You are on page 1of 23

Supervisi Manajerial

Tagged with: supervisi manajerial

Perubahan kebijakan peningkatan mutu  pendidikan melalui penerapan


standar, Instrumen Supervisi Manajerial (46) dan Instrumen Supervisi Pengelolaan (36)
yang GP susun ini dapat digunakan  sebagai instrumen evaluasi diri sekolah dalam memantau
dan memetakan perkembangan kinerja pengelolaan yang sangat menentukan keberhasilan sistem
penjaminan mutu.

Perangkat itu juga penting untuk mendukung fungsi utama supervisi, yaitu sebagai rangkaian
proses pemantauan, penelitian, pelatihan, bimbingan dan penilaian. Pemantauan berkenaan
dengan usaha untuk menghimpun gambaran kondisi nyata sekolah. Penelitian  merupakan
serangkaian proses studi untuk memecahkan masalah secara ilmiah mengenai keseluruhan
keadaan sekolah, baik pada guru, siswa, kurikulum, tujuan belajar maupun metode mengajar.

Pelatihan dan pembimbingan merupakan proses untuk meningkatkan mutu pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka meningkatkan profesionalisme. Strategi yang dapat pengawas
gunakan untuk menemukan permasalahan dengan melakukan observasi, interview, angket,
pertemuan-pertemuan dan daftar isian.

Penilaian  adalah bagian dari proses untuk menghimpun informasi mengenai efektivitas dan
efisiensi kinerja. Dalam hal ini pengawas dapat memetakan efektivitas proses  dan output  kepala
sekolah, guru, tenaga tata usaha sekolah dalam rangka mencapai target atas tujuan yang
diharapkan.

Supervisi manajerial lebih menekankan pada pemberian pelayanan kepala sekolah dalam
melakukan pengelolaan kelembagaan secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan secara berkelanjutan. Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan
mengenai aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
terlaksananya pembelajaran yang efektif.

Pandangan yang sedikit berbeda menyatakan bahwa supervisi manajerial fokus pada fungsi
manajemen yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Fungsi ini dalam pandangan ISO
menjadi perencanaan, pelaksanaan, memantau proses pelaksanaan, dan tindak lanjut perbaikan
mutu.

Fungsi manajemen itu mencakup seluruh kegiatan pada berbagai level di sekolah, yaitu pada
tingkat sekolah, tata usaha, manajemen kelas dan pendidik. Jadi menurut  pandangan ini
supervisi manajerial menekankan pelayanan kepada kepala sekolah, pendidik, tenaga tata usaha
sekolah dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program dalam ruang lingkup
fungsi manajemen.

Dalam sistem pengelolaan sekolah, selain menjalankan fungsi manajemen juga terdapat fungsi
pedagogis yaitu yang menitikberatkan perhatian pada persoalan bagaimana siswa belajar, tipe
belajar siswa, motivasi siswa, apa yang harus siswa pelajari, dan bagaimana guru mengajar.
Wilayah ini merupakan bagian dari pengawasan akademis.

Supervisi Manajerial

Fokus supervisi manajerial adalah bidang garapan manajemen sekolah, yang antara lain meliputi:
(a) manajemen kurikulum dan pembelajaran, (b) kesiswaan, (c) sarana dan prasarana, (d)
ketenagaan, (e) keuangan, (f) hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (g) layanan khusus.

Dalam tugas  tersebut pengawas perlu melakukan tugas berupa pemantauan, penelitian,
pelatihan, bimbingan dan penilaian terhadap pelaksanaan standar nasional pendidikan yang
meliputi delapan komponen, yaitu: (a) standar isi, (b) standar kompetensi lulusan, (c) standar
proses, (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (e) standar sarana dan prasarana, (f)
standar pengelolaan, (g) standar pembiayaan, dan (h) standar penilaian.

Tujuan supervisi terhadap kedelapan aspek tersebut adalah agar sekolah terakreditasi dengan
baik dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan. Dalam konteks kehidupan internasional
kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan sistem penjaminan mutu pendidikan nasional
agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam persaingan internasional.

Metode Supervisi Manajerial

Dalam melaksanakan supervisi manajerial  pengawas dapat menggunakan berbagai strategi, di


antaranya  (1) monitoring dan evaluasi (2) Refleksi dan Diskusi Kelompok (3) Metode Delpi (4)
Workshop (5) Pembelajaran Dinamis

Di bawah ini kami jelaskan  secara singkat berbagai strategi tersebut.

1.  Monitoring dan Evaluasi

 Monitoring

Monitoring adalah model kegiatan pemantauan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah


sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta
menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program.
Kegiatan monitoring bertujuan untuk  (a) menetapkan standar untuk mengukur prestasi,
(b) mengukur prestasi, (c) menganalisis apakah prestasi memenuhi standar, dan (d)
mengambil tindakan apabila prestasi kurang/tidak memenuhi standar (Nanang Fattah,

1996: 102). Kewajiban Administratif Pengawas


Tagged with: administrasi pengawas sekolah    kewajiban pengawas    Tugas pengawas

Pemberlakuan Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas yang


ditandatangani Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional  sejak Agustus 2009, berdampak pada meningkatnya kepastian  kriteria
pemenuhan standar operasional dan  administrasi pelaksanaan tugas pengawas.

Dalam menjalankan tugas profesinya, pengawas sekolah memiliki beberapa kewajiban


memenuhi perangkat administrasi. Kewajiban administratif itu  tertuang dalam Pedoman
Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah. Berdasarkan
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007,  berikut ini poin-poin yang menjadi kewajiban
administratif pengawas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugas profesinya pengawas sekolah
wajib memenuhi  kriteria minimal berikut:

No Indikator Operasional Kelengkapan Administrasi


1 Melaksanakan pengawasan 1.     Surat Tugas dari Dinas Pendidikan yang
terhadap 10  sampai dengan dilampiri dengan data sekolah dan jumlah guru.
15 sekolah dan membina 40 2.     Data pendidik dan tenaga kependidikan
guru hingga paling banyak 60 sekolah binaan.
guru
2 Menyusun Program 3.     Program Tahunan Pengawasan ([Download id
Pengawasan Akademik dan not defined],[download id="23"] ) , meliputi
Manajerial pengawasan akademik dan manajerial, mencakup
prioritas pemantauan, pembinaan, dan penilaian
(Disusun oleh kelompok pengawas sejenis tingkat
kabupaten/kota)
4.     Program Semester Pengawasan, berupa teknik
operasional kegiatan individu; meliputi
pengawasan akademik dan manajerial yang
memuat masalah prioritas  pemantauan, penilaia,
dan pembinaan.
3 Melaksanaan supervisi 5.     Dokumen hasil pemantauan kinerja sekolah
akademik  dalam menerapkan dalam menerapkan standar isi ([Download not
standar  isi, proses, penilaian found],[Download not found]), proses, penilaian,
dan SK dan SKL yang meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
6.     Format isian rekaman kegiatan supervisi
akademik yang keabsahannya ditadai dengan tanda
tangan kepsek yang disupervisi dan dikuatkan
tanda tangan kepala sekolah atau ketua
penyelenggara kegiatan (Format ditentukan Dinas
Pendidikan) MK-memutuskan (25)
7.     Bukti fisik pengolahan data dan laporan
pemantauan, pembinaan, dan penilaian kinerja 
dalam penerapan standar isi, proses, penilaian, dan
SKL meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
output.
8.     Lembar hasil refleksi dan rekomendasi tindak
lanjut perbaikan mutu berkelanjutan.
4 Melaksanaan supervisi 9.     Dokumen hasil pemantauan kinerja sekolah
manajerial dalam menerapkan dalam menerapkan standar pengelolaan
standar  pengelolaan, pendidik ([Download not found], [Download not found]),
dan tenaga kependidikan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
sarana dan prasarana, serta prasarana, serta pembiayaan yang meliputi
pembiayaan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
10.  Format isian rekaman kegiatan supervisi
akademik yang keabsahannya ditandai dengan
tanda tangan personal yang disupervisi dan
dikuatkan tanda tangan kepala sekolah (Format
ditentukan Dinas Pendidikan)
11.  Bukti fisik pengolahan data dan laporan
supervisi  dalam penerapan standar pengelolaan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, serta pembiayaan meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan output.
12.  Lembar hasil refleksi dan rekomendasi tindak
lanjut perbaikan mutu berkelanjutan.
5 Melaksanakan penilaian 13.  Format isian bukti pelaksanaan penilaian
kinerja kepala sekolah dalam 14.  Instrumen penilaian ([Download not
melaksanakan tugas found], [Download not found])
manajerial dan akademik. 15.  Data hasil penilaian
16.  Lembar analisis dan rekomendasi  tindak
lanjut perbaikan mutu berkelanjutan
6 Melaksanakan pembimbingan 17.  Dokumen  jadwal, tanggal, jam, tema, dan
dan pelatihan dalam rangka kompetensi yang dikembangkan dalam bentuk
meningkatkan mutu profesi workshop, seminar, observasi dan group
kepala sekolah, tenaga conference, bimbingan teknis, serta kunjungan
pendidik, dan tenaga sekolah melalui supevisi manajerial
kependidikan paling sedikit
melaksanakan tiga kali dalam
satu semester.
7 Menyusun laporan 18.  Laporan Tahunan Pengawasan per sekolah
pelaksanaan program yang meliputi seluruh sekolah binaan yang
pengawasan ditekankan pada pemetaan pencapaian tujuan
pengawasan.
19.  Laporan Semesteran Pengawasan per sekolah
yang meliputi seluruh sekolah binaan yang
ditekankan pada pemetaan pencapaian tujuan
pengawasan.
8 Menyusun karya tulis laporan 20.  Laporan PTK atau laporan PTS
hasil penelitian atau perbaikan
pelaksanaan tugas

Dalam memenuhi standar tersebut kolaborasi antar pengawas untuk memenuhi seluruh
persyaratan minimal di atas sangat diperlukan kerja sama dalam melakukan perbaikan
pemenuhan syarat administrasi secara berkelanjutan. Hal penting yang lain, dengan
memperhatikan syarat administrasi tersebut, melaksanakan tugas dengan dukungan teknologi
komputer menjadi keharusan yang sulit ditawar lagi.

Artikel terkait :

Ikhtisar Pedoman Pelaksanaan Tugas Pengawas

Standar Kepala Sekolah Yang Dominan Tetapi Tidak Mendominasi

Penjaminan Mutu Oleh Pengawas

Sasaran utama monitoring adalah untuk menghimpun informasi melalui pemotretan  kondisi
nyata sekolah sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk bahan pengambilan
keputusan perbaikan mutu.

 Evaluasi

Evaluasi adalah proses untuk menghimpun informasi mengenai  peta proses dan progress
penyelenggaraan sekolah dibandingkan dengan target yang direncanakan sehinga dapat diketahui
peta keberhasilan dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b)
mengetahui keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun
berikutnya, dan (d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.

2. Refleksi dan Diskusi Kelompok

Prinsip utama manajemen sekolah adalah mengerahkan sumber daya dan meningkatkan
partisipasi. Dalam strategi ini pengawas perlu menyampaikan hasil  monitoring secara terbuka
kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru.
Sekolah selanjutnya merefleksi data yang pengawas sampaikan sehingga pihak sekolah
menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung mereka hadapi. Diskusi
kelompok ini merupakan bagian dari usaha menyatukan pandangan stakeholder mengenai
realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan  langkah-langkah strategis
maupun operasional untuk melakukan perbaikan mutu berkelanjutan.

3. Metode Delphi

Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan
visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana
Pengembangan Sekolah.

Metode Delphi menurut Gorton (1976: 26-27) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan


hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
2. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai
nama/identitas;
3. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan
jumlah orang yang berpendapat sama.
4. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk
diberikan urutan prioritasnya.
5. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir
prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.

Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa
memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala  dalam sebuah diskusi atau
musyawarah dengan target agar semua yang hadir dalam musyawarah mengungkapkan gagasan.
Hal ini merupakan solusi dari masalah seringnya pertemuan didominasi oleh orang-orang
tertentu.

4. Workshop

Workshop atau lokakarya merupakan salah satu  metode yang dapat pengawas lakukan dalam
melaksankan supervisi manajerial. Strategi ini untuk mendorong dinamika  kelompok dan dapat
melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.

Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Yang
penting seorang pengawas memiliki kewajiban untuk mengarahkan workshop sekurang-
kurangnya 3 kali dalam setahun.

4. Pembelajaran Dinamis

Peningkatan mutu pendidikan bergantung  tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan,


dan penguasaan teknologi  sebagai media pembalajaran. Berkat kemajuan dalam bidang
teknologi informasi dan komunikasi saat ini sekolah atau sistem sekolah dapat mengintegrasikan
diri dalam jejaring internet untuk melaksanakan peningkatan mutu diri melalui prose
pembelajaran.

Model ini telah dilakukan pada beberapa sekolah. Penyediaan informasi untuk bahan belajar
tidak hanya disediakan untuk siswa namun juga untuk stakeholders sekolah yang lain. Apabila
dalam jejaring internet  software khusus belum tersedia, sekolah dapat memanfaatkan media
publik seperti e mail, forum, face book, atau web sekolah untuk mengintegrasikan orang-orang
dalam dinamika belajar sehingga sekolah menjadi learning organization.

(Disarikan dan diadaptasi dari modul Metode dan Teknik Supervisi, Direktorat Tenaga
Kependidikan , Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Depdiknas 2008, oleh Dr. Rahmat)

Supervisi Akademik
Tagged with: supervisi akademik

Supervisi akademik dalam rangka menegakkan sistem penjaminan mutu pada


penerapan standar nasional pendidikan menjadi komponen penentu efektivitas pelaksanan tugas
pengawas.  Supervisi Akademik (40) dapat  sekolah gunakan sebagai perangkat evaluasi diri
sekolah yang selanjutnya menjadi bahan pertimbangan pengawas. Kali ini GP menurunkan
model instrumen evaluasi diri sekolah yang dapat pengawas validasi yang disesuaikan dengan
kriteria dalam pedoman pelaksanaan tugas guru dan pengawas.

Instrumen itu dikembangkan untuk mengevaluasi kinerja pendidik melalui pelaksanaan tugas 
pengawas dalam memantau secara intensif proses pembelajaran pada lembaga pendidikan, yang
ditindak lanjuti dengan pemberian feed back. (Razik, 1995: 559). Feed back demikian penting
sebagai pengarah tindak lanjut perbaikan mutu  berkelanjutan.

Dalam menjalankan fungsi supervisor perbaikan mutu akademik, pengawas melakukan


pemantauan atau observasi, pembinaan, dan penilaian kinerja  dalam penerapan standar isi,
proses, penilaian, dan SKL.

Pada supervisi akademik terdapat dua dimensi kegiatan yang dapat disupervisi yaitu dimensi
manajerial dan pedagogis.

Pada dimensi manajerial, kegiatan pemantauan, pembinaan, dan penilaian penerapan delapan
standar nasional pendidikan berurusan dengan langkah perencanaan, pelaksanaan, pemantauan
mutu pelaksanaan, dan perbaikan kegiatan berkelanjutan mengenai kegiatan pembelajaran.
Pemantauan, pembinaan, dan penilaian dalam menerapkan delapan standar pendidikan nasional
dari sisi akademik menyangkut bagaimana pendidik memfasilitasi siswa belajar. Hal ini
berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan pendidik dalam memfasilitasi siswa belajar.
Mengukur pemahaman konsep pedagogis dalam perencanaan belajar, pelaksanaan, dan evaluasi.

Langkah Kegiatan

Supervisi akademik dapat mengitegrasikan tiga tugas pokok pengawas yaitu memantau,
membina, dan menilai. Pelaksanaan pemantauan  meliputi tiga langkah utama yaitu (1) Pra-
pemantauan (2) Pelaksanaan pemantauan (3) Refleksi dan Pembinaan.

Dalam melaksanakan ketiga langkah kegitan pengawas hendaknya memperhatikan beberapa tips
di bawah ini.

Pra-pemantauan (Pertemuan awal)

1. Menciptakan suasana akrab dengan pendidik.


2. Membahas perangkat perencanaan pembelajaran yang telah pendidik buat

 SK/KD
 Indikator pembelajaran
 Tujuan pembelajaran
 Penilaian

1. Memperhatikan sumber belajar yang pendidik gunakan


2. Memperhatikan perangkat alat peraga
3. Memperhatikan perangkat administrasi pembelajaran seperti buku nilai siswa.
4. Produk belajar siswa di samping nilai akademik.
5. Membuat kesepakatan tentang masalah yang pendidik hadapi dalam meningkatkan
efektivitas penerapan rencana pembelajaran
6. Membuat kesepakatan tentang fokus pemantauan.
7. Membahas instrumen yang akan digunakan
8. Menyepakati tujuan dan target yang hendak diwujudkan melalui kegiatan pemantauan.

Pemantauan (Pengamatan Pembelajaran)

1. Menempatkan diri pada posisi yang tidak mengganggu proses pembelajaran


2. Menyiapkan perangkat  istrumen yang yang telah disepakati
3. Menyiapkan catatan
4. Memperhatikan strategi pengelolaan kelas, meliputi, penyiapan siswa siap belajar,
disiplin, pengelompokan, penguatan, motivasi dsb.
5. Mencatat hal-hal yang unggul selama proses pembelajaran berlangsung
6. Mencatat bagian-bagian yang perlu perbaikan lebih lanjut
7. Memperhatikan aktivitas siswa belajar dan pendidik mengajar
8. Memperhatikan efektivitas strategi pembelajaran
9. Memperhatikan penggunaan sumber belajar dan alat bantu ajar
10. Memperhatikan pelaksanaan penilaian proses dan hasil belajar

Refleksi, Penilaian, dan Pembinaan

1. Melaksanakan pertemuan segera setelah pemantauan selesai


2. Meminta pendidik mengomentari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
3. Mendiskusikan keunggulan yang  pengawas catat terutama perilaku pendidik yang
berdampak terhadap meningkatnya efektivitas belajar siswa
4. Meminta pendapat pendidik tentang bagian yang perlu mendapat perbaikan lebih lanjut
dan mencocokan dengan catatan pengawas.
5. Menilai bersama secara terbuka mengenai pencapaian tujuan pelaksanaan pemantauan
dalam rangka memetakan kinerja pendidik dalam menerapkan standar isi, proses, dan
penilaian.
6. Memberikan  penilaian atas hasil  pemantauan secara umum.
7. Menilai bersama mengenai kompetensi yang dapat diwujudkan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
8. Mendorong pendidik untuk merumuskan strategi  proses perbaikan berkelanjutan.
9. Menetapkan target berikutnya dalam  melaksanakan perbaikan lebih lanjut.
10. Tentukan bersama rencana pembelajaran dan supervisi berikutnya

Sejumlah prosedur di atas menjadi dasar untuk mengembangkan instrument pelaksanaan tugas
kepengawasan (Dr. Rahmat)

Referensi:

Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Metode dan Teknik Supervisi, Jakarta.

Taher A. Razik, Austin D. Swanson. 1995. Fundamental Concepts of Educational Leadership


and Management,New Jersey. Prentice Hall.

SMAN 4 Denpasar Go Internasional Berbasis


Lokal
Tagged with: SMAN 4 Denpasar

Saat pendirian sekolah ini menerima 4 rombongan belajar dengan level


kompetensi akademik terendah pada kelompok SMA di lingkungan Denpasar. Tahun 2010
menjadi sekolah unggul nasional yang memperoleh percitraan baik dalam  forum pendidikan
internasional.
Keunggulnya terwujud  karena memiliki modal utama komunitas sekolah  mampu membangun
komitmen ingin berubah menjadi lebih baik.

Sekolah yang dipimpin  Drs. I Wayan Rika , MPd. kini terus  dikunjungi  banyak pihak mulai
dari para petinggi, pendidik, dari berbagai penjuru datang  silih berganti. Tamu dari mancanegara
pun berdatang pula.

Dari sisi kepariwisataan sekolah ini telah menjadi salah satu daya tarik Bali sebagai tujuan wisata
bidang pendidikan.

Penampilan fisik sekolah ini berbeda dari kebanyakan sekolah. Penampilannya tak berbeda
dengan kebanyakan hotel di Bali. Selain didukung dengan arsitektur bangunan yang indah,
kebersihannya dan keindahannya mengekspresikan Bali yang kental  sekolah ini benar-benar
menjadi simbol sekolah moderen berbasis kultur lokal.

Prestasi Akademik

Sekolah  diasuh oleh 70 guru  yang didukung dengan 30 orang tenaga administasi sekolah, terdiri
atas 21 rombongan belajar dengan jumlah siswa sebanyak 805 orang.

Dari jumlah siswa sebanyak itu dalam bidang akademik –


nonakademik.  Setelah menyandang predikat sebagai sekolah rintisan SMA Bertaraf
Internasional  yang memberi perhatian besar pada pembinaan siswa untuk mendapat prestasi
terutama dalam berbagai perlombaaan.

Tahun  2006  terdaat 56 meraih prestasi dalam berbagai lomba.  Sejumlah 35 kejuaraan tingkat
nasional, dan selebihnya berataraf lokal.

Tahun 2007 prestasi siswa maju pesat.  Sebanyak 102  berhasil meraih medali dari berbagai
kejuaraan. Satu di antaranya  peraih medali perunggu internasional. Sebaran prestasi
internasional, 31 berprestasi pada tingkat nasional dan sebihnya prestasi prestasi pada tingkat
provinsi dan kota.

Tahun 2008  menghasilkan  147 siswa meraih prestasi dari tingkat lokal hingga nasional.  Satu
prestasi tingkat internasional, 40 prestasi tingkat nasional dan selebihnya prestasi tingkat provinsi
dan kota.
Pada tahun 2009 terdapat 102 peraih prestasi termasuk dalam kesertaaan siswa pada OSN yang
selalu mengirim perwakilannya pada tiap tahun.

Kepemimpinan Fasilitatif

Pak Wayan telah memimpin sekolah ini selama 13 tahun. Kepemimpinannya menutur beberapa
guru yang dijumpai, sangat demokratis, inovatif, dan  konsisten pada harapannya yang tinggi.

Dalam pandangan Ketua OSIS kepala sekolanya sangat terbuka, tiap ada kesempatan  pengurus
OSIS selalu diberi peluang menyatakan pendapat mengenai apa yang sebaiknya sekolah lakukan.

Setiap ada pertemuan guru maupun siswa selalu mendapat tantangan untuk menyumbang pikiran
mengenai langkah lebih lanjut yang harus sekolah lakukan agar lebih bermutu.

Kepala sekolah sangat antusias dalam memberi penguatan  program RSBI di sekolahnya. 
Menurutnya ada tiga penguatan yang berkembang  dengan adanya program ini. Pertama
peningkatan mutu profesi dan pembelajaran. Kedua, dalam pengembangan kemitraan global.
Ketiga, penguatan budaya lokal.

Budaya kemitraan  dengan berbagai sekolah di luar negeri, diakui kepala sekolah, tidak pernah
terpikirkan jauh sebelumnya.  Namun berkat menjadi salah satu sekolah penyelenggara RSBI,
kerja sama internasional berkembang pesat, di antaranya dengan sekolah di Melborne Australia,
Korea Selatan, Jepang, Malasia , juga Singapura terjalin erat.

Berkat program ini seluruh guru dan karyawan sekolah ini pernah bertukar kunjung dengan
sekolah-sekolah mitra di luar negeri. Di samping guru dan karyawan  juga siswa turut ambil
bagian dalam program ini.

Ketika guru dan siswa diminta keterangan apa yang mereka peroleh dari program ini. Drs. I 
Dewa Putu Ngurah, menjelaskan bahwa tiap  kelompok yang pergi ke luar negeri mendapatkan
pelajaran tentang hidup bersih, tentang disiplin, tentang bagaimana bekerja secara profesional.
Lebih dari itu, menurut ketua  OSIS, siswa dapat menampilkan dengan penuh kebanggaan
budayanya senidiri di luar negeri.

Prinsip Dasar dan Komitmen Pelayanan

Dewa Putu Ngurah, wakil kepala sekolah,  menyatakan ada prinsip dasar dalam pengelolaan
sekolah yang ditanam  sejak masa pendirian. Prinsip itu terus mereka pegang teguh sebagai  nilai
dasar  tindakan praktis sehari-hari. Prinsip dasar pertama adalah pendidik dan tenaga
kependidikan wajib berada di sekolah  pada saat mengajar maupun tidak mengajar, datang
bersama – pulang bersama pula. Kedua, siswa harus bekerja keras dan rajin belajar.

Budaya yang mereka kembangkan agar kedua prinsip itu dapat diterapkan adalah kerja sama tim
pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa mereka pelihara dengan sungguh-sungguh.
Sekolah dikelola dalam kebersamaan seluruh warganya. Kerja keras siswa ditunjukkan dengan
partisipasi mereka dalam memelihara tiap sudut sekolah. Semua dibagi habis oleh siswa. Sekali
pun demikian, karena tidak seluruh jengkal sekolah cukup oleh tenaga siswa, setelah bangunan
semakin luas sekolah juga menyediakan pelayan kebersihan yang khusus.

Program Pembelajaran

Program pelayanan belajar  sekolah sediakan sangat beragam. Selain kegiatan intra dan
pengayaan terdapat pula kegiatan pembinaan berdasarkan minat siswa, seperti ; Mathematic
Club, Physic Club, Chemistry Club, Biology Club, Astronomy Club, Computer Club, English
Club, Social Club, Foreign Language Club program tersebut dilaksanakan dengan : alumni dan
Perguruan Tinggi Setempat sebagai pembina club.

Kegiatan pengembangan  Palang Merah Remaja, KIR, Pramuka, OSIS, Olah Raga menjadi
bagian lain yang tidak kalah diminati siswa.  Dari kegiatan ini lahir pula berbagai juara pada
tingkat lokal, nasional, dan internasional.

Hal lain yang tidak kalah menarik dan bisa kita tiru oleh sekolah mana pun yaitu; Keep Clean.
Pada hari tertentu semua warga mengenakan pakaian adat dan melakukan keep clean bersama-
sama untuk mewujudkan sekolah yang bersih, sejuk dan asri pokoke 7 K. Uniknya kepala
sekolah dan guru terlibat dalam operasional kegiatan ini.

Kerja keras guru dan siswa ditunjukkan dengan padatnya jadwal tiap hari yaitu

 Pembelajaran pada pukul 07.15 – pukul 13.00.


 Istirahat tengah hari pukul 13-00 – 15.00
 Pemantapan belajar dan ekstra kurikuler pukul 15.00 – pukul 18.00.

Menurut keterangan Pak Dewa Putu Ngurah bahwa tiap guru wajib melaksanakan tugas sesuai
dengan standar yaitu 24 jam pelajaran. Berada di sekolah mulai hari Senin hingga Sabtu. Oleh
karena itu pendidik siap memberi pelajaran kapan pun dan tenaga tata usaha sekolah (TAS)
mendampingi aktivitas siswa dan pendidik sesuai dengan jadwal para siswa dan pendidik. Di
sekolah ini pantang seorang pendidik meminta pengaturan jadwal khusus sesuai dengan
keinginan masing-masing.

Pada awalnya komitmen ini dibangun melalui kesepakatan bersama pada pendidik sebagai 
modal  dasar untuk mewujudkan sekolah unggul. Modal dasar ini telah menumbuhkan keyakinan
bahwa membangun sekolah baik penuh perjuangan. Harapan sekolah yang tinggi itu diyakini
oleh para guru di sini memerlukan waktu, proses, dan kerja keras.

Nilai dan semangat juang warga sekolah tampak pada kegiatan pelayanan belajar tambahan yang
dilaksanakan pada hari Senin hingga Sabtu. Antara hari Senin hingga Rabu tiap guru sekurang-
kurangnya memberi pelajaran tambahan, sekali seminggu. Hari Kamis hingga Sabtu guru juga
memberi bimbingan kepada Club (kelompok minat siswa) yang terdiri atas kelompok
matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa Inggris, komputer, dan yang lainnya.
Dengan sistem pelayanan belajar seperti itu, maka berdampak pada padatnya jadwal kegiatan
belajar siswa dengan rentang belajar tiap hari antara pukul 07.00 hingga pukul 18.00 dengan
masa istirahat pada pukul 13.00-15.00. Karena itu pula siswa sekolah ini sering diperolok
menjadi pelajar SMA 6 tahun. Para siswa benar-benar menjadi harus rajin belajar.

Pelayanan belajar khusus diberika pula kepada kelompok minat khusus. Prinsip-prinsip dasar
yang harus siswa kuasai sekolah selesaikan di Kelas 10. Dengan demikian siswa yang
dikembangkan khusus untuk kompetisi telah menyelesaikan seluruh materi esensial SMA selama
satu tahun. Selebihnya  siswa mendapat pelayanan belajar khusus untuk mempelajari materi yang
menjadi bahan daya saing ke tingkat nasional dan internasional.

Tugas guru dalam memberikan pelayanan  belajar adalah sebatas materi SMA. Dan, mereka
wajib menyelesaikan di kelas 10. Pembinaan tahap selanjutnya diserahkan kepada tim ahli.
Dalam bidang akademik tim ahli biasanya dikordinasikan oleh pemerintah kota atau pemerintah
provinsi jika akan berkompetisi di tingkat nasional.

Kegiatan belajar ditunjang pula dengan berbagai aktivitas siswa seperti  pengembangan
kompetensi bidang Seni tradisional.

Berburu Bibit Unggul

Strategi lain yang sekolah kembangkan adalah berburu bibit unggul. Sekolah menyadari bahwa
untuk membangun keunggulan lulusan harus dimulai dari keunggulan input siswa. Oleh karena
itu sekolah berusaha menarik minat siswa terbaik dari berbagai SMP di Bali menjadi salah satu
prioritas.

Untuk itu sekolah mengembangkan dua program utama yaitu melalui penelurusuran prestasi
dalam lomba, seleksi siswa peraih prestasi, dan tes prestasi akademik.

Pada tiap penyelenggaraan kegiatan ulang tahun sekolah mengundang para siswa terbaik dari se-
Bali mengikuti perlobaan matematika, fisika, biologi, kimia, komputer, bahasa Inggris yang
meliputi debat, menceritakan sejarah, menjadi guide, menulis, kesenian, ekonomi dan berbagai
bidang perlombaan lain. Dengan teknis ini sekolah memberikan peluang kepada tiga siswa
terbaik pada tiap bidang dapat masuk ke SMAN 4 Denpasar tanpa tes.

Strategi berikut yang sekolah kembangkan adalah menerima siswa tanpa tes. Persyaratan yang
wajib dipenuhi adalah bukti prestasi dalam berbagai perlombaan pada tingkat kabupaten,
provinsi, bahkan nasional dan internasional yang diperoleh secara perorangan.  Bukti prestasi
yang dapat diterima  mencakup prestasi bidang akademik dan non akademik.

Strategi yang  ketiga adalah penerimaan siswa baru melalui tes prestasi akademik. Pelaksanaan
kegiatan lomba menjadi agenda pertama, disusul agenda kedua seleksi prestasi, dan terakhir tes
akademik. Oleh karena itu penerimaan siswa melalui seleksi akademik pada prinsipnya  mengisi
ruang yang masih belum terisi melalui seleksi pertama dan kedua.

Pendukung Pembelajaran
Berbagai aktivitas siswa seperti praktikum di labolatorium labolatorium IPA menjadi pendukung
pengembangan prestasi siswa. Panjangnya waktu belajar siswa di labolatorium mendorong
sekolah memberikan keleluasaan kepada siswa untuk berada di labolatorium sepanjang siswa
membutuhkannya, kapan pun bisa. Oleh karena itu setiap ketua klub yang  memegang kunci
labolatorium dan bertanggung jawa pula pada keamanan seluruh barang yang ada di dalamnya.

Administrasi Sekolah

Memperoleh  ISO telah mengubah sekolah dalam pengelolaan sistem administrasi yang selalu
memenuhi standar mutu. Menurut Agung Suwartika, pelayanan administasi makin bertambah
sejalan dengan berkembangnya kegiatan sekolah. Satu hal yang baru harus dihadapi dan
dilaksanakannya adalah surat menyurat dalam bahasa Inggris. Kegiatan serupa ini sekolah
meminta bantuan guru bahasa Inggris.

Pasca penerimaan sertifikat ISO sekolah juga telah mengubah modl administrasi surat, termasuk
di dalamnya tertib arsip surat, semua berubah disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan.

Perubahan lain setelah menjadi sekolah rintisan bertaraf internasional, sekolah secara bertahap
menyelenggarakan administrasi dengan dukungan penuh teknologi informasi dan komunikasi

Kepimpinan dan Tanggung Jawab

Curah pendapat untuk mendapatkan ide yang terbaik berkembang subur di sekolah ini. Setiap
orang dapat mengungkapkan ide dan dihargai.  Tiap orang harus mampu mempresentasikan apa
yang menurut siswa baik, dan dapat menganalisis apa yang menurut mereka masih kurang.
Kebiasaan ini telah mendongkrak munculnya berbagai gagasan baru.

Gagasan baru yang OSIS usulkan untuk perbaikan mutu pembelajaran adalah OSIS menjadi
salah satu komponen yang menjamin mutu pembelajaran. Setiap kelebihan guru dan kekurangan
guru dalam mengajar dipantau OSIS yang bekerja sama dengan MPK. Hal ini telah kepala
sekolah setujui. Karena itu, guru menjadi sangat berhati-hati dalam melaksanakan pembelajaran.

Teribatnya OSIS dalam sistem penjaminan mutu sekaligus merupakan bagian dari pendewasaan
siswa untuk mengkritisi sekolah dalam memenuhi pelayanan terhadap siswa.

Untuk melaksanakan tugas tersebut menurut Ketua OSIS, Diah Acintya,  memerlukan standar
prosedur yang disepakati bersama agar siswa tetap menegakan etika dan menghormati guru. 
Program pemantauan guru tidak diarahkan untuk mencari kelemahan guru, namun merupakan
ajang kolaborasi untuk menyusun rekomendasi  tentang cara mengajar guru yang siswa
harapkan.

Tagged with: SMAN 4 Denpasar


3 Comments

1. Rohma Nazilah says:

August 15, 2010 at 7:20 am

It’s so inspirative………………….
Sekolah-sekolah di Indonesia perlu belajar…

Murdianto says: Tips Memenuhi Standar


Nasional Pendidikan

Tiap pengelola sekolah yang visioner mengharapkan sekolahnya dapat


menghasilkan lulusan yang bermutu. Untuk itu mereka menjaga agar sistem perencanaan belajar
dikembangkan dengan cermat agar relevan dengan kebutuhan pengembangan mutu lulusan.
Pengelola sekolah seperti itu, tidak mungkin membiarkan lingkungannya tidak kondusif. Oleh
karena itu mereka jaga agar sarana, prasarana, bahkan iklim sekolah diciptakan agar menjadi
yang paling unggul di lingkungannya.Mereka selalu mengharapkan segala sesuatu yang mereka
tangani di sekolah selalu lebih unggul dari pada di sekolah yang lain. Ada patokan yang mereka
buat untuk memenuhi harapan tertingginya. Kini patokan itu telah ditetapkan secara nasional
dalam bentuk standar.

Memenuhi standar berarti dapat memenuhi sejumlah kriteria mutu  (1) batas minimal mutu
sesuai dengan ketentuan nasional; (2) aturan main yang perlu sekolah penuhi; (3) menyatakan
nilai sedang-sedang saja (mediocity), antara kondisi bawah dan atas; (4) menggambarkan
konsistensi (5) sebagai nilai tambah karena dengan adanya sekolah fokus pada prioritas; (6)
pernyataan kejujuran kepada publik sebagai pengakuan pada posisi yang objektif; dan (7)
menyatakan efektivitas dalam memenuhi kriteria mutu dalam mencapai tujuan.

Dilihat dari dimensi sistem pembaharuan pendidikan, memenuhi standar berarti memenuhi target
minimal pengembangan, keberhasilan melaksanakan program terlihat dari selisih input dengan
proses atau input dengan output.

Analisis  sistem membantu mempermudah membedakan nilai input dengan proses dan output
sehingga dapat melihat tingkat pemenuhan standar. Jika sekolah dinyatakan berhasil maka selalu
mengalami peningkatan nilai produk pembaharuan. Pada giliran berikutnya output kembali
menjadi input yang meningkat dari siklus sistem berikutnya.

Berbagai pernyataan di atas dapat dinyatakan bahwa penerapan standar  merupakan salah satu
strategi peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan. Nilai yang diperoleh dari usaha pemenuhan
standar pada hakekatnya mengukur kecakapan lembaga,  yang meliputi kepala sekolah, pendidik,
dan tenaga kependidikan lainnya dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah. Nilai yang
diperoleh sebenarnya mendeskripsikan tingkat kecakapan.

Oleh karena itu, hal terpenting dalam menerapkan standar adalah memilih dan menetapkan
indikator, indikator operasional dengan target keberhasilan. Dengan penetapan indikator yang
tepat, sekolah dapat menetapkan pula titik keberangkatan dan titik akhir perjalanan sebagai target
yang dituju. Jarak antara titik awal dan titik akhir proses peningkatan dibandingkan dengan target
akhir yang diharapkan mendeskripsikan kinerja.

Pemimpin sekolah yang berhasil adalah yang dapat memfasilitasi pendidik, tenaga kependidikan,
dan siswa bergerak mencapai titik akhir sesuai target. Mereka yang secara individual maupun
secara berkolaborasi mencapai titik target berarti mereka memenuhi target berprestasi minimal.
Jika keberhasilannya melebihi target maka mereka meraih keunggulan.

Menilai keberhasilan mereka harus dengan instrumen yang benar-benar mengukur yang
seharunya diukur. Oleh karena itu setiap kali menetapkan indikator keberhasilan dalam
pemenuhan standar segera dilengkapi dengan alat ukur yang sesuai. Artinya, instrumen harus
benar-benar dapat  menggambarkan kondisi yang sesungguhnya terpantau di lapangan.

Fokus utama keberhasilan sekolah jika prestasi belajar siswa dalam  menguasai ilmu
pengetahuan dan keterampilan menerapkan ilmu pengetahuan meningkat. Lebih dari itu
pengetahuan dan keterampilannya dapat didasari dengan ahlak yang mulia sehingga potensi yang
diperoleh dari hasil belajar diarahkan untuk meningkatkan kemaslahatan kehidupan.

Berlandaskan pemikiran singkat bahwa penerapan standar merupakan bagian dari penetapan
target mutu, dan mutu pada dasarnya adalah ukuran kebaikan, maka penerapkan standar
merupakan langkah menentukan penilaian pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang
selalu disusul dengan langkah perbaikan mutu.

Berikut Tips bagi pimpinan sekolah untuk Memenuhi Standar Nasional Pendidikan hendaknya
melaksanakan itu melalui tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikut:

Pertama, meningkatkan pengetahuan tentang SNP dan meningkatkan keterampilan Pendidikan


dan Tenaga kependidikan mengenai landasan penerapan standar

 PP 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan  dan sejumlah peraturan Menteri


Pendidikan tentang Standar Nasional Pendidikan
 Mengenali SNP dan indikator kunci pada masing-masing standar.
Kedua, meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan dengan memastikan
mereka telah membaca, memahami, dan dapat mengukur  kinerja. Pada tahap ini sekolah wajib
memastikan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan:

 mengenali indikator dan target kinerja pada tiap-tiap indikator.


 melaksanakan pengukuran dengan alat ukur yang ada atau evaluasi diri.
 mengolah, menafsirkan dan mendeskripsikan kinerja sekolah pada tiap standar.
 Tentukan nilai pada tiap standar, pada dasarnya ukuran itu terikat pada tiga level,  yaitu,
(1) belum memenuhi (2) sesuai standar (3) melebihi standar.

Ketiga, tetapkan Visi-misi dan target mutu sekolah yang diharapkan. Jika visi dan misi sekolah
telah tersusun, maka jabarkan dalam berbagai target mutu yang hedak sekolah wujudkan
sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 4 tahun.

Keempat, bandingkan antara kondisi nyata sekolah berdasarkan hasil evaluasi diri dengan cita-
cita ideal yang terdapat pada visi dan misi. Adakah perbedaan jarak? Perbedaan jarak antara
kondisi nyata dengan kondisi yang diharapkan menyatakan besar kecilnya masalah yang
dihadapi sekolah. Apakah sekolah perlu merevisi indikator mutu atau keberhasilan?

Kelima, jadikan standar kompetensi lulusan  sebagai poros pembaharuan mutu sekolah.

Contoh:  SKL yang diharapkan adalah 70% lulusan dapat diterima dalam seleksi di sekolah
lanjutan atau perguruan tinggi terkemuka. Kenyataannya hanya 20% yang dapat diterima.

Analisis masalah:

Apakah siswa sudah disiapkan menguasai materi sesuai dengan SK/KD dan sesuai dengan
kebutuhan seleksi melanjutkan? Apakah sekolah telah menentukan indikator daya saing siswa
dalam penguasaan materi. Apakah RPP yang guru susun telah disesuaikan dengan kebutuhan
daya saing siswa untuk melanjutkan? Apakah semua guru telah memfasilitasi siswa
meningkatkan daya saing dalam penguasaan materi dan pelatihan soal?

Apakah sekolah melakukan pengukuran terahadap hal yang penting itu sehingga sekolah
mengetahui perkembangan kemampuan belajar siswa secara periodik untuk menentukan
kesiapan daya saing?

Bagaimana pula dengan standar pendidik dan sarana? Apakah telah mendukung persiapan
pengembangan mutu daya saing siswa?

 Jika telah dilihat hubungan sebab-akibat antara SKL dengan standar yang lain, maka
tentukan prioritas perbaikan apa yang akan sekolah tetapkan pada tiap standar.
 Tetapkan target mutu yang diharapkan dalam program.
 Buat alat ukurnya.
Keenam, susun Program Jangka Menengah dan Program Tahunan. Tentukan strategi yang tepat
untuk meningkatkan mutu pada tiap standar, perhitungkan sumberdaya yang sekolah miliki,
perhitungkan biayanya.

Ketujuh; laksanakan program tahunan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Kedelapan; pantau pelaksanaannya untuk memastikan bahwa kegiatan sesuai dengan tujuan.
Pastikan pula bahwa proses penyelenggaraan kegiatan berjalan dengan baik.

Kesembilan; lakukan pengukuran kinerja pelaksanaan program dengan menggunakan


isnstrumen yang valid dan himpun data dengan seksama.

Kesepuluh; olah hasil pengukuran kinerja untuk bahan perbaikan mutu pada melalui
penyusunan program tahun selanjutnya.

Bertemulah pimpinan sekolah sesering mungkin untuk membahas tiap perkembangan dengan
seluruh pemangku kepentingan termasuk dengan siswa untuk membicarakan harapan-harapan
mereka dan kekurangan dalam pelaksanakan program.

Dokumenkan semua karena melaksanakan standar berarti  mengembangkan tertib administrasi


dan data sekolah.

(Admin)

2. Model Rubrik Pengukuran


Penguasaan Data
3. Tagged with: penyajian materi

4. Generasi ini berkembang dalam era eksponensial. Segala sesuatu


berubah dengan cepat. Daya adaptasi manusia bergerak cepat sebagai dampak
terintegrasinya sumber daya insani dengan kemajuan teknologi.  Penemuan baru dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan semakin  memperpendek usia keunggulan. Pendidikan
yang seharusnya menjadi imam pembaharuan, kini tertatih di belakang untuk
menyeimbangkan dengan irama perubahan peradaban. Penguasaan informasi dan data
semakin penting. Instrumen instrumen pengukuran kompetensi penyajian data (43)
dapat membantu menilai kinerja pendidik dalam meningkatkan  kompetensi siswa
mendayagunakan kebervariasian data dalam proses pembelajaran.
5. Data dan informasi menjadi energi perubahan. Untuk kehidupan yang dinamis diperlukan
informasi yang lebih variatif.  Ketangguhan profesi pendidik  harus ditopang oleh
penguasaan informasi dan kompetensi menyajikan data lebih variatif. Modal dasar ini
menjadikan mengajarnya lebih bermakna untuk masa depan siswa.
6. Model instrumen pengukuran standar proses yang praktis dan sederhana sangat
diperlukan dalam kegiatan evaluasi diri para pendidik. Meraka dapat menggunakannya
dalam waktu yang singkat, namun menghasilkan data sebagai bahan perbaikan kinerja.
Lebih dari itu  pendidik dapat mengetahui seberapa baik pekerjaannya dilakukan.
7. Dengan asumsi bahwa setiap pendidik menggunakan lima RPP yang terpantau dan
terukur pada tiap semester, maka format penilaian menggunakan lima kolom juga.
Pelaksanaannya dapat mempertimbangkan keterlaksanaan setiap indikator dengan cara
membubuhkan tanda ceklis pada kolom yang sesuai.
8. Model rubrik pengukuran di bawah ini dapat digunakan sendiri mapun oleh penilai lain
untuk mengetahui tingkat kecanggihan pendidik dalam penyajian materi pelajaran dalam
bebagai jenis data dalam kelas dengan kriteria pada standar nasional pendidikan.
9. Dengan melihat sejumlah indikator itu, maka kita dapat melihat bahwa tiap satuan  RPP
tidak dapat memenuhi semua jenis yang dibutuhkan. Sangat mungkin pendidik amat
terbatas yaitu hanya menyajikan dalam bentuk teks.
10. Pada matematika penyajian lebih variatif, pada umumnya menyajikan data dalam bentuk
teks, angka, gambar, grafik, tabel merupakan hal biasa. Kondisi seperti itu tidak
berkembang baik pada mata pelajaran sosial, padahal dalam teori apa pun kebervariasian
data merupakan hal niscaya dalam jaman secanggih ini. Pada masa mengelola data
menjadi bagian strategis pada berbagai bidang yang serba terintegrasi dengan  internet
kompetensi mengelola data menjadi landasan tumbuhnya keunggulan.
11. Tagged with: penyajian materi
12.

August 15, 2010 at 4:19 pm

sudah banyak sekolah di indonesia mengkalaim dirinya unggul, tapi komitmen tenaga
pendidik &

Siklus Peningkatan dan Penjaminan Mutu


Pendidikan

Poros utama meningkatnya mutu sekolah diukur dengan mutu lulusan.


Selama ini banyak sekolah berkeyakinan bahwa lulusan yang bermutu pasti datang dari input
yang bermutu. Namun sejalan dengan perkembangan pengetahuan hasil penelitian terbaru,
ternyata yang jauh lebih menentukan bukan input melainkan proses yang bermutu.  Selama ini
pula banyak pendidik yang membangun keyakinan bahwa rendahnya mutu lulusan karena
iniputnya yang rendah. Pikiran itu merendahkan martabat siswanya sendiri. Kalau sekolahnya
belum berhasil menghasilkan lulusan yang terbaik, berdasarkan penelitan mutahir bukan karena
siswa saja, tapi mungkin karena pelayanan sekolahnya yang belum bermutu, sekali pun input
siswa berpengaruh juga.

Buah pikiran Keith Wagoner seorang konultan senior sebuah bank di Amerika mendeskrisikan
betapa pentingnya proses dalam tulisannya Quality: Developing Process Metrics. Keith
menyampaikan informasi bahwa The Baldrige National Quality Award (BNQA) sebuah lembaga
yang peduli pada penghargaan mutu menempatkan pengukuran proses untuk mengasilkan out
put yang baik pada derajat yang tertinggi dibandingkan dengan perhatian terhadap komponen
lain.

Analisis kinerja organisasi sangat bergantung pada nilai kreasi dalam proses, sekali pun input
lain tentu tidak dapat diabaikan pengaruhnya. Besarnya pengaruh proses terhadap hasil
ditunjukkan dengan nilai 7,0. Hal itu menyatakan bahwa variabel proses menjadi komponen
utama penentu mutu hasil. Pernyataan ini menegaskan bahwa mutu yang baik lahir dari proses
yang baik. Input yang bagus itu penting, namun jauh lebih penting lagi proses yang
baik.Dinyatakannya lebih jauh bahwa efektivitas proses merupakan bagian utama dari
peningkatan mutu. Pada akhirnya, pengukuran proses yang dilakukan bersama merupakan upaya
untuk melihat mutu proses merupakn bagian dari strategi organisasi yang sangat menentukan.

Melalui pemikiran Keith kita mengetahui bahwa pikiran pengelola pendidikan menempatkan
mutu input sebagai penentu utama merupakan persepsi yang berbeda dengan filosofi yang
digunakan BNQA maupun ISO dalam pengukuran mutu. Yang perlu dikaji lebih lanjut adalah
apakah yang dimaksud dengan proses itu.

Prof. Deming menggambarkan proses peningkatan dan penjaminan mutu atau disebut juga
dengan pengendalian mutu itu dalam proses yang berkelanjutan, tanpa ujung, tiada hentinya.
Proses digambarkan  dalam diagram seperti di bawah ini.
Pada diagram di atas terdapat 4 strategi utama proses pengelolaan mutu sebagai serangkaian
proses yang membentuk siklus kegiatan tanpa berakhir sepangjang organisasi ada dan berproses.
Ada pun siklus itu meliputi kegiatan :

Plan (perencanaan) meliputi tiga sub proses yaitu (1) mendefiniskan sistem, (2)
menggambarkan situasi dan kondisi (3) menganalisis sebab akibat yaitu melakukan analisis
tentang mengapa  keadaan nyata satu sekolah itu seperti itu. Strategi inti dalam merumuskan
definisi sistem adalah karakteristik utama yang menandai terpacapainya tujuan.

Manusia atau lulusan seperti apa yang hedak sekolah bangun, memiliki karakteristik seperti yang
bagaimana? Jika hendak  mengembangkan manusia yang beriman, bertaqwa, sehat, 
berpengetahuan, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka apa yang menjadi ciri-
cirinya.

Perhatikan  indikator mutu seperti apa yang sekolah harapkan. Dalam bentuk prilaku. Dapat
diamati. Dapat dinilai atau diukur sehingga sekolah dapat membedakan manakah yang agak baik,
baik, dan sangat baik. Contoh output yang baik siswa hormat kepada guru indikatornya dengan
senyum, salam, dan sapa. Prestasi dengan indikator hasil kejuaraan dari mulai kompetisi di kelas,
tingkat sekolah, tingkat kebupaten, provinsi dan seterusnya.

Indikator mutu utama sebagaimana konsekuensi dari filosofi proses itu penting, maka mutu dapat
dilihat pada dua dimensi. Yaitu dimensi proses dan dimensi out put. Dasar pemikiran ini
memandu langkah selanjutnya, jika indikator hasil atau kompetensi lulusan jelas, maka
penjelasan berikutnya yang penting adalah bagaimana proses pengembangannya akan
dilaksanakan?
Untuk keperluan itu sekolah perlu mendeskripsikan terlebih dahulu hasil apa yang sudah dapat
sekolah wujudkan, melalui proses seperti apa. Pernyataan ini idealnya diwujudkan dalam bentuk
dokumen situasi dan kondisi sekolah berenupa:

 gambaran kondisi nyata


 gambaran kondisi yang diketahui
 gambaran kondisi yang diharapkan.

Berbagai gambaran itu ditampilkan dalam bentu data yang diperoleh dari hasil evaluasi diri
sehingga menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Hasil evaluasi diri satu sekolah
menunjukkan kinerja guru dalam mengelola hasil ulangan menurut persepsi siswa. Data  di
bawah ini ini merupakan produk survei sekolah tentang kinerja guru dalam tiga indikator yaitu
kehadiran, komitmen memeriksa hasil pekerjaan, dan komitmen mengumumkan hasil
pemeriksaan yang telah guru lakukan.

Hasilnya menunjukkan bahwa menurut siswa tingkat kehadiran guru mencapai 76,4%, komitmen
memeriksa hasil pekerjaan siswa 84,4 %, dan publikasi hasil pemerikasaan mencapai 76,4%.
Baikkah semua itu? Jawabannya sangat bergatung pada target awal yang ditetapkan sekolah
dalam perencanaan sebelumnya. Apabila sekolah dalam rencanya menetapkan nilai yang amat
baik itu dari 85% ke atas, maka kinerja guru menurut pandangan siswa tak mecapai kriteria amat
baik.

Jika dalam kasus di atas dinyatakan bahwa dalam kinerja kehadiran, pemerikasaan hasil
pekerjaan, dan disiplin mengumumkan nilai pekerjaan siswa belum memenuhi kriteria baik itu
menandakan dalam posisi analisis SWOT dalam ketiga indikator itu masuk dalam kategori
kelemahan.Kalau demikian berapa target atau standar yang sekolah tetapkan dalam ketiga
indikator itu, sangat bergantung pada kesepakatan sekolah.

Pekerjaan berikutnya dalam mengembangkan perencanaan sekolah perlu melakukan studi untuk
merumuskan profil sekolah yang ditempatkan dalam konsep analsis SWOT dalam rangka
menentukan indikator  mutu, target mutu, jenis kegiatan yang akan dilakukan, dan menentukan
insturmen pengukuran untuk menjamin proses dan hasil sesuai dengan harapan.
Do (pelaksanaan).  Sekolah melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana. Kegiatan menurut
Demin memilahnya dalam uji coba dan pelaksanaan kegiatan yang sesungguhnya. Pelaksanaan
merupakan serangkaian proses yang sistematis untuk mencapai tujuan.

Studi (melakukan pengamatan atau supervisi). Kegiatan studi ini pada prinsipnya merupakan
proses untuk meningkatkan pengetahuan tentang kepastian bahwa proses yang sedang
berlangsung mengarah pada tercapainya tujuan.

Dalam perencanaan lembaga menetapkan tujuan, indikator pencapaian, dan kriteria mutu atau
target. Sekolah dalam penyelenggaraan kegiatan hendaknya mengukur tingkat pencapaian.
Untuk itu diperlukan

 proses monitoring
 alat ukur atau instrumen pengukuran,
 pelaksanaan pengukuran,
 pengolahan data hasil pengukuran,
 penafiran data
 penyusunan kesimpulan hasil pengukuran
 mempelajari keunggulan mutu yang sudah terwujud atau kekuatan
 mempelajari mutu yang belum terwujud atau kelemahan
 menyusun rencana perabaikan.

Dengan melakukan studi sekolah memahami kekuatan dan kelemahan sehingga dapat menetukan
kebijakan lebih lanjut dalam rangka memperbaiki proses yang sedang berjalan agar mencapai
tujuan yang optimal.

Serangkaian kegiatan studi untuk meningkatkan kepastian bahwa seluruh rangkaian proses
mengarah pada pencapaian tujuan adalah proses penjaminan mutu.

Act (tindakan perbaikan standar dan tindak lanjut perbaikan mutu) Langkah berikutnya
dari rangkaian siklus peningkatan dan perbaikan mutu adalah menindaklanjuti hasil evaluasi atau
studi dengan tindakan perbaikan agar tujuan dapat dicapai.

Dengan mempergunaan hasil evaluasi sebagai dasar tindak lanjut, maka perencanaan berikutnya
dapat dilakukan untuk memasuki siklum perbaikan berikutnya.

You might also like