You are on page 1of 15

Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

STRATEGI DAN MANAJEMEN DAKWAH

DALAM PEMBANGUNAN UMAT

Oleh : H. Mas’oed Abidin1

PENDAHULUAN

Abad ini disebut orang sebagai abad global dan modern


(kemajuan).

Modernisasi telah menjadikan dirinya kenderaan bagi kemajuan


teknologi diantaranya informasi (In.T). Sisi lain, modernisasi
membawa pula kemunduran, ketika westernisasi menjadi
pembungkusnya.

Di era globalisasi terjadi perubahan cepat, transparan, sempit


seakan tanpa batas.

Hubungan komunikasi, informasi, transportasi menjadikan satu


sama lain menjadi dekat, sebagai hasil dari pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Arus globalisasi menggeser pola hidup masyarakat agraris


kearah industri dan perniagaan tradisional akan menjadi perdagangan
modern. Kehidupan sosial berasaskan kebersamaan akan bergeser
menjadi individualis. Gerakan lamban berubah serba cepat. Tata
kehidupan ketergantungan kepada alam bergeser menjadi menguasai
alam.

Nilai-nilai kehidupan social akan dikalahkan oleh kepentingan


konsumeristis. Kepemimpinan formal masyarakat ikut berubah
kepada mengandalkan kecakapan (profesional).

Aspek paling mendasar dari globalisasi menyangkut secara


langsung kepentingan sosial masing-masing daerah dan negara.

Masing-masing akan berjuang memelihara kepentingannya, dan


cenderung tidak akan memperhatikan nasib negara-negara lain.

Kecenderungan ini bisa melahirkan persaingan bebas bentuk


apapun. Kalau tidak diawasi, akan bergerak secara pasti kepada

1
Makalah H.Mas’oed Abidin, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Perwakilan Sumbar Padang, di
dalam Acara Pengukuhan/Pelantikan Pengurus BAZ Kota Solok, di Aula Gedung Lubuk Nan Tigo Balai
Kota Solok, Sabtu tanggal 27 Mei 2000.
H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 1
Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

“yang kuat akan bisa bertahan dan yang lemah akan mati
sendiri”.

Kondisi ini mirip dengan kehidupan sosial budaya masyarakat


jahiliyah, sebagaimana diungkapkan sahabat Ja'far bin Abi Thalib
kepada Negus, penguasa Habsyi abad ke-7, yang nota bene berada di
alaf pertama: "Kunna nahnu jahiliyyah, nakkulul qawiyyu minna
dha'ifun minna," artinya: "Kami masyarakat jahiliyyah, yang kuat dari
kami berkemampuan menelan yang lemah di antara kami."

Kehidupan sosial jahiliyyah hanya dapat diperbaiki dengan


kekuatan Wahyu Allah, aplikasi syari'at Islam, penerapan ajaran
tauhid ibadah dan tauhid sosial (Tauhidic Weltanschaung).

BUKTI TAMADDUN PENDEKATAN HISTORIS.

Keberhasilan masa lalu (the glory of the past), "Demikian itulah


umat sebelum kamu. Bagi mereka amal usahanya, dan bagi kamu
amal usahamu." (Q.S. 2: 141) .

Globalisasi sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu tindakan


atau proses menjadikan sesuatu mendunia (universal), baik dalam
lingkup maupun aplikasinya. The act of process or policy making
something worldwide in scope or application menurut pengertian The
American Heritage Dictionary.

Globalisasi melahirkan tantangan-tantangan (sosial, budaya,


ekonomi, politik dan bahkan menyangkut setiap aspek kehidupan dan
juga membuka peluang-peluang yang menjanjikan harapan-harapan
dan kemajuan.

MESTI 'ARIF DALAM MENANGKAP SETIAP PERGESERAN

Tengah terjadi satu perubahan zaman. Ditandai oleh ;

1. Premis dasar yang berlaku selama ini, makin banyak


pengetahuan (P) yang terdiri dari ilmu (ip) + informasi (In.T),
akan makin besar kemampuan pengendalian (K), dalam
rumus matematis <P (ip+IT) = < KP, mulai jadi kabur.
Kenyataan tersua, makin banyak informasi , makin kecil
kemungkinan pengendalian.
2. Pertanyaan dilematis, haruskah kita menjadi pak turut dari
suatu In.T yang kompulsif dan totaliter, dengan resikonya
bergayut kepada hal baru yang lebih suibversif ??? Atau,
haruskah diperangi secara jihadik dengan tetap melestarikan

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 2


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

kelangkaan dengan mengabaikan perkembangan In.T dengan


resiko menyerahkan kendali nasib kepada orang lain ???
Jawab tepat agaknya adalah ta’awunik dengan kendali mutu
tauhidik.
3. Informasi memerlukan interpretasi, penerjemahan sesuai
dengan kebutuhan dan tatanan masyarakat penggunanya.
4. Memodifikasi setting dalam menjaga norma kehidupan
masyarakat menjadi kerja utama yang tidak boleh dianggap
remeh.

Tanpa itu semua kemajuan mustahil terkendali dan tidak lagi


menjanjikan rahmat, tetapi sebaliknya petaka.

ABAD INFORMASI TANPA SEKAT (BORDERLESS).

Kebebasan bisa menjadi ancaman bagi kemajuan itu sendiri.


Bila kurang siap, di abad depan bisa menjadi abad kolonialisme
informasi yang berujung dengan imperialisme kapital. Diawali dengan
penjajahan konsep-konsep.

1. Pengendali kemajuan adalah agama dan budaya umat


(umatisasi),

• ‘alaikum anfusakum, laa yadhurrukum man dhalla idzah-


tadaitum (QS.5:105),
• wa man yusyrik billahi fa qad dhalla dhalaalan ba’idan
(QS.4:116),
• fa dzalikumullahu rabbukumul-haqqu, fa madza ba’dal-
haqqi illadh-dhalaal ?
• fa anna tushrafuun (QS.10, Yunus:32).
• Selain itu semua, akan ditopang oleh budaya umat (ABS-
SBK).
• Prediksi kedepan, diharapkan abad keduapuluh satu
menjadi abad agama dan budaya. Termasuk di Barat,
ternyata kemajuan IT menyisakan juga bermacam
problema. Walau selama ini ada kecenderungan
pemahaman bahwa tercerabutnya agama dari diri
masyarakat Barat tidak banyak pengaruh pada
kehidupan pribadinya.

2. Peranan dakwah membawa umat, melalui informasi dan aktifiti,


kepada keadaan yang lebih baik,

• Kokoh, dengan qanaah, istiqamah, dan prinsip,


• Kualitas, dengan iman, hikmah, ‘ilmu,

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 3


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

• Matang, dengan visi, misi, amar makruf nahi munkar,


professional, research-oriented dan berbasis iilmui
pengetahuan (knowledge based).
• Sehingga mampu menjadi khaira ummah, al a’launa,
diperhitungkan karena pacak menghadapi kompleksitas
abad keduapuluh satu, awal millennium baru.

Khulasahnya ;

a. Harus dikembangkan dakwah yang sejuk, dakwah Rasulullah bil


ihsan.
b. Prinsip jelas, tidak campur aduk (laa talbisul haq bil bathil).
c. Harus integrated (tauhidistik), menyatu antara pemahaman
dunia untuk akhirat, keduanya tidak boleh dipisah-pisah.
d. Belajar kepada sejarah, siruu fil ardhi, sehingga masyarakat
Muslim kedepan bukan a histories.
e. Perlu gerak (harakah) dakwah yang terjalin dengan net work
(ta’awunik) yang rapi (bin-nidzam), untuk penyadaran kembali
(re-awakening) generasi Islam tentang peran Islam membentuk
tatanan dunia yang baik. Insya Allah.

Masa depan sangat di tentukan oleh umat yang memiliki


kekuatan budaya yang dominan.

Pembentukan generasi penyumbang pemikiran (aqliyah),


ataupun penyumbang pembaharuan (inovator), tidak boleh di
abaikan. Generasi inovator sangat di perlukan pada era reformasi
supaya tidak terlahir generasi pengguna (konsumptif) yang akan
merupakan benalu bagi bangsa dan negara. Lihat QS.28:83.

Generasi mendatang mesti siap memerankan pemeliharaan


destiny sendiri, menanamkan kebebasan terarah dengan
tanggung jawab bersama, meningkatkan daya saing, bersikap
produktif, agar membuahkan kreativitas beragam yang dinikmati
bersama.

Satu kecemasan bahwa sebahagian generasi yang bangkit


kurang menyadari tempat berpijak.

Pada kawasan yang tengah berkembang tampilan kolektivitas


lebih mengedepan dari pada aktivitas individu. Dalam hubungan ini
diperlukan penyatuan gerak langkah memelihara sikap-sikap
harmonis dengan menghindari tindakan eksploitasi dalam hubungan
bermasyarakat.

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 4


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

PENGUATAN DAYA (STRONG-POINT)

Implementasi konsep-konsep aktual menjadi sangat penting.


Research dan pengembangan serta kualita diri generasi akan
membentuk kondisi.

Pemberdayaan institusi (lembaga) kemasyarakatan yang ada


(adat, agama, perguruan tinggi), dalam mencapai ujud keberhasilan,
mesti disejalankan dengan kelompok umara’ (penguasa) yang adil
(kena pada tempatnya). Disini kita dapat merasakan spirit
reformasi.

Kelemahan mendasar ditemui pada melemahnya jati diri karena


kurangnya komitmen kepada nilai-nilai luhur agama yang menjadi
anutan bangsa. Kelemahan ini dipertajam oleh tindakan isolasi diri
dan kurangnya penguasaan “bahasa dunia” (politik, ekonomi, sosial,
budaya), lemahnya minat menuntut ilmu, akhirnya menutup peluang
untuk berperan serta dalam kesejagatan. 2

Pemantapan tamaddun, agama dan adat budaya didalam


tatanan kehidupan menjadi landasan dasar pengkaderan re-generasi,
dengan menanamkan kearifan dan keyakinan bahwa apa yang ada
sekarang akan menjadi milik generasi mendatang.

Konsekwensinya, generasi kini memikul beban berkewajiban


memelihara dan menjaga untuk di wariskan kepada gereasi
pengganti, secara lebih baik dan lebih sempurna.

Melihat kondisi pergeseran pandangan masyarakat dunia


dewasa ini, maka umat Islam wajib berperan aktif kedepan (abad
XXI).

Dapat dilakukan dengan menjadikan firman Allah sebagai


aturan kehidupan.

1. Melaksanakan secara murni konsep agama Islam dalam


menggerakkan perubahan berbentuk social reform, agar
peradaban kembali gemerlapan, menjadi kewajiban setiap
umat Islam yang tidak dapat di abaikan sepanjang
kehidupan.
2. Berpaling dari sumber kekuatan murni (Kitabullah dan
Sunnah) dengan menanggalkan komitmen prinsip syar’i
dan akhlak Islami akan berakibat fatal untuk umat Islam
(bahkan penduduk bumi). Pada gilirannya umat Islam
akan menjadi santapan konspirasi dari kekuatan Barat.

2
Lihat QS.9:122, supaya mendalami ilmu pengetahuan dan menyampaikan peringatan kepada
umat supaya bisa menjaga diri (antisipatif).
H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 5
Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Konsekwensinya adalah wilayah yang sudah terpecah


akan sangat mudah untuk dikuasai.
3. Kembali kepada watak Islam tidak dapat ditawar-tawar
lagi. Bila kehidupan manusia ingin diperbaiki. Tuntutannya
agar umat lahir kembali dengan iman dan amal nyata.
4. Tatanan masyarakat harus dibangun diatas landasan
persatuan3, dan tumbuh dibawah naungan ukhuwwah4.

5. Anggota masyarakatnya didorong hidup dalam prinsip


ta’awunitas (kerjasama) dalam al-birri (format kebaikan)
dan ketakwaan5.

6. Hubungan bermasyarakat harus didasarkan atas ikatan


mahabbah (cinta kasih), sesuai sabda Rasul: “Tidak
beriman seorang kamu sebelum mencintai orang lain
seperti menyayangi diri sendiri” Setiap masalah
diselesaikan dengan musyawarah6.

Tujuan akhirnya, penjelmaan satu tatanan masyarakat yang


pantang berpecah belah7.

RAHASIA KEBERHASILAN

• Paling penting adalah “tidak terburu-buru” (isti’jal) dalam


bertindak.
• Tidak memetik sebelum ranum atau membiarkan jatuh ketangan
orang lain. Kepastian dalam berbuat karena adanya husnu-dzan
(sangka baik) sesama umat mengiringi tawakkal kepada Allah.

• Dalam tatanan berpemerintahan, kekuasaan akan berhasil jika


menyentuh hati nurani rakyat banyak sebelum kekuasaan itu
menjejak bumi.
• Yang menjadi ukuran semestinya adalah adil.
• Tanggap terhadap aspirasi yang berkembang.
• Takarannya untuk kemashlahatan umat banyak secara
transparan.
• Kekuatan hati (dhamir) penduduk dalam menanamkan kecintaan
yang tulus lebih utama sebelum menyangkut pembentukan
kekuatan fisik umat.

TITIK LEMAH UMAT

3
QS.al-Mukminun:52
4
QS.al-Hujurat:10
5
QS.al-Maidah:2
6
QS.asy-Syura:38
7
QS.Ali Imran:103
H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 6
Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

1. Hilangnya akhlaq (moralitas) Islami.


2. Enggan untuk memahami syari’at, berakibat kepada hilangnya
kecintaan (kesadaran) terhadap Islam.
3. Lahirnya radikalisme (berlebihan dalam agama) menghapuskan
watak Islam. Tidak menghormati hubungan antar manusia,
merupakan kebodohan pengertian terhadap prinsip sunnah.
Akibatnya adalah tindakan anarkis (merusak). Pesan agama sangat
jelas ; “Sesungguhnya agama ini kokoh, maka masuklah
kedalamnya dengan lembut”8.

4. Lemahnya bekalan agama dilapisan umat dan tipisnya


pemahaman Islam akan berpengaruh didalam kehidupan.
5. Paham ‘Ashabiyah (kedaerahan), menghilangkan arti maknawi dari
ukhuwwah. Persatuan lahiriyah tidak mampu menumbuhkan
kebahagiaan mahabbah (cinta sesama). Di sinilah bermula sumber
kehancuran.

MENGHADAPI PROBLEMATIKA DAKWAH DI SUMATERA BARAT

Perlu di kembangkan suatu usaha nyata, antara lain ;

1. Memantapkan sikap mental para juru dakwah (du’aat) supaya


tidak bertindak menonjolkan kemampuan sendiri yang cenderung
melemahkan teman sesama juru dakwah di daerah-daerah binaan,
serta bisa berakibat pecahnya umat.9
8
HR.Ahmad, dalam Musnad
9
Beberapa pesan Rasulullah SAW yang menganjurkan kepada setiap penganut Islam untuk menjauhi
delapan sikap tercela supaya tidak tampil bencana, baik dalam hubungan seorang ataupun masyarakat
dan negara.
• .Selalu merasa sedih dan kecewa, yang senantiasa menyisakan sikap putus asa dan akibatnya
menyerahkan segala sesuatu tanpa berusaha.
• Perasaan gelisah, seakan selalu dikejar bayang-bayang.
• Lemah, baik fisik (jasad), perasaan (kalbu) ataupun akal fikiran, yang berujung dengan
menjadikan diri siap untuk di tindas orang lain,
• Malas, sehingga tertutupnya pintu keberhasilan.
• Sikap pengecut, yang menghambat diri untuk berusaha secara sungguh-sungguh.
• Bakhil, yang akibatnya bisa tidak menghiraukan keadaan keliling, hapusnya solidaritas,
hilangnya kepedulian. Sikap bakhil bisa pula berdampak kepada pengejaran kesenangan (harta)
duniawiyah tanpa menghiraukan kepentingan orang lain (individualistis),
• Selalu dalam cengkeraman hutang, yang berakibat kurangnya ukuran kepantasan dan kepatutan,
atau tak seukuran bayang-bayang dengan badan.
• Berada dalam penindasan orang lain, sebagai konsekwensi logis dari ketujuh sikap tercela
sebelumnya.
• Diantara do’a munajat yang di ajarkan Rasulullah SAW tersebut untuk kita amalkan
adalah, ”Allahumma, wahai ALLAH, sungguh aku berlindung kepada MU dari pada rasa
sedih atau kecewa (al-hammiy) dan gelisah (al-hazniy). Dan akupun berlindung kepada
MU, wahai Allah, dari watak yang penuh dengan kelemahan (al-‘ajziy) serta sifat
kemalasan (al-kasali). Dan, aku pun juga memohon kepada Engkau, wahai Allah,
H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 7
Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Para da’I ilaa Allah, yang menjadi ujung tombak dakwah kejalan
Allah, semestinya memantapkan sikap mental dalam menghadapi
umat dilapangan dakwah.

2. Mengusahakan secara berkala pertemuan dalam kerangka


pertukaran informasi

Dengan program ini diharapkan sesama juru dakwah terjalin rasa


mawaddah dan tanggung jawab bersama pembinaan umat.

3. Membuatkan program terpadu yang bisa menjadi panduan


pembinaan bagi juru dakwah,

Disadari bahwa para juru dakwah memang di naungi oleh berbagai


lembaga dakwah, pada hal wilayah tugas berada pada satu daerah
binaan.

4. Laporan dakwah

Laporan dakwah dari lapangan dakwah yang sulit dan jauh itu
seharusnya menjadi masukan tidak hanya bagi lembaga-lembaga
dakwah yang mengutus juru dakwah bersangkutan, tetapi juga di
informasikan secara merata kepada seluruh lembaga dakwah yang
terhimpun di dalam Kelompok Kerja, sehingga feed back yang di
munculkan relevan dengan kondisi yang di hadapi di daerah binaan.

5. Dukungan peralatan dakwah, seperti alat transportasi juru


dakwah (du’aat)

Dukungan ini amat dirasakan perannya bagi percepatan gerak


dakwah ilaa Allah terutama di daerah binaan yang sulit (Lunang,
Silaut, Sitiung, Solok Selatan, dan Mentawai) secara bertahap untuk
kegiatan dakwah lapangan, bukan semata untuk keperluan petugas
departemental.

6. Penyeragaman santunan (mukafaah) para du’aat (juru


dakwah)

perlindungan dari sikap pengecut (al-jubniy) dan bakhil (al-bukhliy). Aku pun
berselindung kepada MU, wahai Allah dari cengkeraman hutang (ghalabatid-dayni) dan
penindasan orang lain (qahriy ar-rijaal)”. (Do’a ma’tsur dari HR.Bukhari Muslim).
Para da’I ilaa Allah, yang menjadi ujung tombak dakwah kejalan Allah, semestinya memantapkan
sikap mental dalam menghadapi umat dilapangan dakwah.
Menjauhi kedelapan perangai ini menjadi suatu kewajiban asasi dalam hidup manusia sebagai
“hamba Allah”. Dapat dilakukan dengan aktifitas amaliah yang terpadu terarah (sustained) secara
pasti dengan penerapan disiplin beragama dalam kerangka “iman dan taqwa”. Upaya lainnya juga
dengan cara melazimkan do’a (munajat) kepada Allah SWT pada setiap pagi dan petang.

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 8


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Lembaga-lembaga pendukung gerakan dakwah, senyatanya sangat


berperan memacu percepatan gerak juru dakwah dalam mengemban
tugasnya. Untuk keperluan ini dapat di intensifkan ;

• pendanaan dari BAZIS,


• peluncuran Dompet Dakwah pada harian-harian lokal,
• penggarapan infaq dari para muhsinin, dan
• pemanfaatan dan penggarapan sumbangan para perantau untuk
petugas-petugas agama (garim masjid, marbot, petugas masjid,
guru-guru madrasah) di daerah-daerah binaan.
• Mengusahakan kemungkinan pinjaman modal kerja (usaha) untuk
peningkatan taraf kesejahteraan juru dakwah (du’aat) yang bisa di
angsur dengan nafkah bulanan juru dakwah (seperti keikut sertaan
juru dakwah dalam program PIR Sawit di Sitiung, Lunang, Pasaman,
Solok Selatan, dan Mentawai), atau beragam usaha sesuai dengan
keterampilan para juru dakwah. Di harapkan dengan itu ialah ;
• para du’aat betah tinggal di daerah binaan,
• terdapat kelangsungan pembinaan secara berkesinambungan,
• penyuluhan yang terpadu, terarah, dan
• langsung hidup di tengah umat binaan.

7. Penyiapan materi dakwah oleh lembaga-lembaga dakwah,


yayasan-yayasan keagamaan Islam, instansi terkait dan
Departemen Agama, termasuk peraturan-peraturan pemerintah
yang menjadi keharusan para juru dakwah menyampaikannya
kepada umat binaan di daerah IDT.

8. Mengikut sertakan juru dakwah dalam kegiatan-kegiatan


lintas sektoral, terutama yang berkaitan dengan pembinaan
umat, pengentasan kemiskinan, pembinaan keluarga sejahtera.

Bila diteliti dan dipahami langkah yang telah ditempuh selama ini,
setidaknya dalam waktu tigapuluh dua tahun masa yang telah
berlalu, maka sesungguhnya beberapa sikap tercela diantara
pelaksana birokrasi lapis terbawah di daerah-daerah sulit dan
rawan, melalui penerapan intimidasi maupun penekanan-
penekanan secara amat sistimatik, seakan di paksakan harus
berlaku,berperan menghimpit bangsa melalui penerapan mulai dari
kekuasaan teratas hingga lapis terbawah.

9. Memfungsikan dan koordinasi secara maksimal Lembaga-


lembaga Dakwah

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 9


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Terutama di daerah IDT (Pasaman, Sitiung, Lunang-Silaut, Solok


Selatan, dan Mentawai), mengingat kondisi juru dakwah di daerah
transmigrasi di Sumatera Barat jumlahnya cukup besar10

PERAN DA’I DI ERA PERUBAHAN


• Melangkah ke era globalisasi, semestinya Koordinasi Dakwah
mampu memerankan dan menampilkan sikap mandiri yang
merdeka tanpa tekanan dalam jiwa para da’I ilaa Allah.
• Seharusnya mempunyai sikap optimisme yang tinggi.
• Secara intensif mengharap redha Allah.
• Untuk wilayah dakwah, khususnya Propinsi Sumatera Barat ke
depan, semestinya lembaga-lembaga dakwah dan pemerintah
daerah, mampu memberikan sumbang saran untuk memotivasi
para juru dakwah, baik dalam lintas sektoral maupun
departemental, utamanya ditujukan kepada yang bertugas di
daerah-daerah rawan.
• Generasi yang lahir dari satu rumpun bangsa mestilah tumbuh
menjadi kekuatan pro-aktif dalam menopang pembangunan
bangsa dengan tujuan yang jelas.
• Menciptakan kesejahteraan yang adil merata melalui program-
program pembangunan.
• Akhlak mulia adalah suatu kemestian bagi mendorong tumbuhnya
pro-aktif dalam gerak pembangunan fisik dan non-fisik.

DZURRIYATAN DHI’AFAN (X-GENERATION).

Kecemasan bahwa diantara generasi yang tengah berkembang


belum siap memerankan tugas di masa depan.

Gejala itu terlihat dari banyaknya generasi bangsa yang masih


terdidik dalam bidang non-science (seperti, kecenderungan terhadap
yang berbau mistik, paranormal, pedukunan, penguasaan kekuatan
jin, budaya lucah, pergaulan bebas, kecanduan ectacy,dan konsumsi
penanyangan pornografi) ditengah berkembangnya iptek. Generasi
yang tercerabut dari akar budayanya (X Generation).

Gejala ini tampil pada permukaan tata pergaulan yang


dipermudah oleh penayangan informasi produk cyber space.

Keinginan yang tidak selektif, peniruan gaya hidup yang tidak


berukuran, sesungguhnya menghambat kesiapan menatap masa
depan.
10
Lebih dari 170 orang, yang berasal dari LDK Muhammadiyah, Dewan Dakwah, Rabithah, IIRO, MUI,
Yayasan Muballigh, serta Depag), belum terhitung juru dakwah lokal di bawah koordinasi Bakor-Dakwah
sesungguhnya merupakan suatu potensi besar untuk gerakan dakwah pembangunan.
H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 10
Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Kemungkinan ini bisa terjadi karena kurangnya interest


terhadap agama dan mulai meninggalkan puncak-puncak budaya
yang diwarisi, diperberat oleh tindakan para pemimpin formal dan
non-formal yang kebanyakannya masih terpaut pada pengamatan
tradisional dan non-science.

Problematika ini hanya akan teratasi dengan memelihara


kemurnian aqidah (tauhid) supaya tidak terjadi pemahaman dan
pengamalan agama yang campur aduk, agar tidak terjerumus dalam
kehidupan materialis.

Upaya intensif ini berkemampuan untuk menggiring Sumber


Daya Umat tetap bertumpu kepada science dengan nilai agama dan
budaya. Tugas ini perlu di emban secara terpadu.

PENGUATAN SDA, PENGUASAAN ILMU, DAN GERAKAN AMAL

AGAMA ISLAM, dengan berpedoman kepada Al Quranul Karim


(Kitabullah) dan Sunnah Rasulullah adalah agama yang paling intensif
menggerakkan potensi alam untuk kepentingan ummat manusia.

Intensivitas Agama Islam (Al Quran) tidak dapat disetarakan


dengan ajaran manapun. Baik itu dalam anutan ummat terdahulu
atau malah mungkin dalam pemahaman ummat belakangan.

Al Quran memulainya dengan menanamkan pemahaman iman,


yang merupakan keyakinan setiap penganut Islam. Dasarnya "ke-
Iman-an kepada Khalik, Allah yang Maha Kuasa dan Maha
Menjadikan". Bahwa apapun yang dimiliki oleh manusia, pada
hakekatnya adalah 'pemberian Allah' untuk kemaslahatan ummat
manusia itu sendiri, atas aluran dan petunjuk Allah.

"Sesungguhnya Kami jadikan apa yang dibumi ialah untuk menjadi


hiasan baginya( manusia), karena Kami hendak menguji (manusia)
siapakah diantara mereka yang paling kerjanya. Sesungguhnya Kami
jadikan pula dibumi tanah yang kosong". (QS. Al Kahfi, 18 : 7-8).

Sementara itu, manusia diberi kewenangan dengan pemberian


untuk mencari kehidupan akhirat dan kebahagiaan duniawiyah.
Berbuat baik sesama insan, dan tidak menabur kebencanaan
dipermukaan bumi. "Dan carilah dengan kekayaan yang diberikan
Allah kepada engkau (manusia)-kebahagian-kampung akhirat. Jangan
engkau lupakan bagian engkau di dunia ini. Buatlah kebaikan
sebagaimana Allah telah berbuat kebaikan kepada engkau. Janganlah
engkau membuat bencana di muka bumi. Sesungguhnya Allah tiada

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 11


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

mencintai orang-orang yang membuat bencana". (QS. Al Qashas, 28 :


77).

Al Quran juga memberikan isyarat, bahwa manusia hidup


dengan keinginan, perasaan berhasrat, nafsu duniawiyah. "Manusia
itu diberi perasaan berhasrat atau bernafsu, misalnya kepada
perempuan (istri), anak-anak (keturunan), kekayaan yang
berlimpah-limpah, dari emas dan perak, kuda yang bagus (kendaraan
dan alat angkutan), binatang ternak dan sawah ladang (perkebunan).
Itulah kesenangan hidup dunia. Dan disisi Allah ada tempat kembali
yang sebaik- baiknya. (QS. Ali Imran, 3 : 14).

Tempat kembali yang terbaik ada disisi Allah. Itulah hidup


akhirat yang menjadi tujuan setiap insan yang hidup didunia ini.
Disana ada syorga dan keridhaan Allah yang menjadi idaman dan
hasrat setiap insan yang ber-Iman.

Untuk mencapai keredhaan Allah, jalan yang mesti ditempuh


adalah pernyataan iman kepada Allah, permohonan keampunan dari
dosa-dosa dengan bersumber dari introspeksi dan restrospeksi dari
setiap kegiatan (amal) yang lalu.

Evaluasi serta kesediaan membuat sesuatu yang lebih baik di


masa mendatang, baik itu madiyah (material) maupun ruhaniyah
(spiritual).

Selanjutnya adanya keteguhan pendirian menjadi segala


kemungkaran dan selalu berharap supaya dihindarkanlah kami dari
azab neraka.11

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menyediakan alam sebagai


sumber daya (material resources) bagi manusia yang hidup di alam
(bumi) ini.

Alam memang tidak menyiapkan segalanya serba jadi (ready to


used). Dia perlu diolah oleh tangan manusia. Sehingga alam itu bisa
mendatangkan nilai lebih dan nilai guna yang optimal bagi manusia.

11
Orang-orang yang akan memperoleh tempat kembali yang baik disisi Allah harus memiliki sifat dan
sikap jiwa yang konsisten (istiqomah).
1. Orang-orang yang sabar (tabah, tahan uji, intens)
2. Orang-orang yang benar (jujur, amanah, shiddiq)
3. Orang-orang yang patuh kepada Allah
4. Orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan kebaikan (Al Munfiqiina).
Orang-orang yang selalu memohon ampun kepada Allah (selalu melakukan koreksi di akhir malam pada
setiap tahapan pekerjaan hariannya) (lihat QS. Ali Imran, 2 : 16-17).
H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 12
Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Untuk itu, manusia memerlukan alat dan ilmu.

Di dalam Islam, setip insan didorong agar memiliki ilmu


pengetahuan yang cukup dan memadai. "Sesiapa yang
menginginkan dunia dia peroleh dengan ilmu, sesiapa yang
inginkan (kebahagiaan) akhirat juga dengan ilmu, bahkan
yang menginginkan keduanya, juga hanya dengan ilmu".

Menurut ilmu pengetahuan merupakan asasi bagi setiap


Muslim. Demikian dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu alihi wa
salam. Diantara sabda beliau menyatakan, "Tuntutlah ilmu dari
ayunan hingga ke liang lahat". (Al Hadist).

Nilai ajaran Rasulullah (Islam), tiada lain berintikan kewajiban


belajar sepanjang hayat, sepanjang usia.

Menambah ilmu pengetahuan tidak hanya terbatas pada batas


wilayah negeri saja. Malah dianjurkan jika perlu dinegeri lain.
"Tuntutlah ilmu walau di/dengan Cina". Begitu bimbingan Islam.

Beberapa dorongan ini dicatat oleh sejarah dunia bahwa Islam


sejak awalnya telah mengubah sikap manusia. Dari apatis, statis
menjadi pribadi-pribadi yang optimis dan dinamis.

Hingga tidak dapat dipungkiri, Islam telah mendatangkan


perubahan sikap bagi manusia yang menganut ajarannya.

Melahirkan pakar-pakar ilmu pengetahuan, seperti Avicienna


(Ibnu Sina), Avierroes (Ibnu Rusyid), Al Khawarizmi (logaritma), dan
amat banyak lagi yang lainnya.

Ilmu pengetahuan semata belum mempunyai arti yang besar


sebelum ada usaha untuk meng-amal-kannya.

Setinggi apapun ilmu pengetahuan belum akan mendatangkan


manfaat sebelum diaplikasi di dalam kenyataan hidup manusia. Ilmu
hanyalah alat semata untuk mendapatkan atau menciptakan
kebahagiaan hidup.

Dalam realitas hidup, ilmu dan amal itulah yang mendatangkan


hikmah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala amat mencela seseorang yang
memiliki ilmu tetapi tak mau kunjung mau meng-amal- kan ilmunya.
Yang perlu dipertimbangkan di tengah perubahan-perubahan itu,
obyektifitas-nya.

Apakah manusia akan menjadi obyek dari perubahan itu?


Ataukah, manusia akan berperan aktif memanfaatkan perubahan-

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 13


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

perubahan itu, untuk peningkatan mutu kehidupannya. Baik dalam


bidang material, ataupun emosional (kejiwaan).

Jawaban ini, akan banyak tergantung dari kesiapan watak, dari


manusia yang menghadapi perubahan-perubahan dimaksud.

Yang paling tepat barangkali, adalah manusia memanfaatkan


perubahan-perubahan, untuk diri mereka. Dan kurang manusiawi, jika
manusia diperbudak oleh perubahan-perubahan itu. Yang lebih
maknawi, bahwa manusia akan berusaha memilih dan memilah
perubahan (inovasi) yang datang. Terapannya adalah, tepat guna
dan bernilai guna.

Ukurannya, dalam manfaat nilai lebih, tanpa mengorbankan


nilai-nilai positif yang hakiki, yang sebelumnya telah dipunyai. Dalam
kata lain bisa diungkapkan, bahwa perubahan-perubahan (kemajuan)
iptek yang mendunia (globalisasi), tidak perlu mengorbankan nilai-
nilai adat maupun keyakinan (agama), dari pengendali iptek
(manusia) itu.

Peningkatan tingkat kehidupan (ekonomi), tidak perlu


mengorbankan kegotong royongan, umpamanya. Sikap jiwa saling
memuliakan, tidak perlu diganti dengan egoistis, (siapa lu, siapa gua).
Sebagaimana pernah menjangkiti kehidupan masyarakat lainnya.
Akhirnya bisa berkembang kepada hilangnya kepedulian sosial.

Kita memerlukan benteng-benteng kejiwaan yang kuat. Di


antaranya adalah pemeliharaan nilai keseimbangan atau disebut
juga tawazunitas, menurut istilah agama.

Nilai budaya Minang mengingatkan, "sekali aie gadang sekali


tapian barubah". Yang berubah itu hanya tapian saja. Kebiasaan-
kebiasaan ketepian, tapi berlaku sebagaimana biasa. Bukan berarti
datangnya perubahan (aie gadang), lantas tepian pun ditinggalkan.

Yang diajarkan adalah perubahan akan selalu ada. Bahkan,


dalam menghadapi setiap invasi yang akan datang, selalu diingatkan.
Jangan bertemu hendaknya, "Jalan dialih urang lalu. Tepian diasak
urang mandi.".

Untuk ini diperlukan keteguhan sikap dan pendirian.

Kita tidak dapat membayangkan, bentuk masyarakat macam


apa jadinya, kalau nilai-nilai (norma-norma) sudah menipis. Perlu
dipertanyakan. Apakah generasi kini, atau yang akan datang masih
dipersiapkan memiliki nilai-nilai budaya mereka? Masihkah nilai-nilai
(norma) hukum mereka pertahankan?

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 14


Sumbar – Padang.
Strategi dan Manajemen Dakwah Dalam Membangun Ummat

Masihkah, norma-norma agama (nilai agama) mereka minati?


Masihkah, nilai-nilai kebiasaan bermasyarakat menjadi kegandrungan
untuk dipelihara? Bagaimana, hubungan riil yang terjadi?

Kecemasan ini beralasan sekali. Karena berkembangnya


kecenderungan kehidupan serba boleh (permissive society). Yang
dipertahankan adalah hak. Dan melupakan pentingnya terlebih
dahulu melaksanakan kewajiban. Nilai agama dan budaya, pada
dasarnya berisikan "Declaration of Human Duties" itu. Berisikan
piagam dasar kewajiban-kewajiban azasi manusia (masyarakat).

SUNGGUHPUN ukuran kelayakan telah mengalami perubahan,


beriring dengan kadar perkembangan. Akan tetapi, ukuran baik dan
buruk, boleh dan tidak, acuan kepantasan (normatif, manusiawi,
kemasyarakatan), harus tetap dipertahankan. Diantara ukuran yang
kita miliki adalah alur dan patut. “Jiko mangaji dari alif, jiko
babilang dari aso. Jiko naik dari janjang, jiko turun dari
tanggo”.

H. Mas’oed Abidin, Ketua Dewan dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Perwakilan 15


Sumbar – Padang.

You might also like