Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
Rasmita Handika 04071003014
Sri Dewi Afsari 04071003028
Karolin Adhisty 04071003042
Hepiriyani 04071003045
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Nurna Ningsih, S.Kp., M. Kes, selaku
dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan bimbingan dalam
penyelesaian makalah ini. Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman dan semua pihak yang terkait.
Penyusun,
Kelompok 13
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1
I.3. Tujuan 5
BAB II ISI
II.1. Pengertian pengertian Trombosis 6
II.2. Atrial Trombosis 7
II.2.1 Definisi 7
II.2.2 Etiologi 7
II.2.3 Gambaran Klinis 7
II.2.4 Penatalaksanaan 8
II.3. Deep-Vein Trombosis 9
II.4. Faktor Resiko Utama Terjadinya Trombosis 10
II.5. Asuhan Keperawatan pada Trombosis 11
II.6. Pengertian Tromboflebitis 14
II.7. Pelvitromboflebitis 15
II.7.1. Penatalaksanaan 16
II.8. Tromboflebitis Femoralis 16
II.8.1. Penatalaksanaan 17
II.9. Asuhan Keperawatan pada Tromboflebitis 18
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan 21
III.2. Saran 22
Daftar Pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena
itulah penting sekali untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau
kala persalinan diselesaikan, khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini
berupa konsultasi paska persalinan di ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang
diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama
dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan paska
persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu dan bayinya selama dua
jam pertama pasca persalinan.
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa
jam pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan
uterus untuk memastikan uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh,
perdarahan harus diawasi. Tidak dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama
dua jam pertama pasca persalinan atau hingga ibu sudah stabil.
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2 -
37,8oC oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi. Dalam hal
ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.
a. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang
berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada didalam rongga rahim.
b. Alat-alat yang tidak suci hama.
c. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang
berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain.
Adapun beberapa penyakit yang sering menyebabkan angka kesakitan dan kematin
yang tinggi pada ibu paska nifas adalah :
1. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan dan merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvis, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, infeksi pelvik
menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.
2. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam
rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi.
3. Infeksi payudara
o Mastitis
yaitu Infeksi parenkimal kelenjar mammae pada masa nifas dan menyusui.
Insidennya sekitar 2 %. Gejala-gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum akhir
sampai minggu ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan
bermakna biasanya mendahului inflamasi, yang tanda pertamanya adalah mengigil dan
rasa kaku segera diikuti demam dan takikardia. Payudara menjadi keras dan memerah,
dan sang ibu mengeluhkan nyeri. Sekitar 10 % wanita dengan mastitis mengalami abses
dan gejala-gejala konstitusional yang mendahului abses mammae biasanya parah.
Biasanya disebabkan oleh Staphilokokus aureus. Pengobatan dengan antibiotik.
o Abses payudara
Ditandai dengan keadaan menetapnya demam dalam waktu 48 sampai 72 jam
atau pertumbuhan massa yang teraba. Sonografi dapat membantu menegakkan
diagnosis. Drainase secara bedah penting dilakukan dan mungkin diperlukan anestesi
umum.Pada kasus awal, insisi tunggal dibagian atas bagian paling lunak pada area
fluktuasi biasanya sudah cukup namun abses multiple memerlukan beberapa insisi dan
satu jari harus dimasukkan untuk memecahkan dinding-dinding lokul. Kavitas yang
terbentuk akibat insisi ditutup secara longgar dengan perban, yang harus diganti setiap
24 jam.
4. Tromboflebitis
Yaitu perluasan atau invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran
darah di sepanjang vena dan cabang – cabangnya. Diklasifikasikan atas pelvio
tromboflebitis dan tromboflebitis femoralis., Pelvio tromboflebitis yaitu mengenai vena-
vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastrika. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena
femoralis, vena poplitea dan vena sapena.
. 1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Khusus
1.3.2.Tujuan Umum
Untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang Trombosis dan
tromboflebitis
BAB II
ISI
–Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh darah vena
atau arteri pada makluk hidup. Trombosis merupakan istilah yang umum dipakai untuk
sumbatan pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Trombosis hemostatis yang bersifat
self-limited dan terlokalisir untuk mencegah hilangnya darah yang berlebihan
merupakan respon normal tubuh terhadap trauma akut vaskuler, sedangkan trombosis
patologis seperti trombosis vena dalam (TVD), emboli paru, trombosis arteri koroner
yang menimbulkan infark miokard, dan oklusi trombotik pada serebro vaskular
merupakan respon tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan akut dan kronik pada
pembuluh darah dan darah. Ahli bedah vaskular berperan untuk mengeluarkan trombus
yang sudah terbentuk yaitu dengan melakukan trombektomi.
—–Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856 dengan
diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of Virchow, yaitu terdiri
dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan komposisi darah, dan gangguan
aliran darah.2 Ketiganya merupakan faktor-faktor yang memegang peranan penting
dalam patofisiologi trombosis. Dikenal 2 macam trombosis, yaitu :
1. Trombosis arteri
2. Trombosis vena
II.2.1 Definisi
—–Trombosis arteri adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah arteri terutama
sering terbentuk pada sekitar orifisium cabang arteri dan bifurkasio arteri.–
II.2.2 Etiologi
—–Ada 3 hal yang berpengaruh dalam pembentukan/ timbulnya trombus ini (trias
Virchow) :
Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi dari yang ringan sampai
yang berat. Apakah yang terkena arteri yang besar/ utama atau cabang-cabangnya.
Apakah kolateral cukup banyak, karena prognosisnya tergantung pada arteri mana
yang terlibat dan yang penting adalah kecepatan dan ketepatan dokter bertindak.
Gejala yang dapat muncul antara lain :
1. Gejala awal biasanya adalah nyeri pada daerah yang bersangkutan, bisa nyeri
hebat apabila daerah yang terkena cukup luas. Pada pasien muda biasanya
kejadiannya lebih akut, rasa nyeri lebi hebat, tetapi justru prognosisnya lebih
baik karena keadaan pembuluh darah relatif lebih baik. Pada pasien yang lebih
tua, dimana sudah terjadi kelainan kronis arteri, bila timbul trombosis akut
biasanya tidak begitu jelas gejalanya dan nyerinya tidak begitu hebat, pada
pasien seperti ini justru prognosisnya lebih buruk.
2. Mati rasa
3. Kelemahan otot
4. Rasa seperti ditusuk-tusuk.
Bila gejalnya lengkap/ komplit, maka di temukan “5 P”, yaitu :
- Pain
- Paleness
- Paresthesia
- Paralysis
- Pulsessness
Sebagai pegangan utama, bila ada pasien dengan keluhan nyeri hebat pada
daerah ekstremitas dan nadi tidak dapat diraba, maka diagnosis trombosis akut
arteri ini harus ditegakkan dan ditindak lanjuti.
II.2.4 Penatalaksanaan
Garis besar rencana perawatan dari trombosis arteri adalah : 1
1. Diagnosis dini dan tindakan segera. Dari anamnesis dan gejala klinis kita
harus bisa menegakkan diagnosis. Bila ada fasilitas pemeriksaan penunjang,
dapat dikerjakan tetapi jangan terlalu memakan banyak waktu yang
mengakibatkan terapi/ tindakan menjadi terlambat.
2. Pasien harus istirahat baring/ dirawat dan diberikan analgetik. Pemberian
antikoagulan seperti heparin dan LMWH penting untuk mencegah meluasnya
proses trombosis, biasanya diberikan selama 10 hari, sesudah itu berangsurangsur
diganti per oral. Pemberian terbaik adalah dengan pemberian langsung
intraarterial.
3. Tindakan bedah berperan penting, karena trombus yang terjadi dikeluarkan
melalui arteriotomi yang bisa dilakukan dengan anestesi lokal. Alat yang
dipakai adalah kateter Fogarty yang mempunyai balon diujungnya. Setelah
kateter menembus trombus, balom dikembangkan dan ditarik keluar untuk
mengeluarkan trombus. Tindakan ini berhasil sangat baik bila kejadiannya
benar-benar akut dan pasien yang relatif muda.
4. Setelah dilakukan trombektomi maka tindakan lain yang terus dilakukan
terutama heparinisasi.
PATOFISIOLOGI
Penyabab utama trombosis Vena belum jelas, sama halnya dengan trombosis arteri, pada
trombosis vena juga dapat disebabkan oleh TRIAS VIRCHOW:
• Stasis aliran darah vena, terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal
jantung atau syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat, dan bila
kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama, paralysis
ekstremitas atau anastesi.Hal-hal tersebut menghilangkan pengaruh dari pompa
vena perifer, meningkatkan stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas
bawah.
• Cedera dinding pembuluh darah, diketahui dapat mengawali pembentukan
thrombus. Penyebabnya adalah trauma langsung pada pembuluh darah, seperti
fraktur dan cedera jaringan lunak, dan infuse intravena atau substansi yang
mengiritasi, seperti kalium klorida, kemoterapi, atau antibiotic dosis tinggi.
Faktor Predisposisi
Pemakaian obat anti hamil yang mengandung esterogen
kehamilan
gagal jantung kongestif kronik
obesitas
Manifestasi Klinis
Emboli paru, sebagai petunjuk klinis pertama dari trombosis
Edema dan pembengkakan ekstremitas karena aliran darah tersumbat
Nyeri tekan akibat inflamasi dinding vena
Tanda Homan : nyeri tekan pada betis sewaktu dorsofleksi kaki
Tanda Lowenburg : nyeri di paha atau betis sewaktu pengembungan manset
Peningkatan turgor jaringan,
Kenakan suhu kulit
Bintik-bintik dan sianosis karena stagnasi aliran
Penurunan Hb
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan perawaan yang terbaik pada trombosis vena dalam seperti :
Mobilisasi dini
Pemakaian stoking elastik
• Di gunakan pagi hari sebelum tungkai diturunkan dari tempat tidur dan diepas
pada malam hari
• Stoking ini memberi tekanan secara terus menerus dan merata di seluruh
permukaan betis, menurunkan diameter vena superficial di tungkai, sehingga
meningkatkan aliran vena yang lebih dalam.
Latihan gerak kaki dan jari secara aktif
• Saat pasien di tempat tidur, kaki & tungkai bawah harus ditinggikan beberapa
derajat melebihi jantung. Posisi ini memungkinkan vena superficial & tibialis
mengosongkan diri dengan cepat & tetap kolaps
• Latihan tungkai aktif & pasif khususnya yang melibatkan otot betis, harus
dilakukan sebelum & sesudah operasi untuk meningkatkan aliran vena
PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah perkembangan dan pecahnya
thrombus beserta risikonya yaitu Embolisme Paru dan mencegah tromboemboli
kambuhan.
Terapi antikoagulan dapat mencapai kedua tujuan itu. Heparin yang diberikan selama 10
– 12 hari dengan infuse berkelanjutan, dapat mencegah berkembangnya bekuan darah
dan tumbuhnya bekuan baru. 4 – 7 hari sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien
mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan
atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Intervensi Keperawatan.
• Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastic, dan analgetik
untuk mengurangi nyeri adalah tambahan untuk terapi ini. Biasanya diperlukan
tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Ketika pasien mulai berjalan, harus
dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau
duduk lama-lama. Latihan di tempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan
papan kaki, juga dianjurkan.
• Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgetik ringan untuk mengontrol
nyeri, sesuai resep, akan menambah rasa nyaman.
1. Pelvio tamboflebitis
2. Tomboflebitis femoralis
II.7. Pelvitromboflebitis
Adapun tanda dan gejala dari pelvio tomboflebitis adalah sebagi berikut :
1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a) Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-
40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-
kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada
endometritis)
c) Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan
d) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana,
terutama ke paru-paru
3) Abses pada pelvis
4) Gambaran darah
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar
kesirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat
sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
bakterinya adalah anaerob.
5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang
paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam
pemeriksaan dalam.
II.7.1. Penatalaksanaan
II.8.1 Penatalaksanaan
Intervensi
- Anjurkan tirah baring
- Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda homern
- Anjurkan untuk meningkatkan telapak kaki dengan kaki bawah diatas ketinggian
jantung
- Lakukan ambulasi, progresip setelah fase akut
- Berikan kompres hangat, lembab pada ekstemilasi yang sakit
Rasionalisasi :
2. Nyeri akut b/d adanya proses implamasi, sparmevaskuler akumulasi asam laktat
Tujuan :
- Meningkatkan kenyaman
- Istirahat dengan tepat
- Nyeri hilang
Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri
- Anjurkan tirah baring dengan tepat
- Pantau TTV
- Tinggikan area sakit d/ berikan ayunan
- Kolaborasi pemberian obat – obatan sesuai indikasi (analgetik, (narkotik non narkotik))
- Beri kompres hangat
Rasionalisasi
- Jelasnya arteri, hipoksia, dengan luasnya udem berkenaan dengan terdirinya trobosit
pada didnding vena terimlamasi mengimobilisasikan ekstremitar yang sakit untuk
menurunkan sensai nyeri berkenaan dengan gerakan otot
- Menurunkan ketidaknyaman berkenaan kontraksi otot
- Penaikan TTV dapat menandakan penaikan nyeri
- Mendorong aliran bahkan vena memudahkan sirkulasi ayunan kaki ini jaga tekanan
kaki
- Menghilangkan nyeri dengan menggerakan otot
- Menaikan vasodiatasi dengan menaikan sirkulasi, merilexan otot, merangsang
pelapasan endorferi
3. Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan
Tujuan
- mengungkapkan kesadaran tentang perasaan ansietas
- ansietas berkurang
- menurunkan tanda perilaku seperti gelisah dengan iritabilitas
Intervensi
- pantau vital sign
- bantu klien d/ merawat diri sendiri dengan bayiRasionalisasi :
- Menurunkan rasa takut, akan ketidaktahuan dan menaikan pembelajaran klien dengan
keterbukaan dengan tindakan
- Dapat menunjukan perubahan pada tingkat asisietas
- Asisietas klien dapat ber Q bia ia menemukan bahwa kebutuhannya terpencil d/ bahwa
ia mampu mengatasi d/ terlibat dengan tugas – tugas keperawatan diri sendiri
Implementasi keperawatan
Evaluasi
III. 1. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kami simpulkan bahwa:
• Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh darah
vena atau arteri pada makluk hidup.
• Trombosis diklasifikasikan menjadi trombosis arteri dan vena
• Pada trombosis vena dapat menyebabkan terjadinya emboli pada paru-paru dan
jantung
• Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah.
• Tromboflebitis dapat terjadi pasca partum
• Tromboflebitis diklasifikasikan menjadi Pelvio tamboflebitis dan Tomboflebitis
femoralis
III. 2. Saran
Demikianlah penyusunan makalah tentang perdarahan postpartum ini. Tak ada
gading yang tak retak, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Poli kandungan RSHS Bandung. 27 mei 2009. SAP kurangnya pengetahuan mengenai
tromboemboli. http:// tutorialkuliah. Blogspot.com. 8 april 2010