You are on page 1of 27

Trombosis dan Tromboflebitis

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MATERNITAS


DOSEN PENGASUH : NURNA NINGSIH, S.Kp., M. Kes

DISUSUN OLEH:
Rasmita Handika 04071003014
Sri Dewi Afsari 04071003028
Karolin Adhisty 04071003042
Hepiriyani 04071003045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Nurna Ningsih, S.Kp., M. Kes, selaku
dosen Mata Kuliah Keperawatan Maternitas yang telah memberikan bimbingan dalam
penyelesaian makalah ini. Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-
teman dan semua pihak yang terkait.

Tujuan penyusunan makalah ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan


tentang perdarahan post partum.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penyusun harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaaat bagi kita semua.

Indralaya, April 2010

Penyusun,

Kelompok 13

DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang 1

I.2. Rumusan Masalah 4

I.3. Tujuan 5
BAB II ISI
II.1. Pengertian pengertian Trombosis 6
II.2. Atrial Trombosis 7
II.2.1 Definisi 7
II.2.2 Etiologi 7
II.2.3 Gambaran Klinis 7
II.2.4 Penatalaksanaan 8
II.3. Deep-Vein Trombosis 9
II.4. Faktor Resiko Utama Terjadinya Trombosis 10
II.5. Asuhan Keperawatan pada Trombosis 11
II.6. Pengertian Tromboflebitis 14
II.7. Pelvitromboflebitis 15
II.7.1. Penatalaksanaan 16
II.8. Tromboflebitis Femoralis 16
II.8.1. Penatalaksanaan 17
II.9. Asuhan Keperawatan pada Tromboflebitis 18
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan 21
III.2. Saran 22

Daftar Pustaka 23
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh
perdarahan paska persalinan terjadi empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena
itulah penting sekali untuk memantau ibu secara ketat, segera setelah setiap tahapan atau
kala persalinan diselesaikan, khususnya pada saat setelah persalinan. Pemantauan ini
berupa konsultasi paska persalinan di ruangan maupun pemeriksaan-pemeriksaan yang
diperlukan. Jika tanda-tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama
dua jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan paska
persalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu dan bayinya selama dua
jam pertama pasca persalinan.

Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur tiap 15 menit sekali, selama beberapa
jam pertama setelah pelahiran, atau lebih sering bila ada indikasi tertentu. Pemijatan
uterus untuk memastikan uterus menjadi keras juga diperlukan. Pemantauan suhu tubuh,
perdarahan harus diawasi. Tidak dianjurkan menggunakan kain pembebat perut selama
dua jam pertama pasca persalinan atau hingga ibu sudah stabil.

Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit naik antara 37,2 -
37,8oC oleh karena resorbsi benda-benda dalam rahim dan mulainya laktasi. Dalam hal
ini disebut demam resorbsi, hal ini adalah normal.

Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat


genitalia dalam masa nifas. Demam nifas adalah demam dalam masa nifas oleh sebab
apapun. Mobilitas puereuralis adalah kenaikan suhu badan sampai 38 oC atau lebih
selama 2 hari. Da;am 10 hari pertama postpatum. Kecuali pada hari petama. Suhu diukur
4x sehari secara oral (dari mulut).

Beberapa faktor predisposisi

1) Kurang gizi atau nutrisi


2) Anemia
3) Higiene
4) Kelelahan
5) Proses persalinan bermasalah;
a. Partus lama / macet
b. Korioamnionitis
c. Persalinan traumatik
d. Kurang baiknya pencegahan infeksi
e. Manipulasi yang berlebihan
f. Dapat berlanjut keinfeksi dalam masa nifas

Bermacam-macam jalan masuk kuman kedalam alat kandungan, seperti eksogen


(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dari dalam tubuh), dan
endogen (dari jalan lahir sendiri)

1) Streptococcus Haemoliticus Aerobik


2) Staphylococcus aureus
3) Escherichia coli
Cara terjadinya infeksi:

a. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang
berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada didalam rongga rahim.
b. Alat-alat yang tidak suci hama.
c. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang
berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain.
Adapun beberapa penyakit yang sering menyebabkan angka kesakitan dan kematin
yang tinggi pada ibu paska nifas adalah :

1. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus setelah persalinan dan merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu. Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi
abses pelvis, peritonitis, syok septik, thrombosis vena yang dalam, infeksi pelvik
menahun, dispareunia, penyumbatan tuba dan infertilitas.

2. Bendungan payudara
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam
rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari
saluran sistem laktasi.

Bila ibu menyusui bayinya :


o Susukan sesering mungkin
o Kedua payudara disusukan
o Kompres hangat payudara sebelum disusukan
o Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
o Sangga payudara
o Kompres dingin diantara payudara untuk permulaan menyusui

3. Infeksi payudara
o Mastitis

yaitu Infeksi parenkimal kelenjar mammae pada masa nifas dan menyusui.
Insidennya sekitar 2 %. Gejala-gejala mastitis supuratif jarang muncul sebelum akhir
sampai minggu ketiga atau keempat. Infeksi hampir selalu unilateral dan pembengkakan
bermakna biasanya mendahului inflamasi, yang tanda pertamanya adalah mengigil dan
rasa kaku segera diikuti demam dan takikardia. Payudara menjadi keras dan memerah,
dan sang ibu mengeluhkan nyeri. Sekitar 10 % wanita dengan mastitis mengalami abses
dan gejala-gejala konstitusional yang mendahului abses mammae biasanya parah.
Biasanya disebabkan oleh Staphilokokus aureus. Pengobatan dengan antibiotik.

o Abses payudara
Ditandai dengan keadaan menetapnya demam dalam waktu 48 sampai 72 jam
atau pertumbuhan massa yang teraba. Sonografi dapat membantu menegakkan
diagnosis. Drainase secara bedah penting dilakukan dan mungkin diperlukan anestesi
umum.Pada kasus awal, insisi tunggal dibagian atas bagian paling lunak pada area
fluktuasi biasanya sudah cukup namun abses multiple memerlukan beberapa insisi dan
satu jari harus dimasukkan untuk memecahkan dinding-dinding lokul. Kavitas yang
terbentuk akibat insisi ditutup secara longgar dengan perban, yang harus diganti setiap
24 jam.

4. Tromboflebitis
Yaitu perluasan atau invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran
darah di sepanjang vena dan cabang – cabangnya. Diklasifikasikan atas pelvio
tromboflebitis dan tromboflebitis femoralis., Pelvio tromboflebitis yaitu mengenai vena-
vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena
hipogastrika. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena
femoralis, vena poplitea dan vena sapena.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Trombosis?

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Atrial Trombosis?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Deep-Vein Trombosis?

4. Faktor Risiko apa saja yang Utama dariTrombosis?

5. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Trombosis?

6. Apakah Pengertian dari tromboflebitis?

7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pelvitromboflebitis?

8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tomboflebitis Femoralis?

9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada tromboflebitis?

. 1.3. Tujuan
1.3.1.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian Trombosis


2. Untuk mengetahui tentang Atrial Trombosis
3. Untuk mengetahui tentang Deep-Vein Trombosis
4. Untuk mengetahui Faktor Risiko apa saja yang Utama dariTrombosis
5. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Trombosis
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tromboflebitis
7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pelvitromboflebitis
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada tromboflebitis

1.3.2.Tujuan Umum
Untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang Trombosis dan
tromboflebitis

BAB II
ISI

II.1 Pengertian Trombosis

–Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh darah vena
atau arteri pada makluk hidup. Trombosis merupakan istilah yang umum dipakai untuk
sumbatan pembuluh darah, baik arteri maupun vena. Trombosis hemostatis yang bersifat
self-limited dan terlokalisir untuk mencegah hilangnya darah yang berlebihan
merupakan respon normal tubuh terhadap trauma akut vaskuler, sedangkan trombosis
patologis seperti trombosis vena dalam (TVD), emboli paru, trombosis arteri koroner
yang menimbulkan infark miokard, dan oklusi trombotik pada serebro vaskular
merupakan respon tubuh yang tidak diharapkan terhadap gangguan akut dan kronik pada
pembuluh darah dan darah. Ahli bedah vaskular berperan untuk mengeluarkan trombus
yang sudah terbentuk yaitu dengan melakukan trombektomi.

—–Konsep trombosis pertama kali diperkenalkan oleh Virchow pada tahun 1856 dengan
diajukamya uraian patofisiologi yang terkenal sebagai Triad of Virchow, yaitu terdiri
dari abnormalitas dinding pembuluh darah, perubahan komposisi darah, dan gangguan
aliran darah.2 Ketiganya merupakan faktor-faktor yang memegang peranan penting
dalam patofisiologi trombosis. Dikenal 2 macam trombosis, yaitu :

1. Trombosis arteri
2. Trombosis vena

—–Etiologi trombosis adalah kompleks dan bersifat multifaktorial. Meskipun ada


perbedaan antara trombosis vena dan trombosis arteri, pada beberapa hal terdapat
keadaan yang saling tumpang tindih. Trombosis dapat mengakibatkan efek lokal adan
efek jauh. Efek lokal tergantung dari lokasi dan derajat sumbatan yang terjadi pada
pembuluh darah, sedangkan efek jauh berupa gejal-gejala akibat fenomena
tromboemboli. Trombosis pada vena besar akan memberikan gejala edema pada
ekstremitas yang bersangkutan. Terlepasnya trombus akn menjadi emboli dan
mengakibatkan obstruksi dalam sistem arteri, seperti yang terjadi pada emboli paru, otak
dan lain-lain.

II.2 Atrial Trombosis

II.2.1 Definisi

—–Trombosis arteri adalah pembekuan darah di dalam pembuluh darah arteri terutama
sering terbentuk pada sekitar orifisium cabang arteri dan bifurkasio arteri.–

II.2.2 Etiologi

—–Penyebab/ kausa dapat lokal di tempat yang bersangkutan atau proksimalnya.


Sebagian besar adalah kelainan jantung seperti kelainan katup, Infark jantung, fibrilasi
artrium dan lain-lain. Dapat pula karena aneurisma aorta, bila trombusnya lepas dan
bergerak ke lokasi terjadinya trombosis. Trombus yang bergerak ini disebut embolus.
Sistem hemostatis terdiri dari 6 komponen utama yaitu trombosit, endotel vaskular,
faktor protein plasma prokoagulan, protein antikoagulan, protein fibrinoliti, dan protein
anti fibrinolitik. Semua komponen ini harus ada dalam jumlah yang cukup pada lokasi
yang tepat untuk mencegah hilangnya darah yang berlebihan setelah trauma vaskular,
dan pada saat yang sama mencegah terjadinya trombosis yang patologis.

—–Ada 3 hal yang berpengaruh dalam pembentukan/ timbulnya trombus ini (trias
Virchow) :

1. Kondisi dinding pembuluh darah (endotel)


2. Aliran darah yang melambat/ statis
3. Komponen yang terdapat dalam darah sendiri berupa peningkatan koagulabilitas

II.2.3 Gambaran Klinis

Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi dari yang ringan sampai
yang berat. Apakah yang terkena arteri yang besar/ utama atau cabang-cabangnya.
Apakah kolateral cukup banyak, karena prognosisnya tergantung pada arteri mana
yang terlibat dan yang penting adalah kecepatan dan ketepatan dokter bertindak.
Gejala yang dapat muncul antara lain :
1. Gejala awal biasanya adalah nyeri pada daerah yang bersangkutan, bisa nyeri
hebat apabila daerah yang terkena cukup luas. Pada pasien muda biasanya
kejadiannya lebih akut, rasa nyeri lebi hebat, tetapi justru prognosisnya lebih
baik karena keadaan pembuluh darah relatif lebih baik. Pada pasien yang lebih
tua, dimana sudah terjadi kelainan kronis arteri, bila timbul trombosis akut
biasanya tidak begitu jelas gejalanya dan nyerinya tidak begitu hebat, pada
pasien seperti ini justru prognosisnya lebih buruk.
2. Mati rasa
3. Kelemahan otot
4. Rasa seperti ditusuk-tusuk.
Bila gejalnya lengkap/ komplit, maka di temukan “5 P”, yaitu :
- Pain
- Paleness
- Paresthesia
- Paralysis
- Pulsessness
Sebagai pegangan utama, bila ada pasien dengan keluhan nyeri hebat pada
daerah ekstremitas dan nadi tidak dapat diraba, maka diagnosis trombosis akut
arteri ini harus ditegakkan dan ditindak lanjuti.

II.2.4 Penatalaksanaan
Garis besar rencana perawatan dari trombosis arteri adalah : 1
1. Diagnosis dini dan tindakan segera. Dari anamnesis dan gejala klinis kita
harus bisa menegakkan diagnosis. Bila ada fasilitas pemeriksaan penunjang,
dapat dikerjakan tetapi jangan terlalu memakan banyak waktu yang
mengakibatkan terapi/ tindakan menjadi terlambat.
2. Pasien harus istirahat baring/ dirawat dan diberikan analgetik. Pemberian
antikoagulan seperti heparin dan LMWH penting untuk mencegah meluasnya
proses trombosis, biasanya diberikan selama 10 hari, sesudah itu berangsurangsur
diganti per oral. Pemberian terbaik adalah dengan pemberian langsung
intraarterial.
3. Tindakan bedah berperan penting, karena trombus yang terjadi dikeluarkan
melalui arteriotomi yang bisa dilakukan dengan anestesi lokal. Alat yang
dipakai adalah kateter Fogarty yang mempunyai balon diujungnya. Setelah
kateter menembus trombus, balom dikembangkan dan ditarik keluar untuk
mengeluarkan trombus. Tindakan ini berhasil sangat baik bila kejadiannya
benar-benar akut dan pasien yang relatif muda.
4. Setelah dilakukan trombektomi maka tindakan lain yang terus dilakukan
terutama heparinisasi.

II.3 Deep-Vein Trombosis

Deep-Vein Trombosi atauTrombosis Vena Dalam adalah kondisi dimana terbentuk


bekuan dalam vena sekunder akibat inflamasi /trauma dinding vena atau karena
obstruksi vena sebagian.
Trombosis Vena Dalam (DVT) menyerang pembuluh-pembuluh darah system vena
dalam. Serangan awalnya disebut trombosis vena dalam akut. Emboli paru-pariu
merupakan resiko yang cukup bermakna pada trombosis vena dalam.
Kebanyakan trombosis vena dalam berasal dari ekstrimitas bawah. Banyak yang senbuh
spontan, dan sebagian lainnya berpotensi membentuk emboli. Penyakit ini dapat
menyerang satu vena bahkan lebih. Vena-vena di betis adalah vena-vena yang paling
sering terserang. Trombosis pada vena poplitea, femoralis super fisialis, dan segmen-
segmen vena ileofemoralis juga sering terjadi.

PATOFISIOLOGI
Penyabab utama trombosis Vena belum jelas, sama halnya dengan trombosis arteri, pada
trombosis vena juga dapat disebabkan oleh TRIAS VIRCHOW:

• Stasis aliran darah vena, terjadi bila aliran darah melambat, seperti pada gagal
jantung atau syok; ketika vena berdilatasi, sebagai akibat terapi obat, dan bila
kontraksi otot skeletal berkurang, seperti pada istirahat lama, paralysis
ekstremitas atau anastesi.Hal-hal tersebut menghilangkan pengaruh dari pompa
vena perifer, meningkatkan stagnasi dan pengumpulan darah di ekstremitas
bawah.
• Cedera dinding pembuluh darah, diketahui dapat mengawali pembentukan
thrombus. Penyebabnya adalah trauma langsung pada pembuluh darah, seperti
fraktur dan cedera jaringan lunak, dan infuse intravena atau substansi yang
mengiritasi, seperti kalium klorida, kemoterapi, atau antibiotic dosis tinggi.

• Hiperkoagulabilitas darah, terjadi paling sering pada pasien dengan penghentian


obat antikoagulan secara mendadak. Kontrasepsi oral dan sejumlah besar
diskrasia.
Rangsangan trombosis vena
Me ↑ kan resistensi aliran vena dari ekstremitas bawah
Pengosongan vena terganggu
Rangsangan trombosis vena
pe↑an vol. dan tek.darah vena
↓Stasis & penimbunan darah di ekstremitas
Trombus melekat di PD
Risiko embolisasi
Emboli menuju sirkulasi paru

II.4 Faktor Risiko Utama Terjadinya Trombosis


Imobilitas yang nyata
dehidrasi
keganasan lanjut
diskrasia darah
riwayat DVT
varises vena, dan
Operasi atau truma pada tungkai bawah atau pelvis.

Faktor Predisposisi
Pemakaian obat anti hamil yang mengandung esterogen
kehamilan
gagal jantung kongestif kronik
obesitas

Manifestasi Klinis
Emboli paru, sebagai petunjuk klinis pertama dari trombosis
Edema dan pembengkakan ekstremitas karena aliran darah tersumbat
Nyeri tekan akibat inflamasi dinding vena
Tanda Homan : nyeri tekan pada betis sewaktu dorsofleksi kaki
Tanda Lowenburg : nyeri di paha atau betis sewaktu pengembungan manset
Peningkatan turgor jaringan,
Kenakan suhu kulit
Bintik-bintik dan sianosis karena stagnasi aliran
Penurunan Hb

II.5 Asuhan Keperawatan Pada Trombosis

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, program pengobatan yang ditandai


dengan:

• Pernyataan tentang persepsi masalah

• Ketidakmampuan dalam mengikuti instruksI


Berkembangnya/tendensi untuk terjadinya komplikasi.

PENCEGAHAN
Pencegahan merupakan perawaan yang terbaik pada trombosis vena dalam seperti :
Mobilisasi dini
Pemakaian stoking elastik

• Di gunakan pagi hari sebelum tungkai diturunkan dari tempat tidur dan diepas
pada malam hari

• Stoking ini memberi tekanan secara terus menerus dan merata di seluruh
permukaan betis, menurunkan diameter vena superficial di tungkai, sehingga
meningkatkan aliran vena yang lebih dalam.
Latihan gerak kaki dan jari secara aktif

• Saat pasien di tempat tidur, kaki & tungkai bawah harus ditinggikan beberapa
derajat melebihi jantung. Posisi ini memungkinkan vena superficial & tibialis
mengosongkan diri dengan cepat & tetap kolaps

• Latihan tungkai aktif & pasif khususnya yang melibatkan otot betis, harus
dilakukan sebelum & sesudah operasi untuk meningkatkan aliran vena

• Latihan menarik nafas dalam membantu pengosongan vena besar.


pemberian antikoagulan (bila ada indikasi)

PENATALAKSANAAN
Tujuan penanganan medis DVT adalah mencegah perkembangan dan pecahnya
thrombus beserta risikonya yaitu Embolisme Paru dan mencegah tromboemboli
kambuhan.
Terapi antikoagulan dapat mencapai kedua tujuan itu. Heparin yang diberikan selama 10
– 12 hari dengan infuse berkelanjutan, dapat mencegah berkembangnya bekuan darah
dan tumbuhnya bekuan baru. 4 – 7 hari sebelum terapi heparin intravena berakhir, pasien
mulai diberikan antikoagulan oral. Pasien mendapat antikoagulan oral selama 3 bulan
atau lebih untuk pencegahan jangka panjang.
Intervensi Keperawatan.
• Tirah baring, peninggian ekstremitas yang terkena, stoking elastic, dan analgetik
untuk mengurangi nyeri adalah tambahan untuk terapi ini. Biasanya diperlukan
tirah baring 5 – 7 hari setelah terjadi DVT. Ketika pasien mulai berjalan, harus
dipakai stoking elastik. Berjalan-jalan akan lebih baik daripada berdiri atau
duduk lama-lama. Latihan di tempat tidur, seperti dorsofleksi kaki melawan
papan kaki, juga dianjurkan.

• Kompres hangat dan lembab pada ekstremitas yang terkena dapat mengurangi
ketidaknyamanan sehubungan dengan DVT. Analgetik ringan untuk mengontrol
nyeri, sesuai resep, akan menambah rasa nyaman.

• Penyuluhan pasien yang menjalani terapi antikoagulan


1. Minum tablet antikoagulan pada waktu yang sama setiap hari, biasanya antara
jam 08.00 – 09.00 pagi
2. Mengenakan atau membawa identitas yang menunjukan bahwa sedang
memakai antikoagulan
3. Mematuhi setiap kunjungan untuk uji darah
4. Jangan minium salah salah satu obat berikut tanpa persetujua dokter.
( vitamin, obat flu, antibiotic, aspirin, minyak mineral, dan obat antiradang )
Karena obat tersebut mempengaruhi kerja antikoagulan.
5. Hindari alcohol, karena dapat mengganggu respon tubuh terhadap
antikoagulan
6. Hindari perubahan pola makan, diet yang drastic atau perubahan kebiasaan
makan yang mendadak
7. Jangan minum obat Caumadin, kecuali dianjurkan oleh dokter atau perawat
8. Jangan menghentikan Coumadin yang telah direpkan kecuali atas saran dokter
atau perawat
9. Apabila berobat ke dokter lain, tunjukkan bahwa sedang memakai
antikoagulan
10. Hubungi dokter pribadi ebelum mencabut gigi atau pembedahan elektif
11. Apabila muncul salah satu tanda berikut, laporkan segera kepada dokter;
a. Pingsan, pusing, atau semakin lemah
b. Sakit kepala atau perut yang berat
c. Warna urine merah atau cokelat
d. Adanya perdarahan, seperti luka yag tidak berhenti berdarah
e. Lecet yang bertambah ukurannya, perdarahan hidung atau perdarahan
abnormal pada setiap bagian tubuh
f. Tinja merah atau hitam
g. Kulit kemerahan
12. Hindari cedera yang dapat mengakibatkan perdarahan
13. wanita harus memberitahu dokter apabila ada dugaan hamil.

II.6 Pengertian tromboflebitis

Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai


pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca
partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan
fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala
janin selama kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian
bawah. Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,
tromboflebitis adalah perluasan atau invasi mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

Adapun etiologi dari tromboplebitis adalah sebagai berikut

a. Perluasan infeksi endometrium


b. Mempunyai varises pada vena
c. Obesitas
d. Pernah mengalami tramboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up
untuk waktu yang lama
f. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
g. Perubahan susunan darah
h. Penyumbatan darah yang membeku
i. Perubahan laju peredaran darah
Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Pelvio tamboflebitis
2. Tomboflebitis femoralis

II.7. Pelvitromboflebitis

Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,


yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena
ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak
dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika
dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan
peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis.
Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.

Adapun tanda dan gejala dari pelvio tomboflebitis adalah sebagi berikut :

1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a) Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-
40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-
kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada
endometritis)
c) Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan
d) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana,
terutama ke paru-paru
3) Abses pada pelvis
4) Gambaran darah
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar
kesirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat
sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena
bakterinya adalah anaerob.
5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang
paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam
pemeriksaan dalam.
II.7.1. Penatalaksanaan

1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan


menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang
dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.

II.8. Tomboflebitis Femoralis

Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena


vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.

Tanda dan gejala adalah sebagi berikut


1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan
memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan
pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering
dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari
bawah ke atas.
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis
atau dengan meregangkan tendo akhiles(tanda homan positif)

II.8.1 Penatalaksanaan

1. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas


bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung
kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong
kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki
varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah
kondisi stasis.
4. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum
bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit
dibawahnya.
5. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
7. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
8. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai
instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan
kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
11. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal
untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan
pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan
episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada
masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan
melalui terapi sub kutan
16. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan
bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dlakukan.

II.9. Asuhan Keperawatan


Adapun diagnose yang mungkin muncul pada ibu postpartum dengan
tromboflebitis adalah :

1. Perubahan per fusi jaringan b/d edema


Tujuan :
- Pengisian kapiler adekuat
- Penurunan edema dan eritema

Intervensi
- Anjurkan tirah baring
- Kaji pengisian kapiler dan periksa tanda homern
- Anjurkan untuk meningkatkan telapak kaki dengan kaki bawah diatas ketinggian
jantung
- Lakukan ambulasi, progresip setelah fase akut
- Berikan kompres hangat, lembab pada ekstemilasi yang sakit

Rasionalisasi :

- Meminimlahkan kemungkinan perubahan posisi trombosit dengan menciptakan emboh


- Penurunan kapiler dengan tanda human positif menandakan TVD
- Mengosongkan vena – vena super final dan tibial dengan cepat dan mempertahankan
vena tetap kolaps
- Menaikan aliran bank vena membantu mencegah statis
- Menaikan sirkulasi kearea, dengan menaikan vasodilasi aliran baik vena dengan
resulasi vena

2. Nyeri akut b/d adanya proses implamasi, sparmevaskuler akumulasi asam laktat
Tujuan :
- Meningkatkan kenyaman
- Istirahat dengan tepat
- Nyeri hilang

Intervensi :
- Kaji tingkat nyeri
- Anjurkan tirah baring dengan tepat
- Pantau TTV
- Tinggikan area sakit d/ berikan ayunan
- Kolaborasi pemberian obat – obatan sesuai indikasi (analgetik, (narkotik non narkotik))
- Beri kompres hangat

Rasionalisasi
- Jelasnya arteri, hipoksia, dengan luasnya udem berkenaan dengan terdirinya trobosit
pada didnding vena terimlamasi mengimobilisasikan ekstremitar yang sakit untuk
menurunkan sensai nyeri berkenaan dengan gerakan otot
- Menurunkan ketidaknyaman berkenaan kontraksi otot
- Penaikan TTV dapat menandakan penaikan nyeri
- Mendorong aliran bahkan vena memudahkan sirkulasi ayunan kaki ini jaga tekanan
kaki
- Menghilangkan nyeri dengan menggerakan otot
- Menaikan vasodiatasi dengan menaikan sirkulasi, merilexan otot, merangsang
pelapasan endorferi
3. Ansietas b/d perubahan pada status kesehatan

Tujuan
- mengungkapkan kesadaran tentang perasaan ansietas
- ansietas berkurang
- menurunkan tanda perilaku seperti gelisah dengan iritabilitas

Intervensi
- pantau vital sign
- bantu klien d/ merawat diri sendiri dengan bayiRasionalisasi :
- Menurunkan rasa takut, akan ketidaktahuan dan menaikan pembelajaran klien dengan
keterbukaan dengan tindakan
- Dapat menunjukan perubahan pada tingkat asisietas
- Asisietas klien dapat ber Q bia ia menemukan bahwa kebutuhannya terpencil d/ bahwa
ia mampu mengatasi d/ terlibat dengan tugas – tugas keperawatan diri sendiri

Implementasi keperawatan

setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan yang


nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya masalah. Pada tahap
implementasi ini terdiri dari beberapa kegiatan seperti: validasi rencana keperawatan,
mendiskusikan atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan
pengumpulan data.

Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan jelas


supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankannya dengan baik dalam waktu
yang telah ditentukan.perawat dapat melaksanakan langsung atau berkolaborasi dengan
para tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,


dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu dan menilai
sejauh mana masalah dapat teratasi. Disamping itu, perawat jga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal
ini proses keperawatan dapat dimodifikasi.
BAB III
PENUTUP

III. 1. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat kami simpulkan bahwa:
• Trombosis adalah terbentuknya masa dari unsur darah didalam pembuluh darah
vena atau arteri pada makluk hidup.
• Trombosis diklasifikasikan menjadi trombosis arteri dan vena
• Pada trombosis vena dapat menyebabkan terjadinya emboli pada paru-paru dan
jantung
• Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah.
• Tromboflebitis dapat terjadi pasca partum
• Tromboflebitis diklasifikasikan menjadi Pelvio tamboflebitis dan Tomboflebitis
femoralis

III. 2. Saran
Demikianlah penyusunan makalah tentang perdarahan postpartum ini. Tak ada
gading yang tak retak, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk perbaikan dimasa yang akan
datang.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, agung. 12 mei 2009. Asuhan Keperawatan infeksi nifas.


http://hidayat2.wordpress.com. 8 april 2010

Poli kandungan RSHS Bandung. 27 mei 2009. SAP kurangnya pengetahuan mengenai
tromboemboli. http:// tutorialkuliah. Blogspot.com. 8 april 2010

You might also like