = rerata dalam persen
ditekankan kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama
peneliti
**) m = nt x 5, m/7 = x
nt = jumlah total shalat
m = jumlah persentase shalat dalam satu bulan
75
x = rerata dalam persen
ditekankan kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama
peneliti
**) m = nt x 5, m/7 = x
nt = jumlah total shalat
m = jumlah persentase shalat dalam satu bulan
x = rerata dalam persen
d. Kelas VI (Asfandi)
76
Persiapan peneliti sebelum pelaksanaan peneliti telah menentukan materi
ditekankan kepada murid untuk shalat di masjid MI DDI ujung lare bersama
peneliti
**) m = nt x 5, m/7 = x
nt = jumlah total shalat
m = jumlah persentase shalat dalam satu bulan
x = rerata dalam persen
c. pasca tindakan
Dari data yang diperoleh dari masing-masing sampling diatas maka dapatlah dibuat
rekapitulasi data untuk mengetahui selisih perubahan yang terjadi agar dapat ditarik
77
Minggu Minggu Minggu Minggu Perubahan
I II III IV perminggu (%)
Muh. Adal III 66,67 70,47 79,53 86,67 75,8 Meningkat
Ummi.M IV 70 80 80,47 93,33 81 Meningkat
Fikri. M V 63,33 70 81,43 93,33 77 Meningkat
Asfandi VI 63,33 70 84,77 93,33 77,9 Meningkat
Dari data dan rekapitulasi data yang diperoleh diatas terlihat dengan sangat jelas
bahwa pada tiap minggu dilakukan observasi terjadi peningkatan yang simultan, hal ini
terjadi berdasarkan teori yang penulis peroleh dari berbagai sumber yang tertera pada
kajian pustaka ialah dua hal yang berhubungan erat yaitu keadaan gelombang otak
seperti yang diuraikan pada kerangka pikir skripsi ini dan kecerdasan spiritual atau
B. Pembahasan
Dari deskripsi diatas dan data-data yang diperoleh hingga dilakukan rekapiltulasi
data, terlihat nilai yang diharapkan yaitu peningkatan yang simultan. peningkatan ini
berdasarkan teori-teori yang penulis peroleh dari berbagai sumber yang tertera pada
pada sampling adalah dua hal, menurut penulis hal itu ialah keadaan gelombang otak
seperti yang diuraikan pada kerangka pikir skripsi ini dan kecerdasan spiritual atau
disingkat SQ (spiritual quotient). keadaan gelombang otak ada berbagai bentuk, yaitu
beta, alfa, theta, dan delta. keadaan otak yang paling menguntungkan ialah pada
78
keadaan Alfa dan keadaan alfa ini terjadi pada saat tertentu saja, salah satunya ialah
Shalat dalam agama islam adalah wajib dilaksanakan selama lima kali sehari
semalam sebagaimana firman allah dalam surah hud ayat 114 dan al-ankabut ayat 45
berikut,
Dengan shalat yang khusyuk, gelombang otak berada pada keadaan alfa yang
menurut Adi W. Gunawan (2003) keadaan alfa dapat mempermudah kita untuk
56
Departemen Agama, Loc.Cit
57
Ibid
79
mengingat pada memory jangka panjang, gelombang otak ini dapat dimanfaatkan meski
pelakunya tidak lagi sementara shalat, karena shalat dilakukan dengan rutin lima kali
sehari semalam, hal ini menyebabkan gelombang alfa akan mudah terbentuk dalam otak
karena telah terbiasa sehingga pada saat belajarpun otak dapat dengan otomatis berada
pada keadaan alfa, didukung juga dengan apa yang disebut dengan kecerdasa spiritual
atau God Spot. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ
ketenangan jiwa (jiwa muthma’innah).58 Ketenangan jiwa yang dimiliki oleh Sang
Pemilik Kecerdasan Ruh akan terpancar pada wajahnya berupa kesejukan, pada
orang lain, pada gerakannya berupa kebajikan, pada amalnya berupa keshalihan, dan
pada budi pekertinya berupa akhlaq yang mulia. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan
bahwa fungsi SQ adalah mengoptimalkan fungsi IQ dan EQ, bila SQ tidak ada maka IQ
dan EQ juga tidak akan berfungsi secara efektif. Dengan berfungsinya IQ maka
58
Ary Ginanjar, Loc. cit., xliv.
80
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini dari pra tindakan, pelaksanaan, hingga pasca tindakan dan analisis
data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ibadah shalat secara rutin lima kali sehari
semalam dengan khusyuk dapat meningkatkan hasil belajar murid, hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan pemahaman murid pasti telah meningkat, terlihat perbedaan yang
jelas dari data yang diperoleh sebelum sampling melaksanakan shalat sesuai ketentuan
Al-Qur’an dan Hadits, pada data yang diperoleh per-Minggu setelah shalat dengan rutin
dan khusyuk.
Shalat adalah penyebab utama yang mengubah pola hidup setiap sampling selain
bimbingan dari peneliti demi kelancaran penelitian, dengan melaksanakan shalat lima
waktu, rentang waktu untuk menonton Televisi yang diduga juga menjadi salahsatu
berkurang karena shalat dan keinginan untuk belajar menyingkirkan waktunya untuk
menonton televisi lebih lama. Gaya mengajar guru juga telah diperbaiki yaitu dengan
lebih memperhatikan kemampuan tiga aspek utama pada murid yaitu kognitf, afektif
dan psikomotorik, sebagai contoh yaitu dengan tidak memberikan pelajaran dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang sangat pendek. hal-hal tersebut diataslah yang
B. SARAN
saran saya sebagai peneliti dalam kajian ini merasakan perlu perbaikan dalam
sistem pendidikan yang dibangun oleh pemerintah dan swasta yaitu dengan tidak
melupakan segi agama terlebih apabila itu adalah wajib bagi pemeluknya, dalam hal ini
81
adalah shalat lima waktu dengan khusyuk, tak rugi yang diperoleh darinya melainkan
kebaikan dan keuntungan didunia dan akhirat, bertambahnya ilmu dan amal serta
pelakunya, semoga saran ini dapat terwujud dan bermanfaat, wallahu a’lam.
82
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Abdullah, Mas Udik. Ledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal. Jakarta :
Zikrul Hakim, 2005. Cet. ke-1.
Abdullah, Nashih Ulwan. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Jakarta : Asy-Syfa’,
1993.
Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangun Emosi dan Spiritual Berdasarkan
Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam. Jakarta : ArgaWijaya Persada, 2001.
___________, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power. Jakarta : Arga Wijaya Persada,
2003.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang : CV. Toha Putra,
1996.
Hossein Nasr, Sayyed. Antara Tuhan Manusia dalam Alam; Jembatan Filosofis dan
Religius Menuju Puncak Spiritual, terjemahan oleh Ali Noer Zaman.
Yogyakarta : IRCISOD, 2003.
83
Hujjati, Muhammad Bagir. Pendidikan Anak dalam Kandungan. Bogor : Penerbit
Cahaya, 2003.
Inayat Khan, Pir Vilayat. Membangkitkan Kesadaran Spiritualitas, terjemahan Rahmain
Astuti. Bandung : Pustaka Hidayah, 2002.
LN. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT.Ramaja
Rosda Karya, 2004.
Nata Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, cet. ke-1.
Rajih, Hamdan. Spiritual Quotient for Children. Yogyakarta : Diva Press, 2005.
Suharto, Dedhi. Qur’anis Quotient. Jakarta : Yayasan Ukhuwah, 2003 cet. ke-1.
Sukidi. Kecerdasan Spiritual. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004. Cet. ke-2.
www.kompas.com/kompas-cetak/0305/18/keluarga/312326.htm
www.mail-archive.com/balita-anda/balita-anda.com/msg54237.html.
www.muthahari.or.id/doc/artikel/sqanak.htm
84
Lampiran 1
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa dapat
1. menunjukkan adanya pengaruh energi berdasarkan pengamatan, misalnya
panas dari sinar matahari, kincir angin berputar jika ditiup angin, dan memetik
gitar menghasilkan bunyi;
2. menyimpulkan berdasarkan hasil pengamatan bahwa energi itu ada, tidak
dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan;
3. membuat daftar sumber-sumber energi yang terdapat di lingkungan sekitar
kita, misalnya makanan, minyak tanah, kayu bakar, baterai, listrik, sinar
matahari, air, dan angin;
4. menjelaskan tujuan penggunaan sumber energi.
85
1. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi, yaitu kemampuan
untuk melakukan kerja.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam energi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari, antara lain energi panas, energi cahaya, energi gerak, dan
energi listrik.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bukti adanya energi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan energi panas, misalnya panas
matahari.
3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuktikan kegunaan
panas matahari.
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan panas dan cahaya matahari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan panas dan cahaya matahari.
Pertemuan Ke-2
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan sumber energi panas yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pemanfaatan energi panas dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Dengan dipandu guru, siswa menerangkan cara menghasilkan energi panas,
misalnya menggosokkan dua telapak tangan.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bukti bahwa energi ada, dapat
dirasakan, tetapi tidak dapat dilihat.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan bahwa energi ada, dapat dirasakan, tetapi
tidak dapat dilihat.
Pertemuan Ke-3
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi gerak dan energi
bunyi.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam gerak benda.
2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan percobaan untuk menunjukkan adanya
energi gerak, misalnya kincir angin berputar jika ditiup angin.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam sumber energy bunyi.
4. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan percobaan untuk menunjukkan adanya
energi bunyi, misalnya memetik gitar.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian energi gerak dan energi bunyi
serta kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan Ke-4
Kegiatan Awal
86
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan alat rumah tangga yang menggunakan
energi listrik dan energi kimia.
Kegiatan Inti
1. Membuktikan bahwa energi itu ada, tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pengertian energi listrik dan energi
kimia.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan energi listrik dan energy
kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian energi listrik dan energi kimia
serta kegunaannya.
Pertemuan Ke-5
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai sumber energi, misalnya
makanan, minyak tanah, kayu bakar, baterai, listrik, sinar matahari, air, dan angin.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan makanan bagi tubuh.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan minyak tanah sebagai sumber
energi.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan kayu bakar sebagai sumber
energi.
4. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan baterai sebagai sumber energi.
5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan baterai dalam kehidupan
sehari-hari.
6. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan listrik sebagai sumber energi.
7. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan listrik dalam kehidupan
sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan makanan, minyak tanah, kayu
bakar, baterai, dan listrik dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan Ke-6
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan matahari, air, dan angin
sebagai sumber energi.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan matahari, air, dan angin sebagai
sumber energi
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan matahari, air, dan angin
sebagai sumber energi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan matahari, air, dan angin
sebagai sumber energi.
87
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
• Buku IPA 3B
• Charta berbagai macam sumber energi
• Charta berbagai macam penggunaan energi
• Saputangan
• Air
• Kincir angin
• Alat-alat tulis
VI. Penilaian
• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku.
• Mengerjakan tugas
(_______________________) (_______________________)
NIP. ......................................... NIP. .........................................
88
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Empat)
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu
1. menyebutkan sumber-sumber energi panas, misalnya gesekan benda dan
matahari;
2. mendemonstrasikan adanya perpindahan panas;
3. menyebutkan sumber-sumber bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar;
4. menyimpulkan bahwa bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar;
5. membedakan perambatan bunyi pada benda padat, cair, dan gas.
89
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perpindahan panas secara
konduksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan panas secara konduksi dan
manfaat perpindahan panas bagi kesejahteraan manusia.
Pertemuan Ke-2
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian perpindahan panas secara
konveksi.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan 10.2 untuk membuktikan
adanya perpindahan panas secara konveksi.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara konveksi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan panas secara konveksi dan
manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan Ke-3
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian perpindahan panas secara
radiasi.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara radiasi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perpindahan panas secara
radiasi bagi kesejahteraan kehidupan manusia.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan panas secara radiasi dan
manfaat perpindahan panas bagi kesejahteraan manusia.
Pertemuan Ke-4
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi bunyi.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan 10.3 untuk mengetahui benda
yang menghasilkan bunyi.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan benda yang dapat menghasilkan bunyi.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan keadaan benda yang sedang
menghasilkan bunyi.
Pertemuan Ke-5
Kegiatan Awal
90
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan cara perambatan bunyi melalui
benda padat.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuktikan adanya
perambatan bunyi melalui benda padat.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perambatan bunyi melalui
benda padat.
3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuat alat yang
memanfaatkan perambatan bunyi melalui benda padat.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan bunyi melalui benda padat
dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan Ke-6
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan cara perambatan bunyi melalui
benda cair dan gas.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk membuktikan adanya
perambatan bunyi melalui benda cair.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perambatan bunyi melalui
benda cair.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan hal-hal yang membuktikan bahwa bunyi
merambat melalui gas.
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat perambatan bunyi melalui gas.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perpindahan bunyi melalui benda cair
dan gas serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
• Buku IPA 4B
• Air panas
• Sendok logam
• Sumpit
• Biji jagung
• Margarin
• Gelas
• Kaki tiga
• Pemanas
• Karet gelang
• Kotak kosong
VI. Penilaian
• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku
• Mengerjakan soal latihan
91
Mengetahui Dilaksanakan, .........................
Kepala Sekolah Guru Kelas,
(__________________) (__________________)
NIP. ............................. NIP. .............................
92
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Lima)
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu
1. mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis;
2. menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui
percobaan;
3. memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari;
4. membuat magnet;
5. membandingkan kecepatan jatuh dua benda (yang berbeda berat, bentuk, dan
ukuran) dari ketinggian tertentu;
6. menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah;
7. memprediksi seandainya tidak ada gaya gravitasi bumi;
8. membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus);
9. menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan;
10. menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam
kehidupan sehari-hari.
93
II. Materi Pembelajaran
Gaya
94
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian medan magnet dan garis gaya
magnet.
Pertemuan Ke-4
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan jenis magnet berdasarkan asalnya.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perbedaan magnet alam dan magnet
buatan.
2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membuat magnet dengan cara gosokan.
3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membuat magnet dengan cara induksi.
4. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membuat magnet dengan cara elektromagnet.
5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan magnet.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan cara membuat magnet dan kegunaannya.
Pertemuan Ke-5
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian gaya gravitasi.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui pengaruh
gaya gravitasi terhadap gerak jatuh benda-benda.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan pengaruh gaya gravitasi terhadap gerak
benda.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengaruh gaya gravitasi terhadap gerak
benda.
Pertemuan Ke-6
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian gaya gesekan.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui pengaruh
gaya gesekan terhadap gerak benda.
2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
memperbesar dan memperkecil gaya gesekan.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan manfaat dan kerugian gaya gesekan.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian gaya gesekan, cara
memperbesar dan memperkecil, manfaat, serta kerugiannya.
95
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
• Buku IPA 5B
• Magnet
• Paku
• Jarum
• Peniti
• Pensil
• Saputangan
• Karet gelang
• Uang logam
• Kertas
• Kaca
• Plastik
• Serbuk besi
• Kompas
• Tali
• Statif
• Penggaris
• Charta bentuk magnet dan kegunaan magnet
• Charta manfaat gaya gravitasi
• Charta manfaat dan kerugian gaya gesekan
• Alat-alat tulis
VI. Penilaian
• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku.
• Mengerjakan tugas
(__________________) (__________________)
NIP. ............................. NIP. .............................
96
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Kelas Enam)
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu
1. membandingkan peristiwa radiasi, konduksi, dan konveksi berdasarkan percobaan;
2. mencari contoh penerapan radiasi, konduksi, dan konveksi dalam kehidupan sehari-
hari;
3. menunjukkan gejala kelistrikan, misalnya pengaruh menggosok benda;
4. mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik;
5. membuat rangkaian listrik sederhana dengan berbagai variasi;
6. menunjukkan berbagai bentuk perubahan energi, misalnya energi listrik menjadi
energi gerak, bunyi, dan panas;
7. mencari contoh alat rumah tangga yang memanfaatkan perubahan energy listrik.
97
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara konduksi
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara konveksi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perpindahan panas secara radiasi yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan penerapan konduksi, konveksi, dan
radiasi dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan Ke-2
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian energi listrik.
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengetahui cara
membangkitkan energi listrik.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perbedaan benda yang bermuatan listrik
dengan benda yang tidak bermuatan listrik.
3. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian listrik statis.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan pengertian energi listrik dan cara
membangkitkannya.
Pertemuan Ke-3
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Guru menyediakan charta berbagai sumber energi listrik.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan sumber energi listrik, antara lain baterai,
aki, dinamo sepeda, dan generator.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian baterai sehingga dapat
menghasilkan arus listrik.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian aki sehingga dapat
menghasilkan arus listrik.
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian dinamo sepeda sehingga
dapat menghasil arus listrik.
5. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan bagian-bagian generator sehingga dapat
menghasilkan arus listrik.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan cara kerja berbagai sumber arus listrik.
Pertemuan Ke-5
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Guru menyediakan charta rangkaian listrik.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan berbagai macam rangkaian listrik.
98
2. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan agar dapat membedakan
rangkaian terbuka dan rangkain tertutup.
3. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan agar dapat membedakan
rangkaian paralel, rangkaian seri, dan rangkaian campuran.
4. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kelebihan dan kekurangan rangkaian
seri, rangkaian paralel, dan rangkaian campuran.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perbendaan antara rangkaian terbuka dan
rangkaian tertutup serta rangkaian seri, paralel, dan campuran.
Pertemuan Ke-6
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Guru menyediakan alat dan bahan untuk melakukan Kegiatan
Kegiatan Inti
1. Dengan dibimbing guru, siswa melakukan Kegiatan untuk mengelompokkan bahan
sebagai isolator atau konduktor listrik.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan kegunaan konduktor dan isolator dalam
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan kegunaan bahan konduktor dan isolator
listrik.
Pertemuan Ke-7
Kegiatan Awal
1. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
2. Guru menyediakan charta berbagai alat yang menggunakan energi listrik.
Kegiatan Inti
1. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan alat yang menggunakan energy listrik.
2. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan perubahan energi listrik menjadi energi
bentuk lain sebagai akibat penggunaan alat yang menggunakan energy listrik.
3. Dengan dipandu guru, siswa menyebutkan istilah-istilah yang sering digunakan
pada saat menggunakan peralatan listrik.
4. Dengan dipandu guru, siswa mendeskripsikan pengertian istilah yang sering
digunakan ketika menggunakan peralatan listrik.
Kegiatan Akhir
Guru menyimpulkan dengan cara menjelaskan perubahan energi yang disebabkan oleh
penggunaan energi listrik.
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar
• Buku IPA 6B
• Charta perambatan panas
• Charta rangkaian listrik
• Penggaris plastik
• potongan-potongan kertas kecil
• Kain
• Bohlam
• Baterai
99
• Alat-alat tulis
VI. Penilaian
• Keaktifan dalam menjawab pertanyaan, sikap, dan tingkah laku.
• Mengerjakan tugas
(__________________) (__________________)
NIP. ............................. NIP. .............................
100