You are on page 1of 2

“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)

orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang


menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan ) yang tiada berguna…”
(QS al-Mukminun: 1-11).

7 (Tujuh) Ciri Mukmin yang Beruntung


Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa mukmin yang beruntung adalah yang memiliki
tujuh sifat atau ciri yang harus kita miliki dalam hidup ini. Karenanya menjadi penting untuk
kita pahami dengan sebaik-baiknya.

1. Khusyuk dalam shalat, yakni shalat yang disertai rasa takut kepada Allah SWT
dan ia yakin akan berjumpa dengan-Nya sehingga shalatnya dilaksanakan dengan
penuh konsentrasi dan akan membekas dalam kehidupan sesudah shalat.
Allah SWT berfirman, “ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang
khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, ” (Al-Baqarah; 45-
46).

2. Meninggalkan segala bentuk kesia-siaan, baik dalam bentuk perkataan maupun


perbuatan. Hal ini karena keberadaan seorang Mukmin tentu saja harus memberi
manfaat bagi manusia sehingga akan membuatnya menjadi manusia yang terbak di
dunia maupun di akhirat. Rasulullah saw bersabda, “ Sebaik-baik orang adalah
yang paling bermanfaat bagi orang lain, ” (HR Muslim).
Begitu pula bila memiliki ilmu, seorang mukmin akan memanfaatkan ilmunya
dengan baik agar ia tidak diazab. Rasulullah saw bersabda, “ Orang yang paling
keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak
memanfaatkannya, ” (HR Thabrani).

3. Menunaikan zakat sehingga hartanya bersih dari segala kemungkinan yang haram
dan hatinya juga bersih dari sifat-sifat yang tercela dalam kaitan dengan harta,
seperti kikir, terlalu cinta harta dan sebagainya. Zakat, infak dan sedekah
merupakan bentuk-bentuk mengeluarkan harta di jalan kebaikan sebagai ciri orang
yang beriman, sehingga mereka pun mendapat jaminan surga dari Allah SWT.
Firman Allah, “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin,
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, ” (QS at-
Taubah: 111).

4. Menjaga kemaluan sehingga terhindar dari zina, yakni melakuakn hubungan


seksual kepada orang yang bukan istri atau suaminya. Karena zina merupakan
perbuatan tercela yang tidak mungkin dilakukan seorang mukmin sejati, karenanya
hukuman untuk pezina sangat berat.

5. Memelihara amanah atau kepercayaan yang diberikan kepadanya. Mukmin


yang beruntung menyadari bahwa jika diberi kercayaan dalam berbagai bentuk itu
merupakan sesuatau yang akan selalu dijaga dan dipelihara. Sebab, hal itu
merupakan sesuatau yang dipahami pertanggung jawabannya dihadapan Allah
SWT. Firman-Nya, “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui, ” (QS al-Anfal: 27).
Karena begitu penting memelihara amanah sebagai salah satu kunci untuk
mendapatkan keberuntungan, maka amanah itu tidak bisa dipisahkan dari iman
sehingga bisa dipastikan ketiadaan iman bagi orang yang tidak mampu memelihara
amanah, Rasulullah saw bersabda, “ Tidak (sempurna) iman seseorang yang
tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama seseorang yang tidak
menunaikan janji, ” (HR Ahmad).

6. Memenuhi janji, baik janji kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia.
Ketika manusia berjanji kepada Allah, seorang Mukmin akan memenuhinya, yakni
selalu beribadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “ Hanya kepada Engkaulah
kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan,
” (QS al-Fatihah: 5).
Begitu juga dengan janji kepada sesama manusia yang nantinya akan dimintai
pertanggung jawaban. Allah SWT berfirman, “ Dan janganlah kamu mendekati
harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) samapi ia
dewasa dan penuhilah janji itu pasti diminta pertanggung jawabnya, ” (QS al-
Isra: 34).

7. Memelihara shalat sehingga ia selalu menunaikan shalat dengan sebaik-baiknya


yang telah diwajibkan kepadanya. Dari shalat yang ditunaikan dengan baik inilah,
akan lahir dari dirinya kepribadian yang shalih yang selalu menunjukkan prinsip-
prinsip shalat dalam kehidupan sesudah shalat, sehingga shalat tidak sekedar
dikerjakan, tapi didirikan yang pengaruhnya bisa mencegah dirinya dari perbuatan
keji dan munkar. Allah SWT berfirman, “ Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya
dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan,
” (QS al-Ankabut: 45).

You might also like