You are on page 1of 16

Aqidah Tauhid

Oleh : H. Mas’oed Abidin

Risalah para Rasul Allah sejak dari Adam AS adalah


memelihara makhluk Allah, di antaranya manusia tetap
pada eksistensi sesuai dengan tujuan manusia di jadikan.

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka menyembah-Ku.1

Nilai-nilai hakiki kemanusiaan terpelihara selama


dijaga buhul (aqidah Tauhidullah), yakni perpegangan
tauhid kepada Allah SWT dalam semua tindakan ataupun
pemikiran.
Tauhidullah (tauhidic weltanschaung) wajib
dijadikan way of life dari manusia beriman. Pemahaman
tauhid mencakup seluruh pemahaman mendalam kepada
sifat-sifat Allah.

1
QS.adz-Dzariyat, 56
1
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia
Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak
mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di
bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya.
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan
bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha Besar.2.

Kita beriman dengan Tauhid Rububiyah,


maknanya bahwa Allah Subhanhu Wa Ta’ala adalah Rabb,
Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam
semesta ini.

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang


ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang
yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? 3

Kita beriman kepada mulkiyah Allah Subhanahu


Wa Ta’ala, atau Tauhid Mulkiyah dengan mengimani
Asma’ dan Sifat-sifatNya, yaitu bahwa Allah Subhanahu
Wa Ta’ala memiliki nama-nama yang Maha indah, Maha
terpuji, serta sifat-sifatNya yang Maha Sempurna dengan
KekuasaanNya meliputi seluruyh alam dan Maha Luhur.

Kita beriman kepada uluhiyah Allah Subhanahu


Wa Ta’ala, yakni bahwa Allah adalah Ilaah (yang wajib

2
QS.al Baqarah : 255.
3
QS.Maryam:65.
2
disembah atau al ma’bud) yang haq, yang disebut dengan
Tauhid Uluhiyah bahwa segala sembahan yang lain selain
dari kepada Allah adalah batal.

Konsekwensi dari pengakuan (syahadat) kepada


Allah Yang Maha Tunggal (Esa), ialah bahwa tidak ada
satupun yang menjadi sekutu bagiNya dalam rububiyah,
uluhiyah, maupun dalam Asma’ dan Sifat-Nya (Mulkiyah-
Nya).

Aqidah kita ialah,


1. Iman kepada Allah,
2. Iman kepada para Malaikat-Nya,
3. Iman kepada Kitab-kitab-Nya,
4. Iman kepada Rasul-rasul-Nya,
5. Iman kepada hari akhirat,
6. Iman kepada qadar baik dan buruk.

TAUHID RUBUBIYAH
Secara lughawi, rabb ialah pengatur, penguasa, yang
menunjang dan menyediakan semua keperluan menyangkut
pemeliharaan, pertumbuhan, mengatur dan menyempurnakan.4
Manusia sebagai makhluk memerlukan sesuatu
yang bisa mengatur dirinya, membantu, dan menyediakan
kebutuhan-kebutuhannya, yakni Khalik.

Terminologi pemahaman menurut bimbingan Al


Qur’an, kata-kata Rabb mengandung beberapa pengertian,

4
Kata Rabb dapat dipakai dengan arti Pemilik, misalnya Rabb el-
mal yang berarti “pemilik harta”, atau Rabb el-dar, berarti ”pemilik
rumah”. Kata Rabb juga berarti: Penguasa, pengatur, pencipta,
pendidik dan menumbuhkannya.
3
Pertama, sebagai nama dari Maha Pencipta (langit,
bumi, manusia, alam), Maha Pengatur segala urusan,
Maha Pemelihara, Maha Pemberi rizki (penjamin
logistik). Maha Penjamin stabilitas kesehatan, Maha
Pendidik.. Maha Pelindung manusia.5
Kedua, mengandung pengertian pemilik hukum,
Maha Pembuat UU atau Maha Memproduk Hukum.6

Maka maksud Tauhid Rububiyah ialah :


“Asas keyakinan bahwa Allah satu-satunya Rabb
(Maha Pencipta, Pengatur, Pemelihara, Penjamin logistik
atau rizki, Penjamin kesehatan, Maha Pendidik dan
Pengajar; serta mengimani secara bulat tanpa cacat
(haqqul yakin).
Asas keyakinan bahwa Allah adalah Rabb yang
ditanganNyalah KEMENANGAN SECARA OBSOLUT,
dan pada KEKUASAANNYA ada HAK MEMBUAT
UU/HUKUM, menentukan boleh dan tidak, menetapkan
halal dan haram”.

Konsekwensi keyakinan tauhid Rububiyah adalah


lahirnya kepatuhan muthlak kepada kekuasaan dan hukum-
hukum Allah sebagai satu-satunya Rabb.7
Penolakan terhadap wahyu menurut Qur’an
hukumnya kufur, dzalim, fasiq dan musyrik, karena

5
Lihat QS.96:1-5, 10:3, 31, 32, 2:21, 22, 42:11-12, 106:3-4.
6
Lihat QS.42:10, 7:2-3, 6:114, 32:2,3, 10:37, 12:40. Dan lihat
juga pada QS.42:10, 7:2-3, 6:114, 32:2,3, 10:37, 12:40.
7
Artinya, bila ada yang membuat atau memproduksi hukum di luar
wahyu, seperti membolehkan menurut hukum apa yang dilarang
oleh wahyu, berarti telah mengakui atau memproklamasikan dirinya
sebagai Rabb/Tuhan tandingan di planet bumi (musyrik Rububiyah),
seperti contohnya Fir’aun, Namrudz (Nebukadnezar).
4
sebenarnya adalah pengingkaran terhadap AQIDAH
RUBUBIYAH.8

Konsekwensi keyakinan kepada tauhid Rububiyah


ini adalah seluruh produk rasio manusia di luar wahyu
yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia serta
dipaksakan pelaksanaannya kepada manusia untuk di
ikuti, sesungguhnya dapat dianggap telah melaksanakan
produk hukum yang disebut sebagai hukum hewani atau
hukum jahiliyah.9

Realisasi Aqidah Rububiyah dibuktikan oleh


seseorang hamba lewat pengakuan (ikrar, janji, syahadat).

Pengakuan tersebut secara jelas terlihat dalam


kerelaan seseorang dalam memberlakukan Undang-
Undang atau Hukum-Hukum Allah yang telah diterima
tanpa paksa sebagai Penguasa (Rabb-nya).

Pemberlakuan hukum-hukum Allah ini jelas sekali


dilihat dalam seluruh karya cipta, kreasi, imaginasi, yang
dibuktikan dalam tingkah serta amaliah sehari-hari.
Jika pemberlakuan hukum-hukum Allah Rabbul
‘alamin ini tidak tampak dalam perlakuan keseharian
seseorang hamba, berarti hamba itu telah memberikan
pengakuan palsu dan melakukan kebohongan besar
terhadap Allah.
Dalam kondisi seperti ini seorang hamba akan
dinilai “tidak dianggap beragama sedikit pun”, sampai
kepada suatu keadaan hamba itu berbalik kepada

8
Lihat QS. 5:44-45, 47
9
Lihat QS. 31:30, 10:32, 36.
5
kesadaran dan rela (taubat nashuha) yang sesungguhnya
menegakkan ketentuan-ketentuan wahyu.10

Dalam realisasi praktek hukum, tentu tidak


mungkin tanpa pelaku hukum (manusia) atau aparatur
pemerintah (lembaga) hukum yang berwenang
(Qanunisasi, kodifikasi hukum) dan syah (proklamasi).

Berbicara masalah Aparatur (Pelaksana hukum dan


Lembaga Pemerintahan) menurut Wahyu Allah berarti
berbicara tentang Aqidah Mulkiyah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa Aqidah Rububiyah


dalam realisasinya adalah mewujudkan aqidah
mulkiyah.
Mudah dapat memahami hukum Zakat, menurut
undang-undang Rabb, atau Wahyu Allah dalam QS. 9:103.11

10
QS.5:68.
11
Catatan : (1). Perintah wahyu untuk mengambil zakat, dengan kata
perintah (khuz, ambil, pungut) ditujukan kepada Muhammad
Rasulullah (dalam kaitan ini, Rasulullah adalah selaku Aparatur/petugas
Allah). (2). Zakat harus melalui prosedur Aparatur Lembaga
Pemerintahan Allah.
Khalifah Abu Bakar el Siddiq, Khalifah pertama sesudah
Muhammad SAW. Melaksanakan undang-undang Rabb ini dengan
tegas, walaupun Muhammad SAW sudah tiada, tetapi hukumnya tetap
berlaku sebagai bukti dari Tauhid Rububiyah yang wujud dalam
Tauhid Mulkiyah, yaitu menghukum orang-orang yang tidak
membayar zakat melalui penguasa-penguasa didaerah atau melalui
para utusan aparatur yang dikirim untuk melaksanakan ketentuan
pungutan zakat ini, bahkan ada yang sampai diperangi, dalam hal ini
sudah sampai kepada tingkat halal darahnya. (Lihat ketentuan
perjalanan sejarah zakat didalam hadist, dan atsar shahabi).
6
TAUHID MULKIYAH
Tauhid Mulkiyah, makna harfiahnya adalah
“keyakinan mengakui hanya Allah sebagai pemilik, penguasa
(raja) yang wajib di taati. Tidak ada kedaulatan lain yang boleh
di taati”.

…yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan


Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.12
Mengakui selain itu dapat dinyatakan sebagai
musyrik mulkiyah.

Kepemilikan kekuasaan atau Mulkiyah Allah di


bumi diproyeksikan dalam bentuk hubungan makhluk
dengan Khalik dalam semua kedaulatan Allah di bumi,
yang disebut Khalifah fil ardhi.13

Mentaati kekuasaan (perintah) dan kedaulatan


Allah di bumi dalam seluruh aspek kehidupan manusia,
menjadi ukuran ;
1. Bukti iman seorang hamba kepada Allah.

12
Lihat QS.25:2, dan juga QS.17:111
13
Khalifah fil Ardhi, adalah warisan tatanan masyarakat manusia
dengan nilai-nilai keberadaan manusia di bumi secara fithrah. Khilafah
fil Ardhi adalah suatu bentuk struktur kekuasaan perintah Allah yang
sah.
7
Dan kami tidak mengutus seseorang rasul,
melainkan untuk di ta`ati dengan seizin Allah.
Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada
Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat
lagi Maha Penyayang.14

2. Wujud ketaatan kepada Allah artinya taat asas


kepada wahyu Allah secara individual atau
kelompok dengan mengikuti aturan, arahan, dan
petunjuk Rasul Allah (sunnah Rasul).
Pelanggaran terhadap Perintah Wahyu berarti
maksiat kepada Allah.

Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul


(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.15

14
Lihat QS.4:64, 24:47
15
Lihat ketentuan Allah dalam QS. 4: 69, dan ikuti pula denga
cermat pada QS.4: 80, 47:1-2, 3:32. Maka, “mentaati semua aturan-
8
Taat asas kepada hukum Allah dan bimbingan
wahyu, bagi setiap mukmin hukumnya wajib.
Tidak bersedia mentaati aturan, hukum yang telah
ditetapkan berdasarkan wahyu Allah, berarti keluar dari
tauhid Mulkiyah terhadap Allah, dari pandangan aqidah
hukumnya murtad.

Perjalanan tauhid Mulkiyah mesti disertai dengan


tindakan memelihara hubungan antar manusia (makhluk)
secara pasti, dengan menerapkan amar makruf nahi
munkar serta berjalan kearah melaksanakan kewajiban
khairat sesuai ajaran Allah (khairat = Islam), melangkah
kepada mempersatukan umat yang mutlak eksistensinya

Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan mereka


menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar dan
bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu
termasuk orang-orang yang saleh. 16

Tidak di temui sepotong ayat yang membenarkan


orang mukmin boleh mentaati aturan Jahiliyah baik dalam
hubungan pribadi maupun kemasyarakatan. Mendukung
gagasan ketaatan kepada hukum jahiliyah yang tidak
sesuai dan atau bertentangan dengan wahyu, disebut
sebagai kuffar (kafir, menolak).

aturan yang ditetapkan oleh Lembaga Pemerintahan Allah di bumi atau


mengikuti Sunnah Rasul Allah, berarti berada dalam Lembaga
Mulkiyah Allah atau Lembaga Pemerintahan Wahyu”.
16
QS. 3:114.
9
Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong
dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat
buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu
kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam
siksaan.
Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa)
dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka
tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-
penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang
fasik.17

Komitmen terhadap wahyu dibuktikan dengan


memiliki sikap bebas dari dominasi dan keterikatan
kepada kekuatan kuffar atau thoghut.

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan


janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat
sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). 18

17
QS.5: 80-81, dan lihat juga di dalam QS. 3:149, 150, 151, 4:60,
97, 4:140, 144, 5:57, 3:20, 58:5, 33:64-68, 34:29-33.
18
QS. 7:3, dan di dalam QS. 6:106, 53:29, 18:28, 32:22, 60:4, 40:4.
10
Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari
Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-
orang musyrik.

Sistem dan Pola mewujudkan Mulkiyah Allah


merujuk kepada Sunnah Rasul dengan akidah tauhid. Dan
semestinya ditegakkan dengan sistim musyawarah
(lembaga syura).

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati
kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.
Musyawarah dilakukan sesama mukmin, tidak
dengan kafir. Tidak ada kamusnya melakukan
musyawarah dengan kuffar dalam menetapkan hal yang
bertalian dengan kewajiban orang mukmin.19

19
Musyawarah di dalam Al Qur’an 3:159, berdasar kepada
pengakuan kedaulatan (rahmat) Allah di bumi yang di anugerahkan
kepada manusia Khalifatullah fil ardhi, tidak dengan memakai sistim
suara terbanyak (sistim voting ala Barat) akan tetapi kepada mana yang
lebih benar (haq) sesuai garis wahyu Allah.
11
Non kooperatif sesdama mukmin akan membuka
peluang tawar menawar antara muslim dan non muslim.
Padahal Al Qur’an telah menginformasikan bahwa iblis
dan syaitahn saja dari awal menyatakan penolakannya
terhadap berlakunya hukum Allah di bumi, ketika Adam
AS diproklamirkan menjabat khalifah fil ardhi.

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:


"Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia
enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang
yang kafir. 20

Sistem musyawarah ahlul ‘aqdi yakni para ahli


yang amanah dan tidak diragukan loyalitasnya terhadap
bangsa dan negara, disamping terukur kapabelitasnya
diyakini memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
serta kesetiaan terhadap agama.

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang


mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu
dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah

20
QS. 2:34.
12
mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka
(dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.21

Jadi, prinsip musyawarah mesti dilakukan dengan


kesediaan mengamalkan dan mengambil petunjuk
Alquran (FURQON) atau mengikut pola HIJRAH yakni
suatu struktur yang berdiri kokoh dan terpisah dari
struktur kelembagaan jahili.22.

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada


Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka
berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri dari
kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan
dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya:
21
QS. 4:60
22
Kelembagaan Jahili mengutamakan kelompok dan nepotisme
(ashabiyah jahilliyah). Kelembagaan madaniyah di tumbuhkan oleh
Rasulullah SAW dengan menghormati hukum (law enforcment) yang
kuat, mengutamakan pelaksanaan hukum ketimbang kepentingan kaum
dan suku. Pola dan sistim berdaulat kepada kekuasaan Allah, dapat
dilihat dalam QS. 4:97, dan 4:140, 2:256, 257, 9:71, 36:16, 5:50.
13
"Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku
tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim
berkata): "Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal
dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada
Engkaulah kami kembali, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan
kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya
Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana".23

Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang


mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini,
dan berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada
mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan
mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari
mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang
tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi
mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?24

23
QS. 60:4-5
24
QS. 7:169.
14
TAUHID ULUHIYAH
Secara etimologis Ilah 25(Tuhan) Allah adalah Al
Ma’bud (sesuatu yang disembah). Kata Ilah dipahami
sebagai kata berarti Zat yang memiliki kekuasaan yang tidak
terbatas.26
Dari kata-kata tersebut kemudian ditambhan awalan “Alif
Lam” atau “Lam Taukit” sehingga berbunyi Al Ilah
(ma’rifah).
Selanjutnya huruf (hamzah) dalam kata Al Ilah (menjadi
huruf Lam) di gabungkan, sehingga waktu
mengucapkannya ditebalkan menjadi “Allah”.
Maka konsekwnsi kata Allah tersebut berarti: al
Ma’bud (sesuatu yang disembah), dan dalam artian
terminologi bermakna bahwa pengabdian hanya kepada
Allah SWT dan hanya kepada Allah seorang hamba minta
pertolongan.27
Status Hukum dan Realisasi Pengabdian Hanya
kepada Allah, dipahamkan sebagai berikut ;
(1). Islam tidak mengenal adanya “pengabdian
benda”. Pengabdian kepada benda apapun selain Allah
merupakan suatu sikap yang munafik dan syirik
(musyrik). Konsekwensinya seorang muslim dituntut
semata-mata mengabdi (menyembah) hanya kepada Allah
saja, tidak pada yang lain.28

25
Kata-kata Allah menurut bahasa Arab, yang secara harfiyah
(Etimologi) berasal dari kata Ilah - yakni Al Ma’bud, sesuatu yang
dianggap berkuasa dan besar, mempunyai nilai yang pantas disembah
dan ditaati sepenuh hati.
26
Mirip dengan arti kata “Khuda” dalam bahasa Parsi, atau “Dedta,
dewa” dalam bahasa Hindu. Dan “God” dalam bahasa Inggeris
27
Lihat QS.1:5
28
Lihat QS.24:56, 18:110, 1:5.
15
(2). Seluruh Rasul membawa Misi Proklamasi
Tauhid, atau disebutkan juga menanamkan “paradigma
tauhid” – Laa ilaaha illa Allah – sebagai satu misi
risalah.29.
(3). Konsepsi Tauhid atau ajaran Monotheisme
dalam Islam disebut suatu konsepsi tertinggi dalam ajaran
ke-Tuhanan (The Highest conception of Godhead).
Ajaran ini dengan sendirinya menolak setiap bentuk
ideologi dan falsafah diluar konsepsi tauhdid tersebut.
(4). Konsepsi Tauhid Uluhiyah harus konsisten
terhadap hukum wahyu dalam gagasan keyakinan dan
pelaksanaannya. Tanpa konsistensi keyakinan ini secara
gagasan maupun gerak akan dinyatakan sebagai syirik
(musyrik).30.
(5). Realisasi dari tauhid uluhiyah ini adalah
pengabdian (ibadah) hanya kepada Allah, semata-mata
dapat terwujud dalam dan kepada diakuinya lembaga
kedaulatan Allah di bumi (Mulkiyah Allah)31.

Padang, Juli 1999

29
Lihat QS.7:59, 7:72, 16:36.
30
Lihat QS.6:106, 41:6,7
31
Lihat QS.4:64, 4:80, 9:71, 120, 47:2,19, 47:33.
16

You might also like