You are on page 1of 162

Pernik-Pernik Reformasi

PERUBAHAN

TIDAK

MERUSAK

Perubahan adalah sesuatu kewajaran, demikian suatu


ajaran Sunnah Allah. Manusia datang ke bumi guna melakukan
perubahan ke arah yang baik (ishlah), dilarang melakukan
kerusakan. Berpuluh ayat Allah telah menyatakan "laa
tufsiduu fil-ardhi" artinya "jangan buat bencana di bumi",
dan kemudian diiringi dengan ketegasan dari Allah bahwa
"inna Allaha laa yuhibbu al-mufsidiina", artinya "Allah
tidak menyukai orang yang berbuat bencana atau
perusakan-perusakan".

Perubahan didalam bimbingan Agama tidak berbentuk


"unjuk rasa" yang sering dianggap wujud dari demokrasi, tetapi
lebih banyak berbentuk "unjuk fikiran" yang terkendali dengan
kesadaran yang penuh kedamaian, berwujud "mujadalah" atau
bertukar fikiran, dengan mengutamakan penghormatan kepada
pendapat-pikiran lawan bicara. Cara yang dikembangkan
adalah "idfa' billatii hiya ahsan", artinya kalau kamu belum
berkenan atau menolak karena tidak sepaham, "tolaklah
dengan cara yang lebih baik", bukan dengan merusak kiri
kanan. Begitulah bimbingan agama Allah yang benar.

Agama Islam memberikan bimbingan dengan tiga cara


mencapai perubahan. Pertama, disebut tajdid artinya
pemurnian. Tajdid merupakan suatu keharusan dan perubahan
sikap dari dalam (moral) melalui pemantapan "iman". Ada
bimbingan agama Islam dengan jelas menyebutkan "jaddiduu
imaanakum", artinya "murnikanlah iman kamu". Iman
tercermin dari dua sikap, yaitu shabar dan syukur, artinya
pandai menahan diri dan mampu menjaga nikmat Ilahi.

Kedua, adalah taghyir artinya perubahan nasib.


Bimbingan Wahyu Al Quran menyebutkan "Inna Allaha laa
yughaiyyiru maa bi qaumin hatta yughayyiruu maa bi
anfusihim", artinya bahwa Allah tidak akan merubah nasib
suatu kaum (masyarakat), sebelum masyarakat itu merubah
sikap (anfus) mereka". Lebih jauh dalam kaitan "taghyir" ini,
setiap diri dari anggota masyarakat itu wajib melakukan

Nuansa Kehidupan Islami 1


Pernik-Pernik Reformasi

perubahan sikap, meninggalkan yang buruk menggantinya


dengan yang baik, dari merusak kepada membangun, dari
malas kepada rajin, dari lalai kepada berhati-hati, dari ceroboh
kepada disiplin, dari liar kepada mawas diri (taat hukum).
Taghyir ini mesti dilakukan dengan cara damai dan sejuk.
Begitu tuntutan Allah kepada umatnya.

Ketiga, adalah tashlih artinya perbaikan. Firman Allah


menyebutkan "laa tufsiduu fil-ardhi ba'da ishlahihaa", artinya
"jangan kamu merusak di bumi setelah Allah memberikan
ishlah (perbaikan-perbaikan) dengan bimbingan wahyu-Nya".
Perubahan ini wajib di laksanakan dengan cara yang baik dan
damai. Karena itu, tashlih (perbaikan) ini akan mencakup
tashlihul-aqidah (perbaikan aqidah), tashlihul ibadah (perbaikan
ibadah), tashlihul akhlaq (perbaikan akhlaq), tashlihul
iqtishadiyah (perbaikan ekonomi), tashlihu al- siyasiyah
(perbaikan tatanan politik), tashlihul mu'amalah (hubungan
kemasyarakatan) dan banyak lagi yang lain. Semuanya wajib
dilakukan dengan aman, tertib, tenteram, sejuk, dan damai,
mengarah kepada selamat (Islam=salam).

Berbeda dengan kamus-kamus barat yang selama ini


menyebutkan perubahan dengan memakai istilah, "reformasi"
yang sebagai gerakan dikenal diabad 16, dan telah bergulir
sebagai suatu perombakan idea keagamaan dengan nafas
"radikal" dan serba kekerasan yang pada akhirnya menelan
banyak kurban. Para reformis Eropah di abad 16 itu,
diantaranya memperkenalkan nama Calvin. (lihat KUBI dan
KBIK). Istilah lainnya adalah "renaisance", dan mungkin sekali
diterjemahkan dengan kebangkitan kembali. Sesungguhnya
kedua istilah tersebut sangat tidak identik dengan perubahan
berwujud tajdid, taghyir ataupun tashlih, sebagai di bimbingkan
agama (Islam).

Kebiasan hidup di Sumatera Barat (adat di Minangkabau)


menjunjung tinggi setiap perubahan dengan istilah "sakali aie
gadang sakali tapian barubah", namun dengan semangat
"singkek uleh ma-uleh, kurang tukuak manukuak", dihidupkan
kebiasaan "tau di raso jo pareso" atau "kulimek sabalun abih",
dan "pandai batenggang di nan sulik" artinya berjalan diatas
norma kebaikan serta akhlaq mulia.

Bila kita melihat, masyarakat Sumatera Barat


(Minangkabau) yang "beradat", dengan kaedah filosofinya
"adat basandi syara' dan syara' basandi Kitabullah", maka ada
kewajiban kita mengghindari setiap pengrusakan, penjarahan,
kebrutalan dan tindakan a-moral lainnya. Kelakuan merusak
tidak sepadan dengan adat kebiasaan ataupun tuntunan
agama manapun. Maka dalam kondisi bagaimanapun marilah

2Nuansa Kehidupan Islami


Pernik-Pernik Reformasi

kita junjung tinggi norma-norma luhur yang telah kita warisi


bersama.

Akhirnya,"Ya Allah, hindarkanlah negeri kami, bangsa kami,


daerah kami dan negara kami yang tercinta ini dari kerusakan
dan penghancuran karena kebodohan kami semua". Amin Ya
Mujibas-saa-iliina.

Padang, 17 Mei 1998.

Jihad Besar

JIHAD adalah satu keberanian berkemampuan tinggi


dalam mengendalikan diri sebagai di ungkapkan Rasulullah
SAW sesuai sabdanya; "Seseorang tidak dikatakan pemberani
karena melompati musuh di medan laga. Tetapi orang yang
berani berjihad itu adalah yang mampu menahan diri
( artinya,memiliki ke-sabaran)" (Al Hadist).

Berani dengan perhitungan (iman dan ihtisab) adalah


bukti sebuah kesabaran. Perhitungan matang di topang oleh
ketabahan dan kemampuan menahan diri akan mendorong
seseorang untuk bertindak benar. Berpegang teguh kepada
kebenaran (haq dari Allah) membuahkan keberanian dalam
bertindak dan akhirnya bersedia untuk berjuang
mempertahankan kebenaran itu. Kesabaran adalah
kemampuan mengendalikan diri dan menjadi pakaian para
ekselensi dan pimpinan dalam mengemban tugas-tugasanya.
Kenanam dan menumbuhkan kesabaran bukan satu urusan
sepele tetapi adalah kerja besar dan berat, sesuai sabda
Rasulullah SAW menyebutnya sebagai "jihad akbar", atau
"perjuangan yang berat".

Sejarah mencatat peristiwa besar di bulan Ramadhan


dari Perang Badar yang adalah ladang perkuburan para
syuhada, sebagai dikatakan oleh Rasulullah SAW, "Kita baru
saja keluar dari jihad (perang) yang kecil dan akan memasuki
jihad (perang) yang lebih besar lagi" (Al Hadist). Pernyataan
Rasulullah SAW ini menimbulkan tanya keheranan para sahabat
pengikut Rassulullah yang mohon di jelaskan; "MANA LAGI
PERANG (JIHAD) YANG BESAR ITU, WAHAI BAGINDA RASUL?".

Nuansa Kehidupan Islami 3


Pernik-Pernik Reformasi

Para sahabat menilai dan mengalami sendiri perang yang baru


ditinggalkan tadi adalah yang paling akbar, paling besar, yang
pernah mereka alami. Baginda Rasulullah SAW memberikan
rumusan, “JIHADUL AKBAR, JIHADUN NAFSI"(Al Hadist), artinya
“Jihad (perang) yang besar itu, adalah perang mengalahkan
nafsu”, maknanya kemampuan mengendalikan diri.

Pengendalian diri dalam arti mendalam adalah


kemampuan suatu bangsa tegak pada prinsip kebangsaan yang
telah disepakati bersama, teguh bertindak dengan sikap
patriotisme yang mendalam berakar pada kemampuan untuk
mandiri dan tidak banyak tergantung dari kendali orang luar.
Disinilah suatu perjuangan besar (jihadul akbar) yang berawal
dari jihadun nafs (perjuangan mengendalikan diri).

Arena latihannya adalah ibadah shaum atau ibadah


puasa. Shaum atau puasa itu, diawali dan diakhiri oleh
“pengendalian diri", mulai sejak sahur sampai datangnya waktu
berbuka dengan menahan (imsak), tiada semenit pun masa
toleransi walaupun perut lapar dan kerongkongan kering
dahaga. Kerelaan menahan sampai datang waktunya
dibolehkan berbuka merupakan latihan disiplin yang tinggi, dan
pengendalian diri yang utuh. Sebuah latihan, hanya bisa dilihat
hasilnya setelah masa latihan terlewati. Keberhasilan
melaksanakan puasa (shaum) terlihat berbekas, jika mampu
melahirkan sifat-sifat disiplin dalam mengendalikan diri, baik
selama atau sesudah Ramadhan pergi. Makin tinggi nilai latihan
makin lama bekasnya di dalam diri.

Di dalam pembangunan bangsa (PJPT-II dan seterusnya)


dan memasuki persaingan ketat era globalisasi abad
keduapuluhsatu kehadapan, tugas setiap individu semakin
berat. Masa kedepan sangat memerlukan manusia yang
berkualitas. Memiliki disiplin yang tinggi dalam setiap kondisi.
Kita amat memerlukan bangsa yang tangguh dan ampuh dalam
menjalankan misi pembangunan, disegala bidang. Yang
diperlukan adalah sumber daya manusia yang rela menahan
diri, berhemat, sanggup memikul beban bersama dan memiliki
rasa solidaritas (ukhuwah) yang men-dalam. Semuanya hanya
bisa diciptakan, melalui latihan kebersamaan dan disiplin yang
terus menerus. Kesempatan ini dibukaan oleh Allah Subhanahu
Wa Ta'ala, melalui ibadah puasa (shaum) di bulan Ramadhan
ini.

Konsekwensinya adalah jangan dibiarkan Ramadhan


berlalu tanpa ada usaha memetik nilai-nilai mulia yang
terkandung di dalamnya, dan sewajarnya setiap diri berusaha
sekuat daya, supaya lingkungan dimanapun berada, bisa
menerapkan amalan puasa (shaum), ”La'allakum

4Nuansa Kehidupan Islami


Pernik-Pernik Reformasi

Tattaquuna” artinya, “supaya kamu menjadi orang-orang


yang terpelihara, terlindungi”. Bangsa yang bertaqwa, adalah
bangsa yang mawas diri, yang hemat, dan tidak menahan hak
orang lain, sesuai firman Allah; “Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu
secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syaithan dan syaithan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (QS.17-Al
Isra’,ayat 26-27).

Ad-Din an Nashihah.

DALAM Pergaulan hidup Muslim sehari-hari ada suatu


tugas bermasyarakat yang mesti di tunaikan yaitu
“memberikan nasehat kepada sesama saudaranya”, sebagai
suatu kewajiban asasi dalam mengamalkan ajaran “amar
ma’ruf nahi munkar”, supaya masyarakat hidup dalam suasana
yang baik, aman dan tenteram, sehingga tercipta tatanan
masyarakat utama (khaira ummah). “Amar ma’ruf nahi
munkar” adalah kewajiban kemanusiaan yang mesti dijalankan
dan di tunaikan secara tulus ikhlas dalam kerangka
mardhatillah, menurut bingkai “tawashii bil haqqi dan tawashii
bis-shabri”, yaitu berwasiat dengan kebenaran (al-haq min
rabbika) dan ketabahan (shabar), beralaskan sabda Rasulullah
SAW; “agama itu adalah nasehat” (ad-diin an-nashihah).

Bila tugas kembar ini dilalaikan, maka yang akan


tampil kepermukaan adalah segala bentuk kekacauan dan
kebringasan dengan kemasan fitnah serta berbagai isu yang
sulit dibendung. Sebab itu, "amar ma'ruf-nahi munkar" di
ketengahkan tanpa kebencian dan dendam, jauh dari perasaan
iri dan hasad dengki. Tugas ini tidak mengenal sakit hati, tetapi
harus berbingkai asih-asuh berisi cinta sejati sesama hidup,
karena “sama-sama ingin masuk surga, sama-sama ingin
terhindar dari neraka, dan terbebas dari godaan iblis-syaitan”.
Tujuan yang ingin dicapai adalah kehidupan bermartabat
kemanusiaan dengan beralaskan mahabbah dan kasih sayang.

Sabda Baginda Rasulullah SAW menyebutkan bahwa di


bulan Ramadhan, “di bukakan pintu syurga, di tutup pintu
neraka, dan di rantai syaithan", hakikinya bermakna setiap
orang berketeguhan sikap dalam melaksanakan amal
perbuatan yang hanya mendekatkan ke sorga (taqarrub ila
Allah), yakni mengerjakan segala "kebaikan" sesuai ajaran
Allah dan Rasulullah, karena kebaikan itu adalah “warna fitrah"

Nuansa Kehidupan Islami 5


Pernik-Pernik Reformasi

kemanusiaan. Perlombaan menabur-tanam kebaikan (al khairi,


ma’ruf) dan konsekwen dalam menanggalkan keburukan
(maksiat, munkarat) merupakan keyakinan mukmin yang tak
bisa ditawar-tawar, dalam hal ibadah shaum harusalah
diterjemahkan bahwa “puasa (shaum) tidak hanya sekedar
menahan haus dan lapar, tetapi adalah kemampuan menahan
diri”. Karena itu ibadah shaum (puasa) mampu menghindarkan
seseorang dari segala kejahatan pribadi dan kejahatan di
tengah kehidupan bermasyarakat, serta menjauhkan seseorang
dari sikap ceroboh dan perbuatan tidak senonoh meniru
perangai syaithan dengan segala bentuk tipu daya, adu domba,
fitnah, isue dengan rentetan kepalsuan demi kepalsuan.

Dakwah ilaa-Allah menjadi kewajiban pribadi


(fardhu-‘ain) setiap muslim yang beriman. Dakwah adalah
gerakan massal “mempuasakan masyarakat dari segala
tindakan tidak terpuji", seperti perangai konsumeris,
individualis, materialis, spekulatip yang berakibat terhadap
gejolak moneter dan kehidupan ekonomi yang tengah melanda
bangsa. Bila kita mau secara jujur mengkaji gejolak moneter
yang kita alami hari ini, terjadinya tidak semata-mata di
karenakan oleh faktor fisik ekonomi semata, namun
sebenarnya bertumbuh tambah besar adalah karena hilangnya
kepercayaan kepada diri, atau hilangnya kecintaan bangsa
kepada negaranya, hilangnya kepercayaan rakyat kepada
pemimpin atau hilangnya kepercayaan pemimpin terhadap
rakyatnya, yang secara timbal balik menimbulkan hilangnya
kepercayaan kepada milik sendiri (baca: rupiah) dan terlampau
besarnya kepercayaan kepada milik orang lain (baca: dollar).

Sebagai bangsa kita cenderung merasa lebih aman


menyimpankan kekayaan di Lembaga-Lembaga Keuangan Luar
Negeri daripada menanamkan kekayaan dimaksud dinegeri
sendiri, dan lebih suka mengkonsumsi produk-produk luar
negeri dan menganggap hasil dalam negeri sendiri rendah
derajatnya. Lebih jauh sebenarnya yang hilang adalah
patriotisme kebangsaan dan kecintaan kepada tanah air,
sehingga sulit untuk mengharapkan timbulnya kerelaan
berkorban, karena sebagai bangsa sudah kehilangan ruhul-
jihad (jiwa perjuangan).

Ramadhan melahirkan “izzatun-nafsi” (harga diri)


berakar taqwa yang terlihat pada sikap percaya diri, hemat,
senantiasa berhati-hati (mawas diri), istiqamah (teguh-prinsip)
dalam menanam nilai kebersamaan (ukhuwwah) ditengah
hidup bermasyarakat dan berbangsa. Sikap yang mewarnai
izzatun nafsi akan berperan dalam membentuk watak bangsa
yang besar, yang tidak hanya semata-mata terikat kepada
tabiat bernafsi-nafsi atau hanya menyelamatkandiri sendiri,

6Nuansa Kehidupan Islami


Pernik-Pernik Reformasi

akan tetapi lebih mendahulukan sikap kebersamaan (kegotong


royongan) sebagai penggambaran dari suatu budaya bangsa
yang ditopang oleh ajaran wahyu agama yang benar yakni “ta
‘aa-wanuu ‘ala al-birri wa at-taqwa” artinya “saling membantu
bersama-sama (bergotong royong) dalam kebajikan dan
taqwa”.

Prinsip inilah sesungguhnya yang telah melahirkan


pengorbanan besar para pejuang bangsa dalam merebut
kemerdekaan, dan sikap ini pula yang perlu di pelihara dan di
tumbuhkan lagi dalam mempertahankan kemerdekaan dan
mengisinya melalui program-program pembangunan. Semua
jawabannya tersimpan dalam kesediaan kita semua
mengamalkan satu jihad besar yang disebut “Gerakan
Fastabiqul Khairat” yang melibatkan seluruh lapisan umat.
Inilah jihad besar sepanjang masa sesuai bimbingan Allah SWT
dalam firman-NYA; ”Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah
dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih
kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang
tuamu Ibrahim AS. Dia (Allah) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu
pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi
saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi
atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat
(sembahyang), tunaikanlah zakat dan berpeganglah
kamu pada tali Allah. Dia (Allah) lah Pelindungmu, maka
Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong”
(QS.22-Al-Hajj,ayat 78).

Padang, 16 Januari 1998.

Nuansa Kehidupan Islami 7


Pernik-Pernik Reformasi

FORMULASI

POLA QUR^ANI

Sebagai muslim ada kewajiban mewujudkan masyarakat


yang makmur dengan ber keadilan dan memiliki ketenteraman
dalam wujud adil dalam kemakmuran yang menjadi idaman
dalam hidup ini. Berkeadilan sejati adalah makmur dan
tenteram dibawah naungan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa.

Sebagai insan hamba Allah, tidak dibenarkan mengabai


dimensi kultural dari bangsa ini. Lebih 85% umat ini memiliki
nilai-nilai khair ummatin atau ummat utama sebagai
konsekwensi dari dinamika sosial bangsa yang berkemampuan
tinggi, maka ada kewajiban memilihkan solusi tepat, singkat,
untuk dipakai pada masa-masa yang panjang.

Tepatnya, perlu di mulai dengan menerapkan Pola "Q"


yang semestinya tidak ditolak oleh bagian terbesar generasi
bangsa ini yang telah menerima Al Qur^an sebagai hidayah.
Maka, "Pola Qur^ani" yang bermuatan hidayah yang mampu
dijadikan nilai-nilai dasar pembentukan kualitas manusia.

Muatan dasar pertama adalah imaniyah, yakni


keyakinan kepada Kekuasaan Allah Yang Maha Esa. Juga dikenal
sebagai formula "tauhid", yang memberikan motivasi bagi
manusia dalam menggerakkan aktivitas ke-amal nyata, dan
berkemampuan melakukan antisipasi terhadap
perubahan-perubahan cepat. Suatu tatanan peradaban modern
(maju) bisa di terima tanpa harus tercerabut dari nilai dasar
iman dan kepribadian. Formula tauhid, adalah kesadaran
mendalam, bahwa alam ini diciptakan dengan kesiapan
menerima setiap perubahan-perubahan. Yang tetap tidak
berobah adalah idealisme mencari redha Allah.

Muatan kedua berupa formula ukhuwwah, yaitu


kesadaran akan pentingnya persaudaraan dan kekerabatan
yang diikat dengan tali keakraban (sebangsa dan setanah air).
Muatan ini mendorong tercitapnya upaya-upaya nyata dan
serius dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki guna

8Nuansa Kehidupan Islami


Pernik-Pernik Reformasi

diarahkan kepada kehidupan mandiri (self help) dalam upaya


menciptakan tatanan bermasyarakat yang lebih baik (mutual
help), pada akhirnya mampu melahirkan masyarakat yang
hidup dan menghidupi (selfless help) sebagai uswah-hasanah
atau sosok ketauladanan.

Formula ukhuwwah atau kekerabatan (kesaudaraan)


berperan dalam memecahkan masalah kemiskinan dan kemela-
ratan ummat, dengan meluruskan kesenjangan sosial atas
prinsip ta'awunitas, yaitu kerjasama atas dasar sama-sama
bekerja.

Firman Allah dalam Al Qur^an menyebutkan, "I'maluu 'alaa


makanatikum, inni 'amil", artinya "kamu masing-masing
berbuat pada tempat (posisi) kamu, akupun berbuat pula
(menurut kemampuan pada posisiku pula)". Makna lebih dalam
ialah berkembangnya tatanan saling menghormati pada posisi
sama terhormat, dan tertutupnya kesempatan exploitation de
l'homme par l'homme seperti pada kehidupan kapitalistis.

Muatan ketiga adalah formula fii- sabilillah, yang pada


hakekatnya mengikat diri pada pemilihan hanya pada jalan
Allah, yang bermakna bahwa sumber pendapatan dan
pembiayaan yang dilakukan terhindar dari
kebocoran-kebocoran (waste atau mubazzir). Menegakkan
aturan normatif merupakan konsekwensi logis agar secara
aktualita didapati batas-batas antara boleh dan tidak, antara
suruhan dan larangan, antara halal dan haram, dan kepedulian
yang tinggi terhadap perubahan-perubahan dengan bimbingan
akhlaqul karimah.

Muatan keempat, adalah formula optimilisasi duniawi


untuk ukhrawi, karena antara dunia dan kepentingan akhirat
(hari akhir) sama sekali tidak terpisah, tidak berdiri
sendiri-sendiri tanpa satu sama lain ada ketergantungan.
Kepercayaan kepada hari akhir (kehidupan sesudah mati)
sebenarnya keyakinan terhadap adanya kewajiban
pertanggungan-jawab individual yang tidak bisa dimanipulasi
datanya.

Keyakinan yang menempatkan pernilaian bahwa "hari


akhir itu lebih baik dari hari sekarang (dunia) ini". Konsep kese-
jahteraan hari nanti (akhirat) amat ditentukan oleh pemilihan

Nuansa Kehidupan Islami 9


Pernik-Pernik Reformasi

yang tepat masa kini (duniawi). Konsep "ukhrawi" melahirkan


sikap positif berupa kehati-hatian, pemilihan amal yang tepat,
disiplin yang tinggi, hemat, tidak takabbur, bahkan terjauh dari
sikap perilaku tercela, akhirnya mampu membentuk kualitas
manusia yang berperan efektif dan konstruktif dalam proses
pembangunan seluruh segi kehidupan manusia dalam
menciptakan perdamaian dunia. Makanya, formulasi "akhirat"
mampu membentengi ummat dari gejolak faham sekularistik,
yang akan bermuara dengan hedonistik, sadisme dan a-moral.

Kepercayaan atau keyakinan kepada kehidupan ukhrawi


memposisikan manusia pada peranan optimal dan strategis,
bermuatan nilai pendidikan dalam menciptakan sumber daya
manusia yang seimbang dengan memiliki kehandalan
intelektual, fisik, dan profesionalitas, dengan memiliki
keimanan dan ketaqwaan, memiliki kepribadian yang luhur,
seperti yang diharapkan dalam format pembangunan manusia
seutuhnya.

Muatan kelima, adalah formula ilmu dan hikmah,sebagai


suatu yang mutlak harus dipunyai oleh seorang manusia
Muslim. Kebutuhan terhadap ilmu, menjadi bahagian awal dari
pemberitaan Qurani, pada ayat-ayat yang perama. Ilmu tidak
pernah berhenti, sampai dunia berakhir dengan kiamat. Allah
SAW menyebutnya dalam Fiman Nya " Bacalah, Dan
Tuhanmu- lah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya" (Al 'Alaq, QS.96 ayat 3-5).

Merebut ilmu, sesuai dengan bimbingan Rasulullah SAW


menjadi kewajiban bagi setiap Muslim (lelaki dan perempuan),
(Al Hadist). Tidak ada batas usia menuntut ilmu sebagaimana
sabda Rasulullah SAW, "Tuntutulah ilmu itu dari ayunan hingga
ke liang lahat (qubur)" (Al Hadist). Tidak pula terbatas di satu
wilayah seperti yang dianjurkan "Tuntutlah ilmu walau ke
negeri Cina".

Lebih mendasar pernyataan tentang keberhasilan


manusia hanya dengan ilmu, sesuai sabda Rasulullah SAW,
"Siapa yang inginkan dunia dia harus peroleh dengan ilmu,
siapa yang inginkan akhirat juga harus direbut dengan ilmu,
dan siapa yang inginkan keberhasilan kedua-duanya (dunia
dan akhirat) maka keduanya harus direbut dengan ilmu" (Al

Nuansa Kehidupan Islami


10
Pernik-Pernik Reformasi

Hadist). Seiring dengan Firman Allah, artinya "Allah


menganugerahkan al hikmah (ilmu, kefahaman mendalam
tentang Al qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang IA
kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi Al Hikmah
(ilmu) itu, maka ia benar- benar telah di anugerahi karunia
(nikmat) yang banyak. Dan hanya orang- orang yang
berakal- lah yang dapat mengambil pelajaran (dari
firman- firman Allah)" (Al Baqarah, QS. 2 ayat 269).

Suatu kenyataan bahwa pergolakan kompetitif di era


globalisasi di dominasi oleh pemilik ilmu pengetahuan dan
teknologi dan berpeluang menguasai dunia abad mendatang.
Penguasaan ilmu pengetahuan (hikmah) adalah bagian
integral dalam Pola Qurani (Pola Q), akomodasi alternatif untuk
memotivasi manusia (Muslim) mengantisipasi langkah zaman
jauh ke depan. Pengembangan Pola Qur^ani merupakan salah
satu pilihan tepat ber muatan hidayah Al Qur^ani, yang
dipercayai ummat terbanyak dari generasi bangsa ini,
berpotensi untuk secara bersama-sama menopang laju
pembangunan bangsa dan negara tercinta, serta merupakan
langkah positif kedepan guna menatap perubahan zaman.
Semua di lakukan mengharap redha Allah aplikasi terutama
dari nilai Al Qur^an.

Wa hamdulillahi Rabbil 'Alamien.

Padang, Dzulqa’idah 1418 H

Globalisasi

Kearifan Menangkap

Perubahan Zaman

Nuansa Kehidupan Islami 11


Pernik-Pernik Reformasi

Zaman senantiasa mengalami perubahan Begitulah


Sunatullah. Yang Kekal hanyalah Sunnatullah, aturan yang telah
ditetapkan oleh Allah, Maha pencipta.

Menjelang berakhirnya alaf kedua dan memasuki abad


baru, abad dua puluh satu sebagai awal millenium ketiga,
ditemui suatu kenyataan, terjadinya lonjakan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan pesat. Ditandai
dengan lajunya teknologi komunikasi dan informasi
(information technology).

Suatu gejala yang disebut-sebut sebagai arus globalisasi,


dan "perdagangan bebas, yang memacu dunia ini dalam satu
arena persaingan yang tinggi dan tajam.

Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu


tindakan atau proses menjadikan sesuatu mendunia
(universal), baik dalam lingkup maupun aplikasinya, the act of
process or policy making something worldwide in scope or
application menurut pengertian The American Heritage
Dictionary.

Di era globalisasi akan terjadi perubaha-perubahan


cepat. Dunia akan transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa
batas. Hubungan komunikasi, informasi, transportasi
menjadikan satu sama lain menjadi dekat, sebagai akibat dari
revolusi industri, hasil dari pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.

Arus globalisasi juga akan menggeser pola hidup


masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi
masyarakat industri dan perdagangan modern. Dari kehidupan
sosial berasaskan kebersamaan, kepada masyarakat yang
individualis, dari lamban kepada serba cepat. Asas-asas nilai
sosial menjadi konsumeris materialis. Dari tata kehidupan yang
tergantung dari alam kepada kehidupan menguasai alam. Dari
kepemimpinan yang formal kepada kepemimpinan yang
mengandalkan kecakapan (profesional).

Pertumbuhan Ekonomi, Nikmat yang Wajib Dipelihara

Aspek paling mendasar dari globalisasi menyangkut


secara langsung kepentingan sosial masing-masing negara.
Masing-masing akan berjuang memelihara kepentingannya,
dan cenderung tidak akan memperhatikan nasib negara-negara

Nuansa Kehidupan Islami


12
Pernik-Pernik Reformasi

lain. Kecenderungan ini bisa melahirkan kembali "Social


Darwinism", dimana dalam persaingan bebas bentuk apapun,
yang kuat akan bisa bertahan dan yang lemah akan mati
sendiri (Wardiman, 1997).

Kondisi ini mirip dengan kehidupan sosial budaya masyarakat


jahiliyah, sebagaimana diungkapkan sahabat Ja'far bin Abi
Thalib kepada Negus, penguasa Habsyi abad ke-7, yang nota
bene berada di alaf pertama:

"Kunna nahnu jahiliyyah, nakkulul qawiyyu minna


dha'ifun minna," artinya: "Kami masyarakat jahiliyyah, yang
kuat dari kami berkemampuan menelan yang lemah di antara
kami."

Kehidupan sosial jahiliyyah itu telah dapat diperbaiki


dengan kekuatan Wahyu Allah, dengan aplikasi syari'at Islam
berupa penerapan ajaran tauhid ibadah dan tauhid sosial
(Tauhidic Weltanschaung). Ini suatu bukti tamaddun
pendekatan historik yang merupakan keberhasilan masa lalu
(the glory of the past).

Allah berfirman:

"Demikian itulah umat sebelum kamu. Bagi mereka amal


usahanya, dan bagi kamu amal usahamu." (Q.S. 2: 141)

Globalisasi membawa banyak tantangan (sosial, budaya,


ekonomi, politik dan bahkan menyangkut setiap aspek
kehidupan kemanusiaan. Globalisasi juga menjanjikan
harapan-harapan dan kemajuan.

Setiap Muslim harus jeli ('arif) dalam menangkap setiap


pergeseran yang terjadi karena perubahan zaman ini. Harus
mampu menjaring peluang-peluang yang ada, sehingga
memiliki visi jauh ke depan. "Laa tansa nashibaka
minaddunya", artinya "jangan sampai kamu melupakan
nasib/peranan kamu dalam percaturan hidup dunia (Q.S. 28:
77).

Suatu yang amat menjanjikan itu adalah pertumbuhan


ekonomi yang pesat, sebagai alat untuk menciptakan
kemakmuran masyarakat. Indonesia sebagai bagian dari Asia
Tenggara, dalam tiga dasawarsa ini telah menikmati
pertumbuhan ekonomi yang pesat. Bank Dunia menyebut
sebagai "The Eight East Asian Miracle" yang berkembangan
menjadi macan Asia bersama: Jepang, Taiwan, Korea Selatan,

Nuansa Kehidupan Islami 13


Pernik-Pernik Reformasi

Hong Kong, Thailand, Singapura, Malaysia.

Sungguh suatu nikmat yang wajib disyukuri. "Lain


syakartum la adzidannakum", bila kamu mampu menjaga
nikmat Allah (syukur), niscaya nikmat itu akan ditambah.

Dalam bidang ekonomi ini, negara-negara Asean


menikmati pertumbuhan rata-rata 7-8 % pertahun, sementara
Amerika dan Uni Eropa hanya berkesempatan menikmati
tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata 2,5 sampai 3 %
pertahun.

Populasi Asean sekarang 350 juta, diperkirakan tahun


2003 saat memasuki AFTA, populasi ini akan mencapai 500 juta
(Adi Sasono, Cides, 1997).

Bila pertumbuhan ekonomi ini dapat dipelihara, Insya


Allah pada tahun 2019, saat skenario APEC, maka kawasan ini
akan menguasai 50,7 % kekayaan dunia, Amerika dan Uni
Eropa hanya 39,3% dan selebihnya 10 % dikuasai Afrika dan
Amerika Latin (Data Deutsche Bank, 1994).

Apa artinya semua ini?

Kita akan menjadi pasar raksasa yang akan diperebutkan


oleh orang-orang di sekeliling. Bangsa kita akan dihadapkan
pada "Global Capitalism". Kalau kita tidak hati-hati keadaan
akan bergeser menjadi "Capitalism Imperialism" menggantikan
"Colonialism Imperialis" yang sudah kita halau 50 tahun silam.
Dengan "Capitalism Imperialism" kita akan terjajah di negeri
sendiri tanpa kehadiran fisik si penjajah.

Pertanyaan yang perlu dijawab segera: Sudahkah kita


siap menghadapi perubahan zaman yang cepat dan penuh
tantangan ini?

Di antara jawabnya adalah, kita berkewajiban


sesegeranya mempersiapkan generasi baru yang siap bersaing
dalam era global tersebut. Kita berkewajiban membentuk
Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih berkecenderungan
individual menjadi Sumber Daya Umat (SDU) yang bercirikan
kebersamaan dengan nilai asas "gotong royong", berat sepikul
ringan sejinjing, atau prinsip ta'awunitas.

Sebuah prinsip dasar yang mulai diabaikan oleh


kalangan intelektual sekuler. Kita memerlukan generasi yang
handal, dengan daya kreatif, innovatif, kritis, dinamis, tidak
mudah terbawa arus, memahami nilai-nilai budaya luhur, siap
bersaing dalam knowledge based society, punya jati diri yang

Nuansa Kehidupan Islami


14
Pernik-Pernik Reformasi

jelas, memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam


sebagai kekuatan spritual. Kekuatan yang memberikan motivasi
emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan
fisik-material, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai
kemanusiaan.

Disini peran yang amat crusial dari Agama Islam.


Wallahu a'lam.

Padang, 7 Agustus 1997.

Nuansa Kehidupan Islami 15


Pernik-Pernik Reformasi

GENERASI PENYUMBANG

Adalah suatu keniscayaan masa depan sangat banyak di


tentukan oleh umat yang memiliki kekuatan budaya yang
dominan. Semestinya usaha diarahkan kepada pembentukan
satu generasi penyumbang dalam bidang pemikiran (aqliyah),
ataupun penyumbang pembaharuan (inovator)1. Keberhasilan
akan banyak ditentukan oleh keunggulan institusi di bidang
pendidikan atau pembinaan terhadap generasi yang
berpengetahuan tentang kemampuan yang dimiliki, memiliki
pemahaman (identifikasi) mendalam tentang masaalah-
masaalah yang tengah dihadapi, equalisasi yang mengarah
kepada kaderisasi diiringi oleh penswadayaan kesempatan-
kesempatan yang ada2.

Suatu kelemahan mendasar pada negara berkembang


adalah melemahnya jati diri karena kurangnya komitmen
kepada nilai-nilai luhur agama yang menjadi anutan bangsa3.
Kelemahan ini dipertajam oleh tindakan isolasi diri karena
kurangnya kemampuan terhadap penguasaan “bahasa dunia”
(politik, ekonomi, sosial, budaya), yang pada gilirannya hidup
dengan kecenderungan terjajah di negeri sendiri. Kurangnya
percaya diri tersebab lemahnya penguasaan teknologi dasar
yang menopang tatanan perekonomian bangsa, lemahnya
minat menuntut ilmu, yang pada akhirnya menutup peluang
untuk berperan serta dalam kesejagatan4.

Pemberdayaan tamaddun (agama dan adat budaya)


didalam tatanan kehidupan masyarakat seutuhnya, menjadi
landasan meletakkan dasar pengkaderan re-generasi, dengan
mengaktifkan kegiatan-kegiatan mengarah kepada penerapan
hidup keseharian menjadi kewajiban utama, agar tidak terlahir
generasi yang lemah5. Perlibatan generasi muda pada aktifitas-
aktifitas lembaga agama dan budaya, dan penjalinan hubungan
erat yang timbal balik antara badan-badan kebudayaan
serumpun (dalam dan luar kawasan), menjadi pendorong bagi
terlahirnya generasi penyumbang yang bertanggung jawab 6.

Penjalinan kerja sama dengan lembaga-lembaga


perguruan tinggi (akademik) dengan meningkatkan pengadaan
pengguna fasilitas yang mendorong kepada penelitian
memasuki jati diri berbangsa dan bernegara akan
memperkokoh interaksi kesejagatan.

Melalui penelitian dan penelaahan perobahan-perobahan


di desa dan kota sebagai antisipasi arus kesejagatan adalah

Nuansa Kehidupan Islami


16
Pernik-Pernik Reformasi

keniscayaan yang akan memperkokoh jati diri.


Pengoperasionalan hasil-hasil penelitian dalam meningkatkan
kerja sama berbagai instansi, bisa menopang peningkatan
kesejahteraan7.

Menggali ekoteknologi dengan kearifan yang ramah


lingkungan, serta penanaman keyakinan aktual bahwa yang
ada sekarang adalah milik generasi mendatang, menumbuhkan
konsekwensi logis beban generasi kini berkewajiban
memelihara dan menjaga untuk di wariskan kepada gereasi
pengganti, secara lebih baik dan lebih sempurna8.

Aktifitas ini akan memacu peningkatan daya kinerja di


berbagai bidang garapan melalui perancangan pembangunan
arus bawah dan alur pemikiran, melalui pendekatan holistik
(holistic approach).

Menghadapi arus kesejagatan (global) yang deras secara


dinamik memerlukan penyesuaian kadar apa yang di
kehendaki, maknanya adalah arus kesejagatan tidak boleh
mencabut generasi dari akar budaya bangsanya. Sebaliknya
arus kesejagatan itu semestinya di rancang bisa merobah apa
yang tidak di kehendaki9.

Senyatanya membiarkan diri terbawa arus deras


perobahan sejagat tanpa memperhitungkan jati diri akhirnya
akan menyisakan malapetaka10.

Sosialisasi pembinaan jati diri bangsa terletak pada


pemeranan maksimal fungsi ibu bapa (kekuatan inti
masyarakat terdapat di rumah tangga)11. Usaha
berkesinambungan ini mesti sejalan dengan pengokohan
lembaga keluarga (extended family), serta pemeranan peran
serta masyarakat secara pro aktif menjaga kelestarian adat
budaya (hidup beradat).

Setiap generasi yang di lahirkan dalam satu rumpun


bangsa seyogyanya tumbuh menjadi kekuatan yang peduli dan
pro-aktif dalam menopang pembangunan bangsanya dengan
tujuan yang jelas, menciptakan kesejahteraan yang adil merata
melalui program-program pembangunan.

Sadar manfaat pembangunan seharusnya merata


dengan prinsip-prinsip jelas, equiti yang berkesinambungan,
sehingga partisipasi tumbuh dari bawah dan datang dari atas,
pada gilirannya pula setiap individu di dorong maju dengan
merasa aman yang menjamin kesejahteraan12.

Nuansa Kehidupan Islami 17


Pernik-Pernik Reformasi

Tidaklah mungkin dianggap enteng setiap usaha kearah


pemantapan metodologi pengembangan program pendidikan
dan pembinaan (keluarga, institusi, dan lingkungan), dengan
pemantapan aqidah (pemahaman aktif ajaran Agama) pada
generasi mendatang13.

Adanya political action berkenaan dengan pengamalan


ajaran-ajaran Agama (Islam) yang senyatanya merupakan
anutan terbesar generasi mendatang, niscaya akan menjadi
sumber kekuatan besar dalam proses pembangunan melalui
integrasi aktif, dimana umat berperan sebagai subjek bagi
pembangunan bangsa itu sendiri14.

Generasi penyumbang (inovator) sangat di perlukan


pembentukannya dalam kerangka pembangunan berjangka
panjang. Bila terlupakan, generasi yang terlahir adalah
generasi pengguna (konsumptif) yang jauh dari sikap produktif,
dan akan merupakan benalu bagi bangsa dan negara 15.

Semoga Allah memberi kekuatan memelihara amanah


bangsa ini. Amin.

Padang, April 1998.

Nuansa Kehidupan Islami


18
Pernik-Pernik Reformasi

FITNAH

COBAAN

Wahyu Allah SWT memperingatkan setiap diri agar selalu


berhati-hati terhadap datangnya cobaan (fitnah) yang bisa
menimpa setiap orang. Sesuai firman-Nya; "Dan peliharalah
dirimu dari fitnah (siksaan) yang tidak semata khusus
ditimpakan terhadap orang-orang yang zalim (aniaya) diantara

Nuansa Kehidupan Islami 19


Pernik-Pernik Reformasi

kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaannya"


(QS.8, al-Anfal:25).

Fitnah adalah siksaan yang tidak hanya teruntuk orang yang


aniaya (zalim), bahkan akibatnya dirasakan oleh orang lain
yang ada disekelilingnya.

Nabi Muhammad SAW menyuruh mewaspadai kondisi


kehidupan manusia di suatu ketika yang akan di sungkup fitnah
berbungkus tipu daya (khida'aat) seperti;

(a). Membenarkan sesuatu yang didalamnya tersimpan


kebohongan,

(b). Mendustakan (menolak) sesuatu yang telah benar,

(c). Memberikan amanah kepada orang-orang khianat,

(d). Mengkhianati orang-orang jujur, dan

(e) Mengikuti ucapan "ar-ruwaiybidhah"., yaitu "seorang bodoh


yang berbicara tentang segala urusan", (HR.Ibn.Majah dari Abi
Hurairah RA).

Masyarakat yang terbiasa pada sikap membenarkan


yang salah cenderung akan menolak kebenaran, sebab yang
menjadi ukuran adalah interest (kepentingan). Tatkala amanah
diserahkan kepada pengkhianat, orang jujur akan di khianati (di
kucilkan). Yang tampil adalah orang-orang bodoh yang
berbicara seenak perut menyangkut segala urusan orang
banyak. Suka atau tidak, segala permasaalahan tidak duduk
secara tepat. Yang akan berkembang subur segala tindakan
anarkis. Berbagai kekacauan (fasad) dan pemaksaan kehendak
sukar dibendung. Tindakan balas dendam di bumbui saling
curiga, hasad dan dengki akan meraja lela. Akhirnya,
berlakukah peringatan Rasulullah SAW; "bila urusan sudah
dipegang yang bukan ahlinya, tunggu sajalah kehancuran" (Al
Hadist). Datanglah bencana besar berupa fitnah (siksaan) yang
tak terelakkan.

Kepada orang ber-iman diperintahkan agar jangan


mengkhianati Allah dan Rasul dengan merusak amanat yang
dipercayakan. Bahayanya sangat besar. Harta, kekayaan, anak,
turunan, adalah sumber fitnah besar. (lihat QS.8:27-28). Allah
SWT akan menguji dengan keburukan dan kebaikan, di
dalamnya terdapat siksaan atau fitnah (lihat QS.21,al-
Anbiya':35). Dalam situasi serba tak menentu perlu dipelihara
konsistensi (istiqamah).

Nuansa Kehidupan Islami


20
Pernik-Pernik Reformasi

Baiklah di simak dialog Khuzaifah bin al-Yamany RA dengan


Rasulullah SAW. Ketika orang banyak bertanya kebaikan (al-
khair), dia menyoal keburukan (syarr), karena takut kalau
keburukan itu yang menimpa dirinya.

Sahabat Khuzaifah berkata; "Wahai Rasulullah,


sebelumnya kami hidup dalam zaman jahiliyah dan kodisi
buruk, hingga didatangkan oleh Allah kepada kami kebaikan
(hidayah Islam, kerasulan Muhammad SAW). Apakah dibalik
kebaikan ini masih tersimpan keburukan?". Rasul SAW
menjawab; "Ya!".

Ditanya lagi; "Apakah disebalik keburukan itu masih


terdapat kebaikan?", maka Rasul menjawab; "Benar, tetapi
diselimuti kabut!". Lantas kutanyakan; "Kabut semacam apa?",
yang di jawab oleh Nabi SAW; "kaum yang mengajak tanpa
petunjuk hidayahku!" (dalam riwayat lainnya, "kaum yang
bersunnah diluar sunnahku, dan berpedoman diluar
hidayahku"). "Kamu mengenali mereka, tapi kamu mengingkari
(terang-terangan atau sembunyi, karena perangainya tidak
sejalan)".

Aku tanyakan lagi; "Apakah sesudah kebaikan itu masih


ada keburukan?". Jawab Nabi; "Ya!, Dakwah (yang berkembang)
adalah ajakan kepintu jahanam. Siapa saja yang mengikuti
(seruan) mereka, berarti siap terjun kedalamnya".

Kutanyakan pula; "Tunjukkan kepada kami sifat mereka, wahai


Rasulullah!" Dijawab Nabi SAW; "Kulit mereka seperti kita, dan
perkataan mereka seperti lisan kita juga".

Maka, aku sampaikan; "Apakah perintahmu kepadaku,


andai kutemui kondisi seperti itu?" Sabda Rasulullah SAW;
"Tetaplah dalam jamaah muslimin dan ikutilah para imam
(pemimpin) mereka (Muslim) itu!".

Akhirnya, kutanyakan; "Bagaimana, jika aku tak


menemui lagi dikalangan mereka (kaum muslimin) itu jamaah
dan juga tidak ada imam (pemimpin)?". Nabi SAW berkata;
"Menghindarlah ('uzlah) dari seluruh firqah (kelompok) yang
ada, walau engkau akan menggigit urat kayu hingga maut
datang menjelang, dan engkau tetap begitu (sedemikian itu
lebih baik untukmu)". (HR.Tirmidzi)

Padang, September 1998.

Nuansa Kehidupan Islami 21


Pernik-Pernik Reformasi

MASA DEPAN

Betapapun krisis tengah melanda Indonesia sebagai


bahagian dari kawasan Asia Tenggara, namun sebagai bangsa
yang besar semestinya bersikap optimis dengan dorongan
semangat besar bahwa bangsa (kawasan) ini akan menjadi
pusat kegiatan masa datang, baik dalam penguasaan ekonomi
ataupun intelektual menghadapi percaturan abad ke duapuluh
satu.

Suatu kenyataan, instalasi kekuatan ekonomi terpegang


oleh bahagian terkecil (selected minority) dengan penguasaan
kebutuhan mayoritas penduduk di pedesaan. Namun, bila
kekuatan kecil ini mampu membangkitkan peran penguasaan
kebutuhan terbesar masyarakat, adalah suatu keniscayaan
semata bangsa ini akan dapat bergerak secara pasti menjadi
umat yang di perhitungkan.

Sulit untuk di elakkan, adanya suatu keharusan


memelihara gerak pertumbuhan dari bawah (bottom-up).
Usaha nyata perlu dikembangkan melalui ekonomi keluarga
dan pemungsian kekuatan ekonomi pasar dari pedesaan.
Karena, yang akan memimpin orang banyak adalah yang bisa
berbuat banyak untuk orang banyak itu.

Peranan generasi mendatang harus di siapkan pada


dasar kesepahaman memelihara destiny sendiri, dengan
menanamkan kebebasan terarah untuk menumbuh
kembangkan tanggung jawab bersama, dalam upaya
meningkatkan daya saing dan menghasilkan hal-hal yang
produktif, pada gilirannya akan membuahkan beragam hasil
usaha yang dinikmati bersama.

Memang ada satu kecemasan bahwa sebahagian


generasi yang bangkit kurang menyadari tempat berpijak.

Nuansa Kehidupan Islami


22
Pernik-Pernik Reformasi

Sebenarnya suatu kelaziman belaka pada kawasan yang


tengah berkembang tampilan kolektivitas lebih mengedepan
dari pada aktivitas individu. Dalam hubungan ini diperlukan
penyatuan gerak langkah memelihara sikap-sikap yang
harmonis dengan menghindari adanya tindakan eksploitasi
dalam hubungan bermasyarakat. Penguatan daya
implementasi konsep-konsep aktual menjadi sangat penting,
melalui research dan pengembangan serta kualita dalam
membentuk kondisi.

Pemberdayaan institusi (lembaga) kemasyarakatan yang


ada (adat, agama, perguruan tinggi), dalam mencapai ujud
keberhasilan, mesti disejalankan dengan kelompok umara’
(penguasa) yang adil (kena pada tempatnya).

Ketersambungan pendapat ilmuan dan para pengamat


melalui dialog, dan penekanan amanah pada pemegang-
pemegang kendali ekonomi, serta penyatuan gerak seluruh
masyarakat yang ujud dalam do’a (harapan) berpadu pada
usaha (kenyataan), merupakan pekerjaan mendesak dalam
meniti suatu pengembangan pembangunan (development).

Pemeranan seni mengajak secara aktif (dakwah) akan


menyokong mempertahankan apa yang kita miliki dan
membuat apa yang belum kita miliki.

Akhlak mulia adalah suatu kemestian bagi mendorong


tumbuhnya pro-aktif dalam gerak pembangunan fisik dan non-
fisik.

Suatu kecemasan bahwa diantara generasi yang tengah


berkembang belum siap memerankan tugas di masa depan,
memang beralasan. Gejala itu terlihat dari banyaknya generasi
bangsa yang masih terdidik dalam bidang non-science (seperti,
kecenderungan terhadap yang berbau mistik, paranormal,
pedukunan, penguasaan kekuatan jin, budaya lucah, pergaulan
bebas, kecanduan ectacy,dan konsumsi penanyangan
pornografi) ditengah berkembangnya iptek. Gejala ini tampil
pada permukaan tata pergaulan yang dipermudah oleh
penayangan informasi produk cyber space.

Keinginan yang tidak selektif, peniruan gaya hidup yang


tidak berukuran, sesungguhnya akan lebih banyak
menghambat kesiapan menatap masa depan. Kemungkinan ini
bisa terjadi karena kurangnya interest terhadap agama dan
mulai meninggalkan puncak-puncak budaya yang diwarisi,
diperberat oleh tindakan para pemimpin formal dan non-formal
yang kebanyakannya masih terpaut pada pengamatan
tradisional dan non-science.

Nuansa Kehidupan Islami 23


Pernik-Pernik Reformasi

Problematika ini akan teratasi dengan usaha


berketerusan dalam memelihara kemurnian aqidah (tauhid)
supaya tidak terjadi pemahaman dan pengamalan keseharian
agama yang campur aduk, serta usaha berkesinambungan
dalam menjaga agar tidak terjerumus dalam kehidupan
materialis.

Upaya yang intensif ini semestinya berkemampuan


menggiring Sumber Daya Umat tetap bertumpu kepada science
dengan nilai agama dan budaya. Tugas ini perlu di emban
secara terpadu.

Padang, Maret 1998.

KUALITAS UMAT

Salah satu masalah kehidupan modern adalah kualitas


manusia yang berkaitan dengan kualitas umat dalam kerangka
Ijtima’iyah (kemasyarakatan).

Modernisasi telah mendorong umat manusia menggapai


tingkat kehidupan duniawi (materiil) yang menghidangkan
kehidupan nyata lebih baik dari kehidupan sebelumnya.
Percepatan ini hanya dimungkinkan oleh penguasaan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak dari permulaan abad
lalu, terasa perkembangan lapangan komunikasi informasi
sangat mempengaruhi warna kehidupan sosial-ekonomi,
apalagi dalam menatap arus globalisasi.

Nuansa Kehidupan Islami


24
Pernik-Pernik Reformasi

Selain berkembang kearah yang positif, tidak jarang


dampak negatif menyertai bila kesiapan moral spiritual tidak di
seiringkan dengan laju perkembangan material. Seringkali laju
pertumbuhan materiil tidak diimbangi oleh kesadaran akhlak
(moral), yang menyisakan "limbah budaya" dan berakibat
menurunnya kualitas manusia. Limbah budaya, tampak pada
perilaku yang tidak normatif, seperti kehidupan materialistis
dengan menghilangkan batas-batas antara halal dan haram.

Memisahkan nilai-normatif dalam aktifitas hidup


manusia, atau mengabaikan dominasi moral agama sebagai
ukuran kualitas manusiawi, pasti akan mengundang bencana
bagi kelangsungan citra kemanusiaan. Hajat hidup tidak
semata pemenuhan kebutuhan materiil, malah lebih oleh
kepuasan spiritual yang melahirkan rasa aman, rasa bahagia
dan hidup yang tenteram.

Perebutan materi semata dengan menghalalkan serba


cara, bisa menghapuskan kecintaan terhadap sesama manusia,
acapkali mengorbankan kerukunan dan kesantunan. Nilai-nilai
halus kemanusiaan akan terusik dan terabaikan, tatkala
aktifitas kehidupan di sandarkan pada penataan individualistik
terdorong pemikiran bahwa kehidupan ukhrawi tidak kena
mengena (tidak relevan) dengan kegiatan duniawi (paham
sekularisme).

Akibat lebih jauh, manusia terbiasa merampas hak orang


lain dengan dalih "struggle for life". Muaranya berakhir pada
kehidupan hedonistik, dan berkembangnya kriminalitas,
sadisma, pergaulan tak bermoral (a-moral).

Keinginan mendapatkan sesuatu secara mudah tanpa


harus mengerahkan potensi secara optimal akan mengundang
kehidupan tanpa kewajaran, bisa menghilangkan hak esensial
manusia seperti hapusnya right of privacy (hak-hak pribadi),
selanjutnya sirnalah penghormatan manusia terhadap sesama
dalam hidupnya. Kondisi ini, membawa kepada peluncuran
nilai-nilai kualitas manusia, seperti kehidupan ekonomi
berkaedah "economics animals" yang menjangkiti sebahagian
negeri maju, merupakan limbah budaya yang bergerak sangat
cepat di tengah derasnya arus globalisasi.

Nuansa Kehidupan Islami 25


Pernik-Pernik Reformasi

Pada beberapa kenyataan gerak ekonomi tidak lagi


merujuk kepada kemashalahatan orang banyak, tetapi
mengarah kepada keuntungan pribadi semata. Karenanya
diperlukan adanya saringan (filterisasi) terhadap
perkembangan negatif karena membahayakan terhadap
pertumbuhan generasi bangsa dimasa depan. Saringan utama
adalah kebijakan memanfaatkan nilai- nilai luhur yang dimiliki,
dalam bentuk penerapan kebiasaan-kebiasaan normatif nilai
kemanusiaan, seperti nilai-nilai adat yang menitik beratkan
kepada kebersamaan (gotong royong), puncak-puncak
kebudayaan yang mendasarkan kepada perbuatan terpuji,
serta panduan ajaran agama yang mengajarkan akhlak mulia
(akhlaqul-karimah).

Khusus bagi daerah Sumatera Barat (Minangkabau),


pelaksanaan konsep “adat basandi syara’ dan syara’ basandi
kitabullah” sangat ideal untuk membentuk masyarakat dengan
kemapanan berbangsa (memiliki patriotisme berat sepikul
ringan sejinjing), yang siap menerima kondisi hidup yang
multipluralisme baik dalam kefahaman ataupun keragaman
(basilang kayu dalam tungku di sinan api mangko-nyo iduik),
artinya adalah menghormati perbedaan untuk mencapai satu
keberhasilan yang di nikmati secara bersama. Konsep adat ini
menjadi alas dasar pembinaan ketahanan moral masyarakat
untuk merebut keberhasilan pembangunan materil (fisik).

Aktualisasi program pembangunan berkelanjutan


(sustained development) yang berwawasan lingkungan sebenar
adalah kesadaran mewujudkan konsep ideal dalam puncak-
puncak kebudayaan bangsa, dan pengembangan nilai-nilai
potensial adat istiadat (termasuk di Minangkabau), menjadi
potensi riil dalam kehidupan masyarakatnya, sungguhpun ada
kecemasan bahwa nilai-nilai adat mulai di gantikan oleh hanya
sebatas upacara adat, bukan prilaku beradat. Tugas berat dan
mulia bagi setiap putra daerah ini. Semoga Allah senantiasa
memberinya kekuatan.

Padang, Dzulqaidah 1418 H

Nuansa Kehidupan Islami


26
Pernik-Pernik Reformasi

Hijrah

Secara sederhana, hijrah berarti pindah. Suatu peristiwa


Sirah Nabawi (sejarah Rasulullah SAW) bersama-sama
Mukminin pindah dari Makkah ke Madinah pada satu setengah
millenium yang lalu, dan merupakan awal tahun baru Islam

Nuansa Kehidupan Islami 27


Pernik-Pernik Reformasi

sejak shahabat Umar Ibnu Al-Khattab RA menetapkannya


sebagai kalender hijrah. Hijrah bukan melarikan diri karena
takut siksaan, atau karena tekanan musyrikin Quraisy semata.

Hijrah adalah satu peristiwa penting, yang menjadi titik


awal (starting-point) kebangkitan Dakwah Islam. Hijrah
merupakan dedikasi demi keyakinan (iman) dan bukti
kepatuhan serta taat prinsip terhadap ajaran tauhid. Hijrah
merupakan jawaban tegas atas seruan Allah melalui
pembuktian kecintaan sejati (mahabbah) kepada Muhammad
Rasulullah SAW, dengan mengalahkan kecintaan terhadap
harta benda, sanak keluarga serta kerelaan menggantinya
dengan keikhlasan menerima Ajaran Islam.

Hijrah adalah fenomena kekuatan umat Mukminin dalam


menampilkan citra ajaran dan latihan yang di lakukan
Rasulullah SAW terhadap pengikutnya, setelah mereka di uji
dengan krisis berupa “…tertekan di tanah air sendiri bahkan
diancam dan ditakuti akan diculik..(QS.8:26)” akhirnya mampu
menampilkan satu sosok umat bermutu (khaiyr-ummah) yang
siap memikul tanggung jawab manusiawi sebagai khalifah Allah
di muka bumi.

Hijrah puncak kewibawaan ajaran Islam, merupakan


gerakan nyata dari interpretasi Wahyu Al Quran yang telah
menjadikan Islam sebagai agama yang haq (benar) dari Allah,
yang tidak bisa di rusak oleh perdayaan dan tekanan dari
golongan musyrikin (atheis) Quraisy berupa penangkapan,
pemenjaraan, pembunuhan, pengusiran, penculikan,
pengucilan, intimidasi dan tidak boleh berhubungan dagang
(embargo ekonomi) serta bermacam usaha makar yang
diperlakukan terhadap Rasulullah SAW dan orang-orang
Mukmin,”…dan (akhirnya) Allah sebaik-baik pembalas tipu
daya”(QS.8:30). Maka, hijrah adalah satu kebenaran undang-
undang baja perjalanan sejarah manusia berkeyakinan tauhid
dengan akidah Islam.

Hijrah adalah kesediaan melaksanakan reformasi aktual


dengan menanggalkan kehidupan jahili yang nyata terlihat
tumbuh membiasa sebagai karakter masyarakat Jahiliyah,
seperti penyembahan berhala dan manusia, hilangnya batas
halal-haram, berkelakuan keji tercela (zina, sadis, miras,
korupsi, kolusi, manipulasi, hedonis dan riba), menjadi
ancaman terhadap jiran, memutus silaturrahim dengan
membahayakan ketenteraman tetangga, yang kuat menelan
yang lemah,(lihat “Al Islam Ruhul Madaniyah” yang menukilkan
penjelasan Shahabat Ja’far bin Abi Thalib kepada Kaisar Negus
di Habsyi).

Nuansa Kehidupan Islami


28
Pernik-Pernik Reformasi

Dengan strukturisasi ruhaniyah melalui Risalah


Muhammad SAW, yang terkenal shiddiq (lurus, transparan),
amanah (jujur), tabligh (dialogis), fathanah (ilmiah),
ditanamkan keyakinan bersih kepada kekuasaan Allah Yang Esa
(tauhidiyah), kepercayaan terhadap hari berbangkit (akhirat),
disiplin beribadah (syari’at), optimisme yang tinggi terhadap
luasnya bumi (rezki), kesaudaraan mendalam (mu-akhah),
akhirnya setiap pribadi mukmin siap untuk berhijrah semata-
mata mengharapkan balasan (pahala) dari Allah (lihat,
QS.4:100).

Hijrah telah menjadi ketetapan operatif yang


berlangsung terus menerus dalam proses restrukturisasi
masyarakat baru yang berdiri dengan ikatan kepercayaan
dengan prinsip dasar yang lebih tinggi dari sekedar hubungan
solidaritas kelompok (‘ashabiyah, nepotisme) dan tumbuh-
kembang menjadi masyarakat majemuk pertama yang hidup
diatas landasan keadilan berkemakmuran1.

Hijrah telah membentuk tatanan masyarakat yang


terbuka untuk semua, dengan kesempatan berkembang
mencari kehidupan berdasar hak asasi yang sama bagi semua
anggota masyarakatnya. Tidak ada kelompok yang bisa
mencegah berbagai anggota masyarakatnya untuk maju. Salah
satu keutamaan yang di tampilkan Islam adalah membangun
satu masyarakat yang kuat berdasarkan sikap saling mengasihi
(ukhuwwah dan mahabbah) dan saling membantu (ta’awun),
sebuah peradaban yang tinggi yang melahirkan suatu
lingkungan yang sehat politik, ekonomi, kebudayaan dan
materil, sehingga memungkinkan manusia mengarahkan
dirinya untuk menyembah Allah, mengikut perintah-perintah-
Nya dalam semua kegiatan (lihat QS.Tahrim,ayat 6), tanpa
adanya rintangan dari institusi-institusi masyarakat.
Masyarakat akan tetap di anggap terbelakang sepanjang ia
gagal menciptakan satu lingkungan yang tepat untuk
menyembah Allah sesuai dengan syari’at-Nya.

Maka tidak dapat di sangkal bahwa Islam dan Iman telah


mampu membangkitkan motivasi kuat dengan keyakinan diri
yang unggul memiliki kebebasan terarah dan bertanggung
jawab, baik secara moral maupun intelektual. Inilah suatu
catatan kaki dari sejarah hijrah yang tak boleh di abaikan.
Generasi umat Islam hari ini harus mampu mencapai visi baru

1 Sejarah kemudian membuktikan betapa Shahabat Ali bin Abi Thalib pernah diadili atas aduan
seorang Yahudi dengan dakwaan pemilikan seperangkat baju besi oleh seorang hakim Muslim dan
akhirnya demi hukum dan keadilan Ali bin Abi Thalib bisa di kalahkan lantaran tidak dapat
mengetangahkan bukti-bukti di pengadilan (mahkamah).
Nash (teks) Al Quran membuktikan pula bahwa masyarakat Madinah tumbuh
berkeamanan yang tenteram serta dihuni tidak hanya oleh umat Mukmin (homogrenitas agama),
tapi juga oleh Yahudi-Nashara (Judeo-kristiani) dan Munafik.

Nuansa Kehidupan Islami 29


Pernik-Pernik Reformasi

dalam gelombang kesadaran Islam yang pengaruhnya nampak


dalam tatanan kehidupan duniawi. Hanya kelompok Yahudi
(zionis) tidak pernah diam berupaya sekuat daya agar manusia
senantiasa mengikut millah (konsepsi dan cara-cara) mereka
(QS.2:120).

Wallahu a’lamu bis-shawaab.

Padang, 1 Muharram 1419 H

Nuansa Kehidupan Islami


30
Pernik-Pernik Reformasi

TABUAH

TABUAH sudah di tabuh !!

Nuansa Kehidupan Islami 31


Pernik-Pernik Reformasi

Ada satu yang penting untuk di ketahui seluruh anak


negeri untuk di laksanakan bersama-sama. Tabuah itu menjadi
tanda pula untuk masuknya waktu shalat, sebelum azan
dikumandangkan. Nadanya bertalu-talu, meriah sekali tatkala
datang bulan suci hari baik bulan baik, hari raya anak negeri di
Minangkabau.

Tabuah alat komunikasi yang mentradisi di kampung


halaman sejak masa doeloe. Nadanya menggema kesegenap
pelosok nagari, kadang kala bersahutan dari satu kampung
kekampung lainnya, antara satu taratak dengan taratak
bersebelahan. Suara pukulannya mampu menggerakkan hati
orang yang mendengar, menyentak tanya apa kiranya yang
tengah terjadi, supaya setiap diri awas dan hati-hati. Tak
seorangpun yang tak menyadari bahwa sebenarnya ada yang
penting tengah berlangsung, mengundang partisipasi seluruh
anak nagari. Atau tatkala waktu shalat tiba, mengingatkan agar
pekerjaan di hentikan, yang di sawah balik kerumah, yang di
ladang bersiap untuk pulang, yang di pasar istirahat sejenak,
suatu gambaran kebudayaan yang bersenyawa pada
kehidupan surau tempat tabuah biasanya ditempatkan.

Surau tempat mengaji anak-anak, wadah pembinaan


generasi muda dalam menyiapkan patah tumbuh hilang
berganti, karena adanya kesadaran terhadap kepastian
datangnya masa untuk aktif berperan mewarnai corak
kehidupan, serta kesiapan dalam menjalankan singkek ma-uleh
kurang manukuak melanjutkan bengkalai para orang tua,
dalam menyambung pembangunan kehidupan yang
berkelanjutan ( baca; sustained development) di ranah bundo
Minangkabau.

Di Surau pula tempat akhlak mulia di tanamkan, tempat


yang muda-muda bertemu bercengkerama sesama besar,
tempat yang tua-tua menularkan adat kebiasaan yang
normatif, merupakan persiapan utama dalam menatap hidup
kedepan dalam tatanan pergaulan yang berjalin berkulindan
dengan adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah. Akhlak
perangai yang terlihat dalam pergaulan berat sepikul ringan
sejinjing, sama hidup dalam tanggung jawab kebersamaan
(gotong royong).

Suasana itu sekarang sudah mulai punah dari kehidupan


sosial bermasyarakat di Minangkabau. Surau tidak lagi sebagai
simbol kehidupan yang di minati, beralih kesimpang jalan
tempat lepau dilengkapi tivi atau vidio menjadi pangkalan yang
muda-muda berlalu lalang. Kiat pergaulan dan perlengkapan
(assesories) paling disukai adalah buatan orang lain. Tangan
terampil ukurannya adalah menampung belas kasihan orang

Nuansa Kehidupan Islami


32
Pernik-Pernik Reformasi

lain tanpa memperlihatkan hasil buatan buah tangan sendiri.


Surau yang di punyai oleh setiap kaum dan suku mulai
hilang dari tatanan kampung yang telah menjadi desa dan
lurah. Corak kehidupan surau tidak banyak terkait dengan
turun naiknya nafas kehidupan bermasyarakat di kampung-
kampung.

Tanda bakorong-bakampuang (yang di perlukan oleh


sebuah nagari), tidak lagi pada simbol adanya balairung
tempat musyawarah, adanya surau tempat mengaji, adanya
medan nan bapaneh tempat mempertemukan kebolehan
rantau dan kampung, adanya tepian tempat mandi. Simbol-
simbol kebudayaan dengan peralatan-peralatan penunjang
mulai hapus oleh hidup kebarat-baratan (westernisasi).
Sebenarnya, yang mesti di hidupkan adalah semangat
modernisasi tanpa harus tercerabut dari akar budaya. Simbol
kebudayaan adalah sarana untuk memupuk kecintaan kepada
norma kehidupan beradat, khususnya bagi anak-anak nagari di
alam Minangkabau, sebagai upaya memperkaya puncak
budaya nasional.

Tabuah pun tak terdengar di tabuh, untuk mengingatkan


akan hal-hal yang penting, yang perlu di awasi. Masyarakat
terlena, lupa kepada sesuatu kewajiban kebersamaan. Hidup
mulai menjurus kepada nafsi-nafsi (individualistik) sebagai ciri
dari limbah budaya materialisme, yang selama ini hanya lazim
ditemui pada tatanan kehidupan masyarakat Barat. Orang
Minangkabau di Sumatera Barat yang menanggalkan
budayanya hanya akan mewarisi generasi dalam sebutan
tempat kenangan nostalgia. Jiwanya akan mati, tata kehidupan
tidak lagi beralaskan adat yang tak lekang karena panas tak
lapuk karena hujan. Bila kondisi itu tidak di awasi, rela ataupun
tidak, maka peringatan terhadap jalan di alih urang lalu, tepian
di aliah urang mandi niscaya akan menjadi kenyataan pula.

Hidup kedepan di prediksi akan dikuasai oleh kaum yang


teguh pada puncak kebudayaannya. Tak mudah di sangkal
bahwa puncak kebudayaan adalah warna kehidupan satu kaum
(bangsa). Nilai kebudayaan dalam tatanan kehidupan yang
aktif merupakan aset bernilai tinggi untuk di persandingkan
pada era kesejagatan (globalisasi). Yang kehilangan komitmen
nilai-nilai budaya yang kokoh berpeluang menjadi kelompok
yang akan diperebutkan orang dalam persaingan keras
(kehidupan Social Darwinisme). Mudah-mudahan kita mampu
memelihara nilai-nilai budaya bangsa ini. Amin.

Padang, Maret 1998.

Nuansa Kehidupan Islami 33


Pernik-Pernik Reformasi

UMATISASI

LAWAN

GLOBALISASI

Nabi Ibrahim AS diutus Allah untuk menata suatu


kehidupan kemasyarakatan melalui suatu program yang jelas,
dengan menanamkan sikap rela berkurban (mengabdi kepada
Allah), meramaikan negeri dengan menyeru manusia untuk
menunaikan ibadah hajji, mensucikan tempat ibadah di Makkah
el Mukarramah (Baitil ‘atiq), menggerakkan umat untuk
berproduksi (diantaranya hewan ternak) sebagai sarana
penyempurnaan ibadah, dan belajar mengambil manfaat dari
peristiwa-peristiwa ibadah ini.

Nuansa Kehidupan Islami


34
Pernik-Pernik Reformasi

Konsep Rabbani2 ini dapat disebut sebagai program


umatisasi kehidupan mendunia (globalisasi) yang berdampak
jauh sampai akhir zaman (masa kini dan masa datang). Tatanan
itu kemudian dilanjutkan oleh keutusan Risalah Muhammad
SAW, yang menempatkan pada rukun Islam3 menjadikannya
sangat spektakular dan tidak pernah terlintas akan meluas
cakupannya meliputi bidang transportasi, informasi, keuangan
(moneter), ekonomi perdagangan serta manajemen, bahkan
mengkait kepada seluruh aktifitas kehidupan manusia (individu,
berbangsa, mendunia) seperti terjadi pada zaman sekarang.
Globalisasi yang terlahir dari program umatisasi.

Rombongan Jamaah Hajji Indonesia setiap tahun bertolak


meninggalkan tanah air. Menuju "tanah suci", menyahuti
"panggilan Allah", Nida' Makkah untuk melaksanakan "ibadah
haji", sebagai Rukun Islam mendambakan dapat menunaikan
ibadah ini, tanpa membedakan asal-usul, pangkat dan derajat,
semata hanya menyempurnakan Iman dan Taqwa kepada Allah.

Labbaika Allahumma labbaika.

Setiap tahun jamaah haji Indonesia jumlahnya


bertambah, sesuai dengan angka kuota yang di sepakati antara
pemerintah Indonesia dan pemerintah Saudi Arabia.
2 Lihat QS.22, Al Hajj, ayat 26-28, yang artinya : “ Dan (ingatlah),
ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah,
dengan mengatakan : “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun
dengan Aku, dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf,
dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud ”.
“ Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji,
niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan
mengendarai unta yang menjadi kurus (karena jauhnya perjalanan) yang
datang dari segenap penjuru yang jauh”.
“ Supaya mereka menyaksikan berbagai manfa’at bagi mereka
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan
atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir. (Q.S. 22
. al Hajji, 26-28)

3 Lima rukun dari Arkanul-Islam adalah, Syahadatain (pengakuan kepada


Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad Rasulullah), mendirikan
shalat, berpuasa di bulan Ramadhan, membayarkan zakat, menunaikan
hajji ke bait-Allah el Haram (minimal satu kali se umur hidup) bagi yang
mampu/kuasa (pada bulan tertentu, Dzulhijjah). (Al Hadist).

Nuansa Kehidupan Islami 35


Pernik-Pernik Reformasi

Pada tahun ini4 jumlahnya sangat drastis bila perkiraan


bertumpu kepadai estimasi gejolak moneter yang tengah
melanda bangsa Indonesia atau prediksi kemelut politik yang
melanda kawasan Teluk. Kecemasan yang mengganjal hanya
teratasi oleh adanya keyakinan bahwa haji adalah menyahuti
panggilan Allah yang merupakan keyakinan tauhid dari jamaah
sejagat.

Dalam satu dasawarsa terakhir dalam pelaksanaan haji


memang sering terjadi peristiwa menyedihkan, seperti 1990
dengan Musibah Terowongan Al-Mu'ashiem, atau dikenal juga
sebagai "peristiwa Mina" yang merengut banyak nyawa.
Sungguh semua adalah "taqdir" yang tak terelakkan. Satu dari
ketentuan qadha dan qadar Allah semata. Belum lagi
"kecemasan" itu lengang dari pikiran, hiru-biru perang dahsyat
(peristiwa Teluk) tujuh tahun lalu terasa pula mengerikan5 .

Dalam setiap fikiran insan Muslim menggelantung


sebuah pertanyaan, hikmah apa yang tersimpan di balik
peristiwa-peristiwa itu semua. Ada yang melihatnya sebagai
satu peringatan keras dari Allah 'Azza Wa Jalla, agar umat
manusia segera sadar. Supaya tidak terperosok lebih lebih
dalam kepada mengandalkan materi semata dengan sandaran
superioritas duniawi berbalut kecanggihan teknologi. Tidak
semua "masalah" di-jagat-raya ini bisa diatasi dengan faktor
keandalan manusia, iptek atau kebendaan semata. Ada faktor
"Yang Maha Menentukan", yakni kekuasaan Allah yang muthlak,
sebagai "walayatu lillahil haq", dan seringkali terlupakan dalam

4 Tahun haji 1418 H /1998 jumlah jamaah haji Indonesia mendekati 202 ribu orang.
5 Masalah Al Quds dan Bangsa Palestina belum selesai, di samping Israel
dengan lobby Zionis belum teratasi. Kemiskinan dan kemelaratan
menghimpit kebanyakan Umat di Afrika, yang notabene juga beragama
Islam, seperti peristiwa di Eritheria, Kamerun, Nigeria ataupun Sudan.
Ratap tangis para janda dan anak-anak belum lagi reda di Iran dan Irak
sebagai akibat perang tanding kedua-duanya selama delapan tahun.
Libiya yang di isolir oleh kekuatan Barat, kehidupan Islam di Bosnia
masih merana, kemelut Kosovo datang pula melanda. Irak di paksa
menderita dengan embargo ekonomi. Kuweit hidup dalam kecemasan
invasi negara tetangga, sehingga semuanya itu sangat berdampak kepada
kebijaksanaan yang tidak manusiawi.

Nuansa Kehidupan Islami


36
Pernik-Pernik Reformasi

setiap pengambilan langkah putusan oleh manusia dalam


hidupnya.

Sering sekali "sang manusia" terpeleset jalan, terperosok


jauh kedalam jurang kehancuran karena melupakan wilayah
iman, akhirnya kehidupan dengan berbuah penderitaan
diciptakan sendiri oleh hasil rekayasa pikiran serta perbuatan
tangannya6. Perasaan sedih dan kecewa memadati
relung-relung hati setiap Muslim.

Masyarakat Indonesia yang cinta damai dan sangat


menghargai nilai-nilai kemerdekaan suatu bangsa, menjadi
terkejut dan sesak dada tatkala perisitiwa demi peristiwa
datang himpit berhimpit, walaupun terjadinya di kawasan Timur
Tengah yang labil senantiasa bergolak sepanjang kurun,
sungguhpun "nikmat Allah" berlimpah ruah di kawasan itu.

Negeri kaya di Timur Tengah telah menularkan


kemakmurannya yang dinikmati hampir seluruh pelosok negeri,
dalam sekejab mata berubah menjadi neraka, di mangsa oleh
kekuasaan raksasa. Keamanan dan kesejahteraan merupakan
kata-kata yang menghiasi kamus belaka. Kesenjangan

6 Lihat QS.30, Ar-Rum, ayat 41-45, artinya ; “ Telah nampak kerusakan


di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan
mereka (yang mengundang krisis dan bencana), agar mereka kembali ke
jalan lurus”.
“ Katakanlah; “Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang durhaka dahulu. Kebanyakan
mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan Allah “.
“ Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada Agama yang lurus
(Islam) sebelum datang dari Allah satu hari yang tak daapat di tolak
kedatangannya; pada hari itu mereka terpisah-pisah (sebahagian dalam
sorga dan sebahagian lagi di neraka)”.
“ Siapa yang kufur, dia sendiri yang menaggung akibat kekafirannya.
Siapa yang beramal shaleh untuk diri mereka sendiri, mereka
menyiapkan tempat yang menyenangkan; agar Allah memeberi pahala
kepada orang yang beriman dan beramal shaleh dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang ingkar”.
(QS.30:41-45).

Nuansa Kehidupan Islami 37


Pernik-Pernik Reformasi

merupakan hal yang biasa dalam kenyataan di kawasan yang


selama ini telah berkomunikasi dalam satu bahasa,
bertata-krama dalam satu adat yang sama. Seketika bertukar
menjadi kancah nista dan duka, saling menghancurkan
nilai-nilai manusia.

Krisis telah menjadi tampilan tatkala persaudaraan dan


persatuan hanya sebatas sebutan7.

Keprihatian situasi ini tidak luput dari perhatian.


Terutama Indonesia dengan kenyataan jumlah umat Islam
terbesar dan dominan bila dihimpun dalam satu kawasan Asia
Tenggara. Semuanya setiap saat, minimal lima kali sehari
semalam, wajah mereka menghadap ke Kiblat yang sama,
Ka'batullah di Mekkah al Mukarramah.

7 Selama sepuluh tahun sejak KTT Baghdad 1978, Saudi Arabia (sampai
1988) telah memikul kewajiban Bangsa Palestina dalam bidang
keuangan, memperkuat ketahanan Rakyat Palestina diwilayah yang
diduduki, dan jumlahnya mencapai lebih dari 1,3 milyar dolar Amerika.
Dan untuk kepentingan negara-negara di Benua Afrika, telah mendanai
lebih dari 17 milyar dollar Amerika, di antaranya 59% berupa hibah.
Hampir 70 negara berkembang memanfaatkan bantuan keuangan Saudi
Arabia, yang jumlahnya lebih dari 34 milyar dollar Amerika. Belum
terhitung sumbangan dermawan perorangan melalui lembaga-lembaga
sosial dan keuangan Timur Tengah, menyebar sampai kedesa-desa
terpencil di seantero dunia. Semuanya telah menunjang perkembangan
dalam bidang pendidikan, sosial kemasyarakatan, dan juga
penyempurnaan sarana-sarana ibadah dan dakwah. Kondisi ini pasti tidak
bisa bertahan lama tatkala solidaritas Islam dicabik-cabik, berganti
dengan kemuraman dan ketidak percayaan. Memang, perang membawa
duka. Yang menang, menderita. Yang kalah lebih celaka. Peristiwa teluk
(1990) telah menghadiahkan hutang yang menghimpit beberapa negara di
kawasan itu, secara pelan namun pasti tengah meniti proses pemelaratan
bangsa dengan beban biaya tinggi.
Teluk Persi yang tenang, bergejolak dengan kehadiran kekuatan
"multi-nasional" yang tak dapat ditolak. Semua pihak mempunyai
kepentingan yang sama, demi perdamaian. Keamanan, kedaulatan,
kemerdekaan, disamping pertimbangan ekonomi, dan "minyak"
membuka peluang untuk Yahudi dengan lobby-zionis-nya dengan leluasa
melakukan tindakan kasar kepada warga Arab dan Palestina. Sementara
itu semua mata tertuju ke Teluk Persia, suatu kawasan rebutan, dan
hingga kini sulit di cari solusinya.
Kedaulatan dan kemerdekaan negeri-negeri tetangga, ikut
terancam, keamanan dan keselamatan manusia jadi taruhan. Kekuasaan
dengan kekuatan senjata, tidak lagi menjadi jaminan bagi terciptanya
kedamaian. Ketenangan berubah menjadi pembantaian.

Nuansa Kehidupan Islami


38
Pernik-Pernik Reformasi

Kekhawatiran Ummat Islam terhadap kawasan Teluk


yang di incar Zionis (dibawah naungan lobby Amerika Serikat)
adalah suatu yang wajar dan cukup beralasan. Melihat apa
yang pernah dilakukan pada beberapa negara-negara lainnya
di dunia, telah terbukti kehadiran kekuatan asing pada satu
kawasan sangat berbahaya8.

Kehadiran pasukan asing di jazirah Arab (baca: Timur


Tengah) sejak dahulu tidak disenangi. Jika sekarang pintu itu
terbuka, sebenarnya yang membuka peluang adalah hilangnya
sikap percaya diri dan pudarnya semangat kebersamaan di
tengah kehidupan kawasan itu9.

Kita, harus pandai belajar dari sejarah.

Persahabatan Indonesia dengan Timur Tengah telah


terjalin lama sekali. Sejak dari pertama sekali orang Indonesia
menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Bahkan jauh sebelum itu,
ketika pedagang-pedagang Arab mulai menjejakkan kakinya ke
bumi Nusantara, banyak keturunan Arab tersebar diseluruh
tanah air, sebagai bukti eratnya persahabatan itu.

Di Indonesia kita mengenal nama keluarga Baswedan,


Afiff, Alattas, Salim, Albar, Muhammad, Bafadhol, Baraja, dan
banyak lagi yang telah menyatu dalam kerukunan satu bangsa
Indonesia10.

8 Ketika Perang Teluk meletus (1991), Wilayah Saudi menjadi tempat pangkalan
pasukan multi nasional dibawah komando Amerika Serikat (operasi Desert Stroom),
sebenarnya sangat di tentang oleh dunia Islam dan oleh masyarakat Saudi sendiri,
(sungguhpun sebelumnya Raja Fahd terlebih dahulu meminta persetujuan para Ulama
Saudi Arabia, demi menjaga keamanan wilayah semata).
9 Umumnya kawasan Timur Tengah (termasuk Kerajaan Saudi Arabia),
tidak membangun pasukan besar dengan maksud expansi. Akan tetapi
berusaha selalu membantu negara-negara tetangga yang beragama Islam.
Hanya Irak diantara beberapa negara lainnya (Mesir, Iran, Siria, Turki)
yang mempunyai kekuatan andal selama ini dan sering membantu
Bangsa Palestina terutama untuk mewujudkan kemerdekaannya, dan
pembebasan Masjidil Aqsha (kiblat pertama Ummat Islam) dan
pencemaran Yahudi belum terlaksana sepenuhnya.

10 Khusus bagi Sumatera Barat yang memakai panggilan "Serambi


Mekkah", arti persahabatan (Saudi Arabia - Indonesia), mempunyai

Nuansa Kehidupan Islami 39


Pernik-Pernik Reformasi

Bahkan lebih dari itu, tatkala delegasi haji Indonesia ke


Saudi Arabia (1947) bisa mengibarkan "sangsaka Merah Putih"
ditengah Padang Arafah. Waktu itu delegasi Indonesia
beranggotakan K.H. Adnan, Haji Syamsir (berasal dari
Bukittinggi), dan K.H. Saleh Su'aidy. Delegasi itu kemudian
dikenal sebagai "delegasi haji" Indonesia pertama. Bila kita
melihat perkembangan dan hubungan akrab yang telah terbina
dengan solidaritas (ukhuwwah) serta akidah Islamiyah ini di
buhul lebih erat dalam kesejagatan pasti dapat dijadikan
kekuatan ampuh dan nyata dalam mengatasi berbagai krisis
(termasuk moneter) yang di hadapi sekarang ini.
Implementasinya terpulang kepada kesediaan kita juga11.

PERUBAHAN

Perubahan adalah suatu kewajaran, natuur-wet


(sunnatullah). Alam selalu berubah, kepada yang baik
(kemajuan, development) atau kepada yang buruk
(kemunduran, bencana). Perubahan fisik (materil) ataupun non-
materil (kebudayaan) yang menyangkut kehidupan umat
manusia. Mencari yang tetap tanpa berubah di dunia, mencari
sesuatu yang tak di jadikan. Masaalahnya adalah bagaimana
mengarahkan perubahan kepada yang bermanfaat ?

Manusia memiliki ratio dalam menuntun arah setiap perubahan


di tengah perkembangan alam, sementara alam memiliki

makna yang dalam. Persahabatan yang diikat oleh "aqidah" dan


pandangan hidup yang satu. Persaudaraan Islam, atau "ukhuwah
Islamiyah". Hampir semua "ulama tua" di Minangkabau adalah "alumni
Masjidil Haram". Sejak dari Sheikh Ahmad Khatib Al Minangkabawy
(Imam Masjid el Haram) yang tidak pernah pulang keranah Minang,
hingga Haji Jalaluddin (mantan Ketua Masjlis Ulama Indonesia Sumbar).

11 “ Hai orang-orang yang beriman !, apabila kamu memerangi


pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu memperoleh kemenangan”
“ Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar”. (QS. 8- al Anfal, ayat 45 – 46)

Nuansa Kehidupan Islami


40
Pernik-Pernik Reformasi

keterbatasan dalam menyediakan secukupnya untuk setiap


perubahan yang di kendaki manusia. Maka budaya (tamaddun)
dan agama (religi) yang dianut manusia sangat berperan dalam
mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi.

Sebuah pertanyaan, apakah agama berkemampuan


mendorong suatu perubahan kearah kemajuan (development)?

Dalam menjawabnya selalu terjadi pertentangan baru antara


elit sekuler yang berkiblat ke barat (westernis) dengan
nasionalis beragama. Sebenarnya kebangkitan agama ditengah
nasionalis di Indonesia tidak pernah menjadi ancaman terhadap
barat. Sebaliknya bisa terjadi bahwa kebangkitan barat bisa
menjadi ancaman bagi nasionalis beragama di Indonesia
(termasuk Asia), karena barat adalah sekuler dan Indonesia
(Asia Tenggara) adalah beragama.

Homogenitas Agama di Eropa (Barat dengan christ-


society) diperankan secara sungguh-sungguh dalam
pembentukan Pasar Tunggal Eropa, sementara di Asia
(khususnya Indonesia) dengan kemajemukan agama (multi
pluralisma) tidak pernah menghambat pertumbuhan
manajemen, perdagangan ataupun perekonomian, karena
adanya satu basis tempat berpijak, yaitu budaya timur (Asia)
yang memang berbeda dari budaya barat.

Timur (Asia) umumnya di kenal sebagai tempat lahirnya


agama-agama, dan tempat turunnya wahyu yang menjadi
dasar bagi agama samawiy. Barat sejak awal tumbuh dari akar
budaya Yunani dan Romawi yang semata mengandalkan
kemampuan ratio dan logika dan sangat cocok bagi gerakan
Zionis (Yahudi). Perbedaan nyata terlihat juga pada kehidupan
individualistik beraliran materialisme sekuler yang mendorong
barat kepada eksploitasi untuk struggle for life dan struggle for
the fittest, yang berkecenderungan terhadap menghalalkan
semua cara dalam pencapaian semua yang dicitakan.

Sementara timur (Asia) lebih mengutamakan penerapan


sifat kebersamaan dan kekerabatan, yang terlihat jelas dalam
setiap ajaran yang di anut warganya dari ajaran Budhais,
Hinduis, Shintois, Konfusius, Kristiani. Lebih kontras tercermin

Nuansa Kehidupan Islami 41


Pernik-Pernik Reformasi

pada ajaran Islam yang senantiasa menekankan kepada


pemenuhan tanggung jawab pribadi terhadap Tuhan (hablum
minallah) serta penunaian kewajiban sesama hidup manusia
(hablum minan-naas).

Di masa depan, agama-agama terutama di Asia akan


berjalan sebagai sumber pendorong. Maka tidaklah
mengejutkan bila suatu ketika akan terlihat adanya pergulatan
antara umatization (pemeranan potensi umat) menghadapi
western globalization (globalisasi barat), yang bila kesiapan jati
diri diabaikan pastilah menelan korban berjatuhan berbentuk
krisis (bencana) dalam segala bidang yang menyangkut
ekonomi, moneter, perdagangan, sosial politik dan budaya.

Perjuangan kedepan sangatlah berat bagi setiap umat


beragama (terutama di Indonesia). Kerja keras sangat
mendesak adalah usaha berkesinambungan kearah
penyehatan kehidupan masyarakat sebagai memenuhi syarat
pengabdian terhadap Tuhan Allah dan memelihara harkat
kemanusiaan.

Islam sebagai satu agama samawy (berdasar wahyu


Allah) membuka diri secara selektif, dengan seluruh ajarannya
menutup celah penurunan nilai citra kemanusiaan. Manusia
adalah makhluk mulia yang memiliki harkat kemuliaan. Islam
selalu membuka diri untuk menerima segala bentuk perubahan
kearah kemajuan yang merupakan salah satu hajat hidup
manusia.

Keberhasilan selalu di pulangkan kepada upaya manusia


dalam mencapainya (Innallaha laa yughayyiru maa bi qaumin,
hatta yughayyiruu maa bi anfusihim, artinya, Allah tidak
merobah nasib suatu kaum sehingga kaum itu berusaha
sungguh merubah anfus (sikap jiwa atau jati diri) mereka
sendiri. Karena itu perlu di kaji ulang pemahaman aqidah salaf
yang melihat setiap konflik secara dinamis dengan tujuan
konstruktif. Islam tidak mengenal adanya pemungsian peran
manusia untuk exploitation de l’homme par l’homme yang
akhirnya berakibat si kuat menelan si lemah.

Nuansa Kehidupan Islami


42
Pernik-Pernik Reformasi

Kalau begitu, ada pertanyaan yang perlu di jawab


dengan usaha (jihad) yang sungguh-sungguh, yaitu sampai
kemana umat Islam masih berpegang dengan ruhul Islam itu
( terutama di ranah yang menganut kaedah adat bersendi
syarak, syarak bersendi kitabullah, di Minangkabau).
Jawabannya menjadi solusi dalam upaya membentuk generasi
baru (Indonesia) di abad keduapuluh satu yang siap bertanding
dan bersanding di tengah percaturan global.

Konsekwensinya adalah tingkatkan kerjasama dengan


alas agama dan adat (puncak budaya atau tamaddun).
Penghormatan terakhir akan direbut dengan kejayaan terhadap
nilai normatif yang di pertahankan juga. Secara aktual dapat di
mulai menghidupkan kembali asas ekonomi antar keluarga
sebagai warisan budaya (di Minangkabau di simpulkan dalam
suatu ke’arifan kaedah singkek uleh ma-uleh, kurang tukuak
manukuak, senteng ba bilai, ka bukik samo mandaki, ka lurah
samo manurun, barek sa pikua, ringan sa jinjiang), di dalam
ajaran syara’ (agama) menyebutkan ta’awanuu ‘alal birri wat-
taqwa, wa laa ta’awanuu ‘alal-itsmi wal ‘udwaana yakni saling
bertolongan di atas kebaikan dan ketaqwaan dan tidak
bertolongan untuk dosa dan permusuhan.

Insya Allah melalui usaha yang intensif akan


terbangkitkan kembali batang terandam.

Billahit-taufiq.

Padang, 25 Maret 1998/Dzul qa’idah 1418 H

Nuansa Kehidupan Islami 43


Pernik-Pernik Reformasi

Umat Seimbang

Dan sesungguhnya Kami telah muliakan anak cucu


Adam (umat manusia). Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan (yakni dimudahkan kehidupan manusia
baik di darat ataupun di laut), Kami beri mereka rezeki

Nuansa Kehidupan Islami


44
Pernik-Pernik Reformasi

dari yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan


yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah
Kami ciptakan” (Al Q.S.17, Al Isra’, ayat 70)

Betapa indahnya pernyataan Khalik Yang Maha Menjadikan.


Pernyataan tentang kesiapan umat manusia untuk hidup di atas
dunia. Manusia dipersiapkan sebagai makhluk utama. Memiliki
segala kelebihan. Secara fisik, tubuhnya lengkap, kuat, cantik,
penuh gaya.

Spiritnya (jiwanya) disempurnakan dengan akal dan pikiran.


Punya keinginan dan kecerdasan (inteligensia), rasa
(emosional), dan memiliki dorongan-dorongan (nafsu) untuk
mewujudkan segala yang diingini. Manusia dianugerahi
kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Dengannya
manusia bisa menjadi umat yang memiliki keseimbangan
(ummatan wasathan).

Alampun dijadikan bersahabat dengan manusia. Segala


sesuatu yang ada disediakan untuk sebesar-besar manfaat
bagi hidup manusia. Laut dan darat adalah arena kehidupan,
turun temurun. Di sana manusia berkiprah (exploitasi alam)
selama hayat dikandung badan. Patah tumbuh hilang berganti,
dari generasi ke generasi. Melaksanakan pembangunan,
perombakan ke arah yang lebih baik dan menjalankan
reformasi. Reformasi dalam bimbingan Tuhan selalu berasas
horizontal. Artinya, tidak satu kewajibanpun boleh ditinggalkan
dalam memenuhi suatu kewajiban lain.

Manusia diminta untuk senantiasa akrab dan menjaga fungsi


alam (laa tabghil fasaada fil ardhi -jangan buat bencana di
permukaan bumi-). Alam itu berperan pula menjaga
keberadaan manusia, memberikan keselamatan terhadap
kehidupan itu sendiri. Demikianlah satu siklus hidup yang aman
dan menjanjikan kesejahteraan sepanjang masa. Bumi akan
diwariskan kepada hamba-hamba Allah yang baik-baik (shaleh).
Innal ardha yaritsuhaa ‘ibadiyas-shalihin.

Bila suatu ketika keseimbangan ini terganggu, penyebabnya


tiada lain adalah hasil kurenah (perbuatan) tangan manusia
sendiri.

Nuansa Kehidupan Islami 45


Pernik-Pernik Reformasi

“Zhaharal fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aydin-naas,


li yudziiqahum ba’dal-ladzii ‘amiluu, la’allahum yar-ji’un ”
Artinya ” Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang
benar”. (QS. 30, Ar-Rum, ayat 41).

Demikianlah suatu sunnatullah (undang-undang baja alam)


yang akan berlaku sepanjang perjalanan alam fana ini, hingga
kiamat datang menjelang. Suatu peringatan supaya manusia
tetap bersiteguh hati dalam memelihara perannya, sebagai
khalifah fil ardhi.

Untuk menata kehidupan ini tetap berjalan seimbang, maka


Khalik ( Allah Rabbun Jalil)

memberikan pedoman (hidayah) yang jelas dan terang.


Berakar kepada kebenaran (haq) dari Allah dan berakhir
dengan kebenaran dari Allah juga. Itulah ‘Aqidah Tauhid’.

Aqidah tauhid memiliki perbedaan kontras dengan ilmu


(knowledge). Ilmu berawal dari ragu dan berujung kepada
keraguan yang lebih besar. Aqidah tauhid tidak sama dengan
falsafah yang berisi tanya dari awal dan akan berakhir dengan
tanya yang lebih besar di ujungnya.

Aqidah tauhid (keyakinan kepada kekuasaan Allah yang mutlak,


Allah Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Esa dan Maha Kuasa)
akan melahirkan sikap tunduk dan taat. Sehingga akhirnya
tumbuh kesediaan manusia menyerahkan segala kemampuan
akal dan gagasan pikiran, maupun hasil observasi dan
eksperimentasi kepada kekuasaan Allah dengan pernyataan
yang bersih, “Wahai Allah, Rabbanaa, tidak ada satupun
yang Engkau jadikan ini sia-sia” (QS 3: 190). Tatkala itulah
ilmu memperoleh kebenaran.

Dalam buhul aqidah tauhid inilah Mukmin mendapatkan


keseimbangan hidup yang prima. Sehingga bila melihat satu
bencana mereka yakin itu hanya sebatas ujian dari Allah, yang
menuntutnya bertindak lebih baik dan hati-hati di masa
mendatang.

Nuansa Kehidupan Islami


46
Pernik-Pernik Reformasi

Pada kutub yang berbeda, berbarislah manusia yang


mengingkari keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan. Tetapi
mereka tutup mata hatinya dari keberadaan-Nya. Untuk
mereka berlakulah ketentuan Allah: Dan barang siapa yang
membutakan mata hatinya di dunia ini (dari petunjuk
Allah), niscaya di akhirat nanti dia akan lebih buta dan
lebih tersesat dari jalan yang benar.(QS 17: 72)

Manusia seperti itu akan merasakan azab menyiksa kehidupan.


Mereka akan sesak dada dan mengumpat kiri-kanan. Mereka
limbung kehilangan keseimbangan di tengah-tengah
percaturan kehidupan.

Karena itu kembalilah kepada Allah, supaya Allah senantiasa


memberikan perlindungan- Nya selalu.

Padang, 12 Nopember 1997.

FENOMENA CENDEKIAWAN

DALAM MASYARAKAT

Nuansa Kehidupan Islami 47


Pernik-Pernik Reformasi

Mereka yang memasuki dunia pendidikan Pasca Sarjana adalah


mereka yang memiliki tingkat kecerdasan rata-rata diatas
mahasiswa lainnya, seperti yang dikatakan teman bahwa pada
umumnya mereka adalah para "bintang" mahasiswa selama
menjalani pendidikan dalam jenjang pendidikan yang lebih
rendah, tetapi "bintang" ini semakin pudar setelah mereka
berada dalam struktur ruang lingkup akademis tertentu.

Menurut Mas’oed Abidin penyebabnya adalah mereka sudah


"mengkapling" dirinya dalam sebuah spesialisasi ilmu
pengetahuan tertentu dan menempatkan dirinya tidak lagi
mengetahui "realitas" kehidupan disekitarnya tempat berpijak.
Dengan cara lain mereka sudah menempatkan dirinya dalam
pola pemikiran dirinya sendiri, bukan pada pola pemikiran
orang lain tempat dirinya berpijak dan berdialog.

Dalam keadah filsafat Ilmu Pengetahuan, para Saintis adalah


mereka yang menspesialisikan dirinya dalam sebuah bidang
keilmuan tertentu. Spesialisasi ini dibangun berdasarkan atas
pengalaman dan pendidikan yang melahirkan basis
pengetahuan (knowledge). Basis pengetahuan (knowledge)
membentuk sebuah bangunan yang disebut dengan Sains,
yang menjadi bahan kajian dan wilayah garapan para Doktor
atau Master.

Namun setelah mereka memperoleh Doktor atau Master,


mereka sudah kehilangan realitas kehidupan disekitarnya yang
menjadi tempat berpijak Sains tersebut, sains sesungguhnya
dibangun dari pengetahuan (knowledge). Tanpa mengetahui
keadaan masyarakat disekitarnya sebagai masukan
pengetahuan, maka sains tidak dapat lahir dan hidup.

Persoalannya mengapa para Doktor atau Master dan mereka


yang lulus dari Program Pasca Sarjana lainnya mengalami
stagnasi ilmu pengetahuan dan kehilangan kreativitas yang
melahirkan istilah GBHN (Guru Besa Hanya Nama) saat ini.
Jawabnya adalah para Saintis ogah untuk kembali kepada dasar
pembentukan ilmu pengetahuan tersebut (masyarakat).

Nuansa Kehidupan Islami


48
Pernik-Pernik Reformasi

Masyarakat merupakan sebuah buku besar ilmu pengetahuan.


tempat segala kreativitas dan inovasi yang ada dalam hidup
ini.

Sebagai buku besar, masyarakat (alam) merupakan sumber


kreativitas dan inovasi yang tidak terhenti, lari dari masyarakat
merupakan lari dari kebebasan hidup dan berfikir seorang
ilmuwan, seperti yang dikemukakan oleh Mas'oed Abidin bahwa
kecerdasan seorang Guru ditentukan oleh membuat sebuah
pertanyaan dari sebuah persoalan kehidupan yang dihadapi
kepada para murid, dari sebuah realitas kehidupan kepada
sebuah persoalan hidup yang berada diluar realitas tersebut.

Sedangkan kecerdasan seorang murid ditentukan oleh kemam-


puannya untuk mengembalikan jawaban kepada persoalan
hidup yang dihadapi oleh guru tersebut dalam mata pelajaran
yang dihadapi.

Pengertian cerdas menurut hasil penelitian psikolog yang yang


dirangkum dalam buku Emotional Intelligence (1997)
ditentukan oleh tingkat kematangan emosi seseorang, semakin
besar tingkat kematangan emosi seseorang dalam
mengendalikan marah, sabar, dan beberapa sikap emosional
lainnya semakin tinggi tingkat kecerdasan orang tersebut.

Ajaran agama Islam menempatkan manusia untuk menjadi


Guru terlebih dahulu daripada menjadi murid. Hal ini
membedakan dari paradigma pendidikan yang ada bahwa
seorang guru yang baik haruslah menjadi seorang murid yang
baik terlebih dahulu. Pembalikan tesis ini merupakan sebuah
keberanian luar biasa dari ajaran agama Islam dari ruang
lingkup kehidupan yang membatasi diri seseorang.

Pembatasan ruang lingkup ini tidak hanya mempersempit


wawasan dan cara pandang manusia untuk menatap hidup ini,
dalam rangka memperoleh pengetahuan (knowledge), tetapi
juga mencegah manusia untuk mengalami neourosis dalam
hidup ini. Neourosis disebabkan oleh pembatasan-pembatasan
yang dilakukan manusia untuk membatasi dirinya untuk
bergerak dalam hidup ini.

Nuansa Kehidupan Islami 49


Pernik-Pernik Reformasi

Pembatasan ini juga akan melahirkan pembatasan terhadap


ruang gerak orang lain yang berbeda cara pandang mereka.
Dengan kata lain, terdapat sebuah otoritas keilmuan dari
seorang manusia yang bergerak dalam sebuah disiplin ilmu
tertentu. Otoritas ini diciptakan baik oleh diri mereka sendiri
maupun orang lain dalam bentuk spesialisasi keilmuan.

Untuk mencapai gelar Doktor atau Master bukanlah pekerjaan


yang gampang. Salah seorang teman mengatakan bahwa
perjuangan untuk memperoleh kedua gelar akademik tertinggi
ini tidak hanya cukup dengan keringat, tetapi juga memerlukan
pengorban darah dan air mata. Kritik terhadap akademisi yang
bergelar Doktor atau Master biasanya berasal dari kalangan
non-master atau non-doktor tersebut.

Pada umumnya, manusia akan melarikan diri dari realitas


kehidupan kepada sistem nilai untuk menjustifikasikan dirinya
sebagai pemegang kebenaran dari orang yang kalah terhadap
realitas kehidupan yang harus digeluti tersebut..

Padang 12 November 1997

Futurulog??

Nuansa Kehidupan Islami


50
Pernik-Pernik Reformasi

Ada kecenderungan mimbar ilmiah hari ini, menyimak dan


mengutip pendapat futurolog, sebagai suatu usaha
meningkatkan kredibilitas dan kemampuan memproyeksi masa
depan. Nama-nama seperti Alvin Toffler dengan athe third
Wave-nya, Naisbitt dengan Global Paradoxnya, Patricia dan
John Naisbitt dengan Megatrend 2000 telah menjadi idola-idola
baru. Mereka disebut sebagai nabi-nabinya ilmuwan masa kini.
Serasa kurang hebat kalau tidak mengutip nama dan
pendapatnya. Sunggguhpun proyeksinya belum ada yang
melewati dua puluh lima tahun.

Satu setengah millenium yang lalu, seorang yang ummi (buta


huruf), mengemukakan sebuah pernyataan: "Akan datang
padamu suatu masa, dimana zaman itu akan semakin pendek,
ilmu semakin sempit, fitnah (cobaan-cobaan) semakin kentara,
kekikiran semakin mudah dijumpai, makar/ pembunuhan
sangat banyak terjadi." Pernyataan ini sesungguhnya hanyalah
sebuah hadits dari lidah Muhammad SAW, sebagaimana
diriwayatkan oleh mutafaqun alaihi dari Abi Hurairah.

Akan tetapi, pernyataan itu sungguh sangat ilmiah. Sebuah


pandangan melewati masa depan. Sekarang disebut dengan
proyeksi futurulogis.

Pantaskah Muhammad SAW dipandang sebagai futurolog? Yang


kemudian disejajarkan dengan para ilmuwan dan futurolog
tersebut?

Muhammad SAW nyata-nyata telah memberikan proyeksi satu


setengah millenium melewati masanya! Bahkan lebih jauh, ke
suatu masa se sudah alam fisik, masa akhirat. Masa yang tidak
terukur waktu, abad ataupun millenium. Tidak terjangkau
dimensi. Namun pasti.

Pada masa itu, pernyataan-pernyataan Muhammad tentu amat


mencengangkan. Tetapi, sekarang, limabelas abad kemudian,
situasi itu sudah menjadi kenyataan. Dunia makin kecil, jarak
makin dekat, hampir tiada lagi batas dan sekat, waktu menjadi
nisbi.

Antara waktu kerja dan istirahat tidak ditemui definisi.


Seakan-akan: wa ja'alna allaila li baasan, wa ja'alna annahaara
ma'asyan tidak diindahkan orang lagi.

Nuansa Kehidupan Islami 51


Pernik-Pernik Reformasi

Kemelut kejiwaan datang melanda. berbagai penyakit yang


tadinya tidak pernah dikenal, merajalela, merenggut
kebahagiaan hidup. Keberadaan materi, hampir tidak mampu
menjawab.

Mungkin inilah yang dikeluhkan para penyair:

Uang bisa beli kasur mewah, tapi tak mampu beli tidur
nyenyak;

Uang bisa beli rumah gedung, tapi tak mampu beli rumah
tangga;

Uang bisa beli berkeranjang bunga, tapi tak mampu beli cinta;

Uang bisa beli obat, tapi tak mampu beli sehat;

dan seterusnya.

Dimana-mana orang merasakan lapar. Yang miskin lapar karena


tak ada yang akan dimakan. Yang kaya pun lapar karena tak
ada lagi yang boleh dimakan, karena pantangan dan larangan
dokter (diet).

Malang sekali.

Kebanyakan orang sudah dihinggapi rasa takut. Yang sedang di


bawah takut, karena tak mungkin naik ke atas. Yang diataspun
takut kalau sebentar lagi akan jatuh.

Lebih parah yang menjaga takut kalau yang dijaga tidak


terselamatkan. Yang dijagapun takut kalau yanag menjaga
ketiduran. Hebohhh.

Kebanyakan pula yang terperangkap penyakit kikir. Tidak


sekedar enggan mengulurkan bantuan (materi) sampai
senyumpun susah dicari. Bapak pulang kantor tidak bawa
senyum. Ibu menunggu di rumah pun kehabisan senyum.
Penjual tak lagi punya senyum pada pembeli, karena pembeli
hanya berkomunikasi dengan angka-angka yang tertempel di
kertas. Semua berkata: pada mulanya demi efisiensi. Efisiensi
sebuah produk dari ilmu pengetahuan.Ternyata ilmu semakin
sempit.

Nuansa Kehidupan Islami


52
Pernik-Pernik Reformasi

Fitnahpun menjadi-jadi. Ibu dan bapak kehilangan komunikasi.


Dalam kondisi seperti ini, hanya ada satu antisipasi. Beribadah
kepada Ilahi. Disinilah eksistenasi kita, karena:

Tidaklah Kujadikan jin dan manusia, kecuali semata untuk


beribadah kepada-Ku (QS at-Tahrim: 6).

Bimbingan rasulullah selanjutnya menyebutkan: al 'ibadatu fi


alharji kahijratin ilayya (Shahii Muslim) Artinya: "(Tetap) Beri-
badah di saat banyak pembunuhan/makar sama dengan
berhijrah kepadaku."

Ibadah adalah proteksi, perlindungan dari setiap kemelut yang


terjadi, termasuk dari pergeseran nilai budaya. Ibadah sama
seperti scanning bagi sebuah CPU dalam perangkat yang
disebut komputer. CPU dalam diri manusia tiada lain adalah
qalb. Inna fi al jasadi mudghatan, iza shaluhat, shaluhal
jasadu kulluhu, wa iza fasadat fasadatil jasad kulluhu, ala
wahiyal qalb (Hadis) Sungguh di dalam tubuh ini ada segumpal
daging, manakala dia sehat, akan sehatlah seluruh jasad dan
manakala dia sudah rusak, akan rusaklah seluruh jasad.
Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati. Bila hati
sudah rusak, semua tindakan akan error. Inilah kemelut
kejiwaan yang diderita oleh banyak orang di saat pemenuhan
kebutuhan material telah mencukupi.

Ibadah tidak mungkin terlaksana bila di hati tak bersemayam


iman dan taqwa. Iman dan taqwa bukanlah sekedar semboyan,
tapi identik dengan perbuatan.

Bila ini suatu yang pasti. Maka semua yang dikatakan Rasul itu
pasti adanya, termasuk kepastian akhirat.

Maka bukanlah Muhammad itu futurolog, karena dia adalah


Rasul utusan Allah. Katanya teruji, sikapnya terpuji, dan
peringatannya kenyataan pasti.

Wa ma yan tiqu 'anil hawa. In huwa illa wahyun yuu ha. Artinya:
Dan tidaklah (Muhammad itu) ngomong asal bunyi (asbun).
Sungguh semua ucapannya wayhu (yang diwahyukan).(QS 53:
3-4)

Nuansa Kehidupan Islami 53


Pernik-Pernik Reformasi

Padang, November 1997

Nuansa Kehidupan Islami


54
Pernik-Pernik Reformasi

Menciptakan Masyarakat Tamaddun

Menurut Mohammad Natsir12

12 Pengantar Redaksi: Membicarakan dan mengenang


Mohammad Natsir jelas tidak akan pernah lengkap, karena begitu
saratnya khasanah "peninggalan" beliau dalam segala segi, baik
agama, politik, sosial budaya, ilmu pengetahuan, keteladanan,
pemikiran, bahkan filsafat. Kali ini Fajar mengangkat salah satu
"sudut kecil dari auditorium besar" peninggalan beliau.
Berikut hasil wawancara reporter Fajar dengan H. Mas'oed Abidin,
Ketua DDII Wilayah Sumbar, salah satu kader beliau yang banyak
mengikuti jejak langkah dan pemikiran beliau, bahkan sampai
beberapa saat sebelum beliau menghadap ilahi di akhir hayat.
Wawancara eksklusif ini ditulis kembali oleh Tamrin Kiram dan
Kimpul.

Nuansa Kehidupan Islami 55


Pernik-Pernik Reformasi

Salah satu tema menarik saat ini adalah upaya


menciptakan masyarakat tamaddun (beradab). Konsep
pemikiran ini merupakan antitesis terhadap degradasi moral
yang dibawa oleh peradaban Barat.Konsep ini mulai difikirkan
dan dirancang oleh beberapa politisi dunia, khususnya yang
ada di Malaysia dan beberapa negara lain yang memiliki
mayoritas penduduk beragama Islam.

Masyarakat tamaddun merupakan sebuah masyarakat


integratif antara kondisi masyarakat yang ada, baik secara
sosial, politik maupun ekonomi dengan problematika sosial dan
pribadi yang ada didalamnya. Ini sejalan dengan salah satu
konsepsi Mohammad Natsir yang telah dirancang sejak tahun
1930-an yang lalu, dan menjadi perwujudan pada masa kini.

Dari Kesehatan sampai Mengatasi Adh'aful Iman

Berawal dari konsepsi tentang kesehatan. Mohammad Natsir


membagi kesehatan atas empat bahagian. Pertama, kesehatan
fisik. Kedua, kesehatan jiwa. Ketiga, kesehatan ide (pemikiran),
dan keempat, kesehatan sosial masyarakat disekitarnya.
Keempat kesehatan tersebut berada dalam ruang lingkup yang
sama (integratif) yang memiliki interrelasi satu sama lain.

Interrelasi ini berada dalam ruang lingkup pemikiran Islam,


yang dinilai oleh Buya Mas'oed Abidin sebagai sebuah garis
tengah yang menjadi "benang hijau" terhadap segala bentuk
pemikiran yang ada. Sebagai sebuah garis tengah yang
menjadi "benang hijau", dia tidak mengalami gesekan-gesekan
pemikiran dan mengambil segala bentuk pemikiran konstruktif
dan meninggalkan pemikiran destruktif.

Hal ini dikemukakan Mohammad Natsir melalui upaya


membangun masyarakat besar melalui masyarakat kecil dan
sederhana. Istilah yang pas untuk menjelaskan hal ini adalah
melalui pembentukan cara hidup berdikari terhadap diri sendiri,
tanpa tergantung kepada orang lain (self help), kemudian
membantu orang lain tanpa pamrih, ikhlas karena Allah SWT
(selfless help), terakhir adalah membentuk sebuah
ketergantungan untuk membantu satu sama lain (mutual help).

Cara hidup ini merupakan konsepsi pemikiran Mohammad


Natsir yang dikembangkan beliau menjadi dasar pembentukan
kerjasama antara negara yang mendasari bentuk hubungan
inernasional yang mampu menciptakan tata perdamaian dunia.

Nuansa Kehidupan Islami


56
Pernik-Pernik Reformasi

Ketiga dasar tersebut merupakan dasar pembentukan


masyarakat tamaddun (beradab), sebagaimana yang menjadi
dasar pemikiran Anwar Ibrahim melalui buku "Kebangkitan
Asia" (The Asian Renaissance, 1995).

"Kebangkitan Asia" (The Asian Renaissance) bukanlah sesuatu


yang bersifat "kebangkitan ekonomi", tetapi merupakan
sesuatu yang bersifat moral (the moral renewance). Sebagai
sebuah "pembersihan moral" (the moral renewance), maka
peranan agama Islam menjadi penting. Kepentingannya
terletak kepada kemampuan aplikasi dari segala ide atau
pemikiran yang dilaksanakan, sebagaimana yang dikemukakan
oleh pengertian globalisasi yang diartikan sebagai ruang
lingkup pemikiran yang bisa dilaksanakan di tengah masyara-
kat (The policy making something worldwide in scope or
application).

Relevansi pengertian "globalisasi" dalam konteks pemahaman


ajaran agama Islam di atas dapat dilihat dari kata-kata DR.
Sidek Baba, timbalan Rektor UIAM Malaysia dalam seminar
Kebangkitan Peranan Generasi Baru di Asia Tenggara di
Pekanbaru 21-23 Juli 1997 yang menyatakan bahwa terdapat
interaksi antara pemahaman ajaran agama Islam dengan aspek
globalisasi kehidupan yang terjadi dunia saat ini. Sebagai
sebuah proses globalisasi, ajaran agama Islam tidak dapat
berdiri sendiri, tanpa bersinggungan dengan lalu lintas ide atau
pemikiran yang ada di dunia sekitarnya.

Interaksi ini mengharuskan pemahaman ajaran agama Islam


tidak lagi secara eksklusif dalam ruang lingkup pergaulan hidup
sehari-hari dalam sebuah komunitas sosial yang tertutup dari
dunia sekitarnya, tetapi harus bersifat inklusif untuk bisa
dipahami oleh semua orang. Peranan pemikiran baru dalam
mencerahkan problematika sosial, budaya, ekonomi dan politik
dalam segenap masyarakat yang ada dari proses westernisasi
yang dibawa kebudayaan Barat, merupakan salah satu
antitesis terhadap masalah (kondisi) tersebut.

Pemikiran Mohammad Natsir merupakan pemikiran ahlul salaf


yang berada di tengah-tengah sebagai upaya penjelmaan umat
pertengahan (ummathan wassatahan) yang dikemukakan
ajaran Al Qur'an. Sebagai sebuah pemikiran aplikatif terhadap
problemtika sosial yang ada, maka penerapan terhadap
segenap ide (pemikiran) yang ada merupakan sebuah
kebutuhan mutlak yang diharapkan masyarakat saat ini.

Frustrasi sosial yang melahirkan agresi dalam segenap bidang


kehidupan dilahirkan oleh kesenjangan antara sebuah ide
dengan aplikasi ide tersebut. Kesenjangan ini merupakan

Nuansa Kehidupan Islami 57


Pernik-Pernik Reformasi

sebuah pemikiran Natsir yang diatasi oleh pembentukan


masyarakat self help, selfless help dan mutual help di atas.
Upaya untuk menjembatani kesenjangan tersebut hanya bisa
dilakukan melalui kata-kata terakhir, sebelum beliau wafat,
yang diucapkan Natsir kepada Buya Mas'oed Abidin:
"Berorientasilah kepada ridha Allah SWT."

Kata-kata ridha merupakan maqam (tingkatan) terakhir dalam


maqam (tingkatan) rohani kehidupan tasauf (pembersihan diri).
Maqam ini hanya bisa dicapai setelah melalui maqam-maqam
di bawahnya, seperti taubat, wara, zuhud, shabr, fakir dan
tawakkal.

Ketujuh maqam tersebut hanya bisa dilalui oleh mereka yang


telah mengalami pencerahan (enlightenment), baik dalam
bidang pemikiran maupun spritual rohani. Pencerahan
(enlightenment) tersebut dilakukan oleh mereka yang telah
menjelajahi berbagai pemikiran yang ada dan melakukan
penyaringan (filter) terhadap segala bentuk pemikiran tersebut,
agar melahirkan pemikiran bersih, jernih dan bisa diterima oleh
semua pihak, baik mereka yang setuju maupun mereka yang
berseberangan dengan dirinya. Proses ini dilakukan oleh
Mohammad Natsir melalui kawah candradimuka intelektual
melalui proses belajar yang panjang dengan berbagai
guru-guru beliau, mulai dari guru yang memiliki pandangan
hidup dan pemikiran yang keras dan memiliki fanatisme agama
yang tinggi seperti tokoh PERSIS Ahmad Hassan sampai
dengan tokoh moderat dan sosialis, seperti HOS Cokroaminoto.

Di samping itu, proses pencerahan dan sikap politik beliau


dibentuk juga oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman
hidup. Beliau tidak saja dianggap sebagai politisi aktif yang
hidup dalam masyarakat, tetapi juga sebagai the political
thinkers atau the political idea philospher. Sebagai seorang the
political thinkers atau the political idea philospher, maka
peranan masyarakat kecil merupakan ide (pemikiran) politik
beliau yang utama. Ide (pemikiran) tersebut dituangkan dalam
bentuk upaya menciptakan sebuah produk kerajinan kecil
(handicraft) dalam masyarakat yang dinela saat ini sebagai
"satu desa satu produk" (one village one product).

Pemikiran "satu desa satu produk" (one village one product)


yang dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Barat, H. Hasan
Basri Durin berdasarkan pola pengembangan ekonomi
masyarakat kecil di Jepang, merupakan salah satu bentuk
pemberdayaan rakyat kecil (people empowerment) yang
menjadi tiang proses kompetisi perekonomian dunia dalam

Nuansa Kehidupan Islami


58
Pernik-Pernik Reformasi

proses globalisasi tersebut. Dalam proses globlaisasi ini, hanya


produk-produk yang mampu bersaing pada tingkat pasaran
dunia yang mampu memenangkan persaingan besar.
Persaingan pasar tersebut ditentukan oleh speksifikasi produk
yang menjadi unsur "kepercayaan" (trust), seperti yang
diungkapkan oleh penulis sejarah Francis Fukuyama, pria
Jepang yang lahir dan dibesarkan di Amerika Serikat dan
menduduki Dekan di George Mason University, Washington
baru-baru ini di Jakarta.

Berbeda dengan Francis Fukuyama yang mengemukakan tesis


kesejarahan telah berakhir saat ini (The End of History), maka
Natsir mengemukakan adanya tesis kesejarahan tersebut
setiap saat dan tempat. Setiap ajaran Islam, mampu
memberikan jalan keluar (solusi) terhadap problematika sosial
umat manusia, dia berada dalam hati manusia yang mampu
menangkap tanda-tanda zaman perubahan sosial, politik dan
ekonomi di sekitarnya. Mereka yang mampu menangkap tanda
tanda-tanda zaman perubahan sosial, politik dan ekonomi
tersebut, mereka adalah orang-orang beriman.

Apatisme politik dan bersikap menjadi "pengamat" dalam


perubahan sosial, politik dan ekonomi tersebut adalah mereka
yang memiliki selemah-lemah iman (adh'aful iman). Sikap diam
(apatis) dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi yang
selalu mengalami perubahan hanya bisa diatasi dan
dihilangkan dengan mengerjakan segala sesuatu yang bisa
dikerjakan, jangan fikirkan sesuatu yang tidak mungkin
dikerjakan, apa yang ada sudah cukup untuk memulai sesuatu,
jangan berpangku tangan dan menghitung orang yang lalu.
Keempat kata-kata tersebut merupakan amanat Mohammad
Natsir untuk tidak menunggu perubahan sosial, politik dan
ekonomi dalam hidup ini, tetapi memanfaatkan segala
perubahan tersebut untuk berhubungan kehidupan dunia luar
disekitarnya.

Sikap hidup menjemput bola, bukan menunggu bola


merupakan sikap hidup untuk mengantisipasi selemah-lemah
iman yang menjadi kata-kata kunci perubahan sosial, politik
dan ekonomi yang diinginkan Mohammad Natsir melalui tiga
cara hidup yang dikemukakannya. Yakni, bantu dirimu sendiri
(self help), bantu orang lain (self less help), dan saling
membantu dalam kehidupan ini (mutual help), Ketiga konsep
hidup ini tidak mengajarkan seseorang untuk tidak tergantung
kepada orang lain, ketergantungan akan menempatkan orang
terbawa kemana-mana oleh mereka yang menjadi tempat
bergantung.

Nuansa Kehidupan Islami 59


Pernik-Pernik Reformasi

Gubahlah Dunia dengan Amalmu

Hidupkan Dakwah Bangun Negeri

Jagalah Ibu Pertiwi

Nuansa Kehidupan Islami


60
Pernik-Pernik Reformasi

Jangan Jatuh di Pangkuan Komunis

Pak Natsir, dalam setiap pertemuannya dengan ahlul qurba


yang juga merupakan inner circle dari perjuangan Islam dan
harga diri umat di daerah, selalu mendengarkan keluhan
tentang pesatnya gerakan misionaris. Lebih-lebih sejak masa
orde lama telah terkondisi seakan-akan memberi peluang
kepada gerakan missionaris tersebut atas dukungan
orang-orang komunis (PKI). Bahkan setelah PKI dihapuskan
sebagai satu-satunya tuntutan hati nurani rakyat dengan
kepeloporan angkatan '66, orang-orang komunis yang lari
ketakutan mencoba berlindung di balik dinding
lonceng-lonceng gereja, setidak-tidaknya inilah terjadi di
Pasaman Barat, tatkala di bawah pimpinan Mayor Johan Rifai
(Bupati Pasaman zaman Orla, narapidana seumur hidup,
mantan aktifis PKI gol A).

Kondisi masyarakat yang runyam ini, menurut Pak Natsir hanya


mungkin diperbaiki dengan amal nyata. Bukan dengan
semboyan-semboyan yang bisa memancing apatisme
masyarakat atau melawan kebijakan penguasa di daerah.

Pak Natsir menasehatkan supaya kaedah yang selama ini telah


dimiliki oleh umat Islam, ukhuwah dan persatuan, mesti
dihidupkan terus. Diantaranya dengan membentuk perwakilan
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) di daerah Tk.I
propinsi Sumatera Barat yang diresmikan sendiri oleh Pak
Natsir di Gedung Nasional Bukittinggi (sekarang gedung DPRD
Tk. II Kodya Bukittinggi) 15 Juli 1968. (Baca juga: Kiprah DDII
Tigapuluh Tahun red.)

Pertemuan bersejarah ini dihadiri oleh hampir seluruh ulama


Sumatera Barat. Para ulama tersebut tergabung dalam Majelis
Ulama Sumatera Barat yang terang-terangan anti komunis.
Dalam ajaran Islam, Komunisme adalah kelompok dahriyyin
atau atheis (golongan yang tidak mengakui adanya Tuhan).
Komunisme adalah ajaran kafir, begitu aqidah Islam.

Pertemuan itu juga diikuti oleh ninik mamak pemuka


masyarakat yang datang berduyun-duyun menyambut
kehadiran pemimpin pulang. Antusias hadirin waktu itu terlihat
secara spontan. Tidak ada satu kursipun yang kosong, tak ada
tempat yang lowong yang tak diisi. Banyak hadirin yang berdiri
bahkan ada yang hanya dapat duduk di lantai. Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII) perwakilan Sumatera Barat

Nuansa Kehidupan Islami 61


Pernik-Pernik Reformasi

diresmikan sebagai perwakilan pertama di daerah di luar DKI


Jakarta.

Kepengurusan pertama Dewan Dakwah di Sumbar dinakhodai


para ulama kharismatik, seperti Buya H. Mansur Daud Dt.
Palimo Kayo. Mantan Duta Besar RI di Irak yang juga adalah
mantan Ketua Umum Masyumi Sumatera Tengah. Buya yang
terkenal sangat anti komunis. Tahun 1968 Buya Datuk Palimo
Kayo telah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Majelis
Ulama Sumbar, hingga akhir hayat beliau.

Kepengurusan Dewan Dakwah Sumbar diperkuat oleh Buya H.


Nurman, Buya H. Anwar, Buya H. M. Bakri Dt. Rajo Sampono
dan dari kalangan muda seperti Mazni Salam Dt. Paduko Intan,
Djoefry Sulthany, Ratnasari, Fachruddin HS Dt. Majo Indo dan
lain-lain.

Memang semua penggerak pertama Dewan Dakwah di Sumbar


adalah keluarga besar Bulan Bintang dan tidak perlu dibantah,
mereka adalah orang-orang yang aktif dalam setiap gerak
perjuangan Agama dan Bangsa. Jauh hari sebelum
kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, mereka
adalah pribadi-pribadi yang sangat anti komunis. Diantaranya
ada yang berada pada barisan Perintis Kemerdekaan.

Namun, masih ada saja kalangan yang berpandangan sinis.


Kalangan itu melihat bahwa di antara pengurus pertama
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumatera Barat yang
diresmikan tersebut, dicap sebagai kelompok orang-orang
"bekas pemberontak PRRI", istilah yang dihidupkan oleh PKI di
tahun 1960-an.

Padahal Pemerintah RI secara resmi telah mengeluarkan


amnesti dan abolisi sejak tahun 1961 (lihat Keppres
No.:659/th 1961). Maksudnya, tidak ada yang kalah, tidak ada
pula yang harus merasa menang. Semua kembali ke pangkuan
Ibu Pertiwi. Namun saat itu situasi terasa sangat menyakitkan.
Kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi, di saat Ibu Pertiwi berada "di
pangkuan komunis".

Memang suatu kenyataan sejarah bahwa pimpinan pusat


Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sejak didirikan Februari
1967 itu, terdiri dari bekas-bekas pemimpin dan pejuang Islam
yang tangguh dan sangat anti komunis. Mereka adalah KH
Faqih Usman, DR Mohammad Natsir, MR Kasman Singodimejo,
KH Nawawi Duski, Prawoto Mangkusasmito, Buya Duski
Samad, Buya HMD Datuk Palimo Kayo, Buya H A Malik Ahmad,
H Zainal Abidin Ahmad, KH Shaleh Widodo, Bukhari Tamam, KH
Hasan Basri, Prof Osman Ralibiy, Prof DR HM Rasyidi, KH

Nuansa Kehidupan Islami


62
Pernik-Pernik Reformasi

Rusyad Nurdin, DR Bahder Djohan, dr Ali Akbar, KH Yunan


Nasution, MR Syafruddin Prawiranegara,MR Assa'at, KH
Muchlas Rowi, KH Amiruddin Siregar, Mokhtar Lintang, KH
Gaffar Ismail, yang sebagian mereka tercantum sebagai Badan
Pendiri Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Ketua
Umum yang dipegang oleh Bapak DR. Mohammad Natsir
diperkuat Sekretaris Umum Bapak Buchari Tamam, sampai
kedua-dua beliau itu dipanggil oleh Allah SWT.

Komposisi tersebut memang terdiri dari pemimpin-pemimpin


bekas partai Masyumi. Partai yang telah membubarkan dirinya
karena berseberangan dengan kebijaksanaan pemerintah
Soekarno. Pemerintahan Orde Lama yang nyata-nyata telah
memberi angin berkembangnya komunis di Indonesia.

Terbukti pula, sebagian dari mereka, para pemimpin keluarga


besar Bulan Bintang itu, adalah pelaku-pelaku aktif, atau
simpatisan PRRI, yang pada tahun 1961-1967 oleh pencinta
komunis disebut sebagai "bekas pemberontak PRRI".

Keberadaan keluarga Bulan Bintang dan bekas PRRI di


Sumatera Barat waktu itu sebagai jawaban dan merupakan
konsekwensi logis dari anti komunis. Keluarga Bulan Bintang
dan PRRI jelas-jelas merupakan satu kelompok yang memiliki
ciri-ciri khas /karakteristik (hal yang mumayizat) sebagai
kelompok anti komunis, sudah sejak masa lalu, jauh sebelum
adanya angkatan '66 atau bangkitnya Orde Baru.

Karena itu khusus untuk daerah Sumbar, kehadiran Dewan


Dakwah disambut sebagai suatu harapan "yang akan mampu
menjawab tantangan". Dewan Dakwah dianggap sangat
istiqamah sebagai kekuatan anti komunis yang jelas-jelas
seiring dengan misi orde baru ketika itu sebagai orde anti
komunis di Indonesia.

Keberadaan Dewan Dakwah diterima oleh kalangan tua dan


muda sebagai suatu kekuatan baru dalam memelihara
kerukunan umat dan kejayaan agama. Hanya sebahagian
kalangan yang tidak senang. Mereka umumnya
kelompok-kelompok non-Islam yang mencemaskan keberadaan
Dewan Dakwah. Mereka cemas seakan-akan Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia akan mencungkil kembali luka lama yang
mulai bertaut.

Namun Pak Natsir menasehatkan: "Gubahlah dunia dengan


amalmu dan hidupkan dakwah bangun negeri".

Nuansa Kehidupan Islami 63


Pernik-Pernik Reformasi

Nuansa Kehidupan Islami


64
Pernik-Pernik Reformasi

Menghidupkan Amal,

Membentengi Aqidah

Memelihara Kerukunan dalam Beragama13

Memelihara daerah dari bahaya gerakan Salibiyah berarti juga


menjaga keutuhan nilai-nilai adat yang terang-terangan
menyebutkan bahwa ranah ini adatnya bersendi syara' dan
syara' bersendi Kitabbullah. Selain itu memelihara keutuhan
ukhuwah hanya dimungkinkan dengan menghidupkan kembali
nilai-nilai "tungku tigo sajarangan" dalam melibatkan
unsur-unsur alim ulama ninik mamak dan para cendekiawan
baik yang duduk dalam pemerintahan maupun yang ada di
kalangan perguruan tinggi. Juga tak dapat dilupakan tentang
peran kegotong-royongan sebagai buah dari ajaran ta'awun
sebagai inti aqidah tauhid.

Amal nyata yang diprogramkan oleh Pak Natsir dan


ditinggalkan untuk dikerjakan di Sumatera Barat merupakan
program yang amat monumental. Ada lima program pokok
yakni:

1. Gerakkan kembali tangan umat melalui penguasaan


keterampilan di desa-desa sebagai usaha membina
kesejahteraan bersama, artinya menghidupkan kembali
ekonomi umat di desa-desa. Desa adalah benteng kota dalam
artian perkembangan ekonomi yang sesungguhnya.

2. Hidupkan kembali lembaga puro. Yakni kebiasaan menabung


dan berhemat dalam satu simpanan bernama puro. Juga

13 Wawancara eksklusif dengan H. Mas'oed Abidin

Nuansa Kehidupan Islami 65


Pernik-Pernik Reformasi

menghidupkan kebiasaan berinfaq, bersedekah dan berzakat


sebagai suatu usaha pelaksanaan syariat Islam, menghimpun
dana dari umat yang berada untuk dikembalikan kepada umat
yang lemah (dhu'afak).

3. Hidupkan kembali Madrasah-madrasah yang sudah lesu


darah, karena kehabisan tenaga pada masa pergolakkan.
Hidupkan masjid bina jama'ah dan tumbuhkan minat seluruh
masyarakat untuk menghormati ilmu dan memiliki kekuatan
Iman dan Tauhid, terutama memulainya dari kalangan generasi
muda.

4. Perhatikan kesehatan umat dengan mendirikan Rumah Sakit


Islam. Bila kita terlambat memikirkan kesehatan umat maka
orang lain akan mendahuluinya, bisa-bisa terjadi nantinya jalan
dialih orang lalu. Membangun Rumah Sakit Islam adalah ibadah
karena ada suruhan untuk berobat bagi setiap orang yang sakit
(hamba Allah). Gerakan ini bisa berarti juga memfungsikan
para ahli di bidangnya yang keislamannya sama bahkan tidak
diragukan.

5. Perhatikan nasib pembangunan masyarakat di Mentawai.


Mentawai itu adalah daerah kita dan semestinya kitalah yang
amat berkepentingan dalam membangunnya. Bila orang bisa
berkata bahwa Mentawai ketinggalan sebenarnya yang disebut
ketinggalan adalah kita yang tak mau memperhatikan mereka
di Mentawai itu.

Kelima program ini minta dilaksanakan tanpa harus menunggu


waktu dan dapat diprioritaskan mana yang mungkin
didahulukan walaupun sebenarnya kelima-limanya merupakan
pekerjaan yang amat integral. Modal kita yang utama untuk
mengangkat program ini adalah kesepakatan semua pihak dan
dorongan mencari ridha Allah, begitu Pak Natsir mengingatkan
kepada pemimpin-pemimpin di kala itu.

Dari dorongan-dorongan tersebut berbentuk taushiah pada


mulanya akhirnya membuahkan hasil nyata. Pada Oktober
tahun 1969 Balai Kesehatan Ibnu Sina (cikal bakal Rumah Sakit
Islam Ibnu Sina) yang mengambil tempat di rumah Dr. Yusuf
dan rumah keluarga Dr. M. Jamil di Bukittinggi diresmikanlah
beroperasinya Balai Kesehatan Ibnu Sina oleh Proklamator
Republik Indonesia Bapak. DR. Mohammad Hatta.

Satu sejarah baru telah dimulai yakni membangun balai


kesehatan sebagai rangkaian dari suatu ibadah dan gerak
dakwah. Keberadaan Balai Kesehatan ini disambut oleh seluruh
lapisan masyarakat dari desa-desa hingga ke kota, oleh
pegawai sampai petani, dari ulama dan pejabat hingga

Nuansa Kehidupan Islami


66
Pernik-Pernik Reformasi

pedagang dan perantau.

Serta merta seluruh pihak-pihak tersebut membuka puro


(persediaan harta) menyalurkannya dengan ikhlas untuk
berdirinya Balai Kesehatan Islam di Bukittinggi dan akhirnya
menyebar ke Padang Panjang, Padang, Payakumbuh, Kapar
(Pasaman Barat), Simpang Empat dan Panti dalam waktu yang
sangat pendek hanya berjarak tiga tahun setelah peresmiannya
dan akhirnya menjadi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina.

Apa yang diperbuat oleh misi baptis selama ini telah dapat dija-
wab oleh umat Islam di daerah Sumatera Barat dengan suatu
amal nyata yakni melalui program dakwah illallah dalam bidang
kesehatan.

Seiring dengan itu masalah pendidikan pun dihidupkan seperti


perhatian penuh terhadap lembaga pendidikan yang sudah ada
(Thawalib Parabek, Thawalib Padang Panjang, Diniyah Padang
Panjang dan banyak lagi yang lain). Disamping madrasah yang
sudah ada dihidupkan pula madrasah baru seperti Aqabah di
Bukittinggi dan madrasah-madarasah Islam yang tumbuh dari
masyarakat di desa-desa.

Masalah keterampilan seperti pertanian dan peternakan


terpadu di Tanah Mati Payakumbuh dan pemanfaatan
lahan-lahan wakaf umat di Rambah Kinali mulai di garap.
Tujuan utamanya tidak hanya sekedar untuk mendatangkan
hasil secara ekonomis namun lebih jauh dari itu. Diharapkan
sebagai wadah pembinaan dan pelatihan generasi muda.

Pembangunan rumah-rumah ibadah terutama di


kampus-kampus (masjid kampus) dan Islamic Centre tetap
menjadi perhatian utama. Walaupun ada suatu kampus yang
amat memerlukan pembangunan sarana ibadah (masjid)
merasa enggan dan takut untuk menerimanya terang-terangan
dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) karena takut
terbias politik Keluarga Besar Bulan Bintang (Masyumi). Seperti
contoh dibangunnya masjid kampus di tengah komplek UNAND
dan IKIP di Air Tawar Padang yang terhalang beberapa lama
hanya karena ketakutan terhadap bayangan Masyumi semata.
Namun akhirnya dengan pendekatan yang dilakukan oleh
orang-orang tua diantaranya Hasan Beyk Dt. Marajo dan Rektor
IKIP Padang Prof. DR. Isyrin Nurdin terbangunkan jugalah masjid
kampus yang diidamkan oleh setiap mahasiswa dan civitas
akademika kedua perguruan tinggi di Padang itu. Dan sampai
sekarang masjid kampus itu berkiprah dengan baik dengan
nama Masjid Al-Azhar kampus IKIP Air Tawar Padang.

Ketakutan pada Dewan Dakwah sejak dari mula merupakan

Nuansa Kehidupan Islami 67


Pernik-Pernik Reformasi

bayangan tanpa alasan hanya sebagai suatu trauma psikologis


semata atas pernah terjadinya pergolakan daerah (PRRI) dan
pandangan yang kurang ilmiah terhadap Masyumi. Suatu hal
yang aneh memang bila dibandingkan dengan jumlah Ummat
Islam di daerah Sumatera Barat yang boleh dikata hampir
100%, di kala sebahagian kecil diantaranya menjadi phobi
dengan gerakan Islam yang kebetulan dijalankan oleh
orang-orang yang kata mereka adalah ex. Masyumi atau
Keluarga Besar Bulan Bintang.

Nuansa Kehidupan Islami


68
Pernik-Pernik Reformasi

KOKOH

Setiap kali dalam hidup seorang berhadapan dengan imtihan


(bala). Melalui ujian itu seseorang akan sampai kepada
keberhasilan atau kepada kegagalan. Bila seseorang
menghendaki keberhasilan, sangat di perlukan sikap-sikap

Nuansa Kehidupan Islami 69


Pernik-Pernik Reformasi

positif bagi meraih keberhasilan di maksud, diantaranya yang


paling penting adalah tabah, rela berkorban, teguh pendirian.

Kesemua sikap itu adalah merupakan kesiapan mental yang


sangat diperlukan dalam meraih keberhasilan. Jika sikap-sikap
positif itu tidak ada, hampir-hampir keberhasilan susah
diperoleh.

Sikap tabah,modal utama,

Nabi Ibrahim AS adalah contoh yang baik dalam millah


(perjalanan hidup dibawah bimbingan Allah) dalam
memperlihatkan sikap ketabahan-nya, kerelaan berkorban,
keteguhan pendirian. Juga contoh baik dalam sikapnya
memuliakan tamu, dalam berbuat baik sesama kerabat, dan
dalam kesiapannya melaksanakan perintah Allah serta
melepaskan ketergantungan kepada perintah materi
(kebendaan). Dalam kadar cobaan yang diberikan dan di
laluinya ternyata Ibrahim AS lulus dari ujian yang berat itu.

Ujian kejiwaan ini, secara beruntun dia alami. Sungguhpun


berat, dia senantiasa berhasil melaluinya, semata karena
keteguhannya dalam merebut redha Allah.

Ketabahan-nya teruji tatkala harus berhadapan dengan pilihan


dibakar oleh Namrudz di dalam sebuah unggun-api, kedudukan
yang terhormat di sisi sang penguasa. Syaratnya hanyalah
mengganti perannya melaksanakan Dakwah Ilallah kepada
Dakwah Ilalmaal (seruan kepada harta), serta membenarkan
perilaku Namrudz (Maharaja Nebucadnezar) yang menetapkan
dirinya sebagai penguasa absolute setingkat tuhan.

Sejarah membuktikan bahwa Ibrahim Alaihis-salam memilih


tetap menegakkan kebenaran dakwahnya kepada Allah
walaupun dengan segala resiko. Dia menang. Imbalannya dari
Allah langsung diterimanya. Api unggun yang dipersiapkan
untuk membakar Ibrahim, tak mempan merontokkan sehelai
rambut pun yang melekat ditubuhnya. Firman Allah
menceritakan: "wahai api, dinginlah dan selamatkan tubuh
Ibrahim dari gejolakmu yang membakar".

Nuansa Kehidupan Islami


70
Pernik-Pernik Reformasi

Rela berkorban,

Nabi Ibrahim AS telah menjadi teladan hingga kini.


Satu-satunya anak kesayangan yaitu Ismail (Alahisalaam), rela
dikorbankan, demi memenuhi tuntutan perintah Allah Yang
Maha Rahman. Pengorbanannya diterima.

Dalam situasi yang amat kritis,-- disaat kedua-duanya pasrah


dan ikhlas melaksanakan perintah Allah--, bantuan Allah
datangseketika. Ismail tidak jadi menemui ajalnya.

Akhirnya,kesabaran dan ketaatan yang nyata-nyata inilah maka


Allah melarang Ibrahim meneruskan pengorbanannya
menyembelih Ismail.

Peristiwa besar ini dinukilkan dalam Al Quran :"Dan Kami tebus


anak itu dengan seekor sembelihan yang besar"QS.37
Ash-Shaffaat,ayau 107). Sebuah bukti, bahwa kerelaan dan
keikhlasan dalam melaksanakan perintah Allah, selalu
berujung dengan mendapatkan kemudahan jalan dari Allah.

Teguh pendirian.

Meminta kepada selain Allah (patung,ajian,benda sakti)


sebenarnya merupakan watak yang tidak pantas dimiliki oleh
manusia yang berakal. Keberadaann manusia dialam ini hanya
tersebab "rahmat" dan "rahim" dari Allah (Yang Maha
Menjadikan).

Penghambaan kepada materi, pasti mendatangkan bencana.

Materi hanyalah rahmat Allah, dan alat bagi manusia untuk


mencapai kemakmuran. Bukan satu-satunya tujuan dalam
hidup, apalagi dianggap sebagai Tuhan sehingga manusia rela
diperbudaknya (hubbul-maal, atau hubbud-dun-ya).

Menjadi budak materi(benda) tidak sesuai dengan harkat dan


martabat manusia. Menetapkan pilihan kepada tauhid

Nuansa Kehidupan Islami 71


Pernik-Pernik Reformasi

merupakan bukti keteguhan pendirian.

Demikianlah kiat dakwah para Rasul Allah, yang terlihat dalam


sikap yang konsisten dan konsekwen. Inilah yang wajib di warisi
para du'at dimanapun berada. Insya Allah.

Padang, Nopember 1997.

Nuansa Kehidupan Islami


72
Pernik-Pernik Reformasi

Perguruan Tinggi

Kehilangan Keseimbangan

“Teguran berbuah tawuran…”

Perguruan tinggi sebagai sebuah lembaga merupakan kawah


candradimuka, tempat mempersiapkan kader-kader bangsa.
Hanya berbilang tahun (4-7 tahun) saja, jebolan perguruan
tinggi harus sudah siap terjun di tengah masyarakat. Mereka
adalah kelompok tersendiri, elite, yang tidak hanya sekedar the
man on the street. Di pundaknya tersandang beban memimpin
kelompok tempat dia berada.

Diakui, tidak setiap lulusan sekolah menengah bisa masuk


perguruan tinggi. Ada seperangkat persyaratan yang mesti
dipenuhi. Minat, kemampuan (termasuk materi), dan yang
paling dominan: kecerdasan atau IQ. Sesuatu yang dijadikan
logam dasar yang akan ditempa dan diasah menjadi sesuatu
yang bernilai “sarjana”.

Walaupun minat dan kemampuan ada, tanpa kecerdasan


sebagai logam dasar yang akan diasah, sebenarnya
kesempatan tertutup sudah. Walau ada saja keganjilan yang
mengganjal mata kita. Tanpa kecerdasanpun, kadangkala,
seseorang bisa masuk perguruan tinggi. Inilah, salah satu,
sumber masalah tersebut. Dengan kecerdasan yang tidak
memadai, mereka akan mudah diombang-ambingkan, diperalat
oleh yang lebih cerdas, dan seterusnya menjadi kuda
tunggangan. Mereka akan menjadi “potensi besar” dengan nilai
negatif.

Kecerdasan, sebenarnya tidak pantas diukur hanya (dan


hanya!) dengan IQ semata. Ada ukuran lain, yang disebut
Emotional Intelegence, emosinal inteligensia. Sebuah
kemampuan meletakkan emosi pada tempat yang benar. Istilah
di ranah Minang: nan tau di ereng jo gendeng, tau di rantiang
ka malantiang, tau di batu ka manaruang.

Nuansa Kehidupan Islami 73


Pernik-Pernik Reformasi

Intelektual yang benar, berpikir sebelum berbuat. Bukan


berbuat tanpa pikir, atau berbuat dulu, akibatnya nanti
dipikirkan. Dengan kata lain, intelektual adalah orang yang
meneliti sebelum meniti suatu tindakan. Maka, tidak dapat
tidak, untuk pembentukan emotional intelegence diperlukan
pedoman. Pedoman itu hanya ada dalam agama.

Agama menjelaskan emotional intelegence dalam surat Ali


Imran 133, sesuatu yang dipunyai orang-orang muttaqin.
Yakni: orang-orang yang (mau) menafkahkan hartanya
dalam keadaan lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang mampu menahan marahnya, dan orang-orang yang
sanggup memaafkan kesalahan orang lain, Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dalam menerima sebuah berita yang berkembang, seorang


intelektual dibimbing untuk tidak menerima berita begitu saja,
sebagaimana dituntunkan dalam Al Hujuraat ayat 6: Hai
orang yang beriman, jika datang kepadamu orang-orang fasik
(yakni orang-orang tidak berilmu), membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan
suatu akibat musibah (tersebab perbuatan kamu) kepada suatu
kaum, tanpa mengetahui (terlebih dahulu) keadaannya (yang
sebenarnya), yang menyebabkan nanti, kamu akan menyesal
(selama-lamanya), atas perbuatanmu itu.

Kedua tuntunan ini memberikan corak khusus tentang


keberadaan para intelektual, baik dalam menerima atau
menyelesaikan sebuah berita (masalah). Ada fikir ada zikir.

Intelektual dalam tanda petik

Tawuran yang digelar sangat spektakuler oleh para calon


intelektual, dalam tanda petik, beberapa waktu lalu di Air
Tawar, benar-benar mengejutkan. Betapa tidak. Silakan tanya
pada komponen ’66, yang pernah menjadikan kampus sebagai
basis gerakan Kesatuan Aksi (KAMI/KAPPI) mengoncang Orde
Lama 32 tahun lalu.

Nuansa Kehidupan Islami


74
Pernik-Pernik Reformasi

Sekian lama mereka berdemonstrasi, tidak pernah satu


bangunanpun terbakar. Tidak ada korban mahasiswa harus
masuk rumah sakit, kecuali hanya seorang yang harus jadi
martir, pahlawan AMPERA, Ahmad Karim di Bukittinggi.

Kampus masih selamat dan bisa diwariskan dalam keadaan


utuh. Karena waktu itu masih ada keseimbangan. Alangkah
hebatnya kesatuan rasa dengan rasa antara sesama
mahasiswa (dan dosen) di kampus kita di masa lalu, sehingga
mampu melewati saat-saat kritis.

Dan alangkah “hebatnya” rasa yang dimiliki mahasiswa


sekarang yang mampu membuat kehancuran melewati batas
perkiraan kita. Kita harus bertanya, masih adakah
keseimbangan intelektual?

Hilangnya Keseimbangan Kampus

Kampus yang akan melahirkan intelektual, idealnya


mencerminkan diskusi ilmiah, kajian-kajian masyarakat dan
prospek masa depan (individual ataupun kolektif). Dia dipenuhi
oleh terbolak-baliknya buku-buku, bukan beterbangannya batu-
batu. Teguran-teguran yang didengar, adalah teguran ilmiah,
yang berakhir dengan sebuah kesimpulan aplikatif untuk
kemajuan umat manusia. Bukan teguran vulgar yang berbuah
tawuran.

Kaum intelektual yang tumbuh dari kaedah-kaedah ilmu


pengetahuan, sungguh tidak memiliki dendam pribadi. Merujuk
pendapat para seniman, maka dendam intelektual hanya pada
kebodohan dan keterbelakangan.

Yang semestinya dimiliki intelektual kampus hanyalah hasrat


memperdalam ilmu. Karena menuntut ilmu adalah kewajiban

Nuansa Kehidupan Islami 75


Pernik-Pernik Reformasi

setiap Muslim (baca: “yang mau menyerahkan diri”) baik laki-


laki maupun perempuan.

Minat menuntut ilmu akan lebih bermakna bila disejajarkan


dengan penanaman emotional intelegence. Kondisi ini terbaca
di dalam sejarah para ilmuwan dari masa ke masa.

Sekedar contoh, para ilmuwan hukum (hukama) seperti Syafii,


Maliki, Hambali dan Hanafi, selalu berkata: “Bila pendapat
orang selain aku lebih berdasar (baca: lebih sesuai dengan
Qur’an dan Hadis) maka kewajiban kalian adalah menerima
pendapat mereka dan meninggalkan pendapatku. Inilah
kearifan intelektual. Kearifan intelektual dengan makna
hakiki membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah.
Tanpa melihat dari siapa atau dari mana sumber kebenaran itu
(baca: tidak semata kebenaran kelompok maupun golongan).

Sekarang yang ada hanya kecemasan intelektual. Tidak hanya


sekedar intelektual yang cemas karena norma yang yang
berlaku tidak lagi ilmiah. Kecemasan yang bertolak dari
“kebenaran” individual, serta cenderung mengabaikan
eksistensi orang lain. Yang lahir tentulah bencana. Kecemasan
intelektual akan bermuara pada intelectual arogance, (baca:
kesombongan intelektual). Bila kondisi ini berkembang, adalah
mustahil sebuah masalah terselesaikan segera.

Tidak akan pernah terjadi dialog, karena kita sudah berselisih


sebelum duduk. Bukankah setiap perbedaan harus diselesaikan
setelah “didudukkan”?????? Bagaimana mungkin kita bisa
duduk semeja dalam emosi dan kemarahan menggumpal
menyesak dada?

Hanya emotional intelegence yang mampu menjawabnya. Tapi


apakah kita masih mempunyainya? Masihkah kampus kita
menterjemahkan emotional intelegence dalam kurikulum dan
kegiatannya?

Nuansa Kehidupan Islami


76
Pernik-Pernik Reformasi

Kalau jawabannya adalah tidak, tak perlu dikaji lagi segala


penyebab tawuran dalam tingkat apapun (termasuk tawuran
siswa SLTA/SMU di Jakarta, tawuran pendukung OPP, tawuran
para tenaga kerja, dan sekeranjang tawuran lainnya). Karena
penyebab semua itu adalah emosi tanpa kendali.
Naudzubillah.

Di sini kita melihat krusialnya ajaran Sunnah Rasulullah.


Seorang pemberani, bukanlah orang yang berani bertarung di
medan tempur, tetapi seorang pemberani adalah yang mampu
mengendalikan emosi. Kerja ini kerja berat, dan tergolong
jihad al akbar, yaitu jihad mengendalikan nafsu.

Ilmuwan yang tidak mampu mengendalikan nafsu, cenderung


akan membinasakan orang, termasuki dirinya. Tetapi nafsu
(nafs, baca: dorongan-dorongan kehendak) bagi orang-orang
berilmu akan membawa keselamatan orang lain, dan dirinya.
Inilah jalinan aqidah tauhid.

Allah Yang Maha Tahu, memberikan rumusan terhadap orang-


orang yang berpengetahuan, yaitu hamba-hamba Allah yang
paling takut (sangat berhati-hati) kepada Allah.

Firman Allah surat Fathir ayat 28: Dan demikian pula di antara
manusia, binatang-binatang melata, binatang-binatang ternak,
ada yang bermacam-macam warnanya (jenis, sifat, dan sikap).
Sesungguhnya (dari semuanya itu) yang paling takut kepada
Allah (selalu berhati-hati dengan tindakannya) di antara
hamba-hamba-Nya itu hanyalah ulama (orang-orang yang
berilmu, intelektual). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun.

Yang takut kepada Allah inilah orang yang selamat.

AIRMATA

Nuansa Kehidupan Islami 77


Pernik-Pernik Reformasi

Sepanjang perjalanan usia, sulit menemukan orang yang


hampir tak pernah menangis, mengalirkan airmata. Meski
sekali. Airmata adalah refleksi dari emosi, menyangkut apa
yang di alami. Bisa karena sedih, tertekan, terlalu emosi,
gembira, atau implementasi puncak kesedihan.

Airmata dalam kejujuran, lebih ber'cerita' dari balik kejadian


sesungguhnya. Airmata tak perlu berceritera banyak, karena
yang melihat sangat memahami, kenapa airmata harus
ditumpahkan ? Kitapun kadangkala ikut larut bersama-sama.
Tanpa sadar, terjadilah sebuah "koor airmata", tanpa nada-
suara. Baik dikala haru, bahagia, sedih maupun sebaliknya.
Terjalinlah keakraban senasib-sepenanggungan. Amat pantas
airmata ikut mengalir. Bahkan yang tidak ikut menyumbang,
bisa dipandang sebagai tak peka terhadap kedalaman dari
persaudaraan.

Dikutub lain, ada airmata yang susah dibaca. Bersimbah dari


warna kepura-puraan. Seperti fabel tentang geraham sang
buaya saat menikmati santapan lezat dalam mulut, airmatanya
juga mengalir bercucuran. Bukan karena sedih, namun lebih
disebabkan kelezatan lahapan sang mangsa. Hal ini dikenalah
dengan nama "airmata buaya".

Disisi lain, ada pula airmata disertai sedu-sedan, isak-tangis


yang meraung-raung. Karena tali tempat bergantung sudah
putus. Tanah tempat berpijak telah terban. Sakit yang tak
terkatakan. Perasaian yang tak tertanggungkan. Mungkin
berhubungan dengan kemelut sosial, ekonomi kehidupan
sehari-hari. Mulai dari harga barang dan jasa yang melonjak
naik. Bencana alam yang terjadi silih-berganti, hujan yang
belum mau turun, atau banjir yang datang melanda,
memusnahkan kehidupan. Jadilah, bagi yang tak sanggup
membendung, tak ada jalan lain selain berurai airmata.

Ironinya airmata tidak lagi khas sebagai isyarat kesedihan, tapi


ungkapan kegembiraan. Bagi seorang tua yang berdiam dikaki
bukit, sepucuk surat dari anak bernama Si Biran Tulang,

Nuansa Kehidupan Islami


78
Pernik-Pernik Reformasi

(situngga-babeleng atau sibungsu nan indak baradiak lai),


mampu mengalirkan airmata bahagia.

Kebahagian orang tua ini berawal dari sebuah berita sang anak,
yang sekarang sudah mulai bekerja walaupun hanya sebagai
pembantu di sebuah toko. Tatkala surat dibuka, tidak semata
berisi berita, tapi kiriman sedikit belanja "santo", dari hasil
upah pertama. Biarlah abak yang lebih dahulu menikmati, dari
jerih payah mendidik selama ini.

"Alhamdulillah", tatkala itu orang tua sangat merasakan


nikmat besar yang tak terkatakan. hingga berderai airmata.
Airmata syukur dan bahagia. Perasaan syahdu, terasa, namun
tak terkatakan. Lidah membisu seribu basa, kehilangan kata.
Yang tampak hanya airmata.

Teringat kepada Allah juga begitu. Bila kesadaran tumbuh


merekah, menydari banyaknya perintah yang belum
terlaksana. Banyak kesalahan telah terlakukan. Banyak waktu
tersedia yang telah terbuang percuma. Sadar akan besarnya
nikmat yang sudah diterima yang tidak terhitung jumlahnya.
Bila semua iytu teringat kembali dari awal kelahiran, hingga
detik ini. Dari buayan, hingga ke mahligai perkawinan. Sejak
belajar dari bawah, hingga memperoleh jabatan. Sebuah
pertanyaan mesti dijawab, sudahkah suruhan Nya tertunaikan,
adakah kepentingan ummat banyak diutamakan ?.

Melupakan ikrar, sumpah dan janji, melahirkan ketamakan.


Dorongan nafsu tak terkendali akan menghilangkan batas
antara suruh dan tegah. Melumerkan batas halal dan haram.
Kepentingan ummat, hilang dari kaji. Karena kebebasan sudah
menjadi trendy. Akhirnya amanah dipegang asal jadi. Surau,
masjid dan ritual ibadah, bukan lagi langganan. Ibu dan bapak
sering terlupakan. Keluarga, konco, dan kawan menjadi
dikedepankan. Bila diperingatkan kesalahan, dendam kesumat
jadi kelakuan.

Disinilah manusia disuruh sadar kembali, dengan menyahuti


panggilan Allah Khaliqul Jaali;

Nuansa Kehidupan Islami 79


Pernik-Pernik Reformasi

"Tuubuu ilallahi jami'an ayyuhal mukminun, la'allakum


tuflihuun",

artinya, Kembalilah kamu keseluruhannya kepada Allah, wahai


orang-orang yang ber-iman, supaya kamu mendapatkan
keutungan (kemenangan)"

Bila dipahami besarnya nikmat dari Allah. Lahirlah kesadaran


bagi setiap insan kembali pada keberadaanya yang hakiki.
Kesadaran, bahwa hidup kelak akan berhenti, dengan
datangnya mati, akan dijawab oleh hati yang bersih.
Teringatlah segala kelalaian dan kekurangan. Mengalirlah
airmata membasahi pipi, hanya dari mereka yang bertaubat
nashuha. Sesungguhnya, inilah hakekat kesucian dari sebuah
airmata.

Ingatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wa Sallam


telah bersabda; " Ada dua mata yang tak pernah dijamah oleh
api neraka.(Pertama), mata yang menangis mengalirkan air
mata karena takut kepada Allah, dan (Kedua), mata yang
senantiasa bertanggang (berjaga-jaga) di jalan Allah",(hadits
diriwayatkan : Jami' Atturmudzi.)

Allahpun memperingatkan pula dalam firmanNya: "Falyadh-


haqqu qalilan wal yabkuu katsiran", (Kurangilah gelak-
ketawa, sering-seringlah menangisi dosa) (Al-Qur’an Al- Karim)

Semoga kita sanggup memiliki, bola-bola mata yang mampu


mengalirkan airmata karena rasa takut kepada Allah. Amien.

Padang, November 1997.

Mu’allamun Majnun?

Nuansa Kehidupan Islami


80
Pernik-Pernik Reformasi

“Ilmuan” yang tidak meyakini wahyu Allah, senantiasa


menyatakan bahwa kaedah-kaedah wahyu tidak seiring dengan
rumusan iptek dan kurang ilmiah. Jelasnya tidak masuk akal.
Lebih jauh lagi mereka katakan wahyu itu hanya sebatas kitab
untuk didendangkan. Paling tinggi sekedar untuk musabaqah.

Tilawahnya untuk didengar dan dibaca pada upacara-upacara


seremonial. Sari tilawahnya untuk melengkapi suasana agar
dikatakan masih melekat dengan agama. Sama sekali tidak
untuk diterjemahkan ke dalam kehidupan nyata.

Ada anggapan, untuk hidup di dunia harus memakai kaedah


duniawi (materiil). Dunia harus dibaca menurut teori dunia.
Akhirat adalah soal lain yang tidak punya sangkutan dengan
dunia. Yang pantas disebut adalah ke-kini-an, here and now.
Dunia tidak untuk membicarakan masalah here after. Soal-soal
hidup sesudah hidup (baca: mati), itu masalah nanti. Itu hanya
menghabiskan waktu saja, tidak ilmiah.

Soal paling mendesak dalam hidup adalah kebutuhan makan,


pakaian, papan atau perumahan, pendidikan serta sekeranjang
kebutuhan-kebutuhan mendesak lainnya. Semua harus
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan zaman. Inilah
ambang ukuran yang mesti dijawab segera. Usaha
menghasilkan pemenuhan hajat kebutuhan materil sampai
tingkat optimal, inilah yang paling logis (mendesak).

Dalam ukuran materil, maka akhirat itu termasuk berita yang


aneh. Tanpa nilai kepastian, dan masih dipertanyakan. Jangan
habiskan waktu dengan soal-soal yang belum pasti.
Demikianlah sebahagian tesis “ilmuwan logika”.

Tatkala diingatkan: “Telah datang musibah karena ulah dosa


(kelalaian) manusia, atau tersebab ajaran agama terinjak-injak,
atau karena kesombongan diri yang telah melupakan Allah!”
“Para ilmuan logika” menjadi kurang percaya. Mereka
menampik, bahwa seruan para kiyai, santri, tuanku, alim-ulama

Nuansa Kehidupan Islami 81


Pernik-Pernik Reformasi

itu tidak beralasan ilmiah.

Pandangan agama itu kolot, absurd, dan tidak sejalan dengan


pandangan ilmu pengetahuan yang sudah sofisticated (maju
dan modern). Pandangan hari ini haruslah berdalil ilmu
pengetahuan. Bukankah adanya asap karena adanya api, dan
adanya kabut karena adanya angin, atau semua yang terjadi
hanya karena pertukaran musim, gejala alam (seperti El Nino,
la Niena) sesuatu yang sudah semestinya berlaku menurut
siklus. Tidak ada satu kaitanpun dengan dosa.Terhadap siklus
alam, tidak ada relevansinya dengan agama.

Tingkah laku yang diperlihatkan mereka itu telah disebut Al


Qur’an. Dalam surat Ad Dukhaan:

Balhum fii syakkin yal'abuun. Fartaqib yauma ta'tii assamaau


bidukhaanin mubiin. Yagsyan naasa, haadza 'adzabun aliim.
Rabbana iksif 'anna al 'adzaaba inna mu'minuun. Anna lahumu
dzikra wa qad jaa ahum rasuulum mubiin. Tsumma tawallaw
'anhu wa qaalu mu'allamun majnuun. (QS 44: 9-14)

“Tapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. Maka


tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang tebal
(berakibat bencana kelaparan dan kekeringan) yang
menyungkup manusia. Inilah azab yang pedih.
(Sungguhpun mereka berdoa): “Ya Tuhan kami,
lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami
sekarang akan beriman.” Tapi, bagaimana (mungkin)
mereka akan dapat menerima peringatan, padahal telah
datang kepada mereka seorang Rasul, yang memberi
penjelasan (menyampaikan wahyu sebelumnya, namun)
kemudian mereka berpaling daripadanya, dan berkata:
dia (rasul itu) adalah seorang yang menerima ajaran
dari orang lain, lagi pula mereka berkata: Mu'allamun
Majnun [(Muhammad) Itu kan Ilmuwan Gila......]”
Demikian ketegasan Firman Allah.

Sinyalemen Al Qur’an tersebut kita temui dalam sikap para


“ilmuwan” modern yang tidak menggubris wahyu. “Ilmuwan”
(dalam tanda petik) menganggap semua yang terjadi di alam
adalah hukum sebab-akibat semata.

Nuansa Kehidupan Islami


82
Pernik-Pernik Reformasi

Sadar atau tidak, mereka melupakan yang menjadi Maha Sebab


segala sesuatu. Seharusnya mereka meyakini, yang mereka
pergunakan dalam menganalisa sebab-akibat adalah anugerah
dari Sang Maha Sebab.

Sebutir kepala, dengan segumpal daging yang bernama otak,


alangkah lemahnya dijadikan sandaran keangkuhan. Hanya
dengan sebuah benturan kecil, sang kepala bisa bertaburan
isinya. Semua analisis dan logika menjadi berantakan. Lalu
kemana “kebenaran” akan digantungkan? Layakkah kebenaran
disandarkan pada sebutir ataupun beribu butir batok kepala?

Permainan mereka hanya keragu-raguan. Ilmu mereka dimulai


dari keraguan dan diakhir pada keraguan yang lebih tinggi.
Dan mereka sendiri ragu dalam permainan itu.

Siapa yang sebenarnya majnun?

Dalam kondisi seperti ini, orang-orang berakidah tauhid


senantiasa dibekali dengan suatu keyakinan, sebagaimana
telah diberikan kepada rasul.

Yaa ayyuhalladzi na aamanu ishbiru wa shaabiru wa raabithu


wa ittaqullaha la'allakum tuflihuun. Artinya: Hai orang
beriman, sabarlah! Tingkatkan lagi sabarmu! Berlindunglah
pada Tuhanmu! Bertaqwalah! Kamu akan memperoleh
kemenangan (QS 3: 200).

Akhirnya “kebenaran”, bukanlah milik rasio. Tak ada


kemenangan tanpa tauhid.

Pahala-wan

Nuansa Kehidupan Islami 83


Pernik-Pernik Reformasi

Pahlawan adalah pejuang yang telah menyerahkan jiwa raga,


fikiran dan karyanya untuk kemashlahatan orang banyak.
Kejayaan bangsa dan negara, serta agama dan ummat.
Pahlawan tidak pernah minta dikenang dan di sanjung.

Namun bangsa yang tumbuh darihasil perjuangan para


pahlawan itulah yang sangat berkewajiban untuk mengenang
jasa mereka. Bangsa yang besar adalah bangsa yang
senantiasa mengenang serta menghormati para pahlawan
mereka. Begitu semboyan yang lazimnya kita dengar, dan
harus senantiasa kita hidupkan selalu.

Para pahlawan, sosoknya bisa tiada, tetapi hasil perjuangan


mereka selalu dirasakan setiap saat akan. Sungguhpun telah
hancur badan di kandung tanah, namun pengorbanan mereka
selalu akan di kenang.

Mereka adalah perintis, pejuang, yang telah mengorbankan


semua yang ada pada diri mereka untuk kejayaan masyarakat
banyak.

Pejuang ada pada setiap bidang dan lapangan. Bisa bernama


pahlawan kemerdekaan, pahlawan pembangunan, pahlawan
agama, pahlawan negara dan negeri, yang nilai pengorbanan
dan perjuangannya harus menjadi contoh suri teladan bagi
generasi sesudah mereka. Keiklasannya telah teruji dan
pengabdiannya sangat terpuji.

Pahlawan lahir dari darma baktinya yang tulus, serta


pengabdian tanpa pamrih, hanya karena mengharap redha
Allah Subhanahu wa Ta'ala semata. Yang ingin di perolehnya
hanyalah pahala dari sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Karenanya
dia pantas di gelari orang yang mengutamakan mengejar
pahala (pahala-wan).

Nuansa Kehidupan Islami


84
Pernik-Pernik Reformasi

Amat beruntung satu generasi yang mempunyai para pahlawan


yang akan di ikut jejak dan langkahnya. Merugi satu bangsa
yang bertumbuh tanpa adanya sosok dan sikap pahlawan.

Pahlawan muncul dari cita-cita luhur dan perjuangan yang suci.


Kadang kala terlihat pada sosok yang sama sekali tidak
memperdulikan kepentingan diri pribadinya, atau keberadaan
keluarganya.

Tujuannya tercermin dari konsistensinya yang tinggi terhadap


jalur perjuangannya yang suci itu. Suatu pengabdian yang
mendalam dan luhur terhadap bangsa ataupun agama dan
negeri (negara)nya. Besarnya satu sosok pahlawan terlihat
dari tinggi rendahnya nilai pengorbanan yang telah
diberikannya.

Sangat banyak diantaranya yang tidak pernah menikmati


hasil-hasil perjuangannya sama sekali. Bahkan banyak pula
yang tidak mendapatkan penghargaan dalam bentuk bintang
yang di sematkan di dada, ataupun bintang yang bertabut di
bahu.

Sangat banyak nama-nama kalau akan di sebut, dari yang


terkenal seperti Bung Tomo, H.Agus Salim, Tan Malaka,
St.Syahrir, Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Assaat, HOS
Cokroaminoto, Prof.Hamka, Ki Hajar Dewantara, Adi Negoro,
dan banyak sekali nama-nama besar akan menyertai sebelum
dan sesudah mereka.

Semuanya telah tercatat dengan tinta emas atas semua bentuk

pengorbanan dan pengabdian mereka untuk bangsa dan


negara di zaman mereka hidup. Buahnya di rasakan oleh orang
banyak berbentuk pengorbanan ke-pahala-wanan mereka,
dalam bidang masing-masing. Lebih banyak lagi yang tidak
bisa atau tidak pernah di sebut, dan jumlahnya bahkan tidak
terhitung, dan hanya bisa disebut dengan satu sebutan
"pahalawan yang tak di kenal".

Nuansa Kehidupan Islami 85


Pernik-Pernik Reformasi

Semuanya telah mengiasi persada ibu pertiwi dengan


pengorbanan dan keikhlasan perjuangannya. Semoga Allah
Subhanahu Wa Ta'ala akan menerima semua bentuk
pengorbanan mereka sebagai ' amal yang saleh disisi-Nya',
Amin.

Generasi yang akan meneruskan cita-cita para pahlawan


sekarang harus bertanya kedalam diri masing-masing,
sanggupkah diri memelihara warisan para pahlawan untuk
membangun bangsa, agama dan negara ini, dengan
mengutamakan mengejar "pahala", bukannya semata berebut
kedudukan dan harta ??? Inilah hakekat peringatan hari
pahlawan itu. Insya Allah.

Padang, 10 Nopember 1997.

Nuansa Kehidupan Islami


86
Pernik-Pernik Reformasi

FESTIVAL ISLAM 1976

TEROMPET KEBANGKITAN ISLAM KEDUA

Mari kita ungkapkan satu peristiwa sejarah yang pendek


pada dua puluh tahun silam.

Pada bulan April - Jui 1976 di London di selenggarakan


World of Islam Festival 1976, yang di persiapkan secara apik
sejak beberapa tahun sebelumnya dengan melibatkan
lembaga-lembaga ternama dan kerjasama
Universitas-universitas London.14

Rencana besar itu telah terselenggara dengan dukungan


tokoh-tokoh Inggris, pencinta Kebudayaan dan Kultur, yang
bernaung dibawah satu badan WORLD OF ISLAM FESTIVAL
TRUST, dan diketuai oleh seorang diplomat terkenal Sir Harold
Beeley dan dibantu oleh 8 orang anggota. Diantaranya hanya
dua orang Muslim, yaitu Yahya Al Tajir (Duta Besar Uni Emirat

14.. Beberapa lembaga-lembaga kebudayaan yang ikut ambil


bagian di dalam penyelenggaraan Festival ini, adalah The Arts
Council of Britain, The British Library, The British Museum, The
Victoria and Albert Museum, The Horniman Museum, The
Commonwelth Institute. Universitas-Universitas Inggris, melalui
kegiatan festival ini mengangkat program akademis berupa
seminar-seminar dan kuliah umum. Diantara Perguruan Tinggi
yang aktif itu adalah Universitas-Universitas London, Oxford,
Cambridge, Edinburg, dan lain-lain. Dari luar Britain, ikut aktif Al
Azhar University, Mesir, King Abdul Aziz University, Saudi, Temple
University Philadelphia USA, dan banyak lagi lainnya.
Negara-negara Islam, seperti Mesir, Syria, Iran, Iraq, Saudi dan
Tunisia, memberikan pinjaman barang-barang sejarah Islam, dan
mengetengahkan konsep-konsep kebudayaan, sebagai bukti dari
api (spirit) Islam.

Nuansa Kehidupan Islami 87


Pernik-Pernik Reformasi

Arab) dan Sheikh Shukri (seorang Bankir). Direktur


penyelenggara seorang ilmuwan Paul Keeler.

Seiring dengan World of Islam Festival 1976 ini juga


dilaksanakan satu INTERNATIONAL ISLAMIC CONGRES di
London, dibawah undangan Islamic Council of Europe.

Kongres ini menampilkan lebih kurang 40 orang sarjana,


ulama, pemikir dan pemuka-pemuka Islam dari Barat dan
Timur.15

Dari Indonesia, waktu itu di undang Bapak Mohammad


Natsir yang pada beberapa sidang-sidang utamanya mendapat
kehormatan sebagai salah seorang Presiden Kongres.16

15. Diantara para ilmuwan, pemimpin Islam dunia yang hadir,


antara lain Maulana Abul Ala Al Maududi (Lahore), Dr.Brohi
(Karachie), Mohammad Aman H.Hobohm (Embassy Jerman
Barat di Sri Langka), Mrs.Aisha Lemu (Sakoto, Nigeria), Mrs.
Fathima Heeren Sarka (Munich), Prof. Kurshid Ahmad (Leicester,
UK), DR. Ahmad An Najar (King Abdul Aziz University), Prof.
Ismail Faruqi, Prof. Muhammad Quthb.

16. Bapak Mohammad Natsir -- Bekas Perdana Menteri Negara


Kesatuan Republik Indonesia, 1950 - 1951, dan sebelumnya
dikenal dengan Mosi Integralnya dengan hapusnya RIS menjadi
Negara Kesatuan RI --, sebenarnya sejak 1967 telah di angkat
menjadi Vice President World Muslim Congress yang bermarkas
di Karachi (Pakistan), dan Sekjennya adalah seorang diplomat
dan pemikir terkenal DR. Inamullah Khan.
1967 itu juga (26 Februari), sebagai hasil Musyawarah Ulama se DKI di
Jakarta, beliau ditetapkan menjadi Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,
sampai wafat (1993).
1969, Pak Natsir terpilih menjadi Anggota Majlis Ta'sisi (pendiri)
World Muslim League (Rabithah Alam Islamy) di Mekkah.
1976, sekembali beliau dari Festival London, Pak Natsir
ditetapkan menjadi Anggota Majlis A'la Al-Alamylil Masajid (Dewan
Masjid Sedunia) bersama-sama dengan Sheikh Ali Al Harakan,
bermarkas di Makkah el Mukarramah.
Seluruhnya jabatan tersebut tidak pernah dicabut dari tangan
beliau sampai akhir hayatnya (1993).
Sehubungan dengan World of Islam Festival 1976 di London ini,
beliau mengungkapkan panjang lebar dalam satu ceramah umum
di Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta (19 Juni 1976), di saat
mana Festival masih berlangsung.

Nuansa Kehidupan Islami


88
Pernik-Pernik Reformasi

Kongres Islam Internasional, London 1976, ini adalah pertama


kali diadakan. Berlangsung dalam 12 hari siang malam. Tidak
salah kalau biaya Festival Islam ini dua juta pounsterling dan
pembukaannya oleh Ratu Elisabeth II.

Ada beberapa ungkapan para ahli -- "mujaddid" -- dan


para pemimpin dunia Islam dikala itu, sehingga menampakkan
penggambaran nyata dari "shahwah Islamiyah" -- kebangkitan
Islam -- yang terang merupakan "spirit of Islam", dan dalam
kurun yang panjang membekas dalam mental spiritual ummat
Islam itu sendiri

Amier Muhammad Al Faishal sebagai key-note speaker


mengungkapkan ;

"Manusia telah bisa mempelajari bagaimana


mengendalikan alam lingkungannya, tetapi dia tidak
belajar mengendalikan dirinya sendiri. Maka dia
menjadi kehilangan arah serta kehilangan rasa
perimbangannya".

Muhammad Quthb17 memperkenalkan ;

"Islam sebagai satu kekuatan yang mampu untuk


memberi. Yakni memberi al-iktsir penawar hidup dan
kunci-kunci penyelesaian bagi persoalan-persoalan
hidup di alam modern sekarang ini, baik di Timur
Rekaman ceramah beliau di terbitkan oleh Yayasan Idayu, Jakarta
1976, dan Media Dakwah, Jakarta 1987. Dibawah judul "World Of
Islam Festival, Dalam Perspektif Sejarah".

(4). Amier Muhammad Al Faishal, Perdana Menteri Kerajaan


Saudi Arabia (1976), menyampaikan key-note speaks pada
International Islamic Congres.
Lihat, Natsir, World Of Islam Festival, Dalam Perspektif
Sejarah, Jakarta, Idayu, 1976 - Medan Da'wah, 1987.

17. (5). Mohammad Quthb, dari paper berjudul "What Islam can
Give to Humanity Today -- A Summing Up", (lihat juga, Natsir,
Kebudayaan Islam Dalam Perspektif Sejarah, Jakarta, Girimukti
Pasaka, 1988, Cetakan Pertama, hal. 313-314).

Nuansa Kehidupan Islami 89


Pernik-Pernik Reformasi

ataupun di Barat.

Mohammad Natsir18 memperingatkan bahwa :

"Islam mengandung sumber-sumber energi


rohaniah dan aqliyah, yang apabila digunakan dengan
sebaik-baiknya akan membawa mereka (ummat Islam
dan dunia) kepada kejayaan masa depan -- the Glory
of the Future--".

Penguasaan alam, pemanfaatan dunia, penawar hidup,


penyelesaian problema-problema, bahkan kejayaan manusia
masa depan -- termasuk kejayaan ummat Islam --
sebagaimana di tawarkan oleh Islam, sangat tergantung
kepada kesiapan mental-spritual ummat Islam itu sendiri.

Terutama dalam melakukan langkah-langkah tepat untuk


kembali kepada ajaran Islam yang murni dari Al-Quran dan
Sunnah.

Kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, bukan suatu lips


service (sekedar komat kamit), namun usaha intensif kearah
pulihnya ;

(1). kemurnian aqidah dari syirik, keberhasilan amal ibadah


dari bid'ah,

(2). pulihnya idealisme dan ruhul jihad untuk membebaskan


diri dari kedudukan yang hina, kesadaran mendalam dakan
risalah (massege) Islam yang harus di dukung penuh sebagai
"ummatan washatan"

(3). beridentitas keselarasan. Ummat yang kakinya berpijak


ke bumi, fikirannya mengolah dunia, dan hatinya terpaut ke
langit.

18. (6). M. Natsir, Ibid. hal. 315

Nuansa Kehidupan Islami


90
Pernik-Pernik Reformasi

Inilah sikap "mental spritual" ummat yang dibentuk oleh


Risalah Islam, yang dihidangkan sebagai resep kepada
kehidupan dunia, yang membuktikan tercapainya kejayaan
masa lalu -- the Glory of the Past, sebagai meminjam istilah
Montegomery Watt --.

Risalah Agama justeru yang mampu memecahkan


problematika hidup yang dihadapi oleh ummat manusia di
dunia.

FAJAR TELAH TERBIT

Tidak hanya yang tua...

Tapi juga yang muda ikut bahagia...

Muraipun berkicau tanda gembira...

Bila Fajar telah terbit.

H. Mas'oed Abidin, 30 Maret 1997

Nuansa Kehidupan Islami 91


Pernik-Pernik Reformasi

Makmurkan Masjid

Tegakkan Jama’ah

Seringkali bila kita berkata kepada orang yang sudah biasa apa
yang disebut berpolitik, berorganisasi dan berlambang
"Memakmurkan Masjid", mereka sambut denga sikap skeptis
dan dingin, sebab bunyinya kurang menarik, persoalannya
tidak diraskan aktuil, tidak vital bila dihubungkan denga apa
yang mereka namakan "perjuangan".

Sebenarnya maka mereka ini bersikap begitu oleh karena


sudah lama terkurung dengan tidak sadar barangkali dalam
cara berpikir yang konvensional dan statis.

Pada hal, sesungguhnya kepada Umat Islam, Rasulullah


Sallallahu 'alaihi wa sallam telah mewariskan justeru Masjid itu
sebagai lambang pembina potensi umatnya.

Masjid Quba di Madinah itu adalah pusat penyusuhan dan


pembangunan Umat Islam yang pertama; pembina kekuatan
umat dizaman pancaroba penuh derita.

Masjid bukanlah semata-mata tempat shalat, kalau sekedar


untuk shalat yang lima waktu dan sunnat bernafsi-nafsi seluruh
punggung bumi yang bundar ini adalah tempat Umat Islam
bershalat.

Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun


jamaah.

Islam tidak dapat tegak tanpa jamaah.

Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan muamalah.

Yang satu "muamalah maal khalqi".

Nuansa Kehidupan Islami


92
Pernik-Pernik Reformasi

Ini kaji " alif - baa - taa".

Yang sudah terang perintah.

Bahwa perintah :

Adalah perintah wajib

Masyarakat Islam memikul jamaah yang dikenakan langsung


oleh jamaahnya/agamanya.

Maka Masjid adalah warisan Rasul, sebagai penangkalan


bagi Umat Islam untuk membina jamaahnya. Menambah
pngertian, mempertinggi kecerdasan, dan akhlaq budi pekerti,
mendinamikan jiwa, memberikan pegangan hidup bagi para
anggota jamaahnya, dalam menghadapi pokok-pokok
persoalan hidup.

Malah dari Masjid dan Langgar yang berjiwa hidup dan


dinamis sebagai pusat, dapat diberikan bimbingan yang
menaikkan taraf kemakmuran hidup oleh para ahli yang
mencintai umat.

Soalnya penghidupan mereka, kebanyakannya, soal yang


sederhana dan elementer; soal ternak, tanaman dan pupuk,
soal mempertinggi hasil bumi, soal tambak, tebat ikan, dan
kerajinan masyarakat agraris, soal cangkul patah dan yang
belum berganti, soal sapi yang belum berobat, soal atap tiris
yang belum disisip, soal anak yang belum sekolah ..., Soal-soal
yang tidak kunjung dapat dipecahkan dengan sistem ekonomi
yang hebat-hebat, sistem pesawat udara jet-jet tanpa landasan
tempat naik dan turunnya.

Dengan masjid yang berjiwa hidup sebagai pusat


pembinaan umat, pusat pembinaan jamaah, akan dapatlah
Umat Islam memelihara "Izzah" kepribadian umat dalam
berkecimpung dalam masyarakat ramai yang berbagai corak,
ibarat ikan dilaut memelihara dagingnya tetap segar dan tawar
walaupun terus menerus berendam dalam air asin; dapat pula

Nuansa Kehidupan Islami 93


Pernik-Pernik Reformasi

jamaah Islam itu berlomba-lomba dengan jamaah lainnya


menegakkan kebenaran dan keadilan dan menyumbangkan
kebajikan bagi masyarakat umum.

Itu fungsi Masjid,

Itu kewajiban Umat Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam


dalam keadaan macam manapun.

Bina Jamaah melalui Masjid .....,

Hidupkan Masjid kembali, nanti, masjid akan memancarkan


hidup kepada umat.

Akan beberapa puluh ribu benar jumlah gedung-gedung


kebudayaan, markas-markas organisasi dengan mulanya,
stadion-stadion dengan lapangannya, dinegeri ini.

Bandingkan dengan milyunan banyaknya masjid besar kecil


langgar dan surau milik umat Islam yang bertabur-tabur
dinegeri ini.

Tinggal; mengisi dan menghidupkannya.

Bukan sekedar memperindahnya untuk diperagakan


dilagakkan, ibarat orang menghias kuburan cina dengan
marme berukir-ukir, menyimpan mayat tak bernyawa di
dalamnya.

Alangkah meruginya Umat Islam, bila mereka tidak kunjung


mengenal dan mempergunakan modal dan kekayaannya sumer
kekuatannya.

Bukanlah masjid yang hidup itu, kepada Umat Muhammad


di amanatkan untuk "mencetak" manusia yang hidup yang
tidak kenal gentar selain dari kepada Allah.

Sudah kita lupakan ;

" Hanya yang akan memakmurkan masjid-masjid Allah,

Nuansa Kehidupan Islami


94
Pernik-Pernik Reformasi

" orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada hari

" kemudian, serta menegakkan shalat dan mengeluarkan

" zakat, dan tidak takut melainkan (hanya) kepada Allah;

" maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang


terpimpin", (at- taubah 18).

Ini tuntutan yang diterima Umat Islam dari Syariat Islam


yang tidak disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di
negeri ini.

Nuansa Kehidupan Islami 95


Pernik-Pernik Reformasi

KHITTAH DAKWAH

ISLAM INDONESIA

Nuansa Kehidupan Islami


96
Pernik-Pernik Reformasi

Dakwah Tuntutan Risalah

Dakwah pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengubah


seseorang, sekelompok orang, atau suatu masyarakat menuju
keadaan yang lebih baik sesuai dengan perintah Allah dan
tuntutan Rasulnya. Dakwah terhadap umat Islam Indonesia
adalah segala usaha untuk mengubah posisi, situasi dan
kondisi umat menuju keadaan yang labih baik agar terpenuhi
perintah-Nya untuk menjadi ummatan wasatan yang
merupakan Rahmatan lil 'Alamien. Usaha mengubah suatu
kelompok masyarakat dari satu keadaan kepada keadaan yang
lebih baik tidak mungkin terlaksana tanpa rencana yang
terpadu. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengubah
diri menuju keadaan yang lebih baik ini sudah dan sedang
dilakukan semenjak umat ini terbentuk 14 abad yang lalu.
Karena itu agar lebih efektif dan efisien dan dapat dii- kuti
sebagai pedoman, perlu disusun kembali rencana-rencana
dalam Rencana Induk Pengembangan yang disebut Khittah
Dakwah Islam Indonesia (KDII).

Untuk dapat memenuhi fungsinya sebagai pedoman yang


menyeluruh bagi kegiatan-kegiatan umat, maka perumusan
KDDI beserta Rencana Pelaksanaan Programnya harus jelas
dan mudah dipahami. Selain dari itu, KDII ini juga disusun
sedemikian rupa sehingga kegiatan-kegiatan yang sudah dan
sedang dilaksanakan dengan mudah dapat diplotkan di
dalamnya agar secara keseluruhan jelas posisi dan hirarkinya
di dalam peta keseluruhan. Tujuannya adalah untuk
menumbuhkan rasa pemilikan, keterlibatan dan keterikatan
masing-masing kegiatan yang tengah berjalan.

Aqidah, Ibadah dan Akhlak

Islam sebagai sumber dan jalan kebenaran yang berasal dari


Allah SWT, adalah pandangan hidup yang bukan saja
diperuntukkan bagi kesejahteraan kaum muslimin, tetapi juga
bagi semua umat manusia, rahmat bagi alam semesta dengan

Nuansa Kehidupan Islami 97


Pernik-Pernik Reformasi

segenap isinya, yakni alam manusia, alam hewan, alam


tumbuh-tumbuhan dan lingkungan hidup seluruhnya. Alam
manusia yang terdiri dari berbagai suku dan bangsa dengan
warna kulit yang berbeda-beda yang menganut berbagai
agama dan faham, kecuali mereka yang kufur, merasakan
rahmat Allah melalui ciptaan-Nya. Islam yang bersumber pada
kebenaran Illahi, baik yang terkandung dalam ayat-ayat Qur'an
dan Sunnah Rasullullah maupun yang terdapat dalam ayat-ayat
kauniah, adalah pegangan, jalan, sikap dan sekaligus pula
pedoman hidup setiap muslim dimanapun dan pada zaman
apapun ia berada. Dienul Islam adalah ajaran purna, baik
dalam makna penyempurnaan ajaran-ajaran Allah (wahyu)
lewat para nabi terdahulu maupun purna dalam kaitannya
dengan pandangan hidup manusia yang bersifat ra'yu (akal).
Dengan demikian, Islam adalah ajaran yang koprehensif
sifatnya.

Selain dari mengandung nilai-nilai dasar yang bersifat


fundamental, Islam juga berisikan norma-norma dan
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan atau pemberitahuan Illahi
lain, terkandung dalam Al Qur'an yang diperjelas dengan
Sunnah Rasulnya. Oleh karena itu bagi setiap muslim, Islam
adalah kebenaran mutlak, universal dan eternal, yang tidak
terikat pada ruang dan waktu.

Walaupun demikian, menurut ajaran Islam, tidaklah dibenarkan


seseorang memaksa orang lain menjadi pemeluk agama Islam.
Dalam kehidupan beragama, Islam mengajarkan azas, bahwa
tidak ada paksaan dalam agama. Islam bahkan mengajarkan
tasamuh (toleransi) dalam kehidupan beragama.

Dalam arti tersebut, Islam mengatur berbagai hubungan


manusia, juga dalam masyarakat pluralistik, baik dengan
Tuhannya, dengan sesamanya, dengan dirinya sendiri dan
dengan alam lingkungannya. Sebagai suatu sistem yang
mengatur tata hubungan manusia tersebut, Islam terdiri dari:
Aqidah (tata keimanan), Syari'ah (tata kaidah hukum), dan
Akhlaq (tata kaidah moral), yang berkaitan erat satu dengan
yang lain. Sebagai agama yang mengatur pelbagai kehidupan
dan penghidupan manusia, nilai-nilai dasar dan norma-norma
azasi Islam memberi pedoman untuk lebih mengutamakan
persamaan-persamaan tanpa mengabaikan
perbedaan-perbedaan mengenai segala aspek kehidupan
manusia. Dengan demikian, sistem-sistem: sosial, politik,
ekomoni, pendidikan, dan sistem budaya lain yang Islami
adalah sistem-sistem yang berdasarkan aqidah, syari'ah, dan
akhlak, yang tidak bersifat monolitik.

Nuansa Kehidupan Islami


98
Pernik-Pernik Reformasi

Realisasi Kebenaran Ajaran Allah

Karena tugas Islam sebagai rahmatan lil 'alamin, maka tujuan


hidup dan perjuangan hidup kaum muslimin baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok warga masyarakat, warga
negara dan warga dunia, adalah merealisasikan kebenaran
ajaran Allah dalam kehidupan pribadi dan kehidupan
bermasyarakat dalam segala aspeknya. Bagi setiap muslim,
dalam aspek apapun, tujuan itu tidak terlepas dari tujuan
hidupnya yang berpedoman kepada Al Qur'an dan Sunnah
Rasullullah.

Dari segi arahnya, tujuan hidup yang Islami dapat diperinci


menjadi tujuan vertikal dan horizontal.

Tujuan vertikal adalah kehidupan yang diridhai Allah (Q.S-2:


207, 265; Q.S-6: 162-163; Q.S-19: 6; Q.S-27: 19; Q.S-48: 29-42;
Q.S-73: 20; Q.S-89: 27-30; Q.S-92: 18-21; Q.S-101: 6-7; Q.S-13:
22; Q.S-9: 72).

Tujuan horizontal adalah:

a. Kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Q.S-201; Q.S-28: 77;


Q.S-7: 156) dan

b. Rahmat bagi sesama manusia dan alam semesta


(Q.S-21:107).

Dari segi satuan lingkungannya, tujuan hidup Islami adalah:

1. Terwujudnya pribadi yang diridhai Allah, yaitu pribadi muslim


yang paripurna, yang taqwa kepada Allah SWT (Q.S-2: 22,28).

2. Terwujudnya rumah tangga yang diridhai Allah yaitu rumah


tangga sakinah yang diliputi mawadah dan rahmah anugrah
Allah (Q.S-30:21).

3. Terwujudnya qaryah (lingkungan kampung, kampus,


kompleks kerja, dan sebagainya) yang diridhai Allah, yaitu
qaryah yang kondusif dan "layak" menerima berkah Allah dari
pelbagai arah, disebabkan warganya beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT (Q.S-7: 96).

Nuansa Kehidupan Islami 99


Pernik-Pernik Reformasi

4. Terwujudnya negeri yang diridhai Allah yaitu negeri yang


baik (baldah tayyibah) yang meliputi maghfirah (ampunan
Allah) (Q.S-34: 15).

5. Terwujudnya dunia yang diri berpangkal dari faham


sekularisme materialisme makin berkembang lebih cepat pada
masyarakat indusri. Sekularisme cenderung untuk meniadakan
peranan agama, sekalipun kemungkiana bahwa agama akan
diberi tempat, atau diberi kotak, berupa spatialisai agama.
Agama diberi tempat untuk berperan secara khusus dalam
bidang "Rohaniah", tetapi tidak diberi tempat berperan dalam
masyarakat yang lain.

Salah satu kekhawatiran terbesar umat Islam dan bangsa


Indonesia seluruhnya sekarang dan dimasa yang akan datang
ialah timbulnya masyarakat berkelas yang mengotakkan
masyarakat kedalam kelas-kelas yang mempunyai
kepentingan-kepentingan ekonomi yang berbeda dan saling
bertentangan. Pada dasawarsa akhir ini kecenderungan ke arah
pengkelasan masyarakat rupanya makin meningkat, sehingga
umat Islam menjadi semakin berat: karena selain dari harus
menghadapi pemudaran nilai-nilai agama, juga menghadapi
fragmentasi sosial ke dalam kelas-kelas. Gejala ini akan
membuat kebijakan perjuangan Islam menjadi bersifat ganda.
Di satu pihak, umat Islam mempunyai tugas nasional untuk
mencegah pengkelasan masyarakat yang diakibatkan oleh
sistem politik yang pragmatis, di lain pihak, umat Islam ingin
mencegah sekularisasi. Tugas ganda ini bertumpu pada
keyakinan bahwa Islam sebagai agama dan pandangan hidup
harus mencegah pengkelasan masyarakat yang sekularisasi
kehidupan.

Sementara itu dalam bidang budaya terjadi arus lain, yaitu der-
asnya kebangkitan nativisme yakni kepercayaan dan
anutan-anutan yang dianggap dari nenek moyang yang
diles-tarikan secara turun-temurun. Kebangkitan ini ternyata
mempunyai kolerasi dengan proses sekularisai atau spatialisasi
di atas. Sebenarnya spiritualisme pada gerakan nativisme
bertentangan dengan materialisme masyarakat industri yang
sekular. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat hubungan
kepentingan yang erat antara skularisme dan nativisme. Hal ini
dapat terjadi karena gerakan nativisme menawarkan suatu
spiritualisme yang sesuai dengan konsepsi spatialisme agama
dari cita-cita sekular. Spiri- tualisme-nativisme sampai batas
tertentu mempunyai raison d'etre, berhubung masyarakat
industri selalu mempunyai kecenderungan alienasi yang didu-
ganya dapat ditolong oleh spiritualisme yang merupakan
terapi psikologis tehadap perasaan tidak aman warga
masyarakat Industrial.

Nuansa Kehidupan Islami


100
Pernik-Pernik Reformasi

Usaha yang perlu dijalankan untuk mengatasi gejala


sekularisme dan segala nativisme dapat bersifat teoritik dan
empirik. Untuk menghadapi sekularisme, secara teoritik Islam
sudah mempunyai khasanah pustaka yang cukup luas, tinggal
memasyarakatkannya. Dengan demikian garis besar upaya
mencegah sekularismre ialah pengintregasian ilmu-ilmu secara
teoritk dalam sistem keagamaan. Secara empirik,
penanggulangan sekularisme adalah pengintregasian sistem
budaya dalam sistem sosial dengan ajaran agama. Tugas
cendekiawan muslim, karena itu, menjadi sangat pen- ting
dalam dakwah menghadapi sekularisme.

Terhadap nativisme, Islam juga mempunyai kepustakaan yang


panjang yang mengungkap ketinggian spiritualisme Islam,
sehingga secara teoritik sebenarnya ajaran Islam dengan
mudah dapat mengatasi persoalan spiritualisme itu. Demikian
pula secara empirik, sifat-sifat paguyuban dari nativisme yang
rindu pada masyarakat kecil, dan hubungan dekat, misalnya
akan dapat dipenuhi.

Dalam menghadapi sekularisme dan nativisme, persoalan yang


tersulit adalah masalah kelembagaan. Selama ini sebenarnya
umat Islam cukup mempunyai berbagai sumber daya, lembaga
dan manusia selain sumber ideologis. Jadi, masalahnya ialah
bagaimana memanfaatkan dan mengarahkan dakwah di bidang
sosial-budaya. Untuk menahan sekularisme, organisasi profesi
yang sekarang ada perlu dimanfaatkan. Forum-forum formal
dan informal dapat digunakan untuk

bermujadalah (berdialog) secara intelektual. Demikian juga


media massa yang memadai akan menjelaskan secara teoritik
permasalahan sosial-budaya dari sudut pandang integral
Islami. Sementara itu lembaga-lembaga yang ada, dapat
dimanfaatkan untuk menautkan agama dengan berbagai sektor
kehidupan. Untuk itu, sejumlah pikiran utama mengenai
bidang-bidang yang strategis harus sudah disiapkan, sehingga
orang Islam yang tidak mempunyai akses ke dalam kelompok
perjuangan Islampun dapat memetik ide tersebut. Untuk
keperluan ini dibutuhkan lembaga-lembaga penelitian dan
pengembangan yang mampu menampilkan ide-ide secara
strategis untuk menawarkan alternatif-alternatif dalam
menghadapi permasalahan modern.

Untuk menghadapi nativisme sumber daya kelembagaan dan


manusia sudah tersedia, persoalannya tinggal bagaimana
mendekatkan para penganut nativisme pada lembaga-lembaga
itu. Perlu diusahakan menghadapkan para penganut tarekat
dan ahli-ahli tasawuf dengan penganut spiritualisme-nativisme,
melalui saluran semacam sarasehan atau pertemuan tatap

Nuansa Kehidupan Islami 101


Pernik-Pernik Reformasi

muka. Pertemuan personal akan lebih menghadapi bagi para


penganut nativisme, sebab kebanyakan mereka hidup dalam
lingkungan tertutup dan jauh dari sumber bacaan. Mereka lebih
percaya pada hubungan personal daripada hubungan
imporsonal melalui bacaan. Pada dasarnya nativisme timbul
dari kepercayaan dari apa yang dikenal sebagai "warisan
nenek moyang" dan kesederhanaan berfikir, dan bukan dari
sifat-sifat tercela yang membuat mereka jauh dario cahaya
ilahi. Tidak semua warisan nenek moyang itu perlu
ditinggalkan, selam tidak betentangan dengan aqidah
Islamiyah. Warisan nenek moyang seperti itu dapat saja
dilestarikan. Bahkan dapat dikembangkan secara baik-baik
dengan jiwa baru, yakni jiwa Islam.

Persoalan sekularisme dan nativisme menjadi makin kompleks


karena kerjasama antara dua kekuatan sosial-budaya.
Kerjasama ini terjadi karena mereka mempunyai kepentingan
yang sama. Keuntungan politik yang diperoleh nativisme
selama ini mempunyai latar belakang sosial dan sejarah.
Nativisme kebanyakan didukung oleh kebanyakan keturunan
para priyayi (aristokrat) yang kemudian menjadi birokrat, yang
secara historis pernah mempunyai jarak dengan budaya Islam.
Karena jarak sosial antara priyayi dan santri makin dekat, maka
dapat diharapkan bahwa perkembangan sejarah sendiri akan
cenderung untuk menyusutkan dukungan priyayi birokrat
kepada nativisme. Proses yang natural ini akan terjadi sesudah
masa generasi yang sekarang berada dalam birokrasi itu
berakhir. Proses sejarah ini bisa dipercepat dengan dakwah
yang lebih intensif. Gerakan-gerakan kebudayaan yang menuju
ke arah ini patut dikembangkan, sekalipun tidak mempunyai
hubungan langsung dengan dakwah.

2. Aspek pendidikan

Latar belakang dan landasan pemikiran

Umat Islam adalah kelompok masyarakat yang beriman kepada


Allah swt, kodrat dan iradat-Nya. Seluruh kehidupan umat Islam
semestinya dikembangkan secara kreatif, baik oleh
masing-masing individu (fardhu 'ain) maupun oleh
eksponen-eksponen masyarakat (fardhu kifayah), berdasarkan
dan sesuai dengan hukum Allah, yang tertuang secara tertulis
dalam syariah, kauniah, maupun sejarah. Oleh karena itu, sgala

Nuansa Kehidupan Islami


102
Pernik-Pernik Reformasi

ungkapan kegiatan perilaku budaya umat Islam seyogianya


merujuk pada sistem ide dan pola fikir yag lepas landas dari
nilai Islami yang universal. Semua ekspresi bihavioral dan
verbal seorang muslim adalah manifestasi dan realisasi ibadah
demi tercapainya kemuliaan dan keridhaan Allah semata.

Umat Islam Indonesia sebagai masyarakat yang berbudaya


telah mengalami proses pencarian, penemuan, pengembangan
dan peningkatan norma-norma yang merupakan landasan bagi
terbentuknya budaya bangsa Indonesia. Ilmu, teknologi dan
ekspresi kemanusiaan adalah pengembangannya, disamping
komponen budaya lain, yang tidak mungkin dilepaskan dari
nilai kebenaran agama yang hakiki. Adalah menjadi kewajiban
generasi sekarang untuk meneruskan kapada generasi pelanjut
baik sebagai informasi, ilmu, atau teknologi, namun sebagai
pedoman untuk pengembangan peradaban yang lebih tinggi
yang bercorak Islam, yang secara intrinsik merupakan rahmat
bagi seluruh umat, bangsa, dan alam semesta. keragaman
norma dan perilaku budaya umat merupakan khazanah bagi
terbentuknya budaya umat yang Islami. Oleh karena itu,
pengembangan umat adalah sebagai usaha, optimasi kapasitas
(baik kuantitatif maupun kualitatif) individu anggota umat yang
mampu melaksanakan iman, Islam, dan ikhsan. Dengan
ungkapan lain, ialah individu yang mampu melaksanakan
ibadah dalam arti kata yang seluas-luasnya.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan sifat-sifat dan


karakter fisik dan psikisnya yang tunduk kepada hukum
syari'ah, hukum Allah dan hukum sejarah yang merupakan
hukum Allah. Karena itulah, Allah swt menyediakan wahyu dan
alam semesta sebagai petunjuk, pedoman dan sarana bagi
kehidupan. Derajat kemuliaan manusia brgantung pada tinggi
rendahnya iman dan ilmunya, yang direalisasikan dalam
perilaku ibadah dan budayanya (amal shaleh).

Hajat hidup umat Islam akan kesejahteraan lahir dan bathin


(fisik, moral dan spiritual) menuntut umat untuk menggali,
memelihara, mengembangkan, melestarikan potensi dan
kemahiran riel dirinya agar dapt menggunakan sumber-sumber
alam sebagai sarana hidup dan penghidupan (budaya,
peradaban), sehemat mungkin dan manfaat seluas mungkin.
Penemuan dan pengembangan ilmu, teknologi da ekspresi
kemanusiaan (humanitas) hanya mungkin dicapai dengan
mengembangkan ketajaman rasa, akal, dan rohani. Oleh
karena itu, filsafat, struktur dan metoda keilmuwan hendaknya
konsisten sistem nilai dimaksud dan relevan dengan
kemungkinan perkembangan teknologinya.

Diantara jarak untuk merealisasikan perwujudan hamba Allah

Nuansa Kehidupan Islami 103


Pernik-Pernik Reformasi

yang berkeseimbangan (ummatan wasatha) tersebut, perlu


dirumuskan kebijakan pendidikan umat yang mampu
membentuk, mengembangkan dan melaksanakan penghayatan
nilai dan norma, pengenalan akan potensi diri, pemanfaatan
sumber-sumber agama, alam dan sejarah serta pengamalan
kemampuan dan keterampilannya untuk mencapai kesejah-
teraan dan peningkatan peradaban yang Islami.

Modal dan permasalahan umat Islam di bidang pendidikan

Salah satu modal yang dimiliki umat Islam Indonesia di bidang


pendidikan kesadaran dan keyakinan umat akan dienul Islam
sebagai materi program pendidikan dan sebagai sumber nilai.
Demikian pula kesadaran tentang alam dengan segala
hukumya termasuk diri manusia, sebagai sumber ilmu dan
teknologi.

Umat Islam Indonesia juga mempunyai tradisi keilmuan dan


lembaga-lembaga pendidikan, seperti: pesantren, madrasah,
sekolah-sekolah Islam, masjid, usroh, lembaga pengajian, dan
keluarga muslim sebagi tempat kegiatan pendidik-an
berprogram dan berproses. Di samping itu, umat Islam
Indonesia juga berhubungan dengan memanfaatkan
lembaga-lembaga Islam internasional di bidang keilmuan dan
tekno- logi. Sejumlah cendekiawan muslim Indonesia telah
berkomunikasi dengan cendekiawan muslim dunia.

Sungguhpun umat Islam Indonesia mempunyai potensi dan


kegiatan pendidikan yang cukup luas, namun dirasakan pula
adanya berbagai permasalahan, yang secara langsung maupun
tidak langsung merupakan penghambat tercapainya tujuan
pendidikan itu sendiri. Permasalahan tersebut meliputi: (a)
masalah pendekatan, (b) masalah kelembagaan, (c) perangkat
keras, (d) perangkat halus, dan (e) masalah pola
pengembangan.

Masalah yang menyangkut (a) aspek pendekatan, antara lain


meliputi: (1) Dalam proses pendidikan, agama cenderung
dipelajari secara juridis-teoritik, sehingga agama lebih sebagai
"ilmu" daripada sebagai tuntunan atau pandangan hidup yang
membuahkan pemikiran dan perilaku serta akhlak yang Islami;
(2) ILmu agama tidak berkembang, dan sejalan dengan itu para
ahli di bidang itupun makin menyusut, baik mengenai jumlah
maupun mutunya; (3) Pandangan sebagian besar umat Islam
terhadap agamanya masih bersifat dikotomik atau sekularistik.

Nuansa Kehidupan Islami


104
Pernik-Pernik Reformasi

Agama akan dianggap mengatur masalah-masalah keakhiratan


saja, sedang masalah dunia tidak diatur oleh agama, tetapi
oleh yang lain dari agama.

Masalah yang menyangkut (b) aspek kelembagaan, antara lain


meliputi: (1) Lembaga pendidikan pesantren cenderung bersifat
tradisional dan merupakan milik pribadi. Sementara kerjasama
antar pesantren tidak efektif, dan kontaminasi pihak luar makin
nyata; (2) Banyak lembaga pendidikan madrasah dan sekolah
Islam yang menghadapi masalah kemandirian karena
kepemimpinannya ditetapkan oleh pihak pemberi subsidi,
sedang Yayasan pendukung tidak dibenarkan menginduk pada
lembaga/organisasi pusatnya; (3) Masjid, usroh dan lembaga
pengajian lain tidak mempunyai program yang utuh serta
terencana sebagai lembaga pendidikan umat dan cenderung
bersifat sporadik dan simplistik. Karena sifat
"non-institutionalnya", maka proses pendidikan di
lembaga-lembaga tersebut lebih bersifat individual daripada
umatik behavioral.

Permasalahan yang menyangkut (c) perangkat halus, antara


lain: (1) Tujuan pendidikan kebanyakan terlalu umum, sehingga
tidak dapat diukur; (2) Kurikulum lebih bersifat diferensial,
nonintegratif, elitis, berorientasi dan "paket non komposit"; (3)
Sistem evaluasi tidak jelas, bersifat "seleksi alamiah" atau
sebaliknya bersifat paradigmatik (menuju pada ketentuan), dan
bersifat mekanistik; (4) Khusus untuk pesantren kurikulum
bersifat statis, sementara untuk sekolah Islam dan madrasah
kurikulumya bergesar ke arah ilmu-ilmu "sekuler".

Permasalahan yang menyangkut (d) perangkat keras


pendidikan, terutama berupa: alat-alat bantu pelajaran yang
amat minim, kepustakaan yang amat terbatas, sarana pem
bangunan dan pembiayaan yang sangat terbatas.
Permasalahan yang menyangkut (e) pola pembangunan
pendidikan ialah tidak hanya "pola ilmiah pokok" dan tolok ukur
yang baku.

3. Aspek Kejamaahan dan Ukhuwah

Pentingnya organisasi sebagai alat perjuangan telah dibuktikan


kesahihannya oleh lintasan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia, yang diwarnai terutama oleh pergerakan organisasi
kemasyarakatan, baik dibidang politik maupun dibidang
non-politik. Hal ini nyata terlihat baik pada periode pra

Nuansa Kehidupan Islami 105


Pernik-Pernik Reformasi

kemerdekaan maupun pada era pasca kemerdekaan. Demikian


pula halnya dengan perjuangan umat Islam di Indonesia,
peranan organisasi Islam baik dalam bentuk formal maupun
dalam ikatan jamaah yang lain adalah besar.

Sebagai alat perjuangan, organisasi Islan setidak-tidaknya


memenuhi satu atau lebih peran berikut : (1) sebagai pengikat
umat menjadi jamaah yang lebih kuat, sehingga merupakan
kekuatan sosial yang efektif; (2) sebagai media pengembangan
dan pemasyarakatan budaya Islami; (3) sebagai media
pendidikan dan pembinaan umat atau anggotanya untuk
mencapai derajat pribadi taqwa; (4) sebagai alat untuk
merencanakan dan melaksanakan kegiatan dakwah islamiah;
(5) sebagai media untuk pengembangan minat mengenai
aspek kehidupan tertentu (ekonomi misalnya) dalam rangka
mengembangkan tujuan kemasyarakatan yang adil dan
sejahtera.

Secara umum, organisasi atau institusi jamaah Islam di


Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar,
yaitu organisasi formal dan organisasi non-formal.

Organisasi formal ialah yang jelas strukturasinya, eksistensi


formalnya atau statusnya diakui baik oleh kalangan luar
maupun oleh kalangan dalam. Dikelompok organisasi ini,
berdasarkan kegiatan utama dan himpunan anggotanya, dapat
dikelompok-kelompokkan lagi menjadi yang berciri vertikal atau
horisontal, integral atau sektoral.

Ciri vertikal berarti bahwa dalam strukturisasinya ada garis


administrasi dan komando dari pimpinan tertinggi sampai ke
pimpinan terendah dan anggota. Sebaliknya ciri horisontal
berkaitan dengan sifat kesejajaran antar unit satu dengan unit
lain dalam struktur organisasinya. Ciri integral berkaitan
dengan kegiatan organisasi yang meliputi banyak aspek
kehidupan manusia. Organisasi yang integral ini pad umumnya
mempunyai ciri keanggotaan yang majemuk dari segi usia dan
jenis kelamin. Sebaliknya, organisasi yang berciri sektoral
berarti bahwa kegiatan organisasi itu hanya menyangkut satu
aspek kehidupan saja atau aspek kehidupan yang berhubungan
dengan periode umur tertentu saja. Sebagai contoh dapat
disebut organisasi yang berciri vertikal-integral :
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan sebagainya.;
vertikal-sektoral : HMI, PII, Wanita Islam, dan sebagainya.;
horisontal-integral : Majelis Ulama; horisontal-sektoral: HSBI.
Ciri organisasi ini berkaitan erat dengan keluasan perannya
dalam perjuangan, seperti dikemukakan diatas.

Organisasi non-formal ialah ikatan jamaah yang mempunyai

Nuansa Kehidupan Islami


106
Pernik-Pernik Reformasi

ciri-ciri : (1) ikatan anggota dengan organisasi bersifat tidak for-


mal. Ikatan itu hanya karena ide atau kegiatan saja; (2)
kepemimpinannya bersifat fungsional; (3) Jamaahnya bersifat
trbuka, heterogen dan non-afiliatif.

Sebagaimana organisasi formal, organisasi non-formal juga


mempunyai beberapa ciri, yaitu ciri sektoral atau teritorial. Ciri
teritorial berkaitan dengan orientasi kegiatan suatu kawasan
atau daerah tertentu. Organisasi non-formal Islam ada yang
bersifat eksplisit sebagai jamaah Islam, seperti (a) jamaah
masjid, (b) jamaah kampus, (c) jamaah pengajian. Dikenal pula
organisasi non-formal yang tidak secara eksplisit sebagai
jamaah Islam, tetapi kegiatannya Islami. Sebagai contoh dapat
disebut misalnya : kegiatan sosial ekonomi (arisan, koperasi,
paguyuban), kegiatan budaya dan seni, dan sebagainya.

Salah satu bentuk lembaga kejamaahan non formal yang khas


Indonesia ialah pesantren. Pesantren, di samping
kedudukannya sebagai lembaga pendidikan juga merupakan
lembaga kejamaahan. Hal ini karena pesantren mempunyai
kemampuan mengikat santrinya dan sekaigus juga mempunyai
ikatan dengan umat atau masyrakat pada tingkat "grassroot"
(lapisan bawah). Ikatan ini sifatnya lebih kuat, bahkan sering
melebihi ikatan pada organisasi formal yang ada. Kalau jamaah
kampus merupakan ikatan jamaah pada tingkat 'elitis
intelektual', jama'ah pesantren mampu mengikat umat pada
tingkat 'populis-awami'.

Kondisi jamaah Islam di Indonesia dan kecenderungan


perkembangannya secara garis besar dapat dilukiskan sebagai
berikut.

Dengan melakukan kajian banding dari saat ke saat lain dan


dengan menggunakan tolok ukur keterpenuhannya peran
organisasi dalam perjuangan dengan kegiatan-kegiatannya
tergolong besar kadang-kadang menunjukkan sifat
eksklusifistiknya yang primordial dan karena latar belakang
inferioritasnya, amat mngganggu ukhuwah antar jamaah
organisasi Islam, bahkan menumbuhkan keadaan desintegrasi.
Organisasi formal islam yang kecil, yang menunjukkan sifat
keperjuangan Islam yang demokratif dan partisipatorik, juga
tidak terlepas dari sifat eksklusifisme di atas. Organisasi yang
kadang-kadang di pandang lebih dari sekedar alat oleh para
pemimpin atau aktifismenya. sementara ukhuwah antar
jemaah baru benar-benar terjadi apabila muncul persoalan
yang dianggap amat kritikal (kasus UU Perkawinan, UU
Peradilan Agama, dsbnya).

Keadaan di atas akan berkembang lebih parah lagi dengan

Nuansa Kehidupan Islami 107


Pernik-Pernik Reformasi

munculnya sementara pemimpin organisasi yang mempunyai


pretensi lain, yang tidak segan mengorbankan hal yang lebih
fundamental untuk memperoleh pemenuhan interes pribadi.

Di sisi lain, terjadi hambatan dalam estafetta kepemimpinan.


Pemimpin yang lebih muda dalam usia, umumnya merasa
belum siap melanjutkan estafetta kepemimpinan generasi tua,
baik karena alasan intern, seperti kemampuan maupun karena
pemahaman agama yang terbatas. Selain itu ada juga
hambatan ekstern, seperti, misalnya situasi sosial politik yang
tidak kondusif.

Keadaan organisasi Islam non-formal, secara singkat dapat dilu-


kiskan sebagai berikut. Jamaah mesjid umpamanya bersifat
amat heterogen, karena terdiri dari (campuran tua-mudi),
awam-intelektual, dstnya), paternalistik. Karena itu ikatannya
lebih longgar. Pada mesjid-mesjid kota, peranan generasi muda
lebih dominan sebagai aktivis. Jemaah kampus lebih homogen
terutama kalau dilihat dari ciri kemudaan dan
keintelektualannya. Sifatnya lebih mandiri, loyalitasnya lebih
pada ide (walaupun mereka mengenal "tokoh ideal"), ikatannya
lebih kokoh dan mobilitasnya lebih tinggi. Jamaah pengajian
lebih bervariasi. Walaupun lebih banyak generasi tuanya,
ikatannya lebih longgar, paternalistik. Karena itu mobilitasnya
lebih rendah. Jamaah yang tidak jelas Islamnya mempunyai
karakteristik yang amat bervariasi tergantung pada bentuk
ikatannya.

Jamaah pesantren, karena lebih bersifat "milik pribadi",


pengelolaannya bersifat tertutup. Bentuk komunikasi antar
lembaga kejamaahannya amat terbatas. Hubungan antar
pesantren, lebih bersifat hubungan darah daripada hubungan
ide. Di sisi lain, dikalangan jamaah/pesantren terlihat
kelambanan tumbuhnya kepemimpinan baru, sehingga
meninggalnya pemimpin tua sering diikuti dengan menyur-
amnya suatu pesantren. Ini sering diikuti oleh renggangnya
hubungan hubungan antar pesantren yang ada.

Beberapa masalah yang harus dihadapi dan harus dipecahkan


untuk lebih mengefektifkan organisasi atau ikatan jamaah
non-formal ini, sehingga benar-benar dapat menjadi alat
perjuangan ialah masalah komunikasi, pembinaan kaderisasi
kepemimpinan.

Bentuk ikatan jamaah non-formal lain, seperti kelembagaan


profesi, kelembagaan seni, masih kurang mendapat umat
Islam.

Dari gambaran tentang kondisi dan kecenderungan orga

Nuansa Kehidupan Islami


108
Pernik-Pernik Reformasi

nisasi Islam di atas dapat diidentifikasi permasalahana di


bidang pembinaan jamaah sebagai berikut :

(1) Bagaimana caranya agar ukhuwah antar organisasi Islam


dapat berjalan lebih baik lagi dari keadaan sekarang. Bila
selama ini ukhuwah itu diartikan secara statis saja, yaitu lebih
dikaitkan dengan status, maka kini dan dimasa yang akan
datang bagaimanakah cara mengembangkannya sehingga
menjadi fungsioanal?

(2) Bagaimana melakukan refungsionalisasi organisasi


(formal) sehingga benar-benar dapat diandalkan sebagai alat
perjuangan?

(3) Bagaimana mengembangkan sistem komunikasi dan


koordinasi antar organisasi Islam non-formal? agaimana pula
meningkatkan pola pembinaan dan kaderisasi pimpinan
organisasi non-formal itu?

V. Aspek Politik

Pada hakekatnya politik adalah seni mengatur masyarakat.


Kehidupan politik selalu ditandai dengan konflik kepentingan
antara kelompok-lelompok dalam masyarakat, yang berusaha
untuk merealisasikan gagasan-gagasan ideologinya menjadi
realitas sosial yang iedal menurut wawasan masing-masing.
Kepentingan yang dimaksud dapat bersifat politis, ekonomis,
kultural, maupun ideologis. Dengan demikian, merupakan hal
yang wajar bila perjuangan untuk memperoleh kekuasaan
merupakan fenoma politik yang paling menonjol dalam
masyarakat. Oleh karena dengan porsi kekuasaan yang dapat
diperoleh, tiap kekuatan sosial akan menerjemahkan cita-cita
menjadi kenyataan konkrit. Dengan kata lain setiap kelompok
sosial-politik, lewat kekuasaan, berusaha untuk melakukan
alokasi otoritatif nilai-nilai yang diyakininya.

Bila diperhatikan, perjuangan politik umat Islam di Indonesia


terlihat bahwa peranan politik Islam mengalami penurunan
yang konstan, baik sebagai akibat kelemahan-kelemahan
internal dalam tubuh umat maupun karena perekayasaan
politik yang datang dari luar. Perekayasaan politik yang
melumpuhkan peranan politik rakyat dan umat Islam
khususnya terasa amat efektif sejak beberapa dasawarsa

Nuansa Kehidupan Islami 109


Pernik-Pernik Reformasi

terakhir. Nampaknya proses pembangunan yang sangat


berorientasi pada aspek ekonomi dan sangat pragmatik, secara
langsung maupun tidak langsung, telah berpengaruh pada
proses penumpulan pandangan ideologis masyarakat
Indonesia.

Proses modernisasi yang dibarengai dengan industriali- sasi,


urbanisasi, sekularisasi, dan masuknya MNC/TNC secara
besar-besaran dengan segala dampak sosio-politiknya, telah
menyebabkan makin cairnya pandangan ideologis
umat/bangsa. Banyak daerah di Indonesia, yang pada zaman
demokrasi parlementer didominasi oleh kekuatan politik Islam
(seperti misalnya : Sumbar, Jabar, Sulsel, dan Kalsel) kini telah
diwarnai oleh kekuatan politik lain.

Secara sangat singkat kemorosotan perang poitik Islam dalam


sejarah Indonesia dapat dilukiskan sepeti berikut.

Dalam era 1949-1959 peranan politik Islam masih mempu- nyai


bobot kekuasaan yang menentukan. Kehidupan politik yang
ditandai dengan persaingan bebas antar parpol dimasa itu
menghasilkan secara demokratik golongan-golongan yang
dapat mewakili aspirasi umat. Masyumi, NU, PSII, dan Perti
mengumpulkan sekitar 45 % suara dalam dua kali pemilu,, baik
untuk menyusun DPR maupun Konstituante. Terbukti bahwa
salam kehidupan politik yang demokratik umat Islam dapat
mengambil peranan politik secara representatif.

Dalam era 1959-1965 peranan politik tersebut terdesak


kepinggir. Demokrasi Terpimpin Soekarno menggeser kekuatan
poliik Islam, antara lain dengan pembubaran Masyumi,
sehingga arena politik Indonesia menjadi medan adu kekuatan
antara PKI yang telah berhasil melakukan infiltrasi cukup jauh
ke dalam tubuh PNI (PNI-kiri) dan menguasai Front Nasional
disatu pihak, dan TNI-AD dilain pihak. Soekarno sendiri
berusaha menjadi penyeimbang dalam adu kekuatan politik
tersebut, sampai terjadi peralihan dalam perimbangan
kekuatan itu dengan terjadinya G-30-S/PKI.

Dalam era "Orde Baru" peran politik Islam menjadi makin


lemah. Dengan makin kuatnya kooperatisme, umat Islam dan

Nuansa Kehidupan Islami


110
Pernik-Pernik Reformasi

sektor sipil pada umumnya tidak lagi mempunyai peranan


dalam proses pengambilan keputusan di Indonesia. Dewasa ini
semakin jelas kekuasaan hampir secara penuh dipegang oleh
golo- ngan birokrat baik sipil maupun militer, terutama melalui
Golkar. Dua partai lainnya hanya berfungsi sejauh tidak
menggangu sistem yang telah diciptakan. Beberapa ciri utama
Orba dapat dilukiskan sebagai berikut.

Pertama, bureaucratic-military complex. Peranan militer sudah


melimpah diberbagai bidang, terutama dibidang politik dan
birokrasi. Jabatan-jabatan, sejak dari bupati sampai gubernur
dan sel-sel birokrasi penting telah diisi oleh militer.

Kedua, state capitalism. Kekuasaan negara dibidang ekonomi


adalah besar, namun kendatipun sumber-sumber kekayaan
nasional dikuasai oleh negara, tetapi arah pengelolaan
perekonomian Indonesia telah banyak menyimpang dari pasal
33 UUD 1945. Disamping itu, sektor swasta sangat kentara
dimonopoli oleh pemilik-pemilik modal kuat dengan elite politik
sebagai pelindungnya.

Ketiga, full-grown sekularism. UU no 3 dan no 8 tahun 1985


oleh sementara pihak telah dijadikan sebagai landasan hukum
bagi pengembangan sekularisme penuh. Tidak saja Golkar dan
Parpol, melainkan juga seluruh organisasi massa, termasuk
organisasi-organisasi keagamaan yang harus berazaskan
tunggal Pancasila. Bahwa organisasi agama juga tidak
dipearbolehkan berazaskan agamanya menunjukkan bahwa
para penentu proses sosial secara sadar atau tidak telah
bertekad memasuki full-geown sekularism.

Keempat, terlihat kecenderungan totalitarianisme terselubung.


Penguasa tidak saja mengontrol, mengarahkan dan "membina"
salah satu dimensi kehidupan rakyat Indonesia, yaitu
kehidupan politiknya, akan tetapi mengawasi, mengarahkan,
dan membina hampir seluruh dimensi kehidupan, lewat UU
nomor 3 dan nomor 8 di atas.

Kelima, dalam bidang agama di tingkat massa rakyat dan

Nuansa Kehidupan Islami 111


Pernik-Pernik Reformasi

jabatan-jabatan strategis di berbagai Departemen dan


Pemerintah Daerah terasa dominasi golongan minoritas
tertentu yang mengganggu rasa keadilan masyarakat luas.

Keenam, usaha deislamisasi. Kekuatan-kekuatan Islamofobia


untuk melumpuhkan Islam pada dasarnya menggunakan
be-berapa cara, antara lain : intensifikasi pelaksanaan pola
pengucilan golongan umat yang berfikir mandiri (independen),
mendorong kecenderungan dalam masyarakat kearah
nativisme yang serba akomodatif dan memukul kekuatan
ekonomi umat atau setidak-tidaknya mendorong proses gulung
tikarnya kekuatan golongan ekonomi umat/lemah.

Ketujuh, Pendekatan-pendekatan security terasa sangat


menonjol, sehingga rasa tanggung jawab dan partisipasi
masyarakat menjadi terhambat.

Beberapa catatan khusus mengenai peranan militer dalam


percaturan politik dan ekonomi Indonesia, dapat di ungkapkan
sebagai berikut.

Pemerintah Orde Baru sejak awal mempunyai dua tujuan


sentral yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain, yaitu
"pembangunan ekonomi" dan "stabilitas politik". Tujuan ganda
ini merupakan tujuan antara untuk memantapkan kepercayaan
rakyat terhadap aktivitas sosial militer di dalam
penyelenggaraan bernegara, suatu legitimasi peran
sosial-politik militer.

Aspek pencapaian dan pemeliharaan stabilitas politik


dilaksanakan dengan realisasi pengendalian aktivitas politik
secara ketat dan tersentralisasi, melakukan kristalisasi dalam
tubuh militer dan kelompok sipil, serta menggunakan segala
aparatur pemerintah secara maksimal. Hal yang terakhir ini
sebenarnya merupakan lembaga yang digunakan untuk
memantapkan stabilitas politik dan sekaligus menjadi lembaga
pokok untuk mempercepat proses pelaksanaan
program-program pembangunan.

Nuansa Kehidupan Islami


112
Pernik-Pernik Reformasi

Beberapa indikasi dari perwujudan strategi pemerintah Orde


Baru misalnya terlihat dari hal-hal sebagai berikut:

(1) peningkatan terus-menerus pertumbuhan ekonomi


sebagai manifestasi program integral dibadang
ekonomi:
(2) Mitosisasi pembangunan:
(3) Peraturam yang longgar untuk pengadaan dana
penbangunan dan kapital untuk kegiatan ekonomi,
terutama investasi asing:
(4) Pemantapan mekanisme kerja dan peningkatan status
birokrasi secara khusus dalam masyarakat:
(5) Penataan lembaga-lembaga pemerintah dan
lenbaga-lembaga sosial politik secara tegar:
(6) Mobilisasi segala kekuatan dalam masyarakat untuk
melakukan partisipasi perlaksanan program
pembangunan.

Beberapa isue politik yang berkaitan dengan peranan militer di


bidang politik, yang perlu mendapat perhatian dalam
perkembangannya, ialah:

(1). Regenerasi dalam tubuh ABRI:

(2). Dinamika pemikiran di kalangan militer tentang peranan


sosial-politik militer, baik secara institusional maupun secara
individual :

(3). Program modernisasi ABRI, baik di bidang personil,


persenjataan, maupun organisasi:

(4) Dimensi populis ABRI, seperti: Babinsa, AMD, dan aspek-


aspek pendukung sistem hamkamrata.

IV. ASPEK EKONOMI

Aspek hidup ekonomi seseorang atau suatu masyrakat tidak


terlepas dari aspek hidup yang lain. Dengan demikian, usaha
memperbaiki kehidupan ekonomi, disamping
mempertimbangkan faktor-faktor ekonomi, juga tidak kalah
pentingnya dengan faktor - faktor non - okonomi.

Nuansa Kehidupan Islami 113


Pernik-Pernik Reformasi

Usaha perbaikan ekonomi dalam masyarakat liberal lebih


ditujukan untuk memperbaiki proses kegiatan ekonomi itu
sendiri, yaitu siklus produksi - distribusi - konsumsi, yang
ditekan terutama pada teknis ekonomis. Sebaliknya, pada
sistim ekonomi sosialis perbaikan lebih diarahkan pada
masyarakat di mana kegiatan ekonomi berlangsung.Namun
demikian-pengertian masyarakat di sini adalah pengertian
kesatuan kolektif komunitas, sehingga harkat manusia sebagai
individu kerap kali dilupakan dan dikorbankan. Dua pendekatan
pengembangan tersebut menghasilkan pola perkembangan
yang berbeda. Ekonomi liberal atau kapitalstik, yang be-
rorentasi pada komponen modal/pengusaha, mampu
menghasilkan perkembangan ekonomi yang relatif cepat tetapi
disertai dengan ketidakadilan ekonomi. Sebaliknya, sistim
ekonomi sosialis secara teoritik mampu melahirkan aspek
keadilan ekonomi, tetapi perkembangan tekah menempatkan
elite penguasa sebagai pendominasi perencanaan,
pelaksanaan dan penikmatan hasil - hasil ekomomi.

Tujuan - tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh setiap bangsa


pada prinsipnya sama, yaitu:

(a). mewujudkan perkembangan ekonomi:

(b). keadilan ekonomi dalam semua tahapan kegiatannya, pro-


duksi, distribusi, dan konsumsi: dan

(c) yang sebenarnya merupakan tujuan antara atau pendukung


bagi tercapainya dua tujuan tersebut ialah stabilitas ekonomi,
baik, baik stabilitas kesempatan kerja, stabilitas harga, maupun
keamanan ekonomi, tyermasuk jaminan hidup warga
masyarakat dihari tua.

Tujuan - tujuan ekonomi ini dalam prktek sukar dicapai secara


bersamaan. Hingga saat ini belum ada konsep teoritik yang
mantap untuk dapat mengembangkan ekonomi ekonomi atau
bangsa yang secara berimbang mencapai tingkat pertumbuhan
yang cepat sekaligus dengan tingkat keadilan ekonominya.

Dari sisi lain, kalau kemerosotan ekonomi suatu masyarakat


atau bangsa terjadi,baik berupa tingkat inflasi yang tinggi
maupun rusaknya sektor produksi pertanian akibat bencana
alam, ataupun karena sebab lain, biasanya yang paling dahulu
merasakan akibatnya dan yang paling parah keadaanya adalah
masyarakat lapisan bawah, yang miskin dan lemah. Ini terjadi
baik di negara sosialis. Di negara kapitalis, karena modal begitu
dominan posisinya, maka kelompok yang bermodal tidak

Nuansa Kehidupan Islami


114
Pernik-Pernik Reformasi

mampu melakukan kegiatan okonomi secara bebas. Di negara


sosialis, yang umumnya pemerintahannya bersifat otoiter,
masyarakat miskin tidak dapat bertindak sebagai subjek yang
menentukan, melainkan menjadi objek pelaksana kegiatan
ekonomi.

Islam yang berdasarkan diri pada prinsip persamaan kedudu-


kan,prinsif keadilan tuntutan jaminan sosial yang jelas, prinsip
perimbangan antara hak dan kewajiban,serta tuntutan hidup
tolong - menolong, memungkinkan dikurangi penderitaankaum
lemah dalam menghadapi goncangan ekonomi. Dengan
mengembangkan sikap kebersamaan dalam menikmati
keuntungan dan menaggung kerugian (profit sharing dan risk
sharing) dalam berbagai kegiatan ekonomi,baik dalam
fungsinya sebagai produsen, distributor, maupun sebagai
konsumen, keserasian hubungan antara unit-unit ekonomi
dalam masyarakat dapat dijamin.

Dari sisi lain, dapat dilihat bahwa kalau sistem ekonomi kapi-
talistik lebih "berpihak" pada pemilik modal (pengusaha),
sementara sistem ekonomi sosialistik lebih "berpihak" pada
buruh, tidak mungkinkah "sistem ekonomi yang Islami"
mempunyai potensi untuk menyeimbangkan
pemihakantersebut bukan saja pada pengusaha dan buruh,
tetapi terutama uga pada konsumen? Jawaban-jawaban filositik
teoritik mungkin pernah dilontarkan dan cukup meyakinkan
kebenarannya. Namun, secara operasional empirik perlu
pengembangan lebih lanjut.

Kondisi perekonomian Indonesia, setelah periode menikmati


manisnya minyak bumi mendekati penghujungnya, mulai
menghadapi permasalahan yang cukup serius karena sumber
utama devisa negara tersebut makin menyusut jumlahnya. Di
sisi lain, upaya mwendapatkan devisa non-minyak belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Sementara itu, kegiatan
perekonomian di dalam negeri sendiri makin terasa lesu, baik
karena pengaruh resesi dunia maupun sebagai akibat
faktor-faktor internal sendiri. Kecenderungan yang demikian
itu, menyebabkan sebagian pengamat pesimistik memandang
perkembangan ekonomi Indonesia.

Nuansa Kehidupan Islami 115


Pernik-Pernik Reformasi

Walaupun problema-problema yang mengakibatkan lambannya


perkembangan ekonomi dapat berbeda antara satu negara
dengan negara lain, tetapi kesamaan umum tetap ada yaitu
bahwa di dalamnya terkait variabel-variabel ekonomis maupun
non-ekonomis. Kedua variabel pokok ini harus dilihat baik
melalui pendekatan statis maupun pendekatan dinamis,
sehingga dapat melahirkan pemahaman yang menyeluruh dan
terpadu.

Setidak-tidaknya ada lima permasalahan pokok yang dihadapi


perekonomian Indonesia yaitu: masalah modal, masalah tenaga
kerja, kejujuran pelaku kegiatan ekonomi. Dua permasalahan
yang terakhir termasuk problema non-ekonomis.

Masalah permodalan. Masalah permodalan menyangkut


keterbatasan sumber modal baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Selain dari itu, daya serap investasipun terbatas juga
karena sempitnya pasaran hasil produksi, baikunuk ekspor
maupun [asaran dalam negeri. Permasalahan ini diperberat lagi
dengan efisiensi pemanfaatan modal yang rendah dan arah
investasi yang kerap kali tidak disertai dengan perencanaan
yang matang. Akibatnya, angka cor (capital out put ratio) tinggi
dan matarantai pengaruh ke muka dan ke belakang kecil,
backward and foreward linkage terbatas.

Masalah ketenagakerjaan. Melihat fenomena ketenagakerjaan


di Indonesia, terdapat semacam paradoksal, yakni di atu fihak
pengangguran makin membengkak tetapi di fihak lain
dirasakan kebutuhan akan tebnaga kerja tertentu, terutama
tenaga ahli dan menengah. Hal ini terjadi karena jumlah tenaga
kerja kasar dan tidak terlatih (non-profesional) amat banyak,
sebaliknya tenaga ahli dan terlatih amat terbatas, kecuali untuk
bidang tertentu. Kerawanan tenagakerja ini makin diperberat
dengan dua hal, yaitu : (1) meningkatnya perkembangan
sektor-sektor ekonomi dengan teknologi tinggi (yang
sebenarnya dapat dicapai dengan teknologi yang lebih rendah),
dan (2) sikap angkatan kerja yang statis, etos kerjayang
rendah, dan langkanya motive\asi wiraswasta.

Masalah keadilan ekonomi. Sekalipun peranan pemerintah


dalam bidang ekonomi, terutama sejak 1967, cukup dominan,

Nuansa Kehidupan Islami


116
Pernik-Pernik Reformasi

tetapi kebebasan bersaing sektor swasta makin tajam. Di satu


fihak, perkembangan ekonomi dapat dipercepat karena fihak
swasta domestik maupun asing yang bermodal kuat mampu
mendirikan berbagi alat produksi dalam skala besar, teknologi
canggih, efisiensi tinggi, yang memungkinkan kualitas produksi
meningkat, hingga keuntungan yang diperoleh menjadi besar.
Di fihak lain, sektor-sektor ekonomi yang menyangkut hajat
hidup rakyat banyak makkin melemah, terutama sektor
informal. Kerajinan rumah tangga di desa, industri kecil di kota,
transportasi non-mesin sebagian bangkrut. Fenomena yang
ironi terlihat: yang besar makin kuat sementara yang kecil
makin lumpuh atau mati.

Keterbatasan lapangan kerja di pedesaan mengakibatkan


meningkatnya secara besar-besaran urbanisasi, yang bukan
saja menambah pengangguran di kota dan di desa, tetapi juga
timbulnya dampak sosial yang negatif. Upaya pemerintah
meningkatkan keadilan ekonomi dengan mencanangkan
delapan jalur pemerataan, rupanya menitikberatkan pada
pertimbangan ekonomi, terutama yang berorientasi pada
pertumbuhan. Walaupun telah diakui banyak segi kele-
mahannya, masih juga dilaksanakan di Indonesia. Sementara
itu isue "keadilan sosial" atau "emansipasi sosial" sebagai
strategi alternatif, walaupun telah mendapat pasaran di forum
kajian teoritik (di berbagai forum akademik) rupanya belum
mendapat pasaran dalam praktek.

Dengan menyusutnya secara tajam sumber modal yang


dikuasai pemerintah khususnya dari hasil minyak bumi sejak
tahun 1982, peranan swasta bermodal besar semakin dominan,
situasi liberal yang kapitalistik makin mendapat angin,
sehingga kegiatan ekonomi lemah, termasuk koperasi, semakin
memburuk. Sinyaleman sistem ekonomi Indonesia lebih
condong ke ekonomi kapitalistik makin mendapat pembuktian
empirik yang valid dengan fenomena-fenomena ekonomi di
atas. Kalau dimulai tahun 1967 sektor ekonomi modern
menjadi pelopor perkembangan ekonomi, maka semenjak 1982
sektor modern inipun mengalami kesuraman sebagaimana
halnya sektor ekonomi yang telah tersingkir dan dikalahkan
oleh sektor ekonomi modern tersebut.

Problematika ekonomi Indonesia yang kompleks tersebut, yang


memprihatinkan seluruh bangsa Indonesia terutama golongan

Nuansa Kehidupan Islami 117


Pernik-Pernik Reformasi

menengah dan bawah, sebenarnya hampir identik dengan


problematika ekonomi umat Islam. Umat Islam, disamping
merupakan bagian mayoritas rakyat Indonesia, hampir
semuanya menduduki strata sosial-ekonomi menengah-bawah
dan bawah. Sektor ekonomi informal,terutama, dilakukan oleh
umat Islam. Sebaliknya pada sektor ekonomi kuat dan
menengah-kuat justru umat Islam merupakan minoritas dan
tidak berperan menentukan. Fihak yang paling berperan justru
pengusaha-pengusaha non-pribumi baik WNI maupun WNA
yang menguasai matarantai ekonomi yang tidak terputuskan
sejak dari impor sampai ke pedesaan, dan dari pedesaan
sampai ke eksport.

Di sisi lain dapat dilihat bahwa sektor pemerintah memegang


peranan yang cukup besar dalam perekonomian, baik sebagai
konsumen berbagai hasil produksi maupun sebagai produsen
barang-barang penting bagi kebutuhan rakyat banyak. Dalam
kaitan ini, baik pemborong yang mensuplai kebutuhan
pemerintah maupun penyalur hasil produksi pemerintah hampir
seluruhnya dinikmati oleh pengusaha menengah-kuat dan kuat,
terutama yang memiliki hubungan yang akrab dengan pejabat
yang berwenang.

VII. Aspek Ilmu dan Teknologi

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling baik


strukturnya, paling mulia, melebihi dan mengatasi makhluk
yang lain (At-Tien:4, Al-Isra':70).

Namun, kemudian sebagaian mereka muncul sebagai makhluk


yang bersegi negatif, bodoh, zalim dan kikir (Al-Ahzab:72,
Al-Isra':100), atau bahkan paling hina (At-Tien:5).

Dengan demikian, manusia asalnya adalah makhluk yang


potensial paling unggul, termulia, namun dalam
pertumbuhannya belum tentu demikian.

Oleh karenanya, ada semacam kewajiban yang inheren dalam


diri manusia, yaitu mengaktualkan keunggulan kwalitas
tersebut, baik segi fisik, mental, intelektual, maupun spiritu-
alnya. Aktualisasi potensi diri sebagai makhluk yang paling
superior tersebut merupakan salah satu fungsi kodrati manusia,
suatu proses "ihsanisasi".

Fungsi kodrati manusia yang lain adalah fungsi "pengabdian"

Nuansa Kehidupan Islami


118
Pernik-Pernik Reformasi

(adz-Dzariat:56, Al-Bayyinah:5), yang disamping berdimensi


transendental (ibadah khusus), juga tercermin dalam dimensi
horisontal, yaitu pengabdian kepada sesama manusia dengan
amal shalih (ibadah umum). "Kekhalifahan" adalah fungsi
kodrati yang lain (Al-Bawarah:30, Al-An'am:165), yaitu menjadi
wakil Allah dalam mengelola dan mengatur kehidupan di dunia
agar tercipta harmoni dan kesejahteraan di bawah ridho-Nya.

Fungsi kodrati yang lain adalah "kerisalahan" (Ali-Imran:104,


Al-Maidah:67), menyampaikan kebenaran dienul Islam sebagai
pedoman hidup manusia untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan.

Bagaimana manusia dapat menunaikan keempat fungsi kodrati


tersebut (ihsanisasi, pengabdian, kekhalifahan, dan
kerisalahan), manusia dengan kemampuan fisik, intelektual dan
mentalnya membutuhkan "jalan kebenaran" yang bersumber
pada kebenaran hakkiki.

Sumber kebenaran yang mutlak hanyalah datang dari Allah


semata. Untuk dapat menangkap kebenaran tersebut kepada
manusia tersedia dua 'jalur', yaitu wahyu dan ayat kauniah,
manusia membutuhkan interpretasi terhadap keduanya.

Interpretasi terhadap wahyu (Qur'an dan Sunah) sering dikenal


sebagai "tafsir", sementara interpretasi terhadap
fenomena-fenomena kauniah dikenal sebagai "ilmu
pengetahuan".

Ilmu dan teknologi berkembang didorong oleh kebutuhan


manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk dapat
mempertahankan eksistensinya yaitu berinteraksi secara
harmoni dengan lingkungan alamnya.

Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia mampu


memperoleh kemudahan-kemudahan dalam melakukan
kehidepan sehari-hari, dalam memenuhi fungsi hidupnya.
Dengan ungkapan lain, makna dikembangkan ilmu dan
teknologi oleh manusia (aspek aksiologis ilmu dan teknologi)
ialah sebagai alat agar manusia dapat memenuhi misi atau
makna kehidupannya di dunia.

Perkembangan ilmu, serta teknologi yang menyertainya dicapai


manusia melalui matarantai yang panjang dari upaya manusia
untuk dengan kemampuan "interpretasi ayat kauniah"-nya
yang berupa kemampuan observasi, abstraksi, pengkajian dan
eksperimentasi mereka.

Perkembangan ilmu dan teknologi yang dicapai oleh umat

Nuansa Kehidupan Islami 119


Pernik-Pernik Reformasi

manusia hingga saat ini telah mendorong 'loncatan peradaban'


yang mencengangkan. Perkembangan ini sedemikian
menyilaukan umat manusia sehingga menggeser persepsi
mereka tentang ilmu dan teknologi, yang semula sebagai alat
untuk berinteraksi dengan lingkungan alaminya, menjadi
sesuatu yang lebih dari itu. Ilmu dan teknologi seringa
dipandang sebagai yang mampu memecahkan segalanya,
lahirlah rasionalisme. Ilmu dan teknologi seolah sebagai
"tuhan".

Di sisi lain, disadari pula bahwa perkembangan ilmu dan


teknologi tidak hanya berkembag oleh kemampuan rasional
manusia saja, akan tetapi dipengaruhi pula oleh corak
pemikiran filsafati (pandangan budaya, keyakinan dan agama)
para pengembangnya. Dengan demikian, perkembangan ilmu
dan teknologi taklah netral, tetapi diwarnai pula oleh
presuposisi-presuposisi tertentu. Hal ini akan semakin nyata
dirasakan pada spektrum ilmu-ilmu sosial. Pertanyaan ini cukup
bermakna mengingat ilmu dan teknologi yang dimiliki manusia
saat ini dikembangkan dengan kurang memperhatikan
nilai-nilai moralitas kemanusiaan, nilai-nilai keagamaan.
Apalagi para pengembang ilmu dan teknologi kebanyakan
mereka yang non-muslim.

Bagi bangsa Indonesia yang juga berarti bagi umat Islam,


perkembangan ilmu dan teknologi juga menunjukkan
permasalahan tesendiri, yaitu kenyataan ketinggalan dan sifat
ketergantungan yang berkepanjangan tehadap dunia barat.

Disamping itu, proses alih-iptek (transfer of science dan


technology) yang kita lakukan berlangsung tanpa sandaran etis
yang kuat, sehingga proses ahli-iptek tersebut kadang-kadang
secara sadar atau tidak disertai pula alih-nilai (transfer of
value) Barat, yang dalam beberapa hal bukan saja
bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa, terutama
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Efek samping lain proses alih-iptek seperti disebutkan diatas


juga tidak menjamin terpecahkannya secara memadai
permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia sendiri,
seperti : kemiskinan, defisiensi pendidikan, defisiensi gizi dan
kesehatan, kelangkaan kesempatan kerja, dan sebagainya.

Hal ini terjadi karena paket-paket teknologi yang ditransfer


pada umumnya dirancang untuk menghadapi problematika
kehidupan masyarakat maju dan sekularistik, yang berbeda
dengan problema sosial budaya bangsa Indonesia dan umat
Islam didalamnya.

Nuansa Kehidupan Islami


120
Pernik-Pernik Reformasi

Kenyataan tentang perkembangan ilmu dan teknologi diatas


dapat menimbulkan dilema etis bangsa Indonesia, terutama
kaum muslim dan cendekiawannya.

Di satu sisi, bagaimanapun juga ilmu dan teknologi akan selau


berkembang, karena perkembangannya sendiri adalah suatu
sunatullah. Tanpa mengikuti dan menggunakan kemajuan ilmu
dan teknologi, umat Islam akan terbelakang dan akan inferior
dalam perkembangan budayanya.

Di sisi lain, kemajuan yang dicapai oleh ilmu dan teknologi itu
tanpa sandaran etis yang kuat akan dapat menjerumuskan
uamt pada kehidupan yang materialistik.

Ilmu dan teknologi, menurut pandangan Islam, mestinya


dikembangkan dan diperuntukkan bagi pemenuhan
fungsi-fungsi koderati manusia di atas. Bagaiman dengan ilmu
dan teknologinya manusia mampu mengaktualisasikan dirinya
menjadi makhluk yang termulia, menajdi wakil Allah dalam
mengelola dunia, membudayakan manusia sesuai dengan
ketinggian dengan martabatnya dihadapan Allah. Ilmu dan
teknologi mestinya dimanfaatkan manusia untuk menunaikan
tugas kerisalahannya dan menyingkatkan pengabdiannya
terhadap sesama manusia sebagai manifestasi pengabdiannya
kepada Al-Khalik.

Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi permasalahan yang


dihadapi umat Islam Indonesia, khususnya kelompok
cendekiawannya, dibidang ilmu dan teknologi sebagai berikut.

(1) Bagaimana uamt Islam dapat mendudukkan kembali


fungsi ilmu dan teknologi sebagai sarana manusia untuk
menunaikan fungsi-fungsi kodratinya sebagai hamba Allah?
Dan bagaimana cendekiawan muslim mampu mengambangkan
ilmu dan teknologi tanpa terjerumus pada pola berfikir
materialistik dan sekularistik?

(2) Bagaimanakah umat Islam mampu menguraikan


ketinggalan dan ketergantungannya di bidang ilmu dan
teknologi dari dunia barat? Dan bagaimana proses alih-ilmu
dan alih-teknologi dapat berlangsung tanpa menimbulkan efek
negatif alih-nilai dan budaya barat?

Nuansa Kehidupan Islami 121


Pernik-Pernik Reformasi

PERMASALAHAN

MASYARAKAT UMAT ISLAM INDONESIA

1. Aspek sosial-budaya

Salah satu persoalan pokok yang dihadapi umat Islam


menjelang tahun 2000 ialah datangnya masyarakat industri
yang mempunyai dampak dalam bidang sosial-budaya.
Masyarakat industri cenderung untuk mengalami sekularisasi,
yaitu pemisahan sektor-sektor sosial-budaya dari agama.
Sekularisasi yang berpangkal dari faham sekularisme
materialisme makin berkembang lebih cepat pada masyarakat
indusri. Sekularisme cenderung untuk meniadakan peranan
agama, sekalipun kemungkiana bahwa agama akan diberi
tempat, atau diberi kotak, berupa spatialisai agama. Agama

Nuansa Kehidupan Islami


122
Pernik-Pernik Reformasi

diberi tempat untuk berperan secara khusus dalam bidang


"Rohaniah", tetapi tidak diberi tempat berperan dalam
masyarakat yang lain.

Salah satu kekhawatiran terbesar umat Islam dan


bangsa Indonesia seluruhnya sekarang dan dimasa yang akan
datang ialah timbulnya masyarakat berkelas yang mengotak-
kan masyarakat kedalam kelas-kelas yang mempunyai kepen-
tingan-kepentingan ekonomi yang berbeda dan saling berten-
tangan. Pada dasawarsa akhir ini kecenderungan ke arah
pengkelasan masyarakat rupanya makin meningkat, sehingga
umat Islam menjadi semakin berat: karena selain dari harus
menghadapi pemudaran nilai-nilai agama, juga menghadapi
fragmentasi sosial ke dalam kelas-kelas. Gejala ini akan
membuat kebijakan perjuangan Islam menjadi bersifat ganda.
Di satu pihak, umat Islam mempunyai tugas nasional untuk
mencegah pengkelasan masyarakat yang diakibatkan oleh
sistem politik yang pragmatis, di lain pihak, umat Islam ingin
mencegah sekularisasi. Tugas ganda ini bertumpu pada
keyakinan bahwa Islam sebagai agama dan pandangan hidup
harus mencegah pengkelasan masyarakat yang sekularisasi
kehidupan.

Sementara itu dalam bidang budaya terjadi arus lain,


yaitu derasnya kebangkitan nativisme yakni kepercayaan dan
anutan-anutan yang dianggap dari nenek moyang yang
diles-tarikan secara turun-temurun. Kebangkitan ini ternyata
mempunyai kolerasi dengan proses sekularisai atau spatialisasi
di atas. Sebenarnya spiritualisme pada gerakan nativisme
bertentangan dengan materialisme masyarakat industri yang
sekular. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat hubungan
kepentingan yang erat antara skularisme dan nativisme. Hal ini
dapat terjadi karena gerakan nativisme menawarkan suatu
spiritualisme yang sesuai dengan konsepsi spatialisme agama
dari cita-cita sekular. Spiri- tualisme-nativisme sampai batas
tertentu mempunyai raison d'etre, berhubung masyarakat
industri selalu mempunyai kecenderungan alienasi yang
diduganya dapat ditolong oleh spiritualisme yang merupakan
terapi psikologis tehadap perasaan tidak aman warga
masyarakat Industrial.

Usaha yang perlu dijalankan untuk mengatasi gejala


sekularisme dan segala nativisme dapat bersifat teoritik dan
empirik. Untuk menghadapi sekularisme, secara teoritik Islam
sudah mempunyai khasanah pustaka yang cukup luas, tinggal
memasyarakatkannya. Dengan demikian garis besar upaya
mencegah sekularismre ialah pengintregasian ilmu-ilmu secara
teoritk dalam sistem keagamaan. Secara empirik,
penanggulangan sekularisme adalah pengintregasian sistem

Nuansa Kehidupan Islami 123


Pernik-Pernik Reformasi

budaya dalam sistem sosial dengan ajaran agama. Tugas


cendekiawan muslim, karena itu, menjadi sangat pen- ting
dalam da'wah menghadapi sekularisme.

Terhadap nativisme, Islam juga mempunyai kepustakaan


yang panjang yang mengungkap ketinggian spiritualisme Islam,
sehingga secara teoritik sebenarnya ajaran Islam dengan
mudah dapat mengatasi persoalan spiritualisme itu. Demikian
pula secara empirik, sifat-sifat paguyuban dari nativisme yang
rindu pada masyarakat kecil, dan hubungan dekat, misalnya
akan dapat dipenuhi.

Dalam menghadapi sekularisme dan nativisme,


persoalan yang tersulit adalah masalah kelembagaan. Selama
ini sebenarnya umat Islam cukup mempunyai berbagai sumber
daya, lembaga dan manusia selain sumber ideologis. Jadi,
masalahnya ialah bagaimana memanfaatkan dan mengarahkan
da'wah di bidang sosial-budaya. Untuk menahan sekularisme,
organisasi profesi yang sekarang ada perlu dimanfaatkan.
Forum-forum formal dan informal dapat digunakan untuk

bermujadalah (berdialog) secara intelektual. Demikian juga


media massa yang memadai akan menjelaskan secara teoritik
permasalahan sosial-budaya dari sudut pandang integral
Islami. Sementara itu lembaga-lembaga yang ada, dapat
dimanfaatkan untuk menautkan agama dengan berbagai sektor
kehidupan. Untuk itu, sejumlah pikiran utama mengenai
bidang-bidang yang strategis harus sudah disiapkan, sehingga
orang Islam yang tidak mempunyai akses ke dalam kelompok
perjuangan Islampun dapat memetik ide tersebut. Untuk
keperluan ini dibutuhkan lembaga-lembaga penelitian dan
pengembangan yang mampu menampilkan ide-ide secara
strategis untuk menawarkan alternatif-alternatif dalam
menghadapi permasalahan modern.

Untuk menghadapi nativisme sumber daya kelembagaan


dan manusia sudah tersedia, persoalannya tinggal bagaimana
mendekatkan para penganut nativisme pada lembaga-lembaga
itu. Perlu diusahakan menghadapkan para penganut tarekat
dan ahli-ahli tasawuf dengan penganut spiritualisme-nativisme,
melalui saluran semacam sarasehan atau pertemuan tatap
muka. Pertemuan personal akan lebih menghadapi bagi para
penganut nativisme, sebab kebanyakan mereka hidup dalam
lingkungan tertutup dan jauh dari sumber bacaan. Mereka lebih
percaya pada hubungan personal daripada hubungan
imporsonal melalui bacaan. Pada dasarnya nativisme timbul
dari kepercayaan dari apa yang dikenal sebagai "warisan
nenek moyang" dan kesederhanaan berfikir, dan bukan dari
sifat-sifat tercela yang membuat mereka jauh dario cahaya

Nuansa Kehidupan Islami


124
Pernik-Pernik Reformasi

ilahi. Tidak semua warisan nenek moyang itu perlu


ditinggalkan, selam tidak betentangan dengan aqidah
Islamiyah. Warisan nenek moyang seperti itu dapat saja
dilestarikan. Bahkan dapat dikembangkan secara baik-baik
dengan jiwa baru, yakni jiwa Islam.

Persoalan sekularisme dan nativisme menjadi makin


kompleks karena kerjasama antara dua kekuatan
sosial-budaya. Kerjasama ini terjadi karena mereka
mempunyai kepentingan yang sama. Keuntungan politik yang
diperoleh nativisme selama ini mempunyai latar belakang
sosial dan sejarah. Nativisme kebanyakan didukung oleh
kebanyakan keturunan para priyayi (aristokrat) yang kemudian
menjadi birokrat, yang secara historis pernah mempunyai jarak
dengan budaya Islam. Karena jarak sosial antara priyayi dan
santri makin dekat, maka dapat diharapkan bahwa perk-
embangan sejarah sendiri akan cenderung untuk menyusutkan
dukungan priyayi birokrat kepada nativisme. Proses yang
natural ini akan terjadi sesudah masa generasi yang sekarang
berada dalam birokrasi itu berakhir. Proses sejarah ini bisa
dipercepat dengan da'wah yang lebih intensif. Gerakan-gerakan
kebudayaan yang menuju ke arah ini patut dikembangkan,
sekalipun tidak mempunyai hubungan langsung dengan
da'wah.

2. Aspek pendidikan

Latar belakang dan landasan pemikiran

Umat Islam adalah kelompok masyarakat yang beriman


kepada Allah swt, kodrat dan iradat-Nya. Seluruh kehidupan
umat Islam semestinya dikembangkan secara kreatif, baik oleh
masing-masing individu (fardhu 'ain) maupun oleh
eksponen-eksponen masyarakat (fardhu kifayah), berdasarkan
dan sesuai dengan hukum Allah, yang tertuang secara tertulis
dalam syariah, kauniah, maupun sejarah. Oleh karena itu, sgala
ungkapan kegiatan perilaku budaya umat Islam seyogianya
merujuk pada sistem ide dan pola fikir yag lepas landas dari
nilai Islami yang universal. Semua ekspresi bihavioral dan
verbal seorang muslim adalah manifestasi dan realisasi ibadah
demi tercapainya kemuliaan dan keridhaan Allah semata.

Umat Islam Indonesia sebagai masyarakat yang berbu-

Nuansa Kehidupan Islami 125


Pernik-Pernik Reformasi

daya telah mengalami proses pencarian, penemuan, pengem-


bangan dan peningkatan norma-norma yang merupakan
landasan bagi terbentuknya budaya bangsa Indonesia. Ilmu,
teknologi dan ekspresi kemanusiaan adalah
pengembangannya, disamping komponen budaya lain, yang
tidak mungkin dilepaskan dari nilai kebenaran agama yang
hakiki. Adalah menjadi kewajiban generasi sekarang untuk
meneruskan kapada generasi pelanjut baik sebagai informasi,
ilmu, atau teknologi, namun sebagai pedoman untuk
pengembangan peradaban yang lebih tinggi yang bercorak
Islam, yang secara intrinsik merupakan rahmat bagi seluruh
umat, bangsa, dan alam semesta. keragaman norma dan
perilaku budaya umat merupakan khazanah bagi terbentuknya
budaya umat yang Islami. Oleh karena itu, pengembangan
umat adalah sebagai usaha, optimasi kapasitas (baik kuantitatif
maupun kualitatif) individu anggota umat yang mampu
melaksanakan iman, Islam, dan ikhsan. Dengan ungkapan lain,
ialah individu yang mampu melaksanakan ibadah dalam arti
kata yang seluas-luasnya.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah dengan sifat-sifat


dan karakter fisik dan psikisnya yang tunduk kepada hukum
syari'ah, hukum Allah dan hukum sejarah yang merupakan
hukum Allah. Karena itulah, Allah swt menyediakan wahyu dan
alam semesta sebagai petunjuk, pedoman dan sarana bagi
kehidupan. Derajat kemuliaan manusia brgantung pada tinggi
rendahnya iman dan ilmunya, yang direalisasikan dalam
perilaku ibadah dan budayanya (amal shaleh).

Hajat hidup umat Islam akan kesejahteraan lahir dan


bathin (fisik, moral dan spiritual) menuntut umat untuk
menggali, memelihara, mengembangkan, melestarikan potensi
dan kemahiran riel dirinya agar dapt menggunakan
sumber-sumber alam sebagai sarana hidup dan penghidupan
(budaya, peradaban), sehemat mungkin dan manfaat seluas
mungkin. Penemuan dan pengembangan ilmu, teknologi da
ekspresi kemanusiaan (humanitas) hanya mungkin dicapai
dengan mengembangkan ketajaman rasa, akal, dan rohani.
Oleh karena itu, filsafat, struktur dan metoda keilmuwan hen-
daknya konsisten sistem nilai dimaksud dan relevan dengan
kemungkinan perkembangan teknologinya.

Diantara jarak untuk merealisasikan perwujudan hamba


Allah yang berkeseimbangan (ummatan wasatha) tersebut,
perlu dirumuskan kebijakan pendidikan umat yang mampu
membentuk, mengembangkan dan melaksanakan penghayatan
nilai dan norma, pengenalan akan potensi diri, pemanfaatan
sumber-sumber agama, alam dan sejarah serta pengamalan
kemampuan dan keterampilannya untuk mencapai

Nuansa Kehidupan Islami


126
Pernik-Pernik Reformasi

kesejahteraan dan peningkatan peradaban yang Islami.

Modal dan permasalahan umat Islam di bidang


pendidikan

Salah satu modal yang dimiliki umat Islam Indonesia di


bidang pendidikan kesadaran dan keyakinan umat akan dienul
Islam sebagai materi program pendidikan dan sebagai sumber
nilai. Demikian pula kesadaran tentang alam dengan segala
hukumya termasuk diri manusia, sebagai sumber ilmu dan
teknologi.

Umat Islam Indonesia juga mempunyai tradisi keilmuan


dan lembaga-lembaga pendidikan, seperti: pesantren, madra-
sah, sekolah-sekolah Islam, masjid, usroh, lembaga pengajian,
dan keluarga muslim sebagi tempat kegiatan pendidik-an
berprogram dan berproses. Di samping itu, umat Islam
Indonesia juga berhubungan dengan memanfaatkan
lembaga-lembaga Islam internasional di bidang keilmuan dan
tekno- logi. Sejumlah cendekiawan muslim Indonesia telah
berkomunikasi dengan cendekiawan muslim dunia.

Sungguhpun umat Islam Indonesia mempunyai potensi


dan kegiatan pendidikan yang cukup luas, namun dirasakan
pula adanya berbagai permasalahan, yang secara langsung
maupun tidak langsung merupakan penghambat tercapainya
tujuan pendidikan itu sendiri. Permasalahan tersebut meliputi:
(a) masalah pendekatan, (b) masalah kelembagaan, (c)
perangkat keras, (d) perangkat halus, dan (e) masalah pola
pengembangan.

Masalah yang menyangkut (a) aspek pendekatan, antara


lain meliputi: (1) Dalam proses pendidikan, agama cenderung
dipelajari secara juridis-teoritik, sehingga agama lebih sebagai
"ilmu" daripada sebagai tuntunan atau pandangan hidup yang
membuahkan pemikiran dan perilaku serta akhlak yang Islami;
(2) ILmu agama tidak berkembang, dan sejalan dengan itu para
ahli di bidang itupun makin menyusut, baik mengenai jumlah
maupun mutunya; (3) Pandangan sebagian besar umat Islam
terhadap agamanya masih bersifat dikotomik atau sekularistik.
Agama akan dianggap mengatur masalah-masalah keakhiratan
saja, sedang masalah dunia tidak diatur oleh agama, tetapi
oleh yang lain dari agama.

Masalah yang menyangkut (b) aspek kelembagaan,

Nuansa Kehidupan Islami 127


Pernik-Pernik Reformasi

antara lain meliputi: (1) Lembaga pendidikan pesantren


cenderung bersifat tradisional dan merupakan milik pribadi.
Sementara kerjasama antar pesantren tidak efektif, dan
kontaminasi pihak luar makin nyata; (2) Banyak lembaga
pendidikan madrasah dan sekolah Islam yang menghadapi
masalah kemandirian karena kepemimpinannya ditetapkan
oleh pihak pemberi subsidi, sedang Yayasan pendukung tidak
dibenarkan menginduk pada lembaga/organisasi pusatnya; (3)
Masjid, usroh dan lembaga pengajian lain tidak mempunyai
program yang utuh serta terencana sebagai lembaga
pendidikan umat dan cenderung bersifat sporadik dan
simplistik. Karena sifat "non-institutionalnya", maka proses
pendidikan di lembaga-lembaga tersebut lebih bersifat
individual daripada umatik behavioral.

Permasalahan yang menyangkut (c) perangkat halus,


antara lain: (1) Tujuan pendidikan kebanyakan terlalu umum,
sehingga tidak dapat diukur; (2) Kurikulum lebih bersifat
diferensial, nonintegratif, elitis, berorientasi dan "paket non
komposit"; (3) Sistem evaluasi tidak jelas, bersifat "seleksi
alamiah" atau sebaliknya bersifat paradigmatik (menuju pada
ketentuan), dan bersifat mekanistik; (4) Khusus untuk
pesantren kurikulum bersifat statis, sementara untuk sekolah
Islam dan madrasah kurikulumya bergesar ke arah ilmu-ilmu
"sekuler".

Permasalahan yang menyangkut (d) perangkat keras


pendidikan, terutama berupa: alat-alat bantu pelajaran yang
amat minim, kepustakaan yang amat terbatas, sarana pem
bangunan dan pembiayaan yang sangat terbatas.
Permasalahan yang menyangkut (e) pola pembangunan
pendidikan ialah tidak hanya "pola ilmiah pokok" dan tolok ukur
yang baku.

3. Aspek Kejamaahan dan Ukhuwah

Pentingnya organisasi sebagai alat perjuangan telah


dibuktikan kesahihannya oleh lintasan sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, yang diwarnai terutama oleh pergerakan
organisasi kemasyarakatan, baik dibidang politik maupun
dibidang non-politik. Hal ini nyata terlihat baik pada periode pra
kemerdekaan maupun pada era pasca kemerdekaan. Demikian
pula halnya dengan perjuangan umat Islam di Indonesia,
peranan organisasi Islam baik dalam bentuk formal maupun
dalam ikatan jamaah yang lain adalah besar.

Sebagai alat perjuangan, organisasi Islan

Nuansa Kehidupan Islami


128
Pernik-Pernik Reformasi

setidak-tidaknya memenuhi satu atau lebih peran berikut : (1)


sebagai pengikat umat menjadi jamaah yang lebih kuat, se-
hingga merupakan kekuatan sosial yang efektif; (2) sebagai
media pengembangan dan pemasyarakatan budaya Islami; (3)
sebagai media pendidikan dan pembinaan umat atau anggota-
nya untuk mencapai derajat pribadi taqwa; (4) sebagai alat
untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan da'wah isla-
miah; (5) sebagai media untuk pengembangan minat mengenai
aspek kehidupan tertentu (ekonomi misalnya) dalam rangka
mengembangkan tujuan kemasyarakatan yang adil dan sejah-
tera.

Secara umum, organisasi atau institusi jamaah Islam di


Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian besar,
yaitu organisasi formal dan organisasi non-formal.

Organisasi formal ialah yang jelas strukturasinya,


eksistensi formalnya atau statusnya diakui baik oleh
kalangan luar maupun oleh kalangan dalam. Dikelompok orga-
nisasi ini, berdasarkan kegiatan utama dan himpunan anggo-
tanya, dapat dikelompok-kelompokkan lagi menjadi yang berciri
vertikal atau horisontal, integral atau sektoral.

Ciri vertikal berarti bahwa dalam strukturisasinya ada


garis administrasi dan komando dari pimpinan tertinggi sampai
ke pimpinan terendah dan anggota. Sebaliknya ciri horisontal
berkaitan dengan sifat kesejajaran antar unit satu dengan unit
lain dalam struktur organisasinya. Ciri integral berkaitan
dengan kegiatan organisasi yang meliputi banyak aspek
kehidupan manusia. Organisasi yang integral ini pad umumnya
mempunyai ciri keanggotaan yang majemuk dari segi usia dan
jenis kelamin. Sebaliknya, organisasi yang berciri sektoral
berarti bahwa kegiatan organisasi itu hanya menyangkut satu
aspek kehidupan saja atau aspek kehidupan yang berhubungan
dengan periode umur tertentu saja. Sebagai contoh dapat
disebut organisasi yang berciri vertikal-integral :
Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan sebagainya.;
vertikal-sektoral : HMI, PII, Wanita Islam, dan sebagainya.;
horisontal-integral : Majelis Ulama; horisontal-sektoral: HSBI.
Ciri organisasi ini berkaitan erat dengan keluasan perannya
dalam perjuangan, seperti dikemukakan diatas.

Organisasi non-formal ialah ikatan jamaah yang mem-


punyai ciri-ciri : (1) ikatan anggota dengan organisasi bersifat
tidak formal. Ikatan itu hanya karena ide atau kegiatan saja; (2)
kepemimpinannya bersifat fungsional; (3) Jamaahnya bersifat
trbuka, heterogen dan non-afiliatif.

Sebagaimana organisasi formal, organisasi non-formal

Nuansa Kehidupan Islami 129


Pernik-Pernik Reformasi

juga mempunyai beberapa ciri, yaitu ciri sektoral atau teritorial.


Ciri teritorial berkaitan dengan orientasi kegiatan suatu
kawasan atau daerah tertentu. Organisasi non-formal Islam ada
yang bersifat eksplisit sebagai jamaah Islam, seperti (a) jamaah
masjid, (b) jamaah kampus, (c) jamaah pengajian. Dikenal pula
organisasi non-formal yang tidak secara eksplisit sebagai
jamaah Islam, tetapi kegiatannya Islami. Sebagai contoh dapat
disebut misalnya : kegiatan sosial ekonomi (arisan, koperasi,
paguyuban), kegiatan budaya dan seni, dan sebagainya.

Salah satu bentuk lembaga kejamaahan non formal yang


khas Indonesia ialah pesantren. Pesantren, di samping
kedudukannya sebagai lembaga pendidikan juga merupakan
lembaga kejamaahan. Hal ini karena pesantren mempunyai
kemampuan mengikat santrinya dan sekaigus juga mempunyai
ikatan dengan umat atau masyrakat pada tingkat "grassroot"
(lapisan bawah). Ikatan ini sifatnya lebih kuat, bahkan sering
melebihi ikatan pada organisasi formal yang ada. Kalau jamaah
kampus merupakan ikatan jamaah pada tingkat 'elitis
intelektual', jama'ah pesantren mampu mengikat umat pada
tingkat 'populis-awami'.

Kondisi jamaah Islam di Indonesia dan kecenderungan


perkembangannya secara garis besar dapat dilukiskan sebagai
berikut.

Dengan melakukan kajian banding dari saat ke saat lain


dan dengan menggunakan tolok ukur keterpenuhannya peran
organisasi dalam perjuangan dengan kegiatan-kegiatannya,
terlihat bahwa sebagian besar organisasi formal yang
mengalami penurunan efektivitas perannya merupakan suatu
"erosi fungsional". Hal ini terjadi baik karena faktor-faktor
internal organisasi sendiri (unsur kepemimpinan terutama),
faktor-faktor internal umat Islam (menurunnya ukhuwah),
maupun karena faktor eksternal (terutama akibat
perekayasaan sosial). Kecendrungan sifat ketergantungan dan
"hanyut arus" lebih menonjol lagi, terutama dalam dua
dasawarsa terakhir ini.

Organisasi-organisasi formal yang tergolong besar


kadang-kadang menunjukkan sifat eksklusifistiknya yang
primordial dan karena latar belakang inferioritasnya, amat
mngganggu ukhuwah antar jamaah organisasi Islam, bahkan
menumbuhkan keadaan desintegrasi. Organisasi formal islam
yang kecil, yang menunjukkan sifat keperjuangan Islam yang
demokratif dan partisipatorik, juga tidak terlepas dari sifat
eksklusifisme di atas. Organisasi yang kadang-kadang di
pandang lebih dari sekedar alat oleh para pemimpin atau
aktifismenya. sementara ukhuwah antar jemaah baru

Nuansa Kehidupan Islami


130
Pernik-Pernik Reformasi

benar-benar terjadi apabila muncul persoalan yang dianggap


amat kritikal (kasus UU Perkawinan, UU Peradilan Agama,
dsbnya).

Keadaan di atas akan berkembang lebih parah lagi


dengan munculnya sementara pemimpin organisasi yang mem-
punyai pretensi lain, yang tidak segan mengorbankan hal yang
lebih fundamental untuk memperoleh pemenuhan interes
pribadi.

Di sisi lain, terjadi hambatan dalam estafetta kepe-


mimpinan. Pemimpin yang lebih muda dalam usia , umumnya
merasa belum siap melanjutkan estafetta kepemimpinan
generasi tua, baik karena alasan intern, seperti kemampuan
maupun karena pemahaman agama yang terbatas. Selain itu
ada juga hambatan ekstern, seperti, misalnya situasi sosial
politik yang tidak kondusif.

Keadaan organisasi Islam non-formal, secara singkat


dapat dilukiskan sebagai berikut. Jamaah mesjid umpamanya
bersifat amat heterogen, karena terdiri dari (campuran
tua-mudi), awam-intelektual, dstnya), paternalistik. Karena itu
ikatannya lebih longgar. Pada mesjid-mesjid kota, peranan
generasi muda lebih dominan sebagai aktivis. Jemaah kampus
lebih homogen terutama kalau dilihat dari ciri kemudaan dan
keintelektualannya. Sifatnya lebih mandiri, loyalitasnya lebih
pada ide (walaupun mereka mengenal "tokoh ideal"), ikatannya
lebih kokoh dan mobilitasnya lebih tinggi. Jamaah pengajian
lebih bervariasi. Walaupun lebih banyak generasi tuanya,
ikatannya lebih longgar, paternalistik. Karena itu mobilitasnya
lebih rendah. Jamaah yang tidak jelas Islamnya mempunyai
karakteristik yang amat bervariasi tergantung pada bentuk
ikatannya.

Jamaah pesantren, karena lebih bersifat "milik pribadi",


pengelolaannya bersifat tertutup. Bentuk komunikasi antar
lembaga kejamaahannya amat terbatas. Hubungan antar
pesantren, lebih bersifat hubungan darah daripada hubungan
ide. Di sisi lain, dikalangan jamaah/pesantren terlihat
kelambanan tumbuhnya kepemimpinan baru, sehingga
meninggalnya pemimpin tua sering diikuti dengan
menyuramnya suatu pesantren. Ini sering diikuti oleh
renggangnya hubungan hubungan antar pesantren yang ada.

Beberapa masalah yang harus dihadapi dan harus dipe-


cahkan untuk lebih mengefektifkan organisasi atau ikatan
jamaah non-formal ini, sehingga benar-benar dapat menjadi
alat perjuangan ialah masalah komunikasi, pembinaan kader-
isasi kepemimpinan.

Nuansa Kehidupan Islami 131


Pernik-Pernik Reformasi

Bentuk ikatan jamaah non-formal lain, seperti kelem-


bagaan profesi, kelembagaan seni, masih kurang mendapat
umat Islam.

Dari gambaran tentang kondisi dan kecenderungan orga


nisasi Islam di atas dapat diidentifikasi permasalahana di
bidang pembinaan jamaah sebagai berikut :

(1) Bagaimana caranya agar ukhuwah antar organisasi Islam

dapat berjalan lebih baik lagi dari keadaan sekarang.


Bila selama ini ukhuwah itu diartikan secara statis

saja, yaitu lebih dikaitkan dengan status, maka kini

dan dimasa yang akan datang bagaimanakah cara


mengem

bangkannya sehingga menjadi fungsioanal ?

(2) Bagaimana melakukan refungsionalisasi organisasi


(formal) sehingga benar-benar dapat diandalkan sebagai alat
perjuangan ?

(3) Bagaimana mengembangkan sistem komunikasi dan koor-


dinasi antar organisasi Islam non-formal ? agaimana pula
meningkatkan pola pembinaan dan kaderisasi pimpinan
organisasi non-formal itu ?

V. Aspek Politik

Pada hakekatnya politik adalah seni mengatur masyarakat.


Kehidupan politik selalu ditandai dengan konflik kepentingan
antara kelompok-lelompok dalam masyarakat, yang berusaha
untuk merealisasikan gagasan-gagasan ideologinya menjadi
realitas sosial yang iedal menurut wawasan masing-masing.
Kepentingan yang dimaksud dapat bersifat politis, ekonomis,
kultural, maupun ideologis. Dengan demikian, merupakan hal
yang wajar bila perjuangan untuk memperoleh kekuasaan
merupakan fenoma politik yang paling menonjol dalam
masyarakat. Oleh karena dengan porsi kekuasaan yang dapat
diperoleh, tiap kekuatan sosial akan menerjemahkan cita-cita
menjadi kenyataan konkrit. Dengan kata lain setiap kelompok
sosial-politik, lewat kekuasaan, berusaha untuk melakukan
alokasi otoritatif nilai-nilai yang diyakininya.

Nuansa Kehidupan Islami


132
Pernik-Pernik Reformasi

Bila diperhatikan, perjuangan politik umat Islam di


Indonesia terlihat bahwa peranan politik Islam mengalami
penurunan yang konstan, baik sebagai akibat
kelemahan-kelemahan internal dalam tubuh umat maupun
karena perekayasaan politik yang datang dari luar.
Perekayasaan politik yang melumpuhkan peranan politik rakyat
dan umat Islam khususnya terasa amat efektif sejak beberapa
dasawarsa terakhir. Nampaknya proses pembangunan yang
sangat berorientasi pada aspek ekonomi dan sangat pragmatik,
secara langsung maupun tidak langsung, telah berpengaruh
pada proses penumpulan pandangan ideologis masyarakat
Indonesia.

Proses modernisasi yang dibarengai dengan industriali-


sasi, urbanisasi, sekularisasi, dan masuknya MNC/TNC secara
besar-besaran dengan segala dampak sosio-politiknya, telah
menyebabkan makin cairnya pandangan ideologis
umat/bangsa. Banyak daerah di Indonesia, yang pada zaman
demokrasi parlementer didominasi oleh kekuatan politik Islam
(seperti misalnya : Sumbar, Jabar, Sulsel, dan Kalsel) kini telah
diwarnai oleh kekuatan politik lain.

Secara sangat singkat kemorosotan perang poitik Islam


dalam sejarah Indonesia dapat dilukiskan sepeti berikut.

Dalam era 1949-1959 peranan politik Islam masih


mempu- nyai bobot kekuasaan yang menentukan. Kehidupan
politik yang ditandai dengan persaingan bebas antar parpol
dimasa itu menghasilkan secara demokratik golongan-golongan
yang dapat mewakili aspirasi umat. Masyumi, NU, PSII, dan
Perti mengumpulkan sekitar 45 % suara dalam dua kali pemilu,,
baik untuk menyusun DPR maupun Konstituante. Terbukti
bahwa salam kehidupan politik yang demokratik umat Islam
dapat mengambil peranan politik secara representatif.

Dalam era 1959-1965 peranan politik tersebut terdesak


kepinggir. Demokrasi Terpimpin Soekarno menggeser kekuatan
poliik Islam, antara lain dengan pembubaran Masyumi,
sehingga arena politik Indonesia menjadi medan adu kekuatan
antara PKI yang telah berhasil melakukan infiltrasi cukup jauh
ke dalam tubuh PNI (PNI-kiri) dan menguasai Front Nasional
disatu pihak, dan TNI-AD dilain pihak. Soekarno sendiri
berusaha menjadi penyeimbang dalam adu kekuatan politik
tersebut, sampai terjadi peralihan dalam perimbangan
kekuatan itu dengan terjadinya G-30-S/PKI.

Dalam era "Orde Baru" peran politik Islam menjadi makin


lemah. Dengan makin kuatnya kooperatisme, umat Islam dan
sektor sipil pada umumnya tidak lagi mempunyai peranan

Nuansa Kehidupan Islami 133


Pernik-Pernik Reformasi

dalam proses pengambilan keputusan di Indonesia. Dewasa ini


semakin jelas kekuasaan hampir secara penuh dipegang oleh
golo- ngan birokrat baik sipil maupun militer, terutama melalui
Golkar. Dua partai lainnya hanya berfungsi sejauh tidak
menggangu sistem yang telah diciptakan. Beberapa ciri utama
Orba dapat dilukiskan sebagai berikut.

Pertama, bureaucratic-military complex. Peranan militer


sudah melimpah diberbagai bidang, terutama dibidang politik
dan birokrasi. Jabatan-jabatan, sejak dari bupati sampai
gubernur dan sel-sel birokrasi penting telah diisi oleh militer.

Kedua, state capitalism. Kekuasaan negara dibidang


ekonomi adalah besar, namun kendatipun sumber-sumber ke-
kayaan nasional dikuasai oleh negara, tetapi arah pengelolaan
perekonomian Indonesia telah banyak menyimpang dari pasal
33 UUD 1945. Disamping itu, sektor swasta sangat kentara
dimonopoli oleh pemilik-pemilik modal kuat dengan elite politik
sebagai pelindungnya.

Ketiga, full-grown sekularism. UU no 3 dan no 8 tahun


1985 oleh sementara pihak telah dijadikan sebagai landasan
hukum bagi pengembangan sekularisme penuh. Tidak saja
Golkar dan Parpol, melainkan juga seluruh organisasi massa,
termasuk organisasi-organisasi keagamaan yang harus
berazaskan tunggal Pancasila. Bahwa organisasi agama juga
tidak dipearbolehkan berazaskan agamanya menunjukkan
bahwa para penentu proses sosial secara sadar atau tidak telah
bertekad memasuki full-geown sekularism.

Keempat, terlihat kecenderungan totalitarianisme


terselubung. Penguasa tidak saja mengontrol, mengarahkan
dan "membina" salah satu dimensi kehidupan rakyat Indonesia,
yaitu kehidupan politiknya, akan tetapi mengawasi,
mengarahkan, dan membina hampir seluruh dimensi
kehidupan, lewat UU nomor 3 dan nomor 8 di atas.

Kelima, dalam bidang agama di tingkat massa rakyat dan


jabatan-jabatan strategis di berbagai Departemen dan
Pemerintah Daerah terasa dominasi golongan minoritas
tertentu yang mengganggu rasa keadilan masyarakat luas.

Keenam, usaha deislamisasi. Kekuatan-kekuatan Islamo-


fobia untuk melumpuhkan Islam pada dasarnya menggunakan
be-berapa cara, antara lain : intensifikasi pelaksanaan pola
pengucilan golongan umat yang berfikir mandiri (independen),
mendorong kecenderungan dalam masyarakat kearah
nativisme yang serba akomodatif dan memukul kekuatan
ekonomi umat atau setidak-tidaknya mendorong proses gulung

Nuansa Kehidupan Islami


134
Pernik-Pernik Reformasi

tikarnya kekuatan golongan ekonomi umat/lemah.

Ketujuh, Pendekatan-pendekatan security terasa sangat


menonjol, sehingga rasa tanggung jawab dan partisipasi
masyarakat menjadi terhambat.

Beberapa catatan khusus mengenai peranan militer


dalam percaturan politik dan ekonomi Indonesia, dapat di
ungkapkan sebagai berikut.

Pemerintah Orde Baru sejak awal mempunyai dua


tujuan sentral yang tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain,
yaitu "pembangunan ekonomi" dan "stabilitas politik". Tujuan
ganda ini merupakan tujuan antara untuk memantapkan
kepercayaan rakyat terhadap aktivitas sosial militer di dalam
penyelenggaraan bernegara, suatu legitimasi peran
sosial-politik militer.

Aspek pencapaian dan pemeliharaan stabilitas politik


dilaksanakan dengan realisasi pengendalian aktivitas politik
secara ketat dan tersentralisasi, melakukan kristalisasi dalam
tubuh militer dan kelompok sipil, serta menggunakan segala
aparatur pemerintah secara maksimal. Hal yang terakhir ini
sebenarnya merupakan lembaga yang digunakan untuk
memantapkan stabilitas politik dan sekaligus menjadi lembaga
pokok untuk mempercepat proses pelaksanaan
program-program pembangunan.

Beberapa indikasi dari perwujudan strategi pemerintah


Orde Baru misalnya terlihat dari hal-hal sebagai berikut: (1)
peningkatan terus-menerus pertumbuhan ekonomi sebagai
manifestasi program integral dibadang ekonomi: (2). Mitosisasi
pembangunan: (3). Peraturam yang longgar untuk pengadaan
dana penbangunan dan kapital untuk kegiatan ekonomi,
terutama investasi asing: (4). Pemantapan mekanisme kerja
dan peningkatan status birokrasi secara khusus dalam
masyarakat: (5). Penataan lembaga-lembaga pemerintah dan
lenbaga-lembaga sosial politik secara tegar: (5). Mobilisasi
segala kekuatan dalam masyarakat untuk melakukan
partisipasi perlaksanan program pembangunan.

Beberapa isue politik yang berkaitan dengan peranan


militer di bidang politik, yang perlu mendapat perhatian dalam
perkembangannya, ialah: (1). Regenerasi dalam tubuh ABRI:
(2). Dinamika pemikiran di kalangan militer tentang peranan
sosial-politik militer, baik secara institusional maupun secara
individual : (3). Program modernisasi ABRI, baik di bidang
personil, persenjataan, maupun organisasi: (4) Dimensi
populis ABRI, seperti: Babinsa, AMD, dan aspek- aspek

Nuansa Kehidupan Islami 135


Pernik-Pernik Reformasi

pendukung sistem hamkamrata.

IV. ASPEK EKONOMI

Aspek hidup ekonomi seseorang atau suatu masyrakat


tidak terlepas dari aspek hidup yang lain. Dengan demikian,
usaha memperbaiki kehidupan ekonomi, disamping memper-
timbangkan faktor-faktor ekonomi, juga tidak kalah pentingnya
dengan faktor - faktor non - okonomi.

Usaha perbaikan ekonomi dalam masyarakat liberal lebih


ditujukan untuk memperbaiki proses kegiatan ekonomi itu
sendiri, yaitu siklus produksi - distribusi - konsumsi, yang
ditekan terutama pada teknis ekonomis. Sebaliknya, pada
sistim ekonomi sosialis perbaikan lebih diarahkan pada
masyarakat di mana kegiatan ekonomi berlangsung.Namun
demikian-pengertian masyarakat di sini adalah pengertian
kesatuan kolektif komunitas, sehingga harkat manusia sebagai
individu kerap kali dilupakan dan dikorbankan. Dua pendekatan
pengembangan tersebut menghasilkan pola perkembangan
yang berbeda. Ekonomi liberal atau kapitalstik, yang
berorentasi pada komponen modal/pengusaha, mampu
menghasilkan perkembangan ekonomi yang relatif cepat tetapi
disertai dengan ketidakadilan ekonomi. Sebaliknya, sistim
ekonomi sosialis secara teoritik mampu melahirkan aspek
keadilan ekonomi, tetapi perkembangan tekah menempatkan
elite penguasa sebagai pendominasi perencanaan,
pelaksanaan dan penikmatan hasil - hasil ekomomi.

Tujuan - tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh setiap


bangsa pada prinsipnya sama, yaitu: (a). mewujudkan
perkembangan ekonomi: (b). keadilan ekonomi dalam semua
tahapan kegiatannya, produksi, distribusi , dan konsumsi: dan
(c) yang sebenarnya merupakan tujuan antara atau pendukung
bagi tercapainya dua tujuan tersebut ialah stabilitas ekonomi,
baik, baik stabilitas kesempatan kerja, stabilitas harga, maupun
keamanan ekonomi, tyermasuk jaminan hidup warga
masyarakat dihari tua.

Tujuan - tujuan ekonomi ini dalam prktek sukar dicapai


secara bersamaan. Hingga saat ini belum ada konsep teoritik
yang mantap untuk dapat mengembangkan ekonomi ekonomi
atau bangsa yang secara berimbang mencapai tingkat
pertumbuhan yang cepat sekaligus dengan tingkat keadilan
ekonominya.

Nuansa Kehidupan Islami


136
Pernik-Pernik Reformasi

Dari sisi lain, kalau kemerosotan ekonomi suatu


masyarakat atau bangsa terjadi,baik berupa tingkat inflasi yang
tinggi maupun rusaknya sektor produksi pertanian akibat
bencana alam, ataupun karena sebab lain, biasanya yang
paling dahulu merasakan akibatnya dan yang paling parah
keadaanya adalah masyarakat lapisan bawah, yang miskin dan
lemah. Ini terjadi baik di negara sosialis. Di negara kapitalis,
karena modal begitu dominan posisinya, maka kelompok yang
bermodal tidak mampu melakukan kegiatan okonomi secara
bebas. Di negara sosialis, yang umumnya pemerintahannya
bersifat otoiter, masyarakat miskin tidak dapat bertindak
sebagai subjek yang menentukan, melainkan menjadi objek
pelaksana kegiatan ekonomi.

Islam yang berdasarkan diri pada prinsip persamaan


kedudukan,prinsif keadilan tuntutan jaminan sosial yang jelas,
prinsip perimbangan antara hak dan kewajiban,serta tuntutan
hidup tolong - menolong, memungkinkan dikurangi
penderitaankaum lemah dalam menghadapi goncangan
ekonomi. Dengan mengembangkan sikap kebersamaan dalam
menikmati keuntungan dan menaggung kerugian (profit
sharing dan risk sharing) dalam berbagai kegiatan
ekonomi,baik dalam fungsinya sebagai produsen, distributor,
maupun sebagai konsumen, keserasian hubungan antara
unit-unit ekonomi dalam masyarakat dapat dijamin.

Dari sisi lain, dapat dilihat bahwa kalau sistem ekonomi


kapitalistik lebih "berpihak" pada pemilik modal (pengusaha),
sementara sistem ekonomi sosialistik lebih "berpihak" pada
buruh, tidak mungkinkah "sistem ekonomi yang Islami"
mempunyai potensi untuk menyeimbangkan pemi-
hakantersebut bukan saja pada pengusaha dan buruh, tetapi
terutama uga pada konsumen? Jawaban-jawaban filositik
teoritik mungkin pernah dilontarkan dan cukup meyakinkan
kebenarannya. Namun, secara operasional empirik perlu
pengembangan lebih lanjut.

Kondisi perekonomian Indonesia, setelah periode


menikmati manisnya minyak bumi mendekati penghujungnya,
mulai menghadapi permasalahan yang cukup serius karena
sumber utama devisa negara tersebut makin menyusut jumlah-
nya. Di sisi lain, upaya mwendapatkan devisa non-minyak
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sementara itu,
kegiatan perekonomian di dalam negeri sendiri makin terasa
lesu, baik karena pengaruh resesi dunia maupun sebagai akibat
faktor-faktor internal sendiri. Kecenderungan yang demikian
itu, menyebabkan sebagian pengamat pesimistik memandang
perkembangan ekonomi Indonesia.

Nuansa Kehidupan Islami 137


Pernik-Pernik Reformasi

Walaupun problema-problema yang mengakibatkan


lambannya perkembangan ekonomi dapat berbeda antara satu
negara dengan negara lain, tetapi kesamaan umum tetap ada
yaitu bahwa di dalamnya terkait variabel-variabel ekonomis
maupun non-ekonomis. Kedua variabel pokok ini harus dilihat
baik melalui pendekatan statis maupun pendekatan dinamis,
sehingga dapat melahirkan pemahaman yang menyeluruh dan
terpadu.

Setidak-tidaknya ada lima permasalahan pokok yang


dihadapi perekonomian Indonesia yaitu: masalah modal,
masalah tenaga kerja, kejujuran pelaku kegiatan ekonomi. Dua
permasalahan yang terakhir termasuk problema non-ekonomis.

Masalah permodalan. Masalah permodalan menyangkut


keterbatasan sumber modal baik dari dalam maupun dari luar
negeri. Selain dari itu, daya serap investasipun terbatas juga
karena sempitnya pasaran hasil produksi, baikunuk ekspor
maupun [asaran dalam negeri. Permasalahan ini diperberat lagi
dengan efisiensi pemanfaatan modal yang rendah dan arah
investasi yang kerap kali tidak disertai dengan perencanaan
yang matang. Akibatnya, angka cor (capital out put ratio) tinggi
dan matarantai pengaruh ke muka dan ke belakang kecil,
backward and foreward linkage terbatas.

Masalah ketenagakerjaan. Melihat fenomena ketenagak-


erjaan di Indonesia, terdapat semacam paradoksal, yakni di atu
fihak pengangguran makin membengkak tetapi di fihak lain
dirasakan kebutuhan akan tebnaga kerja tertentu, terutama
tenaga ahli dan menengah. Hal ini terjadi karena jumlah tenaga
kerja kasar dan tidak terlatih (non-profesional) amat banyak,
sebaliknya tenaga ahli dan terlatih amat terbatas, kecuali untuk
bidang tertentu. Kerawanan tenagakerja ini makin diperberat
dengan dua hal, yaitu : (1) meningkatnya perkembangan
sektor-sektor ekonomi dengan teknologi tinggi (yang
sebenarnya dapat dicapai dengan teknologi yang lebih rendah),
dan (2) sikap angkatan kerja yang statis, etos kerjayang
rendah, dan langkanya motive\asi wiraswasta.

Masalah keadilan ekonomi. Sekalipun peranan pemerin-


tah dalam bidang ekonomi, terutama sejak 1967, cukup
dominan, tetapi kebebasan bersaing sektor swasta makin
tajam. Di satu fihak, perkembangan ekonomi dapat dipercepat
karena fihak swasta domestik maupun asing yang bermodal
kuat mampu mendirikan berbagi alat produksi dalam skala
besar, teknologi canggih, efisiensi tinggi, yang memungkinkan
kualitas produksi meningkat, hingga keuntungan yang
diperoleh menjadi besar. Di fihak lain, sektor-sektor ekonomi
yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak makkin melemah,

Nuansa Kehidupan Islami


138
Pernik-Pernik Reformasi

terutama sektor informal. Kerajinan rumah tangga di desa,


industri kecil di kota, transportasi non-mesin sebagian
bangkrut. Fenomena yang ironi terlihat: yang besar makin kuat
sementara yang kecil makin lumpuh atau mati.

Keterbatasan lapangan kerja di pedesaan


mengakibatkan meningkatnya secara besar-besaran urbanisasi,
yang bukan saja menambah pengangguran di kota dan di desa,
tetapi juga timbulnya dampak sosial yang negatif. Upaya
pemerintah meningkatkan keadilan ekonomi dengan
mencanangkan delapan jalur pemerataan, rupanya
menitikberatkan pada pertimbangan ekonomi, terutama yang
berorientasi pada pertumbuhan. Walaupun telah diakui banyak
segi kelemahannya, masih juga dilaksanakan di Indonesia.
Sementara itu isue "keadilan sosial" atau "emansipasi sosial"
sebagai strategi alternatif, walaupun telah mendapat pasaran
di forum kajian teoritik (di berbagai forum akademik) rupanya
belum mendapat pasaran dalam praktek. Dengan
menyusutnya secara tajam sumber modal yang dikuasai
pemerintah khususnya dari hasil minyak bumi sejak tahun
1982, peranan swasta bermodal besar semakin dominan,
situasi liberal yang kapitalistik makin mendapat angin,
sehingga kegiatan ekonomi lemah, termasuk koperasi, semakin
memburuk. Sinyaleman sistem ekonomi Indonesia lebih
condong ke ekonomi kapitalistik makin mendapat pembuktian
empirik yang valid dengan fenomena-fenomena ekonomi di
atas. Kalau dimulai tahun 1967 sektor ekonomi modern
menjadi pelopor perkembangan ekonomi, maka semenjak 1982
sektor modern inipun mengalami kesuraman sebagaimana
halnya sektor ekonomi yang telah tersingkir dan dikalahkan
oleh sektor ekonomi modern tersebut.

Problematika ekonomi Indonesia yang kompleks terse-


but, yang memprihatinkan seluruh bangsa Indonesia terutama
golongan menengah dan bawah, sebenarnya hampir identik
dengan problematika ekonomi umat Islam. Umat Islam, dis-
amping merupakan bagian mayoritas rakyat Indonesia, hampir
semuanya menduduki strata sosial-ekonomi menengah-bawah
dan bawah. Sektor ekonomi informal,terutama, dilakukan oleh
umat Islam. Sebaliknya pada sektor ekonomi kuat dan
menengah-kuat justru umat Islam merupakan minoritas dan
tidak berperan menentukan. Fihak yang paling berperan justru
pengusaha-pengusaha non-pribumi baik WNI maupun WNA
yang menguasai matarantai ekonomi yang tidak terputuskan
sejak dari impor sampai ke pedesaan, dan dari pedesaan
sampai ke eksport.

Di sisi lain dapat dilihat bahwa sektor pemerintah


memegang peranan yang cukup besar dalam perekonomian,

Nuansa Kehidupan Islami 139


Pernik-Pernik Reformasi

baik sebagai konsumen berbagai hasil produksi maupun


sebagai produsen barang-barang penting bagi kebutuhan
rakyat banyak. Dalam kaitan ini, baik pemborong yang
mensuplai kebutuhan pemerintah maupun penyalur hasil
produksi pemerintah hampir seluruhnya dinikmati oleh
pengusaha menengah-kuat dan kuat, terutama yang memiliki
hubungan yang akrab dengan pejabat yang berwenang.

VII. Aspek Ilmu dan Teknologi

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling


baik strukturnya, paling mulia, melebihi dan mengatasi
makhluk yang lain (At-Tien:4, Al-Isra':70). Namun, kemudian
sebagaian mereka muncul sebagai makhluk yang bersegi
negatif, bodoh, zalim dan kikir (Al-Ahzab:72, Al-Isra':100), atau
bahkan paling hina (At-Tien:5). Dengan demikian, manusia
asalnya adalah makhluk yang potensial paling unggul, termulia,
namun dalam pertumbuhannya belum tentu demikian. Oleh
karenanya, ada semacam kewajiban yang inheren dalam diri
manusia, yaitu mengaktualkan keunggulan kwalitas tersebut,
baik segi fisik, mental, intelektual, maupun spiritualnya.
Aktualisasi potensi diri sebagai makhluk yang paling superior
tersebut merupakan salah satu fungsi kodrati manusia, suatu
proses "ihsanisasi".

Fungsi kodrati manusia yang lain adalah fungsi


"pengabdian" (adz-Dzariat:56, Al-Bayyinah:5), yang disamping
berdimensi transendental (ibadah khusus), juga tercermin
dalam dimensi horisontal, yaitu pengabdian kepada sesama
manusia dengan amal shalih (ibadah umum). "Kekhalifahan"
adalah fungsi kodrati yang lain (Al-Bawarah:30, Al-An'am:165),
yaitu menjadi wakil Allah dalam mengelola dan mengatur
kehidupan di dunia agar tercipta harmoni dan kesejahteraan di
bawah ridho-Nya. Fungsi kodrati yang lain adalah "kerisalahan"
(Ali-Imran:104, Al-Maidah:67), menyampaikan kebenaran dienul
Islam sebagai pedoman hidup manusia untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.

Bagaimana manusia dapat menunaikan keempat fungsi


kodrati tersebut (ihsanisasi, pengabdian, kekhalifahan, dan
kerisalahan), manusia dengan kemampuan fisik, intelektual dan
mentalnya membutuhkan "jalan kebenaran" yang bersumber
pada kebenaran hakkiki. Sumber kebenaran yang mutlak
hanyalah datang dari Allah semata. Untuk dapat menangkap
kebenaran tersebut kepada manusia tersedia dua 'jalur', yaitu
wahyu dan ayat kauniah, manusia membutuhkan interpretasi
terhadap keduanya. Interpretasi terhadap wahyu (Qur'an dan

Nuansa Kehidupan Islami


140
Pernik-Pernik Reformasi

Sunah) sering dikenal sebagai "tafsir", sementara interpretasi


terhadap fenomena-fenomena kauniah dikenal sebagai "ilmu
pengetahuan".

Ilmu dan teknologi berkembang didorong oleh kebutuhan


manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk dapat
mempertahankan eksistensinya yaitu berinteraksi secara
harmoni dengan lingkungan alamnya. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi manusia mampu memperoleh
kemudahan-kemudahan dalam melakukan kehidepan
sehari-hari, dalam memenuhi fungsi hidupnya. Dengan
ungkapan lain, makna dikembangkan ilmu dan teknologi oleh
manusia (aspek aksiologis ilmu dan teknologi) ialah sebagai
alat agar manusia dapat memenuhi misi atau makna
kehidupannya di dunia.

Perkembangan ilmu, serta teknologi yang menyertainya


dicapai manusia melalui matarantai yang panjang dari upaya
manusia untuk dengan kemampuan "interpretasi ayat
kauniah"-nya yang berupa kemampuan observasi, abstraksi,
pengkajian dan eksperimentasi mereka. Perkembangan ilmu
dan teknologi yang dicapai oleh umat manusia hingga saat ini
telah mendorong 'loncatan peradaban' yang mencengangkan.
Perkembangan ini sedemikian menyilaukan umat manusia
sehingga menggeser persepsi mereka tentang ilmu dan tek-
nologi, yang semula sebagai alat untuk berinteraksi dengan
lingkungan alaminya, menjadi sesuatu yang lebih dari itu. Ilmu
dan teknologi seringa dipandang sebagai yang mampu
memecahkan segalanya, lahirlah rasionalisme. Ilmu dan
teknologi seolah sebagai "tuhan".

Di sisi lain, disadari pula bahwa perkembangan ilmu dan


teknologi tidak hanya berkembag oleh kemampuan rasional
manusia saja, akan tetapi dipengaruhi pula oleh corak
pemikiran filsafati (pandangan budaya, keyakinan dan agama)
para pengembangnya. Dengan demikian, perkembangan ilmu
dan teknologi taklah netral, tetapi diwarnai pula oleh
presuposisi-presuposisi tertentu. Hal ini akan semakin nyata
dirasakan pada spektrum ilmu-ilmu sosial. Pertanyaan ini cukup
bermakna mengingat ilmu dan teknologi yang dimiliki manusia
saat ini dikembangkan dengan kurang memperhatikan
nilai-nilai moralitas kemanusiaan, nilai-nilai keagamaan.
Apalagi para pengembang ilmu dan teknologi kebanyakan
mereka yang non-muslim.

Bagi bangsa Indonesia yang juga berarti bagi umat


Islam, perkembangan ilmu dan teknologi juga menunjukkan
permasalahan tesendiri, yaitu kenyataan ketinggalan dan sifat
ketergantungan yang berkepanjangan tehadap dunia barat.

Nuansa Kehidupan Islami 141


Pernik-Pernik Reformasi

Disamping itu, proses alih-iptek (transfer of science dan


technology) yang kita lakukan berlangsung tanpa sandaran etis
yang kuat, sehingga proses ahli-iptek tersebut kadang-kadang
secara sadar atau tidak disertai pula alih-nilai (transfer of
value) Barat, yang dalam beberapa hal bukan saja
bertentangan dengan nilai-nilai budaya bangsa, terutama
bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Efek samping lain proses alih-iptek seperti disebutkan


diatas juga tidak menjamin terpecahkannya secara memadai
permasalahan utama yang dihadapi bangsa Indonesia sendiri,
seperti : kemiskinan, defisiensi pendidikan, defisiensi gizi dan
kesehatan, kelangkaan kesempatan kerja, dan sebagainya. Hal
ini terjadi karena paket-paket teknologi yang ditransfer pada
umumnya dirancang untuk menghadapi problematika
kehidupan masyarakat maju dan sekularistik, yang berbeda
dengan problema sosial budaya bangsa Indonesia dan umat
Islam didalamnya.

Kenyataan tentang perkembangan ilmu dan teknologi


diatas dapat menimbulkan dilema etis bangsa Indonesia,
terutama kaum muslim dan cendekiawannya. Disatu sisi,
bagaimanapun juga ilmu dan teknologi akan selau berkem-
bang, karena perkembangannya sendiri adalah suatu sunatul-
lah. Tanpa mengikuti dan menggunakan kemajuan ilmu dan
teknologi, umat Islam akan terbelakang dan akan inferior
dalam perkembangan budayanya. Akan tetapi di sisi lain,
kemajuan yang dicapai oleh ilmu dan teknologi itu tanpa
sandaran etis yang kuat akan dapat menjerumuskan uamt
pada kehidupan yang materialistik.

Ilmu dan teknologi, menurut pandangan Islam, mestinya


dikembangkan dan diperuntukkan bagi pemenuhan
fungsi-fungsi koderati manusia di atas. Bagaiman dengan ilmu
dan teknologinya manusia mampu mengaktualisasikan dirinya
menjadi makhluk yang termulia, menajdi wakil Allah dalam
mengelola dunia, membudayakan manusia sesuai dengan ke-
tinggian dengan martabatnya dihadapan Allah. Ilmu dan
teknologi mestinya dimanfaatkan manusia untuk menunaikan
tugas kerisalahannya dan menyingkatkan pengabdiannya
terhadap sesama manusia sebagai manifestasi pengabdiannya
kepada Al-Khalik.

Dari uraian di atas, dapat diidentifikasi permasalahan


yang dihadapi umat Islam Indonesia, khususnya kelompok
cendekiawannya, dibidang ilmu dan teknologi sebagai berikut.
(1) Bagaimana uamt Islam dapat mendudukkan kembali
fungsi ilmu dan teknologi sebagai sarana manusia untuk
menunaikan fungsi-fungsi kodratinya sebagai hamba Allah ?

Nuansa Kehidupan Islami


142
Pernik-Pernik Reformasi

Dan bagaimana cendekiawan muslim mampu mengambangkan


ilmu dan teknologi tanpa terjerumus pada pola berfikir
materialistik dan sekularistik ?

(2) Bagaimanakah umat Islam mampu menguraikan ketingga-


lan dan ketergantungannya di bidang ilmu dan teknologi dari
dunia barat ? Dan bagaimana proses alih-ilmu dan
alih-teknologi dapat berlangsung tanpa menimbulkan efek
negatif alih-nilai dan budaya barat?

Taushiatul Khamsah

1). Kalau kita memperhatikan risalah "At Taushiatul Khamsah",


oleh Al Ustadz ABU LIHJAH, teranglah yang pertama-tama
dimaksudkan olehnya ialah :

Konservasi - yakni menghimpunkan atau pemeliharan apa yang


ada

Maksud konversi itu untuk membukakan jalan bagi re-


integrasi yakni "menghimpun yang tadinya berserakan".

Re-integrasi hanya akan bermanfaat apabila disusuli oleh


konsolidasi, penyatuan bagi apa yang sudah dihimpun.

Bila konsolidasi sudah terjelma, segala langkah dapat


diajukan secara tertib, dalam konfrontasi terhadap pelbagai
peristiwa dan keadaan.

Begitu intisari dari "At Taushiatul Khamsah", ....

2). Sekarang sudah sekian masa yang lewat, sudah patut pula
dibuat sekedar balans

Alhamdulillah, konservasi itu sampai sekrang berhasil juga.


Pada umumnya tidak mengecewakan.

Terutama ialah berkat adanya "anti toxine" lama yang masih


mengalir pada jamaah-jamaah utuh.

Nuansa Kehidupan Islami 143


Pernik-Pernik Reformasi

Bisa timbul pertanyaan ;

"apakah "utuh" itu ?

Artinya bukan sekedar tidak masuk jamaah lain-lain?

Jika pada umumnya demikian, ini barulah "taraf minimal"


sifatnya baru negatif. Sudah tentu proses konservasi tidak
boleh berhenti disitu.

Pisang juga kalau diperam lama-lama, walaupun tidak akan


berobah menjadi mangga, dia akan ranum, cair tidak bisa
dipergunakan lagi.

Kalau kita memperhatikan dengan tajam, tak dapat


disangkal, bahwa dikalangan jamaah, sudah juga ada mulai
kelihatan gejala-gejala "ranun" itu.

Ada yang "uzlah"pasif

Ada yang mungkin dengan tidak sudah kian lama kian


hanyut, atau mereka terlihat dalam arus makshiyat 100%.

Ada yang hanya mengeluh;

Yah, apa boleh buat, apa boleh di bikin dalam keadaan


seperti sekarang ini.

Lalu menunggu perkembangan keadaan. Kalau-kalau


keadaan akan berubah.

Seolah-olahnya nanti itu, akan kedengaran semacam gong


besar, menandakan "keadaan sudah berubah".

Sedangkan, andaikatapun akan ada kejadian semacam itu,


belum tentu pula olehnya apa yang seharusnya diperbuatnya
disaat itu selain dari pada terkejut.

Memang zaman itu akan berubah juga, dengan atau tanpa


kita.

Soalnya ialah apakah perubahan itu akan menguntungkan


kita atau akat merugikan kita.

Ini tentulah akan bergantung kepada :

- apakah kita memasukkan andil kedalam zaman itu dari


sekarang atau tidak.

Nuansa Kehidupan Islami


144
Pernik-Pernik Reformasi

Oleh karena itu dari konservasi pasif, kita harus meningkat


kepada re-integrasi yang aktif.

Re-integrasi dalam tiga bidang :

(1) bidang umat,

(2) bidang pemimpin,

(3) bidang kader.

3). Bidang Umat

A. Risalah Alif-baa-taa, sudah mengemukakan sebahagian dari


usaha re-integrasi umat yang dipancarkan dari "lembaga
risalah" warisan Rasul.

Re-integrasi dalam bentuk ini, adalah hal yang primer, dan


tidak boleh tidak. Baik untuk jangka pendek maupun dalam
jangka panjang, dalam suasana keadaan bagaimana pun
coraknya, walaupun sudah ada juga di samping itu bentuk dan
saluran-saluran lain.

Dia merupakan generator yang memancarkan aliran listrik,


untuk penggerakkan lain-lain saluran itu.

Jangan kita lupakan bahwa yang paling menderita


kerusakan oleh keadaan yang sekarang ini, bukanlah kehidupan
materi, tetapi kehidupan rohani.

Sejarah cukup membuktikan bahwa kendatipun keadaan


pada suatu waktu pulih dalam bentuk lahirnya, tetapi masih
panjang sekali masa yang diperlukan lagi, untuk pemulihan
kesehatan dan kemantapan rohani itu.

Untuk merawat luka "kehidupan rohani" itu, kemanakan


lagi akan di cari obatnya, selain daripada kepada "lembaga
risalah" yang hidup dan dapat memancarkan ....?

B. Suatu hal yang menimbulkan rasa syukur, ialah bahwa


berkat latihan-latihan mental dan amal semenjak dahulu itu,
dibeberapa tempat masih ada anggota-anggota (jamaah) yang
menerjunkan diri dalam penyelenggaraan bermacam-macam
amal, dibidang pendidikan, dakwah dan lain-lain amal sosial.
Kebanyakan bersifat lokal.

Yang diperlukan bagi mereka ialah ;

Nuansa Kehidupan Islami 145


Pernik-Pernik Reformasi

(1). perhatian dari pada kepala keluarga (jamaah),


dorongan dan tempo-tempo juga tuntunan.

(2). hubungan antara satu kegiatan lokal dengan kegiatan


lokal lainnya walaupun berupa "hubungan moril".

(3). menduduk-kan "nawaitu"nya,

Yang tersebut belakangan ini, "menduduk-kan nawaitu-nya"


penting sekali artinya dalam rangka re-integrasi dan
konsolidasi.

Sebab besar bedanya antara seseorang yang melakukan


sesuatu kegiatan dengan alam pikiran, bahwa dia sudah pindah
perahu, lantaran menganggap bahwa perahunya yang lama
sudah kandas, dengan seseorang yang melaksanakan
kegiatannya, walaupun sama jenisnya, tetapi dengan niat dan
pengertian bahwa dengan cara itu dia melaksanakan bidang
kesatu da kedua dari pasal tiga qanun asasinya.

Yang pertama merasa, dia sudah pindah ke alam lain sama


sekali, dimana juga dirasanya tidak ada resiko.

Yang kedua merasa, masih merasa dalam alam yang lama,


sedang melanjutkan amal usaha dalam rangka yang lama itu,
walaupun sebahagian seberapa yang mungkin menurut ruang
dan waktu.

Pada umumnya, mendudukkan niat-memperbaharui dan


menyegarkan aqidah dan qaidah suatu partai politik, dalam arti
yang lazim. Dia adalah lebih dari di-ikat oleh kesatuan idea
dibidang politik, akan tetapi juga dan terutama oleh tali
ukhuwwah yang berurat pada keimanan.

Yang tidak boleh bergerak itu ialah dan hanyalah satu


bentuk atau forum dari sudut yang mengenai praktis politik.

Tapi bagaimana orang akan biasa akan meniadakan tubuh


jamaah sendiri, sedang dia ini berakar dalam kalbu masing-
masing anggota keluarganya.

Yang perlu terus kita usahakan ialah menghidup suburkan


rasa dan kesadaran ke jamaah-an ini di antara para keluarga.

C. Sesungguhnya kita masih banyak mempunyai saluran


tenaga.

Saluran-saluran lama dan saluran-saluran baru...

Nuansa Kehidupan Islami


146
Pernik-Pernik Reformasi

Dan bisa pula ditambh dengan yang paling baru lagi.

Di antara saluran-saluran yang lama, ada yang sudah


lumpuh. Tapi masih ada kerangkanya, dan masih ada pusatnya,
walaupun sudah sama-sama lumpuh. Pesat jalannya dengan
lambang lain. Mengenai ini perlu diajari dan diusahakan
bagaiaman menggiatkan lagi yang sudah lumpuh.

Di samping itu dimana pertukaran lambang, yang bertukar


hanyalah lambangnya bukanlah jiwanya.

4. Untuk itu re-integrasi dikalangan para kepala keluarga


tadinya merupakan syarat muthlak.

Sudah dapat dimaklumi, bukan sebanyak itu para kepala


keluarga tadinya, tentu ada yang sudah lama lucutnya, atau
lumpuh atau mulai ranum. Ada pula yang baru sekarang
banyak kukunya yang sebenarnya.

Kalau dia dahulu menjadi kepala keluarga dengan "tanda


kutip", dia sebetulnya benar-benar menjadi kepala keluarga,
yang bernafas keluar badan. Kalaupun sekarang dia tidak
terang-terang menentan, tetapi dari langkah lakunya dan
ucapannya dia bukan keluarga lagi.

Berada dalam keadaan semacam ini, maka usaha re-


integrasi dibidang ini, kita harus mulai dari alif-baa-taa.

Mulailah dari teras yang tetap segar tandanya mereka


sudah lulus ujian, sudah berjalan dengan tertib, berangsur-
angsur, yang dengan izin Allah lebih baik dari yang tidak ada
lagi itu.

Dan jika mereka yang sudah lemah-lemah lutut itu


sekarang ini, sudah melihat perkembangan menuju kearah
yang agak menggembirakan dan memberi harapan, nanti akan
kembali.

Kita boleh coba mengobati lutut mereka yang lemah itu,


tapi jangan kita paksa-paksakan. Nanti kita kecewa, dan
mereka sendiripun kesal.

Adapun bekas golongan kepala keluarga dengan "tanda


kutip" itu, terbaik-baik saja kita dalam pergaulan sehari-hari,
sebagaimana juga kita berbaik-baik dalam pergaulan sehari-
hari dengan sesama manusia, walaupun berlainan jamaahnya.

Nuansa Kehidupan Islami 147


Pernik-Pernik Reformasi

Akan tetapi kalau sudah, mengenai hal-hal yang mengenai


risalah kita, disitu ada garis demokrasi yang tajam dan kita
harus mampu bersikap ;

" Jangan kawan-kawan turut keluar bersama kami sama sekali"


.....,

Mengenai hal yang semacam ini, akan berfaedah sekali bila


kita memperhatikan kembali, antara lain Surat At Taubah ayat
60 - 99 ....., dimana kita dapat berkenalan semacam corak
manusia.

Silahkan ulangi mentelaahnya,

kemudian teruskan pada ayat 100 dan seterusnya ....,

Re-integrasi pada niveau kepala keluarga adalah integrasi


selectif. Sesungguhnya hikmah Allah menurunkan sesuatu
ujian, adalah guna seleksi.

Bukan untuk satu neveau golongan saja.

bukanlah keseluruhannya bisa diganti dengan umat yang


lebih baik,

Maka perlulah sekali para kepala keluarga mengadakan


silaturahmi sewaktu-waktu.

Dalam silaturahmi itu terutama dapatlah diperbaharui


ikatan ukhuwwah yang menjasdi salah satu sumber kekuatan
lahir dan batin, dimana pula dapat dibuat inventarisasi dari
tenaga-tenaga yang ada, baik yang berupa faktor-faktor
objektif ataupun faktor-faktor subjektif.

Dapat saling lengkap melengkapi suatu fakta dan data


yang perlu sama diketahui.

Mungkin pula atas penilaian bersama itu dapat disusun


satu daftar usaha, untuk jangka pendek dan jangka panjang.

Satu dan lainnya dengan semboyan dan tekad;

" yang sulit kita kerjakan sekarang,

" yang tak mungkin, kita kerjakan berseok ...

Insya Allah,

Nuansa Kehidupan Islami


148
Pernik-Pernik Reformasi

" yang mudah sudah banyak orang lain mengerjakannya

Jangan tinggalkan semuanya bila sebelum semua dapat


dilaksanakan.

Dalam silaturahmi, antara lain dapat dibuat balans dari


usaha yang sudah dilakukan dan yang belum dapat dilakukan.

Dan di coba lagi maju selangkah,

dan begitu seterusnya ......

Pendeknya satu dan lainnya, sudah sama kita fahami.

Tak perlulah disini "orang tua diajar pula memakan bubur


lagi".

Pokoknya, Re-integrasi keluarga menghendaki re-integrasi


kepala keluarga yang selektif.

Re-integrasi aktif menghendaki aktiviteit.

Aktivited menghendaki bimbingan.

Rencana harus berdasarkan penilaian fakta dan data yang


up to date, dan tepat.

Bimbingan harus berdasarkan rencana,

Ini semuanya menghendaki adanya pengumpulan fakta dan


data yang dapat dipertanggung jawaban dalam silaturahmi
lokal,

interlokal (dan sentral dimana bisa) .....

5). Kader

Zaman terus beredar dan tiap-tiap zaman dan rijalnya.

Babakan pentas bisa beralih, pemainnya bisa berganti.


jalan cerita sudah wajar pula menghendaki peralihan babak
dan penggantian pemain sesuatu waktu.

Memang itulah yang menjadi latar belakang pikiran kita,


dalam usaha pembinaan umat yang akan lebih panjang
umurnya dari pada usia seseorang pemimpin sesuatu waktu.

Nuansa Kehidupan Islami 149


Pernik-Pernik Reformasi

Maka yang tidak boleh tidak kita lakukan sebagai suatu


"conditiosine quanon", ialah meletakkan dasar bagi kontinuiteit
aqidah dan qaidah, diatas mana khittah harus didasarkan.

Satu-satunya jalan itu, ialah ;

Membimbing dan mempersiapkan tunas-tunas muda dari


generasi yang akan menyambung permainan di pentas sejarah.

Mempersiapkan jiwa mereka, melengkapkan pengetahuan


dan pengalaman mereka, mencetuskan api cita-cita mereka,
menggerakkan dinamik mereka, menghidupkan "zelf - disiplin"
mereka yang tumbuh dari Iman dan Taqwa.

Bukanlah itu suatu pekerjaan tersambil, sekedar pengisi-


pengisi waktu yang kebetulan berlebih.

Tempo-tempo ini adalah pekerjaan yang "masuk agenda",


yang untuknya harus disediakan waktu, harus dilakukan
dengan sadar dan pragmatis.

Dalam rangka ini ada dua hal yang perlu diperhatikan;

(A). Mereka dari generasi baru itu telah beruntung mendapat


kesempatan yang lebih luas dibidang menuntut ilmu, baik ilmu
jiwa duniawi ataupun ukhrawi, dari pada mereka dari angkatan
25 (duapuluh lima-an) dulu, syukur.

Tapi dasar Iman dan Taqwa yang merupakan sumber


kekuatan dan pedoman akhlaq dan karakter sebagai bekal
yang tidak boleh tidak harus mereka miliki untuk menjalankan
tugas - yang akan mereka jalankan itu.

Ini hanya dapat dicapai dengan r i a d a h dalam arti yang


luas.

(Disinilah terletaknya fungsi yang khusus dari Masjid


sebagai lembaga risalah yang hidup dan dinamis sebagai pusat
pembinaan umat dan pembentukan kader).

Apa yang kita lihat dan rasakn dalam "keadaan" sekarang


ini, cukuplah kiranya menjadi peringatan bagi kita, betapa
pentingnya meletakkan "dasar jiwa" bagi para calon pemimpin
umat.

Banyak orang yang tadinya bertolak dari rumah dengan


niat dan semboyan hendak menegakkan panji-panji "kalimat
ilahi", akan tetapi lantaran dasar yang tidak kuat ditengah

Nuansa Kehidupan Islami


150
Pernik-Pernik Reformasi

perjalanan, tertempuh jalan yang disebut "tujuan menghalalkan


semua cara".

Lupa mereka bahwa panji-panji Kalimat Allah itu tidak dapat


berkibar bila dalam perjalanan dia terus diinjak-injak oleh kaki
yang membawanya sendiri.

(B). Fakultas dari bermacam-macam jurusn sudah ada yang


mempersiapkan mereka untuk jadi "sarjana".

Kita menghajatkan teoritis yang tajam dan efektif.

Di samping itu yang dihajatkan dalam pembinaan umat


ialah "opsir lapangan" yang bersedia dan pandai berkecimpung
di tengah-tengah umat.

Kalaupun dihajatkan sarjana-sarjana, yang diperlukan


bukan semata-mata sarjana yang "melek buku" tetapi "buta
masyarakat".

Sedangakn kemahiran membaca "kitag masyarakt" itu


tidak dapat diperoleh dalam ruang kuliah dan perpustakaan
semata-mata.

Oleh karena itu mereka perlu di-introdusir ke tengah-tengah


umat dan turut aktif bersama-sama menghadapi dan mencoba
mengatasi persoalan dari kehidupan umat dipelbagai bidang.

Sehingga mereka dapat merasakan denyutan jantung


umat, dan lambat laun berurat pada hati umat itu.

Makin pagi makin baik ......,

(Banyak dari antara gejala dari keadaan sekarang ini yang


dapat dielakkan tadinya, kalau tidaklah terlampau banyak kita
mempunyai "salon politik" yang menjadikan pemimpin
amateur).

Maka ditengah-tengah masyarakat yang hidup itulah dapat


berlaku proses "timbang terima" secara berangsur-angsur,
antara yang akan pergi dan yang akan menyambung, patah
tumbuh hilang berganti.

Sebab kesudahannya, yang dapat mencetuskan "api" ialah


batu api juga.

Nuansa Kehidupan Islami 151


Pernik-Pernik Reformasi

6. Konsolidasi & Polarisasi

Tenaga-tenaga yang sudah dikumpulkan kembali secara


selektif, usaha-usaha lama yang tlah digiatkan lagi,

kegiatan-kegiatan baru dalam pelbagai bentuk yang sudah


tumbuh dengan spontan dimana-mana itu.

hanya akan dapat bertahan lama dan akan lebih efektif


apabila semua itu di konsolidir dengan menyatukan aqidah dan
qaidah, menyesuaikan langkah dalam suatu strategi yang
sama.

Kalau tidak, kegiatan lokal dan regional itu bisa jadi


"mangsa" atau terdesak dalam kompetisi antara bermacam-
macam kekuatan dan aliran-aliran yang sama berkompetisi
dengan kita, sudah sama-sama kita ketahui masing-masingnya
sudah dipolarisasi dalam organisasi masing-masing yang utuh.

Teranglah bahwa usaha integrasi harus diiringi segera oleh


polarisasi melalui koordinasi kegiatan-kegiatan yang sejenis.

Ada lembaga-lembaga, yayasan-yayasan dibidang sosial,


dakwah dan kebudayaan yang diselenggarakan oleh para
keluarga.

Lembaga dan badan-badan itu perlu disatukan langkahnya,


diadakan di antaranya pembagian lapangan, kerja sama, saling
bantu membantu, dan yang utama disatukan faham mereka,
strategi yang akan ditempuh.

Di antara keluarga kita cukup banyak menulis, yang


penanya subur dan bermutu, mereka perlu diketemukan antara
satu sama lain.

Kalau belum bisa dalam bentuk organisasi yang formil,


dengan mengadakan diskusi (seminar), dan pertemuan se
waktu-waktu guna pembahas persoalan yang timbul dalam
bidang mereka, dan guna menyesuaikan langkah serta
pedoman dalam rangka tujuan dan mengisi "accu" umat.

Banyak sekolah-sekolah menengah dan fakultas-fakultas


bertebaran dibeberapa tempat, dan diselenggarakan oleh
keluarga kita.

Cara bekerjanya taman-taman pendidikan itu perlu


disesuaikan dengan tujuan untuk membina kader dalam arti
yang sebenarnya, tidak sekedar penambah banyak orang yang
bergelar BA, Drs dan sebagainya.

Nuansa Kehidupan Islami


152
Pernik-Pernik Reformasi

Ini perlu peninjauan dan penjelajahan bersama antara


pemimpin-pemimpin instelling-instelling tersebut.

Perlu kontak, perlu mempool keahlian dan pengalaman.

Bagaimana sebenarnya agar menghidupkan masjid sebagai


pusat pembinaan umat yang efektif, agar jangan asal ramai
orang bershalat jamaah saja.

Ini perlu kepada koordinasi. Dan begitulah seterusnya.

Kalau re-integrasi dibidang kepala keluarga seperti


dimaksud dalam paal terdahlu bis dinamakan reintegrasi
secara vertikal (taushiyatul khamsah bab 1 dan 2), maka
reintegrasi dari kegiatan yang sejenis ini bisa dinamakan
reintegrasi horizontal.

Kedua-duanya dilakukan sejalan, dan kedua-keduanya


menuju kepada konsolidasi dan polarisasi keseluruhannya,
yakni adanya potensi yang riil tersusun dan aktif dalam wijhah,
khittah dan strategi yang satu.

Formilnya tenaga-tenaga itu kalau perlu biar bersifat lokal


atau regional akan tetapi hakikatnya ;

Ini semua memerlukan tenaga yang khusus, dan


pembagian tugas menurut bidang masing-masing.

Segala sesuatu di selenggarakan tanpa gembar-gembor,


semuanya legal bersumber kepada hak-hak azasi yang juga
dijamin oleh Undang-Undang Dasar Negara.

Akhirul kalam

Sekianlah beberapa pokok pikiran mengenai re-integrasi


dalam tiga bidang itu, sebagai landasan dari taraf-taraf
selanjutnya konsolidasi, polarisasi dalam rangka taushiyatul
khamsah.

Adapun tafsri dari taushiyatul khamsah adalah tanfiznya.

Kata Saidina Umar bin Khatab R.A. tidak ada faedahnya


suatu pemikiran selama tidak ada pelaksanannya.

Nuansa Kehidupan Islami 153


Pernik-Pernik Reformasi

Maka tanfiz berkehendak kepada ; program, pembagian


tugas-tugas, pelaksanaan, balans, program lagi ....., dan begitu
seterusnya.

Tak usah ditegaskan lagi bahwa ini berkehendak kepada


pengkhidmatan dalam bermacam bentuk ; daya cipta, waktu,
keringat, harta (untuk tidak menyebutkan bentuk-bentuk yang
lebih dari pada itu dulu).

Ini sudah menjasdi sunnatullah,

laa tabdila likhalqillah .....,

Mudah-mudahan tidaklah kita akan masuk golongan yang


pernah disentil oleh seorang penyair ;

" kejayaan jua yang kau idamkan,

jalan mencapainya kau tempuh tidak,

Betapakah kapal akan berlayar ditanah kering.

Bismillah .....

Ta’aalau ilaa Kalimatin Sawaa’

(Kembali Kepada Kata Persamaan)

1). Keadaan dunia dimasa kini menurut suara-


suara ramai, dan melihat kepada kejadian-kejadian di
beberapa negeri, sangat mengkhawatirkan.

Dengan nyata sekali dalam perhubungan internasional,


yaitu antara negara-negara, tampak ada perbedaan antara
dua kelompok besar, satu sama lain ada pertentangan,
antara Barat dan Timur, sosialis dan materialis, diniyah atau
laa-diniyah; masing-masing dengan sekutunya dan pengikut-
pengikutnya dan daerah-daerah pengaruhnya.

Kedua pihak, saling berebut pengaruh dengan saling


mengakui memperjuangkan terwujudnya cita-cita perdamaian
dan kemerdekaan, saling menyebut diri pencipta

Nuansa Kehidupan Islami


154
Pernik-Pernik Reformasi

kesejahteraan dan mewujudkan kebehagiaan hidup diseluruh


dunia.

Namun masing-masing, menuduh bahwa pihak yang


satu sedang menjalankan tipu muslihat dengan mengerahkan
semua upaya kekuasaan dan daya kekayaan dan kekuatan
ancaman guna menguasai dan melemahkan pihak lainnya.

Pengaruh yang bertentangan itu menimbulkan


kesulitan-kesulitan dalam tiap-tiap negeri, di medan ekonomi
berkenaan dengan rebutan rezeki, di medan politik
berkenaan dengan kekuatan dan kekuasaan (daulah wa as-
siyaasah), di medan kultur berkenaan dengan faham dan
fikiran (ghazwul fikry) termasuk juga adab sopan santun dan
seni kebudayaan, di medan sosial berkenaan dengan
hubungan antar golongan-golongan masyarakat
(strukturisasi), pendeknya dalam segala lapangan kehidupan
negara, pemerintahan, daerah, negeri dan penduduk
(demokratisasi, humanisasi, dalam kemasan kesejagatan).

Menyikapi kondisi dunia yang berpecah itu, maka


seharusnya umat Islam tidak terbelah dan wajib memiliki
wijhah yang jelas dengan selalu berpegang teguh kepada
bimbingan Allah (QS.ar Rum, ayat 30) “fa aqim wajhaka
liddiini haniifan ..., fithratallah allati fatharannaasa
‘alaiha ..., laa tabdiila likhalqillahi ... dst”, yang pertama
adalah perintah kepada kita untuk menghadapkan muka tegak-
tegak kepada agama Allah dengan tidak ragu-ragu sedikitpun,
lurus (hanif) tanpa mencampur aduk (tidak sinkretik), dan
berketetapan hati melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah
melalui mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah dengan
taqwa (melaksanakan seluruh perintah dan meningalkan
seluruh larangannya), dan memantapkan pelaksanaan ibadah
perorangan dan jamaah, dan yang paling utama adalah tidak
pernah akan menuhankan yang lain selain Allah (tauhidic
weltanschaung). Golongan yang berpecah akan berkembang
menjadi kelompok-kelompok sektarian dengan kebanggaan
kelompok masing-masing dan bisa membelah bangsa
(disintegrasi).

2). Dinegeri kitapun, sebagaimana di negeri-negeri


lainnya di dunia, kita merasakan dan menderitakan akibat-
akibat pengaruh itu, berupa kekacauan-kekacauan dalam
kalangan perusahaan (ekonomi) di seluruh sektor, dibidang
penghasilan disertai pemogokan, dilapangan perkebunan
didampingi perampasan hak-hak, disektor perdagangan dan
politik berakhir dengan hilangnya kepercayaan.

Nuansa Kehidupan Islami 155


Pernik-Pernik Reformasi

Tampilan huru hara, unjuk rasa, unjuk kekuatan dimana-


mana berbungkus kejahilan, telah mendera lapis-lapis
kehidupan masyarakat, dari kota hingga desa, dari pasar
negeri hingga kepusat negara, selalu berakibat hilangnya
nyawa dan musnahnya harta. Derita derita lain, hilangnya
tertib lahirnya teror, sementara perjalanan hukum terseok-seok
berbimbingan tumbuhnya kekacauan menjadi-jadi.

Yang paling merasakan adalah rakyat banyak yang


selalu hidup dalam ketakutan disaat hilangnya kepastian dan
menjauhnya keamanan.

3). Tidak dapat tidak, kekacauan yang bertambah lama


dan luas itu, berangsur-angsur akan menimbulkan, di kalangan
yang bertambah lama bertambah besar, satu psygose atau
perasaan putus asa dan akhirnya tunduk kepada paham yang
dominan dengan menyerahkan nasib tanpa ada keinginan
berbuat sama sekali.

Perasaan ini semestinya dimengerti akan berakibat


binasanya suatu umat yang kuat bergeser menjadi
lemah tak berdaya, dan yang besar akan menjadi kecil, tidak
dimasukkan dalam perhitungan, tetapi bergerak menjadi sibuk
menghitung kekuatan orang luar.

Mungkin sekali tampil sesudah itu kelak, masyarakat


manusia yang hidup dengan puing reruntuhan kebudayaan
yang sudah lenyap, dan dalam keadaan yang lebih celaka lebih
sengsara dari leluhur mereka, yang pada masa jayanya pernah
disebut sebagai pejuang; karena kehilangan kesadaran
siyasiy dan kebingungan akal fikiran manhajiy, walaupun
sadar tentang kehilangannya tapi tak berdaya lagi untuk
menemukan kembali apa-apa yang telah hilang itu, semata
dikarenakan tak pandai berupaya lantaran mengabaikan alat
perkakas dan kesempatan yang tersedia, semata hanya
enggan mengambil pengalaman kepada masa-masa yang
pernah dijalani oleh masyarakat manusianya. Analisa ini harus
dijawab segera dengan sii-ruu fil ardhi .... (historis,
politis), .... fandzuruu kaifa kaana ‘aqibah .... (sosial,
psychologis) nya..,

4). Analisa pertumbuhan umat demikian hingga


sekarang, sudah melewati pergantian kurun demi kurun, sejak
kaum Nuh, kaum Luth, Tsamud, kaum Shaleh dan lainnya,
sebagai nukilan Qurani yang telah diyakini oleh jumlah

Nuansa Kehidupan Islami


156
Pernik-Pernik Reformasi

terbanyak masyarakat ini, bermula dari penentangan terhadap


Risalah para Rasul dalam perjalanan panjang sejarah, sejak
masa diktatorial orde fir’aun hingga orde bala, kemutlakan
otoriter veto zaman Pharaoh hingga Clinton, pelaksanaan
politik belah bambunya Hamman hingga Netanyahu, kehidupan
materialisme hedonistik konglomerasi Qarun sampai Eddy
Tansil.

Analisa pertumbuhan yang telah berulang-ulang di


ulangkan oleh Al Quran, menyangkut bangun jatuhnya
masyarakat manusia, semata-mata disebabkan karena
pengabaian kesadaran secara terang-terangan akan ajaran dan
petunjuk dari pesuruh-pesuruh (Rasul) Allah juga.

Masyarakat yang melupakan secara sengaja dan sadar


akan ajaran dari pesuruh Allah ini akan bertumbuh dengan
pasti menjadi kelompok perusuh. Na’udzubillah.

5). Dalam pada itu, sungguhpun paham persamaan


segala manusia dan hak-hak kemerdekaannya berasal dari
ajaran Agama, akan tetapi oleh karena kepentingan pihak-
pihak imperium feodal, sejak Romawi hingga revolusi Perancis,
sampai reformasi demokratisasi humanisasi melanda belahan
bumi, dan perang paham isme (millah, lihat QS. Al-Baqarah
120), maka penolakan asas agama menjadi salah satu sasaran
tembak dalam pertentangan diantara pemegang kekuasaan
dunia politik sejagat (konspirasi internasional).

Pertentangan itu, senyatanya melupakan kepentingan


bersama dan merusak perhubungan antar manusia sebagai
jamaah agama (gemeente collectiviteit) yang perlu untuk
keselamatan dunia dan manusia. Memecah umat manusia
(firaq) yang terikat oleh kewajiban kerja sama (ta’awun)
menjadi dua pihak (diniyah dan laa diniyah) yang seakan harus
berhadapan dalam satu satuan perang yang dipertentangkan
secara bengis dan ganas, dengan penuh kecurigaan dan
intimidasi, sesungguhnya telah memungkiri segala
keuatamaan budi manusia.

Agama Islam yang sangat berperangaruh terhadap budi


pekerti dan memberikan semangat kepada segenap bangsa
Indonesia dengan bagian terbesar rakyat penduduknya
beragama Islam, telah memberikan sumbangan besar dalam
menghidupkan kesadaran rasa persamaan dan persaudaraan
dalam satu batas kesatuan wilayah Republik Indonesia. Maka
tidak dapat tidak, kebanyakan partai politik yang tidak
berdasarkan agama itu, akan berisikan penganut agama Islam

Nuansa Kehidupan Islami 157


Pernik-Pernik Reformasi

juga, yang secara pasti tetap akan bersetuju melaksanakan


perintah-aturan agamannya, karena tidak akan ditemui adanya
satu nilai yang mampu diletakkan diluar asas ajaran
agamanya.

Dengan terpenuhinya syarat-syarat itu, niscaya negeri


dan bangsa kita ini akan selalu terpelihara dari kecelaan dan
kenistaan serta terhinmdar dari bencana pertentangan paham-
paham yang didunia (Barat) telah menimbulkan kesulitan-
kesulitan yang berbahaya. Insya Allah.

Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17


Agustus 1945 wajib dipertahankan kedaulatannya oleh setiap
warga negara Indonesia dengan kesadaran mendalam bahwa
kemerdekaan negara kesatuan ini adalah merupakan rahmat
dan karunia Allah terhadap hasil perjuangan jihad seluruh
bangsa Indonesia atas dasar “kalimatin sawa”, kata
persamaan untuk segenap golongan bangsa.

6). Kita, umat Islam di Indonesia merupakan bagian


terbanyak mesti siap memikul tanggung jawab terbesar dan
sedia menyandang beban terberat terhadap keselamatan dan
pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam
menuju negara yang berkebajikan, berkeadilan, yang diliputi
oleh ridha Allah, dimana terlaksananya ajaran Islam dalam
kehidupan orang perorangan, dalam bermasyarakat dan dalam
bernegara.

Perjuangan ini memiliki kemestian menyusun lapis


tenaga umat dengan tertib, dengan membangunkan peri
kehidupan lahir bathin melalui menanamkan pengertian dan
akhlaq umat, dengan cara mendidik sifat, menyusun kekuatan
dan perpaduan kecakapan guna memperoleh segala syarat
mendukung dan mengembangkan cita-cita Islam sebagai tata
cara hidup yang memberikan Rahmat bahagia bagi segenap
makhluk (rahmatan lil-‘alamin).

7). Cita-cita yang luhur ini, hanya dapat ditumbuhkan


dalam alam ketertiban dan keamanan.

Kekacauan mengakibatkan pemborosan tenaga,


penghamburan harta dan pengorbanan jiwa percuma dan tidak
dapat dipertanggung jawabkan. Kekacauan juga akan
membawa usaha dan ikhtiar kejalan buntu dan keruntuhan.

Nuansa Kehidupan Islami


158
Pernik-Pernik Reformasi

Semestinya umat Islam menolak tiap-tiap usaha


dari pihak manapun juga yang mengakibatkan
kekacauan dan kelumpuhan negara serta alat-alatnya.

Mengingat bahwa menurut ajaran Islam, untuk menjaga


dan memelihara keselamatan dan mengatur tertib keamanan
dimestikan adanya ulil amri, yaitu pemerintahan yang
memegang kekuasaan menurut hukum dan musyawarah,
maka semestinya umat Islam tidak boleh membenarkan
adanya satu orang ataupun golongan tertentu dari dalam
maupun dari luar yang menggunakan kekuasaannya secara
paksa untuk melakukan perkosaan atas sesuatu pihak yang
lain dalam mencapai maksudnya.

Kesewenangan kekuasaan yang menghimpun


ditangannya segala kekuatan ancaman dan paksaan
kekerasan dalam menjalankan hak pemerintahan, dengan dalih
apapun, tidak akan dapat menghasilkan kepuasan dan tidak
mampu mewujudkan kebahagiaan sebagai syarat pertama
mengisi kemerdekaan.

Maka Islam menuntun manusia kepada satu susunan


masyarakat dengan kewajiban mengadakan ulil amri yang
dikuasakan memerintah dengan bijaksana penuh hikmah
dengan prinsip musyawarah dalam menjalankan hukum
keadilan sesuai dengan yang diturunkan Allah dalam kitab suci
dalam Al Quran dengan berpedoman kepada cara-cara
Rasulullah SAW melaksanakan perintah-perintah dan peraturan
dengan mengingat keadaan dan masa (elastis).

8). Perjuangan harus ditempuh melalui jalan dan cara


yang sah, sebagaimana telah dibuka jalannya menurut
undang-undang dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
kedaulatan rakyat melalui saluran yang lazim dalam negara
demokrasi.

Didalam menyikapi partai-partai dan perserikatan-


perserikatan lain, semestinya umat Islam mempedomani ayat
Allah (QS.2,al Baqarah,148), “al haqq min rabbika falaa
takunanna minal mumtarin..., wa likulli wijhah huwa
muwallihaa..., fastabiq al-khairaat”.Yang menyatakan
bahwa setiap seseorang ada tujuan yang dipentingkannya.
Maka, Allah SWT memerintahkan kita untuk berlomba
membuat kebajikan dengan menyerahkan diri secara bulat
tanpa ragu dengan kebenaran yang telah diturunkan Allah, dan

Nuansa Kehidupan Islami 159


Pernik-Pernik Reformasi

yang pasti bahwa kebajikan-kebajikan itu akan menghimpun


untuk kepentingan seluruh umat manusia.

9). Bertalian dengan agama lain, semestinya pula umat


Islam berpedoman kepada (QS.al-Baqarah 256), “laa ikraha
fid-diin..., dst”.

Bahwa tidak ada paksaan dalam agama, karena Iman


diperoleh sebagai rahmat dan karunia Ilahi bukan melalui
pemaksaan; dan dalam pergaulan hidup serta tatanan
bernegara harus diakui kemerdekaan beragama tiap-tiap
orang, selagi kemerdekaan itu selalu bertumpu kepada
terpeliharanya kesopanan umum dan ketertiban negeri dengan
tidak melanggar kehormatan orang lain serta penghormatan
kepada kemerdekaan orang lain.

Sungguh jalan yang benar itu sudah nyata dari jalan


yang sesat, yang membebankan tanggung jawab bersama
untuk selalu memimpin umat selalu setia kepada kebenaran;
dan siapa yang tidak mempercayai thaghut, dengan
meninggalkan tindakan penipuan, kemudian selalu berpegang
teguh kepada hukum-hukum Allah sesungguhnya dia sudah
berpegang kepada sekuat-kuat pegangan yang tidak pernah
patah; dan Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.

Ditengah dunia yang pecah belah dibalut pemaksaan


kehendak dan penyebaran faham-faham (individualisme,
sekularistik), serta berjangkitnya dorongan nafsu kebendaaan
(materialisme,hedonisme) yang membuta tuli sedang menuju
kearah malapetaka besar kemanusiaan, sudah sewajarnya
umat Islam yang jumlahnya banyak ini menyerukan kepada
keluarga bangsa yang kebetulan tidak sealiran agama, bahwa
umat Islam itu memegang amanatnya sebagai umat yang
menjunjung tinggi kemerdekaan beragama, bahkan
memperjuangkan kemerdekaan agama dari tekanan dan
tindasan siapapun (QS.al Hajj, 39-40).

Maka, marilah kita kembali kepada “kalimatan sawaa’


“ antara sesama kita, yaitu tentunya tidak akan ada diantara
kita yang mau meninggalkan penyembahan kepada Allah Yang
Maha Esa. Untuk itu, umat Islam di wajibkan berpegang teguh
hanya kepada tali Allah.

Umat Islam berkewajiban menolak pemahaman secara


tunduk kepada adanya permusuhan antara golongan dalam

Nuansa Kehidupan Islami


160
Pernik-Pernik Reformasi

masyarakat yang terkam menerkam serta terlepas dari tali


Allah.

Umat Islam berkewajiban pula memelihara hubungan


horizontal, dalam bentuk pemeliharaan solidaritas sesama
manusia, atas dasar ajaran bahwa seluruh manusia adalah
kelauarga Allah, dan paling disayangNya adalah yang paling
bermanfaat sesama hidup diantara manusia itu.

Dalam kaedah tatanan bermasyarakat, agama Islam


menetapkan kepada setiap diri umatnya untuk wajib
memelihara rukun serta mempertahankan damai dalam
suasana kedamaian serta membukakan selalu pintu untuk
penyelesaian setiap permasalahan sengketa secara damai
pula.

Maka umat Islam di Indonesia menyadari sepenuhnya


bahwa mereka mempunyai tugas sebagai pendukung risalah
yang patut dan pantas membulatkan semua tenaga dan
mengerahkan semua benda serta menyatukan pemikirannya
untuk kemashalahatan umat banyak.

Dari itu jangan salah mendasarkan sikap.

Bahwa umat Islam telah dipilih dan dijadikan sebagai


umat pertengahan (ummatan wasathan), yang memiliki
kewajiban terhadap persatuan dan persaudaraan dunia serta
perikemanusiaan. Karena itu, umat Islam memiliki kewajiban
terlebih dahulu untuk menciptakannya dengan memulai dari
diri sendiri.

Kewajiban mesti harus lebih dahulu di tunaikan


sebelum hak menjadi tuntutan.

Allahu Akbar,

Nuansa Kehidupan Islami 161


1
1
QS.3:139, menyiratkan optimisme besar untuk penguasaan masa depan. Masa depan ditentukan oleh aktivitas
amaliyah (QS.6:135) bandingkan QS.11:93 dan QS.11:121, juga QS.6:132 kemuliaan (darjah) sesuai dengan
sumbangan hasil usaha.
2
Lihat QS.9:105, amaliyah khairiyah akan menjadi bukti ditengah kehidupan manusia (dunia).
3
3
Melemahnya jati diri tersebab lupa kepada Allah atau hilangnya aqidah tauhid, lihat QS.9:67, lihat juga QS:59:19.
4
Lihat QS.9:122, supaya mendalami ilmu pengetahuan dan menyampaikan peringatan kepada umat supaya bisa
menjaga diri (antisipatif).
5
5
Lihat QS.4:9, mengingatkan penanaman budaya taqwa dan perkataan (perbuatan) benar.
6
6
Generasi yang tumbuh dalam persatuan yang kokoh kuat dengan I’tisham kepada Allah dan menjauhi setiap
perpecahan (lihat QS.3:103, perbandingkan QS.4:145-146, sesuai QS.22:78).
7
7
Lihat QS.6:54 dan QS.16:97, bandingkan QS.25:70-71.
8
8
Lihat QS.19:40, dan QS.21:105, pewaris bumi adalah hamba Allah yang shaleh (baik), bandingkan dengan QS.7:128.
9
9
Lihat QS.3:145 dan 148, lihat juga QS.4:134, dan bandingkan QS.28:80.
1
10
Lihat QS.30:41
1
11
Lihat QS.66:6 bandingkan dengan QS.5:105.
1
12
Lihat QS.4:58, selanjutnya dasar equiti (keadilan) adalah bukti ketaqwaan (QS.5:8)
1
13
Sesuai QS.3:102, selanjutnya kemuliaan hanya pada bangsa yang bertaqwa (QS.49:13).
1
14
“wa man yattaqillaha yaj’allahuu makhrajan”(QS.65:2-3) Lihat pula QS.3:160, dan QS.47:7.
1
15
Lihat QS.28:83

You might also like