Professional Documents
Culture Documents
Pernahkan anda
bertanya mengapa
ikan tuna ditangkap
dengan long line
Oleh:
Supardi Ardidja
2010
Supardi Ardidja-2010 1
Pendahuluan
Apa itu
Metode Penangkapan Ikan
2
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 3
Pendahuluan
4
Pendahuluan
KONSUMEN
TEKNOLOGI
BIOLOGI Kapal
SDM
Ikan apa ?
Alat Penangkap Ikan
Adanya dimana?
METODE
Sifatnya bagaimana? PENANGKAPAN Teknik Penangkapan
IKAN Ikan
Kepadatan dalam
kelompok/ukuran Penanganan Hasil di
individu atas kapal
Regulasi
Gambar 1 Alur pikir mengapa kita harus mempelajari metode penangkapan ikan (belum
termasuk Code of Conduct for Responsible Fishery dan Ekosistem, terletak
dibawah regulasi).
Supardi Ardidja-2010 5
Pendahuluan
Gambar 2 Peta sebaran big eye tuna sumber: Map retrieved from OBIS on 09-03-2010.
Update map.
6
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 7
Pendahuluan
Gambar 4 Peta cuaca untuk wilayah perairan Samudra Hindia Maret 2010;
http://www.oceanweather.com/data/
1) Kapal.
Menangkap ikan di laut tentunya memerlukan kapal karena jarak yang
jauh dan waktu operasi yang tidak sebentar. Masalah pertama yang
harus kita pikirkan adalah kapal yang akan digunakan seperti apa.
Pertama. Di atas telah disebutkan bahwa kapal harus “ocean going”,
dalam arti bahwa kapal harus mampu menghadapi berbagai kondisi
cuaca berat di samudra. Kapal harus memiliki stabilitas awal (initial
stability) yang baik. Bentuk kapal harus mampu mengurangi masalah
“down flooding” yang diakibatkan tingginya gelombang, proses
penanganan hasil. Kapal long line memerlukan ruang kerja yang luas di
bagian depan. Karena Indonesia umumnya mengikuti tipe kapal long
line jepang, yang melakukan setting dari buritan dan hauling di haluan.
Proses operasi long line secara umum terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
Setting, drifting, hauling dan penanganan hasil (pelajari Teknik
Penangkapan Ikan) Tahapan setting dan hauling memerlukan ruang
kerja yang cukup, terutama pada saat pelaksanaan tahapan hauling.
8
Pendahuluan
Gambar 5 Peta arah dan kecepatan arus wiliayah ekuator kawasan perairan Samudra
Hindia bulan Januari 2010; Sumber Ocean Motion Surface Current; (aslinya
berwarna), sumber: http://oceanmotion.org/html/resources/oscar.htm
Supardi Ardidja-2010 9
Pendahuluan
Gambar 6 Peta arus permukaan dunia (Wind Driven Surface Currents: Gyres
Background); Sumber; http://oceanmotion.org/html/
background/wind-driven-surface.htm
10
Pendahuluan
Gambar 8 Rata-rata kecepatan angin pada bulan Maret 1999 s/d 2008; Sumber :
http://oceanmotion.org/html/resources/winds.htm?sseyear=
2008&ssemon=MAR&sseparam=Wind+Vectors&sseframes=10&ssedata=Graph
Supardi Ardidja-2010 11
Pendahuluan
12
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 13
Pendahuluan
14
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 15
Pendahuluan
16
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 17
Pendahuluan
18
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 19
Pendahuluan
20
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 21
Pendahuluan
22
Pendahuluan
24
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 25
Pendahuluan
26
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 27
Pendahuluan
28
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 29
Pendahuluan
Mari kita sedikit beranalogi, misalkan kita adalah “seorang tuna” yang
bukan pemburu, tengah tersesat dan kelaparan di tengah hutan yang
melulu hijau. Tentunya mata kita akan mencari sesuatu yang dapat
dimakan. Mata bisa melihat gerak dan warna, tidak jelas mana yang lebih
dulu kita lihat, gerak atau warna, mungkin juga berbarengan. Warna adalah
hasil pantulan cahaya terhadap mata, dan yang paling kuat pantulannya
adalah yang kulitnya keras rata dan mengkilap. Diantara yang hijau-hijau,
kita berharap ada buah yang berwarna kuning atau merah. Dan ternyata
ada. Lalu kita dekati dan kita petik. Kecuali kita sudah tahu buah apa,
tentunya kita akan cium-cium dulu, ternyata “looks like tasty” dan “tampak
segar” boleh dicoba, tapi bagaimana kalau berbau busuk?.
Berikut ini adalah cerita dari sekuensi perkosaan berantai dalam upaya
menyediakan bandeng hidup untuk umpan tuna.
Awal Perkosaan, bandeng dibudidayakan di tambak-tambak estuari dengan
kedalaman air 60 – 90 cm. Ketika dipanen air harus diturunkan
kedalamannya hingga 15 – 20 cm. Bandeng ditangkap dengan
menggunakan jaring atau jala lempar, orang Cirebon menyebutnya
“encrak”. Bandeng adalah ikan yang lincah dan energik, sehingga bandeng
akan meronta bahkan merejang sampai terjala atau terjaring. Bandeng
tidak langsung di masukkan ke penampung, tapi dibungkus dulu dengan
karung basah. Dua trauma yang dialami bandeng, kehabisan tenaga dan
stress bahkan bisa-bisa shock. Mungkin juga gelembung udaranya
mengkerut, berdenyut kiut-miut.
Perkosaan kedua, adalah penderitaan bandeng pindah dari media tambak
ke media kontainer (mobile box), suhu, kadar garam, pH dan tekanan
berbeda. Stress lagi dan lapar serta lemes.
Perkosaan ketiga, adalah perjalanan dari tambak ke kapal. Sopir kita adalah
gurunya jagoan ngebut. Bukan karena suka ngebut, tapi diburu waktu,
karena menjelang pagi bandeng harus sudah berada di kapal. Entah
bandeng atau sopirnya yang takut panas matahari. Masalahnya adalah
selama di perjalanan ngebut dan guncangan air di dalam box-nya, entah
apa jadinya, jika kepala bandeng terbentur ke dinding box, mungkin seperti
kita juga bisa pusing tujuh keliling, makin stress lagi, walau belum mati tapi
loyo.
Perkosaan keempat, adalah pengulangan penderitaan di sesi perkosaan
kedua, bedanya adalah bandeng dari box ke palkah penampungan umpan
di kapal. Suhu, kadar garam, pH dan tekanan tidak sama, dipindah begitu
saja tanpa perlakuan aklimatisasi, sang bandeng makin loyo.
30
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 31
Pendahuluan
Disain Alat Penangkap Ikan dan Bahan Alat Penangkap Ikan serta kaitkan
dengan Biologi Perikanan).
Perilaku lainnya adalah yang mendasari cara pengoperasian alat penangkap
ikan (untuk teknik mengoperasikan alat penangkap ikan Anda harus belajar
Teknik Penangkapan Ikan). Berikut ini beberapa contoh dari cara
mengoperasikan alat penangkap ikan, yang didasari oleh pemikiran yang
muncul dari metode penangkapan ikan.
Misalnya udang, si pemalas ini paling suka memilih berjalan dengan kakinya
yang banyak, dari pada berenang, tapi udang adalah biota laut yang dapat
menghindarkan diri dengan cara melompat ke arah belakang dengan
kecepatan tinggi, bila tersentuh sesuatu atau melihat predatornya.
Pertanyaannya adalah ke arah mana udang melompat sehingga
lompatannya masuk ke dalam alat penangkap ikan, jelas belakang, tapi
belakangnya, ke timur, ke barat, ke selatan atau ke utara?. Yang terpenting
adalah melompatnya udang harus langsung masuk ke mulut pukat udang.
Masalahnya adalah kemana udang menghadap?, Kalau sudah tahu kemana
udang menghadap, tentunya para nakhoda dapat menentukan haluan
towing pukatnya. Towing adalah suatu proses tahapan penarikan pukat
udang (shrimp trawl) sepanjang dasar jalur sapuan pada kecepatan kapal
terhadap dasar perairan dan selama waktu tertentu.
Jaring insang (gillnet) adalah selain termasuk dalam kelompok metode
menjerat, juga dapat dikelompokkan ke dalam metode menjebak. Kata
kuncinya adalah menjebak ikan untuk dijerat. Pertanyaan pertama adalah
dari arah mana ikan akan dijebak atau jika kurang setuju, kita katakan
memotong arah renang ikan. Jawabannya tentu dari arah depan.
Permasalahannya adalah kearah mana ikan berenang. Misalnya ke barat,
mengapa ikan berenang ke barat?. Terpaksa kita harus mempelajari
biologi perikanan tentang rantai makanan. Kita melompat saja ke link yang
menyangkut tentang plankton. Wah terpaksa juga kita harus belajar
Planktonologi. Cukuplah Anda pelajari hanya tentang plankton yang terkait
dengan rantai makanan ikan !?. Secara umum pergerakan plankton sangat
dipengaruhi oleh arah aliran arus. Tentang arus Anda harus belajar
Osenagrafi Perikanan. Dalam konteks ini kita harus mengetahui arah arus,
karena bersama aliran arus akan terhanyutkan pula plankton, juga akan
terhanyutkan biota laut tingkat yang lebih tinggi lainnya. Nah!, ikan ini
cerdik, ikan tidak mengikuti arus, tapi ikan akan berenang menentang arus.
Jika para nakhoda sudah tahu arah arus, tentunya dengan mudah dia
menentukan haluan setting gillnetnya, dengan cara memotong atau hampir
32
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 33
Pendahuluan
34
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 35
Pendahuluan
36
Pendahuluan
perikanan skala kecil yang hanya memerlukan alat penangkap ikan yang
sederhana).
Ikan yang sangat dibutuhkan untuk konsumsi manusia tidak
memiliki substitusi seperti halnya bahan makanan yang ada di daratan.
Kondisi keseharian yang terus menerus dilaut, tidak memberi kesempatan
bagi para nelayan untuk berupaya memenuhi penyelenggaraan rumah
tangganya dengan tenaganya sendiri. Oleh karenanya, nelayan cenderung
menangkap ikan lebih dari yang dibutuhkannya untuk diri sendiri, apalagi
diketahui bahwa ikan dapat disimpan dan diolah dalam berbagai bentuk
produk ikan olahan, seperti ikan kering, ikan asap, ikan asin, atau diproses
dengan permentasi sederhana sebagai bahan baku agroindustri. Hal
semacam inilah yang merupakan faktor pendorong bagi manusia untuk
meningkatkan jumlah hasil tangkapannya, untuk lebih mengembangkan
alat penangkapnya, dan untuk memfasilitasi perkembangan artisanal
fishery yang permanen.
Upaya menangkap ikan dalam jumlah besar memerlukan waktu,
jumlah alat yang lebih besar, peningkatan intensitas pengoperasian,
ukuran dan efisiensinya. Penangkapan ikan seekor demi seekor, atau dalam
jumlah kecil seperti dalam perikanan subsisten telah beralih menjadi suatu
artisanal commercial fishery yang terkadang harus mengikuti permintaan
khusus pasar. Sekaligus juga mendorong upaya peningkatan teknologi
penangkapan. Misalnya ikan yang hanya dapat ditangkap seekor demi
seekor, kini dapat ditangkap dalam jumlah banyak, dengan menambah
jumlah atat penangkap ikan. Long line dan bottom long line, misalnya
Perikanan artisanal memegang peranan penting dalam era modern
sekarang. Perdagangan komoditi ikan semakin meningkat dari tahun ke
tahun, dan hal ini membangkitkan perkembangan perikanan skala besar
yang didasarkan pada penangkapan ikan dalam jumlah sekaligus banyak
(bulk fishing).
Seiring dengan meningkatnya permintaan pasar akan ikan,
khususnya dalam bidang industri, muncul juga kecenderungan baru, yaitu
daerah penangkapan tidak lagi terbatas di daerah perairan pantai tapi jauh
meluas ke tengah samudera bahkan antar benua dan dari kedalaman
perairan yang sangat dangkal hingga ke kedalaman perairan yang sangat
besar, hanya untuk mencari jumlah ikan yang jauh lebih banyak. Seiring
dengan itu pula, ukuran alat penangkap semakin besar, berat, dan
memerlukan tenaga manusia yang semakin banyak pula.
Supardi Ardidja-2010 37
Pendahuluan
38
Pendahuluan
manusia yang merusak. Selain itu, kawasan penangkapan ikan tidak dapat
diatur secara sendiri-sendiri dengan metode sport fishing. Lebih lanjut,
metode-metode yang efektif yang dilakukan dalam perikanan komersil
harus membantu mengelola keseimbangan alam di perairan penangkapan
ikan. Sport fishermen dan commercial fishermen harus bekerjasama tidak
hanya memelihara tapi juga melindungi alam.
Supardi Ardidja-2010 39
Pendahuluan
40
Pendahuluan
Republik Afrika Selatan telah mengadopsi purse seine dari California, dan di
kawasan Baltic Timur Laut telah menggunakan disain pound nets dari
Jepang. Kawasan terlarang Madagascar Tenggara menggunakan jarring
monofilament, dan di kawasan terlarang Stone Age pada pulau-pulau kecil
seperti pulau Lan Yu (Botel Tobago) di sebelah timur Taiwan Timur setiap
orang mengetahui bagaimana membuat jaring dari tali kasar polypropylene.
Pengetahuan mengenai pentingnya metode penangkapan yang baru, yang
dibuat dari bahan jaring yang baru, menyebar dengan cepat,
pengembangan dan pengujiannya berjalan secara simultan di seluruh
belahan bumi ini.
Kesimpulannya, selain duplikasi atau berbagai temuan tentang
teknik penangkapan yang sering terjadi dan sering merupakan komunikasi
tidak terbatas antara satu negara dengan negara lainnya. Di setiap kawasan
penangkapan ikan, metode penangkapan ikan yang telah dikenal
dikembangkan dan diubah, terkadang hanya oleh kemauan seseorang,
tergantung kebutuhannya. Diawali dari metode penangkapan ikan yang
sangat sederhana dengan alat yang masih primitif dengan segera akan
digabung dengan teknik yang lebih kompleks. Perkembangan ini telah
dipercepat dan ditingkatkan oleh berbagai stimulan. Periode lompatan
pengembangan diikuti oleh stagnasi waktu yang terus berlangsung hingga
sekarang.
Faktor pendorong pengembangan alat penangkap telah lama
dikenal, seperti upaya penangkapan ikan dalam jumlah besar, atau
menangkap di perairan yang lebih dalam, dengan harapan memperoleh
ikan dalam jumlah banyak. Dan mendorong dilakukannya perubahan
konstruksi alat penangkap ikannya. Stimulan lainnya yang mendorong
terjadinya pengembangan teknik penangkapan ikan adalah keinginan untuk
mengubah penangkapan ikan tradisional hingga ke alat penangkap ikan
yang memerlukan pengendalian (Watched fishing gear), penambahan
tenaga manusia, hingga alat penangkap otomatis yang dapat dikendalikan
oleh hanya beberapa orang saja.
Peralatan deteksi ikan terus dikembangkan untuk memantau
jumlah hasil tangkapan. Terakhir telah dikenal alat underwater detecting
device yang dijalankan melalui program komputer, seperti dari tipe EK dan
melalui suatu program komputer yang disebut EP, dengan segera densitas,
ukuran bahkan jumlah ekor dapat diketahui dalam sepersekian detik
langsung dapat dibaca dan diprediksi di layar monitor komputer.
Supardi Ardidja-2010 41
Pendahuluan
42
Pendahuluan
seperti cover pots, dapat dioperasikan oleh pria atau wanita, tapi cast nets
hanya dioperasikan oleh pria. Penangkapan ikan dengan Gillnet, entangling
nets, khusus penangkapan ikan dengan sistem komputerisasi atau dengan
mesin-mesin pemanen, tampaknya hanya untuk pria, walaupun hanya
diperlukan tenaga yang sangat minimal sekalipun. Kesimpulannya bahwa
tidak semua metode penangkapan ikan cocok untuk wanita. Dalam
beberapa kasus wanita mengoperasikan peralatan kecil, tapi tidak ada
statistik yang menyatakan kuantitas pakan diperoleh oleh wanita untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari familinya, kecuali di Afrika, Asia hitam
dan Bali.
Bertolak belakang dengan pria, pekerjaan wanita dianggap
merupakan basis tersendiri, hal ini dapat terlihat bahwa wanita tidak
pernah menangkap ikan sendirian, tapi membuat suatu kelompok seperti
gotong royong, setiap wanita memiliki peralatannya sendiri. Hal ini
dilakukan tidak saja untuk ngobrol selama menangkap ikan tapi juga untuk
mengupayakan hasil tangkap yang lebih banyak dengan menggiring ikan
secara bersama-sama, dan untuk mencegah ikan meloloskan diri bila hanya
menggunakan sebuah alat saja. Penangkapan ikan dalam bentuk kelompok
dengan menggunakan alat penangkap ikan yang berukuran besar,
umumnya lebih cenderung dilakukan oleh pria. Di dunia perikanan,
kerjasama sangat dibutuhkan umpamanya dalam perakitan alat berukuran
sangat besar seperti trawl, beach seining, dan purse seining. Sekilas hal ini
merupakan perilaku hubungan antar pria, termasuk untuk mengerjakan
pekerjaan yang dibatasi oleh waktu, ini merupakan sifat dasar dari pria.
Kerjasama sesaat ini tidak dikontrol oleh seseorang di luar kelompok, atau
pemerintah, mungkin ini merupakan asset berharga bagi dunia perikanan
saat ini. Sebagai contoh dalam trawl berpasangan (pair trawling).
Seringkali kerjasama seperti ini diperlukan, walaupun dengan mekanisasi,
berbagai metode penangkapan ikan demikian tidak dapat dilakukan
sendirian.
Wanita bangsa Eropa dan Amerika tidak asing lagi di dunia nelayan.
Namun tidak demikian halnya dengan bangsa Indonesia pada umumnya.
Bangsa Indonesia terkenal sangat memegang teguh norma susila. Kecuali
jika kapal-kapal penangkap ikan Indonesia sudah menyediakan fasilitas
personal privasi antara pria dan wanita. Nyatanya belum. Atas dasar itulah
maka, Sekolah Tinggi Perikanan belum dapat memberi kesempatan kepada
wanita untuk belajar pada program studi penangkapan ikan dan
permesinan perikanan. Walaupun FAO telah menganjurkan agar
memberikan kesempatan kepada wanita untuk berperan serta aktif dalam
dunia usaha perikanan (emansipasi). Peningkatan secara progresif
Supardi Ardidja-2010 43
Pendahuluan
44
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 45
Pendahuluan
46
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 47
Pendahuluan
kerja di laut yang teramat padat, resiko tinggi yang harus ditanggung.
Indonesia telah berupaya mengikuti aturan dan persyaratan yang
dikeluarkan IMO melalui STCW-F, pertanyaannya adalah apakah pihak
Internasional sudah tahu bahwa pelatihan dan pendidikan baik formal
maupun informal telah mengikuti aturan tersebut. Ataukah karena
mengikuti ketentuan, sehingga para tenaga kerja hanya mementingkan
keselamatan dibanding bekerja untuk memperoleh ikan.
Belum adanya pengaturan mengenai pengawakan kapal perikanan
Indonesia dan yang terkait, menimbulkan ketidakpastian hukum tentang
pengawakan kapal penangkap ikan sesuai dengan tingkat sertifikat,
penjenjangan karir dan sistem remunerasi awak kapal. Hal tersebut dapat
menimbulkan konsekuensi keselamatan kapal dan awaknya dan
konsekuensi bagi pengusaha (http://www.stp.dkp.go.id).
Walaupun pemerintah telah mengeluarkan peraturan bagi pelaut pada
umumnya. Pemerintah telah membuat ketentuan tentang hak-hak dan
kewajiban pelaut melalui Keputusan Pemerintah No 7 tahun 2000 Tentang
Kepelautan. Terdapat ketentuan mengenai Tenaga Pelaut yang bekerja di
kapal asing pasal 18. Dan hampir seluruh isi peraturan ini menyangkut hak
dan kewajiban yang terkait dengan ketenaga kerjaan pelaut.
Namun demikian diperlukan suatu badan yang melindungi kepentingan
pelaut perikanan, yang betul-betul melindungi. Dan juga apakah peraturan
pemerintah ini berlaku di luar negeri?.
Pasal 1. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
(1) Kepelautan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengawakan,
pendidikan, persertifikatan, kewenangan serta hak dan kewajiban
pelaut;
(2) Awak kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal
oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal
sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil;
(3) Pelaut adalah setiap orang yang mempunyai kualifikasi keahlian atau
keterampilan sebagai awak kapal;
(4) Sertifikat kepelautan adalah dokumen kepelautan yang sah dengan
nama apapun yang diterbitkan oleh Menteri atau yang diberi
kewenangan oleh Menteri; Perjanjian
(5) Kerja Laut adalah perjanjian kerja perorangan yang ditandatangani oleh pelaut
Indonesia dengan pengusaha angkutan di perairan; …
Pasal 2.
48
Pendahuluan
(1) Setiap pelaut yang bekerja pada kapal niaga, kapal penangkap ikan,
kapal sungai dan danau harus mempunyai kualifikasi keahlian atau
keterampilan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini…..
(3) Ketentuan mengenai kualifikasi keahlian dan keterampilan bagi setiap
pelaut yang bekerja di kapal sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
Pasal 18.
(1) Setiap pelaut yang akan disijil harus memiliki Perjanjian Kerja Laut yang
masih berlaku;
(2) Perjanjian Kerja Laut sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memuat
hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak dan memenuhi
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya adalah :
a. Hak pelaut: Menerima gaji, upah, lembur, uang pengganti hari-hari
libur, uang delegasi, biaya pengankutan dan upah saat diakhirinya
pengerjaan, pertanggungan untuk barang-barang milik pribadi yang
dibawa serta kecelakaan pribadi serta perlengkapan untuk musim
dingin untuk yang bekerja di wilayah yang suhunya 15 derajat
celcius atau kurang yang berupa pakaian dan peralatan musim
dingin;
b. Kewajiban pelaut: Melaksanakan tugas sesuai dengan jam kerja
yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian, menanggung biaya yang
timbul karena kelebihan barang bawaan di atas batas ketentuan
yang ditetapkan perusahaan, menaati perintah perusahaan dan
bekerja sesuai dengan jangka waktu perjanjian.
c. Hak pemilik/operator: Memperkerjakan pelaut
d. Kewajiban pemilik/operator: Memenuhi semua kewajian yang
merupakan hak-hak pelaut sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
(4) Perjanjian Kerja Laut harus diketahui oleh pejabat Pemerintah yang
ditunjuk oleh Menteri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perjanjian Kerja Laut sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat(4) diatur dengan
Keputusan Menteri.
Supardi Ardidja-2010 49
Pendahuluan
50
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 51
Pendahuluan
52
Pendahuluan
8. TEKNOLOGI PENANGKAPAN
Supardi Ardidja-2010 53
Pendahuluan
polyamide (PA), polyester (PES) dan serat buatan lainnya sesuai kebutuhan
masing-masing jenis alat penangkap ikan. Tidak diragukan lagi bahwa
metode mid-water trawling dan purse seining tidak mungkin dapat
dilakukan tanpa menggunakan benang-benang sintetis yang lebih kuat dan
tipis, terpisah dari berperannya echo sounder. Contoh yang paling baik
adalah pada keberhasilan penangkapan ikan dengan gillnet, tidak mungkin
terjadi tanpa menggunakan benang yang memiliki daya tampak yang
rendah (low visibility), bahkan transparan, seperti pada polyamide
monofilament. Cina, tidak lagi menggunakan benang yang dipintal untuk
jaring puntal (entangle net), yang justru lebih efektif dan lebih efisien jika
dibandingkan dengan jaring puntal yang dikontruksi dari Nylon
multifilament yang dipintal.
Telah dikenal hampir di seluruh dunia bahwa belum ada inovasi
yang sensasional dengan mengecualikan kegunaan serat sintetis dan juga
gabungan dari beberapa serat sintetis menjadi benang atau tali compound.
Pengembangan teknik penangkapan ikan, harus berjalan seiring dengan
pengembangan yang terus menerus dari kapal penangkapan ikan, tenaga
penggerak, sekaligus dikelola oleh tenaga kerja ahli dan trampil serta
manajemen yang terkontrol dengan baik. Mungkin siapa tahu suatu saat
kapal penangkapan ikan digerakkan dengan tenaga atom.
Beranjak dari kapal yang terbuat dari bambu (masih terdapat di
Asia) untuk penangkapan ikan berjangka sangat pendek (one-day fishing)
hingga kapal-kapal pabrik (factory vessel) yang dioperasikan bersama
armada kapal penangkap ikan (catcher fleet) atau kapal pabrik yang
menangkap sendiri (self-catching factory ship) yang mampu berada di
tengah laut hingga beberapa bulan entah di samudera mana dan
memproses langsung hasil tangkapannya. Namun demikian, kapal-kapal
multi fungsi sudah banyak ditinggalkan orang, mereka lebih menyukai kapal
spesialis dengan berbagai penataan khusus. Dewasa ini, terkait dengan
penangkapan ikan laut modern, kapal penangkapan ikan dengan alat
penangkap ikan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pengembangan alat penangkap ikan dan teknik penangkapan ikan tidak
dapat dipisahkan.
Keberhasilan dan kemajuan perikanan didasarkan oleh
keharmonisan antar manusia sebagai pemeran utama, dan ikan sebagai
obyeknya, dan ketiga faktor lain yang mempengaruhinya yaitu konstruksi
alat dan pengoperasiannya serta kapal penangkapan ikan.
Banyak kalangan merasa pesimis dengan perkembangan perikanan
tangkap. Masuk akal, karena biaya operasional semakin tinggi akibat
54
Pendahuluan
Supardi Ardidja-2010 55
Pendahuluan
56
Pendahuluan
Ringkasan
1. Metode Penangkapan ikan mendasari teknologi penangkapan ikan
2. Mempelajari metode penangkapan ikan harus didahului dengan
mempelajari biologi perikanan, oseanografi perikanan, meteorologi,
3. Mempermudah memehami metode penangkapan ikan dengan
mengelopokkan ikan, sebagai berikut:
1) Kelompok ikan yang mengumpul padat.
2) Kelompok ikan yang mengumpul tapi tidak padat.
3) Kelompok ikan yang menyebar dan tidak padat.
Dan pengelompokkan ukuran individu ikan dalam kelompok adalah:
1) Ikan yang berukuran besar(contohnya adalah pelagis besar: Tuna)
2) Ikan yang berukuran kecil (contohnya pelagis kecil : layang)
4. Contoh alat penangkap ikan hasil dari dua pengelompokkan ikan.
Supardi Ardidja-2010 57
Pendahuluan
58
Pendahuluan
Pertanyaan
1. Lelaskan apa yang dimasud dengan metode penangkapan ikan?.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan menangkap ikan ?
Supardi Ardidja-2010 59
Pendahuluan
Pilihan Ganda
1. Seseorang yang sedang menangkap bebek di danau dengan panah
disebut sebagai seorang:
D. penangkap
A. nelayan B. pemburu C. pemanah ikan
2. Seseorang yang sedang menangkap ikan di danau dengan panah
disebut sebagai seorang:
D. penangkap
A. nelayan B. pemburu C. pemanah ikan
3. Menangkap ikan di laut yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok
dengan tujuan untuk hiburan dan kesenangan disebut sebagai:
A. subsistence B. commercial C. commercial D. sport fishing
fishing fishery fishing
4. Alat penangkap ikan yang aktif dan pasif adalah penggolongan yang
sangat sederhana ditinjau dari bagaimana alat penangkap ikan tersebut
menangkap ikan. Pilih salah satu yang alat penangkap ikan aktif
A. Long line B. trolling C. trawl D. gill net
5. Alat penangkap ikan yang aktif dan pasif adalah penggolongan yang
sangat sederhana ditinjau dari bagaimana alat penangkap ikan tersebut
60
Pendahuluan
menangkap ikan. Pilih salah satu yang alat penangkap ikan pasif
A. Long line B. trolling C. trawl D. gill net
6. Seseorang yang dibayar untuk menangkap ikan dan hasilnya
diperuntukkan bagi yang membayar , pilih satu yang bukan termasuk
sebagai buruh
A. Awak Kapal B. ABK C. Pemilik D. Nakhoda
7. Tenaga Kerja, Mekanisasi dan Otomatisasi; Tenaga kerja di kapal atau
dikenal dengan Awak Kapal adalah orang yang dibayar untuk
melaksanakan pekerjaan baik berdasarkan kontrak maupun pekerja
tetap atau
A. Pelayar B. Buruh C. Pemilik D. Nakhoda
8. Penangkapan ikan secara kolektif lebih mengarah pada sistem koperasi
atau dikenal sekarang dengan istilah
A. Bagi hasil B. PIR C. Perikanan D. Kelompok
etalase
9. Otomatisasi adalah proses ………….. tenaga manusia dari pekerjaannya,
dengan kata lain manusia dihindarkan dari bahaya langsung yang
diakibatkan oleh peralatan atau pengurangan tenaga manusia untuk
meningkatkan margin perusahaan
A. menjauhkan B. mendekatka C. mekanisasi D. menyenangka
n n
10. Mekanisasi adalah proses ……………pekerjaan manusia dengan
menggunakan tenaga mekanik, namun manusia masih berperan dalam
pekerjaan sebagai pengontrol.
A. menjauhkan B. mendekatkan C. memudahkan D. menyulitkan
Tugas
Buatlah paper berdasarkan studi berbagai literatur dan data
statistik Perikanan Indonesia atau hasil pengamatan langsung dari
pelabuhan pendaratan ikan terdekat, tentang alat penangkap ikan apakah
Supardi Ardidja-2010 61
Pendahuluan
yang dapat digolongkan kepada alat penangkap ikan yang menangkap ikan
seekor demi seekor, sekaligus banyak, dan yang dikumpulkan sedikit demi
sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Ayodhyoa, A.U., Metoda Penangkapan Ikan, Yayasan Dewi Sri, Bogor, 1974
B.C. Ministry Of Environment, Fish Collection Methods And Standards, Digital Version 4.0,
ISBN 0-7726-3241-3, Published By The Resources Inventory Committee, Province
Of British Columbia,1997
Ben Yami M., Tuna Fishing with Pole and Line, FAO, Fishing New’s book Ltd., Farnham,
Surrey, England, 1980.
Ben Yami, M., Purse Seining Manual FAO Fishing Manual; published by Fishing News Books
Ltd; UK Handlining and Squid Jigging FAO Training Ser. 23 (in English, French and
Spanish) , 1994.
Ben-Yami, M. 1989. Fishing with Light (An FAO Fishing Manual). Blackwell Science Ltd.,
Oxford. 132pp.
Beverly, Steve., Lindsay Chapman And William Sokimi, Horizontal Longline Fishing Methods
And Techniques, A Manual For Fishermen, Secretariat Of The Pacific Community,
ISBN 982-203-937-9, Noumea, Multipress, Noumea, New Caledonia, (Pdf), 2003.
Bjarnason, B. A., Handlining and squid jigging, FAO TRAINING SERIES No. 23, ISBN 92-5-
103100-2, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, 1992
Bjordal, Å. and Løkkeborg, S. 1996. Longlining. Fishing News Books, Blackwell Science Ltd.,
Oxford. 156 pp.
Brand, A Vont, Fishing Gear Methods, Food And Agriculture Organization Of The United
Nations, Rome, 1985
Brand, A. Vont, Fish Catching Methods of The World, Fishing News Books Ltd., Farnham,
Surrey, England, 1984.
Carpenter, Kent E., The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific, Volume 4,
Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae), Food And Agriculture Organization
Of The United Nations, Rome, 1999.
Cowx, I.G. and Lamarque, P. (eds.). 1990. Fishing with Electricity (Applications in freshwater
fisheries management). Blackwell Science Ltd., Oxford. 272 pp.
FAO Fish Tech. Pap. 222 Rev.1 FAO catalogue of fishing gear design (multi-lingual).
FAO Fisheries Technical Paper 339. FAO, Rome. 233pp.
FAO Fishing Manual; Published by Fishing News Books Ltd; UK Small-Scale Fishing with
Driftnets. FAO Fish. Tech. 284 (in English, French and Spanish)
FAO, Fishing gears and methods Related documents Definition and Classification of Fishing
Gear Categories (multi-lingual).
FAO, Fishing News Books Ltd; UK FAO catalogue of small scale fishing gear; 2nd edition
(multi-lingual). Fishing News Books Ltd; UK Fish Catching Methods of the World
(Third edition; 1984).
FAO, Fishing with Bottom Gillnets FAO Training Ser. 3 (in English, French and Spanish) Purse
Seining with Small Boats FAO Training Ser. 13 (in English, French and Spanish)
FAO, Longline Fishing FAO Training Ser. 22 (in English, French and Spanish) Trials and
developments in fishing with handlines carried out by FAO during 1977-89.
Fisheries Circular No. 830 (in English)
62
Pendahuluan
FAO, Species Fact Sheets, FIGIS on line, 2010.
FAO, Tata Laksana untuk Perikanan yang Bertanggung Jawab, Departemen Pertanian
Republik Indonesia, Rome, 1995.
Flewwelling, P., An Introduction To Monitoring, Control And Surveillance Systems For
Capture Fisheries, ISBN 92-5-103584-9, Food and Agriculture Organization of the
United Nations Rome, 1994.
Fyson, J., Design of Small Fishing vessels, FAO Fishing News Books, England, 1985
Gabriel, O. Andreas Von Brandt (ed.). (in prep.). Fish Catching Methods of the World. (Fourth
Edition). Blackwell Science Ltd., Oxford. ISBN 13: 978-058238-280-6, 2005.
Galbraith, R.D. and A Rice, An Introduction to Commercial Fishing Gear and Methods Used in
Scotland, Fisheries Research Services, E S Strange FRS Marine Laboratory, Scottish
Fisheries Information, No. 25 2004, ISSN: 0309 9105 , Aberdeen, 2004
Garry L. Preston, Paul D. Mead, Lindsay B. Chapman & Pale Taumaia, Deep-Bottom Fishing
Techniques For The Pacific Islands, A Manual For Fishermen, AUSAID, Secretariat
Of The Pacific Community, Australian Agency For, International Development,
1999.
Hardy , R. And J. G. M. Smith, Catching And Processing Scallops And Queens, Ministry Of
Agriculture, Fisheries And Food Torry Research Station, Torry Advisory Note No.
46, FAO In Partnership With Support Unit For International Fisheries And Aquatic
Research, Sifar, 2001
Illustration of Japanese Fisihing Vessels.
ISSCFG Classification, FAO-Fish.Tech.Pap.222, p
Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 50/Men/2008
Tentang Produktivitas Kapal Penangkap Ikan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 316/Kmk.06/2001 Tanggal 21 Mei
2001 Tentang Tatacara Pengenaan Dan Penyetoran Pungutan Perikanan
Mcgrath, C.J, Eifac Consultation On Eel Fishing Gear And Techniques, Food And Agriculture
Organization Of The United Nations, Rome, 1971
Mulyanto, Definisi dan Klasifikasi Bentuk Kapal Perikanan, terjemahan dari Definition and
Classification of Fishery Vessel types, FAO Fisheries Technical Paper 267, 1985.
1986.
Nedelec C., Definisi Dan Penggolongan Alat Penangkap Ikan, Disesuaikan dan Dilengkapi
Untuk Keadaan Indonesia oleh Fauzi, Zarochman dan Nasruddin Siregar, Balai
Pengembangan Penangkapan Ikan Semarang, Food And Agriculture Organization
Of The United Nations, Semarang, 1989.
Nédélec, C. and Prado, J. (eds.). 1989. FAO Catalogue of Small Scale Fishing Gear. Blackwell
Science Ltd., Oxford. 224pp.
Nédélec, C. and Prado, J. 1990. Definition and classification of fishing gear categories. FAO
Fisheries Technical Paper 222. Revision 1. FAO, Rome. 92pp.
Nomura, M. (1981). Fishing Techniques (2). Japan International Cooperation Agency,
Tokyo. 183 pp.
Nomura, M. And T. Yamazaki, Fishing Techniques, Vol. 1, Textbooks of SEAFDEC, Japan
International Cooperation Agency, Tokyo., 1975.
Nomura, M., and T. YAMAZAKI, (1977). Fishing Techniques (1). Japan International
Cooperation Agency, Tokyo. 206 pp.
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor: Per. 06/Men/2005 Tentang Penggantian
Bentuk Dan Format Perizinan Usaha Penangkapan Ikan, 2005
Supardi Ardidja-2010 63
Pendahuluan
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/2009
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor
Per.05/Men/2008 Tentang Usaha Perikanan Tangkap, 2009
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.08/Men/2008
Tentang Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Jaring Insang (Gill Net) Di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia, 2008
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per. 05/Men/2007
Tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan, 2007
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.06/Men/2008
Tentang Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela Di Perairan Kalimantan
Timur Bagian Utara , 2008
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.09/Men/2008
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Di Lingkungan Departemen
Kelautan Dan Perikanan
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.03/Men/2009
Tentang Penangkapan Ikan Dan/Atau Pengangkutan Ikan Di Laut Lepas
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.11/Men/2009
Tentang Penggunaan Pukat Ikan (Fish Net) Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12/Men/2009
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor
Per.05/Men/2008 Tentang Usaha Perikanan Tangkap
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.02/Men/2009
Tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Menteri Kelautan
Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan. Nomor: Per.15/Men/2005, Tentang,
Penangkapan Ikan Dan/Atau Pembudidayaan Ikan Di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia Yang Bukan Untuk Tujuan Komersial, Menteri
Kelautan Dan Perikanan, Jakarta, 31 Oktober 2005.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 9 2005 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Serta
Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan, 2005.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Kepelautan, 2000
Potter, E.E.E and M.G. Pawson, Gill Netting, Laboratory leaflet No. 69, Ministry Of
Agriculture, Fisheries And FoodDirectorate Fisheries Research, Lowestoft, 1991.
Prado, J. FAO Definition and classification of fishing gear categories. Fishery Industries
Division, 1990.
Preston, G.L. et all, Trolling Techniques For The Pacific Islands, A Manual For Fishermen, The
Commonwealth Foundation, FAO/UNDP, South Pacific Regional Fisheries
Development Programme, United States Agency For International Development,
New Caledonia,1987
Preston, Garry Leonard, at all, Trolling techniques for The Pacific Islands, A Manual For
Fishermen, South Pacific Commission Noumea, New Caledonia, 1987.
Preston, Garry Leonard, at all, Vertical Longlining and other Methods of Fishing around Fish
Aggregating Devices (FADs), A Manual For Fishermen, Secretariat of the Pacific
Community, New Caledonia, 1998.
Sainsbury, J.C., Commercial Fishing Methods. Fishing News (Books), London. 119 pp. 1971.
Sainsbury, J.C.. Commercial Fishing Methods (an introduction to vessel and gear). Blackwell
Science Ltd., Oxford. 1996.
Schaefer, Kurt M., Vertical Movement Patterns of Skipjack Tuna (Katsuwonus Pelamis) in The
Eastern Equatorial Pacific Ocean, as Revealed with Archival Tags, NOAA, Fish. Bull.
105:379–389 ,2007.
64
Pendahuluan
Scharfe, J. (ed.)., FAO Catalogue of Fishing Gear Designs. Blackwell Science Ltd., Oxford.
1989.
Sea Grant Sea Grant, Known Your Net, Identifying & Avoiding Commercial Fishing Nets,
education, research, outreach, on line, http://www.miseagrant.umich.edu/nets/
largegill.html, Michigan, 2007.
Sokimi, William and Lindsay Chapman, Technical Assistance to The Republic of Nauru to
Provide Training in Mid-Water Fishing Techniques that can be Used in Association
with Fish Aggregating Devices (Fads), Field Report No. 16, Secretariat of the Pacific
Community, Noumea, New Caledonia, 2002.
Uktolseja JCB, B Gafa, R Purwasasmita, B Iskandar, Sumberdaya Ikan Pelagis Besar: Potensi
dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan Indonesia. Jakarta: Departemen
Pertanian. 1997
Undang-Undang Republik Indonesia , Nomor 9 Tahun 1985 , Tentang Perikanan
Watt , Robert B., Modern Purse Seine Fishing with Winch and Sonar, Technical Report
No.288, SEA FISH Industri Autority, SFDP, July 1986.
Welcomme, R.L., River Fisheries- The Fishery, Fao Fishery Resources And Environment
Division, M-42 Isbn 92-5-102299-2 (PDF), Food And Agriculture Organization Of
The United Nations, Rome, 1985.
Whitehead, Peter J.P., FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 7, Part 1, food and
agriculture organization of the united nations, united nations development
programme, Rome, 1985.
Wiadnya, D.G.R et all,. Kajian Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Di Indonesia:
Menuju Pembentukan Kawasan Perlindungan Laut (on pdf), suatu studi literatur.
www.coraltrianglecenter.org. 2004.
Supardi Ardidja-2010 65