You are on page 1of 4

Perjalanan Panjang Kemerdekaan Indonesia

I. Pendahuluan
Pada bagian ini dikemukakan latar belakang (mengapa topik tersebut perlu ditulis),
rumusan masalah, tujuan dan manfaat tulisan Anda bagi pembaca.

II. Pembahasan / Analisis


Bahasan dan analisis adalah murni bahasa dari Anda.
Segala bentuk sumber / referensi wajib dicantumkan di 2 (dua) bagian makalah,
yaitu: bagian yang dikutip di bab Pembahasan, dan bab Daftar Referensi
II.1 Kolonialisme di Indonesia

II.2 Pergolakan Kemerdekaan

III. Simpulan dan Saran


Bagian ini mencakup simpulan, serta saran, dan mengungkapkan secara jelas
kepada siapa saran tersebut ditujukan

1. Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia

1. VOC

VOC merupakan kongsi dagang Belanda yang mempunyai wilayah di Hindia Timur.
Pengurusnya terdiri dari 6 orang yang disebut “Bewindhebbers der VOC”, ditambah 17 orang
pengurus harian yang disebut Heeren XVII. VOC juga memiliki hak khusus yang diberikan
parlemen Belanda:

-Membuat perjanjian dengan raja2 setempat

-Menyatakan perang dan perdamaian

-Membuat senjata & benteng

-Mencetak uang

-Mengangkat & memberhentikan pegawai

-Mengadili perkara

Pada tahun 1609, Pieter Both ditugaskan sebagai Gubernur Jendral VOC di Ambon. Misi
utamanya adalah untuk memimpin VOC menghadapi persaingan dengan pedagang Eropa. Ketika
Jan Pietersoon Coen diangkat sebagai gubernur jenderal, pusat kekuasaan dipindahkan ke
Jayakarta. Selain melakukan monopoli, VOC juga menjalankan system pemerintahan tidak
langsung (indirect rule). Tidak berlangsung lama, VOC akhirnya dibubarkan pada tanggal 31
Desember 1799. dengan factor-faktor berikut:

-Banyak pegawai VOC korupsi karena gajinya rendah


-VOC tidak mampu bersaing dengan inggris (EIC) dan Perancis (FIC)

-Walaupun rugi, pemegang saham tetap diberi dividen

-Perang Belanda melawan Inggris

-Jatuhnya kongsi dagang VOC di India & adanya kebebasan pelayaran Inggris ke Indonesia

2. Penjajahan Prancis-Belanda

Di Eropa sedang dalam suasana Perang Koalisi satu (1792-1797). Belandapun kalah sehingga
membuat rajanya, Willem V, meminta perlindungan dari Inggris. Napoleon Bonaparte,
pemimpin Prancis kemudian menempatkan Louis Napoleon untuk memimpin Belanda. Louis
kemudian mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral Hindia Belanda
sejak 1808. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Pada
masa pemerintahannya, Daendels banyak mengeluarkan kebijakan kebijakan yang condong
kepada kediktatoran. Contohnya, pembangunan jalan Raya Pos (Groete Postweg) antara Anyer-
Panarukan. Pembangunan jalan raya itu melibatkan banyak tenaga dengan system rodi.

Kekuasaan sewenang-wenang yang diterapkan Daendels membuatnya ditarik kembali agar citra
Hindia Belanda tidak bertambah buruk. Tetapi penarikan Daendels membua dampak buruk.
Belandapun berhasil dikuasai Inggris. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Prancis-Belanda
dengan ditandai oleh Kapitulasi Tuntang.

3. Penjajahan Iggris

Tahun 1811-1816, Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris. Thomas Stamford Raffles
diangkat sebagai wakil gubernur di Jawa dan bawahannya. Tujuan utama pemerintahan Raffles
adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu tindakannya yang popular adalah
mencetuskan system sewa tanah (landrent). Hal tersebut tidak membebani rakyat, namun kondisi
di Eropa membuat Thomas Stamford Raffles harus mengakhiri masa jabatannya di Indonesia.
Perang koalisi berakhir dengan kekalahan Prancis. Negara-negara yang menjadi lawan Prancis
mengambil keputusan bahwa sebagai benteng untuk menghadapi Prancis, Belanda harus kuat.
Maka dari itu, dalam Traktat London tahun 1824, ditetapkan bahwa Indonesia dikembalikan
kepada Belanda.

4. Belanda

Untuk menangani berbagai persoalan di Indonesia yang baru saja dikembalikan ke Inggris,
pemerintah belanda mengirimkan sebuah komisi. Komisi tersebut terdiri dari Cornelis Th.Elout
sebagai ketua, dan A.A. Buyskes dan van der Capellen sebagai anggota. Setelah komisi
dibubarkan, van der Capellen diangkat sebagai gubernur jenderal. Dia melaksanakan pola
konservatif, dalam arti menerapkan kebijakan monopoli seperti VOC:

a. Masa Tanam Paksa


Ketika van den Bosch menjabat sebagai gubernur jenderal, pada tahun 1830 dia menciptakan
peraturan baru yang bernama ‘tanam paksa’ / cultuur stelsel. Tujuannya untuk mendapatkan
untung guna menutup deficit keuangan negri Belanda. Kemudian, latar belakang dilakukannya
Tanam paksa adalah:

- Defisit anggaran belanja negri belanda akibat Perang kemerdekaan Belgia dan perang
diponegoro

- Keadaan di Jawa yang tidak menguntungkan saat itu

- Perdagangan dan perusahaan belanda mengalami kemunduran

Pokok-pokok ketentuan Tanam paksa:

- Penduduk wajib menanami 1/5 tanahnya dengan tanaman yang ditentukan pemerintah

- Tanah tersebut dibebaskan dari pajak

- Tanah tersebut dikerjakan selama 1/5 tahun

- Risiko penanaman ada pada pemerintah

- Hasil tanaman yang diwajibkan harus diangkat sendiri ke pabrik dan mendapat ganti rugi

- Kelebihan hasil panen akan diganti oleh pemerintah

- Waktu yang digunakan untuk menanam tanaman wajib tidak melebihi waktu menanam
padi

Penyimpangan Tanam Paksa:

- Tanah yang ditanami lebih dari 1/5 lahan

- Tanah yang ditanami tanaman wajib masih terkena pajak

- Banyak petugas yang curang, berusaha mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya

- Tanah yang ditanami tanaman wajib cenderung memilih tanah yang subur

Akibat penyimpangan:

1. Bagi Bangsa Indonesia

- Menimbulkan kesengsaraan
- Pemerintahan Belanda memberikan sanksi kepada petani yang meninggalkan tanahnya
sehingga makin sengsara

1. Bagi Belanda

- Memperoleh keuntungan yang sangat besar

- Timbul penentangan tanam paksa yang dicetuskan oleh golongan liberal dan golongan
etis

b. Politik Liberal Kolonial

Golongan liberal berhasil menguasai parlemen sehingga mereka mempunyai peluang untuk
menciptakan undang-undang dasar guna membatasi kekuasaan raja. Pada tahun 1870 keluar
undang-undang de Waal:

1. Undang-undang Gula yang menyebutkan bahwa penanaman tebu harus dilakukan oleh
pengusaha swasta, tidak dengan system tanam paksa

2. Undang-undang Agraria, isinya menerangkan bahwa gubernur jenderal dan rakyat dilarang
menjual tanah kepada orang asing, tetapi dapat menyewakannya selama 75 tahun

Ini merupakan awal yang baik walaupun dalam kenyataannya semuanya untuk kepentingan
Pemerintahan Hindia Belanda.

You might also like