Professional Documents
Culture Documents
Kata “Politik” secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang akar katanya adalah
polis, berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara dan teia, berarti urusan.
Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum
warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian asas, prinsip, keadaaan, jalan, cara
dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki. Politics dan policy
mempunyai hubungan yang erat dan timbal balik. Politics memberikan asas, jalan, arah, dan
medannya, sedangkan policy memberikan pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan, dan
Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara melaksanakannya.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan negara, kekuasaan,
pengambilan keputusan, kebijakan (policy), dan distribusi atau alokasi sumber daya.
a. Negara
b. Kekuasaaan
c. Pengambilan Keputusan
d. Kebijakan Umum
e. Distribusi
Pengertian Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang diartikan sebagai “the art of the general”
atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Karl von Clausewitz
pencapaian tujuan. Dengan demikian, strategi tidak hanya menjadi monopoli para jendral atau
Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai
suatu cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian definisi politik nasional adalah asas,
pemeliharaan, dan pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan
nasional. Sedangkan strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam
Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan ideologi Pancasila, UUD 1945,
Politik dan strategi nasional yang telah berlangsung selama ini disusun berdasarkan sistem
kenegaraaan menurut UUD 1945. sejak tahun 1985 telah berkembang pendapat yang
mengatakan bahwa jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945
merupakan “suprastruktur politik”. Lebaga-lembaga tersebut adalah MPR, DPR, Presiden, DPA,
BPK, MA. Sedangkan badan-badan yang ada dalam masyarakat disebut sebagai “infrastruktur
politik”, yang mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik,
kelompok penekan (pressure group). Suprastruktur dan infrastruktur politik harus dapat bekerja
Strategi nasional dilaksanakan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non
Pandangan masyarakat terhadap kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya, maupun bidang
Secara etimologis kata politik berasal dari bahasa Yunani Politeia, yang akar katanya adalah polis,
berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri. Politik merupakan rangkaian asas, prinsip,
keadaaan, jalan, cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang mencakup
kepentingan seluruh warga negara. Sisi lain, politik dapat juga disebut proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat antara lain berwujud proses pembuatan keputusan dalam
negara.
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang dapat diterjemahkan sebagai komandan
militer. Dalam bahasa Indonesia strategi diartikan sebagai rencana jangka panjang dan disertai
tindakan-tindakan konkret untuk mewujudkan sesuatu yang telah direncanakan sebelumnya.
Politik nasional adah suatu kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapai suatu cita-
cita dan tujuan nasional bangsa. Sedangkan strategi nasional adalah cara melaksanakan politik
nasional dalam upaya mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. Dapat
dikatakan bahwa strategi nasional disusun untuk mendukung terwujudnya politik nasional.
Sebelum tahun 2004 Presiden merupakan mandataris MPR. Dipilih dan diangkat oleh MPR, serta
menjadikan GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR sebagai acuan bagi politik dan strategi
nasional. Kebijakan ini kemudian ditiadakan setelah diadakanya pemilihan langsung oleh rakyat
terhadap Presiden dan Wakil Presiden pada tahun 2004. GBHN yang sebelumnya dipergunakan
sebagai acuan penyusunan Polstranas kemudian digantikan oleh pidato visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden yang disampaikan pada saat sidang MPR, pidato visi dan misi ini diperdengarkan
setelah Presiden dan Wakil Presiden secara resmi dilantik, diambil sumpah dan janjinya.
Presiden dan Wakil Presiden terpilih, secara moral bertanggung jawab terhadap apa yang telah ia
janjikan kepada masyarakat dalam kaitannya dengan upaya mendapat simpati dari masyarakat
melalui proses kampanye. Setiap calon Presiden dan Wakil Presiden menjanjikan segala hal yang
luar biasa bagi kehidupan masyarakat jika pada pemilihan umum mendapat suara terbanyak. Tidak
jarang para calon mengumbar janji-janji berlebihan yang tidak masuk akal, sehingga masyarakat
terpengaruh terhadap bujuk rayu sang calon dan kemudian memilihnya dalam pemilihan umum.
Janji inilah yang dipergunakan oleh masyarakat dalam menilai calon-calon yang saling bertarung,
walaupun pada kenyataannya masyarakat memang telah bosan dengan janji palsu para calon
Presiden dan Wakil Presiden.
Menjadi kewajiban mutlak bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih untuk memenuhi janji yang
sebelumnya ia sampaikan kepada masyarakat. Janji-janji ini lah yang mereka gunakan sebagai
dasar penyusunan visi dan misi (politik dan strategi nasional) dalam tujuannya untuk membangunan
bangsa dan negara selama satu periode pemerintahan. Apabila dalam berjalannya proses
pemerintahan tidak sesuai dengan apa yang sebelumnya mereka janjikan, masyarakat dapat
mempertanyakan hal ini kepada pemerintah dan wujud pertanggungjawaban terakhir adalah
mundurnya Presiden dan Wakil Presiden dari kursi Kepresidenan.
Polstranas disusun dengan memahami pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam sistem manajemen
nasional yang berdasarkan ideologi Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional. Landasan pemikiran dalam manajemen nasional dipergunakan sebagai kerangka acuan
dalam penyusunan politik strategi nasional, karena di dalamnya terkandung dasar negara, cita-cita
nasional dan konsep strategi bangsa Indonesia.
Eksekutif negara menjadikan visi dan misi Presiden sebagai acuan dalam proses penyusunan
Polstranas. Strategi nasional dilaksanakan oleh para manteri dan pimpinan lembaga-lembaga
negara setingkat menteri dengan arahan langsung dari Presiden. Polstranas hasil penyusunan
Presiden harus memuat tujuan-tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupa
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Pada awal-awal Republik Indonesia terbentuk, tahun 1945-1965 adalah periode kepemimpinan
Soekarno dengan demokrasi terpimpin. Kedudukan Presiden Soekarno menurut UUD 1945 adalah
Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan (presidensiil/single executive), namun pada masa
revolusi kemerdekaan (November 1945) berubah menjadi semi-presidensiil/double executive
dengan Sutan Syahrir sebagai Kepala Pemerintahan/Perdana Menteri. Polstranas pada masa-masa
ini sangat kental dengan unsur-unsur kediktatoran, karena politik dan strategi nasional hanya
berpusat pada satu orang, tanpa kontrol yang memadai dari pihak manapun. Efek dari kediktatoran
ini adalah perekonomian menjadi tidak maju, partisipasi masa sangat dibatasi, penghormatan
terhadap HAM rendah dan masuknya militer ke dalam tubuh pemerintahan. Proses pemerintahan
menjadi tidak sehat dan pada akhirnya masyarakat yang merasakan imbas keterpurukan dari sistem
ini.
Presiden Soeharto diangkat menjadi Presiden oleh MPRS pada tahun 1966 dan lengser pada tahun
1998. Pada 32 tahun kekuasaannya, Soeharto menggunakan GBHN sebagai acuan politik dan
strategi nasional yang sebelumnya telah disusun oleh MPR. Sebagian besar anggota MPR pada
masa itu adalah orang-orang pilihan Soeharto sehingga dapat dipastikan bahwa polstranas pada
saat itu adalah polstranas pesanan Soeharto. Pemerintahan yang dipimpinnya memang sukses
dalam memajukan ekonomi makro, namun ekonomi mikro sangat lemah. Pembangunan cenderung
berpusat di pemerintahan pusat.
Pada tahun 1998-1999 Presiden B. J. Habibie, tahun 1999-2001 Abdurrahman Wahid, kemudian
tahun 2001-2004 menjabat Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden Republik Indonesia. Masa-
masa ini merupakan masa euphoria reformasi. Indonesia seperti dilahirkan kembali, menjadi sebuah
bangsa yang terbebas dari berbagai macam ketidakadilan pemerintah. Reformasi didengungkan di
segala bidang. Selama kurang lebih enam tahun masa reformasi ini polstranas Indonesia masih
mengacu kepada GBHN yang dibuat dan ditetapkan oleh MPR. Pada kurun waktu ini bangsa
Indonesia mengalami perubahan hampir di seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Merupakan masa-masa transisi dari orde baru milik Soeharto menuju pemerintahan yang
demokratis di seluruh aspek kehidupan.
Terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan umum secara langsung tahun
2004 menandai pula perubahan dalam perumusan polstranas. Pada masa ini polstranas disusun
berdasarkan visi dan misi langsung Presiden dalam pidato kenegaraan di hadapan segenap
anggota MPR, DPR dan anggota lembaga tinggi negara lainnya. Visi dan misi inilah yang
dipergunakan sebagai politik strategi nasional dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan
pembangunan selama lima tahun. Sampai pada akhirnya terpilih kembali pada tahun 2009.
Meskipun pada saat ini polstranas tidak disusun langsung oleh MPR, lembaga ini tidak bisa lepas
tangan terhadap realisasi politik dan strategi nasional berdasarkan visi dan misi Presiden. MPR dan
DPR adalah pengawal segala kebijakan yang berkaitan dengan hajat hidup masyarakat.
Mengaspirasikan kepentingan masyarakat. Membuat undang-undang yang bertujuan
mensejahterakan masyarakat luas, dan menjaga kestabilan pemerintan. Antara eksekutif, legislatif
dan yudikatif tidak dapat berdiri sendiri. Ketiga unsur ini diharapkan mampu bekerjasama dalam
kaitannya dengan mewujudkan tujuan negara Indonesia.
Proses penyusunan politik strategi nasional merupakan sasaran yang akan dicapai oleh segenap
rakyat Indonesia. Penyelenggara negara harus mengambil langkah-langkah pembinaan terhadap
seluruh lapisan masyarakat dengan mencantumkan sasaran polstranas pada masing-masing
bidang. Dalam era ini masyarakat memiliki peranan yang sangat besar dalam pengawasan politik
strategi nasional yang dibuat dan dilaksanakan oleh segenap penyelenggara negara, guna
mewujudkan tujuan luhur negara yang telah ditetapkan sebelumnya pada pembukaan UUD 1945.