You are on page 1of 6

Makalah

Disusun oleh :

Winantya Setiawan 1040911175

Yudi Prasetya T 1040911180

Arkadius P D Hengky 1040911185

Roy Kristian P 1040911187


Dirofilaria immitis
Secara ilmiah Dirofilaria immitis diklasifikasikan menurut Levine (2003),
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Secernentea
Subkelas : Spiruria
Ordo : Spirurida
Superfamilia : Filarioidea
Familia : Onchocercidae
Genus : Dirofilaria
Spesies : Dirofilaria immitis

Dirofilaria immitis atau yang lebih dikenal dengan nama cacing jantung termasuk
dalam filum Nemathelminthes (Levine 2003). Cacing ini merupakan agen penyebab
Heartworm disease pada anjing dan kucing. Cacing dewasa mempunyai bentuk tubuh bulat,
panjang, langsing, berwarna putih dan habitatnya di dalam pembuluh darah dan jantung
pada inang definitif (ventrikel kanan, arteri pulmonalis, dan vena cava posterior) (Collive
1991 diacu dalam Karmil 1996). Cacing jantan memiliki ukuran 12-18 cm sedangkan cacing
betina 25-30 cm cacing betina lebih besar dan panjang daripada cacing jantan karena
mereka memproduksi telur (Anonim 2004).

Gambar Bentuk mikrofilaria dan bentuk anatomi D. Immitis

Cacing Dirofilaria immitis termasuk kedalam ordo spirurida yang mempunyai dua
inang yaitu inang definitif dan mempunyai dua bibir. Inang antara yaitu nyamuk sedangkan
inang definitif yaitu mamalia (anjing maupun kucing). Dirofilaria sp termasuk di dalam famili
filaridae dikarenakan memiliki bucal kapsul dan pada cacing jantan terdapat spikula
berbentuk pipih dan pada ekor cacing jantan berbentuk spiral yang khas untuk filaroids
.Sedangkan untuk ukuran mikroskopis (mikrofilaria) 307 – 322 μm, lebar 6.8 μm,
mikrofilaria dalam darah tidak mempunyai selubung, ujung anterior panjang, ujung
posterior tumpul.

Daur hidup.
Di dalam siklus hidupnya, cacing ini memiliki dua fase perkembangan
yaitu fase larva (L1 sampai L5) dan fase dewasa. Fase larva dapat berlangsung pada inang
antara dan inang definitif. Pada inang antara dalam hal ini adalah nyamuk (Aedes aegypti,
Aedes albopictus, Culex quinquefasciatus, dan Armigeres subalbatus) berlangsung fase
larva L1 hingga L3 (B pada gambar 9) lalu pada perkembangan L3 larva akan berpindah ke
kelenjar ludah pada nyamuk, lalu selama itu larva akan menunggu saat nyamuk menggigit
inang definitif (anjing dan kucing) (C pada gambar 9).

Gambar 8 Berbagai vektor Dirofilaria immitis pada anjing

Inang definitif cacing ini dapat bermacam-macam seperti anjing, kucing, rubah
(Carlson dan Nielsen 1983 diacu dalam Boreham & Atwell 1997), musang (Parrott, Griener
& Parrott 1984 diacu dalam Boreham & Atwell 1997), anjing hutan (Jones, Meisch & Farmer
1993 diacu dalam Boreham & Atwell 1997), serigala, berang-berang (anjing air), tikus air
(muskrat), singa laut dan rakun (Procyon lotor) (Neafie, Connor & Meyes 1984 diacu dalam
Boreham & Atwell 1997), kuda (Thurman, Johnson & Lichtenfels 1984 diacu dalam Boreham
& Atwell 1997). Menurut Smith (1972) diacu dalam Karmil (1996), D. immitis juga telah
ditemukan di dalam subkutis manusia.

Pada inang definitif larva akan mengalami perkembangan lebih lanjut, setidaknya
membutuhkan waktu selama 6 sampai 7 bulan untuk mengalami perkembangan kedua dan
perkembangan menuju kematangan seksual sebelum dapat di deteksi dengan detektor oleh
Heartworm test. Pada anjing larva akan mengalami pekembangan lebih lanjut L3 menjadi
L4 dalam waktu 15 hari setelah dua sampai lima hari anjing digigit nyamuk yang
mengandung larva D. immitis. Perkembangan selanjutnya dari L4 menjadi L5 tersembunyi
selama dua bulan ke depan (D pada gambar 9). Pada L5 sudah dianggap dewasa muda dan
sudah menyerang jaringan inang definitif pada jantung selama 70 hari setelah cacing masuk
kedalam inang definitive (E pada gambar 9). Mayoritas L5 akan sampai ke jantung dalam 90
hari (F pada gambar 9). Di jantung, cacing akan menetap dan berkembang cepat dari
panjang sampai ukuran tubuh. Cacing akan tinggal dan dapat hidup selama 5 sampai 7
tahun.
Siklus Hidup Dirofilaria immitis

Gambar 9 Siklus hidup D. Immitis (Marcel et al. 2004)

Pematangan seksual membutuhkan waktu selama tiga bulan setelah tiba di jantung.
Cacing ini terus bertambah panjang setelah mencapai kematangan seksual dan cacing
betina akan memulai pelepasan mikrofilaria di dalam darah. Secara singkat siklus dari D.
immitis setidaknya ada beberapa faktor yang berperan yaitu inang antara, keadaan
lingkungan yang mendukung perkembangan larva, keberadaan dari inang definitif baik
sebagai sumber infeksi maupun individu yang tertular.
Patogenesis Dirofilariasis.
Secara umum patogenesa dari penyakit cacing jantung dimulai dari infeksi cacing
jantung yang akan menjadi penyakit cacing jantung. Infeksi cacing jantung merupakan
infeksi pada inang definitif sehat yang diinfeksi oleh salah satu tahapan dari Dirofilaria
immitis. Sedangkan untuk penyakit cacing jantung, pada awalnya inang definitif memang
menderita atau mempunyai cacing jantung di dalam pembuluh darah inang tersebut.
Yang mempengaruhi tingkat patogenesa penyakit ini adalah jumlah Dirofilaria immitis
di dalam darah. Jika jumlah cacing D. immitis sedikit maka gejala yang ditimbulkan tidak
tampak. Sedangkan untuk jumlah yang banyak maka gejala yang ditimbulkan berupa
penyumbatan sistem sirkulasi jantung sehingga akan menyebabkan gagal jantung bagian
kanan sehingga jantung akan menyebabkan kongesti yang kronis. Cacing yang masih aktif
dapat menyebabkan endokarditis pada katub jantung dan endoateritis pulmoner
proliferatif yang diakibatkan adanya respon terhadap produk – produk yang diekskresikan
oleh cacing tersebut.
Gumpalan cacing yang mati atau hidup dapat menyebabkan emboli pada paru–paru.
Emboli yang berlangsung selama ± 9 bulan menyebabkan terjadinya hipertensi pulmoner
yang dikompensasi dengan terjadinya hipertrofi ventrikel kanan sehingga dapat
menyebabkan gagal jantung kongestif yang ditandai dengan terjadinya edema dan asites.
Pada kasus berat muncul tanda-tanda gangguan sirkulasi akibat gangguan mekanik dan
endokarditis progresif. Gumpalan cacing D. immitis dewasa yang menyumbat di vena cava
posterior menyebabkan sindroma vena cava yang ditandai dengan hemolisis,
hemoglobinuria, bilirubinemia, ikterus, anoreksia, collaps dan dalam 2–3 hari dapat
menyebabkan kematian (Busch & Noxon 1992 diacu dalam Karmil 1996). Penyumbatan
mikrofilaria pada pembuluh darah di ginjal jarang terjadi.
Gejala Klinis.
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh D. immitis bervariasi tergantung dari tingkat
infeksinya. Tetapi biasanya anjing dan karnivora lain yang terinfeksi D. immitis sering tidak
memperlihatkan gejala klinik (subklinik), kecuali ditemukan adanya mikrofilaria dalam
darah. Ketika anjing terinfeksi awal dalam hal ini jumlah mikrofilaria masih sedikit, maka
tidak akan terdeteksi gejala klinisnya. Perubahan akan terjadi pada anjing dimulai ketika
larva mengalami perkembangan terakhir dan L5 yang sudah matang, yang hidup pada
ventrikel kanan dan pembuluh darah. Pembuluh arteri tidak bekerja dengan baik bila
terdapat mikrofilaria didalamnya. Pembuluh arteri akan mengalami kerusakan selama
beberapa hari ke depan, maka tubuh akan merespon oleh kerusakan yang menyebabkan
peradangan, peradangan tersebut dinamakan endarteritis. Peradangan ini masih dapat
disembuhkan dengan sendiri oleh tubuh.

Pada infeksi berat, gejala klinis yang ditimbulkan anjing akan terlihat lemah dan tidak
aktif, batuk ringan tapi sifatnya kronis, pada stadium berikutnya akan menyebabkan batuk
disertai darah, sesak nafas, edema, asites, sindrom vena cava akut, hemoglobinuria, ikterus,
dan kollaps.

Diagnosa.
Untuk mendiagnosa penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa metode antara
lain dengan metode langsung (natif), teknik mikrohematokrit, teknik Knoot, teknik filter.
Pada metode langsung (natif) darah sampel diambil sedikit lalu dicampur dengan cairan
saline fisiologis, akan terlihat di mikroskop mikrofilaria yang motil dan aktif bergerak (filaria
dance). Tetapi untuk melakukan metode ini diperlukan pengalaman yang cukup agar dapat
menghasilkan hasil yang baik. Teknik mikrohematokrit menggunakan hematokrit darah
sampel yang telah disentrifuse, mikrofilaria akan ditemukan pada plasma darah (buffy
coat).

Teknik Knoot menggunakan satu milimeter darah ditambahkan dengan 9 ml formalin


2%. Kemudian dicampur hingga darah terhemolisis lalu disentrifuse dengan 1500 rpm
selama 5 menit. Lalu endapan didasar diambil sebanyak 0.5 atau 1 ml, maka akan terlihat
mikrofilaria. Mikrofilaria kan terlihat dan mudah untuk dihitung. Teknik filter menggunakan
darah sebanyak 1 ml yang dicampur dengan larutan pelisis (biasanya 9 ml) untuk melisiskan
sel darah merah. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan filter mebran, hasil filtrate
tersebut kemudian diperiksa di bawah mikroskop.

Metode yang mudah dan efektif dalam hasil adalah teknik filter dan teknik Knott.
Keduanya memiliki keuntungan masing – masing dan tergantung dari inang dan parasitnya.
Selain metode diatas dapat pula dilakukan metode yang lebih modern antara lain dengan
melakukan X-rays dan Heartworm antigen test. Pada X-rays dilakukan pada daerah
pembuluh darah yang diduga merupakan habitat dari mikrofilaria, tekniknya dinamakan
angiografi. Sedangkan untuk Heartworm antigen test menggunakan serum yang berasal
dari sampel darah yang kemudian akan ditambahkan reagen khusus, metode ini
menggunakan prinsip ELISA. Selain metode yang dijelaskan sebelumnya, kita dapat juga
melakukan pemeriksaan patologi klinis, pemeriksaan yang dianjurkan antara lain
pemeriksaan laju endap darah (LED), yang akan meningkat pada kasus cacing jantung lalu
elektrokardiografi (EKG) untuk mengenali gangguan impuls oleh kelainan katub jantung,
dan dapat pula dilakukan pemeriksaan darah lengkap agar dapat dilihat derajat keparahan
dari kasus ini.

Prognosa.
Prognosa D. Immitis adalah dubius sampai dengan infausta. Pada kejadian kronis
sering timbul thromboemboli sampai dengan pneumonia thromboemboli dan syok
pulmonum (Kirk et al. 1977 diacu dalam Boreham & Atwell 1997). Kegagalan ginjal pada
umumnya mengiringi kasus infeksi D. Immitis sehingga pengobatan dengan adultsida
preparat arsen menjadi problematis (Ettinger 1989 diacu dalam Karmil 2002).

Pencegahan dan Pengobatan.


Secara umum lebih baik mencegah daripada mengobati. Pencegahan dirofilariasis
pada anjing dapat diberikan obat cacing yang mengandung pyrantel dan praziquatel, selain
itu dapat dilakukan dengan pemberian ivermectin maupun milbemycin dengan kandungan
136 μg setiap satu bulan sekali. Sedangkan untuk pengobatan infeksi cacing jantung dapat
diberikan obat – obatan untuk gangguan jantung seperti thiacetarsamide (Caparsolate®)
dengan pengaplikasian intravena sebanyak dua kali sehari selama 2-4 hari dengan dosis 2.2
mg/kg, obat ini dapat membunuh cacing dewasa, lalu anjing harus diistirahatkan selama 2 –
6 minggu, apabila anjing juga menderita gangguan jantung maka dapat pula diberikan
misalnya digoxin dan pemberian diuretikum misal lasix Obat yang kedua yaitu levamisole,
obat ini baik untuk cacing dewasa dan larvanya. Obat ini diaplikasikan secara intramuskular,
dengan dosis yang dianjurkan 10-15 mg/kg diikuti dengan 2.5 mg/kg selama dua minggu,
diteruskan 5 mg/kg selama dua minggu. Seluruh pengobatan sekurang-kurangnya
diperlukan waktu enam minggu. Dapat juga dengan dosis 2.5 mg/kg selama satu minggu,
lalu 5 mg/kg selama tiga minggu, kemudian 10 mg/kg selama tiga minggu.

Seiiring dengan perkembangan ilmu kedokteran hewan penggunaan levamizole


sudah tidak dianjurkan, karena levamizole tidak membunuh cacing secara konsisten,
meskipun masih mampu membunuh cacing jantan dan mungkin mensterilkan cacing
betina. Pengapliasian obat ini secara intramuskular pada daerah lumbal (L3 dan L5) diulangi
setelah 24 jam, yang dilakukan kontralateral dari suntikan sehari sebelumnya. Penderita
perlu istirahat minimum selama 4-6 minggu. Bagi penderita berat, pengobatan dilakukan
satu kali seperti dimuka, satu bulan kemudian diulangi dua kali lagi dengan interval 24 jam.

You might also like