You are on page 1of 8

SEJARAH ISRAEL SESUDAH PEMBUANGAN DI BABEL

SAMPAI KELAHIRAN YESUS


(c. 538 sM – 4 sM)

I PERIODE PERSIA (c. 538-332 sM)

Peristiwa dan tahun penting:

• 587/586 sM Yerusalem ditaklukkan oleh Nebukadnezar, raja Babel. Bait Suci dan
tembok Yerusalem dihancurkan. Sebagian besar penduduk Yerusalem ditawan dan
dibawa ke Babel (2 Raja 25; 2 Taw 36:11-21; Yer 25).

• 539 sM Koresh, raja Persia, menaklukkan Babel.

• 538/537 sM Atas perintah Koresh, sebagian orang Yahudi yang tertawan di Babel
kembali ke Palestina di bawah pimpinan Zerubabel dan imam Yesua. Koresh
memerintahkan mereka untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem (2 Taw
36:22-23; Ezra 1-6; bdk Yes 44:21-45:13).

• Mereka yang kembali dari pembuangan mengumpulkan dan mempelajari hukum Taurat
sebagai pegangan hidup umat. Imam Yesua dan saudara2nya melayani ibadah kepada
Allah dan upacara persembahan korban serta perayaan hari2 raya.

• 517/516 sM Bait Allah II selesai dibangun dan ditahbiskan (Ezra 6). Periode “Bait Allah
II” dalam sejarah orang Yahudi dimulai.

• Rombongan kedua kembali dari Babel di bawah pimpinan imam Ezra (Ezra 7-10). Ini
terjadi dalam masa pemerintahan raja Artahsasta I (464-424), meskipun tanggal yang
tepat tidak bisa dipastikan.

• Di antara umat Tuhan yang kembali dari pembuangan berkembang kelompok “ahli
Taurat” yang terdiri atas imam2 seperti Ezra, yang adalah seorang “ahli kitab, mahir
dalam Taurat Musa” (Ezra 7:6). Kelompok ini merupakan pemimpin religius yang
berperan besar dalam masa selanjutnya dari sejarah Yahudi. Sebelum pembuangan, para
pemimpin religius umat Tuhan adalah imam2 dan nabi2. Sekembali dari pembuangan,
nubuat para nabi berhenti sesudah Bait Allah II selesai dibangun. Umat Tuhan sekarang
dipimpin oleh para imam, yang menangani upacara2 Bait Allah serta semua
keperluannya, dan ahli2 Taurat, yang penafsirannya atas hukum Taurat menjadi otoritas
tertinggi bagi kehidupan religius orang Yahudi.

• Karya utama Ezra ialah memulihkan kembali pembacaan hukum Taurat (Neh 8-10).
Umat Yahudi pasca-pembuangan berdedikasi untuk mempelajari Taurat, dan kesalehan
mereka berkisar seputar ketaatan kepada Taurat, khususnya dalam hal Sabat, sunat, dan
hukum2 tentang makanan. Orang Yahudi menjadi bangsa yang unik dalam dunia masa
itu dalam usaha mereka untuk mendidik seluruh bangsa sebagai umat yang ber”kitab”
(book religion).

1
• 445/444 sM Nehemia kembali ke Yerusalem sebagai gubernur di bawah Artahsasta I. Ia
memimpin pembangunan kembali tembok Yerusalem yang dirobohkan oleh tentara
Nebukadnezar.

• Masalah religius yang dihadapi umat Tuhan pasca-pembuangan ialah kawin campur
dengan bangsa2 lain, tidak memberi perpuluhan, pelanggaran Sabat, dan membungakan
uang dengan bunga tinggi. Satu-satunya masalah yang tidak pernah lagi timbul di antara
orang Yahudi ialah penyembahan berhala.

• Banyak orang Yahudi tidak kembali ke Palestina dan terus menetap di Babel (bdk Yer
29:7). Mereka membentuk koloni Yahudi yang besar di sana. Menjelang pembuangan,
sejumlah besar orang Israel lari dan menetap di Mesir.

Tokoh-tokoh penting:
• Koresh (550-529), raja Persia, menaklukkan Babel pada tahun 539 sM dan menitahkan
orang Yahudi yang tertawan di Babel untuk kembali ke Palestina serta membangun
kembali Bait Allah. Raja2 Persia berikutnya adalah:
• Cambyses (529-522) menggantikan Koresh dan menaklukkan kerajaan Mesir;
• Darius (522-486): pemerintahannya memantapkan dinasti kerajaan Achaemenid, yang
meluas “dari India sampai Etiopia” (Ester 1:1), kerajaan terbesar di Timur Tengah hingga
saat itu;
• Xerxes (485-465) adalah Ahasyweros dari kitab Ester;
• Artaxerxes (464-424) atau Artahsasta I, yang dilayani oleh Nehemia ketika bertugas
sebagai pembawa minuman raja (Neh 2:1).
• Di bawah raja2 berikutnya kerajaan Persia mengalami kemunduran.
• Nabi-nabi yang bernubuat pada masa pasca-pembuangan sampai Bait Allah II selesai
dibangun adalah Hagai (Ezra 5:1; 6:14; Hag 1:1ff) , Zakharia (Ezra 5:1; Zakh 1:1ff),
dan Maleakhi (Mal 1:8 “gubernur” menyatakan masa pemerintahan Persia; Mal 4:4
penekanan pada hukum Taurat menyatakan masa pelayanan Ezra untuk memulihkan
wibawa dan otoritas Taurat; lih Ezra 7:14, 25, 26; Neh 8:18).

Literatur penting:
• Kitab Taurat Musa (bdk Neh 8:1-9), dengan pengajaran dan penjelasannya.

II PERIODE YUNANI (c. 332-167 sM)

Peristiwa dan tahun penting:

• Alexander III (356-323) atau Alexander Agung mewarisi kerajaan Makedonia dan
kegemaran berperang dari ayahnya, Philip II (359-336). Pada tahun 334 Alexander mulai
menaklukkan Asia Kecil, kemudian Fenisia, Palestina (332), dan Mesir. Akhirnya
kerajaan Persia di bawah Darius II dikalahkan pada tahun 331. Alexander meninggal di
Babel pada tahun 323 karena demam. Sesudah kematiannya, kerajaannya jatuh ke tangan
4 orang jenderalnya (Yun. diadokhi); pada tahun 280 sM seluruh wilayah kekuasaan
Yunani diperintah oleh tiga dinasti keturunan para jenderal tersebut: Ptolemeus
menguasai Mesir, Seleucus menguasai Babel hingga Syria dan Asia Kecil, dan
Antigonus menguasai Makedonia.

2
• Era Helenistik dan proses Helenisasi di wilayah Mediterania timur: Penyebaran budaya
dan gaya hidup Yunani dipercepat melalui penempatan koloni serdadu di kota-kota yang
didirikan mengikuti pola perkotaan Yunani; pembangunan gymnasium, stadion,
hippodrome (stadion balap kuda atau kereta kuda), teater, dan perayaan festival2 Yunani;
penggunaan satu mata uang perak Yunani; dan terutama penyebaran bahasa, sastra,
serta sistem pendidikan Yunani. Meskipun bahasa Aram tetap dipakai di bekas wilayah
kerajaan Persia dan bahasa Ibrani dipakai secara terbatas di antara orang Yahudi, namun
bahasa Yunani menjadi bahasa perdagangan, pemerintahan, dan sastra. Budaya Yunani
diterapkan di seluruh Mediterania bagian timur, terutama di kota2 dan masyarakat kelas
atas, di antara para bangsawan Yahudi, dan bangsa2 lain.

• Diaspora Yahudi juga meluas dengan cepat: Selain Babel, pusat2 koloni Yahudi yang
besar adalah kota Alexandria di Mesir dan kota perdagangan Antiokhia di Syria. Para
penguasa Yunani memindahkan orang Yahudi dalam jumlah besar ke seluruh Asia Kecil.
Diaspora Yahudi semakin meluas.

• Sejak 301 sM dinasti Ptolemeus berhasil menguasai Palestina selama satu abad.
Palestina menikmati masa damai secara politis. Hak untuk mengumpulkan pajak kerajaan
diberikan kepada keluarga Tobias, yang juga menjadi perwakilan orang Yahudi. Banyak
orang Yahudi dipindahkan ke Mesir, dan Alexandria menjadi pusat utama koloni Yahudi.

• Pada masa dinasti Ptolemeus terjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah agama,
yaitu penerjemahan PL ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta, disingkat LXX),
sekitar tahun 200 sM.

• Pada tahun 200 sM raja Seleucus, Antiokhus III yang Agung (223-187), mengalahkan
kekuatan Ptolemeus dan sejak 198 sM menduduki provinsi Fenisia dan Syria. Palestina
jatuh ke tangan dinasti Seleucus.

• Di antara orang Yahudi terjadi perpecahan antara para pendukung budaya Yunani dan
para penentangnya, yaitu kaum Hasidim (“orang saleh”). Kaum Hasidim adalah para
pemimpin rakyat yang setia kepada Taurat dan menentang keras proses Helenisasi. Pada
masa itu jabatan imam besar dapat dibeli dengan jumlah uang yang besar.

• Antiokhus IV Epifanes (175-163) merampok Bait Allah di Yerusalem untuk membiayai


peperangan melawan Mesir.

• 168/167 Antiokhus IV mengeluarkan dekrit yang melarang praktik agama Yahudi:


Kitab Suci harus dimusnahkan; Sabat, hari-hari raya Yahudi, dan sunat dilarang; hukum2
tentang makanan dihapuskan (1 Makabe 1:41-64). Pada akhir tahun 167 sM ia
mempersembahkan babi sebagai korban bakaran di Bait Allah.

• 167-163 sM Periode Makabe (= Hasmoni): Imam Matatias dan kelima putranya


memimpin pemberontakan orang Yahudi terhadap penjajah. Putranya yang terkenal ialah
Yudas (meninggal 160 sM), yang dijuluki “Makabe” (= palu), julukan yang juga
diberikan kepada seluruh gerakan ini. Nama keluarga ini sesungguhnya adalah Hasmoni,
dari nenek moyang mereka Hashmon.

• Kaum/Partai Farisi: mungkin berasal dari kelompok Hasidim; pertama kali disebut
selama masa pemerintahan Yonatan (160-143 sM), saudara Yudas Makabe. Di bawah

3
pemimpin Makabe berikutnya, Alexander Janneus (103-76 sM), kaum Farisi dianiaya
karena menentang kebijakannya, tetapi mereka kemudian berkuasa ketika janda Janneus,
Alexandra (76-67), menggantikan suaminya. Kaum Farisi terus memegang kekuasaan
selama masa hidup Yesus. Jumlah mereka sekitar 6000 orang pada abad pertama Masehi.

• Kaum/Partai Saduki: bermula dari imam-imam yang kaya dan kaum bangsawan awam
yang memerintah wilayah Yahudi sejak awal periode Yunani, bahkan sejak periode
Persia sebelumnya. Ciri utama keanggotaannya ialah kebangsawanan; imam-imam
termasuk kaum bangsawan dan kelas atas masyarakat Yahudi karena merekalah yang
“memerintah” umat ini pada masa pasca-pembuangan. Jumlah kelompok ini kecil, tetapi
kekuasaannya besar.

Tokoh-tokoh penting:
• Alexander Agung (356-323 sM)
• Antiokhus IV Epifanes (175-163 sM)
• Yudas Makabeus (meninggal 160 sM) berhasil mengalahkan tentara Syria (162 sM) dan
mendapatkan kebebasan beragama bagi orang Yahudi.
• Yonatan (160-143 sM), saudara Yudas, diangkat menjadi imam besar oleh seseorang
yang mengaku diri sebagai anak Antiokhus IV.
• Simon (143-134 sM) adalah yang terakhir hidup dari lima bersaudara keluarga Hasmoni.
Ia membawa bangsa Yahudi kepada kemerdekaan dari Syria. Ia menjadi penguasa bangsa
dan menjabat sebagai Imam Besar (140 sM).

Literatur penting:
• Septuaginta (sekitar 200 sM)
• Kitab2 apokaliptik (Yes 24-27; Zakh 12-14; Dan 2, 7-12; 1 Henokh)
• Apokrifa dan Pseudepigrapha

III PERIODE ROMAWI (mulai 63 sM)

Peristiwa dan tahun penting:

• Sejak abad kedua sM kekaisaran Romawi semakin lama semakin berkuasa di dunia
Mediterania. Selama abad pertama sM tentara Romawi di bawah jenderal2nya yang
terkenal (Pompey, Julius Caesar, Anthony, dan Octavian, yang kemudian menjadi kaisar
dengan gelar Agustus) mengambil alih wilayah yang tadinya dikuasai oleh kerajaan
Alexander Agung – dari Asia Kecil sampai ke Syria dan Mesir. Makedonia menjadi
provinsi Romawi pada 148 sM, Syria pada 63 sM, dan Mesir pada 31 sM. Pada tahun 63
sM Pompey memasuki Yerusalem, termasuk Tempat Mahakudus di Bait Allah. Suatu
kekuasaan baru kini menaungi bagian-bagian utama dari kerajaan Alexander Agung.
Dengan demikian Roma mengambil alih warisan budaya dan politik Alexander dan
menjadi penerusnya yang sesungguhnya. Roma berhasil mewujudkan secara politis visi
Alexander untuk mempersatukan dunia.

• Kaisar-kaisar Romawi pada abad pertama: Agustus (27 sM-14 M); Tiberius (17-37 M);
Caligula (37-41); Claudius (41-54); Nero (54-68); Galba, Otho, Vitellius (68-69);
Vespasian (69-79); Titus (79-81); Domitian (81-96); Nerva (96-98); Trajan (98-117).

• Tujuan utama pemerintah Romawi ialah mempertahankan pax Romana (“damai Romawi”)

4
di dalam batas2 wilayah kekuasaannya, dan sesekali memperluas atau melindungi batas2 tersebut.
Tujuan kedua ialah memelihara sistem pengiriman makanan serta penghasilan dari pajak ke kota
Roma, pusat dunia Romawi. Kedua tujuan ini dicapai melalui sistem transportasi dan komunikasi
yang efisien, baik di darat maupun di laut. Dengan keahliannya dalam membangun, bangsa
Romawi menyempurnakan pembangunan sistem jalan raya di atas jalan yang telah dibangun
sebelumnya pada masa Persia maupun Makedonia untuk tujuan2 militer.

• Selain mendatangkan keamanan dan pembangunan jalan raya ke wilayah Timur Tengah,
kekaisaran Romawi tidak membawa budaya baru. Bahasa Yunani tetap menjadi bahasa internasional
pada waktu itu, dan budaya Yunani tetap bertahan di bagian timur Mediterania, sedangkan wilayah barat
mengikuti budaya Latin. Di abad kedua sM, orang yang terpelajar menguasai bahasa Yunani maupun
Latin. Ketika kekuasaan militer Roma dan administrasi politiknya bergerak ke arah timur, budaya Yunani
mengalir ke barat dan berhasil menguasai kota Roma.

• Kejeniusan politik Roma tercermin dalam kemahirannya di bidang hukum. Segala sesuatu di
Roma bergantung pada hak atau yurisdiksi. Pejabat pemerintahan memiliki imperium atau kuasa penuh.
Ius (kata Latin untuk “kuasa,” atau “hukum sipil”) dan fas (“hukum agama,” yaitu apa yang memiliki
kuasa ilahi di luar negara) digabungkan dalam lembaga2 pemerintahan. Dalam pemerintahan Romawi
segala sesuatu didasarkan pada hukum.

• Sistem perpajakan yang dibebankan kepada provinsi2 dipakai untuk membiayai keperluan
militer. Penyalahgunaan dalam penarikan pajak merajalela. Di luar Italia, orang kaya di kota2 dapat
menghindari pajak, sehingga beban untuk pembiayaan kerajaan jatuh kepada massa rakyat miskin, yang
hidup pada garis kemiskinan atau di bawahnya. Orang Yahudi di Palestina, selain dibebani oleh pajak
negara, juga harus membayar iuran Bait Allah dan berbagai jenis pajak religius lainnya.

• Di bawah kekuasaan Romawi, Palestina diperintah oleh keluarga Herodes. Herodes


Agung (Antipater) (37-4 sM) terkenal karena proyek pembangunannya: dalam masa
pemerintahannya ia membangun beberapa benteng (a.l. Masada), istana, kuil, dan teater.
Karyanya yang paling menonjol ialah pemugaran dan perluasan Bait Allah, yang dimulai
sekitar tahun 19 sM dan terus berlangsung hingga 63 M, tidak lama sebelum dihancurkan
oleh pasukan Romawi pada tahun 70 M.

• Ketika Herodes Agung meninggal, wilayah kekuasaannya dibagi-bagi oleh pemerintah


Romawi di antara ketiga anaknya: Archelaus menerima Yudea, Samaria, dan Idumea, dan
memerintah hingga tahun 6 M; Filipus memerintah Iturea dan Trachonitis di utara Danau
Galilea hingga 34 M; dan Herodes Antipas memerintah Galilea dan Perea selama kurang
lebih 40 tahun. Dialah yang membunuh Yohanes Pembaptis karena Yohanes mengecam
pernikahannya dengan Herodias (Mk 6:17-28). Pemerintahan Archelaus sangat buruk
sehingga pemerintah Romawi menyingkirkan dia pada tahun 6 M dan menggantikannya
dengan seorang gubernur Romawi. Pontius Pilatus adalah gubernur kelima yang
bertugas di Yudea (26-36 M).

IV AGAMA YAHUDI (YUDAISME)

• Yesus hidup, mengajar, dan mati di Palestina pada abad pertama, dan gereja lahir dalam
konteks sosial, budaya, dan agama pada masa itu. Untuk mengerti tentang hidup dan
karya penyelamatan Yesus serta kehidupan gereja mula-mula, kita perlu mengenal latar
belakang ini, khususnya tentang agama Yahudi pada masa itu.

5
• Agama Yahudi, yang juga dikenal sebagai Yudaisme “Bait Allah kedua” (537 sM–70M):
- Bait Allah I dibangun oleh raja Salomo pada abad ke-10 sM, dihancurkan oleh
tentara Babel pada tahun 587 sM (peristiwa ini dicatat dalam kitab Ratapan)
- Bait Allah II dibangun setelah orang Yahudi kembali ke Palestina dari
pembuangan di Babel (dicatat oleh kitab Ezra dan Nehemia). Pembangunan
berlangsung dari c. 537 – 517 sM.
- Renovasi Bait Allah II dilaksanakan oleh Herodes Agung, 19 sM – 64 M. Sangat
megah dan indah (Mk 13:1). Bait Allah II dihancurkan oleh tentara Romawi pada
tahun 70 M.

Lima ciri utama Yudaisme BA II:

(1) Monotheisme:
Hanya ada satu Allah yang sejati (one true God), Yahweh (Kel 3:13-15). Ini keunikan
agama Yahudi dibandingkan agama-agama lain pada masa itu, yang mempercayai banyak dewa
dan menyembah patung-patungnya dalam kuil-kuil.
Monotheisme Yahudi mempunyai dua ciri utama: (a) Creational monotheism: Allah
adalah Pencipta alam semesta dan segala sesuatu yang ada, dan oleh karena itu setiap orang harus
menyembah Dia saja, yang Maha Kuasa; (b) Providential monotheism: Allah yang Maha Kuasa
itu memerintah. Dialah yang memerintah atas seluruh alam semesta dan memeliharanya. Dia
mewujudkan rencana-rencana serta tujuan-tujuan-Nya bagi mereka (mis. Mz 10:6; 22:28; 93:1;
96:10).

(2) Pemilihan Allah (Election):


Allah Pencipta telah memilih Israel sebagai umat-Nya, dan mengikat perjanjian
(covenant) dengan mereka (mis. Kej 15:17-21). Allah telah menebus (= “membeli kembali”)
Israel dari perbudakan di Mesir dan membawa mereka ke tanah perjanjian, yaitu Kanaan, di
bawah pimpinan Musa (Keluaran). Kembalinya orang Yahudi dari Babel dipandang sebagai
“Keluaran baru” (new Exodus), Yes 40-55. Hari-hari raya Yahudi memperingati peristiwa2 besar
ini, dan tahun demi tahun orang Yahudi diingatkan akan tujuan hidup mereka sebagai umat Allah,
dengan mengenang kembali apa yang Allah telah lakukan untuk menyelamatkan mereka (bdk
Zakh 8:20-23).

(3) Hukum Taurat:


Hukum Taurat adalah anugerah Allah bagi umat pilihan yang telah ditebus-Nya, untuk
menunjukkan bagaimana mereka harus hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Ul 7:7-11), baik
dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Hukum Taurat dijunjung sangat
tinggi oleh orang Yahudi abad pertama. Selama pembuangan di Babel, ibadah Yahudi mulai
dipusatkan kembali kepada membaca kitab Taurat dan doa. Setelah kembali dari pembuangan, di
bawah pimpinan imam Ezra, pembacaan Taurat dan doa menjadi pusat ibadah Yahudi (Neh 8).
Tiga aspek dari hukum Taurat mencirikan religiusitas Yahudi pada masa hidup Yesus, yaitu
sunat, Sabat, dan peraturan tentang makanan. Ketiganya merupakan “boundary markers” yang
memisahkan orang Yahudi dari bangsa-bangsa non-Yahudi, untuk menunjukkan siapa yang
benar-benar adalah milik Allah.

(4) Negeri Perjanjian dan Bait Suci:


Salah satu unsur kunci dalam covenant Allah dengan Abraham adalah janji Allah untuk
memberikan “tanah” atau “negeri” (Kej 12:1; 15:18-21; Ul 7:1; Kis 13:19). Covenant ini
diperbarui kembali oleh Allah dengan Musa (Kel 3:8), dan menjadi unsur kunci dalam Yudaisme.
Peringatan-peringatan jika Israel melanggar covenant berkaitan dengan “negeri” diberikan dalam
Ul 28:64; 30:1-5; bdk 1 Raja 8:33,34). Pembuangan ke Babel dimengerti oleh orang Yahudi

6
sebagai hukuman Allah atas mereka berkaitan dengan pelanggaran terhadap covenant, dan
kembalinya mereka ke negeri perjanjian di bawah Ezra dan Nehemiah merupakan tindakan
pemulihan dan pengampunan Allah yang Maha Pemurah terhadap umat-Nya yang berdosa. Bagi
orang Yahudi, negeri perjanjian dipandang kudus karena Allah berada di sana di tengah-tengah
mereka (Bil 35:34). Kehadiran bangsa-bangsa kafir, termasuk bangsa Romawi pada abad
pertama, membuat negeri perjanjian menjadi tercemar dan najis.
Di Negeri Perjanjian itu, kota Yerusalem merupakan tempat istimewa, dan di tengah kota
Yerusalem, Bait Allah merupakan permatanya. Bait Allah didirikan di Bukit Sion, dan Allah
menempatkan nama-Nya di sana. Bagi orang Yahudi, Bait Allah dan khususnya Tempat
Mahakudus, merupakan lambang kediaman Allah di tengah umat-Nya (bdk Mat 23:21). Oleh
karena itu, orang Yahudi merasakan kehilangan yang sangat dalam ketika mereka dibuang di
Babel dan Yerusalem serta Bait Allah tidak terhampiri oleh mereka (Mz 137; lihat 1 Raja 8:48;
9:3; Yes 18:7; Mat 23:21).
Bait Allah juga merupakan pusat ibadah dan persembahan korban dalam agama Yahudi.
Upacara korban pada Hari Pendamaian (Yom Kippur) merupakan puncak upacara korban
persembahan, ketika satu kali setahun Imam Besar masuk ke Tempat Mahakudus dengan
membawa darah lembu dan kambing untuk penebusan dosa bagi dirinya sendiri dan seluruh umat
Israel.

(5) Pengharapan untuk masa depan:


Sejak abad ke-2 sM, bangsa Yahudi yang terjajah dan menjadi tahanan di negeri mereka
sendiri mengalami banyak penderitaan karena penjajah menajiskan negeri dan agama serta cara
hidup mereka. Tidaklah mengherankan jika mereka mulai merindukan suatu masa depan di mana
Allah membebaskan mereka dari penjajahan dan menegakkan kembali kerajaan Daud yang jaya.
Janji-janji pemulihan oleh Allah dalam Yes 40-66, Yeremia, dan Yehezkiel sangat mereka sadari.
Sebagian janji tersebut telah digenapi ketikan mereka kembali dari pembuangan di Babel, namun
dalam tahun-tahun selanjutnya mereka dijajah oleh bangsa-bangsa kafir lainnya dan tidak
memiliki kebebasan sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah (bdk Neh 9:36-37; juga 2 Makabe
1:27-29, yang ditulis sekitar abad kedua atau pertama sM).
Lima unsur kunci dalam pengharapan masa depan (eskatologi) ini:
(a) Pengharapan untuk pemulihan seluruh 12 suku Israel yang kembali ke negeri perjanjian;
(b) Pertobatan, kekalahan atau penghancuran orang kafir, sehingga pemerintahan satu Allah
yang sejati akan terlihat di seluruh dunia (Yes 49:6b; 60:12). Hal ini bukan mendorong orang
Yahudi untuk “menginjili” orang kafir, melainkan mengharapkan bahwa orang kafir akan datang
ke Yerusalem, ke Bukit Sion, untuk menjumpai Allah di sana (mis Zakh 8:20-23; Yes 2:1-3).
(c) Bait Allah yang baru, yang dimurnikan kembali, karena negerinya telah dinajiskan oleh
kehadiran pemerintah kafir (Yes 60:13; bdk 54:12).
(d) Ibadah yang murni, yang tidak dinajiskan oleh kehadiran orang kafir sebagai tuan-tuan
tanah di tanah mereka. Ibadah ini bukan hanya menyangkut persembahan korban secara benar di
Bait Allah, tetapi juga hidup umat dalam totalitasnya yang membawa penghormatan kepada Allah
(mis. Yes 60:21).
(e) Pengharapan mesianik: Orang Yahudi abad pertama menanti-nantikan Allah untuk
mengutus hamba(-hamba)-Nya yang akan membawa pembebasan bagi umat-Nya. Orang ini
disebut Mesias (“orang yang diurapi”), yang adalah raja keturunan Daud, seorang pemimpin
militer yang akan mengusir penjajah dari negeri perjanjian. Sebagian orang Yahudi lainnya
mengharapkan seorang tokoh imam yang akan memulihkan kembali ibadah yang murni. Di
kalangan Farisi timbul pengharapan untuk seorang tokoh nabi dan ahli Taurat yang akan
mengajarkan penafsiran yang benar dari hukum Taurat. Kelompok Qumran mengharapkan dua
tokoh mesianik, yaitu imam dan nabi. Berbagai pengharapan ini terungkap dalam kitab-kitab
apokrifa dan pseudepigrapha, antara lain Maz Salomo 17:23; 1 QS 9:10f; 4 Ezra 12:31-34;
Testament of Levi 8:11-15; bdk Mat 2:1-4, 7f, 16).

7
8

You might also like