Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 3
Aan Anih (0700538)
Hendri Awaludin Hidayat (0700570)
Iis Rosliana (0700521)
KROMATOGRAFI GAS
A. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar xilena dalam sampel pertamax menggunakan
instrumentasi kromatografi gas (GC).
B. Tinjauan Pustaka
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan komponen-komponen
dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen
ke dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa diam akan menahan
komponen campuran sedangkan fasa gerak akan melarutkan komponen
campuran. Perbedaan distribusi ini disebabkan oleh adanya perbedaan
interaksi antara komponen-komponen dalam suatu campuran dengan fasa
diam dan fasa geraknya. Interaksi ini adalah adsorbsi, partisi, penukar ion dan
gel permiasi. Komponen yang interaksi dengan fasa diamnya lebih kuat
dibanding dengan fasa geraknya maka komponen itu akan tertahan lebih lama
di dalam fasa diam, begitupun sebaliknya.
Prinsip kromatografi gas hampir sama dengan prinsip kromatografi
kolom. Terdapat tiga aspek yang membedakan antara keduanya, yaitu :
1. Pada kromatografi kolom, fasa geraknya adalah cairan dan
fasa diamnya dapat berupa zat cair atapun zat padat, sedangkan pada
kromatografi gas fasa geraknya adalah gas dan fasa diamnya adalah
adsorben padat.
2. Kelarutan komponen di fasa gerak hanya merupakan fungsi
dari tekanan uapnya saja.
3. Temperatur sistem dapat dikontrol.
Mekanisme kerja kromatografi gas adalah sebagai berikut : gas
bertekanan tinggi dialirkan ke dalam kolom yang berisi fasa diam, kemudian
cuplikan diinjeksikan ke dalam aliran gas dan ikut terbawa oleh gas ke dalam
kolom. Di dalam kolom akan terjadi proses pemisahan cuplikan menjadi
komponen-komponen penyusunnya. Komponen-komponen tersebut satu per
satu akan keluar kolom dan mencapai detektor yang diletakkan di ujung akhir
kolom. Hasil pendeteksian direkam oleh rekorder dan dikenal sebagai
kromatogram. Jumlah peak pada kromatogram menyatakan jumlah komponen
yang terdapat dalam cuplikan dan kuantitas suatu komponen ditentukan
berdasarkan luas peaknya. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut
(www.chromatography-online.org) :
Ada dua tipe kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi gas,
yaitu kolom pak (packed column) dan kolom terbuka (open tubular column).
• Kolom pak (packed column)
Kolom pak terbuat dari stainless steel atau gelas Pyrex. Gelas Pyrex
digunakan jika cuplikan yang akan dipisahkan bersifat labil secara termal.
Diameter kolom pak berkisar antara 3 – 6 mm dengan panjang 1 – 5 m. kolom
diisi dengan zat padat halus sebagai zat pendukung dan fasa diam berupa zat
cair kental yang melekat pada zat pendukung. Kolom pak dapat menampung
jumlah cuplikan yang banyak sehingga disukai untuk tujuan preparatif.
Kolom yang terbuat dari stainless steel biasa dicuci dengan HCl terlarut,
kemudian ditambah dengan air diikuti dengan methanol, aseton, metilen
diklorida dan n-heksana. Proses pencucian ini untuk menghilangkan karat dan
noda yang berasal dari agen pelumas yang digunakan saat membuat kolom.
Kolom pak diisi dengan 5% polyethylene glycol adipate dengan efisiensi
kolom sebesar 40,000 theoretical plates.
• Bahan
1. Xilena p.a
2. Toluene p.a
3. Heksana p.a
4. Sampel pertamax
%xilena Tr (menit)
5 3,150
10 3,133
15 3,150
20 3,167
25 3,183
30 3,183
18 ,966
Tr rata-rata : = 3,161 menit
6
• Pembahasan
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada perbedaan
kecepatan migrasi komponen-komponen suatu cuplikan di dalam kolom.
Perbedaan migrasi ini terjadi karena perbedaan interaksi komponen-komponen
tersebut dengan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diamnya berupa cairan yang
melekat pada zat pendukung (adsorben), sedangkan fasa geraknya berupa gas.
Karena gas ini berfungsi membawa komponen-komponen sepanjang kolom
hingga mencapai detektor, maka fasa gerak disebut juga sebagai gas pembawa
(carrier gas). Pada percobaan ini, gas pembawa yang digunakan adalah
nitrogen.
Gas pembawa mengalir dengan cepat, oleh karena itu proses
pemisahan hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja. Inilah keuntungan
pemisahan dengan menggunakan GC. Namun, tidak semua senyawa dapat
dipisahkan dengan menggunakan metode kromatografi gas. Senyawa-senyawa
yang dapat dipisahkan dengan menggunakan metode ini adalah senyawa yang
memenuhi dua persyaratan berikut :
1. mudah menguap saat diinjeksikan
2. stabil pada suhu pengujian (50-300°C) yakni tidak
mengalami penguraian atau pembentukan menjadi senyawa lain.
Jika suatu senyawa pada saat diinjeksikan langsung mengalami
perusakan, maka senyawa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan metode ini.
Kolom yang digunakan pada kromatografi gas terdapat dua jenis, yaitu
kolom pak dan kolom terbuka. Kolom terbuka disebut juga sebagai kolom
kapiler karena diameter dalam kolomnya sangat kecil, berkisar antara 0,1-0,7
mm. Pada percobaan ini, kolom yang digunakan adalah kolom kapiler
berdiameter sebesar 0,25 mm dengan DB-1 yaitu polyxiloxan sebagai fasa
diam. Kolom kapiler ini diposisikan melingkar sehingga dapat masuk ke
dalam oven.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, gas pembawa yang digunakan
adalah nitrogen dengan kemurnian sebesar 99,995 % , sedangkan hidrogen
dan oksigen berperan sebagai gas pembakar. Detektor yang digunakan adalah
FID. Seperti yang telah kita ketahui, FID lebih peka dibandingkan dengan
detektor konduktifitas termal apalagi jika digunakan nitrogen sebagai gas
pembawa.
Terdapat dua metode pemisahan pada kromatografi gas,yaitu metode
isotermal dan metode terprogram. Metode isotermal digunakan untuk
memisahkan cuplikan yang perbedaan titik didih antara komponen satu
dengan komponen yang lainnya dekat satu sama lain. Sedangkan metode
terprogram digunakan untuk memisahkan komponen yang perbedaan titik
didih komponen-komponennya jauh. Metode terprogram memberikan hasil
jauh lebih baik dibanding metode isotermal.
Pada percobaan ini ditentukan kadar xilena dalam sampel dan
pemisahannya dengan metode terprogram. Sampel yang digunakan adalah
pertamax. Suhu injektor diset pada suhu 150°C, detektor pada suhu 200°C dan
kolom diset suhu awalnya sebesar 70°C dipertahankan selama 10 menit
kemudian suhu dinaikkan sebesar 10°C tiap menit hingga suhu mencapai
150°C. Hal ini bertujuan agar semua komponen berubah menjadi gas dan
keluar meninggalkan kolom. Sehingga tidak ada komponen yang masih
berupa cairan dan tertinggal di dalam kolom. Cairan yang tertinggal dalam
kolom akan mengotori kolom dan mempengaruhi hasil analisis. Sebelum
dilakukan pengukuran, instrumen GC harus dibiarkan selama ± 1 jam agar
aliran gas pembawa tetap sehingga kolom tidak akan cepat rusak.
Selain berfungsi dalam pemisahan, kromatografi gas juga dapat
digunakan dalam analisa, baik analisa kualitatif maupun kuantitatif. Analisa
kualitatif dilakukan dengan menambahkan standar internal ke dalam sampel
yang akan dianalisa. Standar internal yang digunakan adalah xilena. Standar
internal digunakan sebagai pembanding untuk menentukan apakah suat zat
terkandung dalam suatu cuplikan atau tidak. Caranya adalah dengan
membandingkan kromatogram hasil analisa pertamax murni dengan
kromatogram hasil analisa yang telah ditambah dengan standar internal
(xilena). Jika pada kromatogram pertamax yang telah ditambah xilena ada
peak yang melebar yang memiliki waktu retensi yang sama dengan peak yang
ada di kromatogram pertamax murni, maka peak tersebut dapat disimpulkan
adalah peak milik xilena. Bila ke dalam sampel juga ditambahkan xilena, lalu
ada peak yang melebar dengan waktu retensi yang sama dengan peak xilena
pada kromatogram pertamax murni dan kromatogram pertamax yang telah
ditambah xilena, maka dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mengandung
xilena.
Dari kromatogram larutan standar dapat dilihat terdapat 4 puncak. 3
puncak pertama dimiliki berturut-turut oleh heksana, toluene dan xilena. Hal
ini dikarenakan titk didih heksana < toluena < xilena. Komponen yang
memiliki titik didih lebih rendah akan lebih mudah menguap menjadi gas dan
pergerakannya lebih cepat di dalam kolom dibandingkan dengan komponen
lain dengan titik didih yang lebih tinggi untuk mencapai detektor. Sedangkan
puncak terakhir adalah puncak milik udara yang terkandung dalam cuplikan
saat diinjeksikan.
Puncak ketiga diduga adalah xilena, dengan waktu retensi (Tr) rata-
rata dari setiap larutan standar sebesar 3,161. Maka pada sampel, peak dengan
waktu retensi sebesar 3,200 dapat disimpulkan sebagai peak milik xilena. Hal
ini diperkuat dengan data dari metode penambahan standar internal bahwa
peak tersebut pada sampel yang ditambah standar internal lebih luas areanya
( area 563.947 dengan tinggi 94.808 ) dibanding dengan peak yang terdapat
pada kromatogram pertamax murni ( area 189.223 dengan tinggi 29.237 )
dengan waktu retensi 3,167.
Untuk analisa kulitatif dapat dilakukan dengan membuat kurva %
xilena vs tinggi xilena, % xilena vs rasio tinggi xilena/toluene, % xilena vs
area xilena dan % xilena vs rasio area xilena/toluene seperti di bawah ini.
80 tinggi xilena
60 Linear (tinggi xilena)
40
20
0
0 10 20 30 40
% xilena
4
y = 0.1169x + 0.1326
3.5
R2 = 0.991
3
rasio tinggi
2.5
rasio xilena/toluena
2
1.5
Linear (rasio
1 xilena/toluena)
0.5
0
0 10 20 30 40
% xilena
% xilena vs area xilena
400
area xilena
300
Linear (area xilena)
200
100
0
0 10 20 30 40
% xilena
% xilena vs rasio area xilena/toluena
4 rasio xilena/toluena
2 Linear (rasio
xilena/toluena)
0
0 10 20 30 40
% xilena
Seperti yang telah kita ketahui bahwa regresi yang dapat diterima
sebagai data yang akurat dari pengukuran secara instrumentasi adalah data
dengan regresi minimal sebesar 0,990 maka dapat kita katakana bahwa data di
atas belum cukup akurat. Selain itu, dari posisi titik-titik yang ada yang tidak
terletak pada satu garis lurus menyatakan bahwa presisi(keberulangan) data
tersebut kurang baik. Data yang dapat diterima adalah data dengan akurasi dan
presisi yang baik. Untuk mendapat data dengan presisi dan akurasi yang baik
maka beberapa data dihilangkan. Kurva yang dihasilkan adalah sebagai
berikut :
60 tinggi xilena
40 Linear (tinggi xilena)
20
0
0 10 20 30 40
% xilena
% xilena vs rasio tinggi xilena/toluena
600.000
y = 18.231x - 4.9455
500.000
R2 = 0.981
area xilena
400.000
area xilena
300.000
Linear (area xilena)
200.000
100.000
0.000
0 10 20 30 40
% xilena
8
rasio area xilena/toluena
y = 0.2405x + 0.0604
6 R2 = 0.9996
4 rasio xilena/toluena
2 Linear (rasio
xilena/toluena)
0
0 10 20 30 40
% xilena
Linearitas terbaik didapat dari kurva % xilena vs rasio tinggi
xilena/toluene yang telah dihilangkan beberapa datanya dengan regresi sebesar
1. Persamaan garis yang didapat yaitu :
y = 0,1233 x – 0,003 (1)
x menyatakan persen xilena dalam sampel dan y menyatakan rasio
tinggi xilena/toluene dalam sampel.
Tinggi puncak xilena pada kromatogram sampel adalah 94,855 dan
tinggi toluene adalah 59,563. Maka rasio tinggi xilena/toluene adalah 1,5925.
Ini merupakan harga y. Dengan memasukkan harga y ke dalam persamaan (1)
maka didapat harga x (% xilena dalam sampel) sebesar 12,93998 %. Maka
kandungan xilena dalam sampel ditetapkan sebesar 12,93998 %.
F. Kesimpulan
1. penentuan keberadaan xilena dalam sampel dapat dilakukan
dengan menggunakan metode penambahan standar internal.
2. sampel mengandung xilena dengan waktu retensi xilena
sebesar 3,200.
3. kadar xilena dalam sampel dapat diketahui dengan membuat
kurva % xilena vs rasio tinggi xilena/toluena dan mencari persamaan
garisnya.
4. kandungan xilena dalam sampel sebesar 12,93998 %.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Hendayana, Sumar dkk. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Pavia, Donald el. 1976. Organic Laboratory Techniques. Philadelphia: W.B
Saunders Company
www.chem-is-try.org
www.chromatography-online.org
www.duniakimia.com
www.elchem.kaist.ac.kr
www.hiq.linde-gas.com
www.restek.com
LAMPIRAN
1. Pembuatan
Larutan Standar
• Volum
xilena untuk larutan standar 5 % :
5 % × 5 ml
Vxilena = = 0,25 ml
100 %
• Volum
xilena untuk larutan standar 10 % :
10 % × 5 ml
Vxilena = = 0,50 ml
100 %
• Volum
xilena untuk larutan standar 15 % :
15 % × 5 ml
Vxilena = = 0,75 ml
100 %
• Volum
xilena untuk larutan standar 20 % :
20 % × 5 ml
Vxilena = = 1,00 ml
100 %
• Volum
xilena untuk larutan standar 25 % :
25 % × 5 ml
Vxilena = = 1,25 ml
100 %
• Volum
xilena untuk larutan standar 30 % :
30 % × 5 ml
Vxilena = = 1,50 ml
100 %
• Volum
toluena yang ditambahkan untuk tiap larutan standar :
3 % × 5 ml
Vtoluena = = 0,15 ml
100 %
2. Penentuan
y = 1,5925
y = 0,1233 x - 0,003
1,5925 + 0,003
x =
0,1233
x = 12,93998