You are on page 1of 42

Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

IMPLEMENTASI
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
MEMBENTUK MASYARAKAT MANDIRI
DI SUMATRA BARAT

Oleh : H. Mas’oed Abidin

‫الحمد لله الذي بعث في الميين رسول منهم يتلو عليهم آياته‬
‫ويزكيهفم ويعلمهفم الكتاب والحكمفة وإن كانوا مفن قبفل لففي‬
‫ مخلصفين له الديفن‬،‫ ل إله إل الله ول نعبفد إل إياه‬، ‫ضلل مفبين‬
‫ وأزكفى صفلوات الله وتسفليماته على سفيدنا‬.‫ولو كره الكافرون‬
‫ وأسففوتنا وحبيبنففا محمففد صففلى الله عليففه وسففلم واله‬،‫وإمامنففا‬
.‫ ومن سار على ربهم إلى يوم الدين‬،‫ورضي الله عن أصحابه‬
.....‫أما بعد‬

MUKADDIMAH

eguh membina perilaku beradat di Luhak Agam tampak dari

T penyiapan sarana surau dan lembaga pendidikan anak nagari pada

setiap nagari, dusun dan taratak, yang dititik beratkan kepada membentuk

masyarakat berperilaku akhlaq dengan pemahaman syarak. Rarak kalikih dek

mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga

pangabek dan Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka Pakan Baso, malu jo sopan kalau
pangabek,

pareso Pembinaan terpadu masyarakat ini diawali dari


lah hilang, habihlah raso jo pareso.

rumah tangga, surau dan lingkungan menghidupkan gerakan mencerdaskan umat

H. Mas’oed Abidin 1
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

dan menanamkan akhlaq sesuai adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah,

syarak mangato adat memakai, karena mengamalkan Firman Allah:

ٍ‫ل فِْرقَة‬ ِّ ُ ‫ن ك‬
‫م ْفف‬ِ ‫ة فَلَوْل َ نَفََر‬ً َّ‫ن لِيَنْفُِروا كَاف‬ ِ ْ ‫مؤ‬
‫منُو َفف‬ ُ ْ ‫ن ال‬‫ما كَا َفف‬ َ ‫وَفف‬
‫جعُوا‬َ ‫م إِذ َا َر‬ْ ‫مهُف‬ ْ َ‫ن وَلِيُنْذُِروا ق‬
َ ‫و‬ ِ ‫ة لِيَتَفَقَّهُوا فِفي ال‬
‫دّي ِف‬ ٌ َ‫م طَائِف‬ ْ ‫منْهُف‬ِ
َ
122 :‫ التوبة‬. ‫ن‬ َ ‫حذَُرو‬ ْ َ‫م ي‬ ْ ُ‫م لَعَل ّه‬ْ ِ‫إِلَيْه‬
“Tidak sepatutnya bagi orang Mukmin itu pergi semuanya kemedan
perang. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa
orang untuk memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama (syariat,
syarak) dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya (dengan cara-cara
mengamalkannya pada setiap perilaku dan tindakan dengan kehidupan beradat),
apabila mereka telah kembali kepadanya – kekampung halamannya --, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at Taubah, ayat 122).

MENYIKAPI PERUBAHAN ZAMAN

rus globalisasi dengan riak penetrasi dari luar tanpa adanya pagar

A budaya anak nagari yang kokoh yang berakibat kepada perilaku


masyarakat, praktek pemerintahan, pengelolaan wilayah dan asset,
serta perkembangan norma dan adat istiadat di banyak nagari lebih
mengedepankan perebutan prestise berbalut materialistis dan individualistik
sehingga kepentingan bersama masyarakat terabaikan akhirnya idealisme
kebudayaan Minangkabau kerapkali menjadi sasaran cercaan, dan pencapaian hasil
kebersamaan (kolektifiteit) telah menjadi kurang dibanding pencapaian individual
dimaksud. Maka “Kembali ke Nagari“, menurut hemat saya, semestinya harus
lebih dititik beratkan kepada kembali banagari1 dalam makna kebersamaan itu.

MENUJU MASYARAKAT MADANI


1
Selama 21 tahun, telah terjadi banyak perubahan dalam sistim pemerintahan local -- Nagari di
Minangkabau – menjadi desa (kelurahan) segaram dengan UU No.5 tahun 1979. Setelah
reformasi, maka Perda No.9/2000 di Sumbar menetapkan Kembali Ke Pemerintahan Nagari
sebagai peluang besar untuk penguatan dan masyarakat nagari di Minangkabau, Sumatra Barat.

H. Mas’oed Abidin 2
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

adani mengandung kata maddana al-madaina (َ‫ّنن ال َمدَاِئنن‬


َ ‫ ) َمد‬artinya,

M
banaa-ha (‫ ) َبنَاهَنا‬yakni membangun atau hadhdhara (َ‫حضّر‬
َ ) yaitu
memperadabkan dan tamaddana (َ‫ ) َت َمدّنن‬artinya menjadi beradab --
yang nampak dalam kehidupan masyarakatnya berilmu (periksa,rasio),
memiliki rasa (emosi) secara individu maupun secara kelompok serta memiliki
kemandirian (kedaulatan) dalam tata ruang dan peraturan-peraturan yang saling
berkaitan.2

Masyarakat madani (ّ‫حضْ ِري‬


َ ‫ = ال‬al hadhariyyu) adalah masyarakat berbudaya dan
al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlaq dan memiliki peradaban
melaksanakan ajaran agama (syarak) dengan benar, karena agama (Islam) tidak
dibatasi ruang-ruang masjid, langgar, pesantren, majlis ta’lim semata, namun
menata gerak kehidupan riil, tatanan politik pemerintahan, sosial ekonomi, seni
budaya, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup senang dan makmur (َ‫ = تَ َنعّ م‬tana'ama) dengan aturan (
ٌ ْ‫ = قَانُو‬qanun madaniy) atau syarak mangato, adaik mamakai yang melindungi
ّ‫ن َمدَنِي‬
hak-hak privacy, kepemilikan (perdata, ulayat) dan hak-hak sipil masyarakatnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat kuat
berpendidikan dan berpandangan kota (urban) meskipun mereka mendiami
daerah nagari dan taratak (rural) seperti nampak jelas dalam tatanan masyarakat
Madinah el Munawwarah dimasa hayat Nabi Muhammad SAW.

Ajaran Islam berdasar Alquran “mengeluarkan manusia dari sisi gelap


kealam terang cahaya (nur).”3 Konsep ini menghantui paham sekuler materialistis
meng-ikutsertakan agama dalam arena kehidupan. Padahal melupakan nilai
dasar (basic of value) Islam dan hanya mengambil sisi luar (ritual ceremonial) akan
kehilangan kemampuan bertarung ditengah perkembangan global. Masyarakat
yang lalai dan senang menerima akan terjerumus kedalam penggadaian diri
melecehkan nilai-nilai bangsa. Nilai dinul Islam melahirkan masyarakat proaktif
menghadapi perubahan sebagai suatu realitas yang mendorong melakukan
2
Lihat Kamus Arab-Indonesia, Al Munawwir, Cet.XIV, Pustaka Progressif Surabaya,
1997, hal.1320. Lihat juga Al-Munjid fi al-Lughah al-'Arabi'ah al-Mu'ashirah, Cet. I, Daarul
Musyrif Bairut, 2000, hal. 1326-1327.
3

Lihat QS.14, Ibrahim : 1.

H. Mas’oed Abidin 3
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

perbaikan kearah peningkatan mutu dengan basis ilmu pengetahuan (knowledge


base society), basis budaya (culture base sociaty) dan agama (religious base society).

Tantangan besar menata ulang masyarakat dengan nilai berketuhanan


dan tamaddun sebagai mata rantai tadhamun al Islami dengan mengenalkan
kehidupan Islam ketengah peradaban manusia, dengan tujuan menggiring
masyarakat menuju madaniyah (modern, maju, beradab), dan menjadi antitesis
terhadap degradasi moral peradaban barat (westernisasi) dengan rancangan
bersendi wahyu (Kitabullah).

Masyarakat tamaddun adalah masyarakat integratif secara sosial, politik,


ekonomi ditengah pergumulan problematika sosial dan pribadi masyarakatnya.
Di dalam masyarakat Minangkabau hidup menjadi beradab (madani) dengan
spirit kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi), sesuai pepatah
“Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek pa uleh
kan, mako nyo sampai nan di cito”, diperkuat dengan keterpaduan (barek sa-pikua
ringan sa-jinjiang) atau “Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man
janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”4, nyata pada tangga
musyawarah (bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek mupakat), dalam kerangka
“Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo” dalam
menerjemahkan iman kepada Allah SWT dan menjadi pengikat spirit sunnatullah
dalam setiap gerak.
Mengenali alam keliling “Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang
lintabuang, Satitiak jadikan lauik, Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan
guru ”5, melahirkan sikap cinta ke nagari, menjadi perekat pengalaman sejarah6,
melahirkan sikap positif menjaga batas-batas patut dan pantas, tidak terbawa
hanyut materi dan hawa nafsu yang merusak sehingga terbentuk umat utama yang
kuat dengan sehat fisik, sehat jiwa, sehat ide (pemikiran), dan sehat social, ekonomi,

4
Basalang tenggang, artinya saling meringankan dengan dukungan terhadap kehidupan dan
“Karajo baiak ba-imbau-an, Karajo buruak bahambau-an”.
5
Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia. Di dalamnya terkandung faedah kekuatan, dan khasiat
yang diperlukan untuk mempertinggi mutu hidup jasmani manusia dengan bekerja membanting
tulang dan memeras otak untuk mengambil sebanyak faedah dari alam dengan menikmati sambil
mensyukurinya dan beribadah kepada Ilahi Yang Maha Kuasa.
6
Bukti kecintaan kenagari ini banyak dalam ungkapan hujan ameh dirantau urang hujang batu
dinagari awak, tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.

H. Mas’oed Abidin 4
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

pendidikan dalam masyarakat sekitarnya dalam ruang lingkup sama (integratif),


memiliki interrelasi dalam satu garistengah pemikiran Islam, menjadi "benang
hijau" dan tidak menimbulkan gesekan karena mengambil bentuk pemikiran
konstruktif (amar makruf) dan meninggalkan pemikiran destruktif (nahyun 'anil
munkar) melalui pembentukan tata cara hidup yang diajarkan agama Islam
(syarak), yakni berdikari terhadap diri sendiri tanpa tergantung orang lain (self
help), membantu dengan ikhlas karena Allah SWT (selfless help), dan saling
bekerjasama membantu satu sama lain (mutual help).
MORALITAS MASYARAKAT MADANI

ikap hati-hati sangat dituntut terhadap seorang Muslim sesuai ajaran

S Islam diawali dengan hati-hati berfikir, meraih keberhasilan, menjadi

ukuran kecerdasan, memiliki wawasan kedepan dan tanda kedewasaan.

Ditengah persimpangsiuran free flows of words and image, bebas menyajikan yang

menarik perhatian, dalam bentuk penayangan media informasi elektronika

menapak alaf kesejagatan, maka sikap hati-hati menyerap informasi dengan

memeranfungsikan filter budaya (tamaddun) dengan memakai takaran pantas

dan patut, boleh dan tidak, sesuai anutan ajaran agama (religi) yang tidak semata

bertumpu pada keinginan individual belaka. Salah menerjemahkan suatu

informasi, berpengaruh bagi penentuan sikap dan pengambilan keputusan,

terutama pada kondisi tidak menentu didorong sikap tergesa-gesa, prejudice,

dapat berdampak jauh terhadap keselamatan orang banyak dalam suatu tatanan

masyarakat majemuk (pluralis).

Ajaran Islam sesuai Alquran, mengingatkan agar setiap muslim selalu

berhati-hati dan tidak cepat mempercayai suatu berita yang sumbernya

H. Mas’oed Abidin 5
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

diragukan dan datang dari kelompok fasik yang suka memancing tumbuhnya

kemelut. Sikap tabayun, cek dan ricek dalam menerima berita mesti selalu

dipakai, agar tidak silap menetapkan amar putusan yang menyisakan

penyesalan panjang, dengan menghukum kaum yang tidak bersalah. Maka

meninggalkan tabayun memancing lahirnya tindakan zalim atau aniaya.

َ َ َ
‫ما‬ ْ َ‫صيبُوا ق‬
ً ‫و‬ ِ ُ‫ن ت‬ْ ‫سقٌ بِنَبَأ ٍ فَتَبَيَّنُوا أ‬ِ ‫م فَا‬ْ ُ ‫جاءَك‬ َ ‫ن‬ْ ِ ‫منُوا إ‬ َ ‫يَاأيُّهَا ال ّذِي‬
َ ‫ن ءَا‬
‫ن‬َ ‫مي‬ ْ ُ ‫ما فَعَلْت‬
ِ ِ ‫م نَاد‬ َ ‫حوا ع َلَى‬ ْ ُ ‫جهَالَةٍ فَت‬
ُ ِ ‫صب‬ َ ِ‫ب‬
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu (QS. al-Hujurat : 6).
Luhak Agam daerah yang indah, seakan qith’ah minal jannah fid-dun-ya,
sepotong syorga yang menghiasi dunia. Betapa hinanya, bila negeri kaya jadi
miskin dari kecintaan sesama.

Pemahaman keindonesiaan yang mantap mesti tertanam dalam


pengembangan wilayah luhak Agam, agar tidak menjadi sasaran empuk
konspirasi dan perebutan kepentingan internasional. Masyarakat Agam
khususnya, dan Sumatra Barat umumnya harus menjadi besar dan kuat dengan
kecerdasan (rasyid) memiliki kearifan masa datang dan selalu berpegang kepada
ajaran Alquran.
َ َ َّ ‫موا أ َف‬
ِ ْ ‫ن اْل‬
‫مر‬ ‫م َف‬ ِ ٍ‫م فِفي كَثِير‬ ْ ‫ه لَوْ يُطِيعُك ُف‬ ِ ‫ل الل ّف‬ َ ‫سو‬ ‫م َر ُف‬ ْ ‫يك ُف‬
َ
ِ‫ن ف‬ ُ َ ‫وَاع ْل‬
‫م وَكََّره َف‬ْ ‫ه فِفي قُلُوبِك ُف‬ ُ ‫نف وََزيَّن َف‬َ ‫ما‬ َ ‫م اْلِي‬ ُ ‫ب إِلَيْك ُف‬َ ‫حب َّف‬
َ ‫ه‬ َ ‫ن الل ّف‬َّ ‫م وَلَك ِف‬ْ ‫لَعَنِت ُّف‬
‫ن‬َ ‫شدُو‬ِ ‫م الَّرا‬ ُ ُ‫ك ه‬ َ ِ ‫ن أُولَئ‬َ ‫صيَا‬ ْ ِ‫سوقَ وَالْع‬ ُ ‫م الْكُفَْر وَال ْ ُف‬ ُ ُ ‫إِلَيْك‬
“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
(kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan
tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah
dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan.
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus". (QS.49, al-Hujurat:7).

Artinya, di tengah pergumulan hidup ada sunnah Rasul Allah. Bila


pegangan ini dilupakan, dengan mengikuti pendapat kebanyakan manusia,
niscaya laknat akan menimpa berupa kesesatan. Menyadari bahwa Allah SWT.

H. Mas’oed Abidin 6
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

telah menghiasi hati setiap muslim dengan iman, menanamkan kebencian


kepada kufur, dosa dan maksiyat, maka umat yang besar jumlahnya akan
menjadi lebih kuat, berkecerdasan tinggi, sebagai ukuran dari keutamaan dan
nikmat anugerah Allah.
Moralitas hidup berbangsa, cinta persaudaraan dan persatuan (ukhuwah),
tidak menghina dan merendahkan satu golongan, tidak mencari kesalahan
dengan menggunjing merusak diri dan kehormatan, namun teguh dalam
menciptakan ishlah, perbaikan dan reformasi, menegakkan keadilan dan taat
hukum, merupakan kekuatan ampuh dalam merebut kejayaan7. Akhlaq mulia ini
perlu secara sungguh dipertahankan sebagai kekuatan ampuh dalam menapak
alaf baru, karena jika nilai moral ini sudah pupus dari bangsa ini, maka secara
pasti akan lahir manusia modern yang biadab. Na’udzubillah.

Memperkuat Umat Menghormati Perbedaan


alam perubahan global potensi masyarakat mandiri akan

D membendung gelombang penetrasi budaya secara bersama.


Merosotnya peran kelembagaan adat dan syarak di Minangkabau
terkait pada kurang berpungsinya surau menjadi lembaga pendidikan
anak nagari dan lemahnya pagar adat dalam kekerabatan serta hilangnya daya
saing pemuka adat membina anak nagari. Disini pokok permasalahan yang amat
perlu diamati.

Mendudukkan peran serta masyarakat memerlukan musyawarah dan


mufakat. Kekayaan sangat berharga yang tersimpan didalam adat salingka nagari
mesti digerakkan menjadi kekuatan dasar bagi membangun daerah dan negara.
Perbedaan mesti dihormati, karena “Perbedaan di tengah-tengah umatku adalah
rahmat” (Al Hadist). Perubahan adalah satu undang-undang alami, “innaz-zaman
qad istadara”, -- zaman berubah masa berganti (Al Hadist) --. Artinya, “Pawang
biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku,
Di sinan api mangko hiduik”. Kitabullah yang menjadi landasan dari syarak

7
Lihat QS.49, al Hujarat : 7-13.

H. Mas’oed Abidin 7
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

mangato adat memakai, menjelaskan tentang penghormatan terhadap perbedaan


itu,
ُ َ
ُ ‫م‬
‫شعُوب ًفا‬ ْ ‫جعَلْنَاك ُف‬َ َ‫ن ذ َكَرٍ وَأنْث َفى و‬ ‫م ْف‬
ِ ‫م‬ ْ ‫خلَقْنَاك ُف‬َ ‫س إِن َّفا‬
‫يَاأيُّهَفا النَّا ُف‬
َ َ َ َ َ ‫ل لِتعارفُوا إ‬
‫م‬ َ ‫ن الل ّف‬
‫ه عَلِي ٌف‬ ْ ‫عنْد َ الل ّفهِ أتْقَاك ُف‬
َّ ‫م إ ِف‬ ِ ‫م‬ ْ ‫مك ُف‬َ ‫ن أكَْر‬ ّ ‫ِف‬ َ َ َ َ ِ ‫وَقَبَائ‬
13 :‫خبِيٌر الحجرات‬
َ
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-
bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal mengenal …”, (QS.49,
al Hujurat : 13).

TUNTUTAN ZAMAN
eiring perkembangan zaman, masyarakat memerlukan pendidikan

S berkualitas (quality education) guna memproduk SDM yang


diperlukan pasar kerja agar dapat ujud duduak samo randah tagak samo
tinggi dalam tata pergaulan masyarakat majemuk dan maju. Di awal abad 18,
penggagas dan pengasuh surau memiliki jalinan kuat dengan masyarakat dalam satu
ikatan saling menguntungkan (symbiotic relationship).

Surau menjadi kekuatan (silent opposition) terhadap penjajahan dan penetrasi


budaya dari luar. Dari surau lahir respon pemimpin dan komunitas
Minangkabau menantang penjajahan budaya, sehingga umat kuat. Masyarakat
Minangkabau sangat akomodatif seiring pemahaman syariat dalam membentuk
watak anak nagari dan kondisi ini telah menjadi pendorong masyarakat lebih
maju dan sangat dinamis. Senyatanya inilah kekuatan lain untuk menyusun
masyarakat Madani itu.

PARADIGMA TAUHID (LAA ILAAHA ILLA ALLAH)


abi Muhammmad SAW. membawa perubahan mendasar dengan

N revolusi aqidah terhadap seluruh spirit kehidupan manusia


(social reform), yang dimulai dengan keyakinan tauhid ditengah

H. Mas’oed Abidin 8
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

galau kepercayaan manusia ketika itu. Ketepatan bertindak adalah warisan


masyarakat madani, berbudaya, maju, menghormati hak-hak sipil,
mengutamakan ilmu pengetahuan, dan toleran dalam pergaulan. Kekuatan
tamaddun dan tadhamun (budaya) dari syarak (Islam) menyebar kepenjuru
benua dalam waktu pendek menjadi rujukan pemikiran, pola tindakan
masyarakat berbudaya memasuki Spanyol, Toulouse (Perancis), Samarkand,
Turkistan,India, Cina, sampai jantung Asia di timur. Pelanjut risalah
menawarkan sunnah dengan hati-hati (tsiqat), memilih tema dan waktu di iringi
keberanian jihad. Teguh prinsip dalam revolusi paradigma tauhid dan paradigma
akhlaqul karimah melaksanakan ajaran Islam sesuai ajakan “Islamlah kamu supaya
selamat” (al Hadist). Gelombang revolusi keyakinan Aqidah dan Akhlaq8 yang
dibawa oleh Muhammad SAW bertumpu kepada paradigma Laa ilaaha illa Allah
(aqidah tauhid), artinya tiada yang berhak disembah kecuali hanya Allah adalah
komitmen terhadap keesaan Allah dan menjadi wujud hubungan logis makhluk
dengan Khalik (hablum min Allah dan hablum min an-nas), yakni penyerahan total
kepada kedaulatan Allah.9 Setiap permintaan perlindungan kepada selain Allah,
adalah terlarang.

Berpijak kepada paradigma ini, manusia terbimbing dengan sikap tauhid


(aqidah kokoh), kesabaran (teguh sikap jiwa) yang konsisten, keikhlasan (motivasi
amal ikhtiar), tawakkal (penyerahan diri secara bulat) kepada kekuasaan Allah
yang jadi ciri utama (sibghah, identitas) iman dan takwa secara nyata yang
memiliki relevansi diperlukan setiap masa, dalam menata sisi-sisi kehidupan
kini dan masa depan.

Ditengah perkembangan kehidupan berbalut materi dan ilmu


pengetahuan, sains dan teknologi, terbayang kemerosotan nilai-nilai sipiritual
manusia secara serius. Kemerosotan nilai-nilai ini menjadi penyebab
berjangkitnya penyakit mental yang kronis, hilangnya pegangan hidup,
kaburnya kebahagian yang di dambakan, Ilmu pengetahuan, sains, teknologi
8
Gerakan dakwah ini, terbukti telah mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat maju,
melalui proses civilisasi yang beradab, dari gelap kepada terang (QS.14,Ibrahim:1)
9
Tiada sesuatupun yang berhak di sembah dan tidak ada pula tempat meminta pertolongan,
kecuali semata hanya kepada Allah zat Yang Esa (QS.1,al-Fatihah: 5, juga QS.112, al-Ikhlas:1-
5).

H. Mas’oed Abidin 9
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

yang dikejar-kejar dengan mengorbankan banyak materi, tidak jarang


memenjarakan manusia dalam kekosongan jiwa yang akut.

Keberhasilan kemajuan materi dan ilmu pengetahuan, sains dan


teknologi ini, dibarengi hilangnya pegangan hidup berujung dengan kehidupan
kehilangan arah. Kesudahannya, terperosok kedalam lingkaran tak berujung
pangkal (viceuse circle) ditengah siklus materialis individualis (dahriyyin)
akhirnya berkembang menjadi sekuler atheistis.

Suatu individu atau kelompok yang kehilangan pegangan hidup, walau secara
lahiriyah kaya materi tetapi miskin mental spiritual, ber-peluang besar terperosok
kedalam tingkah yang tidak mencerminkan nilai-nilaii kemanusiaan. Kerapkali pula
terperangkap kepada menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan sendiri, dan berperan aktif
menukar nilai kehidupan diluar nilai kemanusiaan. Ironis dan tragis, apalagi kalau
menjangkiti kelompok umat yang disebut muslim pula.
Kurangnya perhatian kepada perusakan lingkungan moral dan akhlaq
manusia, justru sangat berperan lebih merusak generasi manusia itu. Bahayanya
lebih parah dari kerusakan lingkungan (ekosistim). Perusakan lingkungan moral
hanya dapat diantisipasi dengan kembali kepada paradigma tauhid. 10

Menghindari bahaya pengrusakan moral hanya dengan konsekwen


melaksanakan revolusi paradigma dengan spirit Laa ilaha illa Allah, teguh
berdisiplin mengikuti perintah Allah.

Dengan paradigma tauhid ditemui ketegasan gagasan maupun gerak


tidak ada satupun perintah yang paling utama untuk diikuti, kecuali hanya perintah
Allah semata.

Paradigma tauhid memantapkan keberadaan manusia dalam alur


kehidupan yang benar. Indentitas Paradigma tauhid, terlihat pada sibghah (ciri-ciri)
gerak dan gagasan secara tegas dapat membedakan pola hidup atau pandangan manusia

10
Nabi Muhammad SAW, mengingatkan perintah Allah Yang Maha Menjadikan “Janganlah
berbuat perusakan (fasad) di bumi, Allah tidak suka kepada pembuat kerusakan” (Alquran).

H. Mas’oed Abidin 10
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

bertauhid itu.11 Paradigma tauhid adalah pandangan hidup dengan kepercayaan


yang bulat terhadap kekuasaan Allah Yang Maha Kuasa, melahirkan sikap
positif dan dinamis. Paradigma Laa ilaha illa Allah, mengingatkan manusia
untuk tidak terjatuh kepada sikap fatalistis (qadariyah), yakni menggantungkan
hidup kepada perputaran nasib, tanpa ada upaya untuk berbuat merebut nasib
itu.

Tauhid mendorong manusia untuk memaksimalisasi seluruh daya pikir,


daya cipta, daya upaya, menjadi modal dasar untuk menata kehidupan. Modal
dasar ini perlu diasah dengan ilmu pengetahuan dan perlu diasuh dengan
kecermatan dan kerajinan, dengan menjauhi watak syaithaniyah yaitu lalai,
lengah dan angkuh (sombong). Dinamisasi sikap hidup berlandaskan keyakinan
tauhid sangat menentukan bentuk lahir-bathin dari karya amal manusia.
Motivasi amaliah ini bertumpu kepada paradigma tauhid yang benar.

Menempatkan tauhid sebagai landasan berpikir, beramal, bertindak, serta


menjadikan paradigma tauhid ini sebagai pijakan, dalam seluruh aspek
kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, akan terjalinkan hubungan vertikal
yang substansial langgeng berketerusan (sustained) antara makhluk dengan
Khalik. Secara aktual tampak pada gerak yang ikhlas, perilaku tawadhuk, upaya
yang tawakkal dan amalan usaha mencari redha Allah. Paradigma tauhid,
adalah suatu gelombang revolusi keyakinan menghadapi kenyataan hidup
manusia yang multi aspek, telah di gulirkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah
SAW sejak limabelas abad silam dalam masyarakat madani.

Sebenarnya, hasil utama dari revolusi paradigma Laa ilaha illa Allah
mampu mewujudkan “rahmatan lil-‘alamin”, atau tatanan kebahagian dan
rahmat untuk seluruh alam ini. Insya Allah.

11
Paradigma Laa ilkaha illa Allah, adalah suatu keyakinan atau kepercayaan utuh tentang ke Esa-
an Allah yang sama sekali tidak bisa disebandingkan bahkan tidak bisa disejajarkan dengan
ketunggalan asas kekuasaan manapun di dunia ini, baik yang tampak ataupun tidak. Asas
Paradigma Tauhid menetapkan adanya asas absolut pada ketunggalan Allah atau ke Esa-an Allah
Yang Maha Esa, dan secara absolut pula sama sekali berbeda dengan makhluk, sesuai Firman-
Nya menyebutkan “Katakanlah, Allah itu Maha Esa. Allah adalah tempat bergantungnya segala
sesuatu. Tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang menyamai-
Nya” (QS.112,al Ikhlas,1-4).

H. Mas’oed Abidin 11
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

MEMAHAMI SYARAK MANGATO ADAT MEMAKAI


asyarakat adat berdasar syariat yang bersendikan Kitabullah,

M memahami bahwa kaedah-kaedah adat dipertajam makna dan


fungsinya oleh kuatnya peran syariat. Pelajaran-pelajaran sesuai
syarak itu, antara lain dapat diketengahkan,

1. Mengutamakan prinsip hidup berkeseimbangan


َ َ َ
‫م‬ ِ ‫ه لَغَفُوٌر َر‬
ٌ ‫حي‬ َ ّ ‫ن الل‬
ّ ِ ‫صوهَا إ‬ ْ ُ ‫ة الل ّهِ ل ت‬
ُ ‫ح‬ َ ‫ن تَعُدُّوا ن ِ ْع‬
َ ‫م‬ ْ ِ ‫وَإ‬
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi
maha Penyayang” (QS.16, An Nahl : 18).

Hukum Syarak menghendaki keseimbangan hidup rohani dan


jasmani ; "Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya kamu
pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu pelihara"
(Hadist). Keseimbangan ini semakin jelas wujud dalam kemakmuran di
Minangkabau “Rumah gadang gajah maharam, Lumbuang baririk di halaman,
Rangkiang tujuah sajaja, Sabuah banamo si bayau-bayau, Panenggang anak dagang
lalu, Sabuah si Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan banyak, Makanan anak
kamanakan. Manjilih ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang".
Bimbingan syarak, "Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu
akan mati besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan
hidup selama-lamanya" (Hadist).

2. Kesadaran kepada luasnya bumi Allah, merantaulah ! Allah telah


menjadikan bumi mudah untuk digunakan. Maka berjalanlah di atas
permukaan bumi, dan makanlah dari rezekiNya dan kepada Nya lah tempat
kamu kembali.
‫ل‬ ْ َ‫ن ف‬
ِ ‫ض‬ ْ ‫م‬
ِ ‫ض وَابْتَغُوا‬
ِ ‫شُروا فِي الْر‬ َّ ‫ت ال‬
ِ َ ‫صلة ُ فَانْت‬ ِ ُ‫فَإِذ َا ق‬
ِ َ ‫ضي‬
َ َ َ
‫ن‬ ْ ُ ‫ه كَثِيًرا لَعَل ّك‬
ُ ِ ‫م تُفْل‬
َ ‫حو‬ َ ّ ‫الل ّهِ وَاذ ْكُُروا الل‬

“Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah karunia Allah dan (di samping
itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu mencapai kejayaan", (QS.62, Al
Jumu’ah : 10).
Agar supaya “jangan tetap tertinggal dan terkurung dalam lingkungan yang kecil”,
dan sempit,
َ ُ ‫قَالُوا أَل َم تك‬
ِ ‫ة فَتُهَا‬
‫جُروا فِيْهَا‬ ً َ‫سع‬
ِ ‫ض اللهِ وَا‬
ُ ‫ن أْر‬
ْ َ ْ ْ

H. Mas’oed Abidin 12
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". (QS.4,
An Nisak : 97)
Merantau di Minangkabau adalah sesuatu pelajaran dalam perjalanan hidup,
“Karatau madang di hulu babuah babungo balun. Marantau buyuang dahulu di
rumah paguno balun. Akan tetapi, selalu ditanamkan pentingnya kehati-hatian,
“Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan
ka-tingga”.
3. Mencari nafkah dengan "usaha sendiri", dengan tulang delapan kerat dan cara
amat sederhana sekalipun "lebih terhormat", daripada meminta-minta dan
menjadi beban orang lain, "Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu pergi
kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual pencukupkan nafkah bagi
keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari pada berkeliling meminta-minta".
(Hadist). Membiarkan diri hidup dalam kemiskinan tanpa berupaya
adalah salah , "Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran (ke-
engkaran)" (Hadist).
4. Tawakkal dengan bekerja dan tidak boros adalah satu bentuk keseriusan dan
tidak "hanya menyerahkan nasib" tanpa berbuat apa-apa, "Bertawakkal lah
kamu, seperti burung itu bertawakkal" (Atsar dari Shahabat). Artinya,
pemahaman syarak menanamkan dinamika hidup yang tinggi.

5. Kesadaran kepada ruang dan waktu. Menyadari bahwa peredaran bumi,


bulan dan matahari, pertukaran malam dan siang, menjadi bertukar musim
berganti bulan dan tahun, adalah hukum alam semata.

11 -10 :‫) النبأ‬11(‫شا‬ َ ‫جعَلْنَا النَّهَاَر‬


ً ‫معَا‬ َ َ‫)و‬10(‫سا‬ َ ْ ‫جعَلْنَا اللَّي‬
ً ‫ل لِبَا‬ َ َ‫و‬
"Kami jadikan malam menyelimuti kamu (untuk beristirahat), dan kami jadikan
siang untuk kamu mencari nafkah hidup". (QS.78, An Naba’ : 10-11)
6. Arif akan adanya perubahan-perubahan dengan pandai mengendalikan diri,
agar jangan melewati batas, dan berlebihan, “Ka lauik riak mahampeh, Ka
karang rancam ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh,
Jiko mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”. Pemahaman
syarak menekankan kepada kehidupan yang dinamis, mempunyai martabat
(izzah diri), bekerja sepenuh hati, menggerakkan semua potensi yang ada,
dengan tidak menyisakan kelalaian ataupun ke-engganan. Tidak berhenti
sebelum sampai. Tidak berakhir sebelum benar-benar sudah.

KONSEP TATA RUANG YANG JELAS

H. Mas’oed Abidin 13
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

agari di Minangkabau berada di dalam konsep tata ruang yang jelas.

N Basasok bajarami, Bapandam bapakuburan, Balabuah batapian, Barumah

batanggo, Bakorong bakampuang, Basawah baladang, Babalai bamusajik.

Ba-balai (balairuang atau balai-balai adat) tempat musyawarah dan


menetapkan hukum dan aturan ; “Balairuang tampek manghukum, ba-aie janieh
basayak landai, aie janiah ikan-nyo jinak, hukum adie katonyo bana, dandam agiae
kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”.

Ba-musajik atau ba-surau tempat beribadah, “Musajik tampek ba ibadah,


tampek balapa ba ma’ana, tampek balaja Alquran 30 juz, tampek mangaji sah jo batal”12,
Artinya ada pusat pembinaan umat untuk menjalin hubungan masyarakat yang
baik (hablum-minan-naas) dan terjamin pemeliharaan ibadah dengan Khalik
(hablum minallah). Adanya balairuang dan musajik (surau) menjadi lambang
utama terlaksananya hukum -- kedua lembaga – balairung dan mesjid – ini
merupakan dua badan hukum yang disebut dalam pepatah : “Camin nan tidak
kabuah, palito nan tidak padam”13—di dalam pemahaman “adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah., syarak mangato adat nan kawi syarak nan lazim”.

Kedua lembaga ini – balai adat dan surau – keberadaannya tidak dapat
dipisah dan dibeda-bedakan. “Pariangan manjadi tampuak tangkai, Pagarruyuang
pusek Tanah Data, Tigo Luhak rang mangatokan. Adat jo syarak jiko bacarai, bakeh
bagantuang nan lah sakah, tampek bapijak nan lah taban”. Apabila kedua sarana ini
berperan sempurna, maka di kelilingnya tampil kehidupan masyarakat yang
berakhlaq perangai terpuji dan mulia (akhlaqul-karimah) itu. “Tasindorong jajak
manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syarak kok tasusun, bumi sanang padi
manjadi”.

Sebenarnya, nagari dalam daerah Minangkabau, Sumatra Barat, seakan


sebuah republik kecil yang mempunyai sistim demokrasi murni, pemerintahan

12
Memang di surau tidak ada yang dapat di cari benda-benda (materi), kecuali hanya bekal ilmu,
hikmah dan kepandaian-kepandaian untuk mengharungi hidup di dunia ini, dan dalam
mempersiapkan hidup di akhirat. Sebagai terungkap di dalam Peribahasa Minangkabau, “bak
batandang ka surau”, karena memang surau tak berdapur (Anas Nafis, 1996:464 -Surau-2).
13
Dt.Rajo Pengulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, 1994, hal : 62.

H. Mas’oed Abidin 14
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

sendiri, asset sendiri, wilayah sendiri, perangkat masyarakat sendiri, sumber penghasilan
sendiri, bahkan hukum dan norma-norma adat sendiri.

Konsep tata-ruang adalah salah satu kekayaan budaya yang sangat berharga
di nagari dan bukti idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk di dalam
mengelola kekayaan alam dan pemanfaatan tanah ulayat.

“Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu,

Nan gurun buek kaparak, Nan bancah jadikan sawah,

Nan munggu pandam pakuburan, Nan gauang katabek ikan,

Nan padang kubangan kabau, Nan rawang ranangan itiak”.

Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur, pemelihara.


Pendukung sistim banagari yang terdiri dari orang ampek jinih, yang terdiri dari
ninikmamak ( yakni penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut
ninikmamak nan gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung
tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.), alim ulama (juga
disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib nagari atau imam suku, dll
dalam peran dan fungsinya sebagai urang surau pemimpin agama Islam.
Gelaran ini lebih menekankan kepada pemeranan fungsi ditengah denyut nadi
kehidupan masyarakat (anak nagari), cerdik pandai (dapat saja terdiri dari anak
nagari yang menjabat jabatan pemerintahan, para ilmuan, perguruan tinggi,
hartawan, dermawan), urang mudo (yakni para remaja, angkatan muda, yang
dijuluki dengan nan capek kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo).

Dan bundo kanduang (terdiri dari kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya


ditangan mereka terletak garis keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih
berlaku hingga saat ini, lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan Penghulu,
Bundo Kanduang di Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan
gadang,umbun puruak pegangan kunci, pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam
nagari, nan gadang basa batuah”).

H. Mas’oed Abidin 15
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Maka, nagari di Minangkabau tidak sebatas pengertian ulayat hukum adat.

Lebih mengedepan dan utama adalah wilayah kesepakatan antar berbagai

komponen masyarakat di dalam nagari . Sikap hidup ini, menjadi sumber

pendorong kegiatan di bidang ekonomi. Tujuan utama untuk keperluan jasmani

(material needs). Hasilnya tergantung kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup

tersebut berurat dalam jiwa masyarakat nagari. Dan bergantung pula kepada

tingkat kecerdasan yang telah dicapai.

MEMULAI DENGAN IBADAH


engabdi kepada Allah merupakan nilai ruhiyah, dan tanpa nilai-

M nilai itu kehidupan fisik duniawi yang nyata ini terasa hambar
dan kosong. Maka nikmat besar itu sesungguhnya adalah
kesempatan mempersembahkan anugerah kehidupan sebagai
makhluk Allah sesuai dengan eksistensi kita dijadikan.

‫ن‬
ِ ‫س إِل لِيَعْبُدُو‬
َ ْ ‫ن وَالِن‬ ِ ْ ‫ت ال‬
َّ ‫ج‬ ُ ْ‫خلَق‬
َ ‫ما‬
َ ‫َو‬
“tidak dijadikan makhluk jinn dan manusia, hanya semata untuk mengabdi
kepada Allah“.(QS. Adz-dzariyat, ayat 56).

Suatu kaedah yang sering dilupakan masa sekarang adalah “man ‘arafa
nafsahu fagad ‘arafa rabbahu”, artinya siapa yang ingat dirinya akan mengenal
Tuhannya. Secara maknawi berisikan pemahaman yang mendalam, bahwa
“yang melupakan Tuhannya jua yang selalu berpeluang lupa kepada diri sendiri”.

Allah telah mengingatkan kita semua agar tidak terjatuh kepada


kehidupan masyarakat tak tahu diri sebagaimana disebutkan dalam Firman-
Nya;

H. Mas’oed Abidin 16
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

‫م‬ َ ‫م أُولَئ ِفف‬ َ ُ‫ول تكُونوا كَالَّذي ن ن سوا الل ّففَه فَأَن ساه‬
ُ ‫ك هُفف‬ ْ ُ‫سه‬
َ ‫م أنْفُ ف‬
ْ َ ‫ْفف‬ َ ُ ‫ِ َفف َفف‬ ُ َ
‫ن‬ ِ ‫الْفَا‬
َ ‫سقُو‬
“janganlah kamu menjadi kelompok yang melupakan Allah, karena akibatnya adalah
Allah akan menjadikan kamu lupa terhadap dirimu sendiri, itulah mereka yang fasik”
(QS.al Hasyr : 19).

Lupa diri berujung kepada lupa daratan, kesudahannya akan tersesat


dalam pelayaran hidup ini. Manusia yang tak tahu diri, seringkali terjerembab
kepada sikap sombong, takabur, angkuh yang berujung dengan kufur nikmat dan
dampaknya adalah melecehkan ketentuan-ketentuan hukum Allah, akhirnya
bersikap perangai tidak perduli dengan alam lingkungan, bahkan sering
melupakan tata hubungan bermasyarkat yang tampak pada hilangnya rasa
toleransi (ukhuwwah) dan tumbuh perangai permisif yakni mengerjakan sesuatu
seenak hati, akhirnya berkecenderungan tanpa pengindahan norma-norma yang
berlaku.

Gejala ini yang sering tampil dipermukaan dalam kehidupan masyarakat


hari ini, terutama menjangkiti kaula muda yang telah terperangkap dalam
kehidupan tak menentu atau “X-Generation” yakni suatu generasi yang tercabut
dari akar budaya (tamaddun) tempat mereka ditumbuhkan. Kondisi inilah yang
sangat ditakuti menjangkiti generasi Asia masa datang.

Beberapa penyakit masyarakat sesudahnya bisa berkembang dengan


pesat, seperti ritual sinkeritis, agama ceremonial, hilang pegangan hidup, cepat
stress, bersikap pesimis, budaya lepak yang pada dasarnya banyak disebabkan
oleh kehidupan yang disungkup paham-paham materalisme, individualisme,
liberalisme atau kebebasan yang salah pasang, dan westernisasi yang bukan
padanannya untuk negeri timur yang berbudaya.

Sebenarnya yang kita perlukan adalah modermisasi yang terarah sesuai


dengan budaya bangsa, tidaklah semata kemajuan fisik dengan menggadaikan
nilai-nilai moral atau harga diri bangsa yang pada awalnya mempunyai
semangat patriotisme.

H. Mas’oed Abidin 17
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Dukungan masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan yang

terdiri dari ninikmamak, alim ulama, cadiak pandai, bundo kanduang dan kalangan

rang mudo, menjadi penggerak utama mewujudkan tatanan sistim di nagari.

Terutama dalam menerjemahkan peraturan daerah kembali kepemerintahan

nagari. Hakekatnya, anak nagari sangat berkepentingan dalam merumuskan

nagarinya. Konsep ini mesti tumbuh dari akar nagari itu sendiri. Tidak suatu

pemberian dari luar. “Lah masak padi 'rang Singkarak, masaknyo batangkai-tangkai,

satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhul sintak, Jaranglah urang nan ma-ungkai,

Tibo nan punyo rarak sajo”, artinya diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya,

terutama dalam menatap setiap perubahan peradaban yang tengah berlaku. Hal

ini perlu dipahami, supaya jangan tersua “ibarat mengajar kuda memakan dedak”.

Masyarakat nagari tidak terdiri dari satu keturunan (suku) saja, tetapi asal

muasalnya berdatangan dari berbagai daerah di sekeliling ranah bundo. Namun

mereka dapat bersatu dalam satu kaedah hinggok mancangkam tabang basitumpu

atau hinggok mencari suku dan tabang mencari ibu. “Hiyu bali balanak bali, ikan

panjang bali dahulu. Ibu cari dunsanak cari, induak samang cari dahulu “, Maknanya,

-- yang datang dihargai, yang menanti dihormati --, “Dima bumi di pijak, di sinan

langik di junjuang, di situ adaik bapakai”,satu bentuk perilaku duduk samo randah

tagak samo tinggi yang menjadi prinsip egaliter di Minangkabau. Kalau bisa

dipertajam, inilah prinsip demokrasi murni dan otoritas masyarakat yang sangat

independen.

H. Mas’oed Abidin 18
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Dengan modal itu, langkah penting kedepan adalah menguasai informasi

substansial, mendukung pemerintahan yang menerapkan low-enforcment,

memperkuat kesatuan dan Persatuan di nagari-nagari, dengan muaranya adalah

ketahanan masyarakat dan ketahanan diri yang dimulai dengan apa yang ada.

Kekayaan alam dan potensi yang terpendam dalam unsur manusia. Kekayaan

nilai-nilai budaya lengkap dengan sarana pendukungnya. Selangkah demi

selangkah mesti diberdayakan. Melaksanakan idea self help mesti seiring dengan

sikap hati-hati. Ada kesadaran tinggi bahwa setiap gerak di awasi. Kesungguhan

diri ditumbuhkan dari dalam. Tanamkan keyakinan bahwa Allah SWT satu-

satunya pelindung dalam kehidupan. Masyarakat Minangkabau yang beradat dan

beragama selalu hidup dengan mengenang hidup sebelum mati dan hidup

sesudah hidup ini. Sesuai peringatan Ilahi,

َ َ َ َ َ
ُ ّ ‫م وَإِذ َا أَراد َ الل‬
‫ه‬ ْ ِ‫سه‬ َ ‫حتَّى يُغَيُِّروا‬
ِ ُ‫ما بِأنْف‬ َ ٍ ‫ما بِقَوْم‬ َ ّ ‫ن الل‬
َ ‫ه ل يُغَيُِّر‬ ّ ِ‫إ‬
.‫ل‬
ٍ ‫ن وَا‬ْ ‫م‬
ِ ِ‫ن دُونِه‬ْ ‫م‬
ِ ‫م‬ ْ ُ‫ما لَه‬
َ ‫ه َو‬ُ َ ‫مَرد َّ ل‬
َ ‫سوءًا فَل‬ ُ ٍ ‫بِقَوْم‬
" Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak merobah keadan sesuatu kaum, kecuali
mereka mau merubah keadaan yang ada dalam dirinya masing-masing .... Dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap satu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya;
sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS.13, Ar Ra’du : 11)

Memperkuat Posisi Nagari

Tugas kembali kenagari adalah menggali potensi dan asset nagari yang terdiri
dari budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak nagari. Apabila tidak digali,
akan mendatangkan kesengsaraan baru bagi masyarakat nagari. Dimulai dengan
memanggil potensi yang ada dalam unsur manusia, masyarakat nagari. Gali
kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada dalam diri masing-masing.

H. Mas’oed Abidin 19
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya


didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya kemauannya dibangkitkan. Upaya ini
akan berhasil dengan menumbuhkan atau mengembalikan kepercayaan kepada
diri sendiri.

“Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i janji,
Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo
tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja.

Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh mangkonyo
kameh, Dek padi mangko manjadi.”.

Tujuannya agar sampai kepada taraf yang mampu berdiri sendiri dan
membantu nagari secara selfless help, memberikan bantuan dari rezeki yang telah
kita dapatkan tanpa mengharap balas jasa,

‫ج هِ َرب ِّهِ الع ْلَى‬


ْ َ‫) إل ابْتِغَاءَ و‬19( ‫جَزى‬ َ ْ‫ن نِع‬
ْ ُ ‫مةٍ ت‬ ْ ‫م‬
ِ ُ ‫عنْد َه‬
ِ ٍ ‫حد‬
َ ‫ما ل‬
َ َ‫و‬
)20(
"Pada hal tidak ada padanya budi seseorang yang patut dibalas, tetapi karena hendak
mencapai keredhaan Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi". (QS.al-Lail :19- 20)

Optimisme banagari mesti selalu dipelihara, “Alah bakarih samporono,


Bingkisan rajo Majopahik, Tuah basabab bakarano, Pandai batenggang di nan rumik”.
Mendukung percepatan pembangunan di era otonomi daerah di Sumbar, sangat
perlu disegerakan upaya upaya ;

1. Meningkatkan Mutu SDM anak nagari, dan memperkuat Potensi yang sudah
ada melalui program utama,

a. menumbuhkan SDM Negari yang sehat dengan gizi cukup, meningkatkan


penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama terapan),

b. mengokohkan pemahaman agama, sehingga anak negari menjadi sehat rohani,

c. menjaga terlaksananya dengan baik norma-norma adat, sehingga anak nagari


menjadi masyarakat beradat yang beragama (Islam).

H. Mas’oed Abidin 20
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

d. Membentuk masyarakat beradat dan beragama sebagai suatu identitas yang


tidak dapat ditolak dalam kembali kenagari.

2. Menggali potensi SDA di nagari, selaras perkembangan global dengan


memperkuat ketahanan ekonomi rakyat. Membangun kesejahteraan bertitik tolak
pembinaan unsur manusia. Dari menolong diri sendiri kepada mutual help.
Tolong-menolong adalah puncak budaya Adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah. Berbagi pekerjaan (ta'awun) ajaran syarak. "Bantu membantu,
ta'awun, mutual help dalam rangka pembagian pekerjaan (division of labour)
menurut keahlian masing-masing ini, akan mempercepat proses produksi, dan
mempertinggi mutu, yang dihasilkan. Itulah taraf ihsan yang hendak di capai.

3. Memperindah nagari dengan menumbuhkan contoh di nagari. Indicator utama


adanya moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi nan indah baso”.
Efisiensi organisasi dengan reposisi dan refungsionisasi semua pemeranan fungsi
dari elemen masyarakat.

Ketiga pengupayaan diatas menjadi satu konsepsi tata cara hidup. Sistem
sosial dalam "iklim adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah", adalah
membina negara dan bangsa keseluruhannya untuk melaksanakan Firman Ilahi ,
َ َ
‫ن الدُّنْيَا‬
َ ‫م‬ َ َ ‫صيب‬
ِ ‫ك‬ ِ َ‫س ن‬َ ْ ‫خَرة َ وَل تَن‬ ِ ‫ه الدَّاَر ال‬ ُ ّ ‫ك الل‬ ‫ما ءَاتَا‬َ ‫وَابْتَِغ فِي‬
َ َ َ ‫وأ َح سن ك‬
َّ ِ ‫ساد َ ف ِي الْر ض إ‬
‫ن‬ ِ َ َ ‫ك وَل تَب ِْغ الْف‬ ُ ّ ‫ن الل‬
َ ْ ‫ه إِلَي‬ َ ‫س‬َ ‫ح‬ْ ‫ما أ‬ َ ْ ِ ْ َ
َ
‫ن‬
َ ‫سدِي‬ ُ ْ ‫ب ال‬
ِ ْ‫مف‬ ُّ ‫ح‬ َ ّ ‫الل‬
ِ ُ‫ه ل ي‬
"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah berbuat baik
terhadapmu sendiri (yakni berbuat baik tanpa harapkan balasan)”. (QS.28, Al Qashash :
77)

Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam diri


masing-masing, untuk membina umat dalam masyarakat di nagari harus
diketahui pula kekuatan-kekuatan.

“Latiak-latiak tabang ka Pinang,

Hinggok di Pinang duo-duo,

Satitiak aie dalam piriang,

H. Mas’oed Abidin 21
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Sinan bamain ikan rayo”.

Teranglah sudah, bagi setiap orang yang secara serius ingin berjuang di
bidang pembangunan masyarakat nagari lahir dan batin, material dan spiritual
pasti akan menemui disini iklim (mental climate) yang subur.

Apabila pandai menggunakan dengan tepat akan banyak membantu


usaha pembangunan itu. Melupakan atau mengabaikan ini, adalah satu kerugian.
Berarti mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam pembangunan
masyarakat dan negara.

JAUHI SIFAT FIR’AUNISME

Sejarah mencatat Fir’aun adalah sosok kekuasaan yang tampil


dengan sistim otoriter, diktator absolut, kejam dengan segala bentuk
pemerkosaan hak-hak hidup rakyat banyak tanpa mengindahkan pendapat
orang lain. Penindasan hak-hak rakyat bawah oleh tangan-tangan kekuasaan
dengan tidak mengindahkan kebenaran wahyu yang disampaikan oleh utusan
Allah yakni Musa AS ditolak, dengan alasan bahwa Fir’aun adalah penguasa
tertinggi. Pemerintahannya tidak menghormati hak asasi makhluk yang
dilakukan semata untuk mencapai semua yang diingininya. Walaupun di
zamannya pembangunan proyek-proyek raksasa (sphinx, pyramida, Luxor) yang
amat mencengangkan tak tertandingi hingga kini. Semua keberhasilan itu
dibayar dengan darah dan nyawa, tidak hanya sebatas keringat dan air mata.
Kondisi inilah sebenarnya yang telah menyebabkan rakyat terpuruk dalam
menjadi budak.

Diskriminasi merajalela karena penduduk yang bukan dari ras


pemerintahannya tidak memiliki hak apapun ditengah kelompok elite keluarga
istana di dekat Fir’aun, serta kekuasaan kelompok tentara (junudahu) dibawah
Panglima Haman 14. Kekuatan inti ini mendapat dukungan dari pengusaha kaya
yang selalu memperoleh fasilitas menguasai ekonomi dan hajat orang banyak
seperti mega-konglomerat Qarun yang sangat angkuh15. Tiga kekuatan tersebut
14
lihat QS.28:8
15
lihat QS 28:76

H. Mas’oed Abidin 22
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

merupakan pilar utama kekuasaan yang sangat berperan menjadikan Fir’aun


penguasa muthlak yang dikelilingi para penjilat yang bertindak semata atas
petunjuk diraja meskipun hak-hak rakyat mesti di korbankan.

Alquranul Karim mengulang-ulang kisah Fir’aun ini pada 74 ayat, dan


Haman pada 6 tempat serta Qarun di 4 ayat, dengan tujuan agar Rasulullah SAW
dan orang yang beriman bersedia melakukan kaji-banding agar kemelut
pemerintahan sistim Fir’aun (Fir’aunisme) tidak terulang yang berakibat sendi-
sendi kehidupan umat manusia akan rusak secara global. Sinyal Alquran
mendalam dan rinci menyebut cara Fir’aun menghidupkan kekuasaan dengan
licik penuh kesewenangan, antara lain;

1. Menjadikan penduduknya pecah belah ( ),

2. Melakukan penindasan terhadap sebahagian dari rakyatnya dan memberikan


kedudukan terhadap kelompok penduduk yang sejalan dengan pola
kekuasaanya ( ) dengan menerapkan
sistim politik belah bambu,

3. Membunuh anak-anak lelaki ( ) dari kelompok


tertentu serta menghidupkan anak-anak perempuan (
atau etnis cleansing) dengan maksud supaya
tidak lahir satu kekuatan yang bisa menjatuhkan kemapanan kekuasaannya16.

Pengebirian nilai-nilai keluhuran dan kejujuran memupus patriotisme


berbangsa di tengah kemajemukan penduduk, dan umat terpasung tanpa
pemilikan hak kebebasan berideologi dan ujungnya adalah fasad dan
kehancuran yang tak terelakkan.

َّ ‫ض‬ َ
‫ما هَدَى‬
َ َ‫ه و‬
ُ ‫م‬ ْ َ‫ن ق‬
َ ‫و‬ ُ ْ‫ل فِْرع َو‬ َ ‫وَأ‬
“Maka, hancur (celaka) Fir’aun beserta seluruh kaum pengikutnya dan
tidak memberi petunjuk”17.

16
lihat QS.28 al-Qashash, ayat 4
17
lihat QS. Tha-haa, ayat 79

H. Mas’oed Abidin 23
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Para pemuda adalah kelompok besar di tengah satu bangsa. Mereka


wajib diberi amanah peran pelopor perubahan (agent of changes), dengan bekal
utama adalah keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT dan hidup beradat. Di
Ranah Minang di Sumatera Barat ini, peran pendidikan dan dakwah
menyadarkan masyarakat akan peran mereka dalam membentuk dan
meningkatkan harkat diri mereka sendiri.

َ َ َ
‫م‬
ْ ِ‫سه‬ َ ‫حتَّى يُغَي ُِّروا‬
ِ ‫ما بِأن ْ ُف‬ َ ٍ ‫ما بِقَوْم‬ َ ّ ‫ن الل‬
َ ‫ه ل يُغَي ُِّر‬ ّ ِ‫إ‬
"Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib satu kaum, hingga kaum itu sendiri

yang berusaha merobah sikap mereka sendiri." (QS.13, ar Ra’d : 11)

Kenyataan sosial penduduk mestilah dengan mengakui keberadaannya,

menjunjung tinggi puncak-puncak kebudayaan mereka. Disamping

menyadarkan masyarakat akan potensi besar yang dimiliki, untuk kemudian

mendorong masyarakatnya kepada satu bentuk kehidupan yang bertanggung

jawab. Sangat salah memberikan penilaian bahwa masyarakat bawah selalu

tertinggal dibelakang, tidak mengenal perubahan, ketinggalan zaman sehingga

tidak perlu diikut sertakan dalam segala kegiatan-kegiatan bersama, seakan

masyarakat tersebut senantiasa mesti hidup dibawah kendali orang lain, harus

disantuni dengan rasa belas kasihan, serta selalu tergantung kepada pihak lain.

Disinilah peran dakwah agama, agar masyarakat dapat digerakkan menyadari

keberadaan mereka, sehingga penduduk siap menerima setiap perubahan yang

memang perlu mereka peroleh.

H. Mas’oed Abidin 24
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Dengan demikian, dakwah agama – ISLAM -- menjadikan masyarakat

hidup bermartabat dengan nilai-nilai budaya mereka yang luhur, kemudian

mengikat mereka dengan satu keyakinan agama yang hanif kuat dan dinamis.

َ َ ‫وأ‬
‫ن‬ ُ ْ ‫ن ال‬
ْ ‫م‬
َ ‫شرِكِي‬ َ ‫م‬ َّ َ ‫حنِيفًا وَل تَكُون‬
ِ ‫ن‬ َ ‫ن‬ َ َ‫جه‬
ِ ‫ك لِلدِّي‬ ْ َ‫م و‬
ْ ِ‫ن أق‬
ْ َ
“Dan (aku telah diperintah): "Hadapkanlah mukamu kepada agama dengan tulus dan
ikhlas dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS.10, Yunus : 105)
Berperilaku taqwa, adalah memiliki akhlaqul karimah yang menjadi
puncak dari kemuliaan perangai manusia. Basis akhlaq adalah tauhid, jihad, redha
dengan ketentuan Allah, mengikut Rasul, dan tidak fasad dalam hidup duniawi.
Untuk tugas itu Rasulullah SAW di utus, “Innama bu’istu li utammima makarimul
akhlaq (al Hadist).

TUNTUNAN AKHLAQ
DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH (AJARAN ISLAM)

Ajaran Islam sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap


untuk maju. Kemajuan materi (madiyah) akan terpacu oleh akhlaq manusia yang
menggenggam materi tersebut. Akhlaq adalah perangai yang berakar didalam hati
sebagai anugerah dari Khalik Maha Pencipta. Makhluk manusia mesti terikat erat
dengan Khalik sang Pencipta. Akhlaq adalah jembatan yang mendekatkan
makhluk dengan Khaliknya. Menjadi parameter menilai sempurna atau tidaknya
ihsan Muslim itu. Melaksanakan agama sama artinya dengan berakhlaq sesuai
dengan tuntunan agama Islam. Karena itu, agama bukanlah sebuah beban,
melainkan adalah sebuah identitas (cirri, shibgah). Membebaskan diri dari
ketentuan Maha Pencipta, atau membebaskan manusia dari nilai-nilai agama
(seperti free of values yang banyak dipahami oleh masyarakat liberalistik) akan
berakibat bahwa makhluk manusia menjadi makhluk yang tidak punya makna.
Dengan demikian, semestinya agama harus dilihat sebagai satu keperluan utama.

H. Mas’oed Abidin 25
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Ajakan Rasulullah SAW, agar "jadilah kamu berilmu yang mengajarkan


ilmunya, atau belajar (muta’alliman), atau menjadi pendengar (mustami’an)", adalah
anak kunci kemajuan peradaban manusia (hadharah, civilisasi), mampu menjawab
perubahan zaman, jika selalu diingat bahwa dibelakangnya ada satu peringatan
keras, "sekali jangan kamu menjadi kelompok keempat", yakni tidak mengikuti aktifitas
keilmuan, yaitu "tidak mengajar, enggan belajar, malas mendengar". Rasulullah
SAW menyebutkan satu tugas risalahnya sebagai “Hanya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia” (al Hadist). Pentingnya akhlaq di ungkap
banyak penyair (ahli hikmah) “innama umamul akhlaqu maa baqiyat, wa inhumu
dzahabat akhlaquhum dzahabuu”, yang di artikan, “tegak rumah karena sendi, sendi
hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa karena berbudi, budi hancur luluhlah
bangsa”. Filosofi “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”di Minangkabau,
banyak menampilkan pepatah mengandung ajaran akhlaq, “Nan kuriak kundi, nan
sirah sago, nan baiak budi, nan indah baso”, atau “Bahaso manunjuakkan banso” artinya
bahasa menunjukkan akhlaq bangsa. Akhlaq tidak dapat dilupakan, walaupun
sipelakunya sudah tiada. “Utang ameh buliah dibaia, utang budi dibao mati”.

Betapapun keperluan materi telah dapat dipenuhi, suasana hidup akan


selalu hambar dan gersang manakala keperluan ruhanik (immaterial, spirituil)
tidak diperhatikan. Selalu akan tampak bahwa manusia tanpa agama sama saja
dengan makhluk yang bukan manusia. Perikehidupan tanpa bimbingan agama,
artinya sama dengan peri kehidupan tidak berperikemanusiaan. Para Nabi dan
Rasul yang diutus kepada manusia bertugas memberikan tuntunan akhlaq
dalam semua perilaku kehidupan. Rujukan dari tuntunan akhlaq adalah wahyu
Allah. Semua bimbingan yang terdapat pada semua kitabsuci samawi
menekankan kepada terpeliharanya adab pergaulan antar manusia dan sesama
makhluk. Tatanan adab pergaulan dimasud selalu di ikat dengan hubungan
kasih (mahabbah) dengan Khalik Maha Pencipta, yang disebut dengan ibadah.
Tuntunan akhlaq dan ibadah bukanlah sebatas teori, tetapi semua
perilaku pada seluruh tingkat pelaksanaan hubungan kehidupan. Terlihat nyata
dalam bentuk perilaku, contoh dan uswah yang ditinggalkan Rasulullah SAW,
sesuai firman Allah menyebutkan,

H. Mas’oed Abidin 26
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

َ ُ َ
َ ّ ‫جو الل‬
‫ه‬ َ ‫ن كَا‬
ُ ‫ن يَْر‬ ْ ‫م‬ ٌ َ ‫سن‬
َ ِ‫ة ل‬ َ ‫ح‬ ْ ‫ل الل ّهِ أ‬
َ ٌ ‫سوَة‬ ِ ‫سو‬ ُ ‫م ف ِي َر‬ ْ ُ ‫ن لَك‬
َ ‫لَقَد ْ كَا‬
َ
َ ّ ‫خَر وَذ َكََر الل‬
‫ه كَثِيًرا‬ ِ ‫م اْل‬
َ ْ‫وَالْيَو‬
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
(uswah hasanah), yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS.33, al Ahzab : 21).

Meluasnya kemelut sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi Negara,


ikut menghantui umat terhadap malapetaka politik, moral, ekonomi, informasi dan
budaya yang dipicu oleh kemerosotan akhlaq dan rohaniah individu anggota
masyarakat, sedari pemimpin maupun rakyat yang mengikutnya. Kerusakan
akhlaq adalah cerminan kepincangan pembangunan keperibadian (syahsiah) yang
padu dan saling berkaitan antara sisi-sisi mental, sosial, fisik, emosi dalam satu
tatanan kehidupan anak nagari, dan terkait pula dengan lemahnya sistem
pendidikan sekular serta mengaburnya pencapaian tujuan pendidikan oleh para
murabbi (guru).

Menghadapi kondisi keumatan yang parah ini, wajib segera dibangun


domain-domain kemanusiaan yang jadi satu dengan gerakan tarbiyyah Islamiyah dan
menetapkan domain ruhiah atau domein rohaniah padu kedalam sistim pendidikan
agar kerusakan akhlaq tidak menjadi lebih parah. Ketika pagar-pagar budaya
impoten dan tipisnya penghormatan terhadap pemangku adat, alim ulama,
cerdik pandai suluah bendang, mesti melaksanakan kewajiban utama membuka
hati keluarga dan umat lebih luas, sehingga tubuh yang kasar dapat menerima
percikan cahaya Ilahi yang lebih tinggi, dan manusia sadar bahwa tujuan hidup
duniawi hanya alat untuk menuju akhirat yang kekal abadi. Dapat disimpulkan
bahwa lemahnya bekalan agama dilapisan umat dan tipisnya pemahaman Islam
akan berpengaruh didalam kehidupan. Paham ‘Ashabiyah (kedaerahan),
menghilangkan arti maknawi dari ukhuwah. Persatuan lahiriyah tidak mampu
menumbuhkan kebahagiaan mahabbah, cinta sesama. Di sinilah bermula sumber
kehancuran.

H. Mas’oed Abidin 27
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Kebejatan sosial, politik dan ekonomi yang menghimpit hari ini telah
memberi satu konklusi bahwa keadaan itu terjadi karena usaha sadar manusia
mengabaikan upaya penyepuhan jiwa (tazkiyah an-nafs) disertai kelalaian
perbaikan watak (islah an nafs) di medan kehidupan. Maka, rumah tangga dan
korong kampung berperan teladan, dengan kesabaran dan toleransi dalam hidup
mesti jadi panduan. Pendidikan rohani membangun sumber daya manusia
melalui penanaman nilai normative, aqidah dan budaya, adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah, mengukuhkan nilai ibadah dan akhlaq dalam diri umat,
seperti solat, zikir dan membuhul ikatan mahabbah yang semakin erat dari masa ke
masa. Ikatan ukhuwah yang teguh adalah curahan rahmat Allah dan mengangkat
posisi (darjah) dengan iman.

Pendidikan ruhiyah mencakup aspek rawatan dan pengawalan (aspek


treatment), melalui taubat,tazkirah, tarbiyah, tau’iyah, yang selalu ditopang oleh dua
manazil atau sifat penting, yaitu ‘Rabbaniah dan Siddiqiah’18.

Sifat Rabbaniah ditegakkan dengan benar diatas landasan pengenalan


(makrifat) dan pengabdian (`ubudiah) kepada Allah melalui peningkatan ilmu
pengetahuan, pemantapan pengajaran, pemberian nasihat, menanamkan akhlaq
menyuruh yang ma’ruf (social support) dan mencegah dari yang munkar (social
control).

Siddiqiah mencakup enam jenis kejujuran (al-sidq): 1. kejujuran lidah, 2.

kejujuran niat dan kemauan (sifat ikhlas), 3. kejujuran cita-cita (azam) dan

keteguhan mencapainya, 4. kejujuran dengan apa yang diucapkan dan dijanjikan

(al-wafa’), 5. kejujuran bekerja berprestasi dan berkarya (amal as-shalih), dan 6.

kejujuran mengamalkan ajaran agama (maqamat al-din).

18
Hawwa, Syeikh Mohd Said, Muzakarah Fi Manazil al-Siddiqin Wa-al-Rabbaniyin, Dar al-
Salam Li al-Tibaah, Kairo, 1987, hal 3-4, berkata ;
‫ اما الربانية فى مع ذلك علم وتعليم ونصيحة‬,‫"اما الربانية فانها صديقية وزيادة فمبنى الصديقية على معرفة ال والعبودية له‬
"....‫وشهادة على الخلق وحكم بما انزل ال و امر بمعروف ونهي عن منكر‬

H. Mas’oed Abidin 28
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Rasulullah SAW selalu berdo’a sebagaimana disampaikan oleh Ummul

Mukminin ‘Aisyah R ’anha, “allahumma man waliya min amri umatiy syay-an fa

syaqqa ‘alaihim fasy-quq ‘alaihi, wa man waliya min amri umatiy syay-an far-

faqa bihim, far-fuq bihi”, Artinya, “Ya Allah, barangsiapa yang menjadi pemimpin

atas umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah ia, dan barangsiapa yang

memimpin umatku, lalu mengasihi mereka, maka kasihanilah ia” (HR.Shahih Muslim).

Ketika kehidupan manusia kian bertambah modern dan peralatan


teknologi semakin canggih, tidak dapat dibantah bahwa makin bertambah
banyak masalah hati dan kejiwaan manusia yang tampil kepermukaan dan tidak
mudah dapat diselesaikan, kecuali dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT
semata-mata. Umat perlu dihidupkan jiwanya menjadi satu umat yang
mempunyai falsafah dan tujuan hidup (wijhah) yang nyata, memiliki identitas
(shibgah), bercorak kepribadian terang (transparan) untuk ikut berpartisipasi
aktif dalam proses pembangunan. Satu susunan hidup masyarakat berjama’ah yang
diredhai Allah yang dituntut oleh “syari’at” Islam, sesuai Adat basandi Syarak
dan Syarak basandi Kitabullah, menjadi “satu aspek dari Sosial Reform”, yang
tidak dapat diabaikan,yaitu berusaha di urat masyarakat.

Paling berbahaya tentulah bertukarnya niat ditengah perjalanan. Apa


yang tadi telah dirumuskan semula menjadi kabur tak terbaca. Pada awalnya
hendak menanam "cinta dan Takut kepada Allah" berubah menjadi "cinta
kekuasaan dan takut mati". Yang diniatkan pada awalnya "dakwah Ila Allah"
(mengajak umat utama kepada Allah), berobah tumbuh menjadi "dakwah
ghairullah (kepentingan diri, jual tampang untuk aku). Perbuatan 'aku-isme"
atau "ananiyah" akan menyuburkan tafarruq dan tanazu' itu. Karena itu perlu
diajarkan cara-cara pembinaan hidup bermasyarakat itu.

H. Mas’oed Abidin 29
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Membangun Masyarakat
Potensial

Interaksi
Jiwa
Sadar Iman

Adat Amaliyah
Istiadat

HAKIKAT SYARAK MANGATO DI MINANGKABAU

Peran syarak di Ranah Minang adalah menyadarkan umat akan peran

mereka dalam membentuk diri mereka sendiri.

َ َ َ
... ‫م‬
ْ ِ‫سه‬ َ ‫حتَّى يُغَيُِّروا‬
ِ ‫ما بِأنُْف‬ َ ٍ ‫ما بَِقوْم‬ َ ّ ‫ن الل‬
َ ‫ه ل يُغَيُِّر‬ ّ ِ ‫ إ‬...
"Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib satu kaum, hingga kaum itu sendiri

yang berusaha merobah sikap mereka sendiri." (QS.Ar-Ra’du : 11)

Kenyataan sosial anak nagari harus di awali dengan mengakui keberadaan


mereka, menjunjung tinggi puncak-puncak kebudayaan mereka, menyadarkan mereka
akan potensi besar yang mereka miliki, mendorong mereka kepada satu bentuk kehidupan
yang bertanggung jawab. Inilah tuntutan syarak sesuai Kitabullah. Pencapaiannya
mesti melalui gerakan dakwah ilaa Allah, karena Islam adalah agama Risalah,
yang ditugaskan kepada Rasul, dan penyebaran serta penyiarannya dilanjutkan
oleh da'wah, untuk keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia. Rentangan
sejarah mencatat "Risalah merintis, da'wah melanjutkan". Kaedah ini mesti
dipahami sebagai upaya intensif menerapkan adat basandi syarak syarak basandi

H. Mas’oed Abidin 30
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Kitabullah, berisi petunjuk dan peringatan yang ditujukan untuk seluruh umat
manusia, dan mengajak manusia dengan ilmu, hikmah dan akhlaq.

Setiap Imam, Khatib, Urang Siak, Tuanku, alim ulama suluah bendang di

nagari-nagari, mesti meneladani pribadi Muhammad SAW dalam membentuk

effectif leader di Medan Da'wah, menuju kepada inti dan isi Agama Islam (QS. Al

Ahzab, 33 : 21). Inti agama Islam adalah tauhid. Implementasinya adalah Akhlaq.

Umat akan menjadi baik dan kembali berjaya, bila sebab-sebab kejayaan

umat terdahulu di kembalikan, maka semestinya bertindak atas dasar syarak

dengan “Memulai dari diri da'i, mencontohkannya kepada masyarakat lain", (Al

Hadist). Inilah cara yang tepat. Keberhasilan upaya da'wah (gerak da'wah)

memerlukan pengorganisasian (nidzam).

Bimbingan syarak mengatakan bahwa al haqqu bi-laa nizham yaghlibuhu al

baathil bin-nizam. Maknanya, yang hak sekalipun, tidak berperaturan (organisasi)

akan dikalahkan oleh kebathilan terorganisir. Jelaslah bahwa program langkah

(action planning) disetiap lini adalah keterpaduan, kebersamaan, kesepakatan,

dan keteguhan. Langkah awal dengan menghidupkan musyawarah, sesuai

bimbingan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Allah menghendaki

kelestarian Agama dengan kemampuan mudah, luwes, elastis, tidak beku dan

tidak berlaku bersitegang.

BAHASA SYARAK ADALAH BAHASA KEHIDUPAN

H. Mas’oed Abidin 31
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Koordinasi sesama akan mempertajam faktor-faktor pendukung dan

akan menjadi pendorong keberhasilan menghidupkan adagium adat basandi

syarak, syarak basandi Kitabullah. Aktualisasi Kitabullah, nilai-nilai Al-Qur'an,

hanya dapat dilihat melalui gerakan amal yang berkesinambungan (kontinyu)

dalam seluruh aktivitas kehidupan manusia, seperti kemampuan bergaul,

mencintai, berkhidmat, menarik, mengajak (da'wah), merapatkan potensi

barisan, sehingga membuahkan agama yang mendunia. Usaha inilah yang akan

menjadi gerakan antisipatif terhadap arus globalisasi negatif pada abad-abad

sekarang. Kitabullah (Al-Qur'an) telah mendeskripsikan peran agama Islam

sebagai agama yang kamal (sempurna) dan nikmat yang utuh, serta agama yang

di ridhai,

َ َ ‫الْيو‬
ُ ‫ت لَك ُف‬
‫م‬ ‫ضي ُف‬ ْ ‫ت ع َلَيْك ُف‬
َ ْ‫م نِع‬
ِ ‫مت ِفي وََر‬ ‫م ُف‬
ْ ‫م‬
َ ْ ‫م وَأت‬ ْ ‫ت لَك ُف‬
ْ ‫م دِينَك ُف‬ ُ ‫مل ْف‬
َ ْ ‫م أك‬ َ ‫َ ْف‬
‫م دِينًا‬ َ ‫سَل‬ْ ِ ‫اْل‬
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan

kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu, (QS.Al

Maidah, 5 : 3), dan

َ
ُ ‫سَل‬
‫م‬ ْ ِ ‫عنْد َ الل ّهِ اْل‬
ِ ‫ن‬
َ ‫دّي‬ َّ ِ ‫إ‬
ِ ‫ن ال‬
satu-satunya Agama yang diterima di sisi Allah,yaitu Agama Islam, (QS. Ali Imran, 3 :19).

Konsekuensinya adalah yang mencari manhaj atau tatanan selain Islam, tidak

akan di ridhai,

‫م نَف‬ ِ ‫ه وَهُوَ فِفي اْل‬


ِ ِ‫خَرة‬ ُ ‫من ْف‬
ِ ‫ل‬ ْ ‫سَلم ِ دِين ًفا فَل َف‬
َ َ ‫ن يُقْب‬ ْ ‫م نْف يَبْت َفِغ غَيَْر اْل ِف‬
َ َ‫و‬
‫ن‬َ ‫سرِي‬ ِ ‫خا‬َ ْ ‫ال‬

H. Mas’oed Abidin 32
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima

(agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ( QS. Ali

Imran, 3 : 85). Karena itu bagi masyarakat adat basandi syarak, syarak basandi

Kitabullah, tidak ada pilihan lain kecuali melaksanakan tuntunan perilaku

akhlaq sesuai bimbingan Islam,

َ َ ‫َف‬ َ
َ ّ ‫مل‬
‫ة‬ ِ َ‫ن وَاتَّب َفع‬
ٌ ‫سف‬
ِ ‫ح‬ ُ َ‫ه لِل ّفهِ وَهُو‬
ْ ‫م‬ ُ ‫جهَف‬
ْ َ‫م و‬َ َ ‫سل‬
ْ ‫م نْف أ‬ َّ ‫م‬ِ ‫ن دِين ًفا‬ ُ ‫سف‬َ ‫ح‬ْ ‫م نْف أ‬
َ َ‫و‬
َ
ً‫خلِيل‬َ ‫م‬ َ ‫ه إِبَْراهِي‬ ُ ّ ‫خذ َ الل‬َ َّ ‫حنِيفًا وَات‬َ ‫م‬َ ‫إِبَْراهِي‬
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan dirinya

kepada Allah secara ikhlas, yakni orang Muslim, merekapun mengerjakan kebaikan-

kebaikan" (QS. An Nisak, 4 : 125).

Setiap Muslim, dengan nilai-nilai Kitabullah (Al Qur'an) wajib

mengemban missi yang berat dan mulia yaitu merombak kekeliruan ke arah

kebenaran, yang menjadi inti dari "perjalanan kepada kemajuan (al madaniyah,

modernitas)", dengan implementasi perilaku sesuai pemahaman adat basandi

syarak, syarak basandi Kitabullah.

Generasi muda masa kini mesti memiliki utilitarian ilmu. berasaskan

epistemologi Islam yang jelas, dalam kata adat disebutkan, “Iman nan tak buliah

ratak, kamudi nan tak buliah patah, padoman indak buliah tagelek, haluan nan tak buliah

barubah”. Generasi muda mesti memiliki pemahaman luas dengan tasawwur

(world view). “Kalau tak tasuo di jalannyo, namuah ba pua-pua dagiang, namuah

bakacau-kacau darah, tando sabana laki-laki.” Dalam kondisi kritis sekalipun,

generasi muda Minangkabau di Sumatra Barat selalu awas dan berhati-hati,

H. Mas’oed Abidin 33
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

“Bakato sapatah dipikiri, Bajalan salangkah maliek suruik, Mulik tadorong ameh

timbangannyo, Kaki tataruang inai padahannya, Urang pandorong gadang kanai, Urang

pandareh ilang aka.”

Menghadapi tantangan kontemporer, perubahan tata pergaualan dunia,

generasi Minangkabau dengan filosofi adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah

mesti memiliki sikap istiqamah (konsistensi) yang dalam fatwa adat disebutkan,

“Alang tukang tabuang kayu, Alang cadiak binaso adat, Alang alim rusak agamo,

Alang sapaham kacau nagari. Dek ribuik kuncang ilalang, Katayo panjalin lantai,

Hiduik jan mangapalang, Kok tak kajo barani pakai. Baburu kapadang data, Dapeklah

ruso balang kaki, Baguru kapalang aja, Bak bungo kambang tak jadi”. Susah

memungkiri bahwa nilai budaya Adat basandi syarak dan syarak basandi Kitabullah

di Minangkabau adalah kehidupan berdemokrasi yang telah lama tumbuh subur

di tengah masyarakat Sumatera Barat.

Kedudukan pemimpin didahulu-kan selangkah dan ditinggikan seranting,

bertambah kokoh dengan ikatan saling tolong menolong dengan moril dan buah

pikir dalam memperbanyak lawan ba iyo (musyawarah) dan melipat gandakan

teman berunding. Apabila kaedah musyawarah melemah akan tumbuh sikap

saling dengki mendengki, curiga yang dapat berkembang menjadi fitnah dan

lahirlah kehancuran. Memupuk sikap musyawarah dan taawun dengan keyakinan

bahwa Allah Yang Maha Rahman selalu membukakan pintu berkah dari langit

dan bumi, menjadi kekuatan ampuh masyarakat bersama pemerintah

H. Mas’oed Abidin 34
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

membangun kepercayaan rakyat banyak. Inilah inti reformasi yang dituju dalam

membangun Sumatera Barat baru abad ini. Kita dapat mengamati proses

globalisasi pada tingkat persaingan dunia dengan spesifikasi "kepercayaan" --

trust. Maka syarak bersendi kitabullah (agama Islam) menampilkan kemampuan

menangkap tanda-tanda zaman bagi orang beriman yang mampu melihat --

perubahan sosial, politik dan ekonomi -- pada setiap saat dan tempat dengan

optimisme keluar dari problematika sosial umat manusia. Apatisme adalah

selemah-lemah iman (adh'aful iman). Sikap diam (apatis) dalam kehidupan hanya

dapat dihilangkan dengan,

• mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan,


• jangan fikirkan sesuatu yang tidak mungkin dikerjakan,
• apa yang ada sudah cukup untuk memulai sesuatu,
• jangan berpangku tangan dan menghitung orang yang lalu.
Konsep ini adalah amanat ajaran syarak basandi Kitabullah (agama Islam),
agar memanfaatkan segala perubahan yang berhubungan dengan kehidupan dunia
luar dan disekitarnya. Sikap hidup menjemput bola, menjadi sikap hidup sesuai
adat Minangkabau (ABSSBK) dan ajaran Islam didalam mengantisipasi
selemah-lemah iman dengan kata kunci menghadapi perubahan sosial, politik dan
ekonomi melalui tiga cara hidup , yakni,

1. bantu dirimu sendiri (self help),

2. bantu orang lain (self less help),

3. saling membantu dalam kehidupan ini (mutual help),

Ketiga konsep hidup ini mengajarkan seseorang untuk tidak tergantung


kepada orang lain, karena ketergantungan akan menempatkan orang terbawa
kemana-mana oleh yang menjadi tempat bergayut itu. Inilah peran utama adat
basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (ABS-SBK) yang tampak didalam

H. Mas’oed Abidin 35
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

pembentukan karakter (character building) anak nagari. Tentu saja melalui jalur
pendidikan.

Generasi muda Sumatera Barat mesti meniru kehidupan lebah, yang kuat
persaudaraannya, kokoh organisasinya, berinduk dengan baik, terbang bersama
membina sarang, dan baik hasil usahanya serta dapat dinikmati oleh
lingkungannya.

KHULASAH
MENAMPILKAN PROGRAM UMATISASI

Penerapan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di Minangkabau

berkehendak kepada gerak yang utuh dan terprogram. Hasilnya tidak mungkin

di raih dengan kerja sambilan, buah yang di petik, sesuai dengan bibit yang di tanam,

demikian natuur-wet (sunnatullah, = undang-undang alami).

Dalam langkah da'wah, setiap muslim berkewajiban melaksanakan tugas

tabligh (menyampaikan), kemudian mengajak dan mengujudkan kehidupan

beragama (bersyariat) di dunia (dinul-harakah al-alamiyyah).

Maka melibatkan semua elemen masyarakat di Minangkabau untuk

menghidupkan adat basandi syarak syarak basandi Kitabullah menjadi tugas

bersama "umat da'wah" menurut nilai-nilai Al-Qur'an –

ْ َّ ُ ‫م أ‬
‫ن‬
َ ‫و‬
ْ َ‫ف وَيَنْه‬ َ ْ ‫ن بِال‬
ِ ‫معُْرو‬ َ ْ ‫ن إِلَى ال‬
ُ ‫خيْرِ وَيَأ‬
َ ‫مُرو‬ َ ‫ة يَدْعُو‬
ٌ ‫م‬ ْ ُ ‫منْك‬ ْ ُ ‫وَلْتَك‬
ِ ‫ن‬

‫ن‬
َ ‫حو‬ ُ ْ ‫م ال‬
ُ ِ ‫مفْل‬ َ ِ ‫منْكَرِ وَأُولَئ‬
ُ ُ‫ك ه‬ ُ ْ ‫ن ال‬
ِ َ‫ع‬

H. Mas’oed Abidin 36
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah

orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran, 3 : 104 ).

Da'wah ini tidak akan berhenti dan selalu berkembang terus sesuai

variasi zaman yang walaupun selalu berubah namun tetap di bawah konsep

mencari ridha Allah.

Maka peran serta masyarakat yang di tuntut adalah Mengelola pembinaan

anak nagari dengan peningkatan manajemen yang lebih accountable dari segi

keuangan maupun organisasi. Melalui peningkatan ini, sumber finansial

masyarakat dapat di pertanggung jawabkan secara lebih efisien dan peningkatan

kualitas pembinaan umat dapat dicapai. Segi organisasi anak nagari mesti lebih

viable -- dapat hidup terus, berjalan tahan banting, bergairah, aktif dan giat – menurut

permintaan zaman, dan durable – yakni dapat tahan lama – seiring perubahan dan

tantangan zaman. Ada beberapa tindakan yang mungkin dilakukan segera.

Pertama. Melakukan introspeksi di kalangan kita sendiri. mulai dari


kelompok yang terkecil, bahkan keluarga. Masihkah prinsip-prinsip utama masih
dipertahankan.

Kedua. Masing-masing berusaha mengambil inisiatif dan aktif untuk


mengikat kembali tali ukhuwah, kekerabatan dan kekeluargaan di antara keluarga
tanpa gembar-gembor, namun secara jujur dalam mengatasi satu dua persoalan di
tengah umat yang kita pandu.

Ketiga, Memelihara kesempatan-kesempatan yang ada dan tersedia dalam


melakukan tatanan kekerabatan di tengah "keluarga" kita, dengan memperbesar
frekwensi pertukaran fikiran secara informal dalam berbagai masalah umat, dalam
suasana jernih, tenang dan bersih serta tidak berprasangka.

H. Mas’oed Abidin 37
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Keempat, Berusaha mencari titik-titik pertemuan (kalimatin sawa) di antara


kalangan kita, antara kalangan dan pribadi-pribadi para intelektual muslim
(zu'ama), para pemegang kendali sistim ('umara), dan para ikutan umat utama, para
ulama dan aktifis pergerakan baik tua maupun muda, dalam ikatan-iakatan yang
tidak tegang dan kaku, karena kekuatan terletak pada keluwesan pikiran dan
keteguhan prinsip.

Kelima, Menegakkan secara sungguh dan bertanggung jawab Nizhamul Mujtama'


(tata hidup bermasyarakat) diatas dasar aqidah Islamiyah dan Syari'ah, dengan
memelihara mutu ibadah di kalangan umat utama, Mu'amalah (sosial, ekonomi,
siyasah) dan Akhlaq (pemeliharaan tata nilai melelui pendidikan dan kaderisasi
yang terarah) yang dikawal sejak dari rumah tangga, lingkungan (usrah) dan
masyarakat (uswah).

Usaha menghadapi tantangan kontemporer yang sedang menjajah hati

budi umat Islam kini khususnya di Minangkabau (Sumatra Barat), dapat di

tampilkan beberapa agenda kerja,

1. Mengokohkan pegangan umat dengan keyakinan dasar Islam sebagai


suatu cara hidup yang komprehensif.
2. Menyebarkan budaya wahyu membimbing kemampuan akal.
 Meningkatkan program pemahaman umat terhadap kandungan
Alquran.
 Melipatgandakan pengaruh sunnah Rasulullah dalam
masyarakat.
 Meningkatkan pengetahuan umat mengenai sirah Rasulullah
SAW.
 Menyuburkan amalan ruhaniah yang positif.
 Proaktif membangun masyarakat dengan bekalan tauhid ibadah.
3. Memperluas penyampaian fiqh Islam dalam aspek-aspek sosio politik,
ekonomi, komunikasi, pendidikan dan lain-lain.
4. Menghidupkan semangat jihad di jalan Allah.

H. Mas’oed Abidin 38
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

 Menggali sejarah kejayaan masa silam.


 Menanam semangat kepahlawanan menghadapi lawan-lawan Islam.
 Menyebarluaskan bahaya faham sekularis, materialisme, kapitalisme
dan westernisasi.
 Mengkritik rasialis dan assabiah jahiliyyah dengan hujah Islam yang
benar.
 Menentang aliran pemurtadan terhadap intelektual, pakar budaya,
sasterawan dan wartawan yang merugikan Islam.
5. Meningkatkan program menguatkan peran bundo kandung (muslimat)
yang telah berhasil membentuk sejarah gemilang Islam masa silam,
untuk berperan ganda sebagai ibu dan pendidik di rumah tangga dan
masyarakat Minangkabau.
6. Menampilkan sistem pendidikan Islam melawan aliran pendidikan
sekular.
 Memperbanyakkan program mengasuh dan mendidik generasi
baru dan remaja Islam agar tidak dapat dimusnahkan oleh
sekularisme dan budaya pornografi/pornoaksi.
 Menggandakan usaha melahirkan penulis Islam dan
Minangkabau dalam berbagai lapangan media.
7. Menggandakan bilangan ulama suluah bendang di nagari.
8. Melahirkan pendakwah Rabbani melalui pembinaan pusat-pusat
pengajian tinggi (ma’hadul ‘aliy) dan institut perkaderan Imamah dan
Ulama suluah bendang di nagari.
9. Membentuk da’iya, imam khatib, para mu’allim dan tuangku di nagari-
nagari pada saat kembali ke surau.
 Memberikan bekal yang cukup melalui pelatihan dan pembekalan
ilmu yang memadai.
 Membuatkan anggaran belanja yang memadai di daerah-daerah
menjadi sangat penting di dalam mendukung satu usaha yang wajib.
 Meningkatkan keselarasan, kesatuan, kematangan dan keupayaan
mendalami budaya syarak (haraki Islami).

H. Mas’oed Abidin 39
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

10. Menjalin dan membuat kekuatan bersama untuk menghambat gerakan-


gerakan yang merusak Islam.
 Mengukuhkan pergerakan umat dalam memerangi semangat anti
agama, anti keadilan, dan demokrasi.

 Meningkatkan budaya syura dalam masyarakat, untuk mengelak


dari cara-cara imperialisme masuk kedalam masyarakat di era
kebebasan.
 Meningkatkan kesadaran dan keinsafan tentang hak asasi manusia,
hak-hak sipil (madani) dan politik untuk seluruh rakyat.
 Meningkatkan keinsafan mempunyai undang-undang yang adil
sesuai syarak.
 Memastikan kehadiran media massa yang bebas, sadar, amanah,
beretika dan profesional agar umat tidak mudah dimangsa oleh
penjajah baru, baik dari kalangan bangsa sendiri atau orang luar.
 Memastikan pemimpin umat dan negara terdiri dari kalangan orang
yang bertaqwa, berakhlaq dan bersih dari penyalahgunaan
kekuasaan untuk kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya.

 Meningkatkan program untuk melahirkan masyarakat penyayang


yang tidak aniaya satu sama lain. Menanamkan tata kehidupan
saling kasih mengasihi dan beradab sopan sesuai adat basandi syarak
syarak basandi Kitabullah.

 Peran serta masyarakat berorientasi kepada mutu menjadikan


pembinaan masyarakat berkembang menjadi lembaga center of
exellence, menghasilkan generasi berparadigma ilmu komprehensif,
berpengetahuan agama luas dan praktis, berbudi akhlaq plus
keterampilan.

 Peningkatan peran serta masyarakat mengelola surau dalam sistim


terpadu menjadi bagian integral dari masyarakat Minangkabau
seluruhnya. Pengembangan surau dalam peran pembinaan dapat
menjadi inti, mata dan pusar dari learning society, masyarakat belajar.
Sasarannya, membuat anak nagari generasi baru menjadi terdidik,

H. Mas’oed Abidin 40
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

berkualitas, capable, fungsional, integrated di tengah masyarakatnya,


dengan landasan adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.

Padang, 23 Desember 2003

Bio Data

H. MAS’OED ABIDIN

Lahir Tanggal : 11 Agustus 1935 di Kotogadang, Bukittinggi,


Dari Pasangan : H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo dan Khadijah
binti Idriss.
Pendidikan : Surau (madrasah) Rahmatun Niswan Koto Gadang,
Sumatra Thawalib Syeikh H. Abdul Mu’in Lambah,
Sumatra Thawalib Syaikh Ibrahim Moesa Parabek, SR
Kotogadang, SMP II Neg. Bukittinggi, SMA A/C
Bukittinggi (1957), dan FKIP UNITA Padangsidempuan,
IKIP Medan (1963).
Jabatan Sekarang : Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPIM)
Sumbar, Wakil Ketua MUI Sumbar Membidangi Dakwah,
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumbar,
Sekretaris Dewan Pembina ICMI Orwil Sumbar, Ketua
Umum BAZ Prop. Sumbar, Anggota Majlis Pertimbangan
Pendidikan (MPP) Prov. Sumbar.
Alamat Sekarang : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146), Fax
: 0751-58401, Tel: 0751-52898.

H. Mas’oed Abidin 41
Implementasi Pemahaman Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah

Buku yang sudah diterbitkan:


1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat, Percetakan ABADI,
Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.
3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang, Padang –
2001.
4. Suluah Bendang di Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang, Padang.2002
5. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang 2003

web-site : http://www.masoedabidin.web.id
mailto : masoedabidin@ yahoo.com

H. Mas’oed Abidin 42

You might also like