Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dengan ditemukannya kuman H. pylori pada kelainan saluran cerna, saat ini
dianggap H. Pylori merupakan penyebab utama ulkus gaster, di samping NSAID,
alcohol dan sindrom Zollinger Ellison yang menyebabkan terjadinya peningkatan
produksi dari hormone gastrin sehingga produksi HCl pun turut meningkat.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi
lembut seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung
bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum.
Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika
tersentuk kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke
duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentu kim. Jadi, misalnya kim
yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga
makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus
menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan
yang bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.
Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian
seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi
segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam,
lambung kosong kembali.
Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls
parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan
motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan
lambung. Refleks pengosongan lambung ini akan dihambat oleh isi yang penuh,
kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini
disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama sekretin dan kholesistokinin-
pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama
aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengosongan lambung
merupakan proses umpan balik humoral.
Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung,
yang merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-
1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang
dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12. Asam klorida menyebabkan denaturasi
protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam
klorida juga menyediakan pH yang cocok bagi enzim lambung dan mengubah
pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin.
Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan.
Pengaturan sekresi getah lambung sangat kompleks. Seperti pada pengaturan
motilitas lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan oleh saraf
maupun hormon. Berdasarkan saat terjadinya, maka sekresi getah lambung dibagi
atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus (intestinal).
Pada Fase Usus mula-mula akan terjadi peningkatan dan kemudian akan
diikuti dengan penurunan sekresi getah lambung. Jika kim yang asam masuk ke
usus duabelas jari akan dibebaskan sekretin. Ini akan menekan sekresi asam
klorida dan merangsang pengeluaran pepsinogen. Hambatan sekresi getah
lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jika kim
yang banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas.
Di samping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya
yang berperan pada sekresi dan motilitas. GIP (gastric inhibitory polypeptide)
menghambat sekresi HC1 dari lambung dan kemungkinan juga merangsang
sekresi insulin dari kelenjar pankreas.
Degranulasi mastosit
Pembebasan
Stimulasi sel G
asethilkolin
Pembebasan HCl
ULKUS PEPTIKUM
DEFENISI
Salah satu penyebab utama sekitar 60% dari ulkus gaster dan 90% dari
ulkus duodenum ialah adanya reaksi inflamasi kronik akibat invasi dari
Helicobacter Pylori yang mana paling banyak membentuk koloni di sekitar
antrum pylori. Sistem imun tidak dapat mengatasi infeksi ini, meskipun telah
terbentuk antibody. Keadaan inilah yang menyebabkan bakteri dapat
menyebabkan gastritis kronik yang aktif oleh karena teradinya gangguan regulasi
gastrin dari bagian lambung yang terinfeksi Sekresi gastrin dapat menurun yang
menyebabkan keadaan hipo- maupun achlorida, dapat juga menjadi meningkat.
Gastrin dapat menstimulasi produksi dari asam lambung oleh sel parietal.
Helicobacter akan terancam dengan peningkatan asam lambung ini. Peningkatan
kadar asam lambung mempunyai kontribusi besar terhadap erosi dari mukosa
yang dapat berkembang menjadi formasi ulkus.
Penyebab utama yang lain ialah NSAID. Lambung melindungi diri dari
asam lambung dengan adanya lapisan mukosa yang tebal. Sekresi asam lambung
dipengaruhi oleh prostaglandin. NSAID memblokade fungsi dari cyclooxygenase
1 (cox-1), yang sangat penting dalam produksi prostaglandin. Anti inflamasi
selektif cox-2 seperti celecoxibe dan rofecoxibe kurang mempunyai peranan
penting terhadap keadaan ulkus pada mukosa lambung. Meningkatnya angka
kejadian helicobacter pylori penyebab ulkus di dunia Barat seiring dengan
bertambahnya terapi medis, terutama meningkatnya penggunaan NSAID pada
pasien Arthritis. Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya angka harapan hidup
warga di Barat.
Insidensi ulkus duodenum telah jauh berkurang sejak 30 tahun yang lalu,
meskipun angka kejadian ulkus gaster meningkat sedikit oleh karena penggunaan
secara luas dari NSAID. Turunnya angka kejadian ini disadari sebagai suatu
fenomena kohort independen terhadap kemajuan terapi penyakit. Fenomena
kohort mungkin dapat menjelaskan keadaan meningkatnya taraf hidup masyarakat
seiring dengan menurunnya angka kejadian infeksi dari Helicobacter Pylori.
Para peneliti juga terus melihat stres sebagai penyebab yang mungkin, atau
setidaknya komplikasi, dalam perkembangan ulkus. Ada perdebatan mengenai
apakah stres psikologis dapat mempengaruhi perkembangan ulkus gaster. Luka
bakar dan trauma kepala, dari beberapa penelitian mengatakan kedua hal ini dapat
menyebabkan ulkus stres fisiologis, yang dilaporkan pada banyak pasien yang
mengalami gangguan ventilasi.
PATOGENESIS
Bagan 2. Patogenesa Peptic Ulcer Disease
GEJALA KLINIS
Faktor lain yang dapat meningkatkan faktor agresif adalah faktor eksternal
missalnya zat korosif atau infeksi kuman Helicobacter pylori. Zat korosif yang
sering masuk adalah makanan yang asam pedas, obat-obatan tertentu (NSAID,
anti inflamasi non steroid).
Gastrin
Gastrin mrupakan hormon polipeptida yang merupakan salah satu pengtur
sekresi sam lambung.gasterin yang dihasilkan oleh sel G di mukosa lambung
dibawa melalui aliran darah ke sel parietal. Kemudian gastrin merangsang sekresi
asam lambung. Produksi dan pelepasan gastrin dirangsang melalui sistem saraf
otonom yakni nervus vagus, jadi sekresi asam lambung juga dirangsang oleh
sistem saraf otonom melalui nervus vagus, yang bersifat kolinergik.
Histamin
Histamin banyak terdapat di lapisan mukosa lambung di sel mast. Pasa
manusia terdapat beberpa tipe reseptor histamin yang masing-masing berbeda
lokasi dan reaksinya terhadap histamin, yaitu:
a. Reseptor H-1
Banyak terdapat di pembuluh darah dan otot polos. Perangsangan reseptor
ini meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, dan dilatasi (pelebaran). Efek
inisering disertai rasa sakit, panas, dan gatal. Obat-obatan yang meghambat
reseptor H-1 dikenal sebagai antihistamin yang umum, antara lain: chlorfeniramin
maleat, difenhidramin, siproheptadin, mebhidrolin nafadisilat dan lain-lain yang
menyebabkan sedasi. Kelompok yang tidak menyebabkan kantuk misalanya:
terfenadin, astemizol, fexofenadin, dan cetrizine dosis rendah.
b. Reseptor H-2
Histamin pada reseptor H-2 lambung erangsang produksi asam lambung.
Obat yang menghambat reepto H-2 ini disebut antagonis H-2 seperti, simetidin,
ranitidin, dan famotidin. Pada ulkus duodenum, faktor agresif lebih berperan
dalam proses patogenesisnya. Penderita ulkus duodenum biasanya mensekresi
asam lambung lebih banyak daripada orang normal.
2. FAKTOR DEFENSIF
Kontinuitas lapisan mukosa/regenerasi mukosa
kontinuitas jaringan ini dipengaruhi berbagai hal yaitu: regenerasi sel
mukosa, nutrisi umum, dll. Regenerasi normal sel-sel mukosa lambung
terjdi dalam 1-2 hari. Jika regenerasi sel ini terganggu, pertahanan
lambung juga terganggu.
Lapisan Mukus Lambung
Lapisan mukus merupakan suatu faktor yang penting dalam proses
melindungi mukosa karena:
a. mukus terdiri atas glikoprotein, merupakan suatu jel yang kental dan
lengket
b. bekerja sebagai pelumas sehingga dapat melindungi terhadap bahan
yang keras dan tajam yang lewat di atasnya
c. Mencegah difusi balik ion H+, mencegah difusi balik pepsin karena
ion H+ dicegah masuk kembali. Aktivasi pepsinogen yang ada di
mukosa dicegah, sehingga pembentukan pepsin dicegah dan tidak
terjadi perusakan mukosa.
Bikarbonat
Sekresi bikarbonat dipengaruhi oleh sel-sel epitel sangat sedikit. Akan
tetapi, bikarbonat yang sedikit tersebut ditahan oleh membran sel epitel
dan mukus. Dengan demikian, bikarbonat tersebut dapat menetralisasi ion
H+ yang mungkin masuk menembus mukus.
Prostaglandin
Zat ini banyak terdapat di mukosa lambung. Prostaglandin, terutama
prostaglandin E, mempunyai beberapa peranan dalam menjaga faktor
defensif, yaitu merangsang terbentuknya mukus, ion bikarbonat, menjaga
aliran darah yang cukup, dan regenerasi sel-sel mukosa. Efek
prostaglandin ini juga didapat dengan pemberian analog prostaglandin.
Pembentukan prostaglandin dihambat oleh obat analgesik dan anti-
inflamasi.
Pada ulkus lambung, penurunan faktor defensif lebih banyak berperan
dalam patogenesis, berbeda dengan ulkus duodenum, dimana faktor agresif yang
berlebihan.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik
atau distensi abdominal. Bising usus mungkin tidak ada. Pemeriksaan dengan
barium terhadap saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun
endoskopi adalah prosedur diagnostic pilihan. Endoskopi GI atas digunakan untuk
mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa
dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui
dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X
karena ukuran atau lokasinya. Feces dapat diambil setiap hari sampai laporan
laboratorium adalah negatif terhadap adanya darah. Pemeriksaan sekretori
lambung merupakan nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria
(tidak terdapat asam hidroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-
ellison. Nyeri yang hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri
yang timbul juga mengidentifikasikan adanya ulkus. Adanya H. Pylory dapat
ditentukan dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini
merupakan tes laboratorium khusus. Ada juga tes pernafasan yang mendeteksi H.
Pylori, serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H. Pylori.
Gambar 3. Penampakan ulkus gaster pada Barium enema X-Ray
DIAGNOSIS BANDING
1. GERD
2. Gastritis
3. Kanker Lambung
4. Infark Miokard akut
PENATALAKSANAAN
Tujuan Pengobatan adalah:
1. Menyembuhkan ulkus
2. Menghilangkan rasa nyeri
3. Mencegah kekambuhan
a. Antasida
Antasida adalah obat yang bekerja lokal pada lambung untuk menetralkan
asam lambung. Karena antasida menetralkan asam lambung, maka pemberian
antasida akan eningkatkan pH lambung sehingga kemampuan proteolitik
(penguraian protein) enzim pesin (yang aktif pada pH 2) serta sifat korosf asam
dapat dimnimalkan. Peningkatan pH lebih dari 5 dapat menmbulkan efek acid
rebound. Acid rebound adalah hipersekresi dari asam lambung untuk
mempertahankan pH lambung yang normal (3 - 4). Dilihat dari sudut efek yang
merusak dari asam dan pepsin maka pencapaian pH yang ideal adalah pH 5
dimana kapasitas proteolitik pepsin dapat dihilangkan dan efek korosif dari asam
dapat diminimalkan.
Ada bermacam-macam antasida yang beredar di pasaran, baik jenis dan
merk dagang. Antasid merupakan senyawa basa yang dapat menetralkan asam
secara kimiawi misalnya kalsium karbonat, alumunium hidroksida, magnesium
hidroksida dalam kombinasi.
Indikasi Antasida adalah pengobatan simptomatik nyeri epigastrum, nyeri
lambung dan rasa kembung yang menyertai hipersiditas lambung, gastritis, ulkus
lambung dan ulkus duodenum.
Antasida diberikan bersama simetidin atau tetrasiklin oral dapat
mempengaruhi penyerapan obat-obat tersebut. Karena itu diberikan dengan
interval 2 jam. Antasida sampai sekarang masih tetap digunakan secara luas dalam
kombinasi dengan obat-obat antiulkus karena memberikan pengurangan rasa nyeri
di ulu hati dengan cepat dan efektif walaupun bersifat sementara. Nyeri dapat
diatasi dengan meningkatkan pH isi lambung diatas 2 dan keadaan ini mudah
dapat dicapai dengan pemberian antasida, tetapi untuk menyembuhkan ulkus
diperlukan pemberian antasida yang sering dengan dosis yang mencukupi.
Pemberian dosis tinggi yang menyebabkan peningkatan pH yang tinggi
disertai acid rebound yang akan menurunkan pH kembali, sehingga diperlukan
pemberian antasida dengan interval yang makin pendek (makin sering) agar pH
tetap tinggi secara kontinyu. Dikenal 2 regimen dosis yaitu:
a. Pengobatan antasida yang intensif
Pengobatan ini bertujuan menyembuhkan ulkus, antasida diberikan 1
dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur (dibagi dalam 7 kali
pemberian).
b. Pengobatan antasida yang tidak intensif
Termasuk disini pengobatan untuk menghilangkan ras nyeri. Untuk
keperluan ini antasida cukup diminum sesuai kebutuhan. Makanan dan
minuman juga mempunyai kemmpuan untuk menetralkan asam lambung,
sehingga dikenal istilah pain food reliefe, tetapi netralusasi ini hanya
bersifat sementara, oleh karena 1 jam kemudian sekresi asam mencapai
puncaknya. Karena itu rasa nyeri akan timbul kembali, biasanya mulai
kurang lebih 90 menit setelah makan. Adanya makanan akan
memperlambat pengosongan lambung sehing daya kerja antasida lebih
panjang, yaitu sekitar 2 jam.
Pada lambung yang kosong, daya kerja antasida hanya 20 - 40 menit,
karena antasida dengan cepat masuk ke duodenum. Satu jam sesudah
makan sekresi asam lambung mencapai maksimal, karena itu pemberian
antasida yang tepat adalah 1 jam sesudah makan dan daya kerja antasida
akan bertahan lebih lama karena makanan akan memperlambat
pengosongan lambung. Antasida diberikan lagi 3 jam sesudah makan
dengan maksud untuk memperpanjang daya kerja antasida kira-kira 1 jam
lagi.
Pada keadaan yang lebih parah misalnya pada ulkus berat atau
terjadi perdarahan, dianjurkan pemberian antasida tiap jam. Antsida
adakalanya diberikan sebelum tidur maksudnya untuk menetralkan asam
lambung yang disekresi pada malam hari. Tetapi daya kerja ini terbatas
karena lambung dalam keadaaan kosong sehingga untuk menghilangkan
nyeri pada malam hari sebaiknya digunakan obat antisekresi asam.
c. Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sel parietal
sehingga menghambat sekresi asam lambung. Contohnya pirenzepine. Pirenzepin
pada dosis yang cukup tinggi juga mempengaruhi reseptor asetilkolin tipe lain
sehingga dapat menyebabkan efek samping antikolinergik klasik seperti mulut
kering, penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, konstipasi, dan kesulitan
miksi.Indikasi utama adalah untuk ulkus lambung dan ulkus duodenum. Juga
diindikasikan pada dispepsia karena efek antispasmodik pada motilitas lambung
(menurunkan motilitas lambung). Dosisi pirenzepin yang direkomendasikan
adalah 1 tablet 50mg, 2 kali sehari sebelum makan. Obat antikolinergik lain
misalnya atropin dan skopolamin butil bromida tidak efektif menekan sekresi
asam lambung.
d. Proton Pump Inhibitor
Proton Pump Inhibitor juga disebut H-K-ATPase Inhibitor, karena memang
menghambat kerja enzim H-K-ATPase. Obat ini baru ditemukan tahun 80-an dan
terbukti jauh lebih kuat hambatannya terhadap sekresi asam lambung dibanding
bloker H-2. waktu kerjanya juga lebih lam sehingga dapat diberikan 1 kali sehari.
Contohnya omeprazole, esomeprazole, dan lansoprazole.
Golongan obat ini yang pertama kali dipasarkan ialah omeprazole.
Omeprazole merupakan suatu pro-drug yang tidak aktif di tubuh sampai
diaktifkan di sel parietal. Omeprazole merupakan basa lemah sehingga akan
terkonsemtrasi pada bagian-bagian yang asam. Selain rongga lambung, pada
tubuh satu-satunya tempat dimana terdapat keasaman adalah kanalikuli sekretori
sel parietal. PPI menghambat sekresi asam pada tahap akhir yaitu di pompa
proton.
Pada kanalikuli sekretori di sekitar pompa proton, omeprazole akan menarik
proton (ion H+) dan dengan cepat berubah menjadi sulfonamid tiofilik atau asam
sulfenat, yang merupakan penghambat pompa proton aktif. Sulfonamid akan
bereaksi cepat dengan pompa proton dan menghambatnya secara efektif yaitu
menghambat sekresi asam sebanyak 95 % selama 24 jam. Untuk menghindari
pemecahan omeprazole dalam rongga lambung yang asam, adalah formulasi
oralnya mengandung granul selaput enterik yang tahan asam. Jadi omeprazole
menghambat sekresi asam pada tahap akhir mekanisme sekresi asam yaitu di
pompa proton. Sifat omeprazole yang lipofilik sehingga mudah menembus
membran sel parietal tempat sel dihasilkan. Omeprazole hanya aktif dalam
lingkungan asam dan tidak aktif pada pH fisiologis, sehingga tidak menghambat
pompa proton di tempat lain. Hal ini membuat omeprazole aman karen hanya
menghambat pompa proton di sel parietal lambung. Dengan menghambat
produksi asam pada tahap ini, berarti omeprazole mengontrol sekresi asam tanpa
terpengaruh rangsangan lain (histamin, asetilkolin).
i. Analog Prostaglandin E
Substansi ini terdapat secara alamiah dalam tubuh dan diketahui berperan di
lambung. Derivat pertama yang dipasarkan adalah Misoprostol. Misoprostol
pertama kali dipasarkan di meksiko tahun 1985. obat ini telah memsuki pasar
dunia tetapi gagal baik klinis maupun komersial, karena itu diposisikan kembali
untuk pengobatan ulkus yang disebabkan oleh penggunaan obat AINS (Anti
Inflamasi Non Steroid), kemudian untuk pencegahan ulkus pada penderita yang
menggunakan AINS. Obat ini dikembangkan untuk memperkuat pertahanan
mukosa.
j. Antibiotika
Penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa ada kaitan antara kuman
Helicobacter pylori dengan gastritis kronik, ulkus duodenum dan kanker lambung.
Ada banyak antibiotika yang secara in vitro sensitif terhadap kuman ini. Tapi
banyak yang kurang berhasil karena banyak antibiotika yang tidak aktif dalam
suasana asam. Sedangkan kuman Helicobacter pylori ini hidup dalam suasana
asam. Oleh karena itu, antibiotika seperti amoksisilin harus dikombinasikan
dengan obat penekan sekresi asam lambung yang kuat. Pengobatan ideal untuk
membasmi kuman ini belum ditetapkan.
Hasil konsensus asia pasifik tahun 1997 mengeluarkan pedoman eradikasi
Helicobacter pylori dengan triple therapy yang terdiri dari:
k. Obat-obat Lain
Ada beberapa obat yang juga bisa dipakai untuk ulkus peptikum seperti obat
antiansietas seperti Diazepam dan Cholordiazepoxide. Dasarnya adalah untuk
mengurangi stres, sehingga mengurangi juga pembentukan asam lambung.
b. Domperidone
Digunakan untuk meningkatkan motilitas saluran cerna bagian atas.
Penggunaan utama adalah mengontrol rasa mual dan muntah tanpa melihat
penyebabnya. Domperidone meningkatkan motilitas lambung dengan
menghambat reseptor dopamin di dinding lambung.
KOMPLIKASI
Ulkus yang telah berlangsung lama akan menimbulkan komplikasi dan harus
segera dilakukan tindakan pembedahan. Komplikasi ulkus peptikum harus
ditanamkan dalam pikiran kita, beberapa di antaranya:
1. Intraktibilitas
Komplikasi ulkus peptikum yang paling sering adalah intraktibilitas, yang
berarti bahwa terapi medic telah gagal mengatasi gejala-gejala secar
adekuat. Penderita dapat terganggu tidurnya oleh nyeri, kehilangan waktu
untuk bekerja, sering memerlukan perawatan di rumah sakit, atau hanya
tidak mampu mengikuti cara pengobatan.
2. Perforasi
Kira-kira 5% dari semua ulkus akan mengalami perforasi, dan komplikasi
ini bertanggung jawab atas sekitar 65% kematian akibat ulkus peptikum.
Tukak biasanya pada dinding anterior duodenum atau lambung, karena
daerah ini hanya diliputi oleh peritoneum.
3. Obstruksi
Obstruksi pintu keluar lambung akibat peradangan dan edema,
pilorospasme, atau jaringan parut, terjadi pada sekitar 5% dari penderita
ulkus peptikum.Obstruksi lebih sering timbul pada penderita ulkus
duodenum, tetapi kadang-kadang terjadi bila tukak lambung terletak dekat
dengan sfingter pylorus.
4. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering
terjadi, setidaknya ditemukan pada 25% kasus selama perjalanan penyakit.
Tempat yang paling sering mengalami perdarahan adalah dinding posterior
bulbus duodenum, karena pada tempat ini dapat terjadi erosi arteria
pankreatikoduodenalis atau arteria gastroduodenalis.
5. Keganasan
Untuk menegakkan adanya suatu keganasan diperlukan pemeriksaan
biopsy sitologi jaringan.