You are on page 1of 79

ABSTRAKSI

NAMA : MURHABAN

NIM/NIMKO : 060205146

FAK/JURUSAN : KIP / PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI

ALAMAT : DESA MATANG BAYU, KEC. BAKTIYA BARAT, ACEH UTARA

JUDUL SKRIPSI : “KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN

AGAMA ANAK USIA SEKOLAH DI DESA MATANG BAYU KECAMATAN

BAKTIYA BARAT”
ISI SKRIPSI

Gambaran Umum Penelitian

Dalam pembahasan penelitian ini mengambil lokasi di Desa Matang Bayu

Kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara, luas wilayah Desa Matang Bayu adalah

…. hektar dengan perincian 52,17 hektar tempat pemukiman penduduk selebihnya adalah

tanah persawahan, ladang, perkebunan dan jalan umum. Sebahagian masyarakat di Desa

Matang Bayu kecamatan Baktiya Barat Kabupaten Aceh Utara bersikap negatif terhadap

pendidikan agama sehingga mereka kurang mempedulikan pembinaan akhlak anak-anak

mereka.

Usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam pelaksanaan pembinaan akhlak anak

mereka adalah memarahi (memberi teguran) dan memberi nasehat, menyuruh anak

melaksanakan shalat, mengajari anak membaca al-qur’an, membiasakan anak membaca

do’a sebelum makan, memperhatikan pergaulan anak dan membiasakan anak memakai

pakaian yang menutup aurat.

Problematika yang dihadapi orang tua dalam melaksanakan pembinaan akhlak

anak dalam keluarga adalah kurangnya waktu untuk memberikan pembinaan akhlak anak

yang disebabkan oleh kesibukan dalam pekerjaan, minimnya pengetahuan agama orang

tua dan pengaruh lingkungan. Berdasarkan hasil analisa data statistik menunjukkan

bahwa adanya keterkaitan antara sikap orang tua terhadap pendidikan agama dengan

pembinaan akhlak anak, dengan tingkat korelasi sebesar 44,4% dan termasuk dalam

kategori sedang.
Keteladanan orang tua bagi anak-anaknya dalam keluarga sebagai pendidik, dan

pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak merupakan gambaran dari pandangan dan

nilai seorang anak dalam keluarga bagi orang tua.

Wassalam,

Penulis

MURHABAN

Nim: 060205146
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW yang telah menjadikan rahmat sekalian alam.

Penulisan skripsi yang berjudul “KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP

PENDIDIKAN AGAMA ANAK USIA SEKOLAH DI DESA MATANG BAYU

KECAMATAN BAKTIYA BARAT” adalah untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada jurusan Pendidikan

Ekonomi Koperasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Al-Muslim

Lhokseumawe, NAD.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan

baik di lapangan maupun pembahasan serta minimnya buku-buku bacaan sebagai

pendukung, namun kesulitan dan hambatan itu dapat ditanggulangi berkat keteguhan dan

ketabahan hati serta adanya bantuandari beberapa pihak yang turut berpartisipasi dalam

penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis ucapankan terima kasih kepada Bapak Ketua dan Para

Pembantu, Dosen beserta Para Staf dan Karyawan yang ada di Universitas Al-Muslim

Lhokseumawe yang telah memberikan pelayanan, bimbingan dan arahan selama penulis

belajar di Universitas tercinta ini hingga selesai, terutama kepada Bapak/Ibu Pembimbing

I dan Pembimbing II sebagai penentu penulisan skripsi ini.


Selanjutnya ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Bapak

Kepala Desa Matang Bayu Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara beserta Staf dan

Para Guru-Guru maupun para orang tua siswa, serta berbagai pihak yang turut

memberikan bantuan, sehingga penulis dapat melaksanakan kegiatan penelitian dengan

baik tanpa sesuatu kekurangan apapun.

Tak lupa pula ucapan terima kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa

yang telah banyak memberikan dukungan moril selama penulis kuliah. Teristimewa

penulis sampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Ayahanda dan Ibunda

tercinta yang juga telah rela berkorban baik secara moril maupun materil dalam

membantu penyelesaian skripsi ini.

Semoga apa yang telah mereka sumbangkan kepada penulis akan menjadi pahala di

sisi Allah dan akan dilipat gandakan oleh Allah SWT. Amien…

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu dengan tidak mengurangi rasa hormat, penulis menerima kritik dan saran dari

semua pihak. Akhirnya kepada semua pembaca, penulis mengucapkan selamat membaca

skripsi ini, mudah mudahan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama

menjadi ilmu pengetahuan dan pengamalan tersendiri bagi penulis untuk masa

mendatang.

Lhokseumawe, Agustus 2010

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL........................................................................................................ vi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................... 4

C. Pembatasan Masalah........................................................................................ 5

D. Rumusan Masalah............................................................................................ 5

E. Tujuan Penelitian............................................................................................. 5

F. Kegunaan Penelitian........................................................................................ 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis............................................................................................. 7

1. Pengertian Sikap........................................................................................ 7

2. Pengertian Pendidikan Agama................................................................... 11

3. Pengertian Akhlak...................................................................................... 12

4. Orang Tua Dan Pembinaan Akhlak Anak................................................. 19

B. Hasil Penelitian................................................................................................ 27

C. Kerangka Fikir................................................................................................. 27
D. Hipotesa........................................................................................................... 28

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian.............................................................................................. 29
B. Populasi Dan Sampel....................................................................................... 34

C. Defenisi Operasional........................................................................................ 34

D. Sumber Data..................................................................................................... 36

E. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................................... 37

F. Pengelohan Dan Analisa Data......................................................................... 37

G. Sistematika Pembahasan.................................................................................. 38

BAB IV : PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

A. Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama............................................... 40


B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Anak Dalam Keluarga................................. 47

C. Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Dan Pengaruhnya Terhadap


Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Anak............................................................. 56

D. Problematika Yang Dihadapi dan Upaya Penanggulangannya....................... 63

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...................................................................................................... 66
B. Saran-saran....................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I. JUMLAH WARGA MENURUT JENIS KELAMIN........................................ 30

II. JUMLAH WARGA MENURUT USIA............................................................ 30

III. JUMLAH ORANG TUA ANAK USIA SEKOLAH MENURUT TINGKAT

PENDIDIKAN................................................................................................. 31

IV. JUMLAH ORANG TUA ANAK USIA SEKOLAH MENURUT MATA

PENCAHARIAN............................................................................................. 32

V. SARANA IBADAH........................................................................................... 33

VI. SARANA DAN FASILITAS PENDIDIKAN................................................... 33

VII. PENDAPAT ORANG TUA TERHADAP PELAKSANAAN IBADAH SHALAT

.......................................................................................................................... 41

VIII. PELAKSANAAN IBADAH PUASA ORANG TUA....................................... 42

IX. PELAKSANAAN IBADAH SHALAT ORANG TUA.................................... 43

X. KEMAMPUAN MEMBACA Al-QUR’AN ORANG TUA............................. 44

XI. ORANG TUA MENGIKUTI PENGAJIAN..................................................... 45


XII. PENDAPAT ORANG TUA TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN

AGAMA BAGI AKHLAK ANAK................................................................. 46

XIII. SIKAP ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA....................... 47

XIV. ORANG TUA MEMBERI NASEHAT KEPADA ANAK............................... 48

XV. ORANG TUA MENYURUH ANAK MELAKSANAKAN SHALAT............ 49

XVI. ANAK BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN................................................. 50

XVII. MEMBIASAKAN ANAK MEMBACA DO’A SEBELUM MAKAN............ 51

XVIII. ORANG TUA MEMPERHATIKAN PERGAULAN ANAK.......................... 53

XIX. MEMBIASAKAN ANAK MEMAKAI PAKAIAN MENUTUP AURAT...... 54

XX. PEMBINAAN AKHLAK ANAK..................................................................... 55

XXI. TABEL SILANG ANTARA SIKAP ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN

AGAMA DENGAN PEMBINAAN AKHLAK ANAK................................. 57

XXII. TABEL KERJA MENGHITUNG CHI KUADRAT......................................... 60


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama erat kaitannya dengan pembinaan akhlak, tidak berlebihan bila

dikatakan bahwa pembinaan akhlak dalam pengertian islam adalah bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik

oleh agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga

keutamaan-keutamaan akhlak dalam masyarakat islam adalah akhlak dan keutamaan

yang diajarkan oleh agama, sehingga seorang muslim tidak sempurna agamanya sampai

akhlaknya menjadi baik. Para filosof pendidikan Islam sepakat bahwa pembinaan akhlak

adalah jiwa pendidikan Islam, sebab tujuan pendidikan Islam adalah mendidik jiwa dan

akhlak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Athiyah Al-Abrasyi bahwa : Maksud

dari pendidikan dan pengajaran bukan hanya memberikan segala ilmu yang belum

ketahui oleh anak, akan tetapi maksudnya ialah untuk memberikan pendidikan akhlak dan

mendidik jiwa mereka dengan cara menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), memberikan

kebiasaan-kebiasaan agar mereka berlaku sopan, dan mempersiapkan mereka untuk dapat

menjalani kehidupan yang suci dengan keikhlasan dan kejujuran.

Memberikan pembinaan akhlak dan berusaha untuk menumbuhkan keinginan untuk

melakukan kebajikan dalam hidup seseorang memang diperlukan dalam pendidikan

agama, sebab untuk mencapai nilai-nilai kebajikan itu sendiri adalah bagian yang tidak

terpisahkan dengan pendidikan akhlak yang kedudukannya sangat mulia bagi umat Islam.
Akhlak merupakan cerSMPN 1an kepribadian, juga merupakan benteng yang dapat

menahan masuknya faham-faham atau ajaran-ajaran yang tidak baik dalam kehidupan

modern. Terbinanya akhlak merupakan suatu jalan untuk melakukan kebajikan, sehingga

menyadari akan kewajibannya.

Setiap individu mempunyai pendapat dan pandangan yang berbeda-beda tentang suatu

hal. Semua kembali kepada bagaimana cara dan dari sudut mana ia menilai. Seseorang

dapat menilai dan memberikan pendapat dan pandangan pada hal-hal yang ia ketahui.

Begitu pula dengan pendidikan agama, akan tetapi mereka memiliki perbedaan pendapat

tentang pendidikan agama, hal itu dapat terlihat dari bagaimana cara tingkah laku dan

mendidik keluarga. Sebagian mereka khususnya para orang tua berpendapat bahwa

pendidikan agama penting bagi keluarganya. Dan sebagian yang lain berpendapat bahwa

pendidikan agama tidak penting bagi keluarganya.

Orang tua yang berpendapat bahwa pendidikan agama penting bagi keluarganya, ia akan

bersikap positif terhadap agama. Sikap positif ini akan terlihat dari tingkahlaku sehari-

hari, apakah ia mengamalkan ajaran-ajaran agama dan bagaimana ia mendidik

keluarganya. Begitu pula sebaliknya orang tua yang berpendapat bahwa pendidikan

agama tidak penting bagi keluarganya ia akan bersikap negatif terhadap agama dan

cenderung bertingkah laku, berfikir dan cara mendidik keluarganya tidak sesuai dengan

syariat agama.

“Khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang

dalam bersikap dan bertindak”. Adapun tabiat atau perangai yang memang sudah ada

pada masing-masing orang disebut watak, sedangkan akhlak adalah perangai atau sikap

yang dapat dibina dan diciptakan dalam diri masing-masing pribadi


orang tua sebagai pendidik pertama bagi anak haruslah berusaha keras untuk

membimbing dan menjadikan perangai atau sikap yang baik sebagai watak anak-anak

mereka.

Menurut pendapat para ahli jiwa mengatakan bahwa yang mengendalikan kelakuan

tindakan seseorang adalah kepribadiannya.

Banyak metode yang dilakukan oleh orang tua dalam melaksanakan pembinaan akhlak

anak. Pertama-pertama harus dimulai dari orang tua sebagai pendidik ia harus berusaha

untuk memberikan contoh yang baik kepada anak, baik dalam perbuatan maupun

perkataan. Membiasakan anak untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan syariat

agama. Melatih mereka untuk melaksanakan puasa Ramadhan secara bertahap, kemudian

orang tua dapat mengajarkan bagaimana bertingkah laku dan berbicara dengan orang

yang lebih tua, sebagaimana hadist Rasulullah :

?? ??? ????? ??? ???? ??? ?? ???? ???? ? . ? ??? : ???? ?????? ??? ?????? ??? ?????? ?????

?? ??? ?????? (???? ????) ??? ????? ??????? : ??????? ??? ??????

Artinya : Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda “orang yang

naik kendaraan memberikan salam kepada orang yang berjalan orang yang berjalan

memberikan salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit memberikan salam

kepada orang yang banyak” (HR. Bukhari dan Muslim) Dan di dalam riwayat Bukhari

dikatakan “ yang muda mengucap salam kepada orang tua.

Memperhatikan pergaulan anak, karena lingkungan juga dapat mempengaruhi

perkembangan akhlak anak.

Banyak juga orang tua yang mengalami kesulitan dalam menjalankan pembinaan akhlak
anak. Mereka sudah berusaha keras untuk bertingkahlaku dan memberikan contoh yang

benar, sesuai dengan norma-norma agama, menyekolahkan ke sekolah-sekolah agama.

Namun mereka berakhlak tidak sesuai dengan yang mereka harapkan, bahkan apabila

mereka memberikan peringatan atas kesalahan anak-anaknya, si anak akan mengabaikan

peringatan tersebut. Namun sebagian orang tua ada yang melalaikan kepentingan

pembinaan akhlak ataupun budi pekerti anak-anak mereka, dan menganggap sepele hal

tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Adapun masalah-masalah yang terindefikasi adalah sebagai berikut :

1. Orang tua banyak yang kurang memahami pendidikan agama.

2. Orang tua kurang perhatian terhadap perkembangan akhlak anaknya.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa masalah yang terindentifikasi, maka yang menjadi pembahasan dalam

penelitian ini dititik beratkan pada “orang tua berbeda dalam mensikapi pendidikan anak,

apakah sikap orang tua terhadap pendidikan agama mempengaruhi pembinaan akhlak

anak.
D. Rumusan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka masalah dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana pandangan orang tua terhadap pendidikan agama.

2. Bagaimana sikap orang tua terhadap pendidikan agama dan pembinaan akhlak

anak.

3. Problema apa saja yang dihadapi oleh orang tua dalam melaksanakan pembinaan

akhlak anaknya.

4. Upaya apa saja yang dilakukan orang tua dalam melaksanakan pembinaan akhlak

anaknya.

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

sikap orang tua terhadap pendidikan agama dan kaitannya dengan pembinaan akhlak

anak di SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan secara terperinci

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pandangan orang tua terhadap

pendidikan agama.
2. Untuk mengetahui kaitan antara sikap orang tua terhadap

pendidikan agama dengan pembinaan akhlak anak.

3. Untuk mengetahui problema apa saja yang dihadapi orang tua

dalam melaksanakan pembinaan akhlak anak.

4. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan oleh orang tua

terhadap pembinaan akhlak anak.

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

5. Sebagai bahan masukan bagi orang tua dalam mendidik dan

membimbing anak dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama.

6. Sebagai persyaratan bagi penulis untuk mencapai gelar sarjana S-

1 dalam ilmu tarbiyah.

7. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa dalam meneliti

masalah yang sama namun pada lokasi yang berbeda.

8. Sebagai sumbangan pemikiran bagi tokoh agama supaya

membimbing orang tua dan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan agama.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Pengertian Sikap

menurut W.J. Thomas yang dikutip oleh Abu Ahmadi, menyatakan bahwa “Sikap adalah

suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang

mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan social”.5

menurut Abu Ahmadi “Sikap adlah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat, baik

perbuatan masa sekarang maupun masa yang akan dating”.

Pada umumnya rumusan-rumusan mengenai sikap mempunyai persamaan unsure yaitu

adanya kesediaan untuk merespon terhadap suatu situasi. Triandis (1971) menyatakan

sikap sebagai berikut :

Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen efektif, komponen

tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek

disertai dengan perasaan positif dan negatif. Orang mempunyai sikap positif terhadap

suatu objek yang bernilai dalam pandangannya dan ia akan bersikap negatif terhadap

objek yang dianggapnya tidak bernilai dan merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan

mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya saling berhubungan,

orang hanya dapat bersikap terhadap hal-hal yang diketahuinya. Jadi harus ada sekedar

informasi pada seseorang untuk dapat bersikap terhadap suatu objek. Informasi
merupakan kondisi pertama untuk suatu sikap. Bila berdasarkan informasi itu timbul

perasaan positif atau negatif dan menimbulkan kecenderungan untuk bertingkahlaku

tertentu.

Adapun komponen yang terdapat dalam rumusan diatas sebagai berikut :

1. Komponen kognitif yaitu yang berhubungan dengan segala mengenai fikiran. Ini

berarti berwujud pengolahan, pengalaman dan kekayaan serta harapan-harapan individu

tentang pendidikan agama.

2. Komponen efektif yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu

seperti ketakutan, kedengkian, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada pendidikan

agama.

3. Komponen tingkah laku/konatif yaitu berwujud proses tendensi/ kecenderungan untuk

berbuat sesuatu pada objek, misalnya kecenderungan melakukan pertolongan,

menjauhkan diri dari pendidikan agama.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sikap ialah suatu perbuatan yang

bersifat psikologis yang menentukan sifat, hakekat suatu perbuatan karena adanya unsur

lain yang mempengaruhi.

Sikap orang tua baik positif maupun negatif dipengaruhi beberapa faktor, selanjutnya

akan dibahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap

pendidikan agama. Sikap positif terhadap pendidikan agama ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu :


1. Pengetahuan agama

Pengetahuan seseorang tentang agama mempengaruhi sikap terhadap pendidikan agama,

karena apabila seseorang mengerti tentang agama sudah pasti ia juga mengerti tentang

pembinaan akhlak anak, karena pembinaan akhlak adalah bagian dari pendidikan agama.

2. Keimanan

Ilmu pengetahuan tentang agama tidak menjaSMPN 1 seseorang akan taat kepada agama

tanpa adanya keimanan yang kuat dan hati yang ikhlas untuk menjalankan perintah

agama, karena sikap seseorang terhadap agama dapat terlihat dari tingkah lakunya,

ketaatannya terhadap agama, cara mendidik keluarganya, dan dari situ dapat dilihat nilai

keimanan seseorang.

3. Lingkungan

manusia merupakan makhluk social yang sesantiasa melakukan interaksi antara satu

dengan yang lainnya. Dalam interaksi tersebut disadari atau tidak terjadilah sifat saling

mempengaruhi, jika lingkungan manusia tersebut baik dalam pengamalan agama dan

perhatiannya terhadap pendidikan agama maka sangat memungkinkan pengaruh yang

ditimbulkan terhadap orang lain adalah baik, demikian sebaliknya.

Dan begitu pula dengan timbulnya sikap negatif seseorang terhadap pendidikan agama ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kurangnya pengetahuan
Ketidaktahuan orang tua bahwa pendidikan agama sangat erat kaitannya dengan

pembinaan akhlak, karena tujuan pendidikan islam adalah mendidik jiwa dan akhlak,

dimana hal yang baik adalah hal yang dianggap baik dan sesuai dengan agama.

2. materialistik

zaman selalu mengalami perubahan, perubahan tersebut juga terjadi dalam pemenuhan

kebutuhan manusia. Manusia selalu disibukkan dengan materi sehingga hampir seluruh

kehidupannya diperuntukkan hanya mengejar materi, akibatnya sikap materialistik yang

mengarah kepada hubbuddunya (cinta dunia), sehingga mereka tidak mempunyai waktu

untuk mendalami agama bahkan menjauhkan diri dari agama.

3. Lingkungan

Sebagaima yang telah dijelaskan di atas bahwa faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

pendidikan agama adalah lingkungan, apabila lingkungannya buruk dalam pengmalan

ajaran agama dan perhatiannya terhadap pendidikan agama maka sangat memungkinkan

pengaruh yang ditimbulkan terhadap orang lain akan buruk juga.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sikap seseorang terhadap pendidikan

agama baik positif maupun negatif hal itu kembali pada bagaimana pemahamannya

terhadap pendidikan agama dan seberapa besar keinginannya untuk mendalami agama.

2. Pengertian pendidikan agama

pengertian pendidikan agama secara definitif akan diuraikan berikut ini dengan mengutip

pendapat para pendidikan agama Islam.


Pengertian pendidikan agama menurut Zuhairini adalah “Usaha- usaha secara sistematis

dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka idup sesuai dengan ajaran

Islam”.

Sedangkan Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah

pendidikan dengan melalui pengajaran agama Islam yaitu :

Berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari

pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam yang

telah dinyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu

pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di

akhirat kelak.

Pendapat lain yaitu Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan agama Islam yaitu :

Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan terbentuknya kepribadian utama menurut

ukuran-ukuran Islam, kepribadian ini disebut kepribadian muslim ialah kepribadian yang

memiliki, memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab

sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dari semua pengertian yang dikemikakan para ahli di atas, dapat diketahui bahwa

pendidikan agama merupakan suatu usaha yang berupa bimbingan dan pentransferan

pengetahuan agama kepada anak agar memiliki pengetahuan agama sekaligus mampu

melaksanakannya dalm kehidupan guna mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

3. Pengertian Akhlak
manusia sebagai makhluk social tidak dapat hidup sendirian, berarti manusia sangat

membutuhkan adanya komunikasi serta hubungan kerja sama dalam hidup dan kehidupn.

Untuk menjaga hubungan ini, maka perlu adanya seperangkat nilaiuntuk mengatur

tingkah laku setiap individu dalam komunikasi masyarakat. Mengenal hal ini Allah

menjelaskan dalam Al- Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi sebagai berikut :

??? ??? ??? ?? ???? ???? ???? ???? ??? ??? ????????? ?????? ????? ???? ???? ?????

Artinya : “ Sesungguhnya adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik, bagi

barang siapa yang mengharapkan Allah dan hari kemudian dan yang banyak ingat kepada

Allah.”

Allah sebagai pencipta manusia sangat mengetahui keadaan dan segala yang diperlukan

manusia serta apa yang baik bagi manusia dan kemuliannya. Karena itulah Allah SWT

menurunkan kitab-kitab-NYA yang diantara kandungannya berupa ajaran tentang akhlak

mulia yang sangat diperlukan manusia, baik kepentingan individu maupun masyarakat.

Rasulullah diutus ke bumi bertujuan untuk memperbaiki akhlak manusia dan

menyempurnakannya yang pada saat itu keadaan akhlak manusia sangat buruk. Bahkan

dunia sangat ini mengalami kerusakan moral, maka Rasulullah SAW dengan membawa

agama Islam merubah tatanan jahiliyah menuju tatanan Ilahiyah. Rasullah SAW bersabda

???? ???? ?? ??? ????? ?????? ( ???? ??????)

Artinya : Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR.

AL-Bazaar).

Hamzah Ya’kup mengatakan bahwa “akhlak menurut bahasa adalah budi pekerti,

perangai, tingkah laku, atau tabi’at” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa akhlak
ialah susila, kesusilaan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan santun, adab, perangai,

tingkah laku, tabia’at, adat kebiasaan.

Sumber akhlak dalam Islam adalah agama sebagaimana yang dikemukakan oleh Zakiyah

Daradjat bahwa sesungguhnya sumber akhlak yang paling utama adalah agama, karena

akhlak merupakan cermin dari keadaan keimanan yang terpantul dalam kehidupan sehari-

hari.

Apabila membicarakan akhlak maka tidak terlepasa dari moral sebab moral adalah :

“Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai-nilai) masyarakat, yang timbul dari

hati dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab atas

kelakuan (tindakan) tersebut”

Dari beberapa kutipan diatas maka jelaslah bahwa akhlak merupakan perilaku seseorang

yang merupakan cermin 1an hati dari sanubarinya.

Akhlak yang diajarkan di dalam al-Qur’an bertumpu pada aspek fitrah yang terdapat di

dalam diri manusia dan aspek wahyu (agama), kemudian kemauan dan tekad manusiawi.

Maka pendidikan akhlak perlu dilakukan dengan cara :

1. Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada iman dan taqwa,

untuk ini perlu pendidikan agama.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Al-Qur’an lewat ilmu pengetahuan,

pergaulan dan latihan agar dapat membedakan mana yang baik dan yang jahat.

3. Meningkatkan pendidikan kemauan, yang menumbuhkan pada manusia kebebasan


memilih yang baik dan melaksanakannya. Selanjutnya kemauan itu akan mempengaruhi

fikiran dan perasaan.

4. latihan untuk melakukan yang baik serta mengajak orang lain bersama-sama

melakukan perbuatan baik tanpa paksaan.

5. Pembinaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga perbuatan baik itu

menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak terpuji, kebiasaan yang mendalam,

tumbuh dan berkembang secara wajar dalam diri manusia.

Akhlak Islam bukanlah yang tergantung tinggi diatas dan balasannya nanti di akhirat

sesudah mati, akan tetapi ia merupakan kebaikan dan perbaikan di waktu ini, yang

dipengaruhi oleh dua kekuatan yaitu kekuatan akhlaki dan kekuatan agama.

Muslim Nurdin mengemukakan bahwa secara istilah akhlak adalah system nilai yang

mengatur pola sikap dan tindakan manusia di atas muka bumi. Pola sikap yang dimaksud

pada istilah di atas adalah pola-pola hubungan dengan Allah, sesama manusia (termasuk

dirinya sendiri), dan dengan alam.

Dengan demikian ruang lingkupa akhlak mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Pola hubungan manusia dengan Allah, seperti mentauhidkan Allah dan menghindari

syirik, bertaqwa kepada-Nya melalui berdo’a, berzikir di waktu siang ataupun malam,

baik dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring, dan bertawakkal kepada-Nya.

Firman Allah dalam surat As-Ayu’ara’ ayat 217 yang berbunyi :


????? ??? ????????????

“Dan bertawakkallah kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang”.

Pola hubungan dengan manusia yang meliputi :

a. Pola hubungan manusia dengan Rasulullah yaitu menegakkan Sunnah Rasul,

menziarahi kuburnya di Madinah, dan membaca Shalawat.

b. Pola hubungan manusia dengan dirinya sendiri, seperti menjaga kesucian diri dari sifat

rakus dan mengumbar nafsu dan mengembangkan keberanian dalam menyampaikan yang

hak, menyampaikan kebenaran dan memberantas kezhaliman, mengembangkan

kebajikan dengan :

- memberantas kebodohan dan jumud, bersabar tatkala mendapat musibah

dan dalam kesulitan, bersyukur atas nikamat Allah, rendah hati atau tawadu’ dan

tidak sombong,menahan diri dari melakukan larangan-larangan Allah atau Iffah,

menahan diri dari amarah walaupun hati tetap dalam keadaan marah,

memanfaatkan orang jujur dan amanah

- merasa cukup dengan apa yang telah diperoleh atau Qona’ah

c. Pola hubungan dengan keluarga seperti : berbakti kepada kedua orang tua, baik dalam

tutur kata, pemberian nafkah ataupun do’a, memberi bantuan material ataupun moral

kepada karib kerabat.

d. Pola hubungan dengan masyarakat, dalam kontek kepemimpinan, pola-pola yang perlu

dikembangkan adalah menegakkan keadilan, berbuat Ihsan, menjunjung tinggi


musyawarah, memandang kesederajatan manusia, dan membela orang-orang yang lemah

(seperti orang miskin, orang yang tersiksa dan orang yang tidak berpendidikan), mentaati

pemimpin, dan berperan serta sebagai anggota masyarakat perlu menjunjung tinggi

ukhuwah dalam seiman dan kemanusiaan, saling tolong menolong, pemurah dan

penyantun, menepati janji, saling wasiat dalam kebenaran dan ketaqwaan.

2. Pola hubungan dengan alam, yaitu manusia berhubungan dengan alam sekitar seperti

dengan hewan dengan tumbuhan. Manusia harus memiliki rasa kasih saying dengan

hewan, tidak membunuh hewan tanpa sebab, karena hewan merupakan bagian dari

kehidupan manusia yang saling membutuhkan. Begitu pula dengan tumbuh-tumbuhan,

dimana tanpa tumbuhan manusia akan kekurangan gizi yang sangat diperlukan dalam

pemenuhan perkembangna jasmani dan rohani manusia, sehingga dapat beramal dan

beriman kepada Allah SWT. Firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Mu’SMPN 1un

ayat 21 yang berbunyi :

??? ??? ?? ??????? ????? ?????? ??? ?? ?????? ???? ? ??? ????? ????? ? ???? ??????

( ???????? 21)

Artinya : Sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar dapat pelajaran yang

penting bagi kamu, kami memberi air SMPN 1um dari air susu yang ada dalam perutnya

dan juga binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan

sebagian daripadanya kamu makan.

Ketiga ruang lingkup diatas perlu mendapat perhatian, khususnya dalam pembinaan

akhlak agar anak atau setiap individu dapat :


“Dilatih dan dibina menjadi orang yang berakhlak terpuji, mempunyai kemauan yang

keras untuk menjadi orang yang sopan dalam pembicaraan dan perbuatannya, berkata

benar dan membela kebenaran, ikhlas beramal dan rela berkorban untuk kepentingan

umat serta selalu berpegang teguh kepada keimanan dan menjauhi dari hal-hal yang

tercela”.

Ketenangan jiwa sangat dibutuhkan dalam berbuat dan berperilaku sehari-hari, dimana

dengan ketenangan itu akan dapat merasa aman dan tentramsehingga berbuat memiliki

aturan-aturan yang sesuai dengan hati nuraninya. Tetapi jika seseorang mengalami

keguncangan jiwa akan dapat mempengaruhi aktivitas hidupnya, mungkin ia kehilangan

kontrol, atau berbuat semaunya saja tanpa mempertimbangkan apakah perbuatannya baik

atau buruk. Jika hal ini terjadi maka rusaklah moral dari orang tersebut, sebab

“kemerosotan akhlak adalah akibat langsung dari keguncangan jiwa”.

4. Orang Tua Dan Pembinaan Akhlak Anak

kita semua tahu bahwa pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembinaan nilai-nilai

agama berbeda-beda. Namun yang jelas mendidik anak pertama-tama merupakan

tanggung jawab orang tua. Orang tua adalah kepala keluarga dan keluarga adalah sebagai

persekutuan hidup terkecil dari masyarakat.

Mengingat pentingnya hidupa keluarga yang demikian, maka Islam memandang keluarga

bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari itu yakni sebagai

lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan celaka dan bahagianya

anggota keluarga tersebut baik dunia maupun akhirat.


Sebuah keluarga harus mendapat bimbingan dari ayah dan ibu sebagai dwi tunggal yang

mempunyai tanggung jawab, demikian juga Islam memerintahkan kepada orang tua

untuk berbuat kasih sayang terhadap anggota keluarganya. Sebagaimana sabda Nabi

Muhammad Saw yang berbunyi :

?? ??? ????? ??? ???? ??? ??? : ??? ???? ???? ??? ???? ???? ? ??? : ????? ???? ???? ?? ????

?? ????? ??? ?????? ??? ?????? ??? ?????? ??? ????? ??? ??? ??? ????? ??????? ? ????? ??

???? ????? ( ???? ???? )

Artinya : Dari Abi Hurairah ra., berkata : Rasulullah bersabda : Demi Allah yang jiwaku

berada pada kekuasaan-Nya, kamu tidak akan masuk surga hingga beriman, dan tidak

beriman sehingga saling saying menyayangi, maukah saya tunjukkan suatu perbuatan

yang bila kamu melakukannya dapat menimbulkan kasih sayang? sebarkanlah salam

diantara kamu (HR. Muslim)

Dalam hal ini Islam telah menegaskan pada pemimpin keluarga untuk memahami

fungsinya antara lain :

1. Orang tua berfungsi sebagai Pendidik Keluarga anak mulai dari kecil dipelihara dan

dibesarkan dalam keluarga. Segala sesuatu yang ada dalam keluarga baik berupa benda-

benda, orang-orang dan peraturan-peraturan serta adat istiadat yang berlaku dalam

keluarga sangat berpengaruh dan menentukan corak perkembangan anak. M. Arifin

menyatakan :

Melatih anak-anak adalah suatu hal yang sangat penting sekali, karena anak sebagai

amanat bagi orang tua. Hati anak itu suci bagai mutiara cemerlang, bersih dari segala
ukiran dan gambaran, ia dapat menerima segala yang diukir atasnya dan condong kepada

segala hal yang dicondongkan kepadanya.

Berdasarkan kutipan diatas, bahwasanya anak laksana kertas putih yang belum ternoda

apa-apa, tergantung pada yang memiliki kertas tersebut akan dijadikan hitam atau putih.

Bila ini dikaitkan dengan orang tua maka sudah seharusnyalah orang tua menanamkan

ajaran agama kepada anak sejak kecil, apakah itu dalam bentuk shalat, mengajari mengaji

atau mengajar do’a-do’a serta mengajari untuk hormat kepada yang lebih tua dan

menyayangi yang lebih muda. Secara otomatis anak akan terlatih bila semua itu

dibiasakan sejak kecil. Dengan demikian akhlak anak akan terpupuk secara baik, dan

dengan akhlak yang baik itu pula anak dapat mengendalikan dirinya dari segala perbuatan

yang tidak baik.

Sebaiknya membimbing anak dalam keluarga haruslah benar-benar diperhatikan karena

prilaku yang didapat dari orang tuanya, maka dengan prilaku itulah anak akan

merealisasikannya di lingkungan sekitarnya. Misalnya, orang tua yang sering

mengucapkan kata-kata yang kotor yang tidak baik sudah pasti anak akan meniru

perkataan tersebut. Sebaliknya bila orang tua berkata dengan lemah lembut, maka anak

juga akan terbiasa berkata-kata dengan lemah lembut.

Anak yang terbiasa dengan perkataan yang lemah lembut pasti akan merasakan adanya

kasih saying antara sesama dan saling menghormati dan tidak mau berkata dengan kata

yang dapat menyinggung atau menyakiti orang lain.anak yang memiliki sifat yang lemah

lembut sudah pasti akan menyesuaikan busana yang dikenakannya, apakah itu dalam

bentuk memakai jilbab atau pakaian yang sesuai dengan aturan, norma dan kaidah-kaidah
Islami.

Orang tua yang tidak memiliki perhatian secara serius terhadap anggota keluarga, berarti

akan menjerumuskan anak tersebut ke lembah kehancuran. Misalnya, pembinaan akhlak

anak terhadap alam, biasakanlah anak untuk mencintai kebersihan dan keindahan, apakah

dalam bentuk menanam bunga di sekitar halaman atau memelihara hewan yang dapat

dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana mendidik anak yang berlaku dalam suatu keluarga, maka demikianlah anak

mereaksikiannya terhadap lingkungannya antara lain :

1. Jika di dalam lingkungan keluarganya, misalnya anak itu sering ditertawakan dan

diejek apabila tidak berhasil melakukan sesuatu, maka tidak sadar ia akan selalu berhati-

hati melakukan sesuatu. Dia akan menjadi oran yang selalu diliputi oleh keragu-raguan.

2. Jika di dalam lingkungan keluarganya seorang anak selalu dianggap dan dikatakan

bahwa dia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan

besar anak itu akan menjadi orang yang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup

mengerjakan sesuatu. Ia akan berkembang menjadi orang yang bersifat masa bodoh, atau

kurang mempunyai perasaan harga diri.

3. sebaliknya, jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau lingkungan

keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih saying ia akan

tumbuh menjadi anak yang tenang dan mudah menyesuaikan diri terhadap orang tua dan

anggota keluarga lainnya, serta terhadap teman-temannya.


Kenyataanya masih banyak kita dapati kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang tua

dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua yang tidak memiliki perhatian serius terhadap

anggota keluarga,berarti telah menjerumuskan ke lembah kehancuran.

Pernyataan diatas sejalan dengan keterangan Mahyiddin Abdul Hamid, bahwa orang tua

yang tidak memiliki perhatian yang serius terhadap anak-anak, dengan tidak memberikan

bimbingan tentang hal-hal positif dan bermanfaat, berarti ia telah dengan sengaja

melakukan tindakan kriSMPN 1al dengan menjerumuskan mereka ke lembah kegelapan.

Mengingat buruknya akibat tersebut, dan tidak sesuai dengan keadaan sekarang ini, maka

perliu kiranya diberikan petunjuk SMPN 1imal mengurangi perasaan kurang harga diri :

a. Janganlah sering melemahkan semangat anak dalam usahanya hendak berdiri sendiri.

Dalam hal ini masih banyak orang tua yang selalu menganggap anaknya itu masih kecil

belum dapat berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga orang tua kerap kali melarang

anak-anaknya.

b. Janganlah mempermalukan atau mengejek anak-anak di depan orang lain. Sangat

disayangkan pendapat orang tua, bahkan juga gurunya yang masih menganggap alat

pendidikan yang salah ini sebagai satu-satunya cara mendidik yang dapat mendatangkan

hasil.

c. Jangan memanjakan anak, tetapi tidak baik pula jika kita tidak memperdulikan sama

sekali. Seorang anak yang di manjakan akan kurang bertanggung jawabnya, selalu

bersandar dan SMPN 1ta pertolongan kepada orang lain, merasa tidak sanggup dan

sebagainya. Demikian pula anak yang tidak dipedulikan atau kurang terpelihara oleh

orang tuanya akan merasa bahwa dirinya itu rendah tak berharga, merasa diasingkan oleh

orang lain dan sebagainya, akibatnya ia akan berbuat sekehendak hatinya


Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam

keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan dan bimbingan.

“Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai peletak dasar bagi

pendidikan akhlak dan pandangan keagamaan. Sifat dan tabi’at anak sebagian besar

diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.

2. orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga

memelihara dan melindungi keluarga adalah suatu hal yang sangat penting dalam

keluarga yang dilaksanakan haruslah mencerSMPN 1kan pembinaan nilai-nilai agama,

sebab :

Islam membebani kedua orang tua untuk bertanggung jawab memelihara kehidupan,

pendidikan, pertumbuhan fisik, dan perkembangan mental anak, dengan pertimbangan

bahwa anak merupakan amanat yang dibebankan kepada mereka dan Allah akan

menghisab mereka atas amanat tersebut.

Untuk mencapai harapan tersebut, maka ada beberapa petunjuk penting dan perlu

diperhatikan oleh orang tua yaitu :

a. Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga. Hal ini terutama bergantung

kepada bapak dan ibu sebagai pengatur keluarga. Dasar dari pendidikan keluarga adalah

perasaan cinta mencintai, kita hendaknya selalu berusaha agar didalam lingkungan

keluarga selalu terdapat tolong menolong, kasih saying antara anggota keluarga, dan

harus diliputi suasana keceriaan dan ketentraman. Di dalam suasana keluarga yang baik

selalu akan terdapat kejujuran, kesetiaan, keteguhan hati, kesabaran, kerajinan, kerapian

dan keberhasilan diantara anggota keluarganya.


b. Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang kepada hak dan tugas

kewajiban masing-masing. Hal ini terutama menurut kedudukan dan umurnya masing-

masing. Tidak mungkin seorang anak kecil akan sama hak dan kewajibannya dengan

anak yang sudah besar. Orang tua harus berusaha agar anak-anaknya sedikit demi sedikit

secara berangsur angsur tahu akan kewajibannya sebagai anggota keluarga. Jika tiap-tiap

anggota keluarga sudah tahu dan menjalankan tugas dan kewajibannya masing-masing

menurut aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga, akan terjelmalah ketertiban dan

kesenangan serta ketentraman dalam keluarga tersebut.

c. Orang tua dan orang dewasa lainnya hendaknya mengetahui tabiat dan watak anak-

anaknya. Hal ini sudah diusahakan, karena orang tualah yang setiap hari bergaul dan

bermain dengan anak-anaknya. Dari situlah orang tua dapat mengetahui bagaimana sifat

dan watak anak-anaknya. Pengetahuan ini sungguhlah sangat penting untuk

mempermudah dalam mendidik anak kearah kedewasaan. Lagi pula adanya pengetahuan

dan pemahaman orang tua tentang watak anaknya dan adanya memahami tabiat masing-

masing akan dapat menghindarkan perselisihan dan mendatangkan kerukunan dan

ketentraman dalam keluarga.

d. Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga.

Masih ada beberapa orang tua yang merasa khawatir anak-anaknya dapat pengaruh buruk

dari teman-temannya. Ini keliru, anak-anak calon manusia dewasa yang akan hidup

dalam masyarakat yang bermacam-macam corak ragamnya. Pergaulan dengan teman

sebaya penting sekali bagi pertumbuhan jiwa anak-anak, terutama pertumbuhan perasaan

sosialnya dan pertumbuhan wataknya.


Suasana semacam itu, haruslah diciptakan dalam keluarga sehingga fungsi orang tua

dalam suatu keluarga berjalan secara sempurna, yakni adanya saling pengertian,

kebebasan dan keterbukaan dan interaksi sesama anggota keluarga harus tetap terjaga,

dalam artian, orang tua memahami akan fungsi sebagai pemimpin keluarga, dan

sebaliknya seorang anak juga harus memahami fungsinya sebagai anggota keluarga dan

harus mentaati aturan-aturan atau perintah dari kedua orang tuanya, khususnya perintah

yang berkenaan dengan penanaman nilai-nilai keagamaan pada diri sendiri.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini didukung dengan literature-literatur dan sumber data yang sesuai dengan

yang dibutuhkan, dan hasil penelitian yang berjudul “Sikap apatis terhadap ajaran agama

dan hubungannya dengan pelaksanaan Ibadah Shalat (studi pada siswa SMPN 1 Baktiya

Kabupaten Aceh Utara, yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara

sikap apatis terhadap ajaran agama dengan pelaksanaan siswa SMPN 1 Baktiya.

C. Kerangka Berfikir

Pendidikan agama dalam keluarga adalah sebagai pendidikan luar sekolah dan

merupakan landasan awal untuk mentukan kepribadian anak, pendidikan anak merupakan

tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya. Oleh sebab itu, baik buruknya nilai

agama dan tingkah laku anak tidak terlepas dari sikap orang tua dalam memberikan

pendidikan agama kepada anaknya.

Sikap orang tua terhadap pendidikan baik positif maupun negatif dipengaruhi oleh

beberapa faktor, sikap positif dipengaruhi oleh pengetahuan agama, keimanan dan
lingkungan. Sedangkan sikap negatif juga dipengaruhi oleh tiga faktor dua diantaranya

sama dengan factor yang mempengaruhi sikap positif yaitu pengetahuan agama,

materialistic lingkungan. Maka, kerangka fikir dari penelitian ini yang dapat digambarkan

adalah sebagai berikut :

D. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan sementara tentang apa yang akan diteliti, hipotesa dari penelitian

ini adalah bahwa adanya korelasi antara sikap orang tua terhadap pendidikan agama

dengan pembinaan akhlak anak.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Dalam pembahasan ini akan dikemukakan tentang letak geografis yang menyangkut

kepada luas daerah serta penggunaan arealnya, sedangkan demografi yaitu

mengungkapkan tentang hal-hal yang menyangkut kepada penduduk di lokasi penelitian.

Penelitian ini mengambil lokasi di SMPN 1 Baktiya Kabupaten Aceh Utara, luas wilayah

SMPN 1 Baktiya adalah 618 hektar dengan perincian 52,17 hektar tempat pemukiman

penduduk selebihnya adalah tanah persawahan, ladang, perkebunan dan jalan umum.

Secara geografis batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Tanah Wakaf/Kuburan Al-Ridho

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Penduduk

- Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah Wakaf

- Sebelah Timur berbatasa dengan Halaman Mesjid

Untuk sampai ke lokasi tersebut tidak terlalu sulit, hal ini karena lokasi mudah dijangkau

dengan kendaraan umum. Orbitasi SMPN 1 Baktiya adalah sebagai berikut :

- Jarak dari Kecamatan 6 km


- Jarak dari Ibu Kota Kabupaten 9 km

2. Keadaan Siswa

Berdasarkan data dokumentasi dari kantor kepala SMPN 1 Baktiya, diketahui jumlah

siswa pada bulan Desember 2005 adalah 4980 jiwa dengan 762 Kepala Keluarga. Jumlah

siswa jika dilihat dari jenis kelaSMPN 1 adalah sebagai berikut :


TABEL I

JUMLAH SISWA MENURUT JENIS KELAMIN

No JenisKelamin Frekuensi Presentasi

1 Laki-laki 2475 49,699

2 Perempuan 2505 50,301

Jumlah 4980 100

Sumber Data : Statistik pada Kantor Kepala SMPN 1 Tahun Ajaran 2000/2005

Berdasarkan table I di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa SMPN 1 Baktiya

berdasarkan jenis kelaSMPN 1 lebih didoSMPN 1asi oleh jenis kelaSMPN 1 perempuan.

Perbedaan jumlah kelaSMPN 1 laki-laki dengan perempuan yakni selisih 30 orang.

Sementara itu bila dilihat jumlah siswa SMPN 1 Baktiya menurut tingkat usia, maka

dikemukakan table sebagai berikut :


TABEL. II

JUMLAH SISWA MENURUT USIA

No Usia Frekuensi %

Sumber Data : Statistik Pada Kantor Kepala SMPN 1 Baktiya Tahun 2000/2005

Berdasarkan tabel II di atas ternyata jumlah siswa yang paling banyak jumlahnya

menurut tingkat usia adalah pada usia 6 - 7 tahun. Sedangkan jumlah siswa yang paling

sedikit adalah pada usia 11 – 12 Tahun.

Selanjutnya bila dilihat jumlah orang tua siswa menurut tingkat pendidikan, maka

diperoleh data sebagai berikut :


TABEL. III

JUMLAH ORANG TUA SISWA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN

No TingkatPendidikan Frekuensi %

Sumber Data : Statistik Pada Kantor Kepala SMPN 1 Baktiya Tahun 2000/2005

Bila dilihat dari tabel III di atas, tampak bahwa menurut tingkat pendidikannya, SMPN 1

Baktiya sebagian besar Orang tua siswanya adalah berpendidikan sekolah dasar.

Sedangkan frekuensi tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah pada tingkat

pendidikan perguruan tinggi. Dan banyak juga orang tua siswa yang masih buta huruf.

Selanjutnya bila dilihat keadaan orang tua siswa berdasarkan mata pencahariaan, maka

diperoleh tabel sebagai berikut :

TABEL. IV

JUMLAH ORANG TUA SISWA MENURUT MATA PENCAHARIAN

No MataPencaharian Jumlah %

Sumber Data : Statistik Pada Kantor Kepala SMPN 1 Baktiya Tahun 2005
Berdasarkan frekuensi tabel IV di atas diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa

SMPN 1 Baktiya mata pencahariaanya adalah bertani, yakni mencapai dari keseluruhan

orang tua siswa yang bekerja, selisihnya cukup jauh dengan orang tua yang mempunyai

mata pencaharian lainnya.

3. Sarana Dan Fasilitas

Sarana dan fasilitas yang dimaksud adalah sarana dan fasilitas pendidikan dan

peribadatan.

TABEL. V

SARANA IBADAH

No Sarana Frekuensi

1 Mushalla 1

Sumber Data : Statistik Pada Kantor Kepala SMPN 1 Baktiya Tahun 2000/2005

Bila dilihat dianalisa dari penjelasan sebelumnya, tampak bahwa jumlah penganut agama

sangat menentukan banyaknya jumlah tempat ibadah. Hal ini terlihat bahwa di SMPN 1

Baktiya hanya terdapat dua jenis rumah peribadatan yaitu Mesjid dan Mushalla.

Sementara itu bila dilihat sarana pendidikan maka diperoleh tabel sebagai berikut :

TABEL. VI

SARANA DAN FASILITAS PENDIDIKAN

No JenisRuangan JumlahRuang Kondisi

Baik
RusakRingan

RusakBerat

Sumber Data : Statistik Pada Kantor Kepala SMPN 1 Baktiya Tahun 2000/2005

Berdasarkan tabel VI di atas ternyata di SMPN 1 Baktiya memiliki sarana dan fasilitas

pendidikan yang kurang mendukung .

B. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 1 Kecamatan Baktiya

Kabupaten Aceh Utara Tahun Ajaran 2000/2005 seluruhnya sebanyak 4980 siswa, dan

sampel dalam penelitian ini pada tahun 2005 sebanyak 80 siswa dan 80 orang tua siswa.

Sedangkan penentuan sampel dilakukan secara acak, karena sampel karena sampel

memiliki ciri-ciri khusus yakni usia siswa dari 6 tahun sampai 12 tahun.

C. Definisi Operasional

Variabel yang hendak diteliti dalam kegiatan penelitian ini ada dua variabel yaitu:

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

1. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan tegas atau acuh tak acuh

terhadap pendidikan agama.

2. Pendidikan Agama yaitu suatu usaha yang berupa bimbingan dan pentransferan ilmu

agama kepada anak agar memiliki pengetahuan agama sekaligus melaksanakan dalam

kehidupan guna mencapai kebahagian dunia akhirat.


3. Senang yang dimaksud pada tabel XIII adalah tingkahlaku dan berkata sesuai dengan

syari’at agama dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.

4. Kurang senang yang dimaksud adalah terkadang bertingkahlaku, dan berkata sesuai

dengan syari’at, terkadang tidak dan mengamalkan ajaran agama hanya setengah-tengah.

5. Tidak senang yang dimaksud adalah cenderung bertingkahlaku, berkata-kata tidak

sesuai dengan syari’at dan tidak mengamalkan ajaran agama.

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembinaan akhlak anak :

1. Pembinaan yang dimaksud adalah pelaksanaan pendidikan anak dalam keluarga.

2. Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah budi pekerti yang baik dan mulia

yang sesuai dengan ukuran-ukuran (nilai) masyarakat yang timbul dari hati bukan

paksaan dari luar yang disertai rasa tanggung jawab atas kelakuannya.

3. Anak yang dimaksud peneliti adalah yang berusia 6 – 12 tahun atau yang masih duduk

di Sekolah Dasar (SD).

4. baik yang dimaksud pada tabel XX adalah terlaksananya pembinaan akhlak anak di

dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua melalui keteladanannya dalam perkataan

maupun perbuatannya, pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak, kepedulian

terhadap pendidikan agama anak.


5. Kurang baik yang dimaksud adalah orang tua hanya peduli terhadap pendidikan agama

dan melakukan pengawasan terhadap pergaulan anak namun tidak memberikan

keteladanan kepada anaknya baik dalam perbuatan maupun perkataan, ataupun orang tua

berusaha memberikan teladan akan tetapi tidak mengawasi pergaulan anak, sehingga

pembinaan akhlak kurang terlaksana dengan baik karena melalui lingkungan dan teman-

teman sepermainan juga terdapat sisi negatif yang dapat mempengaruhi akhlak anak.

6. tidak baik yang dimaksud peneliti adalah tidak terlaksananya pembinaan akhlak anak

dalam keluarga yang disebabkan oleh orang tua yang tidak melaksanakan tanggung

jawabnya sebagai pendidik bagi anak-anak mereka dan tidak peduli akan pendidikan

agama anak dan pembinaan akhlak anak.

D. Sumber Data

Untuk mengumpulkan data dari lapangan penelitian, maka digunakan sumber data

sebagai berikut :

1. Sumber data priemer yaitu data dari lapangan dari responden secara langsung diambil

melalui angket yang disebarkan untuk orang tua yang mempunyai anak usia sekolah

dasar (SD) 6 – 12 sebanyak 80 orang.

2. Sumber data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh dari Bapak Sekolah

SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara dan beberapa literatur yang

mendukung.

E. Instrumen Pengumpulan Data


Untuk mendapat data yang diharapkan dalam penelitian ini, maka digunakan instrumen

pengumpulan data berupa :

1. observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa sehari-hari.

2. Interview yaitu mengadakan wawancara kepada informan yang dianggap mampu

memberikan keterangan dan pendapat yang usai dengan data yang dibutuhkan.

3. angket yaitu mengajukan beberapa pertanyaan yang dilengkapi dengan alternatif

jawaban pada responden yang telah ditetapkan.

F. Pengolahan Data Analisa Data

Pengolahan data dan analisa disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan yaitu data

kualitatif, data deskripsi dengan memakai ligika berfikir induktif dan deduktif.

Sedangkan data yang bersifat kuantitatif akan diuraikan dengan menggunakan metode

statistik variabel Y digunakan rumus :

X2 = fo . ft

Keterangan :

X2 : Harga Chi Kuadrat

fo : Frekuensi Observasi

ft : Frekuensi Teoritik
untuk menguji besarnya keterkaitan antara variabel X terhadap variabel Y digunakan

rumus :

KK = N / X2

Keterangan :

KK : Korelasi Koefisien Kontigensi

N : Banyaknya Sampel

X2 : Harga Chi Kuadrat

Setelah data tersebut diolah maka harga korelasi yang dihitung dibandingkan dengan

harga korelasi tabel. Jika harga Chi Kuadrat Observasi (Xo2) > harga Chi Kuadrat Tabel

(Xt2) maka adanya korelasi sikap orang tua terhadap pendidikan agama dengan

pembinaan akhlak anak.

G. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan penelitian ini penulis laksanakan ke dalam lima bab dan beberapa sub

bab yang diuraikan secara sistematis sebagai berikut :

Bab I pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian.

Bab II kajian pustaka yang membahas tentang landasan teoritis, hasil penelitian yang

relevan, kerangka fikir, hipotesa.


Bab III metodologi penelitian yang membahas tentang lokasi penelitian, populasi dan

sampel, defenisi operasional, sumber data, instrumrn pengumpulan data, pengolahan dan

analisa data, sistematika pembahasan.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang membahas tentang sikap orang tua

terhadap pendidikan agama, pelaksanaan pembinaan akhlak anak dalam keluarga, sikap

orang tua terhadap pendidikan agama dan pengaruhnya terhadap pendidikan agama dan

pengaruhnya terhadap pelaksanaan pembinaan akhlak anak, hambatan-hambatan yang

dihadapi danupaya penanggulangannya.

Bab V kesimpulan dan saran yang membahas tentang kesimpulan, saran-saran


BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA

A. Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama

Masyarakat di SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara umumnya beraga

Islam, namun pada kenyataannya kurang sarana pendidikan, seperti buku-buku agama di

perpustakaan ataupun yang lainnya. Apabila mereka ingin memasukkan anak-anak

mereka untuk belajar ilmu agama, mereka harus pergi yang jaraknya cukup jauh, maka

merekapun jarang memasukkan anak-anak mereka ke SMPN 1 Kecamatan Baktiya

Kabupaten Aceh Utara, jadi anak-anak mereka mendapatkan ilmu agama hanya melalui

sekolah, guru ngaji yang diadakan setiap malam setelah shalat maghrib kecuali malam

jum’at.

Apabila diamati dari pernyataan di atas orang tua dari anak-anak tersebut memang

memperhatikan pendidikan agama mereka. Akan tetapi dari hasil observasi yang

dilakukan, ternyata masih sering ditemukan sebagian orang tua yang kurang taat

menjalankan perintah agama. Namun demikian, istilah masih sering bukan berarti

keseluruhan masyarakat kurang taat menjalankan perintah agama, argumen ini diperkuat

dari hasil pengumpulan angket diketahui bahwa masyarakat (orang tua) di SMPN 1

Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara, ternyata tidak seluruhnya menunjukkan sikap

negatif terhadap pendidikan agama, hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi, seperti

pemberian pendidikan agama kepada anak, baik secara langsung ataupun tidak langsung

seperti memasukkan anaknya ke sekolah agama seperti SMPN 1, MTsS (MTsN), MAN,
Pesantren, menyuruh anak mengerjakan shalat, membiasakan anak memakai pakaian

menutup aurat dan sebagainya.

Sedangkan orang tua yang bersikap negatif terhadap pendidikan agama dapat dilihat dari

tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari yang jarang melaksanakan shalat,

menganggap agama tidak penting, tidak peduli dengan pendidikan agama anaknya.

Sikap orang tua terhadap pendidikan agama juga dapat ditunjukkan pada bagaimana

pandangan mereka terhadap pelaksanaan sbadah shalat. Berikut ini adalah tabel tentang

bagaimana pendapat orang tua terhadap pelaksanaan ibadah shalat :

TABEL VII

PENDAPAT ORANG TUA TERHADAP

IBADAH SHALAT

No AlternatifJawaban Frekuensi Persen (%)

1 Tidak memberatkan

2 Cukup memberatkan

3 Sangat memberatkan

Berdasarkan frekuensi tabel diatas menunjukkan bahwa hanya sebagaian kecil orang tua

menyatakan bahwa shalat tidak berat dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari keseluruhan

responden hanya 26 orang (32,5%) yang menyatakan positif terhadap pelaksanaan ajaran

agama, selebihnya sekitar 54 orang (67,5%) responden yang masih menunjukkan sikap

negatif terhadap ajaran agama Islam. Sikap negatif tersebut disebabkan SMPN 1imnya

pengetahuan agama mereka, karena kurangnya keinginan mereka untuk mendalami ilmu
agama, mereka hanya disibukkan dengan pekerjaan mereka.

Untuk memperjelas bagaimana sikap orang tua terhadap pendidikan agama, penulis

merasa perlu memaparkan tentang bagaimana pelaksanaan ibadah puasa mereka pada

bulan Ramadhan. Sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini :

TABEL VIII

PELAKSANAAN IBADAH PUASA ORANG TUA

No AlternatifJawaban Frekuensi Persen (%)

1 Sering

2 Jarang

3 Tidak Pernah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden memberikan yang masih

puasanya tinggal berjumlah 26 orang (32,5%) dan yang jarang meninggalkan puasanya

pada bulan Ramadhan berjumlah 33 orang (42,5) sementara responden yang

melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan dengan baik hanya berjumlah 21

orang (25,0).

Untuk mengetahui lebih jelas sikap orang tua terhadap pendidikan agama, penulis merasa

perlu untuk memaparkan tentang pelaksanaan ibadah shalat. Berikut ini tabel mengenai

pelaksanaan ibadah shalat orang tua :

TABEL IX

PELAKSANAAN IBADAH SHALAT ORANG TUA


No AlternatifJawaban Frekuensi Persen (%)

1 Selalu

2 Jarang

3 Tidak Pernah

Berdasarkan frekuensi jawaban tabel IX diatas ternyata pengalaman ibadah shalat orang

tua siswa di SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara tergolong kurang baik,

ini dapat dilihat bahwa hanya 17,5 % dari keseluruhan responden yang melaksanakan

shalat dengan baik, bahkan sebagian besar menyatakan jarang yaitu 59 orang (73, 75) dan

7 orang (8,75%) lagi menyatakan tidak pernah melaksanakan shalat lima waktu sehari

semalam.

Terkadang sering terlihat penduduk (orang tua) pergi berladang dari pagi sampai sore,

dapat dipastikan mereka tidak melaksanakan shalat karena mereka tetap berada di ladang

dari pagi sampai sore hari tanpa membawa peralatan shalat. Demikian juga dengan para

bapak dan pemuda yang berada di warung-warung, mereka tetap berada di sana sambil

ngobrol dan SMPN 1um kopi, biasanya aktifitas tersebut mereka lakukan mulai dari sore

hingga larut malam tanpa menghiraukan waktu untuk melakukan shalat.

TABEL X

KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN ORANG TUA

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Sering

2 Jarang
3 Tidak Pernah

Berdasarkan frekuensi jawaban tabel X di atas menunjukkan bahwa sebahagian besar

responden mampu membaca Al-Qur’an walaupun sebahagian dari mereka tergolong

kurang baik bacaannya. Hal ini dapat dilihat bahwa responden yang bisa membaca Al-

Qur’an berjumlah 32 orang (40,0%) dan yang menyatakan kurang bisa membaca Al-

Qur’an berjumlah 36 orang (45,0%), sedangkan yang sama sekali tidak bisa membaca Al-

Qur’an berjumlah 12 orang (15,0%).

TABEL XI

ORANG TUA MENGIKUTI PENGAJIAN

No AlternatifJawaban Frekuensi Persen(%)

1 Sering 15 18,75

2 Jarang 51 63,75

3 TidakPernah 14 17,5

Jumlah 80 100

Berdasarkan frekuensi jawaban tabel di atas diketahui bahwa orang tua selalu mengikuti

pengajian di sekitar tempat tinggal hanya sekitar 15 orang (18,75%) dan yang menjawab

jarang sekitar 51 orang (63,75%) ssedangkan yang menjawab tidak pernah sekitar 14

orang (17,5%).

Menurut hasil observasi yang penulis lakukan, diketahui bahwa masyarakat di SMPN 1

Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara kurang berminat untuk menghadiri pengajian,
oleh karena itu kebanyakan orang siswa di SMPN 1 ini sangat minim pengetahuan

agamanya, karena selain buku-buku agama, mereka juga mendapatkan ilmu agama

melalui pengajian yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

TABEL XII

PENDAPAT ORANG TUA TENTANG PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA

BAGI ANAK

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

1 Penting 28 35,0

2 KurangPenting 47 58,75

3 TidakPenting 5 6,25

Jumlah 80 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebahagian besar responden menyatakan

bahwa pendidikan agama kurang penting bagi pembinaan akhlak anak yaitu berjumlah 47

orang (58,75%) dan responden yang menyatakan bahwa pendidikan agama penting bagi

pembinaan akhlak anak berjumlah 28 orang (35,0%) sementara yang menjawab yang

tidak penting hanya 5 orang (6,25%) saja.

Dari uraian yang dikemukan di atas dapat diketahui bahwa sikap orang tua terhadap

pendidikan agama dapat dilihat dari bagaimana pengamalan-pengamalan ajaran

agamanya. Secara akumulatif dapat dijelaskan Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan
Agama sebagai berikut :

TABEL XIII

SIKAP ORANG TUA TERHADAP

PENDIDIKAN AGAMA

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Senang

Kurang Senang

Tidak Senang 21

41

18 26,25

51,25

22,5

J u m l a h 80 100

Data di atas menunjukkan bahwa orang tua yang bersikap positif terhadap pendidikan

agama berjumlah 21 orang (26,25%) sedangkan yang bersikap negatif sekitar 59 orang

(73,75%), berarti jumlah responden yang bersikap negatif terhadap agama lebih besar

jumlahnya dibandingkan dengan responden yang bersikap positif terhadap pendidikan

agama.

B. Pelaksanaan Pembinaan Akhlak Anak Dalam Keluarga

Selain mengurus anak-anak dan mencari nafkah, orang tua juga berkewajiban membina
akhlak anak dalam keluarga. Melakukan pembinaan akhlak dapat dilakukan sejak anak

berusia dini, dengan berbagai pembiasaan yang baik, akhlak anak dapat diarahkan secara

baik dan benar.

Dari hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, pembinaan akhlak anak yang

dilakukan orang tua dalam keluarga di SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh

Utara antara lain :

1. Memberi Nasehat Dan Menyuruh Anak Mengerjakan Shalat

Di usia kanak-kanak melakukan kesalahan itu adalah hal yang wajar, sebagai orang tua

patutlah kiranya memberikan teguran-teguran atau memarahinya dalam batas yang wajar,

kemudian memberikan nasehat kepada anak supaya anak mengerti akan kesalahannya

dan tidak mengulanginya.

Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana pembinaan akhlak anak yang dilakukan orang

tua dalam keluarga dapat dilihat dari data yang penulis peroleh dari angket, adapun data

yang dimaksud adalah sebagai berikut :

TABEL XIV

ORANG TUA MEMBERIKAN NASEHAT

KEPADA ANAK

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Selalu

Jarang

Tidak Pernah 43
30

7 53,75

37,5

8,75

J u m l a h 80 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa orang tua yang selalu memarahi anaknya apabila

melakukan kesalahan kemudian memberikan nasehat frekuensinya cukup tinggi yaitu 53,

75% lebih dari separuh jumlah responden, berarti hal ini orang tua cukup memperhatikan

kesalahan anaknya dan peduli akan tingkah laku mereka.

Menyuruh anak untuk mengerjakan ibadah shalat adalah tugas orang tua sebagai pendidik

di dalam keluarga, hal itu dilakukan agar anak terbiasa melaksanakan ibadah shalat sejak

kecil, bahkan di dalam agama orang tua dibolehkan memukul anaknya apabila tidak mau

melaksanakan shalat di usia 10 tahun. Untuk mengetahui bagaimana orang tua menyuruh

anaknya melaksanakan shalat dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL XV

ORANG TUA MENYURUH ANAK

MELAKSANAKAN SHALAT

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Selalu

Jarang

Tidak Pernah 18
40

22 21,68

51,80

26,52

J u m l a h 80 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa orang tua yang menyuruh anaknya melaksanakan shalat

hanya 18 orang (21, 68%) dan yang menyatakan jarang 40 orang (51,80%) sedangkan

yang sama sekali tidak pernah menyuruh anaknya untuk melaksanakan shalat berjumlah

22 orang (26, 52%).

2. Mengajari Anak Membaca Al-Qur’an dan Membiasakan Anak Membaca Do’a

Sebelum Makan

Ada sebahagian kecil orang tua yang mengajari anaknya membaca Al-Qur’an. Untuk

mengetahui bagaimana eksitensi orang tua dalam pengajaran membaca Al-Qur’an anak-

anaknya adalah sebagaimana yang terdapat dalam tabel di bawah ini :

TABEL XVI

ANAK BELAJAR MEMBACA AL-QUR’AN

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Guru Mengaji

Tetangga

Keluarga 67
4

9 83,75

5,0

11,25

J u m l a h 80 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa anak yang belajar membaca Al-Qur’an kepada

guru ngaji berjumlah 67 orang (83,75%) dan yang belajar kepada tetangga berjumlah 4

orang (5,0%), sementara yang belajar kepada keluarga berjumlah 9 orang (11,25%).

Berdasarkan frekuensi jawaban tabel diatas menunjukkan bahwa orang tua di SMPN 1

Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara hanya sedikit yang mengajari anaknya

membaca Al-Qur’an, jumlah orang tua yang tidak pernah mengajari anaknya membaca

Al-Qur’an lebih banyak, menurut pengamatan penulis hal itu terjadi karena anak-anak di

SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara banyak yang belajar mengaji kepada

guru ngaji pada malam hari setelah shalat maghrib di mesjid atau mushallah.

Kemudian untuk mengetahui pembiasaan anak untuk membaca do’a sebelum makan

dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL XVII

MEMBIASAKAN ANAK

MEMBACA DO’A SEBELUM MAKAN

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Selalu
Jarang

Tidak Pernah 4

32

44 5,0

40,0

55,0

J u m l a h 80 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa orang tua yang selalu membiasakan anaknya

membaca do’a sebelum makan sangat kurang yaitu hanya 5% dari seluruh jumlah

responden, dan lebih banyak yang menjawab tidak pernah yaitu berjumlah 44 orang

(55%).

Menurut penulis, hal ini terjadi karena kebanyakan masyarakat di SMPN 1 Kecamatan

Baktiya Kabupaten Aceh Utara jarang makan bersama, maka dari itu orang tua tidak

dapat menyuruh anak untuk membaca do’a sebelum makan.

3. Memperhatikan Pergaulan Anak

Salah satu sifat yang tumbuh pada anak normal ialah ingin bermain, untuk itu anak-anak

memerlukan teman bermain. Dalam bermain dengan teman, anak-anak dapat

mengembangkan dirinya, misalnya mengembangkan rasa kemasyaraktannya (sosialisasi),

dengan berteman terbentuk rasa solidaritas, pengetahuan tantang lingkungan dapat

bertambah, jadi berteman itu perlu, hal itu merupakan bagian positif dari kegiatan

berteman.

Berteman juga memiliki sisi negatif, pengaruh yang buruk bisa saja diperoleh dari
berteman, oleh karena itu orang tua juga perlu memperhatikan pergaulan anak-anak

mereka, dan berhati-hati dalam memilih teman bagi anaknya. Untuk mengetahui

bagaimana perhatian orang tua terhadap pergaulan anak-anak mereka, dapat dilihat pada

tabel berikut :

TABEL XVIII

ORANG TUA MEMPERHATIKAN

PERGAULAN ANAK

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Selalu

Jarang

Tidak Pernah 27

40

13 33,75

50,0

16,25

J u m l a h 80 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang selalu memperhatikan pergaulan

anak berjumlah 27 orang (33,75%) dan yang jarang sekitar 40 orang (50%) sedangkan

yang tidak pernah berkisar 13 orang (16,25%).

Menurut data diatas ternyata manyoritas orang tua kurang memberikan perhatain

terhadap pergaulan anak-anaknya, sikap yang ditunjukkan oleh orang tua ini sangat tidak
mendukung pembinaan akhlak anak, karena bagaimanapun melalui pergaulan anak sering

terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang negatif yang dapat merusak akhlak anak

seperti mengucap kata-kata yang tidak sopan, memaki dan sebagainya.

4. Membiasakan Anak Berpakaian Rapi Dan Sopan

Sebahagian orang tua ada yang membiasakan anak berpakaian rapi dan sopan yaitu

menutup aurat. Car ini dilakukan dengan membiasakan anak menggunakan pakaian yang

sopan sejak anak masih kecil, sehingga ketika remaja anak sudah terbiasa memakainya.

Untuk mengetahui bagaimana orang tua membiasakan anak memakai pakaian yang

menutup aurat dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL XIX

MEMBIASAKAN ANAK MEMAKAI PAKAIAN

MENUTUP AURAT

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Selalu

Jarang

Tidak Pernah 11

25

44 13,75

31,25

55,0

J u m l a h 80 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang selalu membiasakan anaknya

memakai pakaian menutup aurat hanya ii orang (13,75%), dan yang menjawab jarang

adalah sebanyak 25 orang (31,25%) sedangkan responden yang menjawab tidak pernah

sebanyak 44 orang (55%).

Menurut data diatas ternyata pembiasaan memakai pakaian menutup aurat yang

dilakuakan orang tua pada anak-anaknya tergolong kurang, hal itu memang terlihat dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat di SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara

masih sedikit orang tua, khususnya kaum ibu yang memakai pakaian yang menutup aurat

(berkerudung), mereka hanya menggunakannya pada saat-saat tertentu saja seperti

menghadiri perwiridan, acara memperingati hari-hari besar Islam ataupun menghadiri

pengajian. Sedangkan anak-anak mereka memakai pakaian menutup aurat hanya pada

saat mengaji atau memperingati hari-hari besar Islam saja.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui pembinaan akhlak anak dalam keluarga adlah

sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut :

TABEL XX

PEMBINAAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA

No Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

3 Baik

Kurang Baik

Tidak Baik 13

42
25 16,25

52,5

31,25

J u m l a h 80 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sebahagian kecil saja orang tua yang

melaksanakan pembinaan akhlak anak dengan baik yaitu sebanyak 13 orang (16,25%),

sementara itu orang tua yang kurang baik dalam pembinaan akhlak anak sebanyak 42

orang (52,5%), sedangkan yang lainnya yaitu sebanyak 25 orang (31,25%) sama sekali

tidak baik dalam melaksanakan pembinaan akhlak anak.

C. Pengaruh Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Dengan Pembinaan Akhlak

Anak

Berdasarkan uraian terdahulu pasal A menjelaskan bahwa sikap orang tau terhadap

pendidikan agama dapat dinilai dari tingkahlakunya dalam kehidupan sehari-hari, dan

dari pengalaman- pengalaman atas ajaran-ajaran agamanya.

Kemudian pada pasal B menjelaskan bahwa pembinaan akhlak anak dalam keluarga di

SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara kurang baik, karena mereka

menganggap pembinaan akhlak itu tidak terlalu penting, dan mereka beranggapan bahwa

dengan disekolahkannya anak mereka maka itu cukup untuk mendidik akhlak anak

mereka.

Orang tua yang kurang mengerti akan ajaran-ajaran agama dan tidak memiliki

pengetahuan tentang agama dengan baik, maka merekapun tidak mengetahui akan

pentingnya akhlak bagi anak dan besarnya tanggung jawab orang tua untuk membekali
anaknya dengan pendidikan akhlak. Kenyataan ini menunjukkan bahwa sikap orang tua

terhadap pendidikan agama menentukan baik buruknya pelaksanaan pembinaan akhlak

anak dalam keluarga. Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa adanya pengaruh

yang ditimbulkan sikap orang tua terhadap pendidikan agama dengan pembinaan akhlak

anak, dengan adanya proses saling mempengaruhi maka antara sikap orang tua terhadap

pendidikan agama dengan pembinaan akhlak anak saling berkaitan.

Dalam pembahasan kali ini akan dilakukan uji korelasi pengaruh antara sikap orang tua

terhadap pendidikan agama dengan pembinaan akhlak anak. Dalam hipotesa yang penulis

ajukan disebutkan bahwa adanya keterkaitan antara sikap orang tua terhadap pendidikan

agama dengan pembinaan akhlak anak. Untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut

akan dilakuklan pengukuran terhadap variabel X (Variabel Bebas) yaitu sikap orang tua

terhadap pendidikan agama dan Variabel Y (Variabel Terikat) yaitu pembinaan akhlak

anak. Kedua data tersebut penulis dapatkan melalui dari tabel silang berikut :

TABEL XXI

TABEL SILANG ANTARA SIKAP ORANG TUA TERHADAP

PENDIDIKAN AGAMA DENGAN PEMBINAAN AKHLAK ANAK

No Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Pembinaan Akhlak Anak Total Baris

Baik Kurang Baik Tidak Baik

1.

2.

3 Senang

Kurang Senang

Tidak Senang 10
3

0 9

22

11 2

16

7 21

41

18

Total Kolom 13 42 25 80

Untuk menguji kebenaran hipotesa tersebut adalah dengan menggunakan rumus Uji Chi

Kuadrat (X2) sebagai berikut :

X2 =

Keterangan :

fo = frekuensi observasi

fh = frekuensi harap

sebelum sampai kepada tahapan penghitungan hasil Chi Kuadrat, terlebih dahulu perlu

dicari fh – nya dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

fh =

Keterangan :

N : Jumlah data sikap orang tua terhadap pendidikan agama digabung dengan jumlah data

pembinaan akhlak anak.

Dengan menggunakan rumus diatas maka fh – nya dapat dihitung sebagai berikut :
1. fh = 2. fh =

3. fh = 4. fh =

5. fh = 6. fh =

7. fh = 8. fh =

9. fh =

Setelah fh dapat diketahui maka Chi Kuadratnya dapat pula dihitung dengan

menggunakan rumus tabel kerja sebagai berikut :

TABEL XXII

TABEL KERJA PENGHITUNG CHI KUADRAT

Sikap Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Pembinaan Akhlak Anak fo fh

1 2 3 4 5

Senang Baik

Kurang Baik

Tidak Baik 10

2 3,4

11,0

6,6 12,811

0,363

3,206

Kurang Senang Baik

Kurang Baik
Tidak Baik 3

22

16 26,7

21,5

12,8 2,043

0,012

0.8

Tidak Senang Baik

Kurang Baik

Tidak Baik 0

11

7 2,9

9,5

5,6 12,9

0,236

0,35

J u m l a h 80 80,0 19.82

Dari tabel di atas telah diperoleh harga Chi Kuadrat sebesar 19,82.

Kemudian perlu pula dihitung derajat bebasnya (db) dengan menggunakan rumus db : K

–1xB–1

Keterangan :

K : Data tentang sikap orang tua terhadap pendidikan agama ada 3 macam.

B : Data tentang pembinaan akhlak anak ada 3 macam


Jadi db = 3 – 1 x 3 – 1 = 4

Setelah diperoleh db maka harga kritiknya dapat dengan mengambil angka pada tabel

harga kritik yang tersedia dengan mengambil salah satu angka pada barisan db = 4 yang

berada pada kolom interval kepercayaan 99% yang mendekati angka 19,82, dan ternyata

harga kritiknya = 13,3

Berdasarkan kenyataan ini dapat diketahui bahwa harga Chi Kuadratnya lebih tinggi dari

harga yang tersedia ( 19, 82 > 13,3). Dengan demikian hipotesa yang penulis ajukan

diterima, maka dapat disimpulkan bahwa adanya korelasi yang signifikan antara sikap

orang tua terhadap pendidikan agama dengan pembinaan akhlak anak.

Kebenaran hipotesa ini dapat diyakini 99%, namun kekuatan keterkaitan antara kedua

variabel dengan rumus Korelasi Kontingensi (KK) sebagai berikut :

KK =

KK =

KK =

KK =

KK = 0,444

Menurut peraturan penafsiran korelasi, apabila KK = 0,444, maka pengaruh tersebut

tergolong sedang, hal ini dapat dibuktikan berdasarkan besarnya angka korelasi

interpritasi variabel X dan Y merujuk kepada pedoman statistik yang dikemukakan oleh

Drs. Ramlan Sitorus M.Pd sebagai berikut :

1. Apabila besarnya angka korelasi antara 0,00 – 0,20 maka terdapat korelasi antara

variabel X dan Y yang sangat lemah atau dianggap tidak ada korelasi.

2. Apabila besarnya angka korelasi antara 0,20 – 0,40 maka terdapat korelasi antara
variabel X dan Y yang lemah atau rendah.

3. Apabila besarnya angka korelasi antara 0,40 – 0,70 maka terdapat korelasi antara

variabel X dan Y yang sedang.

4. Apabila besarnya angka korelasi antara 0,70 – 0,90 maka terdapat korelasi antara

variabel X dan Y yang kuat atau tinggi.

5. Apabila besarnya angka korelasi antara 0,90 – 1,00 maka terdapat korelasi antara

variabel X dan Y yang sangat kuat atau sangat tinggi.

Dengan merujuk kepada pedoman statistik diatas dapat dikemukakan bahwa hasil

penelitian yang penulis lakukan tergolong sedang, karena nilai korelasinya berkisar

antara 0,40 – 0,70. bila dipresentasikan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 44,4 %

(Hasil perkalian 0,444 x 100% = 44,4 %), tingkat korelasi antara sikap orang tua terhadap

pendidikan agama dengan pembinaan akhlak anak menunjukkan bahwa pengetahuan dan

pemahaman tentang agama menentukan sikap seseorang terhadap pendidikan agama dan

baik buruknya pelaksanaan pembinaan akhlak anak dalam keluarga ditentukan oleh

bagaimana orang tua menyikapi pendidikan agama. Dengan demikian hipotesa penulis

terbukti dan dapat diterima kebenaannya.

D. Problematika Yang Dihadapi Dan Upaya Penanggulangannya

Dari hasil wawancara dan observasi yang penulis lakukan, maka ditemukan adanya

beberapa problema yang dihadapi orang tua dalam memberikan pembinaan akhlak

terhadap anak dalam keluarga. Problema tersebut berasal dari beberapa faktor :

1. Faktor kurangnya waktu disebabkan kesibukan.

Banyaknya diantara para orang tua yang bekerja di luar rumah dan lebih disibukkan

dengan pekerjaan-pekerjaan rumahnya, sehingga kurang cukupnya waktu luang kepada


untuk memberikan pembinaan akhlak kepada anak. Orang tua sepenuhnya

mempercayakan pembinaan akhlak anak kepada lembaga pendidikan dimana anak

sekolah atau kepada guru ngajinya. Kurangnya kesadaran orang tua ini menyebabkan

pembinaan akhlak tidak terlaksana dengan baik.

2. Faktor Kurangnya Pengetahuan Agama.

Sangat SMPN 1imnya pengetahuan agama orang tua, menyebabkan pembinaan akhlak

kepada anak kurang mutunya, sehingga hasil yang diperoleh juga kurang baik. Meskipun

anak diberi pembinaan tetapi tetap saja anak berakhlak kurang baik.

3. Faktor Pengaruh Lingkungan.

Pengaruh yang ditimbulkan dari lingkungan terhadap anak-anak merupakan masalah

yang berat dalam pembinaan akhlak anak. Pengaruh tersebut tidak hanya dari teman-

teman sepermainan anak, akan tetapi dari lingkungan tempat tinggal anak yang banyak

menyediakan sarana permainan seperti play station. Kondisi ini mengakibatkan anak

lebih banyak bermain dari pada belajar atau mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi

diri mereka.

Dari beberapa problema tersebut di atas maka upaya penanggulangannya yang dapat

dilakukan adalah :

1. Menyediakan Waktu Secara Terprogram

Orang tua harus berusaha agar dapat meluangkan waktunya secara khusus untuk

memberikan pembinaan akhlak kepada anak. Menyediakan waktu ini tidak harus banyak,

tetapi orang tua harus dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk diisi dengan pembinaan

akhlak dan pembiasaan kepada anak.

2. Memanfaatkan Setiap Waktu Untuk Bersama Anak


Orang tua setiap saat dapat memberikan pembinaan akhlak kepada anak dengan cara

menyisipkan pendidikan, seperti mengajak anak membaca do’a ketika membiasaan anak

mengenakan pakaian yang sopan setiap harinya serta lainnya. Dengan cara ini maka

secara perlahan akhlak anak akan terbina.

3. Memberikan Nasehat Dan Penjelasan Kepada Anak

Sesering mungkin orang tua memberikan nasehat dan penjelasan kepada anak tentang

pentingnya belajar dibandingkan dengan menonton Televisi atau Play Station. Ajarkan

anak untuk mengatur jadwal kegiatannya tanpa mengenyampingkan waktu bermain anak

meski hanya sebentar. Dengan cara ini anak dapat dibina akhlaknya dan anak juga dapat

menyenangkan perasaannya dengan bermain.

Demikian beberapa upaya penanggulangan yang dapat dilakukan oleh para orang tua

dalam membina akhlak anak dalam keluarga

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisa data dilapangan menunjukkan bahwa sebahagian di SMPN 1

Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara bersikap negatif terhadap pendidikan agama

sehingga mereka kurang mempedulikan pembinaan akhlak anak-anak mereka, hal itu

dapat diketahui dari tabel XIII responden yang menjawab kurang senang berjumlah 18

orang (22,5%) sementara itu sebagian lain menjawab senang dan bersikap positif

terhadap pendidikan agama berjumlah 21 orang (26,25%).

2. Usaha-usaha yang dilakukan orang tua dalam pelaksanaan pembinaan akhlak anak
adalah memarahi (memberi teguran) dan memberi nasehat, menyuruh anak melaksanakan

shalat, mengajari anak membaca Al-Qur’an, membiasakan anak membaca do’a sebelum

makan, memperhatikan pergaulan anak dan membiasakan anak memakai pakaian yang

menutup aurat.

3. Berdasarkan hasil analisa data statistik menunjukkan bahwa adanya keterkaitan antara

sikap orang tua terhadap pendidikan agama dengan pembinaan akhlak anak, dengan

tingkat korelasi sebesar 44,4% dan termasuk dalam kategori sedang.

4. Problematika yang dihadapi orang tua dalam melaksanakan pembinaan akhlak anak

dalam keluarga adalah kurangnya waktu untuk memberikan pembinaan akhlak anak yang

disebabkan oleh kesibukan dalam pekerjaan, SMPN 1imnya pengetahuan agama orang

tua dan pengaruh lingkungan.

5. Keteladanan orang tua bagi anak-anaknya dalam keluarga sebagai pendidik, dan

pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak merupakan gambaran dari pandangan dan

nilai seorang anak dalam keluarga bagi orang tua.

B. Saran- saran

1. Disarankan kepada orang tua khususnya dan umumnya kepada guru-guru di SMPN 1

Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara untuk lebih meningkatkan ilmu-ilmu agama

dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang telah dilakukan.

2. Disarankan kepada orang tua dan guru-guru SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten

Aceh Utara supaya memberikan contoh yang baik kepada anak baik dalam ucapan,

tingkah laku dan pelaksanaan ajaran agama.

3. Disarankan kepada orang tua dan guru-guru di SMPN 1 Kecamatan Baktiya

Kabupaten Aceh Utara supaya lebih sering memberikan pembiasaan-pembiasaan yang


baik kepada anak agar akhlak anak terbentuk dengan baik pula.

4. Supaya orang tua dan guru-guru SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara

lebih memperhatikan pergaulan anak dan menggunakan waktu luang yang ada untuk

memberikan arahan ataupun pendidikan yang dapat membantu dalam pembinaan akhlak

anak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mahadi, Pendidikan Anak Menurut Islam, Jakarta, Rineka Cipta, 1993

Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Jakarta, Rineka Cipta, 1991

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, 1986

Depertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung, Gema Risalah, Press,

1989

Hamzah Ya’kup, Etika Islam, Bandung, Diponegoro, 1990

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1999

Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihin Jilid II, Jakarta, Pustaka Amani, 1996

Mahyiddin Abdul Hamid, Pendidikan Anak Menurut Islam, Jakarta, Rineka Cipta, 1999

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan

Keluarga, Jakarta, Bulan Bintang, 1987

M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang,

1970
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Bandung, Remaja Rosda

Karya, 1994

Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, Bandung, ALFABETA, 1993

Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadist Terpilih, Jakarta Insan Pers, 1996

Muhammad Nur Abdul Hanafiyah, Mendidik Anak Bersama Rasul, Bandung, Al-Bayan,

1997

Muslich Shabir, Terjemahan Riyadhus Shalihin Jilid II, Semarang, Toha Putra, 1996

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta,

1991

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidkan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1992

----------------------, Kesehatan Mental, Jakarta, Toko Gunung Agung, 1970

----------------------, Kesehatan Mental Dalam Keluarga, Jakarta, Antara, 1993

----------------------, Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta, Haji Masagung,

1998

----------------------, Pendidkan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta, Ruhama,

1993

Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya, Utama Offset, 1983


Lampiran II
DAFTAR WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SMPN 1

KECAMATAN BAKTIYA KABUPATEN ACEH UTARA

1. Berapa luas areal Sekolah SMPN 1 Kecamatan Baktiya Kabupaten Aceh Utara

ini ?.........Hektar

2. Daerah mana saja yang menjadi batas sekolah SMPN 1 ini ?

3. Bagaimana kondisi Goegrafis sekolah SMPN 1 ini ?

4. Berapa jumlah siswa SMPN 1 secara keseluruhan menuru jenis kelaSMPN 1 ?

5. Berapa Jumlah siswa SMPN 1 secar keseluruhan menurut usia ?

6. berapa jumlah orang tua siswa menurut tingkat pendidikan ?

7. berapa jumlah orang tua siswa berdasarkan mata pencaharian ?

8. Berapa jumlah sarana ibadah yang ada di SMPN 1 ini ?

9. Berapa jumlah sarana atau fasilitas pendidikan yang ada di SMPN 1 ini ?

10. menurut Bapak bagaimana aktifitas keagamaan yang dilaksanakan oleh anak ?

11. Apakah Bapak aktif melaksanakan ajaran agama misalnya pergi ke mesjid untuk

melaksanakan shalat, mengikuti pengajian ?

12. apakah menurut Bapak anak-anak disini sudah mendapatkan bimbingan dan perhatian

dari orang tua mereka, terutama dalam pembinaan akhlak mereka ?

13. menurut Bapak apa saja usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga agar anak-anak di

SMPN 1 ini tetap dapat terbina akhlaknya ?


LAMPIRAN I

DAFTAR ANGKET

A. Petunjukk Pengisian angket

1. Bacalah daftar pertanyaan di bawah ini dengan baik

2. Berilah Tanda Silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang paling benar menurut

anda

3. Angket ini tidak mempengaruhi keberadaan anda

4. Atas kesediaan anda mengisi angket ini, saya mengucapkan terima kasih.

B. Identitas Responden

Nama :

Kelas :

Alamat Sekolah :

C. Daftar angket

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang shalat.............

A. Shalat tidak berat dilaksanakan

B. Shalat cukup berat dilaksanakan

C. Shalat berat dilaksanakan

2. Apakah puasa Bapak/Ibu pada bulan Ramadhan pernah tinggal................

A. Sering C. Tidak Pernah

B. Jarang
3. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan shalat sehari semalam dalam sebulan terakhir...........

A. Selalu

B. Jarang

C. Tidak Pernah

4. Apakah Bapak /Ibu bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.....

A. Bisa C. Tidak Bisa

B. Kurang Bisa

5. Apakah Bapak/Ibu mngikuti pengajian di lingkungan tempat tinggal anda..

A. Selalu B. Jarang C. Tidak pernah

6. Apakah menurut Bapak/Ibu pendidikan agama penting dilaksanakan supaya akhlak

anak menjadi baik........

A. Penting B. Kurang penting C. Tidak penting

7. Apakah menurut Bapak/Ibu kelakuan orang tua dapat memepengaruhi akhlak anak.......

A. Mempengaruhi B. Kurang mempengaruhi C. Tidak mempengaruhi

8. Apakah Bapak/Ibu memarahi dan menasehati anak jika berbuat kesalahan .........

A. Selalu

B. Jarang

C. Tidak pernah
9. Apakah Bapak/Ibu memberikan hukuman fisik (memukul, mencubit, menjewer)......

A. Selalu C. Tidak pernah

B. Jarang

10. Apakah Bapak/Ibu menyuruh anak melaksanakan shalat limawaktu sehari semalam....

A. Selalu C. Tidak pernah

B. Jarang

11. kemana anak Bapak/Ibu belajar membaca........

A. Guru Ngaji C. Keluarga yang bisa baca Al-Qur’an

B. Tetangga

12. Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak membaca do’a sebelum makan.........

A. Selalu C. Tidak Pernah

B. Jarang

13. jika anak Bapak/Ibu dapat mengerjakan tugas yang anda berikan dengan baik apakah

Bapak/Ibu memberikan penghargaan apa yang anda berikan.......

A. Pujian C. Mainan yang disukainya

B. Perlengkapan Sekolah

14. Apakah Bapak/Ibu memperhatikan cara bergaul anak.....

A. Selalu C.Tidak pernah

B. Jarang
15. Apakah Bapak/Ibu membiasakan anak berpakaian menutup aurat......

A. Selalu C. Tidak pernah

B. Jarang

You might also like