Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
• Billy
• Sinta
• Meiliana
• Jacqueline
• Bernike
• April
• Hendrik
• M.Arif
• Robes
Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai
berikut:
1. Nilai dasar, yaitu hakekat kelima sila Pancasila.
2. Nilai instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan strategi, sasaran serta
lembaga pelaksanaanya.
3. Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Pancasila memiliki 2 hal yang harus dimiliki oleh ideologi yang terbuka yaitu cita-
cita yang (nilainya) bersumber dari kehidupan budaya masyarakat itu sendiri. Pancasila
berasal dari bangsa Indonesia sendiri bukan bangsa lain. Pancasila merupakan wadah/sarana
yang dapat mempersatukan bangsa itu sendiri karena memiliki falsafah dan kepribadian yang
mengandung nilai-nilai luhur dan hukum.
Pancasila juga memiliki cita-cita moral & merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila juga memiliki fleksibel & kelenturan
kepekaan kepada perkembangan zaman. Sehingga nilai-nilai Pancasila tidak akan berubah
dari zaman ke zaman.
Dan Pancasila harus memiliki kesinambungan atau saling interaksi dengan
masyarakatnya. Maka, apa yang menjadi tujuan negara dapat tercapai tanpa adanya
pertentangan. Semua orang tanpa terkecuali harus mengerti dan paham betul tentang tujuan
yang ada dalam Pancasila tersebut. Dengan demikian secara ideal konseptual, Pancasila
adalah ideologi, kuat, tangguh, bermutu tinggi dan tentunya menjadi acuan untuk semangat
bangsa Indonesia.
Untuk membuktikan bahwa Pancasila merupakan hasil kesepakatan bangsa Indonesia dengan
legalitas yang kuat, kiranya perlu dilengkapi :
1. Justifikasi Juridik
Bangsa Indonesia telah secara konsisten untuk selalu berpegang kepada Pancasila dan
UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan adanya rumusan Pancasila ke dalam UUD
yang telah berlaku di Indonesia dan beberapa contoh, seperti:
• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
• Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1949)
• Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia (1950)
• Ketetapan MPR RI No.XVII/MPR/1998 tentang HAK ASASI MANUSIA
• Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
• Ketetapan MPR RI No.V/MPR/2000 tentang PEMANTAPAN PERSATUAN DAN
KESATUAN NASIONAL
2. Justifikasi Teoritik - Filsafati
Merupakan usaha manusia untuk mencari kebenaran Pancasila dari sudut olah pikir
manusia, dari konstruksi nalar manusia secara logik. Pada umumnya olah pikir filsafati
dimulai dengan suatu aksioma, yakni suatu kebenaran awal yang tidak perlu dibuktikan
lagi, karena hal tersebut dipandang suatu kebenaran yang hakiki. Para pendiri negara
dalam membuktikan kebenaran Pancasila dimulai dengan suatu aksioma
bahwa :”Manusia dan alam semesta ini adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam
suatu partalian yang selaras atau harmoni”. Aksioma ini dapat ditemukan rumusannya
dalam Pembukaan UUD 1945 pada aline 2, ke-4 & pasal 29.
3. Justifikasi Sosiologik – Historik
Menurut penggagas awal (Ir. Soekarno), bahwa Pancasila digali dari bumi Indonesia
sendiri dan dikristalisasikan dari nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan rakyat
Indonesia yang beraneka ragam. Nilai-nilai tersebut dapat diamati pada kelompok
masyarakat yang tersebar di seluruh Indonesia yang dalam implementasinya sangat
disesuaikan dengan kultur masyarakat yang bersangkutan. Dengan demikian, nampak
jelas bahwa sesungguhnya Pancasila telah menjadi living reality (kehidupan nyata) jauh
sebelum berdirinya negara republik Indonesia. Beberapa contoh nilai-nilai Pancasila yang
telah berkemang di dalam kehidupan masyarakat antara lain :
Nilai-nilai/Ungkapan Yang
No Asal Daerah Keterangan
Berkembang
a. tepo seliro (tenggang
rasa),
Adanya konsep hu-
b. sepi ing pamrih rame
manitas yang sudah
1. Jawa ing gawe (mau bekerja keras tanpa
menjiwai bangsa
pamrih),
Indonesia.
c. gotong royong (berat
ringan ditanggung bersama)
1. Bulat air oleh pembuluh, bulat
Konsep sovereinitas.
kata oleh mufakat
2. Adat basandi syarak, syarak
2. Minangkabau Konsep religiositas
basandi Kitabullah
3. Penghulu beraja ke mufakat,
Konsep humanitas
mufakat beraja pada kebenaran.
a. Pangilikenta waja si Empung si
Rumer reindeng rojor (Sekalian
kita maklum bahwa yang Konsep religiositas
memberikan rahmat yakni Tuhan
3. Minahasa Yang Maha Esa)
b. Tia kaliuran si masena
impalampangan (Jangan lupa
Konsep religiositas
kepada “Dia” yang memberi
terang.
• Tebak cotang di serambi,
4. Lampung mupakat dilemsesat (Simpang siur Konsep sovereinitas.
di luar, mufakat di dalam balai).
• Abantal sadat, sapo’iman,
5. Madura payung Allah (Iman dan takwa Konsep religiositas
kepada Tuhan Yang Maha Esa)
• Tak sakrakai allowa ritang
6. Bugis/ Makasar ngana langika (Matahari tak akan Konsep religiositas
tenggelam di tengah langit).
• Kalau takut dilambur pasang,
7. Bengkulu Konsep humanitas
jangan berumah di pinggir pantai.
• Kaulete mulowang lalang
walidase nausavo sotoneisa
etolomai kukuramese upasasi Konsep humanitas
8. Maluku
netane kwelenetane ainetane (Mari dan persatuan
kita bersatu baik dilaut maupun di
darat untuk menentang kezaliman).
• Songon siala sampagul rap
Batak (Manda- Konsep persatuan
9. tuginjang rap tu roru (Berat sama
iling) dan kebersamaan
dipanggul, ringan sama dijinjing).
• Sai masia minaminaan songon
lampak ni pisang, masitungkol
10 tungkolan songon suhat dirobean
Batak (Toba) Konsep persatuan
. (Biarlah kita bersatu seperti batang
pisang dan mendukung seperti
pohon tales di kebun).
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bagi bangsa Indonesia tidak perlu
diragukan lagi tentang kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, ideologi nasional maupun
pandangan hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa & bernegara. Hal ini
terbukti setelah kita analisis dari sudut justifikasi yuridik, filsafati dan teoritik serta
sosiologik dan historik. Untuk itu, semakin jelaslah bahwa Pancasila merupakan kesepakatan
bangsa, suatu perjanjian luhur yang memiliki legalitas, kebenaran dan merupakan living
reality yang selama ini telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan sudut pandang justifikasi filsafati dan teoritik inilah bangsa Indonesia yang
memiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) mampu hidup
berdampingan secara damai, rukun dan sejahtera dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika
serta dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai perwujudan tersebut,
maka bangsa Indonesia dikenal oleh bangsa-bangsa manca negara sebagai bangsa yang
memiliki sifat khas kepribadian (unik) antara lain : ramah tamah, religius, suka membantu
sesama (solideritas), dan mengutamakan musyawarah mufakat.
Sumber
http://tugasgw.wordpress.com/2009/07/11/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka/
http://mjieschool.multiply.com/journal/item/20